Post on 16-Mar-2019
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS SDM (Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013)
NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Jurusan Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Oleh :
Fatrias Ratna Sari G 000 090 203
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ABSTRAK
Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas SDM (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013
Peran kepala sekolah adalah peran yang sangat strategis, karena kepala sekolah memimpin staf guru maupun karyawan. Selain itu kepala sekolah harus menerapkan manajemen yang baik kepada siswa yang menjadi tanggung jawabnya. Supaya sumber daya manusia sekolah yang terdiri dari guru-guru dan para karyawan dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Dalam rangka meningkatkan prestasi sekolah, maka kepala sekolah dituntut untuk dapat mengelola dan mengatur mereka dengan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kapasitas intelektual maupun peningkatan skill.
Tujuan penelitian peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas SDM di SMP Muhammadiyah 1 Klaten yaitu untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah dalam meningkatkan SDM di SMP Muhammadiyah 1 Klaten dan untuk mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas SDM di SMP Muhammadiyah 1 Klaten tahun pelajaran 2012/2013. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas SDM di SMP Muhammadiyah 1 Klaten tahun pelajaran 2012/2013 dan apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat bagi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas SDM di SMP Muhammadiyah 1 Klaten. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan karyawan. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan analisis SWOT.
Hasil dari penelitian ini adalah peran kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Klaten terbukti sangat efektif dan profesional dengan tipe kepemimpinan demokratisnya. Pembinaan terhadap guru seperti mengikutsertakan guru workshop, diklat, seminar, MGMP, sertifikasi, mengadakan pengajian tarjih dan memberikan dorongan untuk melanjutkan S2. Sedangkan pembinaan terhadap karyawan seperti pelatihan ketrampilan komputer, perpustakaan dan bahasa Inggris, menerapkan disiplin kerja dan waktu, mengadakan piket, mengadakan pengajian tarjih. Faktor pendukungnya yaitu sarana dan prasarana lengkap, letak sekolah yang strategis, gurunya rata-rata sudah S1 dan karyawan sudah berkompetensi sesuai dengan bidangnya, dan kepala sekolah selalu menerapkan supervisi terhadap kinerja bawahannya. Adapun faktor penghambatnya adalah antusiasme masyarakat masih kurang, masih ada 2 guru yang belum S1, ketrampilan karyawan dalam hal ilmu teknologi dan keterlambatan siswa dalam membayar SPP.
Kata Kunci: Peran Kepala Sekolah, Peningkatan SDM
2
PENDAHULUAN
Sebagai penyelenggara
pendidikan formal, sekolah
mempunyai tanggung jawab besar
terhadap berlangsungnya proses
pendidikan, maka produk dari sebuah
sekolah harus berupa lulusan yang
memiliki kompetensi yang unggul.
Oleh sebab itu, diperlukan kepala-
kepala sekolah profesional yang
mampu membentuk manajemen
sekolah yang baik/efektif agar dapat
mewujudkan visi, misi, tujuan, dan
sasaran sekolahnya melalui program-
program yang dilaksanakan secara
terarah dan bertahap. Pemimpin
sekolah tersebut biasa disebut dengan
kepala sekolah.
Komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan yaitu kepala
sekolah. Seperti diungkapkan
Supriyadi (dalam Mulyasa, 2007: 24-
25) bahwa:
“Erat hubungannya antara
mutu sekolah dengan berbagai
aspek kehidupan sekolah
seperti disiplin sekolah, iklim
budaya sekolah, dan
menurunnya perilaku nakal
peserta didik”. Dalam pada itu,
kepala sekolah bertanggung
jawab atas manajemen
pendidikan secara mikro, yang
secara langsung berkaitan
dengan proses pembelajaran di
sekolah. Sebagaimana
dikemukakan dalam pasal 12
ayat 1 PP 28 tahun 1990
bahwa: “Kepala sekolah
bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, administrasi
sekolah, pembinaan tenaga
pemeliharaan sarana dan
prasarana”.
