Post on 06-Nov-2020
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN
SARON BARUNG (UNTUK SD)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Rosa Dania Astari
NIM: 141134070
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan kekuatan yang
luar biasa dalam segala hal.
2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Fransiskus Xaverius Sugitar dan Ibu Maria
Suharni yang selalu memberikan doa, perhatian,dukungan dan semangat untuk
segera menyelesaikan tugas akhir.
3. Kedua kakakku, Fransisca Febriyantari Eka Maharani dan Laurantius Anggita
Yudha Harnoko yang senantiasa turut memberikan dukungan dan semangat.
4. Teman-teman PGSD angkatan 2014 yang selalu memberikan dukungan dan
semangat.
5. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Motto
“If you want to live a happy life, tie it to a goal, not to people or objects.”
(Albert Einstein)
“You don’t have to be great to start, but you have to start to be great.”
(Zig Zagler)
“I can do all things through Christ which strengtheneth me.”
(Philippians 4:13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 April 2018
Peneliti
Rosa Dania Astari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Rosa Dania Astari
Nomor Mahasiswa : 141134070
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN SARON BARUNG
(UNTUK SD)”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencatumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 April 2018
Yang menyatakan
Rosa Dania Astari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN SARON BARUNG
(UNTUK SD)
Rosa Dania Astari
Universitas Sanata Dharma
2018
Nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan menjadi
potensi pada penelitian ini. Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara melakukan
wawancara pada dua praktisi gamelan dan pembagian angket pada 20 siswa kelas
V yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan. Hasil analisis kebutuhan
siswa menunjukkan bahwa siswa mengetahui nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan namun siswa belum pernah membaca buku berisi informasi
tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Penelitian ini
mengembangkan prototipe berupa buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen saron barung (untuk SD). Tujuannya untuk membantu
siswa dalam memahami nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan dan
sebagai sarana literasi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan
menggunakan enam langkah menurut Sugiyono yang meliputi: 1) potensi dan
masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi
desain, 6) uji coba produk. Prototipe divalidasi oleh praktisi gamelan dan ahli
bahasa dengan nilai 3,75 (sangat baik) sehingga layak untuk diujicobakan.
Uji coba produk dilakukan satu kali di SD Kanisius Klepu yang diikuti
oleh 25 siswa. Dari hasil refleksi setelah uji coba, peneliti mendapatkan data
bahwa 14 siswa menjawab memainkan gamelan melatih penabuh memiliki sikap
sopan santun, religius, kerjasama, tenggang rasa, konsentrasi, ketekunan, dan
tanggung jawab. 15 siswa menjawab arti dari tenggang rasa dalam memainkan
instrumen saron barung yaitu menghargai penabuh lain. Hasil uji coba produk
mendapatkan skor rata-rata 3,48 (sangat baik) sehingga layak digunakan. Semua
siswa juga tertarik dan antusias untuk mewarnai gambar setelah membaca cergam.
Jadi prototipe dapat memfasilitasi siswa untuk mendapatkan informasi tentang
nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Kata kunci: pengembangan, prototipe buku, cerita bergambar, pendidikan
budi pekerti, memainkan gamelan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
DEVELOPING PROTOTYPE CHARACTER VALUE BOOK IN PLAYING
SARON BARUNG (FOR ELEMENTARY SCHOOL)
Rosa Dania Astari
Sanata Dharma University
2018
The character values in playing gamelan became the potential of this
research. The needs analysis was done by doing interview with two gamelan’s
practitioners and giving the questionnaire to 20 students of grade V which joined
karawitan. The result of the needs’ analysis showed that the students have known
the character values in playing gamelan but the students have not read any books
about character values in playing gamelan. This research was developing
prototype in a form of character values in playing saron barung book (for
elementary school). The aim was to help the students in understanding the
character values in playing gamelan and as the reference of literacy.
This research used Research and Development as the methodology. It used
six steps as explained by Sugiyono, they are: 1) potential and problem, 2) data
gathering, 3) designing the product, 4) design validation, 5) revising the design,
and 6) product trials. The prototype was validated by the practitioner of gamelan
and linguist with 3,75 as the score (very good) so it was worthy to be tested.
The trial was conducted in Kanisius Klepu Elementary School and
participated by 25 students. From the reflection after the trial, the researcher
found that 14 students answered that playing gamelan can help the players to be
polite, religious, tolerance, diligent, responsible, and to be able to cooperate and
concentrate. 15 students answered that the meaning of tolerance in playing saron
barung was respecting other players. The result of the trial got 3,48 (very good)
as the average of the score so it was proper to be used. All of the students were
also interested and enthusiastic to color the picture after reading picture story.
Thus, prototype could facilitate the students to get more information about
character values in playing gamelan.
Keyword: development, prototype book, picture story, character value, playing
gamelan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan limpahan kasih karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (Untuk SD)”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti
mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dukungan dan semangat dari berbagai
pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Pd., sebagai Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., sebagai Ketua Prodi PGSD.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., sebagai Wakaprodi PGSD.
4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan kritik, saran, dorongan, waktu dan semangat untuk
membimbing peneliti hingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku dosen pembimbing II
yang telah memberikan kritik dan saran untuk membimbing peneliti
hingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Validator ahli bahasa dan praktisi gamelan yang telah memvalidasi
prototipe yang peneliti kembangkan.
7. Florentinus Nico Dampitara selaku illustrator cergam.
8. N.B. Dewi Rosariana, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Klepu
Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.
9. Cornelius Wahyu Handaka, S.Pd. selaku guru kelas V SD Kanisius Klepu
Yogyakarta yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan uji coba
produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Siswa kelas V SD Kanisius Klepu Yogyakarta yang telah berkenan
menjadi subyek dalam penelitian.
11. Kedua orang tercinta, Bapak Fransiskus Xaverius Sugitar dan Ibu Maria
Suharni yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa, perhatian dan
kasih sayang.
12. Kedua kakakku tersayang, Fransisca Febriyantari Eka Maharani dan
Laurantius Anggita Yudha Harnoko yang memberikan dukungan dan
semangat.
13. Sahabat-sahabat terbaikku, Lintang, Oda, Inggit, Agnes, Dhenis, Safira,
Maya, dan Siska yang selalu memberikan semangat, penghiburan dan
dukungan di masa-masa tersulit peneliti.
14. Teman-teman penelitian kolaboratif “GAMELAN”, Inggit, Dhenis, Palupi,
Jugun, Anisa Fatma, Lisa, Aji, Thomas Yuli, Willy, Thomas Wahyu,
Enggar dan Sanggar yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam
menyelesaikan penelitian.
15. Almamater Universitas Sanata Dharma
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah memberika dukungan dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi para pembaca.
Yogyakarta, 18 April 2018
Peneliti
Rosa Dania Astari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.5 Definisi Operasional ...................................................................................... 6
1.6 Spesifikasi Produk ......................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 8
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 8
2.1.1 Budi Pekerti ........................................................................................... 8
2.1.1.1 Pengertian Budi Pekerti .................................................................... 8
2.1.1.2 Pendidikan Budi Pekerti ................................................................. 10
2.1.2 Gamelan ............................................................................................... 12
2.1.2.1 Etika Karawitan .............................................................................. 17
2.1.2.2 Cara Menabuh Gamelan ................................................................. 17
2.1.3 Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan ............................ 18
2.1.3.1 Rebab .............................................................................................. 19
2.1.3.2 Saron .............................................................................................. 19
2.1.3.3 Seruling .......................................................................................... 20
2.1.3.4 Siter ................................................................................................ 21
2.1.3.5 Bonang ........................................................................................... 21
2.1.3.6 Gender ............................................................................................ 22
2.1.3.7 Gong ............................................................................................... 22
2.1.4 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan......................... 23
2.1.5 Instrumen Gamelan: Saron Barung ..................................................... 27
2.1.6 Cergam ................................................................................................. 29
2.1.7 Literasi ................................................................................................. 33
2.2 Penelitian yang Relevan .............................................................................. 36
2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 39
2.4 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 41
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 41
3.2 Setting Penelitian ......................................................................................... 41
3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................................ 41
3.2.2 Subjek Penelitian ................................................................................. 41
3.2.3 Objek Penelitian................................................................................... 42
3.2.4 Waktu Penelitian .................................................................................. 42
3.3. Prosedur Pengembangan ............................................................................ 42
3.3.1 Potensi dan Masalah ............................................................................ 45
3.3.2 Pengumpulan Data ............................................................................... 45
3.3.3 Desain Produk ...................................................................................... 45
3.3.4 Validasi Desain .................................................................................... 46
3.3.5 Revisi Desain ....................................................................................... 46
3.3.6 Uji Coba Produk .................................................................................. 46
3.4 Uji Coba Produk .......................................................................................... 47
3.5 Instrumen Penelitian………………………………………………………47
3.5.1 Pedoman Wawancara………………………………………………..47
3.5.2 Angket……………………………………………………………….48
3.5.3 Validator Angket Pra Penelitian .......................................................... 49
3.5.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian ............................... 51
3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 52
3.6.1 Wawancara .......................................................................................... 52
3.6.2 Angket.................................................................................................. 52
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................... 53
3.7.1 Data Kualitatif ..................................................................................... 53
3.7.2 Data Kuantitatif ................................................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 56
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 56
4.1.1 Prosedur Pengembangan ...................................................................... 56
4.1.1.1 Potensi dan Masalah ....................................................................... 56
4.1.1.2 Pengumpulan Data ......................................................................... 57
4.1.1.3 Desain Produk ................................................................................ 61
4.1.1.4 Validasi Desain .............................................................................. 63
4.1.1.5 Revisi Desain .................................................................................. 65
4.1.1.6 Uji Coba Produk ............................................................................. 69
4.1.2 Kualitas Produk ................................................................................... 71
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 73
4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe .......................................................... 76
4.3.1 Kelebihan Prototipe ............................................................................. 76
4.3.2 Kekurangan Prototipe .......................................................................... 78
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 78
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 78
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 78
5.3 Saran ............................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 79
LAMPIRAN ........................................................................................................... 83
Biografi Penulis .................................................................................................... 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai-nilai Budi Pekerti dan Nilai-Nilai Karakter .................................. 11
Tabel 2.2 Nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan ....................................... 23
Tabel 2.3 Nilai-Nilai budi pekerti, nilai-nilai karakter, dan nilai-nilai memainkan
saron barung ........................................................................................... 29
Tabel 3.1 Kisi-kisi wawancara ............................................................................... 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen angket ..................................................................... 48
Tabel 3.3 Hasil Validasi Angket Pra Penelitian oleh Ahli ..................................... 49
Tabel 3.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian ................................. 51
Tabel 3.5 Klasifikasi Kelayakan Skala Empat ....................................................... 54
Tabel 4.1 Hasil Rekapitulasi Data Angket Analisis Kebutuhan ............................ 58
Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Validasi Uji Coba Produk Prototipe Buku .............. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan .............................................. 38
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD) .... 44
Gambar 4.1 Sketsa Awal ........................................................................................ 62
Gambar 4.2 Perbaikan Gambar Prototipe oleh Ilustrator ....................................... 63
Gambar 4.3 Prototipe Sebelum Direvisi ................................................................ 66
Gambar 4.4 Prototipe Sesudah Direvisi ................................................................. 66
Gambar 4.5 Prototipe Sebelum Direvisi ................................................................ 67
Gambar 4.6 Prototipe Sesudah Direvisi ................................................................. 67
Gambar 4.7 Prototipe Sebelum Direvisi ................................................................ 68
Gambar 4.8 Prototipe Sesudah Direvisi ................................................................. 68
Gambar 4.9 Peneliti memberikan pengarahan kegiatan uji coba produk............... 69
Gambar 4.10 Siswa kelas V membaca produk prototipe buku .............................. 70
Gambar 4.11 Siswa kelas V menulis refleksi ........................................................ 70
Gambar 4.12 Siswa kelas V mewarnai gambar ..................................................... 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ............................................................................ 83
Lampiran 2 Surat Ijin Uji Coba Produk ................................................................ 84
Lampiran 3 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari Sekolah ......... 85
Lampiran 4 Hasil Wawancara ................................................................................ 86
Lampiran 5a Instrumen Validasi Angket ............................................................... 88
Lampiran 5b Hasil Validasi Angket Siswa (Validator I) ....................................... 89
Lampiran 5c Hasil Validasi Angket Siswa (Validator II) ...................................... 91
Lampiran 6 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa ............................................ 93
Lampiran 7 Kisi-kisi Pembuatan Cergam .............................................................. 96
Lampiran 8a Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator Praktisi Gamelan) ...... 100
Lampiran 8b Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator Ahli Bahasa) .............. 102
Lampiran 9 Hasil Uji Coba Produk Buku ............................................................ 104
Lampiran 10a Pedoman Penilaian Produk ........................................................... 107
Lampiran 10b Rekap Uji Coba Produk Buku ...................................................... 110
Lampiran 11 Hasil mewarnai siswa kelas V ........................................................ 115
Lampiran 12 Foto Kegiatan selama uji coba produk ........................................... 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti membahas mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan
definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki keanekaragaman
kesenian. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan merupakan ungkapan
kreatifitas manusia yang memiliki nilai keluhuran dan keindahan pada suatu seni
dengan menggunakan iringan atau nada tertentu. Gamelan adalah salah sebuah
pernyataan musikal berupa kumpulan alat-alat musik tradisional dalam jumlah
besar yang terdapat di Indonesia (Yudoyono, 1984:15). Gamelan berasal dari kata
gembel. Gembel adalah alat untuk memukul, karena instrumen dibunyikan dengan
cara dipukul maka namanya menjadi gembelan (Endraswara, 2008:40). Pendapat
lain diungkapkan oleh Yudoyono (1984:31) gamelan juga dikenal dengan nama
gangsa yang berarti pegangan utama hidup manusia yaitu rasa. Yudoyono
(1984:15) mengatakan seperangkat gamelan yang lengkap mempunyai 75 alat dan
dapat dimainkan oleh 30 penabuh atau yang sering disebut penabuh disertai
dengan 10 sampai 15 pesinden dan atau gerong. Walaupun terdiri atas beberapa
macam alat, namun instrumen yang pokok digunakan biasanya antara lain Rebab,
Gender, Bonang, Gambang, Saron, Gong, Ketuk, Kenong, Kempul, Siter,
Kendang, Seruling, Demung, dan Peking. Seperangkat instrumen gamelan
tersebut jika dibunyikan akan menghasilkan sebuah seni musik yang biasa disebut
karawitan. Karawitan berasal dari kata rawit yang berarti kecil, halus, atau rumit
(Ferdiansyah, 2010:10). Karawitan dapat diartikan sebagai kehalusan rasa
diwujudkan dalam seni gamelan.
Kegiatan ekstrakurikuler sangatlah beragam, salah satunya adalah seni
(Soedarso, 1988:16). Salah satu seni asli budaya jawa adalah karawitan. Di
beberapa sekolah dasar diadakan kegiatan ekstrakurikuler karawitan dengan
tujuan untuk mengenalkan dan mengajak siswa untuk memainkan gamelan
sebagai usaha untuk melestarikan kesenian yang menjadi bagian dari kebudayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang terdapat di Indonesia. Melalui kegiatan ekstrakurikuler karawitan siswa juga
diajak untuk dapat menanamkan nilai-nilai budi pekerti dalam gamelan yang
terwujud dalam beberapa sikap sopan santun, religius, konsentrasi, tenggang rasa,
ketekunan, dan kerjasama.
Secara umum gamelan mempunyai muatan nilai-nilai budi pekerti dan
berpengaruh pada perilaku penabuh gamelan. Budi pekerti adalah nilai moralitas
manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata (Suparno, dkk,
2002:29). Nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam memainkan gamelan
diwujudkan dalam berbagai perilaku, diantaranya saat memasuki arena gamelan
hendaknya berjalan jengkeng/laku dhodhok, sebelum dan sesudah memainkan
gamelan sebaiknya berdoa. Karena menurut kepercayaan, gamelan merupakan
tempat para arwah, sehingga dilarang keras untuk bertindak tidak sopan
(Ferdiansyah, 2010:11-12). Sejalan dengan Ferdiansyah, menurut Walton (2001)
pemain gamelan mengambil posisi duduk bersila yang mengandung makna harus
rendah hati dan tenang dalam bersikap, bertutur kata sopan dan tidak boleh
melangkahi alat musik gamelan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada praktisi gamelan
peneliti mendapatkan informasi bahwa memainkan gamelan itu berarti
mengembangkan seni kebudayaan Jawa. Di samping itu terdapat peraturan tidak
boleh melangkahi gamelan karena itu merupakan peraturan yang adiluhung yang
dapat diwujudkan pada saat penabuh akan memainkan gamelan dengan berjalan
jongkok karena hal itu memiliki hubungan dengan budi pekerti yang berhubungan
dengan etika kesopanan saat bermain gamelan. Ketertiban dalam memainkan alat
musik gamelan juga terdapat pada ketepatan dan kerjasama penabuh menabuh
instrumen gamelan. Oleh karena itu, hubungan gamelan dengan budi pekerti
terletak pada kelakuan penabuh yang memainkan gamelan yang akan terasah
sehingga mempunyai budi pekerti dan etika yang baik. Anak-anak perlu
diperkenalkan sejak dini terhadap alat musik gamelan karena setiap anak yang
memainkan gamelan akan menimbulkan suasana keheningan dan rasa nyaman.
Tetapi seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi yang sudah semakin
canggih di era globalisasi ini, anak-anak pada masa sekarang kurang tertarik
bahkan tidak mengenal alat musik tradisional gamelan. Hal itu membuat anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
anak pada masa sekarang itu tidak mengenal arti sebuah rasa, budi pekerti, dan
pola pikir. Praktisi juga mengatakan masih kurangnya buku tentang pendidikan
budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Peneliti melakukan penyebaran angket pada tanggal 15 Juni 2017 kepada
20 siswa kelas V di SD Kanisius Klepu. Angket tersebut dibagikan untuk
mengetahui analisis kebutuhan siswa mengenai tingkat pemahaman siswa tentang
nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan dan mengetahui perlu atau tidaknya
buku yang berisi informasi tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan
gamelan. Peneliti mendapatkan data bahwa: 65% siswa menjawab sebelum
memainkan gamelan harus berdoa, 65% siswa menjawab saat memainkan
gamelan harus fokus, 5% siswa menjawab saat bermain gamelan harus kompak,
25% siswa menjawab setelah memainkan gamelan harus hormat, 15% siswa
menjawab setelah memainkan gamelan harus berdoa, 15% siswa menjawab
setelah memainkan gamelan harus mengembalikan alat ke tempatnya, 85% siswa
pernah membaca buku notasi gamelan, 25% siswa pernah membaca buku pepak
basa jawa.
Berdasarkan hasil angket tersebut peneliti mendapatkan data bahwa
memainkan gamelan dapat membantu siswa memiliki kebiasaan berdoa (80%),
fokus (65%), kerjasama (5%), menghormati (25%), tanggung jawab (15%), dan
100% siswa belum pernah membaca buku tentang nilai-nilai dalam gamelan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belum tersedianya buku tentang nilai-nilai
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan. Pada penelitian ini peneliti
hanya fokus pada instrumen saron barung karena instrumen tersebut memiliki
kekhasan yaitu mempunyai nilai tenggang rasa. Oleh karena itu peneliti terdorong
untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
instrumen gamelan saron barung (untuk SD).
Peneliti terdorong pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Alexander (2016) tentang peran kegiatan ekstrakurikuler karawitan Jawa untuk
menanamkan nilai cinta budaya pada siswa di SD Antonius 01 Semarang. Cinta
budaya merupakan bagian dari salah satu karakter anak bangsa yaitu cinta tanah
air dan bertanggungjawab pada kelestarian budayanya sendiri. Nilai cinta budaya
hendaknya ditanamkan pada dalam diri anak-anak melalui kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
ekstrakurikuler karawitan. Simpulan hasil penelitian tersebut adalah kegiatan
ekstrakurikuler karawitan jawa sangat berperan dalam menanamkan nilai cinta
budaya pada anak. Oleh karena itu, diharapkan kegiatan ekstrakurikuler karawitan
dapat terus dipertahankan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memainkan gamelan dan menanamkan nilai cinta budaya.
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh peneliti terdorong untuk
menyusun sebuah prototipe tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan
gamelan. Prototipe buku yang dikembangkan berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti
dalam Memainkan Gamelan”. Prototipe tersebut terdiri dari dua bagian yaitu
bagian pertama berisi artikel “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan
Gamelan”. Artikel tersebut berisi tentang pengertian gamelan, nilai-nilai budi
pekerti dalam beberapa instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan. Bagian kedua memuat tentang sebuah cergam berjudul
“Bermain Saron Barung Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”. Isinya tentang
seorang siswa kelas V bernama Reni yang menyukai gamelan sejak kecil dan
membagikan pengalamannya saat terpilih menjadi penabuh saron barung. Ia
dilatih untuk dapat berkonsentrasi pada saat menabuh saron sesuai dengan notasi
gamelan dan menghargai penabuh lainnya sehingga tercipta sikap tenggang rasa
dengan antar penabuh gamelan. Cerita tersebut diperkuat dengan 10 gambar
memainkan gamelan. Prototipe ini juga berisi daftar kepustakaan yang berkaitan
dengan gamelan dan pendidikan budi pekerti serta biografi penulis. Peneliti
memilih buku cerita bergambar sesuai dengan upaya Gerakan Literasi Sekolah
untuk melakukan pembiasaan kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran
dimulai di SD.
Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan
sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, menyimak,
menulis, dan/atau berbicara (Faizah, dkk, 2016:2). Konten bacaan yang sesuai
dengan siswa salah satunya adalah cerita bergambar atau cergam. Cergam adalah
buku yang menyampaikan pesan lewat dua cara, yaitu ilustrasi dan tulisan.
Ilustrasi (gambar) merupakan yang ingin disampaikan dalam buku secara lebih
baik dan jelas. Ilustrasi dan tulisan saling berkaitan dalam menyampaikan sebuah
pesan (Nurgiyantoro, 2005:153). Tujuan literasi adalah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi. Melalui
prototipe buku tentang pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
peneliti berharap dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan cinta terhadap
pengetahuan tentang kesenian gamelan yang merupakan salah satu bagian dari
kebudayaan di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti berharap prototipe buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan dapat menjadi sarana literasi
untuk siswa SD.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD)” ?
1.2.2 Bagaimana kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam
Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD)” ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1.3.1 Untuk mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam
Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD).
1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD)”.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Siswa
Prototipe buku pendidikan budi pekerti dapat memberikan informasi
kepada siswa tentang makna nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam
memainkan gamelan. Setelah siswa memahami isi dari prototipe buku,
siswa juga dapat mengembangkan karakter kepribadian dalam
kehidupannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4.2 Bagi Guru
Guru dapat menggunakan prototipe buku budi pekerti dalam memainkan
gamelan sebagai sarana untuk memberikan literasi dalam bentuk cerita
bergambar berkaitan dengan gamelan sekaligus membina siswa dalam
membangun karakter yang dimiliki oleh setiap siswa.
1.4.3 Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan melatih peneliti melakukan pengembangan
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.
1.5 Definisi Operasional
Beberapa definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.5.1 Prototipe
Prototipe adalah produk sederhana berupa buku yang belum dicetak dan
dipublikasikan secara luas atau belum resmi memiliki hak cipta atas
produk tersebut.
1.5.2 Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan Budi pekerti merupakan pengetahuan tentang sikap atau
perilaku seseorang yang berkaitan dengan norma dan etika.
1.5.3 Gamelan
Gamelan merupakan seperangkat alat musik yang berasal dari daerah Jawa
yang jika dimainkan menimbulkan suatu bunyi atau irama tertentu dan
mempunyai nilai tertentu di dalam memainkannya.
1.5.4 Instrumen Saron Barung
Saron Barung merupakan salah satu macam instrumen gamelan Jawa
untuk tetabuhan keras yang dimainkan dengan cara dipukul berdasarkan
notasi atau dimainkan dengan cara teknik imbal yang dapat menumbuhkan
sikap tenggang rasa pada pemainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5.5 Nilai-nilai dalam Memainkan Gamelan
Nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan diwujudkan dalam
berbagai aturan dan tata cara yang menjadi kebiasaan para penabuh
gamelan antara lain sopan santun, religius, kerjasama, tenggang rasa,
konsentrasi, ketekunan, dan tanggung jawab.
1.6 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
1.6.1 Produk prototipe berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam memainkan
Gamelan”.
1.6.2 Isi prototipe antara lain cover, kata pengantar, daftar isi, bagian I artikel
berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”, bagian II
cergam berjudul “Bermain Saron Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”,
refleksi, daftar pustaka, dan biodata.
1.6.3 Cergam memuat gambar: gambar 1 (cover); gambar 2 (sosok Reni),
gambar 3 (Reni dan teman-temannya sedang berlatih karawitan bersama
pelatih), gambar 4 (Reni menabuh saron barung), gambar 5 (Reni dan
teman-temannya berjalan jongkok), gambar 6 ( Reni dan teman-teman
berdoa), gambar 7 (Reni menabuh saron bersama kedua temannya
menabuh kendang dan gender), gambar 8 (Reni dan teman-temannya
menabuh gamelan), gambar 9 (Reni dan teman-temannya pentas), gambar
10 (Reni dan teman-temannya memberi hormat seusai pementasan),
gambar 11 (Reni dan teman-temannya berdoa)
1.6.4 Prototipe buku dicetak dengan ukuran kertas A5.
1.6.5 Cover prototipe dicetak menggunakan jenis kertas ivory.
1.6.6 Isi prototipe berupa kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, artikel,
cergam, daftar pustaka dan biodata menggunakan jenis kertas
menggunakan jenis kertas art paper.
1.6.7 Prototipe buku pada bagian cergam diisi dengan frame gambar hitam putih
dan menggunakan font Arial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai Kajian Pustaka, Penelitian
yang Relevan dan Kerangka Berpikir. Ketiga hal tersebut akan diuraikan sebagai
berikut.
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan sebuah acuan yang digunakan peneliti dalam
membuat Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan
(untuk SD). Teori-teori yang digunakan merupakan definisi dan hasil analisa
pakar yang telah ahli di bidang pendidikan dan kebudayaan. Hal tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
2.1.1 Budi Pekerti
2.1.1.1 Pengertian Budi Pekerti
Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi
kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut
Koentjaraningrat (2000:9) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari
bahasa sansakerta “buddayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”
atau “akal” yang didefenisikan sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan
rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.
Sedyawati (1999:5) mengatakan budi pekerti diartikan sebagai moralitas
yang mengandung pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan perilaku.
Moralitas mengandung beberapa pengertian antara lain pemikiran, sikap, dan
perilaku (Zuriah, 2011:17). Sedangkan menurut Suparno, Koesomo, Titisari,
Kartono (2002:29) budi pekerti lebih diartikan sebagai nilai moralitas manusia
yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Budi sering diartikan sebagai
nalar, pikiran, dan akal. Secara operasional, budi pekerti dapat dimaknai sebagai
perilaku yang tercermin dalam kata, perbuatan, pikiran, sikap dan perasaan,
keinginan dan hasil karya. Maka budi pekerti dapat disimpulkan sebagai pelajaran
etika hidup bersama dengan bertindak baik yang berdasarkan nalar.
Budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku yang
mempunyai suatu nilai etika. Menurut Bertens (dalam Sjarkawi, 2006:24) etika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mempunyai tiga arti. Pertama, etika dalam arti nilai-nilai atau norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok orang dalam mengatur
tingkah lakunya. Kedua, etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral. Ketiga,
etika dalam arti ilmu tentang yang baik atau buruk. Istilah etika kadang
dipergunakan sama dengan kata moral (Sjarkawi, 2006:27). Moral berasal dari
bahasa Latin yaitu kata more yang berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak,
cara hidup (Bagus, 1996:672). Maka dapat disimpulkan bahwa moral artinya sama
dengan etika, yaitu nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Menurut Steeman (dalam Sjarkawi 2006:29) nilai adalah yang memberi
makna pada hidup. Nilai seseorang akan diukur melalui tindakan yang dilakukan.
Oleh karena itu, etika menyangkut dengan nilai. Sesuatu dikatakan mempunyai
nilai, apabila sesuatu itu berguna, benar, indah, dan religius. Nilai kebenaran
adalah bersumber dari unsur akal manusia (rasio, budi, dan cipta atau kognitif,
afektif, dan psikomotorik). Nilai kebaikan atau nilai moral adalah nilai yang
bersumber pada unsur kehendak atau kemauan manusia (will, karsa, dan etik).
Nilai religius adalah nilai yang bersumber dari keyakinan ketuhanan yang ada
pada diri seseorang. Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada unsur rasa
manusia (gevoel, perasaan, aestetis).
Estetika (aesthetic) adalah suatu hal yang mengutamakan tentang
keindahan. Keindahan itu dapat diwujudkan dalam niat, keindahan dalam proses,
dan keindahan dalam hasil. Apabila dikaitkan dengan indra manusia maka
keindahan sesuatu yang dilihat disebut sedap dipandang, keindahan sesuatu yang
didengar disebut merdu, keindahan sesuatu yang dikecap disebut enak. Daya
keindahan ini merupakan hal yang juga menjadi bagian dari nilai yang perlu
dimiliki oleh para siswa. Oleh karena itu, dalam pendidikan budi pekerti pun
semestinya memasukkan nilai-nilai estetika sebagai bagian darinya (Sjarkawi,
2006:33). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti disebut juga
dengan moralitas atau sikap yang dicerminkan oleh perilaku yang mempunyai
suatu nilai etika sehingga akan terwujud suatu keindahan. Budi pekerti dapat
diwujudkan melalui pendidikan budi pekerti yang akan dibahas pada bagian
selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2.1.1.1 Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya untuk membekali
peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya agar memiliki hati nurani
yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan
kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian, terbentuklah
pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap,
pikiran, perasaan, dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan
moral luhur bangsa (Zuriah, 2011:17-20).
Pendidikan budi pekerti adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan nilai, sikap\, dan perilaku yang memancarkan budi pekerti luhur.
Nilai-nilai positif yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti
luhur antara lain bekerja keras, beradab, berdisiplin, berhati lembut, beriman dan
bertakwa, berkepribadian, bersemangat, bertanggung jawab, bertenggang rasa,
cerdas, cermat, kesatria, kooperatif, mandiri, rasa indah, rasa percaya diri, rendah
hati, sabar, semangat kebersamaan, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan
santun, takut bersalah, ulet dan sejenisnya (Sjarkawi, 2006:34).
Seseorang yang berkepribadian baik, berarti orang itu dapat
mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung pada budi pekerti dalam kehidupannya
sehari-hari. Dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang baik
sejak dini, akan membantu pembentukan kepribadian yang berbudi pekerti luhur.
Kepribadian seseorang merupakan cerminan watak dan tingkah laku yang dapat
berpengaruh pada etika orang tersebut di masyarakat. Selain etika, kepribadian
yang dimiliki seseorang akan memengaruhi cara pandang orang tersebut terhadap
estetika di lingkungannya. Kepribadian yang peka pada kebaikan, pada umumnya
juga akan lebih peka atau peduli terhadap estetika dalam kehidupannya (Sjarkawi,
2006:35).
Makna pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter memang tidak
dapat dipisahkan karena semuanya bertujuan untuk membentuk suatu karakter.
Karakter dalam istilah sederhananya adalah pendidikan budi pekerti, kata karakter
berasal dari bahasa inggris character, artinya watak (Dewantara, 1977:24).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:623) yang dimaksud karakter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dari yang lain, tabiat, watak. Budi merupakan alat batin yang merupakan panduan
akal dan perasaan menimbang baik buruk tabiat, akhlak, watak, perbuatan baik,
daya upaya dan akal. Perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu
yang berwujud dalam sikap.
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk mengembangkan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan
berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif
bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikomotorik akan
bermuara pada keterampilan dan perilaku. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa terdapat tiga aspek dalam
pembelajaran yaitu, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan adalah
bentuk dari prinsip dan fakta, keterampilan adalah pemerolehan kemampuan
melalui pelatihan atau pengalaman. Sikap didefinisikan sebagai suatu pendapat,
perasaan atau mental seseorang yang ditunjukkan oleh tindakan. Pendidikan
sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti baik itu kekuatan batin dan karakter
agar anak didik dapat menemukan kesempurnaan hidup. Ki Hajar Dewantara
memandang pentingnya pendidikan karakter sebagai bekal untuk meraih cita-cita,
karena karakter manusia menjadi modal utama dalam menjalani kehidupan
(Dewantara, 1967:15).
Persamaan aspek pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Nilai-nilai Budi Pekerti dan Nilai-Nilai Karakter
Nilai-nilai Budi Pekerti Nilai-Nilai Karakter
Pikiran Kognitif
Perilaku Psikomotor
Sikap Afektif
Karakter peserta didik merupakan suatu kualitas atau sifat baik menurut
norma agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional yang terus
menerus dan kekal yang dapat dijadikan identitas individu, sebagai hasil dari
pengalaman belajar peserta didik (Fatthurrohman, 2013:18). Ada enam pilar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
penting karakter manusia yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
watak/perilakunya, yaitu respect (penghormatan), responsibility (tanggung
jawab), citizenship-civic duty (kesadaran berwarganegara), fairness (keadilan),
caring (kepedulian dan kemauan berbagi) dan trustworthiness (kepercayaan).
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan budi
pekerti adalah suatu pengetahuan tentang sikap atau perilaku seseorang yang
berkaitan dengan norma dan etika. Pendidikan budi pekerti untuk membentuk
suatu karakter anak dapat diwujudkan melalui budaya. Indonesia merupakan
negara yang memiliki keanekaragaman kebudayaan salah satunya dalam bidang
kesenian. Kesenian menurut Dewantara (1977:330) adalah segala perbuatan
manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat
menggerakkan jiwa perasaan manusia. Tindakan atau perbuatan manusia yang
mereka ungkapkan dari dalam diri dan memiliki nilai estetika dapat menarik minat
para penikmat seni. Karena melalui kesenian manusia mampu menyeimbangkan
antara kebutuhan jasmani dan rohani dengan melakukan kegiatan atau aktivitas
sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Kesenian sebagai bagian dari kebudayaan
yang keberadaannya sangat dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya.
Salah satu kesenian alat musik yang ada di Indonesia adalah Gamelan. Oleh
karena itu, peneliti akan mengembangkan sebuah produk berupa prototipe buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa usia sekolah
dasar.
2.1.2 GAMELAN
Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan
berasal dari daerah Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat
yang biasa disebut dengan Degung dan di Bali (Gamelan Bali). Satu perangkat
gamelan terdiri dari instrument saron, demung, gong, kenong, bonang dan
beberapa intrumen lainnya. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel
yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran -an yang menjadikannya kata
benda. Di dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas salah satu alat
musik gamelan yang berasal dari daerah Jawa yaitu Gamelan Jawa.
Gamelan adalah salah sebuah pernyataan musikal berupa kumpulan alat-
alat musik tradisional dalam jumlah besar yang salah satunya terdapat di Pulau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Jawa (Yudoyono, 1984:15). Ditinjau dari istilah kata, gamelan terjadi dari
pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk
memukul, karena cara membunyikan instrument itu dengan dipukul-pukul.
Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok
namanya ketokan atau kentongan, barang yang sering digembel namanya
gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan.
Gamelan berasal dari kata “gamel” dengan alat musik perkusi yakni alat musik
yang dipukul (Zoetmulder dalam Ferdiansyah, 2010:26). Pendapat lain
diungkapkan oleh Yudoyono (1984:31) kata lain dari gamelan Jawa adalah
gangsa. Gangsa mempunyai arti yang menunjukkan latar belakang filsafat
diciptakannya alat tetabuhan ini. Bahwa menurut masyarakat Jawa, gangsa
mengandung arti: gang= gegandulaning urip (pegangan utama hidup) dan sa =
rasa. Jadi gangsa adalah pegangan utama hidup yaitu rasa.
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan
musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan (Trimanto dalam Purwadi
dan Widayat, 2006:1). Karawitan adalah seni memainkan alat musik bernama
gamelan. Dengan kata lain, karawitan adalah seni musiknya dan gamelan adalah
alat yang dipergunakan dalam karawitan untuk mengiringi tarian, upacara adat,
dan nyanyian, umumnya dimainkan untuk mengiringi pagelaran seni panggung.
Ferdiansyah (2010:10) mengatakan karawitan berasal dari kata dasar “rawit” yang
berasal kecil, halus, atau rmumit. Sedangkan menurut Endraswara (2008:23-24)
karawitan berasal dari kata rawit, yang mendapat awalan ka dan akhir an. Rawit
berarti halus, lembut, lungit. Secara etimologis, istilah “karawitan” juga ada yang
berpendapat berasal dari kata rawita yang mendapat awalan, ka dan akhir an.
Rawita adalah sesuatu yang mengandung rawit berarti halus, remit. Kata rawit
merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian kecil, potongan kecil, renik,
rinci, halus, atau indah. Jadi dapat disimpulkan karawitan merupakan seni musik
dari perpaduan seperangkat instrumen gamelan yang rumit tetapi indah untuk
didengarkan.
Yudoyono (1984:15) mengatakan seperangkat gamelan yang lengkap
mempunyai 75 alat dan dapat dimainkan oleh 30 penabuh atau yang sering disebut
niyaga disertai dengan 10 sampai 15 pesinden dan atau gerong. Alat-alat bunyi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
gamelan itu disebut ricikan. Bahkan ada pula ricikan yang digesek, dipetik, dan
disebul. Pada dasarnya ricikan gamelan dibagi menjadi tiga macam, menurut
bentuk dan wujudnya (Widodo, 1996:1), yaitu: (a) Bilah, wujud dan bentuknya
seperti bilah, antara lain Demung, Slenthem, Saron Barung, Saron Penerus,
Gender Barung, Gender Penerus, Gambang (bilah kayu); (b) Pencon atau pencu,
wujud dan bentuknya seperti pencon atau pencu (ricikan yang mempunyai pencon
atau pencu), antara lain: Kenong, Kempul, Gong Besar, Gong Suwukan, Bonang
Barung, Bonang Penerus, Kethuk, Kempyang, Engkuk-Kemong; (c) bentuk lain-
lain, wujud dan bentuknya tidak sama dengan yang lainnya, yaitu Siter, Rebab,
Kendang, Suling, dan Kemanak. Walaupun terdiri atas beberapa macam
alat/instrumen, namun pada pokoknya alat-alat tersebut antara lain adalah Rebab,
Gender, Bonang, Gambang, Saron, Gong, Ketuk, Kenong, Kempul, Siter,
Kendang, Seruling, Demung, Peking (Yudoyono, 1984:87).
Gamelan dapat berdiri sendiri dalam uyon-uyon. Perpaduan bunyi yang
selaras antara tempo dan irama dari berbagai instrument mampu menghasilkan
suara teratur yang disebut gending. Apabila dibunyikan tidak untuk mengiringi
suatu tembang atau nyanyian manusia, maka gendingnya disebut soran
(Yudoyono, 1984:15). Gamelan terdiri atas alat-alat tetabuhan keras (dari logam)
dan alat-alat tetabuhan halus (bukan dari logam). Menurut nada atau larasnya,
gamelan Jawa dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pelog dan slendro.
Pelog mempunyai sifat semu sedih, halus dan menyayat dalam irama gending-
gendingnya. Sedangkan slendro mempunyai sifat yang terasa gagah, segar dan
menggembirakan (Yudoyono, 1984:26).
Gamelan berfungsi untuk mengiringi sebuah pertunjukkan tari atau drama
dan merupakan merupakan ciri kesenian Jawa (Surjodiningrat dalam Yudoyono,
1984:15). Oleh sebab itu, tak heran bila gamelan digunakan untuk mengiringi
beberapa kesenian Jawa seperti, tari, wayang, kesusastraan, adat istiadat.
Kepercayaan dan naluri orang Jawa sangat erat hubungannya dengan gamelan. hal
itulah yang membentuk watak masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa gamelan
mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan
spriritual (Trimanto dalam Purwadi dan Widayat, 2006:10). Gamelan adalah alat
kesenian yang serba luwes. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan,
rasa kesetiakawanan akan tumbuh, tegur sapa halus, dan bertingkah laku sopan.
Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing
(Endraswara, 2008:44). Meskipun gendhing berlagu keras, nada cepat, kehalusan
rasa tetap ada. Belajar karawitan berarti belajar hidup bersama, belajar menjadi
manusia utuh. Gendhing yang paling sederhana pun tetap memuat daya estetika
tinggi. Jadi karawitan akan memperhalus estetika dan sekaligus etika. Aspek-
aspek kemanusiaan akan muncul dalam karawitan. Satu penabuh dengan yang
lain, tidak mungkin berdiri sendiri, melainkan secara ritmis saling mewujudkan
kepaduan yang mapan (Endraswara, 2008:6).
Nilai-nilai etika dan estetika pada mulanya timbul dari perasaan, tetapi
tidak luput dari pengaruh gerak pikiran yang semuanya itu dipengaruhi dari panca
indera. Panca indera manusia adalah alat penyambung dunia dengan jiwa
manusia. Penglihatan digunakan untuk melatih kecerdasan pikiran. Sedangkan
pendengaran mempunyai daya pengruh lebih dalam lagi terhadap perasaan. Oleh
karena itu, untuk melatih perasaan perlu sekali adanya latihan halusnya
pendengaran dengan olah suara. Latihan gending dapat digunakan untuk melatih
kehalusan pendengaran yang akan membawa halusnya rasa dan budi. Gending
adalah pengatur gerak irama (Dewantara, 1967:215).
