Post on 29-Jun-2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Baik para manajer dan pengembang sistem dapat menerapkan pendekatan sistem untuk
memecahkan masalah. Pendekatan ini terdiri dari tiga fase upaya persiapan, definisi, dan solusi.
Di dalam setiap fase terdapat suatu urutan langkah-langkah. Pendekatan sistem diterapkan
untuk menghadapi masalah dalam perkembangan sistem dan hal ini dinamakan siklus hidup
perkembangan sistem (System Development Life Cycle-SDLC). Pendekatan tradisional terdiri dari
lima tahap, yang dilakukan satu persatu, secara berurutan. Prototipe adalah suatu perbaikan
dari pendekatan tradisional dengan mengenali kelebihan dari pengulangan permohonan umpan
balik dari pengguna, meresponnya dengan peningkatan sistem, dan melanjutkannya sampai
sistem tersebut memenuhi kebutuhan pengguna. Agar dapat memanfaatkan prototipe-
prototipe lainnya, RAD juga mendorong penggunaan pendekatan lain, seperti penggunaan
peralatan modeling komputer tertentu dan pemaanfaatan tenaga ahli untuk mempercepat
proses pengembangan.
Pendekatan SDLC yang sekarang sangat populer adalah pengembangan bertahap.
Pendekatan ini didasarkan pada gagasan bahwa suatu proyek dibagi lagi ke dalam modul, dan
usaha analisis, desain, dan konstruksi awal diarahkan pada masing-masing modul. Diagram arus
data (Data Flow Diagram-DFD), menjadi alat yang paling populer untuk proses-proses
permodelan selama dua tahun terakhir ini. Pengembangan sistem sangat mahal, baik yang
berkaitan dengan uang maupun waktu. Oleh karena itu, proses harus dikelola dengan baik. Para
eksekutif tingkat tinggi perusahaan memberikan pendapat dan pandangannya bahkan
berpartisipasi bersama steering committee (komite pengendali) yang mengawasi dan
mengendalikan berlangsungnya proyek.
1
I.2 Tujuan
Memahami pendekatan sistem sebagai dasar kerangka kerja untuk menyelesaikan segala
jenis masalah
Mengetahui bagaimana menerapkan pendekatan sistem dalam memecahkan masalah-
masalah sistem
Mengerti bahwa siklus hidup pengembangan sistem (SDLC) merupakan metodologi cara
yang direkomendasikan dalam mengembangkan sistem
Mengenal dan memahami pendekatan SDLC utama traditional waterfall cycle,
prototyping, rapid application development, phased developed, dan business process
redesign
Mengetahui dasar-dasar proses permodelan, seperti data flow diagram dan use cases
Mengerti bagaimana proyek pengembangan sistem dikelola secara top down
2
BAB II
ISI
PENGEMBANGAN SISTEM
II.1 PENDEKATAN SISTEM
Proses-proses pemecahan masalah secara sistematis pertama kali dikembangkan oleh
John Dewey, profesor filsafat di Univercity of Coloumbia sekitar satu abad yang lalu. Pada 1910
John Dewey menerbitkan bukunya yang mengidentifikasikan tiga seri pertimbangan yang perlu
dilibatkan untuk memutuskan suatu kontroversi atau masalah yang mengundang perbedaan
pendapat.
Pertimbangan tersebut adalah :
1) Mengenali kontroversi.
2) Mempertimbangkan berbagai alternatif pendapat.
3) Membuat penilaian.
Pendekatan sistem (System approach), yaitu suatu urutan pemecahan masalah dengan
langkah pertama masalah dipahami terlebih dahulu, langkah kedua mempertimbangkan
berbagai solusi alternatif, langkah ketiga member solusi terbaik.
RANGKAIAN LANGKAH-LANGKAH
Tahap I : Upaya Persiapan (Preparation Effort), yaitu mempersiapkan orang
atau personel yang bertugas memecahkan masalah dengan member mereka orientasi sistem.
Dalam upaya persiapan terdapat tiga langkah, yaitu :
Langkah pertama Pandang perusahaan sebagai sistem
Kita harus mampu melihat perusahaan sebagai sistem. Hal ini dicapai dengan
menggunakan model sistem.
3
Langkah kedua Kenali sistem lingkungan
Hubungan organisasi atau perusahaan dengan lingkungannya juga penting. Delapan
unsure-unsur lingkungan memberikan cara yang efektif untuk memposisikan
perusahaan sebagai sistem dalam lingkungannya.
