Post on 25-Jan-2017
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN PENDANAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN BISNIS PROPERTI DI BURSA EFEK JAKARTA
TESIS
Oleh
SENIWATI SEMBIRING 067017044/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN PENDANAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN BISNIS PROPERTI DI BURSA EFEK JAKARTA
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SENIWATI SEMBIRING 067017044/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Judul Tesis : PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN PENDANAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN BISNIS PROPERTI DI BURSA EFEK JAKARTA
Nama Mahasiswa : Seniwati Sembiring Nomor Pokok : 067017044 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc) Tanggal Lulus : 17 September 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Telah Diuji pada
Tanggal: 17 September 2008
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
2. Prof.Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
3. Drs. Rasdianto, MA, Ak.
4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : “Pengaruh Ukuran
Perusahaan Dan Kebijakan pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahan
Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta “
Adalah bensr hasil karya saya dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
benar dan jelas.
Medan, 17 September 2008
Yang membuat pernyataan,
SENIWATI SEMBIRING
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan dan
kebijakan pendanaan terhadap kinerja keuangan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan properti yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta dengan periode penelitian tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, berjumlah 39 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 12 perusahaan. Teknik pengujian data dengan menggunakan regresi linear sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linear berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5%.
Hasil penelitian ini membuktikan secara parsial bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) sebagai indikator kinerja keuangan, sedangkan kebijakan pendanaan berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap NPM dan EPS sebagai indikator kinerja keuangan. Secara simultan membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif sementara kebijakan pendanaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap NPM, sedangkan terhadap EPS, ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan berpengaruh positif secara tidak signifikan. Kata Kunci: Teori trade off, total aktiva, long term debt to equity, NPM, EPS, dan kinerja keuangan.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
ABSTRACT
The objective of this research is to test the impact of firm size and financing policy to NPM and EPS as indicator of finance performance.
The population in research is all real estate company which enlisted in Indonesian Stock Exchange, at a period time of 2002 to 2006, amounting to 39 company. Sample selected by using method of purposive sampling amount to 12 company. Technique test of data is by using simple linear regression to test by parsial and and multiple linear regression to test by simultan, by level of significant alpha 5%. Result of test by parsial prove that firm size have an effect on positively and significant to NPM and EPS as indicator of finance performance, while financing policy have an effect on negatively in and not significant to NPM and EPS as indicator of finance performance. By simultan prove that firm size have an effect on positively and financing policy have an effect on the negativily and significant to NPM, while to EPS have an effect on positively and not significant. Key Words: Trade off theory, firm size, financing policy, NPM, EPS and
finance performance.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tiada habis-habisnya, penulis panjatkan kepada
penguasa jagat alam yaitu Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh
Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta” sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister Sains (MSi) pada Program Studi Akuntansi
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam
penyusunan tesis ini, oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K)., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Magister
Akuntansi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai
pembanding utama penulis dalam menyusun tesis ini.
4. Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak, selaku dosen pembimbing utama yang telah
banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran
kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
5. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, memberikan saran-saran
dan memberikan dorongan moril kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
6. Drs. Rasdianto, MA, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding yang telah
banyak memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
8. Ketua Yayasan Perguruantinggiswadaya yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana.
9. Ibu Ellis Dj. Lahmudin dan seluruh Staf Pengajar Perguruantinggiswadaya
beserta civitas akademi Perguruantinggiswadaya.
10. Ayahku tercinta Drs H. S. Sembiring (Alm) dan Ibuku tercinta Dra. S. Br Bangun
serta kedua mertuaku I. Ginting dan NG br Sembiring. Ayahku, inilah
persembahanku yang sangat ayah dambakan tapi tak sempat ayah saksikan.
11. Suamiku tercinta (Ir. S. Ginting MP), untuk segala pengorbanan, pengertian dan
perhatian yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Sekolah Pascasarjana ini.
12. Kakanda tercinta (Siti Esyah Sembiring, SPd dan keluarga), Adik-adikku
tersayang ( Ir Swati Sembirng dan keluarga, Suedi Sembiring, SH dan keluarga,
Dr Capt Sumanta Sembiring dan keluarga, serta Sya’ban Rizal Sembiring dan
keluarga) yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Sekolah
Pascasarjana ini.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
13. Anak-anakku tercinta (Isranda Haryadi G, Harsandi Utama G, Harry Apri A. G,
Rizky A. G dan sicantik Annisa DA G), maafkan mama telah jauh dari kalian
selama mama sekolah.
14. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XI ( Eli, Joe, Susan, Rose, Destry, Evy, Abdi,
dll) untuk semua dukungan, perhatian, dan saran yang sangat berarti bagi penulis.
15. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh
penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan-masukan
dan saran yang sifatnya membangun. Namun demikian besar harapan penulis, tesis
yang telah diselesaikan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, September 2008
Penulis
Seniwati Sembiring
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Seniwati Sembiring
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tiganderket/22 Januari 1962
3. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
4. Agama : Islam
5. Orang Tua
a. Ayah : Drs H. S. Sembiring (Alm)
b. Ibu : Hj. S. br Bangun, BA
6. Alamat : Jl. Letjen Jamin Ginting KM 11
Gg Bunga Rimta I No. 17 Medan
7. Pendidikan
a. SD Negeri : Tanjung Merawa, lulus tahun 1973
b. SMP Negeri : Tiganderket, lulus tahun 1976
c. SMA Negeri 1 : Medan, lulus tahun 1980
d. S 1 Universitas Sumatera Utara : Medan, lulus tahun 1987
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK …………………………………………………………………… i
ABSTRACT …………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iii
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..... xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………......... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian…………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 5
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 5
1.5 Originalitas Penelitian…………………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS…. 8
2.1 Teori Struktur Modal……………………………………………… 8
2.2 Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Kinerja Keuangan……… 16
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan ………….. 24
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu……………………..…………………. 26
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
2.5 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis..………….… 29
2.6 Hipotesis Penelitian ……………………………………………… 31
BAB III METODE PENELITIAN ..……………………………….................. 33
3.1 Rancangan Penelitian……………………………………………… 33
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian…………..……………………….. 33
3.3 Variabel Penelitian………………..……………………………… 34
3.3.1 Klasifikasi Variabel……………………………………………. 34
3.3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel……… 34
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………….. 37
3.5 Prosedur Pengambilan Data……………………………………… 37
3.6 Model dan Teknik Analisis Data…………………………………. 37
3.6.1 Statistik Deskriptif……………………………………………… 37
3.6.2 Uji Asumsi Klasik………….……………………………….…… 38
3.6.3 Pengujian Hipotesis…………………………………………….. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………… 44
4.1 Hasil Penelitian…………………………………………………… 44
4.1.1 Statistik Deskriptif……………………………………………… 44
4.1.2 Teknik Pengujian Data…………………………………………. 47
4.1.3 Pengujian Hipotesis…………………………………………….. 62
4.2 Pembahasan………………………………………………………. 74
4.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan……. 74
4.2.2 Pengaruh Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan….. 78
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
4.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan……………………………………… 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….. 87
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 87
5.2 Keterbatasan ……………………………………………………… 88
5.3 Saran ……………………………………………………………… 89
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 91
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1 Karakteristik Pemilihan Sampel………..………………………….. 34
3.2 Definisi Opersional Variabel………..………………….………….. 36
4.1 Statistik Deskriptif………..…………………………….………….. 44
4.2 Uji Normalitas skewness dan kurtosis………..………..………….. 47
4.3 Uji Statistik Kolmogorov – Smirnov………..…………….……….. 48
4.4 Statistik Deskriptif – SQRT………..………………..……………… 51
4.5 Uji Statistik Kolmogorov – Smirnov - SQRT………..…….………… 53
4.6 Nilai Skor Outlier ………..……………………..………..…………. 55
4.7 Uji Statistik Kolmogorov – Smirnov ……………………..………… 56
4.8 Uji Multikolinearitas.………..……………………………………… 59
4.9 Uji Autokorelasi - NPM…….………..………………….…………… 61
4.10 Uji Autokorelasi - EPS………..…………………….……………….. 62
4.11 Nilai R Square Hipotesis 1………..………………………………… 62
4.12 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis 1………..…………...………… 63
4.13 Model Hipotesis 1………..………………………………… ………. 64
4.14 Nilai R Square Hipotesis 2………..……………...………… ………. 65
4.15 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis 2 ……………………….……… 65
4.16 Model Hipotesis 2………..……………………..……………………. 66
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
4.17 Nilai R Square Hipotesis 3………..……………………..…..……… 67
4.18 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis 3 ……………….………………. 67
4.19 Model Hipotesis 3………..………………………….………………. 68
4.20 Nilai R Square Hipotesis 4………..…………………………………. 68
4.21 Nilai Signifikansi Hitung Hipotesis 4………..……………………… 69
4.22 Model Hipotesis 4………..………………………….………………. 70
4.23 Nilai R Square Hipotesis 5………..………………….……..………. 70
4.24 Nilai Signifikansi Hitung Hipotesis 5 ………..…………..…………. 71
4.25 Model Hipotesis 5………..………………………….………………. 71
4.26 Nilai R Square Hipotesis 6………..…………………..…………….. 72
4.27 Nilai Signifikansi Hitung Hipotesis 6 ………..…………….……….. 73
4.28 Model Hipotesis 6………..………………………………………….. 73
4.29 Perkembangan Aktiva, Hutang , Ekuitas, Penjualan, dan Laba Bersih………………………………………..…………….. 85
4.30 Tingkat Perubahan Aktiva, LTD, Penjualan, NP, NPM dan OSS….. 86
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Bagan du Pont ....................................................................................... 22
2.2 Kerangka Konseptual Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan ............................ 28
3.1 Uji Durbin-Watson............................................................................... 40
4.1 Histogram Ukuran Perusahaan ............................................................ 49
4.2 Histogram Kebijakan Pendanaan........................................................ 49
4.3 Histogram Kinerja Keuangan – NPM.................................................... 50
4.4 Histogram Kinerja Keuangan – EPS...................................................... 50
4.5 Histogram Kebijakan Pendanaan (SQRT)............................................. 54
4.6 Histogram Kinerja Keuangan – EPS (SQRT)........................................ 54
4.7 Histogram Kinerja Keuangan – NPM (SQRT)....................................... 55
4.8 Histogram Ukuran Perusahaan (setelah outlier)........................................ 57
4.9 Histogram Kebijakan Pendanaan (setelah outlier).................................... 57
4.10 Histogram Kinerja Keuangan – NPM (setelah outlier)............................ 58
4.11 Histogram Kinerja Keuangan – EPS (setelah outlier)............................... 58
4.12 Uji Heterokedastisitas – NPM................................................................ 60
4.13 Uji Heterokedastisitas – EPS ................................................................ 61
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Data Sampel Perusahaan tahun 2002 sampai dengan tahun 2004…….. 94
2 Data Sampel Perusahaan tahun 2005 sampai dengan tahun 2006…….. 95
3 Data Perhitungan periode Penelitian tahun 2002 sampai tahun 2006 … 96
4 Hasil SPSS……………………………………………………………… 97
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan,
karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola
dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja
adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan
tindakan dan hasil yang diharapkan.
Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam mencapai
tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai
perusahaan. Copeland (1992,116) menyatakan kinerja keuangan merupakan alat ukur
keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba dan mencerminkan kondisi suatu
perusahaan. Kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan individual
yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai
kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisis dampak keuangan
kumulatif dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran
komparatif.
Dalam mengelola perusahaan manajer mengemban dua jenis tanggung jawab
yaitu tanggung jawab operasi dan tanggung jawab pendanaan. Dalam tanggung jawab
operasi manajer memikul tanggung jawab atas penggunaan aktiva-aktiva perusahaan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
seefektif mungkin dalam rangka menghasilkan laba bagi para pemilik atau pemegang
saham. Sedangkan tanggung jawab pendanaan. berkenaan dengan bagaimana seorang
manajer dapat menghimpun dana yang dibutuhkan untuk menyediakan aktiva-aktiva
yang akan digunakan dalam operasi perusahaan. Total aktiva yang dimiliki
perusahaan merupakan salah satu indikator untuk ukuran perusahaan dan merupakan
faktor penting dalam pembentukan laba. Dalam konteks ini, semua keputusan usaha
dapat dikelompokkan dalam tiga bidang pokok: (1) investasi sumber daya, (2) operasi
usaha melalui penggunaan sumber daya, (3) kombinasi pembelanjaan yang tepat,
yang menyediakan pendanaan bagi sumber daya ini. (Helfert, 1997: 4)
Kebutuhan dana dalam sebuah perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber
dana eksternal maupun sumber dana internal. Memenuhi kebutuhan dana dari sumber
dana eksternal berarti menambah jumlah hutang perusahaan yang sekaligus akan
menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk membayar pada waktu yang akan
datang yaitu sebesar pokok hutang ditambah bunga. Salah satu pertimbangan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dana adalah keinginan dari pemilik modal sendiri
(pemegang saham) untuk dapat tetap menguasai perusahaannya atau
mempertahankan kontrol terhadap perusahaan. Memenuhi kebutuhan dana dengan
hutang tidak akan mengurangi kekuasaan pemegang saham, sementara kalau
pemenuhan kebutuhan dana melalui penerbitan saham baru akan mempengaruhi
perimbangan kekuasaan pemegang saham lama terhadap perusahaan.
Investor dan kreditur merupakan kelompok penyedia dana bagi perusahaan
dan sangat mengharapkan agar perusahaan selalu berada pada tingkat profitabilitas
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
yang tinggi. Manajemen sebagai agen harus berusaha untuk merealisasikan harapan
ini agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan keuangan karena dengan tingkat
laba yang rendah akan mengakibatkan nilai perusahaan mengalami penurunan
Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan
terhadap kinerja keuangan perusahaan telah dilakukan banyak peneliti dan mereka
masih menemukan hasil yang berbeda-beda. Masidonda (2001 menemukan pengaruh
struktur modal yang positif terhadap Rentabilitas Modal Sendiri, Arrayani (2003)
menemukan struktur modal mempunyai pengaruh yang positif terhadap Rentabilitas
Modal Sendiri, Jandik dan Makhija (2004) menemukan hubungan yang negatif
antara leverage dengan kinerja, Bancel dan Mittoo (2004) menemukan hubungan
yang negatif antara keputusan struktur modal dengan volatilitas pendapatan
sebaliknya hubungan yang positif antara ukuran perusahaan dengan volatilitas
pendapatan, Wang Fu Sheng dan Du Xiao Li menemukan pengaruh Debt to Asset
Ratio (DAR) terhadap kinerja keuangan sebagai berikut: pada perusahaan dengan
DAR < 40% kinerja keuangan paling baik, menurun sedikit pada DAR 40% – 60%,
dan menurun lagi pada DAR > 60% dan pada perusahaan dengan DAR > 80% kinerja
keuangannya sudah relatif mencemaskan.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kebijakan pendanaan
terhadap kinerja keuangan sebagai kelanjutan dari penelitian sebelumnya karena
masih terdapat ketidakkonsisstenan hasil penelitian-penelitian tersebut. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian sebelumnya
indikator yang dipergunakan untuk variabel struktur modal (kebijakan pendanaan)
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
sebagai variabel bebas adalah DAR dan indikator untuk variabel kinerja keuangan
adalah rentabilitas modal sendiri. Sementara dalam penelitian ini indikator yang
dipergunakan untuk kebijakan pendanaan yang merupakan variabel bebas adalah
Long Term Debt to Equity Ratio (LDE) dan indikator untuk kinerja keuangan sebagai
variabel terikat adalah Net Profit Margin (NPM) dan laba per lembar saham (EPS).
Perbedaan lainnya adalah penelitian ini mengambil objek penelitian pada perusahaan
bisnis properti dengan pertimbangan bahwa salah satu bidang investasi yang banyak
memberikan return adalah investasi di sektor properti karena mempunyai ability to
hedge against inflation atau kemampuan melindungi diri dari pengaruh inflasi, Li et
al dan Hamelink et al (1977) dalam Fathimati Zahra (2000).
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap NPM sebagai indikator kinerja
keuangan?
2. Apakah kebijakan pendanaan berpengaruh terhadap NPM sebagai indikator
kinerja keuangan?
3. Apakah ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan, secara simultan berpengaruh
terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap EPS sebagai indikator kinerja
keuangan?
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
5. Apakah kebijakan pendanaan berpengaruh terhadap EPS sebagai indikator kinerja
keuangan?
