Post on 03-Jul-2020
i
PERAN GAYA MENGAJAR, SUMBER BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PROSES
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK NEGERI 4 KLATEN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Program Studi Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh
JUNARDI NIM : Q 100150030
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
i
ii
iii
PERNYATAAN
Menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar Magister disuatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-
ringkasan yang telah saya jelaskan sumbernya. Apabila di kemudian hari terbukti
terdapat plagiasi, maka saya akan mempertanggungjawabkan sepenuhnya.
1
PERAN GAYA MENGAJAR, SUMBER BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DI SMK NEGERI 4 KLATEN
Junardi, Sutama, Sofyan Anif SMP Negeri 1 Getasan juna3467@gmail.com
ABSTRACT This study aims Analyze and test the role of teaching styles, learning resources, and learning environment simultaneously to the learning process of mathematics. Analyze and test the role of teaching style, learning resources, and partial learning environment to the learning process of mathematics. Population 104 students, sample 83 students. This type of research is a type of correlational research with quantitative approach. Data collection using questionnaire method. Data analysis techniques used multiple regression, classical assumption test, model accuracy test, and parameter accuracy test. The structural equation of the relationship between teaching style variables, learning resources and learning environment on the learning process can be determined as follows: Y=0.223X1 + 0.280X2 + 0.292X3 + 0.880, meaning if the teaching style variables, learning resources, and learning environment rose one level then the effect of each value respectively of 0.223; 0.280; and 0.292 toward the value of the learning process. The results of the research (1) there is a positive and significant role between teaching styles, learning resources, and learning environment simultaneously to the learning process of mathematics. (2) there is a positive and significant role between the teaching style, learning resources, and the learning environment partially to the learning process of mathematics. Keywords: teaching style, learning resources, learning environment, learning process, learning outcomes
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis dan menguji peran gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar secara simultan terhadap proses pembelajaran matematika. (2) menganalisis dan menguji peran gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar secara parsial terhadap proses pembelajaran matematika. Populasi penelitian 104 siswa, melalui proporsional random sampling diperoleh sampel 83 siswa. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dengan metode angket. Teknik analisis data menggunakan regresi ganda, uji asumsi klasik, uji ketepatan model, dan uji ketepatan parameter penduga. Persamaan struktural hubungan antara variabel gaya mengajar, sumber belajar dan lingkungan belajar terhadap proses pembelajaran dapat ditentukan sebagai berikut: Y = 0,223 X1 + 0,280 X2 + 0,292 X3 + 0,880, artinya apabila variabel gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar naik satu tingkat maka pengaruh nilai masing-masing berturut-turut sebesar 0,223; 0,280; dan 0,292
2
terhadap nilai proses pembelajaran. Hasil penelitian (1) terdapat peran positif dan signifikan antara gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar secara simultan terhadap proses pembelajaran matematika. (2) terdapat peran positif dan signifikan antara gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar secara parsial terhadap proses pembelajaran matematika. Kata kunci : gaya mengajar, lingkungan belajar, proses pembelajaran, sumber belajar.
1. PENDAHULUAN
Kualitas pendidikan Indonesia saat ini masih belum sesuai harapan
dibanding dengan negara-negara maju. Menurut data dari UNESCO
pendidikan di Indonesia menempati peringkat kesepuluh dari empat belas
negara berkembang. Kenyataan ini diperkuat dengan beberapa penelitian
seperti yang dilakukan oleh Trends in Mathematics and Science Study
(TIMSS), siswa Indonesia hanya mampu berada di rangking tiga puluh tujuh
dari empat puluh empat negara berkembang. Berdasarkan pada hasil tes
matematika dan ilmu pengetahuan menggunakan standar global yang lebih luas
melalui tes PISA Indonesia peringkat enam puluh sembilan dari tujuh puluh
enam negara yang ikut berpartisipasi dalam tes PISA tahun 2015.
Banyak faktor yang menjadi penentu kualitas pendidikan. Faktor Internal
berupa kesiapan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, faktor
eksternal mencakup guru, sarana prasarana, sumber belajar, lingkungan belajar
dan kurikulum. Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam
ketercapaian tujuan pendidikan yaitu kualitas guru yang masih kurang. Selain
kualitas guru, belum meratanya sumber belajar dan sarana prasarana
pendidikan juga turut menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan. Hal
lain yang berperan dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas pendidikan
yaitu lingkungan belajar.
