Post on 07-Sep-2020
Publik
asi K
husu
s
Vol. -
No.
- -,
-
Penyusun :
Eliya Suita
Penyusun :
Eliya Suita
ISBN 0
00-000-0
00-0-0
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor
Telp./Fax : (0251) 8327768
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman HutanJl.Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor
Telp./Fax : (0251) 83227768
KESAMBI(Schleicera oleosa MERR.)(Schleicera oleosa MERR.)
KESAMBI
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman HutanBadan Penelitian dan Pengembangan KehutananKementerian Kehutanan
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman HutanBadan Penelitian dan Pengembangan KehutananKementerian Kehutanan
Publikasi Khusus
ISBN : 978-979-3539-25-6
SERI Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
KESAMBI
(Schleichera oleosa MERR.)
Penyusun :
Eliya Suita
BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN
TANAMAN HUTAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN
2012
Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
KESAMBI
(Schleichera oleosa MERR.)
Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan :
Kesambi (Scheichera oleosa MERR.)
Penyusun :
Eliya Suita
Penanggung Jawab:
Ir. Suhariyanto, M.M.
Koordinator :
Andreas Terapi, S.Hut.
Desain dan Tata Letak :
Ida Saidah, S.Kom.
ISBN : 978-979-3539-25-6
Dipublikasikan :
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
Jl. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001
Telp./Fax. (0251)8327768
i
KATA PENGANTAR
Tanaman Kesambi (Schleicera Oleosa MERR.) termasuk salah satu tumbuhan hutan
yang mudah beradaptasi, mempunyai manfaat yang serbaguna (multi purpose) serta bernilai
ekonomis dan sangat potensial untuk dikembangkan. Buah pohon kesambi digemari dan
dapat dimakan oleh manusia, binatang dan burung. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa bungkil/kulit biji kesambi sangat cocok dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman
jagung. Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon kesambi tersebut, maka
pohon kesambi mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya.
Upaya penanaman jenis ini perlu didukung dengan ketersediaan benih yang
berkualitas dan dalam jumlah yang cukup serta penguasaan teknologi perbenihan yang tepat.
Sehubungan dengan hal tersebut Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
merasa perlu untuk menerbitkan informasi teknik perbenihan tanaman kesambi dalam bentuk
Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.
Buku ini disusun secara ringkas namun cukup mengandung informasi yang
dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan penanaman kesambi mulai dari informasi
penyebaran dan tempat tumbuh, serta penanganan benih.
Semoga bermanfaat.
Kepala Balai,
Ir.Suhariyanto, M.M
NIP.19580425 198703 1 002
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................. iii
I. PENDAHULUAN ................................................................ 1
II. II. PENGENALAN JENIS........................................................ 2
III. TEKNOLOGI PERBENIHAN............................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 13
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pohon Kesambi………....................................... 2
Gambar 2. Ekstraksi benih Kesambi…................................ 6
Gambar 3. Oven............................…………..................... 7
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6a.
Gambar 6b.
Gambar 7a
Gambar 7b
Meja kemurnian..………...................................
Timbangan Analitik..........................................
Benih mulai berkecambah..................................
Benih mulai berkecambah..................................
Bibit siap sapih.................................................
Penyapihan.......................................................
8
9
11
11
12
12
1
Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
Kesambi (Schleicera oleosa MERR.)
Penyusun : Eliya Suita
I. PENDAHULUAN
Kesambi termasuk salah satu tumbuhan hutan yang mudah beradaptasi,
mempunyai manfaat yang serbaguna (multi purpose) serta bernilai ekonomis dan sangat
potensial untuk dikembangkan. Buah pohon kesambi digemari dan dapat dimakan oleh
manusia, binatang dan burung. Oleh karena itu pohon kesambi dapat menjadi alternatif
tanaman unggulan di dalam dan di luar kawasan hutan (Bachli, 2007).
Kesambi termasuk tanaman yang mempunyai sifat toleran terhadap tumbuhan /
tanaman lainnya. Dalam pengembangan tanaman jati, kesambi merupakan pasangan
yang paling ideal. Bahkan dalam berbagai literatur dikemukakan bahwa pada umumnya
dimana ada pertumbuhan jati secara alami / liar disitu terdapat kesambi yang dapat
tumbuh dengan baik. Selain toleran terhadap sesama pepohonan, kesambi juga
dapat/mampu berasosiasi dengan tanaman hortikultura, seperti jagung dan kacang-
kacangan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bungkil/kulit biji kesambi
sangat cocok dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman jagung. Dengan demikian
pemanfaatan ruang tumbuh sekitar tanaman kesambi dapat digunakan untuk tanaman
pangan dan obat-obatan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Bachli, 2007).
Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon kesambi tersebut, maka
pohon kesambi mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya.
Kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan
dapat ditanami kesambi. Kesambi termasuk jenis mudah tumbuh, tahan kekeringan dan
bahkan tahan terhadap panas api, tajuknya rindang dan mampu bertunas sepanjang
tahun. Manfaat dan kegunaan pohon ini dapat menjadi sumber penghidupan masyarakat
dan sumber pandapatan bagi suatu daerah. Selain itu usaha tani lainnya dapat
dikembangkan bersama kesambi dan manfaat utama dari kesambi yang tidak dapat kita
peroleh dari tanaman lainnya adalah sebagai tempat memelihara dan
mengembangkan/menularkan (inang) kutu lak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di
dalam dan di luar negeri. Pada umur 5-6 tahun, kesambi sudah dapat ditulari kutu lak.
2
Kutu lak adalah kutu penghasil lak. Lak berguna antara lain sebagai bahan isolasi listrik,
piringan hitam, tinta cetak, ampelas, semir, kapsul obat, pelitur dan cat serta berbagai
manfaat lainnya (Bachli, 2007).
II. PENGENALAN JENIS
1. Tempat Tumbuh
Pohon kesambi tumbuh alami di lembah Himalaya, Sri Langka, dan Indonesia.
Di Indonesia kesambi tumbuh baik di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku,
Pulau Seram dan Pulau Kai. Di Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan,
Probolinggo, Pasuruan dan Besuki. Jenis ini sering digunakan sebagai tanarnan pengisi
pada tanaman jati, karena jenis ini memiliki perakaran yang dalam dan selalu tumbuh
hijau sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok sekaligus berfungsi
sebagai sekat bakar. (Heyne, 1987).
Gambar 1. Pohon kesambi
Kesambi ditemukan tumbuh di daratan rendah yang beriklim kering sampai
ketinggian 600 m dpl, biasanya ditanam pada daerah pantai sampai ketinggian 250 m
dpl. Di Jawa sendiri kesambi ditemukan pada ketinggian rendah, namun dapat juga
ditemukan pada ketinggian hingga (900–1200) m. Kesambi membutuhkan curah hujan
tahunan 750 – 2500 mm. Tumbuhan ini mampu hidup pada suhu maksimum 35–
47.5oC dan suhu minimum 2.5
oC. Kesambi tumbuh pada tanah kering, hingga
terkadang pada tanah yang berawa. Kondisi tanah kadang berbatu, kerikil, dan liat,
memiliki drainase yang baik dan lebih disukai tanah yang sedikit masam. Kawasan
3
hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat
ditanami kesambi (Iwasa, 1997 dalam Agussalim, 2012).
2. Nama Daerah
Kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa) adalah nama sejenis pohon daerah
kering, berkerabat dengan jenis rambutan yang berasal dari suku Sapindaceae. Beberapa
nama daerah lainnya adalah : kasambi (Sd.); kesambi, kusambi, sambi (Jw., Bal.);
kasambhi (Md.); kusambi, usapi (Tim.); kasembi, kahembi (Sumba); kehabe (Sawu);
kabahi (Solor); kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Mak.); ading (Bug.) (Wikipedia,
2012)
3. Deskripsi Botanis
Pohon kesambi dapat mencapai tinggi hingga 40 m, dengan diameter hingga 2
m. Biasanya batang pohon kesambi selalu bengkok dan bermata kayu serta berbanir.
Kulitnya halus, berwarna abu-abu. Batangnya silindris, berkerut, dan tipis, berbulu
pendek berwarna kuning kemerahan ketika muda dengan kelenjar tertentu, hitam,
kemudian coklat kekuningan seperti abu. Daunnya bersirip genap, anak daun terakhir
seringkali seperti ujung anak daun. Bentuk daunnya lanset, berseling, panjang 11-25
cm, lebar 2-6 cm, tepi rata, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai bulat, panjang +
1 cm dan berwarna hijau. Bunga terletak pada bagian cabang yang tidak berdaun,
kadang-kadang terletak diketiak daun, warna kuning pucat hingga hijau pucat. Bunga
kesambi adalah bunga majemuk, berbentuk tandan, di ketiak daun atau ujung batangan,
kelopak 4-6 lembar, bersatu di pangkal, berduri, hijau dan warna mahkotanya putih.