6. Apakah ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan secara simultan berpengaruh
terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berhubungan dengan rumusan masalah penelitian maka penelitian ini
bertujuan:
a. Untuk menguji secara empiris pengaruh Total Aktiva terhadap NPM.
b. Untuk menguji secara empiris pengaruh LDE terhadap NPM.
c. Untuk menguji secara empiris pengaruh Total Aktiva dan LDE terhadap
NPM.
d. Untuk menguji secara empiris pengaruh Total Aktiva terhadap EPS.
e. Untuk menguji secara empiris pengaruh LDE terhadap EPS.
f. Untuk menguji secara empiris pengaruh Total Aktiva dan LDE terhadap EPS.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang
dapat menambah pemahaman mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan
kebijakan pendanaan terhadap kinerja keuangan.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
2. Bagi peneliti selanjutnya dan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat
melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada di bidang akuntansi dan
keuangan untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah di masa yang akan datang.
3. Bagi manajemen penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
dalam menetapkan struktur modal perusahaan, bagi investor sebagai dasar
mengambil keputusan dalam melakukan investasi dan bagi BAPEPAM penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan yang
dibutuhkan mengenai kinerja keuangan yang terkait di pasar modal.
1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian tentang kinerja keuangan telah banyak dilakukan baik yang
dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia, yang pada umumnya untuk mengetahui
pengaruh leverage terhadap kinerja keuangan.
1. Sheng dan Li (2006) menguji hubungan antara hutang dengan profitabilitas
pada industri petrokimia dan hasil penelitiannya adalah: pada perusahaan
dengan DAR < 40% kinerja keuangan yang lebih dari rata-rata, perusahaan
dengan DAR paling baik, menurun sedikit pada DAR 40% – 60% memiliki
kinerja sedikit lebih rendah dari pada perusahaan dengan DAR 40%, kinerja
keuangan menurun secara signifikan pada perusahaan dengan DAR di atas 60
% kinerja keuangan paling baik, menurun sedikit pada DAR 40% – 60%, dan
menurun lagi pada DAR > 60% dan perusahaan dengan DAR di atas 80%
kinerja keuangannya buruk.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
2. Masidonda (2001) dan Arrayani (2003) meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal dan implikasinya terhadap rentabilitas modal
sendiri dengan menggunakan teknik analisi regresi sederhana dan berganda.
Hasil kedua penelitian tersebut, menunjukkan bahwa variabel struktur modal,
beban bunga, dan Retuen On Asset (ROA), secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Rentabilitas Modal Sendiri.
3. I Made Marsa Aesana (2007) menguji faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja keuangan Koperawsi Unit Desa, alat analisis yang digunakan
SEM dengan program AMOS 4.0. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor
penentu kinerja keuangan adalah likuiditas, leverage, dan aktivitas. Dari
ketiga faktor tersebut ternyata faktor likuiditas berpengaruh secara nyata
terhadap faktor kinerja keuangan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya dan
perbedaannya adalah dalam penelitian sebelumnya variabel bebas yang digunakan
adalah DAR dan indikator untuk kinerja keuangan adalah rentabilitas modal sendiri,
sementara variabel bebas dalam penelitian ini adalah Long Term Debt to Equity
(LDE) dan indikator untuk kinerja keuangan adalah Net Profit Margin (NPM) dan
laba per lembar saham (EPS). Perbedaan lainnya adalah pada objek penelitian dan
periode penelitian.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Teori Struktur Modal
Investor dan kreditur merupakan kelompok penyedia dana bagi perusahaan
dan sangat mengharapkan agar perusahaan selalu berada pada tingkat profitabilitas
yang tinggi. Manajemen sebasgai agen harus berusaha untuk merealisasikan harapan
ini agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan keuangan karena dengan tingkat
laba yang rendah akan mengakibatkan nilai perusahaan mengalami penurunan.
Keputusan pendanaan (Financing decision) berkaitan dengan pemilihan
sumber dana baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Sumber dana
internal berasal dari laba ditahan, sedangkan sumber dana eksternal berasal
dari hutang dan penerbitan saham (ekuitas). Proporsi antara penggunaan modal
sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut dengan
struktur modal perusahaan, sebagaimana menurut Brigham dan Daves (2004, 486),
bauran (mixture) dari hutang dengan ekuitas perusahaan disebut dengan struktur
modalnya.
Teori struktur modal menjelaskan bagaimana pengaruh keputusan pendanaan
terhadap nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan. Struktur modal merupakan
perbandingan antara hutang dengan ekuitas sebagai hasil atau akibat dari keputusan
pendanaan. Kebijaksanaan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara
risiko dan pengembalian. Dari sudut pandang penggunaan hutang (leverage) oleh
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
perusahaan, risiko yang ditanggung oleh pemegang saham biasa dibedakan atas :
(1) Risiko bisnis yaitu risiko atas saham perusahaan jika tidak menggunakan
hutang, (2) Risiko finansial adalah pertambahan risiko yang ditanggung oleh
pemegang saham sebagai akibat dari keputusan pendanaan menggunakan hutang
(Brigham dan Daves, 2004, 489). Setiap perusahaan memiliki sejumlah risiko
yang melekat pada operasinya yaitu risiko bisnis, yang timbul dari ketidakpastian
dalam proyeksi arus kas perusahan yang berarti ketidakpastian tentang kebutuhan
modal ( investasi) dan laba operasinya. Dengan penggunaan hutang atau saham
preferen (leverage) maka biaya tetapusahaan akan meningkat dan sekaligus
meningkatkan risiko bisnis. Peningkatan risiko bisnis karena penggunaan
leverage ini merupakan risiko finansial. Dengan demikian risiko bisnis yang
merupakan risiko dasar perusahaan berkaitan dengan keputusan pendanaan.
Secara umum, pemegang saham suatu perusahaan yang menggunakan leverage
akan mensyaratkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi sebagai kompensasi
atas peningkatan risiko ini. Jadi risiko finasnisal terdiri dari risiko ketidak
sanggupan membayar bunga dan variabilitas earning yang tersedia bagi pemegang
saham.
Ada beberapa konsep struktur modal yang dikemukakan oleh beberapa ahli
antara lain pendekatan tradisional, pendekatan laba bersih atau net income (NI),
pendekatan Modigliani dan Miller (MM), pendekatan laba bersih operasi atau net
operating income (NOI), dan pecking order theory.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
2.1.1 Pendekatan Tradisional
Menurut pendekatan tradisional terdapat struktur modal yang optimal yang
untuk setiap perusahaan yang terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau pada
saat biaya modal rata-rata tertimbang minimum.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage tertentu, risiko
perusahaan tidak mengalami perubahan, sehingga baik ke (biaya modal ekuitas)
maupun kd (biaya modal hutang) relatif konstan (Sartono, 2001: 301). Namun setelah
rasio leverage tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri akan meningkat.
Peningkatan biaya modal sendiri akan semakin besar dan akan lebih besar daripada
penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Hal ini akan
mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun tetapi setelah
tingkat leverage tertentu akan meningkat, sehingga nilai perusahaan pada awalnya
meningkat dan akhirnya menurun dikarenakan peningkatan biaya modal tersebut. .
2.1.2 Pendekatan Laba Bersih atau Net Income (NI)
Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa investor menilai laba
perusahaan dengan tingkat kapitalisasi (ke) yang konstan dan perusahaan dapat
meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang (kd) yang konstan
pula. Karena ke dan kd konstan maka semakin besar jumlah hutang yang
digunakan perusahaan menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang (ko) menjadi
semakin kecil, ini dikarenakan biaya hutang lebih rendah daripada biaya modal
sendiri.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
D E
ko = --------- kd (1 – T) + ---------- ke
(D + E) (D + E)
Dimana : kd = biaya hutang
ke = biaya modal sendiri
ko = biaya modal rata-rata tertimbang
D = nilai pasar hutang
E = nilai pasar saham biasa
T = tingkat pajak perusahaan
2.1.3 Pendekatan Laba Operasi Bersih atau Net Operating Income (NOI)
Pendekatan laba operasi bersih mengasumsikan investor memiliki reaksi yang
berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Biaya modal rata-
rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan
karena :
1. biaya hutang diasumsikan konstan, sebagaimana dalam pendekatan laba
bersih
2. pemilik modal sendiri memandang penggunaan hutang yang semakin
besar sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat,
yang memberikan konsekuensi biaya modal rata-rata tertimbang tidak
mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
2.1.4 Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)
Pendekatan ini menyatakan bahwa kemungkinan munculnya proses arbitrase
akan membuat harga saham untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang
maupun yang menggunakan hutang pada akhirnya sama. Proses arbitrase muncul
karena investor selalu lebih suka terhadap investasi yang memerlukan dana yang
lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan tingkat risiko
yang sama pula.
Dalam pasar sempurna dan tidak ada pajak, biaya modal dirumuskan sebagai
berikut :
ke = keu + (keu - kd) (B/S)
Dimana : ke = biaya modal sendiri setelah menggunakan hutang
keu = biaya modal sendiri sebelum menggunakan hutang
kd = tingkat bunga
B = nilai hutang
S = nilai modal sendiri
Jadi MM beranggapan bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak
ada pajak maka keputusan pendanaan menjadi tidak relevan, artinya penggunaan
hutang atau modal sendiri akan memberikan dampak yang sama bagi kemakmuran
pemilik perusahan.
Dalam keadaan terdapat pajak, MM berpendapat keputusan pendanaan
menjadi relevan karena pada umumnya bunga yang dibayarkan dapat dipergunakan
untuk mengurangi penghasilan kena pajak (tax deductible). Dengan kata lain,
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
perusahaan akan membayar pajak yang lebih kecil karena perusahaan harus
membayar bunga sebagai akibat penggunaan hutang. Manfaat atas penghematan yang
diperoleh dengan membayar pajak yang lebih kecil akan mengalir kepada pemilik
perusahaan dan akan meningkatkan nilai perusahaan.
2.1.5 Pecking Order Theory
Pecking order theory (Myers dan Majluf, 1984 dan Myers, 1984 dalam
Kaaro, 2003) menunjukkan bahwa urutan pendanaan dimulai dari laba ditahan,
hutang dan yang terakhir adalah penerbitan saham (ekuitas). Penggunaan sumber
dana eksternal melalui hutang hanya digunakan jika kebutuhan dana lebih tinggi dari
sumber dana internal (laba ditahan) yang ada.
Pecking order theory menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit bukan karena mempunyai
debt ratio yang rendah, tapi dikarenakan memerlukan external financing yang sedikit.
Sementara perusahaan dengan profitable yang rendah akan cenderung meminjam
dalam jumlah yang lebih besar karena dana internal tidak cukup dan hutang
merupakan sumber eksternal yang lebih disukai (Husnan, 1996: 325).
2.1.6 Pendekatan Balanced Theory
Menurut balance theory, perusahaan berusaha menciptakan struktur modal
yang optimal dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.Struktur modal yang
optimal diperoleh dengan menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan hutang
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan, yang disebut dengan model trade off
(Myers, 1984, Jensen dan Meckling, 1979 dalam Mayangsari, 2001).
Sundjaya dan Barlian (2002) mengatakan, teori struktur modal yang
optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan
dengan pinjaman. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan pinjaman
adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengijinkan
bahwa bunga atas pinjaman dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena
pajak. Sedangkan biaya dari pinjaman dihasilkan dari (1) peningkatan kemungkinan
kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban hutang yang tergantung pada tingkat
risiko bisnis dan risiko keuangan. (2) biaya agen dan pengendalian tindakan
perusahaan (3) biaya yang berkaitan dengan manajer yang mempunyai informasi
lebih banyak tentang prospek perusahaan daripada investor.
Menurut Husnan (1996, 324), esensi balanced theory adalah
menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan
hutang, apabila manfaat penggunaan hutang masih lebih besar daripada pengorbanan
atas penggunaan hutang, maka hutang masih akan ditambah, namun apabila
pengorbanan atas penggunaan hutang sudah lebih besar dari manfaatnya maka hutang
tidak boleh ditambah lagi. Balanced theory selanjutnya disebut dengan Trade Off
theory.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
2.1.7 Financial Distress, Agency Cost dan Trade Off Theory
Financial distress bermula ketika suatu perusahaan tidak mampu memenuhi
jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas menunjukkan bahwa dalam
waktu dekat pembayaran itu tidak akan dapat dipenuhi (Brigham and Daves, 2004:
840). Financial distress mungkin mengakibatkan perusahaan gagal memenuhi
komitmen kontrak dimana perusahaan dapat melakukan restrukturisasi keuangan
antara perusahaan, kreditur da, pemegang saham. Biasanya perusahaan diharuskan
mengambil tindakan yang mana tindakan itu tidak akan dilakukan jika perusahaan
mempunyai cash flow yang cukup.
Ancaman terjadinya financial distress juga merupakan biaya karena
manajemen cenderung menghabiskan waktu untuk menghindari kebangkrutan
daripada membuat keputusan perusahaan dengan baik. Pada umumnya kemungkinan
financial distress semakin meningkat dengan adanya penggunaan hutang. Logikanya
semakin besar penggunaan hutang, semakin besar pula beban biaya bunga, semakin
besar probabilitas bahwa penurunan penghasilan akan menyebabkan financial
distress.
Agency cost atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena adanya
konflik antara kreditur dan pemegang saham sebagai akibat penggunaan hutang oleh
perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana dengan jumlah hutang yang tinggi dan tidak
disertai dengan pertimbangan menghindari kecenderungan perilaku opportunistic
insider menyebabkab biaya keagenan hutang akan semakin tinggi dan pada akhirnya
akan merugikan pemegang saham juga.Untuk itu diperlukan suatu pengendalian agar
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
perilaku opportunistic insider dapat dihalangi dan bertindak yang terbaik bagi
pemilik perusahaan (pemegang saham).
Teori Trade Off merupakan salah satu teori sehubungan dengan masalah
keagenan (agency problem) yang berkaitan dengan saling tukar (trade off) antara
keuntungan menggunakan hutang (berupa tax benefit) dengan biaya kepailitan
(bankruptcy cost) sehubungan dengan penggunaan hutang tersebut. Pembiayaan
dengan hutang mempunyai biaya yang lebih rendah daripada ekuitas karena adanya
tax benefit. Akan tetapi, apabila telah melampaui suatu titik tertentu (titik yang
merupakan struktur modal yang optimal) maka tax benefit yang diperoleh semakin
tidak berarti karena pada saat yang bersamaan biaya-biaya lainnya juga akan
bertambah besar, antara lain biaya untuk memperoleh hutang. Biaya ini akan menjadi
lebih besar karena kreditur akan lebih selektif dalam memberikan pinjaman dan akan
menerapkan bunga yang lebih tinggi seiring dengasn semakin tingginya risiko
perusahaan. Selain itu, biaya kepailitan (bankruptcy cost), ageny cost dan financial
distress cost juga akan semakin besar, sehingga jumlah biaya-biaya tersebut akan
melebihi tax benefit itu sendiri.
2.2 Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Kinerja Keuangan
2.2.1 Ukuran Perusahaan dan Kinerja Keuangan
Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah
ukuran perusahaan. Penentuan ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan total
penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Faktor ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan
merupakan faktor penting dalam pembentukan laba. Perusahaan besar yang dianggap
telah mencapai tahap kedewasaan merupakan suatu gambaran bahwa perusahaan
tersebut relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasikan laba dibandingkan
perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang stabil biasanya dapat memprediksi jumlah
keuntungan di tahun-tahun mendatang karena tingkat kepastian laba sangat tinggi.
Sebaliknya bagi perusahaan yang belum mapan, besar kemungkinan laba yang
diperoleh juga belum stabil karena kepastian laba lebih rendah.(Elisabeth Sugiarto,
1997). Sementara Chen A Dhei (1993) memberikan alasan bahwa smallfirm lebih
berisiko karena mempunyai effisiensi yang rendah, leverage yang tinggi dan berada
dalam “marginal firms” dengan probabilitas yang lebih rendah dalam kelangsungan
hidupnya. Dengan demikian diperkirakan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
terhadap kinerja keuangan.
2.2.2 Struktur Modal dan Kinerja Keuangan
Menurut pendekatan tradisional, setelah rasio leverage tertentu, peningkatan
biaya modal sendiri akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan
hutang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang akan meningkat sehingga
nilai perusahaan menurun dikarenakan peningkatan biaya modal tersebut. Begitu juga
menurut trade off theory harus ditentukan perimbangan antara besarnya hutang dan
ekuitas, apabila manfaat penggunaan hutang (berupa tax benefit) masih lebih besar
daripada pengorbanan (peningkatan suku bunga, bankruptcy cost, agency cost, dan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
financial distress cost), maka hutang masih akan ditambah, namun apabila
pengorbanan atas penggunaan hutang sudah lebih besar dari manfaatnya maka hutang
tidak boleh ditambah lagi Jadi menurut pendekatan ini struktur modal mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan sampai rasio leverage tertentu, namun
setelah rasio leverage tersebut struktur modal mempunyai pengaruh yang negatif
terhadap kinerja keuangan.
