Post on 22-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Visualisasi mikroorganisme yang masih hidup tidaklah mudah, tidak hanya karena ukurannya
yang sangat kecil tetapi karena transparan dan pada umumnya tidak berwarna jika disuspensikan
dalam medium cair. Untuk mempelajari sifat mereka dan untuk mendiferensiasikan mikroorganisme
dalam grup yang spesifik untuk kepentingan diagnostik, pewarnaan bologis dan prosedur pewarnaan
dengan bantuan mikroskop cahaya menjadihal utama dalam mikrobiologi (Jawetz, 1995).
Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri rata-rata
berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron = 10-3 mm). Itu berarti pula
bahwa jasad renik ini tipis sekali sehingga tembus cahaya. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak
jelas dan sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu
diisi dengan zat warna, pewarnaan ini disebut pengecatan bakteri (Irianto, 2006).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui teknik
pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pengecatan sederhana maupun pengecatan gram
dan pengecatan spora serta mengetahui morfologi mikroorganisme.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
I.2.1 MAKSUD PERCOBAAN
Untuk mengetahui dan memahami cara pengecatan mikroorganisme dengan menggunakan
metode pegecatan morfologi, pengecatan differensial dan pengecatan khusus.
I.2.2 TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui dan memahami metode pengecatan morfologi yaitu pengecatan negatif
2. Mengetahui dan memahami metode pengecatan differensial yaitu pengecatan gram positif
dan gram negative serta pengecatan tahan asam
3. Mengetahui dan memahami metode pengecatan khusus yaitu pengecatan spora,
pengecatan kapsul, dan pengecatan flagel.
I.3 PRINSIP PERCOBAAN
1. Pengamatan morfologi bakteri dengan pengecatan sederhana berdasarkan penambahan
zat warna metilen biru dengan pengamatan di bawah mikroskop.
2. Pengamatan morfologi bakteri dan penetuan jenis bakteri dengan pengecatan negative
berdasrakan penambahan tetesan nigrosin pada ujung objek glass bersama inokulum yang
di geserkan dengan objek glass yang lain secra perlahan-perlahan hingga membentuk
lapisan tipis dan diamati dibawah mikroskop
3. Pengamatan warna bakteri dengan melakukan pengecatan gram pada bakteri
menggunakan tetesan Kristal violet, iod mordant, alcohol, dan safranin yang diteteskan
secara berturut-turut dan diamati di bawah mikroskop yang di tandai dengan perubahan
warna menjadi ungu untuk bakteri gram positif dan berwarna merah untuk bakteri gram
negative.
4. Pengamatan warna bakteri dengan melakukan pengecatan tahan asam menggunakan zat
warna karbol fuchsin lalu di cuci dengan alcohol asam sampai berwarna kemerahan dan
penambahan metilen blue kemudian di amati di bawah mikroskop.
5. Pengamatan struktur bakteri dengan melakukan pengecatan kapsul pada bakteri dengan
menggunakan zat warna Kristal violet lalu di bilas dengan larutan CuSO4, kemudian diamati
di bawah mikroskop.
6. Pengamatan struktur bakteri dengan melakukan pengecatan spora dengan menggunakan
zat warna malachite green dan di tambahkan dengan safranin kemudian di amati di bawah
mikroskop.
7. Pengamatan struktur bakteri dengan melakukan pengecatan flagel dengan menggunakan
zat warna mordant, lalu di panaskan selama 5 meniit lalu di amati di bawah mikroskop.
BAB III
METODE KERJA
III. 1 ALAT DAN BAHAN
III.1.1 ALAT
Adapun alat-alat yang di gunakan yaitu objeck glass, deck glass, ose lurus, ose bulat,
mikroskop, gegep, botsem, bunsen, kamera, baskom, gelas kimia, penangas air.
