Post on 20-Mar-2019
AFINA MUTMAINNAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENGARUH SUMBER DAYA TERHADAP PENYESUAIAN
PENSIUN (RETIREMENT ADJUSTMENT) LANSIA MUDA
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Sumber Daya terhadap
Penyesuaian Pensiun Lansia Muda benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Afina Mutmainnah
NIM I24100044
ABSTRAK
AFINA MUTMAINNAH. Pengaruh Sumber Daya terhadap Penyesuaian
Pensiun (Retirement Adjustment) Lansia Muda. Dibimbing oleh DIAH
KRISNATUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik
individu, keluarga lansia, dan sumber daya pensiun terhadap penyesuaian
pensiun lansia muda. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional.
Penelitian bertempat di tiga kelurahan di Kota Bogor yaitu Pasir Jaya, Cilendek
Barat, dan Menteng. Sebanyak 60 partisipan dalam penelitian diambil secara
purposif dengan karakteristik pensiunan berbagai profesi minimal selama satu
tahun dan berada di rentang usia lansia muda. Hasil temuan menunjukkan rata-
rata usia partisipan adalah 62 tahun dan pensiun selama enam tahun. Hasil uji
hubungan menunjukkan bahwa lama pendidikan, penghasilan rutin pensiun,
pendapatan per kapita per bulan, dan agregat sumber daya pensiun
berhubungan positif signifikan dengan penyesuaian pensiun. Akan tetapi
variabel besar keluarga inti dan jumlah anggota rumah tangga signifikan
berhubungan negatif dengan penyesuaian pensiun. Dua faktor yang
berpengaruh positif dan kuat terhadap penyesuaian pensiun, yakni penghasilan
rutin pensiun dan agregat sumber daya pensiun.
Kata kunci: sumber daya emosi, kognitif, dan motivasi, sumber daya fisik dan
finansial, sumber daya sosial, penghasilan pensiun, penyesuaian
pensiun
ABSTRACT
AFINA MUTMAINNAH. The Effect of Resources on Retirement
Adjustment of Young-Old Retiree. Supervised by DIAH KRISNATUTI.
The aim of this research was to analyze the effect of individual, old
families characteristics, and retirement resources on retirement adjustment.
Cross-sectional was used as design of this study. The research took place in
three Sub-District of Bogor City, those were Pasir Jaya, West Cilendek, and
Menteng. As many as sixty participants in this research were taken
purpossively with characteristics such as already retired at least for a year and
categorized as young-old. Average of participants age was 62 years and have
been retired for 6 years. Result of correlation test signified education length,
routine pension income, per capita monthly income, and aggregate of
retirement resources were positively correlated to retirement adjustment.
Meanwhile, nuclear family size and total household member were negatively
related with retirement adjustment. Regression analysis discovered two strong
influencing factors on retirement adjustment, those were routine pension
income and aggregate of retirement resources.
Keywords: emotional, cognitive, and motivational resources, physic and
financial resources, retirement adjustment, routine pension
income, social resources
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
AFINA MUTMAINNAH
PENGARUH SUMBER DAYA TERHADAP PENYESUAIAN
PENSIUN (RETIREMENT ADJUSTMENT) LANSIA MUDA
Judul skripsi : Pengaruh Sumber Daya terhadap Penyesuaian Pensiun
(Retirement Adjustment) Lansia Muda
Nama : Afina Mutmainnah
NIM : I24100044
Disetujui oleh
Dr Ir Diah Krisnatuti. MS
Pembimbing
Diketahui
Prof Dr Ir Ujang Sumarwan. MSc
Ketua Departemen
Tanggal lulus : (tanggal penandatanganan skripsi oleh ketua departemen)
PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala
anugerah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang diusung
dalam karya ini (sumber daya dan penyesuaian pensiun) tergolong masih baru dan
belum banyak diteliti di Indonesia, akan tetapi dengan segala dukungan penelitian ini
dapat dirampungkan. Penghargaan penulis ucapkan kepada Dr Diah Krisnatuti, M.S
sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, saran, dan kritik
selama masa penelitian dan penulisan. Penghargaan berikutnya untuk Prof Dr Ir Euis
Sunarti, M.S sebagai dosen penguji, dan Ir Retnaningsih, M.S selaku dosen
pembimbing akademik serta seluruh dosen IKK yang telah menyampaikan pengetahuan
berharga bagi penulis. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan untuk
Ayahanda Eep Saeful R Fansuri dan Ibunda Siti Deti Widiakartini untuk kasih sayang,
doa, dan dorongan semangat untuk penulis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Adik Fakhri dan Fikri, sahabat-sahabat tersayang Acha, Maya, Yunia, D
Reizul Pratama, Khoerun Nisa dan Rachmaniar sebagai rekan penelitian, Sosling dan
Pimpinan Trilogi 2013, dan teman-teman IKK 47 yang telah memotivasi dan mengisi
hari-hari penulis. Tak lupa untuk seluruh partisipan (khususnya untuk Bunda Tatat) dan
berbagai pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan karya ini, penulis ucapkan
terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya
dalam pengembangan Ilmu Keluarga dan Konsumen.
Bogor, Juni 2014
Afina Mutmainnah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
PENDAHULUAN 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE 4 Desain, Tempat, dan Waktu 5 Jumlah dan Teknik Pengambilan Partisipan 5
Variabel, Jenis, dan Cara Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Hasil 9
Pembahasan 15 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 20 RIWAYAT HIDUP 22
DAFTAR TABEL
1 Variabel penelitian 6 2 Karakteristik deskriptif partisipan dan keluarga 10 3 Sebaran karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin 10 dan status menikah
4 Sebaran karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin dan 11 jenis pekerjaan sebelum pensiun
5 Sebaran kategori sumber daya per dimensi berdasarkan jenis kelamin 12 6 Sebaran kategori dan uji beda agregat sumber daya pensiun 12 berdasarkan jenis kelamin
7 Sebaran indikator penyesuaian pensiun berdasarkan jenis kelamin 13
8 Sebaran kategori dan uji beda penyesuaian pensiun berdasarkan 14 jenis kelamin
9 Korelasi karakteristik contoh, keluarga contoh, dan sumber daya 14 dengan penyesuaian pensiun 10 Pengaruh karakteristik individu, keluarga, dan sumber daya terhadap 15 penyesuaian pensiun
PENDAHULUAN
Saat ini jumlah lansia di Indonesia menunjukkan angka yang cukup besar.
Data BPS dan Susenas tahun 2009 menunjukkan sekitar 8,37 persen atau lebih
dari 18 juta jiwa penduduk negara ini termasuk dewasa berusia lanjut (Komnas
Lansia 2010). Lansia termasuk kategori penduduk yang paling cepat berkembang
di berbagai negera khususnya negara maju (Kotzka & Jachimowiz 2010; Lowis
et.al. 2009). Para ahli memprediksi di tahun 2025 penduduk lansia mencapai 13, 2
persen dari total penduduk dan di tahun 2035 jumlah lansia di Indonesia sangat
tinggi hingga membentuk piramida penduduk yang terbalik (Ananta 2012;
Bappenas 2014). Lansia adalah fase dewasa dengan masa terpanjang menurut
beberapa ahli, dimulai dari 55 tahun atau usia 60 atau 65 hingga berakhirnya
kehidupan (Neugarten 1974 diacu dalam Rogers 1979; Hurlock 1980; Papalia et
al. 2008).
Usia pensiun di Indonesia bervariasi menurut jenis pekerjaan dan instansi
atau perusahaan tempat bekerja. Pekerja profesional secara umum, peneliti madya
dan utama pegawai negeri sipil pensiun saat berusia 65 tahun. Usia 60 tahun
merupakan batas pensiun untuk pegawai struktural eselon 1 dan 2, dokter PNS,
dan pengawas sekolah TK hingga Menengah atas (PP Nomor 19 Tahun 2013).
Batas usia pensiun PNS umum atau eselon III ke bawah sudah diperpanjang dua
tahun sehingga menjadi 58 tahun dan pegawai swasta beragam mulai dari 50
sampai sekitar 55 tahun (Bonasir 2010; BKN 2014).
Memasuki masa kehidupan baru sebagai pensiunan memberikan banyak
perubahan bagi diri seseorang, termasuk lansia. Masa pensiun adalah berakhirnya
peran seseorang di dunia kerja formal dan awalan bagi peran baru dalam hidup
(Turner & Helms 1986). Oleh karena itu para pensiun memerlukan penyesuaian,
yang juga merupakan tugas perkembangan penting agar mencapai kesuksesan di
masa tua (Havighurst dalam Hurlock 1980). Penyesuaian pensiun tidak memiliki
batasan waktu yang khusus dan dapat pula berbeda pada laki-laki dan perempuan
(Wang et al. 2011; van Solinge & Henkens 2005). Hal tersebut berarti bahwa
penyesuaian terhadap pensiun dapat berlangsung dalam waktu yang singkat
ataupun sangat lama, dapat berbeda-beda pada setiap orang dan jenis kelamin.
Penyesuaian pensiun penting untuk dipelajari, karena penyesuaian dan kepuasan
hidup menjadi prediktor bagi kesejahteraan masa tua. Dapat dikatakan bahwa
proses penyesuaian yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan lansia (Wang et
al. 2011).
