Post on 21-Nov-2020
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MENINGKATKAN
PENERIMAAN DIRI PADA WARGA BINAAN
PEMASAYRAKATAN (WBP) DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIA
TANGERANG
(Studi di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Disusun Oleh:
Beben Anton Supriatna
NIM 11160520000053
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2020 M/ 1441 H
ABSTRAK
Beben Anton Supriatna, NIM 11160520000053, Peran Pembimbing
Agama Dalam Meningkatkan Penerimaan Diri Pada Warga
Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang, (Studi di LAPAS Perempuan Kelas IIA
Tangerang), di bawah bimbingan Dr. Fauzun Jamal LC., MA.
Status warga binaan pemasyarakatan (WBP) merupakan stresor
yang berat dalam kehidupan, karena terjadi kehilangan kebebasan, rasa
aman dan nyaman serta terpisah dari keluarga dan komunitas
kehidupan. Hal tersebut berdampak negatif bagi kehidupan WBP,
mereka rentan mengalami tekanan psikis. Tekanan psikis yang dialami
oleh WBP di LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang berdampak
kepada hal-hal negatif, seperti gangguan jiwa bahkan dapat mengarah
kepada tindakan bunuh diri. Hal itu terjadi disebabkan oleh rendahnya
penerimaan diri WBP. Dengan demikian, perlu adanya bimbingan
agama bagi WBP agar mereka dapat menerima dirinya sebagai warga
binaan pemasyarakatan serta memudahkannya dalam menjalani
kehidupan baru di Lembaga Pemasyarakatan.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis: (1) bentuk peran
pembimbing agama dalam meningkatkan penerimaan diri pada WBP di
LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang, (2) dampak peran
pembimbing agama terhadap penerimaan diri WBP di LAPAS
Perempuan Kelas IIA Tangerang, (3) gambaran penerimaan diri WBP
LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang setelah menerima bimbingan
dari pembimbing agama. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Subjek penelitian
terdiri dari 2 pembimbing agama dan 5 WBP LAPAS Perempuan Kelas
IIA Tangerang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data menggunakan teori
Bogdan dan Biklen, dengan cara reduksi data, penyajian data dan
verifikasi.
Hasil penelitian menunjukan: (1) bentuk peran pembimbing
agama adalah sebagai pendidik, pembimbing, dan konselor, (2) dampak
peran pembimbing agama bersifat positif dalam meningkatkan
penerimaan diri warga binaan pemasyarakatan, (3) gambaran
penerimaan diri WBP setelah diberikan bimbingan oleh pembimbing
agama, mengalami peningkatan menjadi lebih baik.
Kata Kunci: Peran, Pembimbing Agama, Penerimaan Diri
i
KATA PENGANTAR
حيم حمن الره الره بسم الله
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada kita
semua, sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk
senantiasa beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada kekasih-Nya yang telah membawa
kabar gembira kepada umat manusia agar selalu bertaqwa
kepada-Nya, yakni baginda Nabi Muhammad SAW, juga kepada
keluarganya, sahabatnya, para pengemban risalah dan kita
sebagai umatnya yang akan merindukan syafa’atnya hingga hari
kiamat nanti.
Sebuah pengalaman yang sangat membahagiakan yang tidak
akan penulis lupakan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
sebuah skripsi yang berjudul “Peran Pembimbing Agama
Dalam Meningkatkan Penerimaan Diri Pada Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) Di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang”. Sebuah proses yang sangat
berharga bagi penulis, sangat banyak ilmu dan pelajaran yang
penulis dapatkan. Penulis beranggapan bahwa skripsi ini
merupakan karya terbaik yang dapat penulis persembahkan.
Tetapi penulis menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan
didalamnya terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
ii
Selama penelitian dan penulisan skripsi ini banyak sekali
hambatan yang penulis alami, namun berkat bantuan, dorongan
serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sebuah
penghormatan dan penghargaan serta terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada kedua orang tua penulis ayahanda Ikin dan
ibunda Dedeh. Terima kasih mamah, terimakasih bapak, atas doa-
doa dan harapan selama ini, semoga kalian selalu berada dalam
lindungan Allah SWT. Kemudian penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada adinda tercinta Jejen Anton Septiana yang
merupakan adik kandung penulis, yang selalu mendoakan,
menemani dan menghibur sehingga dapat menumbuhkan kembali
rasa semangat dalam diri penulis. Terimakasih, semoga kelak
adinda Jejen menjadi orang sukses dan selalu berbakti kepada
orang tua. . Berkat doa dan dukungan dari orang-orang terkasih,
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya dan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
seluruh keluarga besar yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan penulis dalam
skripsi ini, diantaranya:
iii
1. Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Siti Napsiah, S.Ag. BSW. MSW Selaku Wakil
Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dr. Sihabuddin Noor, M. Ag selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Ir.Noor Bekti Negoro, SE.,M.Si dan Artiarini Puspita
Arwan, M.Psi. selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Dr Fauzun Jamal LC., MA. selaku dosen pembimbing
yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan fikiran
untuk selalu membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam periode 2010-2019.
iv
8. M Jufri Halim M.Ag. selaku Dosen Pembimbing
Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
angkatan tahun 2016.
9. Kepada bapak ibu dosen Prodi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam serta dosen Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi dan juga seluruh Civitas
akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Kepada tim penguji skripsi dalam sidang
munaqasyah, sehingga penulis mendapatkan
masukan dan perubahan demi perbaikan penulisan
skripsi ini.
11. Kepada pimpinan dan seluruh Staf Perpustakaan
Fakultas dan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12. Kepada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
kantor wilayah Banten, yang telah mengijinkan
penulis untuk melakukan penelitian di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
13. Kepada Narasumber dan pihak Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang,
yang telah membantu keberhasilan dan kelancaran
penulis dalam proses penelitian.
14. Kepada sahabat Penulis, Solihin dan Agil Nursya’ban,
yang selalu memberikan waktu untuk penulis dan
menjadi tempat berkeluh kesah, memberikan doa,
v
semangat serta dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
15. Kepada seluruh keluarga besar Bimbingan
Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semogaAllah SWT senantiasa memberikan
kemudahan, kelancaran dan kesuksesan pada semua pihak yang
telah memberikan segala bantuan dan dukungannya kepada
penulis.
Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih banyak
keterbatasan, namun penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan bagi segenap
keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Wassalaamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakkaatuh
Jakarta, 21 Juni 2020
Beben Anton Supriatna
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ....................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. viii
BAB I ............................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. 7
1. Batasan Masalah ........................................................... 7
2. Rumusan Masalah ......................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 8
1. Tujuan Penelitian .......................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ........................................................ 8
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 9
E. Metodologi Penelitian .................................................... 12
1. Metode dan Pendekatan Penelitian ............................ 12
2. Sumber Data ................................................................ 13
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 13
4. Teknik Penentuan Informan ......................................... 15
5. Teknik Analisis Data .................................................... 16
vii
6. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 18
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 18
BAB II ........................................................................................ 21
KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 21
A. Peran Pembimbing Agama ............................................... 21
1. Pengertian Peran ........................................................... 21
2. Pengertian Pembimbing Agama ................................... 24
3. Syarat Pembimbing Agama .......................................... 27
4. Tugas Pembimbing Agama .......................................... 29
5. Tujuan Bimbingan Agama ........................................... 31
6. Fungsi Bimbingan Agama ............................................ 33
7. Metode Bimbingan Agama .......................................... 35
B. Penerimaan Diri ............................................................... 38
1. Pengertian Penerimaan Diri .......................................... 38
2. Proses Terbentuknya Penerimaan Diri ...................... 41
3. Aspek-Aspek Penerimaan Diri................................... 42
4. Ciri-Ciri Penerimaan Diri ........................................... 48
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
51
C. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ........................ 54
1. Pengertian Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ...... 54
2. Sistem Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan ...... 55
viii
3. Sistem Pembinaan Pemasyarakatan ........................... 58
4. Tujuan Pembinaan Hukum Pidana ............................ 62
BAB III ....................................................................................... 63
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN
PEREMPUAN KELAS IIA TANGERANG .............................. 63
A. Profil Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang ................................................................................ 63
1. Awal Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang ............................................................ 63
2. Visi, Misi dan Motto Lapas Perempuan Kelas IIA
Tangerang ............................................................................ 64
3. Tugas dan Fungsi Lapas Perempuan Kelas IIA
Tangerang ............................................................................ 64
4. Struktur Organisasi ....................................................... 66
5. Kegiatan Pembinaan di Lapas Perempuan Kelas IIA
Tangerang ............................................................................ 73
BAB IV ....................................................................................... 76
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN ....................................... 76
A. Data Informan .................................................................. 76
B. Deskripsi Informan........................................................... 81
C. Temuan Lapangan ............................................................ 91
1. Hambatan dalam proses penelitian……….…..……….....91
ix
2. Permasalahan yang dihadapi oleh warga binaan
pemasyarakatan (WBP) ....................................................... 92
3. Gambaran Peran pembimbing agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang .............. 94
BAB V ....................................................................................... 103
PEMBAHASAN ....................................................................... 103
A. Bentuk Peran Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan
Penerimaan Diri Pada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
103
B. Dampak Peran Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan
Penerimaan Diri Warga Binaan Pemasyrakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang ............... 109
C. Fungsi Pembimbing Agama Dalam Upaya Meningkatkan
Penerimaan Diri Pada Warga Binaan Pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang 112
1. Fungsi Preventif ......................................................... 112
2. Fungsi Kuratif atau Korektif ...................................... 114
3. Fungsi Preservatif ....................................................... 115
4. Fungsi Development ................................................... 118
D. Penerimaan Diri Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang 121
BAB VI ..................................................................................... 133
KESIMPULAN, IMPLIKASI & SARAN ................................ 133
x
A. KESIMPULAN .............................................................. 133
B. IMPLIKASI ................................................................... 133
C. SARAN .......................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 136
LAMPIRAN .............................................................................. 139
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1…………………………………………………….....75
Tabel 4. 2……………………………………………………….77
Tabel 5. 3…………………………………………………...…129
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi ....................................... 141
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian.............................................. 143
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ..... 144
Lampiran 4 Surat Kesediaan Wawancara Penelitian ............... 146
Lampiran 5 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian
(Pembimbing Agama) ............................................................... 160
Lampiran 6 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian (Warga
Binaan Pemasyarakatan) ........................................................... 184
Lampiran 7 Transkip Hasil Wawancara (Pembimbing Agama)195
Lampiran 8 Transkip Hasil Wawancara (Warga Binaan
Pemasyarakatan) ....................................................................... 205
Lampiran 9 Dokumentasi ......................................................... 210
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT memberi anugerah kepada setiap manusia
berupa kelebihan-kelebihan tertentu (spesifik), seperti halnya
kejujuran, keberanian, ketekunan, kemurahan hati dan
kerendahan hati serta masih banyak kelebihan-kelebihan
lainnya. Hal tersebut tentu tidak lahir dengan sendirinya, akan
tetapi hadir dari diri kita sendiri yang mau mengembangkan
kelebihan-kelebihan tersebut. Jika kita memiliki kemauan
untuk mengembangkan diri kita, maka kita akan bersyukur,
senang dan bangga menerima diri kita. Rosulullah SAW
bersabda
صلهى الله عليه وسلهم علىكم بالقناعة فإنه عن جابر قال قال رسول الله
القناعةمال لا ينفد *رواه الطبرانى
Artinya: Dari Jabir berkata, Rosulullah
Shollallahu’alaihi wassalam bersabda: Tetaplah qona’ah
(menerima apa adanya). Sesungguhnya qona’ah merupakan
harta yang tidak akan habis.1
Dalam hadist di atas dijelaskan bahwa sifat qona’ah
(menerima apa adanya) merupakan harta yang tidak akan
habis, namun seringkali kita sebagai manusia biasa sangat
sulit menerima keadaan, apalagi seseorang yang mempunyai
tanggungan beban yang lebih berat seperti halnya narapidana.
1 Kholid Abu Shalih, Qona’ah Obat Anti Stres, (Jakarta: Darul Falah,
2916). Hal.15
1
Seorang narapidana harus bertanggung jawab
mempertahankan kehidupannya di penjara. Hal itu bukan
persoalan yang mudah untuk dijalani oleh seorang
narapidana, karena pada dasarnya mereka kehilangan segala
sesuatu yang dimilikinya, keluarga, teman, serta kebebasan
beraktivitas seperti masyarakat pada umumnya.
Menurut Direktorat Jendral Pemasyarakatan, narapidana
adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di lapas.2 Sedangkan menurut kamus induk istilah ilmiah
menyatakan bahwa narapidana adalah orang hukuman atau
buian.3 Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
narapidana adalah seseorang yang sedang menjalani hukuman
dan kehilangan kebebasannya serta ditempatkan di sebuah
lembaga pemasyarakatan.
Sistem Pemasyarakatan bagi publik lebih identik dengan
“penjara” atau pembinaan oleh Lembaga Pemasyarakatan.
Dalam kenyataannya, tugas pokok dan fungsi Sistem
Pemasyarakatan juga mencakup pelayanan terhadap tahanan,
perawatan terhadap barang sitaan, pengamanan, serta
pembimbingan terhadap warga binaan pemasyarakatan dan
klien pemasyarakatan. Oleh karenanya, sub-sub sistem dari
Sistem Pemasyarakatan (yang kemudian disebut Unit
2 Direktorat Jendral Pemasyarakatan, Pedoman Pembinaan
Kepribadian Narapidana Bagi Petugas Di Lapas/Rutan, (Jakarta: Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2013). Hal.4 3 Dahlan, M.Y. Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelectual,
(Surabaya: Target Press, 2003). Hal.53
2
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan) tidak hanya Lembaga
Pemasyarakatan yang melakukan pembinaan, namun juga
Rumah Tahanan Negara untuk pelayanan tahanan, Rumah
Penyimpanan Barang Sitaan Negara untuk perawatan barang-
barang milik warga binaan atau yang menjadi barang bukti,
serta Balai Pemasyarakatan untuk pembimbingan warga
binaan dan klien pemasyarakatan.4
Dalam pasal 2, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995,
tentang Pemasyarakatan ditegaskan bahwa Sistem
pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk
Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia
seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
yang baik dan bertanggung jawab.5
Perubahan hidup yang dialami oleh seorang narapidana
merupakan suatu hal yang sulit diterima, dimana seorang
narapidana tidak lagi mendapatkan kebebasan sebagaimana
masyarakat pada umumnya. Seorang narapidana yang sedang
menjalani hukuman di Lembaga pemasyarakatan akan merasa
jauh dengan keluarganya, kerabat, serta teman-temannya atau
4 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Cetak Biru Pembaharuan
Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, (Jakarta: Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia, 2008). Hal.5 5 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Cetak Biru Pembaharuan
Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, (Jakarta: Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia, 2008). Hal.5-6
3
orang terdekatnya, sehingga mereka akan mengalami keadaan
kritis dan akan menunjukkan rasa rendah diri, cemas, sedih,
putus asa dan takut dengan masa depan yang akan
dijumpainya setelah masa pidana selesai. Keadaan ini akan
menimbulkan tekanan tersendiri pada diri narapidana dan
memungkinkan narapidana mengalami stress serta
merasakan ketidaknyamanan.
Menurut pembimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang yaitu Ibu Suharyati, dalam
studi awal yang dilakukan oleh peneliti dia mengatakan
bahwa Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang sangat
membutuhkan bimbingan. Khususnya bimbingan agama,
karena bimbingan agama akan sangat berpengaruh dalam
menumbuhkan kekuatan pada diri warga binaan, sehingga
warga binaan bisa menerima keadaan dirinya dan tetap
kuat dalam menjalani hidup di lembaga pemasyarakatan.
Setiap manusia tidak dapat dipisahkan dari kepentingan
diri sendiri. Individu yang memiliki kemampuan dalam
mengenal dirinya adalah individu yang dapat mengetahui
kelebihan dan kelemahan yang dimiliki dengan bijaksana.
Kemampuan tersebut secara psikologis dikenal dengan
istilah penerimaan diri. Menerima diri adalah memiliki
4
penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau
lawannya, tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri.6
Penerimaan diri (Self-acceptance) ialah suatu kemampuan
individu untuk dapat melakukan penerimaan terhadap
keberadaan diri sendiri. Hasil analisa atau penilaian terhadap
diri sendiri akan dijadikan dasar bagi seorang individu untuk
dapat mengambil suatu keputusan dalam rangka penerimaan
terhadap keberadaan diri sendiri. Sikap penerimaan diri dapat
dilakukan secara realistis, tetapi juga dapat dilakukan secara
tidak realistis. Sikap penerimaan realistis dapat ditandai
dengan memandang segi kelemahan-kelemahan maupun
kelebihan-kelebihan diri secara objektif. Sebaliknya
penerimaan diri tidak realistis ditandai dengan upaya untuk
menilai secara berlebihan terhadap diri sendiri, mencoba
untuk menolak kelemahan diri sendiri, mengingkari atau
menghindari hal-hal yang buruk didalam dirinya, misalnya
pengalaman traumatis masa lalu.7
Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka seorang
narapidana atau warga binaan pemasyarakatan harus memiliki
sikap penerimaan diri, agar selama mereka hidup di dalam
lembaga pemasyarakatan akan merasa aman, nyaman, senang,
dan tidak terpuruk dalam penyesalan yang akan
6 Supratiknya, Komunikasi antar pribadi: Tinjauan psikologi,
(Yogyakarta: Kanisius, 2007). Hal.84 7 Dariyo Agoes, Psikologi perkembangan anak usia tiga tahun
pertama, (Jakarta; PT Refika Aditama, 2007). Hal.205
5
mengakibatkan depresi, stress, bahkan sampai ke tahap
gangguan jiwa.
Dalam hal ini, pembimbing agama berpotensi untuk
menumbuhkan rasa penerimaan diri pada Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP). Selain dukungan sosial yang
diberikan kepada warga binaan oleh keluarga, teman, wali
warga binaan, serta petugas lembaga pemasyarakatan,
bimbingan agama juga sangat perlu diperhatikan, karena
dengan kekuatan iman, ketekunan dalam beribadah, serta
amalan-amalan lainnya akan berpengaruh kepada penerimaan
diri warga binaan.
Pelaksanaan bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
dilaksanakan secara rutin, yaitu hari Senin s/d hari Sabtu
dengan pembimbing agama dari berbagai instansi. Adapun
instansi yang berkontribusi dalam bimbingan agama di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
yaitu: Lembaga El-Ummuh, Dompet Dhuafa, Dewan Dakwah
Indonesia, Lembaga Kemanusiaan ESQ, dan Forum Umat
Islam Indonesia (FUII).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran pembimbing
agama dalam menumbuhkan penerimaan diri pada warga
6
binaan pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
Maka dari itu, judul penelitian yang akan peneliti angkat
adalah “Peran Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan
Penerimaan Diri Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak melebar dan meluas, maka
peneliti membatasi penelitian ini hanya pada peran
pembimbing agama dalam meningkatkan penerimaan
diri pada warga binaan pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana bentuk peran pembimbing agama
dalam meningkatkan penerimaan diri warga
binaan pemasyarakatan (WBP) di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang?
b. Bagaimana dampak peran pembimbing agama
dalam meningkatkan penerimaan diri WBP di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang?
7
c. Bagaimana penerimaan diri WBP di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang setelah menerima bimbingan dari
pembimbing agama?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis:
a. Bentuk peran pembimbing agama dalam
meningkatkan penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan (WBP) di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
b. Dampak peran pembimbing agama dalam
meningkatkan penerimaan diri WBP di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
c. Gambaran penerimaan diri WBP di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
setelah menerima bimbingan dari pembimbing
agama.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
serta meningkatkan wawasan akademik untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di
jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
8
kajian untuk penelitian selanjutnya, dan dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan
kebijakan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang.
b. Manfaat Praktis
(1) Menginformasikan tentang gambaran peran
pembimbing agama dalam meningkatkan
penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan (WBP) serta tingkat
penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan (WBP) di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang.
(2) Sebagai bahan pembelajaran dalam menangani
permasalahan warga binaan pemasyarakatan
(WBP) khususnya pada pemasalahan
penerimaan diri warga binaan.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindaru penjiplakan penelitian orang lain,
maka peneliti menggunakan tinjauan pustaka terdahulu.
Tinjauan pustaka terdahulu dilakukan untuk memperjelas
perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Berikut adalah tinjauan pustaka terdahulu:
1. Skripsi dengan judul "Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Penerimaan Diri Narapidana Di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tangerang" yang
9
ditulis oleh Meiga Latifah Putri Permadin, Jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Tahun 2018. Dalam pembahasannya, peneliti
memfokuskan penelitiannya hanya pada hubungan
dukungan keluarga dengan penerimaan diri narapidana.
2. Skripsi dengan judul “Pembinaan Keagamaan
Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Rajabasa Bandar Lampung” yang ditulis oleh Alan
Prabowo, Fakulta Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden
Intan Lampung, Tahun 2018. Dalam pembahasannya,
penelitian ini memfokuskan kepada pembinaan
keagamaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I Rajabasa Bandar Lampung”.
3. Skripsi dengan judul “Pembinaan Narapidana Remaja
Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Metro”
yang ditulis oleh Ayu Octis Pratiwi, Fakultas Hukum
Universitas Lampung, Tahun 2016. Dalam
pembahasannya, penelitian ini memfokuskan kepada
pembinaan narapidana remaja di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Metro.
4. Skripsi dengan judul “Pengaruh Penerimaan Diri &
Penyesalan Terhadap Harapan Pada Narapidana Di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Malang” yang ditulis oleh Resi Nurul Azizah,
Fakultas Psikologi UIN Malang, Tahun 2019. Dalam
10
pembahasannya, penelitian ini memfokuskan pada
pengaruh penerimaan diri dan penyesalan terhadap
harapan narapidana.
5. Skripsi dengan judul “Gambaran Penerimaan Diri
Narapidana Perempuan Tindak Pidana Korupsi Di
Lembaga Pemasyarakatana Kelas IIA Muara Padang”
yang ditulis oleh Falah Farras Nugraha, Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang, Tahun 2017.
Dalam pembahasannya, penelitian ini berfokus pada
gambaran penerimaan diri narapidana perempuan.
6. Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Pembinaan
Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Seragen” yang ditulis oleh Aldilah Kulsum,
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Tahun 2018. Dalam pembahasannya
penelitian ini memfokuskan kepada pelaksanaan
pembinaan narapidana wanita di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Seragen.
7. Skripsi dengan judul “Pembinaan Keagamaan Bagi
Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB
Cilacap” yang ditulis oleh Rizky Kurnia Ramadhan,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, Tahun 2017. Dalam
pembahasannya, penelitian ini memfokuskan kepada
pembinaan keagamaan bagi narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Cilacap.
11
E. Metodologi Penelitian
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dimana penelitian kualitatif sebagai metode
ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan oleh
sekelompok peneliti dalam bidang ilmu social, termasuk
juga ilmu pendidikan. Sejumlah alasan juga dikemukakan
yang intinya bahwa penelitian kualitatif memperkaya hasil
penelitian kuantitaif. Penelitian kualitatif dilaksanakan
untuk membangun pengetahuan melalui pemahaman dan
penemuan. Pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu
proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metode yang menyelidiki suatu fenomena social dan
masalah manusia. Pada penelitian ini peneliti membuat
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandagan responden dan melakukan studi
pada situasi yang alami.8
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriptif merupakan
penelitian yang menggambarkan data secara faktual yang
disajikan secara ringkas dan sistematik serta akurat
sehingga mudah dipahami dan disimpulkan dan data yang
dikumpulkan secara deskripstif semata-mata dibuat bukan
8 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada,
2009). Cet.1 Hal.11
12
untuk menguji sebuah hipotesis ataupun membuat sebuah
prediksi.9
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari
para informan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang. Data primer ini
diperoleh melalui observasi partispasi serta
wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan oleh
seorang peneliti secara tidak langsung. Peneliti
mengambil data ini di Lembaga terkait yaitu Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu data
sebagai hasil akhir dari penelitian. Untuk pengumpulan
data yang konkrit peneliti melaksanakan beberapa teknik
pengumpulan data, sebagai berikut:
a. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang
paling efektif adalah melengkapinya dengan format
atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format
yang di susun berisi item-item tentang kejadian atau
9Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Psikologi, (Bandung: Pustaka
Pelajar, 2017), h.6.
13
tingkah laku yang menggambarkan akan terjadi.10
Sebagai metode ilmiah observasi (pengamatan)
diartikan sebagai pengamatan pencatatan sistematis
dari fenomena- fenomena yang diselidiki.11 Dalam
penelitian ini metode observasi digunakan untuk
mengumpulkan data antara lain :
(1) Mengamati keadaan warga binaan yang sedang
melakukan kegiatan bimbingan agama.
(2) Mengamati pembimbing agama yang sedang
melakukan bimbingan agama
(3) Mengamati lokasi penelitian dan lingkungan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berdialog dan tanya
jawab dengan pembimbing agama, wali warga
binaan, serta Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang. Hasil-hasil wawancara kemudian
dituangkan dalam struktur ringkasan, yang dimulai
dari penjelasan ringkas identitas, deskripsi situasi
atau konteks, identitas masalah, deskripsi data, dan
ditutup dengan pemunculan tema.
c. Dokumentasi
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006). Hal.229 11
Suwardi Lubis, Metodologi Penelitian Sosial, (Medan : USU Prees,
1987). Hal.101
14
Menurut Sugiyono, dokumentasi adalah suatu cara
yang digunakan untuk memperoleh data dan
informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen,
tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian.
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data
kemudian ditelaah.12 Dokumentasi yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi data warga binaan
pemasyarakatan (WBP), Jadwal kegiatan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang,
serta daftar instansi yang mengisi kegiatan
bimbingan agama.
4. Teknik Penentuan Informan
Menurut pendapat Spradley informan harus memiliki
beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan
suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi
sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya
ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di
luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.
b. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada
lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran atau
penelitian.
c. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan
kesempatan unuk dimintai informasi.
12 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung:
Alfabeta, 2015). Hal.329
15
d. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak
cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan
mereka relatif masih lugu dalam memberikan
informasi.13
Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan
dengan teknik purposivesampling, di mana pemilihan
dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Adapun kriteria dan informan yang ditunjuk atau
dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pembimbing agama yang aktif melakukan bimbingan
agama di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang.
b. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang pernah
mengalami tekanan psikis dalam kehidupannya di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang.
5. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data dalam
penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan
lapangan dan bahan-bahan lainnya yang dikumpulkan
untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap bahan
13
Faisal Sanapiah, Penelitian Kualitatif (dasar-dasar dan aplikasi)
,(Malang: Ya3 Malang,1990). Hal.45
16
penelitian tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya
kepada orang lain.14
Proses analisis data melibatkan tiga proses
yang dapat dilakukan kapan saja, dalam arti proses
tidak harus dilakukan ketika peneliti telah
menyelesaikan seluruh penelitian. Dan ketiga
proses tersebut adalah sebagai berikut:15
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan,
penyederhanaan dan pengubahan data kasar yang
muncul dari catatan tertulis yang dihasilkan ketika
berada di lapangan.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan aktifitas menyajikan data
hasil penelitian, sehingga peneliti mampu mengambil
kesimpulan sementara dan dapat menentukan langkah
selanjutnya bila terdapat data yang perlu diklarifikasi.
c. Verifikasi
Verifikasi merupakan aktifitas merumuskan
kesimpulan berdasarkan dua aktifitas sebelumnya,
kesimpulan ini dapat berupa kesimpulan sementara
dan kesimpulan akhir.