Langkah ketiga Mengidentifikasikan subsistem perusahaan
Subsistem utama peeusahaan dapat mengambil bebrapa bentuk. Yang paling mudah
dilihat oleh para manajer adalah area bisnis. Masing-masing dapat dianggap sebagai
suatu sistem terpisah.
Tahap II : Upaya Definisi (Definition Effort) terdiri dari identifikasi masalah yang
akan dipecahkan, kemudian pemahaman terhadap masalah tersebut. Upaya definisi pada
umumnya dirangsang oleh pemicu masalah (problem trigger), yaitu suatu sinyal yang
menunjukkan apakah sesuatunya berjalan lebih baik atau buruk dari perencanaan. Sinyal dapat
dimulai dari dalam perusahaan atau lingkungannya dan sinyal ini merupakan inisiasi proses
pemecahan masalah. Masalah didefinisikan sebagai peristiwa atau kondisi yang membahayakan
atau berpotensi membahayakan perusahaan, yang berpengaruh baik atau berpotensi pengaruh
baik bagi perusahaan. Dalam upaya definisi terdapat dua langkah, yaitu :
Langkah keempat Mengalihkan sistem menjadi subsistem.
Langkah kelima : Analisis bagian-bagian sistem dalam satu urutan tertentu.
Dalam langkah kelima ini terdapat beberapa elemen-elemen sistem yang dianalisis secara
berurutan, yaitu :
Elemen satu : Mengevaluasi standar. Standar kinerja untuk suatu sistem biasanya
dinyatakan dalam bentuk rencana, anggaran, dan kuota.
Elemen dua : Membandingkan output sistem dengan standar. Para manajer akan
mengevaluasi output sistem dengan membandingkannya dengan standar.
4
Elemen tiga : Mengevaluasi manajemen. Suatu penilaian kritis dilakukan atas
manajemen sistem dan struktur organisasi.
Elemen empat : Mengevaluasi Pengolahan Informasi. Kebutuhan informasi bagi tim
manajer harus diidentifikasi dan suatu sistem informasi yang memadai harus dirancang dan
diterapkan.
Elemen lima : Mengevaluasi Input dan Sumber Daya Input. Saat analisis sistem pada
tingkat ini tercapai, sistem konseptual tidak lagi menjadi persoalan, dan permasalahan
berada pada sistem fisik.
Elemen enam : Mengevaluasi Proses Transformasi. Prosedur dan praktik yang tidak
efisien mungkin menyebabkan kesulitan dalam mengubah input menjadi output.
Elemen tujuh : Mengevaluasi Sumber Daya Output. Elemen ini mempertimbangkan
sumber daya fisik dalam elemen output dari sistem.
Tahap III : Upaya Pemecahan Masalah, meliputi pertimbangan berbagai alternatif yang
layak, pemilihan alternatif terbaik, dan penerapannya. Dalam upaya pemecahan masalah terdiri
dari lima langkah, yaitu :
Langkah keenam Mengidentifikasi berbagai Solusi Alternatif.
Manajer mengidentifikasikan bermacam-macam cara untuk memecahkan permasalahan
yang sama. Hal ini lebih mudah bagi para manajer yang berpengalaman, yang dapat
menerapkan solusi-solusi yang telah berhasil dimasa lalu, tetapi kreatifitas dan intuisi juga
berperan penting.
Langkah ketujuh Mengevaluasi Berbagai Solusi.
Semua alternative harus dievaluasi menggunakan kriteria evaluasi yang sama, untuk
mengukur apa keuntungan dan kerugian dari satu alternative tertentu bila diterapkan untuk
memecahkan masalah.
Langkah kedelapan Memilih Solusi Terbaik.
Henry Mintzberg, seorang ahli teori manajemen mengidentifikasikan tiga cara yang
dilakukan manajer dalam memilih alternative terbaik.
5
1) Analisis yaitu suatu evaluasi sistematis atas pilihan-pilihan yang ada, kemudian
mempertimbangkan konsekuensi dari pilihan tersebut agar sesuai dengan tujuan
organisasi.
2) Judgement yaitu penilaian atau pertimbangan dari seorang manajer.
3) Tawar menawar (Bargaining), yaitu negosiasi antara beberapa manajer.
Langkah kesembilan Menerapkan Solusi.
Masalah tidak terpecahkan hanya dengan memilih solusi terbaik. Solusi itu perlu diterapkan.