Salah satu komponen penting dalam proses penyesuaian pensiun adalah
retirement resources (sumber daya pensiun). Komponen tersebut menunjukkan
sumber daya yang dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan utama manusia
dalam proses penyesuaian diri di masa pensiun (Braithwaite & Gibson 1987;
Hobfoll dalam Wang et al. 2011). Sumber daya tersebut secara positif signifikan
memengaruhi penyesuaian dan kepuasan hidup pensiun, ketiganya pun
berhubungan positif signifikan. Hal ini berarti bahwa sumber daya berpengaruh
langsung terhadap kesejahteraan pensiun (Earl & Yu 2012). Terdapat empat
dimensi atau subskala sumber daya umum yang telah diteliti terkait masa pensiun
yaitu fisik, finansial, emosi, dan sosial (Wang et al. 2011). Selain keempat
subskala tersebut, motivasi dan kognitif juga termasuk komponen sumber daya
2
yang sering diteliti. Komponen sumber daya fisik dan finansial adalah yang paling
konsisten di antara keenam subskala tersebut (Wang et al. 2011; Earl & Yu 2012).
Penyesuaian pensiun (retirement adjustment) dan komponen yang
mempengaruhinya, masih jarang diteliti, khususnya di Indonesia. Berbagai
penelitian yang sudah dilakukan masih mengkaji lingkup sumber daya pensiun
yang terbatas pada satu sumber daya tertentu, misalnya kesehatan fisik dan mental
(Wang et al. 2011). Selanjutnya belum banyak penelitian berdasarkan perspektif
sumber daya secara luas yang membahas pengaruh sumber daya pensiun terhadap
kualitas penyesuaian lansia. Padahal data yang lebih beragam berkaitan dengan
sumber daya pensiun lansia dan berbagai pengaruhnya sangat diperlukan untuk
menunjang pemahaman mengenai kesejahteraan lansia (Wang et al. 2011). Oleh
karena itulah penelitian ini sangat menarik dan penting dilakukan.
Rumusan Masalah
Masa pensiun adalah salah satu masa terpenting dalam transisi hidup orang
dewasa. Perubahan dari aktif bekerja secara formal dan berhenti karena peraturan
batasan usia tentu menimbulkan ketidak-nyamanan bagi individu karena hal ini
berarti bahwa sebagian dari identitas dirinya telah hilang. Hal tersebut menjadi
tantangan bagi pensiunan untuk terus memelihara kelangsungan hidupnya (Crego
et al. 2008; Turner & Helms 1986). Saat menjalani perubahan tersebut lansia
harus memiliki keyakinan yang baik untuk mampu mengarahkannya pada
perubahan yang positif.
Seiring dengan berkembangnya penduduk, jumlah angkatan kerja baik laki-
laki maupun perempuan yang mulai memasuki usia senja dan pensiun semakin
bertambah, harapan hidup penduduk Indonesia juga telah meningkat hingga
sekitar 70 tahun (BPS 2013). Hal tersebut dapat melahirkan banyaknya tantangan
secara sosial, psikologis, dan ekonomi bagi individu dan masyarakat, dan
permasalahan kualitas hidup termasuk komponen penyesuaian di dalamnya.
Karena pada proses penyesuaian itu akan timbul berbagai masalah secara umum
pada semua lansia maupun secara khusus pada individu lansia (Wang 2007 diacu
dalam Earl & Yu 2012). Penelitian sebelumnya telah mengindikasikan bahwa
penyesuaian pada individu pensiun berbeda berdasarkan jenis kelamin (Gratton &
Haug 1983 diacu dalam van Solinge & Henkens 2005). Pensiunan perempuan
lebih sulit menyesuaikan diri atau mengalami lebih banyak permasalahan pensiun
dibandingkan laki-laki (van Solinge & Henkens 2005). Permasalahan tersebut
secara umum di antaranya adalah gangguan kesehatan, tidak mencukupinya
pendapatan pensiun, dan perasaan “terbuang” yang mengarah pada depresi.
Permasalahan tersebut kemudian akan berujung pada rendahnya kualitas hidup
para lansia pensiun (Braithwaite 1987; Earl & Yu 2012).
Permasalahan penyesuaian pada lansia pensiun tersebut terjadi karena
kurangnya berbagai sumber daya yang dimiliki atau dapat diakses lansia. Sumber
daya merupakan elemen kunci yang dapat menggambarkan kualitas kondisi
pensiun, termasuk komponen penyesuaian di dalamnya. Perspektif sumber daya
sangat menjanjikan karena dapat mengungkapkan penyesuaian pensiun yang
3
dilakukan lansia selama pensiun (tanpa batas waktu khusus) dan perbedaannya
antar individu lebih jelas dibanding perspektif atau teori mengenai pensiun
lainnya (Braithwaite 1987; Wang et al. 2011).
Berdasarkan perincian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana sumber daya pensiun dan penyesuaian pensiun pada lansia
muda?
2. Bagaimana hubungan karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan
sumber daya pensiun dengan penyesuaian pensiun?
3. Apa pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan sumber
daya pensiun terhadap penyesuaian pensiun?
4. Apakah terdapat perbedaan penyesuaian pensiun antara lansia muda laki-
laki dan perempuan?
Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sumber
daya terhadap penyesuaian pensiun di kota Bogor. Berikut ini merupakan tujuan
penelitian yang ingin dicapai secara khusus:
1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga lansia, sumber daya
pensiun (fisik, finansial, sosial, emosi, kognitif dan motivasi) dan
penyesuaian pensiun pada lansia muda laki-laki dan perempuan,
2. Menganalisis hubungan karakteristik individu, keluarga lansia, sumber
daya pensiun (fisik, finansial, sosial, emosi, kognitif dan motivasi) dengan
penyesuaian pensiun,
3. Menganalisis pengaruh variabel karakteristik individu, keluarga lansia,
sumber daya pensiun (fisik, finansial, sosial, emosi, kognitif dan motivasi)
terhadap penyesuaian pensiun.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi peneliti untuk
menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari. Bagi institusi
pendidikan, penelitian ini dapat menjadi penguat bidang keilmuan yang terkait
khususnya bidang perkembangan manusia dan kesejahteraan. Penelitian ini juga
diharapkan menjadi sumber informasi bagi masyarakat untuk lebih memahami
para lansia dan menjadi referensi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan
terkait permasalahan pensiun dan kesejahteraan lansia.
KERANGKA PEMIKIRAN
Penyesuaian saat memasuki tahap lain dalam kehidupan, khususnya pensiun
dipengaruhi oleh karakteristik faktor internal yaitu diri sendiri dan eksternal atau
lingkungan, misalnya keluarga sebagai lingkungan terdekat dengan lansia muda
4
(van Solinge & Henkens 2005). Karakteristik individu yang lekat dengan diri
contoh adalah jenis kelamin, usia, lama pendidikan, pendapatan pensiun yang
dihitung dalam rupiah per bulan, dan status perkawinan. Karakteristik keluarga
pensiun yang diindikasi berpengaruh dalam proses ini yaitu usia pasangan jika
masih ada atau masih bersama, lama pendidikan pasangan, jumlah anggota
keluarga, pendapatan keluarga, jumlah orang yang tinggal di rumah bersama
lansia pensiun, dan jumlah anggota keluarga yang masih ditanggung oleh lansia
pensiun (Kim & Moen 2002; van Solinge & Henkens 2005). Kedua karakteristik
tersebut dalam penelitian ini tidak diteliti pengaruhnya terhadap sumber daya
pensiun, tetapi langsung ditinjau pengaruhnya terhadap penyesuaian pensiun.
Sumber daya pensiun terdiri atas tiga domain meliputi aspek fisik dan
finansial; sosial; emosi, kognitif, dan motivasi diyakini sebagai prediktor dan
dapat menjelaskan perbedaan penyesuaian pensiun pada berbagai karakteristik
individu, dalam hal ini pada lansia muda (Braithwaite 1987; Leung & Earl 2012).
Ketiga dimensi sumber daya pensiun tersebut selanjutnya dikategorikan menjadi
tingkat rendah, sedang, dan tinggi. Penyesuaian pensiun yang dilakukan lansia
muda disertai elemen kepuasan akan mempengaruhi kualitas hidup lansia pensiun.
Tingkat penyesuaian secara umum dapat dikategorikan menjadi baik (well),
sedang, dan buruk (poor) atau bermasalah (van Solinge & Henkens 2005; Wang et
al. 2011). Penjelasan mengenai kerangka berpikir ini dapat digambarkan melalui
Gambar 1 berikut.
Keterangan: --- = variabel atau interaksi yang tidak diteliti
Gambar 1 Hubungan antara karakteristik lansia, karakteristik keluarga, sumber
daya pensiun, penyesuaian pensiun, dan kesejahteraan lansia pensiun
Karakteristik Lansia
Jenis Kelamin
Usia
lama pendidikan
pendapatan pensiun
(Rp/bulan)
Status pernikahan
Karakteristik Keluarga
Usia pasangan
Pendidikan pasangan
Pekerjaan pasangan
Besar keluarga
Pendapatan
(Rp/kapita/bulan)
Jumlah tanggungan
Jumlah anggota rumah
tangga
Sumber Daya
Pensiun
Fisik dan
finansial
Sosial
Kognitif,
motivasi, dan
emosi
Penyesuaian
Pensiun
(Retirement
Adjustment)
Kesejahteraan
Lansia
Pensiun
5
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu
Penelitian ini merupakan studi dengan desain cross-sectional, dilaksanakan
dalam satu rentang waktu singkat yakni selama bulan April-Mei 2014. Lokasi
penelitian adalah Kota Bogor yang dipilih secara purposif, mengingat kota Bogor
adalah salah satu kota dengan jumlah penduduk lansia yang banyak (sekitar enam
persen) di Jawa Barat (BPS 2012). Kemudian ditemukan lokasi Kecamatan Bogor
Barat dengan tiga kelurahan spesifik yang memiliki jumlah lansia terbanyak di
Kota Bogor yaitu Kelurahan Pasir Jaya, Cilendek Barat, dan Menteng.
Selanjutnya berdasarkan data dari ketiga kelurahan tersebut, penelitian dilakukan
di beberapa rukun warga.
Jumlah dan Teknik Pengambilan Partisipan
Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang, terdiri
atas 30 orang lansia pensiun perempuan dan 30 orang lansia pensiun laki-laki.
Jumlah tersebut diambil untuk memenuhi batas minimal untuk uji statistik yaitu
30 sampel dan uji beda dengan proporsi sampel yang sama yaitu 1:1. Pemilihan
partisipan ini dilakukan secara purposif kepada lansia laki-laki dan perempuan
yang telah pensiun dan berusia sama dengan atau di atas 58 tahun dan minimal
sudah melalui satu tahun pascapensiun. Usia minimal tersebut dipilih dengan
alasan partisipan sudah berada pada tahap lansia muda (Neugarten 1974 diacu
dalam Rogers 1979; Hurlock 1980) dan telah berjarak minimal setahun hingga
beberapa tahun dari batas usia pensiun secara umum. Jarak pensiun minimal satu
tahun disyaratkan karena setidaknya setelah satu tahun, partisipan sudah berada
pada tahap honeymoon sebagai periode sibuk ataupun disenchantment saat hidup
mulai mengalami penurunan, dalam rentang fase pensiun. Selain itu, pada rentang
satu tahun, proses penyesuaian yang telah dilakukan lansia pensiun diharapkan
dapat dinilai dengan lebih jelas dan menghindari bias saat meretrospeksi peristiwa
yang dialami dalam penyesuaian masa pensiun.
Variabel, Jenis, dan Cara Pengumpulan Data
Variabel yang diteliti berupa variabel bebas dan terikat. Variabel bebas
meliputi karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan sumber daya pensiun
lansia, sedangkan variabel terikat adalah penyesuaian diri lansia terhadap masa
pensiun. Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu primer dan sekunder.
Data primer yaitu data yang diambil oleh peneliti dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner. Alat bantu kuesioner yang digunakan yaitu instrumen
sumber daya pensiun (Retirement Resources Inventory diadaptasi dari Leung &
Earl 2012) dan penyesuaian pensiun (retirement adjustment diadaptasi dari
Schulz & Schulz 1997 dalam Wells et al. 2006). Data sekunder berisi jumlah
lansia di Kota Bogor dan lokasi kecamatan dengan lansia terbanyak diperoleh dari
Badan Pusat statistik (BPS) Kota Bogor. Data lebih rinci meliputi data diri
6
partisipan seperti nama, usia, jenis kelamin, dan alamat diperoleh dari kantor
kelurahan, ketua rukun tetangga dan warga (RT/RW), dan kader posbindu di
Kelurahan Pasir Jaya, Cilendek Barat, dan Menteng. Variabel yang diteliti dan
penjelasannya disajikan dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Variabel penelitian
Variabel Skala Data Kategori untuk Analisis Deskriptif
Karakteristik partisipan
Jenis kelamin Nominal [0] Perempuan
[1] Laki-laki
Usia (Neugarten 1974 dalam
Rogers 1979) Rasio Lansia muda (55-65 tahun)
Lama pensiun Rasio ≥ 1 tahun
Pekerjaan sebelum pensiun Nominal
[1] PNS
[2] BUMN
[3] Swasta/wirausaha
[4] profesi lainnya
Lama pendidikan Rasio
[1] SD (6 tahun)
[2] SMP (9 tahun)
[3] SMA (12 tahun)
[4] Diploma (13-15 tahun)
[5] Sarjana-Pascasarjana (≥16 tahun)
Pendapatan pensiun Rasio Rp../bulan
Status Pernikahan Nominal [0] Janda/duda/ Tidak menikah
[1] Menikah
Karakteristik keluarga
Usia pasangan Rasio ...tahun
Lama pendidikan pasangan Rasio
[1] SD (6 tahun)
[2] SMP (9 tahun)
[3] SMA (12 tahun)
[4] Diploma (13-15 tahun)
[5] Sarjana-Pascasarjana (≥16 tahun)
Status pekerjaan pasangan Nominal
[0]Tidak bekerja/pensiun
[1] Bekerja
Pendapatan per kapita per bulan
(BPS 2013a) Rasio
[1] < Rp 335 829
[2] ≥ Rp 335 829
Besar keluarga Rasio
[1] Keluarga kecil (1-4 orang)
[2] Keluarga sedang (5-6 orang)
[3] Keluarga besar (≥ 7 orang)
Jumlah tanggungan Rasio …orang
Jumlah anggota rumah tangga Rasio …orang
Sumber daya pensiun
(Retirement Resources Inventory
diadaptasi dari Leung & Earl
2012):
- Sumber daya emosi,
kognitif, dan sosial
- Sumber daya sosial (RT2)
- Sumber daya fisik dan
finansial (RT3)
(Cronbach-α 0.879 dengan
validitas mencapai (r) 0.896)
Ordinal
[1] sangat tidak setuju
[2] tidak setuju
[3] ragu
[4] setuju
[5] sangat setuju
Penyesuaian pensiun (retirement
adjustment diadaptasi dari
Schulz & Schulz 1997 dalam
Wells et al. 2006)
(Cronbach-α 0.695 dengan
validitas mencapai (r) 0.807)
Ordinal
[1] sangat tidak setuju
[2] tidak setuju
[3] ragu
[4] setuju
[5] sangat setuju
7
Indeks = (Nilai yang dicapai- nilai minimum) x 100
( Nilai maksimum- nilai minimum)
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu proses pengkodean data, pemberian nilai, pemasukan data, kemudian
penyuntingan data, pembersihan data, hingga selanjutnya dianalisis. Kemudian
data diolah menjadi data statistik deskriptif dan inferensia. Data tersebut meliputi
rata-rata, frekuensi, dan standar deviasi, uji korelasi, uji regresi linier berganda,
dan uji beda independent samples T-test menggunakan perangkat lunak SPSS dan
Microsoft Excel. Pengkategorian data berdasarkan sebaran persentase.
Kuesioner sumber daya pensiun (retirement resources) yang terdiri atas 35
pernyataan yang terbagi ke dalam tiga domain. Domain 1 (RT1) terdiri atas 8
pernyataan, domain 2 (RT2) berisi 9 pernyataan, domain 3 (RT3) tersusun dari 15
butir pernyataan. Variabel sumber daya pensiun ini menggunakan skala Likert
dengan nilai 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Terdapat beberapa
butir pertanyaan yang reverse coded atau dinilai terbalik yaitu pernyataan nomor 5,
7, dan 18 pada RT1 dan nomor 2 dan 3 pada RT3 (Leung & Earl 2012). Kuesioner
penyesuaian pensiun berisi 18 pernyataan menggunakan skala Likert serupa, dan
diberi nilai 1 sampai 5. Penilaian terbalik dilakukan pada butir pertanyaan ke 5, 6,
7, dan 9.
Perhitungan total skor sumber daya pensiun dan penyesuaian pensiun
menunjukkan akses sumber daya dan tingkat capaian penyesuaian pensiun
partisipan. Semakin tinggi skor kedua variabel tersebut menunjukkan semakin
baiknya penyesuaian yang dilalui. Selanjutnya dilakukan pengkategorian data
berdasarkan indeks untuk skor total variabel sumber daya pensiun dan
penyesuaian pensiun menggunakan rumus berikut.
Setelah nilai indeks diperoleh, pengkategorian data untuk sumber daya pensiun
dan penyesuaian pensiun dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. rendah atau buruk jika skor <60%
2. sedang jika skor di antara 60-80%
3. tinggi atau baik jika skor >80% (Khomsan 2000).
Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan adalah
sebagai berikut:
1. Karakteristik contoh, karakteristik keluarga, sumber daya pensiun, dan
penyesuaian pensiun dianalisis secara deskriptif untuk memberikan
gambaran data yang diperoleh.
2. Uji beda digunakan untuk melihat perbedaan lama pendidikan, agregat
sumber daya pensiun, dan penyesuaian pensiun menurut jenis kelamin.
Uji beda dilakukan menggunakan independent sample t-test.
3. Uji korelasi digunakan untuk melihat hubungan karakteristik partisipan,
karakteristik keluarga, sumber daya pensiun, dan penyesuaian pensiun.
4. Uji regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh
karakteristik partisipan, karakteristik keluarga, dan sumber daya
terhadap penyesuaian pensiun. Uji regresi diformulasikan sebagai
berikut:
8
Keterangan :
= penyesuaian pensiun; = konstanta regresi; = koefisien
regresi; = usia partisipan; = jenis kelamin; = lama pensiun; = lama
pendidikan; = pendapatan pensiun; = status menikah; = usia pasangan;
= lama pendidikan pasangan; = status bekerja pasangan; = pendapatan
per kapita; = besar keluarga inti; = jumlah tanggungan; = jumlah
anggota rumah tangga; = sumber daya pensiun; = galat.
Definisi Operasional
Partisipan adalah orang berusia minimal 58 tahun (rentang usia lansia muda) dan
sudah pensiun setidaknya selama satu tahun dari pekerjaan formal.
Karakteristik partisipan adalah ciri-ciri yang lekat pada partisipan meliputi usia,
jenis kelamin, lama pendidikan, penghasilan pensiun rutin bulanan, jenis
pekerjaan sebelum pensiun, dan status perkawinan.
Karakteristik keluarga merupakan ciri pada keluarga partisipan yang meliputi
usia pasangan, lama pendidikan dan status bekerja pasangan, besar
keluarga, jumlah anggota rumah tangga, dan pendapatan per kapita.
Pendapatan per kapita adalah pendapatan partisipan dan setiap orang yang
ditanggung dalam rupiah per bulan.
Sumber daya pensiun adalah sumber daya yang dimiliki partisipan di masa
pensiun meliputi tiga domain yaitu aspek kognitif, emosi, dan motivasi;
sosial; fisik dan finansial.
Sumber daya kognitif, emosi, dan motivasi merupakan sumber daya pensiun
pada domain satu (RT1), menggambarkan kondisi mental partisipan pada
aspek kognitif (daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, dan
pembuatan keputusan), emosi (komunikasi, pengendalian diri dan
perasaan), dan motivasi (pencapaian dan fleksibilitas tujuan).
Sumber daya sosial merupakan sumber daya pensiun pada domain dua (RT2),
menggambarkan relasi sosial dan kehidupan sosialisasi partisipan.
Sumber daya fisik dan finansial adalah sumber daya pensiun pada domain tiga
(RT3), menggambarkan penerimaan terhadap kondisi kesehatan (fisik dan
mental) dan dukungan finansial dari penghasilan pribadi, tabungan, dan
investasi.
Penyesuaian pensiun merupakan proses penyesuaian lansia terhadap masa
pensiun dalam aspek fisik atau aktivitas, psikologis, sosial, spiritual, dan
finansial setelah dijalani minimal setahun (tanpa batasan waktu khusus)
selama fase lansia muda, dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian terletak di tiga kelurahan yaitu Pasir Jaya, Cilendek Barat,
dan Menteng. Ketiganya terletak di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi
Jawa Barat. Kelurahan Pasir Jaya terbagi ke dalam 15 rukun warga (RW) dengan
jumlah penduduk rentang usia 58-66 tahun sebanyak 953 jiwa. Penelitian ini
berlangsung di RW 3, 4, 5, 6, dan 12 Kelurahan Pasir Jaya. Kelurahan berikutnya
yaitu Cilendek Barat terdiri atas 18 RW dan 68 rukun tetangga (RT). Penelitian di
keluarahan ini melibatkan partisipan di RW 6 dan 18. Kelurahan terakhir yaitu
Menteng, terdiri atas dua puluh RW dengan jumlah pensiunan 1090 orang dari
total penduduk 15609 jiwa. Penelitian di Kelurahan Menteng melibatkan
partisipan di RW 11, 17, dan 18.
Karakteristik Partisipan dan Keluarga
Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas 30 orang laki-laki dan 30 orang
perempuan yang berada pada rentang usia lansia muda. Rata-rata partisipan baik
laki-laki maupun perempuan berusia 62 tahun dan sudah memasuki masa pensiun
tahun keenam. Rata-rata partisipan perempuan sudah mengenyam pendidikan
lebih tinggi daripada partisipan laki-laki, namun keduanya sudah menamatkan
sekolah menengah atas atau sederajat. Hasil uji beda antara lama pendidikan
partisipan laki-laki dan perempuan berbeda nyata dengan nilai signifikansi
keragaman sebesar 0.045. Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipan perempuan
lebih lama mengenyam pendidikan dibandingkan partisipan laki-laki. Perbedaan
ini terjadi karena terdapat dua orang partisipan laki-laki yang hanya menamatkan
pendidikan hingga sekolah dasar.
Lebih dari separuh partisipan memiliki penghasilan pensiun rutin bulanan
dari pekerjaan sebelumnya. Rata-rata penghasilan pensiunan perempuan lebih
tinggi daripada pensiunan laki-laki. Hal ini dikarenakan sebanyak satu per enam
partisipan laki-laki tidak memiliki penghasilan pensiun rutin (Rp 0), sedangkan
jumlah partisipan perempuan yang tidak berpenghasilan rutin (Rp 0) hanya dua
orang. Biaya hidup partisipan tersebut hanya ditunjang oleh pesangon yang
diperoleh saat pensiun ataupun ditanggung oleh anak-anaknya (Tabel 2).
Sebanyak lebih dari dua pertiga partisipan dalam penelitian ini masih
memiliki pasangan. Berbeda dengan partisipan perempuan, rata-rata usia
pasangan partisipan laki-laki sedikit lebih muda dibandingkan usia partisipan,
tetapi sama-sama sudah termasuk dalam rentang lansia muda (Neugarten 1974
dalam Rogers 1979). Rata-rata pasangan sudah menamatkan sekolah minimal
hingga tingkat SMP (9 tahun). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan baik
partisipan laki-laki maupun perempuan sudah memadai, yakni di atas garis
kemiskinan Bogor 2012 yang sebesar Rp335 894 (BPS 2013a). Angka nol pada
nilai minimum pendapatan per kapita menunjukkan bahwa, partisipan tersebut
mengandalkan pendapatan dan mencukupi kebutuhan harian dari pemberian anak,
dengan jumlah yang tidak tentu. Besar keluarga inti partisipan laki-laki dan
perempuan termasuk pada keluarga sedang (5-6 orang). Rata-rata jumlah
10
tanggungan partisipan laki-laki adalah tiga orang, termasuk dirinya sendiri. Rata-
rata jumlah tanggungan partisipan perempuan lebih sedikit dari partisipan laki-laki,
karena umumnya partisipan perempuan tidak ikut menanggung biaya kehidupan
suami. Keluarga inti partisipan tidak seluruhnya tinggal satu atap dengan
partisipan. Jumlah anggota rumah tangga menjelaskan seberapa banyak orang
yang tinggal di rumah partisipan. Secara umum, partisipan dengan tanggungan
anaklah yang masih tinggal dalam satu atap dengan anak-anaknya (Tabel 2).
Tabel 2 Karakteristik deskriptif partisipan dan keluarga
Karakteristik Rata-rata±Standar Deviasi Minimum Maksimum
L P L P L P
Partisipan
Usia (tahun) 62.10±1.97 62.10±1.97 58 58 65 65
Lama pensiun
(tahun) 6.63±3.66 6.37±3.63 1 1 17 18
Lama pendidikan*
(tahun) 12.57±3.08 13.87±1.85 6 12 20 16
Pendapatan
pensiun
(Rp/bulan)
1 950 000
± 1 477 416.06
2 710 000
±1 158 937.72
0 0 4 000 000 4 000 000
Keluarga
Usia pasangan
(tahun) 57.10±3.86 65.40±3.47 49 59 63 73
Lama pendidikan
pasangan
(tahun)
10.72±3.60
14.65± 2.85
6 12 19 20
Pendapatan
(Rp/kapita/bulan)
1 650 000±
1 530 000
2 899 500±
1 750 000 0 0 6 000 000 9 250 000
Besar keluarga inti
(orang) 5±2 5±2 3 2 8 7
Jumlah tanggungan
(orang) 3±1 2±1 1 1 6 3
Jumlah anggota
rumah tangga
(orang)
4±2 4±2 2 1 4 7
Keterangan: L=laki-laki; P=perempuan; *= signfikansi perbedaan lama pendidikan adalah 0.045 (p<0.05).
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah perempuan
yang menjanda lebih banyak daripada laki-laki menduda. Sebanyak sembilan
orang partisipan janda karena meninggalnya pasangan, sisanya karena bercerai.
Selain itu, partisipan laki-laki umumnya memiliki pasangan dengan usia lebih
muda darinya dan masih menjadi orangtua lengkap.
Tabel 3 Sebaran karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin dengan status
menikah
Jenis Kelamin Menikah Duda/Janda Total
n % n % n %
Laki-laki 29 96.7 1 3.3 30 100
Perempuan 20 66.7 10 33.3 30 100
Total 49 81.7 11 18.3 60 100
Tabel 4 berikut menunjukkan pekerjaan terakhir partisipan sebelum pensiun.
Lebih dari separuh partisipan laki-laki dan dua per tiga partisipan perempuan
bekerja sebagai PNS sebelum pensiun. Partisipan laki-laki yang bekerja swasta
lebih banyak daripada partisipan perempuan.
11
Tabel 4 Sebaran karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin dan jenis
pekerjaan sebelum pensiun
Jenis Kelamin PNS BUMN Swasta/Wirausaha Profesi lain Total
n % n % n % n % n %
Laki-laki 16 53.3 5 16.7 7 23.3 2 6.7 30 100.0
Perempuan 23 76.7 2 6.7 5 16.7 0 0 30 100.0
Total 39 65.0 7 11.7 12 20.0 2 3.3 60 100.0
Sumber Daya Pensiun
Tabel 5 menunjukkan sebaran partisipan dalam variabel sumber daya
pensiun di tiga dimensi. Sumber daya fisik dan finansial partisipan dianggap
memadai, karena separuh dari jumlah partisipan berada pada tingkat sedang dan
hampir separuh sisanya di tingkat tinggi. Berkaitan dengan kondisi fisik, lebih
dari separuh partisipan laki-laki dan perempuan merasa kondisinya baik, sehat dan
tidak terganggu dengan penyakit yang diidapnya atau menganggap penyakitnya
wajar. Akan tetapi, terdapat 16.7% partisipan perempuan yang merasa
kesehatannya terganggu (nomor 2 RT3 Lampiran 1). Hal ini dapat disebabkan
oleh penyakit yang diderita partisipan tersebut cukup parah seperti kanker dan
gangguan jantung. Pada dimensi finansial, sebanyak 18.3% partisipan tidak lagi
menabung untuk menunjang keuangan pribadi atau keluarga (nomor 6 RT3
Lampiran 1). Demikian halnya dengan investasi, separuh partisipan menganggap
netral, karena hanya memiliki rumah yang ditinggali sebagai investasi. Menurut
keterangan partisipan, tidak adanya tabungan dan investasi tersebut dapat
disebabkan dua alasan yakni, partisipan memiliki keuangan yang hanya cukup
untuk digunakan sehari-hari dan hanya ingin menikmati langsung semua
penghasilan, tanpa dihemat atau ditabung. Secara umum, kategori sedang dan
tinggi pada dimensi ini mengindikasikan partisipan merasa aman dalam kehidupan
finansial dan kesehatannya. Meskipun mengalami perubahan penghasilan ataupun
mulai terjangkit penyakit di usia senja, hampir seluruh partisipan tidak merasa
terganggu dan merasa hal tersebut wajar terjadi (RT3 Lampiran 1).
Lebih dari separuh partisipan memiliki sumber daya yang tinggi pada
dimensi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan masih memiliki relasi,
dukungan, dan berbagai keterlibatan di masyarakat, setidaknya di lingkungan
tempat tinggal (nomor 1-9 RT2 Lampiran 1). Dimensi sosial ini pun merupakan
dimensi yang paling tinggi pencapaiannya oleh lebih dari separuh partisipan.
Terdapat perbedaan sebaran mengenai bantuan bentuk nyata atau tangible (nomor
9 RT2 Lampiran 1), yakni partisipan perempuan lebih sedikit mendapat bantuan
nyata dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh partisipan perempuan
banyak melakukan pekerjaan domestik (rumah tangga) tanpa bantuan, berbeda
dengan partisipan laki-laki yang seringkali dibantu oleh istri. Dimensi terakhir
yakni emosi, kognitif, dan motivasi dimiliki oleh lebih dari setengah jumlah
partisipan dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh beberapa skor rendah
dalam kognitif, motivasi dan emosi, seperti dalam pengendalian diri (nomor 5
RT1 Lampiran 1) dan kemampuan belajar keterampilan baru (nomor 10 RT1
Lampiran 1). Oleh karena itu, partisipan tersebut cenderung merasa tidak ingin
mempelajari hal baru dan menganggap bahwa faktor eksternal yang
mengendalikan kehidupannya. Selain itu, terdapat perolehan skor yang rendah
pada kemampuan daya ingat atau kognitif terutama pada memori jangka pendek
12
(nomor 7-13 Lampiran 1). Bahkan terdapat 13.3% partisipan laki-laki dan 6.7%
partisipan perempuan yang sering lupa mengenai suatu hal yang baru terjadi
(nomor 7 RT1 Lampiran 1). Di samping itu, terdapat 16.7% laki-laki dan 30.0%
perempuan yang rendah dalam motivasi (nomor 15 RT1 Lampiran 1). Partisipan
tersebut cenderung merasa lebih baik menerima kenyataan daripada terus
berusaha mencapai tujuan yang sulit. Meskipun demikian, secara umum partisipan
masih merasa dirinya semangat dan aktif untuk menjalani aktivitas sehari-hari
(nomor 1 dan 14 RT1 Lampiran 1).
Tabel 5 Sebaran kategori sumber daya per dimensi berdasarkan jenis kelamin
Kategori Dimensi
Sumber daya
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
Fisik dan Finansial
Rendah 1 3.3 1 3.3 2 3.3
Sedang 17 56.7 13 43.3 30 50.0
Tinggi 12 40.0 16 53.3 28 46.7
Total 30 100 30 100 30 100
Sosial
Rendah 0 0 0 0 0 0
Sedang 15 50.0 10 33.3 25 41.7
Tinggi 15 50.0 20 66.7 35 58.3
Total 30 100 30 100 60 100
Emosi, Kognitif, dan Motivasi
Rendah 0 0 1 3.3 1 1.7
Sedang 20 66.7 22 73.3 42 70.0
Tinggi 10 33.3 7 23.3 17 28.3
Total 30 100 30 100 60 100
Sumber daya yang dikategorikan ini berdasarkan indeks total skor dari
ketiga dimensi sumber daya pensiun. Tabel 6 menunjukkan tidak adanya
partisipan yang memiliki sumber daya dalam kategori rendah, sebanyak dua per
tiga partisipan laki-laki memiliki sumber daya dalam kategori sedang, begitu pula
dengan lebih dari dua per tiga partisipan perempuan. Rata-rata agregat sumber
daya pensiun partisipan laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan partisipan
perempuan. Akan tetapi, nilai signifikansi keragaman pada uji beda (0.970) tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata.
Tabel 6 Sebaran kategori dan uji beda agregat sumber daya pensiun berdasarkan
jenis kelamin
Jenis Kelamin Rendah Sedang Tinggi Total
n % n % n % n %
Laki-laki 0 0 20 66.7 10 33.3 30 100
Perempuan 0 0 21 70.0 9 30.0 30 100
Total 0 0 41 68.3 19 31.7 60 100
Hasil Uji Beda (Levene’s Test)
Jenis kelamin Rata-rata± Standar Deviasi Signifikansi
Laki-laki 78.24 7.43 0.971
Perempuan 7.40
Equal Variance Assumed 0.970
Penyesuaian Pensiun
Tabel 7 menunjukkan indikator penyesuaian pensiun yang dialami oleh
partisipan. Skor tersebut berdasarkan penggabungan “sangat tidak setuju” dan
“tidak setuju”, hal serupa dilakukan pada pernyataan “setuju” dan sangat setuju,
13
dan tetap mencantumkan netral sehingga menjadi tiga kelompok pernyataan.
Seluruh partisipan merasa dapat menyesuaikan dengan baik terhadap masa
pensiun (nomor 1). Bahkan lebih dari dua per tiga partisipan laki-laki dan
perempuan merasakan pensiun lebih baik dari yang diperkirakan (nomor 10).
Hampir seluruh partisipan menikmati hari-harinya sebagai pensiunan dengan
berbagai macam kegiatan pribadi maupun sosial, seperti dengan beribadah
(dialami oleh seluruh partisipan perempuan), berolah raga atau menjaga kesehatan
diri, berkumpul dengan keluarga dan teman atau tetangga. Partisipan juga tidak
begitu merindukan hal-hal terkait pekerjaan dan memilih untuk melakukan
aktivitas baru yang dulu tidak sempat atau jarang dilakukan (nomor 5, 6, 9, dan
15). Akan tetapi secara khusus, terdapat 6.7% partisipan laki-laki dan 33.3%
perempuan yang menyesuaikan diri tanpa menghabiskan waktu dengan pasangan
(nomor 11). Hal ini disebabkan oleh sudah tidak adanya pasangan, baik karena
meninggal ataupun bercerai. Partisipan juga telah menyesuaikan diri dengan
kondisi finansial pensiun (nomor 4 dan 8), misalnya dengan berhemat atau
membuat usaha kecil seperti warung atau toko kelontong.
Tabel 7 Sebaran indikator penyesuaian pensiun berdasarkan jenis kelamin
No Pernyataan
Laki-laki Perempuan
Tidak
Setuju Netral Setuju
Tidak
Setuju Netral Setuju
1 Dapat menyesuaikan diri
dengan baik 0 0 100.0 0 0 100.0
2 Menikmati pensiun 0 0 100.0 0 3.3 96.7
3 Sibuk beraktivitas 0 20.0 80.0 3.3 6.7 90.0
4 Memperhatikan
keuangan 10.0 10.0 80.0 6.7 6.7 86.7
5 Tidak merindukan
suasana kerja 16.7 13.3 70.0 23.3 26.7 50.0
6 Tidak merindukan
kedisiplinan kerja 10.0 6.7 83.3 3.3 16.7 80.0
7 Tetap dihargai orang
meski sudah pensiun 6.7 10.0 83.3 0 10.0 90.0
8 Menyesuaikan diri
dengan keuangan 0 3.3 96.7 0 6.7 93.3
9 Tidak rindu aktivitas
kerja 6.7 6.7 86.7 3.3 23.3 73.3
10 Pensiun lebih baik dari
perkiraan 0 13.3 86.7 0 13.3 86.7
11 Menghabiskan waktu
dengan pasangan 6.7 3.3 90.0 33.3 3.3 63.3
12 Menghabiskan waktu
dengan keluarga 0 3.3 96.7 0 0 10.0
13 Mengikuti kegiatan sosial 0 23.3 76.7 6.7 3.3 90.0
14 Mengakrabkan diri
dengan tetangga 0 13.3 86.7 3.3 10.0 86.7
15 Memiliki kegiatan baru/
hobi rutin 10.0 6.7 83.3 6.7 6.7 86.7
16 Meningkatkan ibadah 0 3.3 96.7 0 0 100.0
17 Berhubungan baik
dengan rekan kerja 6.7 13.3 80.0 3.3 6.7 90.0
18 Menjaga kesehatan 0 0 100.0 0 0 100.0
Gambaran penyesuaian pensiun pada Tabel 7 di atas dapat menjelaskan
temuan pada Tabel 8. Data menunjukkan hampir seluruh partisipan dapat
menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dengan kategori sedang bahkan baik.
Sebanyak setengah dari partisipan laki-laki termasuk dalam kategori penyesuaian
pensiun sedang, sementara itu partisipan perempuan lebih dari separuhnya berada
14
pada kategori penyesuaian baik. Temuan menunjukkan adanya perbedaan pada
rata-rata indeks penyesuaian pensiun laki-laki dan perempuan, tetapi hal tersebut
tidak terbukti nyata pada uji beda dengan hasil signifikansi 0.722 (Tabel 8).