Berdasarkan latar belakaang masalah, ditentukan rumusan masaalah dalam
penelitian sebagai berikut: (1) menganalisis dan menguji peran gaya mengajar,
sumber belajar, dan lingkungan belajar secara simultan terhadap proses
pembelajaran. (2) menganalisis dan menguji peran gaya mengajar, sumber
belajar, dan lingkungan belajar secara parsial terhadap proses
pembelajaran. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
3
Pendidikan Nasional, Pasal satu angka satu menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Aspek-aspek proses pembelajaran yang
harus dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan meliputi: perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, serta penilaian atau evaluasi
pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang membutuhkan penataan
yang teratur dan sistematis yang memungkinkan terjadinya proses interaksi
peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dalam upaya mencapai
tujuan yang diharapkan. Hal ini selaras dengan pendapat Siregar dan Nara
(2014: 12) bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar yang dilaksanakan
secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali,
dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.
Supriadie dan Darmawan (2012: 90) menyatakan bahwa pembelajaran
merupakan yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi belajar siswa
dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan. Artinya sebuah proses
pembelajaran yang akan dilakukan harus dimulai dengan proses perencanaan
yang matang, agar implementasinya dapat dilakukan dengan efektif. Kondisi
belajar mengajar yang efektif yang dapat menentukan proses pembelajaran
mempunyai indikator antara lain: melibatkan siswa secara aktif, menarik minat
dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, dan peragaan dalam
pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas merupakan pembelajaran yang
memiliki motivasi tinggi ditandai dengan antusiasme peserta didik untuk
mengikuti seluruh proses pembelajaran dari awal sampai akhir, dan
4
pembelajaran berlangsung menyenangkan serta ditunjang dengan komponen
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut serata mendapat
dukungan tersedianya sumber belajar maupun media pembelajaran yang semua
itu akan membawa keberhasilan pada pencapaian target belajar.
Sopiatin Popi (2010: 47) menyebutkan pembelajaran yang berkualitas
adalah pembelajaran yang efektif dilaksanakan, baik dalam kelas maupun di
luar kelas dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan
siswa. Pembelajaran yang berkualitas memuat aspek-aspek diantaranya (1)
Persiapan mengajar guru yang sistematis, (2) Cara penyampaian materi oleh
guru, (3) Penggunaan waktu selama melaksanakan kegiatan pembelajaran, (4)
Motivasi murid dan guru, (5) Hubungan interaktif antara guru dengan
siswa. Mencermati pemaparan beberapa pengertian di atas yang dimaksud
proses pembelajaran pada penelitian ini merupakan seluruh proses kegiatan
belajar mengajar dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
sampai dengan kegiatan evaluasi belajar siswa. Dalam proses pembelajaran
variasi gaya mengajar sangat dibutuhkan, hal ini dilakukan untuk menghindari
kebosanan dan kejenuhan. Menurut Thoifuri (2013: 81) gaya mengajar
merupakan bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler
maupun psikologis.
Suparman (2010: 88) menjabarkan varias gaya mengajar guru dalam kelas
menjadi beberapa aspek yaitu: (1) Variasi suara, indikator variasi suara yang
dimaksud meliputi : intonasi, volume, nada, kecepatan, serta isi pembicaraan
dan penggunaan bahasa. Guru dapat mendramatisir ketika menjelaskan suatu
peristiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting. (2) Penekanan,
Penekanan berfungsi untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada suatu
aspek yang penting. Penekanan tersebut biasanya dikombinasikan dengan
gerak anggota badan, dengan menunjukkan jari, memberi tanda pada papan
tulis, atau dengan merubah mimik wajah. (3) Pemberian waktu, untuk
mendapatkan perhatian anak didik, guru dapat merubah suasana menjadi sepi,
hening, dari suatu kegiatan atau diam, dari akhir bagian pelajaran ke bagian
pelajaran berikutnya. (4) kontak pandang, menatap mata setiap anak didik
dalam proses pembelajaran dapat membentuk hubungan yang positif antara
guru dan peserta didik. Dalam interaksi dengan peserta didik sebaiknya
5
pandangan mengarah keseluruh kelas, tidak monoton dengan mengarah satu
titik saja atau malah memandang kearah keluar kelas. (5) Petunjuk wajah,
wajah merupakan media komunikasi, wajah merupakan instrumen atau alat
menyampaikan pesan dan makna. Guru bisa menggunakan bahasa wajah dalam
proses pembelajaran untuk mengontrol, meningkatkan hubungan emosional,
dan mengawasi peserta didik. (6) Gerakan anggota badan, variasi gerakan
anggota badan merupakan bagian penting dalam berkomunikasi. Tidak hanya
untuk menarik perhatian saja, tetapi juga dapat menyampaikan makna
pembicaraan. Misalnya, mengepalkan tangan berarti marah, menadahkan tangn
berarti meminta. (7) Pindah posisi, perpindahan posisi guru dalam ruang kelas
dapat menarik perhatian peserta didik dan dapat meningkatkan kepribadian
guru, yang terpenting setiap perubahan memiliki ujuan yang jelas, positif, dan
tidak membosankan.
