Post on 14-Nov-2020
PENGARUH SIMULASI BELAJAR TERHADAP
PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI
DI TAMAN KANAK-KANAK ADHYAKSA XXI
LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN
Skripisi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
LUCIANA DEWITA
NIM 11160541000086
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M
LEMBAR PERNYATAAN PLAGIASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Luciana Dewita
NIM : 11160541000086
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
PENGARUH SIMULASI BELAJAR TERHADAP
PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI DI TAMAN
KANAK-KANAK ADHYAKSA XXI LEBAK BULUS
JAKARTA SELATAN adalah benar karya saya sendiri dan
tidak melakukan tindak plagiat dalam penyusunannya. Adapun
kutipan dalam karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses sebagaimana
mestinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan
merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat.
Jakarta, 2020
Luciana Dewita
NIM 11160541000086
i
PENGARUH SIMULASI BELAJAR TERHADAP
PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI
DI TAMAN KANAK-KANAK ADHYAKSA XXI
LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjaan Sosial (S. Sos)
Oleh:
Luciana Dewita
NIM : 11160541000086
Pembimbing
Suparto, M. Ed., Ph.D
NIP : 197103301998031004
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
ABSTRACT
Luciana Dewita (11160541000086), The Effect of Learning
Simulations on Early Childhood Social Development at
Adhyaksa XXI Kindergarten Lebak Bulus Jakarta Selatan,
under the Guidance of Suparto, M. Ed., Ph.D.
Lerning simulation is one w to hone early childhood
soccial abilities. With a good simulation, the child will imitate
good behavior because childern at an early age are great
imitators.
The purpose of this study is to determine the impact of
learning simulations on the development of social early
childhood. This study used a quantitative approach. The research
techinque used is a total sampling with a total of 40 student at
Adhyaksa XXI Kindergarten by giving questionnaires to parents
to fill in. Data collection is using questionnaire that has been
tested for validity and reliability. Data processing and analysis
using SPSS for windows 25.0, data processing technique have
been collected using simpel linear regression analysis.
The result of this research show that there is a significant
influence between learning simulations an the social development
of childern of this age, showing significant value of 0,000 below
and 0,05 meaning that good learning simulations will affect early
childhood social development.
Keywords: Early childhood, Learrning simulation, Social
development, Early childhood education.
ii
ABSTRAK
Luciana Dewita (11160541000086), Pengaruh Simulai Belajar
Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Di Taman
Kanak-Kanak Adhyaksa XXI Lebak Bulus Jakarta
Selatan,di bawah Bimbingan Suparto, M. Ed., Ph.D.
Simulasi belajar merupakan salah satu cara untuk
mengasah kemampuan sosial anak usia dini, dengan simulasi
yang baik anak akan meniru perilaku yang baik karena anak pada
usia dini merupakan peniru yang hebat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh simulasi belajar terhadap perkembangan
sosial anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Teknik penelitian yang digunakan adalah total
sampling dengan jumlah 40 peserta didik di TK Adhyaksa XXI
dengan cara memberikan kuisionernya kepada orangtua atau wali
murid untuk mengisinya. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuesioner yang telah melalui uji validitas dan
reliabilitas. Dalam pengolahan data dan analisis menggunakan
SPSS for windows 25.0, data yang telah terkumpul diolah
menggunakan analisis regresi linear sederhana.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara simulasi belajar dengan
perkembangan sosial anak usia dini, menunjukan nilai signifikan
0,000 dibawah dari 0,05 artinya simulasi belajar yang baik akan
mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini.
Kata Kunci: Anak usia dini, Simulasi belajar, Perkembangan
sosial, Pendidikan anak usia dini.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya kepada penulis. Atas izin-Nya penulis diberikan
nikmat sehat sehingga dapat menyelesaikan penelitian skripsi
dengan judul “Pengaruh Simulasi Belajar Terhadap
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini di Taman Kanak-
Kanak Adhyaksa XXI Lebak Bulus Jakarta Selatan”.
Sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad saw
dan para sahabat.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan baik dari
segi isi maupun penyajian dalam skripsi ini. Karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak akan penulis terima
dengan senang hati. Penyusunan skripsi ini tidaklah mudah,
membutuhkan waktu, fikiran dan tenaga. Dalam menyelesaikan
penelitian ini penulis banyak menerima bantuan, kritik, saran,
motivasi dan doa yang tulus dari berbagai pihak. Melalui kata
pengantar ini penulis ingin menyampaikan ungkapan syukur dan
terima kasih yang tulus kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan,
kemudahan dan keikhlasan bagi saya dalam menyelesaikan
penelitian ini.
2. Nenek, mamah dan papah tercinta yang telah mendidik,
selalu memberikan dukungan, motivasi serta selalu
iv
mendo’akan agar penulis selalu diberikan kesehatan dan
kemudahan dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Bapak Suparto, M. Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Dr. Siti Napsiyah, MSW.
sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr.
Sihabudin Noor, MA. sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum dan Bapak Cecep Castrawijaya, MA.
sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
4. Bapak Ahmad Zaky M. Si., sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial, Ibu Nunung Khoiriyah M. Ag., sebagai
Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan juga para
dosen Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis.
5. Bapak Suparto, M. Ed., Ph.D sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan kritik, arahan dan nasehat kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan.
6. Teruntuk Nur Rahman, kakakku Yuliyana dan Septian serta
seluruh keluargaku tersayang terimakasih atas segala bantuan
dan doanya.
7. Kepala Sekolah, guru, karyawan dan orangtua atau
walimurid TK Adhyaksa XXI yang telah menerima dan
membantu saya saat melaksanakan penelitian.
8. Terimakasih kepada teman-temanku Cicha, Ismi, Meisyta,
Lina Ghina, Maulida, Dea, Shifa, Tias, Rahma, Tari, Fenny,
Devi, Via dan semua teman yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu yang selalu memberikan dukungan kepada
v
penulis saat melewati masa-masa sulit dalam penyusunan
skripsi.
9. Alm. Bapak Nurcholis, skrispsi ini penulis persembahkan
sebagai amanat terakhir yang disampaikan, tanpa bapak
mungkin saya belum sampai dititik ini.
10. Teman-teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 2016
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan, motivasi, serta doa yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan, memberikan
rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua. Semoga skripsi
ini bermanfaat. Amin Ya Robbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Jakarta, Maret 2020
Luciana Dewita
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 7
C. Batasan Masalah ................................................................. 8
D. Rumusan Masalah ............................................................... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 9
F. Kajian Terdahulu .............................................................. 11
G. Sistematika Penulisan ....................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI .................................................. 16
A. Kerangka Teori ................................................................. 16
1. Anak Usia Dini ........................................................... 16
2. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini ........................ 22
3. Simulasi Belajar .......................................................... 34
4. Kesejahteraan Sosial Anak ......................................... 39
5. Permasalahan Anak ..................................................... 42
B. Kerangka Pemikiran ......................................................... 43
C. Hipotesis ........................................................................... 44
vii
BAB III METODODOLOGI PENELITIAN ......................... 45
A. Populasi dan Sampel .......................................................... 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 46
C. Sumber Data ..................................................................... 46
D. Instrumen Penelitian ......................................................... 47
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 50
F. Teknik Pengolahan Data ................................................... 51
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................ 52
H. Teknik Analisis Data ........................................................ 54
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. 55
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ......................................... 55
B. Karakteristik Responden ................................................... 60
C. Deskripsi Variabel Simulasi Belajar ................................. 62
D. Deskrisi Variabel Perkembangan Sosial ........................... 64
E. Metode Pembelajaran ....................................................... 65
F. Analisis Data dan Pembahasan ......................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................... 75
A. Kesimpulan ........................................................................ 75
B. Saran ................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 77
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitan Variabel x .................... 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitan Variabel y .................... 49
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel x ..................................... 70
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel y ..................................... 71
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel x .................................. 72
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel x ................................. 72
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ........................... 73
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................ 43
Gambar 4.1 Struktur Organisasi TK Adhyaksa XXI ................. 57
Gambar 4.2 Kegiatan Upacara ................................................... 58
Gambar 4.3 Kegiatan Bantuan Sosial Korban Banjir ................ 59
Gambar 4.4 Diagram Jenis Kelamin .......................................... 61
Gambar 4.5 Diagram Usia .......................................................... 62
Gambar 4.6 Diagram Variabel Simulasi Belajar ........................ 63
Gambar 4.7 Diagram Variabel Perkembangan Sosial ................ 64
Gambar 4.6 Anak Sedang Bermain Peran Menjadi Seorang
Polisi ....................................................................... 66
Gambar 4.7 Anak Sedang Menggambar Sesuai Imajinasi .......... 67
Gambar 4.8 Anak Sedang Berperan Menjadi Petugas
Pemadam Kebakaran .............................................. 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumya orang berpendapat bahwa masa kanak-
kanak merupakan masa terpanjang dalam rentang kehidupan
manusia. Menurut Hurlock, masa kanak-kanak dimulai
setelah bayi yang penuh dengan ketergantungan yaitu
dimulai sejak usia 2 tahun. Masa kanak-kanak dibagi
menjadi dua periode yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak
(Wiyani & Barnawi 2012, 35).
Bredelkamp berpendapat bahwa anak usia dini adalah
anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang
tercangkup dalam program pendidikan prasekolah. Pada
masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar
dan melakukan apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Anak usia dini berada pada masa (golden age) (Mutia 2010,
2). Masa ini disebut masa keemasan, karena pada masa ini
terjadi perkembangan yang sangat menakjubkan dan terbaik
sepanjang hidup manusia. Perkembangan tersebut mencakup
perkembangan fisik dan psikhis. Perkembangan fisik dan
psikhis tak luput dari perhatian orangtua dan guru di sekolah.
Anak pada usia dini butuh perhatian orangtua dan
guru di sekolah karena pada masa golden age merupakan
priode awal yang paling penting dan mendasar dalam
sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan
kehidupan manusia. Sejak lahir anak sudah membawa bekal
2
sebagai potensi yang siap dikembangkan (Yus 2011, 18).
Dalam perkembangan selanjutnya, potensi itu yang akan
dikembangkan. Anak pada usia dini mempunyai daya
tangkap yang kuat dalam menerima segala hal. Memiliki
kecenderungan rasa ingin tahu yang tinggi. Setiap anak
senantiasa akan mendengar, melihat, menikmati berbagai hal
yang baru dan menirunya dikemudian hari.
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak. Lingkungan berperan
dalam proses pembelajaran anak, terutama pembentukan,
pertumbuhan dan perkembangan sosial anak usia dini. Secara
keseluruhan lingkungan sekolah yang mempunyai pengaruh
besar terhadap anak usia dini pra sekolah. Oleh karena itu,
lingkungan perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat
mengembangkan dan menyempurnakan apa yang dibawa
sejak anak lahir (Yus 2011, 19). Usia dini merupakan masa
pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, motorik,
kognitif, bahasa, sosio-emosional, konsep diri, disiplin, seni,
moral, dan nilai-nilai agama (Mutia 2010, x). Untuk
mengembangkan hal tersebut diperlukan pendidikan yang
baik.