Tabel 8 Sebaran kategori dan uji beda penyesuaian pensiun berdasarkan jenis
kelamin
Jenis Kelamin Buruk Sedang Baik Total
n % n % n % n %
Laki-laki 1 3.3 15 50.0 14 46.7 30 100
Perempuan 0 0 13 43.3 17 56.7 30 100
Total 1 1.7 28 46.7 31 51.7 60 100
Hasil Uji Beda (Levene’s Test)
Jenis kelamin Rata-rata± Standar Deviasi Signifikansi
Laki-laki 78.843±8.61 0.726
Perempuan 79.583±7.41
Equal Variance Assumed 0.722
Hubungan Karakteristik Partisipan, Keluarga, dan Sumber Daya dengan
Penyesuaian Pensiun
Terdapat beberapa variabel yang secara positif berhubungan kuat dengan
penyesuaian pensiun yakni penghasilan pensiun, pemilikan agregat sumber daya
pensiun, lama pendidikan, dan pendapatan per kapita per bulan. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa, partisipan yang berpendidikan tinggi, atau memiliki
sumber daya pensiun tinggi, atau berpenghasilan pensiun rutin, atau memiliki
pendapatan per kapita per bulan memadai, cenderung memiliki penyesuaian
pensiun yang baik (Tabel 9).
Tabel 9 Korelasi karakteristik contoh, keluarga contoh, dan sumber daya pensiun
dengan penyesuaian pensiun
Variabel Penyesuaian Pensiun
A. Karakteristik partisipan
Usia (tahun) -0.041
Jenis kelamin (0=perempuan; 1=laki-laki) -0.047
Lama pensiun (tahun) -0.216
Lama pendidikan (tahun) 0.318*
Penghasilan pensiun (Rp/bulan) 0.426**
Status menikah (0=janda/duda; 1=menikah) 0.109
B. Karakteristik keluarga
Usia pasangan (tahun) 0.134
Lama pendidikan pasangan (tahun) 0.236
Status bekerja pasangan (0=tidak bekerja/pensiun; 1=bekerja) 0.216
Pendapatan (Rp/kapita/bulan) 0.366*
Besar keluarga inti (orang) -0.277*
Jumlah tanggungan (orang) -0.051
Jumlah anggota rumah tangga (orang) -0.290*
C. Sumber daya pensiun
Agregat sumber daya pensiun (skor) 0.726***
Keterangan: *signifikan pada p< 0.05; **signifikan pada p< 0.01; ***signfikan pada p< 0.001
Tabel 9 juga menunjukkan bahwa, besar keluarga inti dan jumlah anggota
rumah tangga partisipan berhubungan negatif signifikan dengan penyesuaian
pensiun. Hal ini mengindikasikan bahwa partisipan dengan besar keluarga inti dan
atau jumlah anggota rumah tangga yang besar, akan cenderung memiliki
penyesuaian pensiun yang kurang baik. Dengan kata lain, semakin ideal besar
keluarga inti dan anggota rumah tangga, partisipan akan cenderung mengalami
penyesuaian pensiun yang baik.
15
Pengaruh Karakteristik Partisipan, Keluarga, dan Sumber Daya terhadap
Penyesuaian Pensiun
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 10, diketahui
variabel penghasilan pensiun rutin dan pemilikan agregat sumber daya pensiun
signifikan berpengaruh secara positif terhadap total skor penyesuaian pensiun. Hal
ini menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah per bulan pada penghasilan
pensiun dapat meningkatkan skor penyesuaian pensiun partisipan sebesar 0.428
poin. Selain itu, setiap peningkatan satu satuan dalam total sumber daya pensiun
dapat menambah skor penyesuaian pensiun sebanyak 0.773 poin. Secara
keseluruhan, variabel-variabel dalam penelitian ini berpengaruh sebesar 53.6% di
dalam model regresi dengan signifikansi yang sangat tinggi. Akan tetapi, sisa
variabel lainnya yang berpengaruh sebanyak 46.4% merupakan variabel di luar
penelitian ini.
Tabel 10 Pengaruh karakteristik individu, keluarga, dan sumber daya terhadap
penyesuaian pensiun
Variabel
Koefisien tidak
terstandardisasi Koefisien terstandardisasi
Signifikansi
B Beta
Karakteristik contoh
Usia (tahun) 0.291 0.097 0.418
Jenis kelamin
(0=perempuan; 1=laki-laki) -1.371 -0.120 0.459
Lama pensiun (tahun) -0.063 -0.040 0.735
Lama pendidikan (tahun) -0.272 -0.123 0.392
Penghasilan pensiun
(Rp/bulan) 1.80x10-6 0.428 0.018*
Status menikah
(0=janda/duda; 1=menikah) 6.512 0.443 0.564
Karakteristik keluarga
Usia pasangan (tahun) -0.053 -0.224 0.758
Lama pendidikan pasangan
(tahun) -0.076 -0.078 0.763
Status bekerja pasangan
(0=tidak bekerja/pensiun;
1=bekerja) 0.590 0.051 0.682
Pendapatan
(Rp/kapita/bulan) -8.048x10-7 -0.245 0.151
Besar keluarga inti (orang) -0.052 -0.011 0.928
Jumlah tanggungan (orang) -0.501 -0.073 0.578
Jumlah anggota rumah
tangga (orang) -0.038 -0.011 0.925
Sumber daya
Agregat sumber daya
pensiun (skor) 0.431 0.773 0.000***
Adjusted R Square 0.536
P-value 0.000***
Keterangan: *signifikan pada p< 0.05; **signifikan pada p< 0.01; ***signfikan pada p< 0.001
Pembahasan
Sumber daya diartikan sebagai kemampuan total seseorang yang digunakan
untuk menilai atau memenuhi kebutuhan dan tujuannya (Hobfoll 2002 dalam
16
Leung & Earl 2012). Sumber daya pensiun secara khusus dimaknai sebagai
elemen kunci yang sangat krusial dalam fase pensiun seseorang khususnya dalam
kesejahteraan psikologis (Wang et al. 2011; Kim & Moen 2002). Terdapat tiga
dimensi sumber daya pensiun yang signifikan dalam model penelitian sebelumnya
yakni: 1) emosi, kognitif, dan motivasi; 2) sosial; dan 3) fisik dan finansial (Leung
& Earl 2012). Sumber daya keseluruhan mempengaruhi kesejahteraan saat
pensiun ataupun setelah lebih dari satu bulan pensiun (Leung & Earl 2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan beragamnya sumber daya yang dimiliki
oleh partisipan selama pensiun. Dimensi fisik dan finansial yang tinggi dan
didukung kuat oleh variabel penghasilan pensiun rutin yang memadai, dapat
membantu penyesuaian diri lansia terhadap pensiun. Banyak partisipan yang
sudah terkena masalah kesehatan mulai dari artritis bahkan hingga penyakit
degeneratif seperti jantung koroner dan diabetes melitus. Akan tetapi, partisipan
tersebut secara umum sudah ikhlas menerima penyakit, tidak merasa terganggu
dan bersemangat untuk sembuh sehingga nilai pada dimensi fisik dan finansial
tidak rendah (dimensi RT3 Lampiran 1). Hal ini dapat dipahami, karena sumber
daya dimensi ini dapat saling berinteraksi dengan sumber daya sosial dan emosi
(Niedenthal et al. 2006). Keterbukaan emosi dan saling berbagi dukungan dapat
memfasilitasi penyesuaian emosi dalam jangka waktu panjang dan meningkatkan
kesehatan fisik dan psikologis (Niedenthal et al. 2006). Tingginya capaian sumber
daya fisik dan finansial juga sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa kondisi
keuangan rumah tangga dan kesehatan menjadi prediktor untuk penyesuaian
pensiun, bahkan merupakan prediktor terkuat (Leung & Earl 2012).
Sedikit berbeda dengan penelitian Leung & Earl (2012), prediktor
penyesuaian pensiun yang paling besar dari ketiga dimensi sumber daya pada
penelitian ini adalah sumber daya sosial. Hal ini dapat terjadi dikarenakan hampir
seluruh partisipan masih aktif terlibat dalam kegiatan keluarga hingga
kemasyarakatan. Partisipan juga banyak tergabung dalam berbagai komunitas
pensiun seperti himpunan pensiun instansi tertentu, Persatuan Werdha Republik
Indonesia, kelompok pengajian rukun tetangga/warga (RT/RW), dan kelompok
arisan warga. Terdapat beberapa partisipan tanpa pasangan, namun relasi dan
dukungan sosial bagi para janda atau duda ini masih cukup memadai dan mereka
dapat menyesuaikan diri dengan relatif baik. Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya terkait perubahan paling dramatis di masa lansia yakni kehilangan
pasangan. Oleh karena itu, lansia pensiun perlu memperkuat dukungan sosial agar
terhindar dari stress, dapat menyesuaikan diri dengan baik sehingga hidup
sejahtera (Wethington & Kessler 1986 diacu dalam Johnson et al. 2005; Sulastri
2013).
Dimensi sumber daya terakhir yaitu emosi, kognitif, dan motivasi memiliki
persentase capaian kategori tinggi yang lebih rendah dibandingkan dua dimensi
lainnya. Hal ini dapat terjadi karena dimensi ini sangat erat berkaitan dengan
kondisi mental lansia yang tidak prima lagi. Terjadinya gangguan dalam daya
ingat, adanya motivasi rendah untuk belajar, dan lambat dalam menanggapi
respon adalah karakteristik lansia secara umum dan sudah dialami oleh partisipan
(Long 1984). Oleh karena itu, dapat dianggap wajar jika nilai capaian pada
dimensi ini lebih rendah dibandingkan dua dimensi sebelumnya. Pengaruh agregat
atau total sumber daya pensiun terhadap penyesuaian pensiun pada penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian Leung & Earl (2012). Agregat sumber daya pensiun
17
berhubungan erat dengan penyesuaian dan akan meningkatkan nilai penyesuaian
pensiun (Leung & Earl 2012).
