Post on 13-Nov-2020
PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI
TERHADAP JUMLAH DEPOSAN BANK BNI DEPOK
TAHUN 2006 - 2015
Oleh :
Tri Damayanti ( t_damayanti@staff.gunadarma.ac.id )
Dunia perbankan sebagai lembaga keuangan akan selalu bersaing untuk mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat dan pemilik modal untuk meyalurkan dananya kepada pihak
yang memerlukan. Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha untuk menghidupkan dan
memperbaiki dunia perbankan melalui berbagai kebijaksanaan yang berupa deregulasi,
khususnya yang berkenaan dengan sektor perbankan. Jumlah uang beredar dan inflasi
merupakan indikator penting bagi perekonomian didalam suatu negara. Bagi bank umum
baik milik pemerintah maupun milik swasta, kedua indikator tersebut juga menjadi penentu
hasil pendapatan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ekonomiini. Oleh karena itu,
pemerintah harus memilih kebijakan yang tepat dalam menangani jumlah uang beredar dan
inflasi. Hal ini diperlukan mengingat bank memberikan kontribusi yang besar dalam bidang
perekonomian.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh jumlah uang beredar dan tangkatan
inflasi terhadap jumlah deposan PT. BNI cabang Depok. Data dalam penelitian ini diambil
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2015.
Metode analisi yang digunakana dalah UjiA sumsi Klasik, UjiRegresi Linear
Berganda, dan Uji Hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji secara parsial dan F-
statistik untuk menguji secara simultan dengan tingkat keyakinan 95% atau taraf nyata 5%
danuji koefisien kolerasi serta koefesien determinasi ( ). Data dianalisis secara deskriftif
dan secara statistic dengan menggunakan SPSS 22.
Kata Kunci : JumlahUangBeredar, Inflasi, Deposan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah uang beredar dan inflasi merupakan indikator penting bagi perekonomian
didalam suatu negara. Bagi bank umum baik milik pemerintah maupun milik swasta,
kedua indikator tersebut juga menjadi penentu hasil pendapatan sebuah perusahaan
yang bergerak di bidang ekonomi ini. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak
perusahaan harus memilih kebijakan yang tepat dalam menangani jumlah uang beredar
dan inflasi. Hal ini diperlukan mengingat bank memberikan kontribusi yang besar
dalam bidang perekonomian. Dunia perbankan sebagai lembaga keuangan akan selalu
bersaing untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan pemilik modal untuk
meyalurkan dananya kepada pihak yang memerlukan. Oleh karena itu pemerintah
selalu berusaha untuk menghidupkan dan memperbaiki dunia perbankan melalui
berbagai kebijaksanaan yang berupa deregulasi, khususnya yang berkenaan dengan
sector perbankan. Pada dasarnya inti dari semua kebijakan yang ada adalah untuk
memberikan kebebasan kepada dunia perbankan dalam usahanya menghimpun dana
dari masayarakat yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat.
Masyarakat atau perusahaan pemilik dana memiliki satu keinginan, yaitu agar
dananya cepat berkembang. Bertambahnya nilai suatu dana merupakan suatu
perkembangan yang diinginkan oleh para pemilik dana baik dalam jangka pendek
maupun untuk jangka yang panjang. Kegiatan umum bank sebagai intermediary
financial pada dasarnya adalah memobilisasi dana dari masyarakat untuk selanjutnya
disalurkan kepada perorangan atau lembaga yang membutuhkan dana dalam bentuk
pinjaman atau kredit investasi. Individu atau lembaga yang memiliki kelebihan dana
memerlukan intuisi yang dapat mengelola kelebihan dana tersebut secara efektif.
Mereka dapat mempercayakan pengelolaan dana tersebut kepada bank dalam bentuk
tabungan, deposito maupun giro.
Dalam memasarkan deposito, PT. Bank BNI Cabang Depok memberi banyak
kemudahan dalam bentuk bunga yang bersaing, rasa aman dalam menginvestasikan
uangnya, serta kualitas pelayanan yang baik. Oleh karena itu PT. Bank BNI Cabang
Depok memaksimalkan kebijakan yang bersaing sehingga nasabah ingin
menginvestasikan uangnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan
judul “PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI TERHADAP
JUMLAH DEPOSAN BANK BNI CABANG DEPOK TAHUN 2006 - 2015
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap jumlah
deposan PT. Bank BNI Cabang Depok?
Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap jumlah
deposan PT. Bank BNI Cabang Depok?
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah didalam memahami penulisan ilmiah ini, penulis
membatasi masalah pada pengaruh jumlah uang beredar dan inflasi terhadap jumlah
deposan PT. Bank BNI Cabang Depok.
1.4 PEMBAHASAN
1.4.1 Lembaga Keuangan
Pengertian Lembaga Keuangan menurut Undang - Undang No. 14 Tahun 1967
adalah semua badan yang melalui kegiatan - kegiatannya dibidang keuangan menarik
uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. Secara umum, lembaga
keuangan dibagi menjadi:
Lembaga keuangan bank: misalnya bank umum, bank koperasi, dan BPR.
Lembaga keuangan bukan bank: seperti dana pensiun, leasing, dan asuransi.
1.4.1 Bank
Pengertian Bank menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 pasal 1a adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa - jasa
dalam bentuk lalu - lintas pembayaran dan peredaran uang.
Bank adalah suatu badan atau organisasi, biasanya dalam bentuk perusahaan
dan bekerjasama atau disewa dengan pemerintah, untuk melakukan penerimaan
deposito dan giro yang berjangka, membayar bunga yang ada pada mereka
sebagaimana yang telah diizinkan oleh hukum yang berlaku, membuat catatan diskon,
memberikan sebuah pinjaman, berinvestasi didalam pemerintahan atau pada surat
berharga lainnya. Rosenberg, Jerry M. (1982:44).
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana
kepada pihak yang membutuhkan atau kekurangan dana pada waktu yang ditentukan.
Dendawijaya (2001:25).
4.2 Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan
jumlah uang beredar dalam arti luas (M2).Penggunaan jumlah uang beredar dalam arti
luas ini didasarkan atas penelitian terdahulu oleh Nugroho (2008), dan Perdana (2009).
Dalam pengertian M1 yang dicerminkan hanyalah jumlah uang yang dapat digunakan
untuk melancarkan jalannya transaksi-transaksi perdagangan. Dan belum sepenuhnya
menggambarkan jumlah uang yang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa
yang tersedia dalam masyarakat. Kemampuan masyarakat untuk membeli barang dan
jasa adalah lebih dicerminkan oleh M2 (Sukirno, 2006:283).
Selain itu, perkembangan M2 mencerminkan atau seiring dengan perkembangan
ekonomi suatu negara. Apabila perekonomian semakin maju, komposisi M1 dalam
peredaran uang semakin kecil, sebab penggunaan uang kuasi semakin besar. Bahkan
pada perekonomian yang semakin maju banyak transaksi yang dilakukan melalui bank.
Dengan meningkatnya M2 secara langsung maupun tidak langsung telah mencerminkan
perekonomian yang semakin makmur. Hal ini disebabkan karena masyarakat hanya
dapat menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan deposito berjangka di saat
pendapatannya lebih besar dari tingkat konsumsinya.
4.3 Inflasi
Inflasi merupakan salah satu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi
dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami pelemahan,
dan jika terjadi secara terus menerus, maka akan mengakibatkan pada memburuknya
kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu mengguncang tatanan stabilitas
politik suatu Negara (Fahmi, 2011). Inflasi sendiri merupakan hal yang berpengaruh
terhadap perekonomian mampu menimbulkan efek yang sangat sulit untuk diatasi yang
terakhir pada keadaan bisa menimbulkan pemerintahan yang berkuasa. Inflasi adalah
jumlah uang yang berlebihan dan akan menimbulkan kenaikan harga – harga yang
menyeluruh. Dalam perekonomian global sekarang ini, masalah dan penyebab inflasi
adalah sangat kompleks. Dampak buruk inflasi diantaranya yang paling nyata adalah
menurunnya pendapatan riil yang diterima masyarakat. Inflasi seringkali berfluktuasi
namun pendapatan masyarakat tidak selalu berubah untuk menyesuaikan dengan
tingkat inflasi, sehingga dapat menyebabkan penurunan pendapatan riil masyarakat. Ini
merupakan salah satu alasan pentingnya mengendalikan inflasi suatu negara. (Sukirno,
2005).