III.1.2 BAHAN
Adapun bahan-bahan yang di gunakan yaitu aquadest, metilen blue, Kristal violet,
safranin, karbol fuchsin, hijau malakit, alcohol, CuSO4, kertas saring, kertas koram dan tissue.
III.2 CARA KERJA
A. Pengecatan Gram
1. Di pijarkan ose bulat dan diambil biakan dari suspensi.
2. Diletakkan di atas objek glass lalu di fiksasi.
3. Di tambahkan 1 tetes Kristal violet (gram A) tunggu hingga 30 detik.
4. Di bilas dengan air.
5. Di teteskan iodine (gram B) tunggu 60 detik kemudian bilas,
6. Di leteskan alcohol (gram C) tungguhingga 15-30 detik kemudian di bilas dengan
air. Diamati apakah warna ungu pudar atau tetap bertahan,
7. Kemudian di tetesi safranin, tunggu hungga 60 detik kemudian bilas. Tutu dengan
deck glass.
8. Di amati di bawah mikroskop pada perbesaran 40x.
B. Pengecatan Tahan Asam
1. Di pijarkan ose bulat dan di ambil biakan dari tabung suspense secara aseptis.
2. Di letakkan biakan di atas objek glas lalu di fiksasi.
3. Di letakkan keras saring diatas objeck glass lalu di tetesi karbol fuchsin (sambil
dipanaskan dan tunggu 2-5 menit).
4. Kertas saring kemudian di lepaskan kemudian bilas dengan air,
5. Di teteskan alcohol asam tunggu hingga 10-30 detik lalu bilas dengan air.
6. Kemudian di teteskan dengan metilen blue tunggu hingga 2 menit lalu bilas dengan
air.
7. Di amati di bawah mikroskop.
C. Pengecatan Sederhana
1. Di pijarkan ose bulat dan di ambil biakan dari tabung suspense secara aseptis.
2. Di letakkan biakan di atas objek glass kamudian fiksasi.
3. Di tetesi metilen blue kemudiaan tunggu hingga 60 detik.. setelah itu bilas dengan air.
4. Objeck glass kemudian di bersihkan dengan tissue.
5. Di tutupi dengan deck glass kemudian di amati di bawah mikroskop.
D. Pengecatan Spora
1. Di pijarkan ose bulat dan di ambil biakan dari tabung suspensi secara aseptis.
2. Di letakkan biakan di atas objeck glass kemudian fiksasi.
3. Di letakkan kertas saring di atas objeck glass lalu di panaskan di atas uap air.
4. Sambil di panaskan di tetesi malachite green kemudian tunggu hingga 5 menit.
5. Setelah 5 menit kertas saring kemudian di lepas dan di tetesi safranin, kemudian di
tunggu 30 detik
6. Kemudian bilas dengan air mengalir dan di keringkan dengan tissue
7. Diamati di bawah mikroskop.
E. Pengecatan Spora
1. Di pijarkan ose bulat dan di ambil biakan dari tabung suspense secara aseptis.
2. Di letakkan biakan di atas objek glass lalu di fiksasi.
3. Setelah itu di tetesi Kristal violet.
4. Di biarkan selama 4-7 menit kemudian di bilas dengan CuSO4.
5. Objek glass kemudian di bersihkan dengan tissue.
6. Amati di bawah mikroskop.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 TEORI UMUM
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, dan spirilum. Bakteri yang
berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya
yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus,
diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah
melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998).
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat
dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan
dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan
sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan
penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci
dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan
terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan
ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1994).
Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke
permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiasakan cahaya, sehingga kontras sel
bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat
warna basa, bagian yang berperan memberikan warna disebut Kromotor bermuatan positif, zat warna
asam yang berperan memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena memiliki
muatan positif antara lain Eosin, Congo Red, dan lain-lain. Contoh warna asam yaitu Crystal violet,
methylene Blue, Safranin, karbol fuchsin, Malachite green dan lain-lain. (UNSEOD, 2008). Pewarnaan
adalah suatu cara kerja pewarnaan yang paling berguna dan membutuhkan empat larutan dalam
prosesnya yaitu zat warna penutup, zat warna larutan dan zat warna pelunturan warna (Sutedjo,1991).