Dalam perannya kepala
sekolah juga sebagai motor penggerak,
penentu arah kebijakan sekolah, yang
akan menentukan bagaimana tujuan-
tujuan sekolah dan pendidikan pada
umumnya direalisasikan. Sehubungan
dengan MBS, kepala sekolah dituntut
untuk senantiasa meningkatkan
efektifitas kinerja. Dengan begitu,
MBS sebagai paradigma baru
pendidikan dapat memberikan hasil
3
yang memuaskan. Kinerja
kepemimpinan kepala sekolah dalam
kaitannya dengan MBS adalah segala
upaya yang dilakukan dan hasil yang
dapat dicapai oleh kepala sekolah
dalam mengimplementasikan MBS di
sekolahnya untuk mewujudkan tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien
(Mulyasa, 2007: 126). Davis, G.A dan
Thomas, M.A (1989) menyatakan
bahwa: “Kepala sekolah yang efektif
mempunyai karakteristik sebagai
berikut: 1) mempunyai jiwa
kepemimpinan dan mampu memimpin
sekolah, 2) memiliki kemampuan
untuk memecahkan masalah, 3)
mempunyai ketrampilan sosial, 4)
profesional dan kompeten dalam
bidang tugasnya” (dalam Wahyudi,
2009: 63).
Dalam lembaga pendidikan
sekolah terdapat beberapa manajemen
komponen-komponen sekolah.
Manajemen tersebut meliputi
manajemen kurikulum, manajemen
personalia, manajemen kesiswaan,
manajemen keuangan, manajemen
sarana prasarana, manajemen sistem
informasi sekolah, dan manajemen
supervisi pendidikan (TIM FKIP
UMS, 2004: 86-87). Dari beberapa
manajemen tersebut kepala sekolah
mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk mengaturnya. Di sinilah peran
serta profesionalisme kepala sekolah
akan dibuktikan dalam mewujudkan
visi, misi serta meningkatkan mutu
pendidikan di lembaga sekolah
tersebut. Keberhasilan suatu sekolah
terletak pada kemampuan pimpinan
sekolah dalam mengelola manajemen
personalianya. Manajemen personalia
ini juga disebut manajemen tenaga
kependidikan. Dalam manajemen
personalia terdapat Sumber Daya
Manusia (SDM) seperti guru dan
karyawan yang ada dalam sekolah.
Peningkatan kualitas SDM
merupakan persyaratan mutlak untuk
mencapai tujuan pembangunan.
Kualitas SDM ditingkatkan melalui
berbagai program pendidikan yang
sistematis dan terarah berdasarkan
kepentingan yang mengacu pada
kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dengan dilandasi
oleh keimanan dan ketakwaan
(IMTAQ) (Mulyadi, 2007: 4).
4
Pemberdayaan sumber daya
sekolah merupakan tanggung jawab
kepala sekolah, karena itu kepala
sekolah harus dapat menemukan
faktor-faktor penghambat dan
selanjutnya mencari solusi secara tepat
untuk mengatasi hambatan yang
muncul. Upaya agar mampu mengatasi
berbagai masalah yang terjadi di
sekolah, maka kepala sekolah sebagai
pemimpin sebagai PEMASSLEC yaitu
personnal, educator, manager,
administrator, supervisor, social,
leader, entrepreneur, and climator
(Usman, 2010: 277). Apabila hal ini
terwujud, maka kepala sekolah dapat
dikatakan berhasil dalam
meningkatkan mutu pendidikan di
sekolahnya.
Secara singkat dapat
disimpulkan bahwa peran kepala
sekolah sangat menentukan arah
keberhasilan sekolah. Oleh karena itu
kepala sekolah harus profesional
dalam meningkatkan mutu SDM
dalam pendidikan. Dapat dikatakan
bahwa apabila pimpinan sekolahnya
baik, maka baik pula sekolah tersebut,
begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu
peran kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas SDM ini sangat
diutamakan. Karena keberhasilan suatu
sekolah terletak pada kemampuan
pimpinan sekolah dalam mengelola
SDM yang ada dalam sekolah
termasuk pemberdayaan masyarakat
sekitarnya. SDM yang harus
ditingkatkan adalah seperti
keprofesionalisme guru dan karyawan,
baik secara kognitif, afektif dan
psikomotor agar dapat menjalankan
tugas-tugasnya secara efektif dan
efisien disertai dengan meningkatkan
kesejahteraan guru dan karyawan.