Buah dan biji berbentuk bulat dengan diameter biji 6-10 cm, buah terdiri atas 1 - 2 biji,
biji dikelilingi oleh kulit berwarna cokelat kehitaman. Termasuk akar tunggang dan
berwarna cokelat muda. (Heyne, 1987)
4. Manfaat
Kayu kesambi mempunyai struktur padat, rapat, kusut sangat keras dan lebih
berat dari kayu besi. Karena itu apabila dapat mencapai umur yang lebih matang,
kayunya berubah warna dari warna merah muda menjadi warna kelabu dan tidak
4
berurat. Oleh karena itu dahulu lebih banyak digunakan sebagai bahan pembuatan
jangkar untuk perahu kecil. Bahkan di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, kayu
kesambi merupakan bahan dasar untuk membuat perahu. Kesambi sebagai sumber kayu
bakar potensial (Bachli, 2007).
Selain itu, kayu kesambi sangat kuat dan keras. Namun demikian salah satu
kelemahan dari kayu kesambi adalah tergolong kurang awet , tetapi sangat unggul
sebagai kayu bakar dan pembuatan arang. Arang dari kayu kesambi sangat cocok untuk
pembakaran dan bahkan lebih baik dari pada arang kayu jati dan kayu asam. Oleh
karena itu, penanaman kesambi untuk produksi kayu bakar perlu dikembangkan
terutama pada daerah pengembangan industri pembakaran dan wilayah yang sulit bahan
bakar untuk rumah tangga (Bachli, 2007).
Kulit kayu kesambi dapat digunakan sebagai bahan penyamak kulit, karena
menurut hasil penelitian, dalam kulit kesambi ditemukan 6,1-14,3 % zat penyamak.
Bahkan dahulu orang Bali dan Madura menggunakan kulit kesambi sebagai obat kulit
yang sangat manjur, terutama terhadap penyakit kudis dan penyakit kulit lainnya
(Bachli, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memasukkan kulit kesambi pada
saat penyadapan nira, terbukti bahwa nira dapat dipertahankan kesegarannya dengan
memberikan pengawet (kulit kesambi) sebanyak 5gram dan 7,5gram. Peningkatan kadar
sukrosa bahan semakin nyata pada kosentrasi pengawet 5 gram dan 7,5 gram, yaitu
masing-masing 15,72 % dan 18,58 %. Pada konsentrasi pengawet ini pula menunjukkan
belum terdeteksinya asam asetat setelah penyimpanan 10 jam. Dengan demikian
pemberian pengawet pada saat penyadapan nira dapat dipertahankan kesegarannya
antara 22 jam hingga 28 jam tanpa dilakukan pemanasan sebelumnya (Manjilala, Y.
2007).
Biji kesambi dilapisi dan diselimuti oleh kulit yang berwarna coklat. bentuknya
bulat panjang dengan ukuran antara 6-14 mm. Mudah pecah dan daging bijinya
mengandung 70 persen minyak sangat berguna sebagai bahan pembuatan minyak
gosok. Minyak yang berasal dari biji kesambi sangat baik untuk mengobati penyakit
dalam, kudis dan luka-luka. Dalam upaya pengembangan biodisel, biji kesambi dapat
diolah menjadi minyak pelumas, pembuatan lilin, industri batik, dan bahan membuat
5
sabun. Menurut beberapa hasil penelitian, kulit biji kesambi dapat dijadikan kompos
dan sangat cocok untuk pertumbuhan jagung lokal (Bachli, 2007).
Daun kesambi berkhasiat sebagai obat eksem, obat kudis, obat koreng dan obat
radang telinga. Untuk obat eksem dipakai ± 15 gram daun segar kemudian dicuci dan
direbus dengan 3 gelas air selama 25 menit selanjutnya disaring. Hasil saringan
didinginkan sampai airnya hangat untuk mencuci eksim sampai bersih. Daun kesambi
yang masih muda dapat dimakan sebagai sayur asam. Bahkan dapat dimakan mentah
sebagai lalapan, walaupun rasanya agak sepat. Di Sulawesi Selatan, daun kering dari
pohon kesambi dapat dibakar dan asapnya digunakan untuk pengobatan (pengasapan)
penyakit kudis dan gatal-gatal (Bachli, 2007).