Macam-macam pewarnaan :
A. Pewarnaan negatif
Pada pewarnaan ini merupakan pewarnaan tidak langsung karena yang di warnai adalah latar
belakangnya, sedangkan bakerinya sendiri tidak mengalami pewarnaan. Zat warna yang di gunakan
adalah nigrosin.Nigrosin tidak akan mempenetrasi cell bakteri sehingga cell tidak akan menyerap zat
warna dan zat warna hanya mewarnai background.(Presscout :2002)
B. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan zat warna yang tunggal
bertujuan untuk mengindentifikasi morfologi sel bakteri. Pada pewarnaan ini zat warna yang kami
gunakan adalah gentiana violet. Sel dari bakteri akan menyerap Kristal violet sehingga sell menjadi
warna ungu dan mudah untukdiidentifikasi morfologi, struktur dan bentuk dari sel bakteri.
(Presscout:2002)
C. Pewarnaan gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting
dan luas di gunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah
terfiksasi dikenai larutan-larutan berupa zat pewarna Kristal violet, larutan yodium, larutan akohol
(bahan pemucat) dan zat pewarnaan tandingannya berupa zat warna safranin. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853-1938) yang mengembangkan
teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiela,
pneumonia. Bakteri yang telah diwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu, bakteri
gram positf dan bakteri gram negatif. Bakteri garam positif akan mempertahankan zat pewarna kristal
violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram
negatif akan kehilangan zat pewarna Kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi zat
pewarna tandingnya yaitu dengan zat pewarna karbol fucshin atau safranin akan tampak berwarna
merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya
(Pelczar, 2007).
Bakteri gram positif adalah bakeri yang mempertahankan zat warna metal ungu sewaktu
proses pewarnaan gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop sedangkan
bakteri gram negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis
bakteri ini terutama berdasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri .Bakteri gram negatif
adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat metal ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri
gram-positif akan mempertaahankan warna ungu gelap setelah di cuci dengan alkohol.
Sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram suatu pewarnaan penimbal
(conterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi
berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri
ini berdasarkan perbedaan struktur dinding selnya. (Pelczar, 2007).
D. Pewaranaan spora/ flagel
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap
pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kristal amoeba, sebab
bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kristal merupakan suatu fase dimana kedua
mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak
menguntungkan. Endospora hanya terdapat pada bakteri yang memiliki tubuh dinding yang tebal yang
sangat refraktif, dan sangat resisten. Di hasilkan oleh semua spesies basillus, clostidum, dan
sporosarcina. Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama
banyak generasi sehingga sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhanya,
terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang di maksudkan untuk menjadi
spora (Pelczar, 2007).
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang. Hal ini tergantung oleh
spesisesnya. Endospora ada yang lebih kecil ada pula yang lebih besar dari pada diameter sel induk.
Letak sel di dalam sel serta ukurannya dalam pembentukannya tidaklah sama pada semua spesies.
Sebagai contoh beberapa spora adalah sental yang dibentuk ditengah-tengah sel, yang kedua adalah
terminal yang dibentuk diujung, ketiga yaitu subterminal yang dibentuk di dekat ujung. Pada umumnya
sporulasi itu mudah terjadi jika keadaan medium memburuk dan zat-zat yang timbul sebagai zat-zat
pertukaran zat bertimbun-timbun dan faktor-faktor luar lainya merugikan tetapi pada beberapa spesies
mampu membentuk spora meskipun tidak terganggu oleh faktor luar. Sporulasi dapat di cegah, jika
selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru, beberapa spesies bakteri dapat kehilangan
kemampuanya untuk membentuk spora. Spora dapat tumbuh lagi menjadi bakteri apabila keadaan di
luar menguntungkan. Mula-mula air meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit
spora menjadi retak karenanya keretakan ini dapat terjadi pada salah satu ujung. Tetapi juga dapat
terjadi di tengah-tengah spora. Hal ini merupakan ciri khas bagi beberapa spesies bacillus, jika kulit
spora pecah di tengah-tengah maka masing-masing pecahan akan merupakan suatu tutup pada kedua
ujung bakteri (Pelczar, 2001).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri sebagai berikut: (Sutedjo, 1991).