14
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Psikologi, (Bandung: PT Bumi
Aksara, 2007). Hal.217 15
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2016). Hal.11-12
17
6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang, Jl. Mochammad Yamin
No.1, RT.001/RW.004, Babakan, Kec. Tangerang, Kota
Tangerang, Banten 15118. Pelaksanaan penelitian ini
dimulai pada tanggal 03 Januari 2020 sampai dengan 09
Maret 2020.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi disajikan ke dalam 6 (enam) BAB, sesuai
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor:
507 Tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, dengan gaya
penulisan menggunakan Chicago 1: Bidang Ilmu Sosial
(author-datesystem). Berikut sistematika penulisan dalam
skripsi ini:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Identifikasi Masalah,
Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan kajian Terdahulu, Metode Penelitian
(terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik pemilihan subjek dan informan,
teknik pengelolaan dan analisis data, teknik keabsahan data)
dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang Landasan Teori yang akan digunakan
dan mendukung penelitian mengenai teori peran pembimbing
18
agama dalam meningkatkan penerimaan diri pada warga
binaan pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Bab ini berisi tentang gambaran geografis, historis, sosial
budaya, dan sebagainya yang meliputi: Sejarah Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan temuan
penelitian mengenai hasil penelitian yang dilakukan peneliti
untuk mengetahui bagaimana Peran Pembimbing Agama
dalam meningkatkan penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian yang mengaitkan latar belakang,
teori, dan rumusan teori baru dari penelitian yang meliputi
peran pembimbing agama dalam meningkatkan penerimaan
diri pada warga binaan pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, & SARAN
Bab ini terdiri dari Kesimpulan, Implikasi, dan Saran, dengan
mengemukakan kesimpulan hasil penelitian pada tiap-tiap bab
19
sebelumnya, guna memberikan saran yang membangun
kepada peneliti atau lembaga serta profesi lain yang
berkaitan.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peran Pembimbing Agama
1. Pengertian Peran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peran
adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki
oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat1.
Sedangkan menurut Horton dan Hunt peran adalah
perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai
suatu status.2 Sedangkan menurut Suyanto peran
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).
Artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan
kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukan. Peran
seseorang mentukan apa yang diperbuat bagi masyarakat
kepadanya. Peran sangat penting karena dapat mengatur
perilaku seseorang, selain itu peran menyebabkan
seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada
batas-batas tertentu, sehingga seorang dapat
menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-
orang sekelompoknya.3
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998). Hal.667 2 Horton dan Hunt, Sosiologi: diterjemahkan oleh Drs. Aminudin dan
Dra. Tita Sobari, (Jakarta: Erlangga, 1999). Hal.118 3 Bagong Suyanto & Dwi Narwoko, Sosiologi: Teks Pengantar &
Terapan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2006). Eds.4 Hal.159
21
Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu pengharapan
manusia terhadap peran, caranya individu harus bersikap
dan berbuat dalam situai tertentu berdasarkan status dan
fungsi sosialnya, ini mengartikan bahwa setiap orang
menginginkan seseorang menyesuaikan sikap dan tingkah
laku sesuai dengan statusnya serta menjalankan hak dan
kewajibannya.4
Peran diartikan sebagai fungsi individu atau
peranannya dalam satu kelompok atau institusi. Fungsi
atau tingkah laku tersebut diharapkan ada pada individu
yang menjalankan perannya serta menjadi harapan bagi
individu lain. Perilaku peran dari individu sendiri
merupakan ciri atau sifat yang dimiliki oleh seseorang di
dalam peran atau kedudukannya.5
Biddle dan Thomas membagi peristilahan teori peran
dalam empat golongan yaitu menyangkut:
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi
sosial.
b. perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
c. kedudukan orang-orang dalam berperilaku.
d. kaitan antar orang dan perilaku.6
4 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991).
Hal.114 5 James P Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2009). Hal.439
6 Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013).
Hal.215
22
Soekanto mengungkapkan bahwa peran merupakan
aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.7
Sedangkan menurut Biddle dan Thomas menyatakan
bahwa peran adalah serangkaian rumusan yang
membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari
pemegang kedudukan tertentu.8 Hal ini senada dengan
pendapat Suhardono yang mendefinisakan bahwa peran
merupakan seperangkat patokan, yang membatasi apa
perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang
menduduki suatu posisi.9
Mempelajari peran sekurang-kurangnya melibatkan
dua aspek : (1) kita harus belajar untuk melaksanakan
kewajiban dan menuntut hak-hak suatu peran. (2) kita
harus memiliki sikap, perasaan, dan harapan-harapan yang
sesuai dengan peran tersebut.10 Dari kedua aspek tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa menjalankan suatu peran
harus melaksanakan kewajiban dan menuntut hak suatu
peran serta memiliki sikap, perasaan, dan harapan-harapan
yang sesuai dengan peran itu sendiri.
7 Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007). Hal.213 8 Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013).
Hal.224 9 Edy Suhardono, Teori Peran: Konsep Derivasi dan Implikasinya,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994). Hal.15 10
Richards, Era Baru Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2010).
Hal.268
23
Dari berbagai pengertian peran diatas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa peran merupakan suatu tingkah
laku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai
status atau kedudukan untuk dapat menjalankan hak-hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan yang ia
miliki. Adapun hak-hak dan kewajiban yang harus dijalani
oleh seseorang yang mempunyai peran yaitu mampu
berperilaku sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai
pemegang status atau kedudukan yang dimilikinya,
sehingga peran tersebut dapat mengatur perilaku individu
serta dapat menentukan apa yang akan diperbuatnya.
Adapun peran yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu peran seorang pembimbing agama dalam
meningkatkan penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
2. Pengertian Pembimbing Agama
Dalam kamus bahasa Indonesia, “pembimbing”
menurut bahasa berarti “pemimpin” atau “penuntun”.
Kata tersebut diambil dari kata “bimbing” yang artinya
“pimpin” atau “tuntun”, kemudian diberi awalan “pe”
menjadi pembimbing yang artinya “yang menyebabkan
sesuatu menjadi tahu”. Pemimpin, penuntun, merupakan
sesuatu yang dipakai untuk membimbing. Kalimat
tersebut menjadi arti “seseorang yang memberikan
bimbingan atau tuntunan” arti tersebut di sesuaikan
24
dengan profesi dan disiplin ilmu yang di miliki.11 Kata
“bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”
yang mempunyai arti menunjukan, membimbing,
menuntun atau membantu.12
Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu,
baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya
sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.13
Sementara itu, Winkel mendefinisikan bimbingan:14
a. Usaha melengkapi individu dengan pengetahuan,
pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri.
b. Cara untuk memberikan bantuan kepada individu
untuk memahami dan mempergunakan secara efisien
dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk
perkembangan pribadinya.
c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar
mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan
11
W. J. S. Poerwardarminta, Kamus umum bahasa indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1984) Cet. Ke-7. Hal. 427
12 Hallen A., Bimbingan dan Konseling ( Jakarta: Ciputat Press,
2002), Cet. Ke 1. Hal.3 13
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2012). Hal.79-80
14 Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2012). Hal.79-83
25
dengan tepat, dan menyusun rencana dengan realistis,
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan
memuaskan diri dalam lingkungan tempat mereka
hidup. Proses pemberian bantuan atau pertolongan
kepada individu dalam hal memahami diri sendiri,
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri
dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan
tuntutan lingkungan.
Kemudian menurut Crow bimbingan dapat diartikan
sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria
maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dalam
pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari
setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah
pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri, dam
memikul bebannya sendiri.15
Selanjutnya menurut Harun Nasution, agama
mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi manusia, ikatan ini mempunyai pengaruh yang
besar sekali dalam kehidupan manusia sehari-hari karena
agama mempunyai kekuatan yang paling tinggi dari
manusia.16
15
Khairul Umam dan Aminudin Achyar, Bimbingan dan Penyuluhan,
(Jakarta: CV. Pustaka Seta, 1998). Cet. Ke-1. Hal.9 16
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1985). Hal.2
26
Menurut Glock dan Stark mendefinisikan agama
adalah simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem
perilaku yang terlambangkan dan semuanya itu berpusat
pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling
maknawi.17 Agama dalam perspektif sosiologi merupakan
sebuah sistem kepercayaan (beliefe System). Agama
dengan sendirinya menjadi acuan moral bagi tindakan
manusia, karena agama adalah gejala yang begitu sering
terjadi dimana-mana.18
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kata bimbingan dan agama berarti
proses pemberian bantuan atau pertolongan yang
berbentuk pengarahan, pencerahan, dan bersifat
mengarahkan dari pembimbing kepada yang dibimbing
dengan pendekatan agama. Sedangkan bimbingan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah bimbingan yang
diberikan oleh pembimbing agama kepada warga binaan
pemasyarakatan (WBP) untuk meningkatkan penerimaan
diri warga binaan pemasyarakatan tersebut melalui
pendekatan agama.
3. Syarat Pembimbing Agama
Agar pembimbing agama dapat menjalankan
pekerjaan dengan sebaik- baiknya, maka pembimbing
17
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994). Hal.76 18
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002). Hal.119
27
agama harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun
syarat-syarat untuk menjadi pembimbing agama yang baik
menurut Fenti Hikmawati adalah sebagai berikut :19
a. Berpedoman dan memiliki keyakinan terhadap Al-
Qur’an atau wahyu Allah sebagai pegangan hidup
yang dapat mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, alam dan sesama manusia.
b. Senantiasa berusaha memelihara dan istiqomah dalam
meningkatkan mutu iman keyakinan.
c. Mengembangkan kemampuan dalam bidang ilmu
pengetahuan agama, terutama memahami dan
mengembangkan nilai dan norma yang ada di dalam
Al-Qur’an.
d. Menjalankan dan dapat menerapkan iman dan
keyakinannya di berbagai kehidupan sehari-hari. Baik
berinteraksi kepada keluarganya, tetangganya,
lingkungannya, masyarakat, dan negaranya sesuai
kemampuan yang dimilikinya.
e. Mempunyai kemampuan berdakwah, baik berdakwah
untuk orang yang sudah beragama islam maupun yang
belum beragama islam sesuai profesi dan dedikasinya
masing-masing.
f. Mempunyai kelapangan hati yang sabar dan tabah
lahir batinnya dalam menghadapi tantangan
berdakwah yang datang dari dirinya maupun dari luar
19
Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling Perspektif Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015). Hal.110-112
28
dirinya.
g. Mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan
mantap dalam berbagai masalah kehidupan sesuai
dasar islam yang tidak bertentangan dengan norma dan
nilai serta budaya dengan pertimbangan keputusan
yang matang.
h. Mempunyai rasa cinta dan hormat pada sesama
manusia tetapi tidak melebihi cintanya pada sang
pencipta.
i. Dapat menjauhi dan memahami apa yang dilarang
oleh Allah SWT dalam berbai perilaku dan tindakan.
j. Senantiasa menjalankan kehidupan dengan diawali
niat, mencari ridho Allah, selalu berdoa, dan
mensyukuri setiap hasil yang didapat.
Untuk menjadi pembimbing agama yang baik, maka
seorang pembimbing agama harus memiliki ciri-ciri yang
telah diuraikan diatas. Adapun ciri-ciri tersebut akan
peneliti gunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui
tingkat kredibilitas pembimbing agama dalam
meningkatkan penerimaan diri warga binaan
pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
4. Tugas Pembimbing Agama
Tugas pembimbing adalah membimbing dan
mengenalkan kebutuhan atau kesanggupan peserta didik,
menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya
29
proses kependidikan, menambah dan mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki untuk disalurkan kepada
peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap
seluruh kelemahan atau kekurangannya.20
Bagi pembimbing agama, tugas pokoknya adalah
membimbing dan mengajarkan pengetahuan agama serta
nilai-nilai agama ke dalam pribadi anak didiknya. Yang
menjadi tekanan utamanya adalah mengubah sikap mental
anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Pembimbing agama harus memiliki
beberapa persyaratan khusus, antara lain kematangan jiwa
dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan menjadi
uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma
ajaran agamanya, baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah. Dalam hal ini, seorang pembimbing bertugas
melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan cara:21
a. Bekerja sama dengan murid.
b. Bekerja sama dengan orang tua murid.
c. Bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesi dan
masyarakat.
d. Melakukan promosi dan hubungan dengan orang lain
bagi kepentingan anak bimbingannnya.
20
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002). Cet. Ke-1. Hal.44 21
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2005). Hal.75
30
Berdasarkan tugas pembimbing diatas, pembimbing
agama di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang harus bisa bekerja sama dengan warga binaan
pemasyarakatan sebagai anak didiknya, petugas lembaga
pemasyarakatan sebagai wali dari warga binaan
pemasyarakatan, rekan-rekan seprofesinya yaitu
pembimbing agama yang lain serta membangun hubungan
dengan pihak-pihak yang dianggap mampu bekerja sama
dalam meningkatkan keadaan warga binaan
pemasyarakatan, baik dari aspek kemampuan dan potensi
warga binaan pemasyarakatan, pengetahuan, serta
kemampuan warga binaan pemasyarakatan dalam
menghadapi segala permasalahan yang dialami oleh
warga binaan pemasyarakatan.
5. Tujuan Bimbingan Agama
Dalam menjalankan kehidupannya, manusia pasti
mengalami hambatan-hambatan dalam mewujudkan
keinginannya, sehingga diperlukan bimbingan agama,
untuk itulah bimbingan agama berusaha untuk membantu
individu agar mampu menghadapi masalah dalam
hidupnya. M. Arifin berpendapat bahwa bimbingan dan
penyuluhan agama dimaksudkan untuk membantu seorang
yang terbimbing supaya memiliki religious reference
(sumber pegangan agama) dalam memecahkan
31
persoalan.22
Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah
membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya, agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat.23 Adapun tujuan bimbingan agama secara
khusus yaitu sebagai berikut:
1) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,
maksudnya pembimbing berusaha membantu
mencegah jangan sampai individu menghadapi atau
menemui masalah. Dengan kata lain membantu
individu mencegah timbul masalah bagi dirinya
sendiri.
2) Membantu individu menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang lebih baik, sehingga tidak
menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang
lain.24
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari adanya
bimbingan Agama adalah membantu individu (klien)
22
M.Arifin, Pokok-pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 29.
23 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2001). Hal.35
24 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2001). Hal.35
32
untuk memahami potensi dan kemampuan dirinya dalam
mengatasi problem yang dihadapi sehingga dia mampu
mengembangkan dan mengaktualisasikan diri serta dapat
beradaptasi dengan lingkungannya secara mandiri, sadar
dan sesuai dengan ajaran agama Islam.
6. Fungsi Bimbingan Agama
Ainur Rahim Faqih merumuskan fungsi dari
bimbingan agama yaitu25:
1) Fungsi Preventif, yaitu membantu individu menjaga
atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2) Fungsi kuratif atau Korektif, yaitu membantu
individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi
atau dialaminya.
3) Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu agar
situasi yang semula tidak baik menjadi lebih baik, dan
kebaikan itu bertahan lama.
4) Fungsi Development atau pengembangan, yaitu
membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab masalah baginya.
Sedangkan fungsi agama menurut Syamsu Yusuf
adalah sebagai berikut26:
25
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2001). Hal.36
26 Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005). Hal.15
33
1) Pemahaman: yaitu membantu klien agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, dan norma agama)
berdasarkan pemahaman ini individu diharapkan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara
optimal.
2) Preventif: yaitu supaya pembimbing (konselor) untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang
mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya.
3) Pengembangan: konselor senantiasa berupaya untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang
memfasilitasi perkembangan klien.
4) Perbaikan (penyembuhan): yaitu fungsi bimbingan
yang bersifat kuratif, fungsi ini berkaitan erat dengan
upaya pemberian bantuan pada klien yang telah
mengalami masalah.
5) Penyaluran: fungsi bimbingan dalam membantu
individu-individu memilih kegiatan, ekstrakulikuler,
jurusan atau program studi.
6) Adaptasi: yaitu fungsi membantu para pelaksana
pendidikan khususnya konselor untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat
kemampuan dan kebutuhan individu.
7) Penyesuaian: fungsi bimbingan dalam membantu
individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis
dan konstruktif terhadap dirinya dan lingkungannya.
34
Dari kedua pendapat mengenai fungsi bimbingan
agama diatas, ada beberapa fungsi bimbingan agama
yang sama dan saling melengkapi satu sama lain. Dalam
penelitian ini, peneliti melihat kepada pendapat keduanya
untuk mengukur pelaksanaan bimbingan agama yang
dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang, apakah pelaksanaan bimbingan agama
sudah sesuai dengan fungsi-fungsi tersebut atau bahkan
sebaliknya.
Berdasarkan fungsi bimbingan agama yang telah
diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembimbing
agama harus memiliki fungsi-fungsi tersebut untuk
menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh warga binaan pemasyarakatan. Dalam penelitian ini,
peneliti memfokuskan kepada permasalahan penerimaan
diri warga binaan pemasyarakatan.
7. Metode Bimbingan Agama
Metode bimbingan agama dapat diklasifikasikan
berdasarkan segi komunikasi. Metode bimbingan agama
menurut Faqih adalah sebagai berikut:27
a. Metode Langsung
Metode langsung (metode komunikasi langsung)
adalah metode dimana pembimbing melakukan
komunikasi langsung atau bertatap muka dengan
27
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:
UI Press, 2001). Hal.55
35
individu yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci
lagi menjadi dua metode, yaitu metode individual dan
metode kelompok:
1) Metode Individual
Pembimbing dalam metode individual ini
melakukan komunikasi langsung secara individual
dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik: pertama
percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan
dialog secara langsung tatap muka dengan pihak
yang dibimbing; kedua kunjungan ke rumah (home
visit), yakni pembimbing mengadakan dialog
dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah
klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah
klien dan lingkungannya; ketiga
pembimbing/konseling jabatan, melakukan
percakapan individual sekaligus mengamati kerja
klien dan lingkungan.
2) Metode Kelompok
Pembimbing melakukan komunikasi langsung
dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat
dilakukan dengan teknik-teknik, yaitu: pertama
diskusi kelompok, yakni pembimbing
melaksanakan bimbingan dengan cara
mengadakan diskusi dengan/bersama kelompok
klien yang memiliki masalah yang sama; kedua
karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang
36
dilakukan secara langsung dengan
mempergunakan ajang karyawisata sebagai
forumnya; ketiga sosiodrama, yakni bimbingan
dan konseling yang dilakukan dengan cara
bermain peran untuk memecahkan atau mencegah
timbulnya masalah (psikologis); keempat
psikodrama, yakni bimbingan dan konselung yang
dilakukan dengan cara bermain peran untuk
memecahkan atau mencegah timbulnya masalah
(psikologis); kelima group teaching, yakni
pemberian bimbingan dan konseling dengan
memberikan materi
Agar pelaksanaan bimbingan agama berjalan
dengan baik khususnya di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang, pembimbing agama
harus menysesuaikan keadaan warga binaan
pemasyarakatan dengan metode yang akan digunakan.
Berdasarkan fokus penelitian ini yaitu; peran
pembimbing agama dalam meningkatkan penerimaan
diri pada warga binaan pemasyarakatan (WBP),
peneliti akan melihat metode apa yang digunakan oleh
pembimbing agama dalam melakukan bimbingan
agama untuk meningkatkan penerimaan diri warga
binaan pemasyarakatan (WBP).
37
B. Penerimaan Diri
1. Pengertian Penerimaan Diri
Penerimaan diri (Self-acceptance) ialah suatu
kemampuan individu untuk dapat melakukan penerimaan
terhadap keberadaan diri sendiri. Hasil analisa atau
penilaian terhadap diri sendiri akan dijadikan dasar bagi
seorang individu untuk dapat mengambil suatu keputusan
dalam rangka penerimaan terhadap keberadaan diri
sendiri. Sikap penerimaan diri dapat dilakukan secara
realistis, tetapi juga dapat dilakukan secara tidak realistis.
Sikap penerimaan realistis dapat ditandai dengan
memandang segi kelemahan-kelemahan maupun
kelebihan-kelebihan diri secara objektif. Sebaliknya
penerimaan diri tidak realistis ditandai dengan upaya
untuk menilai secara berlebihan terhadap diri sendiri,
mencoba untuk menolak kelemahan diri sendiri,
mengingkari atau menghindari hal-hal yang buruk dari
dalam dirinya, misalnya pengalaman traumatis masa
lalu.28
Ryff berpendapat penerimaan diri adalah sikap positif
terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai
aspek diri termasuk kualitas baik atau tidak baik dan
merasa positif dengan kehidupan yang telah dijalani.
Sikap positif terhadap diri sendiri dapat meningkatkan
toleransi terhadap pengendalian diri sehingga mampu
28
Dariyo Agoes, Psikologi perkembangan anak usia tiga tahun
pertama, (Jakarta; PT Refika Aditama, 2007). Hal.205
38
mengatasi kondisi yang tidak menyenangkan dan
memiliki keinginan untuk terus mengembangkan diri.29
Kemudian Sartain mengatakan bahwa penerimaan diri
adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sebagaimana adanya dan untuk mengakui keberadaan
dirinya secara obyektif. Individu yang menerima diri
adalah individu yang menerima dan mengakui keadaan
diri sebagaimana adanya. Hal ini tidak berarti bahwa
seseorang menerima begitu saja kondisi dirinya tanpa
usaha untuk mengembangkan lebih lanjut. Seseorang
yang telah menerima dirinya saat ini serta mempunyai
keinginan untuk terus mengembangkan diri.30
Sedangkan menurut Hurlock penerimaan diri adalah
sejauh mana individu mampu menyadari karakteristik
kepribadian yang dimilikinya dan bersedia untuk hidup
dengan karakteristik tersebut. Penerimaan diri menjadi
salah satu faktor penting yang berperan terhadap
kebahagiaan individu, sehingga ia mampu memiliki
penyesuaian diri yang baik.31
Chaplin mengemukakan bahwa penerimaan diri
adalah sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan
diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri,
29
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011). Hal.15 30
Handayani, Jurnal INSAN. Efektifitas Pelatihan Pengenalan Diri
Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri Pada Remaja,
(Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 2000), Vol. 2, no. 1,
Edisi November. Hal.39-46 31
Hurlock, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1993).
Hal.47
39
serta pengetahuan-pengetahuan akan keterbatasan-
keterbatasan sendiri. Penerimaan diri ini
mengandaikan adanya kemampuan diri dalam
psikologis seseorang, yang menunjukkan kualitas diri.
Hal ini berarti bahwa tinjauan tersebut akan diarahkan
pada seluruh kemampuan diri yang mendukung.
Kesadaran diri akan segala kelebihan dan kekurangan
diri haruslah seimbang dan diusahakan untuk saling
melengkapi satu sama lain, sehingga dapat
menumbuhkan kepribadian yang sehat.32
Konsep yang lebih jelas dikemukakan oleh Helmi
yang mengartikan yang mengartikan bahwa
penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat
menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan
menggunakannya dalam menjalani kelangsungan
hidupnya. Sikap penerimaan diri ditunjukkan oleh
pengakuan seseorang terhadap kelebihan-kelebihan
sekaligus menerima kelemahan-kelemahannya tanpa
menyalahkan orang lain dan mempunyai keinginan
yang terus-menerus untuk mengembangkan diri.33
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif
terhadap diri sendiri, mampu dan mau menerima
32
Chaplin, J.P, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005). Hal.250 33
Nurviana, Jurnal Psikologi: Penerimaan Diri, (Semarang: Fakultas
Psikologi Universitas Diponegoro, 2010). Hal.4
40
keadaan diri baik kelebihan atau kekurangan, sehingga
dapat memandang masa depan lebih positif.
2. Proses Terbentuknya Penerimaan Diri
Menurut Supratiknya, proses terbentuknya
penerimaan diri berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut:34
a. Pembukaan Diri
Jika seseorang dapat menerima diri dengan baik
maka dapat dengan mudah membuka diri. Demi
penerimaan diri maka kita harus bersikap tulus dan
jujur dalam membuka diri. Bila kita
menyembunyikan sesuatu tentang diri kita,
penerimaan yang ditunjukan oleh orang lain atas
diri kita justru bisa mengurangi penerimaan diri
kita.
b. Kesehatan Psikologis
Kesehatan psikologis berkaitan erat dengan kualitas
perasaan kita terhadap diri kita sendiri. Orang yang
sehat secara psikologis memandang dirinya
disenangi, mampu berharga, dan diterima oleh
orang lain. Agar kita tumbuh dan berkembang
secara psikologis kita harus menerima diri kita.
c. Penerimaan terhadap orang lain
34
Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologi.
(Yogyakarta: Kanisius, 1995). Hal.81
41
Seseorang yang menerima dirinya biasanya lebih
bias menerima orang lain. Bila kita berpikir positif
tentang orang lain.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
terbentuknya penerimaan diri pada seseorang sekurang-
kurangnya melibatkan tiga hal yaitu; pembukaan diri,
kesehatan psikologis, dan penerimaan terhadap orang
lain. Apabila seseorang telah mencapai tiga hal tersebut
maka dapat dipastikan dia telah mencapai kepada
penerimaan diri yang utuh, artinya dia dapat menerima
keadaan dirinya baik kekurangan maupun
kelebihannya.
3. Aspek-Aspek Penerimaan Diri
Elizabeth Sheerer mengatakan aspek-aspek
penerimaan diri, meliputi ha-hal sebagai berikut :35
a. Peran sederajat
Individu menganggap dirinya sederajat dengan
orang lain, sehingga individu tidak merasa sebagai
orang yang istimewa atau menyimpang dari orang
lain. Individu merasa dirinya mempunyai
kelemahan dan kelebihan seperti orang lain.
b. Peran kemampuan diri
Individu mempunyai kemampuan untuk
35
Shella Rafika, skripsi “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Diri:Sebuah Penelitian Dikalangan Anak Berhadapan Hukum
Di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani” (Jakarta: UIN Jakarta, 2010).
Hal.16
42
menghadapi kehidupan.Hal ini tampak dari sikap
individu yang percaya diri, lebih suka
mengembangkan sikap baiknya dan mengeleminasi
sifat buruknya dari pada ingin menjadi orang lain,
sehingga individu merasa puas dengan dirinya.
c. Bertanggung jawab
Individu berani memikul tanggung jawab terhadap
perilakunya, sehingga menerima diri apa adanya.
d. Orientasi keluar diri
Individu lebih mempunyai orientasi keluar diri dari
pada kedalam. Individu lebh suka memperhatikan
dan toleran terhadap orang lain, sehingga
mendapatkan penerimaan sosial dari
lingkungannya.
e. Berpendirian
Individu lebih suka mengikuti standarnya sendiri
dari pada bersikap nyaman (comform) terhadap
tekanan sosial, oleh karena itu individu yang
mampu menerima diri mempunyai sikap dan
kepercayaan diri pada tindakannya.
f. Menyadari keterbatasan
Individu tidak menyalahkan diri akan
keterbatasannya atau mengingkari kelebihannya.
g. Menerima sifat kemanusiaan
Individu tidak menyangkal emosi.Individu
mengenali perasaan marah, takut dan cemas, tanpa
menganggap sebagai suatu yang harus di ingkari
43
atau ditutupi.Kepercayaan atau kemampuannya
untuk dapat menghadapi hidupnya.
Sedangkan menurut Jersild aspek-aspek penerimaan
diri adalah sebagai berikut:36
a. Persepsi mengenai diri dan sikap terhadap
penampilan
Individu yang memiliki penerimaan diri berpikir
lebih realistik tentang penampilan dan bagaimana ia
terlihat dalam pandangan orang lain. Ini bukan
berarti individu tersebut mempunyai gambaran
sempurna tentang dirinya, melainkan individu
tersebut dapat melakukan sesuatu dan berbicara
dengan baik mengenai dirinya yang sebenarnya.
b. Sikap terhadap kelemahan dan kekuatan diri sendiri
dan orang lain
Individu yang memiliki penerimaan diri
memandang kelemahan dan kekuatan dalam dirinya
lebih baik daripada individu yang tidak memiliki
penerimaan diri. Individu tersebut kurang menyukai
jika harus menyia-nyiakan energinya untuk menjadi
hal yang tidak mungkin, atau berusaha
menyembunyikan kelemahan dari dirinya sendiri
maupun orang lain. Ia pun tidak berdiam diri
dengan tidak memanfaatkan kemampuan yang
dimilikinya. Sebaliknya, ia akan menggunakan
36
Jersild Athur T, Child Psychology, (Englewood Cliffs: Prentice
Hall, 1958). Hal.33-34
44
bakat yang dimilikinya dengan leluasa. Individu
yang bersikap baik dalam menilai kelemahan dan
kekuatan dirinya akan bersikap baik pula dalam
menilai kelemahan dan kekurangan orang lain.
c. Perasaan rendah diri sebagai gejala penolakan diri
Individu yang terkadang merasakan rendah diri
(inferiority complex) adalah individu yang tidak
memiliki sikap penerimaan diri dan hal tersebut
akan mengganggu penilaian yang realistik atas
dirinya. Individu yang memiliki penerimaan diri
maka ia akan mampu menyesuaikan dirinya dengan
baik dan tidak merasa bahwa ia akan ditolak oleh
orang lain.
d. Respon atas penolakan dan kritikan
Individu yang memiliki penerimaan diri tidak
menyukai kritikan, namun demikian ia mempunyai
kemampuan untuk menerima kritikan bahkan dapat
mengambil hikmah dari kritikan tersebut. Ia
berusaha untuk melakukan koreksi atad dirinya
sendiri, ini merupakan hal yang penting dalam
perkembangannya menjadi seorang individu dewasa
dan dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi
masa depan. Individu yang tidak memiliki
penerimaan diri justru menganggap kritikan sebagai
wujud penolakan terhadapnya. Penting dalam
penerimaan diri yang baik adalah mampu belajar
dari pengalaman dan meninjau kembali sikapnya
45
yang terdahulu untuk memperbaiki diri.
e. Keseimbangan antara “real seld” dan “ideal self”.