Gending adalah wirama dalam bentuk suara atau wirama yang dapat
didengar. Wirama adalah segala getaran dan gerak yang teratur serta harmonis dan
cepat lambatnya laku sehingga menimbulkan suasana yang mengesan (Dewantara,
1967:216). Sifat tertib yang bersifat indah dan karena keindahannya lalu dapat
memberi rasa senang atau bahagia. Wirama dapat memcerdaskan budi pekerti atau
bisa dikatakan dapat membentuk watak seseorang. Hal ini terbukti dari hidup
orang-orang yang biasa hidup dengan wirama, pada umumnya mereka itu
bertabiat, tetap hati, teguh dan tahan, tertib dan sejuk jiwanya, berani, tenteram
dan sabar, bersenang hati, dan sebagainya. Misalnya pelajaran gerak wirama yang
bersifat beksa (wiraga) yaitu aturan gerak badan yang terpakai sehari-hari selaku
tata karma (laku-dodok, munduk-munduk, ngapurancang, sila, jengkeng, dsb).
Pelajaran itu merupakan pendidikan yang boleh disebut pembiasaan pada wirama.
Walaupun sekarang bukan jamannya berjongkok dan menyembah, akan tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
baik jika cara-cara yang bersifat wirama dapat diajarkan untuk pendidikan budi
pekerti (Dewantara, 1962:311).
Suara gending ada dua macamnya, yaitu diwujudkan dengan suara
manusia yang disebut sekar (tembang, lagu) dan dapat juga disuarakan dengan
alat yang dinamakan gamelan yang biasanya lalu disebut dengan gending.
Gendhing dalam arti umum adalah lagu. Lagu suara (gending vokal) dalam
kesenian Jawa selalu mempergunakan irama bebas, akan tetapi gending gamelan
(gending instrumental) hampir semuanya memakai irama tetap. Tidak setiap
gending melibatkan semua instrument. Ada kalanya suatu gending hanya
membutuhkan beberapa instrument untuk mengiringi. Sedangkan gendhing dalam
arti khusus adalah nama dari suatu lagu tertentu, misalnya tembang lagu dolanan
anak Gugur Gunung dan Sluku-sluku Bathok. Untuk memainkan tembang lagu
dolanan tersebut, gamelan yang digunakan adalah gamelan slendro sesuai dengan
sifat dan irama yang akan dibawakan yaitu semangat dan menggembirakan.
Pakaian dalam pentas kesenian karawitan adalah pakaian adat masing-
masing daerah. Misalnya karawitan Jawa, otomatis pakaian yang digunakan
adalah pakaian adat Jawa. Begitu juga di daerah lain, menggunakan pakaian
adatnya masing-masing, ataupun pakaian daerah yang dicampurkan dengan unsur-
unsur lain. Seorang pemain harus bersikap sopan dan luhur. Gamelan Jawa
mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat relig atau kepercayaan yang
dianut oleh masyarakat. bahkan dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan, karena
gamelan Jawa merupakan perwujudan hasil manunggalnya cipta, rasa dan karsa
manusia.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gamelan adalah
seperangkat alat musik gamelan yang terdapat di Pulau Jawa yang memiliki
sejarah dan nilai seni. Seni yang dihasilkan dari gamelan adalah karawitan.
Karawitan merupakan seni musik tradisional yang dibawakan secara
berkelompok, dengan alat musik gamelan sebagai isntrumennya, yang memiliki
sistem nada/tangga nada (laras), yaitu laras pelog dan laras slendro. Dengan kata
lain karawitan adalah seni musiknya dan gamelan adalah alat musiknya yang
digunakan dalam karawitan. Selain itu, gamelan tidak boleh dimainkan secara
sembarangan dan harus sopan. Oleh karena itu, terdapat nilai-nilai budi pekerti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dalam setiap instrument gamelan dan memainkan gamelan. Nilai-nilai tersebut
yang nantinya akan membentuk suatu karakter atau watak seseorang yang
memainkan gamelan. Beberapa uraian di atas mengenai arti gamelan, karawitan,
gendhing, dan jenis instrumen gamelan akan dimuat oleh peneliti pada prototipe
buku bagian I yang berisi artikel tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan
gamelan.
2.1.2.1 Etika Karawitan
Menurut Endraswara (2008:69) terdapat beberapa nilai etika dalam bermain
karawitan, antara lain:
1. Menata dan menyiapkan pukul (tabuh) di atas gamelan dengan pegangan
di sebelah kanan. Pukul tidak diletakkan di bawah, diselipkan dalam
gamelan. Kecuali tabuh gong, bisa diletakkan di depan penabuh. Tabuh
gender juga diletakkan ke kanan kiri agar memudahkan memegang jika
hendak mulai.
2. Tidak diperkenankan untuk melangkahi gamelan.
3. Cara duduk wanita adalah bersimpuh, namun jika memakai celana panjang
diperkenankan untuk bersila. Sedangkan laki-laki bersila dengan posisi di
tengah gamelan.
4. Tidak diperkenankan menabuh sambil bicara, senda gurau, makan, dan
merokok karena merupakan hal yang kurang bagus.
5. Boleh memejamkan mata apabila sudah mampu menabuh dengan tepat.
6. Pada waktu jeda tidak tidur di atas gamelan dan tidak saling berbicara
dengan penabuh lain, kecuali dalam konteks gendhing.
2.1.2.2 Cara Menabuh Gamelan
1. Pakaian yang digunakan dalam menyajikan karawitan disebut dengan
pakaian kejawen yang terdiri dari blangkon, jas bukak, keris, sabuk,
timang dan nyamping (kain jarik).
2. Posisi badan tegak menghadap ke depan dengan posisi duduk yang sudah
disesuaikan.
3. Cara memegang pukul wilahan harus miring (condong ke kanan) kira-kira
60 derajat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4. Menabuh dengan semangat dan irama yang laras namun tetap
memperhatikan tempo gendhing. Misalnya lagu-lagu soran (tanpa iringan
vokal) ditabuh keras terlebih wilahan, namun juga tetap memperhatikan
kenyamanan.
5. Mengikuti aba-aba pangrengga suwara/irama (gender, rebab, sindhen),
pamurba suwara (kendhang), pangarsa suwara (bonang, demung) serta
permintaan yang diiringi.
6. Dalam karawitan tidak dibenarkan asal menabuh sendiri, meskipun urutan
titilaras betul.
7. Apabila menabuh tertinggal atau terlalu cepat, diperkenankan berhenti
sejenak kemudian melirik instrumen saron demung atau slenthem agar
dapat mengikuti lagi.
8. Penabuh gong harus sigap, akan ditagih oleh seluruh penabuh, jika suwuk
tidak menabuh, karawitan terasa gagal.
Pada bagian sebelumnya telah diuraikan beberapa hal mengenai arti
gamelan, karawitan, etika dalam karawitan dan cara menabuh gamelan.
Penjelasan tersebut dimuat dalam prototipe buku pendidikan budi pekerti yang
peneliti kembangkan. Karena bahasa dan penjelasan yang dirasa masih sulit
dipahami oleh siswa, maka peneliti membuat isi prototipe menggunakan
bahasa yang lebih sederhana dan sesuai dengan pemahaman siswa sekolah
dasar.
2.1.3 Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan
Gamelan merupakan kumpulan dari bermacam-macam alat musik yang
masing-masing mempunyai cara memainkan tersendiri dan di dalam setiap
instrumen gamelan terdapat makna atau arti serta nilai yang akan berpengaruh
terhadap penabuh gamelan. Menurut Yudoyono (1984:87-130) gamelan pada
pokoknya terdiri atas 14 macam jenis instrumen, namun di sini peneliti hanya
akan membahas 7 macam instrumen karena instrumen yang dipaparkan oleh
peneliti mengembangkan nilai religius, konsentrasi, tenggang rasa, tanggung
jawab, sopan santun, pemimpin, kepekaan, dan kesabaran. Berikut karakteristik
dan nilai dari masing-masing instrumen:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.1.3.1 Rebab
Rebab adalah suatu instrument gamelan berdawai yang
membunyikannya secara digesek. Instrumen ini dalam komposisi gamelan
Jawa termasuk tetabuhan halus. Bentuk dari alat musik ini dikembangkan
dari bangun manusia sedang duduk bersila menurut konsepsi orang Jawa.
Sesuai dengan dasar konsep ini, maka cara membunyikannya dengan sikap
duduk bersila. Rebab dipegang dalam posisi tegak dan penggeseknya
digerakkan kea rah kiri dan kanan secara horizontal. Ini mempunyai arti
harus ada keseimbangan antara hubungan vertikal dan horizontal pada
setiap diri manusia. Ujung rebab bagian atas (tegak) menunjuk kea rah
manusia menyembah Tuhannya. Sedangkan cara menggeseknya menunjuk
arah bagaimana seseorang itu bersikap dan bertindak atas sesamanya
dalam kehidupan sehari-hari. Pembunyian rebab merupakan proses
hubungan antar manusia dengan apa yang ada disekelilingnya untuk
menemukan kesatuan hati seperti yang diinginkan. Hal ini mengingatkan
bahwa manusia akan bicara, bersikap atau pun bertindak apabila ada
masalah baik yang datang dari luar maupun dari dalam (gesekan). Rebab
berasal dari kata Re dan bab. Re artinya kembali/mengulang/pergantian.
Sedangkan bab artinya masalah/problema/bagian ataupun keadaan. Jadi
rebab diartikan sebagai pergantian masalah, pergantian bagian, atau
pergantian keadaan. Rebab berfungsi sebagai pengarah irama dalam suatu
gending. Oleh karenanya sering dikatakan bahwa rebab merupakan
pemimpin kelompok gamelan.
2.1.3.2 Saron
Saron merupakan salah satu macam alat gamelan Jawa untuk
tetabuhan keras berupa wilahan-wilahan berbentuk agak cembung dari
perunggu yang disusun berderet diatas kotak kayu sebagai wadah gema.
Makin kecil wilahannya, maki tinggi suaranya. makin besar wilahannya,
makin rendah suaranya. cara membunyikannya dengan menggunakan
sebuah alat pemukul yang terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. Saron
berasal dari kata ‘seron’ yang berarti sero atau keras. Suatu makna yang
tersirat dibalik alat gamelan yang disebut saron ini antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a) Saron demung berasal dari kata gandem + unggul, sebagai pembawa
lagu pokok hendaknya dapat membawakannya secara betul sehingga
nikmat didengar dan tidak tenggelam ditelan suara alat-alat lainnya.
b) Saron barung berasal dari kata bareng + nyurung, bersama-sama
mendorong sebagai perwujudan dari usaha gotong royong menuju
pada yang dicita-citakan yaitu keluhuran.
Saron barung dapat dimainkan sesuai notasi atau bergantian
dengan penabuh saron barung yang lain. Teknik memainkan seperti itu
biasa disebut imbal. Oleh karena itu, penabuh saron harus bisa konsentrasi
pada saat memukul setiap wilahan dengan tetap memperhatikan irama dari
penabuh yang lain. Memainkan instrumen ini menumbuhkan sikap
tenggang rasa terhadap penabuh lain yang timbul dari perasaan saat
menabuh, artinya penabuh saron harus menghargai penabuh yang lain
dengan mendengarkan keras lembutnya suara yang dihasilkan dan tidak
seenaknya sendiri dalam memukul. Instrumen ini melatih konsentrasi dan
menumbuhkan tenggang rasa.
2.1.3.3 Seruling
Cara memainkan alat musik satu ini adalah dengan ditiup. Kata
seruling dalam bahasa jawanya adalah suling, yaitu kependekan dari kata
su=nafsu dan ling=eling yang berarti ingat. Artinya menahan nafsu dan
ingat. Seruling berfungsi sebagai penghias lagu yang mengisi sela-sela
gending, dalam kerjasama yang harmonis dengan gambang, gender, rebab
dan alat tetabuhan lainnya. Alat-alat lainnya dibunyikan secara biasa
menurut tempo dan irama. Seringkali orang tenggelam dalam rasa nikmat
ketika mendengarkannya. Hal ini mengandung makna bahwa setiap usaha
akan menjadi keruh selama diserti hawa nafsu. Sebaliknya akan baik bila
diserti menahan nafsu dan selalu ingat pada Yang Maha Kuasa yang akan
meningkatkan daya cipta, karena pikiran tidak keruh. Daya ingat pun lebih
telatih ke arah yang baik. Nilai budi pekerti yang ada di dalam instrument
seruling ini adalah religiusitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.1.3.4 Siter
Siter merupakan satu-satunya alat petik pada instrument gamelan
Jawa yang juga disebut celempung. Artinya cepet+lempeng+rampung.
Bahwa apabila suatu usaha dilaksanakan dengan cepat, lurus dan jujur,
maka akan cepat selesai sehingga tercapai segala tujuan. Siter juga bisa
berarti kesit+muter yang artinya gesit dalam mengolah lagu pokok dan
selalu berputar variasinya. Keistimewaan ini membuat siter dapat
memainkan musiknya secara solo ditengah-tengah gending atau pagelaran
gamelan. Menurut konsepsi Jawa bentuk serta kelengkapan siter dengan
struktur manusia antara lain, dawai dengan tinggi rendahnya nada
menggambarkan suara hati nurani manusia, paku penyetel dawai
menggambarkan manusia yang dapat mengendalikan sikap dan tingkah
lakunya, bantalan/ganjal mengambarkan katalisator, wadah gema serta
lubang suara menggambarkan tubuh manusia lengkap dengan indera yang
dimiliknya, kaki siter menggambarkan pandangan atau pegangan hidup
setiap manusia, dan penabuh adalah permasalahan yang selalu mengiringi
kehidupan manusia. Sedangkan dengan cara duduk bersila
menggambarkan sopan santun agar bunyi yang dihasilkan enak walaupun
berat permasalahannya. Nilai budi pekerti yang terdapat pada instrumen
ini adalah tanggung jawab dan sopan santun.
2.1.3.5 Bonang
Alat ini termasuk dalam kelompok tetabuhan keras yang terbuat
dari logam. Untuk seperangkat gamelan, jumlahnya ada dua pasang atau 4
(empat) buah. Terdiri atas sepasang Bonang Panembung dan sepasang
Bonang Penerus. Sesuai denga nasal katanya yaitu ‘Nong-Nang’, bonang
berfungsi sebagai penunjuk arah dari suatu gending dilihat dari cara
memegang alat pemukulnya seperti orang menuding atau menunjukkan
arah dan sebagai penghias lagu pokok. Bonang pelog memuat dari baris
masing-masing terdiri atas tujuh pencu. Sedangkan untuk laras slendro
memuat dua baris dengan masing-masing terdiri lima pencu. Baris atas
mempunyai nada lebih tinggi dibanding dengan baris yang bawah.
Memainkannya harus dengan kedua tangan, masing-masing memegang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
satu alat pemukul dari kayu yang bagian ujungnya dibalut karet atau pun
benang tebal dan posisi duduk bersila. Menabuh bonang melatih
penabuhnya untuk menjadi seorang pemimpin karena bertugas sebagai
penunjuk dalam jalannya gendhing sehingga memiliki tanggung jawab.
2.1.3.6 Gender
Gender ialah sebuah nama untuk salah satu alat pukul pada
gamelan Jawa yang terdiri atas empat belas sampai lima belas wilahan-
wilahan dari perunggu. Alat ini termasuk dalam tetabuhan halus, walaupun
terbuat dari logam. Memainkannya dengan kedua tangan kanan dan kiri
yang menggunakan alat pemukul mirip seperti alat pemukul gambang.
Sewaktu membunyikan gender, posisi duduk bersila dan alat pemukul
dijapit oleh sela-sela jari tangan kanan dan kiri, serta siku turun ke bawah.
Hal ini merupakan sifat dan kejiwaan dari gender yang halus dan sopan
sesuai misi yang dibawakan. Dalam memukulkan alat pemukulnya cukup
dengan menggerakan pergelangan tangan (ugel-ugel) sehingga roda
pemukulnya seolah-olah menggelinding dengan sedikit lompatan di atas
permukaan wilahan-wilahannya. Makin kecil wilahan, makin tinggi suara
yang dihasilkan. Sebaliknya makin besar wilahannya, makin rendah nada
suaranya. Nama gender berasal dari kata ‘geder’ atau getaran. Maksudnya
menggambarkan terjadinya suatu getaran diantara manusia dengan
manusia, manusia dengan sekelilingnya dan sebagainya yang sangat terasa
dalam hati kita masing-masing. Instrumen ini mengajarkan penabuhnya
untuk peka.
2.1.3.7 Gong
Gong ialah alat musik pukul pada gamelan Jawa yang terbuat dari
perunggu dan mempunyai ukuran terbesar di antara alat-alat lainnya. Alat
pemukulnya bertangkai kayu dan dibagian ujung yang dipukulkan
berbentuk bulat seperti bola berisi sabut kelapa atau lilitan tali tebal
berlapis-lapis lembaran kain sehingga menjadi empuk. Gong mempunyai
hubungan dengan waktu pembuatan atau serta prosesnya yang sering
dikatakan misterius. Pembuat gong harus berpuasa terlebih dahulu selama
berhari-hari agar dapat berkonsentrasi secara maksimal. Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
diantara berbagai macam alat gamelan hanya gong yang diberi sesaji
ketika dipergelarkan. Gong dapat berarti besar seperti bentuk dan
bunyinya. Tapi dapat berarti ‘gegandulaning urip’ = tempat
bergantungnya hidup. Hal ini menunjukkan cara memasangnya (digandul)
juga menunjukkan fungsinya yaitu sebagai penentu batas-batas gending
serta penentu irama dasar atau mati hidupnya suatu gending. Penabuh
gong dilatih supaya dapat berkonsentrasi dalam menghitung notasi dan
sabar dalam menanti waktu pembunyian gong.
Tabel 2.2 Nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan
No Instrumen Gamelan Nilai Budi Pekerti
1. Rebab Religius
2. Saron Konsentrasi, Tenggang Rasa
3. Seruling Religiusitas
4. Siter Tanggung Jawab, Sopan Santun
5. Bonang Pemimpin, Tanggung Jawab
6. Gender Kepekaan
7. Gong Konsentrasi dan Kesabaran
Dari informasi tentang beberapa instrumen gamelan, peneliti hanya
mengambil 4 jenis instrumen gamelan yang memiliki kekhasan berdasarkan cara
memainkannya yaitu Saron yang dibunyikan dengan cara dipukul, Siter yang
dibunyikan dengan cara dipetik, Seruling yang dimainkan dengan cara ditiup, dan
Rebab yang dibunyikan dengan cara digesek. Penjelasan tentang keempat jenis
intrumen beserta nilai-nilai budi pekerti yang terkandung pada setiap instrumen
tersebut termuat dalam prototipe buku yang disusun oleh peneliti.
2.1.4 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan
Gamelan merupakan alat musik tradisional budaya Indonesia yang
mempunyai muatan nilai-nilai kearifan dan berpengaruh pada perilaku pemain
gamelan. Terdapat dua nilai dalam memainkan gamelan yaitu nilai etika dan nilai
estetika. Nilai estetika adalah nilai yang memberikan suatu keindahan yaitu
gabungan antara nuansa religius, budaya, dan keluwesan pemain gamelan. Nilai
sosial terbentuk dari pemain gamelan dilatih untuk memiliki nilai-nilai
kebersamaan, kerjasama, gotong royong, kedisiplinan dan komunikasi yang baik.
Sedangkan nilai etika terbentuk dari sikap sopan santun dalam memainkan
gamelan. (Arifin, Huda dan Tarmiyati, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Berdasarkan hasil wawancara dengan praktisi gamelan Bapak Waris
Haryono peneliti mendapatkan informasi bahwa terdapat nilai-nilai budi pekerti
dalam memainkan gamelan yang diwujudkan dalam berbagai aturan dan tata cata
memainkan gamelan yang menjadi kebiasaan para penabuh gamelan. Informasi
tersebut juga didukung dari hasil penyebaran angket pada 20 siswa sekolah dasar
yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan di sekolah. Hasil angket
menunjukkan bahwa sebelum memainkan gamelan para siswa dibiasakan untuk
berdoa. Saat memainkan gamelan para siswa dibiasakan untuk konsentrasi,
kerjasama, sungguh-sungguh dan percaya diri. Setelah memainkan gamelan pada
pementasan para siswa dibiasakan untuk hormat, berdoa, dan mengembalikan alat
(tanggung jawab). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan.
1. Sopan Santun
Sopan santun merupakan kemampuan untuk mengikuti norma yang
ada di masyarakat (Fatthurrohman dkk, 2013:121). Penabuh gamelan
berjalan jengkeng/ laku dhodhok sebelum memasuki arena gamelan,
mengambil posisi duduk bersila untuk laki-laki dan timpuh untuk
perempuan yang mengandung makna harus rendah hati dan tenang dalam
bersikap, bertutur kata sopan dan tidak boleh melangkahi alat musik
gamelan ((Ferdiansyah, 2010:11-12).
2. Religius
Religiusitas merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain (Fatthurrohman dkk, 2013:106). Religiusitas juga
mengajarkan tentang toleran terhadap sesama lain. Walton (2001)
menyatakan bahwa alat musik gamelan dipercayai bukan merupakan alat
musik biasa namun banyak makna yang tersirat di dalam alat musik
gamelan maupun gendhing yang dimainkan, sehingga wajib seorang
pemain gamelan untuk bersikap sopan ketika memainkan alat musik
gamelan antara lain adalah pemain gamelan harus berdoa kepada Yang
Maha Kuasa baik sebelum dan sesudah bermain gamelan. Gamelan Jawa
mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat relig atau kepercayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yang dianut oleh masyarakat. bahkan dapat dikatakan tidak dapat
dipisahkan, karena gamelan Jawa merupakan perwujudan hasil
manunggalnya cipta, rasa dan karsa manusia.