1. Fiksasi
Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan bakteri karena berguna merekatkan sel bakteri
pada gelas objek, membunuh bakteri, melepaskan granula (butiran) protein menjadi gugusan reaktif
(NH3+) membuat sel-sel lebih kuat, mencegah terjadinya otolisis sel, mengubah avinitas, fiksasi dapat
dilakukan secara fisik atau dengan bahan kimia.
2. Peluntur zat warna
Peluntur zat warna berguna untuk menghasilkan kontras yang lebih baik pada bayangan
mikroskop. Pada umumnya, sel-sel yang mudah diwarnai akan lebih mudah pula dilunturkan warnanya.
Sedangkan sel-sel yang sukar diwarnai akan lebih sukar dilunturkan warnanya.
3. Substrata
Merupakan zat warna asam atau basa dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa tertentu.
Oleh karena itu, senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat akan
mempengaruhi pewarnaan. Berdasarkan jenis zat warna yang diserap oleh sel, maka dapat dibedakan
tiga macam sel yaitu: sel-sel asidofil, basodill dan sudanofil.
4. Intensifikasi warna
Zat warna dapat diintensifikasikan dengan cara menambahkan mordan, yaitu zat kimia yang
dapat menyebabkan sel-sel bakteri dapat diwarnai lebih intensif karena zat warna terikat lebih kuat
daripada jaringan sel. Mordan dibagi atas dua macam, yaitu mordan asam dan mordan basa. Mordan
asam adalah mordan yang bereaksi dengan zat-zat warna basa. Sedangkan mordan basa adalah
mordan yang bereaksi dengan anion zat warna asam.
5. Zat warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna lawan adalah suatu zat warna basa yang berbeda warnanya dengan zat warna
mula-mula yang digunakan. Gunanya adalah untuk memberikan warna pada sel-sel yang berbeda
warnanya dengan zat warna mula-mula. Zat warna penutup diberikan pada akhir pewarnaan dengan
tujuan untuk memberikan kontras pada sel-sel yang tidak menyerap zat warna utama (Sutedjo, 1991).
CH3
N
CH3
S
N
CH3
N
CH3
Cl-
II.2 URAIAN BAHAN
1. Aquadest
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling/aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Pembesih
2. Metilen Biru
Nama resmi : Methylthionini Chloridum
Nama lain : Biru metilen, Metilen biru
RM/BM : C16H18CIN3S.2H2O / 372,90
Pemerian : Serbuk hablur mengkilat seperti logam atau suram kehijauan tua atau
serbuk warna coklat, hampir tidak berbau, dan higroskopik
Kelarutan : Larut dalam 40 bagian air, dalam 110 bagian etanol dan dalam 450
kloroform P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat warna basa
Rumus bangun :
3. Karbolfuchsin
Nama resmi : fuchsine: 4-[(4-Aminofenil)-(4-imino-1-sikloheksa-2,5-dienilidena)]
Nama lain : Biru metilen, Metilen biru
RM/BM : C20H20N3.HCl/ 337,86
Pemerian : cairan
Kelarutan : Mudah larut dalam air, Metanol, dan dietil ater
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat warna basa
Rumus bangun :
4. Kristal Violet (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Kristal violet
Pemerian : Hablur berwarna hijau tua
Kelarutan : Sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan dalam
asam asetat glasial P. Larutannya berwarna lembayung tua
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai cat utama atau gram dalam pengecatan gram
Rumus bangun : :
5. Safranin (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Safranin
Pemerian : Serbuk halus berwarna biru keunguan.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat warna lawan (Counterstain)
Rumus Bangun :
6. Iodium (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Iodum
Nama lain : Iodium
RM/BM : I/126,91
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti logam; hitam kelabu;
bau khas
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam 13 bagian etanol
(95%) P, dalam lebih kurang 80 bagian gliserol P dan dalam lebih
kurang 4 bagian karbondisulfida P; larut dalam kloroform P dan
dalam karbontetraklorida P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat warna pada pewarnaan gram
7. Malachite Green
Nama resmi : Malachite Green
Pemerian : Hablur berwarna hijau tua
Kelarutan : Sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan
dalam asam asetat glasial P. Larutannya berwarna lembayung tua
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat warna primer pada pengecatan spora
Rumus Bangun :
8. CuSO4 0,01 M (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : CUPRI SULFAS
Nama Lain : Tembaga (II) Sulfat
RM / BM : CuSO4.5H20 / 249,6
Pemerian : Serbuk hablur atau keabuan bebas dari sedikit warna biru.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95 %) P.