Individu yang memiliki penerimaan diri adalah
individu yang mempertahankan harapan dan
tuntutan dari dalam dirinya dengan baik dalam
batas-batas memungkinkan individu ini mungkin
memiliki ambisi yang besar, namun tidak mungkin
untuk mencapainya walaupun dalam jangka waktu
yang lama dan menghabiskan energinya. Oleh
karena itu, dalam mencapai tujuannya individu
mempersiapkan dalam konteks yang mungkin
dicapai, untuk memastikan dirinya tidak akan
kecewa saat nantinya. Berarti individu memiliki
keberanian dalam menghadapi segala resiko yang
akan timbul akibat perilakunya.
f. Penerimaan diri dan penerimaan orang lain
Hal ini berarti apabila seseorang individu
menyayangi dirinya, maka akan lebih
memungkinkan baginya untuk menyayangi orang
lain, dan apabila seorang individu merasa benci
pada dirinya, maka akan lebih memungkinkan
untuk merasa benci pada orang lain. Terciptanya
hubungan timbal balik antara penerimaan diri dan
penerimaan orang lain yaitu individu yang memiliki
penerimaan diri merasa percaya diri dalam
memasuki lingkungan sosial.
g. Penerimaan diri, menuruti kehendak, dan
46
menonjolkan diri
Menerima diri dan menuruti diri merupakan hal
yang berbeda. Apabila seorang individu menerima
dirinya, hal tersebut bukan berarti ia memanjakan
dirinya. Individu yang menerima dirinya akan
menerima dan bahkan menuntut pembagian yang
layak akan sesuatu yang bagus, dalam hal
menonjolkan diri ia tidak akan membiarkan orang
lain selangkan lebih maju darinya dan mengganggu
langkahnya. Individu dengan penerimaan diri
menghargai harapan orang lain dan meresponnya
dengan bijak. Namun, ia memiliki pendirian yang
terbaik dalam berfikir, merasakan dan membuat
pilihan. Ia tidak hanya akan menjadi pengikut apa
yang dikatakan orang lain.
h. Penerimaan diri, spontanitasm dan menikmati hidup
Individu dengan penerimaan diri mempunyai lebih
banyak keleluasaan untuk menikmati hal-hal dalam
hidupnya. Namun, terkadang ia kurang termotivasi
untuk melakukan sesuatu yang rumit. Individu
tersebut tidak hanya leluasa menikmati sesuatu
yang dilakukannya. Akan tetapi, juga leluasa untuk
menolak atau menghindari sesuatu yang tidak ingin
dilakukannya.
i. Kejujuran dalam menerima diri
Individu dengan penerimaan diri yang baik adalah
individu yang memiliki fleksibilitas dalam
47
pengaturan hidupnya. Individu memiliki kejujuran
untuk menerima dirinya sebagai apa dan untuk apa
nantinya, dan tidak menyukai kepura-puraan.
Individu ini dapat secara terbuka mengakui dirinya
sebagai individu yang pada suatu waktu dalam
masalah, merasa cemas, ragu, dan bimbang tanpa
harus menipu diri dan orang lain.
j. Sikap yang baik terhadap penerimaan diri
Menerima diri merupakan hal yang penting dalam
kehidupan seseorang. Banyak hal dalam
perkembangan seorang individu yang belum
sempurna, individu yang dapat menerima dirinya
akan menggunakan kemampuannya dengan baik
dalam perkembangan hidupnya.
Dalam penelitian ini, aspek-aspek penerimaan diri
yang telah diuraikan diatas dapat membantu peneliti
untuk memperhatikan seberapa besar tingkat
penerimaan diri pada warga binaan pemasyarakatan
(WBP) Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang.
4. Ciri-Ciri Penerimaan Diri
Menurut ciri-ciri individu dengan penerimaan diri
yaitu:37
37
Dania Martini & Nurul Hartini, Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Menta, : Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kecemasan
Menghadapi Dunia Kerja Pada Tunadaksa Di UPT Rehabillitasi Sosial Cacat
48
a. Individu mempunyai keyakinan akan kemampuannya
untuk menghadapi persoalan.
b. Individu menganggap dirinya berharga sebagai
seorang manusia dan sederajad dengan orang lain.
c. Individu tidak malu atau hanya memperhatikan
dirinya sendiri.
d. Individu tidak menganggap dirinya aneh atau
abnormal dan tidak ada harapan di tolak orang lain.
e. Individu berani memikul tanggung jawab terhadap
perilakunya.
f. Individu dapat menerima pujian atau celaan secara
obyektif.
g. Individu tidak menyalahkan diri atau keterbatasan
yang dimiliki ataupun mengingkari kelebihannya.
Allport mengemukakan orang yang menerima dirinya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:38
a. Memiliki gambaran positif tentang dirinya.
b. Dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa
frustasi atau kemarahannya.
c. Dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa
memusuhi mereka apabila orang lain memberikan
kritikan.
Tubuh Pasuruan, (Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 2012).
Hal.82 38
Aryani Tri Wrastari dan Handadari, Jurnal INSAN: Pengaruh
Pemberian Neuro Linguistic Programming (NLP) terhadap Peningkatan
Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tubuh Pada Remaja di Pusat Rehabilitas
Panti Sosial Bina Daksa “Suryatam” Bangil Pasuruan, (Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga, 2003), Vol. 5. No.1. Hal.21
49
d. Dapat mengatur keadaan emosi mereka (seperti
depresi, kemarahan, rasa bersalah, dan lain-lain).
e. Mengekspresikan keyakinan dan perasaan dengan
mempertimbangkan perasaan dan keadaan orang lain.
Kemudian menurut Jhonson ciri-ciri orang yang mau
menerima dirinya adalah sebagai berikut:39
a. Menerima diri sendiri apa adanya.
b. Tidak menolak diri sendiri, apabila memiliki
kelebihan maupun kekurangan.
c. Memiliki keyakinan bahwa untuk mencintai diri
sendiri, maka seseorang tidak harus dicintai oleh
orang lain dan dihargai oleh orang lain.
d. Untuk merasa berharga, maka seseorang tidak perlu
merasa benar-benar sempurna.
e. Memiliki keyakinan bahwa dia mampu untuk
menghasilkan kerja yang berguna.
Berdasarkan beberapa hal di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri penerimaan diri adalah:
dapat menerima dirinya baik kekurangan maupun
kelebihannya, tidak memiliki emosi yang berlebihan,
tidak banyak mengeluh, tidak mudah menyerah, belajar
mengendalikan amarah secara benar, tidak
mengharapkan orang lain memenuhi atau
39
Aryani Tri Wrastari dan Handadari, Jurnal INSAN: Pengaruh
Pemberian Neuro Linguistic Programming (NLP) terhadap Peningkatan
Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tubuh Pada Remaja di Pusat Rehabilitas
Panti Sosial Bina Daksa “Suryatam” Bangil Pasuruan, (Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga, 2003), Vol. 5. No.1. Hal.21
50
membahagiakan semua kebutuhannya.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Diri
Hurlock mengemukakan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam penerimaan diri adalah sebagai
berikut:40
a. Aspirasi realistis
Agar warga binaan pemasyarakatan (WBP) menerima
dirinya, ia harus realitis tentang dirinya dan tidak
mempunyai ambisi yang tidak mungkin tercapai. Ini
tidak berarti bahwa mereka harus mengurangi ambisi
atau menentukan sasaran di bawah kemampuan
mereka. Sebaliknya mereka harus menetapkan sasaran
yang di dalam batas kemampuan mereka, walaupun
batas ini lebih rendah dari apa yang mereka cita-
citakan.
b. Keberhasilan
Bila tujuan itu realitis, kesempatan berhasil sangat
meningkat. Lagi pula, agar warga binaan
pemasyarakatan (WBP) Lapas Perempuan menerima
dirinya, individu tersebut harus mengembangakan
faktor peningkat keberhasilan yang mencakup
keberanian mengambil inisiatif dan meninggalkan
kebiasaan menunggu perintah apa yang harus
dilakukan, teliti dan bersungguh-sungguh dalam apa
40
Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2. Ahli Bahasa: Thandrasa &
Zaikasih, (Jakarta: Erlangga, 1999). Hal.259
51
saja yang dilakukan, bekerja sama dan mau
melakukan lebih dari semestinya.
c. Wawasan sosial
Kemampuan melihat diri seperti orang lain melihat
mereka dapat menjadi suatu pedoman untuk perilaku
yang memungkinkan warga binaan pemasyarakatan
(WBP) memenuhi harapan sosial. Sebagai kontras,
perbedaan mencolok antara pendapat orang lain dan
pendapat warga binaan pemasyarakatan (WBP)
tentang dirinya akan menjurus keperilaku yang
membuat orang lain kesal dan menurunkan penilaian
orang lain tentang dirinya.
d. Wawasan diri
Kemampuan dan kemauan menilai diri secara realitis
serta mengenal dan menerima kelemahan dan
kekurangan yang dimiliki, akan meningkatkan
penerimaan diri. Tiap tahun dengan bertambahnya
usia dan pengalaman sosial, warga binaan
pemasyarakatan (WBP) mampu menilai dirinya
dengan lebih akurat.
e. Konsep diri stabil
Bila warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas
Perempuan meilihat dirinya satu cara pada satu saat
dan cara lain pada saat yang lain, kadang-kadang
menguntungkan dan kadang-kadang tidak menjadi
ambivalen tentang dirinya. Untuk mencapai kestabilan
halnya dengan konsep diri yang tidak berubah-ubah.
52
Menurut Jersild, yang merupakan faktor yang
mempengaruhi penerimaan diri yaitu:41
a. Usia
Semakin matang usia seseorang maka akan semakin
baik pula penerimaan diri yang dimiliki oleh orang
tersebut.
b. Pendidikan
Seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi
akan dapat menerima dirinya dari pada orang yang
memiliki pendidikan yang rendah.
c. Keadaan fisik
Keadaan fisik akan mempengaruhi penerimaan diri
seseorang. Seseorang yang memiliki kekurangan fisik
cenderung memiliki penerimaan diri yang rendah.
d. Dukungan sosial
Penerimaan diri akan mudah dilakukan jika
seseorang mendapat dukungan dari orang-orang di
sekitarnya.
e. Pola asuh orang tua
Pengaruh pola asuh orang tua memengaruhi
seseorang dalam membentuk sikap penerimaan diri.
Pola asuh yang bersifat demokratis akan lebih
41
Desinta Dwi Mawarni, Hubungan Konsep Diri Dengan
Penerimaan Diri Penyanding Disabilitas Daksa Di Sehati Sukoharjo, Skripsi
Bimbingan Konsrling Islam. (Surakarta: Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
2018). Hal.9
53
berpengaruh dalam penerimaan diri yang baik bagi
seseorang.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan diri yang telah diuraikan diatas, dapat
disimpulkan bahwa penerimaan diri dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor diantaranya yaitu; aspirasi realistis,
keberhasilan dalam mencapai tujuan, wawasan sosial,
serta wawasan diri. Disisi lain penerimaan diri juga dapat
dipengaruhi oleh faktor usia, pendidikan, keadaan fisik,
dukungan sosial dan pola asuh orang tua.
C. Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
1. Pengertian Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
Pasal 1 Undang – Undang nomor 12 tahun 1995
tentang Pemasyarakatan menjelaskan : Warga Binaan
Pemasyarakatan adalah Narapidana, Anak Didik
Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan.
a. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana
hilang kemerdekaan di Lapas.
b. Anak Didik Pemasyarakatan adalah:
(1) Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan
putusan pengadilan menjalani pidana di Lapas.
Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan
belas) tahun.
(2) Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan
putusan pengadilan diserahkan pada negara
54
untuk dididik dan ditempatkan di Lapas. Anak
paling lama sampai berumur 18 (delapan belas)
tahun.
Suhadi berpendapat bahwa Warga Binaan
Pemasyarakatan (Narapidana, anak didik
pemasyarakatan, klien pemasyarakatan) berdasarkan
sistem pemasyarakatan merupakan kegiatan interaktif
antara komponen narapidana, petugas, lembaga
pemasyarakatan dan masyarakat itu sendiri, maka
peran serta masyarakat merupakan salah satu hal yang
mutlak diperlukan, tanpa peran serta masyarakat tidak
akan tercapai bagaimanapun baiknya program-program
pembinaan yang dilakukan.42
2. Sistem Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjunjung
tinggi hukum dan memberikan rasa keadilan bagi seluruh
masyarakat terutama yang membutuhkan perlindungan
hukum dan dijamin oleh Negara artinya setiap warga
Negara sama di mata hukum ini menyatakan salah satu
kaidah hukum. Asas persamaan kedudukan ini sangat
penting ditegakkan terutama dalam kehidupan
bermasyarakat. Pelaksanaan pidana penjara dengan sistem
pemasyarakatan di Indonesia saat ini mengacu kepada
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
42
Suhandi, Hak dan Kewajiban Warga Binaan Lembaga
Pemasyarakatan Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, (Jurnal Perspektif,
Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2010). Hal.197
55
Pemasyarakatan. Penjelasan Umum Undang- Undang
Pemasyarakatan yang merupakan perubahan ide secara
yuridis filosofis dari sistem kepenjaraan menjadi sistem
pemasyarakatan serta mengatur tentang pelaksanaan
sistem pemasyarakatan di Indonesia dinyatakan bahwa:43
1) Bagi Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila,
pemikiran- pemikiran baru mengenai fungsi
pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan juga
merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi
sosial. Warga Binaan Pemasyarakatan telah
melahirkan suatu sistem pembinaan yang sejak lebih
dari 30 (tiga puluh) tahun yang dikenal dan dinamakan
dengan Sistem Pemasyarakatan.
2) Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada
unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai
dengan lembaga “rumah penjara” secara berangsur-
angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana
yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan
reintegrasi sosial agar narapidana menyadari
kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk
melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga
masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri,
keluarga, dan lingkungan.
Perubahan konsep dari sistem kepenjaraan sampai
sistem pemasyarakatan ini dinilai sangat penting, karena
43 Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Inonesia,
(Bandung: Refika Aditama, 2006). Hal.102
56
sistem kepenjaraan di masa kolonial Belanda dilihat dari
keadaan sosialnya mengasingkan terpidana dari
masyarakat dan sangat ditakuti oleh masyarakat. Selain
itu, sistem ini punya andil dalam menyuburkan terjadinya
penularan kejahatan antara narapidana sehingga lahir
istilah sekolah kejahatan (school crime). Akibatnya
menimbulkan siapa yang paling kuat ialah yang berkuasa.
Sistem pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian
kesatuan penegakan hokum pidana, oleh karena itu
pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari
pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan.
Pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan warga
binaan agar menyesali perbuatannya, dan
mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik,
taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral,
sosial dan keagamaan, sehingga tercapai kehidupan
masyarakat yang aman, tertib dan damai.44
Tujuan dari penyelenggara sistem pemasyarakatan
dapat ditemukan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undanhg-
undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,
yaitu:
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang pemasyarakatan menjelaskan:
44
Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Inonesia,
(Bandung: Refika Aditama, 2006). Hal.103
57
Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai
arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan
pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan
secara terpadu antara Pembina, yang dibina, dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan
pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki
diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat
diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif
berperan dalam pembangunan, dan hidup secara wajar
sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
pemasyarakatan menjelaskan:
Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka
membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi
manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki
diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat
diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
berperan aktif dalam pembangunan, dan dapat hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung
jawab.
3. Sistem Pembinaan Pemasyarakatan
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan
58
Bimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan menjelaskan:45
Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan
kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
intelektual, sikap dan perilaku, professional, kesehatan
jasmani dan rohani narapidana dan anak didik
pemasyarakatan
Pelaksanaan pembinaan dan pembimbingan warga
binaan pemasyarakatan dilakukan oleh petugas
pemasyarakatan yang terdiri atas:
a. Pembina Pemasyarakatan
Pembina pemasyarakatan adalah petugas
pemsyarakatan yang melaksanakan yang
melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik
pemasyarakatan di Lapas
b. Pengaman Pemasyarakatan
Pengaman pemasyarakatan adalah petugas
pemasyarakatan yang melaksanakan pengamanan
narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Lapas
c. Pembimbing Kemasyarakatan
Pembimbing kemasyarakatan adalah petugas
pemasyarakatan yang melaksanakan pembimbingan
klien di Bapas
45
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pembinaan dan Bimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Pasal 1.
59
Sistem pembinaan pemasyarakatan berdasarkan asas:
a. Sistem pengayoman
Pengayoman adalah perlakuan terhadap Warga Binaan
Pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat
dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh
Warga Binaan Pemasyarakatan, juga memberikan
bekal hidupnya kepada Warga Binaan Pemasyarakatan
agar menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat
b. Persamaan Perkakuan dan Pelayanan
Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian
perlakuan dan pelayanan yang sama kepada Warga
Binaan Pemasyarakatan tanpa membeda – bedakan
orang.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan
dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan pancasila,
antara lain penanaman jiwa kekeluargaan,
keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan
untuk menunaikan ibadah.
d. Pembimbingan
Pembimbingan adalah bahwa penyelengaraan
bimbingan dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara
lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan,
pendidikan kerohanian dan kesempatan untuk
menunaikan ibadah
e. Penghormatan hakikat dan martabat manusia
Penghormatan harkat dan martabat manusia adalah
60
bahwa sebagai orang yang tersesat Warga Binaan
Pemasyarakatan harus tetap diperlukan sebagai
manusia.
f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya
penderitaan
Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya
penderitaan adalah warga binaan pemasyarakatan
harus berada dalam Lapas untuk jangka waktu tertentu,
sehingga mempunyai kesempatan penuh untuk
memperbaikinya. Selama di Lapas warga binaan
pemasyarakatan tetap memperoleh hak-haknya seperti
layaknya manusia, dengan kata lain hak perdatanya
tetap dilindungi seperti hak memperoleh perawatan
kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur,
latihan, keterampilan, olahraga atau rekreasi.
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan
keluarga dan orang-orang tertentu.
h. Walaupun warga binaan pemasyarakatan berada di
Lapas, tetapi didekatkan dan dikenalkan dengan
masyarakat serta tidak boleh diasingkan dari
masyarakat, antara lain berhubungan dengan
masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan ke
dalam Lapas dari anggota masyarakat yang bebas, dan
kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga
seperti program cuti mengunjungi keluarga.
61
4. Tujuan Pembinaan Hukum Pidana
Tujuan pemberian pidana antara lain, mencegah
dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma
hukum, memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan
pembinaan, menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh
tindak pidana, memulihkan keseimbangan, dan
membebaskan rasa bersalah pada terpidana. Pemidanaan
ini pun tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan
merendahkan martabat manusia.46 Sebagaimana kita
ketahui bahwa tujuan hukum pidana pada umumnya
untuk mencegah terjadinya tindak pidana dan
melindungi kepentingan perorangan (HAM),
masyarakat dan negara dengan pertimbangan yang
serasi antara tindakan atau kejahatan disatu pihak dan
tindakan aparat atau penguasa yang sewenang-
wenang. Salah satu cara untuk mencapai tujuan
hukum pidana ialah memidana orang yang telah
melakukan tindak pidana.47
46
Meiga Latifah, Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Penerimaan Diri Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas
IIA Tangerang, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2018). Hal.32. 47
Tina Asmarawati, Hukum dan Psikiatri (Yogyakarta:
Deepublish, 2012). Hal.88
62
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN
PEREMPUAN KELAS IIA TANGERANG
A. Profil Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang
1. Awal Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang
Lapas ini merupakan pindahan dari Bukit Duri,
Jakarta, yang kemudian dipindahkan karena ketidak
sesuaian dengan tata letak bangunan kota Jakarta. Ciri
khas Lapas ini adalah pembangunan sistem pavilion pada
bangunan hunian, yang artinya bangunan dibuat
menyerupai blok pavilion sehingga suasana hunian tidak
terkesan angker dan menyeramkan.1
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang berdiri diatas 16.900 m2 dengan kapasitas
penghuni 250 Orang. Dilingkungan Lapas terdiri dari 21
unit bangunan yang terdiri dari: 5 unit perkantoran, 7 unit
blok hunian, 1 unit pelatihan bunga kering dan isolasi, 1
unit ruang dapur, 1 unit ruang serbaguna, 1 unit ruang
1 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Profil
LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang, (Tangerang: LAPAS Perempuan
Kelas IIA Tangerang, 2014). Hal.1
63
aula, 1 unit poliklinik, 1 unit gereja, 1 unit musholla, 1
unit wihara, 1 unit lapangan olahraga.2
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang mempunyai mitra untuk membangun
kerjasama dalam proses pembinaan yakni dengan Badan
Narkotika Propinsi, Kepolisian Resort Kota Tangerang,
Dinas Sosial Kota Tangerang, Dinas Taman Kota
Tangerang, dan sejumlah yayasan pembinaan kerohanian
dan keterampilan.3
2. Visi, Misi dan Motto Lapas Perempuan Kelas IIA
Tangerang
1) Visi
Mewujudkan manusia yang beriman, bertaqwa, aktif
dan produktif serta bertanggung jawab dalam
kehidupan masyarakat
2) Misi
Melaksanakan pembinaan mental spiritual baik rohani
dan jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran sebagai makhluk mandiri, anggota
masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa
2 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Profil
LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang, (Tangerang: LAPAS Perempuan
Kelas IIA Tangerang, 2014). Hal.1 3 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Profil
LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang, (Tangerang: LAPAS Perempuan
Kelas IIA Tangerang, 2014). Hal.1
64
3) Motto
IKHLAS (Inovatif, Komunikatif, Harmonis, Luwes,
Aman, Serasi)4
3. Tugas dan Fungsi Lapas Perempuan Kelas IIA
Tangerang
1) Tugas:
Melaksanakan Pemasyarakatan Narapidana Wanita
sesuai peraturan dan Perundang-undangan yang
berlaku.
2) Fungsi
a. Melaksanakan pembinaan dan perawatan Narapidana
dan tahanan
b. Memberikan bimbingan sosial dan kerohanian pada
narapidana dan tahanan
c. Mempersiapkan saran dan mengelola hasil kerja
d. Melakukan urusan ketatausahaan dan
kerumahtanggaan lembaga pemasyarakatan
e. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib
lembaga pemasyarakatan
f. Melakukan fungsi registrasi dan administrasi
g. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga5
4 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Profil
LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang, (Tangerang: LAPAS Perempuan
Kelas IIA Tangerang, 2014). Hal.2 5 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Profil
LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang, (Tangerang: LAPAS Perempuan
Kelas IIA Tangerang, 2014). Hal.4
65
4. Struktur Organisasi STRUKTUR ORGANISASI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIA TANGERANG
Gambar 3.1
KA. SUB BAG TATA USAHA
Sri Rahayu W A,AMd.IP., S.H NIP. 197408011997032001
KEPALA Herlin Candrawati, Bc.IP,. S.H,. M.H
NIP. 196401251988112001
KA. KPLP
Yuliana AMd.IP., S.H
NIP. 197907072001122001
KAUR. PEG. / KEU
Nurhayati H Yacub S.H,. M.H
NIP. 196805121991122001
KAUR UMUM
Arosmiati, S.Sos,. M.Si
NIP. 196810211990032001
KASI BINADIK
Sri Setiati,Bc.IP,. S.H
NIP. 196505251988112001
KASI. KEGIATAN KERJA Nurhayati H, S.E,. M.H
NIP. 196802131994032001
KASI. ADM KAMTIB Rita Eriani, AMd.IP.,S.H.,M.H
NIP. 197411111999022001
KASUBSI. REGISTRASI
Lidna Komaladewi, AMd.IP,.
S.H NIP. 198404282001122002
KASUBSI. BIMASWAT
Nuraini Prasetiawati, AMd.IP,. S.H
NIP. 198011062000122001
KASUBSI. BIMLOHJA
Indri Yudhit, AMd,. S.Sos NIP. 198004152000122001
KASUBSI. SARANA KERJA
Agustina
Dewi,AMd.IP,.S.Sos NIP. 198208092000122002
KASUBSI. KEAMANAN
Heri Tri Nugroho L N,AMd.IP,.S.H
NIP. 198101152000122001
KASUBSI. PEL & TATIB
Kuswanto,.S.H
NIP. 196805101991031004
PETUGAS KEAMANA
66
1) Kalapas
Tugas:
Mengkoordinasi pembina dan kegiatan,
administrasi, keamanan, dan tata tertib serta
bertanggung jawab atas tata usaha yang
meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan
rumah tangga sesuai dengan peraturan yang
berlaku dalam rangka pencapaian tujuan
pemasyarakatan narapidana dan anak didik.
Fungsi:
a. Memimpin Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
b. Menetapkan Rencana Kerja dan Program
Kerja Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
c. Melakukan Koordinasi Pelaksanaan Tugas
dengan Pemda dan Instansi Terkait.
d. Mengkoordinasikan tindak lanjut petunjuk
yang tertuang dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan.
e. Mengikuti Rapat Kerja.
f. Membina ketatausahaan di lingkungan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang
67
g. Menilai dan Mengesahkan Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pejabat Bawahan.
h. Melakukan Pembinaan Pegawai di
Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
i. Melakukan pengawasan melekat di
lingkungan Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
j. Mengkoordinasikan pengelolaan anggaran
rutin Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang.
k. Mengkoordinasikan Kebutuhan Formasi
Pegawai.
l. Mengkoordinasikan pengendalian
administrasi kepegawaia Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang.
m. Melaksanakan Tugas-Tugas yang diberikan
oleh Kepala Kantor Wilayah.
n. Mengkoordinasikan Pembuatan dan
Penyusunan Laporan Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang.
68
2) Sub Baguan Tata Usaha
Tugas
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas
melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang.
Fungsi
a. Melakukan urusan kepegawaian dan keuangan
b. Melakukan urusan surat-menyurat,
perlengkapan dan rumah tangga.
Sub bagian Tata Usaha terdiri dari:
a) Urusan kepegawaian dan keuangan: Urusan
kepegawaian dan keuangan mempunyai tugas
melakukan urusan kepegawaian dan keuangan
b) Urusan umum: Urusan umum mempunyai
tugas melakukan surat-menyurat, perlengkapan
dan rumah tangga.
3) Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik
Tugas
Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik
mempunyai tugas memberikan bimbingan
pemasyarakatan narapidana/anak didik
Fungsi
a. Melakukan registrasi dan membuat statistik
serta dokumentasi sidik jari narapidana/anak
didik
69
b. Memberikan bimbingan pemasyarakatan,
mengurus kesehatan dan memberikan
perawatan bagi narapidana/anak didik
Seksi Bimbingan Narapidana/Anak didik terdiri
dari:
a) Sub Seksi Registrasi: Sub Seksi Registrasi
mempunyai tugas melakukan pencatatan dan
membuat statistik serta dokumentasi sidik jari
narapidana/anak didik
b) Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan
Perawatan: Sub Seksi Bimbingan
Kemasyarakatan dan Perawatan mempunyai
tugas memberikan bimbingan dan penyuluhan
rohani serta memberikan latihan olah raga,
peningkatan pengetahuan asimilasi, cuti
pengelepasan dan kesejahteraan narapidana /
anak didik serta mengurus kesehatan dan
memberikan perawatan bagi narapidana / anak
didik.
4) Seksi Kegiatan Kerja
Tugas
Seksi Kegiatan Kerja mempunyai tugas
memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan
sarana kerja dan mengolah hasil kerja.