Inflasi terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan
saling mempengaruhi. Inflasi juga dikatakan sebagai ukuran terbaik bagi perekonomian
dalam suatu negara, tetapi bukan berarti jika suatu negara berada dalam kondisi inflasi
yang tinggi maka negara tersebut sangat baik perekonomiannya dan masyaraktnya
sejahtera secara keseluruhan. Pemahaman awal tentang inflasi lebih menekankan pada
nilai uang. Keseluruhan tingkat harga dalam perekonomian dapat dipandang dari dua
sisi, yaitu tingkat harga sebagai harga sejumlah barang dan jasa. Ketika tingkat harga
naik maka orang harus membayar lebih untuk membeli barang dan jasa. Sebagai
alternatif, kita memandang tingkat harga sebagai ukuran nilai uang, kenaikan tingkat
harga berarti nilai uang menjadi lebih rendah.
4.3.1 Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju
inflasi selama satu periode tertentu (Prathama, 2008:367). Diantaranya yaitu:
a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index atau CPI).
Indeks harga konsumen atau disingkat IHK adalah angka indeks yang
menunjukan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen, setiap jenis
barang ditentukan suatu timbangan atau bobot tetap yang proposional terhadap
kepentingan relatif dalam anggaran pengeluaran konsumen.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index).
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan
Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga
disebut sebagai indeks harga produsen (producer price index). IHPB menunjukan
tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.
c. Indeks Harga Implicit (Gnp Deflator).
Indeks harga implicit (gnp Deflator) adalah suatu indeks yang merupakan
perbandingan atau rasio antara GNP nominal dan GNP riil dikalikan dengan 100.
GNP Riil adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan di dalam
perekonomian, yang diperoleh ketika output dinilai dengan menggunakan harga tahun
dasar (base year).
d. Alternatif dari indeks harga Impicit
Mungkin saja terjadi, pada saat ingin menghitung inflasi dengan menggunakan
IHI tidak dapat dilakukan karena tidak memiliki data IHI. Hal ini bisa diatasi. Seab
prinsip dasar perhitungan inflasi berdsarkan deflator PDB (GDP Deflator) adalah
membandingkan tingkat pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan riil.
Selisih keduanya merupaka tingkat inflasi.
1.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan variabel - variabel yang dibahas dalam penelitian ini mengenai
pengaruh jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap jumlah deposan, maka dapat
ditampilkan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Secara Simultan dan Parsial
1.6 Metode Analisis
1.6.1 Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh perubahan nial
variabel independen dinaik turunkan. (Sugiyono, 2010). Dalam upaya menjawab
permasalahan dalam penelitian ini maka digunakan analisis regresi linier berganda.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antara
variabel independen (tingkat suku bunga deposito dan tingkat inflasi) terhadap
variabel dependen (jumlah deposan). Rumus matematis dari regresi linier berganda
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan
Y = Jumlah Deposan
X1 = Jumlah Uang Beredar
X2 = Tingkat Inflasi
a = Konstanta
JumlahUangB
eredar(X1)
Tingkat Inflasi
(X2)
JumlahDepo
SASSAsan
(Y)
Y = a + β1.X1 + β2.X2 + 𝑒
𝑒 = Standard Error
β1& β2 = Koefisien Regresi
1.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat, variabel bebas, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Uji normalitas data dapat juga menggunakan uji Kolmogorov-Smirov
untuk mengetahui signifikansi data yang terdistribusi normal.
Uji Heteroskedotisitas
Cara menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu dengan menggunakan
analisis grafik. Pengujian Scatterplot, model regresi yang tidak terjadi
heteroskedastisitas harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu
dihitung nilai statistic Durbin-Watson (D-W) :
Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin-
Watson. Panduan mengenai angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi
autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku statistik yang
relevan. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, berarti ada autokorelasi positif
2. Jika DU < D-W < 4 – dU, berarti tidak ada autokorelasi
3. Jika dL ≤ D-W ≤ dU atau dU ≤ D-W ≤ 4 – dL berarti ada autokorelasi negatif.
Uji Multikolinearitas
Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah
dengan menggunakan nilai tollerance dan nilai Variance Inflaction Factors (VIF).
a. Nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10, maka menunjukkan
terjadinya multikolinearitas pada persamaan multi regresi.
b. Nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10, maka menunjukkan
tidak terjadinya multikolinearitas pada persamaan multi regresi.