Anak-anak adalah harapan masa depan dan tugas
orang tua adalah memberikan contoh perilaku yang baik,
pendidikan yang cukup bagi anaknya, serta mengarahkan
anak-anaknya sesuai dengan talenta yang dimiliki. Orang tua
adalah pendidik kodrati, karena naluri inilah timbul kasih
sayang para orangtua kepada anak, sehingga secara moral
3
mereka merasa mempunyai tanggung jawab untuk
memelihara, mengawasi, dan melindungi serta membimbing
keturunan mereka (Jalaludin 1998, 203) sebagaimana Allah
swt berfirman dalam QS. Al-Luqman: 15:
وإن جبهداك على أن تشزك بي مبليس لك به علم فلا تطعهمب
ويب معزوفب واتبع سبيل مه أوبة إلى ثم إلى مزجعكم وصبحبهمب فيبلد
فأوبئكم بمب كىتم تعملىن
Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau
tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah
engkau menaati keduanya, dan pergauilah keduanya
di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku
tempat kembalimu, maka akan kuberitahu kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan (Al-Qur'an dan
Terjemahan 2006, 411)
Dalam hal ini orangtua menjalankan kewajibannya untuk
memenuhi hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak. Pendidikan menjadi modal utama untuk kesejahteraan
sosial bagi anak, terutama pada masa usia dini. Banyak anak
usia dini yang tidak disekolahkan oleh orangtuanya karena
beberapa faktor mulai dari biaya dan lain hal, ini
disenbabkan karena lemanya perangkat kebijakan dan
penegakan hukum. Privatisasi pendidikan menjadi dampak
sosial yang tidak diharapkan salah satu contoh adalah
pendidikan menjadi “barang mewah” yang sulit dijangkau
4
oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat yang kurang
mampu (Suharto 2005, 218).
Allah swt juga berfirman dalam QS. Al-Mujadalah: 11:
الله الذيه ءامىىا مىكم والذيه أوتىا العلم درجبت يزفع
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan”. (Al-Qur'an dan Terjemahan 2006, 543)
Martin Luther berpendapat bahwa perlunya sekolah,
ia menekankan bahwa sekolah digunakan sebagai sarana
pendidikan yang penting dalam hidup anak. Tanpa
pendidikan anak tidak akan mendapatkan bekal bagi
hidupnya kelak. Sedangkan menurut John Amos Comenius
berpendapat bahwa pendidikan harus dimulai sejak dini.
Sejak anak lahir pendidikan sudah perlu dimulai (Yus 2011,
2).
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14
menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
5
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut (Depdiknas 2009, 3).
Anak akan mendapat stimulus untuk
perkembangannya, misalnya perkembangan membaca dan
menulis, kemampuan berhitung permulaan, perkembangan
kreativitas, perkembangan bahasa, kemampuan bersosialisasi
dan moral anak. Perkembangan sosial anak juga sangat
ditentukan oleh ketetapan dalam menerapkan strategi
pembelajaran. Pembelajaran yang efektif bagi anak usia dini
adalah melalui suatu kegiatan yang berorientasi bermain.
Simulasi belajar termasuk di dalam metode bermain. Melalui
bermain, anak dapat meningkatkan kemampuan motorik,
kognintif, kreativitas, bahasa dan sosial emosional (Masitih,
2006).
Perkembangan sosial yaitu kemampuan dalam
berhubungan dengan orang atau kemampuan menjalin
hubungan baik dengan orang lain dan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar (Suryana 2018, 190).
Beragam upaya dapat dilakukan untuk mengoptimalkan
kemampuan sosial pada anak. Pentingnya pengembangan
kemampuan sosial anak tidak berbeda dengan potensi
lainnya, karena perkembangan sosial merupakan bagian dari
kecerdasan anak secara keseluruhan yang berkaitan dengan
kehidupan anak.
Proses perkembangan sosial terdiri dari tiga proses
yaitu, (1) Belajar bertingkah laku dengan cara yang dapat
diterima masyarakat, (2) Belajar memainkan peran sosial
6
yang ada di masyarakat, (3) Mengembangkan sikap sosial
terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di
masyarakat. Ketiga proses sosial ini akan melahirkan tiga
model individu, yaitu individu sosial, individu nonsosial, dan
individu antisosial (Suryana 2018, 180).
Perkembangan sosial merupakan bagian dari
kecerdasan anak secara keseluruhan yang berkaitan dengan
kehidupan anak. Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh bimbingan dalam berbagai aspek kehidupan
sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat dan
memberikan contoh pada kehidupan sehari-hari. Anak usia
dini sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat (Mulyasa 2016, 16).
Karena di Taman Kanak-Kanak anak usia dini dapat belajar
melalui bermain, melalui simulasi anak akan meniru
dikemudian hari.
Ada beberapa isu yang berkaitan dengan anak usia
dini, banyak dari mereka yang tidak dapat bersosialisasi
dengan baik atau dikatakan menjadi anti sosial, ada juga
yang sulit beradaptasi dengan baik karena teralalu sibuk
dengan alat elektronik yang diberikan oleh orangtuanya, serta
karena pola asuh yang salah. Anak usia dini melakukan
sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat, untuk itu mereka
membutuhkan contoh yang baik. Contoh yang baik
didapatkan dari simulasi atau segala hal yang mereka lihat
secara langsung. Anak pada masa ini relative rentan, tak
berdaya dan masih membutuhkan bantuan orang lain. Hal ini
7
juga yang menjadi alasan penulis ingin mengetahui
perkembangan sosial pada anak usia dini hingga dibutuhkan
simulasi pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan
sosial pada anak usia dini.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan
pada masa anak usia dini akan lebih sering belajar sosial dari
lingkungannya. Dari pembelajaran di sekolah anak akan
lebih mudah beradaptasi dengan orang-orang disekitarnya
dan teman sebaya serta dapat menumbuhkan rasa empati dan
jiwa sosial yang tinggi. Peneliti tertarik dalam melihat
perkembangan sosial anak usia dini di TK Adhyaksa XXI.
Peneliti memilih TK Adhyaksa XXI karena pada
tahun 2019 mendapat predikat akreditasi A, memiliki
fasilitas yang lengkap dan memadai, serta TK ini berada
dibawah naungan Kejaksaan Agung Republik Indonesia. TK
Adhyaksa XXI menepakan kedisiplinan pada anak sejak dini
melalui upacara yang dilakukan pada setiap hari senin. Untuk
itu penulis membuat suatu penelitian dengan judul
“PENGARUH SIMULASI BELAJAR TERHADAP
PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI DI
TAMAN KANAK-KANAK ADHYAKSA XXI”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang penulis
mengidentifikasikan permasalahan yang akan dijadikan
bahan penelitian selanjutnya.
8
1. Penggunaan simulasi belajar tepat oleh guru di sekolah
TK (Taman Kanak-Kanak) untuk anak usia dini
mengembangkan kemampuan sosial.
2. Pentingnya simulasi belajar di sekolah terhadap
perkembangan sosial anak.
3. Masih terdapat beberapa anak yang masih menyendiri
dan bergantung pada guru di sekolah.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan untuk memberikan
batasan terkait penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
untuk menghindari pelebaran pokok masalah agar penelitian
yang akan dilakukan lebih jelas dan terarah, serta
memfokuskan pembahasan tujuan penelitian tercapai:
1. Karena TK Adhyaksa mempunyai beberapa cabang yang
tersebar dibeberapa provisi, maka penelitian ini
dilakukan di TK Adhyaksa XXI yang berada di Lebak
Bulus, Jakarta Selatan. Peneliti memilih di Jakarta karena
sesuai dan jarak yang memungkinkan untuk melakukan
penelitian. Adapun dipilihnya TK Adhykasa XXI sebagai
tempat penelitian karena sekolah ini terakreditasi “A”
pada tahun 2019. Melalui simulasi yang baik dan
menerapkan kedisiplinan kepada anak sejak dini
membantu anak untuk mengembangkan kemampuan
sosialnya.
2. Responden dalam penelitian ini adalah 40 orang peserta
didik yang berusia 5 – 6 tahun dan bersekolah di TK
9
Adhyaksa XXI dengan memberikan kuisonernya kepada
orangtua atau wali muridnya untuk mengisi. Adapun
dipilihnya orangtua murid karena orangtua yang
merasakan perkembangan anaknya dari segala aspek.
Anak pada usia 5 – 6 tahun mempunyai daya ingat yang
tinggi dan memerlukan persiapan untuk menghapi tingkat
pendidikan selanjutnya. Karena pada masa ini merupakan
tahap perkembangan yang kritis, dimana sikap sosial dan
pola perilaku sosial dibentuk (Susanto 2011, 138).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah
di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan
dibahas sebagai berikut:
“Apakah simulasi belajar dapat mempengaruhi
perkembangan sosial anak usia dini?”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian sejalan dengan rumusan masalah penelitian,
maka tujuan dan manfaaat dalam melakukan penelitian ini
adalah:
1. Tujuan penelitian
a) Tujuan Umum : Untuk mengetahui pengaruh simulasi
belajar terhadap perkembangan sosial anak usia dini.
b) Tujuan Khusus : Untuk mengetahui pengaruh
simulasi pembelajaran terhadap perkembangan sosial
anak usia dini di TK Adhyaksa XXI.
10
2. Manfaat penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini yaitu:
a) Secara Teoritis
1) Penelitian ini memberikan wawasan kepada penulis
mengenai teori, konsep, dan metedologi penelitian.
2) Ilmu pengetahuan, diharapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi kontribusi pemikiran bagi
perkembangan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
bidang sosial dan pekerjaan sosial dibidang
pendidikan.
3) Akademis, diharapkan hasil penelitian dapat
memberikan kontribusi serta dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi peneliti yang akan
melakukan penelitian lebih lanjut.
b) Secara Praktis
1) Bagi TK Adhyaksa XXI, diharapkan penelitian ini
data memberikan masukan dalam segala hal guna
menjalankan proses pengembangan simulasi
belajar dari berbagai aspek dan juga memberikan
manfaat bagi peningkatan dalam proses
perkembangan sosial anak usia dini.
2) Bagi peneliti, diharapkan peneliti mengerti dan
memahami tentang pengaruh simulasi belajar
terhadap perkembangan sosial anak usia dini di
TK Adhyaksa XXI.
11
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam penyusunan skripsi ini dilakukan tinjauan
kajian terdahulu yang mempunyai judul atau subjek penelian
yang hampir sama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
bahwa apa yang penulis teliti saat ini tidak sama dengan
penelitian sebelumnya dan untuk membandingkan penelitian
yang sudah dilakukan dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Azhari pada tahun
2014 membahas tentang “Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
AL-Qur’an”. Dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Dalam penelitian ini membahas tentang
Pendidikan anak usia dini dalam Al-Qur’an. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan bahwa sejak dini hendaknya
orangtua mengajarkan anak tentang pedidikan. Dalam
mendidik anak orangtua mengajarkan anak sesuai dengan
minat, kemampuan serta bakatnya. Bila sejak usia dini,
seorang anak memperoleh pendidikan yang baik, maka
kemudian hari ia akan menjadi orang yang kreatif dan
memperoleh bekal bagi masa depannya kelak. Persamaannya
dengan penelitian yang ditulis adalah dimana kedua
penelitian ini sama-sama menggunakan metode kuantitatif
dan melihat bagaimana pendidikan anak usia dini dalam
Islam. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Azhari
adalah penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yaitu
melihat kuantitas Pendidikan Anak Usia Dini dalam Al-
Qur’an.