SMP Muhammadiyah 1 Klaten
termasuk salah satu sekolah swasta
dengan terakreditasi A. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa indikasi yang
terdapat di SMP Muhammadiyah 1
Klaten mencakup kurikulum
pendidikan, output, kualitas guru,
minat orang tua, bangunan gedung
serta fasilitas yang ada di sekolah
tersebut yang dikategorikan
berkualitas. SMP Muhammadiyah 1
Klaten mempunyai kelebihan dalam
Bilingual class dan regular class.
5
Tenaga pengajar yang ada di SMP
Muhammadiyah 1 Klaten merupakan
tenaga yang cukup berkualitas, hal ini
dapat dilihat bahwa guru yang ada
rata-rata lulusan S1.
Berdasarkan permasalahan di
atas, maka menjadi alasan bagi penulis
untuk meneliti bagaimana peran kepala
sekolah dalam meningkatkan kualitas
SDM di SMP Muhammadiyah 1
Klaten sehingga sekolah tersebut
menjadi salah satu sekolah yang maju
dan menjadi sekolah favorit di Klaten.
Penulis tertarik untuk meneliti sekolah
tersebut, maka penulis mengambil
judul penelitian “Peran Kepala
Sekolah dalam Meningkatkan
Kualitas SDM di SMP
Muhammadiyah 1 Klaten Tahun
Pelajaran 2012/2013”.
LANDASAN TEORI
A. Peran Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah berasal
dari dua kata yaitu kepala dan
sekolah. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kepala
adalah pemimpin, ketua
(kantor, pekerjaan,
perkumpulan, dsb) (Depdiknas,
2005: 545). Sekolah adalah
bangunan atau lembaga untuk
belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi
pelajaran (Depdiknas, 2005:
1013). Jadi kepala sekolah
adalah pemimpin dari sebuah
lembaga yang digunakan untuk
proses belajar mengajar.
2. Peran Kepala Sekolah
Dalam bukunya, Usman
(2010, 277-278) berpendapat
bahwa agar dapat mengatasi
berbagai masalah yang terjadi
di sekolah, maka kepala
sekolah memiliki tugas sebagai
PEMASSLEC yaitu personnal,
educator, manager,
administrator, supervisor,
social, leader, entrepreneur,
and climator. Apabila hal ini
terwujud, maka kepala sekolah
dapat dikatakan berhasil dalam
meningkatkan mutu pendidikan
di sekolahnya.
Sebagai Personnal,
kepala sekolah harus memiliki
6
integritas kepribadian dan
akhlak mulia, pengembangan
budaya, keteladanan keinginan
yang kuat dalam
pengembangan diri,
keterbukaan dalam
melaksanakan tugas pokok dan
fungsi, kendali diri dalam
menghadapi masalah dalam
pekerjaan, bakat dan minat
jabatan sebagai pemimpin
pendidikan.
Sebagai Educator,
kepala sekolah berperan
merencanakan, melaksanakan,
menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih,
meneliti dan mengabdi kepada
masyarakat.
Sebagai Manajer,
kepala sekolah harus
melaksanakan perencanaan
program sekolah,
pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan.
Sebagai Administrator,
kepala sekolah harus mampu
mengelola ketatausahaan
sekolah dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah.
Sebagai Supervisor,
kepala sekolah harus
merencanakan supervisi,
melaksanakan supervisi, dan
menindaklanjuti hasil supervisi
untuk meningkatkan
profesionalisme guru.
Sebagai Social, kepala
sekolah harus bekerja sama
dengan pihak lain untuk
kepentingan sekolah,
berpartisipasi dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan dan
memiliki kepekaan (empati)
sosial terhadap orang atau
kelompok lain.