Perbedaan penyesuaian pada partisipan laki-laki dan perempuan tidak
terlihat nyata dalam penelitian ini. Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan meskipun awalnya
terdapat ekspektasi penyesuaian pensiun pada laki-laki lebih baik (Wong & Earl
2009; van Solinge & Henkens 2005). Penyesuaian pensiun dianggap lebih mudah
dialami oleh pensiunan yang memiliki pasangan (Wong & Earl 2009). Akan tetapi
dalam penelitian ini tidak nyata pengaruh dari status menikah partisipan terhadap
penyesuaian pensiun. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik partisipan yang
hampir seluruhnya memiliki pasangan, sehingga tidak nyata pengaruh status
menikah terhadap penyesuaian pensiun partisipan.
Usia partisipan dan lama pensiun tidak nyata berpengaruh terhadap
penyesuaian pensiun partisipan dalam penelitian ini. Hal ini memperkuat
penelitian terdahulu dari Wong & Earl (2009) bahwa variabel usia yang seiringan
dengan lama pensiun, cenderung tidak menunjukkan adanya penyesuaian pensiun
yang lebih baik pada partisipan. Bahkan pada waktu-waktu tertentu, penyesuaian
bersifat fluktuatif seiring beragamnya sumber daya yang dimiliki pensiunan
(Braithwaite 1987; Wang et al. 2011). Hal tersebut semakin menguatkan bahwa
waktu bukan variabel utama yang mempengaruhi penyesuaian pensiun sehingga
tidak ada batasan khusus mengenai proses penyesuaian pensiun (retirement
adjustment) (Wang et al. 2011). Akan tetapi, sumber daya pensiun yang
berinteraksi bersama waktu selama pensiun adalah prediktor bagi proses
penyesuaian tersebut (Wang et al. 2011).
Sejalan dengan temuan penelitian ini, Kim & Moen (2002) dalam
penelitiannya melaporkan bahwa status bekerja pasangan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kesejahteraan masa pensiun bagi laki-laki ataupun
perempuan. Sesuai dengan literatur, kesejahteraan masa pensiun bersumber dari
penyesuaian pensiun dan kepuasan hidup, sehingga dapat dipahami makna
pengaruh variabel status bekerja terhadap penyesuaian pensiun (Kim & Moen
2002; Leung & Earl 2012; Wang et al. 2011).
Selain menunjukkan beragam temuan penting, penelitian ini pun memiliki
keterbatasan. Keterbatasan tersebut di antaranya adalah desain penelitian berupa
satu waktu singkat (cross-sectional) yang kurang peka terhadap dinamika proses
dan kualitas penyesuaian partisipan secara spesifik. Selain itu, karakteristik
partisipan masih terbatas pada pensiunan dengan jenis profesi yang hampir serupa
meskipun dengan waktu pensiun yang rentangnya cukup panjang. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan data penduduk pensiun yang representatif sehingga
digunakanlah metode purposif yang cenderung mengarahkan peneliti pada
partisipan berlatar-belakang serupa. Walau demikian, metode ini sudah dapat
menjangkau banyak wilayah yang data penduduknya kurang memadai.
18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rata-rata partisipan perempuan dan laki-laki dalam penelitian ini berumur
62 tahun, telah menamatkan SMA/sederajat, berstatus menikah, dan sudah
pensiun sekitar enam tahun. Rata-rata partisipan laki-laki memiliki pendapatan per
kapita sebesar Rp1 650 000,00 sedangkan perempuan lebih tinggi yaitu Rp2 899
950,00. Mayoritas partisipan baik laki-laki dan perempuan memiliki agregat
sumber daya pensiun dalam kategori sedang, tanpa perbedaan signifikan. Separuh
dari partisipan laki-laki memiliki penyesuaian pensiun dalam kategori sedang,
sedangkan lebih dari setengah partisipan perempuan termasuk kategori baik,
namun tidak ada perbedaan nyata di antara keduanya. Diperoleh beberapa variabel
yang secara positif berhubungan signifikan dengan penyesuaian pensiun yaitu
penghasilan pensiun, agregat sumber daya pensiun, lama pendidikan partisipan,
dan pendapatan per kapita per bulan. Variabel lainnya yang juga nyata
berhubungan tetapi dengan arah negatif adalah jumlah anggota keluarga dan
jumlah anggota rumah tangga. Terdapat dua variabel yang berpengaruh signfikan
terhadap penyesuaian pensiun, yakni penghasilan pensiun dan agregat sumber
daya pensiun.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, lansia pensiun sebaiknya memelihara sumber
daya pensiun dengan baik khususnya dimensi sosial, dengan aktif berinteraksi
bersama keluarga dan masyarakat, contohnya dengan mengikuti rekreasi keluarga,
bina keluarga lansia, dan himpunan pensiunan. Lansia juga perlu melakukan
kegiatan positif untuk menjaga kemampuan kognitif, emosi, dan motivasi seperti
membaca, merawat tanaman atau hewan, atau mengajarkan keterampilan tertentu
pada orang lain. Penyesuaian lansia terhadap masa pensiun dapat menjadi lebih
baik melalui kegiatan positif tersebut. Selain itu, akan lebih baik jika instansi
pemerintah atau perusahaan swasta mengadakan masa persiapan atau pembekalan
yang memadai untuk para karyawan sebelum memasuki pensiun dan memastikan
kesiapan karyawan menghadapi masa transisi pensiun. Di samping itu, pemerintah
diharapkan mengembangkan sarana dan prasarana ramah lansia seperti sarana
transportasi, sarana kesehatan lansia, dan taman di lingkungan permukiman
karena sekitar dua puluh tahun mendatang populasi lansia akan sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta A. 2012. Financing Indonesia’s ageing population. South East Asian
Affairs (2012). Hal: 135-149.
[Bappenas]. 2014. Bappenas dan BPS rancang proyeksi [internet]. [diunduh 2014
Feb 11]. Tersedia pada: perpustakaan.bappenas.go.id/…/Bappenas.pdf.
19
[BKN] Badan Kepegawaian Negara. 2014. Surat Kepala BKN Nomor K.26-30
V.7-3-99-Batas Usia Pensiun Pegawain Negeri Sipil. [diunduh pada 2014
Apr 1] Tersedia pada:www.bkn.go.id/peraturan-terbaru.html.
Bonasir R. 2010. Berapa usia pensiun yang ideal? [internet]. [diunduh 2014 Feb
28]. Tersedia pada: http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2010
/09/100901_pensiunusia.shtml.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2012. Penduduk berumur 10 tahun ke
atas berdasarkan perkawinan.
__________. 2013. Indikator makro Kota Bogor tahun 2008-2012.
__________. 2013. Statistik daerah Kota Bogor. Bogor (ID): Badan Pusat
Statistik.
Braithwaite VA, Gibson DM. 1987. Adjustment to retirement: what we know and
what we need to know. Ageing and Society (7): 1-18. [diunduh pada 2014
Feb 13]. Tersedia pada: http://vab.anu.edu.au/pubs/1/adjustment
toretirement.pdf.
Calhoun JF, Acocella JR. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan. Ed ke-3. Satmoko, Ny.RS, penerjemah. Terjemahan dari:
Psychology of Adjustment and Human Relationships. New York (US): Mc
Graw-Hill, Inc.
Earl JK, Yu T. 2012. Promoting The Australian retirement experience [internet].
[diunduh 2014 Feb 13]. Tersedia pada:
www.productiveageing.com.au/../Earl.
Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan. Istiwidayanti, Soedjarwo,
penerjemah. Sijabat RM, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari:
Developmental Psychology: A Life-Span Approach, fifth edition.
Johnson ML; associate editors: Vern L Bengtson, peter G Goleman, Thomas B L
Kirkwood. 2005. The Cambridge Handbook of Age and Ageing. Edinburgh
(UK): Cambridge University Press.
Kim JE, Moen P. 2002. Retirement transitions, gender, and psychological well-
being: a life-course, ecological model. Journal of Gerontology:
Psychological Sciences (57B) No.3: 212-222.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID):
Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, IPB.
[Komnas Lansia]. Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil penduduk lansia
tahun 2009.[internet]. [Diunduh pada 2014 Feb 18]. Tersedia pada:
http://www.komnaslansia.go.id/d0wnloads/profil/Profil_Penduduk_Lanjut_
Usia_2009.pdf.
Kotzka T, Jachimowicz V. 2010. Relationship of quality of life to dispotional
optimsm, health of locus of control and self-efficacy in older subject living
in different environments. Qual Life Res (19): 351-361. doi:
10.1007/s11136-010-9601-0.
Leung CSY, Earl JK. 2012. Retirement Resources Inventory: construction, factor
structure and psychometric properties. Journal of Vocational Behavior 81
(2012) : 171–182. doi:10.1016/j.jvb.2012.06.005. [diunduh pada 2014 Feb
13]. Tersedia pada: http://www2.psy.unsw.edu.au/Users/JEarl/PDF/
LeungEarl2012. pdf.
Long JS. 1984.The adult Life 2nd
edition. California US: Mayfield publisihing
company.
20
Lowis MJ, Edwards AC, Burton M. 2009. Coping with retirement: well-Being,
health, and religion. The Journal of Psychology. UK: Heldref Publication.