1.7 Uji Hipotesis
Koefisien Korelasi
Menurut Umi Narimawati (2010:49), pengujian korelasi digunakan untuk
mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan Y, dapat menggunakan
pendekatan korelasi Pearson dengan rumus dengan rumus sebagai berikut :
Koefisien Determinasi ( )
Menurut (Sugiyono, 2002) Koefisien ini dinyatakan dalam %, yang
menyatakan kontribusi regresi, secara fisik adalah akibat prediktor, terhadap variasi
total variabel respon, yaitu Y. Makin besar nilai R2, makin besar pula kontribusi
atau peranan prediktor terhadap variasi respon.
Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel. Hasil
uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig (significance).
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-
sama (simultan) terhadap variabel terikat. Hasil uji F dilihat dalam tabel ANOVA
dalam kolom sig.
1.8 Hasil Penelitian dan Analisis
Data JUB, Inflasi dan Jumlah Deposan
Berikut ini adalah data JUB, Inflasi Dan Jumlah Deposan tahun 2006 – 2015.
Tabel 4.2.1
Tahun JUB (Miliyar) Tingkat
Inflasi
Jumlah
Deposan
2006 Rp 347.013 6,60% 889
2007 Rp 450.055 6,59% 893
2008 Rp 456.787 11,06% 1107
2009 Rp 515.824 2,78% 914
2010 Rp 534.390 6,96% 910
2011 Rp 634.788 3,79% 918
2012 Rp 758.456 4,30% 943
2013 Rp 842.939 4,30% 935
2014 Rp 905.434 8,36% 899
2015 Rp 980.193 3,35% 938
Total Rp 642.588 58% 9346
Rata" Rp 347.013 6% 934,6
Sumber: www.bps.go.id
Pada tabel 4.2.1 data JUB (Jumlah Uang Beredar) dan tingkat inflasi diambil
melalui situs internet www.bps.go.id, sedangkan data jumlah deposan diambil dari
laporan tahunan perusahaan PT. BNI Depok. Data yang diambil sesuai dengan kurun
waktu periode penelitian yakni dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2015.
Berikut ini dalam tabel 4.2.2 adalah rekapitulasi data JUB (Jumlah Uang
Beredar) dan laju perkembangannya pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2015.
Tabel 4.2.2
Perkembangan Jumlah Uang Beredar Tahun 2006 s/d Tahun 2015
Tahun JUB
(Milyar)
Uang Kartal Uang Giral Laju Perkembangan
Rp %
2006 Rp 347.013 Rp 150.654 Rp 196.359 - -
2007 Rp 450.055 Rp 182.967 Rp 267.089 Rp 103.042,00 29,69%
2008 Rp 456.787 Rp 209.747 Rp 247.040 Rp 6.732,00 1,50%
2009 Rp 515.824 Rp 226.006 Rp 289.818 Rp 59.037,00 12,92%
2010 Rp 534.390 Rp 225.932 Rp 308.458 Rp 18.565,92 3,60%
2011 Rp 634.788 Rp 270.797 Rp 363.992 Rp 100.398,33 18,79%
2012 Rp 758.456 Rp 311.404 Rp 447.052 Rp 123.667,67 19,48%
2013 Rp 842.939 Rp 352.306 Rp 490.633 Rp 84.483,17 11,14%
2014 Rp 905.434 Rp 393.991 Rp 511.444 Rp 62.495,25 7,41%
2015 Rp 980.193 Rp 403.451 Rp 576.742 Rp 74.758,79 8,26%
Rata" Rp 642.588 Rp 272.725 Rp 369.863 Rp 70.353 12,53%
Sumber: www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1074
Dari tabel 4.2.2 terlihat perkembangan JUB ( Jumlah Uang Beredar) rata-rata
mengalami peningkatan sebesar Rp. 70.353atau sebesar 12,53%, dimana dapat
dilihat bahwa dalam tahun 2007 meningkat sebesar Rp. 103.042,00 atau sebesar
29,69%tahun 2008 meningkat sebesar Rp. 6.732,00 atau sebesar 1,50%tahun 2009
meningkat sebesar Rp59.037,00 atau sebesar 12,92%, tahun 2010 meningkat sebesar
Rp. 18.565,92 atau sebesar 3,60%, tahun 2011 meningkat sebesar Rp. 100.398,33
atau sebesar 18,79%, tahun 2012 meningkat sebesar Rp. 123.667,67 atau sebesar
19,48%, tahun 2013 meningkat sebesar Rp. 84.483,17 atau sebesar 11,14%, tahun
2014 meningkat sebesar Rp. 62.495,25 atau sebesar 7,41%, tahun 2015 meningkat
sebesar Rp. 74.758,79 atau sebesar 8,26%.