3. Kerjasama
Kerjasama adalah kemampuan seseorang untuk bekerjasama
dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas atau tujuan (Gauzali
Daydono, 1977:149). Nilai ini dapat melatih siswa untuk biasa bergaul
dan memperlakukan orang lain secara baik, tidak egois dan selalu siap
membantu (Fatthurrohman, 2013:134). Gamelan selain memiliki makna
mendalam seperti saling menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi
nilai kesopanan namun juga dimainkan secara berkelompok yang artinya
membutuhkan usaha bersama untuk menciptakan nada yang harmonis
melalui penyelarasan nada antara alat musik satu dengan yang lain.
Keistimewaan gamelan memiliki nilai ganda, selain bisa menjadi sarana
pengembangan kepribadian yang santun dan melatih kepekaan terhadap
sekitar, juga berakar dari bangsa sendiri. Hal ini menjadi pendorong bagi
para pendidik untuk terus menggali kekayaan budaya bangsa sendiri dalam
mengembangkan tunas muda ke depan (Saptomo, 2009:11).
4. Tenggang Rasa
Tenggang rasa (toleransi) adalah sikap untuk menghargai dan
menghormati perbedaan dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
(Faitturohman, 2013:121). Sikap ini dapat terwujud dalam memainkan
gamelan pada saat memukul instrument maka volumenya harus
disesuaikan dengan volume temannya dan tidak boleh lebih keras dari
pukulan lainnya (Saptomo, 2009:11). Setiap penabuh harus bisa
menghargai penabuh lain dan tidak mementingkan diri sendiri dalam
menabuh agar menghasilkan gendhing yang selaras dan harmonis.
5. Konsentrasi
Konsentrasi adalah memusatkan segenap kekuatan perhatian pada
situasi belajar (Sardiman, 2007:40). Pada saat menabuh gamelan penabuh
harus bisa memusatkan perhatiaannya pada instrumen masing-masing.
Penabuh harus fokus baik dalam memukul maupun mendengarkan irama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
instrumen penabuh lain sehingga akan menghasilkan gendhing yang indah
dan selaras.
6. Ketekunan
Memainkan gamelan mengajarkan penabuh untuk tekun yang
berarti tidak mudah bosan dalam belajar (Fatthurrohman dkk, 2013:143).
Patokan atau aturan dalam karawitan dapat dilihat bahwa pada karawitan
terdapat kaidah pokok seperti laras, pathet, teknik dan irama. Nilai-nilai
tersebut jika ditanamkan dan diterapkan pada anak sejak awal, maka
penabuh akan belajar banyak etika yang harus ditaati lewat bermain
gamelan. Dengan demikian pembentukan pribadi dan karakter penabuh
akan terbangun sejak dini. Penabuh akan dapat dengan mudah
mengungkapkan ekspresi yang sedang dihadapinya melalui karawitan atau
bermain gamelan. Penabuh merasa senang ketika dapat mengeskpresikan
dirinya ketika bermain gamelan, nembang sambil menari, maupun bentuk
seni yang dapat diselarasakan dengan gamelan. Melalui ketekunan yang
dilakukan oleh penabuh dalam mempelajari karawitan baik dari notasi,
teknik dan irama maka penabuh dapat memainkan gamelan dengan baik
(Saptomo, 2009:11).
7. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya
dilakukan (Fattthurrohman, 2013:125). Pada saat memainkan gamelan
setiap penabuh gamelan bertanggungjawab menabuh instrumen masing-
masing dengan benar sehingga menghasilkan lagu yang harmonis. Ketika
seorang anak memukul gong, tidak sembarangan ketukan harus dipukul
namun harus pada ketukan yang tepat dan tidak boleh lupa (Saptomo,
2009:11).
Pada saat memainkan alat musik gamelan pemain alat musik mempunyai
ruang luas dalam berinteraksi dengan simbol-simbol yang menjadi komponen alat
musik gamelan, salah satunya adalah berinteraksi dengan masing-masing alat
musik yang memiliki arti yang luhur. Simbol-simol tersebut dimaknai bersama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sama oleh pemain sehingga berpengaruh pada perilaku pemain yang saling
menghormati dan menjaga tata krama.
Dari uraian nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam memainkan
gamelan, peneliti mengambil salah satu nilai untuk menerangkan salah satu
instrumen gamelan. Peneliti menerangkan nilai budi pekerti dalam instrumen
gamelan Saron Barung yang akan dikemas menjadi sebuah cerita bergambar.
2.1.5 Instrumen Gamelan: Saron Barung
Saron merupakan salah satu macam alat gamelan Jawa untuk tetabuhan
keras berupa wilahan-wilahan dari perunggu yang disusun berderet di atas kotak
kayu sebagai wadah gema. Bentuk wilahannya seperti wilahan gender. Hanya saja
ukuran tebal serta beratnya yang berbeda. Juga bentuknya kadangkala berbeda.
Kalau wilahan gender agak cekung, sedangkan wilahan saron agak cembung.
Besar masing-masing wilahan pada saron tidak sama, melainkan berurutan dari
yang paling kecil sampai yang paling besar. Susunannya seperti alat gamelan
lainnya, yaitu paling kecil berada di ujung kanan dan yang paling besar berada di
ujung sebelah kiri. Makin kecil wilahannya, makin tinggi suaranya dan makin
besar wilahannya, makin rendah suaranya (Yudoyono, 1984:111).
Jumlah saron untuk seperangkat gamelan ada 8 (delapan) buah terdiri atas
saron demung, saron barung dan saron peking. Masing-masing dua pasang (laras
pelog dan slendro). Cara membunyikannya dengan menggunakan sebuah alat
pemukul yang terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. Sementara tangan kanan
memainkan alat pemukulnya, tangan kiri metet (menghentikan gema) wilahan
yang baru saja ditabuhnya. Hal ini dapatlah dimengerti, betapa keras suara yang
ditimbulkan oleh beradunya dua benda keras. Oleh karenanya agar gemanya tidak
mengganggu bunyi gending secara keseluruhan maka perlu dipetet sehingga yang
ada hanyalah bunyi nyaring dan utuh dari wilahan-wilahan saron sesuai dengan
notasi gending (Yudoyono, 1984:111).
Saron berasal dari kata ‘seron’ yang berarti sero atau keras. Hal ini
sekaligus menunjukkan cara memukulnya serta suara yang dihasilkan. Sebagai
alat yang mempunyai fungsi pembawa lagu pokok, saron harus ditabuh atau
dipukul kuat-kuat untuk menghasilkan bunyi yang keras agar tidak tenggelam
oleh bunyi alat-alat lainnya. Walaupun demikian, tidak setiap gending harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
diiringi dengan bunyi saron yang keras. Adakalanya alat ini dibunyikan pelan,
atau bahkan tidak dibunyikan sama sekali. Terutama apabila sedang mengiringi
suara gerong atau pun pesinden. Fungsi dan peranan saron sebaliknya akan
tampak secara jelas dalam gending-gending jenis sampak, srepeg, ayak-ayak,
gangsaran, dsb. Pada penelitian ini peneliti memilih untuk mengembangkan
sebuah buku cerita bergambar yang difokuskan pada salah satu jenis alat musik
yaitu saron barung (Yudoyono, 1984:113).
Suatu makna yang tersirat dibalik alat gamelan yang disebut saron barung
berasal dari kata bareng + nyurung (jawa) = bersama-sama mendorong sebagai
perwujudan dari usaha gotong royong menuju pada yang dicita-citakan, yaitu
keluhuran. Menurut Endraswara (2008:48) ricikan saron barung termasuk ricikan
balungan atau ricikan pokok. Nada-nada pada ricikan saron barung dibuat hanya
dalam satu gembyang (satu oktaf) saja. Bilah nada disusun dari nada rendah ke
nada yang lebih tinggi secara berurutan. Fungsi saron barung dalam sajian
karawitan adalah sebagai pemangku lagu yang berarti sebagai penegas atau
menunjukkan lagu pokok. Tidak terdapat kesulitan bagi penabuh saron barung
karena memukulnya sama dengan notasi gendingnya. Namun, saron barung juga
dapat dimainkan dengan cara bergantian dengan penabuh saron barung lainnya,
teknik ini biasa disebut dengan teknik imbal. Penabuh saron barung harus bisa
konsentrasi pada saat memukul setiap wilahan dengan tetap memperhatikan irama
dari penabuh yang lain. Memainkan instrumen ini menumbuhkan sikap tenggang
rasa terhadap penabuh lain yang timbul dari perasaan saat menabuh, artinya
penabuh saron barung harus menghargai penabuh yang lain dengan
mendengarkan keras lembutnya suara yang dihasilkan dan tidak seenaknya sendiri
dalam memukul. Instrumen ini melatih konsentrasi dan menumbuhkan sikap
tenggang rasa. Sikap tersebut yang akan membentuk karakter penabuh instrumen
saron barung.
Peranan adanya kesenian dalam pendidikan budi pekerti yaitu bagaimana
dampak positif dari aktivitas manusia dalam kehidupan kesenian itu dan
bagaimana pengaruh positifnya terhadap kehidupan manusia baik secara individu
maupun kelompok. Dengan nilai yang terkandung di dalam memainkan instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
saron barung mampu membantu pengembangan diri manusia menjadi pribadi
yang semakin baik.
Tabel 2.4 Nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai karakter, dan nilai-nilai dalam
memainkan saron barung
Nilai-nilai
Budi Pekerti
Nilai-nilai
Karakter
Nilai-nilai Memainkan Saron Barung:
Tenggang Rasa
Pikiran Kognitif Kemampuan untuk memusatkan pikiran
dalam menabuh sesuai dengan notasi
Sikap Afektif Penabuh bisa menahan rasa egois dalam
menabuh dengan memperhatikan irama
keras lembutnya pukulan
Perilaku Psikomotor Penabuh saron barung menghargai
penabuh lain dengan menabuh instrumen
sesuai irama.
Berdasarkan tabel di atas peneliti menghubungkan 3 aspek dari nilai-nilai
budi pekerti, pendidikan karakter dan memainkan saron barung: tenggang rasa.
Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti memilih untuk mengembangkan
sebuah buku cerita bergambar yang difokuskan pada salah satu jenis alat musik
yaitu saron barung. Peneliti memilih saron barung karena di dalam instrumen itu
sendiri terdapat nilai budi pekerti yang baik untuk dikembangkan yaitu nilai
tenggang rasa. Diharapkan dengan adanya pengembangan buku cerita bergambar
ini, peneliti dapat membantu untuk menambah literasi terutama untuk anak SD.
2.1.6 Cergam
1. Hakikat Buku Cerita Bergambar
Buku bergambar menurut Huck (dalam Nurgiyantoro, 2005:153)
adalah buku yang menyampaikan pesan lewat dua cara, yaitu ilustrasi dan
tulisan. Ilustrasi (gambar) merupakan pendukung yang menguatkan dan
mengungkapkan pesan yang ingin disampaikan dalam buku secara lebih
baik dan jelas. Ilustrasi dan tulisan saling berkaitan dalam menyampaikan
sebuah pesan.
Nurgiyantoro (2005:153) sebagian literatur menyebut bacaan anak
buku bergambar itu dengan istilah picture books (buku bergambar),
picture storybooks (buku cerita bergambar), atau keduanya sekaligus
secara bergantian. Sebagian penulis membedakan keduanya, namun
sebagian yang lain menyamakannya, dan dalam buku ini kedua istilah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tersebut tidak dibedakan. Buku bergambar (picture books) menunjuk pada
pengertian buku yang menyampaikan pesan lewat dua acara, yaitu lewat
ilustrasi dan tulisan. Ilustrasi (gambar) dan tulisan yang sama-sama
dimaksudkan untuk menyampaikan pesan tersebut tidak berdiri sendiri,
melainkan secara bersama dan saling mendukung untuk mengungkapkan
pesan. Jadi keduanya diikat oleh tuntutan untuk menyampaikan pesan
secara lebih baik dan kuat lewat dua cara yang berbeda, tetapi bersifat
saling menguatkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Barbara Barder,
kedua cara dalam buku tersebut tampil dalam kondisi saling
menggantungkan dan terus menerus muncul dalam dua halaman dari
halaman ke halaman berikutnya. jadi dilihat dari segi pentingnya, kedua
hal tersebut sama urgensinya dan sama-sama untuk menyampaikan cerita
dan pesan tertentu.
Bacaan cerita anak adalah bacaan sastra yang notabene bagian dari
karya seni, maka bahasa yang dipergunakan dalam teks buku cerita
bergambar juga mempertimbangkan aspek keindahan. Anak memiliki
bakat untuk menyenangi keindahan, maka hal itu perlu dipupuk lewat
penampilan keindahan bahasa dan gambar-gambar ilustrasi. Kehadiran
ilustrasi akan menentukan daya tarik buku-buku bacaan yang bersangkutan
bagi anak-anak, misalnya usia TK atau SD. Buku-buku yang ilustrasinya
menarik akan merangsang rasa ingin tahu anak sehingga mampu
membangkitkan mtivasi untuk membacanya (Nurgiyantoro, 2005:91).
Tema buku cerita bergambar dapat berupa tema kehidupan
keluarga, hubungan antara anak, ibu, bapak, kakak, adik, tetangga;
hubungan anak dengan kawan sebaya sepermainan baik di sekolah
maupun di luar sekolah; tema olahraga dan seni budaya, dan lain-lain.
Berbagai genre dan subgenre sastra anak yang dikelompokkan ke dalam
fiksi, seperti fantasi dan realism, dan berbagai cerita tradisional seperti
mitos, legenda, fable, dongeng, termasuk dongeng modern dan fable
modern, banyak dihadirkan ke dalam buku cerita bergambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Fungsi buku cerita bergambar
Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005:159) menunjukkan beberapa
hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak
sebagai berikut:
a. Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan
dan perkembangan emosi.
b. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang
dunia, menyadarkan anak tentang keberadaan dunia di tengah
masyarakat dan alam.
c. Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain,
hubungan yang ada terjadi, dan pengembangan perasaan.
d. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh
kesenangan.
e. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi
keindahan.
f. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi
imajinasi.
3. Karakteristik pembuatan buku bergambar
Huck dan Mitchell (dalam Nurgiyantioro, 2005:147)
mengemukakan beberapa karakteristik buku alphabet, buku berhitung dan
buku konsep diantaranya:
a. Tujuan pengarang dan illustrator menulis buku itu harus jelas, misalnya
ingin mengajarkan apa (huruf, angka, konsep) dan anak usia berapa
yang ingin dituju sebagai calon pembacanya. Tingkat kompleksitas
gambar objek dan binatang, baik untuk buku alphabet, bergitung dan
konsep serta kata-kata yang menyertainya haruslah sesuai dengan
tingkat usia anak.
b. Gambar objek dan binatang yang ditampilkan harus jelas menunjukkan
identitasnya, dan gambar yang ditunjukkan kepada anak usia awal pada
tiap halamannya hanya berisi satu atau dua gambar.
c. Gambar objek dan binatang yang ditampilkan haruslah familiar
sehingga mudah diidentifikasi oleh anak, dan diusahakan untuk tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
memiliki beberapa nama atau bersifat ambigu. Selain itu, secara visual
gambar-gambar itu sendiri harus menarik, mampu menstimulasi anak
untuk berbicara, memberi komentar, atau mengundang pertanyaan
untuk ingin tahu.
d. Gambar-gambar yang ditampilkan dipergunakan untuk ilustrasi huruf,
angka atau konsep dan kata-kata yang menyertai gambar haruslah
mempunyai asosiasi yang jelas; gambar objek atau binatang harus
sesuai dengan huruf, angka, atau konsep yang ingin diperkenalkan.
e. Jika mempergunakan huruf alphabet dan angka untuk
merepresentasikan sebuah topik, informasi yang ingin disampaikan
harus akurat dan dapat dijangkau oleh anak; jika menampilkan gambar
cerita, harus sesuai dengan huruf (kata), angka atau konsep yang ingin
diperkenalkan.
f. Format harus dapat diprediksikan dan konsisten; pola dan tata letak
penulisan huruf angka dan kata-kata yang menyertainya harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga mudah dikenali oleh pembaca
anak.
Menurut Mansoor (dalam Santosa, 2008:8) buku yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut, (1) isinya mudah dipahami pembaca, (2) mengajak
pembaca yang masih mudah itu mengenal kehidupan nyata, (3) pilihan kata yang
tepat, (4) untuk buku fiksi, buku dikatakan menarik bila pengarang berhasil
memikat pembaca untuk terus mengikuti jalan pikirannya, puncak atau klimaks
cerita harus di akhir cerita, sementara berbagai konflik harus terjalin di sepanjang
buku, (5) pengarang menguasai teknik bercerita sehingga tulisannya tidak
terkesan bertele-tele dan membosankan, (6) rancangan halamannya tertata baik,
artinya pemilihan jenis huruf, jarak antar baris, tata letak halaman, luas cetak, luas
margin, dan sebagainya sangat menentukan kenyamanan pembaca, (7) sampul
buku yang artistic dan representative, dimana judul, gambar, dan warna
memegang peranan penting.
Untuk membangkitkan kecintaan anak-anak terhadap buku cerita
bergambar diperlukan visualisasi sebanyak mungkin dan tentunya menarik bagi
anak-anak. Menurut Borkar (2013) ada berbagai jenis buku diantaranya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
colouring books, pop up book, hidden objects, touch and feel books, lift the flap,
pull the tap, dan play a sound books. Colouring books adalah salah satu aktivitas
favorit anak-anak dan bersamaan dengan membaca cerita, kegiatan mewarnai
membuat buku menjadi lebih menarik dan anak-anak tidak akan mudah merasa
bosan.
Pada penelitian ini peneliti membuat produk berupa prototipe buku yang
juga berisi cergam dengan menggunakan ilustrasi tidak berwarna yang bertujuan
untuk mengajak anak dapat berkreasi dengan mewarnai gambar dan membuat
siswa dapat berinteraksi dengan karakter dalam cerita yang membuat mereka
memiliki pengalaman yang lebih nyata dan menyenangkan.
2.1.7 Literasi
1. Pengertian Literasi
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah
kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara
cerdas melalui berbagai aktivitas, anatara lain membaca, melihat,
menyimak, menulis, dan/ atau berbicara. Kegiatan literasi selama ini
identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Literasi juga bermakna
praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan
budaya (UNESCO dalam Kemendikbud, 2016:7). Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara
menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran
yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. GLS
bertujuan untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan
Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajaran sepanjang hayat.
Selain itu, GLS akan menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang
menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola
pengetahuan.
Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah kegiatan pembiasaan 15
menit membaca sebelum pembelajaran dimulai. GLS ini bertujuan untuk
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui kegiatan
membaca buku bacaan non akademik. Oleh karena itu, peneliti terdorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
untuk membuat buku tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang
terdapat dalam memainkan gamelan yang dikemas dalam sebuah buku
cerita bergambar.
2. Tujuan GLS
Kemendikbud (2016:5) menjelaskan bahwa Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) memiliki tujuan secara umum dan tujuan secara khusus
yaitu:
a. Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam
Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
b. Tujuan Khusus
Menumbuhkembangkan budaya literasi sekolah, meningkatkan
kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat, menjadikan
sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak
agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, dan menjaga
keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
3. Tahapan GLS
Program GLS dilaksanakan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Oleh karena itu
Kemendikbud (2016:26) menjelaskan tahapan dalam program GLS yaitu
pembiasaan, pengembangan, pembelajaran. Ketiga tahapan tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.
a. Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di
ekosistem sekolah
Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap
bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah.
penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi
pengembangan kemampuan literasi peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
b. Tahap ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan
kemampuan literasi
Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan
kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan
pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengelola kemampuan
komnikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan
pengayaan.
c. Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi
Kegiatan literasi pada tahap pembalajaran bertujuan
mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya
dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan
komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku
bacaan pengayaan dan buku pelajaran.
Dari beberapa hal yang disampaikan di atas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa kegiatan literasi merupakan kegiatan yang digerakkan di
sekolah untuk menarik minat siswa dalam membaca. Oleh karena itu, peneliti
membuat produk berupa prototipe pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian I artikel tentang nilai-nilai
dalam gamelan dan bagian II memuat cergam berjudul “Bermain Saron Barung
Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”. Prototipe tersebut dapat membantu guru
dalam memfasilitasi siswa pada kegiatan literasi yang dilakukan 15 menit sebelum
pembelajaran dimulai. Peneliti memilih buku cerita bergambar sebagai bahan
bacaan karena siswa usia SD senang membaca buku cerita yang dilengkapi
dengan gambar yang memberikan informasi tentang nilai-nilai budi pekerti dalam
gamelan. Tahapan pelaksanaan GLS yang dilakukan peneliti melalui dua tahap
yaitu pembiasaan penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca
(Permendikbud No.23 Tahun 2015) dan pengembangan meningkatkan
kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan (kemendikbud,
2016:10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2.2 Penelitian yang relevan
Berikut ini merupakan beberapa penelitian relevan yang mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan Prototipe Pendidikan Budi
Pekerti dalam Memainkan Instrumen Saron Barung (untuk SD).