Buah yang masih hijau dapat dimakan dan diolah sebagai asinan. Buah yang
sudah masak berwarna kuning atau kemerah-merahan, dapat dijadikan buah meja
dengan ciri rasa asam agak manis. Buah kesambi yang sudah masak sangat digemari
oleh monyet dan burung, termasuk anak-anak. Dibeberapa daerah buah kesambi yang
sudah masak dapat dibuat manisan (Bachli, 2007).
III. TEKNOLOGI PERBENIHAN
1. Sebaran tanaman kesambi
Sumber benih jenis ini terdapat di Bojonegoro (Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur), Kebunharjo, Soroweyo, dan Telawa (Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah)
(Danu. 2004; Sudrajat, dkk. 2007). Sumber benih kesambi terletak pada ketinggian 180
meter dpl, dengan curah hujan rata-rata per tahun sebesar 2297mm, dan jenis tanah
grumusol. Taksiran produksi benih mencapai 200kg/tahun. ( Nurhasybi, dkk. 2000)
Di Indonesia kesambi tumbuh baik di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi,
Maluku, Pulau Seram dan Pulau Kai. Di Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan,
Probolinggo, Pasuruan dan Besuki. (Heyne, 1987).
Kesambi digunakan sebagai tanaman penghijauan pada beberapa daerah di Jawa,
seperti di Tuban, Desa Karanganyar, Purwodadi, Grobogan. Pohon kesambi dapat pula
ditemukan di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Taman Nasional Baluran, Cagar Alam
Pulau Sangiang di Kabupaten Bima Provinsi NTB, dan di Taman Nasional Bali Barat.
6
Di Jawa kebanyakan hutan kesambi merupakan hasil reboisasi yang dilakukan
oleh Perum Perhutani. Pengembangan jenis kesambi oleh Perhutani pada tahun 2004
dilakukan di wilayah BKPH Sadang, RPH Cibungur, KPH Purwakarta sebagai tanaman
pengisi. Di tahun 2004 KPH Probolonggo memiliki kelas perusahaan kesambi seluas
3.375,1 ha. Pada 2007 Perhutani KPH Banten melakukan redesain kelas perusahaan,
areal seluas 4.267 ha diubah untuk pohon kesambi. Pohon kesambi juga banyak terdapat
di Kabupaten Alor dan Rote-ndao. Di Tahun 2002 diketahui pada daerah Rote-ndao
terdapat kesambi pada luasan 11.000 ha, dan pada tahun 2009 ada sekitar 1,8 juta pohon
kesambi. Kesambi terdapat pula di pulau Timor, Desa Langgero (Sumba Barat) dan
Kabupaten Flores Timur. Di daerah tersebut kesambi dimanfaatkan untuk
pengembangan kutu lak. Di Pulau Timor, kesambi dijumpai tumbuh merata, namun
kurang produktif dalam menghasilkan kutu lak dalam jumlah yang banyak. (Agussalim,
2012)
2. Pembungaan dan Pembuahaan
Di Indonesia kesambi berbunga dan berbuah hampir sepanjang tahun, dengan
musim buah masak umumnya pada bulan Januari – Februari. Pengumpulan buah
dilakukan dengan mengunduh benih yang masak fisiologi yaitu ditandai dengan kulit
buah berwarna hijau kekuningan sampai coklat dan daging buah sudah mulai lunak
(Suita, 2008b).
3. Ekstraksi Buah
Buah yang telah diunduh kemudian diekstraksi dengan cara ekstraksi basah,
buah dimasukkan ke dalam karung kemudian dipukul-pukul atau diinjak-injak,
kemudian benih dipisahkan dari kulit buahnya secara manual. Untuk membersihkan dari
sisa-sisa daging buah, digunakan pasir halus yang digosok-gosokan baru dibilas dengan
air sampai bersih. Setelah diekstraksi tidak dijemur tetapi diangin-anginkan saja dalam
ruang kamar (Suita, 2008b).
