Peran ia dalam mewujudkan 3 g

Post on 16-Apr-2017

64 views 3 download

Transcript of Peran ia dalam mewujudkan 3 g

Peran IA Dalam Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang BaikDanang Suryatmodjo

According to Transparency International Indonesia sit in 88th position out of 167 countries with Corruption Index of 36.

As we can see in this picture, most of countries in the world has CPI under 60. The yellow part showed countries with CPI more than 80

Problem

Problem

How to Prevent Coruption? • Pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan

pengendalian intern (Tuanakotta : 2007). • fraud sering terjadi apabila pengendalian intern tidak ada atau

lemah atau dilakukan dengan longgar atau tidak efektif (Amrizal : 2004) .

• Salah satu cara dalam mengurangi risiko fraud dalam organisasi adalah dengan cara mengimplementasikan pengendalian intern (Rothberg : 2012).

• Dalam penelitiannya menyatakan penilaian tingkat penerapan pengendalian intern dapat memperkirakan tingkat fraud di organisasi (Janvrin : 2003).

SPI di Indonesia• Pengendalian intern di pemerintah yang dikenal sebagai SPIP sudah di

wajibkan mulai tahun 2008 dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) No.60/2008

• Pasal 2, yang menyatakan untuk mewujudkan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, menteri dan pimpinan daerah diwajibkan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

• Dalam Pasal 47, Menteri bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPIP di lingkungannya.

• Instruksi Presiden Nomor 4 thn 2011 juga mewajibkan seluruh Pimpinan Instansi Pemerintah untuk mempercepat penerapan SPIP yang efektif untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara yang berkualitas.

• Tujuan Pengendalian Intern untuk mengarahkan seluruh anggota organisasi untuk melakukan sesuatu yang benar dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut

Implementasi SPI di Indonesia

Sumber : IHSP BPK 2015

Hambatan SPI• Pejabat pelaksana yang bertanggung jawab lalai dan tidak cermat dalam

menyajikan laporan keuangan (digolongkan dalam kelemahan pengendalian intern unsur penegakan nilai integritas dan kepemimpinan yang kondusif);

• Tupoksi belum di laksanakan sesuai dengan ketentuan (digolongkan dalam kelemahan pengendalian intern unsur pembentukan dan pelaksanaan struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan);

• Banyak Pegawai yang Belum sepenuhnya memahami ketentuan yang berlaku(digolongkan dalam kelemahan pengendalian intern unsur komitmen terhadap kompetensi);

• Lemahnya melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan(digolongkan dalam kelemahan pengendalian intern unsur pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab yang tepat);

• Kurangnya kordinasi dengan pihak-pihak terkait(digolongkan dalam kelemahan pengendalian intern unsur kordinasi dengan pihak terkait);

• Kelemahan pada sistem aplikasi yang digunakan.

Peran IA• Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Hiro Tugiman

(2002); Leung, et al (2002); dan Zumriyatun Laila (2011) menyatakan bahwa internal audit memang memiliki peran dalam penerapan pengendalian internal

• To enhance and protect organizational value by providing risk-based and objective assurance, advice, and insight.

• Efektifitas Kinerja IA diukur dari :• Risk• Efesiensi dan efektifitas operasi• Value added

IA Pemerintah Indonesia• IA APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintah)• APIP BPKP, Inspektorat Pemda, Inspektorat K/L• Hasil Penilaian tingkat kapabilitas pada 474 APIP

Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah daerah per 31 Desember 2014 (IACM):• 404 APIP atau 85,23% berada pada Level-1, • 69 APIP atau 14,56% Level-2, • 1 APIP atau 0,21% yang berada pada Level-3. Untuk itu diharapkan seluruh APIP telah berada pada Level-3 pada tahun 2019, sesuai dengan target RPJMN 2015-2019

Internal

Eksternal

IACM Level 3 (2019)

SPIP Level 4 (2019)

Manajemen Risiko Level 3 (2019)

RPJMN 2014-2019

IACM

14

SPIP

PemantauanPengendalian

Intern

Informasi & Komunikasi

Kegiatan Pengendalian

Penilaian Risiko

Lingkungan Pengendalian

Identifikasi Risiko

Analisis Risiko

Sarana Komunikasi

Sistem Informasi

Pemantauan BerkelanjutanEvaluasi Terpisah

Tindak Lanjut

UNSUR SPIP

Pembinaan Sumber Daya ManusiaPengendalian Pengelolaan Sistem Informasi

Pengendalian Fisik atas AsetPenetapan & Reviu Indikator & Ukuran Kinerja

Pemisahan FungsiOtorisasi Transaksi dan Kejadian PentingPencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu

Pembatasan Akses atas Sumber DayaAkuntabilitas terhadap Sumber Daya

Reviu atas Kinerja Instansi Pemerintah

Dokumentasi atas Sistem Pengendalian Intern

Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan SDMPendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab

Struktur Organisasi yang Sesuai KebutuhanKepemimpinan yang Kondusif

Komitmen terhadap KompetensiPenegakan Integritas dan Etika

Peran APIP yang EfektifHubungan Kerja yang Baik

Ps. 4

Ps. 13

Ps. 18

Ps. 41

Ps. 43

KARAKTERISTIK TINGKAT MATURITAS SPIPTingkat Karakteristik SPIP

Belum AdaK/L/Pemda sama sekali belum memiliki kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan praktek-praktek pengendalian intern

RintisanAda praktik pengendalian intern, namun pendekatan risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad-hoc dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi dan pemantauan sehingga kelemahan tidak diidentifikasi.

Berkembang

K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik dan pelaksanaannya sangat tergantung pada individu dan belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai.

Terdefinisi K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai.

Terkelola dan Terukur

K/L/P telah menerapkan pengendalian internal yang efektif, masing-masing personel pelaksana kegiatan yang selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Evaluasi formal dan terdokumentasi.

OptimumK/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh pemantauan otomatis menggunakan aplikasi komputer

MR Pemerintah Indonesia

Evaluasi Maturitas MR

Tingkat “Define”• Tingkat Kematangan Defined adalah kondisi penerapan manajemen risiko dimana

perusahaan telah memiliki kebijakan dan proses manajemen risiko yang formal. • Adanya keseragaman dalam proses manajemen risiko di seluruh unit perusahaan. • Proses manajemen risiko didokumentasikan. • Unit dan pemilik risiko menggunakan proses manajemen risiko yang telah

dirancang, yang meliputi identifikasi peristiwa risiko, pengukuran risiko, aktivitas pengendalian, pengkomunikasian, dan pemantauan risiko.

• Manajemen berkomitmen untuk mengelola proses manajemen risiko melalui koordinasi lintas fungsi dan lebih memperkuat dokumentasi pengendalian.

• Adanya mekanisme verifikasi untuk meyakinkan kebijakan diikuti dan proses terlaksana sebagaimana diinginkan.

• Laporan yang akurat, dan metodologi yang mendukung, • menambah kejelasan akuntabilitas manajemen risiko. • Sistem sudah dibangun dan relatif lebih stabil dan akurat• Peran dan tanggung jawab telah didefinisikan di seluruh organisasi