Niedenthal PM, Gruber SK, RIC F. 2006. Psychology of Emotion. NY (US):
Psychology Press.
Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2008. Psikologi Perkembangan. A.K. Anwar,
penerjemah. Jakarta (ID): Kencana.
Rogers D. 1979. The Adult Years. New Jersey (US): Prentice Hall, Inc.
Sulastri S. 2013. Pengaruh dukungan sosial dan strategi nafkah terhadap
kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun.[skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Turner JS, Helms DB. 1986. Contemporary Adulthood. Ed ke-3. New York (US):
CBS College Publishing.
van Solinge H, Henkens K. 2005. Couple’s adjustment to retirement: a multi-actor
panel study. Journal of Gerontology: Social Sciences (60B) 1: S11-S20.
[diunduh pada 2014 Feb 25]. Tersedia pada: http://www.researchgate.net/
profile/Kene_Henkens/publication/8088447_Couples%27_adjustment_to_re
tirement_a_multi- actor_panel_study/file/ d912f50f3c9f363c72.pdf.
Wang M, Henkens K, van Solinge H. 2011. Retirement adjustment: review of
theoretical and empirical advancement. American Psychologist. Advance
online publication. doi: 10.1037/a0022414. [diunduh 2014 Feb 26]. Tersedia
pada: http://psycnet.apa.org/journals/amp/66/3/204/.
Wells Y, deVaus D, Kendig H, Quine S, Petralia W. 2006. Healthy retirement
project: technical report. [internet]. [diunduh 2014 Feb 28]. Tersedia
pada:http://www.researchgate.net/profile/Yvonne_Wells/publication/
228827069_HEALTHY_RETIREMENT_PROJECT_Incorporating_HEAL
THY_RETIREMENT_PROJECT_%281997-1999%29_HEALTH_
AND_WELL-BEING_IN_RETIREMENT_%282000-
002%29/file/9fcfd513ecce3a49b2.pdf.
Wong JY, Earl JK. 2009. Towards an integrated model of individual,
psychosocial, and organizational predictors of retirement adjustment.
Journal of Vocational Behavior (75), 1-13. [diunduh pada Feb 28 2014].
Tersedia pada: http://www2.psy.unsw.edu.au/Users/JEarl/Web%20
papers/Wong%20&%20Earl%20(2009).pdf.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Persentase sebaran jawaban partisipan berdasarkan pernyataan dalam
kuesioner sumber daya pensiun (%)
No Pernyataan Laki-laki Perempuan
STS SS N S SS STS SS N S SS
(RT3) Dimensi Fisik dan Finansial
1 Kondisi kesehatan
saya baik 0 0 0 73.3 26.7 0 3.3 3.3 63.3 30.0
2 Tidak terganggu
oleh penyakit yang
diderita
0 0 16.7 50.0 33.3 3.3 3.3 10.0 53.3 30.0
3 Tidak terganggu
oleh gangguan
mental
0 0 3.3 56.7 40.0 0 0 6.7 56.7 36.7
21
No Pernyataan Laki-laki Perempuan
STS SS N S SS STS SS N S SS
4 Bisa melakukan
kegiatan harian
atau hobi
0 0 0 70.0 30.0 0 0 3.3 60.0 36.7
5 Memiliki
penghasilan untuk
membiayai diri/
keluarga
3.3 3.3 3.3 46.7 43.3 0 6.7 0 46.7 46.7
6 Memiliki tabungan
untuk menunjang
keuangan
0 20.0 6.7 56.7 16.7 0 16.7 0 66.7 16.7
7 Memiliki investasi
untuk mendukung
keuangan
0 3.3 53.3 33.3 10.0 0 3.3 50.0 30.0 16.7
8 Memanfaatkan
penghasilan
pensiun
3.3 0 3.3 26.7 66.7 0 0 0 6.7 93.3
(RT2) Dimensi Sosial
1 Mempunyai banyak
teman yang secara
rutin berhubungan
0 3.3 6.7 63.3 26.7 0 0 3.3 50.0 46.7
2 Mempunyai banyak
anggota keluarga
yang secara rutin
berhubungan
0 0 0 43.3 56.7 0 0 0 30.0 70.0
3 Mempunyai banyak
kenalan dari 0 3.3 3.3 66.7 26.7 3.3 0 0 60.0 36.7
4 Dukungan dari
hubungan dengan
teman
0 0 3.3 63.3 33.3 0 0 3.3 56.7 40.0
5 Dukungan dari
hubungan dengan
keluarga
0 0 0 50.0 50.0 0 0 0 36.7 63.3
6 Dukungan dari
hubungan dengan
kenalan
0 0 6.7 50.0 43.3 0 0 3.3 43.3 53.3
7 Menerima
dukungan
informasional
0 0 0 90.0 10.0 0 0 0 80.0 20.0
8 Menerima
dukungan emosi 0 0 0 93.3 6.7 0 0 3.3 93.3 6.7
9 Mendapat bantuan
dalam bentuk nyata 0 0 6.7 73.3 20.0 0 10.0 26.7 40.0 23.3
(RT1) Dimensi Emosi, Kognitif, dan Motivasi
1 Selalu merasa
positif 0 0 0 66.7 33.3 0 0 13.3 46.7 40.0
2 Dapat merasakan
emosi sendiri 0 0 3.3 70.0 26.7 0 0 0 73.3 26.7
3 Paham bahwa
emosi
mempengaruhi
perilaku
0 0 3.3 56.7 40.0 0 0 0 73.3 26.7
4 Mampu
mengendalikan
emosi
0 0 10.0 63.3 26.7 0 0 6.7 63.3 30.0
5 Memiliki banyak
kendali/pengaruh
terhadap kehidupan
0 16.7 10.0 50.0 23.3 0 3.3 23.3 60.0 13.3
6 Merasa diri
bermanfaat 0 0 13.3 53.3 33.3 0 0 20.0 60.0 20.0
7 Jarang lupa
menyimpan barang
atau hal baru terjadi
0 13.3 33.3 23.3 30.0 0 6.7 56.7 30.0 6.7
(Lanjutan dari Lampiran 1)
22
No Pernyataan Laki-laki Perempuan
STS SS N S SS STS SS N S SS
8 Mampu mengingat
kejadian yang telah
berlalu
0 0 3.3 50.0 46.7 0 0 0 66.7 33.3
9 Mudah mengingat
suatu kata atau
artinya
0 3.3 20.0 60.0 10.0 0 3.3 16.7 73.3 6.7
10 Mampu
mempelajari
pengetahuan/
keterampilan baru
0 3.3 33.3 50.0 13.3 0 13.3 23.3 60.0 3.3
11 Cepat dalam
mengingat sesuatu
yang diperlukan
0 3.3 10.0 73.3 13.3 0 3.3 10.0 80.0 6.7
12 Selalu bisa
mengatasi masalah 0 0 3.3 63.3 33.3 0 0 0 76.7 23.3
13 Mudah membuat
keputusan tepat 0 3.3 23.3 63.3 10.0 0 3.3 16.7 70.0 10.0
14 Akan
meningkatkan
usaha, saat
menghadapi
kesulitan
0 0 0 63.3 36.7 0 0 3.3 73.3 23.3
15 Tetap berusaha
mencapai keinginan 0 16.7 36.7 36.7 10.0 0 30.0 26.7 30.0 13.3
16 Mudah
menyesuaikan diri
dengan lingkungan/
rencana
0 0 3.3 73.3 23.3 0 0 6.7 70.0 23.3
17 Mencari bantuan
orang lain ketika
sangat kesulitan
0 3.3 3.3 63.3 30.0 0 0 3.3 80.0 16.7
18 Tidak memiliki
banyak harapan
yang belum
tercapai
0 3.3 13.3 40.0 43.3 3.3 10.0 6.7 33.3 46.7
Keterangan: STS=sangat tidak setuju; TS= tidak setuju; N= netral; S= setuju; SS= sangat setuju.
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putri sulung dari pasangan Drs. E Saeful R Fansuri, M.Pd
dan Siti Deti Widiakartini. Penulis lahir di Cianjur, 7 April 1992. Pendidikan
formal pertama dilalui penulis di TK Islam Al-Azhar 18 Cianjur (1997-1998) dan
bersekolah dasar di SD Islam Al-Azhar 18 Cianjur (1998-2004). Selanjutnya
sekolah menengah pertama diselesaikan di MTS Persatuan Islam 04 Cianjur
(2004-2007). Penulis menamatkan sekolah menengah atas di SMA
Muhammadiyah (Islamic Centre Muhammadiyah Cipanas) pada tahun 2010.
Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor di Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia tahun 2010-2014.
Selama kuliah penulis pernah mengikuti berbagai organisasi
kemahasiswaan di antaranya Samisaena 2012 sebagai sebagai koordinator divisi
PAUD dan sebagai ketua departemen di Departemen Sosling-BEM FEMA Trilogi
2013. Beberapa kepanitiaan yang pernah diikuti oleh penulis antara lain INDEX
2013 sebagai steering committee, FRESH 2013, dan INDEX 2012.
(Lanjutan dari Lampiran 1)
23
Penulis pernah memperoleh beasiswa PPA di semester 3 dan 6-8 serta
beberapa prestasi lain. Di tahun 2013 penulis menjadi Duta Konsumen IKK,
mahasiswa berprestasi (Mapres) II Departemen IKK, dan peringkat 4 (Mapres)
FEMA. Di tahun terakhir kuliah, penulis menjadi mahasiswa berprestasi
departemen IKK 2014 dan juara tiga mahasiswa berprestasi FEMA.