Langkah kesepuluh Membuat Tindak Lanjut untuk Memastikan Bahwa Solusi itu
Efektif.
Manajer dan pengembang (Developers) harus selalu mampu mengatasi situasi untuk
memastikan bahwa solusi yang dipilih memiliki kinerja seperti yang direncanakan.
II.2 SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM (System Development Life Cycle-
SDLC)
Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi. Metodologi adalah suatu jalan atau
cara yang direkomendasikan dalam melakukan sesuatu. Pendekatan sistem adalah metodologi
dasar untuk pemecahan berbagai macam permasalahan. Siklus hidup pengembangan sistem
adalah suatu aplikasi dari pendekatan sistem untuk pengembangan suatu sistem informasi.
II.2.1 SDLC Tradisonal, tahap-tahapnya yaitu :
Perencanaan
Analisis
Desain
Implementasi
Penggunaan
6
Proses pembuatan sistem baru kurang lebih meliputi jalur seperti berikut ini. Proyek
direncanakan dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan disusun. Sistem
yang telah berjalan dianalisis untuk memahami masalah dan menentukan kebutuhan fungsional
dari sistem baru. Kemudian sistem yang baru dirancang dan diimplementasikan. Setelah
implementasi, baru sistem tersebut benar-benar digunakan dalam proyek idealnya untuk
periode waktu lama.
Karena pekerjaan mengikuti suatu pola berurutan dan dilakukan dengan metode top-
down, SDLC Tradisonal sering dikenal sebagai pendekatan air terjun (waterfall approach).
Aliran aktifitas berjalan satu arah dari awal sampai proyek selesai.
Tidak sulit untuk melihat bagaimana SDLC Tradisional merupakan suatu aplikasi
pendekatan sistem. Masalah didefinisikan dalam tahap perencanaan dan analisis. Kemudian
solusi alternatif diidentifikasikan dan dievaluasi dalam tahap desain. Selanjutnya, solusi terbaik
diimplementasikan dan digunakan. Selama tahap penggunaan, umpan balik informasi
dikumpulkan untuk melihat seberapa baik sistem dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
II.2.2 Pembuatan Prototipe (Prototyping)
Prototipe adalah suatu versi sistem potensial yang disediakan bagi pengembang dan
calon pengguna yang dapat memberikan gambaran bagaimana kira-kira sistem tersebut akan
berfungsi bila telah disusun dalam bentuk yang lengkap. Proses dalam memproduksi suatu
prototipe disebut prototyping. Tujuannya adalah menghasilkan prototipe secepat mungkin,
bahkan dalam satu malam, dan memperoleh umpan balik dari pengguna yang akan
memungkinkan prototipe untuk ditingkatkan secepat mungkin. Proses ini bisa diulang beberapa
kali sehingga menghasilkan prototipe yang dianggap sempurna.
Jenis-jenis Prototipe :
Prototipe Evolusioner (Evolutionary Prototype) adalah prototipe yang secara terus
menerus diperbaiki sampai semua kriteria sistem baru yang dibutuhkan pengguna
terpenuhi.
7
Pengembangan prototipe evolusioner terdiri dari empat langkah, yaitu :
1) Identifikasi Kebutuhan Pengguna.
Pengembang mewawancarai pengguna untuk memperoleh suatu gagasan mengenai
apa yang dibutuhkan dari sistem.
2) Mengembangkan Prototipe.
Pengembang menggunakan satu atau lebih perkakas prototyping untuk
mengembangkan satu prototipe. Contoh perkakas prototyping adalah integrated
application generator (perangkat pembuat aplikasi terintegrasi), yaitu sistem
perangkat lunak prewritten yang mampu memproduksi semua fasilitas-fasilitas yang
diharapkan ada dalam suatu sistem baru. Yang termasuk ke dalam perkakas
prototyping (prototyping tookit) adalah bagian-bagian sistem perangkat lunak seperti
spreadsheet elektronik dan sistem manajemen database.
3) Menentukan Apakah Prototipe bisa diterima atau tidak.
Pengembang mendemonstrasikan prototipe kepada pengguna untuk menentukan
apakah prototipe sudah memuaskan atau belum.
4) Menggunakan Prototipenya.
Prototipe menjadi suatu sistem produksi baru.