2.2.1 Penelitian yang Berhubungan dengan Gamelan
Penelitian ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang relevan.
Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Alexander (2016) tentang
peranan kegiatan ekstrakurikuler karawitan dalam penanaman sikap cinta budaya
lokal. Judul penelitian tersebut adalah Peran Kegiatan Eskrakurikuler Karawitan
Jawa untuk Menanamkan Nilai Cinta Budaya pada Anak di SD Antonius 01
Semarang. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Penelitian dilakukan dengan 21 sampel siswa yang diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, catatan lapangan, angket, dan
dokumentasi. Penganalisan data melalui reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Pengujian keabsahan data menggunakan uji triangulasi
data. Simpulan hasil penelitian adalah kegiatan ekstrakurikuler karawitan jawa
sangat berperan dalam menanamkan nilai cinta budaya pada anak di SD Antonius
01.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
karena penelitian yang dilakukan oleh Alexander merupakan penelitian tentang
karawitan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan
peneliti yaitu peneliti melakukan penelitian pengembangan prototipe nilai-nilai
budi pekerti dalam gamelan sedangkan penelitian tersebut merupakan penelitian
kualitatif yang meneliti tentang kegiatan ekstrakurikuler karawitan dan hanya
membahas pada satu nilai saja.
2.2.2 Penelitian yang Berhubungan dengan Budi Pekerti
Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya
mengenai budi pekerti adalah penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014)
dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Budi Pekerti Dalam Kesenian Kuntulan
Bakti Rosul di Desa Brajan Sendangagung Minggir Sleman. Penelitian tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah seniman kesenian
Kutulan Bakti Rosul, perangkat desa, dan masyarakat Plono Barat. Pengumpulan
data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknis
analisis data yaitu menggunakan analisis deskriptif, tahapannya adalah: a) reduksi
data, b) displai data, dan c) pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, kesenian Kuntulan Bakti Rosul di dusun Brajan berfungsi
sebagai tempat kegiatan positif dan berkumpulnya masyarakat, memupuk rasa
kebersamaan dan kekeluargaan, melestarikan kesenian Kuntulan yang diwariskan
leluhur. Nilai-nilai budi pekerti yang terdapat pada kesenian tersebut, antara lain:
keimanan, kedisiplinan, sopan santun, ketekunan dan estetika.
Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yaitu tentang nilai-nilai budi pekerti dalam suatu kesenian. Perbedaan yang
terletak pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian tersebut
adalah penelitian tersebut meneliti tentang nilai-nilai budi pekerti dalam kesenian
kuntulan sedangkan peneliti melakukan penelitian pengembangan tentang nilai-
nilai budi pekerti dalam gamelan.
2.2.3 Penelitian yang Berhubungan dengan Cerita Bergambar
Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya
mengenai hasil penelitian dan pengembangan prototipe buku cerita anak dari
tradisi nyadran yang dilakukan oleh Saputri (2016). Judul penelitian tersebut
adalah Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar Tentang Tradisi
Nglarung Dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan. Potensi yang terdapat
pada tradisi nglarung, yaitu adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang
mengandung nilai-nilai bersyukur, kerjasama/persaudaraan/persatuan, dan
kegigihan. Masalah yang didapatkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepda 17
anak usia 9-11 tahun, yaitu 71% anak tidak mengerti tata cara persiapan tradisi
nglarung yang bertujuan mempererat persaudaraan/persatuan, 76% anak juga
tidak mengerti aktivitas yang dilakukan nelayan pada saat sesaji dilarung yang
bermakna mengungkapkan rasa syukur, serta 76% anak memerlukan buku tentang
penjelasan tradisi nglarung dan 65% anak mengharapkan adanya buku cerita. Uji
coba terbatas dilakukan dua kali di SD Kanisius Gowongan Yogyakarta yang
diikuti oleh 18 anak. Hasil refleksi setelah uji coba mendapatkan data bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
100% anak memahami upacara tradisi nglarung yang dilakukan oleh nelayan yang
mengandung nilai-nilai.
Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yaitu tentang penelitian pengembangan yang mengembangkan sebuah buku cerita
bergambar kebudayaan yang memuat nilai-nilai untuk usia anak SD. Perbedaan
yang terletak pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian tersebut
adalah penelitian tersebut melakukan penelitian pengembangan prototipe buku
cerita bergambar tentang tradisi dalam konteks pendidikan karakter sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pengembangan prototipe buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Berdasarkan penelitian yang terdahulu, peneliti menemukan penelitian
yang relevan mengenai gamelan, budi pekerti dan buku cerita bergambar. Peneliti
membuat prototipe ini karena peneliti belum menemukan penelitian mengenai
pengembangan prototipe buku cerita bergambar Pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan dan agar anak-anak dapat memahami serta menerapkan nilai-
nilai budi pekerti yang ada dalam memainkan gamelan.
Bagan 2. 1 Literatur map penelitian yang relevan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Budi pekerti lebih diartikan sebagai nilai moralitas manusia yang disadari
dan dilakukan dalam tindakan nyata. Di sini ada unsur proses pembentukan nilai
tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan mengapa nilai itu dilakukan.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa budi pekerti diperlukan bahkan diharuskan
dalam kerangka tujuan hidup manusia. Pendidikan budi pekerti berisi nilai-nilai
perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui
sikap religiusitas, sopan santun, kerjasama, dan kedisiplinan. Nilai-nilai tersebut
perlu ditanamkan kepada manusia terutama sejak usia dini. Pada saat anak
mengalami masa sekolah sangat efisien untuk dapat ditanamkan pendidikan budi
pekerti, sehingga karakter dan kepribadian anak dapat terbentuk. Salah satu buku
yang dapat menanamkan pendidikan budi pekerti pada anak adalah dengan
menggunakan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Melalui pengenalan alat musik gamelan diharapkan anak-anak dapat memahami
nilai yang dapat dibentuk dari memainkan gamelan. Karena pada alat musik
gamelan terdapat nilai estetika dan etika yang dapat membentuk suatu karakter
seseorang yang memainkannya seperti nilai sopan santun dan tata krama yang
harus dilakukan pada sebelum, saat dan sesudah memainkan gamelan. Namun
pada masa sekarang masyarakat kurang tertarik dengan alat musik gamelan
terutama generasi penerus yaitu anak-anak. Akibat dari lunturnya sikap peduli
terhadap warisan leluhur ini akan berdampak buruk pada generasi berikutnya. Di
Indonesia, gamelan semakin hari justru makin dijauhi anak-anak, karena dianggap
rumit, tua, dan kurang gaul. Melihat keprihatinan yang dirasakan oleh bangsa
Indonesia terutama pada masyarakat Jawa, peneliti mengembangkan prototipe
buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk anak SD. Peneliti
berharap dengan adanya buku tersebut mampu membentuk karakter dan
kepribadian yang baik untuk anak-anak melalui nilai-nilai budi pekerti dalam
gamelan.
2.4 PERTANYAAN PENELITIAN
2.4.5 Bagaimana pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan saron barung untuk SD?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2.4.6 Bagaimana kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan saron barung untuk SD menurut praktisi
gamelan ?
2.4.7 Bagaimana kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan saron barung untuk SD menurut ahli
bahasa ?
2.4.8 Bagaimana kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan instrumen gamelan saron barung untuk SD menurut siswa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai jenis penelitian, setting
penelitian, prosedur penelitian, uji validitas produk, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan yang
biasa dikenal dengan R&D (Research and Development). Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
prototipe tertentu dan menguji keefektifan prototipe tertentu (Sugiyono,
2012:297). Menurut Borg and Gall dalam (Setyosari, 2013:222) penelitian
pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk pendidikan. Berdasarkan dua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa Research and Development adalah jenis penelitian yang
mengembangkan atau menghasilkan suatu produk menggunakan langkah-
langkah tertentu. Pada penelitian pengembangan ini peneliti mengembangkan
produk berupa pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan untuk siswa sekolah dasar.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data awal dengan
praktisi gamelan. Peneliti melakukan analisis kebutuhan siswa dan uji coba
produk di SD Kanisius Klepu tepatnya di Klepu, Sendangmulyo, Minggir,
Sleman, Yogyakarta.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek peneliti pada saat wawancara adalah guru gamelan di SMP
Pangudi Luhur Moyudan dan praktisi gamelan di Mergan, Sumberagung,
Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Subjek uji penelitian yang diteliti adalah siswa
SD berjumlah 20 siswa untuk penelitian analisis kebutuhan siswa dan 25 siswa
untuk uji coba produk yang semuanya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
karawitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan prototipe buku pendidikan budi
pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu selama sepuluh bulan. Terhitung mulai
dari bulan Juni 2017 sampai bulan Maret 2018.
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti
ini menggunakan tahapan penelitian Research and Development (R&D) menurut
pengembangan Sugiyono (2012:298) yang menjelaskan sepuluh langkah
pengembangan pada penelitian Research and Development, yaitu tahap (1)
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain,
(5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9)
revisi produk, dan (10) produksi masal. Langkah-langkah penelitian dan
pengembangan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2012:298).
1. Potensi dan Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah.
Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai
tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan
yang terjadi. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian
harus ditunjukkan dengan data empirik.
2. Pengumpulan Data
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual,
maka selanjutnya perlu dikumpulkan data dari berbagai informasi yang
dapat digunakan sebagai bahan perencanaan produk tertentu yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
3. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and
Development berupa desain produk baru yang lengkap dengan
spesifikasinya. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau
bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan
membuatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan
lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan
dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah
berpengalaman untuk menilai desan tersebut, sehingga selanjutnya dapat
diketahui kelemahan dan kekuatannya.
5. Revisi Desain
Setelah desain produk divalidasi dengan pakar atau ahli, maka akan
diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk
dikurangi dengan cara memperbaiki desain.
6. Uji Coba Produk
Produk yang sudah direvisi kemudian dilakukan uji coba produk.
Pengujian dapat dilakukan dengan ekperimen, yaitu membandingkan
efektivitas dan efisiensi sistem kerja lama dengan yang baru.
7. Revisi Produk
Revisi produk kembali dilakukan setelah melakukan uji coba
produk untuk mengetahui kekurangan produk yang dikembangkan.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah uji coba produk berhasil dan melakukan revisi, maka
selanjutnya produk tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup
yang luas dan tetap harus dinilai kelebihan dan kekurangan produk sebagai
acuan perbaikan lebih lanjut.
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan setelah mengetahui kelebihan dan
kekurangan produk saat diuji coba pada lingkup yang lebih luas.
10. Produksi Massal
Pembuatan produk massal ini dilakukan apabila produk yang telah
diujicobakan dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi massal.
Berdasarkan langkah pengembangan Sugiyono, peneliti hanya
menggunakan enam langkah pada tahapan pengembangan Sugiyono dikarenakan
keterbatasan waktu dan tenaga. Langkah-langkah prosedur pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan yang peneliti
gunakan adalah (1)potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk,
(4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Prosedur penelitian
dan pengembangan akan dijelaskan dalam bagan di bawah ini.
Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti
dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3.3.1 Potensi dan Masalah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya potensi dan masalah yang
ditemukan oleh peneliti melalui wawancara dan analisis kebutuhan siswa.
Masalah yang peneliti peroleh melalui wawancara pada guru gamelan dan praktisi
gamelan. Selanjutnya peneliti membagikan angket untuk analisis kebutuhan
siswa kelas V di SD Kanisius Klepu, Yogyakarta. Pengambilan data analisis
kebutuhan siswa bertujuan untuk mengetahui apakah siswa usia sekolah dasar
membutuhkan sebuah buku tentang pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan. Hal ini mendorong peneliti sebagai calon guru SD untuk membuat
produk prototipe buku yang di dalamnya juga terdapat cerita bergambar tentang
gamelan dengan tujuan menanamkan pendidikan budi pekerti sejak dini dan anak-
anak dapat memahami nilai yang ada di dalam alat musik gamelan.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai satu praktisi di
bidang gamelan dan satu guru karawitan. Selain itu juga dengan membagikan
lembar angket kepada siswa kelas V di SD Kanisius Klepu. Lembar angket
analisis kebutuhan berisi 8 pertanyaan yang berkaitan dengan gamelan dan nilai-
nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Pengumpulan data ini dilakukan
untuk mengetahui perencanaan buku cerita bergambar yang akan dibuat sehingga
sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat membantu meningkatkan pemahaman
tentang budi pekerti dalam memainkan gamelan.
3.3.3 Desain Produk
Desain produk diawali dengan membuat cerita sederhana dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak. Cerita tersebut berisi
tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan. Setelah
membuat cerita peneliti menentukan gambar-gambar yang akan digunakan dalam
buku cerita bergambar seperti, berjalan jongkok, berdoa, dan memainkan
gamelan. Selanjutnya peneliti dibantu oleh seorang illustrator untuk membuat
gambar yang telah ditentukan oleh peneliti. Kemudian peneliti menggabungkan
gambar dengan cerita.
Peneliti kemudian membuat artikel tentang nilai-nilai budi pekerti dalam
memainkan gamelan yang berisi pengertian gamelan, nilai-nilai yang ada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
instrument gamelan dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan pada
sebelum, saat dan sesudah. Di dalam membuat artikel peneliti menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak. Peneliti mendesain
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk anak
SD. Prototipe tersebut terdapat dua bagian, bagian pertama memuat artikel “Nilai-
nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”. isisnya tentang pengertian
gamelan, nilai-nilai dalam beberapa instrumen, dan nilai-nilai dalam memainkan
gamelan. Bagian kedua berisi cergam berjudul Bermain Saron Barung
Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”, isinya menceritakan seorang siswa
bernama Reni yang merasa senang terpilih menjadi penabuh saron barung di
sekolahnya. Ia dilatih untuk selalu berkonsentrasi setiap menabuh saron barung
dan dilatih untuk bertenggang rasa dengan penabuh gamelan yang lainnya
sehingga menghasilkan suara yang indah. Desain prototipe terdiri dari cover, kata
pengantar, daftar isi, artikel, cergam, refleksi, daftar pustaka dan biodata.
3.3.4 Validasi Desain
Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
divalidasi oleh seorang ahli praktisi gamelan dan seorang ahli bahasa dan sastra
Indonesia. Validasi dilakukan untuk mendapatkan kritik dan saran serta penilaian
produk yang dikembangkan. Melalui kritik dan saran yang diberikan para ahli,
maka peneliti dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pada prototipe tersebut
sehingga peneliti dapat memperbaiki produk.
3.3.5 Revisi Desain
Revisi desain dilakukan berdasarkan kritik dan saran dari para ahli. Hasil
kritik dan saran yang telah peneliti peroleh menjadi landasan peneliti untuk
memperbaiki kekurangan dari produk sehingga menjadi lebih baik dan mudah
dipahami oleh siswa SD.
3.3.6 Uji Coba Produk
Desain atau produk yang sudah direvisi kemudian di uji cobakan pada
siswa kelas V SD. Uji coba produk dilaksanakan di SD Kanisius Klepu yahun
ajaran 2017/2018. Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui kualitas dan
kelayakan produk sesuai dengan tingkat pemahaman siswa melalui hasil pengisian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
refleksi anak-anak setelah membaca prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan.
3.4 Uji Coba Produk
Kegiatan uji coba produk ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data
guna mengetahui kualitas dan kelayakan prototipe buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan. Data yang diperoleh digunakan sebagai acuan untuk
memperbaiki prototipe dalam penelitian ini. Uji coba dilakukan setelah prototipe
sudah divalidasi oleh satu praktisi gamelan dan satu ahli bahasa. Uji coba
dilakukan di SD Kanisius Klepu yang beralamatkan di Klepu, Sendangmulyo,
Minggir, Sleman, Yogyakarta
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur seperti tes, angket, pedoman
wawancara dan pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
data dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2015:156). Pada penelitian ini peneliti
menggunakan instrumen penelitian wawancara dan angket. Wawancara dilakukan
pada praktisi gamelan untuk mendapatkan informasi sebagai data awal seperti
sejauh mana ketersediaan buku tentang pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan untuk siswa SD. Angket digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa mengenai pendidikan budi pekerti dalam gamelan,
menganalisis kebutuhan siswa dan untuk mengetahui seberapa perlunya buku
pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa SD. Lembar
angket pra penelitian diberikan kepada 20 anak di SD Kanisius Klepu. Lembar
ngket tersebut telah divalidasi oleh ahli. Peneliti juga menggunakan angket untuk
uji coba produk pada siswa berupa beberapa pertanyaan refleksi. Berikut ini
adalah pedoman wawancara dan angket yang digunakan untuk penelitian:
3.5.1 Pedoman Wawancara
Pada penelitian ini, peneliti mengunakan wawancara terstruktur pada satu
praktisi gamelan dan satu guru gamelan. Peneliti telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis sebagai pedoman wawancara.
Daftar pertanyan mengacu pada analisis kebutuhan prototipe buku pendidikan
budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk SD. Berikut adalah pedoman
wawancara berbentuk kisi-kisi wawancara yang digunakan peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara
No. Pertanyaan
1. Mengapa anda tertarik pada gamelan?
2. Apakah yang anda rasakan setiap kali mendengarkan musik gamelan?
3. Apakah menurut anda terdapat nilai budi pekerti saat memainkan gamelan?
4. Apakah menurut anda anak-anak perlu diperkenalkan sejak dini untuk
menyukai gamelan? Mengapa?
5. Apakah menurut anda perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang
memuat informasi tentang gamelan yang memiliki nilai-nilai budi pekerti?
Mengapa perlu?
3.5.2 Angket
Lembar angket ini digunakan untuk pra penelitian dan uji coba produk.
Lembar angket ditujukan untuk siswa kelas V SD. Jenis angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket terbuka. Berikut kisi-kisi lembar angket yang
akan digunakan peneliti:
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen angket
No Aspek Indikator Pertanyaan
1. Gamelan
sebagai salah
satu kesenian
Jawa
Gamelan
Gamelan merupakan salah satu
alat musik dari kebudayaan Jawa
1. Kamu sudah
memainkan
gamelan sejak
kelas……..
2. Gamelan
merupakan salah
satu alat musik dari
………
Pakaian yang digunakan saat
pementasan
3. Pakaian yang harus
dikenakan saat
pementasan
gamelan adalah …..
2. Budi pekerti
dalam
memainkan
gamelan
Sebelum
Mengehingkan cipta
(menyiapkan hati dan pikiran)
4. Sebelum
memainkan
gamelan, kamu
harus …… Berdoa (Religius)
Berjalan jongkok (Rendah hati)
Tidak melangkahi perangkat
gamelan (Sopan santun)
Menyembah dengan tangan
dikatupkan (Menghormati)
Pada Saat
Tabuh gamelan harus sesuai
jenisnya (Merawat gamelan, agar
tidak rusak)
5. Pada saat
memainkan
gamelan, kamu
harus ….. Posisi duduk (Adat istiadat)
Menjaga perkataan dan
perbuatan (Sopan santun)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Membunyikan instrument secara
bersama-sama (Kerjasama)
Memukul instrument secara
lembut (Sopan santun)
Tidak makan dan minum
(Kebersihan)
Tidak bergurau (Konsentrasi)
Keras lembutnya tabuhan
(Mengolah emosi)
Tidak menggendong tas
(Estetika)
Alat tabuh diletakkan di atas
perangkat (Kerapian)
Merapikan sesuai posisi semula
(Kerapian)
Sesudah
Menyembah tangan dikatupkan
(Menghormati)
6. Sesudah
memainkan
gamelan, kamu
harus ….. Berdoa (Religius)
Berjalan jongkok (Rendah hati)
Gamelan harus ditutup dengan
kain (Kebersihan)
3. Literasi Refleksi pengalaman memainkan
gamelan
7. Pengalaman yang
mengesankanmu
saat memainkan
gamelan adalah …..
4. Perlu/Tidak
prototipe buku
tentang
memainkan
gamelan
Buku tentang memainkan
gamelan
8. Buku untuk
memainkan
gamelan yang
pernah kamu baca
adalah …..
3.5.3 Validator Angket Pra Penelitian
Angket pra penelitian divalidasi oleh satu praktisi gamelan dan guru
gamelan di Yogyakarta. Berikut ini merupakan tabel hasil validasi dari ahli.
Tabel 3.3 Hasil Validasi Angket Pra Penelitian oleh Ahli
No Aspek Validator 1 Validator 2
Skor Saran Skor Saran
1. Bahasa
a. Bahasa sesuai
dengan kaidah
penulisan yang
benar.
2 Belum menggunakan
bahasa yang sesuai.
Sebaiknya dibuat
lebih spesifik lagi.