Gambar 2. Ekstraksi benih kesambi
7
4. Pengujian Mutu Benih
a). Pengujian kadar air benih
Kadar air merupakan hal penting dalam hubungannya dengan penyimpanan dan
daya hidup benih. Pengujian kadar air di laboratorium menggunakan metode oven
(ISTA, 1999).
Gambar 3. Oven1 Oven2
Penentuan kadar air menggunakan metode temperatur rendah 103±2°C selama
24 jam. Kandungan air yang hilang ini mencerminkan kadar air benih (Sudrajat, 2007).
Tahapan yang dilakukan dalam pengukuran kadar air adalah:
- Wadah tahan panas termasuk tutupnya ditimbang (M1)
- Benih ditempatkan pada wadah dan ditimbang bersama wadahnya (M2)
- Benih ditempatkan pada oven pada suhu temperatur rendah 103±2°C selama 24
jam.
- Setelah selesai pengeringan benih diletakkan dalam desikator untuk
pendinginan, kemudian ditimbang (M3).
Kadar air dinyatakan dalam persen berat dan dihitung dalam 1 desimal terdekat (ISTA,
2006) dengan rumus sebagai berikut :
Kadar air = (M2 - M3) x 100%
(M2-M1)
dimana M1:berat wadah dan penutup dalam gram; M2:berat wadah, penutup, dan benih
sebelum pengeringan; M3: berat wadah, penutup, dan benih sesudah pengeringan.
Pengujian kadar air menggunakan 3 ulangan @ 5 gram benih.
Kisaran kadar air benih kesambi adalah 15-23% (Suita dkk, 2007).
8
b). Kemurnian benih
Gambar 4. Meja Kemurnian
Kemurnian mencerminkan seberapa bersih kondisi lot benih. Kemurnian lot
benih menunjukkan proporsi benih murni suatu jenis dan banyaknya kotoran dan benih
lain yang terkandung di dalamnya. ISTA (1999), menggambarkan proporsi benih murni
mengandung :
- Benih lengkap dari jenis tersebut termasuk yang mati, mengkerut, berpenyakit,
tidak masak dan benih pra- kecambah.
- Proporsi serpihan/pecahan benih, yang jumlahnya lebih dari setengah jumlah
total.
Ambil benih setara dengan 2500 butir benih, pisahkan antara benih murni, benih
lain dan kotoran, kemudian timbang dan hitung persen masing-masing komponen
dengan rumus sebagai berikut ;
Benih Murni = K1
X 100% K1+ K2+ K3
Benih lain = K2
X 100% K1+ K2+ K3
Kotoran = K3
X 100% K1+ K2+ K3
Dimana: K1 = benih murni
K2 = benih lain
K3 = kotoran
Selisih antara berat contoh kerja dengan berat benih keseluruhan setelah dipisahkan
tidak boleh lebih dari 5%. Setiap proporsi benih murni dipisahkan dari sampel kerja.
Kemurnian ditunjukkan sebagai persen berat dari benih murni terhadap berat total
sampel kerja. Kisaran kemurnian benih kesambi dapat mencapai 99-100%.
9
c). Berat 1000 butir
Gambar 5. Timbangan analitik
Berat 1000 butir benih lebih banyak dipakai untuk menggambarkan berat benih.
Ukuran tersebut dapat dengan mudah diubah menjadi berat benih per kilogram.
Penentuan berat 1000 butir dilakukan dengan 8 ulangan x 100 butir. Kisaran berat 1000
butir benih kesambi adalah 480-598 gram dan jumlah benih per kilogram adalah 1.672-
2.083 butir.
Penentuan berat benih dilakukan dari beberapa kelompok benih sebanyak 8 ulangan,
dimana masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir.
Timbang tiap ulangan (dalam gram). Hitung keragaman, simpangan baku dan koefisien
keragaman (ISTA. 1999) yaitu sebagai berikut:
n(∑x2) - (∑x)
2
Keragaman =
n (n-1)
dimana :
x = berat setiap ulangan dalam gram
n = jumlah ulangan
∑= jumlah
Simpangan baku (s) = √ keragaman
s
Koefisien keragaman = x 100
x
Dimana x = rata-rata berat 100 butir
Koefisien keragaman tidak boleh lebih dari 6,0 untuk benih rumput atau 4,0 untuk benih
lainnya. Apabila koefisien keragaman lebih dari nilai tersebut, hitung berat 100 butir
sebanyak 8 ulangan lagi dan selanjutnya hitung simpangan baku untuk 16 ulangan.
