Post on 19-Nov-2020
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BATUAN SECARA MEGASKOPIK
Oleh :
Golongan K/ Kelompok 4B
1. Fajar Kurniawan (161510501241)
2. Arya Widya Kunthi S. (161510501277)
3. Amin Farida (161510501284)
L A B O R A T O R I U M P E D O G E N E S I S
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan suatu bagian yang terdapat pada kerak bumi dan
memiliki kandungan mineral dan bahan-bahan organik di dalamnya. Kandungan
mineral dan bahan-bahan organik dalam tanah berfungsi sebagai alat pendukung
suatu aktivitas biologi dan juga keaneka ragaman hayati. Proses pembentukan
tanah terjadi berawal dari letusan gunung merapi yang nantinya membentuk suatu
batuan yang mengalami pelapukan, baik pelapukan fisika maupun kimia sehingga
menjadi bahan induk dan berubah bentuk berupa tanah. Tanah juga memiliki sifat-
sifat fisik yang meliputi tekstur, struktur, warna dan kerapatan. Tekstur suatu
tanah berperan penting pada karakter tanah itu sendiri seperti berperan dalam
tingkat penyerapan air, kesuburan suatu tanah hingga pengudaraan yang ada di
dalam tanah.
Hal utama yang terjadi pada proses pembentukan tanah ialah saat terjadi
pelapukan batuan. Batuan mengalami pelapukan selama batuan tersebut
mencukupi suplai hara atau elemen yang dibutuhkan bagi kehidupan lumut dan
jenis-jenis tanaman. Batuan sendiri merupakan bentuk padatan dari kerak bumi
yang terbentuk akibat proses agregasi partikel pada mineral. Sifat dan ciri suatu
batuan diperoleh dari faktor lingkungan, waktu dan asal pembentukan lahan. Ciri
dan sifat tersebut dapat mempengaruhi jenis pada setiap batuan yang ada.
Jenis batuan terdiri dari berbagai macam sesuai dengan proses
pembentukannya. Jenis-jenis batuan antara lain batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf. Ketiga jenis batuan tersebut memiliki karakteristik dan proses
pembentukannya masing-masing. Batuan beku terbentuk dari magma yang telah
membeku, magma dibedakan menjadi dua jenis yaitu magma berjenis salis dan
magma berjenis femis. Magma salis merupakan jenis magma yang di dalamnya
mengandung komponen Al, Si, dan alkali, sedangkan magma femis merupakan
magma yang terdapat komponen Fe dan Mg. Jenis batuan selanjutnya ialah batuan
sedimen yang terbentuk dari proses pengendapan batuan asal, dan batuan
metamorf terbentuk dari batuan beku dan batuan sedimen, hanya saja batuan ini
2
mengalami perubahan yang diakibatkan oleh adanya suatu tekanan dan panas.
Banyak sekali ciri-ciri yang bisa dilihat dari ketiga jenis batuan tersebut, oleh
karena itu, perlunya untuk mempelajari tentang pengenalan batuan secara
megaskopik.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari berbagai jenis batuan beku, batuan
sedimen, batuan metamorf secara megaskopik.
3
BAB 2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum mata kuliah Sains Tanah acara “Pengenalan
Batuan Secara Megaskopik” dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Oktober 2017 pada
pukul 14.30 – 16.00 WIB di Laboratorium Pedologi Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1. Kamera
2.2.2 Bahan
1. Batu Pumis 3. Batu Sekis Talk
2. Batu Basalt 4. Batu Pasir Polemik
2.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Mengamati karakteristik setiap contoh batuan.
2. Menetapkan golongan : batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf
3. Menetapkan nama dan jenis batuan yang golongannya sudah ditentukan.
2.4 Variabel Pengamatan
1. Nama batu 4. Mineral
2. Jenis batu 5. BJP
3. Warna 6. Asam basa
2.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
4
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
No. Nama dan Jenis Batuan Keterangan
1. Nama : Batu Basalt
Jenis : Batuan beku dalam
Warna batuan : Gelap (Hitam)
Mineral utama :Plagioklas
Mineral aksesori:klinopirksin, olivin
Kandungan SiO2 sebesar 40-43%
Berat jenis partikel:2,7-3 ⁄
Sifat asam basa: ultra basa
2. Nama : Batu Pumis
Jenis : batuan beku luar (udara)
Warna batuan : kelam (abu-abu)
Mineral utama : kuarsa, feldsper
Mineral aksesori: promit, magnetit
Berat jenis partikel: 0,85 ⁄
Sifat asam basa: asam (pH =5)
Tabel 1. Hasil pengamatan batuan beku
No. Nama dan Jenis Batuan Keterangan
1. Nama batuan: Pasir Polemik
Jenis batuan: batu sedimen mekanik
Warna batuan: terang (putih,kuning)
Mineral utama: kuarsa, feldspar
Mineral aksesori: plagioklas, kuarsa
detritus, kandungan SiO2 kurang
dari 90%
BJP: 2,2 – 2,7 ⁄
Sifat asam basa: asam (pH = 4 -5)
Tabel 2. Hasil pengamatan batuan sedimen
5
No. Nama dan Jenis Batuan Keterangan
1. Nama : Batuan sekis talk
Jenis : Metamorf
Warna batuan : cerah
Mineral utama : koarsa, gurner,
kalsil
Mineral aksesori : mika, klonit,
amfibol
Berat jenis partikel:2,65 gram
Sifat asam basa: basa
Tabel 3. Hasil pengamatan Batuan metamorf
3.2 Pembahasan
Batuan adalah mineral yang membeku dari puluhan hingga ratusan tahun.