Penjabaran pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya
mengajar pada penelitian ini merupakan bentuk penampilan guru saat
mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis sebagai sarana
mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Mulyadi SK dan
Primasari, F (2014) Mengacu pada definisi sumber belajar yang diberikan oleh
Association for Education Communication Technology (AECT, 2009),
pengertian sumber belajar merupakan berbagai sumber meliputi data, orang
atau wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar, dimana
sumber belajar dapat digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi
sehingga membantu siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Dari uraian di
atas dapat dipahami bahwa komponen sumber belajar meliputi: pesan,
manusia, matri (media-software), peralatan (hardware), teknik, metode yang
dipergunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasi untuk memfasilitasi
terjadinya tindak belajar.
Ditinjau dari tipe atau asal usulnya sumber belajar dibedakan menjadi dua
yaitu: (1) sumber belajar yang dirancang (learning resources by desing), yakni
sumber belajar yang memang disengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. (2)
sumberbelajar yang sudah tersedia dan tinggal memanfaatkan (learning
resources by utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara khusus
dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, dipilih, dan
6
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Kedua jenis sumber belajar di
atas mempunyai komponen sebagai berikut: (1) Pesan, berupa ajaran atau
informasi yang akan disampaikan berupa ide, fakta, ajaran, nilai, dan data. (2)
Orang, berupa manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah
dan penyaji pesan. (3) Bahan, berupa perangkat lunak (soft ware) yang
mengandung pesan-pesan belajar. (4) Alat, berupa perangkat keras (hard ware)
yang dipakai untuk menyajika pesan yang tersimpan dalam bahan. (6) Teknik,
merupakan prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan dalam
menggunakan bahan dan alat untuk menyampaikan pesan. (7) Latar,
merupakan situasi disekitar terjadinya prosesbelajar mengajar dimana
pembelajar menerima pesan.
Mencermati pemaparan pendapat-pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa sumber belajar pada penelitian ini adalah sesuatu yang ada
di luar diri individu siswa yang bisa digunakan untuk memudahkan terjadinya
proses belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Selain sumber belajar kondisi dan suasana lingkungan belajar sangat
mendukung aktivitas belajar. Masih banyak sekolah atau orang tua tidak
memperhatikan suasana lingkungan belajar bagi siswa atau anaknya. Seringkali
gedung-gedung sekolah dibangun dikawasan yang ramai atau pada pusat kota
dengan alasan agar transportasi dapat terjangkau. Tetapi hal tersebut kadang
menimbulkan situasi lingkungan yang tidak baik untuk kegiatan belajar
(Suranto, 2015). Aktifitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh lingkungan
belajar. Hoy dan Miskel (2014: 403) berpendapat bahwa ada berbagai
pengaruh lingkungan berasal dari masyarakat dan mempengaruhi apa yang
terjadi di sekolah. Menurut Mariyana Rita dkk (2010: 17) lingkungan belajar
merupakan suatu tempat atau suasana (keadaan) yang mempengaruhi proses
perubahan tingkah laku manusia, yang pada esensinya lingkungan belajar
merupakan suatu konteks fisik, sosial, dan psikologis yang dalam konteks
tersebut anak belajar dan memperoleh perilaku baru.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, Lingkungan belajar dibagi menjadi
dua aspek: (1) Lingkungan belajar yang bersifat fisik yaitu lingkungan belajar
yang terkait dengan kelengkapan materiil, ukuran luas, berat, arah, penerangan,
suhu dan suara. (2) Lingkungan belajar non fisik, meliputi pertimbangan rasa
7
aman, minat, pertimbangan kebebasan berekpresi, serta pertimbangan
kegembiraan dan kesenangan pada peserta didik. Dari pendapat di atas dapat
ditegaskan bahwa lingkungan belajar merupakan tempat atau suasana
(keadaan) yang dengannya para peserta didik dapat mencurahkan dirinya untuk
beraktivitas, berkreasi, termasuk melakukan berbagai manipulasi banyak hal
sehingga mereka dapat pengalaman, informasi, dan konsep baru sebagai wujud
dari hasil belajar.
Berdasarkan hubungan antar variabel penelitian, yaitu: gaya mengajar,
sumber belajar, dan lingkungaan belajar sebagai variabel eksogen serta proses
pembelajaran sebagai variabel endogen, maka hipotesis dalam penelitian ini
bahwa terdapat peran yang positif dan signifikan baik secara simultan maupun
parsial antara gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungaan belajar terhadap
proses pembelajaran.
Tujuan penelitian ini secara umum sebagai berikut: (1) menganalisis dan
menguji peran gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar secara
simultan terhadap proses pembelajaran. (2) menganalisis dan menguji peran
gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar secara parsial terhadap
proses pembelajaran.
2. METODE
Penelitian ini tergolong penelitian asosiatif jika dilihat dari pemaparannya,
yaitu penelitian yang mencari hubungan antar variabel (Sunjoyo, 2013: 176).
Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, data berbentuk angka
dengan menggunakan model skala dalam pengukurannya. Pengumpulan data
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan cara pengumpulan dan
pengukuran data yang berbentuk angka-angka (Sutama, 2012: 38).
Tempat penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 4 Klaten, dengan alamat
Jl. Mataram No.5 RT/RW 02/14, Belang Wetan, Klaten Utara, Kabupaten
Klaten, Provinsi Jawa Tengah 57436, populasi pada penelitian ini semua siswa
kelas XI Jurusan Akutansi di SMK Negeri 4 Klaten, terdiri dari tiga
rombongan belajar (rombel) dengan jumlah total 104 siswa.
Penelitian ini memiliki populasi homogen. Salah satu cara pengambilan
sampel yang representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan
8
sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang
(probalbilitas) yang sama untuk dijadikan sampel (Sutama, 2016: 108).
Besarnya sampel pada penelitian ini ditentukan menggunakan pendapat Slovin
dengan taraf kesalahan 5% diperoleh sampel sebanyak 83 siswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket.
Angket digunakan peneliti untuk mengetahui informasi tentang proses
pembelajaran, gaya mengajar, sumber belajar dan lingkungan belajar yang
sebelumnya diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Teknik Analisis data
meliputi pengujian asusmi klasik yaitu Uji normalitas menggunakan uji
normalitas Kolmogorov-Smirnof. Uji multikolinieritas dilakukan dengan
menghitung Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi dikatakan bebas
dari multikolinieritas apabila mempunyai VIF tidak lebih dari 10 dan
mempunyai angka toleransi tidak kurang dari 0,10. Uji Heterokedastisitas
dilakukan dengan uji statistik yaitu uji Glejser. Uji Hipotesis menggunakan
regresi ganda dengan struktur persamaan sebagai berikut:
Y = px1yX1 + px2yX2 + px3yX3 + e2
Kebenaran uji hipotesis dilakukan secara simultan dengan uji F dan parsial
dengan uji t.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sopiatin Popi (2010: 47) menyebutkan pembelajaran yang berkualitas
adalah pembelajaran yang efektif dilaksanakan, baik dalam kelas maupun di
luar kelas dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan
siswa. Pembelajaran yang berkualitas memuat aspek-aspek diantaranya:
Persiapan mengajar guru yang sistematis, cara penyampaian materi, dan
penggunaan waktu selama melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dari hasil
olah data secara statistik diketahui distribusi data menyatakan sebanyak 31 atau
37,35% siswa menyatakan proses pembelajaran pada kriteria cukup baik, 22
atau 26,51% siswa menyatakan proses pembelajaran baik, 14 atau 16,87%
siswa menyatakan proses pembelajaran ada pada kriteria sangat baik dan 16
atau 19,28% siswa menyatakan proses pembelajaran pada kriteria kurang baik.
9
Dengan ini secara umum hasil belajar siswa SMK Negeri 4 Klaten pada kriteria
cukup baik.
Suranto (2015), dalam penelitiannya terdapat aspek yang mempengaruhi
proses belajar dan motivasi belajar anak yaitu lingkungan belajar. Penelitian ini
membahas pengaruh antara motivasi belajar, suasana lingkungan belajar dan
sarana prasarana belajar terhadap prestasi belajar. Kondisi lingkungan belajar
diperoleh keterangan 36 atau 43,37% siswa menyatakan lingkungan belajar di
SMK Negeri 4 Klaten ada pada kriteria baik, lima atau 6,02% siswa
menyatakan lingkungan belajar pada kriteria sangat baik, sementara 35 atau
42,17% siswa menyatakan lingkungan belajar cukup baik, dan tujuh atau
8,43% siswa menyatakan lingkungan belajar pada kriteria kurang baik. Dengan
ini secara umum lingkungan belajar siswa SMK Negeri 4 Klaten pada kriteria
baik.
Komalasari, (2013: 108) menyatakan bahwa sumber belajar merupakan
segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara
terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar
dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Dari analisis data diperoleh keterangan bahwa 31 atau 37,35% siswa
menyatakan sumber pada kriteria baik dan cukup baik, 10 atau 12,05% siswa
menyatakan sumber belajar sangat baik, dan 11 atau 13,25% siswa menyatakan
sumber belajar pada kriteria kurang baik. Ini didukung oleh penelitian Mulyadi
SK dan Primasari, F. (2014), pentingnya penyediaan sumber belajar yang
menyajikan berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar seperti perpustakaan
yang didukung dengan kreatifitas guru dalam mengatur lingkungan belajar.
Siswa dapat belajar tidak hanya berinteraksi dengan guru tetapi juga dapat
dengan memanfaatkan sumber belajar yang sudah tersedia di sekolah.
Agam, dkk (2015). Dalam penelitiannya menyatakan terdapat hubungan
antara gaya mengajar dan motor educability terhadap hasil belajar pencak silat.
Dengan uji statistik ANAVA diperoleh Fhitung 24,386 > Ftabel 3,075. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk peningkatan hasil belajar pencak silat tidak hanya
dilakukan dengan menggunakan gaya mengajar saja, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh motor educability. Hasil analisis data gaya mengajar ada pada
kriteria baik dengan 37 atau 44,58% siswa menyatakan gaya mengajar ada
10
pada kriteria baik, 31 atau 37,35% siswa menyatakan gaya mengajar pada
kriteria cukup baik, delapan atau 9,64% siswa menyatakan gaya mengajar
sangat baik, dan tujuh atau 8,43% siswa menyatakan gaya mengajar pada
kriteria kurang baik. Dengan ini secara umum gaya mengajar guru-guru di
SMK Negeri 4 Klaten ada pada kriteria baik.
Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji Normalitas masing-masing Variabel
Uji Normalitas Nilai Asymp sig keputusan
Proses Pembelajaran 0,792 Ho diterima
Gaya Mengajar 0,742 Ho diterima
Sumber Belajar 0,929 Ho diterima
Lingkungan Belajar 0,918 Ho diterima
Interpretasi dari hasil uji statistik, diketahui data memiliki distribusi
normal, karena memiliki nilai Asymp sig diatas alpha 0,05.
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Multikolineaitas Variabel Bebas
Variabel Tolerance ≥
0,1
VIF ≤
10 Keputusan
Proses
pembelajaran 0,525 1,905
Terbebas dari
multikolineaitas
Gaya mengajar 0,526 1,903 Terbebas dari
Multikolineaitas
Sumber belajar 0,401 2,491 Terbebas dari
Multikolineaitas
Lingkungan
belajar 0,492 2,031
Terbebas dari
Multikolineaitas
Interpretasi tabel ringkasan hasil uji Multikolineaitas, setiap variabel
menghasilkan nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerasi lebih dari 0,10.
Keputusan uji diperoleh semua data variabel eksogen terbebas dari
Multikolineaitas.
11
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji
Heterokedastisitas Nilai Asymp sig keputusan
Proses Pembelajaran 0,545 Ho diterima
Gaya Mengajar 0,760 Ho diterima
Sumber Belajar 0,578 Ho diterima
Lingkungan Belajar 0,112 Ho diterima
Keputusan uji diperoleh semua data terbebas dari gejala
Heterokedastisitas. Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti melakukan
analisis jalur menggunakan bantuan Program SPSS. Persamaan struktural
hubungan antara variabel gaya mengajar, sumber belajar dan lingkungan
belajar terhadap proses pembelajaran dapat ditentukan sebagai berikut:
Y = 0,223 X1 + 0,280 X2 + 0,292 X3 + 0,880
Persamaan jalur yang dihasilkan dapat diartikan bahwa apabila nilai gaya
mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar naik satu tingkat maka
pengaruh masing-masing variabel berturut-turut naik sebesar pX1=0,223;
pX2=0,280; dan pX3=0,292.
Tabel 4. Ringkasan Hasil Pengujian Secara Simultan Variabel X1, X2, X3,
terhadap Y (Uji F)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 2664.531 3 888.177 23.844 .000a
Residual 2942.698 79 37.249
Total 5607.229 82
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
b. Dependent Variable: Y
12
Tabel Anova, diperoleh nilai Fhitung 23,844. Adapun nilai Ftabel pada
tingkat signifikansi 0,05 atau 5% dan degree of freedom (df) sebesar k=4. Nilai
df1(N1)=(k-1)=4-1=3 dan df2(N2)=n-k=83-4=79 diperoleh Ftabel sebesar 2,72.
Perbandingan Fhitung>Ftabel (23,844>2,72). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara simultan variabel bebas (gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan
belajar) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (proses
pembelajaran). Kolom Sig diperoleh nilai p value <α = 0,000 < 0,05.
Kesimpulan: Model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel gaya
mengajar, sumber belajar, lingkungan belajar secara bersama-sama
berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Tabel 5. Ringkasan Hasil Pengujian Secara Parsial Variabel X1, X2, X3
terhadap Y (Uji t)
Model Unstandardized
Standardized
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 18.25
7.650 2.387 .019
Gaya Mengajar .212 .104 .223 2.037 .045
Sumber Belajar .327 .146 .280 2.244 .028
Lingkungan
.326 .124 .292 2.625 .010
a. Dependent Variable: Y
Ketiga variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi,
semua siknifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung variabel gaya
mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar masing-masing sebesar
(2,037; 2,244; dan 2,625)>ttabel (0,677) dengan probabilitas signifikansi untuk
masing masing variabel dibawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran secara parsial dipengaruhi oleh: gaya mengajar, sumber belajar,
dan lingkungan belajar.
Mulyadi SK dan Primasari, F. (2014), pentingnya penyediaan sumber
belajar yang menyajikan berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar seperti
perpustakaan yang didukung dengan kreatifitas guru dalam mengatur
lingkungan belajar. Siswa dapat belajar tidak hanya berinteraksi dengan guru
tetapi juga dapat dengan memanfaatkan sumber belajar yang sudah tersedia di
sekolah. Hasil penelitian di atas diperkuat dengan hasil penelitian ini bahwa
13
sumber belajar mempunyai peran yang positif dan signifikan terhadap proses
pembelajaran. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Georgia Pashiardis (2008) Toward aknowledge base for school climate in
Cyprus”s schools. Dalam penelitian ini ada tiga aspek suasana sekolah yang
dapat mempengaruhi proses belajar anak yaitu lingkungan sosial, lingkungan
fisik dan lingkungan belajar.
Hasil analisis kedua, gaya mengajar secara parsial berpengaruh terhadap
proses pembelajaran, dengan nilai signifikansi gaya mengajar terhadap proses
pembelajarn sebesar 0,045 < 0,05 dan nilai probabilitas 0,000 jauh dibawah
alpha 0,05 serta besar pengaruh 0,223 bernilai positif. Hal ini mempunyai arti
bahwa gaya mengajar berperan positif dan signifikan terhaadap proses
pembelajaran. Semakin baik gaya mengajar, maka proses pembelajaran juga
semakin baik. Hubungan variabel proses pembelajaran dengan variabel gaya
mengajar dapat juga dilihat dalam penelitian yang dilakukan oleh Jepsen,
Varhegyi, dan Teo (2016). Penelitian ini digunakan untuk menilai gaya belajar
dan persepsi kualitas pengajaran. Pemodelan persamaan struktural digunakan
untuk menyelidiki hubungan antara gaya belajar dan persepsi kualitas
pengajaran. Hasil penelitian menunjukkan reflektor atau keaktifan peserta didik
dipengaruhi gaya pengajaran guru atau dosen mereka.