Fungsi
70
a. Memberikan bimbingan latihan kerja bagi
narapidana/anak didik dan mengelola hasil
kerja
b. Mempersiapkan fasilitas sarana kerja
Seksi Kegiatan terdiri dari:
a) Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan
Hasil Kerja: Sub Seksi Bimbingan Kerja dan
Pengelolaan Hasil Kerja mempunyai tugas
memberikan petunjuk dan bimbingan latihan
kerja bagi narapidana/anak didik serta
mengolah hasil kerja
b) Sub Seksi Sarana Kerja: Sub Seksi Sarana
Kerja mempunyai tugas mempersiapkan
fasilitas sarana kerja
5) Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
Tugas
Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
mempunyai tugas mengatur jadwal tugas,
penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas
pengamanan, menerima laporan harian dan berita
acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta
menyusun laporan berkala di bidang keamanan
dan menegakkan tata tertib.
71
Fungsi
a. Mengatur jadwal tugas, penggunaan
perlengkapan dan pembagian tugas
pengamanan
b. Menerima laporan harian dan berita acara dari
satuan pengamanan yang bertugas serta
menyusun laporan berkala di bidang keamanan
dan menegakkan tata tertib
Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
terdiri dari:
a) Sub Seksi Keamanan: Sub Seksi Keamanan
mempunyai tugas mengatur jadwal tugas,
penggunaan perlengkapan dan pembagian
tugas pengamanan.
b) Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib: Sub
Seksi Pelaporan dan Tata Tertib mempunyai
tugas menerima laporan harian dan berita acara
dari datuan pengamanan yang bertugas serta
menyusun laporan berkala di bidang keamanan
dan menegakkan tata tertib.
6) Kesatuan Pengamanan LAPAS
Tugas
Kesatuan Pengamanan LAPAS
mempunyai tugas menjaga keamanan dan
ketertiban di dalam LAPAS.
72
Fungsi
a. Melakukan penjagaan dan pengawasan
terhadap narapidana / anak didik.
b. Melakukan pemeliharaan dan tata tertib.
c. Melakukan pengawalan pemerimaan,
penempatan dan pengeluaran narapidana /
anak didik.
d. Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran
keamanan.
e. Membuat laporan harian dan berita acara
pelaksanaan pengamanan6
5. Kegiatan Pembinaan di Lapas Perempuan Kelas
IIA Tangerang
1. Pembinaan Kepribadian
a. Pembinaan Kerohanian (Islam, Kristen,
Katholik, Budha)
b. Pembinaan Kesadaran Nasionalisme (Upacara)
c. Pembinaan tentang Hukum dan HAM
d. Penyuluhan Kesehatan
e. Pembinaan Rekreasi, terdiri dari:
Pembinaan Kepramukaan
Kegiatan Olahraga
Kegiatan acara nonton TV 3 kali
seminggu dan di hari libur
6 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Profil
LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang, (Tangerang: LAPAS Perempuan
Kelas IIA Tangerang, 2014). Hal.5-7
73
Pelayanan Perpustakaan
2. Pembinaan Kemandirian/Keterampilan
a. Keterampilan jahit menjahit
b. Keterampilan menyulam
c. Keterampilan merajut
d. Keterampilan mutte
e. Keterampilan kristik
f. Keterampilan melukis kerudung
g. Keterampilan kecantikan/salon
h. Keterampilan kelola bunga anggrek
i. Keterampilan kelola ikan lele
j. Keterampilan tali ukur
k. Keterampilan decopage
l. Keterampilan keset kaki
m. Keterampilan tata boga
n. Keterampilan berkebun
o. Keterampilan mendaur ulang plastik
3. Pembinaan Kesenian
a. Vokal grup
b. Rampak bedug
c. Band
d. Choir
e. Tari kreasi modern dan tradisional
f. Rebbana
4. Jumlah Warga Binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
Jumlah Narapidana : 373 Orang
74
Jumlah Tahanan : 0 Orang
Total : 373 Orang
Terdiri dari :
WNI : 327 Orang
WNA : 46 Orang7
Tabel: 3.1
No Tindak Pidana Jumlah
1 Narkotika 342 Orang
2 Korupsi 8 Orang
3 Perlindungan Anak 5 Orang
4 Pembunuhan 4 Orang
5 Pencucian Uang 4 Orang
6 Human Traficking 2 Orang
7 Kesehatan 2 Orang
8 Teroris 2 Orang
9 Memalsu Materai /
Surat
1 Orang
10 Menawarkan Barang
Berbahaya
1 Orang
Table 3. 1
7 Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Profil
LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang, (Tangerang: LAPAS Perempuan
Kelas IIA Tangerang, 2014). Hal.8
75
BAB IV
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Pada bab ini peneliti akan membahas data dan temuan lapangan
selama peneliti melakukan penelitian di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang. Dalam
penelitian ini, peneliti mewawancarai lima warga binaan
pemasyarakatan (WBP) dan dua orang pembimbing agama yang
aktif memberikan bimbingan kepada warga binaan
pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang.
A. Data Informan
Berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan, peneliti akan
mendeskripsikan temuan penelitian dari dua orang
pembimbing agama dan lima orang warga binaan
pemasyarakatan (WBP). Adapun data tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut:
76
Tabel: 4.2
No Nama Usia Pendidikan Status/Profesi Penguasaan Informasi
1 Ratu Suharyati
Sukmara 68 SMA
Pembimbing
Agama
Keadaan warga binaan
pemasyarakatan
Kegiatan bimbingan agama
Peningkatan penerimaan diri
warga binaan pemasyarakatan
2 Nuraini 60 SMA Pembimbing
Agama
Keadaan warga binaan
pemasyarakatan
Kegiatan bimbingan agama
Peningkatan penerimaan diri
warga binaan pemasyarakatan
3 Wati S 60 SD
Warga Binaan
Pemasyarakatan
(WBP)
Perkembangan penerimaan diri
sebelum dan setelah mengikuti
bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas
77
IIA Tangerang
Pengalaman hidup selama berada
di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang
4 Rani Savira 23 SMP
Warga Binaan
Pemasyarakatan
(WBP)
Perkembangan penerimaan diri
sebelum dan setelah mengikuti
bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang
Pengalaman hidup selama berada
di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang
5
Rismawati
35
SMA
Warga Binaan
Pemasyarakatan
(WBP)
Perkembangan penerimaan diri
sebelum dan setelah mengikuti
bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas
78
IIA Tangerang
Pengalaman hidup selama berada
di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang
6 Astiyaroh 27 SMA
Warga Binaan
Pemasyarakatan
(WBP)
Perkembangan penerimaan diri
sebelum dan setelah mengikuti
bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang
Pengalaman hidup selama berada
di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang
7 Ghea Resa
Angelica 24 SMP
Warga Binaan
Pemasyarakatan
(WBP)
Perkembangan penerimaan diri
sebelum dan setelah mengikuti
bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang
79
Pengalaman hidup selama berada
di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang
Table 4. 1
80
B. Deskripsi Informan
pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan seluruh
informan yang telah diwawancarai untuk dimintai informasi-
informasi terkait penelitian yang peneliti lakukan. Berikut
adalah deskripsi informan:
1. Deskripsi Informan Pembimbing Agama 1
Ratu Suharyati Sukmara adalah salah satu
pembimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang, dia akrab dipanggil
Bunda Ratu oleh murid-muridnya baik murid yang ada di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang, maupun murid-murid yang berada diluar
Lembaga Pemasyarakatan. Ratu Suharyati Sukmara
bertempat tiggal di Jl. Palem Kuning No 120, Rt 01 Rw
19 Perumahan Palem Sari, Kelurahan Bencongan
Kecamatan Kelapa dua Kabupaten Tangerang. Ratu
Suharyati menempuh pendidikan di SD Negeri III Legok,
SMP Islam Al-asmaniyah Tangerang, SMA Islam Al-
Layyinah Tangerang.
Ratu Suharyati sudah 13 tahun menjadi pembimbing
agama di Lembaga Pemasayrakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang, dia memiliki kepedulian yang cukup tinggi
untuk membimbing warga binaan pemasyarakatan (WBP)
dan ia menganggap bahwa hal itu adalah salah satu
tanggung jawabnya sebagai ummat Islam terlebih ia
adalah seorang pembimbing agama. Selain sadar akan
tanggung jawabnya sebagai pembimbing agama, dia juga
81
menganggap bahwa Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang dan seisinya adalah bagian dari
keluarganya. Dalam wawancara yang dilakukan oleh
peneliti, dia mengatakan:
“Bunda sudah menganggap WBP dan petugas-
petugas disini adalah keluarga bunda, bahkan WBP
yang sudah bebas dari sini juga masih berhubungan
sama bunda, sesekali bunda main kerumahnya,
sampe-sampe disuruh nginep sama anaknya “nenek
nginep aja disini, kamar aku kan kosong” sampai
seperti ituu.”1
Hal tersebut membuktikan bahwa begitu dekatnya
Bunda Ratu dengan murid-muridnya di Lembaga
Pemasnyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, hal
itu menambah semangat baginya untuk terus
mengabdikan dirinya di Lembaga Pemasyarakatan
tersebut.
2. Deskripsi Informan Pembimbing Agama 2
Informan yang kedua adalah Nuraini, dia berumur 60
tahun dan sudah menjadi pembimbing agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang selama
20 tahun. Dia bertempat tinggal di Desa Pondok Pasir
Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang. Semasa
1 Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
82
hidupnya, dia menempuh pendidikan di SD Negeri
Gandasari, SMP Raudhah Barmawiyah Tangerang, SMA
Islam Ibnu Sina.
Nuraini adalah salah satu pembimbing agama yang
paling lama membimbing warga binaan pemasyarakatan
di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang. Ia mengaku dirinya sangat senang bisa
membimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang selama ini. Nuraini
berniat untuk terus mengabdikan dirinya sebagai
pebimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang. Dalam wawancara yang
dilakukan oleh peneliti, Nuraini mengatakan:
“Insya Allah saya memang berjanji, insya Allah ila
yaumil qiyaamah Allah percaya hidup saya, saya akan
mengamalkan ilmu saya disini sebab saya sudah
terlanjur cinta. Jadi saya memang udah ngomong
sama anak-anak, saya ini disini udah terlanjur cinta,
jadi siapapun orangnya itu yang disini insya Allah
saya bukan karena KALAPAS nya tapi saya emang
cinta sama anakanya. Niatnya illa yaumil qiyamah”2
Pernyataan tesebut menggambarkan kecintaannya
kepada Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang, sehingga dia berniat mengabdikan dirinya
2 Wawancara dengan Nuraini, Pembimbing agama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangeran, Pada tanggal 8 Maret 2020,
Pukul 10.00
83
untuk membimbing warga binaan pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang sampai akhir hidupnya.
3. Deskripsi Informan Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) 1
Rani Savira adalah salah satu warga binaan
pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakan Perempuan
kelas IIA Tanggerang, dia akrab dipanggil Rani. Saat ini
Rani berusia 23 tahun, dia lahir di Rangkas Bitung pada 2
agustus 1996. Sebelum tinggal dilapas, Rani bertempat
tinggal di Jl. Bandengan Utara 2 Rt 09 Rw 11 no 19,
Kelurahan Pekojan Kecamatan Tambora Jakarta Utara,
yang saat ini masih dihuni oleh keluarganya. Ia
menempuh pendidikan pada tahun 2002 di SDN Pekojan
01 pagi sampai dengan tahun 2008 kemudian melanjutkan
pendidikannya di SMPN 173 Jakarta Utara lulus pada
tahun 2011. Pelanggaran hukum UURI no 35 tahun 2009
tentang Narkotika menjadi sebab Rani masuk ke Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang dengan
masa pidana 5 tahun penjara terhitung sejak 15 April 2017
sampai dengan 15 April 2022.
Rani adalah salah satu warga binaan pemasyarakatan
yang aktif mengikuti bimbingan agama, dan ia rajin
beribadah kepada Allah SWT, sehingga ketika peneliti
mewawancarai dirinya ia terlihat lebih siap dalam
menjalani hidupnya di lembaga pemasyarakatan. Selain
itu, Rani juga senang bersosialisasi dengan warga binaan
84
pemasyarakatan lain yang pada dasarnya hal tersebut akan
membantu meningkatkan penerimaan diri pada dirinya.
Pada saat diwawancarai Rani mengungkapkan:
“Kalau saya, mikirnya gini. Gue udah dipenjara yak
kan? Apa yang bikin aku sedih, susah, galau, ya aku
tinggalin aja aku cari kebahagiaan aja gimana
caranya berusaha buat baik-baik aja kan, ngga mau
yang emm karna ya udah dipenjara, ini udah
dipenjara nih aku ngga mau yang “ih gue sedih ini
loh gue galau” nggak, gak mau. Jadi ya udah
berusaha baik-baik aja. Tuhan masih kita, masih
ngasih kita nafas aja udah kebahagiaan yang luar
biasa”3
Pernyataan tersebut menandakan bahwa Rani siap
untuk menjalani hidupnya di lembaga pemasyarakatan, ia
bisa bersyukur atas nikmat Allah yang diberikan dan tetap
sabar menjalani kehidupannya di lembaga
pemasyarakatan.
4. Deskripsi Informan Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) 2
Ghea Resa Angelica adalah warga binaan
pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
kelas IIA Tanggerang yang akrab dipanggil Ghea. Saat ini
3 Wawancara dengan Rani Savira, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangeran, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 09.15
85
Ghea berusia 25 tahun, lahir di Sukabumi pada 22 maret
1995. Sebelum tinggal di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang, Ghea tinggal bersama
orang tuanya di Kp. Benda Legok Rt 04 Rw 09
Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Ia memulai
pendidikan pada tahun 2001 di SDN Pajangan Cicurug
sampai dengan tahun 2007 kemudian melanjutkan
pendidikannya di SMP PGRI Cicurug pada tahun 2008
sampai dengan tahun 2010. Pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh Ghea yaitu UURI no 35 tahun 2009
tentang Narkotika dengan masa pidana 8 tahun penjara,
terhitung sejak 30 Desember 2014 sampai dengan 23 Juni
2021.
Ghea merupakan salah satu warga binaan
pemasyarakatan yang memiliki kesibukan lain selain
mengikuti kegiatan yang ada di lembaga pemasyarakatan.
Ghea dipercayai untuk menjadi pembantu petugas atau
tamping. Seorang tamping (pembantu petugas) di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang tidak diwajibkan untuk mengikuti seluruh
kegiatan yang ada di lembaga pemasyarakatan, oleh
karenanya, Ghea sangat jarang mengikuti bimbingan
agama. Pada saat diwawancarai Ghea mengatakan:
“Saya jarang ikut ngaji (bimbingan agama) kak,
karena kan saya suka bantu-bantu di kantor, jadi
jarang banget ikut ngaji. Kecuali kalo lagi nggak ada
86
kerjaan di kantor kadang ikut, tapi jarang banget
hehe”4
5. Deskripsi Informan Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) 3
Rismawati adalah warga binaan pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan kelas IIA
Tanggerang. Ia lahir di Jakarta 20 November 1982 dan
saat ini dia berusia 38 tahun. Risma tinggal di Jl. 2 Rt 16
Rw 08 No 21 Kelurahan Jatipolu Kecamatan Palmerah
Jakarta Barat akan tetapi saat ini dia terpaksa
meninggalkan tempat tinggalnya untuk beberapa waktu
karena harus menjalani hukuman. Rani mengenyam
pendidikan di SDN Kemanggisan 10 Pagi, Kemudian ia
melanjutkan pendidikannya di SMPN 111 Pagi dan di
SMA 76 Jakarta. Risma melakukan pelanggaran hukum
UURI no 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan masa
pidana 9 tahun penjara terhitung sejak 25 September 2017
sampai dengan 25 September 2026.
Riamawati merupakan warga binaan pemasyarakatan
yang kurang aktif mengikuti bimbingan agama. Ketika
pelaksanaan bimbingan agama, seringkali Rismawati
berdiam di luar musholah bersama teman-temannya, ia
mengaku bahwasanya pelaksanaan bimbingan agama
4 Wawancara dengan Ghea Resa Angelica, Warga binaan
pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangeran,
Pada tanggal 5 Maret 2020, Pukul 09.45
87
membosankan bagi dirinya. Ketika diwawancarai,
Rismawati mengatakan:
“Bosen aja gitu gak ada semangat-semangatnya, diem
aja gitu dengerin ceramah sering ngantuk, jadi
mending diem diluar aja ngaji sendiri kalau nggak,
ngobrol sama temen-temen”5
6. Deskripsi Informan Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) 4
Wati adalah warga binaan pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan kelas IIA
Tanggerang, dia lahir di Jakarta 26 Oktober 1959 dan saat
ini ia berusia 61 tahun. Wati bertempat tinggal di Jl. Tipar
Cakung Rt01 Rw 04 Kelurahan Semper Barat Kecamatan
Cilincing Jakarta Utara. Semasa hidupnya, Wati hanya
pernah mengenyam pendidikan di tingkat sekolah dasar
dan tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Wati
melakukan pelanggaran UURI No 35 tahun 2009 tentang
Narkotika dengan masa pidana 5 tahun penjara, terhitung
sejak 23 Oktober 2017 sampai dengan 21 April 2023.
Wati adalah warga binaan pemasyarakatan yang sudah
berumur tua, sehingga dia tidak bisa mengikuti semua
kegiatan yang ada di lembaga pemasyarakatan. Dalam
kesehariannya di lembaga pemasyarakatan, Wati sering
5 Wawancara dengan Rismawati, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangeran, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 10.15
88
berdiam di musholah disaat warga binaan pemasyarakatan
yang lain melaksanakan kegiatan-kegiatan. Adapun
kegiatan yang bisa Wati ikuti hanya kegiatan bimbingan
agama saja. Pada saat diwawancarai, wati mengatakan:
“Ikut kegiatan, paling ngaji .. ngaji, di musholah aja
tiap hari. Namanya orang tua ngapain yak kan, ini
udah jalannya, jalannya cuma segini yak kan mau
bilang apa? Ngingetin kesalahan dulu waktu masih
muda yak kan, kalau selamanya kita gak tahu kan gak
ngerti yak kan waktu masih muda gimana, kan gitu.
Ambil hikmahnya aja”6
7. Deskripsi Informan Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) 5
Astiyaroh atau yang biasa dipanggil Abel adalah salah
satu warga binaan pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tanggerang, Dia
lahir di Tanggerang 28 juni 1993 dan saat ini berusia 27
tahun. Sebelum menetap di lapas ia tinggal di Kampung
Pangodokan Kelurahan Kuta Bumi Kecamatan Pasar
Kemis Kabupaten Tanggerang. Abel memulai pendidikan
pada tahun 1999 di SDN Kutabaru 1 sampai dengan tahun
2005 kemudian melanjutkan pendidikannya di SMPN 2
Pasar Kemis dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008
6 Wawancara dengan Wati, Warga binaan pemasyarakatan Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangeran, Pada tanggal 5 Maret 2020,
Pukul 10.45
89
dan terakhir mengenyam pendidikan pada tahun 2009 di
SMK Bina Karya sampai 2011. Abel melakukan
pelanggaran hukum UURI no 35 tahun 2009 tentang
Narkotika dengan masa pidana 10 tahun penjara, terhitung
sejak 14 Agustus 2014 sampai 12 Mei 2022.
Astiyaroh atau Abel ini merupakan salah satu warga
binaan pemasyarakatan yang memiliki kesibukan lain
selain mengikuti kegiatan yang ada di lembaga
pemasyarakatan. Abel dipercayai untuk menjadi
pembantu petugas atau tamping. Namun demikian, Abel
masih bisa mengikuti kegiatan agama di sela-sela
kesibukannya, meskipun seorang tamping (pembantu
petugas) tidak diwajibkan untuk mengikuti seluruh
kegiatan, Abel menganggap bahwa kegiatan bimbingan
agama perlu diikuti untuk menambah wawasan
keagamaan dan juga membantu dirinya dalam menjalani
kehidupan agar tetap berjalan dengan baik. Pada saat
diwawancarai, Abel mengungkapkan:
“Aku kan tamping ya kak, tapi sekalai-kali mah aku
suka ikut bimbingan agama, soalnya aku ngerasa
butuh aja gitu biar bisa ibadah, terus juga seneng
dengerin ceramahnya kayak dapet pencerahan buat
jalanin hidup gitu-gitu deh kak pokoknya hehe”7
7 Wawancara dengan Astiyaroh, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangeran, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 11.15
90
Pernyataan tersebut menandakan bahwa dia
membutuhkan bimbingan agama untuk menjalani
kehidupannya agar lebih baik lagi dari sebelumnya,
seperti belajar beribadah, dan belajar tentang kehidupan
yang baik menurut agama.
C. Temuan Lapangan
1. Hambatan dalam proses penelitian
Ada beberapa hambatan dalam proses penelian ini,
yang pertama peneliti kesulitan menyesuaikan waktu
untuk mewawancarai informan pembimbing agama
dikarenakan pembimbing agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
merupakan relawan dari Lembaga diluar dari Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang,
sehingga peneliti maupun petugas LAPAS tidak bisa
memastikan apakah pembimbing agama hadir untuk
melakukan bimbingan atau tidak, walaupun jadwal
kegiatan bimbingan agama sudah diatur oleh pihak lapas,
namun sesekali pembimbing agama tidak hadir untuk
melakukan bimbingan.
Adapun hambatan lainnya yaitu, peneliti kesulitan
untuk berinteraksi dengan warga binaan pemasyarakatan
(WBP) karena tidak semua informan dari warga binaan
pemasyarakatan (WBP) bersedia menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti. Dalam
menanggapi hal itu, peneliti melakukan pendekatan
91
terlebih dahulu dengan cara bercerita dan menghibur
warga binaan pemasyarakatan agar warga binaan
pemasyarakatan tersebut dapat menerima peneliti dan
bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
ditanyakan.
2. Permasalahan yang dihadapi oleh warga binaan
pemasyarakatan (WBP)
Dalam menjalani aktivitas sehari-harinya, warga
binaan pemasyarakatan dihadapkan dengan berbagai
kegiatan yang wajib diikuti seperti senam pagi, apel pagi,
pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian, dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut, masih banyak warga binaan pemasyarakatan
yang mengikuti kegiatan secara terpaksa atau hanya
sekedar menggugurkan kewajibannya sebagai warga
binaan pemasyarakatan yang harus patuh terhadap
peraturan lembaga pemasyarakatan.
Dari berbagai kegiatan yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang,
kegiatan bimbingan agama merupakan salah satu kegiatan
yang kurang diminati oleh warga binaan pemasyarakatan.
Hal itu tentu menjadi suatu permasalahan bagi warga
binaan pemasyarakatan sehingga dalam menjalani
hidupnya di lembaga pemasyarakatan akan terasa berat
jika mereka kurang mendapatkan bimbingan agama.
92
Selain itu, permasalahan yang dihadapi oleh warga
binaan pemasyarakatan yaitu kurangnya penerimaan diri
terhadap dirinya sebagai warga binaan pemasyarakatan.
Hal tersebut tentunya mempengaruhi segala aktivitas
hidupnya di lembaga pemasyarakatan, sehingga
memunculkan masalah-masalah baru seperti malas
mengikuti kegiatan, mengasingkan diri dari warga binaan
pemasyarakatan lain, susah bersosialisasi, dan masalah-
masalah lainnya. Salah satu warga binaan pemasyarakatan
yaitu Rismawati mengungkapkan:
“Kalo kegiatan kita pasti ikut mas. Mau ga mau ya
tetep aja diikutin, namanya idup di lapas ya kan?
segalanya diatur, kita mah manut manut aja”8
Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa dia
terpaksa dalam mengikuti kegiatan yang ada di lembaga
pemasyarakatan. Selain itu, Rismawati juga
mengungkapkan:
“Saya jarang mas cerita-cerita ke orang, saya mah
enak sendiri aja. Kalo ga ada kegiatan saya diem aja
di blok (kamar warga binaan pemasyarakatan), ada
temen yang mau cerita ya saya dengerin, tapi kalo
saya sih jarang, lebih milih diem aja”9
8 Wawancara dengan Rismawati, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangeran, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 10.15 9 Wawancara dengan Rismawati, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangeran, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 10.15
93
Pernyataan diatas menandakan bahwa penerimaan diri
pada dirinya masih terbilang rendah, karena untuk
melakukan pembukaan dirinya terhadap orang lain pun
dia tidak mampu, apa lagi untuk bersosialisasi dab
neberina orang lain.
3. Gambaran Peran pembimbing agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
Pembimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang diberi tanggung jawab
untuk menjalankan salah satu program pembinaan
kepribadian, adapun pembinaan kepribadian yang
dilakukan adalah pemberantasan buta huruf Al-Qur’an
dan tausiyah. Berdasarkan tugas pokok yang diberikan
oleh Lembaga Pemasyarakatan, pembimbing agama
berperan dalam peningkatan kemampuan warga binaan
pemasyarakatan mengenai baca tulis Al-Qur’an dan
memberikan tausiyah untuk membangun dan memotivasi
warga binaan pemasyarakatan agar lebih siap menghadapi
kehidupan baik selama menetap di lembaga
pemasyarakatan, maupun sesudah kembali ke tempat
tinggalnya masing-masing.
Dalam pelaksanaan bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang terdapat
beberapa tahapan serta metode bimbingan agama. Adapun
tahapan dan metode dalam pelaksanaan bimbingan agama
adalah sebagai berikut:
94
a. Tahapan bimbingan agama
Pemilihan metode merupakan bagian penting
dalam pelaksanaan bimbingan agama, adapun metode
bimbingan agama yang digunakan oleh pembimbing
agama di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang yaitu bimbingan kelompok dan
bimbingan individu. Kedua metode ini dipandang
perlu dilakukan untuk mencapai tujuan dari
pelaksanaan bimbingan agama. Ketika salah satu
metode tidak digunakan, maka hasil atau pencapaian
dari bimbingan agama tersebut akan kurang maksimal.
Berikut adalah penjelasan pembimbing agama ketika
peneliti melakukan wawancara:
Pembimbing agama 1: Ratu Suharyati Sukmara
“Selain metode kelompok ada juga metode
individu. Cuman nggak semua anak-anak bunda
bimbing secara individu, karena kan kebanyakan,
jadi itu bunda suka deketin anak-anak beberapa
aja, paling anak-anak yang lain suka dibimbing
sama ustadzah yang lain”10
“menurut bunda keduanya penting, kalau
kelompok kan umu, walaupun materi yang
disampaikan sudah disesuaikan tapi kan kita gak
tahu permasalahan tiap-tiap orang. Kalau
10
Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
95
bimbingan pribadi itu, bimbingan individu kan
lebih terbuka, jadi bunda bisa tahu keadaan anak-
anak, bunda juga bisa ngadain bimbingan
lanjutan karena tidak cukup kalau bimbingan
kelompok aja.”11
Berdasarkan penjelasan Bunda Ratu Suharyati
mengenai metode bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang,
kedua metode bimbingan agama yaitu bimbingan
kelompok dan bimbingan individu perlu dilakukan.
Bunda Ratu beranggapan bahwa tidak cukup jika
bimbingan agama hanya dilakukan secara kelompok,
bimbingan individu penting untuk lebih mengetahui
keadaan warga binaan pemasyarakatan dan untuk
melakukan bimbingan lanjutan. Selain penjelasan dari
Bunda Ratu, salah satu pembimbing agama lainnya
yaitu Ibu Nuraini juga menjelaskan tentang metode
bimbingan agama yang dilakukan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang,
berikut adalah penjelasan Ibu Nuraini ketika
diwawancarai:
Pembimbing agama 2: Ibu Nuraini
“Masing-masing metodenya berbeda-beda,
karakternya beda otomatis yang disampaikan di
11
Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
96
tempat yang a, yang ini disini gak bisa seperti ini.
Materi yang disampaikan juga gak bisa sama.