Prototipe Requirement (Requirement Prototype) dikembangkan sebagai cara untuk
menentukan kebutuhan fungsional dari sistem baru pada saat para pengguna tidak
mampu mengungkapkan dengan tepat apa yang mereka butuhkan. Dalam Pengembangan
prototipe requirement terdiri dari langkah-langkah yang diambil dalam mengembangkan
prototipe requirement. Tiga langkah pertama sama seperti langkah yang diambil dalam
mengembangkan prototipe evolusioner. Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai
berikut :
4) Memprogram Sistem Baru.
Pengembang menggunakan prototipe sebagai dasar untuk memprogram sistem baru.
5) Menguji Sistem Baru.
Pengembang menguji sistem tersebut.
6) Mempertimbangkan apakah sistem baru tersebut bisa di terima atau tidak.
8
Pengguna memberikan masukan kepada pengembang mengenai kelayakan sistem
tersebut. Jika sistem baru dapat diterima, selanjutnya diambil langkah 7. Jika belum
dapat diterima, langkah 4 dan 5 diulangi.
7) Menggunakan sistem baru dalam proses produksi.
Daya Tarik Prototyping
Baik para pengguna dan pengembang tertarik pada prototyping dengan alasan berikut :
Komunikasi antara pengguna dan pengembang meningkat.
Pengembang dapat mempelajari dan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pengguna secara
tepat.
Pengguna berperan lebih aktif dalam pengembangan sistem.
Pengembang dan pengguna memerlukan lebih sedikit usaha dan waktu dalam
mengembangkan sistem.
Implementasi akan lebih mudah sebab pengguna mengetahui apa yang akan didapat dari
sistem yang baru.
Keuntungan ini memungkinkan prototyping menekan biaya-biaya pengembangan dan
meningkatkan kepuasan pengguna terhadap sistem yang disediakan.
Potensi Kegagalan Prototyping
Prototyping memiliki potensi untuk gagal, hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan
pada prototyping adalah :
Terburu-buru dalam membuat prototipe dapat menyebabkan pengembang mengambil
jalan pintas (shortcut) dalam mendefinisikan masalah, membuat evaluasi alternatif, dan
dokumentasi.
Pengguna mungkin sangat terkesan terhadap prototipe, sehingga mempunyai harapan
yang tidak realistis terhadap sistem produksi.
9
Prototipe evolusioner mungkin tidak efisien seperti sistem yang di program dengan suatu
bahasa pemrograman.
Interaksi antara computer dan manusia yang difasilitasi oleh prototyping tools (perangkat-
perangkat prototyping) tertentu tidak bisa mencerminkan teknik mendesain yang baik.
Baik pengembang dan pengguna harus menyadari potensi kegagalan ini jika mereka
memilih pendekatan prototyping. Prototyping telah terbukti merupakan salah satu metodologi
SDLC yang paling berhasil. Tidak mudah untuk menemukan proyek pengembangan yang tidak
menyertakan prototyping pada taraf tertentu.
II.2.3 RAPID APPLICATION DEVELOPMENT
RAD, singkatan dari Rapid Application Development (pengembangan aplikasi cepat),
adalah istilah yang dibuat oleh James Martin, seorang konsultan komputer, untuk
menggambarkan suatu siklus hidup pengembangan yang dibuat untuk menghasilkan sistem
secara tepat tanpa menurunkan kualitas.
RAD adalah seperangkat strategi, metodologi, dan peralatan yang terintegrasi dalam
suatu kerangka kerja menyeluruh, yang disebut rekayasa informasi (information engineering-IE).
Rekayasa informasi adalah nama yang diberikan Martin bagi pendekatan menyeluruh terhadap
pengembangan sistem. Rekayasa informasi dimulai pada tingkat eksekutif dengan perencanaan
sumber daya informasi strategis yang diterapkan pada seluruh perusahaan. Martin
menggunakan istilah Perencanaan Strategi Informasi Bisnis (Bussiness information strategi
planning) untuk menggambarkan tahap ini. Selanjutnya, setiap unit bisnis dalam perusahaan
menjadi subjek dari Analisis Area Bisnis (Bussiness area analysis atau BAA), untuk
mendefinisikan kegiatan dan data yang diperlukan oleh unit tersebut sehingga dapat berfungsi
seperti yang diinginkan. Dengan selesainya BAA, RAD dapat mulai diterapkan.
Unsur-unsur Penting RAD
RAD memerlukan empat unsure penting, yaitu :
Manajemen.