10
Hapuskan ulangan yang menyimpang dari rata-rata sebanyak 2 kali simpangan baku
kemudian hitung lagi rata-ratanya. Berat 1000 butir benih diperoleh dengan mengalikan
berat rata-rata 100 benih (x) dengan nilai 10.
Berat 1000 butir benih dapat diubah ke dalam jumlah benih per kg dengan rumus
(DPTH. 2002) :
1000
Jumlah benih per kg = x 1000
Berat 1000 benih
Berat 1000 butir benih dan jumlah benih per kilogram sangat penting diketahui sebagai
informasi yang mendasar untuk pengadaan benih dalam penanaman.
5. Penyimpanan Benih
Untuk menjamin persedian benih yang bermutu untuk suatu program penanaman
maka diperlukan penyimpanan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah
pengumpulan dan pemrosesan benih, maka benih dapat langsung digunakan di
persemaian dan penyimpanan tidak diperlukan. Akan tetapi kasus semacam ini jarang
sekali terjadi. Dalam iklim musiman dengan musim tanam yang relatif pendek, waktu
penyemaian biasanya ditentukan oleh ukuran bibit yang memadai untuk ditanam pada
saat awal musim tanam. Dengan demikian benih harus disimpan selama periode
pemanenan sampai penyemaian, atau penyimpanan jangka pendek kurang dari satu
tahun.
Perlakuan penyimpanan terbaik untuk mempertahankan viabilitas benih kesambi
adalah menyimpan benih kesambi di ruang kamar (suhu 27 – 30 C dan kelembaban
relatif 60 – 70 %) dengan menggunakan wadah simpan kantong blacu selama 3 bulan
dengan daya berkecambah dan kecepatan berkecambah rata-rata sebesar (75% dan
4,14%KN/etmal), dengan kadar air 7,79 % . (Suita, 2011)
6. Perkecambahan Benih
Benih kesambi sebelum ditabur, sebaiknya diturunkan dulu kadar airnya dengan
diangin-anginkan di ruang kamar serta disimpan dulu beberapa saat untuk
menghilangkan sifat dormannya karena benih kesambi kalau langsung ditabur daya
11
berkecambah hanya sekitar 16% tetapi setelah disimpan selama 3 minggu dapat
mencapai 55% (Suita et al. 2008a).
Penentuan metode perkecambahan benih adalah perkecambahan pada media
pasir dengan perlakuan pendahuluan perendaman air dingin selama 24 jam. Hitungan
awal dan akhir perkecambahan dilakukan pada hari ke-12 dan hari ke 28 (Sudrajat,
2007).
Gambar 6a. Benih mulai berkecambah Gambar 6b. Sudah mulai tumbuh daun
7. Penyapihan
Setelah benih berkecambah dan sudah keluar 2-3 helai daun baru, kemudian
disapih. Dalam penyapihan ini sekaligus dilaksanakan seleksi semai (Suita, 2008)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
- Pergunakan semai yang tegak lurus, segar dan sehat.
- Pencabutan kecambah harus dilakukan hati-hati agar bagian akar tidak rusak
- Penyapihan dilakukan di tempat teduh atau pada waktu pagi dan sore hari
- Media sapih cukup sarang dan subur, dapat digunakan media tanah + arang sekam
padi + kompos sabut kelapa (1:2:2) (Kurniaty, dkk. 2007)
- Sebelum dilakukan penyapihan, media sapih dalam kantong plastik/poly bag
disiram terlebih dahulu.
- Setelah disapih, bibit di letakkan di bawah naungan
12
Gambar 7a. Bibit siap sapih Gambar 7b. Penyapihan
8. Pembibitan dan penanaman
Kesambi dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif. Perbanyakan
secara vegetative dapat dilakukan dengan stek pucuk dan cangkok. Pembiakan vegetatif
stek pucuk dilakukan dengan cara stek pucuk diberi hormone tumbuh IBA (Indole
Butyric Acid) konsentrasi 1000 ppm (dalam bentuk tepung) dan di tanam pada media
pasir, yang diletakkan di ruang pengakaran dengan sungkup yang memiliki sistem
pengkabutan. Cara ini dapat menghasilkan stek bertunas sebesar 51,10%. (Danu, 2004).