Cerita, alur jalan ceritanya juga harus berbeda
disini, karena supaya pas apa yang diam mau,
kalau kita mau, dia betah mendengarkan kita.”12
“Bimbingan individu ada, awalnya sih dari
inisiatif kita aja, lama-lama setelah kita
merasakan manfaatnya, dibikinlah programnya,
jadi lebih terprogram yaa kalo gitu”13
Berdasarkan keterangan dari pembimbing agama,
dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan
pada kegiatan bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
yaitu metode bimbingan kelompok dan metode
bimbingan individu. Kedua metode bimbingan ini
dipandang perlu untuk dilakukan, karena menurut para
pembimbing agama maupun pihak lembaga
pemasyarakatan, bimbingan kelompok saja tidak
cukup untuk mencegah dan menyelesaikan
permasalahan warga binaan pemasyarakatan serta
merawat dan menjaganya agar warga binaan
12
Wawancara dengan Nuraini, Pembimbing agama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8 Maret
2020, Pukul 10.00 13
Wawancara dengan Nuraini, Pembimbing agama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8 Maret
2020, Pukul 10.00
97
pemasyarakatan bisa menjalani kehidupannya di
lembaga pemasyarakatan dengan baik
b. Tahapan bimbingan agama
Kegiatan bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
dilaksanakan enam kali dalam sepekan, yaitu hari
Senin s/d Sabtu dan untuk hari Minggu kegiatan
bimbingan agama diliburkan. Kegiatan bimbingan
agama diikuti oleh seluruh warga binaan
pemasyarakatan yang beragama islam dan materi
bimbingan agama yang diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan warga binaan pemasyarakatan. Berikut
penjelasan pembimbing agama saat diwawancarai
oleh peneliti:
“Kalau kegiatan bimbingan agamanya setiap hari,
kita libur itu cuma hari minggu aja. Nah bunda
sendiri nggak ngajar tiap hari , karna ada juga
pembimbing agama yang lain. Materinya juga
macem-macem, kalau bunda nggak ngajar ngaji
karna basic bunda bukan disitu, tapi bunda suka
bawa temen-temen dari ESQ buat ngajar ngaji,
baca al-qur’an dan tajwid, paling bunda cuma
ngasih ceramah sama ngasih motivasi buat anak-
anak”14
14
Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
98
Dari keterangan yang dijelaskan oleh Bunda Ratu
diatas membuktikan bahwa ada usaha dan upaya yang
dilakukan dalam penyesuaian antara pemateri dan
materi yang akan diberikan kepada warga binaan
pemasyarakatan. Selain menyesuaikan materi yang
akan diberikan dengan kebutuhan warga binaan
pemasyarakatan, pembimbing agama juga
menyesuaikan antara materi dan siapa yang akan
memberikan materi tersebut agar dapat mencapai
tujuan yang lebih baik.
Pelaksanaan bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
memiliki tahapan dalam proses bimbingan.
Berdasarkan temuan lapangan dan hasil wawancara
peneliti mengenai peran pembimbing agama dalam
meningkatkan penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang, ada beberapa
tahapan yang dilakukan oleh pembimbing agama
dalam melaksanakan bimbingan agama diantaranya
yaitu:
1) Tahap Persiapan
Tahapan ini dimulai dengan pemilihan materi
yang akan disajikan yang kemudian disesuaikan
dengan kebutuhan warga binaan pemasyarakatan.
Setelah materi sudah tersusun rapi dan telah
disesuaikan dengan kebutuhan warga binaan
99
pemasyarakatan, kemuadian pembimbing agama
memilih pemateri yang mempunyai kredibilitas
tinggi untuk menyampaikan materi tersebut agar
kegiatan bimbingan agama dapat mencapai hasil
yang memuaskan. Adapun materi dalam
bimbingan agama ini yaitu materi baca tulis Al-
Qur’an serta materi tausiyah yang disesuaikan
dengan permasalahan-permasalahan yang sedang
dihadapi oleh warga binaan pemasyarakatan.
Selain pemilihan pemateri dan penyesuaian
materi yang akan disampaikan, pembimbing
agama juga mempersiapkan bagaimana
pengemasan materi supaya terlihat lebih menarik
dan mudah diterima oleh warga binaan
pemasyarakatan. Dalam hal ini materi dikemas
dalam bentuk motivasi-motivasi teogenetis (yang
bersumber dari ajaran Tuhan). Melalui motivasi
ini, warga binaan pemasyarakatan dibangkitkan
rasa dan nilai keimanannya sehingga ajaran dan
nilai-nilai keagamaan dapat melekat pada diri
mereka dan mereka dapat lebih menerima keadaan
mereka sebagai narapidana.
2) Tahap Operasional
Tahapan ini dimulai dengan pengumpulan
informasi dan data warga binaan pemasyarakatan
yang bertujuan untuk memperoleh keterangan
yang mencakup segala aspek kehidupan warga
100
binaan pemasyarakatan, hal ini tentunya akan
berpengaruh terhadap proses bimbingan yang akan
dilakukan oleh para pembimbing agama. Pada
tahapan ini pembimbing agama melakukan
pengumpulan data dan latar belakang warga
binaan pemasyarakatan serta segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses pelaksanaan bimbingan
agama di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang.
Setelah data warga binaan pemasyarakan dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan
bimbingan agama telah terkumpul, pembimbing
agama melakukan pengelompokan warga binaan
pemasyarakatan untuk dibimbing sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan warga binaan
pemasyarakatan.
3) Tahap Cek
Tahap ini merupakan tahapan pengecekan
terhadap kegiatan bimbingan agama, apakah
kegiatan bimbingan agama berjalan sesuai atau
tidak dengan perencanaan yang sebelumnya sudah
ditentukan. Pada tahap ini pembimbing agama
melakukan pengecekan materi, pemateri, dan cara
menyampaikan materi tersebut.
Selain mengecek materi, pemateri dan
penyampaian materi, pembimbing agama juga
mengevaluasi kegiatan bimbingan agama yang
101
telah dilaksanakan. Tahapan ini dimulai dengan
melakukan pertemuan antara pembimbing agama
dengan staf lembaga pemasyarakatan. Pertemuan
pembimbing agama dengan staf lembaga
pemasyarakatan dilakukan secara rutin atau secara
insidental sesuai dengan kasus yang dijumpai.
Berdasarkan tugas pokok pembimbing agama, peran
pembimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang yaitu meningkatkan
kemampuan warga binaan pemasyarakatan terhadap baca
tulis Al-Qur’an serta meningkatkan kualitas hidup warga
binaan pemasyarakatan. Dalam hal ini, upaya yang
dilakukan oleh pembimbing agama yaitu memberikan
tausiyah mengenai segala aspek kehidupan, baik
kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat kelak.
Dalam pelaksanaan tausiyah ini, pembimbing agama tidak
hanya memberikan materi atau informasi saja melainkan
memberikan motivasi-motivasi yang membangun untuk
dapat mempengaruhi kehidupan warga binaan
pemasyarakatan.
102
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan analisa data tentang peran
pembimbing agama dalam meningkatkan penerimaan diri pada
warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang. Peneliti akan
mendeskripsikan teori sesuai dengan fakta lapangan yang
terkumpul sehingga dapat mempermudah peneliti untuk
mengambil kesimpulan.
A. Bentuk Peran Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan
Penerimaan Diri Pada Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang
Peran merupakan suatu tingkah laku yang diharapkan dari
seseorang yang mempunyai status atau kedudukan untuk
dapat menjalankan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukan yang ia miliki. Adapun hak-hak dan kewajiban
yang harus dijalani oleh seseorang yang mempunyai peran
yaitu mampu berperilaku sesuai dengan tugas dan fungsinya
sebagai pemegang status atau kedudukan yang dimilikinya,
sehingga peran tersebut dapat mengatur perilaku individu
serta dapat menentukan apa yang akan diperbuatnya. Berikut
merupakan bentuk peran yang diberikan kepada warga binaan
pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
103
Kelas IIA Tangerang oleh pembimbing agama berdasarkan
wawancara dengan Ibu Ratu Suharyati Sukmara:
“Anak-anak itu, walaupun sudah lama tinggal disini tapi
masih sering merasa tidak betah, apa lagi kalau yang
baru masuk. Namanya hidup di penjara kan mas, yang
namanya sedih, tidak terima dengan keadaan, merasa
hidupnya tidak berarti lagi itu pasti. Nah selain petugas
lapas, wali WBP, Bunda juga sebagai pembimbing agama
disini harus mengatasi itu semua. Memberi nasehat yang
baik, memberi motivasi, supaya nantinya mereka itu bisa
lapang dada bisa menerima keadaan mereka sebagai
napi.1
Kemudian menurut penuturan Ibu Nuraini sebagai
pembimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang, dia memberikan penjelasan mengenai
bagaimana peran pembimbing agama yang diberikan untuk
meningkatkan penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang adalah sebagai berikut:
“Saya guru gado-gado. Ada Qur’an, ada tajwid, ada
sholawat, ada ceramah, jadi sebelum mulai, saya
berusaha untuk baca Qur’an dulu yuk bareng-bareng,
sebelumnya baca sholawat dulu, memanggil ada orang
yang sedang cinta dengan sholawat. Jadi sholawat dulu
1 Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
104
manggilnya kalau sudah kumpul, asmaul husna meraih
cinta Allah. Udah asmaul husna baru materi. Nah disitu
baru saya menarik perhatian mereka supaya mereka
tertarik kemudian kalau mereka sudah tertarik baru saya
bisa masuk ke kehidupan mereka, jika kita dekat dengan
mereka, kita gampang bimbingnya kita tahu
permasalahannya, kita bisa bantu menelesaikan
permasalahannya.2
Berdasarkan wawancara dengan beberapa warga binaan
pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang, tampak bahwa warga binaan pemasyarakatan
merasakan manfaat peran pembimbing agama yang selama ini
mereka dapatkan khususnya dalam meningkatkan penerimaan
diri pada diri warga binaan pemasyarakatan. Berikut adalah
beberapa pernyataan warga binaan pemasyarakatan saat
diwawancarai:
Informan I : Rani Savira
“Manfaatnya sih banyak banget kak, kita belajar ngaji,
belajar sholat yang bener, dengerin ceramah, kadang
sih.. eh bukan kadang sih tapi sering pas kita lagi sedih
atau lagi ada masalah gitu, terus ikut ngaji dengerin
ceramah suka ngerasa kayak dapet pencerahan dari
ustadzahnya. Saya sih kadang kalau udah selesai ngaji
suka nyamperin ustadzahnya tanya-tanya tentang
2 Wawancara dengan Nuraini, Pembimbing agama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8 Maret
2020, Pukul 10.00
105
kehidupan kalau gak minta pendapat buat nyelesein
masalah. Enak sih seneng ada kegiatan ngaji,
ustadzahnya juga baik-baik welcome terus kalau kita ada
perlu apa-apa”3
Informan II : Astiyaroh
“Alhamdulillah kalau udah pengajian tuh suka ngerasa
tenang, tadinya lagi banyak pikiran pas udah ikut
pengajian jadi tenang. Banyak deh manfaatnya walaupun
kadang suka males ikut pengajian tapi suka saya
paksain”4
Informan III : Ghea Resa Angelica
“Gimana ya kak,aku kan jarang ikut ngaji, tapi kalau lagi
pengen suka ikut pas bagian ceramahnya doang. Suka
seru sih kalau bahas tentang kehidupan, jadi agak
termotivasi gitu hehe..”5
Berdasarkan pernyataan pembimbing agama dan beberapa
warga binaan pemasyarakatan diatas, dapat peneliti
simpulkan bahwa pembimbing agama berperan dalam
3 Wawancara dengan Rani Savira, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 09.15 4 Wawancara dengan Astiyaroh, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 11.15 5 Wawancara dengan Ghea Resa Angelica, Warga binaan
pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang,
Pada tanggal 5 Maret 2020, Pukul 09.45
106
kehidupan warga binaan pemasyarakatan khususnya
mengenai penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan, dimana dari beberapa warga binaan yang
peneliti wawancarai memberi pernyataan bahwa mereka
merasakan manfaat dari bimbingan dan arahan pembimbing
agama di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang.
Berdasarkan temuan lapangan serta wawancara peneliti
pada penelitian peran pembimbing agama dalam
meningkatkan penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang, dapat dijelaskan bahwa
peran dan fungsi bimbingan agama yang diberikan kepada
warga binaan pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang adalah sebagai berikut:
1. Pendidik
Peran pembimbing agama sebagai pendidik di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang yaitu
pembimbing agama mampu mendidik warga binaan
pemasyarakatan dengan memberikan arahan serta
bimbingan sesuai dengan materi yang harus diberikan.
Dalam hal ini, pembimbing agama memiliki fungsi
adaptasi yaitu pembimbing agama dapat mengadaptasikan
materi dengan menyesuaikan yang akan diberikan sesuai
dengan kebutuhan warga binaan pemasyarakatan.
107
2. Pembimbing
Peran pembimbing agama sebagai pembimbing di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang yaitu pembimbing agama mampu memberikan
bimbingan, arahan, dan dukungan kepada warga binaan
pemasyarakatan. Bimbingan yang diberikan oleh
pembimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang meliputi beberapa aspek
kehidupan, salah satunya yaitu mengenai penerimaan diri
pada warga binaan pemasyarakatan.
3. Konselor
Peran pembimbing agama sebagai konselor di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang dapat
dilihat dari kemampuan pembimbing agama yang mampu
melakukan pendekatan kepada warga binaan
pemasyarakatan dan dapat membantu warga binaan
pemasyarakatan dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh warga binaan pemasyarakatan.
108
B. Dampak Peran Pembimbing Agama Dalam
Meningkatkan Penerimaan Diri Warga Binaan
Pemasyrakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang merupakan lembaga pemasyarakatan yang
diperuntukan bagi narapidana wanita. Warga binaan
pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang memiliki tingkat penerimaan diri yang
rendah, hal ini terbukti berdasarkan studi kasus yang peneliti
temui pada saat melakukan observasi dan wawancara kepada
berbagai pihak seperti petugas lembaga pemasyarakatan,
pembimbing agama, serta warga binaan pemasyarakatan.
Tidak sedikit warga binaan pemasyarakatan di lembaga
pemasyarakatan tersebut mengalami gangguan jiwa bahkan
sampai kepada perbuatan bunuh diri.
Dampak merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan
akibat baik positif maupun negatif. Dampak yang dihasilkan
pada penelitian ini adalah dampak positif. Hal ini dapat dilihat
dari perubahan yang dihasilkan melalui peroses bimbingan
agama. Setelah melalui proses bimbingan agama, sedikit demi
sedikit warga binaan pemasyarakatan mendapatkan
perubahan diantaranya adalah warga binaan pemasyarakatan
mampu menerima keadaan dirinya sebagai narapidana. Untuk
mencapai hal tersebut diperlukan pembimbingan dan metode
yang sesuai dengan kebutuhan warga binaan pemasayrakatan.
Menurut pembimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan
109
Perempuan Kelas IIA Tangerang, Warga binaan
pemasyarakatan menjadi lebih terbuka, mampu berinteraksi
dengan orang lain, mampu menerima kritikan dari orang lain,
sehingga hal-hal demikian mampu meningkatkan penerimaan
diri mereka.
Selain itu, bimbingan agama yang telah dilaksanakan di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
dapat menumbuhkan kesadaran warga binaan pemasyarakatan
dalam melaksanakan kewajibannya sebagai muslim yang
baik. Warga binaan pemasyarakatan menjadi lebih rajin
beribadah setelah dibimbing dan diberikan motivasi-motivasi
oleh pembimbing agama. Dengan demikian, hal tersebut
dapat membantu warga binaan pemasyarakatan ketika sedang
menghadapi masalah, mereka cenderung lebih memilih untuk
bersabar dan ikhlas serta meminta pertolongan kepada Allah
SWT, hal ini tentunya memberikan dampak positif bagi
warga binaan pemasyarakatan karena dengan demikian warga
binaan pemasyarakatan akan terhindar dari rasa stress
berlebih yang dapat mempengaruhi tingkat penerimaan
dirinya. Ratu Suharyati Sukmara menjelaskan:
“Alhamdulillah setelah kita bimbing, setelah kita kasih
motivasi, mereka mau untuk melaksanakan kewajibannya.
Mereka jadi rajin sholat, baca Al-Qur’an, banyak juga
yang bangun malam sholat malam, katanya
Alhamdulillah bun sekarang jarang banget ngerasa
galau, gak karuan, enak pokoknya hati tenang, kalau lagi
ada masalah juga enak saya pasrahin sama Allah saya
110
do’a aja sama Allah, suka ada aja jalan keluarnya. Saya
denger itu senang sekali alhamdulillah anak-anak ada
perkembangan”6
Dari penuturan Ratu Suharyati Sukmara diatas, dapat
disimpulkan bahwa dampak peran pembimbing agama dapat
merubah keadaan warga binaan pemasyarakatan menjadi
lebih baik, warga binaan pemasyarakatan menjadi lebih rajin
dalam beribadah serta mendapatkan ketenangan didalam
hidupnya dan lebih pandai dalam menghadapi masalah. Oleh
karenanya, hal tersebut tentunya dapat membantu warga
binaan pemasyarakatan dalam meningkatkan kualitas
penerimaan diri.
Mengetahui dampak positif dari peran pembimbing agama
tersebut, diharapkan kegiatan bimbingan agama dapat terus
berjalan dan berkembang agar penerimaan diri pada warga
binaan pemasyarakatan dapat terus meningkat sehingga dapat
mengurangi dampak-dampak negatif yang disebabkan oleh
kurangnya penerimaan diri tersebut.
6 Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
111
C. Fungsi Pembimbing Agama Dalam Upaya Meningkatkan
Penerimaan Diri Pada Warga Binaan Pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang
Menurut Ainur Rahim Faqih, fungsi bimbingan agama
dirumuskan kedalam empat fungsi yaitu; fungsi preventif,
fungsi kuratif atau korektif, fungsi preservatif, dan fungsi
development.7 Dalam penelitian ini, peneliti memakai teori
fungsi bimbingan agama tersebut untuk meninjau sejauh
mana peran pembimbing agama dalam meningkatkan
penerimaan diri warga binaan pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang dilihat dari
segi fungsi bimbingan agama itu sendiri.
1. Fungsi Preventif
Dalam pencegahan munculnya masalah pada warga
binaan pemasyarakatan, banyak hal yang dilakukan oleh
pembimbing agama seperti menjaga ketaatan beribadah
para WBP dengan memberikan pemahaman-pemahaman
tentang pentingnya melaksanakan kewajiban sebagai
muslim yang baik, memberikan motivasi-motivasi untuk
membangkitkan semangat WBP dalam melaksanakan
ibadah, serta memberikan tips dan trik agar mereka
mendapatkan ketenangan hidup dan kesejukan hati. Ibu
Nuraini sebagai pembimbing agama di Lembaga
7 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2001). Hal.36
112
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
menerangkan tentang hal tersebut pada saat
diwawancarai, pernyataannya adalah sebagai berikut:
Informan pembimbing agama 1: Ibu Nuraini
“Upaya yang saya lakukan untuk mecegah munculnya
masalah pada mereka sih lebih kepada menjaga
ketaatan beribadahnya dulu, nah kalau memang
mereka sudah taat beribadah, insya Allah sebesar
apapun masalahnya yang mereka dapat, mereka bakal
tetap menerima dengan ikhlas. Karna kan
permasalahan ini lebih ke penerimaan diri jadi sebisa
mungkin saya berusaha untuk.. untuk menjaga mereka
supaya nantinya mereka bisa menerima keadaan
apapun yang mereka hadapi”8
“saya itu kalau ceramah selalu ingatkan mereka
mengingatkan mereka terhadap kewajiban mereka,
sholatnya, ngajinya, terus dimotivasi juga supaya
mereka semangat dalam beribadah, diakhir saya
kasih tips dan trik supaya mereka bias dapat
ketenangan hidup”9
8 Wawancara dengan Nuraini, Pembimbing agama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8 Maret
2020, Pukul 10.00 9 Wawancara dengan Nuraini, Pembimbing agama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8 Maret
2020, Pukul 10.00
113
Berdasarkan pernyataan Ibu Nuraini diatas, hal yang
paling utama yang harus dijaga adalah ketaatan beribadah,
karena jika hal tersebut terjaga, maka masalah sebesar
apapun pasti dapat diterima oleh warga binaan
pemasyarakatan atau WBP dan akan terhindar dari
permasalahan penerimaan diri yang seringkali terjadi pada
warga binaan pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
Dalam fungsi preventif ini, dapat diambil kesimpulan
bahwa dalam mencegah timbulnya permasalahan
penerimaan diri pada warga binaan pemasyarakatan atau
WBP, upaya yang dilakukan oleh pembimbing agama
adalah menjaga ketaatan beribadah dengan cara
memberikan pemahaman tentang pentingnya
melaksanakan kewajiban sebagai muslim dan
memberikan motivasi-motivasi agar warga binaan
pemasyarakatan bias lebih tergugah hatinya untuk lebih
giat lagi dalam beribadah.
2. Fungsi Kuratif atau Korektif
Fungsi kuratif atau korektif adalah fungsi pemecahan
masalah. Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu peran
pembimbing agama dalam meningkatkan penerimaan diri
pada warga binaan pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, peneliti
mengamati fungsi ini dalam permasalahan penerimaan
diri pada warga binaan pemasyarakatan. Adapun upaya
114
yang dilakukan oleh pembimbing agama dalam mengatasi
hal tersebut yaitu melalui ceramah dan pemberian
motivasi dengan mengambil materi dari Al-Qur’an. Ratu
Suharyati Sukmara selaku pembimbing agama
menjelaskan tentang fungsi kuratif sebagai berikut:
“Judul bunda tuh selalu kembali ke Al-Qur’an, cinta
Al-Qur’an. Jadi dalam kajian kita mengupasnya dari
Al-Qur’an dan bukan kebetulan. Surat-surat yang
dibahas itu bertepatan dengan kebutuhan yang sedang
terjadi. Itu gak ada yang kebetulan sebenernya Allah
sudah atur surat itu pas bener secara umum maupun
juga khusus.”10
Berdasarkan penjelasan salah satu pembimbing agama
diatas, surat-surat dalam Al-Qur’an sudah sesuai dengan
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam
kehidupan manusia. Oleh karenanya, dia menganggap
bahwa dalam mengatasi masalah yang terjadi pada warga
binaan pemasyarakatan bisa diselesaikan melalui
bimbingan agama dengan pemilihan materi dari kitab suci
Al-Qur’an.
3. Fungsi Preservatif
Fungsi preservatif adalah fungsi perubahan dari
keadaan semula yang tidak baik menjadi baik, dan
10
Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
115
kebaikan itu bertahan lama. Dalam hal ini, kegiatan
bimbingan agama di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang mampu merubah
keadaan warga binaan pemasyarakatan menjadi lebih
baik. Ratu Suharyati Sukmara, dalam wawancara yang
peneliti lakukan menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
“Alhamdulillah seperti yang sudah bebas itu berubah
total yaa saya lihat saya pantau di luar itu sekarang
sudah jadi yaa eeee insan yang mulia misalnya buat
saya ya. Karena dia lebih baik lagi apalagi kan ada
yang menjadi sekarang jadi aktif lagi di partai. Dia
dia gak menyesal si, awalnya tadi karena dengan
pendekatan setelah katanya sudah kenal bunda Ratu,
Alhamdulillah disini aku kenal bunda Ratu.”11
Dari pernyataan Ratu Suharyati diatas, kegiatan
bimbingan agama dapat memberikan dampak positif bagi
perubahan warga binaan pemasyarakatan. Ratu Suharyati
mengakui bahwa dirinya mampu merubah keadaan warga
binaan pemasyarakatan menjadi lebih baik, tidak hanya
ketika berada di LAPAS, namun ketika sudah keluar dari
lapaspun, warga binaan pemasyarakatan masih istiqomah
pada perubahan tersebut. Selain itu, Nuraini juga
mengungkapkan tentang perubahan warga binaan
11
Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
116
pemasyarakatan ketika diwawancarai oleh peneliti,
adapun ungkapan itu adalah sebagai berikut:
“Salah satunya itu yang tadinya gak bisa baca Al-
Quran jadi bisa baca Al-Quran, terus yang kedua
tadinya gak bisa baca doa jadi pinter baca doa,
tadinya gak pinter sholawat jadi pinter sholawat, yang
tadinya gak hafal Asmaul Husna jadi hafal kalian
juga belum tentu hafal. Saya bilang disini nih kalau
sudah serius serius bener”12
Menurut Nuraini, kegiatan bimbingan agama dapat
memberikan perubahan bagi kehidupan warga binaan
pemasyarakatan. Banyak perubahan yang dialami oleh
warga binaan pemasyarakatan salah satunya adalah
perubahan mengenai ibadah, yang dulunya tidak bisa
membaca Al-Qur’an, do’a, sholawat, asmaul husan, akan
tetapi setelah diberikan bimbingan oleh pembimbing
agama mereka jadi bisa melakukan itu semua. Selain
perubahan terkait ibadah, bimbingan agama juga mampu
merubah perilaku warga binaan pemasyarakatan serta
sikap dalam penerimaan diri. Nuraini menjelaskan:
“Perilaku yang lebih jelas sopan sudah keliatan,
menghargai orang sudah ada. Kalau dulu kan cuek
bebek masa bodo lu lu gue gue tapi yang sekarang
mah terlihat kan. Jadi perubahan akhlak, akhlak yang
jelas sangat ketara perubahannya”13
“Untuk penerimaan dirinya sudah pasti, kan
akhlaknya yang baik itu udah . tapi itu gak boleh
lemah harus di cas terus kalau gak di cas lowbet. Jadi
12
Wawancara dengan Nuraini, Pembimbing agama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8 Maret
2020, Pukul 10.00 13
Wawancara dengan Nuraini, Pembimbing agama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8 Maret
2020, Pukul 10.00
117
gitu gak boleh begitu Alhamdulillah kan disini banyak
jadwalnya. Jadi perubahan akhlak yang sangat ketara
banyak banyak yang sudah berubah tadinya yang
belum ngerti jadi ngerti jadi lebih baik banyak,
keliatan kasih sayangnya mereka”14
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat peneliti
simpulkan bahwa bimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang
memiliki fungsi preservatif atau fungsi perubahan.
Adapun perubahan-perubahan yang terlihat dari warga
binaan pemasyarakatan meliputi tiga hal yaitu perubahan
ketaatan beragama, perubahan akhlak, serta perubahan
penerimaan diri.
4. Fungsi Development
Fungsi development atau fungsi pengembangan yaitu
membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab masalah. Selain
kegiatan bimbingan agama yang dilakukan para
pembimbing agama di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang, sesekali pembimbing
agama berinisiatif mengundang motivator-motivator dari
luar untuk memelihara dan mengembangkan penerimaan
diri pada warga binaan pemasyarakatan. Dalam hal ini,
Ratu Suharyati Sukmara menjelaskan sebagai berikut:
14
Wawancara dengan Nuraini, Pembimbing agama Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8 Maret
2020, Pukul 10.00
118
“Kita kadang-kadang mendatangkan dari luar untuk
yang selingan motivator-motivator kita dari luar,
bunda hanya “Ya Allah ajarkan saya apa yang tepat
untuk mereka” nah minta sama Allah mereka lebih
butuh ini dan bunda tidak pernah menjanjikan apa-
apa kepada mereka. Yuk kita sama-sama belajar kan
gitu, sama-sama dalam meraih cintanya Allah. Kita
dia sama”15
Selain upaya mendatangkan motivator-motivator dari
luar, pembimbing agama juga pernah mengadakan acara
training untuk mengembangkan potensi dan kemampuan
warga binaan pemasyarakatan termasuk dalam
mengembangkan penerimaan diri. Acara ini dilaksanakan
secara sistematis dengan menghadirkan narasumber atau
pemateri yang memumpuni dalam bidang-bidang tertentu.
Berikut adalah pernyataan Ratu Suharyati Sukmara selaku
pembimbing agama:
“nah bunda punya cara yaa tadi dengan adanya
training, nah kan kita terbatas kemampuan kita,
training kan lebih luas itu lebih menggempur hati
mereka langsung. Dengan mengadakan training disini
sering kita ngadain disini . dulu bunda tahun 2018
bunda dapat sponsor dari wardah 50 juta baru bisa
15
Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
119
ngadain training bukan buat bunda bukan buat
trainer tapi buat mereka disini, karena selama 2 hari
training makan segala macam kita yang bantu supaya
mereka gak keluar masuk dari aula kalau udah keluar
susah masuk lagi”16
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat
disimpulkan bahwa peran pembimbing agama
mengandung fungsi development atau pengembangan
dalam penerimaan diri warga binaan pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang. Terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh
pembimbing agama dalam menjalankan fungsi
development ini yaitu dengan mengadakan training dan
mengundang motivator-motivator dari luar. Dengan
diadakannya training dan pemberian motivasi-motivasi
oleh narasumber yang mempunyai kredibilitas tinggi,
warga binaan pemasyarakatan dapat berkembang baik dari
segi potensi, kemampuan diri, serta penerimaan diri pada
diri warga binaan pemasyarakatan itu sendiri.