Manajemen, khususnya manajemen puncak, harus merupakan orang yang suka
bereksperimen dan melakukan hal yang baru atau orang yang cepat tanggap dalam
mempelajari dan menggunakan metodologi baru.
10
Manusia.
Penggunaan satu tim tunggal untuk mengerjakan semua kegiatan SDLC tidak efisien,
RAD menyadari bahwa efisiensi dapat dicapai melalui penggunaan beberapa tim
yang terspesialisasi.
Metodologi.
Metodologi dasar RAD adalah siklus hidup RAD, yang terdiri dari empat tahap :
a) Perencanaan kebutuhan
b) Rancangan pengguna
c) Konstruksi
d) Cutover
Pemakai berperan penting dalam setiap tahap, bekerjasama dengan ahli informasi.
Tools (Peralatan)
RAD tools terutama terdiri dari bahasa-bahasa pemrograman generasi keempat
(fourth-generation language) dan peralatan CASE tools yang memudahkan
prototyping dan pembuatan kode.
II.2.4 PENGEMBANGAN BERFASE
Pengembangan Berfase adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan sistem
informasi yang terdiri dari enam tahap, yaitu investigasi awal, analisis, desain, konstruksi awal,
konstruksi akhir, dan pengujian sistem serta instalasi.
Tahap-tahap pengembangan berfase :
a) Investigasi Awal.
Pengembang, termasuk para pengguna, seperti halnya ahli informasi melakukan suatu
analisis perusahaan dengan tujuan mempelajari masalah-masalah sistem organisasi, seperti
penetapan tujuan sistem yang baru, batasan, risiko, dan ruang lingkup, mengevaluasi
proyek dan kelayakan sistem, membagi sistem kedalam komponen-komponen utama dan
memperoleh umpan balik dari pengguna.
11
b) Analisis.
Pengembang menganalisis kebutuhan fungsional pengguna untuk setiap modul sistem
menggunakan berbagai teknik untuk mengumpulkan informasi, dan menemukan dokumen
dalam bentuk proses, data, dan model-model objek.
c) Desain.
Pengembang mendesain komponen-komponen dan interface dengan sistem lain untuk
setiap modul sistem baru dan dokumen di desain menggunakan berbagai teknik modeling.
d) Konstruksi Awal.
Pengembang membuat konstruksi perangkat lunak dan data kemudian mengujinya pada
setiap modul sistem dan memperoleh umpan balik dari pengguna. Untuk modul-modul
yang tidak disetujui pengguna, maka tahap analisis, desain, dan langkah-langkah konstruksi
diulang kembali.
e) Konstruksi Akhir.
Perangkat lunak modul di integrasikan untuk membentuk sistem yang lengkap, yang diuji
menggunakan data. Sebagai tambahan, perangkat keras yang diperlukan disediakan dan
diuji, fasilitas dibangun, dan para pengguna dilatih. Pelatihan termasuk mempelajari
prosedur-prosedur yang harus diikuti pengguna dalam menggunakan dan memasang atau
installing.
f) Pengujian Sistem serta Instalasi.
Pengembang mendesain dan melaksanakan pengujian terhadap sistem yang tidak hanya
meliputi perangkat lunak dan data, tetapi juga sumber daya informasi yang lain, seperti
perangkat keras, fasilitas, personil dan prosedur.
Fase-fase modul
Fase-fase modul terintegrasi dalam pengembangan sisem. Sistem terbagi ke
dalam tiga modul, yaitu penulisan laporan, database, dan interface berbasis Web.
Banyaknya modul dalam sistem bervariasi, mulai dari satu, selusin, dan seterusnya.
Dalam anilsa, desain, konstruksi awal, dan tinjauan ulang pemakai dilakukan secara
terpisah untuk masing-masing modul. Selain itu dapat dilihat bahwa ketiga fase ini akna
diulangi bila belum selesai dengan kriteria berdasarkan penilaian pengguna.
12
Pengembangan berfase dapat diterapkan untuk pengembangan sistem dalam semua
ukuran baik besar maupun kecil. Kuncinya adalah dalam pengembangan berfase sistem
terbagi ke dalam modul-modul dianalisis, dirancang, dan dibangun secara terpisah.