Sebagai Leader, kepala
sekolah harus mampu
memimpin sekolah dalam
rangka pendayagunaan sumber
daya sekolah secara optimal.
Sebagai Entrepreneur,
kepala sekolah harus kreatif,
inovatif, bekerja keras, etos
kerja, ulet (pantang menyerah),
naluri kewirausahaan.
7
Sebagai Climator,
kepala sekolah harus mampu
menciptakan iklim sekolah
yang kondusif (Usman, 2010:
277-278).
3. Teori Kepemimpinan
Teori tentang
kepemimpinan memang terus
berkembang seiiring dengan
perkembangan zaman. Teori-
teori tersebut pada umumnya
menunjukkan perbedaan karena
setiap peneliti mempunyai
pandangan yang berbeda
dengan peneliti lainnya. Teori-
teori yang membahas
kepemimpinan secara garis
besar dapat dikelompokkan
kedalam teori, yaitu: teori sifat,
teori perilaku, dan teori
situasional (TIM FKIP UMS,
2004: 79).
4. Tipe Kepemimpinan
Secara umum tipe-tipe
kepemimpinan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga
macam yaitu: Tipe
kepemimpinan Otoriter, laissez
faire, dan Demokratis.
5. Kompetensi Kepala Sekolah
Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomer 13
Tahun 2007 (dalam Wahyudi,
2009: 29-32) tentang Standar
Kepala Sekolah atau Madrasah,
bahwa kepala sekolah harus
memiliki standar kompetensi
sebagai berikut ini:
Kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan,
supervisi dan sosial.
6. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam kaitannya
dengan peningkatan kinerja
tenaga kependidikan (guru dan
karyawan) dan kualitas
sekolah, kepala sekolah yang
profesional seperti disarankan
Sellis (dalam Mulyasa, 2007:
86) harus memperhatikan hal-
hal berikut ini:
a. Mempunyai visi atau daya
pandang yang mendalam
tentang mutu yang terpadu
bagi lembaga maupun bagi
tenaga kependidikan dan
8
peserta didik yang ada di
sekolah.
b. Mempunyai komitmen
yang jelas pada proses
peningkatan kualitas.
c. Mengkomunikasikan pesan
yang berkaitan dengan
kualitas.
d. Menjamin kebutuhan
peserta didik sebagai
perhatian kegiatan dan
kebijakan lembaga atau
sekolah.
e. Menyakinkan terhadap para
pelanggan (peserta didik,
orang tua, dan masyarakat)
bahwa terdapat “channel”
cocok untuk
menyampaikan harapan dan
keinginannya.
f. Pemimpin mendukung
pengembangan tenaga
kependidikan.
g. Tidak menyalahkan pihak
lain jika ada masalah yang
muncul tanpa dilandasi
bukti yang kuat.
h. Pemimpin melakukan
inovasi terhadap sekolah.
i. Menjamin struktur
organisasi yang
menggambarkan tanggung
jawab yang jelas.
j. Mengembangkan
komitmen untuk
menghilangkan setiap
penghalang. baik yang
bersifat organisasional
maupun budaya.
k. Membangun tim kerja yang
efektif.
l. Mengembangkan
mekanisme yang cocok
untuk melakukan
monitoring dan evaluasi.
7. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kualitas SDM
a. Meskipun di antara para
pemimpin banyak yang
memiliki keahlian dan
jabatan dalam pekerjaan
yang sama, tetapi terdapat
juga perbedaan-perbedaan
dalam perilaku dan sikap
serta gaya
9
kepemimpinannya. Hal ini
disebabkan karena adanya
berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi nya.
Adapun faktor-faktor yang
dimaksud adalah
(Purwanto, 2008: 59-61):
keahlian dan pengetahuan
yang dimiliki oleh
pimpinan dalam
menjalankan
kepemimpinannya, jenis
pekerjaan atau lembaga
tempat pemimpin itu
melaksanakan tugas
jabatannya, sifat-sifat
kepribadian pemimpin,
sifat-sifat kepribadian
pengikut atau sekelompok
yang dipimpinnya, sangsi-
sangsi yang ada di tangan
pemimpin.