Penyimpan :Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
9. Etanol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol
RM / BM : C6H6O / 46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap, rasa panas dan
bau khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai zat decolorizing
II.3. URAIAN MIKROORGANISME
II.3.1. Bacillus sp.
Klasifikasi
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Bacteria
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Bacillaceae
Marga : Bacillus
Jenis : Bacillus sp
Morfologi Bacillus sp.
Merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif, motil, menghasilkan
spora yang biasanya resisten pada panas, bersifat aerob (beberapa spesies bersifat anaerob fakultatif),
katalase positif, dan oksidasi bervariasi. Tiap spesies berbeda dalam penggunaan gula, sebagian
melakukan fermentasi dan sebagian tidak (Barrow, 1993). Ditambahkan Claus & Barkeley (1986) genus
Bacillus mempunyai sifat fisiologis yang menarik karena tiap-tiap jenis mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda, diantaranya : (1) mampu mengdegradasi senyawa organik seperti protein, pati, selulosa,
hidrokarbon dan agar, (2) mampu menghasilkan antibiotik; (3) berperan dalam nitrifikasi dan dent
rifikasi; (4) pengikat nitrogen; (7) bersifat khemolitotrof, aerob atau fakutatif anaerob, asidofilik,
psikoprifilik, atau thermofilik.
II.3.2. Lactobacillus sp
Klasifikasi
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Bacteria
Kelas : Bacili
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Bacillaceae
Marga : Lactobacillus
Jenis : Lactobacillus sp
Morfologi
Bakteri yang mendekati genus ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: warna koloni
putih susu atau agak krem, bentuk koloni bulat dengan tepian seperti wol. Sel berbentuk batang dan
biasanya tetap, berukuran 0,5-1,2 x 1,0-10,0 μm. Mereka biasanya berbentuk batang panjang tapi
kadang-kadang hampir bulat, biasanya bentuk rantai yang pendek, Gram +, tidak motil, oksidase
positif, katalase negatif, metil red positif, optimum pada suhu 30-370C dan tumbuh baik pada NaCl 3-
7%.
Menurut Holt et al (1994), bakteri Lactobacillus sp. ini termasuk Gram +, tidak berspora, tidak
motil oleh flagel peritrichous, fakultatif anaerob, kadang-kadang mikroaerofilik, sedikit tumbuh di udara
tapi bagus pada keadaan di bawah tekanan oksigen rendah, dan beberapa anaerob pada isolasi.
