Post on 17-Sep-2018
Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda
Kota Bontang Provinsi Kalimantan Timur
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
“erau pelas benua guntung“
© 2016
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan
B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda
C. Penjelasan Tradisi Erau Pelas Benua Guntung
D. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Kota Bontang
E. Kesimpulan dan Koreksi Kegiatan
© 2016
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda
Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur
Latar Belakang dan Tujuan
1. Membangun satu Master Referensi Nilai Budaya Tak Benda
2. Membangun Informasi Kebudayaan, Pendidikan dan Bahasa yang terintegrasi
Batasan Verifikasi Validasi
1. Verifikasi dan Validasi Tradisi Erau Pelas Benua Guntung di Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur
Waktu Pelaksanaan:
Tgl 22 s/d 25 November 2016
Yang Terlibat
1. Tim Pusat
a. Hendri Syam (PDSPK - Kemendikbud)
b. Gunawan Bayu Aji (PDSPK - Kemendikbud)
2. Tim Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bontang
3. Narasumber : Ketua Lembaga Adat Kutai Guntung “Ismail. S.Sos, M.Si”
© 2016
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Warisan Budaya Tak Benda merupakan warisan budaya yang tidak bisa diindera dengan mata dan tangan, namun sebuah warisan budaya tak benda (WBTB)
hanya bisa diindera dengan telinga dan akal budi.
Warisan Budaya Tak Benda meliputi juga tradisi dan ekspresi lain, termasuk bahasa, seni pertunjukan, adat istiadat masyarakat, ritual dan perayaan perayaan.
Contoh dari macam-macam warisan budaya tak benda antara lain lagu daerah, tarian daerah, upacara adat,
makanan tradisional, dan lain sebagainya.
Warisan Budaya Tak Benda Terdiri dari tiga kategori,
yaitu :
1. Kategori daftar representatif,
2. Kategori daftar yang memerlukan perlindungan mendesak, dan
3. Kategori praktek terbaik (best practice).
Sumber : http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/2319/seluk-beluk-warisan-budaya-takbenda
Pengertian Warisan Budaya Tak Benda
© 2016
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Erau Pelas Benua Guntung
© 2016
Erau berasal dari kata Eroh yang berarti ramai, riuh, atau keramaian.
Pelas yaitu pembersihan kampung atau suatu wilayah dari unsur-unsur negatif dengan
melakukan ritual memercikan darah ayam/ kambing ke bumi, hal ini mengandung
makna ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta langit dan bumi Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kehidupan dan rizki lewat bumi.
Benua yaitu kampung atau wilayah.
Guntung yaitu nama kelurahan di kota Bontang.
Dengan demikian pengertian Erau Pelas Benua yaitu pesta pembersihan kampung
yang mengandung makna bahwa kampung itu tidak saja bersih secara fisik tetapi juga
bersih setiap jiwa yang menghuninya baik yang tampak maupun yang tidak tampak
dari hal-hal yang negatif atau jahat.
Tradisi ini diadakan setahun sekali setiap bulan oktober. Tradisi ini merupakan
ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta atas hasil panen yang melimpah dan juga
permohonan agar diberikan keselamatan untuk tahun kedepan.
Tradisi ini sebenarnya berasal dari tradisi Keraton Kutai yang telah diadakan sejak
dahulu. Tradisi ini juga dilakukan oleh masyarakat guntung karena dahulu pada awal
berdirinya kota bontang masyarakat suku kutai mayoritas tinggal di kelurahan guntung.
Seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ini ingin dikembangkan dan dijadikan daya
tarik wisata oleh pemerintah. Oleh karena itu dikemudian hari tradisi ini tidak hanya
dimiliki oleh masyrakat guntung saja tetapi seluruh masyarakat bontang, sehingga
kedepannya nama tradisi ini akan diubah menjadi Erau Pelas Benua Bontang.