3
b. Susunan kalimat
dapat dipahami
2 Masih kesulitan
dalam memahami
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
oleh siswa. kalimat.
c. Susunan kalimat
tidak mengarah
kepada jawaban
tertentu.
2 Pertanyaan yang
dibuat belum
mengarahkan siswa
kepada pertanyaan
yang jelas.
4
2. Keterkaitan Pertanyaan
a. Pertanyaan yang
4diajukan sesuai
dengan tujuan
penelitian.
3 Hampir sesuai
dengan tujuan
penelitian.
4
b. Pertanyaan yang
diajukan berkaitan
dengan gamelan
sebagai salah satu
kesenian Jawa.
4 Mendekati 4
c. Pertanyaan yang
diajukan berkaitan
dengan sebelum/pada
saat/sesudah
memainkan gamelan
yang memuat nilai-
nilai budi pekerti.
3 Pertanyaan belum
mengena dengan
kaitan yang
ditujukan. Sebaiknya
diberi tambahan
kalimat .
Contoh: pada saat
pementasan gamelan
4
d. Pertanyaan yang
diajukan menggali
kesan siswa dalam
memainkan gamelan
3 Pertanyaan masih
terlalu luas.
Sebaiknya soal dibuat
lebih spesifik.
4
e. Pertanyaan yang
diajukan menggali
kebutuhan siswa
tentang buku
mengenai gamelan.
2 Pertanyaan sudah
mendekati tetapi
kurang.
3
3. Kelayakan instrument
untuk dibagikan kepada
siswa kelas V-VI SD.
2 Siswa masih
kesulitan untuk
memahami angket.
Sebaiknya diperbaiki
lagi dan dibuat lebih
sederhana tetapi
semakin jelas.
3
TOTAL SKOR 23 32
RATA-RATA SKOR Total Skor Validator 1 + 2 = n
2
23+32 = 27,5
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
NILAI RATA-RATA Rata-rata skor = n
Jumlah soal
27,5 =3,05
9
3.5.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian
Angket ini terdiri dari 8 pertanyan yang disebarkan pada siswa kelas V di
SD Kanisius Klepu. Kisi-kisi digunakan oleh peneliti untuk mengetahui sejauh
mana siswa memahami nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan dan seberapa perlunya siswa terhadap buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan. Pertanyaan mencakup pemahaman siswa mengenai
gamelan sebagai salah satu kesenian jawa, budi pekerti dalam memainkan
gamelan, literasi, dan perlu atu tidaknya siswa terhadap prototipe buku tentang
memainkan gamelan. Kisi-kisi tersebut sudah divalidasi oleh praktisi gamelan dan
mendapat kritik saran serta penilaian uji kelayakan untuk dibagikan kepada
siswa. Setelah mengetahui hasil penilaian dari para ahli, peneliti memperbaiki
instrument kuesioner berdasarkan kritik dan saran yang diberikan oleh validator.
Bentuk instrumen prapenelitian untuk siswa sebagai berikut.
Tabel 3.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian
Bacalah baik-baik pernyataan berikut dan isilah titik-titik yang terdapat di
dalamnya.
1. Kamu sudah memainkan gamelan Jawa sejak kelas ............................
2. Gamelan merupakan salah satu alat musik dari daerah
.........................................................
3. Pakaian yang harus dikenakan saat pementasan gamelan adalah.....
4. Sebelum memainkan gamelan pada saat pementasan, kita harus
..................................................................
5. Saat memainkan gamelan, kita harus
....................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
6. Sesudah memainkan gamelan pada saat pementasan, kita harus
..............................................................................
7. Tuliskan pengalaman yang mengesankanmu saat memainkan
gamelan...................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
8. Buku untuk memainkan gamelan yang pernah kamu baca
adalah......................................................................................................................
.................................................................................................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. Peneliti menggunakan teknik wawancara dan angket. Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing tenik pengumpulan data tersebut:
3.6.1 Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan
antara pewawancara dengan responden dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Widoyoko, 2014:40). Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden (Sugiyono, 2012:137).
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat
dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon (Sugiyono,
2012:138).
Menurut Widoyoko (2014:43) wawancara dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
data. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, di mana pewawancara
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Penelitian ini menggunakan wawancara
terstruktur pada satu ahli gamelan dan satu guru gamelan. Melalui wawancara
terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti
mencatatnya sebagai pengumpul data (Sugiyono, 2012:138).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3.6.2 Angket
Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna
(Widoyoko, 2014:33). Selanjutnya, menurut Sugiyono (2012: 142) angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
Jenis angket menurut Widoyoko (2014:36) dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) angket dibedakan menjadi angket terbuka dan tertutup dipandang dari cara
menjawab. Angket terbuka merupakan angket yang bisa dijawab direspon secara
bebas oleh responden. Peneliti tidak menyediakan alternatif jawaban/responden
bagi responden. Angket tertutup merupakan angket yang jumlah item dan
alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan responden tinggal
memilihnya sesuai dengan keadan yang sebelumnya. 2) angket dibedakan menjadi
angket langsung dan tidak langsung dipandang dari jawaban yang diberikan.
Angket langsung yaitu angket di mana responden menjawab respon tentang
keadaan dirinya sendiri. Angket tidak langsung yaitu jika responden menjawan
respon tentang keadaan orang lain. Penelitian ini menggunakan angket jenis
angket terbuka berupa angket pra penelitian yang digunakan untuk menganalisis
kebutuhan siswa dan angket langsung berupa refleksi yang diisi oleh siswa setelah
membaca buku prototipe pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknis analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
data dilakukan untuk mengetahui kualitas produk yang dihasilkan. Berikut
penjelasan dari analisis yang peneliti lakukan sebagai berikut.
3.7.1 Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu
sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata
(Widoyoko, 2015:18). Data kualitatif didapatkan dari hasil wawancara berupa
kritik atau saran yang dipaparkan oleh para ahli. Jumlah item pada lembar validasi
prototipe adalah delapan item. Hasil yang diperoleh dari data kualitatif dianalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sebagai landasan untuk mengetahui kelayakan prototipe dan memperbaiki
kekurangan prototipe yang diujicobakan.
3.6.2 Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil
observasi atau pengukuran yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif
menjadi data kuantitatif (Widoyoko, 2015:21). Data kuantitatif pada penelitian ini
berupa skor penilaian dari hasil validasi instrumen pra penelitian oleh dua praktisi
gamelan, hasil validasi prototipe oleh satu praktisi gamelan dan satu ahli bahasa
dan hasil penyebaran angket yang dilakukan oleh siswa. Skala penilaian yang
digunakan pada produk yang akan dikembangkan adalah (4) sangat baik, (3) baik,
(2) tidak baik, dan (1) sangat tidak baik. Skor yang sudah didapat kemudian
dikonversikan menjadi data kualitatif menggunakan tabel konversi nilai skala
empat berdasarkan skala likert (Widoyoko, 2012:112). Peneliti menyusun tabel
klasifikasi menggunakan aturan yaitu dicari skor tertinggi (nilai skor paling
tinggi), skor terendah (nilai skor paling rendah), jumlah kelas (jumlah skor), dan
jarak interval (selisih rentang skor).
Skor tertinggi =4
Skor terendah =1
Jumlah kelas =4
Jarak interval = (4-1)/4=0,75
Tabel 3.5 Klasifikasi Kelayakan Skala Empat
Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan
3.25 s/d 4 Sangat Baik
2.5 s/d 3.25 Baik
1.75 s/d 2.5 Cukup
1.0 s/d 1.75 Kurang
Peneliti menemukan hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi
dengan mencari rata-rata skor. Setelah itu, hasil yang diperoleh dikonversikan dari
data kuanitatif menjadi data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera
pada tabel kriteria skor skala empat.
Kriteria kelayakan produk prototipe dapat dilihat dari jumlah skor
penilaian validator. Jika penilaian produk mendapat skor yang berada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
rentang 3.25 s/d 4 maka prototipe dapat dinyatakan layak untuk diuji coba karena
memenuhi klasifikasi kelayakan sangat baik. Jika penilaian prototipe mendapat
skor yang berada pada rentang 2.5 s/d 3.25 maka prototipe dinyatakan layak untuk
diuji coba karena memenuhi klasifikasi kelayakan baik. Jika penilaian prototipe
prototipe mendapat skor yang berada pada rentang 1.75 s/d 2.5 maka prototipe
dinyatakan layak untuk diuji coba setelah revisi. Jika penilaian prototipe mendapat
skor yang berada pada rentang 1.0 s/d 1.75 maka prototipe dinyatakan tidak layak
untuk diuji coba dan harus diperbaiki berdasarkan kekurangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini berisi uraian tentang penjelasan dari hasil penelitian dan
pembahasan yang mencakup 2 hal, yaitu (1)mendeskripsikan proses prosedur
pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan, serta (2) menjelaskan manfaat prototipe buku pendidikan budi pekerti
dalam memainkan gamelan bagi siswa. Hasil penelitian dan pembahasan akan
diuraikan sebagai berikut.
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian pengembangan ini peneliti lakukan dengan menggunakan
prosedur penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Sugiyono. Enam tahap
yang digunakan peneliti yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)
desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk.
Berikut penjabaran dari tahap-tahap tersebut.
4.1.1 Prosedur Pengembangan
4.1.1.1 Potensi dan Masalah
Potensi yang peneliti soroti adalah kesenian gamelan yang dijadikan
sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di beberapa sekolah dasar di
Yogyakarta. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah karawitan. Ekstrakurikuler
karawitan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di luar jam sekolah untuk
mengembangkan kebersamaan, melestarikan budaya Jawa dan menambah
kreativitas siswa (Mudji Sulistyowati, 2013:4).
Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara kepada satu praktisi
gamelan dan satu guru gamelan , peneliti mendapatkan data bahwa gamelan
memiliki nilai-nilai budi pekerti sehingga sangat penting untuk diperkenalkan
pada anak usia dini. Namun, masalah yang ditemukan adalah berkurangnya
ketertarikan siswa usia sekolah dasar untuk memainkan gamelan karena dianggap
kuno dan kurangnya ketersediaan buku yang berisi informasi tentang gamelan dan
nilai-nilai yang terkandung di dalam gamelan maupun pada saat memainkannya.
Selanjutnya, peneliti mendapatkan data dari analisis kebutuhan siswa di SD
Kanisius Klepu pada 20 siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Analisis kebutuhan siswa dilakukan dengan membagikan lembar angket.
Penyebaran angket dilaksanakan pada siswa kelas V yang berjumlah 20 siswa.
Peneliti mendapatkan data dari hasil angket yang menunjukkan 85% siswa pernah
membaca buku notasi gamelan dan 25% siswa pernah membaca buku pepak basa
jawa. Hasil angket menunjukkan bahwa 20 siswa (100%) belum pernah membaca
buku yang berisi tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.
berdasarkan hasil wawancara dan angket, sebagai calon guru SD peneliti
terdorong untuk membuat prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan (untuk SD) dengan tujuan menanamkan pendidikan budi
pekerti dan siswa memahami cara memainkan gamelan yang benar beserta nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya.
4.1.1.2 Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara pada
satu praktisi gamelan dan satu guru gamelan. Peneliti melakukan wawancara
pada kedua narasumber dengan memberikan beberapa pertanyaan diantaranya
adalah (1) mengapa anda tertarik dengan gamelan? (2) apakah yang anda rasakan
setiap kali mendengarkan musik gamelan? (3) apakah ada nilai-nilai budi pekerti
dalam memainkan gamelan? (4) apakah menurut anak usia dini perlu
diperkenalkan gamelan sejak dini? Mengapa perlu? (5) apakah menurut anda
perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang memuat informasi tentang
gamelan yang memiliki nilai-nilai budi pekerti? Mengapa perlu? Dari kelima
pertanyaan yang peneliti ajukan, kedua narasumber menyatakan bahwa terdapat
nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan seperti berjalan jongkok untuk
menjaga sikap sopan santun dan bekerjasama selama memainkan gamelan
sehingga menghasilkan suatu irama yang indah. Oleh karena itu, baik jika sejak
dari usia dini siswa dipekerkenalkan pada gamelan dan nilai-nilai yang ada di
dalamnya. Namun, ketersedian buku tentang gamelan yang memuat nilai-nilai
budi pekerti sangat kurang terlebih untuk siswa SD.
Selain itu, penelti juga mengumpulkan data dari penyebaran angket yang
dilakukan pada tanggal 15 Juni 2017. Penyebaran angket dilaksanakan pada siswa
kelas V di SD Kanisius Klepu. berikut hasil data angket analisis kebutuhan siswa
yang disajikan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 4.1 Hasil Rekapitulasi Data Angket Analisis Kebutuhan
No Pertanyaan Jawaban
1. Kamu sudah memainkan
gamelan Jawa sejak kelas
…
20 siswa (100%) menjawab sudah memainkan
anak sejak kelas III
2. Gamelan merupakan
salah satu alat musik dari
daerah…
16 siswa (80%) menjawab gamelan merupakan
salah satu alat musik dari daerah Jawa
4 siswa (20%) menjawab dari daerah Jawa
Tengah
3. Pakaian yang harus
dikenakan saat
pementasan gamelan
adalah…
10 siswa (50%) menjawab memakai pakaian
sorjan (laki-laki-laki) dan kebaya (perempuan)
5 siswa (25%) menjawab pakaian yang
dikenakan saat pementasan gamelan adalah
pakaian adat Jawa, 4 siswa (20%) menjawab
pakaian adat
1 siswa (5%) menjawab pakaian adat Jawa
Tengah
4. Sebelum memainkan
gamelan pada saat
pementasan, kita harus …
13 siswa (65%) menjawab harus berdoa
3 siswa (15%) menjawab harus siap-siap
2 siswa (10%) menjawab harus tenang
1 siswa (5%) menjawab harus memberi salam
dan hormat
1 siswa (5%) menjawab harus mengerti dengan
pelajaran karawitan
5. Saat memainkan
gamelan, kita harus …
13 siswa (65%) menjawab harus fokus
3 siswa (15%) menjawab harus melihat notasi
2 siswa (10%) menjawab harus sungguh-
sungguh
1 siswa (5%) menjawab harus kompak
1 siswa (5%) menjawab harus memahami
gending
1 siswa (5%) menjawab harus percaya diri
6. Sesudah memainkan
gamelan pada saat
pementasan, kita harus …
5 siswa (25%) menjawab harus berterimakasih
atau hormat
4 siswa (20%) menjawab pergi dari panggung
4 siswa (20%) menjawab istirahat
3 siswa (15%) menjawab harus berdoa
3 siswa (15%) menjawab harus
mengembalikan alat
1 siswa (5%) menjawab harus bergantian
dengan gamelan yang berbeda.
7. Tuliskan pengalaman
yang mengesankanmu
saat memainkan
gamelan…
Siswa 1
Merasa senang saat memainkan gamelan yang
sangat merdu suaranya.
Siswa 2
Dapat fokus saat memainkan gamelan saat
ketukan yang cepat dan tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Siswa 3
Dapat belajar bersama teman-teman
memainkan gamelan.
Siswa 4
Sangat senang bermain gamelan serta dari
permainan gamelan bisa mengetahui tradisi-
tradisi Jawa dan gending-gending Jawa.
Siswa 5
Bermain gamelan membuat senang, gembira
dan tidak bosan.
Siswa 6
Senang memukul gamelan karena suara yang
dihasilkan merdu.
Siswa 7
Bermain gamelan bisa mengetahui adat jaman
dahulu yang dimainkan oleh kakek dan nenek
kita dahulu dan bisa memainkannya.
Siswa 8
Sangat senang bisa memainkan gamelan
dengan gembira.
Siswa 9
Kesal karena saat bermain gamelan ada teman
yang membuat ramai sehingga sulit untuk
berkonsentrasi.
Siswa 10
Senang bermain gamelan dengan teman-teman.
Siswa 11
Pengalaman yang mengesankan saat memaikan
gamelan adalah saya senang bisa memainkan
alat musik bernama demung, awalnya saya
tidak bisa, tetapi setelah latihan berulang-ulang
saya menjadi bisa.
Siswa 12
Pengalaman yang mengesankan saat memaikan
gamelan adalah saya senang saat saya
memaikan alat musik Gamelan yaitu saron,
awalnya saya ragu pada alat musik Gamelan
dan akhirnya dengan bekerja keras dan latihan
saya bisa memaikan alat musik Gamelan
khusunya Saron.
Siswa 13
Pengalaman yang mengesankan saat memaikan
gamelan adalah saya sangat senang sekali bisa
memainkan gamelan dan senang memegang
alat musik peking.
Siswa 14
Pengalaman yang mengesankan saat
memaikan Gamelan adalah saya sangat suka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
memaikan Gamelan saron dan demung dan
saya juga suka pentas di Sanata Dharma karena
disana saya dan teman-teman bisa pentas dan
juga bermain egrang dan dakon.
Siswa 15
Pengalaman yang mengesankan saat memaikan
gamelan adalah saya dapat mengiringi anak
yang menari dengan nada yang benar
Siswa 16
Selama memainkan gamelan merasa senang,
karena bisa memainkan perangkat gamelan
yang melatihnya untuk selalu fokus.
Siswa 17
Selama memainkan gamelan merasa senang,
karena bisa menabuh dua perangkat gamelan
yaitu gong dan bonang dan juga belajar tentang
nilai- nilai yang terkandung di dalam
permainan gamelan yaitu nilai religius.
Siswa 18
Pengalaman yang mengesankan adalah saat
menyiapkan alat-alat tabuh yang akan
digunakan dalam permainan gamelan dan
kebersamaan saat memainkan gamelan.
Siswa 19
Pengalaman yang mengesankan adalah saat
menyiapkan dan membereskan alat-alat
gamelan, sehingga dapat mengenal macam-
macam alat tabuh.
Siswa 20
Pengalaman yang mengesankan adalah saat
mengetahui cara menabuh perangkat gamelan
dan menyanyikan lagu jawa.
8. Buku untuk memainkan
gamelan yang pernah
kamu baca adalah…
17 siswa (85%) pernah membaca buku notasi
gamelan
3 siswa (15%) pernah membaca buku pepak
basa jawa
Dari hasil penyebaran angket yang dilakukan kepada 20 siswa kelas V di
SD Kanisius Klepu, peneliti memilih aitem nomor. 4,5,6, dan 8 untuk
menunjukkan bahwa penelitian ini relevan untuk diteliti. Peneliti mendapatkan
data 65% siswa menjawab sebelum memainkan gamelan harus berdoa, 65%
siswa menjawab saat memainkan gamelan harus fokus, 5% siswa menjawab saat
bermain gamelan harus kompak, 25% siswa menjawab setelah memainkan
gamelan harus hormat, 15% siswa menjawab setelah memainkan gamelan harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
berdoa, 15% siswa menjawab setelah memainkan gamelan harus mengembalikan
alat ke tempatnya, 85% siswa pernah membaca buku notasi gamelan, 25% siswa
pernah membaca buku pepak basa jawa.
Berdasarkan hasil angket tersebut peneliti mendapatkan data bahwa
memainkan gamelan dapat membantu siswa memiliki kebiasaan berdoa (80%),
fokus (65%), kerjasama (5%), menghormati (25%), tanggung jawab (15%), dan
100% siswa belum pernah membaca buku tentang nilai-nilai dalam gamelan. dari
hasil angket analisis kebutuhan siswa dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa
membutuhkan buku yang berisi informasi tentang nilai-nilai pendidikan budi
pekerti dalam memainkan gamelan. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk
mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan
gamelan (untuk SD).
Data tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dan
pengembangan dalam menyusun prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan (untuk SD). Buku tersebut diharapkan dapat membantu
siswa dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung
di dalam gamelan.
4.1.1. 3 Desain Produk
Peneliti mendesain sebuah produk berupa prototipe buku pendidikan budi
pekerti dalam memainkan gamelan. Peneliti menyusun prototipe buku yang
berisi cover, kata pengantar, isi yang terdiri menjadi dua bagian, bagian pertama
artikel berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan” memuat
pengertian gamelan, nilai-nilai yang terdapat pada beberapa instrumen dan nilai-
nilai dalam memainkan gamelan, Bagian kedua cergam berjudul “Bermain Saron
Barung Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”, cergam tersebut dilengkapi
dengan 11 gambar yang berhubungan dengan cerita, refleksi, daftar pustaka, dan
biodata. Kisi-kisi pembuatan prototipe buku dapat dilihat pada lampiran 7
halaman 101.
Peneliti memulai desain produk dengan membuat artikel yang termuat
pada bagian I prototipe buku. Artikel tersebut berisi penjelasan mengenai
pengertian gamelan, nilai-nilai dalam beberapa instrumen gamelan, dan nilai-nilai
budi pekerti dalam memainkan gamelan. Setelah menyusun artikel, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
peneliti membuat sebuah cerita bergambar dimulai dengan menyusun sebuah
cerita sederhana. Peneliti membuat cerita tentang seorang siswa kelas V bernama
Reni yang memiliki pengalaman bermain saron barung. Di sekolahnya Reni
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan. Pada suatu hari dia diminta oleh
pelatihnya untuk mengikuti sebuah festival gamelan dan bertugas untuk menabuh
saron barung. Bermain gamelan membuat Reni terbiasa untuk bersikap sopan,
berdoa, bekerjasama, tenggang rasa, konsentrasi, ketekunan, dan tanggung jawab.