Menurut pendekatan laba bersih (net income) semakin besar penggunaan
hutang menyebabkan biaya modal rata-rata tertimbang (ko) menjadi semakin kecil,
sehingga akan meningkatkan laba bersih perusahaan. Dalam keadaan terdapat pajak,
MM berpendapat keputusan pendanaan menjadi relevan karena bunga yang
dibayarkan dapat mengurangi penghasilan kena pajak jadi pertambahan hutang
akan menaikkan nilai perusahaan sebesar pengurangan pajak tersebut, jadi
semakin tinggi rasio hutang semakin rendah beban pajak, sehingga laba bersih
menjadi semakin besar, dengan demikian tingkat profitabilitas semakin tinggi.
Dengan demikian struktur modal mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja
keuangan.
Pendekatan laba operasi bersih (net operating income) memandang
penggunaan hutang yang semakin besar sebagai peningkatan risiko perusahaan
karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri
akan meningkat, yang memberikan konsekuensi biaya modal rata-rata tertimbang
tidak mengalami perubahan, jadi struktur modal tidak mempunyai pengaruh terhadap
kinerja keuangan.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Mekanisme pemilihan sumber dana menurut pecking order theory
berdasarkan hirarki sumber dana yang paling disukai dan tidak ada suatu target debt
to equity ratio (Husnan, 1996: 325). Perusahaan yang profitable memiliki sumber
dana internal yang besar sehingga hanya sedikit membutuhkan sumber dana
eksternal, sebaliknya perusahaan dengan profitable yang rendah memiliki sumber
dana internal yang kecil sehingga meminjam dalam jumlah yang lebih besar. Dengan
demikian struktur modal mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kinerja
keuangan.
2.2.3 Analisis Rasio Keuangan
Secara konvensional, terdapat dua jenis norma dengan mana dapat
dipertimbangkan kapasitas hutang jangka panjang, yaitu (1) suatu norma kapitalisasi
(2) suatu norma peliputan penghasilan (earning coverage). Dalam mencapai suatu
kebijakan hutang bagi perusahaan, masing-masing rasio harus dipertimbangkan dan
saling dikaitkan. Suatu norma yang telah dipergunakan secara luas adalah rasio
hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Dalam mempertimbangkan struktur
modal harus diketahui pengaruh dari leverage. Pada dasarnya, leverage terdiri dari
pembiayaan sebuah perusahaan dengan hutang untuk menaikkan hasil pengembalian
atas modal sendiri. Tindakan ini dikenal dengan istilah “trading on the equity”
(Wilson & Campbell, 1991: 67).
Merupakan hal yang sangat penting bagi investor untuk mengetahui kondisi
dan kinerja keuangan suatu perusahaan. Salah satu ukuran dari pada kinerja tersebut
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
adalah laba, dengan demikian informasi laba dapat digunakan untuk menilai kinerja
manajemen selain itu dapat juga digunakan untuk membantu mengestimasi
kemampuan laba yang representative, serta untuk menaksir risiko dalam investasi
atau kredit. Dalam menentukan keputusan investasi, investor akan bertindak rasional
dengan mempertimbangkan trade off antara return yang mungkin diperoleh dan
risiko yang akan dihadapi. Investor akan melakukan penilaian terhadap kinerja
keuangan perusahaan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan
perusahaan. Banyak teknik analisa yang menyebabkan berbagai rasio keuangan
ersedia untuk penilaian prestasi. Teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang
berbeda. Manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio sangat ditentukan oleh tujuan
spesifik dari analis. Rasio-rasio bukan merupakan kriteria yang mutlak, rasio yang
bermakna terutama untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau
prestasi operasi dan membantu menggambarkan trend dan pola perubahan yang pada
gilirannya dapat menunjukkan risiko dan peluang bagi perusahaan yang ditelaah
(Helfert, 1997: 53 )
Pengelompkan rasio keuangan pada dasarnya dibedakan atas kesamaan
sifatnya dan tidak ada standar tertentu dalam pengelompokan tersebut. Weston dan
Brigham (1993: 57 - 58) mengelompokkan rasio keuangan menjadi 6 (enam) kategori
: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan dan rasio
penilaian. Sartono (2001; 121) mengelompokkannya menjadi 4 (empat) kategori :
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas. Berdasarkan
tinjauan atas hubungan analisis keuangan, Weston dan Copeland (1995: 237)
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
mengelompokkannya atas : Ukuran Kinerja ( Performance Measure) terdiri dari rasio
profitabilitas, rasio pertumbuhan, dan ukuran penilaian; Ukuran Efisiensi Operasi
(Operating Efficiency ) terdiri dari manajemen aktiva dan investasi, manajemen
beban, dan Ukuran Kebijakan Pendanaan (Financial Policy Measure ) terdiri dari
rasio leverage dan rasio likuiditas.
Rasio Leverage menunjukkan tingkat penggunaan utang dalam operasi bisnis
dan berkaitan langsung dengan risiko pendanaan. Rasio ini dapat dihitung, pertama
dengan memperhatikan data neraca, untuk mengetahui seberapa banyak dana
pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua, dengan mengukur risiko utang dari
laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap utang (bunga ditambah pokok
pinjaman) dapat ditutup oleh laba operasi.
Rasio Aktivitas menunjukkan seberapa efektif dan optimal perusahaan
menggunakan sumber daya yang sesuai dengan yang digariskan oleh kebijaksanaan
perusahaan melalui pembandingan rasio aktivitas dengan standard industri sehingga
dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Rasio ini merupakan
perbandingan antara penjualan dan berbagai aktiva pendukung terjadinya penjualan.
Rasio Profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijaksanaan dan
keputusan perusahaan. Rasio ini memberikan jawaban akhir tentang seberapa efektif
perusahaan dikelola. Perusahaan yang mempunyai rasio profitabilitas yang tinggi
diharapkan lebih mampu dalam menghadapi fluktuasi bisnis. Rasio ini penting bagi
para investor jangka panjang yang akan menanamkan modalnya. Rasio Pertumbuhan
menunjukkan sebaik apa perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di dalam
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
lingkungan industrinya. Rasio Penilaian merupakan ukuran kinerja yang paling
menyeluruh untuk suatu perusahaan. Rasio ini mencerminkan pengaruh gabungan
dari rasio hasil pengembalian dan risiko.
Untuk melihat hubungan ukuran perusahaan dengan kinerja keuangan dapat
dipergunakan analisis keuangan berdasarkan sistem du Pont.
Gambar 2.1 Bagan du Pont (Weston dan Copeland, 1995: 313)
Return On Investment merupakan suatu ukuran untuk melihat kemampuan
manajemen dalam menghasilkan tingkat pengembalian atas seluruh aktiva yang
dipergunakan dalam perusahaan. Disamping itu, manajemen juga bertanggungjawab
untuk mengoptimalisasikan tingkat pengembalian atas modal pemegang saham
(modal sendiri). Hasil pengembalian para pemegang saham yang terdiri dari baik
hasil dividen dan apresiasi dalam nilai saham, akan tumbuh dalam hubungannya
dengan hasil pengembalian atas modal sendiri. Oleh karena itu, tingkat pengembalian
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
atas m tolok ukur terbaik mengenai prestasi
manajem ncerminkan efisiensi, tetapi juga pengaruh dari
alat pembayaran atau “leverage”. Jadi tingkat pengembalian atas modal pemegang
saham dapat dihitung dengan mempergunakan formula ROI dengan mempergunakan
faktor persentase dari total aktiva dalam hubungannya dengan modal pemegang
saham. Dengan demikian ROE (tingkat pengembalian atas modal sendiri) dapat
dihitung dengan rumus :
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh kombinasi dari likuiditas,
manajemen aktiva, dan manajemen hutang pada hasil operasi (Brigham dan Daves,
2004: 238). Karena profitabilitas merupakan ukuran kinerja keuangan maka dapat
dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas juga merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan.
Likuiditas
odal sendiri merupakan salah satu
en. Rasio ini tidak hanya me
SendiriModal
AktivaTotalROIROE ×=
sendiralaktivaTotal
aktivaTotalPenjualan
PenjualanoperasibersihLabaROE
mod××=
i
sendiriModaloperasibersihLabaROE =
Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendek baik yang menyangkut kebutuhan operasional
maupun utang kepada pihak ekstern. Kemampuan untuk membayar utang jangka
pendek dari suatu perusahaan terletak pada kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan kas atau kemampuannya untuk mengkonversikan aktiva non kas
menjadi kas (alat pembayaran).
Tinggi rendahnya likuiditas perusahaan tergantung pada jumlah modal kerja
yang dimiliki, yang menunjukkan jumlah atau bagian dari aktiva lancar yang dapat
digunakan dalam melangsungkan operasional perusahaan dalam rangka menghasilkan
pendapatan. Oleh karena itu, arti pentingnya aspek likuiditas bagi setiap perusahaan
akan sangat dirasakan pada berbagai akibat yang merugikan atau tidak digunakannya
kesempatan untuk memperoleh laba, jika perusahaan berada dalam keadaan tidak
(kurang) likuid.
Manajemen Aktiva
Manajemen aktiva termasuk dalam ukuran efisiensi operasi yang mengukur
efektivitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dalam pemanfaatan sumber
dayanya. (Weston dan Copeland, 1995: 247) menyatakan bahwa menurut tradisi,
rasio manajemen aktiva dan investasi disebut rasio aktivitas atau rasio perputaran.
Investasi dilakukan untuk menghasilkan penjualan yang menguntungkan, oleh karena
itu pencapaian penjualan yang menguntungkan memerlukan pelaksanaan investasi
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
yang sehat. Menaksir seberapa baik aktivitas yang dilakukan adalah landasan bagi
usaha manajemen untuk memperbaiki profitabilitas.
Manajemen hutang
Kebijakan mengikut sertakan hutang disertai kewajiban membayar bunga
yang bersifat tetap di dalam struktur permodalan perusahaan disebut sebagai financial
leverage. Perkembangan financial leverage bersama-sama dengan pendapatan dan
suku bunga kredit akan mempengaruhi net profit margin. Terdapat tiga kemungkinan
net profit margin sebagai akibat penggunaan hutang yaitu :
1. pendapatan yang dihasilkan oleh dana yang berasal dari hutang lebih besar
dari biaya bunga atas hutang tersebut,. Dalam hal ini variable financial
leverage akan mendorong peningkatan net profit margin dibanding dengan
kalau tidak ada variable financial leverage. Dengan demikian dalam keadaan
pendapatan lebih besar dari biaya bunga, semakin tinggi tingkat financial
leverage akan memperbesar net profit margin. Dapat dikatakan dalam
keadaan penggunaan hutang menghasilkan pendapatan yang lebih besar
daripada jumlah bunga efektif yang harus dibayar maka penggunaan hutang
akan memperbesar pendapatan bagi pemilik modal sendiri.
2. pendapatan yang dihasilkan oleh dana yang berasal dari hutang sama dengan
atau hanya cukup untuk membayar biaya bunga atas hutang tersebut. Dalam
kondisi ini financial leverage tidak mempengaruhi net profit margin
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
3. pendapatan yang dihasilkan oleh dana yang berasal dari hutang, kurang dari
atau tidak cukup untuk membayar biaya bunga atas hutang tersebut. Dalam
kondisi seperti ini adanya financial leverage justru akan menekan net profit
margin, yang berarti semakin tinggi tingkat financial leverage akan
memperkecil jumlah pendapatan bagi pemilik modal sendiri.
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti tentang
struktur moda, dan kinerja keuangan menunjukkan tidak semua variabel yang
digunakan menunjukkan hasil yang konsisten. Akan tetapi beberapa hasil penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan perusahaan cenderung mengikuti filosofi pecking
order theory daripada trade off theory dalam menentukan struktur modalnya.
Beberapa studi empiris yang telah dilakukan tentang pengaruh ukuran
perusahaan dan struktur modal terhadap kinerja keuangan adalah sebagai berikut :
1. Wang FU Sheng dan Du Xiao Li (2006)
Penelitian dilakukan untuk menguji hubungan antara hutang dengan profitabilitas
pada perusahaan industri petrokimia yang terdaftar berdasarkan data laporan
keuangan dari 157 perusahaan untuk periode 2002 – 2004 dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja keuangan berbeda- beda menurut rasio hutang yang
dimiliki. Pada umumnya perusahaan dengan DAR 40% memiliki kinerja keuangan
yang lebih dari rata-rata, perusahaan dengan DAR 40% - 60% memiliki kinerja
sedikit lebih rendah dari perusahaan dengan DAR 40%, kinerja keuangan menurun
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
secara signifikan pada perusahaan dengan DAR di atas 60%, dan perusahaan dengan
DAR di atas 80% kinerja keuangannya buruk.
2. Jaelani La Masidonda (2001)
Penelitian berdasarkan data laporan keuangan industri makanan dan minuman yang
go publik di Bursa Efek Jakarta sampai tahun 1997. Hasil penelitian menyimpulkan
variabel-variabel struktur modal, beban bunga, dan Return On Asset (ROA), secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Rentabilitas Modal Sendiri (Sig F = 0,0015
< α = 0,05). Sampel dalam penelitian dianggap belum dapat mewakili populasi yang
ada, penarikan sampelnya belum representatif, hal ini terlihat dari 23 perusahaan yang
bergerak dalam industri makanan dan minuman yang dijadikan sampel untuk diteliti.
3. Arrayani (2003)
Penelitian berdasarkan data laporan keuangan industri tekstil yang go publik di Bursa
Efek Jakarta selama periode 1999 – 2001. Hasil penelitian menunjukkankan bahwa
dari variabel-variabel yang diteliti, yakni struktur modal, beban bunga, dan (ROA),
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Rentabilitas Modal Sendiri (Sig F =
0,0015< α = 0,05). Secara parsial struktur modal (Sig t = 0,00< α =0,05) berpengaruh
signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. Hasil analisis menunjukkan perusahaan
menahan pendapatan dalam jumlah yang lebih besar sebagai laba ditahan.
4. I Made Marsa Arsana (2007)
Penelitian dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Koperasi Unit Desa di Kabupaten Tabanan selama periode 1998 – 2003.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Untuk menganalisis factor-faktor penentu kinerja keuangan digunakan SEM dengan
program AMOS 4.0. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penentu kinerja
keuangan adalah likuiditas, leverage, dan aktivitas . Faktor likuiditas dimaknai oleh
rasio cepat, faktor leverage dimaknai oleh rasio hutang jangka panjang terhadap
ekuitas dan rasio aktiva berwujud terhadap hutang jangka panjang, faktor aktivitas
dimaknai oleh perputaran modal kerja. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5 %
dan faktor likuiditas berpengaruh secara nyata terhadap faktor kinerja keuangan.
2.5 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Pengaruh Ukuran Perusahaan dan
Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuanga
Earning Per Share (Y2)
1H
Ukuran Perusahaan (X1)
Kebijakan Pendanaan (X2)
Net Profit Margin (Y1)
Ukuran Perusahaan (X1)
3H
2H
4H
6H
5H
Kebijakan Pendanaan (X2)
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan
Besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan dengan beberapa hal antara
lain : total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total
aktiva (Ferri dan Jones, 1979). Sehubungan dengan total aktiva, apabila perusahaan
memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai
tahap kedewasaan (maturity) atau well established. Secara umum perusahaan yang
mempunyai total aktiva yang relatif besar dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang total aktivanya rendah. Oleh
karena itu perusahaan dengan total aktiva yang besar akan lebih mampu untuk
menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Dengan asumsi total aktiva
sebagai proksi ukuran perusahaan dan NPM sebagai ukuran kinerja keuangan maka
terdapat pengaruh total aktiva yang positif terhadap NPM.
Net Profit Margin merupakan laba yang tersedia bagi pemilik perusahaan
(pemegang saham). Semakin tinggi NPM berarti semakin tinggi pula laba yang
tersedia bagi pemegang saham. Karena laba per lembar saham dihitung dengan
membagikan laba yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah saham yang
beredar berarti kenaikan NPM akan menaikkan EPS. Dengan kata lain EPS berubah
berbanding lurus dengan NPM, sementara NPM juga berbanding lurus dengan total
aktiva, maka pengaruh total aktiva terhadap EPS sama dengan pengaruhnya terhadap
NPM artinya total aktiva berpengaruh positif terhadap EPS.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Pengaruh Kebijakan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan
Berdasarkan bagan du Pont (Weston dan Copeland, 1995: 313) ROI
merupakan hasil akhir dari pengaruh total aktiva terhadap penjualan. Secara tidak
langsung, total aktiva merupakan akumulasi dari hutang dengan ekuitas.