16
Wawancara dengan Ratu Suharyati Sukmara, Pembimbing agama
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 8
Maret 2020, Pukul 09.15
120
D. Penerimaan Diri Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang
Penerimaan diri merupakan aspek penting yang harus
dimiliki seseorang, dimana penerimaan diri ini akan sangat
berpengaruh kepada interaksi sosial. Hurlock mengatakan
bahwa “Semakin baik seseorang dapat menerima dirinya,
maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan
sosialnya”.17 oleh karena itu, penerimaan diri ini harus
dimiliki setiap orang terlebih seorang narapidana yang
mempunyai kehidupan berbeda, seorang narapidana harus
memiliki penerimaan diri yang baik untuk melangsungkan
kehidupannya di Lembaga Pemasyarakatan.
Pada awal kedatangan warga binaan pemasyarakatan di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang,
warga binaan pemasyarakatan mengalami frustasi yang
berlebihan sehingga berpengaruh terhadap penerimaan
dirinya. Menyandang status narapidana bukanlah hal yang
mudah diterima oleh setiap orang, dimana seorang narapidana
harus kehilangan kebebasannya sebagai warga negara pada
umumnya. Warga binaan pemasyarakatan cenderung menutup
diri, sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain, tidak
menerima kenyataan, bahkan merasa hidupnya tidak berguna
lagi. Berikut adalah pernyataan salah satu warga binaan
pemasyarakatan pada saat diwawancarai oleh peneliti:
17
Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2. Ahli Bahasa: Thandrasa &
Zaikasih, (Jakarta: Erlangga, 1999). Hal.263
121
“Pertama rasanya eee sempet takut juga karena belum
mengenal lingkungan yaa lama kelamaan biasa ajaah.
Pertama dateng sopan, cium tangan ya kaan tapi lama-
lama yaudah. Aku jarang ngobrol, paling ditanya
namanya siapa jarang ngobrol kalau ditanya yaa jawab
kalau ngga yaudah ngga. Awal masuk sini komunikasi
susah”18
Dari pernyataan Astiyaroh tersebut, terlihat bahwa
pertama kali dia masuk ke lembaga pemasyarakatan dia
merasa ketakutan akan lingkungan sekitar, walaupun
setelahnya dia merasa biasa saja, namun untuk melakukan
interaksi dengan warga binaan pemasyarakatan lain dia tetap
merasa sulit. Supratiknya berpendapat bahwa jika seseorang
dapat menerima diri dengan baik maka dapat dengan
mudah membuka diri.19 Oleh karenanya, kenyataan yang
dialami oleh Asityaroh membuktikan bahwa dirinya masih
menutup diri dan tentunya hal demikian sangat berkaitan
dengan proses terbentuknya penerimaan diri. Selain itu,
Astiyaroh juga memberikan pernyataan sebagai berikut:
“Gimana yaaa. Aku orangnya suka bingung sendiri gitu
suka mikir gatau nih berguna atau ngga nih buat orang,
18
Wawancara dengan Astiyaroh, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 11.15 19
Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologi.
(Yogyakarta: Kanisius, 1995). Hal.81
122
tapi kan orang yang menilai kan orang bukan diri aku,
tapi kalau menurut diri aku aku gak berguna”20
Pernyataan Astiyaroh diatas menandakan bahwa dirinya
memiliki perasaan yang kurang baik terhadap dirinya sendiri.
Dia merasa dirinya kurang atau bahkan cenderung tidak
berguna bagi orang lain. Hal tersebut tentunya akan
berpengaruh kepada kualitas penerimaan diri yang kemudian
akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan
psikologisnya. Menurut Supratiknya, kesehatan psikologis
berkaitan erat dengan kualitas perasaan kita terhadap diri kita
sendiri. Orang yang sehat secara psikologis memandang
dirinya disenangi, mampu berharga, dan diterima oleh orang
lain. Agar kita tumbuh dan berkembang secara psikologis kita
harus menerima diri kita.21
Selain Astiyaroh, warga binaan pemasyarakatan yang
lainpun merasakan hal demikian, sulit untuk berinteraksi
dengan orang lain, tidak betah berada di lembaga
pemasyarakatan, merasa dirinya tidak berharga, frustasi
dengan keadaan, tidak terima dengan hukuman yang
dijalaninya, dan masih banyak hal-hal lainnya yang dirasakan
yang berhubungan dengan penerimaan diri. Rismawati pada
saat diwawancarai mengatakan:
20
Wawancara dengan Astiyaroh, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 11.15 21
Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologi,
(Yogyakarta: Kanisus, 1995). Hal.81
123
“Ga betah, pengen pulang. Tiap hari yaa diem ajah, kaya
ga terima gitu lah. Sekitar 3 bulan an lah diem ajah gitu
gak ada seneng-seneng gak ada gembira-gembira.
Setelah 3 bulan baru agak terbiasa walaupun skrg juga
masih suka ngerasa ga terima pengen cepet-cepet keluar
gitu”22
Berdasarkan pernyataan Rismawati diatas, dia merasa
tidak nyaman berada di lembaga pemasyarakatan dan ingin
segera kembali ke kehidupan yang normal. Rismawati tidak
bisa berbuat banyak selama tiga bulan pertama di lembaga
pemasyarakatan, dia lebih memilih untuk diam karena tidak
ada sesuatu apapun yang bisa membuatnya senang. Setelah
tiga bulan Rismawati tinggal di lembaga pemasyarakatan,
Rismawati mulai terbiasa dengan keadaan walaupun tidak
sepenuhnya dia menerima kenyataan yang dialaminya. Hal
tersebut merupakan salah satu bentuk kurangnya penerimaan
diri pada dirinya, dimana dia tidak bisa menerima dirinya
sebagai narapidana sehingga dia merasa sangat sulit untuk
menjalani hidupnya di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang.
Sulitnya menerima diri pada warga binaan
pemasyarakatan bukanlah sesuatu yang baru, pada dasarnya
setiap orang yang masuk ke lembaga pemasyarakatan untuk
22
Wawancara dengan Rismawati, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 10.15
124
menjalankan hukuman atas pelanggaran hukum yang telah
dilakukannya pasti merasakan hal tersebut. Namun demikian,
tidak semua warga binaan pemasyarakatan merasa sulit untuk
menerima kenyataan, Rani Savira salah satu warga binaan
pemasyarakatan pada saat diwawancarai oleh peneliti
memberikan pernyataan sebagai berikut:
“Yaaa Sedihlah sedih. Trus gimana mau gimana, tapi pas
kesini-kesini mah nerima namanya juga udah takdir mau
gimana. Awalnya kurang nerima tapi kan kita kan
sebelum disini kita di Polda dulu ya terus di pondok
bambu itu kita apa si itu apa namanya? apaa nah
beradaptasi gitu kan, nah jadi kita disini tuh udah lebih
nyaman gitu kan ketimbang di pondok bambu sama di
Polda. Tinggal jalanin doang kan”23
Berdasarkan pernyataan Rani diatas, dia merasa sedih
ketika harus menjalani hukuman penjara atas perbuatannya
yang melangar hukum. Akan tetapi, dia menyadari kesalahan
yang telah diperbuatnya sehingga dia dapat menerima
kenyataan yang menimpa dirinya, dia menganggap hal itu
adalah sebuah takdir yang tidak bisa dipungkiri. Sebelum dia
tinggal di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang, dia menjalani masa tahanan terlebih dahulu di
Polda Metro Jaya, kemudian berpindah tempat lagi ke Rumah
Tahanan Kelas IIA Jakarta, dan akhirnya menetap di
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.
Masa-masa sulit yang dialami oleh Rani yaitu ketika
23
Wawancara dengan Rani Savira, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 09.15
125
menjalani masa tahanan di Polda Metro Jaya dan di RUTAN
Kelas IIA Jakarta, sehingga ketika dia datang ke Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang dia merasa
lebih nyaman dan lebih mudah untuk menjalaninya.
Dalam mengatasi kurangnya penerimaan diri pada warga
binaan pemasyarakatan perlu adanya bimbingan agama agar
warga binaan pemasyarakatan bisa terarahkan dan dapat
dengan mudah menerima kenyataan yang dialaminya.
Berdasarkan pengamatan peneliti ketika melakukan penelitian
di lapangan, warga binaan pemasyarakatan yang aktif
mengikuti bimbingan agama berbeda dengan warga binaan
pemasyarakatan yang kurang atau bahkan tidak aktif sama
sekali mengikuti bimbingan agama. Warga binaan
pemasyarakatan yang aktif mengikuti bimbingan agama
terlihat lebih membuka dirinya, tidak ada keraguan dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan pada saat diwawancarai,
dan merasa yakin atas jawaban yang diberikannya. salah satu
contohnya yaitu Wati, pada saat diwawancarai dia
mengatakan:
“Perasaan sedihlah sedih campur segala macem lah inget
cucu yaah. Tapi kita pasrahin sama Allah ajaah yaa.
Pertama mah sendiri dulu tapi pas lama lama yaa kita
udah ikhlas lah, tapi kan disini saya ga ada siapa-
siapa”24
24
Wawancara dengan Wati, Warga binaan pemasyarakatan Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5 Maret
2020, Pukul 10.45
126
Berdasarkan pernyataan Wati diatas, awal dia masuk ke
lembaga pemasyarakatan, dia merasa sedih atas nasib yang
dialaminya. Seiring berjalannya waktu, Wati bisa menerima
keadaannya dengan ikhlas dan memasrahkan dirinya kepada
Allah SWT. Selain itu Wati mengakui bahwa dirinya sering
mengikuti bimbingan agama, pada saat diwawancarai dia
mengatakan:
“Kegiatannya ngaji, sering. Kan disini ngajinya setiap
hari kan kegiatannya”25
“Ibu yang tadinya gak bisa ngaji jadi bisa ngaji, banyak
waktu untuk beribadah sama Allah lah, beda lah sama
kita di luar dulu yaah. Di luar kan kita cuek ajah kadang-
kadang sholat kadang-kadang ngga. Kadang sholat
subuh, ashar lohor maghrib enggak padahal gak sibuk
gak apa tapi mungkin yaa ini ditegor sama Allah masuk
sini. Yakin aja udah sama Allah mintanya biar sehat ajah
udah masih bisa ibadah sama Allah, masih bisa bersujud
sama Allah masih ada kesempatan lah udah tua yaah.
Mungkin kalau gak masuk sini ibu gak bisa apa-apa.
Berarti Allah masih sayang sama ibu, bersyukur yaa”26
Berdasarkan pernyataan tersebut, Wati merasakan banyak
perubahan pada dirinya. Perubahan yang dia rasakan
diantaranya adalah bisa membaca Al-Qur’an dan lebih rajin
beribadah, dia merasa keadaannya lebih baik ketika berada di
25
Wawancara dengan Wati, Warga binaan pemasyarakatan Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5 Maret
2020, Pukul 10.45 26
Wawancara dengan Wati, Warga binaan pemasyarakatan Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5 Maret
2020, Pukul 10.45
127
lembaga pemasyarakata sehingga hal tersebut mebuatnya
sangat bersyukur. Tidak hanya itu, Wati juga merasakan
manfaat atas perubahan-perubahan yang dirasakannya. Pada
saat diwawancarai Wati mengatakan:
“Ibu gak nyesel ada disini karena di luar belum tentu jadi
lebih baik, mungkin lebih parah dari ini hehe. Yang kita
gak bisa raih di luar bisa diraih disini gitu kan buktinya
ibu udah Al-Quran Alhamdulillah kan yang tadi nya alif
ajaah gak bisa sekarang udah Al-Quran kan sedikit-
sedikit ngafalin dikit-dikit yaa kan. Bisa juga ngajarin
orang, orang yang gak bisa kita ajarin dikit-dikit. Orang
punya masalah kita bisa nasihatin gitu lah”27
Perubahan yang dialami Wati membuatnya bersyukur dan
tidak menyesal berada di lembaga pemasyarakatan. Dengan
perubahannya, wati merasa lebih baik dan ilmu yang dia
dapatkan bisa bermanfaat untuk orang disekitarnya. Hal
tersebut merupakan suatu kemampuan yang dimiliki Wati
dalam mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi
kehidupan yang dijalaninya dan kemampuan tersebut
tentunya berkaitan dengan salah satu aspek penerimaan diri
yaitu peran kemampuan diri, Supratiknya berpendapat bahwa
individu mempunyai kemampuan untuk menghadapi
kehidupan. Hal tersebut tampak dari sikap individu yang
27
Wawancara dengan Wati, Warga binaan pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, Pada tanggal 5
Maret 2020, Pukul 10.45
128
percaya diri, lebih suka mengembangkan sikap baiknya dan
mengeliminasi sifat buruknya dari pada ingin menjadi orang
lain, sehingga individu merasa puas dengan dirinya.28
Pernyataan tingkat penerimaan diri warga binaan
pemasyarakatan akan dideskripsikan pada table 5.1 di bawah
ini:
Tabel 5.3
PROSES TERBENTUKNYA PENERIMAAN DIRI
No Proses Tidak Menerima
Diri
Kurang
Menerima Diri
Menerima Diri
1 Pembukaan
diri
Saya sangat sulit
berinteraksi
dengan warga
binaan
pemasyarakatan
lain (R)
Saya sulit untuk
bersosialisasi
dengan warga
binaan
pemasyarakatan
lain (A, W, GR)
Mudah
bersosialisasi
dengan orang
lain (RS)
2 Kesehatan
Psikologis
Saya merasa diri
saya tidak berguna
untuk orang lain
(A)
Saya merasa
diri saya kurang
berguna untuk
orang lain (RS,
GR, R)
Saya merasa
diri saya
berharga dan
berguna untuk
orang lain (W)
3
Menerima diri
sendiri &
Orang lain
-
Terkadang saya
benci dengan
diri saya sendiri
(RS, GR, A, R)
Saya bangga
dengan diri
saya sendiri
(W)
ASPEK-ASPEK PENERIMAAN DIRI
28
Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan Psikologi,
(Yogyakarta: Kanisius, 1999). Ha.81
129
No Aspek Tidak Menerima
Diri
Kurang
Menerima Diri
Menerima Diri
1
Persepsi
mengenai diri
& Sikap
terhadap
penampilan
diri
Saya tidak
peduli/cuek
dengan
penampilan diri
saya (A)
Saya tidak
terlalu peduli
dengan
penampilan diri
saya (W, R,
GR)
Saya selalu
memperhatikan
penampilan diri
saya ( RS)
2
Sikap
terhadap
kelemahan &
kelebihan diri
sendiri
Saya tidak tahu
apa kekurangan
dan kelemahan
saya (R)
Saya merasa
mempunyai
banyak
kekurangan dan
saya tidak tahu
apa kelebihan
diri saya (A,
RS, GR)
Saya menyadari
kelemahan dan
kelebihan diri
saya, dan selalu
memperbaiki
itu semua (W)
3
Perasaan
rendah diri
sebagai gejala
penolakan diri
Saya merasa diri
saya tidak berguna
untuk orang lain
(A)
Saya merasa
diri saya kurang
berguna untuk
orang lain (RS,
GR, R)
Saya merasa
diri saya
berharga dan
berguna untuk
orang lain (W)
4
Respon atas
penolakan &
kritikan
Saya tidak suka
dikritik oleh orang
lain (R)
Saya kurang
peduli terhadap
kritikan orang
lain (A, GR)
Saya sengan
ketika dikritik
oleh orang lain
(RS, W)
5
Menuruti
kehendak &
menonjolkan
diri
Saya gampang
terpengaruh oleh
orang lain (GR, A,
R)
Terkadang,
saya
terpengaruh
oleh orang lain
(RS, W)
-
Table 5. 1
Sumber: hasil wawancara dengan narasumber yang telah diinterpretasikan oleh
peneliti
Keterangan: GR= Ghea Resa Angelica, RS= Rani Savira, A= Astiyaroh, W= Wati
130
Berdasarkan tabel tingkat penerimaan diri diatas dapat
disimpulkan bahwa tingkat penerimaan diri pada warga
binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang terbilang rendah, hal ini
dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan warga binaan
pemasyarakatan yang lebih cenderung kepada kurangnya
penerimaan diri baik dari segi proses pembentukan
penerimaan diri maupun dari aspek-aspek penerimaan diri.
Kemudian yang kedua, dapat peneliti simpulkan bahwa
faktor usia warga binaan pemasyarakatan juga berpengaruh
kepada penerimaan diri. Warga binaan pemasyarakatan yang
berusia diatas 60tahun cenderung lebih mudah dalam
menerima dirinya sebagai warga binaan pemasyarakatan,
karena pada usia tersebut, warga binaan pemasyarakatan lebih
memilih untuk menikmati masa tuanya dalam keadaan
sebagai warga binaan peamsyarakatan. Hal tersebut dapat
dibuktikan oleh pengakuan salah satu warga binaan
pemasyarakatan yang berusia 60tahun yaitu Wati, dalam
wawancara yang peneliti lakukan dia mengatakan:
“saya sudah tua, apalagi yang saya kejar? Dulu waktu
saya muda saya punya cita-cita, punya harapan, kalo
sekarang keadaannya gini, yaudah saya nikmatin aja,
lebih banyak beribadah sama Allah, umur gak ada yang
tau, siapa tau saya meninggal disini kan gak tau”
Pernyataan Wati diatas, merupakan sesuatu yang berbeda
jika dibandingkan dengan warga binaan pemasyarakatan yang
131
masih muda. Warga binaan pemasyarakatan yang masih muda
cenderung lebih cemas dalam menjalani hidupnya, karena
mereka masih memiliki masa depan yang harus mereka capai.
Hal itu tentunya membuat mereka lebih berpikir keras
sehingga bisa saja terjadi depresi ketika dia tidak mampu
mengatasinya dengan baik. Dengan demikian, dapat peneliti
simpulkan bahwa warga binaan pemasyarakatan yang berusia
diatas 60tahun lebih mudah dalam menerima dirinya sebagai
warga binaan pemasyarakatan.
132
BAB VI
KESIMPULAN, IMPLIKASI & SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan hasil penelitian tentang Peran
Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Penerimaan Diri
Pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang, diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Bentuk peran pemimbingan agama di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang adalah
peran sebagai pendidik, pembimbing, dan konselor.
2. Dampak peran pembimbing agama bersifat positif dalam
meningkatkan penerimaan diri pada warga binaan
pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA Tangerang.
3. Gambaran penerimaan diri warga binaan pemasyarakatan
(WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas
IIA Tangerang setelah diberikan bimbingan oleh
pembimbing agama, mengalami peningkatan menjadi
lebih baik.
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian ini menjadi gambaran nyata bahwa peran
pembimbing agama ternyata sangat penting bagi warga
binaan pemasyarakatan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan penerimaan diri warga binaan pemasyarakatan.
133
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadikan para
pembimbing agama dan penyuluh agama, khususnya
mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam agar semakin
memahami tentang hal apa yang harus dilakukan ketika
menemui permasalahan seperti ini, sehingga dapat
menjalankan peran sebagai pembimbing atau penyuluh agama
dengan sebaik-baiknya serta memberi manfaat bagi banyak
orang. Penelitian ini juga diharapkan bisa bermanfaat sebagai
bentuk informasi bagi Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang agar lebih mengetahui kebutuhan warga
binaan pemasyarakatan sehingga dapat memberikan
pelayanan pemberdayaan yang lebih baik.
C. SARAN
Berdasarkan kegiatan penelitian yang dilaksanaka oleh
peneliti di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Tangerang, peneliti memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Saran untuk pihak Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas IIA Tangerang: Untuk lebih memaksimalkan proses
bimbingan terhadap warga binaan pemasyarakatan. Jika
perlu, pihak lembaga pemasyarakatan bisa menghadirkan
beberapa penyuluh agama untuk memberikan penyuluhan
kepada warga binaan pemasyarakatan agar penerimaan
diri pada warga binaan pemasyarakatan bisa lebih
meningkat.
134
2. Kepada pembimbing agama: Mengingat masih banyaknya
warga binaan pemasyarakatan yang memiliki penerimaan
diri rendah, untuk itu pembimbing agama diharapkan bisa
lebih kreatif lagi dalam melakukan bimbingan agama
sehingga dapat mencapai tujuan secara maksimal.
3. Kepada warga binaan pemasyarakatan: Agar dapat
menjalani kehidupan di lembaga pemasyarakatan dengan
mudah, tetaplah semangat untuk mengikuti kegiatan
bimbingan agama, karena kegiatan tersebut akan
memberikan banyak manfaat khususnya dalam
peningkatan penerimaan diri.
135
DAFTAR PUSTAKA
A, H. (2002). Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Ciputat Press.
Agus, D. (2007). Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun
Pertama. Jakarta: PT Refika Aditama.
Ahmadi, A. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Ancok, D., & Suroso, F. N. (1994). Psikologi Islami. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Arifin, M. (1979). Pokok-Pokok Pikiran Bimbingan dan
penyuluhan Agama. Jakarta : Bulan Bintang.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaplin, J. P. (2009). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Daft, R. L. (2010). Era Baru Manajemen. Jakarta: Salemba
Empat.
Faqih, A. R. (2001). Bimbingan dan Konseling Dalam Islam.
Yogyakarta: UII Press.
Hamdani. (2012). Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Handayani. (2000). Efektifitas Pelatihan Pengenalan Diri
Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri
Pada Remaja. Jurnal Insan, 39-46.
Hikmawati, F. (2015). Bimbingan dan Konseling Perspektif
Islam. Jakarta: Rajawali pers.
Horton, & Hunt. (1999). Sosiologi: diterjemahkan oleh Drs.
Aminudin dan Dra. Tita Sobari. Jakarta: Erlangga.
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Gaung Persada.
136
Kahmad, D. (2002). Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Kebudayaan, D. P. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Lubis, S. (1987). Metodologi Penelitian Sosial. Medan: USU
Press.
M.Y, D. (2003). Kamus Induk Istilah Seri Intelectual. Surabaya:
Target Press.
Nasution, H. (1985). Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Nurviana. (2010). Penerimaan Diri . Jurnal Psikologi, 04.
Pemasyarakatan, D. J. (2008). Cetak Biru Pembaharuan
Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan. Jakarta:
Departemen Jendral Pemasyarakatan.
Pemasyarakatan, D. J. (2013). Pedoman Pembinaan Kepribadian
Narapidana Bagi Petugas Di Lapas/Rutan. Jakarta:
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Poerwadarminta, W. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Priyanto, D. (2006). Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di
Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Refika, S. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penerimaan Diri: Sebuah Penelitian Dikalangan Anak
Berhadapan Hukum Di Panti Sosial Marsudi Putra
Handayani. Skripsi, 16.
Sarwono. (2013). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sholih, K. A. (2016). Qonal'ah Obat Anti Stress. Jakarta: Darul
Falah.
Soerjono, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
137
Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian Kombinasi (Mix
Methods). Bandung: Alfabeta.
Suhardono, E. (1994). Teori Peran: Konsep Derivasi dan
Implikasinya. Jakarta: Salemba Empat.
Suhardono, E. (1994). Teori Peran: Konsep Derivasi dan
Implikasinya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Supratiknya. (2007). Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta :
Kanisius.
Suyanto, B., & Narwoko, D. (2006). Sosiologi: Teks Pengantar
dan Terapan. Jakarta: Pernada Media Group.
T, J. A. (1958). Child Psychology. Englewood Cliffs: Prentice
Hall.
Umam, K., & Achyar, A. (1998). Bibingan dan Penyuluhan.
Jakarta: CV Pustaka Setia.
Umar, & Sartono. (2005). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung:
PT Refika Aditama.
Wrastari, A. T., & Handadari. (2003). Pengaruh Pemberian Neuro
Linguistic Programming (NLP) Terhadap Peningkatan
Penerimaan Diri Penyandang Cacat Tubuh Pada Remaja
Di Pusat Rehaabilitas Panti Sosial Bina Daksa "Suryatam"
Bangil Pasuruan. Jurnal INSAN, 21.
Yusuf, S., & Nurihsan, J. (2005). Landasan Bimbingan dan
Konseling . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
138
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
139
140
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
141
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
142
143
Lampiran 4 Surat Kesediaan Wawancara Penelitian
144
145
146
147
148
149
150
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
PENELITIAN TENTANG PERAN PEMBIMBING
AGAMA DALAM MENINGKATKAN
PENERIMAAN DIRI PADA WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN (WBP) DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIA
TANGERANG
PEMBIMBING AGAMA
N
O DATA SUB DATA TEKNIK
SUMBER
DATA
UMUM
1 Data Pribadi
Informan
Profil data Pembimbing
Agama
a. Nama
b. Alamat
c. Usia
d. Jenis Kelamin
e. Pekerjaan/jabata
n
f. Riwayat
Pendidikan
g. Motto hidup
Wawanca
ra &
Observasi
Pembimbing
Agama
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Perempuan
Kelas IIA
Tangerang
2
Gambaran
Umum
Lokasi
Penelitian
Profil LAPAS Perempuan
Kelas IIA Tangerang
a. Letak geografis
b. Visi dan Misi
c. Program
Kegiatan
Observasi
& Studi
Kepustaka
an
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Perempuan
Kelas IIA
Tangerang
METODE BIMBINGAN AGAMA
3
Metode
Dalam
Melaksanaka
n Bimbingan
Agama
(dilihat dari
a. Metode apa yang
anda gunakan
dalam
melaksanakan
bimbingan agama
di LAPAS
Perempuan Kelas
Wawanca
rA
Pembimbing
Agama
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Perempuan
151
segi
komunikasi,
metode
langsung dan
tidak
langsung.
Menurut
Ainur Rahim
Faqih)
IIA Tangerang?
b. Mengapa anda
menggunakan
metode tersebut?
c. Apakah anda
merasa bahwa
metode yang anda
gunakan sudah
sesuai dengan
kondisi warga
binaan
pemasyarakatan?
d. Apakah anda
menggunakan
metode kelompok
dalam
melaksanakan
bmbingan agama?
e. Dengan
menggunakan
metode kelompok,
apakah
pelaksanaan
bimbingan agama
berjalan dengan
efektif?
f. Selain
menggunakan
metode kelompok
dalam pelaksanaan
bimbingan agama,
apakah anda
pernah melakukan
bimbingan agama
dengan metode
individual?
g. Seberapa sering
anda
menggunakan
metode individual
dalam
melaksanakan
bimbingan agama?
h. Apa perbedaan
yang anda rasakan
setelah
menggunakan
kedua metode
Kelas IIA
Tangerang
152
tersebut?
i. Apakah anda
pernah
menggunakan
metode tidak
langsung dalam
melaksanakan
bimbingan agama?
j. Media apa yang
anda pakai ketika
menggunakan
metode tidak
langsung dalam
pelaksanaan
bimbingan agama?
k. Menurut anda,
metode apa yang
paling efektif
digunakan dalam
melaksanakan
bimbingan agama
di LAPAS
Perempuan Kelas
IIA Tangerang?