A. Penjelasan Singkat
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
B. Upacara Adat
1. Menjamu Benua
Menjamu Benua merupakan ritual adat sebelum
acara erau pelas benua diadakan. Ritual ini
diadakan dengan maksud memberitahu atau
meminta izin kepada roh-roh penunggu benua kalau
akan diadakan tradisi pelas benua sehingga dapat
berjalan lancar.
2. Bepelas Benua
Bepelas benua merupakan kelanjutan dari ritual
menjamu benua yaitu keliling menuju 4 titik kota
bontang; bagian utara, selatan, barat, dan timur.
Kemudian dilakukan ritual memercikan darah
binatang (biasanya ayam kampung/ kambing) ke 4
titik lokasi tersebut. Ritual ini melambangkan
ersembahan kurban sebagai rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas rejeki yang diberikan
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
3. Tempong Tawar
Tempong tawar merupakan ritual penyambutan
selamat datang yang di iringi dengan prosesi Do’a
yang di sampaikan oleh dukun adat kepada tamu
yang berkunjung ke suatu daerah, didalam mantera
Do’a disampaikan agar tamu tersebut selalu
terhindar dari segala mara bahaya semenjak ia
datang ke tempat tersebut sampai kembali ke
daerah asalnya.
4. Belian Malam
Belian merupakan upacara adat yang intinya menjauhkan dari
musibah atau mebebaskan dari segala penyakit. Dalam upacara
ini dukun akan menari-nari sebagai lambang komunikasi dengan
roh.
Belian dalam tradisi ini dibedakan menjadi 3 yaitu Belian
Semega (berkomunikasi dengan roh orang sakti), Belian Dewa
(berkomunikas dengan dewa-dewa penunggu), dan Belian
Samper (berkomunikasi dengan roh orang bijaksana). Berbeda
belian maka tarian dan musik pengiring juga berbeda.
Untuk upacara belian malam diadakan pada malam hari.
Perlengkapan yang digunakan berupa balai tiang 4, 6, dan 16.
Balai digunaka untuk empat duduk tamu kehormatan. Kemudian
seperangkat alat musik gamelan dan pakaian serba kuning yang
digunakan dukun. Warna kuning merupakan warna bendera
kerajaan kutai yang melambangkan warna dewa.
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
5. Menyalakan Obor
Brong
Upacara ini
melambangkan
menghidupkan semangat
yang berapi-api.
6. Mendirikan Rondong Ayu
Rondong ayu berupa daun janur yang dibentuk
sedemikian rupa dan diikat dengan bahan-
bahan makanan yang dimakan sehari-hari.
Upacara ini bertujuan untuk menegakan jiwa
atau membangkitkan kita untuk semangat.
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
7. Belian
Upacara ini sama seperti
Belian malam hanya
diadakan pada siang hari.
Ancak adalah tempat dukun adat menaruh makanan dan
minuman(sesajen) yang akan di berikan kepada para Dewa yang
turun ke Bumi.
Juhan sebagai persembahan berupa juhan tujuh tingkat yang
berisikan Kelengkang Selungkit yang didalamnya terdapat nasi
tambak, dan nasi beragi lengkap dengan ayam panggang.
Balai merupakan sarana transportasi mengarungi lautan, sebelum
menuju pusat laut dewa belian menemui gustiawan dan putarawan
yang ada di pulau pinggir laut dan selanjutnya dengan media balai
ini pengenjong menjelajahi lautan menuju pusat laut untuk
menemui Putri Junjung Buih untuk mengabarkan bahwa di daratan
akan diadakan Erau Pelas Benua.
Perlengkapan Upacara
Juhan Ancak Balai
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
9. Seluang Mudik
Seluang mudik merupakan tarian
penutup acara. Tarian ini ditarikan oleh
seluruh Tarian ini terinspirasi oleh ikan
seluang yang mempunyai kebiasaan
unik, yaitu selalu berkumpul dan
berpindah tempat secara bergerombol
dan bersamaan. Tari seluang mudik
mengandung amanat yang dalam
tentang arti penting persaudaraan dan
kebersamaan.