Dengan mengasumsikan hutang hanya terdiri dari hutang jangka panjang saja makatotal aktiva adalah hutang jangka panjang ditambah dengan ekuitas. Sehingga rumusROI menjadi :
sendiriModalpanjangjangkagHuOperasiBersihLabaROI
+=
tan
sendiriModalBersihLabaROE =
Dalam uraian teori struktur modal telah dinyatakan bahwa menurut teori
trade-off pembiayaan dengan hutang akan memberikan biaya yang lebih rendah
daripada ekuitas karena adanya tax benefit, yang berarti setiap kenaikan hutang akan
memberikan kenaikan prndapata sebesar tax benefit tersebut. Setiap kenaikan hutang
akan mengakibatkan rasio long term debt to equity naik, maka seharusnya semakin
besar LDE semakin besar NPM. Namun hal ini hanya berlaku sampai dengan batas
struktur modal yang optimal. Apabila sudah melampaui batas struktur modal yang
optimal maka pengaruh tax benefit sudah lebih kecil daripada kenaikan biaya lainnya
(seperti agency cost), sehingga pendanaan dengan hutang tidak relevan lagi. Dengan
asumsi titik struktur modal belum tercapai, maka menurut teori trade off terdapat
pengaruh yang positif dari hutang terhadap net profit margin.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Pengaruh Total Aktiva dan Kebijakan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan
Dari uraian sebelumnya telah dinyatakan bahwa total aktiva sebagai indikator
ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap NPM, dan LDE
sebagai indikator kebijakan pendanaan juga mempunyai pengaruh yang positif
terhadap NPM, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa total aktiva dan LDE
sama-sama mempunyai pengaruh positif terhadap NPM. Oleh karena perubahan EPS
berbanding lurus dengan perubahan NPM maka sebagaimana halnya dengan NPM,
maka total aktiva juga mempunyai pengaruh positif terhadap EPS, dan LDE juga
berpengaruh positif terhadap EPS, oleh karena itu dapat pula dinyatakan bahwa total
aktiva dan LDE mempunyai pengaruh positif terhadap EPS.
2.6 Hipotesis Penelitian
1 Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap NPM sebagai indikator
kinerja keuangan.
2 Kebijakan pendanaan berpengaruh positif terhadap NPM sebagai indikator
kinerja keuangan.
3 Ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan secara bersama-sama
berpengaruh positif terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan.
4 Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap EPS sebagai indikator
kinerja keuangan
5 Kebijakan pendanaan berpengaruh positif terhadap EPS sebagai indikator
kinerja keuangan.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
6 Ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan secara bersama-sama
berpengaruh positif terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal.
Desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
lainnya ( Umar, 2000: 63 ).
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang telah terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002 sampai 2006. Sampel penelitian
diperoleh dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis properti dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dari tahun 2002 sampai 2006.
2. Perusahaan yang masuk sample adalah perusahaan yang memiliki data yang
lengkap sesuai dengan kebutuhan data penelitian yaitu memiliki total aktiva yang
positif, hutang jangka panjang, ekuitas pemegang saham positif, penjualan, laba
bersih setelah pajak positif, dan data jumlah lembar saham yang beredar berturut-
turut dari tahun 2002 sampai 2006 sehingga apabila terdapat data yang kosong
(missing) atau bertanda negative tidak dimasukkan sebagai sample penelitian.
Adapun karakteristik pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Tabel 3.1 Karakteristik Pemillihan Sampel
No. Karakteristik Sampel Jumlah1 Perusahaan properti yang terdaftar dari tahun 2002 – 2006 392 Perusahaan propert yang tidak memiliki hutang jangka panjang 83 Pereusahaan property yang memiliki ekuitas negatif 94 Perusahaan properti yang menderita rugi 1
Jumlah sampel penelitian (perusahaan) 120
Data untuk penelitian ini meliputi 5 periode pengamatan sehingga walaupun
perusahaan yang menjadi sampel hanya 12, jadi jumlah sampel pengamatan adalah
60. Namun karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan analisis dan tiga
buah data akhirnya dioutlier sehingga total sampel pengamatan dalam penelitian ini
adalah 57. Jumlah sampel pengamatan ini dianggap sudah memadai karena sudah
lebih dari 30 sebagaimana dinyatakan Mason (1996, 430) jika besarnya sample
sekurang-kurangnya 30 pengamatan, maka hasil dianggap memuaskan.
3.3. Variabel Penelitian
3.3.1. Klasifikasi Variabel
Penelitian ini melibatkan 2 variabel bebas (X) yaitu total aktiva (X1), Long
Term Debt to Equity (X2) dan dua variabel terikat (Y): Net Profit Margin (Y1),
Earning Per Share (Y2).
3.3.2. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Adapun definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah:
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
a. Net Profit Margin ( Y1)
Net Profit Margin (NPM) termasuk dalam rasio profitabilitas yang merupakan
salah satu ukuran kinerja perusahaan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (Helfert, 1997: 58). Rasio ini mencerminkan laba bersih
setelah dikurangi pajak yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan. Net Profit
Margin dinyatakan dalam rumus :
PenjualanPajakBersihLabaMarginProfit Net −
=
b. Earning Per Share ( Y2 )
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu rasio pengukur kinerja
keuangan. Laba per lembar saham merupakan laba bersih yang tersedia bagi setiap
lembar saham (Helfert, 1997: 59). Rasio ini dihitung berdasarkan rumus :
beredar yang sahamJumlah
biasa saham bagi tersediayang Laba Pershare Earning =
c. Total Aktiva (X1)
Total Aktiva (TA) merupakan jumlah keseluruhan aktiva suatu perusahaan
pada satu tanggal laporan keuangan yang diperoleh dari neraca perusahaan.
d. Long Term Debt to Total Equity ( X2 )
Long term debt to Total Equity termasuk dalam rasio leverage, menunjukkan
seberapa besar operasi perusahaan dibiayai hutang jangka panjang (Wild,
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Subramanyam, Halsey, 2005: 221). Rasio ini merupakan perbandingan antara total
hutang jangka panjang dengan modal sendiri atau dengan rumus :
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
Nama Variabel Definisi Indikator SkalaPengukuran
SendiriModalpanjangjangkagHuEquitytoDebtTermLong tan
=
Variabel bebas : Total Aktiva Long Term Debt to Equity
Sumber daya yang dikuasai oleh per- usahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan Perbandingan antara hutang jangka panjang dengan ekuitas pemegang saham
Jumlah keseluru han aktiva pada satu tanggal laporan keuangan yang diperoleh dari neraca perusahaan Hutang jangka panjang dibagi ekuitas pemegang saham
Rasio
Rasio
Variabel Terikat : Net Profit Margin Earning Per Share
Hubungan antara laba bersih dengan penjualan bersih yang menunjukkan berapa bagian dari penjualan yang direalisir menjadi laba Penghasilan bersih yang tersedia bagi setiap lembar saham biasa
Laba bersih dikurang pajak dibagi penjualan Laba bersih setelah pajak dibagi jumlah lembar saham biasa.
Rasio
Rasio
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) di Jakarta dan
ditetapkan Bursa Efek Jakarta sebagai tempat penelitian, dengan pertimbangan bahwa
Bursa Efek Jakarta merupakan satu-satunya bursa efek di Indonesia.
3.5. Prosedur Pengambilan Data
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data diperoleh dari dokumentasi laporan tahunan perusahaan bisnis properti yang
dimuat dalam buku Indonesian Capital Market Directory, dari tahun 2002 – 2006.
3.6 Model dan Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier. Sebelum dianalisis data tersebut harus good and fit, maka untuk
menilai apakah data good and fit terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data. Uji
kualitas data meliputi uji statistik deskriptif dan uji asumsi klasik.
3.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu data.
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, maksimum dan minimum.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi
normal, yaitu distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.
Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau normal
probabilitas plot. Menurut Santoso (2006, 258) jika residual berasal dari distribusi
normal, maka nilai-nlai sebaran data akan terletak di sekitar garis lurus, maka dapat
dikatakan persyaratan normalitas bisa dipenuhi.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang
kuat antara satu variable bebas dengan variabel bebas lainnya. Selain itu, uji
multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses
pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Menurut Mason dan Lind (1999, 113), multikolinearitas
terjadi jika variabel-variabel bebas juga saling berkorelasi. Hasil uji multikolinearitas
akan memperlihatkan :
1 Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih dari 10, maka terdapat
multikolinearitas.
2. Jika nilai VIF kurang dari 10, maka tidak terdapat multikolinearitas.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model-model
yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi
lainnya. Gejala heterokedastisitas dapat diuji dengan menggunakan metode grafik,
yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot.
Santoso (2006,252) menyatakan cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
dependen (ZPRED) dengan residunya (DEPENDNT) Dasar pengambilan
kesimpulan adalah jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas,
serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
d. . Uji Autokorelasi
Salah satu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui adanya autokorelasi
adalah dengan memakai uji statistik Durbin-Watson (DW) Test. Menurut Gujarati
(1995) pengujian statistik Durbin Watson atau d statistic dihitung dengan rumus :
∑
∑=
−−= 2
21 )(
t
n
ttt
U
UUd
Nilai d dalam uji Durbin – Watson dua sisi digambarkan sebagai berikut :
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Daerah Kritis
Tolak H0
Daerah
Ketidakpastian
Tidak Menolak
H0
Tidak ada Korelasi
Daerah Ketidakpastian
Daerah Kritis
Tolak H0
0 dl du 2 (4-du) (4-dl) 4
Gambar 3.1 Uji Durbin-Watson
Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Apabila d < dL atau d > (4-dU ) maka hipotesis nol ditolak dan sebaliknya hipotesis
alternatif diterima, berarti terdapat autokorelasi.
b. Apabila terletak antara dL dan (4 – dU) maka hipotesis nol diterima yang juga
berarti tidak ada autokorelasi.
c. Apabila nilai d terletak antara dL dan dU atau antara (4 – dU) dan (4 – dL) maka uji
Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Pada nilai ini tidak dapat
disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak ada autokorelasi.
Secara sederhana, gejala adanya autokorelasi dapat juga dilihat langsung
dengan cara melihat hasil uji statistik untuk Durbin-Watson. Hasil uji statistik
Durbin-Watson antara 0 sampai dengan 4. Apabila hasil uji Durbin-Watson dekat
dengan 2, berarti tidak ada autokorelasi.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
3.6.3 Pengujian Hipotesis
Dalam menganalisis data digunakan model regresi linier. Analisis data dalam
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor ukuran perusahaan dan kebijakan
pendanaan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan bisnis properti yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Kinerja keuangan diukur dengan NPM dan EPS.
3.6.3.1 Pengujian hipotesis dengan analisis regresi sederhana
Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi sederhana
diterapkan untuk menguji hipotesis 1, hipotesis 2. hipotesis 4, dan hipotesis 5 karena
hanya melihat pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Adapun
persamaan regresinya adalah :
Y1 = b0 + b1X1 + e
Y1 = b0 + b2X2 + e
Y2 = b0 + b1X1 + e
Y2 = b0 + b2X2 + e
Pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat diuji
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat formulasi hipotesis
1. Pengaruh total aktiva terhadap NPM
H1 : b1 ≠ 0, Total aktiva berpengaruh terhadap NPM
2. Pengaruh LDE terhadap NPM
H2 : b2 ≠ 0, LDE berpengaruh terhadap NPM.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
3. Pengaruh total aktiva terhadap EPS
H4 : b4 ≠ 0, Total aktiva berpengaruh terhadap EPS
4. Pengaruh LDE terhadap EPS
H5 : b5 ≠ 0, LDE berpengaruh terhadap EPS
b. Menentukan tingkat signifikansi
Untuk menentukan nilai t table digunakan derajat kebebasan (df) = N – 2,
taraf nyata (a) 5%.
c. Dasar pengambilan keputusan:
Jika hasil uji t untuk b diperoleh t hitung > t tabel atau jika tingkat signifikan (α)
< 0,05 berarti variabel bebas berpengaruh terhadap variable terikat dan sebaliknya.
3.6.3.2 Pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda
Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda diterapkan
untuk menguji hipotesis 3 dan 6 . Analisis regresi linier berganda digunakan karena
variabel terikat yang ingin dijelaskan bergantung pada lebih dari satu variabel bebas
Adapun model regresinya adalah :
Y1 = b0 + b1 X1 + b2X 2 + e
Y2 = b0 + b1 X1 + b2 X2 + e
Dimana :
Y1 : Net Profit Margin
Y2 : Earning Per Share
b0 : konstanta
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
b1 dan b2 : koefisien regresi
X1 : Total Aktiva
X2 : Long Term Debt to Equity
e : Standard Error Pengaruh simultan variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a Membuat formulasi hipotesis
H1 : b0 ≠ b1 ≠ b2 ≠ 0
1. Total aktiva dan Long Term Debt to Equity secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Net Profit Margin.
2. Total aktiva dan Long Term Debt to Equity secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Earning Per Share.
b. Menentukan tingkat signifikansi
Untuk menentukan nilai F table dengan menggunakan tingkat kepercayaan
(convident interval) 95% atau significant level (α) 5 % serta derajat kebebasan
(df1 dan df2 )
c. Dasar pengambilan keputusan
Jika F hitung > F tabel atau jika tingkat signifikan (α) < 0,05 berarti variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dan sebaliknya.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian
yang dijadikan sampel. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan
memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti. Statistik deskriptif
difokuskan kepada rata-rata dan standar deviasi.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LnTA_02 LnTA_03 LnTA_04 LnTA_05 LnTA_06 DER_02 DER_03 DER_04 DER_05 DER_06 NPM_02 NPM_03 NPM_04 NPM_05 NPM_06 EPS_02 EPS_03 EPS_04 EPS_05 EPS_06
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
11,737 11,681 11,624 11,531 11,482 0,003 0,003 0,004 0.003 0,003 0,011 0,023 0,023 0,025 0,007 1,091 1,166 0,696 1,472 0,842
15,124 15,245 15,530 15,645 15,954 1,698 1,507 1,424 1,419 1,259 1,910 5,289 0,232 0,289 0,257 974,836 284,005 142,815 122,381 85,455
13,4855 13,6213 13,7589 13,8683 13,9164 0,38325 0,24058 0,30142 0,23442 0,31375 0,37058 0,61683 0,13192 0,13742 0,11742 138,813 74,7426 51,8903 51,9730 36,8944
1,05490021 1,14983747 1,22090469 1,28550147 1,33162877 0,55649947 0,40836135 0,39604877 0,39855773 0,43379281 0,53649968 1,48341509 0,07005512 0,09257769 0,07962921 269,557482 76,2642242 43,5100234 43,7959826 33,083168
Sumber: Lampiran 4
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perusahaan properti yang terdaftar
di BEI sejak tahun 2002 sampai dengan 2006 yang terpilih sebagai sampel melalui
metode purposive sampling berjumlah 12 perusahaan sehingga jumlah sampel
pengamatan dalam penelitian ini adalah 60 sampel penelitian. Nilai ukuran
perusahaan rata-rata tahun 2002 sampai tahun 2006 berkisar antara Rp13,486 –
Rp13,921 yang menunjukkan total aktiva meningkat dari tahun 2002 sampai dengan
tahun 2006. Nilai kebijakan pendanaan perusahaan rata-rata tahun 2002 sampai tahun
2006 berkisar antara 38% – 31% dimana nilai rata-rata penggunaan hutang sebagai
sumber pendanaan perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun 2002 sampai 2006.
NPM perusahaan rata-rata tahun 2002 sampai tahun 2006 berkisar antara 0,37 sampai
dengan 0,12 yang menunjukkan adanya penurunan NPM. EPS perusahaan rata-rata
tahun 2002 sampai tahun 2006 berkisar antara 138,81 sampai dengan 36,89 yang
berarti terjadi penurunan EPS yang demikian tajam. Total aktiva minimum pada
tahun 2002 adalah Rp 11,737 dan total aktiva maksimum Rp 15,124 dengan rata-
rata Rp 13,48550 dan standar deviasi 1,054900. Total aktiva minimum pada tahun
2003 adalah Rp 11,681 dan total aktiva maksimum Rp 15,245 dengan rata-rata Rp
13,62125 dan standar deviasi 1,149837. Total aktiva minimum pada tahun 2004
adalah Rp 11,624 dan total aktiva maksimum Rp 15,530 dengan rata-rata Rp
13,75892 dan standar deviasi 1,220905. Total aktiva minimum pada tahun 2005
adalah Rp11,531 dan total aktiva maksimum Rp15,645 dengan rata-rata Rp13,886825
dan standar deviasi 1,285501. Total aktiva minimum pada tahun 2006 adalah Rp
11,482 dan total aktiva maksimum Rp 15,954 dengan rata-rata Rp 13,91642 dan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
standar deviasi 1,331629. LDE minimum pada tahun 2002 adalah 0,003 dan LDE
maksimum adalah 1,698 dengan rata-rata 0,38325 dan standar deviasi 0,556499.
LDE minimum pada tahun 2003 adalah 0,003 dan LDE maksimum adalah 1,507
dengan rata-rata 0,24058 dan standar deviasi 0,408361. LDE minimum pada tahun
2004 adalah 0,004 dan LDE maksimum adalah 1,424 dengan rata-rata 0,30142 dan
standar deviasi 0,396649. LDE minimum pada tahun 2005 adalah 0,003 dan LDE
maksimum adalah 1,419 dengan rata-rata 0,23442 dan standar deviasi 0,398558.
