Post on 11-Aug-2020
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Oleh
Elisa Susanti
NPM 4013016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) LUBUKLINGGAU
2017
1alumniMahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MEANS-ENDS ANALYSIS TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
1Elisa Susanti,
2 Drajat Friansah,
3Reny Wahyuni
Email: elisasusanti06@gmail.com
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Masalah pada penelitian
ini adalah apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Means-Ends Analysis
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis Penelitian yang
digunakan berbentuk True Eksperimental Design. Populasinya seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017, yang
terdiri dari 444 siswa dan sebagai sampel kelas eksperimen VIII.5, dan sebagai
kelas kontrol kelas VIII.6. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes.
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis
uji-t dengan taraf signifikan sebesar 𝛼 = 0,05, diperoleh thitung > ttabel (7,91 >
1,67), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran Means-Ends Analysis terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2016/2017. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
setelah diberi perlakuan di kelas eksperimen sebesar 28,05 dan kelas kontrol
sebesar 18,29.
Kata Kunci: Mends-Ends Analysis, Pemecahan Masalah, Matematika.
PENDAHULUAN
Keberhasilan siswa dalam
mempelajari matematika dapat dilihat dari
penguasaan siswa terhadap pemahaman
konsep, pemecahan masalah dan komunikasi
(Putri, dkk., 2012:68). Seseorang yang
memiliki kemampuan pemecahan masalah
dengan baik sangat diperlukan, karena
mereka akan mudah beradaptasi dalam
lingkungan masyarakat sekitar yang tidak
lepas dari munculnya masalah (Yumiati,
2013:189). Dalam pembelajaran
matematika, kemampuan pemecahan
masalah sangat penting. Pemecahan masalah
merupakan salah satu hasil yang ingin
dicapai dalam pembelajaran matematika dan
merupakan hal yang sangat penting.
Menurut Hadi dan Radiatul (2014:53)
bahwa pemecahan masalah merupakan salah
satu tujuan dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang telah dilakukan dengan
salah satu guru mata pelajaran matematika
kelas VIII SMP Negeri 2
Lubuklinggau yaitu Ibu Laili Astuti, S.Pd.
maka, didapat informasi bahwa sebagian
besar siswa kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran, siswa mengalami kesulitan
dalam memecahkan dan mengerjakan soal
latihan yang sedikit berbeda dengan contoh
soal yang diberikan oleh guru serta banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam
menerapkan dan memilih konsep yang benar
untuk menyelesaikan soal-soal tersebut.
Kurangnya kemampuan pemecahan masalah
siswa lah yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah. Menurut Pratiwi, dkk. (2016:3) penyebab terbesar kurangnya kemampuan
pemecahan masalah adalah
ketidakmampuan siswa untuk dapat
menyaring dan menerjemahkan masalah
kedalam bentuk yang lebih sederhana
(membuat model matematika).
Untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah maka diperlukan suatu
model pembelajaran yang memberikan
kesempatan siswa untuk aktif dan
memberikan respon yang baik pada
pembelajaran matematika serta aktivitas
belajar siswa menjadi aktif melalui
pembelajaran pemecahan masalah. Salah
satunya dengan menggunakan model
pembelajaran Means–Ends Analysis (MEA),
yaitu pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa belajar dengan
aktif mengkontruksi pengetahuannya
sendiri, dan dapat membantu siswa untuk
menyelesaikan masalah matematis.
Model pembelajaran Means–Ends
Analysis adalah variasi dari pembelajaran
dengan pemecahan masalah dengan sintaks:
sajikan materi dengan pendekatan
pemecahan masalah berbasis heuristik,
elaborasi menjadi sub-sub masalah yang
lebih sederhana, identifikasi perbedaan,
susun sub-sub masalah sehingga terjadi
konektivitas, pilih strategi solusi (Ngalimun,
2014:170).
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Means–
Ends Analysis terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017”.
LANDASAN TEORI
Kemampuan pemecahan masalah
berarti kecakapan menerapkan pengetahuan
yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi
yang belum dikenal (Hertiavi, dkk.,
2010:53). Selanjutnya menurut Sumarmo
(Alawiyah, 2014:183) mengartikan
pemecahan masalah sebagai kegiatan
menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan
soal yang tidak rutin, mengaplikasikan
matematika dalam kehidupan sehari-hari
atau keadaan lain, dan membuktikannya.