II.2.5 DESAIN ULANG PROSES BISNIS
Proses untuk meningkatkan dan memperbaiki sistem disebut Rekayasa Ulang
(reengenering). Proses ini kadang-kadang disebut juga rancang ulang proses bisnis (business
process redesign-BPR). BPR mempengaruhi operasi teknologi informasi perusahaan dalam dua
cara. Pertama, teknologi informasi dapat menerapkan BPR untuk merancang ulang sistem
informasi perusahan yang tidak dapat dipertahankan lagi dengan pemeliharaan biasa. Sistem
seperti itu disebut sistem warisan (legacy system), sebab sistem ini masih cukup berharga untuk
dibuang tetapi yidak dapat lagi berfungsi sebagai sumber daya informasi perusahaan.
Kedua, jika perusahaan menerapkan BPR pada operasi-operasi utamanya, maka kan
menimbulkan berbagai efek yang akhirnya menghasilkan rancang ulang sistem informasi.
Teknologi informasi menggunakan tiga teknik untuk menerapkan BPR, yaitu :
1) Rekayasa terbalik (reverse engineering)
Proses menganalisis suatu sistem untuk mengidentifikasi elemen-elemen dan cara elemen-
elemen itu berinteraksi, serta untuk menciptakan dokumentasi dalam tingkat yang lebih
tinggi dari yang sekarang telah ada.
2) Restrukturisasi (restructuring)
Proses transformasi suatu sistem dalam bentuk lain tanpa mengubah fungsionalitasnya.
3) Rekayasa ulang (reengineering)
Rancang ulang lengkap suatu sistem lama dengan tujuan untuk mengubah fungsionalitas
sistem tersebut.
13
II.2.6 MENEMPATKAN SDLC TRADISIONAL, PROTOTYPING, RAD,
PENGEMBANGAN BERFASE, DAN BPR DALAM PERSPEKTIFNYA
SDLC Tradisional, Prototyping, dan BPR semuanya merupakan metodologi yang
menyediakan cara untuk mengembangkan sistem informasi. SDLC tradisional adalah pendekatan
sistem untuk menangani masalah-masalah dalam pengembangan sistem. Metodologi ini
mengandung semua unsure-unsur dasar pendekatan sistem, dimulai dengan identifikasi
masalah dan berakhir pada penggunaan sistem.
Prototyping atau proses pembuatan prototipe adalah ringkasan pendekatan sistem yang
memfokuskan pada memahami dan melayani kebutuhan pengguna. RAD adalah suatu
pendekatan alternatif untuk tahap-tahap perancangan dan implementasi SDLC.
II.2.7 PEMODELAN PROSES ( PROCESS MODELING )
Pada saat pengembang melaksanakan analisis dan desain, mereka membuat model tentang
data sistem, proses, dan objek. Disini kita akan menggambarkan bagaimana proses modeling
dibuat dengan menggunakan diagram arus data (Data Flow Diagrams-DFD) dan Use Cases.
Diagram arus data (DFD) adalah tampilan grafik suatu sistem yang menggunakan empat bentuk
untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui prose-proses yang saling
berhubungan. Symbol-simbol tersebut menggambarkan :
1) Unsur-unsur Lingkungan yang Berhubungan dengan Sistem
Unsur-unsur lingkungan berada diluar batas sistem. Unsur-unsur ini memberikan input data
pada sistem dan menerima output data dari sistem. Dalam DFD tidak dibedakan antara
informasi dan data. Semua aliran dianggap sebagai data. Terminator sering digunakan untuk
menggambarkan unsur-unsur lingkungan, karena mereka merupakan titik akhir sistem.
Suatu terminator dapat berupa :
a) Orang, seperti seorang manajer, yang menerima laporan dari sistem.
b) Organisasi, seperti suatu departemen dalam suatu perusahaan atau perusahaan lain yang
berhubungan, misalnya perusahaan pemasok bahan mentah.
c) Sistem lain, yaitu suatu sistem yang berhubungan dengan sistem yang kita miliki.
14
2) Proses
Proses adalah sesuatu yang mengubah input menjadi output.
3) Aliran Data
Terdiri dari kelompok-kelompok elemen data yang saling berhubungan secara logis yang
berjalan dari titik atau proses ke titik atau proses yang lain. Aliran data dapat bercabang jika
data yang sama berjalan menuju beberapa lokasi yang berbeda dalam sistem.
4) Penyimpanan Data (Data Store)
Dapat diibaratkan tempat data beristirahat. Penyimpanan data dapat digambarkan dalam
bentuk set garis sejajar atau segi empat panjang terbuka ataupun bentuk oval.