Berikut ini dalam tabel 4.2.3 adalah rekapitulasi data tingkat inflasi dan laju
perkembangannya pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2015.
Tabel 4.2.3
Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 2006 s/d Tahun 2015
Tahun Tingkat
Inflasi
Laju
Perkembangan
2006 6,60% -
2007 6,59% -0,01%
2008 11,06% 4,47%
2009 2,78% -8,28%
2010 6,96% 4,18%
2011 3,79% -3,17%
2012 4,30% 0,51%
2013 4,30% 0,00%
2014 8,36% 4,06%
2015 3,35% -5,01%
Rata" 6% -0,36%
Sumber: www.bps.go.id/linkTableStatis/view/id/901
Dari tabel 4.2.3 terlihat tingkat inflasi rata-rata mengalami penurunan sebesar
0,36%,dimana dapat dilihat bahwa dalam tahun 2007 mengalami penurunan sebesar
0,01%, tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 4,47%, tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar 8,28%, tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 4,18%, tahun
2011 mengalami penurunan sebesar 3,17%, tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar
0,51%, tahun 2013 tidak terjadi perubahan, tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar
4,06%, tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 5,01%.
Berikut ini dalam tabel 4.2.4 adalah rekapitulasi data jumlah deposan PT. BNI
Depok dan laju perkembangannya pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2015.
Tabel 4.2.4
Perkembangan Jumlah Deposan Tahun 2006 s/d Tahun 2015
Tahun Jumlah Deposan Laju
Perkembangan
2006 889 -
2007 893 4
2008 1107 214
2009 914 -193
2010 910 -4
2011 918 8
2012 943 25
2013 935 -8
2014 899 -36
2015 938 39
Rata" 934,6 5,444444444
Sumber: PT. BNI DEPOK
Dari tabel 4.2.4 terlihat tingkat inflasi rata-rata mengalami kenaikan sebanyak
5 orang per tahun,dimana dapat dilihat bahwa dalam tahun 2007 mengalami
kenaikan sebanyak 4 orang, tahun 2008 mengalami kenaikan sebanyak 214 orang,
tahun 2009 mengalami penurunan sebanyak 193 orang, tahun 2010 mengalami
penurunan sebanyak 4 orang, tahun 2011 mengalami kenaikan sebanyak 8 orang,
tahun 2012 mengalami kenaikan sebanyak 25 orang, tahun 2013 mrngalami
penurunan sebanyak 8 orang, tahun 2014 mengalami penurunan sebanyak 36 orang,
tahun 2015 mengalami kenaikan sebanyak 39 orang.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic
Significance), yaitu:
a. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05, distribusi tidak normal.
b. Nilai signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0.05, distribusi normal.
Tabel 4.3.1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 10
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,04645669
Most Extreme Differences Absolute ,110
Positive ,110
Negative -,094
Test Statistic ,110
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Berdasarkan tabel 4.3.1 diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,200 yang
artinya 0,200 > 0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi
normal.
Uji Heteroskedotisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variansdari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain.
Grafik 4.3.1
Hasil Uji Heteroskedotisitas
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 2.2
Pada grafik scatterplot diatas tampak bahwa pola hubungan regresion
studentized deleted residual dan regresion standardized predicted value tidak
membentuk pola yang jelas, hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Pengujian autokolerasi dimaksudkan untuk mendeteksi autokorelasi bisa
dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku statistik yang relevan. Dasar
pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, berarti ada autokorelasi positif.