Sedangkan menurut NCTM (Husna, dkk.,
2013:82) mengemukakan bahwa pemecahan
masalah merupakan proses menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya pada situasi baru dan berbeda.
Jadi dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa pemecahan
masalah matematika adalah suatu komponen
dalam matematika yang merupakan proses
untuk mengatasi kesulitan/hambatan yang
ditemui dalam mencapai tujuan yang
diharapkan dan memecahan masalah
matematika dengan menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti siswa dan isinya
pun disesuaikan dengan materi yang
dipelajari.
Model Pembelajaran Means-Ends
Analysis
Model pembelajaran Means–Ends
Analysis (MEA) yaitu pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa
belajar dengan aktif mengkontruksi
pengetahuannya sendiri, dan dapat
membantu siswa untuk menyelesaikan
masalah matematis (Juanda, dkk.,
2014:106). Sedangkan menurut Sahrudin
(2016:21) Means–Ends Analysis (MEA)
merupakan strategi yang memisahkan
permasalahan yang diketahui (problem
State) dan tujuan yang akan dicapai (Goal
State) yang kemudian dilanjutkan dengan
melakukan berbagai cara untuk mereduksi
perbedaan yang ada diantara permasalahan
dan tujuan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran
Means-Ends Analysis adalah pengembangan
suatu jenis pemecahan masalah, berdasarkan
suatu strategi yang membantu siswa dalam
menemukan cara penyelesaian masalah
dengan penyederhanaan masalah yang
berfungsi sebagai petunjuk dalam
menetapkan cara yang paling efektif dan
efisien untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran matematika.
Langkah-langkah model pembelajaran
Means-Ends Analysis
Langkah-langkah model pembelajaran
Means-Ends Analysis (MEA) yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1) Guru menyajikan materi dengan
pendekatan masalah berbasis
heuristik
2) Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok (tiap kelompok terdiri 3-4
orang secara heterogen). Masing-
masing kelompok diberi tugas/soal
pemecahan masalah.
3) Mengelaborasi masalah menjadi sub-
sub masalah yang lebih sederhana
4) Mengidentifikasi perbedaan terhadap
masalah yang diberikan
5) Menyusun sub-sub masalah yang
sudah diidentifikasi sehingga saling
berhubungan
6) Memilih strategi solusi dari
permasalahan yang muncul yaitu
memilih solusi dengan cara
penyelesaian yang dimengerti siswa.
7) Siswa presentasi di depan kelas (satu
kelompok yang presentasi)
8) Kuis individu
Adapun kelebihan dan kelemahan
Means-Ends Analysis (MEA). Menurut
Shoimin (2016:103) dari model
pembelajaran Means-Ends Analysis terdapat
kelebihannya yaitu :
1) Siswa dapat terbiasa
memecahkan/menyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah.
2) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam
pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya.
3) Siswa memilki kesempatan lebih
banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan.
4) Siswa dengan kemampuan rendah
dapat merespons permasalahan dengan
cara mereka sendiri.
5) Siswa memilki pengalaman banyak
untuk menemukan sesuatu dalam
menjawab pertanyaan melalui diskusi
kelompok.
6) MEA memudahkan siswa dalam
memecahkan masalah.
Kelemahan Model Pembelajaran Means-
Ends Analysis (MEA) yaitu :
1) Membuat soal pemecahan masalah
yang bermakna bagi siswa bukan
merupakan hal yang mudah.
2) Mengemukakan masalah yang
langsung dapat dipahami siswa sangat
sulit sehingga banyak siswa yang
mengalami kesulitan bagaimana
merespons masalah yang diberikan.
3) Lebih dominannya soal pemecahan
masalah terutama soal yang terlalu
sulit untuk dikerjakan, terkadang
membuat siswa jenuh.