Hasil analisis ketiga, menunjukkan bahwa sumber belajar secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses pembelajaran, hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikansi sumber belajar terhadap proses
pembelajarn sebesar 0,028<0,05 dengan nilai probabilitas 0,000 jauh dibawah
alpha 0,05 dan besar pengaruh 0,280 bernilai positif, semakin baik sumber
belajar maka proses pembelajaran juga semakin meningkat. Hasil analisis
keempat, menunjukkan bahwa lingkungan belajar secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap proses pembelajaran, hal ini ditunjukkan dengan
nilai signifikansi lingkungan belajar terhadap proses pembelajarn sebesar 0,010
< 0,05 dengan nilai probabilitas 0,000 jauh dibawah alpha 0,05 dan besar
pengaruh 0,292 bernilai positif, semakin baik lingkungan belajar maka proses
pembelajaran juga semakin baik.
Variabel lingkungan belajar mempunyai peran paling signifikan terhadap
variabel endogen dibanding variabel eksogen lainnya. Hal ini sesuai dengan
14
hasil diskripsi data yang diperoleh melalui pengisian kuisioner oleh responden.
Lingkungan belajar di SMK Negeri 4 Klaten berada pada kategori baik dengan
rata-rata sebesar 77,1 paling tinggi dibanding dengan rata-rata variabel gaya
mengajar dan sumber belajar berturut-turut sebesar 70,7 dan 71,8. Berdasarkan
teori pada bab sebelumnya, bahwa semakin baik kondisi lingkungan maka akan
berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran serta berdampak pada hasil
belajar siswa.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Georgia Pashiardis (2008) Toward aknowledge base for school climate in
Cyprus”s schools (menuju suasana sekolah yang berdasarkan pengetahuan
pada sekolah-sekolah di negara Ciprus). Dalam penelitian ini ada tiga aspek
suasana sekolah yang dapat mempengaruhi proses belajar dan motivasi belajar
anak yaitu lingkungan sosial, lingkungan fisik dan lingkungan belajar. Hoy dan
Miskel (2014: 403) berpendapat bahwa ada berbagai pengaruh lingkungan
berasal dari masyarakat dan mempengaruhi apa yang terjadi di sekolah. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suranto (2015), aspek yang
mempengaruhi proses belajar yaitu lingkungan belajar. Dalam penelitiannya
dibahas pengaruh antara motivasi belajar, suasana lingkungan belajar dan
sarana prasarana belajar terhadap prestasi belajar siswa pada SMA Islam
Diponegoro Surakarta baik secara simultan maupun parsial. Hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh secara simultan antara variabel motivasi
belajar, suasana lingkungan belajar dan sarana prasarana belajar terhadap
prestasi belajar. Lingkungan belajar mempunyai pengaruh paling besar 39,46%
dan sarana prasarana belajar sebesar 33,51%. Variabel suasana lingkungan
belajar juga memberikan Sumbangan Efektif yang paling besar yaitu 24,11%,
diikuti sarana prasarana belajar sebesar 20,47%, dan motivasi belajar sebesar
16,54%
4. PENUTUP
Hasil analisis menggunakan Uji F, diperoleh hasil variabel gaya mengajar,
sumber belajar, dan lingkungan belajar secara simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap proses pembelajaran dengan nilai Fhitung sebesar 32,490.