Selain itu menabuh instrumen saron barung dapat menumbuhkan sikap tenggang
rasa bagi penabuhnya. Untuk membuat cerita menjadi lebih menarik, peneliti
menambahkan ilustrasi sebagai pendukung bagi siswa dalam memahami cerita.
Cerita yang sudah dibuat kemudian peneliti tuangkan ke dalam sebuah sketsa
gambar yang dibuat oleh illustrator.
Gambar 4.1 Sketsa Awal
1)
2)
3)
Sosok Reni Reni dinasehati oleh
pelatih
Reni menabuh saron
Peneliti melakukan perbaikan terhadap sketsa awal dengan gambar-
gambar yang lebih sesuai dengan cerita karena dirasa kurang menarik dan terlalu
sedikit. Peneliti bekerjasama dengan seorang illustrator dalam membuat gambar
yang akan digunakan untuk melengkapi buku cerita. Berikut merupakan gambar
yang telah diperbaiki oleh illustrator:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 4.2 Perbaikan Gambar Prototipe oleh Ilustrator
1)
Reni dan teman-temannya
berjalan jongkok menuju arena
gamelan
2)
Reni dan teman-temannya berdoa
3)
Reni berlatih karawitan bersama
teman-temannya dengan seorang
pelatih
4)
Reni menabuh saron barung
bersama kedua temannya
penabuh gender dan kendang
5)
Reni dan teman-temannya hormat
6)
Reni dan teman-temannya
pementasan
4.1.1.4 Validasi Desain
Validasi desain dilakukan satu kali oleh dua validator yaitu satu pelatih
gamelan di SMP Pangudi Luhur Moyudan dan guru bahasa di SD Kanisius
Minggir. Validasi dilakukan dengan memberikan desain produk dan lembar
angket validasi kepada ahli. Terdapat beberapa aspek prototipe buku yang dinilai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
yaitu 1) bahasa, 2) format penulisan buku, dan 3) isi. Berikut hasil dari
perhitungan validasi:
Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Validasi Uji Coba Produk Prototipe Buku
No Aspek Validator I Validator II
Skor Saran Skor Saran
1. Bahasa
Sesuai dengan EYD 3 Penulisan
belum betul
4 Sudah sesuai
dengan EYD
Mudah dipahami oleh
anak SD
4 Sebagian istilah
belum benar
4 Bahasa mudah
dipahami
2. Format Penulisan Buku
Prototipe sesuai
dengan kaidah
penulisan buku
3 Ya 3 Sudah sesuai
kaidah
Menggunakan
kepustakaan yang
sesuai dengan teori
pendidikan budi
pekerti dan gamelan.
4 Ya 4 Sudah sesuai
3. Isi
Artikel berisi
informasi sederhana
tentang gamelan.
4 Ya 4 Informasi
sederhana
Artikel menjelaskan
nilai-nilai budi
pekerti yang
terkandung dalam
beberapa alat musik
gamelan.
4 Ya 3 Sudah ada nilai
budi pekerti
Cergam memuat
informasi tentang
kekhasan memainkan
saron barung sebagai
salah satu alat musik
gamelan.
4 Ya 4 Sudah memuat
informasi khas
saron
Cergam berisi alur
cerita yang mudah
dipahami atau
ditangkap oleh anak.
4 Ya 4 Alur mudah
dipahami
Total skor 30 30
Skor rata-rata 30
Nilai rata-rata 3,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Dari hasil validasi yang dilakukan oleh kedua validator tersebut jika dilihat
dari klasifikasi kelayakan pada tabel 3.5, menunjukkan bahwa prototipe yang
dikembangkan mendapatkan nilai rata-rata 3,75 dan termasuk dalam klasifikasi
skala empat kriteria sangat baik sehingga prototipe yang dikembangkan peneliti
layak untuk diujicobakan untuk siswa SD. Terdapat beberapa kritik dan saran
yang diberikan oleh kedua validator yang peneliti gunakan sebagai revisi atau
perbaikan prototipe cergam.
4.1.1.5 Revisi Desain
Peneliti melakukan revisi dan perbaikan desain produk berupa prototipe
buku cergam berdasarkan kritik dan saran yang diberikan oleh validator.
Perbaikan yang dilakukan peneliti adalah penulisan yang masih belum sesuai
dengan EYD dan penggunaan istilah yang belum benar. Peneliti melakukan
perbaikan pada bagian artikel yang masih menggunakan istilah yang kurang tepat
dan dirasa sulit untuk diterima oleh siswa. Selain itu, peneliti memperbaiki
kalimat yang kurang sesuai pada cergam menjadi kalimat yang sesuai dan
memberi kata penghubung agar kalimat yang ada pada cergam lebih sesuai dan
mudah dipahami oleh siswa. Validator memberi kritik bahwa buku tidak
berwarna, namun peneliti sengaja membuat prototipe cergam dengan gambar
hitam putih agar siswa juga dapat mengembangkan kreatifitas yang dimiliki
dengan mewarnai gambar pada prototipe tersebut. Peneliti berharap bahwa setelah
melakukan perbaikan desain, produk buku berjudul “Prototipe Nilai-Nilai Budi
Pekerti Dalam Memainkan Gamelan” dapat mudah dipahami oleh siswa SD.
Berikut ini adalah perbaikan prototipe buku yang dilakukan oleh peneliti:
Pada bagian I halaman 3 terdapat istilah kata yang kurang tepat yaitu pada
bagian pengertian saron.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 4.3 Prototipe Sebelum Direvisi
Validator memberikan kritik saran bahwa dalam istilah gamelan kotak
kayu pada instrumen saron sering disebut dengan rancakan. Peneliti melakukan
revisi pada bagian pengertian saron dengan menambahkan istilah lain dari kotak
kayu yaitu rancakan.
Gambar 4.4 Prototipe Sesudah Direvisi
Pada bagian I memuat artikel tentang Nilai-Nilai Budi Pekerti pada
halaman 4 penggunaan istilah gema yang dirasa kurang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gambar 4.5 Prototipe Sebelum Direvisi
Validator memberikan kritik dan saran tentang penggunaan istilah gema
yang tepat pada instrumen saron yaitu ditambahkan dengan istilah lain dari gema
yaitu resonansi. Peneliti melakukan revisi pada halaman 4 bagian I dengan
menambahkan istilah lain dari gema yaitu resonansi.
Gambar 4.6 Prototipe Sesudah Direvisi
Pada bagian I penulis kurang menambahkan kata sehingga kalimat tidak
menjadi sebuah kalimat yang baku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar 4.7 Prototipe Sebelum Direvisi
Validator memberikan kritik terhadap kurangnya kata pada halaman 8
sehingga tidak menjadi kalimat utuh. Oleh karena itu peneliti melakukan
perbaikan dengan menambahkan kata penabuh agar menjadi kalimat yang benar.
Gambar 4.8 Prototipe Sesudah Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4.1.1.6 Uji Coba Produk
Uji coba produk dilakukan setelah peneliti melakukan revisi dan perbaikan
prototipe sehingga layak untuk diujicobakan. Peneliti melakukan uji coba satu kali
pada tanggal 7 Maret 2018 di SD Kanisius Klepu. Uji coba prototipe dilakukan
pada 25 siswa kelas V SD. Tujuan uji coba produk tersebut adalah agar siswa
mengetahui dan memahami nilai-nilai yang ada dalam gamelan. Selain itu,
melalui uji coba produk ini peneliti dapat mengetahui kualitas dan keefektifan
prototipe yang peneliti kembangkan untuk siswa SD.
Sebelum melakukan uji coba produk, peneliti memulainya dengan
menyapa siswa dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang ke kelas
mereka. Peneliti juga melakukan tanya jawab pada siswa tentang pemahaman
mereka terhadap alat musik gamelan.
Gambar 4.9 Peneliti memberikan pengarahan kegiatan uji coba
produk
Selanjutnya, peneliti membagikan prototipe pada 25 siswa secara individu
untuk dibaca oleh para siswa. Selama kegiatan membaca prototipe, hampir
seluruh siswa sangat antusias dan serius dalam membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Gambar 4.10 Siswa kelas V membaca produk prototipe buku
Selesai membaca prototipe siswa mengisi lembar refleksi yang sudah
peneliti bagikan untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami isi dari
prototipe yang baru saja mereka baca. Hasil refleksi siswa dapat dilihat pada
lampiran 9 halaman 108.
Gambar 4.11 Siswa kelas V menulis refleksi sebagai penilaian
kualitas produk
Kemudian siswa melakukan kegiatan mewarnai gambar pada cerita
bergambar, namun peneliti sudah menyediakan kertas tersendiri yang berisi
gambar yang sama seperti pada cerita untuk diwarnai oleh siswa dengan tujuan
agar prototipe dapat digunakan lagi dan siswa dapat mewarnai lagi di rumah.
Hasil mewarnai gambar prototipe cergam yang dilakukan oleh siswa dapat dilihat
pada lampiran 11 halaman 119.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 4.12 Siswa kelas V mewarnai gambar
4.1.2 Kualitas Produk
Peneliti melakukan uji coba produk dengan membagikan produk berupa
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).
Prototipe tersebut berjudul “Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan
Gamelan”. Kualitas prototipe didapatkan dari hasil siswa menuliskan refleksi
yang berisi beberapa pertanyaan dari peneliti dan mewarnai gambar pada
prototipe cergam. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa tentang prototipe yang sudah dibaca. Lembar refleksi terdiri
dari 4 pertanyaan yang berhubungan pada isi prototipe buku. Pertanyaan pada
lembar refleksi diantaranya 1) informasi yang didapatkan siswa setelah membaca
produk, 2) nilai/sikap yang diperoleh saat memainkan gamelan, 3) cara
memainkan instrumen saron barung, dan 4) pengertian tenggang rasa. Jawaban
siswa pada lembar refleksi kemudia dikonversikan menjadi skor menggunakan
skala empat yang terdiri dari skor 1-4 berdasarkan pedoman penilaian yang
disusun oleh peneliti lampiran 10a halaman 112. Nilai yang diperoleh dari siswa
pada setiap nomor soal akan dihitung rata-rata dan hasil nilai akan dijadikan
sebagai landasan untuk menentukan kualitas produk.
Dari hasil angket uji coba produk peneliti mendapatkan data bahwa
informasi yang didapatkan para siswa setelah membaca prototipe adalah 23 siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mendapatkan informasi tentang cara dan nilai dalam memainkan gamelan, 1 siswa
mendapatkan informasi bahwa tentang menghargai budaya Jawa dan 1 siswa
mendapatkan informasi bahwa bermain gamelan itu menyenangkan. Berdasarkan
jawaban para siswa, diperoleh hasil rata-rata skor 3,8 untuk jawaban soal nomor 1
tentang informasi yang didapatkan para siswa setelah membaca prototipe buku.
Dari hasil angket uji coba produk peneliti mendapatkan data bahwa pada
pertanyaan mengenai sikap yang dilatihkan pada penabuh saat memainkan
gamelan adalah 14 siswa menjawab memainkan gamelan melatih penabuh
memiliki sikap sopan santun, religius, kerjasama, tenggang rasa, konsentrasi,
ketekunan, dan tanggung jawab, 10 siswa dapat menjawab keseluruhan nilai
namun jawaban yang dituliskan kurang lengkap, dan 1 siswa menjawab
memainkan gamelan melatih siswa untuk memiliki nilai budi pekerti. Berdasarkan
jawaban para siswa, diperoleh hasil rata-rata skor 3,4 untuk jawaban soal nomor 2
tentang nilai yang didapatkan penabuh dalam memainkan gamelan.
Dari hasil angket uji coba produk peneliti mendapatkan data bahwa pada
pertanyaan mengenai cara memainkan instrumen saron barung, 21 siswa
menjawab memainkan saron barung dengan dipukul sesuai notasi menggunakan
alat pemukul dari kayu, 4 siswa lainnya dapat menjawab cara memainkan namun
kurang sesuai dengan jawaban. Berdasarkan jawaban para siswa, diperoleh hasil
rata-rata skor 3,68 untuk jawaban soal nomor 3 tentang cara memainkan
instrumen saron barung.
Dari hasil angket uji coba produk peneliti mendapatkan data bahwa pada
pertanyaan mengenai pengertian tenggang rasa, sebanyak 15 siswa menjawab arti
dari tenggang rasa yaitu menghargai penabuh lain, 3 siswa lainnya menjawab
kurang jelas, dan siswa lainnya menuliskan jawaban yang sangat kurang sesuai
dengan pertanyaan yang diberikan. Berdasarkan jawaban para siswa, diperoleh
hasil rata-rata skor 2,92 untuk jawaban soal nomor 4 tentang pengertian tenggang
rasa.
Berdasarkan hasil angket yang diperoleh, rata-rata skor yang didapatkan
dari setiap nomor pada soal refleksi kemudian dijumlahkan secara keseluruhan
kemudian dibagi dengan jumlah soal yang diberikan sehingga dapat ditemukan
nilai rata-rata skor keseluruhan yang digunakan sebagai nilai untuk menentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kualitas kelayakan produk. Rata-rata yang diperoleh adalah 3,48. Berdasarkan
tabel klasifikasi kualitas produk yang digunakan peneliti dapat menyimpulkan
bahwa prototipe yang dibuat mempunyai kualitas yang baik dan layak untuk
digunakan karena nilai rata-rata dari hasil refleksi siswa termasuk dalam kategori
“sangat baik”. Hasil rekapitulasi hasil angket dapat dilihat pada lampiran 10b
halaman 115. Produk yang dikembangkan oleh peneliti, selain membantu siswa
dalam memahami nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
juga dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam kehidupan
sehari-hari mereka seperti menanamkan sikap sopan santun, tenggang
rasa/toleransi, religius, tanggung jawab, ketekunan, konsentrasi, dan kerjasama.
Selain itu juga melalui prototipe cergam, siswa dapat meningkatkan kreativitas
dalam mewarnai gambar pada cergam.
4.2 Pembahasan
Peneliti melakukan penelitian pengembangan ini berdasarkan identifikasi
masalah. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan praktisi gamelan yang
menunjukkan bahwa perlu adanya pengenalan alat musik tradisional gamelan
pada anak usia dini seusia siswa SD, meskipun di beberapa sekolah sudah
diadakan pengenalan gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler karawitan namun
masih banyak siswa belum mengetahui nilai-nilai yang ada dalam memainkan
gamelan. Hal itu juga didukung dari kurangnya ketersediaan buku yang berisi
informasi tentang nilai-nilai dalam gamelan.
Selanjutnya, dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti membuat angket
untuk melakukan analisis kebutuhan siswa. Penyebaran angket dilakukan pada
siswa kelas V di SD Kanisius Klepu yang hasilnya menunujukkan bahwa 100%
siswa belum pernah membaca buku yang berisi informasi nilai-nilai dalam
memainkan gamelan. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk membuat prototipe
buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD). Prototipe
tersebut divalidasi oleh praktisi gamelan dan ahli bahasa dan mendapatkan skor 30
dengan rata-rata 3,75 yang berarti sangat baik sehingga layak untuk diujicobakan.
Uji coba produk dilakukan pada tanggal 7 Maret 2018 di SD Kanisius
Klepu dengan siswa kelas V yang berjumlah 25 siswa. Berdasarkan hasil uji coba
tersebut peneliti mendapatkan data bahwa prototipe buku pendidikan budi pekerti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dalam memainkan gamelan dapat membantu siswa dalam memahami nilai-nilai
dalam memainkan gamelan dan meningkatkan kreativitas yang ditunjukkan pada
hasil siswa mewarnai gambar. Hal itu didapatkan dari nilai kualitas produk
dengan skor 3,48 yang termasuk pada kategori “sangat baik”. Prototipe tersebut
dinilai sangat baik dan dapat membantu siswa dalam memahami nilai-nilai dalam
memainkan gamelan karena:
a. Prototipe disusun untuk memfasilitasi siswa memperoleh informasi
tentang gamelan
Gamelan merupakan seperangkat alat musik tradisional yang
menjadi salah satu kebudayaan di Indonesia dalam bidang kesenian musik.
Gamelan berasal dari daerah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogykarta,
Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali. Meskipun berasal dari beberapa daerah,
peneliti hanya membahasa gamelan Jawa yang terdapat di daerah Jawa
Tengah dan Yogyakarta. Gamelan juga dikenal dengan istilah karawitan.
Karawitan adalah seni memainkan alat musik gamelan. Di beberapa
sekolah dasar, karawitan dijadikan kegiatan ekstrakurikuler.
Pada prototipe buku ini, peneliti memberikan penjelasan mengenai
beberapa hal yang berkaitan dengan gamelan diantaranya pengertian
gamelan, jenis gamelan dan cara memainkan instrumen gamelan.
Penjelasan tersebut disusun pada bagian artikel berdasarkan teori yang
peneliti kumpulkan dan ditulis menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa seusia anak SD. Prototipe ini hanya berisi informasi
sederhana mengenai gamelan, karena untuk anak sesuai SD pada
umumnya belum diberikan materi gamelan secara mendalam. Disusunnya
prototipe ini bertujuan agar siswa tidak hanya sekedar memainkan
gamelan saja tetapi juga dapat mengerti tentang informasi gamelan.
b. Prototipe berisi nilai budi pekerti dalam gamelan
Budi pekerti merupakan pelajaran tentang etika hidup bersama
dengan bertindak baik yang berdasarkan nalar. Orang yang mempunyai
budi pekerti baik memiliki sikap atau tingkah laku yang baik sehingga
akan mewujudkan kepribadian dan karakter yang baik. Budi pekerti
seseorang akan tampak pada pikiran, sikap dan keterampilan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dimiliki. Karakter seseorang dapat mengembangkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi
pekerti baik itu kekuatan batin dan karakter agar siswa dapat menemukan
kesempurnaan hidup. Pendidikan budi pekerti dapat membentuk karakter
siswa melalui budaya, salah satunya adalah kesenian gamelan.
Prototipe buku mengandung nilai-nilai budi pekerti dalam setiap
instrumen gamelan dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.
Nilai-nilai tersebut didapatkan dari berbagai sumber baik itu dari buku
maupun hasil wawancara dengan para praktisi gamelan. Nilai-nilai yang
terdapat dalam memainkan gamelan antara lain sopan santun, religius,
kerjasama, tenggang rasa, konsentrasi, ketekunan, tanggung jawab dan
sebagainya.
c. Prototipe berisi nilai dan kekhasan instrumen saron barung
Gamelan terdiri dari seperangkat instrumen gamelan, namun pada
prototipe buku peneliti menonjolkan kekhasan salah satu instrumen
gamelan yaitu saron barung. Saron barung merupakan salah satu jenis
instrumen dari instrumen saron yang merupakan tetabuhan keras berupa
wilahan-wilaan berbentuk agak cembung yang disusun berderet di atas
kotak kayu dan dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan alat
pemukul dari kayu. Pada prototipe bagian I berisi tentang kekhasan dan
nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen saron barung. Bagian II memuat
cergam berjudul “Bermain Saron Barung Menumbuhkan Sikap Tenggang
Rasa” yang mengisahkan pengalaman seorang anak memainkan saron
barung. Dari hasil uji coba produk didapatkan data bahwa sebanyak 21
siswa mengetahui cara memainkan instrumen saron barung adalah dengan
cara dipukul dengan alat pemukul dari kayu sesuai dengan notasi atau
teknik imbal. Selain itu, 15 siswa mengetahui bahwa memainkan
instrumen saron barung membantu penabuh memiliki sikap tenggang rasa
yang mempunyai arti menghargai penabuh lain.
d. Prototipe sebagai sarana literasi literasi
Literasi adalah kegiatan membaca dan menulis. Sesuai dengan
Permendikbud No.23 Tahun 2015 tentang pembiasaan penumbuhan minat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
baca melalui kegiatan 15 menit membaca, maka prototipe ini dapat
digunakan untuk memfasilitasi siswa dalm kegiatan literasi yang sedang
digalakkan di sekolah. literasi bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti
siswa melalui kegiatan Gerakan Literasi Sekolah. Oleh karena itu,
prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk
SD sangat cocok jika digunakan untuk kegiatan literasi. Selain itu,
prototipe buku ini juga terdapat cergam dapat menarik minat baca siswa
SD yang pada umumnya senang membaca cerita yang disertai dengan
gambar.
e. Prototipe memuat cergam yang memfasilitasi siswa dalam
mengembangkan kreativitas mewarnai gambar
Cerita bergambar yang disusun oleh peneliti disertai alur cerita
yang menarik dan terdapat ilustrasi sketsa gambar hitam putih yang
menggambarkan setiap bagian alur cerita. Ilustrasi gambar sketsa
bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasi yang
dia miliki setelah membaca cerita dengan mewarnai ilustrasi tersebut. Saat
kegiataan uji coba produk dilakukan, semua siswa sangat senang karena
diberikan kesempatan untuk dapat membaca prototipe buku dan mewarnai
gambar. Hasil dari gambar yang sudah diwarnai oleh siswa pun sangat
bagus dan menunjukkan kreativitas yang dimiliki siswa.