12
Penelitian yang dilakukan oleh Retno Wulandari
(2011) yang membahas tentang “Pengaruh Lingkungan
Sekolah Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak
Usia Dini Di TK Bhayangkari Desa Batan Kecamatan
Banyudono Kabupaten Boyolali”. Dengan menggunakan
metode penelitian kuantitaif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya pengaruh lingkungan sekolah terhadap
perkembangan sosial emosional anak usia dini. Hasil dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa lingkungan sekolah dapat
mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak melalui
kegiatan bermain kelompok dan menggunakan media
lingkungan sekolah yang ada. Pembelajaran yang
dilaksanakan dengan bimbingan dan arahan guru dapat
berjalan dengan baik. Namun terdapat faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak
yaitu keluarga, kematangan fisik, status ekonomi, Pendidikan
dan kapasita mental. Persamaan pada penelitian ini adalah
menggunakan metode penelitian kuantitatif dan membahas
perkembangan sosial anak usia dini. Perbedaannya adalah
penelitian yang dilakukan Retno melihat kuantitas
lingkungan sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Choiruni Nisak Aulina
(2014), dengan penelitian “Pengaruh Bermain Peran
Terhadap Peningkatan Kemampuan Sosial Anak Usia Dini”.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
kemampuan sosial antara anak yang diberikan perlakuan
13
bermain peran dan anak yang tidak diberikan perlakuan
bermain peran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
kelompok eksperimen dengan perlakuan bermain peran jauh
lebih baik untuk perkembangan sosial anak usia dini
dibanding kelompok kontrol yang tanpa perlakuan bermain
peran. Persamaan dari penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh bermain peran terhada peningkatan kemampuan
sosial, dimana bermain peran termasuk dalam rangkaian
simulasi belajar. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh
Choiruni hanya melihat kualitas bermain peran dengan
menggunakan sampel kelas percobaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurdeini Mai
Fitri (2008), yang berjudul “Efektifitas Pola Asuh Orangtua
Terhadap Perkembangan Sosiak Anak Usia Dini Di Taman
Kanak-Kanak Pembina Painan”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan efektifitas pola asuh yang
diterapkan oleh orangtua dirumah terhadap perkembangan
sosial anak usia dini. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa
pola asuh orangtua memiliki pengaruh penting terhadap
perkembangan sosial anak usia dini. Persamaan dari
penelitian ini adalah dimana kedua penelitian ini membahas
perkembangan sosial anak usia dini. Adapun perbedaannya
yaitu penelitian yang dilakukan Fitri mengaitkan pola asuh
orangtua dan menggunakan ternik observasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Cari Ulina BR Bangun
(2018), dengan jusul penelitian “Pengaruh Bermain Peran
Terhadap Kemampuan Sosial Anak Usia 4 – 5 Tahun Di TK
14
IT Insan Madani Bandar Setia Tahun Ajaran 2017/2018”.
Perbedaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ulina
adalah jenis penelitian ini menggunakan eksperimen semu
dengan populasi 70 anak dengan teknik snowball sampling.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
sosial anak yang diajarkan melalui metode bermain peran.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh signifikan
antara metode bermain peran dengan kemampuan sosial
anak. Persamaan dari penelitian ini adaah sama-sama
membahas kemampuan sosial anak usia dini, dimana
kemampuan sosial termasuk didalam perkembangan sosial
anak usia dini.
G. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN:
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
F. Kajian Terdahulu
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori terkait dengan metode penelitian
B. Kerangka pemikiran
C. Hipotesis
3. BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
15
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Sumber Data
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Pengolahan Data
G. Tekik Analisis Data
4. BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian
B. Pembahasan
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah individu yang sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat, bahkan dikatan sebagai lompatan
perkembangan. Anak usia dini memiliki rentang usia
yang sangat berharga disbanding usia-usia
selanjutnya karena perkembangan kecerdasannya
yang pesat. Pada masa ini merupakan fase kehidupan
yang unik, dan berada pada masa proses perubahan
berupa pertumbuhan, perkembangan, pematangan
dan penyempurnaan baik pada jasmani dan
rohaninya yang berlangsung seumur hidup, bertahap,
dan berkesinambungan (Mulyasa 2016, 16).
Anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia 0 – 8 tahun. Usia dini merupakan masa
keemasan (golden age) dimana pertumbuhan otak
anak usia dini sangat pesat karena terciptanya
bermiliar-miliar sel otak. Masa ini disebut masa
keemasan, karena pada masa ini terjadi
perkembangan yang sangat menakjubkan dan terbaik
sepanjang hidup manusia yang hanya datang sekali
dan tidak dapat diulangi lagi. Usia dini merupakan
17
kesempatan emas bagi anak untuk belajar, orientasi
belajar pada usia dini perlu diarahkan pada
pengembangan pribadi, seperti sikap dan minat
belajar serta berbagai potensi dan kemampuan
dasarnya.
Usia dini sangat menentukkan untuk
pengembangan kualitas manusia. Perkembangan
intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-
tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% kecerdasan
orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4
tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia
8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau
akhir dasawarsa kedua. Perkembangan tersebut
mencakup perkembangan fisik dan psikhis. (Mutia
2010, 85)
Menurut Montessori menyebutkan bahwa
anak usia dini sebagai periode sensitive (sensitive
periods). Pada masa ini anak mudah menerima
stimulus-stimulus tertentu. Suatu sensitivitas khusus
terhadap sesuatu yang baru akan berakhir bila
sesuatu kebutuhan yang dibutuhkannya telah
terpenuhi. Pada masa ini, harus adanya rasa
kebebasan dalam lingkungan untuk pengembangan
fisik, mental, dan pertumbuhan spiritualnya, karena
dengan lingkungan yang kondusif memungkinkan
anak berkreasi secara bebas dan mengembangkan
potensi dirinya secara maksimal.
18
Hakikat anak usia dini menurut Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 adalah kelompok manusia yang berusia 0 – 6
tahun. Namun ada beberapa ahli yang
mengelompokkannya hingga usia 8 tahun. Anak usia
dini merupakan kelompok anak yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat
unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan
halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosio
emosional, bahasa dan komunikasi (Depdiknas 2009,
3). Karena keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya, maka anak usia dini dibagi dalam
tiga tahapan perkembangan yaitu masa bayi, masa
batita (toddler), masa Pra Sekolah (early childhood).
Usia 0 – 6 tahun merupakan usia yang sangat
menentukkan dalam pembentukkan dan kepribadian
anak dan sangat penting dalam perkembangan
inteligensi (Mutia 2010, 7).
Usia dini merupakan priode awal yang paling
penting dan mendasar dalam sepanjang rentang
pertumbuhan serta perkembangan kehidupan
manusia. Anak usia dini memiliki karakteristik yang
khas, baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya.
Karakteristik anak usia dini secara umum yaitu
memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki
pribadi yang unik, suka berfantasi, dan berimajinasi,
19
masa paling potensial untuk belajar, menunjukkan
sikap egosebtris, memiliki rentang daya konsentrasi
yang pendek, dan sebagai makkhluk sosial.
Berdasarkan definisi di atas dapat isimpulkan
bahwa anak usia dini adalah anak dalam rentang usia
0 – 6 tahun yang memiliki kemampuan untuk belajar
yang sangat tinggi, mempunyai karakter yang unik
dan memiliki karakteristik yang berbeda sesuai
dengan tahapan usianya.
b. Pendidikan Anak Usia Dini
Istilah Pendidikan berasal dari bahasa Yunani
yaitu kata peadagogy yang kata asalnya adalah
padeos yang arinya anak dan agoge yang artinya
membimbing atau memimpin. Dapat dimaknai
peadagogy artinya seseorang yang tugasnya
membimbing anak pada masa pertumbuhannya
sehingga menjadi anak yang mandiri dan
bertanggungjawab. Dalam bahasa Romawi dang
Inggris, Pendidikan yaitu educate atau to aducate
yang berarti mengeluarkan sesuatu yag berada di
dalam atau memperbaiki moral dan melatih
intelektual (El-Khuluqo 2015, 1).
Pendidikan adalah bidang yang memfokuskan
kegiatan pada proses belajar mengajar untuk dapat
memahami keadaan pendidik dan peserta didik.
Pendidikan juga adalah salah satu usaha untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat baik
20
dari Pendidikan formal maupun nonformal (Anwar
2014, 73).
Pendidiakan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir hingga usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan Pendidikan untuk mebantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Anak usia dini adalah anak
yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan
untuk mencapai optimalisasi senua aspek
perkembangan baik fisik maupun psikis, yaitu
intelektual, bahasa, motorik, dan sosio mosional dan
bermain merupakan sarana belajar anak usia dini
(Suryana 2018, 217).
Pendidikan usia dini merupakan pendidikan
yang paling mendasar menempati posisi yang sangat
strategis dalam pengembangan sumber daya
manusia. Karena rentang anak usia dini metupakan
rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam
proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses
serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya.
Periode ini merupakan periode kondusif untuk
menumbuhkembangkan berbagai kemampuan fisik,
kognitif, bahasa, sosial emosional, dan spiritual.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal
21
1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut (Depdiknas 2009, 3)
Pendidikan usia dini merupakan pendidikan
yang menentukan terbentuknya kepribadian anak,
karena anak pada usia dini mempunyai daya tangkap
yang tinggi dan mudah meniru sesuatu yang
dilihatnyan baik dari orangtua maupun lingkungan.
Proses pendidikan anak usia dini yaitu terjadi sejak
dalam kandungan hingga masa bayi 8 tahun. Dengan
demikian jenis kegiatannya yang dilakukan untuk
proses belajar dapat berupa taman kanak-kanak,
kelompok bermain, tempat penitipan anak, dan
kegiatan lain yang berdasarkan lembaga atau
dibawah institusi institusi.
Semenjak dalam kandungan telah terjadi
proses perkembangan dan pedidikan. Artinya
pendidikan anak usia dini sangatlah penting. Harus
dimulai sejak dini agar menjadi kebiasaan dan
menjadi bekal untuk melanjutkan kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak
usia dini merupakan pendidikan yang dapat
22
membantu menumbuhkembangkan anak dan
pendidikan dapat membantu perkembangan anak
secara wajar, serta sebagai upaya untuk memberikan
stimulasi, bimbingan, pengasuhan, kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan
dan keterampilan pada anak usia dini.
2. Perkembangan Sosial
a. Pengertian Perkembangan Sosial
Istilah perkembangan anak mengacu pada
proses dimana seseorang anak tumbuh dan
mengalami berbagai perubahan sepanjang hidupnya.
Perkembangan tersebut ditentukan secara genetik,
serta dipengaruhi dan dimodifikasi oleh berbagai
faktor lingkungan – seperti nutrisi, kondisi hidup
dan segala hal yang dialami pada setiap tahap
kehidupan. Perkembangan sosial dibentuk dari
beberapa aspek antara lain watak dan sikap, rasa
percaya diri dan harga diri, membina hubungan
sikap dan penguasaan diri, perawatan diri dan
kemandirian, serta kesadaran untuk bermasyarakat
(Meggit 2013, 1)
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan
proses yang terjadi pada tiap makhluk. Pada
manusia terutama anak-anak, proses tumbuh
kembang ini terjadi dengan sangat cepat, terutama
pada periode tertentu. Proses pertumbuhan dan
23
perkembangan anak terjadi sejak dalam kandungan.
Setiap organ dan fungsinya mempunyai kecepatan
tumbuh yang berbeda-beda. Pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak berlangsung menurut
prinsip-prinsip yang umum, namun demikian anak
memiliki ciri khas tersendiri (Susanto 2011, 153).
Perkembangan sosial meliputi perkembangan
hubungan anak dengan orang di sekitarnya.
Sosialisasi adalah proses mempelajari keterampilan
serta kelakuan, yang memampukan anak untuk
dapat hidup berdampingan dengan masyarakat di
sekitarnya. Pada saat usia 2 – 3 tahun lingkaran
sosial anak mulai meluas. Ini adalah hal yang
penting, karena anak akan membutuhkan banyak
bantuan dan dukungan dalam mengadapi
pengalaman-pengalaman sosial yang baru. Dalam
periode ini, seorang anak dapat mulai bergabung
dengan sesamanya dalam suatu perkumpulan atau
grup. Memasuki usia 5 – 8 tahun seorang anak
mulai mampu memahami perasaan orang lain. Anak
tidak akan bersikap egois, mudah bergaul dan lebih
percaya diri untuk berkomunikasi dengan yang lain
(Meggit 2013, 13).