USE CASE adalah deskripsi naratif ringkasan suatu dialog yang terjadi antara sistem
primer dan sistem sekunder. Ada dua format use case. Pertama adalah naratif berkelanjutan
dengan masing-masing tindakan diberi nomor secara berurutan. Yang kedua disebut format
pingpong sebab terdiri dari dua naratif dan nomor menandai bagaimana tugas dilaksanakan
secara bergantian antara sistem primer dan sistem sekunder.
II.2.8 MANAJEMEN PROYEK
Proyek pengembangan sistem pertama kali dikelola oleh manajer dari unit IT,
dibantu oleh manajer analisis sistem, manajer programming dan operasi. Proyek pengembangan
diatur oleh management information system steering committee (MISS-SC) atau komite
pengendali sistem manajemen informasi. Komite ini bertanggungjawab dalam membuat guide
line atau petunjuk tata kerja proyek, menentukan arah proyek dan mengontrol jalannya proyek,
maka komite ini disebut steering committee (komite pengendali). MISS-SC melaksanakan tiga
fungsi utama, yaitu :
1) Menetapkan kebijakkan yang memastikan dukungan computer dalam mencapai tujuan
strategis perusahaan.
2) Menyediakan kendali fiskal dengan bertindak sebagai pejabat yang berwenang member
persetujuan bagi permintaan dana yang terkait dengan penggunaan komputer.
3) Pemecahan konflik yang muncul berkenaan dengan prioritas penggunaan komputer.
15
Dengan fungsi-fungsi ini, maka tugas MISS-SC adalah menjalankan seluruh strategi yang
dibuat oleh komite eksekutif dan perencanaan strategis sumber daya informasi.
Dengan memusatkan manajemen siklus hidup sistem dalam steering committee (komite
pengendali), dua keuntungan utama didapatkan. Kemungkinan ditingkatkan :
Komputer akan digunakan untuk mendukung para pemakai seluruh perusahaan itu
Proyek computer akan mempunyai karakteristik perencanaan dan pengendalian baik
MISS-SC adalah bukti paling nyata bahwa perusahaan berusaha membuat sumberdaya
informasi tersedia dan mudah digunakan untuk semua pengguna yang mempunyai kebutuhan
yang berbeda-beda.
Kepemimpinan Proyek
MISS-SC jarang terlibat secara langsung dengan detail-detail pekerjaan lapangan. Segala
hal yang menyangkut pekerjaan lapangan menjadi tanggung jawab tim proyek. Satu tim
umumnya memiliki cukup banyak anggota yang berasal dari kalangan pengguna, ahli informasi
dan internal auditor. Aktifitas tim diarahkan oleh pemimpin tim atau pemimpin proyek yang
memberikan arahan selama proyek berlangsung.
Mekanisme Manajemen Proyek
Dasar manajemen proyek adalah rencana proyek, yang disiapkan selama tahap
investigasi awal dalam metodologi pengembangan berfase. Perencanaan pertama
dirancang secara umum, kemudian dibuat menjadi lebih spesifik.
16
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendekatan sistem terdiri dari tiga fase upaya yaitu upaya persiapan, upaya definisi, dan
upaya solusi. Ketika pendekatan sistem diterapkan pada pengembangan sistem, hasilnya adalah
siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle-SDLC). Beberapa metodologi
SDLC telah mengalami perubahan-perubahan, mulai dari siklus hidup tradisional, prototyping,
pengembangan aplikasi cepat atau RAD (Rapid Aplication Development), dan pengembangan
berfase yang cukup menarik perhatian para pengembang sistem.
Bila setelah sistem digunakan kemudian terdapat suatu kebutuhan untuk
mengembangkan kembali sistem tersebut menggunakan teknologi yang lebih modern, maka
digunakan metodologi yang disebut Desain Ulang Proses Bisnis (Business Process Redesaign-
BPR). Saat sistem dikembangkan, proses, data, dan objek dimodelkan. Satu alat proses
pemodelan yang popular adalah Diagram Aliran Data (Data Flow Diagram-DFD). DFD
menggunakan Simbol untuk proses-proses dan elemen-elemen lingkungan, setiap symbol
dihubungkan dengan anak panah untuk menunjukkan aliran data. Ketika perusahaan membuat
proyek pengembangan sistem informasi, proyek itu akan ditangani oleh hierarki manajer yang
tersusun dari komite eksekutif, SC-MIS dan manajer proyek tim pengembangan sistem.
17