B. Kualitas Sumber Daya Manusia
1. Pengertian Sumber Daya
Manusia
Sumber daya manusia
adalah potensi manusia yang
dapat dikembangkan untuk
proses produksi (Depdiknas,
2005: 1102). Komariah dan
Cepi (2005: 4) menjelaskan
bahwa input sumber daya
meliputi sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya.
Sumber daya manusia sekolah
terdiri dari kepala sekolah,
guru dan tenaga kependidikan
lainnya. Sedangkan sumber
daya lainnya meliputi uang,
peralatan, perlengkapan, bahan,
bangunan, dan sebagainya.
2. Fungsi Manajemen SDM
Menurut Edwin B.
Flippo (1996: 5) fungsi
manajemen sumber daya
manusia seperti halnya fungsi
manajemen umum, yaitu:
a. Fungsi Manajerial meliputi
Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian
(Organizing), Pengarahan
(Directing), Pengendalian
(Controlling).
b. Fungsi Operasional
meliputi Pengadaan
Tenaga Kerja atau
Pengadaan Sumber Daya
Manusia (recruitment),
10
Pengembangan
(development),
Kompensasi
(compensation),
Pengintegrasian
(integration),
Pemeliharaan
(maintenance), Pemutusan
Hubungan Tenaga Kerja
(separation).
3. Peran Kepala Sekolah dalam
Rangka Meningkatkan Kualitas
SDM
Upaya untuk
memanfaatkan kekuatan dan
peluang serta mengatasi
kelemahan dan ancaman
terhadap paradigma baru
kepala sekolah profesional
harus menerapkan cara antara
lain (Mulyasa, 2007: 77):
pembinaan kemampuan
profesional tenaga
kependidikan, revitalisasi
MGMP dan MKKS di sekolah,
peningkatan disiplin,
pembentukan kelompok diskusi
profesi, dan peningkatan
layanan perpustakaan dan
penambahan koleksi.
Upaya yang dilakukan
oleh kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas SDM di
sekolah antara lain: pembinaan
disiplin tenaga kependidikan,
pemberian motivasi,
penghargaan (reward), dan
persepsi.
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian lapangan (field
research) karena didasarkan pada
data-data yang terkumpul dari
lapangan secara langsung. Jenis
penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan
deskriptif, yaitu data yang
terkumpul dijelaskan dengan kata-
kata atau kalimat, gambar dan
bukan dengan angka (Moleong,
2004: 11).
2. Metode Pengumpulan Subjek
Dalam penelitian ini
sumber data yang digunakan
berupa sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber
11
data primer dalam penelitian ini
yaitu kepala sekolah, guru dan
karyawan di SMP Muhammadiyah
1 Klaten. Sedangkan sumber data
sekunder yaitu data yang diperoleh
dari penelitian kepustakaan dan
dokumentasi atau wawancara.
Sumber data sekunder dalam
penelitian ini yaitu berupa data-
data tertulis seperti data guru tetap,
karyawan dan siswa, struktur
organisasi, daftar inventaris dan
lain-lain.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara adalah suatu cara
pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh
informasi dari sumbernya.
Wawancara ini digunakan
untuk mencari data tentang
peran kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas SDM.
b. Observasi adalah cara
pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan
langsung terhadap objek yang
diteliti. Observasi ini
digunakan untuk mencari data
yang berhubungan dengan
kondisi sekolah, sarana
prasarana, kegiatan-kegiatan
guru, karyawan dan siswa, dll.
c. Metode Dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hak-
hak atau variabel yang dapat
berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda,
dan sebagainya. Yaitu untuk
melengkapi data wawancara
dan observasi.