II.3.3. Salmonella sp
Klasifikasi
Kingdom :Bacteria
Phylum :Proteobacteria,
Class :Gamma Proteobacteria,
Ordo :Enterobacteriales,
Family :Enterobacteriaceae,
Genus :Salmonella
Morfologi
Salmonella sp. pertama ditemukan (diamati) pada penderita demam tifoid pada tahun
1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh Robert Koch dalam budidaya bakteri pada tahun 1881
(Todar, 2008). Salmonella sp. adalah bakteri bentuk batang, pada pengecatan gram berwarna
merah muda (gram negatif). Salmonella sp. berukuran 2 μ sampai 4 μ × 0;6 μ mempunyai flagel
(kecuali S. gallinarum dan S. pullor um), dan tidak berspora (Julius, 1990). Habitat Salmonellasp.
adalah di saluran pencernaan (usus halus) manusia dan hewan. Suhu optimum pertumbuhan
Salmonella sp. ialah 37oC dan pada pH 6-8 (Julius, 1990).
II.3.4. Streptococcus sp
Klasifikasi
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
Morfologi
Streptococcus mutans tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob (Lehner, 1992;
Michalek dan Mc Ghee, 1982). Enzim-enzim ini bersifat spesifik untuk subtsrat sukrosa yang
digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan. Pada metabolisme karbohidrat, enzim
glikosiltransferase menggunakan sukrosa untuk mensintesa molekul glukosa dengan berat
molekul tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3) (Michalek dan Mc Ghee,
1982). Ikatan glukosa alfa (1-3) bersifat sangat pekat seperti lumpur, lengket dan tidak larut
dalam air. Kelarutan ikatan glukosa alfa (1-3) dalam air sangat berpengaruh terhadap
pembentukan koloni Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Ikatan glukosa alfa (1-3)
berfungsi pada perlekatan dan peningkatan koloni bakteri ini dalam kaitannya dengan
pembentukan plak dan terjadinya karies gigi. (Roeslan dan Melanie, 1988).
II.3.5. Pseudomonas sp
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Morfologi
Bentuk selnya berupa batang lurus, atau kadang-kadang serupa bola. diameter koloni 0,5-0,8
μm. Koloni muncul di atas permukaan media NA. Koloni bakteri berwarna kuning, permukaan koloni
mengkilat. Termasuk ke dalam bakteri gram negatif, motil dan katalase positif.
II.3.6. Vibrio coma sp
Klasifikasi
Kingdom : Eubacteria
Divisi : Bacteri
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio coma
Morfologi
Secara umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces
penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan
berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakan yang sudah tua. Mempunyai sifat
Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan
bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm.
II.3.7. Stapphylococus
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Cocci
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Stapphylococus
Morfologi
S.aureus adalah bakteri berbentuk bulat,bersifat gram positif, biasanya tersusun dalam
rangkaian tidak beraturan seperti buah anggur. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada
kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan penanahan, abses, berbagai infeksi piogen dan
bahkan septi kimia yang fatal.S.aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi
sebagai antigen dan merupakan substansi penting didalam struktur dinding sel, tidak membentuk
spora, dan tidak membentuk flagel (Jawetz,E.2005)
II.3.8 Eschericia coli
Klasifikasi
Kingdom : Protista
Divisi : Schizophyta
Kelas : Bacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Euterobacteriales
Genus : Eschericia
Spesies : Eschericia coli
Morfologi
Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif, berbentuk
batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga
yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak
membentuk spora maupun kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat bertahan hidup
di medium sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan asam dan gas, kandungan
G+C DNA ialah 50 sampai 51 mol % (Pelczar dan Chan, 1988:949).