FUNGSI BIMBINGAN AGAMA
4
Fungsi
bimbingan
agama untuk
pencegahan
atau
preventif
(Menurut
Ainur Rahim
Faqih)
a. Apakah
bimbingan yang
dilakukan selama
ini dapat
membantu warga
binaan
pemasyarakatan
dalam mencegah
munculnya
masalah pada diri
warga binaan
pemasyarakatan?
b. Apa upaya anda
dalam mencegah
timbulnya masalah
pada diri warga
binaan
pemasyarakatan?
c. Apakah anda
berhasil dalam
melakukan
Wawanca
ra
Pembimbing
Agama
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Perempuan
Kelas IIA
Tangerang
153
pencegahan
tersebut?
d. Hal apa yang
membuat anda
merasa berhasil
melakukan
pencegahan
tersebut?
e. Bagaimana
langkah yang anda
lakukan untuk
membantu warga
binaan
pemasyarakatan
dalam bersikap
baik sesuai dengan
norma-norma
yang berlaku bagi
lingkungan
maupun norma-
norma yang telah
ditentukan oleh
agama? (misalnya
warga binaan
pemasyarakatan
menjadi
terbimbing untuk
berperilaku baik
sesuai dengan
norma-norma
yang ada)
5
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
Kuratif/
Korektif
(Menurut
Ainur Rahim
Faqih)
a. Apakah
bimbingan agama
yang dilakukan
selama ini sudah
sesuai dengan
kebutuhan warga
binaan
pemasyarakatan
untuk lebih siap
dalam menghadapi
permasalahan
kehidupan yang
mereka alami?
b. Bagaimana cara
anda
menyesuaikan
Wawanca
ra
Pembimbing
Agama
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Perempuan
Kelas IIA
Tangerang
154
antara bimbingan
yang akan anda
berikan dengan
kebutuhan warga
binaan
pemasyarakatan
dalam menghadapi
permasalahan
yang mereka
alami?
c. Apakah anda
dapat membantu
warga binaan
pemasyarakatan
dalam
memecahkan
permasalahan
yang sedang
mereka alami?
d. Masalah apa yang
sering dialami
oleh warga binaan
pemasyarakatan?
e. Bagaimana cara
anda membantu
warga binaan
pemasyarakatan
untuk
memecahkan
masalah yang
sedang
dialaminya?
f. apakah upaya
yang anda lakukan
sudah tepat dalam
membantu warga
binaan
pemasyaraktan
untuk
memecahkan
masalah yang
sedang
dialaminya?
6
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
a. Apakah
bimbingan yang
selama ini anda
berikan mampu
Wawanca
ra
Pembimbing
Agama
Lembaga
Pemasyaraka
155
Preservatif
(Menurut
Ainur Rahim
Faqih)
merubah keadaan
warga binaan
pemasyarakatan
dari keadaan tidak
baik menjadi lebih
baik?
b. Perubahan apa
saja yang anda
lihat dari warga
binaan
pemasayarakatan
setelah
mendapatkan
bimbingan?
c. Apakah
bimbingan yang
anda berikan
mampu merubah
tingkat
penerimaan diri
warga binaan
pemasyarakatan?
d. Bagaimana
langkah yang anda
lakukan dalam
membimbing
warga binaan
pemasyarakatan
untuk merubah
keadaan warga
binaan
pemasyarakatan
dari keadaan tidak
baik menjadi baik?
e. Apa yang
membedakan
warga binaan
pemasyarakatan
sebelum dan
sesudah mengikuti
bimbingan agama?
tan
Perempuan
Kelas IIA
Tangerang
7
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
Development
atau
a. Apakah
bimbingan agama
yang dilaksanakan
selama ini dapat
membantu warga
binaan
Wawanca
ra
Pembimbing
Agama
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Perempuan
156
pengembang
an (Menurut
Ainur Rahim
Faqih)
pemasyarakatan
dalam memilih
dan
mengembangkan
potensi yang
dimilikinya?
b. Bagaimana
langkah yang anda
lakukan untuk
membantu warga
binaan
pemasyarakatan
dalam memilih
dan
mengembangkan
kemampuan atau
potensi yang
dimilikinya?
c. Bagaimana cara
anda untuk
menjaga dan terus
mengembangkan
kemampuan atau
potensi yang
dimiliki oleh
warga binaan
pemasyarakatan?
d. Berapa persen
tingkat
keberhasilan
bimbingan agama
dalam
mengembangkan
kemampuan atau
potensi yang
dimiliki warga
binaan
pemasyarakatan?
Kelas IIA
Tangerang
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MENINGKATKAN
PENERIMAAN DIRI
8
Peran
Pembimbing
Agama
Dalam
Meningkatka
n
a. Apa upaya anda
dalam
meningkatkan
penerimaan diri
pada warga binaan
pemasyarakatan?
Wawanca
ra
Pembimbing
Agama
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Perempuan
157
Penerimaan
Drir
b. Seberapa
berhasilkah upaya
anda dalam
meningkatkan
penerimaan diri
pada warga binaan
pemasyarakatan?
c. Perubahan apa
yang anda lihat
dalam peningkatan
penerimaan diri
warga binaan
pemasyarakatan
setelah anda
melakukan upaya
tersebut?
d. Apa langkah
selanjutnya yang
akan anda lakukan
untuk lebih
meningkatkan
penerimaan diri
pada warga binaan
pemasyarakatan?
Kelas IIA
Tangerang
HARAPAN PEMBIMBING AGAMA
9
Harapan
untuk warga
binaan
pemasyaraka
tan
Apa harapan anda untuk
warga binaan
pemasyarakatan Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA
Tangerang?
Wawanca
ra
Pembimbing
Agama
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Perempuan
Kelas IIA
Tangerang
10
Harapan
untuk
Lembaga
pemasyaraka
tan
Apa harapan anda untuk
Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIA
Tangerang? Wawanca
ra
Pembimbing
Agama
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Perempuan
Kelas IIA
Tangerang
Lampiran 5 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian (Pembimbing
Agama)
158
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
TENTANG PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM
MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA WARGA
BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP) DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN PEREMPUAN KELAS IIA
TANGERANG
WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP)
N
O DATA SUB DATA TEKNIK SUMBER DATA
UMUM
1 Data Pribadi
Informan
Profil data Warga
Binaan
Pemasyarakatan
(WBP)
a. Nama
b. Asal
c. Usia
d. Jenis
Kelamin
e. Riwayat
Pendidika
n
f. Kasus
g. Masa
Pidana
h. Motto
hidup
Wawancar
a &
Observasi
Warga
Binaan
Pemasyarak
atan (WBP)
LAPAS
Perempuan
Kelas IIA
Tangerang.
2
Gambaran
Umum
Lokasi
Penelitian
Profil LAPAS
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
d. Letak
geografis
e. Visi dan
Observasi
& Studi
Kepustaka
an
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
159
Misi
f. Program
Kegiatan
PROSES TERBENTUKNYA PENERIMAAN DIRI (MENURUT
SUPRATIKNYA)
3 Pembukaan
Diri
a. Sudah
berapa lama
anda tinggal
di lapas ini?
b. Apa yang
anda
rasakan
pertama kali
tinggal di
lapas ini?
c. Selama satu
bulan
pertama
anda tinggal
disini,
apakah anda
susah untuk
beraktivitas
?
d. Minggu,
bulan, atau
tahun ke
berapa anda
mulai
terbiasa
untuk
beraktivitas
?
e. Ketika anda
mendapatka
n masalah,
kepada
siapa anda
menceritaka
n dan
meminta
bantuan
untuk
menyelesaik
an masalah
tersebut?
f. Apakah
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
160
anda
bersedia
untuk
menceritaka
n masalah
yang pernah
anda alami
di lapas ini?
g. Masalah
apa yang
pernah anda
alami di
lapas ini?
h. Apa yang
anda
rasakan saat
ini setelah
sekian lama
tinggal di
lapas ini?
4 Kesehatan
Psikologis
a. Apakah
anda senang
membantu
orang lain?
b. Seberapa
sering anda
membantu
orang lain?
c. Apakah
anda merasa
bahwa
hidup anda
berguna
bagi orang
lain?
d. Hal apa
yang
membuat
anda merasa
demikian?
e. Apakah
anda merasa
bahwa
hidup anda
tidak
berguna
bagi orang
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
161
lain?
f. Hal apa
yang
membuat
anda merasa
demikian?
g. Menurut
anda,
bagaimana
keadaan
anda saat
ini?
h. Apakah
anda
menyukai
diri anda
sendiri?
i. Hal apa
yang anda
sukai
didalam diri
anda?
j. Apakah
anda
bangga
dengan hal
tersebut?
k. Apakah
anda merasa
mampu
menyelesaik
an masalah
sendiri
tanpa
bantuan
orang lain?
l. Seberapa
sering anda
bisa
menyelesaik
an masalah
sendiri
tanpa
bantuan
orang lain?
m. Apakah
anda pernah
mendapatka
162
n bantuan
dari
pembimbin
g agama?
n. Apakah
pembimbin
g agama
menjadi
solusi anda
untuk
dimintai
pertolongan
ketika anda
mempunyai
masalah?
5
Menerima
Diri Sendiri
dan Orang
Lain
a. Apakah
anda
merasa
bahwa anda
berbeda
dengan
masyarakat
pada
umumnya?
b. Mengapa
anda merasa
bahwa anda
berbeda
dengan
masyarakat
pada
umumnya?
c. Apakah
anda
memaklumi
hal
tersebut?
d. Dengan
perbedaan
yang anda
rasakan,
apakah anda
tidak
menyukai
atau bahkan
benci
terhadap
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
163
diri anda
sendiri?
e. Apakah
anda senang
bersosialisa
si dengan
orang lain?
f. Bagaimana
perasaan
anda ketika
ada
seseorang
yang
mengajak
anda
berkenalan?
g. apakah anda
termasuk
orang-orang
yang mau
berteman
dengan
siapa saja?
h. Bagaimana
sikap anda
ketika ada
sesorang
yang
mendekati
anda dan
ingin
menjadi
bagian dari
keluarga
anda?
(misalnya
ingin
menjadi
teman dekat
anda atau
sahabat
anda)
ASPEK-ASPEK PENERIMAAN DIRI (MENURUT JERSILD)
6 Persepsi
mengenai
diri dan
a. Apakah
anda
termasuk
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
164
sikap
terhadap
penampilan
diri
orang-orang
yang
menjaga
dan
memperhati
kan
penampilan
?
b. biasanya,
apa yang
sering anda
perhatikan
dalam
berpenampil
an?
(misalnya
make up,
rambut,
pakaian,
atau lain
sebagainya)
c. Apakah
anda sering
mengikuti
penampilan
orang lain?
d. Apakah
penilaian
orang lain
terhadap
penampilan
anda
membuat
anda
percaya diri
atau
sebaliknya?
e. Bagaimana
sikap anda
ketika orang
lain
mengoment
ari
penampilan
anda?
f. Apakah
anda merasa
penampilan
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
165
anda lebih
baik dari
penampilan
orang lain?
7
Sikap
terhadap
Kelemahan
dan
Kelebihan
diri sendiri
a. Apakah
anda
merasa
bahwa diri
anda
memiliki
kekurangan
dan
kelebihan?
b. Bisa anda
sebutkan
apa saja
kekurangan
yang ada
didalam
diri anda?
c. Apakah
anda benar-
benar
menyadari
akan
kekurangan
yang anda
miliki?
d. Bagaimana
cara anda
menyikapi
kekurangan
tersebut?
e. Apakah
anda mau
menerima
kekurangan
yang anda
miliki serta
siap untuk
memperbai
kinya?
f. Apa upaya
yang anda
lakukan
untuk
memperbai
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
166
ki
kekurangan
tersebut?
g. Dengan
kekurangan
-
kekurangan
yang anda
miliki,
apakah
anda
merasa
bahwa diri
anda tidak
berguna
untuk orang
lain?
h. Apa saja
kelebihan
yang anda
miliki?
i. Apakah
anda yakin
dengan
kelebihan
yang anda
miliki?
j. Bagaimana
cara anda
untuk
meningkatk
an
kelebihan
yang anda
miliki?
k. Apa yang
anda
harapkan
dari
kelebihan-
kelebihan
yang anda
miliki?
8
Perasaan
rendah diri
sebagai
gejala
a. Bagaimana
perasaan
anda ketika
menyandan
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
167
penolakan
diri
g status
narapidana
atau warga
binaan
pemasyarak
atan?
b. Dengan
status
narapidana,
apakah anda
merasa
bahwa diri
anda tidak
berharga
lagi baik
untuk diri
anda
sendiri,
keluarga,
maupun
orang lain?
c. Apakah
anda merasa
rendah diri
dengan
status anda
saat ini?
d. Apa
kekhawatira
n anda
ketika nanti
anda keluar
dari lapas
ini dan
kembali
kepada
masyarakat?
e. Apakah
anda pernah
mendapatka
n
pencerahan
dari
pembimbin
g agama
mengenai
hal ini?
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
168
9
Respon atas
Penolakan
dan Kritikan
a. Apakah
anda senang
menerima
kritikan dari
orang lain?
b. Bagaimana
sikap anda
ketika
menerima
kritikan dari
orang lain?
c. Jika ada
seseorang
yang
mengkritik
kejelekan
atau
kekurangan
anda,
apakah anda
akan
memikirkan
nya atau
lebih
memilih
bersikap
tidak peduli
dengan
kritikan
tersebut?
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
10
Keseimbang
an antara
“real seld”
dan “ideal
self”
a. Apa yang
menjadi
harapan
terbesar
anda saat
ini?
b. Apakah
anda yakin
bisa
mewujudka
n apa yang
menjadi
harapan
anda saat
ini?
c. Apa upaya
yang anda
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
169
lakukan
untuk
mencapai
harapan
tersebut?
d. Apa yang
akan anda
lakukan
ketika usaha
anda tidak
membuahka
n hasil yang
baik atau
tidak
mencapai
suatu tujuan
yang sangat
anda
harapkan?
11
Penerimaan
diri dan
Penerimaan
orang lain
a. Pernahkah
anda merasa
benci
terhadap
diri anda
sendiri?
b. Hal apa
yang
membuat
anda merasa
benci
dengan diri
sendiri?
c. Apakah
anda
memaklumi
bahwa yang
anda alami
selama ini
merupakan
musibah?
d. Bagaimana
cara anda
menerima
keadaan diri
anda selama
ini?
e. Apakah
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
170
anda aktif
mengikuti
bimbingan
agama?
f. Apa yang
anda
rasakan
setelah
mengikuti
bimbingan
agama?
g. Apakah
anda lebih
menerima
keadaan diri
anda setelah
mengikuti
bimbingan
agama?
12
Penerimaan
diri,
menuruti
kehendak,
menonjolkan
diri
a. Apakah
anda aktif
mengikuti
kegiatan
yang ada di
lapas ini?
b. Apakah
anda merasa
bahwa anda
lebih aktif
mengikuti
kegiatan
dari pada
warga
binaan
pemasyarak
atan lain?
c. Kegiatan
apa yang
paling anda
sukai di
lapas ini?
d. Apa alasan
anda
menyukai
kegiatan
tersebut?
e. Apa
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
171
pengalaman
yang anda
dapatkan
selama anda
mengikkuti
kegiatan
tersebut?
f. Apakah
anda senang
menunjukan
kemampuan
anda kepada
orang lain?
13
Penerimaan
diri,
spontanitas,
menikmati
hidup
a. Bagaimana
cara anda
menikmati
hidup anda
di lapas ini?
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
14
Kejujuran
Dalam
Menerima
Diri
a. Bagaimana
pendapat
anda
mengenai
diri anda
sendiri
sebagai
narapidana?
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
15
Sikap yang
baik terhadap
penerimaan
diri
a. Bagaimana
cara anda
menyikapi
diri anda
sendiri
sebagai
narapidana?
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
HARAPAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN
21
Harapan
untuk diri
sendiri
Apa harapan anda
untuk kehidupan
anda kedepannya?
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
172
22
Harapan
untuk
pembimbing
agama
Apa harapan anda
untuk pembimbing
agama yang
membimbing anda
selama ini?
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
23
Harapan
untuk
Lembaga
Pemasyaraka
tan
Apa harapan anda
untuk Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang?
Wawancar
a
Warga Binaan
Pemasyarakatan
Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang
Transkip Hasil Wawancara
Subjek 1
Pelaksanaan Hari/Tanggal: Senin, 8 Maret, 2020
Waktu: 09.15
Tempat: LAPAS Perempuan Kelas
IIA Tangerang
Durasi: 35menit
Identitas Informan Nama: Ratu Suharyati Sukmara
Alamat: Jl. Palem Kuning No 120,
Rt 01 Rw 19 Perumahan Palem
Sari, Kelurahan Bencongan
Kecamatan Kelapa dua Kabupaten
Tangerang
Alat yang digunakan -List pertanyaan wawancara
-Perekam suara dan kamera
-Bolpoin dan buku catatan
NO PERTANYAAN JAWABAN TEORI
173
1
Metode apa yang
anda gunakan
dalam
melaksanakan
bimbingan agama
di Lembaga
Pemasyarakatan
Perempuan Kelas
IIA Tangerang?
Metode kelompok,
jadi setiap kali
bimbingan itu
bunda memakai
metode kelompok,
semua kumpul di
masjid, lalu kita
bombing. Selain
metode kelompok
ada juga metode
individu. Cuman
nggak semua anak-
anak bunda
bombing secara
individu, karena kan
kebanyakan, jadi itu
bunda suka deketin
anak-anak beberapa
aja, paling anak-
anak yang lain suka
dibimbing sama
ustadzah yang lain
Metode dalam
melaksanakan
bimbingan
agama, menurut
Ainur Rahim
Faqih)
2
Menurut anda,
metode apa yang
paling efektif
dalam
melaksanakan
bimbingan
agama?
menurut bunda
keduanya penting,
kalau kelompok kan
umu, walaupun
materi yang
disampaikan sudah
disesuaikan tapi kan
kita gak tahu
permasalahan tiap-
tiap orang. Kalau
bimbingan pribadi
itu, bimbingan
individu kan lebih
terbuka, jadi bunda
Metode dalam
melaksanakan
bimbingan
agama, menurut
Ainur Rahim
Faqih.
174
bisa tahu keadaan
anak-anak, bunda
juga bisa ngadain
bimbingan lanjutan
karena tidak cukup
kalau bimbingan
kelompok aja
3
Apakah
bimbingan yang
dilakukan selama
ini dapat
membantu warga
binaan
pemasyarakatan
dalam mencegah
munculnya
masalah pada diri
warga binaan
pemasyarakatan?
Bisa iya bisa tidak
karena kan kita gak
tahu yaah di
belakang bunda,
yang keliatan jadi
lebih baik yaa ada
tapi kita gak bisa
bilang 100%.
Bahkan mugkin ada
yang merasa
tersinggung dia gak
datang-datang lagi
yaa kan, kan
tersinggung itu ada
dua macam: ada
tersinggung yang
mau memperbaiki
ada tersinggung
yang mundur. Jadi
yaa itu yang mundur
tuh kita gatau
kenapa, bisa jadi
saya salah
menyampaikan, gak
tepat
menyampaikan
yaaah, pada
akhirnya dia gak
mau ngaji lagi. Tapi
Fungsi
bimbingan
agama untuk
pencegahan atau
preventif,
menurut Ainur
Rahim Faqih.
175
lebih banyak yang
berhasil. Tapi
kitanya harus lebih
aktif menanyakan
kalau dia gak ada,
jadi dia merasa
diperhatikan, itu
juga penting.
4
Apa upaya anda
dalam mencegah
timbulnya
masalah pada diri
warga binaan
pemasyarakatan?
Upaya yang saya
lakukan untuk
mecegah munculnya
masalah pada
mereka sih lebih
kepada menjaga
ketaatan
beribadahnya dulu,
nah kalau memang
mereka sudah taat
beribadah, insya
Allah sebesar
apapun masalahnya
yang mereka dapat,
mereka bakal tetap
menerima dengan
ikhlas. Karna kan
permasalahan ini
lebih ke penerimaan
diri jadi sebisa
mungkin saya
berusaha untuk..
untuk menjaga
mereka supaya
nantinya mereka
bias menerima
keadaan apapun
yang mereka
Fungsi
bimbingan
agama untuk
pencegahan atau
preventif,
menurut Ainur
Rahim Faqih.
176
hadapi.
5
Apakah
bimbingan agama
yang anda
lakukan selama
ini sudah sesuai
dengan kebutuhan
warga binaan
pemasyarakatan
dalam
menghadapi
kehidupan yang
mereka alami?
Judul bunda tuh
selalu kembali ke
Al-Quran, cinta Al-
Quran. Jadi dalam
kajian kita
mengupasnyakan
dari Al-Quran dan
bukan kebetulan ,
surat-surat yang
dibahas itu
bertepatan dengan
kebutuhan yang
sedang terjadi. Itu
gak ada yang
kebetulan
sebenarnya Allah
sudah atur surat itu
pas bener secara
umum maupun juga
khusus. Itu bukan
bukan kita yang atur
kan ternyata pada
saat ini kan udah
semakin sedikit nih
yang ngaji kenapa
ketemunya surat-
surat yang dibahas
loh ko itu, jadi
kembali lagi kepada
diri kita sendiri, itu
intinya atas izin
Allah. Bunda
menyampaikan
semua kembali lagi
pada Al-Quran.
Fungsi
bimbingan
agama sebagai
kuratif/korektif,
menurut Ainur
Rahim Faqih.
177
6
Apakah
bimbingan agama
yang dilakukan
selama ini
berpengaruh bagi
warga binaan
pemasyarakatan
dalam
memecahkan
permasalahan
yang sedang
dialaminya?
Tidak 100% tapi ya
tadi kembali lagi ke
manusianya, yaa
sebagian si sudah
Alhamdulillah.
Seperti yang sudah
bebas itu
beruubaaahh
berubah total yaa
saya lihat saya
pantau di luar itu
sekarang sudah jadi
yaa eeee insan yang
mulia misalnya buat
saya ya. Karena dia
lebih baik lagi
apalagi kan ada
yang menjadi
sekarang jadi aktif
lagi di partai yaah
adalagi kan ada
adaa. Dia dia gak
menyesal si,
awalnya tadi karena
dengan pendekatan
setelah katanya
sudah kenal bunda
Ratu, Alhamdulillah
disini aku kenal
bunda ratu.
Fungsi
bimbingan
agama sebagai
kuratif/korektif,
menurut Ainur
Rahim Faqih.
7
Perubahan apa
saja yang anda
lihat dari warga
binaan
pemasyarakatan
setelah
Alhamdulillah
seperti yang sudah
bebas itu berubah
total yaa saya lihat
saya pantau di luar
itu sekarang sudah
Fungsi
bimbingan
agama sebagai
Preservatif,
menurut Ainur
Rahim Faqih.
178
mendapatkan
bimbingan?
jadi yaa eeee insan
yang mulia
misalnya buat saya
ya. Karena dia lebih
baik lagi apalagi
kan ada yang
menjadi sekarang
jadi aktif lagi di
partai. Dia dia gak
menyesal si,
awalnya tadi karena
dengan pendekatan
setelah katanya
sudah kenal bunda
Ratu, Alhamdulillah
disini aku kenal
bunda Ratu
8
Bagaimana
langkah yang
anda lakukan
dalam
membimbing
warga binaan
pemasyarakatan
untuk merubah
keadaan warga
binaan
pemasyarakatan
dari keadaan tidak
baik menjadi
baik?
saya itu kalau
ceramah selalu
ingatkan mereka
mengingatkan
mereka terhadap
kewajiban mereka,
sholatnya, ngajinya,
terus dimotivasi
juga supaya mereka
semangat dalam
beribadah, diakhir
saya kasih tips dan
trik supaya mereka
bias dapat
ketenangan hidup
Fungsi
bimbingan
agama sebagai
Preservatif,
menurut Ainur
Rahim Faqih.
9
Apa upaya yang
anda lakukan
untuk
mempertahankan
Itu yaaa kita
memang gak bisa
dengan mudahkan
hati orang yaah,
Fungsi
bimbingan
agama sebagai
Development,
179
serta
mengembangkan
situasi dan
kondisi yang baik
pada diri warga
binaan
pemasyarakatan?
Iman-iman
seseorang kan naik
turun. Kita hanya
memaintainnya
(mempertahankan)
secara umum
dengan adanya
kajian-kajian gitu
kan, terutama kita
mengupasnya kan
dari Al-Quran. Jadi
maintainnya dengan
eee kita dengan
bimbingan Al-
Quran juga.
menurut Ainur
Rahim Faqih.
10
Bagaimana
langkah-langkah
yang anda
lakukan untuk
mempertahankan
dan
mengembangkan
situasi dan
kondisi baik pada
diri warga binaan
pemasyarakatan?
Kita kadang-kadang
mendatangkan dari
luar untuk yang
selingan motivator-
motivator kita dari
luar, bunda hanya
“Ya Allah ajarkan
saya apa yang tepat
untuk mereka” nah
minta sama Allah
mereka lebih butuh
ini dan bunda tidak
pernah menjanjikan
apa-apa kepada
mereka. Yuk kita
sama-sama belajar
kan gitu, sama-sama
dalam meraih
cintanya Allah. Kita
Fungsi
bimbingan
agama sebagai
Development,
menurut Ainur
Rahim Faqih.
180
dia sama.
11
Apakah ad acara
lain untuk
mempertahankan
dan
mengembangkan
keadaan warga
binaan
pemasyarakatan?
Nah bunda punya
cara yaa tadi dengan
adanya training, nah
kan kita terbatas
kemampuan kita,
training kan lebih
luas itu lebih
menggempur hati
mereka langsung.
Dengan
mengadakan
training disini
sering kita ngadain
disini . dulu bunda
tahun 2018 bunda
dapat sponsor dari
wardah 50 juta baru
bisa ngadain
training bukan buat
bunda bukan buat
trainer tapi buat
mereka disini,
karena selama 2 hari
training makan
segala macam kita
yang bantu supaya
mereka gak keluar
masuk dari aula
kalau udah keluar
susah masuk lagi
Fungsi
bimbingan
agama sebagai
Development,
menurut Ainur
Rahim Faqih.
12 Apa upaya anda
dalam
Anak-anak itu,
walaupun sudah
Teori Hurlock,
tentang
181
meningkatkan
penerimaan diri
warga binaan
pemasyarakatan?
lama tinggal disini
tapi masih sering
merasa tidak betah,
apa lagi kalau yang
baru masuk.
Namanya hidup di
penjara kan mas,
yang namanya
sedih, tidak terima
dengan keadaan,
merasa hidupnya
tidak berarti lagi itu
pasti. Nah selain
petugas lapas, wali
WBP, Bunda juga
sebagai
pembimbing agama
disini harus
mengatasi itu
semua. Memberi
nasehat yang baik,
memberi motivasi,
supaya nantinya
mereka itu bisa
lapang dada bisa
menerima keadaan
mereka sebagai
napi.
penerimaan diri
13
Perubahan apa
yang anda lihat
dalam
peningkatan
penerimaan diri
warga binaan
pemasyarakatan
setelah mengikuti
Alhamdulillah
setelah kita
bimbing, setelah
kita kasih motivasi,
mereka mau untuk
melaksanakan
kewajibannya.
Mereka jadi rajin
Teori Hurlock,
tentang
penerimaan diri
182
bimbingan
agama?
sholat, baca Al-
Qur’an, banyak juga
yang bangun malam
sholat malam,
katanya
Alhamdulillah bun
sekarang jarang
banget ngerasa
galau, gak karuan,
enak pokoknya hati
tenang, kalau lagi
ada masalah juga
enak saya pasrahin
sama Allah saya
do’a aja sama Allah,
suka ada aja jalan
keluarnya. Saya
denger itu senang
sekali alhamdulillah
anak-anak ada
perkembangan.
Lampiran 6 Instrumen Pengumpulan Data Penelitian (Warga Binaan
Pemasyarakatan)
183
Transkip Hasil Wawancara
Subjek 2
Pelaksanaan Hari/Tanggal: Senin, 8 Maret, 2020
Waktu: 09.15
Tempat: LAPAS Perempuan Kelas
IIA Tangerang
Durasi: 35menit
Identitas Informan Nama: Nuraini
Alamat: Desa Pondok Pasir Jaya,
Kecamatan Jatiuwung, Kota
Tangerang
Alat yang digunakan -List pertanyaan wawancara
-Perekam suara dan kamera
-Bolpoin dan buku catatan
N
O
PERTANYAA
N JAWABAN TEORI
1
Metode apa
yang anda
gunakan dalam
melaksanakan
bimbingan
agama di
Lembaga
Pemasyarakata
n Perempuan
Kelas IIA
Tangerang?
Masing-masing
metodenya berbeda-beda,
karakternya beda
otomatis yang
disampaikan di tempat
yang a, yang ini disini
gak bisa seperti ini.
Materi yang disampaikan
juga gak bisa sama.
Cerita, alur jalan
ceritanya juga harus
berbeda disini, karena
supaya pas apa yang dia
mau, kalau kita mau, dia
Metode dalam
melaksanakan
bimbingan
agama,
menurut
Ainur Rahim
Faqih)
184
betah mendengarkan kita.
Bimbingan individu ada,
awalnya sih dari inisiatif
kita aja, lama-lama
setelah kita merasakan
manfaatnya, dibikinlah
programnya, jadi lebih
terprogram yaa kalo gitu
2
Menurut anda,
metode apa
yang paling
efektif dalam
melaksanakan
bimbingan
agama?