Regenerasi dengan cara stump dapat dilakukan setelah bibit kesambi berusia
satu tahun atau ketika batang bibit telah mencapai diameter ±1 cm. Batang dipotong
sekitar 10-15 cm, akar dipotong hingga panjangnya 25 cm. Bibit kesambi ditanam pada
lubang tanam yang dibuat dengan dalam dan lebar 30 cm. Pemeliharaan yang dilakukan
pada kesambi yaitu memberikan penyiangan yang teratur dan pelindungan tanaman dari
rumput (Iwasa, 1997 dalam Agussalim, 2012).
Penanaman kesambi di lapangan dapat dilakukan secara monokultur maupun
campuran dengan jenis lain. Perhutani menggunakan dua pola tanam kesambi dalam
rencana pengembangan tanaman sela di KPH Banten. Pola tanam monokultur jarak
tanam 6 x 4 m, dan yang digunakan untuk campuran, pola tanam kesambi dicampur
dengan kaliandra merah (Calliandra calothyrsus) jarak tanam 6 x 4 m dengan
komposisi 75 : 25. Pola tanam yang menggabungkan kesambi dan kaliandra merah
sebagai inang lebih cepat dari segi tata waktu pengembalian investasi dan lebih
menguntungkan dibandingkan pola tanam monokultur (SPH Banten, 2008 dalam
Agussalim, 2012).
13
DAFTAR PUSTAKA
Agussalim. 2012. Kesambi. xa.yimg.com/kq/groups/25896088/.../name/Kesambi-
editku.docx. ( diakses, 18-4-2012)
Bachli, Y. 2007. Tanaman Kesambi dan Beternak Kutu Untuk Kesejahteraan. Buletin
BPTP, Volume 1(3). Sulawesi Selatan.
Danu. 2004. Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Atlas Benih Tanaman Hutan
Indonesia Jilid II. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
DPTH (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan). 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu
Fisik-Fisiologi Benih. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
Sosial. Departemen Kehutanan.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Litbang Kehutanan.
Jakarta.
ISTA. 1999. International rules for seed testing: Rules 1999. Seed Science and
Technology. Suplement. Zurich. Switzerland.
ISTA. 2006. International rules for seed testing: Edition 2006. The International Seed
Testing Association. Bassersdorf. Switzerland.
Kurniaty, R., B. Budiman, R.U. Damayanyi, M. Suartana. 2007. Pengaruh Media dan
Naungan terhadap Bibit. LHP. No. 476. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan
Bogor.
Manjilala. 2007. Pengaruh Pemberian Pengawet (Kulit Kesambi).
http://manjilala.blogster.com/pengaruh pemberian pengawet.
Nurhasybi, A.A. Pramono, S. Mokodompit, A.Z.Abidin, A. Rohandi, O. Marom, dan
Darmawati. 2000. Peta Perwilayahan Sumber Benih 9 (Sembilan) Jenis
Tanaman Hutan di Jawa. Jilid I. Publikasi Khusus. Vol.2 (5).Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
Suita, E., Nurhasybi, E. Ismiati, dan E.R. Kartiana. 2007. Pengaruh Berat Dan Ukuran
Benih Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Mangium (Acacia
Mangium) dan Kesambi (Schleichera oleosa). Laporan Hasil Penelitian. Balai
Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.
Suita, E. dan E. Ismiati. 2008a. Pengaruh Penurunan Kadar Air Terhadap
Perkecambahan Benih Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Info Benih Volume
12(2). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman
14
Suita, E. 2008b. Potensi dan manfaat pohon kesambi (Schleichera oleosa Merr.) serta
budidayanya. Klik Benih N0 1. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.
Suita, E. dan E. Ismiati. 2011. Pengaruh Ruang, Wadah dan Periode Simpan Terhadap
Perkecambahan Benih Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Jurnal Pemulian
Tanaman Hutan, Vol.5(2). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan.
Sudrajat, D.J, Megawati, E.R. Kartianan, N. Nurochim. 2007. Standarisasi Pengujian
Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanaman Hutan (Schleichera oleosa dan Styrax
benzoin). LHP. No. 478. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.
Wikipedia. 2012. Kesambi. [terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/ Kesambi,
(diakses, 18-4-2012).