Adapun nilai Ftabel pada tingkat signifikansi 0,05 atau 5% dan degree of
15
freedom (df) sebesar k=4. Nilai df1(N1)=(k-1)=4-1=3 dan df2(N2)=n-k=83-
4=77 diperoleh Ftabel sebesar 2,72. Perbandingan Fhitung>Ftabel (23,844>2,72).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas (gaya
mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat (proses pembelajaran). Ketiga variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, semua siknifikan. Hal
ini dapat dilihat dari nilai thitung variabel gaya mengajar, sumber belajar, dan
lingkungan belajar masing-masing sebesar (2,037; 2,244; dan 2,625)>ttabel
(0,677) dengan probabilitas signifikansi untuk masing masing variabel
dibawah 0,05. Kesimpulan hasil penelitian (1) terdapat peran positif dan
signifikan antara gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar secara
simultan terhadap proses pembelajaran matematika. (2) terdapat peran positif
dan signifikan antara gaya mengajar, sumber belajar, dan lingkungan belajar
secara parsial terhadap proses pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Agam, dkk. (2015). Pengaruh Gaya Mengajar Guided Discovery Dan Tingkat
Motor Educability Terhadap Hasil Belajar Pencak Silat. Journal of
Physical Education and Sports 4 (2) (2015)
Boroujerdi dan Hasani. (2016). “The survey thinking style and its relation with
creativity in physical education teachers. International Journal of
Educational Management”, Vol. 28 Iss 4 pp. 400 – 412.
Ghozali. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hoy, W.K., dan Miskel, C.G. (2014). Administrasi Pendidikan Teori, Riset,
dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
https://www.taralite.com/artikel/post/kualitas-pendidikan-indonesia-di-mata-
dunia/ di unduh kamis 15 september 2016
16
Jepsen, Varhegyi, dan Teo. (2016). “The association between learning styles
and perception of teaching quality. Education + Training”, Vol. 57 Iss 5
pp. 575 - 587
Khosiyah. (2012). “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar
Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti No.
060873 Medan”. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. Vol. 9. No. 1 hal. 63-
80.
Komalasari Kokom, (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama
Lusia Endang Rahayuningsih, (2015) Peningkatan Prestasi Belajar Ipa Melalui
pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Sumber Belajar. Jurnal Penelitian
Pendidikan Vol. 32 Nomor 2 Tahun 2015
Mariyana Rita dkk, (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Bandung:
Kencana.
Muhammad, A., (2010). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Muhroji, (2015). Pengaruh Sarana Dan Biaya Pendidikan Terhadap Hasil
Belajar Di Sekolah Menengah. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 22,
No. 2, Desember 2012: 93-102
Mulyadi, S.K. & Primasari, F. (2014). Implementasi Perpustakaan Sekolah
Sebagai Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.
Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 1, No. 1, Juli 2014: 17-30
Nurulia Dwiyanti Tamardiyah. (2017) Minat Kedisiplinan Dan Ketekunan
Belajar Terhadap Motivasi Berprestasi Dan Dampaknya Pada Hasil
Belajar Matematika SMP. Jurnal Manajemen Pendidikan - Vol. 12, No.
1, Januari 2017 : 26-37
Pashiardis, Georgia. (2008). “Toward a Knowladge Base for School Climate in
Cyprus’S Schools”. Cyprus.http://www.emeraldinsight.com/0951-
354x.htm.
17
Priatna, N., dan Sukamto, T. (2013). Pengembangan Profesi Guru. Bandung:
PT Remaja
Rosdakarya Sumantri dkk. (2015). Pengaruh Media Gaya Mengajar Latihan
Dan Tingkat Motor Educability Terhadap Hasil Belajar Pencak Silat.
Journal of Physical Education and Sports 5 (2) (2015)
Reeve dan Cheon. (2016). “An Intervention-Based Program Of Research On
Teachers’ Motivating Styles. Motivational Interventions Advances in
Motivation and Achievement”, Volume 18, 293_339.
Riduwan & Kuncoro. (2011). Cara menggunakan dan Memakai Path Analysis
(Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
Setiani, A., dan Priansa, D.J. (2015). Manajemen Peserta Didik dan Model
Pembelajaran cerdas, kreatif, dan Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Siregar, E., dan Nara, H. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sopiatin Popi, (2010). Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor:
Ghalia Indonesia
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suparman. (2010). Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa. Yogyakarta:
Pinus Book Publisher.
Sutama, (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R danD.
Kartasura: Fairuz Media
-------------. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Kartasura: Fairuz Media
Supriadie, D., dan Darmawan, D. (2012). Komunikasi Pembelajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Thoifuri. (2013). Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Media Campus
Sunjoyo, dkk. (2013). Aplikasi SPSS untuk Smart riset. Bandung: Alfabeta.
18
Suranto. (2015), Pengaruh Motivasi, Suasana Lingkungan Dan Sarana
Prasarana Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pada
Sma Khusus Putri Sma Islam Iponegoro Surakarta). Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial, Vol 25, No.2, Desember 2015, ISSN: 1412-3835