4. Analisis Data
Analisis data dalam
penelitian kualitatif, dilakukan
pada saat pengumpulan data
berlangsung, hingga selesai
pengumpulan data. Miles dan
Huberman (1984), mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung terus
menerus sampai tuntas. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu reduksi
data, penyajian data, verifikasi atau
penarikan kesimpulan. Dalam
analisis faktor pendukung dan
penghambat menggunakan analisis
SWOT.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Peran Kepala sekolah dalam
Meningkatkan Kualitas SDM di
SMP Muhammadiyah 1 Klaten.
a. Pembinaan terhadap guru
meliputi: Memberikan
pembinaan dan pengarahan
untuk membuat program
tahunan, program semester,
silabus dan RPP;
Mengikutsertakan guru dalam
kegiatan MGMP sekolah lain,
workshop, diklat, seminar,
sertifikasi, dan pengajian tarjih;
Memotivasi guru untuk S2;
Mengadakan pelatihan
informasi teknologi, bahasa
Inggris, dan olahraga (senam);
Menerapkan disiplin kerja,
disiplin waktu dan piket;
Memberikan dukungan bagi
guru tidak tetap untuk dapat
dijadikan guru tetap yayasan
dan guru tetap yayasan untuk
dapat menjadi pegawai negeri
sipil; Memberikan penghargaan
bagi guru berprestasi.
b. Pembinaan terhadap karyawan
meliputi: Memberikan
pembinaan dan pengarahan
untuk membuat laporan hasil
kerja; Mengadakan pelatihan
ketrampilan, menerapkan
disiplin kerja, disiplin waktu,
dan piket; memberikan
dukungan bagi karyawan tidak
tetap untuk dapat dijadikan
karyawan tetap yayasan;
Memberikan penghargaan bagi
karyawan berprestasi;
Mengikutsertakan dalam
pengajian tarjih; Selalu
menanyakan keperluan
insidentil yang diperlukan oleh
karyawan guna untuk
memenuhi prasarana sekolah
dan proses akreditasi.
2. Faktor-faktor Pendukung dalam
Meningkatkan Kualitas SDM di
SMP Muhammadiyah 1 Klaten
meliputi: Sarana dan prasarana
lengkap, tenaga pendidiknya dan
karyawan sudah berkompetensi
sesuai dengan bidangnya masing-
masing, letak sekolah yang
strategis, kepala sekolah selalu
melaksanakan supervisi terhadap
kinerja guru dan karyawan,
13
hubungan dengan masyarakat
sekitar sekolah terjalin harmonis,
memiliki SDM yang mempunyai
semangat bekerja untuk
mewujudkan visi dan misi yang
akan diraih sekolah, kepala sekolah
menerapkan program kelas reguler
dan kelas Bilingual, kepala sekolah
memberikan bantuan berupa SPP,
menciptakan rasa kekeluargaan
dan rasa nyaman di sekolah, dan
kepala sekolah selalu menerapkan
sifat disiplin waktu dan disiplin
kerja.
3. Faktor-faktor Penghambat dalam
Meningkatkan Kualitas SDM di
SMP Muhammadiyah 1 Klaten
meliputi: antusiasme masyarakat
masih kurang sehingga siswa
masih sedikit, ekstra pembelajaran
bagi siswa yang nilainya masih
kurang baik, kejuaraan dalam
bidang IPTEK masih rendah,
masih ada 2 guru yang belum S1,
sering terjadi keterlambatan siswa
dalam membayar SPP sekolah, dan
ketrampilan karyawan dalam hal
IT (Ilmu Teknologi) masih kurang
khususnya dalam bidang
komputerisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aan, Komariah dan Triatna, Cepi. 2005. Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Balai Pustaka
Depdiknas. 2005. Kamus besar
Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka
. 2003. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
E, Mulyasa. 2007. Menjadi Kepala
Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
. Manajemen
Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
. Standar
Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Hasibuan, Malayu. 2003. Organisasi
Dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara
Husaini, Usman. 2010. Manajemen
Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Edisi 3. Jakarta: Bumi Aksara
14
Kunandar. 2010. Guru Profesional “Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru”. Jakarta: Rajawali Pers
Nawawi, Hadari. 2001. Perencanaan
SDM Untuk Organisasi Profit Yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
.
Kepemimpinan Menurut
Islam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
. 2003.
Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ngalim, Purwanto. 2008. Admintrasi
Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya
Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis
Sekolah. Jakarta: Grasindo