Perkembangan sosial adalah suatu proses
untuk membentuk nilai, keterampilan, kelakuan, dan
sikap seseorang (Jahja 2011, 446). Perkembangan
sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan
24
orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman
bermain, hingga masyarakat secara luas (Suyadi
2010, 109). Perkembangan sosial dapat diartikan
sebagai perubahan berkesinambungan dalam
perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial
(Jahja 2011, 47).
Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi, melebur menjadi satu kesatuan, saling
berkomunikasi, dan bekerja sama. Anak dilahirkan
belum bersifat sosial. Anak belum memiliki
kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk
mencapai kematangan sosial anak harus belajar
tentang cara-cara penyesuaian diri dengan orang
lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui
berbagai kesempatan atau bergaul dengan orang
dilingkungannya yaitu orangtua, saudara, teman,
dan sekolah (Suryana 2018, 191).
Perkembangan sosial berhubungan dengan
perilaku anak untuk menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan masyarakat dan lingkungannya.
Perkembangan sosial diperoleh anak melalui
kematangan dan kesempatan belajar dari
lingkungannya. Perkembangan sosial mengikuti
pola tertentu dari kelompok budaya tertentu. Oleh
25
karena itu, perilaku sosial atau nonsosial yang
dibina pada masa kanak-kanak akan sangat
menentukkan kepribadiannya baik melalui
pengalaman yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan. Melalui Pendidikan prasekolah
dapat memberikan pengalaman sosial dibawah
bimbingan guru dan membantu mengembangkan
hubungan sosial yang menyenangkan (Mulyasa
2016, 30).
Robinson mengartikan sosialisai sebagai
proses belajar yang membimbing anak kearah
perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung
jawab (Susanto 2011, 41)
Proses perkembangan sosial terdiri dari tiga
proses yaitu, (1) Belajar bertingkah laku dengan
cara yang dapat diterima masyarakat, (2) Belajar
memainkan peran sosial yang ada di masyarakat, (3)
Mengembangkan sikap sosial terhadap individu lain
dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat. Ketiga
proses sosial ini akan melahirkan tiga model
individu, yaitu individu sosial, individu nonsosial,
dan individu antisosial. Pola bermain sosial pada
masa awal kanak-kanak yaitu bermain soliter,
bermain sebagai penonton atau pengamat, bermain
parallel, bermain asosiatif, dan bermain kooperatif
(Suryana 2018, 180).
26
Pentingnya pengembangan kemampuan
sosial anak tidak berbeda dengan potensi lainnya,
karena perkembangan sosial merupakan bagian dari
kecerdasan anak secara keseluruhan yang berkaitan
dengan kehidupan anak. Perkembangan sosial anak
sangatlah penting dikembangkan agar anak mampu
berinteraksi sosial. Perkembangan sosial anak
sangat dipengaruhi oleh bimbingan dalam berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma-norma
kehidupan bermasyarakat dan memberikan contoh
pada kehidupan sehari-hari (Susanto 2011, 40).
Perilaku sosial pada anak usia dini diarahkan
untuk perkembangan sosial yang baik seperti
kerjasama, tolong-menolong, berbagi, simpati,
empati, dan saling membutuhkan satu sama lain
(Susanto 2011, 137). Sasaran perkembangan sosial
pada anak usia dini adalah keterampilan
berkomunikasi, keterampilan memiliki rasa senang
dan periang, menjalin persahabatan, memiliki etika
dan tata krama yang baik. Bentuk perilaku sosial
yang paling penting diterapkan pada anak usia dini
yaitu penyesuaian sosial yang memungkinan anak
dapat bergaul dengan teman-temannya. Karena pada
masa ini merupakan tahap perkembangan yang
kritis, dimana sikap sosial dan pola perilaku sosial
dibentuk (Susanto 2011, 138).
27
b. Ciri-Ciri Perkembangan Sosial
Secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan
sebagai makhluk sosial. Namun untuk mewujudkan
potensi ini anak harus berada dalam interaksi
dengan lingkungan manusia lainnya.
Kecenderungan manusia yang membutuhkan
manusia lainnya (Susanto 2011, 43).
Perkemangan perilaku sosial anak ditandai
dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-
teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk
diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan tidak
puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak
tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau
dengan saudara atau melakukan kegiatan dengan
anggota keluarga lain. Anak ingin bersama
temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas
bila tidak bersama temannya (Susanto 2011, 44).
Anak usia dini biasanya mudah
bersosialisasi dengan orang sekitarnya. Umumnya
anak usia dini satu atau dua teman, tetapi teman ini
mudah berganti. Mereka umumnya mudah dan cepat
menyesuaikan diri secara sosial. Teman yang dipilih
biasanya dengan jenis kelamin yang sama,
kemudian berkembang kepada jenis kelamin yang
berbeda. Kelompok bermain anak usia dini
cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik,
oleh karena itu kelompok ini cepat berganti.
28
Paten mengamati tingkah laku sosial anak
usia dini ketika mereka sedang main sebagai
berikut: 1) Tingkah laku unoccupied. Anak tidak
bermain dengan sesungguhnya. 2) Bermain soliter.
Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat
permainan berbeda dengan apa yang dimainkan oleh
teman yang ada didekatnya. 3) Tingkah laku
onlooker. Anak menghabiskan waktu dengan
mengamati. 4) Bermain parallel. Anak bermain
dengan saling berdekatan, tetapitodak sepenuhnya
bermain bersama dengan anak yang lain. 5) Bermain
asosiatif. Artinya anak bermain dengan anak yang
lain tetapi tanpa organisasi, 6) Bermain kooperatif
artinya anak bermain dengan kelompok dimana ada
organisasi, ada pimpinannya (Susanto 2011, 148-
149).
Secara spesifik, Hurlock mengklasifikasikan
pola perilaku sosial pada anak usia dini ini ke dalam
pola-pola perilaku sebagai berikut meniru,
persaingan, kerjasama, simpati. Empati, dukungan
social, membagi, dan perilaku akrab (Susanto 2011,
139).
Menurut Sermal perkembangan sosial anak
usia prasekolah tepatnya ketika ia berumur sekitar
empat tahun, sudah tampak jelas. Ciri-ciri umum
perkembangan sosial anak usia dini adalah: 1) anak
sudah mengenal aturan, baik lingkungan keluarga
29
maupun ketika bermain, 2) anak sudah mulai tunduk
kepada aturan, 3) anak sudah mulai menyadari hak
dan kepentingan orang lain, 4) anak mulai dapat
bermain dengan teman-temanya (pergroup).
Perkembangan sosial anak tersebut sangat
dipengaruhi oleh iklim sosial psikologi baik
dilingkungan keluarga maupun lingkungan TK.
Melalui hubungan sosial ini, anak akan banyak
belajar sehingga memperoleh banyak pengalaman.
Hal ini akan sangat membantu memupuk kreatifitas
anak yang sangat dibutuhkan dalam hidupnya kelak
(Asrul and Syukri 2016, 113).
Biechler dan Snowman menegaskan anak
usia prasekolah yaitu anak yang berusia antara 3-6
tahun. Pemerintah menetapkan bahwa anak TK dan
RA adalah anak yang berada dalam rentang usia 4
tahun sampai 6 tahun. Berdasarkan usia ini dapat
dikenali karateristik fisik, sosial, emosi dan
kognitifnya (Yus 2011, 16). Berikut ini
dikemukakan ciri-ciri sosial anak menurut Biechler
dan Snowman: 1) bersahabat hanya pada satu atau
dua orang dan mudah berganti, 2) bermain dalam
kelompok yang kecil, 3) anak yang lebih muda
bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar,
4) pola bermain bervariasi sesuai dengan kelas
sosial dan gender, 5) sering terjadi perselisihan dan
30
mudah berbaikan kembali, 6) telah menyadari peran
jenis kelamin (Yus 2011, 17).
Penilaian aspek perkembangan sosial
meliputi: 1) tenggang rasa terhadap orang lain, 2)
bekerja sama dengan teman, 3) mudah
bergaul/berinteraksi dengan orang lain, 4) dapat
berkomunikasi dengan orang yang sudah
dikenalnya, 5) meniru kegiatan orang dewasa, 6)
mau berbagi dengan teman, mau bermain dengan
teman sebaya, 7) tolong menolong sesama teman, 8)
dapat mengikuti aturan permainan, 9) dapat
mematuhi peraturan yang ada.
Beaty menyatakan bahwa perkembangan
sosial anak berkaitan dengan perilaku prososial dan
bermain sosialnya. Aspek perilaku sosial meliputi:
1) Empati, yiatu menunjukkan perhatian kepada
orang lain yang kesusahan atau menceritakan
perasaan orang lain yang mengalami konflik. 2)
Kemurahan hati, yaitu berbagi sesuatu dengan yang
lain atau memberikan barang miliknya. 3) Kerja
sama, yaitu bergantian menggunakan barang dan
melakukan sesuatu dengan gembira. 4) Kepedulian,
yaitu membantu orang yang membutuhkan bantuan
(Susanto 2011, 145). Jadi perkembangan sosial
adalah suatu proses untuk berperilaku sesuai dengan
tuntutan dan harapan sosial yang berlaku
dimasyarakat.
31
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial
Masa lima tahun pertama merupakan masa
terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia,
kemampuan pengindraan, berpikir, keterampilan
berbahasa dan berbicara, dan bertingkah laku sosial.
Secara garis besarnya terdapat dua faktor yang
mempengaruhi proses perkembangan sosial yang
optimal bagi seorang anak, yaitu faktor internal
(dalam) dan faktor eksternal (luar). Faktor internal
adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri anak
itu sendiri, baik yang merupakan bawaan maupun
yang diperoleh dari pengalaman anak. Faktor
internal meliputi: 1) hal-hal yang diturunkan dari
orang tua; 2) unsur berpikir dan kemampuan
intelektual; 3) keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh
(unsur hormonal); 4) emosi dan sifat-sifat
tempramen.
Adapun faktor eksternal atau faktor luar
adalah faktor-faktor yang diperoleh anak dari luar
dirinya, seperti keluarga, faktor gizi, budaya, dan
teman bermain atau teman di sekolah. Keluarga
sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian
anak. Sikap dan kebiasaan keluarga dalam
mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua
dengan anak, dan hubungan antara anggota
keluarga. Keluarga yang berisiko tinggi merupakan
32
lingkungan keluarga yang tidak menunjang proses
pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal.
Kekurangan gizi dalam pola makanan
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu, tingkat
kecerdasan dan daya tahan tubuhnya menurun dan
pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan
seluruh dirinya. Kesadaran masyarakat terhadap
perilaku kesehatan, kebersihan lingkungan,
keamanan, tingkat keberagamaan warga masyarakat,
serta yang terpenting pola Pendidikan akan sangat
mempengaruhi kepribadian anak. Melalui
pendidikan anak akan dapat mengenal berbagai
aspek kehidupan dan nilai-nilai atau norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat.
Adapun teman bermain, tempat dan alat
bermain, kesempatan pendidikan di sekolah,
semuanya akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak memiliki teman bermain
yang mempunyai perangai kasar, akan membawa
dampak kepada temannya berprilaku yang sama.
Begitu juga anak yang berteman dengan anak yang
berperangai lembut, maka ia pun akan terbawa
lembut, karena anak mudah meniru dan mengikuti
orang lain.