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV. I Tabel Pengamatan
A. Pengecatan Sederhana
Kelompok Kode Bakteri Bentuk
1 A Streptococcus2 B Batang (basil)
3 C Batang (basil)
4 D Batang (basil)
5 E Batang (basil)
6 F Batang (basil)
7 G Bulat (coccus)
8 H Batang (basil)
B. Pengecatan Gram
Kelompok Kode Bakteri Bentuk
1 A Gram Negative2 B Gram Negative
3 C Gram Negative
4 D Gram Positif
5 E Gram Negative
6 F Gram Negative
7 G Gram Negative
8 H Gram Positif
C. Pengecatan Tahan Asam
Kelompok Kode Bakteri Hasil
1 A Tidak Tahan Asam (biru)2 B Tidak Tahan Asam (biru)
3 C Tidak Tahan Asam (biru)
4 D Tidak Tahan Asam (biru)
5 E Tidak Tahan Asam (biru)
6 F Tidak Tahan Asam (biru)
7 G Tidak Tahan Asam (biru)
8 H Tidak Tahan Asam (biru)
D. Pengecatan Spora
Kelompok Kode Bakteri Hasil
1 A Tidak berspora2 B Tidak Berspora
3 C Tidak Berspora
4 D Tidak Berspora
5 E Tidak Berspora
6 F Tidak Berspora
7 G Tidak Berspora
8 H Tidak Berspora
E. Pengecatan Kapsul
Kelompok Kode Bakteri Hasil
1 A Tidak berkapsul2 B Tidak berkapsul
3 C Tidak berkapsul
4 D Tidak berkapsul
5 E Berkapsul
6 F Tidak berkapsul
7 G Berkapsul
8 H Tidak berkapsul
VI. 3 Gambar Pengamatan
BAB V
PEMBAHASAN
Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri rata-rata
berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron = 10-3 mm). Itu berarti pula
bahwa jasad renik ini tipis sekali sehingga tembus cahaya. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak
jelas dan sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu
diisi dengan zat warna, pewarnaan ini disebut pengecatan bakteri Berbagai macam tipe morfologi
bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna
sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya
digunakan satu macam zat warna saja.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui dan melakukan teknik pewarnaan mikroorganisme
baik itu dengan cara pengecatan sederhana, pengecatan gram, pengecatan tahan asam dan
pengecatan spora serta mengetahui morfologi mikroorganisme.
Dari hasil percobaan, suspense biakan kode “A” adalah bakteri Streptococcus mutans. Di
dapatkan bahwa bakteri ini merupakan bakteri berbentuk Streptococcus (bulat) , termasuk bakteri gram
negative, tidak berspora, dan tidak memiliki kapsul. Adapun menurut literature didapatkan hasil bahwa
bakteri ini merupakan organisme gram positif, berbentuk bulat, tidak membantuk spora dan tahan
asam. Oleh karena itu, beberapa hasil pengamatan tidak sesuai dengan literature.
Suspensi biakan pada kode “B” adalah bakteri Eschericia coli. Pada hasil pengamatan di
dapatkan bahwa bakteri ini merupakan bakteri gram negative, berbentuk batang hingga kokus, tidak
tahan asam, dan kapsul tidak terlihat jelas, begitupun dengan spora. Hal ini sesuai dengan literature
yang menyatakan bahwa bakteri E.coli termasuk bakteri gram negative berbentuk batang. Adapun
suspense biakan bakteri kode “C” merupakan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Dari hasil pengamatan
di dapatkan bakteri tersebut memiliki morfologi berbentuk basil (batang), tidak tahan asam, tidak
memiliki kapsul, merupakan bakteri gram negative dan tidak memiliki spora. Hal ini telah sesuai dengan
literature dimana bakteri Pseudomonas aeruginosa terdiri dari sejumlah bakteri gram negative,
berbentuk batang, tidak berspora dan tidak mempunyai selubung.
Pada suspense biakan kode “D” merupakan bakteri Lactobacillus acidophilis. Dari hasil
pengamatan ditemukan bahwa bakteri ini memiliki bentuk batang (basil), tidak tahan asam, merupakan
bakteri gram positif dan tidak memiliki kapsul. Hal ini sesuai berdasarkan literature yang di peroleh,
bahwa bakteri Lactobacillus acidophilus memiliki bentuk menyerupai batang , tergolong bakteri gram
positif, dan tidak membentuk spora (Siswanti, 2002).