4) Sebagian siswa bisa merasa bahwa
kegiatan belajar tidak menyenangkan
karena kesulitan yang mereka hadapi
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
terdapat Pengaruh Model Pembelajaran
Means–Ends Analysis terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
True experimental design merupakan jenis-
jenis eksperimen yang dianggap sudah baik
karena sudah memenuhi persyaratan
(Arikunto, 2010:125). Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pre-test, post-test desain, menurut Arikunto
(2010:126) dapat dituliskan dengan pola:
Keterangan :
E = kelompok kelas eksperimen
K = kelompok kelas kontrol
R = Random
X = Pembelajaran dengan menggunakan odel pembelajaran Mean-Ends
Analysis
O1 = pre-test kelas eksperimen
O2= Post-test kelas eksperimen
O1 = pre-test kelas eksperimen
O2= Post-test kelas eksperimen
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP N 2
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017
yang berjumlah 444 siswa. Dalam penelitian
ini sampel yang diambil dengan
menggunakan teknik sampel random. Dari
dua kelas terpilih satu kelas yaitu kelas
VIII.5 sebagai kelas eksperimen yang diberi
perlakuan dengan model pembelajaran
Means-Ends Analysis dan kelas VIII.6
sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan
dengan pemebelajaran konvensional.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2010:193). Pertanyaan-
pertanyaan tes yang disesuaikan dengan
pedoman penskoran kemampuan pemecahan
masalah matematika.
Teknik analisis data yang digunakan
penelitian ini terhadap skor kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa
sebagai berikut: (1) Menentukan Skor
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika. (2) menentukan rata-rata skor
dan simpangan baku, (3) uji normalitas data,
(4) uji homogenitas, (5) uji hipotesis.
Kriteria pengujian jika thitung< ttabel berarti
terima Ho dan tolak Ha, untuk taraf
kesalahan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk
= n – 1 dan jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak
dan Ha diterima dengan untuk taraf
kesalahan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk
= n – 1 (Sugiyono, 2016 : 138).
Adapun penskoran kemampuan
pemecahan masalah dengan menggunakan
pedoman pemberian skor pemecahan
masalah yang diadaptasi dari Schoen dan
Ochmke (Fauziah, 2010:40). Pedoman
penskoran pemecahan masalah dapat dilihat
pada tabel berikut:
E O1 X O2
K O3 O4
R
Tabel
Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Skor Memahami
masalah
Merencanakan
penyelesaian masalah
Menyelesaikan masalah Memeriksa kembali
penyelesaiannya
0 Salah
menginter-
prestasi
kan/salah sama
sekali
Tidak ada rencana,
membuat rencana yang
tidak relevan
Tidak melakukan
perhitungan
Tidak ada pemeriksaan
atau tidak ada
keterangan lain
1 Salah
menginter-
prestasikan
sebagian soal,
mengabaikan
Membuat rencana
pemecahan yang tidak
dapat dilaksanakan,
sehingga tidak dapat
dilaksanakan
Melaksanakan prosedur
yang benar dan mungkin
menghasilkan jawaban yang
benar tapi salah perhitungan
Ada pemeriksaan tetapi
tidak tuntas
2 Memahami
masalah soal
selengkapnya
Membuat rencana yang
benar tetapi salah dalam
hasil/tidak ada hasil
Melakukan proses yang
benar dan mendapatkan
hasil yang benar
Pemeriksaan dilaksanakan
untuk melihatkebenaran
proses
3 - Membuat rencana yang
benar, tetapi tidak lengkap
- -
4 - Membuat rencana sesuai
dengan prosedur dan
mengarah pada solusi yang
benar
- -
Skor maksimal
2
Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2
Sumber: Adaptasi Schoen dan Ochmke (Fauziah, 2010:40).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau
dengan menggunakan model pembelajaran
Means-Ends yang dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan sekolah
Sebelum peneliti melakukan penelitian,
peneliti melaksanakan uji coba instrumen
terlebih dahulu dengan materi pembelajaran
kubus dan balok. Peserta uji coba instrumen
adalah siswa kelas IX, sebagian siswa kelas
IX yang berjumlah 25 siswa. Uji coba
instrumen dilakukan untuk mengukur soal
tersebut valid atau tidak. Soal yang diuji
coba sebanyak 5 soal, didapatkan hasil
bahwa semua soalnya valid dan digunakan
untuk penelitian.
Data Hasil Pre-Test
kemampuan awal pemecahan masalah
matematika siswa tentang materi kubus dan
balok. Dalam pre-test ini siswa diberikan
lima butir soal essai yang menguji
kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Dengan hasil Pre-test
sebagai berikut:
Tabel.1
Rekapitulasi Data Hasil Pre-Test No. Kelas N 𝑥 S
1. Eksperimen 39 10,85 3.62
2. Kontrol 39 10,56 3,49
Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat
dilihat bahwa kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas eksperimen dan kontrol
relatif sama, karena selisih antara keduanya
tidak terlalu besar. Rata-rata nilai
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas
eksperimen adalah 10,85 dan kelas kontrol
adalah 3,56. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa secara deskriptif tidak
terdapat perbedaan antara kemampuan
pemecahan masalah matematika kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi
perlakuan.
1. Uji Normalitas Data Pre-test
Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah data hasil pre-test
berdistribusi normal atau tidak.
Berdasarkan ketentuan statistik mengenai
uji normalitas data menggunakan uji chi
kuadrat (2 ) dengan taraf signifikan 𝛼 =
0,05 dengan dk = n – 1 dimana n adalah
banyaknya kelas interval, jika2 hitung<
2 tabel, maka data berdistribusi normal
dan jika 2 hitung ≥
2 tabel, maka data
berdistribusi tidak normal. Rekapitulasi
hasil uji normalitas data pre-test pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-test
No Kelas 𝜒2hitung Dk 𝜒2
tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 1,80 5 12,59 Berdistribusi
Normal
2 Kontrol 0,62 5 12,59 Berdistribusi
Normal
Tabel 2 menunjukkan bahwa 2
hitung data pre-test kelas eksperimen
maupun kontrol lebih kecil dari pada 2
tabel, hal ini berarti data pre-test kelas
eksperimen maupun kelas kontrol
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Data Pre-Test Uji homogenitas ini dilakukan untuk
mengetahui apakah data pre-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki
varians yang homogen atau tidak,
kriteria pengujiannya adalah terima Ho
jika Fhitung < Ftabel yang berarti varians
kedua kelompok homogen, dengan dk1 =
(n1 - 1) dan dk2 = (n2 - 1).
Rekapitulasi uji homogenitas data
pre-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat pada Tabel 3 berikut
ini: Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Pre-test
Data Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan
Pre-test 1,08 (38:38) 1,71 Homogen
Berdasarkan kriteria pengujian homogenitas
data menggunakan uji F dengan dk1 = (39-
1), dk2 = (39- 1) dan taraf signifikan 𝛼 =
0,05. Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa
Fhitung ˂ Ftabel (1,08 < 1,71), maka dapat
disimpulkan bahwa varians data pre-test
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
homogen.
3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data
Pre-test Rekapitulasi hasil perhitungan uji
perbedaan dua rata-rata data pre-test
(lampiran C) dapat dilihat pada Tabel 4
berikut ini: Tabel 4
Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Data thitung ttabel Kesimpulan
Pre-test 0,37 2,00 –ttabel < thitung < ttabel,
Ho diterima
Dari Tabel 4 di atas diperoleh bahwa
Ho diterima, karena –ttabel < thitung < ttabel atau
–2,00 < 0,37 < 2,00 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan rata-rata skor pre-test
kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Data Hasil Post-Test
Pelaksanaan post-test ini dilaksanakan
untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
tentang kemampuan pemecahan masalah
matematika setelah diterapkannya model
pembelajaran Means-Ends Analysis pada
materi kubus dan balok pada kelas
eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol.
Rekapitulasi data post-test yang dapat
dilihat pada Tabel 4.2. berikut ini: Tabel 5
Rekapitulasi Data Hasil Post-test
No Kelas N 𝑥 S
1 Eksperimen 40 28,05 6,30
2 Kontrol 41 18,29 4,91
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat
dilihat bahwa rata-rata skor kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa
kelas eksperimen sebesar 28,05 dan kelas
kontrol sebesar 18,29. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Perbandingan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa berdasarkan data
pre-test dan post-test untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada Grafik 1.
1. Uji Normalitas Data Post-Test
Rekapitulasi hasil perhitungan uji
normalitas dapat dilihat pada tabel 6 berikut: Tabel 6
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-test No Kelas 𝜒2
hitung Dk 𝜒2tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 2,10 5 12,59 Berdistribusi
Normal
2 Kontrol 4,24 5 12,59 Berdistribusi
Normal
Tabel 6 menunjukkan bahwa 2 hitung
data post-test kelas eksperimen maupun
kontrol lebih kecil dari pada 2 tabel.
Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas
data, hal ini berarti data post-test kelas
eksperimen maupun kelas kontrol
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Data Post-Test
Rekapitulasi hasil perhitungan uji
homogenitas dapat dilihat pada tabel 7
berikut: Tabel 7
Hasil Uji Homogenitas Data Post-test
Data Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan
Post-test 1,65 39:40 1,69 Homogen
Berdasarkan kriteria pengujian
homogenitas data menggunakan uji F
dengan dk1 = (40-1), dk2 = (41- 1) dan taraf
signifikan 𝛼 = 0,05. Tabel 4.7 di atas
menunjukkan bahwa Fhitung ˂ Ftabel (1,54 <
1,69), maka dapat disimpulkan bahwa
varians data post-test pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol homogen.
3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Rekapitulasi hasil uji perbedaan dua
rata-rata dapat dilihat pada tabel 8 berikut. Tabel 8
Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Data thitung ttabel Kesimpulan
Post-test 7,91 1,671 thitung > ttabel, H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat
dilihat bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,
karena thitung > ttabel, sehingga hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini terbukti.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran
Means-Ends Analysis terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2016/2017.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, siswa terlebih dahulu
diberikan tes awal (pre-test) materi Kubus
dan Balok untuk mengetahui kemampuan
awal pemecahan masalah siswa. Pre-test
dilakukan pada kelas eksperimen dan
kontrol.
Pelaksanaan pre-test dilaksanakan
pada tanggal 9 dan 10 Mei 2017 pada kelas
kontrol dan eksperimen. Pada kelas kontrol
berjumlah 41 siswa yang mengikuti pre-test
berjumlah 39 dan 2 siswa tidak mengikuti
pre-test, sedangkan pada kelas eksperimen
siswa berjumlah 40 yang mengikuti pre-test
berjumlah 39 dan 1 siswa tidak mengikuti
pre-test.
Pertemuan pertama pada hari Sabtu
tanggal 13 Mei 2017 di kelas eksperimen
dengan jumlah siswa 38 orang 2 orang
0102030
Kelas
Eksperimen
Kelas Kontrol
10.85 10.56
28.0518.29
pre-test
post-test
lainnya tidak masuk kelas dikarenakan
ada kegiatan osis dan alokasi waktu 2 x 40
menit, sebelum pembelajaran peneliti
menjelaskan tujuan dari pelaksanaan
penelitian dan menjelaskan pada siswa
bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilakukan peneliti yaitu menggunakan
model pembelajaran Means-Ends Analysis
terhadap kemampuan pemecahan masalah
siswa. Materi yang diajarkan tentang unsur-
unsur Kubus dan Balok. Kemudian peneliti
memberikan orientasi permasalah masalah
terhadap siswa yang meliputi menjelaskan
tujuan pembelajaran, serta memberi arahan
kepada siswa tentang menyelesaikan
masalah.
Peneliti juga menjelaskan pada siswa
manfaat mempelajari unsur-unsur kubus dan
balok pada kehidupan sehari-hari, seperti
mengenal bentuk-bentuk kubus dan balok
yang ada di dalam kelas contohnya
penghapus papan tulis, kotak pensil, lemari
dan lain-lainnya. Peneliti juga menjelaskan
cara belajar dengan menggunakan model
Means-Ends Analysis itu menggunakan
strategi heuristik yang mana pada
penyelesaian soal siswa diberi petujuk
dalam menjawabnya berupa pertanyaan-
pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk
menyelesaikan soal pemecahan masalah.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lestari
dan Yudhanegara (2015:65) bahwa Means–
Ends Analysis merupakan suatu model
pembelajaran yang mengoptimalkan
kegiatan penyelesaian masalah melalui
pendekatan heuristik berupa rangkaian
pertanyaan, di mana rangkaian pertanyaan
tersebut merupakan petunjuk untuk
membantu peserta didik dalam
menyelesaikan masalah.
Setelah pembelajaran diorientasikan
pada suatu masalah dan siswa sudah siap
belajar dalam kelompoknya masing-masing
dan pembelajaran kelompok menggunakan
LKS, dimana LKS tersebut berisikan
masalah tentang unsur-unsur pada kubus dan
balok serta mempelajari berapa banyak
jaring-jaring yang ada di dalam kubus dan
balok, yang dikerjakan secara berkelompok,
peneliti juga menjelaskan materi tersebut
secara demonstrasi. Menurut Harto dkk.,
(2014:4) belajar kelompok merupakan salah
satu cara belajar untuk mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran melalui usaha kerja
sama, saling membantu, berbagi ide,
bertukar pengalaman dalam menyelesaikan
tugas. Pada saat pembelajaran dikelompok
siswa mulai mengerjakan LKS sesuai
dengan langkah-langkah yang ada dengan
berdiskusi antara kelompoknya. Tetapi
siswa belum maksimal mengerjakannya
dikarenakan siswa belum terbiasa dengan
pembelajaran pemecahan masalah,
kebanyakan siswa masih terpaku pada satu
orang dalam kelompok untuk
mengerjakannya dan siswa yang lainya tidak
mengerjakannya. Untuk mengatasi hal
tersebut, peneliti memberikan pertanyaan
yang mengarahkan siswa untuk menjawab
soal-soal pemecahan masalah, memberikan
motivasi dan dorongan terhadap siswa
dalam belajar kelompok agar siswa tersebut
tertarik saat belajar.
Pada pembelajaran di LKS siswa
dapat menentukan unsur diketahui dan
ditanya, tetapi belum paham cara
menentukan strategi yang tepat dalam
merencanakan penyelesaian, dalam hal ini
peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang mengarahkan siswa menjawab soal,
selanjutnya peneliti mengarahkan siswa
untuk mengerjakan LKS ketahap selanjutnya
yaitu melakukan penyelesaian masalah
hingga cara memeriksa kembali
penyelesaian yang mereka kerjakan pada
setiap langkah. Pada tahap ini, siswa kurang
paham cara memeriksa kembali
penyelesaiannya sehingga mengalami
kesulitan dalam membuktikan benar atau
tidaknya penyelesaian soal. Peneliti
mengarahkan siswa dalam membuktikan
soal dan petunjuk yang ada pada LKS
dimana di dalamnya terdapat langkah-
langkah pemecahan masalah yang dapat
membantu siswa mengatasi kesulitan siswa
dalam menyelesaian soal. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Wardani (Muslim,
2014:2), pemecahan masalah (problem
solving) adalah suatu proses untuk
mengatasi kesulitan/hambatan yang ditemui
dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Selanjutnya peneliti menujuk salah satu
kelompok secara acak untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di
depan kelas. Selanjutnya peneliti
memberikan kuis atau Pekerjaan rumah
kepada siswa setelah pelajaran selesai,
setelah itu peneliti mengarahkan kepada
siswa untuk pertemuan selanjutnya saat
peneliti masuk kelas siswa sudah berada
dalam kelompoknya masing-masing.
Pertemuan kedua pada hari Senin
tanggal 15 Mei 2017 di kelas eksperimen
dengan jumlah siswa 40 orang dan alokasi
waktu 2 x 40 menit, materi yang diajarkan
yaitu luas permukaan kubus dan balok
sesuai dengan perangkat pembelajaran yang
telah direncanakan. Pembelajaran pada
pertemuan kedua ini sama seperti pertemuan
pertama, siswa kembali ke kelompok
mereka masing-masing dan melakukan
diskusi dengan teman satu kelompoknya
dimana pembelajaran kedua ini juga
memakai LKS yang di dalam terdapat soal-
soal pemecahan masalah yang baru, untuk
melatih siswa dalam mengerjakan soal yang
menggunakan langkah-langkah pemecahan
masalah.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 17 Mei 2017 di kelas
eksperimen dengan jumlah siswa 40 orang
dan alokasi waktu 2 x 40 menit. Materi yang
diajarkan yaitu volume kubus dan balok
sesuai dengan perangkat pembelajaran yang
telah direncanakan. Pembelajaran ini juga
menggunakan LKS dimana membantu siswa
dalam belajar. Pada pertemuan ini siswa
sudah mulai terbiasa belajar secara
berkelompok, dengan menggunakan model
pembelajaran Means-Ends Analysis.
Pada pertemuan ini siswa sudah
paham dengan model Means-Ends Analysis
dan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa meningkat. Hal tersebut
terlihat dari cara siswa menjawab soal yaitu
langkah–langkah yang diselesaikan siswa
sudah lebih baik dari pertemuan pertama dan
kedua. Siswa sudah paham bagaimana
menentukan unsur yang Diketahui dan yang
ditanya secara lengkap, siswa juga dapat
merencanakan dan menuliskan strategi
pemecahan masalah yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan pada soal
tersebut. Setelah strategi ditentukan siswa
sudah dapat menggunakan strategi tersebut
dalam menyelesaikan pemecahan masalah
dan siswa juga membuktikan jawaban
dengan benar yaitu dengan membuat
permisalan dari salah satu unsur soal yang
diketahui. Pada pembelajaran ini, masing-
masing kelompok telah mengisi LKS
dengan baik sesuai dengan petunjuk soal dan
langkah-langkah pemecahan masalah.