Pelapukan yang terjadi pada batuan menghasilkan tanah, hal ini terjadi secara
alami baik secara fisika, kimia ataupun dekomposisi. Batuan juga adalah salah
satu bagian utama penyusun permukaan bumi. Batuan memiliki banyak jenis
seperti batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan atau yang sering disebut
dengan batuan metamorf. Batuan dibagi beberapa jenis melalui penggolongan
cara atau proses terbentuknya. Batuan beku sangatlah memiliki hubungan erat
dengan batuan lainnya karena batuan beku merupakan asal mula batuan yang lain
seperti sedimen dan metamorf dan dikatakan sebagai nenek moyang batuan
(Noor, 2009).
Batuan beku pada praktikum yang telah di lakukan didapatkan dua macam
batuan, yakni batu basalt dan batu pumis (batu apung). Kedua batuan tersebut
memiliki perbedaan sifat dan karater. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan
warna, mineral penyusun, BJP (Berat Jenis Partikel), serta sifat asam-basa.
Namun kedua batuan ini memiliki proses yang sama yaitu dari proses pembekuan
magma, namun ada yang yang secara cepat dan ada yang secara lambat, itu
dikarenakan tempat pembekuan kedua batu tersebut berbeda, untuk batu basalt
6
tempat pembekuannya terjadi didalam perut gunung atau sering disebut dengan
batuan beku dalam, sedangkan batuan pumis tempat pembekuannya berada di luar
dari gunung atau sering disebut dengan batuan beku luar.
Baruan beku merupakan batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan
magma, Batuan-batuan yang berasal dari magma dapat disebut sebagai batuan
vulkanik. Batuan vulkanik memiliki komposisi kimia andesit basaltik sampai dasit
(Harjanto, 2011). Batu basalt merupakan batuan beku dalam yang termasuk
batuan vulkanik intermediat.Terbentuknya batu basal dari pendinginan lava
mengandung gas yang telah menguap. Batuan basalt bersifat ultra basa, dikatakan
basa karena secara kimia mengandung 40%-43% SiO2 dalam komposisinya (
Mustafa et al., 2016). Batu basalt berwarna hitam, mineral utama berupa
Plagioklas. Mineral aksesori berupa klinopirksin, olivin. Batu basal memiliki berat
jenis partikel: 2,7-3 gram. Batuan ini sangatlah rapat dan sangatlah halus karena
batuan ini termasuk dalam batuan beku dalam yang mengalami pembekuan
dengan sangat lama dan sempurna.
Batu pumis (batu apung) merupakan batuan vulkanik berpori yang memiliki
kandungan silika dan alumina secara signifikan, batu apung bervariasi
kepadatannya dari ketebalan bahan antar gelombang (Mourhly et al, 2015).
Batuan pumis ini dibentuk dari lemparan magma ke udara atau biasa di sebut
dengan batuan beku luar. Batuan ini memiliki ciri-ciri antara lain: berwarna
kelam, berpori-pori tersusun oleh mineral utama berupa plagioklas, hornblende,
piroksen serta mineral aksesori berupa kuarsa biotit, ortoklas. Batu pumis
memiliki berat jenis partikel (BJP) 0,85 ⁄ , sehingga batu pumis memilki
bobot yang sangat ringan. Batu pumis juga memiliki porositas rata-rata yang
sangat tinggi yakni 90%, sehingga memungkinkan untuk mengapung di air, ini
dikarenakan pembekuan batuan yang terjadi secara cepat karena adanya
perbedaan suhu yang sangat sitmifikan. Batu pumis bersifat asam karena memiliki
pH 5.
Batuan sedimen terbentuk ketika batu telah keluar dari perut bumi dan
mengalami berbagai proses sedimentasi (pengendapan) oleh bahan bahan di
permukaan bumi pada suatu tempat, yang dibantu oleh agen pengankut sepert
7
angin dan air (Noor, 2009). Berdasarkan cara pengendapannya batuan sedimen
terbagi menjadi tiga golongan, yaitu klastis, kimia, dan organik. Proses
pengendapan dari waktu ke waktu akan mengakibatkan batuan sedimen berlapis-
lapis atau dikenal istilah Stratifikasi (Munir, 1996).
Beberapa batuan sedimen memiliki karakter yang berbeda-beda sesuai
dengan bahan induknya, seperti Batu pasir polemik yang memiliki ciri-ciri antara
lain: berwarna putih kuning, tersusun oleh mineral utama berupa feldsper dan
kuarsa serta mineral lain berupa plagioklas dan kuarsa detritus. Batu pasir
memiliki berat jenis partikel (BJP) 2,2 – 2,7 ⁄ . Secara mikroskopis,
batupasir tersusun atas butir-butir pasir yang berukuran pasir halus sampai pasir
sangat halus (0,25 mm – 0,063 mm) dengan bentuk menyudut tanggu hingga
membundar tanggung, kemas terbuka, dan terpilah sedang (Widdyastuti dkk,
2016). Batu pasir bersifat asam karena memiliki pH antara 4 – 5.