Menurut Dini P. Daeng faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak usia
33
dini yaitu: 1) adanya kesempatan untuk bergaul; 2)
Adanya minat dan motivasi untuk bergaul; 3)
Adanya bmbingan dan pengajaran dari orang lain
untuk anak; 4) adanya kemampuan berkomunikasi
yang baik yang dimiliki anak (Susanto 2011, 154-
156).
d. Faktor Penghambat Perkembangan Sosial
Ada beberapa faktor yang dapat menghambat
perkembangan sosial anak yaitu sebagai berikut: 1)
kurang berkesempatan bersosialisasi. Penyebabnya
orang tua dan anggota keluarga tidak memiliki
cukup waktu dan sikap orang tua terlalu protektif, 2)
motivasi diri rendah. Penyebabnya anak menarik
diri dari lingkungan karena mereka tidak mendapat
kepuasan dan anak menjadi korban prasangkaatau
sasaran ejekan, 3) ketergantungan yang berlebihan.
Anak yang terlalu bergantung pada orang tua akan
terhambat perkembangan sosialnya, 4) penyesuaian
yang berlebihan dengan harapan bahwa hal ini akan
menjamin penerimaan mereka, 5) adaptasi diri
rendah. Penyebabnya anak tidak memiliki motivasi
untuk menyesuaikan diri dan anak kurang memiliki
pengetahuan tentang harapan kelompok, 6)
prasangka. Bagi anak yang berprasangka akan
menjadi kejam dan tidak toleran sedangkan anak
korban prasangka menjadi agresif dan menganggap
34
bahwa lingkungan sosial memusuhi mereka
(Hasnida 2014, 40).
3. Simulasi Belajar
a. Pengertian Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang
hanya berpura-pura saja (dari kata simulate yang
artinya berpura-pura atau bertaubat seolah-olah; dan
simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-
pura saja. Simulasi dapat berupa role playing,
psikodrama, sosiodrama, dan permainan. (Taniredja
2013, 39).
Menurut Abu Ahmadi simulasi (simulation)
berarti tiruan atau suatu perbuatan yang bersifat
pura-pura saja (Ahmadi 2005, 83). Sebagai metode
mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang menggambarkan keadaan sebenarnya.
Maksudnya adalah siswa dengan bimbingan guru
melakukan peran dalam simulasi tiruan untuk
mencoba menggambarkan kejadian yang sebenarnya.
Maka didalam kegiatan simulasi, peserta atau
pemegang peranan melakukan lingkungan tiruan dari
kejadian yang sebenarnya. Metode pembelajaran
simulasi merupakan metode pembelajaran yang
membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang
nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of
affaris) atau proses. Berdasarkan beberapa pendapat
35
yang dikemukakan oleh beberapa oleh beberapa ahli
tersebut di atas, dapat dipahami bahwa metode
simulasi merupakan suatu model pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dengan cara penyajian
pengalaman belajar dengan menggunakan situasi
tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode
pembelajaran dengan tujuan tidak semua proses
pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada
objek yang sesungguhnya. Simulasi pembelajaran
bagi anak usia dini diperlukan karena anak banyak
belajar dari apa yang mereka lihat secara langsung.
b. Jenis-Jenis Simulasi
Menurut Wina Sanjaya (Sanjaya 2011, 159)
simulasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut:
1) Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran
bermain peran untuk memecahkan masalah–
masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial,
permasalahan yang menyangkut hubungan antara
manusia. Sosiodrama juga dapat diartikan
sebagai pembelajaran bermain peran dengan
mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik
sosial yang menghubungkan individu dalam
sebuah kelompok. Sosiodrama digunakan untuk
36
memberikan pemahaman dan penghayatan akan
masalah-masalah sosial serta mengembangkan
kemampuan siswa untuk memecahkannya.
Sosiodrama memiliki peran penting untuk
meningkatkan kreativitas, intelektual, dan
keterampilan sosial.
Sosiodrama merupakan kegiatan bermain
yang disukai anak usia dini. Sosiodrama
memiliki beberapa elemen yaitu: 1). Bermain
dengan melakukan imitasi, yaitu anak bermain
pura-pura melakukan peran orang disekitarnya.
2). Bermain pura-pura seperti objek, yaitu anak
melakukan gerakan dan menirukan suara seperti
objeknya. 3). Bermain peran dengan menirukan
Gerakan, yaitu meniru pembicaraan guru dan
murid. 4). Persisten, yaitu anak melakukan
kegiatan bermain selama 10 menit. 5). Interaksi,
yaitu melakukan kegiatan minimal dengan 2
orang. 6). Komunikasi verbal, yaitu anak
berkomunikasi dengan anak yang lain.
Dapat disimpulkan bahwa sosiodrama
adalah suatu kegiatan bermain peran berpura-
pura atau seakan-akan yang dilakukan secara
langsung dengan menerapkan norma-norma yang
ada dimasyarakat.
37
2) Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran
dengan bermain peran yang bertitik tolak dari
permasalahan-permasalahan psikologis.
Psikodrama merupakan permainan peranan yang
dimaksudkan agar individu memperoleh
pengertian lebih dalam tentang dirinya.
Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi,
yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep
diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan
yang dialaminya.
3) Role Playing
Role playing atau permainan peran adalah
metode pembelajaran sebagai bagian dari metode
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi
peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa
aktual. Dalam proses pelajarannya metode ini
mengutamakan pola permainan dalam bentuk
dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh
kelompoknya masing-masing dengan mekanisme
pelaksanaan yang diarahkan guru untuk
melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan
atau direncanakan sebelumnya.
Melalui bermain peran, anak-anak
mencoba mengeksplorasi hubungan antar
manusia dengan cara memperagakannya dan
38
mendiskusikannya sehingga dapat
mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai dan
berbagaistrategi pemecahan masalah. Bermain
peran membantu anak-anak menemukan makna
dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi
dirinya (Mulyasa 2016, 173).
Dapat disimpulkan bahwa role playing
adalah kegiatan bermain peran dalam
pengawasan dan bukan merupakan kegiatan yang
sesungguhnya.
c. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Simulasi
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode
Simulasi Menurut Wina Sanjaya terdiri atas 3 bagian
yaitu persiapan simulasi, pelaksanaan simulasi dan
penutup simulasi.
1) Persiapan Simulasi
a) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan.
b) Guru memberikan gambaran masalah dalam
situasi yang akan disimulasikan.
c) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat
dalam simulasi, peranan yang harus
dimainkan oleh pemeran.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya pada siswa yang terlibat
dalam pemeran simulasi.
39
2) Pelaksanaan Simulasi
a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok
pemeran.
b) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh
perhatian.
c) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada
pemeran yang mendapatkan kesulitan.
d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat
puncak. Hal ini dimaksudkan untuk
mendorong siswa berfikir dalam
menyelesaikan masalah yang sedang
disimulasikan.
3) Penutup Simulasi
a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya
simulasi maupun materi cerita yang
disimulasikan.
b) Guru harus mendorong agar siswa dapat
memberikan kritik dan tanggapan terhadap
proses pelaksanaan simulasi.
4. Kesejateraan Sosial Anak
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
pasal 1 ayat 1 tentang Kesejahteraan Sosial, Kesejahteraan
sosial anak adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, sosial agar hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya.
40
Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
menyatakan bahwa tanggung jawab orangtua atau
keluarga adalah: Petama mengasuh, memelihara,
mendidik dan melindungi anak. Kedua,
menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan,
bakat dan minatnya. Ketiga, mencegah terjadinya
perkawinan pada usia anak. Keempat, orangtua tidak ada,
atau karena suatu sebab, tidak dapat dilaksanakan
kewajiban dan tanggungjawabnya maka kewajiban dan
tanggungjawab beralih pada keluarga, yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Orangtua atau keluarga mempunyai posisi
strategis dan sangat berperan dalam kehidupan anggota
keluarganya, dalam mengasuh dan mendidik anak, agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dalam
kehidupannya.
Dalam UU No. 23 Tahun 2002 diatur mengenai
hak dan kewajiban anak yang tercantum dalam Pasal 4
sampai pasal 10 adalah sebagai berikut: 1). Hak untuk
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi. 2). Hak atas suatu nama sebagai
identitas diri dan status kewarganegaraan. 3). Hak untuk
beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam
bimbingan orang tua. 4). Hak untuk mengetahui orang
41
tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.
5). Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan
sosial. 6). Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. 7).
Khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak
memperoleh pendidikan luar biasa 8). Setiap anak yang
menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,
bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial. 9). Hak menyatakan dan didengar pendapatnya,
menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai
dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan dan kepatutan. 10). Hak untuk beristirahat dan
memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang
sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan
minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi
pengembangan diri
Setiap hak yang didapatkan berimbang dengan
kewajiban yang harus dijalankan, selain memiliki
beberapa hak, seorang anak juga memiliki beberapa
kewajiban yang harus dilaksanakan dalam kehidupannya.
Dalam pasal 19 UU NO. 23 Tahun 2002 diuraikan bahwa
setiap anak memiliki kewajiaban untuk: 1. Menghormati
orang tua, wali, dan guru. 2. Mencintai keluarga,
masyarakat, dan menyayangi teman. 3. Mencintai tanah
42
air, bangsa, dan negara. 4. Menunaikan ibadah sesuai
dengan ajaran agamanya. 5. Melaksanakan etika dan
akhlak yang mulia.
5. Permasalahan Anak
Saat ini 38 juta atau 23% dari penduduk Indonesia
hidup berada di bawah garis kemiskinan. Selain
kemiskinan, jumlah anak rawan terlantar ada 10,1 juta
anak. Pemerintah memperkirakan jumlah pekerja anak
sebesar 1,8 juta dan anak terlibat prostitusi sebanya
40.000 – 70.000 anak. Apabila pendidikan tidak lagi
mampu menjadi pemurtus rantai kemiskinan, maka anak-
anak akan menjadi korban yang paling nyata dan dampak
sosial yang ditimbulkannya. Dalam jangka yang panjang,
lemahnya investasi sosia dibidang pendidikan akan
memperburuk pembangunan kualitas hidup manusia di
kemudian hari.
Penyelenggaraan pendidikan yang harusnya
menjadi tanggungjawab pemerintah kemudian diserahkan
kepada pihak swasta untuk, dalam hal ini untuk
memperoleh keuntungan. Karenanya seringkali
menjadikan pendidikan menjadi bahan bisnis dan
investasi. Pendidikan menjadi “barang mewah” yang sulit
dijangkau masyarakat bawah (Suharto 2005, 213-214).
Pemerintah harus tetap bertanggungjawab dalam
dunia pendidikan. Keterbatasan dana tidak boleh dijadikan
alasan untuk lepas tanggungjawab pemerintah. Karena
43
yang sering terjadi adalah salah kelola. Mempertegas dan
memperjelas arah regulasi pendidikan, mengembangkan
aturan pendidikan yang jelas dan tegas. Mengembangkan
jaminan sosial pendidikan untuk keluarga kurang mampu
(miskin) secara melembaga dan berkelanjutan misalnya
tunjangan pendidikan, beasiswa, subsidi silang (Suharto
2005, 220).
B. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Variabel Bebas , Variabel Tergantung
Psikodrama Kesadaran Diri
Sosiodrama Tanggung jawab
Role playing Perilaku Prososial
Variabel yang Mengikuti Variabel yang Mengikuti
44
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis terdiri dari dua bagian, yaitu hipotesis kerja atau
alternative (Ha) dan hipotesis null (Ho). Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
- Ha: Adanya pengaruh simulasi belajar terhadap
perkembangan sosial anak usia dini di Taman Kanak-
Kanak Adhyaksa XXI Lebak Bulus.
Jika nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen
berpengaruh artinya hipotesis Ho ditolak dan Ha
diterima.
- Ho: Tidak ada pengaruh antara simulasi belajar terhadap
perkembangan sosial anak usia dini di Taman Kanak-
Kanak Adhyaksa XXI Lebak Bulus.
Jika nilai signifikan > 0,05 maka variabel independen
tidak berpengaruh., artinya Ho diterima dan Ha ditolak.
(Hartono 2018, 75)
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi dan sampel diperlukan
untuk memperkecil kompleksitas dan menghemat waktu,
tenaga dan biaya serta mendapatkan sampel dengan
karkteristik yang serupa dengan populasi. Berikut adalah
populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Populasi
Poulasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2014,
148). Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik
yang terkait dengan program pembelajaran di sekolah TK
Adhyaksa XXI dengan karakteristik khusus yaitu siswa-
siswi kelompok TK B yang berusia 5 – 6 tahun yaitu
sejumlah 40 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono 2014, 149). Sampel
dalam penelitian ini adalah peserta didik dengan
memberikan kuisionernya kepada orangtua atau wali
murid. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah
46
populasi. Total sampling digunakan ketika jumlah
populasi kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan
sampel penelitian (Arikunto 2010, 112).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari
– Maret 2020, di Taman Kanak-Kanak Adhyaksa XXI.
Beralamat di Jalan Adhyaksa IV, Komplek Kejaksaan Agung
RI, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
C. Sumber Data
Sumber data adalah hasil pencatatan peneliti baik
yang berupa fakta atau angka. Dalam memperoleh data yang
dibutuhkan guna melengkapi proses penelitian ini, penulis
melakukan serangkaian kegiatan yang bersumber dari data:
a. Data Primer
Data primer merupakan hasil penelitian yang dilakukan
secara langsung. Data primer dalam penelitian ini
diperoeh dari kuisioner yang disebar dan diisi oleh
responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak
lain yang dilakukan secara studi literatur, artikel, jurnal,
kurikulum yang berkatan dengan penelitian. Dalam
penelitian ini penulis mendapatkan sumber data sekunder
dari Kurikuum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) TK
Adhyaksa XXI.
47
D. Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan instrumen penelitian sebagai
proses pengumpulan data agar menjadi lebih mudah dan
sistematis. Penelitian ini menggunakan sebuah pendekatan
yang dikenal dengan pendekatan kuantitatif dengan
pendekatan kausal. Pendekatan kausal dalam penelitian ini
dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab –
akibat dengan cara berdasarkan atas pengamatan terhadap
akibat yang ada, mencari kembali faktor yang menjadi
penyebab melalui data tertentu. Dimana dalam penelitian ini
akan dilihat efektivitas simulasi belajar terhadap
perkembangan sosial anak usia dini.
Dalam hal ini peneliti menggunakan instrumen
penelitian dalam bentuk angket atau kuisioner. Kuisioner
yang digunakan terdiri dari dua variabel, yaitu kuisioner
yang berkaitan dengan simulasi belajar dan kuisioner
perkembangan sosial anak usia dini. Pembuatan kuisioner
harus sesuai dengan variabel penelitian dan juga skala yang
digunakan untuk mengukur data yang diperoleh. Definisi
variabel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas adalah valiabel yang menjadi penyebab
atau mempengaruhi variabel lainnya (Sugiyono 2014,
39). Variabel bebas (x) adalah Simulasi Belajar
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur
untuk menentukan pengaruh variabel yang dipengaruhi
48
oleh variabel bebas (Sugiyono 2014, 39). Variabel terikat
(y) pada penelitian ini adalah Perkembangan Sosial Anak
Usia Dini (y).
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitan Variabel
Simulasi Belajar
Diadaptasi dari beberapa buku yaitu Strategi Belajar Mengajar,
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Definisi operasinal
simulasi belajar menurut Abu Ahmadi adalah tiruan atau suatu
perbuatan yang bersifat pura-pura dan menurut Wina Sanjaya
simulasi dibagi menjadi tiga yaitu sosiodrama, psikodrama dan
role playing.
VARIABEL DIMENSI/ASPEK SUB-INDIKATOR ITEM
Menurut Abu
Ahmadi simulasi
(simulation)
berarti tiruan
atau suatu
perbuatan yang
bersifat pura-
pura saja
(Ahmadi 2005,
83).
1. Sosiodrama
a. Percaya diri
b. Peduli dengan teman
c. Mampu berkomunikasi
d. Mampu mengemukakan pendapat
e. Mampu berinteraksi
1
2
3
4
5
2. Psikodrama
a. Menggambar dengan imajinasi
b. Mengetahui perasaannya
c. Berkhayal dengan benda disekitar
d. Kreativitas
6
7
8
9
3. Role Playing
a. Bermain dengan benda disekitar
b. Bermain dengan teman lainnya
c. Mengingat peran yang dimainkan
d. Memecahkan masalah sederhana
e. Menunjukan sikap toleransi
f. Tahu akan kewajibannya
g. Memiliki semangat dalam memainkan
peran
h. Menunjukkan tutur kata yang baik
10
11
12
13
14
15
16
17
49
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitan Variabel
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Definisi operasional perkembangan sosial menurut Suryadi
adalah tingkat jalinan anak dengan orang lain dan diadaptasi
dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini aspek perkembangan sosial terdiri dari kesadaran
diri, rasa tanggungjawab untuk diri sendiri dan orang lain serta
perilaku prososial.
VARIABEL DIMENSI/ASPEK SUB-INDIKATOR ITEM
Perkembangan
sosial adalah
tingkat jalinan
interaksi anak
dengan orang
lain, mulai dari
orang tua,
saudara, teman
bermain, hingga
masyarakat
secara luas
(Suyadi 2010,
109)
1. Kesadaran Diri
a. Menunjukan sikap mandiri
b. Mengendalikan perasaan
c. Bangga terhadap hasil karya sendiri
d. Menunjukkan rasa percaya diri
e. Memahami peraturan dan disiplin
f. Memiliki sikap gigih (pantang menyerah)
1
2
3
4
5
6
2. Rasa tanggung jawab
untuk diri sendiri dan
orang lain
a. Tahu akan haknya
b. Mentaati aturan kelas
c. Bertanggung jawab atas perilakunya
d. Mengatur diri sendiri
e. Menghargai orang lain
f. Mau berbagi, menolong, dan membantu
teman
7
8
9
10
11
12
3. Perilaku Prososial
a. Bermain dengan teman sebaya
b. Berbagi dengan orang lain
c. Menghargai hak/pendapat/karya orang lain
d. Menaati aturan permainan
e. Menunjukkan rasa empati
f. Mengenal tata krama dan sopan santun
g. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan
kondisi yang ada
h. Bersikap kooperatif dengan teman
13
14
15
16
17
18
19
20
50
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian dibutuhkan sebuah data.
Data merupakan suatu hal yang penting untuk melakukan
sebuah penelitian, yang kemudian data tersebut digunakan
untuk menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian.
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data
sekunder, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode:
1. Studi pustaka
Teori diperoleh dari buku, jurnal, sumber yang
berkaitan, dan karya ilmiah. Metode ini digunakan untuk
mempelajari dan memahami literatur-literatur berkaitan
dengan penelitian ini.
2. Angket (Kuisioner)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner yang
telah dibuat oleh peneliti memiliki skala variabel dengan
kategori jawaban 4 tingkatan. Kuisioner yang telah dibuat
akan diberikan kepada guru dan orangtua wali murid yang
akan dijadikan sebagai objek penelitian. Kuisioner yang
dibuat telah dikembangkan sendiri oleh peneliti untuk
digunakan sebagai bahan pernyataan yang berkaitan
dengan simulasi belajar dengan perkembangan sosial anak
usia dini. Sebelum kuisioner dibagikan kepada responden,
peneliti akan melakukan pengujian terhadap kuisioner
51
untuk meyakinkan validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Kuisioner tersebut akan diberikan kepada 20 responden di
TK Adhyaksa XXI untuk menguji validitas dan
reliabilitas terhadap kuisioner yang dibuat.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan
data melalui peninggalan yang tertulis. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
dokumentasi yaitu mendokumenter data dari peserta didik
di Taman Kanak-Kanak Adhyaksa XXI Lebak Bulus.
Mengkaji dokumen yang berkaitan dengan permasalahan
guna dijadikan sebagai sumber penelitian. Data yang
dibutuhan antara lain latar belakang sekolah, data-data
siswa, dan juga kurikulum yang digunakan sebagai acuan
untuk melaksakan pembelajaran, serta dokumentasi dalam
bentuk foto yang akan diambil selama masa penelitian.
F. Teknik Pengolahan Data
Peneliti menggunakan teknik skala likert untuk
pemberian hasil dari kuisioner yang diberikan kepada
responden. Skala likert merupakan skala yang digunakan
untuk mengukur pendapat, sikap, persepsi baik berasal dari
seseorang maaupun sekelompok orang tentang fenomena
sosial yang diteliti. Peneliti menggunakan skala likert yang
terdiri dari 4 poin.
52
Data yang telah terkumpul menggunakan kuisioner
selanjutnya akan diolah secara kuantitatif dengan
menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social
Science) for windows versi 25.0. analisis data dilakukan
apabila semua data telah terkumpul dan telah melalui uji
prasyarat maka akan dilakukan analisis data. Data dalam
penelitian berskala ordinal maka penelitian ini dianalisis
menggunakan uji regresi. Uji regresi ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh dari variabel x (simulasi belajar)
terhadap variabel y (perkembangan sosial anak usia dini).
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu
instrumen (Ridwan dan Sunarto 2012, 348). Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya instrumen yang kuran valid berarti
memiliki validitas rendah.
Validitas dalam penelitian ini merupakan jenis
validitas konstruk yaitu menentukan validitas dengan
cara mengkorelasikan antar skor yang diperoleh masing-
masing item yang dapat berupa pertanyaan maupun
pernyataan dengan skor totalnya. Setelah membuat
kuesioner (instrumen penelitian) langkah selanjut
menguji apakah kuesoner yang dibuat tersebut valid atau
tidak. Untuk mengukur kevalidan dari instrumen, penulis
53
menggunakan metode korelasi produk momen (product
momen correlation) yaitu dengan menggunakan rumus:
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa
sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik (Arikunto 1998, 171).
Instrumen yang dipercaya akan menghasilkan data yang
dipercaya juga. Dalam penelitian ini uji reliabilitas
variabel dengan menggunakan rumus koefisien Alpha
Cronbach. Reliabilitas yang digunakan adalah uji internal
consistency dengan jenis alpha cronbach, sebab pada
kuesioner yang dibuat menggunakan skala likert. Rumus
alpha cronbach sebagai berikut:
54
H. Teknik Analisis Data
Karena data dalam penelitian ini berskala ordinal
maka penelitian dianalisis menggunakan teknik uji regresi.
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
simulasi belajar terhadap perkembangan sosial anak usia
dini. Perlu dilakukan pengujian dalam penelitian ini dengan
menggunakan uji regresi linear sederhana. Analisis ini
digunakan untuk menguji pengaruh variabel X (simulasi
belajar) terhadap Y (perkembangan sosial anak usia dini)
dengan menggunakan rumus:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Subjek variabel terikat yang diprediksi (perkembangan
sosial anak usia dini).
X = Subjek variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu
(simulasi belajar).
a = Bilangan konstanta regresi untuk X = 0 (nilai y pada saat
x nol).
b = Koefisien arah regresi yang menunjukkan angka
peningkatan pada variabel y jika bertambah atau
berkurang 1 poin.
55
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Profil Sekolah
TK Adhyaksa XXI berada di Jalan Adhyaksa IV
Komplek Kejaksaan Agung Republik Indonesia Lebak
Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. Penelitian ini dilakukan
pada kelompok TK B. Kegiatan belajar mengajar
berlangsung di kelas TK A dan B dengan jumlah siswa
sebanyak 70 orang yang terdiri dari siswa laki-laki dan
perempuan.
a. Sejarah Singkat Sekolah
Berawal dari keinginan luhur untuk
memperhatikan kesejahteraan dalam pendidikan dini
anak-anak keluarga Komplek Kejaksaan Tinggi DKI
Jakarta, yang berlokasi di Kelurahan Lebak Bulus,
Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Selatan. Maka
didirikanlah TK Adhyaksa XXI pada tanggal 1
September 1981 diikuti dengan pendirian Kelompok
bermain pada tanggal 17 Juli 1997. Gedung ini berdiri di
atas lahan seluas ± 2700 m2, lengkap dengan sarana
ruang belajar, ruang guru, aula, halaman tempat bermain
dan kolam renang. TK Adhyaksa XXI telah terdaftar
pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Adapun tujuan didirikannya TK Adhyaksa XXI
yaitu untuk menyiapkan anak untuk memasuki jenjang
56
pendidikan dasar dan menyelesaikan berbagai kegiatan
untuk menumbuhkan kepribadian anak yang beriman,
berkompetensi dan berwawasan.
Moto TK Adhyaksa XXI:
Membentuk pribadi cerdas, ceria, dan berakhlak
mulia.
Visi TK Adhyaksa XXI:
Terwujudnya peserta didik yang berprestasi,
bertanggung jawab, kreatif, terampil, berakhlak mulia
dan berwawasan lingkungan hidup.
Misi TK Adhyaksa XXI:
a. Mengikutsertakan peserta didik pada kegiatan di
dalam dan di luar sekolah.
b. Memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
menciptakan hasil karya melalui kegiatan
bermain sambil belajar.
c. Menanamkan pendidikan karakter sejak dini
kepada peserta didik.
d. Melaksanakan ajaran agama yang dianut.
e. Memberikan penanaman rasa cinta terhadap
lingkungan sejak dini.
57
b. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi TK Adhyaksa XXI
Sumber: Data Sekunder KTSP TK Adhyksa XXI, 2019
58
2. Kegiatan di Sekolah
Kegiatan pengembangan pembelajaran di TK
Adhyaksa terdiri dari beberapa kegiatan yaitu mulai dari
bahasa Inggris, menggambar atau melukis, menyanyi
bersama, kegiatan menari, dan juga kegiatan Agama
Islam. Kegiatan tersebut dibagi menjadi beberapa hari
yang sudah ditentukan melalui jadwal yang dibuat oleh
pihak sekolah.
Kegiatan pertama yaitu suatu cara penanaman jiwa
kepemimpinan dengan melaksanakan kegiatan
upacara yang dilaksanakan 1 x dalam 1 minggu setiap
hari Senin untuk setiap kelompok usia baik TK A
maupun TK B. Upacara bendera dilaksanakan untuk
menanamkan jiwa kepemimpinan, kedisiplinan dan
rasa tanggung jawab.
Gambar 4.2 Kegiatan Upacara Bendera
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020
59
Selain melaksanakan kegiatan upacara anak-
anak juga dibiasakan untuk mengucapkan
terimakasih, meminta tolong dengan baik, meminta
maaf jika berbuat salah, menolong teman,
menawarkan bantuan dengan baik, memberi ucapkan
selamat kepada teman yang mencapai prestasi baik,
menjenguk dan mendoakan teman yang sakit, rapi
dalam berpakaian, santun dalam bertutur kata,
mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain,
tersenyum ketika bertemu dengan siapapun, dan
berbagi dengan sesama.
Gambar 4.3 Kegiatan bantuan sosial kepada
korban banjir
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020
60
Kegiatan pengenalan Bahasa Inggris yang
dilaksanakan 1 x dalam 1 minggu untuk setiap hari
Rabu untuk kelompok usia TK A dan B.
Kegiatan menggambar atau melukis dilaksanakan 1 x
dalam 1 minggu untuk setiap kelompok usia.
Kegiatan drumband dilaksanakan 1 x dalam 1 minggu
untuk setiap kelompok usia.
Kegiatan menari dilaksanakan 1 x dalam 1 minggu
untuk setiap kelompok usia.
Kegiatan menyanyi dilaksanakan 1 x dalam 1 minggu
untuk setiap kelompok usia.
Kegiatan berenang dilaksanakan 2 x dalam 1 bulan
untuk setiap kelompok usia
Kegiatan komputer dilaksanakan 2 x dalam 1 bulan
untuk setiap kelompok usia
Kegiatan pengenalan hukum sejak dini dilaksanakan
4 x dalam 1 tahun untuk setiap kelompok usia.
B. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini peneliti sudah menetapkan
karakteristik responden yang akan dijadikan sebagai subjek
penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah totak sampling
dengan responden seluruh peserta didik yang terkait dengan
program pembelajaran di sekolah TK Adhyaksa XXI baik
laki-laki maupun perempuan yang berusia 5 – 6 tahun.
Adapun karakteristiknya sebagai berikut:
61
a. Jenis Kelamin
Gambar 4.4 Diagram Jenis Kelamin
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Dapat dilihat berdasarkan karakteristik jenis
kelamin yang mengisi kuisioner, dari diagram diatas
dapat diketahui bahwa berdasarkan jumlah keseluruhan
40 responden yang telah mengisi kuisioner yang
memiliki presentase sebanyak 55% adalah laki-laki
dengan jumlah 22 orang dan yang memiliki presentase
sebanyak 45% adalah perempuan dengan jumlah 18
orang.
62
b. Usia
Gambar 4.5 Diagram Usia
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Berdasarkan karakter usia, dari diagram di atas
menunjukkan bahwa total keseluruhan dari 40 responden
yang telah mengisi kuisioner, responden yang berusia 5
tahun sebanyak 24 orang dengan presentase sebesar 60%
dan responden yang beusia 6 tahun sebanyak 16 orang
dengan presetase sebesar 40%.
C. Deskripsi Variabel Simulasi Belajar
Simulasi belajar merupakan salah satu kegiatan atau
metode yang diberikan sekolah kepada peserta didik dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Gambaran bagaimana
simulasi belajar dilaksanakan dapat dilihat dari uji skoring
63
mengenai deskripsi statistik mengenai bentuk simulasi
belajar yang diberikan sekolah terhadap peserta didik di TK
Adhyaksa XXI Lebak Bulus Jakarta Selatan. Berikut hasil
dari perhitungan kategori simulasi belajar:
Gambar 4.6 Diagram Variabel Simulasi Belajar
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Berdasarkan analisa kategori dengan menggunakan
SPSS for Windows Version 25.0 simulasi belajar yang
dilaksanakan memperoleh tiga kategori yaitu, kategori
rendah adalah responden yang memiliki skor dibawah 57
dengan presentase sebesar 17% dengan jumlah 7 anak.
Kategori sedang adalah responden yang memiliki skor lebih
dari 57 dan kurang dari 67 dengan presentase sebesar 53%
dengan jumlah 21 anak dan kategori tinggi adalah responden
yang memiliki skor lebih dari 67 dengan presentase sebesar
64
30% dengan jumlah 12 anak. Maka dapat disimpulkan bahwa
kategori sedang mendominasi pada variabel simulasi belajar.
Melalui data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
simulasi belajar yang diberikan sekolah terhadap peserta
didik di TK Adhyaksa XXI berkategori sedang.
D. Deskripsi Variabel Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan hasil atau capaian
yang diperoleh peserta didik, untuk melihat bagaimana
perkmebangan sosial anak usia dini di TK Adhyaksa XXI
maka dilakukan uji skoring. Berikut hasil dari pengujiannya
Gambar 4.7 Diagram Variabel Perkembangan Sosial
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Berdasarkan analisa kategori dengan menggunakan
SPSS for Windows Version 25.0 kategori perkembangan
65
sosial peserta didik memperoleh tiga kategori yaitu, kategori
rendah adalah responden yang memiliki skor dibawah 63
dengan presentase sebesar 10% dengan jumlah 4 anak.
Kategori sedang adalah responden yang memiliki skor lebih
dari 63 dan kurang dari 70 dengan presentase sebesar 32%
dengan jumlah 13 anak dan kategori tinggi dengan presentase
sebesar 58% dengan jumlah 23 anak. Maka dapat
disimpulkan bahwa kategori tinggi mendominasi pada
variabel perkembangan sosial. Melalui data yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang bersekolah di
TK Adhyaksa XXI memiliki perkembangan sosial yang
tinggi.
E. Metode Pembelajaran
Metode pelajaran yang digunakan di sekeloh TK
Adhyaksa XXI menggunakan metode klasikal yang
sebagaimana acuannya menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), yang mana kurikulum tersebut
merupakan seperangkat perencanaan dan pengaturan
mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil
belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.
Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh
guru adalah bermain, dimana dalam bermain terdapat
tahapan pembelajaran yang dapat melatih perkembangan
sosial anak usia dini diantaranya yaitu simulasi belajar.
66
Simulasi belajar yang digunakan oleh guru meliputi
sosiodrama, psikodrama dan role play.
Simulasi digunakan sebagai acuan atau contoh bagi
anak untuk meniru sesuatu yang baik. Salah satu metode
yang digunakan adalah sosiodrama, dalam kegiatan
sosiodrama anak mendapat bimbingan dari guru dalam
mengembangkan kemampuan berekspresi dan kerjasama
sehingga anak dapat memotivasi dan memperkuat teman
yang lain dalam memerankan tokoh yang diperankan.
Sosiodrama dilakukan untuk mengembangkan daya khayal
atau imajinasi anak. Manual pelaksanaannya dilakukan anak
dengan memanfaatkan benda disekitar dan menjadikan
dirinya sebagai seorang polisi yang seolah-olah sedang
menjaga keamanan di sekitar, dengan begitu anak akan lebih
berani tampil didepan umum.
Gambar 4.8 Anak Sedang Melakukan Sosiodrama
Menjadi Seorang Polisi
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020
67
Metode simulasi psikodrama yang dilakukan untuk
memberikan pengalaman kepada anak dan juga untuk
meningkatkan imajinasi serta kreativitas yang dimiliki anak
sejak dini. Manual pelaksanaannya dilakukan anak dengan
cara menggambar bebas dengan imajinasi.
Gambar 4.9 Anak Sedang Menggambar Sesuai Imajinasi
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020
Metode role playing yang diajarkan dapat melatih
anak untuk memahami dan mengingat peran apa yang
dilakukan. Manual pelaksanaannya dengan pengawasan dan
arahan orang yang lebih dewasa. Anak dilatih bagaimana jika
menjadi orang lain dengan peran yang berbeda dan akan
mengingat pengalaman baru yang telah dilakukan.
68
Gambar 4.10 Anak Sedang Berperan Menjadi Petugas
Pemadam Kebakaran
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
terlihat bahwa melalui berbagai simulasi belajar yang telah
diberikan oleh guru di sekolah, peserta didik memperoleh
kematangan dalam perkembangan sosialnya. Perkembangan
sosial tersebut adalah anak lebih percaya diri untuk tampil di
tempat umum. Anak mampu bersosialisasi di lingkungan
sekolah dan tempat dimana mereka berada seperti
menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih tua,
mau menolong dan berbagi dengan sesama teman serta dapat
mentaati peraturan yang ada di sekolah misalnya (datang ke
sekolah tepat waktu).
Anak juga mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi
dengan dengan lingkungan di sekitarnya dengan bersabar
menunggu giliran berperilaku baik dan berbicara
69
menggunakan tutur kata yang sopan santun (meminta tolong
dan mengucapkan terima kasih). Anak mampu mengurus
dirinya sendiri dalam kegiatan sehari-hari seperti mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, merapihkan tempat
makan setelah digunakan dan dapat merapihkan serta
mengembalikan mainan ke tempat semula. Melalui simulasi,
anak dapat memperoleh pegalaman, rangsangan untuk
bereksplorasi dan berinteraksi untuk membantu serta
meningkatkan perkembangan sosialnya.
F. Analisis Data dan Pembahasan
1. Uji Validitas
Sebelum kuisioner disebar maka dilakukan uji
validitas. Uji validitas dilakukan untuk mengukur
keabsahan data dari kuisioner yang telah dibuat.
Pengujian pada penelitian ini menggunakan SPSS 25.0
for Windows Realese dan kuisioner tersebut telah diisi
oleh 20 orang responden uji coba. Adapun kuisioner
dikatakan valid apabila hasil nilai r hitung > r tabel.
Maka dari itu dilakukan uji validitas untuk mengetahui
kevalidtan dari kuisioner yang telah dibuat dan berikut
adalah data hasil dari uji validitas yang telah diuji:
70
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel x
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Berdasarkan data dari tabel di atas terlihat bahwa
dari hasil uji validitas semua item pernyataan dalam
variabel x memiliki memiliki nilai r hitung > r tabael dan
dikatakan sehingga dari 17 item pernyataan semuanya
valid.
No Item rhitung rtabel Hasil Instrumen
1 0,785 0,443 Valid
2 0,727 0,443 Valid
3 0,691 0,443 Valid
4 0,597 0,443 Valid
5 0.629 0,443 Valid
6 0,823 0,443 Valid
7 0,755 0,443 Valid
8 0,774 0,443 Valid
9 0,752 0,443 Valid
10 0,81 0,443 Valid
11 0,638 0,443 Valid
12 0,723 0,443 Valid
13 0,864 0,443 Valid
14 0,769 0,443 Valid
15 0,758 0,443 Valid
16 0,705 0,443 Valid
17 0,712 0,443 Valid
71
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel y
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Berdasarkan data dari tabel di atas terlihat bahwa
dari hasil uji validitas yang dilakukan menunjukkan 18
item pernyataan memiliki nilai r hitung > r tabael dan
dikatakan valid. Sementara 2 item pernyataan memiliki
nilai r hitung < r tabel dikatakan tidak valid.
No Item rhitung rtabel Hasil Instrumen
1 0,529 0,443 Valid
2 0,691 0,443 Valid
3 0,152 0,443 Tidak Valid
4 0,515 0,443 Valid
5 0,223 0,443 Tidak Valid
6 0,707 0,443 Valid
7 0,595 0,443 Valid
8 0,558 0,443 Valid
9 0,794 0,443 Valid
10 0,721 0,443 Valid
11 0,69 0,443 Valid
12 0,712 0,443 Valid
13 0,52 0,443 Valid
14 0,691 0,443 Valid
15 0,791 0,443 Valid
16 0,645 0,443 Valid
17 0,697 0,443 Valid
18 0,42 0,443 Valid
19 0,696 0,443 Valid
20 0,614 0,443 Valid
72
2. Uji Reliabilitas
Instrumen atau kuesioner dapat dikatakan reliabel
apabila memiliki nilai Alpha Cornbach > 0,60. Berikut
hasil instrumen kuisioner yang telah diuji menggunakan
SPSS 25.0 for Windows Realese.
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Simulasi Belajar
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.946 17
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.906 20
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Berdasarkan hasil hitung uji reliabilitas pada tabel
4.3 dimana nilai alpha Cronbach 0,946 yaitu lebih besar
dari 0,60 sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen
variabel x (simulasi belajar) reliabel dan berdasarkan hasil
hitung uji reliabilitas pada tabel 4.4 dimana nilai alpha
73
Cronbach 0,906 yaitu lebih besar dari 0,60 sehingga dapat
dikatakan bahwa instrumen variabel y (perkembangan
sosial anak usia dini) adalah reliabel.
3. Pengaruh Simulasi Belajar Terhadap Perkembangan
Sosial Anak Usia Dini
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana
Sumber: Data Primer diolah, 2020
Berdasarkan pengolahan data analisa regresi linear
sederhana dengan menggunakan program SPSS 25.0 for
Windows Release bahwa nilai konstanta untuk variabel
simulasi belajar adalah 70,609 sedangkan hasil nilai
koefisien perkembangan sosial anak usia dini adalah 0,120
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant)
70,609 8,369 8,437 0,000
Simulasi
Belajar 0,120 0,137 0,141 0,877 0,386
a. Dependent Variable: Perkembangan Sosial anak usia dini
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients t Sig.
R R SquareAdjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .441a .341 .300 5,150
Model Summary
Model
a. Predictors: (Constant), Simulasi Belajar
74
dengan demikian dapat dimuat persamaan regresi liniear
dengan mengacu pada rumus berikut:
Y = 70,609 + 0,120X
Y adalah perkembangan sosial anak usia dini dan X adalah
simulasi belajar. Artinya adalah:
Nilai konstanta sebesar 70,609 menyatakan bahwa nilai
X= 0 atau variabel simulasi belajar tidak ada maka nilai
variabel perkembangan sosial anak usia dini adalah
70,609.
Koefisien regresi variabel simulasi belajar 0,120 yang
berarti bahwa setiap perubahan satu poin variabel
simulasi belajar akan meningkatkan perkembangan
sosial anak usia dini sebesar 0,120 kali.
Nilai signifikan (sig) sebesar 0,000 nilai ini jauh lebih
rendah dibandingkan dengan 0,05. Dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
simulasi belajar dengan perkembangan sosial anak usia
dini. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik simulasi
belajar yang diberikan maka perkembangan sosial anak
usia dini akan semakin berkembang.
Apabila dilihat dari tabel Summary pada hasil regresi
linear sederhana, R Square sebesar 0,341 atau 34,1%, hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh simulasi belajar terhadap
perkembangan sosial anak usia dini berpengaruh sebesar 34,1%
dan 65,9% dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam
pembahasan ini.
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan
metode kuantitatif yang memberikan gambaran pengaruh
simulasi belajar terhadap perkembangan sosial anak usia
dini. Berdasarkan data dari hasil penelitian dan pengujian
hipotesis maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
simulasi belajar dengan nilai signifikan (0,000) terhadap
variabel perkembangan sosial anak usia dini. Hal ini
menjelaskan bahwa simulasi belajar berpengaruh terhadap
perkembangan sosial anak usia dini di TK Adhyaksa XXI.
2. Kategori simulasi belajar yang dilaksanakan sekolah
dengan total 40 anak yang memiliki kategori rendah yaitu
sebanyak 7 anak, yang memiliki kategori sedang sebanyak
21 anak dan yang memiliki kategori tinggi sebanyak 12
anak. Disimpulkan bahwa kategori sedang mendominasi
untuk variabel simulasi belajar.
3. Perkembangan sosial anak usia dini di TK Adhyaksa XXI
dengan total 40 anak memiliki kategori rendah sebanyak 4
anak, dengan kategori sedang sebanyak 13 anak dan yang
memiliki kategori tinggi sebanyak 23 anak.
4. Perkembangan positif yang tercapai yaitu anak mampu
bersosialisasi dan berkomunikasi secara baik dengan
lingkungan sosial di sekitarnya, mampu bekerjasama,
76
bersabar menunggu giliran, mempunyai rasa empati, dan
mau berbagi dengan sesame, dalam hal ini guru juga
memberikan contoh dalam setiap tindakan yang diambil
misalnya ucapan, sikap, dan memberikan bimbingan
kepada peserta didik dalam bersosialisasi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis bermaksud
memberikan saran yang dapat bermanfaat bagi lembaga,
orangtua murid, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga
Perlu adanya peningkatan dalam memberikan
pembelajaran simulasi kepada peserta didik dan memberi
berbagai metode belajar dalam melakukan simulasi
pembelajaran.
2. Bagi Orangtua
Perlu adanya bimbingan dan latihan kepada anak di
rumah untuk melakukan pengulangan pembelajaran yang
telah dilakukan di sekolah agar memotivasi anak dalam
meningkatkan pengembangan sosial untuk
mempersiapkan diri ketingkat pendidikan dan lingkungan
selanjutnya.
77
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Al-Qur'an dan Terjemahan. 2006. Q.S Luqman . Jakarta:
Magfirah Pustaka.
Anwar, Chirul. 2014. Hakikat Manusia Dalam Pendidikan
Sebuah Tujuan Filosofis. Yogyakarta: SUKA, Press.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktis . Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Asrul, and Ahmad Syukri . 2016. Strategi Pendidikan Anak Usia
Dini. Medan : Perdana Publishing.
Depdiknas. 2009. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 ahun 2003. Jakarta: Depdiknas.
El-Khuluqo, Ihsana. 2015. Manajemen PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini): Pendidikan Taman Kehidupan Anak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartono . 2018. Konsep Analisa Keuangan Dengan Pendekatan
Rasio dan SPSS . Yogyakarta : Budi Utama .
Hasnida. 2014. Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini. Jakarta:
Luxima.
78
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenada
Media Group.
Jalaludin. 1998. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Meggit, Carolyn. 2013. Memahami Perkembangan Anak . Jakarta
: PT. Indeks .
Mulyasa, H. E. 2016. Manajemen PAUD. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya Offset .
Mutia, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta:
Prenada Media Group.
Ridwan dan Sunarto. 2012. Pengantar Statistik Untuk Penelitian
Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan . Jakarta : Kencana.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial & Pekerjan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Suryana, Dadan. 2018. Stimulasi Dan Aspek Perkembangan
Anak. Jakarta: Prenada Media Group.
79
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini,
Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Prenada
Media Group.
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Bintang
Pusaka Abadi.
Taniredja, Tukiran. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Bandung: Alfabeta.
Wiyani & Barnawi , Novan Ardy . 2012. Format PAUD: Konsep,
Karakteristik, & Implementasi Pendidikan Anak Usia
Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yus, Anita. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Prenada Media Group.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tetang Perlindungan
Anak.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) TK Adhyaksa
XXI Tahun Pelajaran 2019 – 2020.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pernyataan Lulus Ujian Seminar Proposal Skripsi
Lampiran 2 : Suraat Pengantar untuk Dosen Pembimbing
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 4 : Surat Pemberian Izin Penelitian dari TK Adhyaksa
XXI
Lampiran 5 : Kuisioner Penelitian
Lampiran 5 : Tabulasi Data Hasil Penelitian
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B6 B17
R1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4
R2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
R3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3
R4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4
R5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4
R6 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4
R7 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4
R8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4
R10 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3
R11 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3
R12 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R13 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3
R14 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R15 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R18 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
R19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R20 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4
R21 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4
R22 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4
R23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
R24 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3
R25 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4
R26 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4
R27 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4
R28 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3
R29 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4
R30 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4
R31 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4
R32 3 4 3 4 4 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4
R33 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4
R34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3
R35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
R37 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4
R38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R40 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
R
X
X1 X2 X3
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B6 B17 B18
R1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R6 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R7 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
R8 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R9 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4
R10 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R11 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4
R12 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4
R13 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R15 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
R16 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3
R17 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4
R18 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R19 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4
R20 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R21 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4
R22 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4
R23 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R24 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3
R25 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3
R26 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R27 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4
R29 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4
R30 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3
R31 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R33 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4
R34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R35 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R36 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
R37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
R38 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
R39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
R40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
R Y1 Y2 Y3
Y