Suspensi biakan kode “E” adalah bakteri Salmonella thyposa. Dari hasil praktikum didapatkan
data berupa bakteri ini tergolong gram negative. tidak tahan asam, dan tidak memiliki spora. Selain itu,
morfologinya berbentuk basil dan tidak memiliki kapsul. Hal ini sesuai dengan literature yang di peroleh
yang menyebutkan bahwa Salmonella sp. adalah bakteri bentuk batang, pada pengecatan gram
berwarna merah muda (gram negative) dan tidak berspora. Suspensi biakan pada kode “F” ialah
bakteri Vibrio cholera. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bakteri ini berbentuk batang, tergolong
gran negative, tidak tahan asam, tidak berspora dan tidak memiliki kapsul. Hasil yang di peroleh pada
saat praktikum sesuai dengan literature yang menjelaskan bahwa bakteri jenis ini merupakan bakteri
berbentuk basil, bakteri gram negative yang tidak tahan asam. Jenis bakteri ini juga tidak memiliki
kapsul dan tidak memiliki spora.
Susprensi biakan bakteri kode “G” yakni bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil
pengamatan di dapati bahwa bakteri ini berbentuk bulat (coccus), meruoakan bakteri gram negative,
tidak tahan asam, tidak berspora dan memiliki kapsul. Hal tersebut tidak sesuai dengan literature.
karena bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, tidak berspora, tidak tahan
asam dan memiliki kapsul.
Adapun suspense biakan bakteri kode “H” merupakan bakteri Bacillus sp. Data yang di
peroleh dari pengamatan yakni bakteri ini memiliki bentuk basil, tidak berkapsul, tidak tahan asam. tidak
berspora dan tergolong bakteri gram positif, Hal ini tidak sesuai dengan literature yang menyebutkan
bahwa Bacillus sp.merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang (basil). Kebanyakan anggota
genus Baciluus sp. dapat membentuk endospora yang di bentuk secara intraseluler sebagai respon
terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.
Bacillus sp. memiliki S-layer yang merupakan lapisan crystalline. Bagian kapsul kebanyakan
anggota Bacillus sp. mengandung D atau L-glutamic acid, sedangkan beberapa lainnya memiliki kapsul
yang mengandung karbohidrat.
Dari hasil yang di peroleh, bahwa ada beberapa bakteri yang memiliki ketidaksesuaian dengan
pustaka. Hal ini di sebabkan oleh adanya beberapa factor kesalahan. Diantaranya yaitu:
1. Kurang memperhatikan durasi waktu saat pengecatan, sehinggan zat warna kurang
meresap ke dalam sel bakteri dan memperlihatkan hasil yang tidak sesuai dengan
pustaka.
2. Bahan/zat warna yang digunakan kurang baik sehingga warna yang dihasilkan kurang
sesuai.
3. Kurang hati-hati dalam pengerjaan. Diantaranya, terlalu banyak meneetskan zat warna
pada preparat, terlalu tebal saat menggoreskan suspense bakteri sehingga susah diamati
di bawah mikroskop. Adapun saat di keringkan dengan tissue bakteri ikut hilang dan
terlalu banyak di bilas dengan aquadest..
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Pelczar, M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Sutedjo, M.1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rhineka Cipta.
Ditjen,POM. 1995. Fakrmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : DEPKES RI
Anonim. 2013. BAB II Tinjauan Pustaka Lactobacillus sp (online) . http://digilib.unila.ac.id/2807/13/BAB
%20II.pdf : Diakses pada 8 April 2015
Anonim. 2014. Salmonella sp (online). http://itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/Salmonella%20sp.pdf :
Diakses pada 8 April 2015
Anonim. 2014. Streptococcus sp (online). http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-
sodikinkur-5696-2-babiik-s.pdf : Diakses pada 8 April 2015
Saliifiroh. 2013. Bacillus sp (online) . http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-sailifiroh-
6928-3-babii.pdf : Diakses pada 8 April 2015