Batuan matemorf berasal dari dua kata yaitu “meta“ yang artinya “berubah“
dan “morph” yang artinya “bentuk“, dari kedua arti tersebut dapat disimpulkan
bahwa batuan metamorf terbentuk karena perubahan bentuk batuan yang di
karenakan oleh tekanan dan temperatur yang berbeda dari tekanan dan temperatur
batuan sebelumnya (Noor, 2009). Contoh batuan metamorf yang ada dalam
praktikum adalah batuan sekis talk, batuan sekis talk adalah batuan yang
memiliki mineral penyusun utama berupa kalsit, koaka, dan fledspar dan memiliki
berat jenis partikel 2 yang bersifat basa (Munir, 1996). Batuan sekis talk ini
memiliki ciri ciri seperti memiliki warna hitam, putih, coklat, dengan mineral
penyusun utamanya berupa koarsa, gurner, kalsil dan memiki mineral aksesori
berupa mika, klonit, amfibol. Batuan ini biasanya memiliki lapisan lapisan yang
cukup banyak. Batu sekis talk ini memiliki berat jenis partikel sebesar 2,65 gram
dan bersifat basa.
8
BAB 4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Perbedaan dari batu beku, batu sedimen dan batu metamorf terletak pada
warna, mineral penyusun utama, tekstur, berat jenis partikel, dan sifat asam
basa dari batuan tersebut.
2. Batuan beku terdiri dari batuan beku luar dan batuan beku dalam yang
membedakan keduanya yaitu proses pembentukannya, oleh karena itu
memiliki tekstur dan ciri ciri yang berbeda.
3. Batuan beku dan batuan sedimen tidak dapat dibedakan dengan pengamatan
secara visual, karena memiliki banyak kesamaan secara penampilan,
sedangkan batuan metamorf dapat dibedakan secara visual karena memiliki
bentuk berlapis lapis beda dengan batu sedimen dan batu beku.
4.2. Saran
Kegiatan praktikum berjalan dengan baik ditambah dengan penjelasan
para asisten yang detail, tetapi waktu dalam penyelesaian lembar pengamatan
kurang dikarenakan faktor pengisian lembar pengamatan yang lama akibat dari
sumber literatur batuan yang cukup sulit dan banyaknya penjelasan yang rancu.
Sebaiknya pihak lab lebih menyediakan buku ataupun sumber literatur yang
terjamin penjelasannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Harjanto, A. 2011. Petrologi dan Geokimia Batuan Volkanik di Daerah
Kulonprogo dan Sekitarnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Ilimah MTG. 4(1):
1 - 27
Mourhly, A., Mariam K., Adnane E.H., Mohammed K., Mohammed H., Said A.
2015. The Synthesis and Characterization of Low-cost Mesoporous Silica
SiO2 from Local Pumice Rock. Nanomaterials and Nanotechnology. 5(35):
1 – 7.
Munir. M. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Malang: Pustaka Jaya.
Mustafa, M, A., Deny, S., Udaya, K.2016. Keterdapatan Pasirbesi Di Pantai Beo
Dan Sekitarnya, Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara.Geologi
Kelautan. Vol 14(2):91-102
Noor, D. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : Graha Ilmu.
Widyastuti, S., Abdurrokhim, Yoga A.S. 2016. Asal Sedimen Batuan Pasir
Formasi Jatiluhur dan Formasi Cantayan Daera Tanjungsari dan Sekitarnya,
Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Scienctific
Contribution. 14(1): 25 – 32
10
LAMPIRAN
Dokumentasi
Batu Basalt Batu pasir polemik
Batu sekis talk Batu Pumis
11
Literaratur
Mourhly, A., Mariam K., Adnane E.H., Mohammed K., Mohammed H., Said A.
2015. The Synthesis and Characterization of Low-cost Mesoporous Silica
SiO2 from Local Pumice Rock. Nanomaterials and Nanotechnology. 5(35):
1 – 7
12
13
Widyastuti, S., Abdurrokhim, Yoga A.S. 2016. Asal Sedimen Batuan Pasir
Formasi Jatiluhur dan Formasi Cantayan Daera Tanjungsari dan Sekitarnya,
Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Scienctific
Contribution. 14(1): 25 – 32
14
Harjanto, A. 2011. Petrologi dan Geokimia Batuan Volkanik di Daerah
Kulonprogo dan Sekitarnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Ilimah MTG. 4(1):
1 - 27
15
Munir. M. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Malang: Pustaka Jaya.
16
Mustafa, M, A., Deny, S., Udaya, K.2016. Keterdapatan Pasirbesi Di Pantai Beo
Dan Sekitarnya, Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara.Geologi
Kelautan. Vol 14(2):91-102.
17
18
Noor, D. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : Graha Ilmu