Kemudian, pada pertemuan ini dapat
disimpulkan bahwa siswa sudah bisa
menyelesaikan masalah yang diberikan
berdasarkan langkah-langkah penyelesaian
masalah, yang meliputi langkah memahami
masalah, kemudian menentukan strategi
penyelesaian, menentukan hasil
penyelesaian dan memeriksa kembali hasil.
Setelah peneliti menyelesaikan
pelaksanaan pembelajaran yaitu sebanyak
tiga kali pertemuan maka pada pertemuan
selanjutnya peneliti mengadakan post-test
di kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah
matematika, soal yang digunakan sama
dengan pada saat Pre-test. Jumlah siswa
yang mengikuti post-test di kelas
eksperimen 40 siswa, dan di kelas kontrol 41
siswa. Pelaksanaan Post-test yang dilakukan
itu sebagai tolak ukur untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diberikan perlakuan
yang berbeda. Hasil post-test menunjukkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dari kedua kelas tersebut
mengalami peningkatan. Namun, dari hasil
post-test juga menunjukkan bahwa jawaban
siswa di kelas eksperimen terlihat lebih baik
daripada kelas kontrol.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran
Means-Ends Analysis terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2016/2017. Rata-rata skor
kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa setelah diberi perlakuan di
kelas eksperimen sebesar 28,05 dan kelas
kontrol sebesar 18.29.
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, Tuti. 2014. Pembelajaran untuk
Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi dan Pemecahan
Masalah Matematik. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Program Pasca
Sarjana STKIP Siliwangi Bandung,
vol 1. ISSN 2355-0473. Hal 180-
187.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan
Kemaampuan Pemahaman dan
Pemecahan Masalah Matematika
Siswa SMP Melalui Strategi
REACT, Forum Kependidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sriwijaya
Palembang, vol 30(1). Hal 1-13.
Hadi, Sutarto & Radiyatul. 2014. Metode
Pemecahan Masalah Menurut Polya
untuk Mengembangkan
Kemampuan Siswa dalam
Pemecahan Masalah Matematis di
Sekolah Menengah Pertama. EDU-
MAT Jurnal Pendidikan
Matematika, vol 2(1). Hal 53-61.
Harto, Teddy dkk.. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Means-ends Analysis
(MEA) dengan Setting Belajar
Kelompok berbantuan LKS
terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas IV di SD Desa
Bebetin. Journal
MIMBAR PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha, vol 2(1). Hal
1-10.
Hertiavi, dkk. 2010. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw untuk Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesi, vol 6. ISSN:
1693-1246. Hal 53-57.
Husna, dkk. 2013. Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah
dan Komunikasi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama
Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(TPS). Jurnal Peluang, vol 1(2).
Hal 81-92.
Juanda, M, R. Johar, dan M. Ikhsan. 2014.
Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematis Siswa SMP
melalui Model Pembelajaran
Means-Ends Analysis (MEA).
Jurnal Kreano, vol 5(2). Hal 105-
113.
Muslim, Siska Ryane. 2014. Pengaruh
Penggunaan Metode Student
Facilitator and Explaining dalam
Pembelajaran Kooperatif Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik dan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematik Siswa
SMK Di Kota Tasikmalaya. Jurnal
Pendidikan dan Keguruan. Vol.
1(1).Hal 1-9
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model
Pembelajaran. Jakarta: Aswajaya
Pressindo.
Pratiwi, dkk. 2016. Pengaruh Model
Means-Ends Analysis terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah
Masalah Matematis Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal PGSD Kampus
Cibiru,vol 4(3). Hal 1-15
Putri, P.M., dkk. 2012. Pemahaman Konsep
Matematika Pada Materi Turunan
Melalui Pembelajaran Teknik
Probing. Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 1 No 1, Part 2:
Hal. 68-72.
Sahrudin, Asep. 2016. Implementasi Model
Pembelajaran Means-Ends Analysis
Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika
Mahasiswa. Jurnal Pendidikan
Unsika, vol 4(1). Hal 17-25.
Shoimin, Aris. 2016. 68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Sugiyono. 2016. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Yumiati. 2013. Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
dalam Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP N 9 Pamulang.
Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan
Matematika STKIP Siliwangi
Bandung, vol 1. ISSN 977-
2338831. Hal 189-195.