LDE minimum pada tahun 2006 adalah 0,003 dan LDE maksimum adalah 1,259
dengan rata-rata 0,31375 dan standar deviasi 0,433793 . NPM minimum pada tahun
2002 adalah 0,011 dan NPM maksimum adalah 1,910 dengan rata-rata 0,37058 dan
standar deviasi 0,536500. NPM minimum pada tahun 2003 adalah 0,023 dan NPM
maksimum adalah 5,289 dengan rata-rata 0,61683 dan standar deviasi 1,483415.
NPM minimum pada tahun 2004 adalah 0,023 dan NPM maksimum adalah 0,232
dengan rata-rata 0,13192 dan standar deviasi 0,070055. NPM minimum pada tahun
2005 adalah 0,025 dan NPM maksimum adalah 0,289 dengan rata-rata 0,13742 dan
standar deviasi 0,092578. NPM minimum pada tahun 2006 adalah 0,025 dan NPM
maksimum adalah 0,257 dengan rata-rata 0,11742 dan standar deviasi 0,79629. EPS
minimum pada tahun 2002 adalah 1,091 dan EPS maksimum adalah Rp 974,836
dengan rata-rata 138,81292 dan standar deviasi 269,557482. EPS minimum pada
tahun 2003 adalah 1,166 dan EPS maksimum adalah Rp 284,005 dengan rata-rata
74,74258 dan standar deviasi 76,264224. EPS minimum pada tahun 2004 adalah
0,696 dan EPS maksimum adalah Rp 142,815 dengan rata-rata 51,89025 dan standar
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
deviasi 43,510023. EPS minimum pada tahun 2005 adalah 1,472 dan EPS
maksimum adalah Rp122,381 dengan rata-rata Rp 51,97300 dan standar deviasi Rp
43,795983. EPS minimum pada tahun 2006 adalah Rp 0,842 dan EPS maksimum
adalah Rp 85,455 dengan rata-rata Rp 36,89442 dan standar deviasi Rp 33,083168.
4.1.2 Teknik Pengujian Data
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan dengan nilai skewness kurtosis.
Berdasarkan nilai ini, suatu data dikatakan memiliki distribusi normal jika Z hitung
lebih kecil dari Z tabel . Nilai Z skewnes dapat dihitung dengan membandingkan antara
nilai kurtosis dengan standard deviasi dari nilai kurtosis. Nilai skewnes dan kurtosis
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Uji Normalitas Skewness Dan Kurtosis
Sumber : Lampiran 4
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari empat variabel yang akan diuji hanya
data ukuran perusahaan yang berdistribusi normal. Untuk melihat apakah data
berdistribusi normal atau tidak dapat juga dilakukan dengan uji statistik Kolmogorov-
Variabel Ztabel Skewness Zhitung
Skewness
Kurtosis Zhitung
Kurtosis
Ukuran Perusahaan (TA) 1.96 - 0,320 - 1,0356 - 0,868 - 1,428
Kebijakan Pendanaan (DER) 1.96 2,112 6,835 3,410 5,609
Kinerja Keuangan (NPM) 1.96 6,350 20,550 43,653 71,798
Kinerja Keuangan (EPS) 1,96 5,972 19,327 41,061 67,135
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Smirnov. Hasil uji statistikKolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut
ini :
Tabel 4.3 Uji Statistik Kolmogorov - Smirnov Ukuran
Perusahaan
Kebijakan Pendanaan
Kinerja Keuangan- NPM
Kinerja Keuangan- EPS
N Mean Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
60 13,73011 1,181684 ,161 ,095 -,161 1,245 ,090
60 ,29468 ,431011 ,260 ,260 ,249 2,015 ,090
60 ,27487 ,711612 ,398 ,398 -,353 3,085 ,000
60 70,86261 129,879289 ,295 ,285 -,295 2,281 ,000
a Test distribution is normal. b Calculated from data. Sumber: Lampiran 4
Dari tabel 4.3 dapat dilihat nilai kolmogorov-Smirnov untuk variabel ukuran
perusahaan 1,245 dengan probabilitas signifikansi 0.090 dan nilainya di atas α 0.05,
yang berarti data variabel ukuran perusahaan berdistribusi normal. Nilai
Kolmogorov-Smirnov variabel kebijakan pendanaan 2,015 dengan probabilitas
signifikansi 0.001, variabel NPM 3,085 dengan probabilitas 0,000 dan variable EPS
2,281 dengan probabilitas 0,000 berada di bawah α 0.05, berarti data variabel
kebijakan pendanaan, NPM dan EPS tidak berdistribusi normal. Selain itu, melalui
grafik histogram dapat dilihat apakah data berdistribusi normal atau tidak.
Dari gambar 4.1 nampak bahwa hasil tampilan grafik histogram menunjukkan
variabel ukuran perusahaan mendekati distribusi normal, sementara hasil tampilan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
16.0015.0014.0013.0012.0011.00
10
8
6
4
2
0
Mean = 13.7301Std. Dev. = 1.18168N = 60
Frequ
ency
Ukuran Perusahaan
2.001.501.000.500.00
DER_ Keb Pen
30
25
20
15
10
5
Frequ
ency
0
Mean = 0.2947Std. Dev. = 0.43101N = 60
Gambar 4.2 Histogram Kebijakan Pendanaan
grafik histogram menunjukkan bahwa variabel kebijakan pendanaan memiliki
disribusi tidak normal dan menceng ke kiri (positive skewness).
Gambar 4.1 Histogram Ukuran Perusahaan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Data yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasi agar menjadi normal,
Apabila tampilan grafik histogram menunjukkan variable tidak normal dan menceng
ke kiri (positive skewness) maka bentuk transformasinya adalah SQRT(x) atau akar
kuadrat (Ghozali, 2005: 32). Statistik deskriptif setelah dilakukan transformasi dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif - SQRT
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LnTA_02 LnTA_03 LnTA_04 LnTA_05 LnTA_06 SQRT_DER02 SQRT_DER03 SQRT_DER04 SQRT_DER05 SQRT_DER06 SQRT_NPM02 SQRT_NPM03 SQRT_NPM04 SQRT_NPM05 SQRT_NPM06 SQRT_EPS02 SQRT_EPS03 SQRT_EPS04 SQRT_EPS05 SQRT_EPS06 Valid N (listwise)
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
11,737 11,681 11,624 11,531 11,482 0,05 0,05 0,06 0.05 0,05 0,10 0,15 0,15 0,16 0,08 1,04 1,08 0,83 1,21 0,92
15,124 15,245 15,530 15,645 15,954 1,30 1,23 1,19 1,19 1,12 1,38 2,30 0,48 0,54 0,51 31,22 16,85 11,95 11,06 9,24
13,48550 13,62125 13,75892
13,86825 13,91642 0,4902 0,3976 0,4563 0,3770 0,4496 0,5107 0,5578 0,3480 0,3461 0,3181 8,9230 7,7264 6,4013 6,4216 5,1594
1,054900 1,149837 1,220905 1,285501 1,331629 0,39485 0,29997 0,31893 0,31733 0,34890 0,34610 0,57746 0,10844 0,13865 0,13314 8,03576 4, 05138 3,45054 3,42236 3,34803
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat nilai dari variabel-variabel setelah
dilakukan transformasi. LDE minimum pada tahun 2002 adalah 0,05 dan LDE
maksimum 1,30 dengan rata-rata 0,4902 dan standar deviasi 0,39485. LDE minimum
pada tahun 2003 adalah 0,05 dan LDE maksimum 1,23 dengan rata-rata 0,3976 dan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
standar deviasi 0,29997. LDE minimum pada tahun 2004 adalah 0,06 dan LDE
maksimum 1,19 dengan rata-rata 0,4563 dan standar deviasi 0,31893. LDE minimum
pada tahun 2005 adalah 0,05 dan LDE maksimum 1,19 dengan rata-rata 0,3770 dan
standar deviasi 0,31773. LDE minimum pada tahun 2006 adalah 0,05 dan LDE
maksimum 1,12 dengan rata-rata 0,4496 dan standar deviasi 0,34890. NPM
minimum pada tahun 2002 adalah 0,10 NPM maksimum 1,38 dengan rata-rata
0,5107 dan standar deviasi 0,34680. NPM minimum pada tahun 2003 adalah 0,15
dan NPM maksimum 2,30 dengan rata-rata 0,5578 dan standar deviasi 0,1,57746.
NPM minimum pada tahun 2004 adalah 0,15 dan NPM maksimum 0,48 dengan rata-
rata 0,3480 dan standar deviasi 0,10844. NPM minimum pada tahun 2005 adalah
0,16 dan NPM maksimum 0,54 dengan rata-rata 0,3461 dan standar deviasi 0,13865.
NPM minimum pada tahun 2006 adalah 0,08 dan NPM maksimum 0,51 dengan rata-
rata 0,3181 dan standar deviasi 0,13314. EPS minimum pada tahun 2002 adalah
Rp1,04 dan EPS maksimum Rp 31,22 dengan rata-rata Rp 8,9230 dan standar deviasi
Rp 8,03576. EPS minimum pada tahun 2003 adalah Rp 1,08 dan EPS maksimum
Rp 16,85 dengan rata-rata Rp 7,7264 dan standar deviasi Rp 4,05138. EPS minimum
pada tahun 2004 adalah Rp 0,83 dan EPS maksimum Rp 11,95 dengan rata-rata
Rp 6,4013 dan standar deviasi Rp 3,45054. EPS minimum pada tahun 2005 adalah
Rp 1,21 dan EPS maksimum Rp 11,06 dengan rata-rata Rp 6,4216 dan standar
deviasi Rp 3,42236. EPS minimum pada tahun 2006 adalah Rp 0,92 dan EPS
maksimum Rp 9,24 dengan rata-rata Rp 5,1594 dan standar deviasi Rp 3,34803.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Dari uraian tentang statistik deskriptif sebelum dan setelah dilakukan
transformasi dengan SQRT dapat diambil kesimpulan bahwa LDE rata-rata turun
pada tahun 2003 dan naik lagi pada tahun 2004 kemudian turun kembali pada tahun
2005 serta pada tahun 2006 naik kembali tapi belum mencapai LDE sebagaimana
pada tahun 2002. Jadi LDE tahun 2006 turun dibandingkan LDE pada tahun 2002.
Sebaliknya NPM rata-rata mengalami kenaikan pada tahun 2003 namun turun secara
tajam pada tahun 2004 dan terus berlangsung sampai dengan tahun 2006.EPS turun
secara tajam pada tahun 2003 dan dilanjutkan dengan penurunan pada tahun 2004
walaupun tidak setajam penurunan pada tahun 2003 dan naik dalam tingkatan yang
tidak signifikan pada tahun 2005 dan turun kembali secara tajam pada tahun 2006.
Dari kesamaan hasil sebelum dan setelah dilakukan transformasi nampak
bahwa transformasi menyebabkan distribusi penyebaran data menjadi lebih merata
tanpa merubah hasil. Analisis selanjutnya menggunakan data yang ditransformasi.
Tabel 4.5 Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov - SQRT
Kebijakan Pendanaan
(SQRT)
Kinerja Keuangan – NPM (SQRT)
Kinerja Keuangan – EPS (SQRT)
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Kolmogorov – Smirnov Z Asymp.Sig.(2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
60 ,4342 ,32853
,128 ,128 -,122
,993 ,278
60 ,4162
,32155
,250 ,250 -,170
1,936 ,001
60 6,2963
4,82458
,140 ,140 -,103
1,805 ,190
a Test distribution is Normal b Calculated from data. Sumber: Lampiran 4
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
1.251.000.750.500.250.00
Kebijakan Pendanaan (SQRT)
14
12
10
8
6
4
2
0
Freque
ncy
Mean = 0.4189Std. Dev. = 0.31606N = 57
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
1.000.800.600.400.200.00
Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
20
15
10
5
0
Freque
ncy
Mean = 0.3675Std. Dev. = 0.16247N = 57
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov untuk variabel
kebijakan pendanaan (X2) 0,993 dengan probabilitas signifikansi 0,278 dan variabel
EPS (Y2) 1,085 dengan probabilitas signifikansi 0,190 nilainya jauh di atas α 0,05.
Hal ini berarti variabel kebijakan pendanaan (X2) dan EPS (Y2) sudah berdistribusi
normal dan hasil tampilan grafik histogram pada gambar 4.5 dan 4.6 juga konsisten.
Gambar 4.6 Histogram Kinerja Keuangan – EPS (SQRT)
Nilai Kolmogorov-Smirnov untuk variabel NPM (Y1) adalah 1,936 dengan
probabilitas signifikansi 0,001 yang jauh di bawah α 0,05 menunjukkan bahwa
Gambar 4.5 Histogram Kebijakan Pendanan (SQRT)
20.0015.0010.005.000.00
Kinerja Keuangan - EPS (SQRT)
12
10
8
6
4
2
0
Frequen
cy
Mean = 6.3642Std. Dev. = 3.61579N = 57
variabel NPM masih belum berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat melalui hasil
tampilan grafik histogram pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.7 Histogram Kinerja Keuangan-NPM (SQRT)
Setelah transformasi data dilakukan maka langkah seklanjutnya untuk
mendapatkan normalitas data adalah melakukan pengujian otlier. Uji ini berguna
untuk melihat apakah ada data yang outlier., yaitu data yang mempunyai nilai yang
sangat menyimpang dari nilai data lainnya. Menurut Hait (1998) dalam Ghozali
(2001, 36) untuk kasus sampel kecil (kurang dari 80), standar skor dengan nilai ± 2,5
dinyatakan outlier,. Berdasarkan kriteria ini ditemukan data outlier sebagai berikut :
Tabel 4.6 Nilai Skor Outlier
Observasi LDE Observasi NPM Observasi EPS 9 2,61480 5 3,,00406 5 5,03588 13 5,85822
Sumber : Data diolah
Setelah data outlier teridentifikasi langkah berikutnya adalah tetap
mempertahankan data outlier atau membuang data outlier, dalam hal ini alternatif
yang dipilih adalah data outlier dikeluarkan dari sampel pengamatan sehingga jumlah
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
sampel pengamatan menjadi 57. Keputusan membuanga data outlier ini dilakukan
karena dianggap tidak menggambarkan observasi dalam populasi (Ghozali, 2001: 38).
Hasil uji statistik Kolmogrov-Smirnov setelah data dioutlier dapat dilihat pada
tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Uji Statistik Kolmogrov-Smirnov (setelah outlier)
Ukuran Perusahaan
Kebijakan Pendanaan
(SQRT)
Kinerja Keuangan-
NPM (SQRT)
Kinerja Keuangan-
EPS (SQRT)
N Normal Parameters (a,b) Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. DeviationAbsolute
Positive Negative
57
13,75852 1,178936
,166 ,100 -,166
1,255 0,86
57 ,4189
.31606
,123 ,123
-,122
,927 ,357
57 ,3675
,16247
,100 ,100 -,083
,753 ,622
57 6,3642
3,61579
,088,079
-,088 ,666,767
a Test distribution is Normal b Calculated from data
Sumber : Lampiran 4
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov untuk ukuran
perusahaan (X1) 1,256 dengan probabilitas signifikansi 0,086, variabel kebijakan
pendanan (X2) 0,927 dengan probabilitas signifikansi 0,357, variabel NPM (Y1)
0,753 dengan probabilitas signifikansi 0,622 serta variabel EPS (Y2) 0,666 dengan
probabilitas signifikansi 0,767 yang berada jauh di atas α 0,05. Hsl ini berarti data
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
16.00015.00014.00013.00012.00011.000
Ukuran Perusahaan
10
8
6
4
2
0
Freq
uenc
y
Mean = 13.75852Std. Dev. = 1.178936N = 57
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
1.251.000.750.500.250.00
Kebijakan Pendanaan (SQRT)
14
12
10
8
6
4
2
0
Freq
uenc
y
Mean = 0.4189Std. Dev. = 0.31606N = 57
untuk semua variabel sudah berdistribusi normal dan dapat dilihat melalui tampilan
grafik histogram pada gambar 4.8, 4.9, 4.10 dan 4.11 serta hasilnya konsisten.
Gambar 4.9 Histogram Kebijakan Pendanaan (setelah o
Gambar 4.8 Histogram Ukuran Perusahaan (setelah outlier)
1.000.800.600.400.200.00
Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
20
15
10
5
0
Freque
ncy
Mean = 0.3675Std. Dev. = 0.16247N = 57
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
20.0015.0010.005.000.00
Kinerja Keuangan - EPS (SQRT)
12
10
8
6
4
2
0
Frequ
ency
Mean = 6.3642Std. Dev. = 3.61579N = 57
Gambar 4.11 Histogram Kinerja Keuangan – EPS (setelah outlier)
Penggunaan data yang telah ditransformasi mengakibatkan berubahnya definisi
operasional atas variabel-variabel. Definisi operasional dari variabel-variabelyang
ditransformasi adalah sebagai berikut :
Gambar 4.10 Histogram Kinerja Keuangan – NPM (setelah outlier)
Nilai
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Ukuran Perusahaan Kebijakan Pendanaan Kinerja Keuangan - NPMKinerja Keuangan - EPS VIFUkuran Perusahaan (X1) 1,000 0,Kebijakan Pendanaan (X
396 0,176 0,235 1,1432) -0,396 1,
Kinerja Keuangan - NPM (Y1) 0,176 -0,Kinerja Keuangan - EPS (Y2) 0,235 0,
Variabel
000 -0,080 0,029 1,143080 1,000 -029 1,000 -
Nilai Korelasi
1. Net Profit Margin adalah perbandingan antara selisih akar kuadrat laba bersih
dengan akar kuadrat pajak terhadap akar kuadrat penjualan.
2. Earning per share adalah perbandingan antara akar kuadrat laba yang tersedia
bagi pemegang saham biasa terhadap akar kuadrat jumlah saham yang
beredar.
3. LDE adalah perbandingan antara akar kuadrat hutang jangka panjang terhadap
akar kuadrat ekuitas pemegang saham.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF korelasi di
antara variabel bebas. Adapun hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada
tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas
Sumber: Lampiran 4 Berdasarkan kriteria pengujian multikolenearitas, maka dapat disimpulkan
bahwa di antara variabel bebas tidak terjadi multikolenearitas karena nilai dari VIF <
10. Disamping itu, berdasarkan matriks korelasi di antara variabel bebas, ternyata
tidak ada variabel bebas yang mempunyai nilai korelasi (R) lebih besar dari 0,9.
3
2
1
0
-1
-2
Regre
ssion
Stud
entiz
ed Re
sidua
l
420-2-4
Regression Standardized Predicted Value
Dependent Variable: Kinerja Keuangan _ EPS
Scatterplot
Dengan demikian pengujian multikolinearitas dengan melihat nilai VIF dan nilai
korelasi di antara variabel bebas memberikan hasil yang konsisten.
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara nilai
residu variabel terikat SRESID dengan nilai prediksi variabel bebas ZPRED. Deteksi
ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, nilai residual adalah Y
dan nilai yang diprediksi X. Grafik scatterplot dalam uji heterokedastisitas untuk
persamaan variabel bebas (ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan) terhadap
variabel terikat (NPM) dapat dilihat pada gambar 4.12 serta terhadap variabel terikat
(EPS) dapat dilihat pada gambar 4.13 berikut ini :
Gambar 4.12 Uji Heterokedastisitas - NPM
Dari gambar 4.12 dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y , begitu juga gambar 4.13
menunjukkan tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, berarti tidak terjadi heterokedastisitas.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
210-1-2
Regression Standardized Predicted Value
4
3
2
1
0
-1
-2
Regr
essio
n St
uden
tized
Res
idua
l
Dependent Variable: Kinerja Keuangan _ NPM
Scatterplot
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 ,353(a) 0,125 0,092 0,1548 0,125 3,842 2 54 0,028 1,796
a Predictors: (Constant), Kebijakan Pendanaan (SQRT), Ukuran Perusahaanb Dependent Variable: Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
Std. Error of the
Estimate
Change StatisticsDurbin-WatsonModel R R Square
Adjusted R Square
Gambar 4.13 Uji Heterokedastisitas - EPS
4. Uji Autokorelasilasi
Pada penelitian ini, untuk mendeteksi apakah model yang digunakan
mengalami gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai statistik Durbin Watson.
Hasil dari nilai Durbin Watson dapat
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson 1.796 dan dari tabel
statistik Durbin Watson dengan α 0.05 dl dan du (1.499 dan 1.645), dan nilai dari 4-dl
dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi - NPM
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
062 3,50153 0,096 2,857 2 54 0,066 1,586
SQRT), Ukuran PerusahaanPS (SQRT)
Std. Error of the
Estimate
Change StatisticsDurbin-Watson
ted are
1 ,309(a) 0,096 0,
a Predictors: (Constant), Kebijakan Pendanaan (b Dependent Variable: Kinerja Keuangan - E
Model R R SquareAdjusR Squ
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
M odel R R SquareA djusted R
SquareStd. Error of the
Estim ate1 ,352(a) 0,124 0,108 0,15346
a Predictors: (C onstant), U kuran Perusahaan
dan 4-du (2.501 dan 2.355). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai du <
DW 4-du atau 1.499 < 1.796 < 2.355, yang artinya tidak terjadi autokorelasi.
Tabel 4.10 Uji Autokorelasi - EPS
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson 1.586 dan dari tabel
statistik Durbin Watson dengan α 0.05 dl dan du (1.499 dan 1.645), dan nilai dari 4-dl
dan 4-du (2.501 dan 2.355). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai du <
DW < 4-du atau 1.499 < 1.796 < 2.355, yang artinya tidak terjadi autokorelasi
4.1.3 Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik maka selanjutnya dilakukan
pengujian hipotesis 1 dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana.
Pengujian hipotesis 1 dilakukan untuk menguji apakah total aktiva sebagai indikator
Tabel 4.11Nilai R Square Hipotesis 1 Sumber: Lampiran
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap NPM sebagai indikator kinsrja keuangan.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
Berdasarkan tabel 4.11 diperoeh niai R square (R2) atau nilai koefisien
determinasi sebesar 0.124 yang berarti variabel terikat mampu dijelaskan oleh
variabel bebas sebesar 12,4%. Dengan kata lain 12,4% NPM sebagai indikator kinerja
keuangan mampu dijelaskan variabel total aktiva sebagai indikator ukuran
perusahaan, sedangkan 87,6% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam
penelitian ini, atau diperkirakan ada variabel lain yang menjadi perantara variabel
total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan akan mempengaruhi NPM sebagai
indikator kinerja keuangan.
Tabel 4.12 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis 1
Model RegressionResidual
Total
a Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaanb Dependent Variable: Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
Mean Square
1,295
1,478
Sum of Squares df
1 0,183 7,768 ,007(a)
55 0,024
F Sig.1 0,183
56
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel ANOVA didapat nilai Fhitung sebesar 7,768 dengan probabilitas 0,007
yang telah menguji pengaruh antara variabel bebas (total aktiva sebagai indikator
ukuran perusahaan) terhadap variabel terikat (kinerja keuangan - NPM), karena
probabilitas tersebut jauh lebih kecil dari α 0.05, maka model regresi dapat digunakan
untuk mengukur pengaruh total aktiva terhadap kinerja keuangan (NPM).
Dari tabel 4.13 di bawah ini dapat dilihat bahwa koefisien variabel ukuran
perusahaan yang positif memberi makna bahwa informasi tentang struktur modal
dapat direspon searah oleh investor dengan NPM sebagai indikator kinerja keuangan.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Standardized Coefficients
B Beta
(Constant) 0,240 0,218Ukuran Perusahaan 0,017 0,352 2,787 0,007
a Dependent Variable: Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
Model
Unstandardized Coefficients
Std. Error Sig.
0,048
-1,247
t1
-0,300
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
1 ,151(a) 0,023 0,005 0,16206
a Predictors: (Constant), Kebijakan Pendanaan (SQRT)
Tabel 4.13 Model Hipotesis 1
Sumber: Lampiran 4
Dengan demikian, berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan maka model
untuk hipotesis 1 adalah sebagai berikut:
NPM = -0,300 + 0,048 Ukuran Perusahaan
Persamaan di atas menggambarkan bahwa apabila tidak ada total aktiva
sebagai indikator ukuran perusahaan maka nilai NPM adalah negatif 0,300 dan setiap
penambahan total aktiva sebesar satu juta rupiah akan meningkatkan NPM sebesar
0,048.
Pengujian hipotesis 2 dilakukan untuk menguji apakah LDE sebagai indikator
kebijakan pendanaan berpengaruh terhadap
Hasil pengujian hipotesis dua dapat dilih
Tabel 4.14 Nilai R Square Hipotesis 2
Sumber: Lampiran 4
NPM sebagai indikator kinerja keuangan.
at pada tabel 4.14 berikut ini:
ModelRegressionResidualTotal
a Predictors: (Constant), Kebijakan Pendanaan (SQRT)b Dependent Variable: Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
Sum of Squares dfMean
Square F Sig.0,034
1,478 561,445 55 0,026
1 0,034 1
1,28 ,263(a)
Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh nilai R square (R2) atau nilai koefisien
determinasi sebesar 0,023 yang mempunyai arti bahwa 2,3% variabel NPM mampu
dijelaskan oleh variabel LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan, sedangkan
97,7% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
Tabel 4.15 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis 2
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel ANOVA didapat nilai Fhitung sebesar 1,280 dengan probabilitas
0.263 yang telah menguji pengaruh antara variabel bebas (LDE sebagai indikator
kebijakan pendanaan) terhadap variabel terikat (NPM), karena probabilitas tersebut
jauh lebih besar dari α 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
NPM walaupun pangaruh LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan terhadap NPM
sebagai indikator kinerja keuangan tidak signifikan.
Dari tabel 4.16 berikut ini dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel
kebijakan pendanaan yang negatif memberi makna bahwa informasi tentang
kebijakan pendanaan dapat direspon terbalik oleh investor sehingga
meningkatkan NPM.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Standardized Coefficients
Std. Error Beta Sig.
0,400 0,036 11,159 0,000
-0,078 0,069 -0,151 -1,131 0,263
le: Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
Unstandardized Coefficients
tB1
(Constant)Kebijakan Pendanaan (SQRT)
a Dependent Variab
Model
Tabel 4.16 Model Hipotesis 2
Sumber: Lampiran 4
Dengan demikian, berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan maka model
untuk hipotesis 2 adalah sebagai berikut:
NPM = 0,400 – 0,078 Kebijakan Pendanaan
Persamaan di atas menggambarkan bahwa apabila tidak ada LDE sebagai
indikator kebijakan pendanaan maka nilai NPM adalah 0,400 dan setiap pengurangan
LDE sebesar satu satuan akan meningkatkan NPM sebesar 0,078.
Pengujian hipotesis 3 dilakukan untuk menguji pengaruh total aktiva sebagai
indikator ukuran perusahaan dan LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan
terhadap NPM. Hasil pengujian hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.17 dimana
diperoleh nilai R2 sebesar 0,125 yang mempunyai arti bahwa 12,5% variabel NPM
mampu dijelaskan secara bersama-sama oleh variable total aktiva sebagai indikator
ukuran perusahaan dan LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan, sedangkan
87,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini, atau
diperkirakan ada variabel lain selain total aktiva dan LDE yang mempengaruhi NPM.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
1 ,353(a) 0,125 0,092
nt), Kebijakan Pendanaan (SQRT), Ukuran Perusahaanriable: Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
a Predictors: (Constab Dependent Va
Model R R SquareAdjusted R
Square
Model
R
a Predictorb Depend
1 FRegression
esidualTotal
s: (Constant), Kebijakan Pendanaan (SQRT), Ukuran Perusahaanent Variable: Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
0,184 2 0,092 3,842 ,028(a)1,294
Sig.Sum of Squares dfMean Square
1,478 56 54 0,024
Tabel 4.17 Nilai R Square Hipotesis 3
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel ANOVA pada tabel 4.18 didapat nilai Fhitung sebesar 3,842 dengan
probabilitas 0,028 yang telah menguji pengaruh antara variabel bebas (total aktiva
sebagai indikator ukuran perusahaan dan LDE sebagai indikator kebijakan
pendanaan) terhadap variabel terikat (NPM), karena probabilitas tersebut jauh lebih
kecil dari α 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh
total aktiva dan LDE terhadap NPM.
Tabel 4.18 Nilai Hitung Signifikansi Hipotesis 3
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel 4.19 di bawah ini dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel
ukuran perusahaan positif sementara kebijakan pendanaan yang negatif memberi
makna bahwa informasi tentang ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan dapat
direspon searah ataupun terbalik oleh investor sehingga meningkatkan NPM.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Standardized Coefficients
B Beta t(Constant) 0,271 -1,008 0,318Ukuran Perusahaan 0,019 0,341 2,506 0,015Kebijakan Pendanaan (SQRT) 0,07 -0,03 -0,223 0,825
a Dependent Variable: Kinerja Keuangan - NPM (SQRT)
Std. ErrorModel1 -0,273
Unstandardized Coefficients
-0,016
0,047
Sig.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate
1 ,295(a) 0,087 0,071 3,48592
a Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan
Tabel 4.19 Model Hipotesis 3
Sumber: Lampiran 4
Dengan demikian, berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan maka
model untuk hipotesis 3 adalah sebagai berikut:
NPM = -0,273 + 0,047 Ukuran Perusahaan – 0,016 Kebijakan Pendanaan
Persamaan di atas menggambarkan bahwa apabila tidak ada total aktiva
sebagai indikator ukuran perusahaan dan tidak ada LDE sebagai indikator kebijakan
pendanaan maka nilai NPM adalah negatif 0,273 dan setiap penambahan total aktiva
sebesar satu juta rupiah akan meningkatkan NPM sebesar 0,047 dan setiap
pengurangan LDE sebesar satu satuan akan menurunkan NPM sebesar 0,016 satuan.
Pengujian hipotesis 4 dilakukan untuk me
berpengaruh terhadap kinerja keuangan (E
pada tabel 4.20 berikut ini:
Tabel 4.20 Nilai R Square Hipotesis 4
Sumber: Lampiran 4
nguji apakah ukuran perusahaan
PS). Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat
ModelRegressionResidualTotal
a Predictors: (Constantb Dependent Variable:
1 df
Mean Square F Sig.
), Ukuran PerusahaanKinerja Keuangan - EPS (SQRT)
55 12,152 56
1 63,8 5,25 ,026(a)Sum of Squares
63,8668,339732,139
Berdasarkan tabel 4.20 diperoleh nilai R Square sebesar 8,7% yang berarti
8,7% variabel EPS sebagai indikator kinerja keuangan mampu dijelaskan oleh
variabel total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan, sedangkan 91,3%
dijelaskan faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini, atau diperkirakan ada
variabel lain yang menjadi perantara variabel total aktiva sebagai indikator ukuran
perusahaan akan mempengaruhi EPS sebagai indikator kinerja keuangan.
Tabel 4.21 Nilai Signifikasi Hitung Hipotesis 4
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel ANOVA didapat nilai Fhitung sebesar 5,250 dengan probabilitas
0,026 yang telah menguji pengaruh antara variabel bebas (total aktiva sebagai
indikator ukuran perusahaan) terhadap variabel terikat (kinerja keuangan - EPS),
karena probabilitas tersebut lebih kecil dari α 0.05. Maka model regresi dapat
digunakan untuk menguji pengaruh total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan
terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan.
Dari tabel 4.22 di bawah ini dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel
ukuran perusahaan yang positif memberi makna bahwa informasi tentang total aktiva
sebagai indikator ukuran perusahaan dapat direspon searah oleh investor dengan EPS
sebagai indikator kinerja keuangan.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -6,092 5,456Ukuran Perusahaan 0,905 0,395 0,295
a Dependent Variable: Kinerja Keuangan - EPS (SQRT)
ModelUnstandardized Coefficients
1t Sig.
-1,117 0,269
2,291 0,026
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate1 ,018(a) 0 -0,018 3,64793
a Predictors: (Constant), Kebijakan Pendanaan (SQRT)
Tabel 4.22 Model Hipotesis 4
aka model
EPS = -6,092 + 0,905 Ukuran Perusahaan
Persamaan di atas menggambarkan bahwa apabila tidak ada total aktiva
sebagai indikator ukuran perusahaan maka nilai EPS adalah negatif 6,092 juta rupiah
dan setiap penambahan total aktiva sebesar satu juta rupiah akan meningkatkan EPS
sebesar 0,905 juta rupiah.
Pengujian hipotesis 5 dilakukan untuk menguji apakah LDE sebagai indikator
kebijakan pendanaan berpengaruh terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan.
Hasil pengujian hipotesis lima dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut ini:
Tabel 4.23 Nilai R Square Hipotesis 5
Sumber: Lampiran 4
Sumber: Lampiran 4
Dengan demikian, berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan m
untuk hipotesis 4 adalah sebagai berikut:
Model
a Predictb Depend
1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 0,232 1 0,232 0,017 ,895(a)Residual 731,906 55 13,307Total 732,139 56
ors: (Constant), Kebijakan Pendanaan (SQRT)ent Variable: Kinerja Keuangan - EPS (SQRT)
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 6,45 0,807 7,994 0,000Kebijakan Pendanaan (SQRT) -0,204 1,542 -0,018 -0,132 0,895
a Dependent Variable: Kinerja Keuangan - EPS (SQRT)
1Model
Unstandardized Coefficients
Berdasarkan tabel 4.23 diperoleh nilai R2 sebesar 0,000 yang mempunyai arti
bahwa hanya 0% vaeiabel EPS mampu dijelaskan oleh variabel LDE sebagai
indikator kebijakan pendanaan, sedangkan 100% dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak diikutkan dalam penelitian ini.
Tabel 4.24 Nilai Signifikansi Hitung Hipotesis 5
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel ANOVA didapat nilai Fhitung sebesar 0,017 dengan probabilitas
0,895 yang telah me
kebijakan pendanaan) terhadap variabel
keuangan), karena probabilitas te
regresi dapat digunakan untuk m
EPS tidak signifikan.
Tabel 4.25 Model Hipotesis 5
Sumber: Lampiran 4
nguji pengaruh antara variabel bebas (LDE sebagai indikator
terikat (EPS sebagai indikator kinerja
rsebut jauh lebih besar dari α 0.05, maka model
emprediksi EPS walapun pengaruh LDE terhadap
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
1 ,309(a) 0,096 0,062 3,50153
a Predictors: (Constant), Kebijakan Pendanaan (SQRT), Ukuran Perusahaanb Dependent Variable: Kinerja Keuangan - EPS (SQRT)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate
Dari tabel 4.25 di atas, dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel kebijakan
pendanaan yang negatif memberi makna bahwa informasi tentang kebijakan
pendanaan dapat direspon terbalik oleh investor sehingga meningkatkan EPS. Dengan
demikian, berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan maka model untuk hipotesis
5 adalah sebagai berikut:
EPS = 6,450 – 0,204 Kebijakan Pendanaan
Persamaan di atas menggambarkan bahwa apabila tidak ada LDE sebagai
indikator kebijakan pendanaan maka EPS adalah 6,450 juta rupiah dan setiap
pengurangan LDE sebesar satu satuan akan meningkatkan EPS sebesar 0,024 juta
rupiah.
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan tabel 4.26 diperoleh nilai R Square sebesar 0,096 yang berarti
bahwa 0,096 variabel EPS sebagai indikator kinerja keuangan mampu dijelaskan
secara bersama-sama oleh variabel total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan
Pengujian hipotesis 6 dilakukan untuk menguji pengaruh total aktiva sebagai
indikator ukuran perusahaan dan LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan
terhadap EPS. Hasil pengujian hipotesis 6 dapat dilihat pada tabel 4.26 di bawah ini:
Tabel 4.26 Nilai R Square Hipotesis 6
ModelRegressionResidualTotal
a Predictors: (Constant), Kebijakan Pendanaan (SQRT), Ukuran Perusahaanb Dependent Variable: Kinerja Keuangan - EPS (SQRT)
df Mean
662,079732,139
Sum of Squares2 35,03 2,857 ,066(a
54 12,261
F Sig1 70,06
56
.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Standardized Coefficien
B Std. Error Beta t Sig.(Constant) -8,04 6,121 -1,314 0,195Ukuran Perusahaan 1,013 0,424 0,33 2,386 0,021Kebijakan Pendanaan (SQRT) 1,131 1,583 0,099 0,715 0,478
a Dependent Variable: Kinerja Keuangan - EPS (SQRT)
Model1
Unstandardized Coefficients
dan LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan, sedangkan 90,4% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini, atau diperkirakan ada variabel
lain selain total aktiva dan LDE yang mempengaruhi EPS.
Tabel 4.27 Nilai Signifikansi Hitung Hipotesis 6
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel ANOVA didapat nilai Fhitung sebesar 2,240 dengan probabilitas
0.05,
Sumber: Lampiran 4
0,066 yang telah menguji pengaruh antara variabel bebas (total aktiva dan LDE)
terhadap variabel terikat (EPS), karena probabilitas tersebut lebih besar dari α
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi EPS walaupun pengaruh
total aktiva dan LDE terhadap EPS tidak signifikan.
Tabel 4.28 Model Hipotesis 6
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Dari tabel 4.28 di atas, dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel ukuran
perusahaan dan kebijakan pendanaan yang positif memberi makna bahwa informasi
tentang total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan dan LDE sebagai indikator
kebijakan pendanaan, dapat direspon searah oleh investor sehingga meningkatkan
NPM. Dengan demikian, berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan maka model
untuk hipotesis 6 adalah sebagai berikut:
= -8,040 + 1,013 Ukuran Perusahaan + 1,131 Kebijakan Pendanaan
Persamaan di atas menggambarkan bahwa apabila tidak ada total aktiva
sebagai indikator ukuran perusahaan dan tidak ada LDE sebagai indikator kebijakan
pendanaan maka nilai EPS adalah negatif 8,040 juta rupiah dan setiap penambahan
total aktiva sebesar satu juta rupiah akan menaikkan EPS sebesar 1,013 juta
rupiah.dan peningkatan LDE sebesar satu satuan akan menaikkan EPS sebesar 1,131
juta rupiah.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan
Hasil pengujian terhadap hipotesis satu (H1) menunjukkan bahwa total aktiva
sebagai indikator ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
NPM sebagai indikator kinerja keuangan, yang dapat dilihat dari nilai koefisien
regresi ukuran perusahaan sebesar 0,048 dengan signifikansi 0,007 yang berarti
bahwa setiap adanya kenaikan total aktiva sebesar satu juta rupiah akan berpengaruh
pada kenaikan NPM sebesar 0,048. Hasil temuan ini terbukti menerima hipotesis
EPS
satu (H1) yang menyatakan bahwa total aktiva mempunyai pengaruh positif terhadap
NPM, dan sekaligus menjawab rumusan masalah pertama penelitian ini. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Bancel dan Mittoo
(2004). Hasil temuan ini menunjukkan bahwa walaupun penelitian dilakukan pada
lokasi, objek, dan periode yang berbeda tapi memberikan hasil yang sama merupakan
suatu indikasi bahwa total aktiva adalah faktor yang menentukan dalam pencapaian
tujuan perusahaan yaitu kinerja keuangan. Namun demikian persentase pengaruh
total aktiva terhadap NPM hanya 12,4 %, jadi dapat dikatakan bahwa justru faktor-
faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan total aktiva terhadap NPM yaitu sebesar 87,6%.
Untuk melihat kenyataan empiris dari hasil temuan ini, informasi
perkembangan total aktiva dan NPM dari sampel perusahaan selama periode 2002
sampai dengan 2006 yang disajikan pada tabel 4.29 dapat digunakan. Tabel 4.29
menunjukkan adanya peningkatan total aktiva dan penjualan dari tahun 2002 sampai
dengan tahun 2006. Di sisi lain terjadi penurunan laba bersih dari tahun tahun 2002
sampai dengan tahun 2006. Peningkatan penjualan ini seolah-olah terjadi karena
adanya kenaikan total aktiva sebab peningkatan penjualan bersamaan dengan
peningkatan pada aktiva lancar yang tercermin dari meningkatnya nilai persediaan.
Peningkatan aktiva lancar yang jauh lebih besar dari peningkatan aktiva tetap
menimbulkan dugaan bahwa pada prinsipnya bukan peningkatan total aktiva yang
mendorong peningkatan penjualan tapi sebaliknya peningkatan penjualan yang
menyebabkan peningkatan total aktiva melalui peningkatan aktiva lancar dimana
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
peningkatan aktiva lancar terjadi karena adanya penerimaan uang muka dari pembeli.
Hal ini merupakan penjelasan mengapa ditemukan pengaruh yang signifikan antara
ukuran perusahaan dengan NPM dengan kekuatan pengaruh yang relatif lemah.
Selain uang muka dari pembeli peningkatan aktiva lancar diduga berasal dari kredit
bank dan penambahan ekuitas.
Penurunan laba bersih secara tajam terjadi pada tahun 2004, yaitu dari laba
bersih sebesar Rp 1.098.442 pada tahun 2003 menjadi Rp 691.631 pada tahun 2004,
selanjutnya laba meningkat lagi secara tajam pada tahun 2005 dan kembali
mengalami penurunan pada tahun 2006. Penurunan laba bersih terjadi karena diduga
peningkatan penjualan bukan disebabkan oleh peningkatan volume penjualan,
melainkan disebabkan meningkatnya harga jual. Hal ini diduga sebagai dampak dari
tingkat inflasi yang relatif tinggi yang menyebabkan kenaikan harga-harga yang
sangat mempengaruhi biaya operasi dan menurunkan daya beli masyarakat sehingga
kenaikan total penjualan di satu sisi tidak disertai dengan kenaikan laba bersih
malah terjadi penurunan laba bersih yang dapat dilihat dari tabel 4.29 dimana pada
satu sisi terjadi kenaikan penjualan sebesar 93% dari tahun 2002 sampai dengan 2006
sebaliknya net profit mengalami penurunan sebesar 28%.
Hasil pengujian terhadap hipotesis empat (H4) menunjukkan bahwa total
aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan yang dapat dilihat dari nilai
koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 0,905 dengan signifikansi 0,026 yang
berarti bahwa setiap adanya kenaikan total aktiva sebesar satu juta rupiah akan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
berpengaruh pada kenaikan EPS sebesar 0,905 juta rupiah. Hasil temuan ini
terbukti menerima hipotesis empat (H4) yang menyatakan bahwa total aktiva
mempunyai pengaruh positif terhadap EPS, dan sekaligus menjawab
rumusan masalah keempat penelitian ini. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Bancel dan Mittoo (2004). Namun demikian
persentase pengaruh total aktiva terhadap EPS hanya 8,7 % saja, jadi dapat dikatakan
bahwa justru faktor-faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini mempunyai
pengaruh yang jauh lebih besar dibandingkan dengan total aktiva terhadap EPS
yaitu 91,3 %.
Untuk melihat kenyataan empiris dari hasil temuan ini, informasi
perkembangan total aktiva dan EPS dari sampel perusahaan selama periode
2002 sampai dengan 2006 yang disajikan pada tabel 4.29 dapat digunakan.
Tabel 4.29 menunjukkan adanya peningkatan total aktiva dan penjualan
dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Di sisi lain terjadi penurunan laba
bersih dari tahun tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Penurunan laba bersih yang
terjadi pada satu sisi, sebaliknya terjadi peningkatan jumlah saham yang beredar pada
sisi yang lain menyebabkan EPS turun dalam tingkat yang sangat tinggi sehingga
EPS sebesar 129,24 pada tahun 2002 turun menjadi 18,78 pada tahun 2006. Hal ini
merupakan penjelasan mengapa ditemukan pengaruh yang signifikan antara
total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan dengan EPS sebagai indikator
kinerja keuangan dengan kekuatan pengaruh yang relatif sangat lemah.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
4.2.2 Pengaruh Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan
Hasil pengujian terhadap hipotesis dua (H2) menunjukkan bahwa penelitian
ini menemukan pengaruh negatif yang tidak signifikan antara LDE sebagai indikator
kebijakan pendanaan terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan, yang dapat
dilihat dari nilai koefisien regresi kebijakan pendanaan sebesar -0,078 dengan
signifikansi 0,263 yang berarti bahwa setiap adanya penurunan LDE sebesar satu
satuan akan berpengaruh pada kenaikan NPM sebesar 0,263 satuan. Hasil temuan ini
terbukti menolak hipotesis dua (H2) yang menyatakan bahwa long term debt to equity
mempunyai pengaruh positif terhadap NPM, dan sekaligus menjawab rumusan
masalah kedua penelitian ini. Hasil temuan ini tidak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sheng dan Li (2006), Masidonda (2001), Arrayani (2003),
Arsana (2007) yang menemukan pengaruh positif yang signifikan antara struktur
modal dengan kinerja keuangan. Hasil temuan ini tidak sejalan dengan penelitian
sebelumnya diduga disebabkan perbedaan objek penelitian antara penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya dimana penelitian ini mengambil objek penelitian pada
perusahaan properti sedangkan penelitian sebelumnya mengambil objek penelitian
pada perusahaan petrokimia (Sheng dan Li), perusahaan makanan dan minuman
(Masidonda), industri tekstil (Arrayani), Koperasi Unit Desa (Arsana). Perbedaan
objek penelitian ini memberikan karakteristik sumber dan penggunaan dana yang
berbeda dimana perusahaan yang menjadi objek penelitian sebelumnya memperoleh
sumber dana untuk memenuhi kebutuhan aktiva dalam melakukan operasional
perusahaan sementara perusahaan properti yang menjadi objek penelitian lebih
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
banyak didanai oleh kewajiban jangka pendek yang diterima sebagai uang muka.
Perbedaan variabel penelitian juga diduga sebagai faktor yang menyebabkan
perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, dimana variabel bebas
dalam penelitian ini adalah long term debt to equity sementara variabel bebas pada
penelitian sebelumnya adalah debt to asset ratio (DAR), variabel terikat pada
penelitian ini adalah NPM sedangkan variabel terikat pada penelitian sebelumnya
adalah rentabilitas modal sendiri. Lokasi penelitian yang berbeda diduga juga
menyebabkan perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dimana
penelitian ini berdasarkan laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
BEI yang termasuk dalam pasar modal yang berkembang (emerging financial market)
(Tandelilin, 1997) sementara penelitian Sheng dan Li berdasarkan laporan keuangan
pada perusahaan dengan pasar modal yang relatif kuat. Selanjutnya perbedaan diduga
terjadi karena jumlah sampel pada penelitian ini yang relatif sedikit (hanya 12
perusahaan) dibandingkan dengan sampel pada penelitian sebelumnya (23 hingga 157
perusahaan).
Hasil temuan ini mendukung prediksi teori trade off yang menyatakan bahwa
apabila posisi struktur modal telah berada di atas target struktur modal optimalnya,
maka setiap penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan (Brigham dan
Gapensi, 1993: 415-416). Dari tabel 4.29 dapat dilihat bahwa posisi struktur modal
(debt to asset ratio, DAR) sampel perusahaan dari tahun 2002 sampai dengan tahun
2006 berkisar antara 0,50 – 0,60 dan sudah berada di atas target struktur modal
optimal (0,30 – 0,40) (Sugihen, 2003). DAR yang mengalami penurunan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
mulai dari tahun 2003 menggambarkan adanya kenaikan EAR (equity to asset
ratio), dan kenaikan EAR ini terjadi pada saat terjadi penurunan laba
menggambarkan bahwa kenaikan ekuitas bukan berasal dari laba tetapi berasal dari
pertambahan modal pemegang saham. Hal ini menunjukkan bahwa perusahan lebih
mengutamakan sumber dana dari modal sendiri. Hal ini dapat menjelaskan mengapa
ditemukan pengaruh yang tidak signfikan antara LDE sebagai indikator kebijakan
pendanaan dengan NPM sebagai indikator kinerja keuangan.
Hasil pengujian terhadap hipotesis lima (H5) menunjukkan bahwa penelitian
ini menemukan pengaruh negatif yang tidak signifikan antara LDE sebagai
indikator kebijakan pendanaan terhadap EPS sebagai indikator kinerja
keuangan, yang dapat dilihat dari nilai koefisien regresi kebijakan pendanaan
sebesar -0,204 dengan signifikansi 0,895 yang berarti bahwa setiap adanya
penurunan LDE sebesar satu satuan akan berpengaruh pada kenaikan EPS sebesar
0,263 juta rupiah. Hasil temuan ini terbukti menolak hipotesis lima (H5) yang
menyatakan bahwa long term debt to equity mempunyai pengaruh positif terhadap
EPS, dan sekaligus menjawab rumusan masalah kelima penelitian ini. Pembahasan
pada hipotesis lima ini mengenai hasil temuan, perbedaan dengan penelitian
sebelumnya dan hubungan hasil temuan dengan teori trade off adalah sebagaimana
halnya dengan pembahasan pada hipotesis dua.
Untuk melihat kenyataan empiris dari hasil temuan ini, informasi
perkembangan kebijakan pendanaan dan EPS dari sampel perusahaan selama periode
2002 sampai dengan 2006 yang disajikan pada tabel 4.29 dapat digunakan. Tabel 4.29
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
menunjukkan adanya fluktuasi LTD dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006
sementara terjadi kenaikan ekuitas yang terus menerus yang menyebabkan LDE juga
mengalami fluktuasi yaitu menurun pada tahun 2003, meningkat kembali pada tahun
2004, pada tahun 2005 turun kembali dan pada tahun 2006 meningkat lagi yang
memberikan LDE 0,195. Penjualan mengalami peningkatan secara terus menerus
dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 tetapi tidak disertai dengan peningkatan
laba bersih secara terus menerus. Peningkatan ekuitas yang menyebabkan LDE
menurun disebabkan oleh peningkatan modal saham yang terlihat dari kenaikan
jumlah saham yang beredar secara terus menerus dari tahun 2002 sampai dengan
tahun 2006. Penurunan laba bersih yang terjadi pada satu sisi, sebaliknya terjadi
peningkatan jumlah saham yang beredar pada sisi yang lain menyebabkan EPS turun
dalam tingkat yang sangat tinggi sehingga EPS sebesar 129,24 pada tahun 2002
turun menjadi 18,78 pada tahun 2006. Hal ini merupakan penjelasan mengapa
ditemukan pengaruh yang tidak signifikan antara LDE sebagai indikator kebijakan
pendanaan dengan EPS sebagai indikator kinerja keuangan dengan kekuatan
pengaruh yang relatif lemah.
4.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Pendanaan Terhadap
Kinerja Keuangan
Hasil pengujian terhadap hipotesis tiga (H3) menunjukkan bahwa penelitian
ini menemukan pengaruh yang signifikan antara total aktiva sebagai indikator ukuran
perusahaan dan LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan terhadap NPM
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
sebagai indikator kinerja keuangan, yang dapat dilihat dari nilai koefisien regresi
ukuran perusahaan sebesar 0,047 dan koefisien regresi kebijakan pendanaan sebesar -
0,016 dengan signifikansi 0,875 yang berarti bahwa setiap adanya peningkatan total
aktiva sebesar satu juta rupiah akan berpengaruh pada kenaikan NPM sebesar
0,047 satuan dan setiap penurunan LDE sebesar satu satuan akan berpengaruh pada
kenaikan NPM sebesar 0,016 satuan. Hasil temuan ini terbukti menerima hipotesis
tiga (H3) yang menyatakan bahwa total aktiva dan long term debt to equity
mempunyai pengaruh positif terhadap NPM, sekaligus menjawab rumusan masalah
ketiga penelitian ini. Namun demikian persentase pengaruh total aktiva dan LDE
terhadap NPM hanya 12,5 %, jadi dapat dikatakan bahwa justru faktor-faktor lain
yang tidak diikutkan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan total aktiva dan LDE terhadap yaitu sebesar 87,5%.
Untuk melihat kenyataan empiris dari hasil temuan ini, informasi dari tabel
4.30 tentang tingkat perubahan total aktiva, LTD, ekuitas, penjualan, laba bersih dan
NPM dapat digunakan. Dari tabel 4.30 dapat dilihat bahwa total aktiva meningkat
sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2006, dengan tingkat perubahan yang semakin
menurun sementara LTD mengalami perubahan yang berfluktuasi dengan tingkat
perubahan yang sangat berfluktuasi pula. Tingkat perubahan total aktiva pada satu
sisi dan perubahan LTD pada sisi yang lain mengakibatkan DAR turun dari tahun
2002 sampai dengan tahun 2005, tetapi meningkat pada tahun 2006. Penjualan
meningkat dari tahun 2002 sapai dengan tahun 2006 tapi laba bersih mengalami
penurunan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 dan pada tahun 2005 laba
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
bersih mengalami peningkatan tapi kembali menurun pada tahun 2006. Fluktuasi laba
bersih ini menyebabkan NPM juga mengalami fluktuasi yang sama. Apabila
diperhatikan tabel 4.30 mengenai tingkat perubahan total aktiva dan LTD hasil
temuan penelitian ini sesuai dengan prediksi teori trade off dan sampel perusahaan
sudah berada di atas target struktur modal optimal. Penjelasan tentang hal ini dapat
dilihat dari tabel 4.30 untuk tahun 2005 dimana kenaikan total aktiva sebesar 13%
diimbangi oleh penurunan LTD sebesar 12% dan dengan perubahan pada kewajiban
jangka pendek memberikan penurunan DAR sebesar 10% mengakibatkan kenaikan
penjualan sebesar 32% dan diikuti dengan kenaikan laba bersih 43% mengakibatkan
NPM naik sebesar 6%. Hal ini merupakan penjelasan mengapa ditemukan pengaruh
positif yang signifikan antaratotal aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan dan
LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan terhadap NPM sebagai indikator kinerja
keuangan, dengan kekuatan pengaruh yang relatif lemah.
Hasil pengujian terhadap hipotesis enam (H6) menunjukkan bahwa penelitian
ini menemukan pengaruh positif yang tidak signifikan antara total aktiva sebagai
indikator ukuran perusahaan dan LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan
terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan, yang dapat dilihat dari nilai
koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 1,013 dan koefisien regresi kebijakan
pendanaan sebesar 1.131 dengan signifikansi 0,875 yang berarti bahwa setiap adanya
peningkatan total aktiva sebesar satu juta rupiah akan berpengaruh pada kenaikan
EPS sebesar 1,013 juta rupiah dan setiap kenaikan LDE sebesar satu satuan akan
berpengaruh pada kenaikan EPS 1,131 juta rupiah. Hasil temuan ini terbukti menolak
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
hipotesis enam (H6) yang menyatakan bahwa total aktiva dan long term debt to
equity mempunyai pengaruh positif terhadap EPS, sekaligus menjawab rumusan
masalah keenam penelitian ini.
Namun demikian persentase pengaruh total aktiva dan LDE
terhadap EPS hanya 12,5 %, jadi dapat dikatakan bahwa justru faktor-faktor lain yang
tidak diikutkan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan total aktiva dan LDE terhadap EPS yaitu sebesar 87,5%.
Fluktuasi laba bersih yang disertai dengan kenaikan jumlah saham beredar
mengakibatkan EPS mengalami penurunan. Hal ini merupakan penjelasan mengapa
ditemukan pengaruh positif yang tidak signifikan antara total aktiva sebagai indikator
ukuran perusahaan dan LDE sebagai indikator kebijakan pendanaan terhadap EPS
sebagai indikator kinerja keuangan, dengan kekuatan pengaruh yang relatif lemah.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Tabel 4.29 Perkembangan Aktiva, Hutang, Ekuitas, Penjualan, dan Laba Bersih (dalam jutaan rupiah)
Keterangan 2002 2003 2004 2005 2006
TA LTD E P NP OSS RA RD RE RP RN EPS KP NPM DAR
13.229.760 946.515 5.445.207 3.206.537 1.314.735 10.173 1.102.480 78.876 453.767 267.211 109.561 129,24 0,17 0,41 0,59
16.386.476 880.617 6.835.827 4.420.024 1.098.442 22.261 1.365.540 73.385 569.652 368.335 91.537 49,34 0,13 0,25 0,58
19.964.189 1.332.293 8.317.300 4.453.095 691.631 23.260 1.663.682 111.024 693.108 371.091 57.636 29,73 0,16 0,16 0,58
22.652.567 1.179.766 10.803.851 5.872.992 1.000.636 26.007 1.887.714 98.314 900.320 489.416 83.386 38,48 0,11 0,17 0,52
25.191.475 2.175.956 11.613.275 6.195.715 941.614 50.132 2.099.290 181.330 967.773 516.310 78.468 18,78 0,19 0,15 0,54
Sumber : Data diolah
TA = Total Aktiva LTD = Long Term Debt E = Equity P = Penjualan NP = Net profit OSS = Jumlah saham beredar RA = Rata-rata Aktiva RD = Rata-rata long term debt RE = Rata-rata Equity RP = Rata-rata penjualan RN = Rata-rata Net Profit EPS = Laba per lembar saham KP = Kebijakan Pendanaan = LTD/E NPM = Rasio laba bersih terhadap penjualan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Tabel 4.30 Tingkat Perubahan Aktiva, LTD, Penjualan, NP, NPM, dan
OSS (Berdasarkan tahun sebelumnya)
Tahun TotalAktiva LTD Penjualan NP NPM OSS
2003
2004
2005
2006
24%
22%
13%
11%
-8%
52%
-12%
85%
38%
1%
32%
6%
-17%
-36%
43%
6%
-39%
-36%
43%
6%
119%
7%
9%
93%
Sumber: Data diolah
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan. Hasil penelitian ini
konsisten dengan temuan Bancel dan Mittoo (2004), dan menunjukkan bahwa
total aktiva merupakan faktor yang menentukan dalam pencapaian tujuan
perusahaan yaitu kinerja keuangan.
2. Long Term Debt to Equity sebagai indikator kebijakan pendanaan
berpengaruh negative yang tidak signifikan terhadap NPM sebagai indikator
kinerja keuangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan prediksi teori trade off
namun tidak konsisten dengan temuan Sheng dan Li (2006), Masidonda
(2001), Arrayani (2003), Arsana (2007).
3. Total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan dan Long Term Debt to
Equity sebagai indikator kebijakan pendanaan secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan.
Hal ini berarti semakin besar jumlah aktiva yang digunakan dalam operasional
perusahaan dan dibelanjai dari hutang jangka panjang semakin tinggi NPM
yang dapat dicapai oleh perusahaan.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
4. Total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap EPS sebagai indikator kinerja keuangan. Hasil penelitian ini
konsisten dengan temuan Bancel dan Mittoo (2004), dan menunjukkan
bahwa total aktiva merupakan faktor yang menentukan dalam pencapaian
tujuan perusahaan yaitu kinerja keuangan.
5. Long Term Debt to Equity sebagai indikator kebijakan pendanaan
berpengaruh negative yang tidak signifikan terhadap EPS sebagai indikator
kinerja keuangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan prediksi teori trade off
namun tidak konsisten dengan temuan Sheng dan Li (2006), Masidonda
(2001), Arrayani (2003), Arsana (2007).
6. Total aktiva sebagai indikator ukuran perusahaan dan Long Term Debt to
Equity sebagai indikator kebijakan pendanaan secara bersama-sama
berpengaruh positif yang tidak signifikan terhadap EPS sebagai indikator
kinerja keuangan.
5.2 Keterbatasan
1. Penelitian ini terbatas pada perusahaan properti yang terdaftar di BEI dan
hanya 12 perusahaan yang dapat dijadikan sampel dan dianggap belum dapat
mewakili karakteristik populasi dalam penelitian ini, oleh karena itu hasil
yang diperoleh belum dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi.
2. Sampel penelitian terbatas pada perusahaan properti yang terdaftar di BEI saja
sehingga tidak dapat mewakili seluruh perusahaan properti serta tidak dapat
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
dilihat apakah ada perbedaan hasil antara perusahaan yang berskala besar
dengan perusahaan yang berskala kecil.
3. Berdasarkan hasil regresi, besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0,125
untuk NPM dan 0,096 untuk EPS serta Adjusted R2 adalah 0,092 untuk NPM
dan 0,062 untuk EPS. Hal ini berarti 12,5% variasi NPM dan 9,6% variasi
EPS dapat dijelaskan oleh variasi ukuran perusahaan dan kebijakan
pendanaan, sedangkan sisanya 87,5% untuk NPM dan 90,4% untuk EPS
merupakan pengaruh dari variabel bebas lain yang tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini.
5.3 Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan
penyempurnaan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Adapun saran
untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan jumlah
sampel yang lebih banyak dan sebaiknya dikembangkan penggunaan
sampel pada perusahaan lain yang memiliki kesamaan dengan perusahaan
properti seperti perusahaan konstruksi.
2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan analisis dapat dilakukan dengan
mengikutsertakan perusahaan properti yang belum terdaftar di BEI.dan
analisis dilakukan secara terpisah berdasarkan ukuran perusahaan
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
sehingga dapat dilihat perbedaan hasil antara perusahaan dengan ukuran
yang berbeda.
3. Berdasarkan keterbatasan penelitian bahwa hanya 9,6% variasi EPS dan
12,5% variasi NPM yang mampu dijelaskan oleh ukuran perusahaan dan
kebijakan pendanaan, oleh karena itu pada penelitian selanjutnya
sebaiknya dilakukan penambahan variable bebas yang lain sehingga dapat
menjelaskan variabel NPM dan EPS dalam kisaran yang lebih tinggi.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
DAFTAR PUSTAKA
Adelegan, Olatundun, 2007. “Effect of Taxes on Business Financing Decisions and Firm Value in Nigeria”. International Research Journal of Finance and Economics, Euro Journals Publishing , or
http://www.eurojournals.com/finance.htm Arrayani, 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dan
Implikasinya Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada IndustriTekstil Yang Go Public Di Indonesia. Tesis.
Arsana, I Made Marsa, 2007. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja
KeuanganKoerasi Unit Desa Di Kabupaten Tabanan Suatu Pendekatan Structural Equation Modelling. SOCA (SOCIO-ECONOMIC OF AGRICULTURE AND AGIBUSINESS). www.google.com/search
Arifin, Zaenal, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Edisi Pertama, Penerbit
Ekonisia, Yogyakarta Bancel, Frank and Usha R. Mittoo, (2006). “Cross Country Determinantsof Capital
Structure Choice: A Survey of European Firms”. www.google.com/search Brigham, Eugene.F dan Joel Houston, 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan,
Edisi Indonesia, Buku II, Penerbit Erlangga, Jakarta. Brigham, Eugene F. and Louis C. Gapenski, 1993. Financial Management Theory
and Practice. Fifth Edition, United States of America Brigham, Eugene F. and Philip R. Daves, 2004. Intermediate Financial
Management. 8th Edition, United States of America Christianti, Ari, Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta: Hipotesis Static Trade Off Atau Pecking Order Theory, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. www.google.com/search
Faccio, Mara, Larry H.P. Lang and Leslie Young, 2001. Debt and Corporate
Governance. www.google.com/search Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi 3,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Harrington, Christine, 2005. “The Effect of Competitive Structure on Relationship
between Leverage and Profitability”. www.google.com/search
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Helfert, Erich A., 1997. Teknik Analisis Keuangan. Edisi Kedelapan, penerbit
Erlanggas , Jakarta. Husnan, Suad, 1996. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Keputusan Jangka
Panjang. Edisi 4, BPFE, Yogyakarta. Indriantono, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta. Jandik, Thomas and Anil K Makhija, 2004. “Debt, Debt Structure and Corporate
After Unsuccesful Takeovers: Evidence from Tagets that Remain Independent”. Hal. 1 – 33 www.google.com/search
Kaaro, Hermeindito, 2003. “Keputusan Pendanaan dan Keputusan Investasi Berbasis
Peluang Investasi dan Kendala Keuangan : Pembuktian Empiris dalam Kondisi Normal dan Kondisi Krisis”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi) Vol. IX No. 1 Maret 2003, Hal 15 – 34.
Kochhar, Rahul, 1997, Strategic Assets. “Capital Structure, and Firm Performance,
Journal Of Financial And Strategic Decision”. Volume 10 Number 3, hal. 23 – 36. www.google.com/search
Masidonda, Jaelani La , Ghozali Maski, dan M. S. Idrus, 2001. “Analisis Variabel-
Variabel yang mempengaruhi Struktur Pendanaan dan Pengaruhnya Bersama Beban Bunga, Return On Asset Terhadap Modal Sendiri”. TEMA 1 (2001), hal. 76 – 95.
Mason, Robert D. dan Douglas A. Lind, 1996. Teknik Statistika Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Edisi Kesembilan Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta. Mayangsari, Sekar, 2001. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Pendanaan Perusahaan : Pengujian Pecking Order Hypothesisi”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol. 1 No. 3 Desember 2001, Hal. 1 – 26.
Pandya, Anil M. and Narendar V. Rao, 1998. “Diversification and Firm
Performance: An Empirical Evaluation. Journal of Financial and Strategic Decisions. Volume 11 Number 2, hal 67 – 81. www.google.com/search
Riyanto, Bambang, 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4, BPFE,
Yogyakarta.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Santoso, Singgih, 2006. Menguasai Statistik Di Era Informasi Dengan SPSS 15. Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sartono, R. Agus, 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. BPFE
Yogyakarta Sheng, Wang Fu dan Du Xiao Li, 2006. “Relationship between Liability and
Profitability of the Listed Company Petrochemical Industry: An Empirical Investigation”. Management Science and Engineering, hal. 1517 – 1521. www.google.com/search
Sugihen, S.G., 2003. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva,
Kinerja Keuangan, Serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur Terbuka di Indonesia. Disertasi.
Sundjaya, Ridwan S. dan Inge Barlian, 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga,
Jilid 2, PT Prenhallindo, Jakarta. Tandelilin, Eduardus, 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE,
Yogyakarta. Wahyudi . Untung dan Hartani Prasetyaning Pawestri, 2006. Implikasi Struktur
kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intrvening. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham, 1993. Manajemen Keuangan, Edisi Ketujuh,
Jilid II, Penerbit Erlangga, Jakarta . Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland, 1995. Manajemen Keuangan. Edisi
Kesembilan, Jilid 1, BinaAksara, Jakarta Willson, James D. dan John B. Campbell, 1996. Controllership, Edisi Ketiga,
Penerbit Erlangga, Jakarta. Zahra, Fathimati, 2000, Pengaruh Total Assets(TA), Quick Ratio (QR), Long Term
Debt to Total Equity (LDE), Net Profit Margin NPM), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Resiko Sistematis, Studi Empiris Bursa Efek Jakarta. Thesis.
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008
Seniwati Sembiring : Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Pendanaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Bisnis Properti Di Bursa Efek Jakarta, 2008