10. Belimbur
Belimbur merupakan tradisi saling menyiramkan air kepada
sesama anggota masyarakat yang merupakan bagian dari
ritual penutup tradisi erau pelas benua. Tradisi ini menjadi
wujud rasa syukur masyarakat atas kelancaran pelaksanaan
Erau. Selain itu, belimbur memiliki maksud filosofis sebagai
sarana pembersihan diri dari sifat buruk dan unsur kejahatan.
Air yang menjadi sumber kehidupan dipercaya sebagai
media untuk melunturkan sifat buruk manusia.
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
C. Pernak-pernik Acara
Tari-tarian
Tarian ini bersifat hiburan
biasanya menampilkan tari
kolosal, tari hudoq, tari
mandau, dan tari datun
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
Perlombaan
Sumpit
Perlombaan
Gangsing
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
Ketua Lembaga Adat Kutai Bontang
Ismail.S.Sos,M.Si adalah ketua lembaga adat kutai bontang.
Beliau lahir di kota Bontang pada tanggal 5 Juli 1970.
Beliau menjabat menjadi ketua lembaga adat periode 2016-2021.
Sekarang ini beliau bekerja di Disdukcapil kota Bontang.
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
Dokumentasi Kegiatan Verval WBTB Tradisi Erau Pelas Benua Guntung
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
- Loksi acara erau pelas benua guntung berada di halaman rumah
adat lamin kelurahan guntung, kota bontang.
- Jarak lokasi acara dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Bontang kurang lebih 22,7 km dan ditempuh selam 41
menit menggunakan kendaraan..
© 2016
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
Kesimpulan Kegiatan
Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan terhadap acara Erau Pelas
Benua Guntung adalah :
1. Erau adalah salah satu kebudayaan masyarakat Kota Bontang khususnya warga Guntung yang menjadi tradisi
tahunan. Erau di Kota Bontang merupakan kebudayaan turunan kerajaan Kutai. Keberadaan Erau di Kota Bontang
dibawa oleh keturunan kerajaan ataupun masyarakat asli Kutai yang menetap di Bontang.
2. Pelaksanaan Erau di Kota Bontang berlangsung sekitar lima sampai enam hari. Mulainya upacara Erau ditandai
dengan pendirian Tiang Ayu dilanjutkan dengan pagelaran seni serta kolaborasi pameran kebudayaan dan kemudian
diakhiri dengan perebahan Tiang Ayu.
3. Erau sebagai salah satu aset kebudayaan di negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan maka sangat perlu
dijaga, dirawat, dilindungi, dan dilestarikan keberadaanya. Salah satu upayanya adalah dengan mengangkat dan
memperkenalkan kebudayaan Erau kepada masyarakat terutama kepada generasi muda sebagai penerus bangsa.
Cara lain yaitu dengan promosi ke setiap pagelaran atau festival budaya yang ada di Indonesia maupun
mancanegara.
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Koreksi Kegiatan
© 2016
Tim Pusat
1. Agar memperbanyak referensi dan membuat format list pertanyaan untuk wawancara dengan narasumber (maestro) di daerah.
2. Mencari informasi terkait sanggar, padepokan ataupun tempat belajar yang akan dikunjungi.
Kendala
Kedatangan tim PDSPK tidak berketepatan dengan waktu digelarnya Tradisi Erau Pelas Benua Guntung yang digelar pada bulan oktober,
sehingga tim PDSPK tidak dapat menyaksikan dan mengabadikan acara tersebut secara langsung.
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan
Sekretariat Jenderal, Kemendikbud
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan© 2016
Sekolah
Arah Integrasi Informasi Berbasis Spasial Yang Terintegrasi
Kantor Pendidikan
Rumah
Museum
Direktorat
Jenderal
Kebudayaan
BIGBadan Informasi
Geospasial
(Kebijakan Satu Peta)
Sudah ada di
Data
Warehouse
Kemendikbud
Overlay
dengan
Google Maps
Kawasan Cagar Budaya
Cagar Budaya
Pusat Belajar (Bahasa, Kebudayaan,
Ketrampilan,
Sanggar, Padepokan dll)
Tempat-tempat Umum