4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe
Berdasarkan hasil validasi dan uji coba prototipe, peneliti mendapatkan
kritik dan saran tentang prototipe buku yang dikembangkan. Data tersebut
membantu peneliti untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan prototipe yang
dikembangkan. Berikut ini akan dijelaskan kelebihan dan kekurangan prototipe
buku yang berjudul “Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”.
4.3.1 Kelebihan Prototipe
Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
memiliki kelebihan, yaitu 1) Prototipe berisi informasi tentang arti gamelan dan
cara memainkan beberapa instrumen gamelan khususnya instrumen saron barung,
2) Prototipe berisi informasi tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan
masing-masing instrumen gamelan dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
gamelan, 3) Prototipe buku berisi cergam yang berjudul “Bermain Saron Barung
Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”, 4) Cergam berisi nilai-nilai memainkan
saron barung yaitu tenggang rasa yang diwujudkan dengan menghargai penabuh
yang lain, 5) Terdapat gambar-gambar yang berkaitan dengan cerita di dalam
cergam, 6) Terdapat beberapa istilah khas tentang gamelan sehingga membuat
siswa dapat mengimajinasikan sehingga mudah dipahami oleh siswa.
4.3.2 Kekurangan Prototipe
Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
memiliki kekurangan, yaitu 1) Prototipe terlalu banyak tulisan dibandingkan
dengan gambar, 2) Terdapat dua gambar yang belum mewakili cerita yang
disampaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang simpulan dari keseluruhan
penelitian, keterbatasan penelitian dan saran. Berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing sub bab:
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Prosedur pengembangan produk berupa “Prototipe Buku Pendidikan Budi
Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” dilakukan melalui enam
langkah menurut Sugiyono yang meliputi 1) potensi dan masalah, 2)
pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain dan
6) uji coba produk.
5.1.2 Kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan
untuk SD dari hasil validasi dengan praktisi gamelan dan ahli bahasa
mendapatkan skor 30 dengan rata-rata 3,75 (sangat baik) sehingga layak
diujicobakan. Kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam
memainkan gamelan untuk SD dari hasil refleksi siswa mendapatkan 3,48
(sangat baik) sehingga layak untuk digunakan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian pengembangan ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
5.2.1 Dalam prototipe ini masih terdapat banyak tulisan dibandingkan gambar.
5.2.2 Dalam prototipe ini terdapat 1 gambar yang belum mewakili cerita yang
ingin disampaikan.
5.3 Saran
Berikut ini merupakan beberapa saran yang peneliti berikan sebagai perbaikan dan
pengembangan untuk penelitian selanjutnya.
5.3.1 Peneliti lain sebaiknya memperbanyak ilustrasi tentang gamelan dan lebih
membuat cerita yang sederhana.
5.3.2 Peneliti lain sebaiknya membuat ilustrasi yang sesuai dengan cerita yang
akan disampaikan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., Huda, M., & Tarmiyanti. 2009. Pemanfaatan seni karawitan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan nilai kedisiplinan dan kebersamaan anak.
PKMI Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 3, 1-19.
Bagus, L. (1996). Kamus filsafat. Jakarta: Gramedia.
Borkar, R. “Interactive children’s books.” Diakses 17 Februari 2018 dari
http://www.buzzle.com/articles/interactive-childrens.books.html.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus besar bahasai indonesia pusat
bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dewantara. (1962). Kebudajaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman
Siswa.
.. (1967). Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman
Siswa.
. (1977). Karya ki hajar dewantara. Yogyakarta: Majelis Persatuan
Taman Siswa.
Alexander. (2016). Peran kegiatan esktrakurikuler karawitan jawa untuk
menanamkan nilai cinta budaya pada anak di SD Antonius 01 Semarang.
Diperoleh 8 November 2017, dari
http://lib.unnes.ac.id/24471/1/1401412411.pdf.
Endraswara, S. (2008). Laras manis tuntunan praktis karawitan jawa.
Yogyakarta: Kuntul Press.
Ferdiansyah, F. (2010). Mengenal secara mudah dan lengkap kesenian karawitan
(gamelan jawa). Yogyakarta: Garailmu.
Fatthurohman. (2013). Pengembangan pendidikan karakter. Bandung: PT Refika
Aditama.
Kemendikbud. (2016). Buku saku gerakan literasi sekolah. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
. (2016). Desain induk gerakan literasi sekolah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
. (2016). Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Koentjaraningrat. (2009). Buku pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka
Cipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lestari, Y. (2014). Nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam kesenian kuntulan
bakti rosul di desa brajan sendangagung minggir sleman. Diperoleh 13
November 2017, dari
http://eprints.uny.ac.id/20149/1/Yuli%2010209241004.pdf.
Nurgiyantoro, B. (2005). Sastra anak pengantar pemahaman dunia anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Purwadi dan Hidayat. (2006). Seni karawitan jawa: ungkapan keindahan dalam
musik gamelan. Yogyakarta: Hanan Pustaka.
Saptomo. (2009). Seni budaya sebagai pendidikan karakter sekolah dasar.
Surakarta.
Saputri, M. (2016). Pengembangan prototipe buku cerita bergambar tentang
tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Diperoleh 9
September 2017, dari http://repository.usd.ac.id/5709/2/121134033_full.pdf.
Suparno, Koesomo, Titisari, Kartono. (2002). Pendidikan budi pekerti di sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Sardiman. (2007). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Saydono, G. (1997). Kamus istilah kepegawaian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sedyawati, E., dkk. (1999). Pedoman penanaman budi pekerti. Jakarta: Balai
Pustaka.
Setyosari, Punaji. (2013). Metode penelitian pendidikan dan pengembangan.
Jakarta: Rajawali Press.
Sjarkawi. (2006). Pembentukan kepribadian anak pesan moral. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian dan pengembangan (research and
development/R&D). Bandung: Alfabeta.
Sulistyowati, M dan Jatiningsih, O. (2013). “Peran kegiatan ekstrakurikuler
karawitan untuk mengembangkan sikap kebersamaan siswa di SMPN 1 tarik
sidoarjo”. kajian moral dan kewarganegaraan. Vol. 2 No.1. http://dx.doi.org.
Diakses 13/01/2018 pukul 22:31.
Walton, P. (2001). Aesthetic and spiritual correlations in javanesse gamelan
music. Michigan: University of Michigan Perss.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Widodo, S. (1996). Keterampilan karawitan. Sukoharjo: Cenderawasih.
Widoyoko. (2014). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Yudoyono, Bambang. (1984). Gamelan jawa. Jakarta: PT. Karya Unipress.
Zuriah, Nurul. (2011). Pendidikan moral & budi pekerti dalam perspektif
perubahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 2 Surat Ijin Uji Coba Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 3 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 4 Hasil Wawancara
Saya melakukan wawancara dengan Bapak Antonius Waris Haryana.
Beliau adalah seorang seniman gamelan serta mengajar di sekolah baik dari
jenjang SD sampai SMA dan di beberapa Universitas yang ada di Yogyakarta.
Beliau lahir di Sleman, 15 Oktober 1965 dan beralamatkan di Sembuhan,
Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Yogyakarta. Menurut beliau dengan bermain
gamelan itu berarti mengembangkan seni kebudayaan jawa, melestarikan tradisi
yang ada di Jawa dan beliau sangat menyukai gamelan sejak kelas 2 SD. Terdapat
nilai-nilai budi pekerti dalam gamelan seperti berjalan, jongkok, atau tidak boleh
melangkahi gamelan untuk menjaga etika dan menghormati gamelan. Sikap budi
pekerti yang terbangun dalam memainkan alat music gamelan yaitu ketertiban,
kedisiplinan, kerjasama, dan kekompakan. Saat mendengarkan gamelan beliau
merasa senang dan dapat menyatu dengan jiwa. Beliau mengungkapkan anak-
anak perlu diperkenalkan sejak dini terhadap gamelan karena setiap anak bermain
gamelan akan menciptakan keheningan dan nyaman. Anak-anak pada masa
sekarang itu tidak mengenal rasa, budi pekerti, dan pola pikir. Kalua tidak
mempunyai rasa anak hanya akan menonjolkan otak dan tidak mempunyai seni.
Hal yang merusak budaya adalah televise dengan cara mempromosikan sesuatu
yang mempengaruhi anak. Selain itu handphone dan internet mempengaruhi anak
dalam berkembang. Bermain gamelan itu rumit, orang-orang jaman sekarang tidak
mau mencoba sesuatu yang runit dan hanya mencari jalan pintas secara instan
seperti mendengarkan musik dangdut. Jika ingin bermain gamelan harus mengerti
kerumitannya baru akan menjadi indah. Untuk bermain gamelan anak dilihat dari
karakter pribadinya melalui keterampilan tangan antara otak dan penyampalan
kerja tangan dengan menyatu jiwa itu akan menjadi satu. Misalkan seorang anak
mempunyaikarakter penakut bisa memainkan alat musik yagn halus seperti
slenthem sedangkan anak yang pemberani bisa memainkan alat musik saron atau
yang bersuara keras. Anak bisa mencintai gamelan bisa dimulai dari usia TK
(Taman Kanak-kanak) karena sebenarnya anak itu membentuk karakter di bawah
umur 5 tahun. Jika dari kecil anak sudah diperdengarkan musik dangdut saat besar
nanti anak itu akan menjadi pemusik dangdut. Jadi apa yang anak dapatkan sejak
kecil akan membentuk karakter sesuai dengan lingkungannya. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
menempatkan anak pada alat musik apa yang akan dimainkan itu sesuai dengan
karakter yang dimiliki anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 5a Instrumen Validasi Angket
NO KOMPONEN YANG DINILAI SKOR
SARAN 1 2 3 4
1. Bahasa
a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan
yang baik dan benar..
b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh
siswa.
c. Susunan kalimat tidak mengarah kepada
jawaban tertentu.
2. Keterkaitan Pertanyaan
a. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan
tujuan penelitian.
b. Pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan gamelan sebagai salah satu
kesenian Jawa.
c. Pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan sebelum/pada saat/sesudah
memainkan gamelan yang memuat nilai-
nilai budi pekerti.
d. Pertanyaan yang diajukan menggali kesan
siswa dalam memainkan gamelan.
e. Pertanyaan yang diajukan menggali
kebutuhan siswa tentang buku mengenai
gamelan.
3. Kelayakan instrumen untuk dibagikan kepada
siswa kelas V-VI SD.
TOTAL SKOR
Yogyakarta, ………………..
(………………………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 5b Hasil Validasi Angket Siswa (Validator I)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 5c Hasil Validasi Angket Siswa (Validator II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 6 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 7 Kisi-kisi Pembuatan Cergam
Hlm Teks dalam
buku
Deskripsi Sumber Ilustrasi
gambar
I Cover Judul buku “Prototipe
Nilai-Nilai Budi
Pekerti dalam
Memainkan Gamelan”
- Memainkan
seperangkat
gamelan
Ii Kata
pengantar
Informasi mengenai
isi buku yang terdiri
dari artikel dan
cergam, bertujuan
untuk memfasilitasi
dalam kegiatan literasi
serta ucapan terima
kasih.
1.1 -
Iii Daftar isi - - -
1 Bagian I Nilai-Nilai Budi
Pekerti dalam
Memainkan Gamelan
a. Gamelan
b. Nilai-nilai
Budi Pekerti
dalam
Instrumen
Gamelan
c. Nilai-nilai
Budi Pekerti
dalam
Memainkan
2.1.3
2.1.4
2.1.5
Gambar siswa
memainkan
gamelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Gamelan
9 Bagian II Cergam “Bermain
Saron Barung
Menumbuhkan Sikap
Tenggang Rasa”
2.1.6 Gambar siswa
duduk
memainkan
saron barung.
10 Gambar 1 Pengenalan tokoh
bernama Reni siswa
kelas V SD yang
mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler
karawitan di sekolah.
2.1.2 Gambar sosok
Reni
11 Gambar 2 Reni mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler
karawitan.
2.1.3 Gambar siswa
berlatih
karawitan.
13 Gambar 3 Reni sedang menabuh
saron barung.
2.1.5 Gambar siswa
duduk
memainkan
saron barung.
15 Gambar 4 Reni dan teman-
temannya berjalan
jongkok sebelum
memasuki arena
gamelan.
2.1.4 Gambar siswa
sedang
berjalan
jongkok.
16 Gambar 5 Reni dan teman-
temannya berdoa
sebelum memainkan
gamelan.
2.1.4 Gambar siswa
sedang berdoa
bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
17 Gambar 6 Reni menceritakan
cara memainkan saron
barung.
2.1.5 Gambar siswa
menabuh
instrumen
saron barung,
gender dan
kendang.
18 Gambar 7 Reni menceritakan
nilai tenggang rasa
dalam bermain
gamelan.
2.1.4 Gambar siswa
bermain
gamelan.
20 Gambar 8 Reni dan teman-
temannya mengikuti
pementasan gamelan
menggunakan pakaian
adat jawa.
2.1.2 Gambar siswa
sedang pentas
di panggung.
21 Gambar 9 Reni dan teman-
temannya memberi
hormat kepada
penonton seusai
melakukan
pementasan.
2.1.4 Gambar siswa
melakukan
penghormatan.
22 Gambar 10 Reni dan teman-
temannya mengucap
syukur selesai
pementasan dengan
berdoa.
2.1.4 Gambar siswa
berdoa
bersama.
23 Refleksi Terdapat 4 pertanyaan
kepada pembaca
setelah membaca
Cergam -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Cergam “Bermain
Saron Barung
Menumbuhkan Sikap
Tenggang Rasa”.
24 Daftar
Pustaka
Daftar Referensi Daftar
Pustaka
-
25 Biodata Biodata penulis - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 8a Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator Praktisi Gamelan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 8b Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator Ahli Bahasa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 9 Hasil Uji coba Produk Buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 10a Pedoman Penilaian Produk
No Pertanyaan dan Jawaban Kriteria Penilaian Skor
1. Pertanyaan:
Informasi yang saya dapatkan
tentang gamelan setelah membaca
buku ini adalah ….
Jawaban berkaitan
dengan isi prototipe
buku dan diuraikan
dengan jelas
4
Jawaban berkaitan
dengan isi prototipe
buku dan diuraikan
dengan cukup jelas
3
Jawaban:
(subjektif pada masing-masing
siswa)
Jawaban kurang
berkaitan dengan isi
prototipe buku dan
diuraikan dengan
kurang jelas
2
Jawaban tidak
berkaitan dengan isi
prototipe buku dan
diuraikan dengan
tidak jelas
1
2. Pertanyaan:
Memainkan gamelan melatih
penabuh untuk memiliki nilai/sikap
….
Menyebutkan 7 nilai
yang didapatkan
penabuh saat
memainkan gamelan
4
Menyebutkan 4 nilai
atau lebih yang
didapatkan penabuh
saat memainkan
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
gamelan tetapi belum
keseluruhan
Jawaban:
Sopan santun, Religius, Kerjasama,
Tenggang Rasa, Konsentrasi,
Ketekunan, Tanggung Jawab
Menyebutkan 1 nilai
yang didapatkan
penabuh saat
memainkan gamelan
2
Tidak menyebutkan
nilai yang didapatkan
penabuh saat
memainkan gamelan
1
3. Pertanyaan:
Cara memainkan instrumen saron
barung adalah dengan cara ….
Jawaban ditulis
dengan lengkap dan
jelas
4
Jawaban dituliskan
dengan lengkap
namun kurang jelas
3
Jawaban:
Dipukul menggunakan alat pukul
yang terbuat dari kayu sesuai dengan
notasi atau teknik imbal.
Jawaban dituliskan
dengan kurang
lengkap tetapi jelas
2
Jawaban tidak sesuai
konteks pertanyaan 1
4. Pertanyaan:
Memainkan instrumen saron barung
membantu penabuhnya memiliki
sikap tenggang rasa artinya ….
Jawaban dituliskan
dengan lengkap dan
jelas
4
Jawaban dituliskan
dengan lengkap
namun kurang jelas
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Jawaban:
Menghargai penabuh lain saat
memainkan gamelan.
Jawaban dituliskan
kurang jelas namun
jelas
2
Jawaban tidak sesuai
dengan konteks
pertanyaan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 10b Rekap Uji Coba Produk Buku
No Soal Refleksi Jawaban Banyak
siswa
dengan
jawaban
sejenis
Skor Rerata
skor tiap
nomor
1. Informasi
yang saya
dapatkan
tentang
gamelan
setelah
membaca
buku ini
adalah ….
13 siswa menjawab
bahwa setelah
membaca buku
mendapatkan
informasi tentang
nilai-nilai dalam
memainkan gamelan
7 siswa menjawab
setelah membaca
buku mendapatkan
informasi tentang
cara memainkan
gamelan
3 siswa menjawab
setelah membaca
buku mendapatkan
informasi tentang
macam-macam jenis
gamelan
23 4
3,8
1 siswa menjawab
setelah membaca
buku mendapatkan
informasi tentang
1 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
menghargai budaya
Jawa
1 siswa menjawab
setelah membaca
buku mendapatkan
informasi tentang
perasaan
menyenangkan saat
bermain gamelan
1 1
2. Memainkan
gamelan
melatih
penabuh
untuk
memiliki
nilai/sikap ….
14 siswa menjawab
bahwa memainkan
gamelan melatih
penabuh untuk
memiliki nilai/sikap
sopan santun,
religius, kerjasama,
tenggang rasa,
konsentrasi,
ketekunan, tanggung
jawab
14
4
3,4
8 siswa menjawab
bahwa memainkan
gamelan melatih
penabuh untuk
memiliki 3 nilai dari
keseluruhan nilai
8
3
2 siswa menjawab
bahwa memainkan
gamelan melatih
penabuh untuk
2
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
memiliki nilai
kerjasama
1 siswa menjawab
bahwa memainkan
gamelan melatih
penabuh untuk
memiliki nilai budi
pekerti
1 1
3. Cara
memainkan
instrumen
saron barung
adalah
dengan cara
….
14 siswa menjawab
bahwa cara
memainkan
instrumen saron
barung adalah
dengan dengan cara
dipukul sesuai notasi
atau dengan teknik
imbal
5 siswa menjawab
bahwa cara
memainkan
instrumen saron
barung adalah
dengan cara dipukul
menggunakan alat
pemukul yang
terbuat dari kayu
21
4
3,68
3 siswa menjawab
bahwa cara
memainkan
instrumen saron
4 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
barung adalah
dengan cara tangan
kanan memegang
alat pemukul dan
tangan kiri mathet
1 siswa menjawab
bahwa memainkan
saron barung adalah
dengan cara
memperhatikan
irama penabuh lain
4. Memainkan
instrumen
saron barung
membantu
penabuhnya
memiliki
sikap
tenggang rasa
artinya ….
15 siswa menjawab
tenggang rasa
artinya menghargai
penabuh lain
15 4
2,92
3 siswa menjawab
tenggang rasa
artinya menabuh
dengan irama
harmonis
3 2
3 siswa menjawab
tenggang rasa
artinya tenang
1 siswa menjawab
tenggang rasa
artinya percaya diri
1 siswa menjawab
tenggang rasa
artinya gotong
7 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
royong
1 siswa menjawab
tenggang rasa
artinya tanggung
jawab
1 siswa menjawab
tenggang rasa
artinya baik
Rerata skor keseluruhan 3,48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 11 Hasil mewarnai siswa kelas V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 12 Foto kegiatan selama uji coba produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
BIOGRAFI PENELITI
Rosa Dania Astari, lahir di Sleman pada tanggal
19 September 1996. Penulis menempuh pendidikan
formal di SD Kanisius Klepu pada tahun 2009, SMP
Pangudi Luhur Moyudan pada tahun 2012, dan SMA
Pangudi Luhur Sedayu pada tahun 2014. Pada tahun
2014 penulis melanjutkan studi S1 di Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi
mahasiswa PGSD 2014, penulis aktif mengikuti
kegiatan di beberapa bidang, seperti: (1) Kegiatan wajib INSADHA, INFISA,
INSIPRO, dan KMD. (2) Mengikuti Unit Kegiatan Prodi PGSD paduan suara
“PGSD Choir” sebagai bendahara. (3) Mengikuti kegiatan kepanitiaan “Parade
Gamelan Anak ke-7” pada tahun 2014. (4) Mengikuti kegiatan kepanitiaan Inisiasi
Fakultas “INFISA” sebagai dampok pada tahun 2015. (5) Week-End Moral
sebagai peserta pada tahun 2015. (6) Peserta Seminar Kurikulum untuk
Terstrandarisasi (Cambridge) tahun 2015. (7) Peserta Kuliah Umum PGSD “Masa
Depan Toleransi di Tangan Guru” pada tahun 2015. (8) Peserta Kuliah Umum
Implementasi Kurikulum Tiga Belas di Sekolah Dasar pada tahun 2015. (9)
Kursus Mahir Dasar Pramuka pada tahun 2015. (9) Peserta English Club Program
pada Agustus 2014-Mei 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI