Post on 05-Jan-2020
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING
TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 LUBUKLINGGAU TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
Malia1, Dodik Mulyono², Reny Wahyuni³
STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: Maliaandesta72@gmail.com
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah pada penelitian ini adalah
apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 11
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis Penelitian yang digunakan
berbentuk True Eksperimental Design. Populasinya seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 11 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017, yang terdiri dari 170 siswa
dan sebagai sampel kelas eksperimen kelas VIII.6, dan sebagai kelas kontrol kelas
VIII.4. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Data yang terkumpul
dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf
signifikan sebesar 𝛼 = 0,05, diperoleh thitung > ttabel (2,09 > 1,68), sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching
terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 11 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017. Rata-rata skor kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa setelah diberi perlakuan di kelas
eksperimen sebesar 29,24 dan kelas kontrol sebesar 25,64.
Kata Kunci: Reciprocal Teaching, Pemahaman konsep, Matematika.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar terpenting untuk
perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi yang berguna bagi kemajuan
bangsa. Pada umumnya pendidikan matematika bertujuan untuk mencerdaskan,
memperluas pengetahuan, serta pengalaman dan wawasan manusia. Seperti
halnya Sutjipto (Yuhasriati, 2012:81) menyatakan bahwa matematika merupakan
salah satu pelajaran yang penting dikuasai siswa di sekolah karena banyak
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya peranan matematika
menjadikan matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Salah satu
1 Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
2
aspek yang terkandung dalam pembelajaran matematika adalah konsep. Hal ini
sejalan dengan pendapat Dahar (Murizal, dkk; 2012:19) yang menyatakan, “Jika
diibaratkan, konsep-konsep merupakan batu-batu pembangunan dalam berpikir”.
Akan sangat sulit bagi siswa untuk menuju ke proses pembelajaran yang lebih
tinggi jika belum memahami konsep. Oleh karena itu, kemampuan pemahaman
konsep matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran
matematika.
Berdasarkan wawancara observasi yang dilakukan peneliti untuk
mengetahui kondisi awal pengetahuan siswa tentang pemahaman konsep
matematika sebanyak lima soal yang memuat indikator-indikator pemahaman
konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Lubuklinggau, diperoleh data
bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor nilai maksimal 44 hanya 10,7%.
Terdapat 53,6% siswa yang memperoleh skor nilai ≥ 20, dan sisanya 35,7%
memperoleh skor nilai < 20. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Lubuklinggau
tergolong kurang. Kurangnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
juga dapat dilihat dari hasil nilai ulangan yang masih rendah. Tercatat hanya 72
siswa dari 170 siswa tuntas dalam ulangan harian siswa dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 78. Artinya, hanya 42,35% siswa tuntas dan
57,65% siswa yang belum tuntas. Keaktifan siswa untuk mengembangkan dan
menemukan konsep masih rendah, siswa tidak terbiasa berpikir terlebih dahulu
untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga sulit dalam memahami suatu
konsep.
Duha, dkk (2012:8) mengatakan bahwa pemahaman terhadap suatu konsep
sangat penting apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat maka siswa akan
mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya. Untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang
bisa membuat siswa memahami suatu konsep, aktif menghadapi proses
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Salah satu bentuk pembelajaran
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal
3
Teaching. Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang
menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu menyimpulkan bahan ajar,
menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan
yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan selanjutnya dari
persoalan yang disodorkan kepada siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah apakah
terdapat pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017.
KAJIAN TEORI
Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
Menurut Shoimin (2016:153), Reciprocal Teaching adalah suatu model
pembelajaran di mana siswa diberi kesempatan untuk mempelajari materi terlebih
dahulu. Kemudian, siswa menjelaskan kembali meteri yang dipelajari kepada
siswa lain. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing dalam
pembelajaran, yaitu meluruskan atau memberi penjelaskan mengenai materi yang
tidak dapat dipecahkan secara mandiri oleh siswa. Begitu juga menurut Palinscar
(Shoimin, 2016:153) Reciprocal Teaching mengandung empat strategi yaitu:
1. Question Generating
Dalam strategi ini, siswa diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan terkait
materi yang sedang dibahas. Pertanyaan tersebut diharapkan dapat
mengungkapkan penguasaan konsep terhadap materi yang sedang dibahas.
2. Clarifying
Strategi clarifying ini merupakan kegiatan penting saat pembelajaran, terutama
bagi siswa yang mempunyai kesulitan dalam memahami suatu materi. Siswa
dapat bertanya kepada guru tentang konsep yang dirasakan masih sulit atau
belum bisa dipecahkan bersama kelompoknya. Selain itu, guru juga dapat
mengklarifikasi konsep dengan memberikan pertanyaan kepada siswa.
3. Predicting
Strategi ini merupakan strategi dimana siswa melakukan hipotesis atau
perkiraan mengenai konsep apa yang akan didiskusikan selanjutnya oleh peny
Strategi ini merupakan strategi dimana siswa melakukan hipotesis atau
perkiraan mengenai konsep apa yang akan didiskusikan selanjutnya oleh
penyaji.
4
4. Summarizing
Dalam strategi ini terdapat kesempatan bagi siswa untuk mengindentifikasikan
dan mengintegrasikan informasi-informasi yang terkandung dalam materi.
Langkah-langkah model pembelajaran Reciprocal Teaching pada dasarnya
mengikuti tahapan-tahapannya yaitu: (a) Guru mengelompokkan siswa ke dalam
beberapa kelompok secara heterogen. (b) Guru membagikan bahan pembelajaran
sesuai dengan materi yang akan dipelajari pada hari itu. (c) Guru meminta siswa
untuk membaca bahan pembelajaran yang telah disediakan oleh guru. (d) Guru
meminta siswa untuk merangkum bahan pembelajaran tersebut. (e) Guru meminta
siswa membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari bahan pembelajaran
tersebut. (f) Guru memilih salah satu siswa untuk menjelaskan hasil diskusi
kelompoknya di depan kelas. (g) Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. (h) Guru memberikan soal
latihan yang memuat soal pengembangan agar siswa dapat memprediksi materi
apa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Adapun kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Reciprocal
Teaching menurut Shoimin (2016: 156-157) yaitu: Kelebihan model pembelajaran
Reciprocal Teaching, yaitu: (a) Mengembangkan kreativitas dan kerja sama
antarsiswa; (b) Siswa belajar dengan mandiri agar termotivasi untuk belajar; (c)
Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas; (d) Melatih siswa
untuk mengnalisis masalah dan mengambil kesimpulan dalam waktu singkat; (e)
Menumbuhkan sikap menghargai guru karena siswa akan merasakan perasaan
guru pada saat mengadakan pembelajaran terutama pada saat siswa ramai atau
kurang memperhatikan; (f) Dapat digunakan untuk materi pelajaran yang banyak
dan alokasi waktu yang terbatas. Sedangkan kelemahan model pembelajaran
Reciprocal Teaching, yaitu: (a) Siswa yang berperan sebagai guru kurang
bersungguh-sungguh dalam menyampaikan materi sehingga menyebabkan tujuan
pembelajaran tidak tercapai; (b) Pendengar (siswa yang tak berperan) sering
menertawakan tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana;
(c) Kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya memerhatikan
aktivitas siswa yang berperan sebagai guru membuat kesimpulan akhir sulit
5
tercapai; (d) Butuh waktu yang lama; (e) Tidak mungkin seluruh siswa akan
mendapat giliran untuk menjadi “guru siswa”.
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Menurut Septriani,dkk (2014:17) bahwa pemahaman konsep merupakan
kemampuan siswa untuk memahami suatu materi pelajaran dengan pembentukan
pengetahuannya sendiri dan mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain
yang mudah dimengerti serta mengaplikasikannya. Sedangkan menurut
Rosmawati (Putri, dkk., 2012:68) mengatakan bahwa pemahaman konsep adalah
yang berupa penguasaan sejumlah materi pembelajaran, dimana siswa tidak
sekedar mengenal dan mengetahui, tetapi mampu mengungkapkan kembali
konsep dalam bentuk yang lebih mudah serta mampu mengaplikasinya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa dalam memahami
materi pelajaran matematika sesuai dengan pembentukan pemahaman yang
dimilikinya sehingga mampu mengungkapkan kembali informasi tersebut
kedalam bahasa yang lebih mudah dipahami. Adapun indikator kemampuan
pemahaman konsep matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah; (1)
Menyatakan ulang sebuah konsep. (2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat
tertentu sesuai dengan konsep. (3) Memberikan dan membedakan mana yang contoh dan
bukan contoh. (4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
(5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. (6) Menggunakan
dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu. (7) Mengaplikasikan
konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
Tabel 1
Rubrik Penilaian Tingkat Pemahaman Konsep No Indikator Keterangan Skor
1 Menyatakan ulang
suatu konsep
Jawaban benar dan mengandung seluruh
konsep ilmiah.
4
Jawaban benar dan mengandung paling
sedikit satu konsep ilmiah serta tidak
mengandung suatu kesalahan konsep.
3
Jawaban memberikan sebagian informasi
yang benar tetapi juga menunjukkan adanya
kesalahan konsep dalam menjelaskannya.
2
Jawaban menunjukkan kesalahan
pemahaman yang mendasar tentang konsep
1
6
yang dipelajari.
Jawaban salah, tidak relevan, hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban
kosong.
0
2 Mengklarifikasikan
objek menurut
sifat-sifat tertentu
sesuai dengan
konsepnya
Jawaban benar dan mengandung seluruh
konsep ilmiah.
4
Jawaban benar dan mengandung paling
sedikit satu konsep ilmiah serta tidak
mengandung suatu kesalahan konsep.
3
Jawaban memberikan sebagian informasi
yang benar tetapi juga menunjukkan adanya
kesalahan konsep dalam menjelaskannya.
2
Jawaban menunjukkan kesalahan
pemahaman yang mendasar tentang konsep
yang dipelajari.
1
Jawaban salah, tidak relevan, hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban
kosong.
0
3
Memberi contoh
dan bukan contoh
dari suatu konsep
Jawaban benar dan mengandung seluruh
konsep ilmiah.
4
Jawaban benar dan mengandung paling
sedikit satu konsep ilmiah serta tidak
mengandung suatu kesalahan konsep.
3
Jawaban memberikan sebagian informasi
yang benar tetapi juga menunjukkan adanya
kesalahan konsep dalam menjelaskannya.
2
Jawaban menunjukkan kesalahan
pemahaman yang mendasar tentang konsep
yang dipelajari.
1
Jawaban salah, tidak relevan, hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban
kosong.
0
4 Menyajikan konsep
dalam berbagai
bentuk representasi
matematis
Jawaban benar dan mengandung seluruh
konsep ilmiah.
4
Jawaban benar dan mengandung paling
sedikit satu konsep ilmiah serta tidak
mengandung suatu kesalahan konsep.
3
Jawaban memberikan sebagian informasi
yang benar tetapi juga menunjukkan adanya
kesalahan konsep dalam menjelaskannya.
2
Jawaban menunjukkan kesalahan
pemahaman yang mendasar tentang konsep
yang dipelajari.
1
Jawaban salah, tidak relevan, hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban
kosong.
0
5
Mengembangkan
syarat perlu atau
syarat cukup dari
suatu konsep
Jawaban benar dan mengandung seluruh
konsep ilmiah.
4
Jawaban benar dan mengandung paling
sedikit satu konsep ilmiah serta tidak
3
7
mengandung suatu kesalahan konsep.
Jawaban memberikan sebagian informasi
yang benar tetapi juga menunjukkan adanya
kesalahan konsep dalam menjelaskannya.
2
Jawaban menunjukkan kesalahan
pemahaman yang mendasar tentang konsep
yang dipelajari.
1
Jawaban salah, tidak relevan, hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban
kosong.
0
6 Menggunakan dan
memanfaatkan serta
memilih prosedur
atau operasi
tertentu
Jawaban benar dan mengandung seluruh
konsep ilmiah.
4
Jawaban benar dan mengandung paling
sedikit satu konsep ilmiah serta tidak
mengandung suatu kesalahan konsep.
3
Jawaban memberikan sebagian informasi
yang benar tetapi juga menunjukkan adanya
kesalahan konsep dalam menjelaskannya.
2
Jawaban menunjukkan kesalahan
pemahaman yang mendasar tentang konsep
yang dipelajari.
1
Jawaban salah, tidak relevan, hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban
kosong.
0
7
Mengaplikasikan
konsep atau
algoritma pada
pemecahan masalah
Jawaban benar dan mengandung seluruh
konsep ilmiah.
4
Jawaban benar dan mengandung paling
sedikit satu konsep ilmiah serta tidak
mengandung suatu kesalahan konsep.
3
Jawaban memberikan sebagian informasi
yang benar tetapi juga menunjukkan adanya
kesalahan konsep dalam menjelaskannya.
2
Jawaban menunjukkan kesalahan
pemahaman yang mendasar tentang konsep
yang dipelajari.
1
Jawaban salah, tidak relevan, hanya
mengulang pertanyaan serta jawaban
kosong.
0
Sumber: Rohana (2009:95)
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental
design dengan desain penelitiannya adalah random, pre-test, post-test desain.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 11
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 yang seluruh siswanya berjumlah 170.
Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak (sample random). Sample pada
8
penelitian ini adalah kelas VIII 6 sebagai kelas eksperimen dan VIII 4 sebagai
kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pre-test dan
post-test siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
Reciprocal Teaching. Pre-test diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa sedangkan post-test diberikan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.
Tes yang diberikan dalam penelitian ini berbentuk essay yang terdiri dari tujuh
soal pada materi Relasi dan Fungsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanaan di kelas VIII SMP Negeri 11 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017. Peneliti menerapkan model pembelajaran Reciprocal
Teaching pada materi Relasi dan Fungsi. Penelitian ini dilakukan sebanyak lima
kali pertemuan, dengan rincian satu kali pre-test, tiga kali perlakuan, dan satu kali
post-test.
1. Kemampuan Awal Siswa (Pre-test)
Pelaksanaan pre-test diikuti oleh 25 siswa pada kelas ekperimen dan 25
siswa pada kelas kontrol. Pelaksanaan pre-test ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sebelum
mengikuti pelajaran yang diberikan. Soal yang diberikan berbentuk uraian yang
terdiri dari tujuh butir soal yang menguji kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata
skor kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar 14,48 dan 14,32.
Sementara simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-
masing sebesar 3,57 dan 4,52. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang berarti pada kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
2. Kemampuan Akhir Siswa (Post-test)
Pelaksanaan post-test diikuti oleh 25 siswa pada kelas eksperimen dan 25
siswa pada kelas kontrol. Pelaksanaan post-test ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah diterapkan model
9
pembelajaran Reciprocal Teaching pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan
bahwa rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar
29,24 dan 25,64. Sementara simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol masing- masing sebesar 6,60 dan 5,67. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.
Adapun grafik rata-rata perbandingan pre-test dan post-test pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1. Perbandingan skor rata-rata pre-test dan post-test
Analisis Inferensial Data Pre-test
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas Data Pre-test No Kelas 𝜒2
hitung Dk 𝜒2tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 4.4201 5 11,07 Berdistribusi Normal
2 Kontrol 1,2401 5 11,07 Berdistribusi Normal
Tabel 3
Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Data 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Pre-test 1,60 24:24 1,98 Homogen
Tabel 4
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data thitung ttabel Kesimpulan
Pre-test 0,140 2,02 –ttabel < 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , Terima Ho
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi
normal dan homogen sehingga uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah
uji-t. Adapun hipotesisnya adalah:
14,48 14,32
29,24 25,64
0
10
20
30
40
Eksperimen Kontrol
Pre-test
Post-tes
10
𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇2 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
𝐻𝑎 : 𝜇1 ≠ 𝜇2: Terdapat perbedaan rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata
skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Analisis Inferensial Data Post-test
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Data Post-test No Kelas 𝜒2
hitung Dk 𝜒2tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 10,0139 5 11,07 Berdistribusi Normal
2 Kontrol 9,0389 5 11,07 Berdistribusi Normal
Tabel 6
Hasil Uji Homogenitas Data Post-test Data 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Post-test 1,35 24:24 1,98 Homogen
Tabel 7
Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data thitung ttabel Kesimpulan
Post-test 2,09 1,68 Tolak Ho
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi
normal dan homogen sehingga uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah
uji-t. Adapun hipotesisnya adalah:
𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇2 : Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan kelas kontrol.
𝐻𝑎 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 : Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol.
Berdasarkan perhitungan rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching
terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 11 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.
11
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data pre-test siswa diperoleh bahwa kemampuan
awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama sedangkan hasil post-
test siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas pada pre-test dan post-test menunjukkan
bahwa 𝜒2hitung < 𝜒2
tabel hal ini menunjukkan bahwa data dari kedua kelas tersebut
berdistribusi normal. Begitu juga dengan hasil perhitungan uji homogenitas, pada
pre-test 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan pada post-test 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , dengan demikian
kedua varians pre-test dan post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama atau homogen. Dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi
𝛼 = 0,05 dan dk = 48. Pada perhitungan pre-test 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻𝑜
diterima, hal ini berarti rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.
Pelaksanaan Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran Reciprocal Teaching dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada
pertemuan pertama peneliti membagikan kelompok yang terdiri dari lima orang
siswa dengan kemampuan yang heterogen berdasarkan nilai ulangan harian siswa.
Kemudian peneliti membagikan bahan pembelajaran dan meminta siswa untuk
membaca bahan pembelajaran tersebut. Pada saat inilah siswa melakukan strategi
pertama yaitu merangkum, siswa merasakan kesulitan dikarenakan kurangnya
referensi penunjang untuk proses belajar matematika, hanya mengandalkan materi
ajar yang dibagikan peneliti. Siswa yang belum terbiasa untuk bekerjasama di
dalam kelompok sehingga menyebabkan siswa lebih memilih mengerjakan
sendiri-sendiri tanpa berdiskusi dengan rekan satu kelompoknya. Langkah kedua
dan ketiga, siswa kebingungan membuat pertanyaan dan mengklarifikasi materi
karena belum memahami konsep apa yang akan digunakan. Pada saat membuat
pertanyaan baru dan menyelesaikannya, siswa masih banyak menjawab dengan
salah dikarenakan siswa belum mengerti konsep dasar untuk menyelesaikan soal.
Langkah selanjutnya, peneliti memilih salah satu siswa untuk maju ke depan kelas
guna berperan sebagai “guru-siswa”. Siswa yang berperan sebagai “guru-siswa”
masih terlihat malu-malu serta ragu-ragu pada saat menjelaskan materi dan
12
terlihat tidak percaya diri pada saat menjawab pertanyaan dari teman-teman yang
lain. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa berbicara dan mengungkapkan
pendapat di depan orang banyak karena mereka sudah terbiasa dengan
pembelajaran secara konvensional.
Pada pertemuan kedua peneliti masih menggunakan langkah-langkah
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Reciprocal Teaching ini mulai menunjukkan suatu peningkatan. Pada langkah
pertama siswa sudah mulai memiliki inisiatif untuk membuat rangkuman setelah
membaca bahan pembelajaran yang telah diberikan oleh peneliti. Pada pertemuan
ini siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran, siswa mulai belajar untuk saling
berkomunikasi dengan rekan satu kelompoknya. Mereka mendiskusikan materi
bersama-sama, menanyakan sesuatu yang belum diketahuinya, saling bertukar
pikiran serta saling memberikan informasi satu sama lain walaupun masih
terdapat beberapa siswa yang masih saja bingung dalam membuat rangkuman,
pertanyaan dan klarifikasi pada pembelajaran tersebut. Hal ini terlihat jelas pada
saat merangkum siswa tidak lagi merasakan kesulitan dikarenakan siswa sudah
memiliki banyak referensi untuk belajar dan hasil rangkuman siswa sudah terlihat
baik. Siswa yang berperan sebagai “guru-siswa” terlihat siap dalam penyampaian
materi meskipun masih terlihat ragu-ragu dan sesekali kebingungan sendiri dan
tidak percaya diri dalam menyampaikan materi. Selain itu juga siswa yang lain
sudah mulai bisa menghargai temannya yang berperan menjadi “guru-siswa” dan
lebih aktif mengikuti proses pembelajaran yang mulai berani mengemukakan
pendapat dan bertanya serta memberikan tanggapan kepada temannya yang
berperan menjadi „Guru-siswa”.
Pada pertemuan ketiga siswa sudah mulai terbiasa untuk mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Setiap langkah
dari kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching
berjalan dengan baik. Peningkatan sangat jelas pada saat siswa sudah mandiri
dalam belajar, siswa aktif berdiskusi dengan kelompoknya dan siswa sudah bisa
berkomunikasi dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dengan “guru-
siswa”. Terdapat satu orang siswa yang berperan sebagai “guru-siswa” sudah
13
terlihat baik dan bersemangat dalam memaparkan materi dan menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh temen-temannya. Masing-masing siswa terlihat
antusias dalam memberikan tanggapan tentang materi yang disampaikan oleh
temannya yang berperan sebagai “guru-siswa”. Pemahaman konsep matematika
siswa sudah mulai terlihat dari hasil paparan dan rangkuman siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
Perolehan skor rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
sebelum dan sesudah perlakuan dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching
pada kelas eksperimen, diketahui terdapat peningkatan kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa yaitu sebesar 14,76. Data ini menujukkan bahwa
peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya meningkat sebesar
11,32.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan nilai
rata-rata tes akhir siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 29,24 dan kelas kontrol
yaitu sebesar 25,64. Dari hasil uji hopotesis dengan menggunakan uji-t untuk
𝑑𝑘 = 25 + 25 − 2 = 48, karena dk tidak terdapat pada tabel maka digunakan dk
terdekat yaitu 40 dan taraf signifikan 𝛼 = 5% sehingga diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2,09 > 1,68 . Dari kriteria pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan
bahwa “Ada pengaruh model pembelajaran Reciprocal Teaching terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 11
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai pada penelitian ini, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi pendidik diharapkan dapat
menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching sebagai variasi dalam
pembelajaran karena dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep
matematika. (2) Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat menggunakan model
Reciprocal Teaching agar dapat membiasakan siswa menyelesaikan soal dengan
14
langkah penyelesaian sehingga kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Afrilianto, M. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis
Matematis Siswa SMP Dengan Pendekatan Methaporical Teaching. Jurnal
Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1 No. 2:
Hal. 191-199
Duha, dkk. 2012. Penerapan Model Think Pair Share Terhadap Pemahaman
Konsep. Jurnal Pendidikan Matematika,Vol. 1 No. 1: Hal. 8-12.
Murizal, dkk. 2012. Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran
Quantum Teaching. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No. 1: Hal. 19-
23.
Putri, P., dkk. 2012. Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi Turunan
Melalui Pembelajaran Teknik Probing. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.
1 No 1, Part 2: Hal. 68-72.
Rohana, dkk. 2009. Penggunaan Peta Konsep Dalam Pembelajaran Statistika
Dasar di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PRGI
Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3, No. 2: Hal. 92-102
Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Septriani, N., dkk. 2014. Pengaruh Penerapan Pendekatan Scaffolding Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Pertiwi 2 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3 No. 3, Part 1: Hal.
17-21.
Yuhasriati. 2012. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal
Peluang, 1 (1) : Hal 81-87