Keduanya sih sama saja,
itu dua hal yang ga bagus
kalau seandainya
dipisahkan, karena
bimbingan kelompok
saja tidak cukup untuk
membimbing anak-anak
sampai mencapai tujuan
yang maksimal
Metode dalam
melaksanakan
bimbingan
agama,
menurut
Ainur Rahim
Faqih.
3
Apakah
bimbingan
yang dilakukan
selama ini
dapat
membantu
warga binaan
pemasyarakata
n dalam
mencegah
munculnya
masalah pada
diri warga
binaan
pemasyarakata
n?
Setidak-tidaknya dari
100 orang insya Allah
walaupun sebagian lebih
banyak membantu. Yaah
sekarang gini yaah kita
kan ga cukup sekali yah
kita ga kaya makan cabe
sekali makan keletus
pedes langsung keliatan
tapi pengaruhnya belum
tentu selalu keliatan.
Makanya kata orang
kenapa kalau bu ustadzah
Nuraeni ngaji yang
dating banyak yang lain
sedikit, saya juga kan
mereka terserah mereka
ga ada paksaan pokoknya
setiap dating semua
Fungsi
bimbingan
agama untuk
pencegahan
atau preventif,
menurut
Ainur Rahim
Faqih.
185
umumin ada panggilan
ustadzah datang, tinggal
hatinya dia makanya
suka bilang begini “eh
dateng tausiyah tausiyah
eh malah tak usah tak
usah becanda doing tapi
ada memang ada yang
kaya gitu ga suka kan ga
semua orang suka. Disini
Islam tuh ratusan kalau
ga salah yang ngaji
paling Cuma 100 an
lebih lah begitu.
4
Apa upaya
anda dalam
mencegah
timbulnya
masalah pada
diri warga
binaan
pemasyarakata
n?
Tidak bisa dikira-kira
kan seberapanya, tapi
keliatan semangat
mereka eee pelajaran nya
eee lebih baik suatu
contoh: pertama saya
datang kesini sampai hari
ini kalau dulu mereka
saya baru dateng baru
dateng satu temennya
lagi baca
“bismillahirrohmanirrohi
m” temennya gentian
bilang “pinjem dong”
tunjukan “tar” pinjem
“tar” nafsu emosi bisa
jadi berantem. Kalau
sekarang nggak, saya
bagikan buku yang satu
ga punya buku dia bilang
“pakai ajah bunda aku
udah hafal ko” keliatan
Fungsi
bimbingan
agama untuk
pencegahan
atau preventif,
menurut
Ainur Rahim
Faqih.
186
banget perubahan
mereka, akhlak mereka
yang lebih baik daripada
hari yang kemarin. Itu
bagi saya sangat
berbahagia sebagai guru
berarti kena ilmu yang
disampaikan.
5
Apakah
bimbingan
agama yang
anda lakukan
selama ini
sudah sesuai
dengan
kebutuhan
warga binaan
pemasyarakata
n dalam
menghadapi
kehidupan
yang mereka
alami?
Saya guru gado-gado.
Ada Qur’an, ada tajwid,
ada sholawat, ada
ceramah, jadi sebelum
mulai, saya berusaha
untuk baca Qur’an dulu
yuk bareng-bareng,
sebelumnya baca
sholawat dulu,
memanggil ada orang
yang sedang cinta dengan
sholawat. Jadi sholawat
dulu manggilnya kalua
sudah kumpul, asmaul
husna meraih cinta Allah.
Udah asmaul husna baru
materi. Nah disitu baru
saya menarik perhatian
mereka supaya mereka
tertarik kemudian kalua
mereka sudah tertarik
baru saya bisa masuk ke
kehidupan mereka, jakau
kita dekat dengan
mereka, kita gampang
bimbingnya kita tahu
permasalahannya, kita
bisa bantu menelesaikan
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
kuratif/korekti
f, menurut
Ainur Rahim
Faqih.
187
permasalahannya
6
Apakah
bimbingan
agama yang
dilakukan
selama ini
berpengaruh
bagi warga
binaan
pemasyarakata
n dalam
memecahkan
permasalahan
yang sedang
dialaminya?
Pasti, karna saya lihat,
saya perhatikan, anak-
anak itu jadi lebih sabar,
bisa berpikir positif,
insya Allah mereka bisa
menghadapi masalahnya
dengan bekal-bekal yang
sudah diberikan oleh
ustadzah-ustadzah disini.
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
kuratif/korekti
f, menurut
Ainur Rahim
Faqih.
7
Perubahan apa
saja yang anda
lihat dari warga
binaan
pemasyarakata
n setelah
mendapatkan
bimbingan?
Salah satunya itu yang
tadinya gak bisa baca Al-
Quran jadi bisa baca Al-
Quran, terus yang kedua
tadinya gak bisa baca doa
jadi pinter baca doa,
tadinya gak pinter
sholawat jadi pinter
sholawat, yang tadinya
gak hafal Asmaul Husna
jadi hafal kalian juga
belum tentu hafal. Saya
bilang disini nih kalau
sudah serius serius bener.
Perilaku yang lebih jelas
sopan sudah keliatan,
menghargai orang sudah
ada. Kalau dulu kan cuek
bebek masa bodo lu lu
gue gue tapi yang
sekarang mah terlihat
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
Preservatif,
menurut
Ainur Rahim
Faqih.
188
kan. Jadi perubahan
akhlak, akhlak yang jelas
sangat ketara
perubahannya.
8
Bagaimana
langkah yang
anda lakukan
dalam
membimbing
warga binaan
pemasyarakata
n untuk
merubah
keadaan warga
binaan
pemasyarakata
n dari keadaan
tidak baik
menjadi baik?
Yaa saya selalu masukin
hadits dan ayat dulu,
bahwa Rosul tuh begini
gitu dulu loh Rosul tuh
begini, jadi kita itu
dasarnya harus punya 3
M (menerima, meminta,
merayu). Baru kita kalau
udah ada itu semua kita
bisa, tadi menerima
menerima segala
ketentuan Allah apapun
kejadiannya. “padahal
aku gak salah loh bun
disini gitu yah, tapi aku
ko tau-taunya malah dia
bebas aku yang ada
disini” kan ada ayatnya
masuk di ayat bahwa
syaithan itu berjanji aku
Cuma angan-angan ko,
Cuma jadi bohong ko
aku, ma kanya kalau kita
ikutin syaithan ya dulu
dulu kita pernah kenal
Allah kita kan kadang-
kadang saya bilang
aturan kita sadar bahwa
kita hidup ini menurut
apa yang Allah inginkan
bukan apa yang aku
inginkan. “ iya bunda aku
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
Preservatif,
menurut
Ainur Rahim
Faqih.
189
pernah gak kenal Allah,
sering jalan-jalan
kemana-mana tapi ga
pernah yang namanya ke
tanah suci kepengen pun
ga ada, sekarang aku
Alhamdulillah kenal
bunda kenal disini ada
manfaatnya”. Jadi
Alhamdulillah gara-gara
kamu disini bisa baca Al-
Quran, bisa mengenal
Allah tadinya kamu
cuman bicara tentang
Allah tapi kamu tidak
pernah berbicara dengan
Allah. Selama ini baru
dia menyadari syaithan
itu berjanji gitu, kata bos
nya dulu niih kan
narkoba banyak, kata
bosnya tenang jalan
kalau ada apa-apa aku
yang tanggung jawab tapi
sampai disini ga
nanggung ga jawab kamu
ditinggalkan bosmu itu.
9
Apa upaya
yang anda
lakukan untuk
mempertahank
an serta
mengembangk
an situasi dan
kondisi yang
baik pada diri
Dari sekarang pun saya
sudah bekali ketika kamu
nanti pulang dari sini
kamu harus belajar ini ini
ini. Ini yang menjadikan
sinar di luar itu ilmu,
karena ilmu itu adalah
cahaya. Ketika kamu
kemarin tidak diterima
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
Development,
menurut
Ainur Rahim
Faqih.
190
warga binaan
pemasyarakata
n?
oleh orang begitu kamu
pulang dengan ilmu yang
banyak kamu di majlis,
kamu sholawat orang lain
mendengar, masya Allah
suara siapa itu bagus”
keren keluar dari
pesantren hehe. Jadi
mereka sudah saya bekali
doa ini doa ini. Kamu
harus menerima
ketentuan Allah pasti
Allah punya ketentuan
yang dicintai itu yang
terbaik, maka apapun
keputusan itu harus kamu
bisa terimanya dengan
baik. Suatu contoh aku
pinginnya besok udah
pulang tapi taunya
keputusan bulan depan,
taunya bulan depan
ditunda lagi karna ada
masalah harus bisa
menerimanya sebab
Allah belum percaya
dengan kamu, kalau
kamu keluar belum siap,
kalau kamu keluar nanti
kamu masuk lagi kesini.
Ada yang masuk kesini
dua kali. Makanya kan
saya bilang Allah tau
kamu belum siap saying
terus dia bilang “aku
bisa, pokoknya aku bisa,
pokoknya bisa ya Allah
191
aku pengen keluar” kata
Allah belum, sebulan lagi
yaa sayang tapi kan kata
Allah sebulan cepat, tapi
bagi kita sehari kaya
setahun, sebulan 30 hari
berarti 30 tahun yaa
lama. Tapi ada aja yang
berontak, ada yang ga
menerima. Itu tadi
pilihan. Yang saya tau
disini ini karena banyak
orang-orang yang sudah
biasa dan mereka sudah
biasa menerima.
10
Bagaimana
langkah-
langkah yang
anda lakukan
untuk
mempertahank
an dan
mengembangk
an situasi dan
kondisi baik
pada diri warga
binaan
pemasyarakata
n?
Eee hanya harus ini ajah
sering harus sering ajah
si kalau sering insya
Allah harus terus di cas
biar gak lowbet, harus
continue terus antara
pengajar satu dengan
yang lain harusnya
berkesinambungan gitu
harusnya.
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
Development,
menurut
Ainur Rahim
Faqih.
11
Apakah ad
acara lain
untuk
mempertahank
an dan
mengembangk
an keadaan
Jadi mereka kadang-
kadang kalau mau ada
acara sidang mereka
ngomong dulu sama saya
“bunda besok saya mau
sidang” saya kan sering
kasih masukan ke mereka
Fungsi
bimbingan
agama
sebagai
Development,
menurut
Ainur Rahim
192
warga binaan
pemasyarakata
n?
untuk menghadapi rasa
takut apalagi ini kan kita
lagi ada disini nah bunda
cari nih doanya Nabi
Musa As ketika
menghadapi Fir’aun gitu
loh udah dibekali duluan,
disamping itu baca doa
ini doa ini, saya sering
memberi mereka catat,
mereka cepat hafal disini
anaknya pinter-pinter
loh.
Faqih.
12
Apa upaya
anda dalam
meningkatkan
penerimaan
diri warga
binaan
pemasyarakata
n?
Harus punya bekal dari
mulai yang kecil dari
yang belum mampu
belajar dari sini untuk
bisa mereka bawa pulang
sepulangnya dari sini.
Tentu akhlak, ilmu yang
bisa dirasakan pada
masyarakat umumnya,
seperti makanya sebelum
ngaji sholawat dulu,
ngumpulin orang kan
dengan sholawat menarik
orang kalau kamu gak
bisa baca sholawat
mungkin dengan bacakan
Al-Quran biasa kita
tadarus gitu makanya
punya ilmu ini ilmu ini
ilmu ini insya Allah
kamu tidak ditinggalkan
oleh orang dan tidak
kamu disepelein oleh
Teori
Hurlock,
tentang
penerimaan
diri
193
orang. Karena kamu
sudah punya kemampuan
lebih dari mereka-
mereka. Jadi yang
diperlu ditanamkan
mempunyai akhlak yang
baik dan dipersiapkan
ilmu agama. Disini udah
siap, jahit ada eee apa
fashion ada make up aah
udah disini banyak kalau
kamu yaa tadi semuanya
bête bête gak pinter apa-
apa. Tapi kalau kamu ini
bisa itu bisa, agama
kamu pinter akhlaknya
pinter di masyarakat
kamu kepake di
masyarakat umum, insya
Allah kejelekkan kamu
ketutup semua tapi kalau
kamu tidak punya bekal
kamu ditinggalin orang
memang saya bilang tadi
barusan diajarin lagi
doanya Rasullah ketika
di Thaif, walaupun kita
berusaha menjadi orang
yang baik tapi tidak
semudah itu, ada aja
yang memfitnah ada aja
yang nyakitin, ada aja
yang sirik sama kita tapi
kata nabi “Biarin ya
Allah aku rela aku ridho
aku dimarahi aku disakiti
aku difitnah aku
194
dighibah, gapapa ya
Allah yang penting Allah
Nya gak marah sama aku
dan Allah tetap cinta
sama aku” daaah nanti
itu kalau udah berarti itu
udah bener-bener
ngeresap dalam hati kita
akan bicara EGP (emang
gue pikirin). Jadi saya
ingin menjadikan lebih
dewasa dan punya hati
yang lapang, jadi setiap
ada orang yang bicara
apa-apa dengarkan,
maafkan, lupakan.
13
Perubahan apa
yang anda lihat
dalam
peningkatan
penerimaan
diri warga
binaan
pemasyarakata
n setelah
mengikuti
bimbingan
agama?
Untuk penerimaan
dirinya sudah pasti, kan
akhlaknya yang baik itu
udah . tapi itu gak boleh
lemah harus di cas terus
kalau gak di cas lowbet.
Jadi gitu gak boleh
begitu Alhamdulillah kan
disini banyak jadwalnya.
Jadi perubahan akhlak
yang sangat ketara
banyak banyak yang
sudah berubah tadinya
yang belum ngerti jadi
ngerti jadi lebih baik
banyak, keliatan kasih
sayangnya mereka.
Teori
Hurlock,
tentang
penerimaan
diri
Lampiran 7 Transkip Hasil Wawancara (Pembimbing Agama)
195
Transkip Hasil Wawancara
Subjek 3
Pelaksanaan Hari/Tanggal: Jumat, 5 Maret, 2020
Waktu: 09.15
Tempat: LAPAS Perempuan Kelas
IIA Tangerang
Durasi: 30menit
Identitas Informan Nama: Rani Savira
Alamat: Jl. Bandengan Utara 2 Rt
09 Rw 11 no 19, Kelurahan
Pekojan Kecamatan Tambora
Jakarta Utara
Alat yang digunakan -List pertanyaan wawancara
-Perekam suara dan kamera
-Bolpoin dan buku catatan
NO PERTANYAAN JAWABAN TEORI
1
Apa yang anda
rasakan pertama
kali tinggal di
lembaga
pemasyarakatan?
Yaaa Sedihlah sedih.
Trus gimana mau
gimana, tapi pas kesini-
kesini mah nerima
namanya juga udah
takdir mau gimana.
Awalnya kurang nerima
tapi kan kita kan
sebelum disini kita di
Polda dulu ya terus di
pondok bambu itu kita
apa si itu apa namanya
Pembukaan
diri, menurut
Supratiknya
196
apaa nah beradaptasi
gitu kan, nah jadi kita
disini tuh udah lebih
nyaman gitu kan
ketimbang di pondok
bambu sama di Polda.
Tinggal jalanin doang
kan.
2
Apakah anda
merasa bahwa
anda memiliki
permasalahan
didalam diri
anda?
Ngga, engga gak ada
kalau masalah keluarga
iyah lah hmm pengen
pulang kangen cuma
mau gimana kita gak
bisa larut dalam
kesedihan kan jadi
yaudah jalanin aja.
Pembukaan
diri, menurut
Supratiknya
3
Ketika anda
mendapatkan
masalah, kepada
siapa anda
menceritakan
dan meminta
bantuan untuk
menyelesaikan
masalah
tersebut?
Curhat sama Allah, iyaa
karena kan kita yaa
namanya disini
narapidana ya beribu-
ribu akal kita gak pernah
tau kan kita cerita sama
dia belum tentu dia ada
respon jadi bener-bener
yang milih lah karena
kita masuk sini pun
karena temen kita kan.
Jadi buat berteman deket
sih udah Males, jadi
biasa aja kaya gini loh.
Pernah curhat sama
temen tapi yaa paling
seperlunya ajaa nggak
yang kaya kita curhat
sama Allah lah yaa
semua uneg-Uneg kita
Pembukaan
diri, menurut
Supratiknya
197
keluarin kalau sama
temen biasa aja. Paling
kaya “eh kenapa lu
galau” haha iyaa, udah
gitu doang. Iman jangan
goyang paling gitu.
Dulu deket banget sama
temen yaa begitulah kita
udah percaya yaaa gitu
deh tapi tau-tau dia
makan kita kaya gini
sampai masuk kesini
jadi ada trauma
tersendiri
4
Masalah apa
yang sering anda
alami di lembaga
pemasyarakatan
ini?
Kalau saya mikirnya
gini hmm penjara yaa
kan apa yang bikin aku
sedih, susah eeeh galau
yaa aku tinggal in aja
aku cari kebahagiaan
yang bagaimana caranya
ya berusaha buat baik
baik ajaa gamau yang
karena ya udah di
penjara loh aku gamau
yang “ih gue sedih loh
ih gue galau” gak
gamau, jadi yaa yaudah
berusaha baik-baik dan
berusaha bahagia ajaa.
Tuhan kan masih kasih
kita nafas kan itu udah
kebahagiaan yang luar
biasa.
Pembukaan
diri, menurut
Supratiknya
5 Apa yang anda Susah seneng udah di Pembukaan
198
rasakan saat ini
setelah sekian
lama tinggal di
lapas ini?
rasain dari paitnya
gimana udah di rasain
pernah ngerasain tuh
pengen makan enak itu
udah ngerasain dah jadi
pelajaran hidup banget
yaa disini gitu. Biasa aja
enggak pernah nyesel si
masuk penjara, awalnya
nyesel yaa karena kita
belum ikhlas, tapi kalau
kita udah ikhlas nge
jalanin nya yaudah fine-
fine ajaa. Banyak
pelajaran mungkin kalau
aku diluar belum tentu
bisa kaya gini kan ada
point nya lah.
diri, menurut
Supratiknya
6
Apakah anda
senang
membantu orang
lain?
Yaa tadi aku, kenapa
aku sering doa kepada
Tuhan yaa kasih aku
kesehatan karena aku
harus banyak bantu
orang gitu kan,karena
sebagian doa-doa
mereka lah yang bikin
aku. Aku juga bukan
dari orang ada, jadikan
disini juga banyak yang
gak ada kunjungan gak
ada yang besuk gak ada
yang kasih transfer dari
luar yaa gitu yaah yaitu
paling nge bantu
walaupun gak banyak
tapi seenggaknya kan
Kesehatan
psikologis,
menurut
Supratiknya
199
dengan kita nge respect
dia aja itu udah ini loh
udah bantu banget loh
7
Apakah anda
merasa bahwa
hidup anda
berguna bagi
orang lain?
Ngerasa, walaupun gak
hmm belum sepenuhnya
yaa.
Kesehatan
psikologis,
menurut
Supratiknya
8
Apakah anda
merasa bahwa
hidup anda tidak
berguna bagi
orang lain?
Nah itu dia yang bikin
aku bikin aku galau
disini. Yaa maksudnya
gini kadang kan hmm
ini ceritanya gimana
yaa. Jujur-jujur aja si
yaa kaya gimana yaa
kadang kan ada goyang
nya juga lah yaa ngerasa
“ih gue dipenjara gak
bisa apa-apa sih
percuma gitu loh karna
bisa dibilang ini tuh
tanah Kramat yaa tanah
Kramat lu bang yaa,
kadang gimana ya
caranya ya biar bisa
berguna buat orang
banyak walaupun kita
gak bisa kasih materi
tapi kita bisa kasih dia
masukkan kah support
kah itu juga dah
termasuk salah satu
penyemangat juga lah
buat orang lain tapi
kalau misalkan kita udah
bilangin nih temen kita
Kesehatan
psikologis,
menurut
Supratiknya
200
nih terus temen kita ga
denger itu kayanya aduh
ko gue ga berguna
banget gitu yaa terus
misalkan temen minta
tolong tapi pas lagi gak
ada, ko kaya ngerasa
gak berguna banget itu
tuh sering ngerasa
nyesel sendiri tapi dalam
hati suatu saat gue bakal
bantu lu suatu saat gue
bakalan ada buat lu gitu
jadi punya dendam
tersendiri buat
ngebahagiain orang gitu
kan.
9
Apakah anda
menyukai diri
anda sendiri:
Suka sih karena yang
aku jalanin yaa ini diri
aku inilah aku gitu
enggak gak pernah jadi
orang lain karena
kebanggaan buat diri
kita yaa ketika kita
menjadi diri kita sendiri.
Kesehatan
psikologis,
menurut
Supratiknya
10
Hal apa yang
anda sukai
didalam diri
anda:
Bisa nge bantu orang,
apalagi yaa hmm nyanyi
aku lebih suka nyanyi
dan maksudnya dengan
bernyanyi kayanya lebih
ngelepas gitu uneg-uneg
yang ada tuh yaah
kadang aku lagi galau
nih ya aku nyanyi ajaa
akh main gitar. Saya
bangga bisa nyanyi main
Kesehatan
psikologis,
menurut
Supratiknya
201
gitar.
11
Apakah anda
mampu
menyelesaikan
masalah sendiri
tanpa bantuan
orang lain?
Itu lah yaa kenapa aku
mau berbagi sama orang
karena aku pikir belum
tentu masalah kita ini
bisa di selesain sendiri
yaa dengan kita bisa
membantu orang, orang
pasti tau dong feedback
nya gimana yaa kan gitu
dan aku si gak terlalu
mengandalkan cuman
yaa itu datang sendiri
walaupun aku baik sama
abang, aku ga berharap
abang bakalan baik lagi
ke saya entah tangan
Tuhan yang bakalan nge
bantu kan entah dari
siapa aku yakin yaa gitu
ajaah
Kesehatan
psikologis,
menurut
Supratiknya
12
Apakah anda
merasa berbeda
dengan
masyarakat pada
umumnya?
Ngerasa lah karena kita
kan disini gimana yaaa
bingung, buat balik
kerumah nih ini yang
lagi di pikirin gimana
yaa buat ngadepin
orang-orang baru sama
kaya kita pertama kali
masuk sini kan
berpikirnya iiih penjara
loh kaya gimana nih
orang-orangnya nih, ini
gue di gulung apa di
gebuk in ya ternyata
Menerima
siri sendiri
dan orang
lain, menurut
Supratiknya
202
engga yakan.
13
Apakah anda
pernah merasa
benci dengan diri
sendiri?
Pernah. Dikala lagi
sedih-Sedihlah yaa
maksudnya lagi banyak
masalah ko gue gabisa
Handel yaa ko gue
bodoh banget sih gitu.
Apa yaa Yang kurang
dari diri gue. Aku cuma
butuh waktu sendiri buat
berfikir gimana yaa
gimana yaa gitu . Yaa
mau gimana juga yang
bisa nge Handel kan diri
kita sendiri bukan orang
lain.
Menerima
diri sendiri
dan orang
lain, menuru
Supratiknya
13
Apakah anda
senang
bersosialisasi
dengan orang
lain?
Seneng sih, cuma yaa
gitu aku paling kalau
ngobrol ya seperlunya.
Menerima
diri sendiri
dan orang
lain, menurut
Supratiknya
14
Bagaimana
perasaan anda
ketika ada
seseorang yang
mengajak anda
berkenalan?
Tergantung dia nya.
Kalau dia sopan aku
lebih sopan kalah dia
nya jutek aku lebih jutek
gitu. Kalau ada Yg mau
deket yaudah aku mah
selama baik-baik ajaa
yaudah karena kan
keluarga terdekat itu
disini gitu kan. Seneng
karena itu salah satu
silaturrahmi juga kan.
Menerima
diri sendiri
dan orang
lain, menurut
Supratiknya
15 Apakah anda
merasa bahwa
Kekurangannya Males,
kalau udah Males ya
Sikap
terhadap
203
diri anda
memiliki
kekurangan dan
kelebihan?
Males . Kadang ada
yang nyuruh sholat lu,
yaa gimana ya lagi
Males ga akan aku
kerjain. Karena apa
yang aku jalanin itu
semua dari hati .
Kelebihannya di nyanyi
karena aku suka nyanyi
kelemahan
dan
kelebihan
diri sendiri,
menurut
Supratiknya
16
Apakah anda
benar-benar
menyadari akan
kekurangan yang
anda miliki?
Sadarlah sama
kekurangan, pengen lah
ngerubah nya namanya
kita disini aku emang
pengen jauh lebih baik
pengen jadi yang ga
perlu Yg bener-bener
banget deh seenggaknya
bisa punya bekal ajah
gitu ada perubahan
Sikap
terhadap
kelemahan
dan
kelebihan
diri sendiri,
menurut
Supratiknya
17
Bagaimana
perasaan anda
ketika
menyandang
status narapidana
atau warga
binaan
pemasyarakatan?
Kasus nya kan narkoba
ya kan ga ngerugiin
orang kalah menurut aku
yaa Karena kan kita juga
ada yang kriminal
mereka yang ngebunuh
orang, yang nipu orang,
aku ga pernah nyesel
gitu kan maksudnya yaa
gue narkoba juga buat
anak gue ko buat
keluarga gue, gue juga
selalu berdoa sama
Allah itu tadi walaupun
dibilang haram aku
minta di halalin aja deh
yaa kan karna niat baik
Perasaan
rendah diri
sebagai
penolakan
diri, menurut
Supratiknya
204
kita yaa kan, sekarang
mana ada duit haram
bang saya tanya, nggak
ada ini versi gue. Kasus
gue ini kan ga ngerugiin
orang cuma musuhnya
masyarakat doang sama
presiden yaa kan . Nyari
duitkan buat
pertahankan hidup.
Sekarang kalau kita
kaya mewah yaa buat
apa gitu narkoba
18
Apa
kekhawatiran
anda setelah
keluar dari lapas
ini?
Hmm gak bisa kerja kan
yaa mau gamau kita
buka usaha ngumpulin
duit dari sini pulang
buka usaha tapi kemarin
juga ada konselor yaa
buat lapangan kerja gitu
jadi jangan ngerasa kita
ini narapidana terus kita
ga dapet kerja, orang
yang biasa ajah susah
cari kerja jadi ada
semangat tersendiri lah
gitu sih.
Perasaan
rendah diri
sebagai
penolakan
diri, menurut
Supratiknya
19
Apakah anda
senang
menerima
kritikan dari
orang lain?
Seneng, karena aku juga
suka ngekritik, kadang
orang juga suka curhat
“gimana ya ran” gue
bisa bilangin orang tapi
kadang buat diri sendiri
gimana yaaa itu yang
sekarang ini aku harus
pelajarin yaa karena
Respon atas
penolakan
kritikan
orang lain,
menurut
Supratiknya
205
berbicara itu ga
gampang kaya kita
ngelakuin.
Alhamdulillah nya
banyak ya sebagian
orang “nih ran gue harus
gimana ya” buat cerita
sama aku minta solusi
sama aku gitu .
20
Apa yang
menjadi harapan
terbesar anda
saat ini?
Bisa jauh lebih baik,
bisa nyenengin keluarga,
anak, yaa kan karena
kan aku dah ga ada
suami kan yaah. Jadi
kan aku ngurus anak
sendiri yaa. Jdi
bagaimana caranya lah
yaa biar bisa jadi ibu
bapak sekaligus buat
anak-anak.
Keseimbang
an antara
“real seld”
dan “ideal
self”.
Menurut,
Supratiknya
Lampiran 8 Transkip Hasil Wawancara (Warga Binaan
Pemasyarakatan)
206
DOKUMENTASI
Foto: Bersama dengan petugas lembaga pemasyarakatan
Foto: Kegiatan bimbingan agama
207
DOKUMENTASI
Foto: Wawancara dengan pembimbing agama
Foto: Wawancara dengan pembimbing agama
208
DOKUMENTASI
Foto: Wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan
Foto: Wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan
209
DOKUMENTASI
Foto: Wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan
Foto: Wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan
210
DOKUMENTASI
Foto: Wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan
Foto: Pembimbing agama LAPAS Perempuan Kelas IIA Tangerang
Lampiran 9 Dokumentasi
211