2. Jika DU < D-W < 4 – dU, berarti tidak ada autokorelasi.
3. Jika dL ≤ D-W ≤ dU atau dU ≤ D-W ≤ 4 – dL berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.3.2
Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin -
Watson
1 ,845a ,715 ,633 ,05268 1,689
a. Predictors: (Constant), Tingkat Inflasi, Jumlah Uang Beredar
b. Dependent Variable: Jumlah Deposan
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 2.2
Berdasarkan tabel 4.3.1 diperoleh nilai DW sebesar 1,718 sedangkan nilai
tabel D-W dengan nilai signifikansi 0,05 dimana jumlah data (n) = 10 dan k = 2
maka diperoleh nilai dL sebesar 0,6972 dan dU sebesar 1,6413, dengan ini maka 4-
dU = 2,3587 dan 4-dL= 3,3028 . Sesuai dengan kriteria hasil yang diperoleh nilai
Durbin-Watson yaitu dU ≤ D-W ≤ 4 – dLatau 1,6413 ≤ 1,689 ≤ 3,3028 artinya
autokorelasinya negatif.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji hubungan kolerasi yang
antara variabel bebas. Cara yang digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas
adalah dengan menggunakan nilai tolerance dan nilai Variance Inflaction Factors
(VIF). Pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan nilai tollerance dan VIF,
antara lain:
a. Nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10, maka menunjukkan
terjadinya multikolinearitas pada persamaan multi regresi.
b. Nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10, maka menunjukkan
tidak terjadinya multikolinearitas pada persamaan multi regresi.
Tabel 4.3.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Jumlah Uang Beredar 0,870 1,150
Tingkat Inflasi 0,870 1,150
a. Dependent Variable: Jumlah Deposan
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 2.2
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai tolerance yaitu 0,870 yang
berarti 0,870> 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,149 yang berarti 1,150< 10. Jadi dapat
disimpulkan bahwa data yang diuji tidak terjadi multikolinearitas pada persamaan
multi regresi.
Regresi Linier Berganda
Pengujian menggunakan regresi linier berganda dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil tabel
pengujian analisis regresi linier berganda.
Tabel 4.4.1
Hasil Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4,037 ,755 5,348 ,001
Jumlah Uang
Beredar
,206 ,054 ,820 3,787 ,007
Tingkat Inflasi -,013 ,043 -,064 -,296 ,776
a. Dependent Variable: Jumlah Deposan
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 2.2
Persamaan regresi yang dapat dilihat pada coefficients, yaitu:
Y = 4,038 + 0,206X1 + (-0,013)X2
Dimana : Y = Jumlah deposan
X1 = Jumlah uang beredar
X2 = Jingkat inflasi
a. Koefisien variabel jumlah uang beredar (X1) sebesar 0,206 menyatakan bahwa setiap
penambahan 4 ±, maka jumlah deposan akan bertambah sebanyak 1 orang.
b. Koefisien variabel tingkat inflasi (X2) sebesar -0,013 menyatakan bahwa setiap
bertambahnya0,7% tingkat inflasi, maka jumlah deposan akan berkurang sebanyak
1 orang.
Uji Hipotesis
Koefisien Korelasi
Pengujian koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya
hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.5.1
Hasil Uji Koefisien Korelasi
Correlations
Model
Jumlah
Uang
Beredar
Tingkat
Inflasi
Jumlah Deposan
Jumlah
Uang
Beredar
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
10
-,361
,305
10
,843**
,002
10
Tingkat
Inflasi
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
-,361
,305
10
1
10
-,360
,306
10
Jumlah
Deposan
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
,843**
,002
10
-,360
,306
10
1
10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 2.2
a. Besar hubungan antara jumlah uang beredar dengan jumlah deposan dan
tingkat inflasi dengan jumlah deposan yang dihitung dengan koefisien kolerasi
secara berturut - turut adalah 0,843 dan -0,360. jika dilihat dari hasil
perhitungan koefisien kolerasi nilai kolerasi jumlah uang beredar dengan
tingkat inflasi lebih besar, maka variabel jumlah uang beredar lebih
berpengaruh terhadap jumlah deposan dibandingkan dengan tingkat inflasi.
b. Tingkat signifikansi koefesien kolerasi (diukur dari probabilitas) antara jumlah
uang beredar dengan jumlah deposan dan tingkat inflasi dengan jumlah
deposan secara berturut-turut menghasilkan angka sebesar 0,002 dan 0,306,
karena probabilitas jumlah uang beredar dengan jumlah deposan menghasilkan
angka dibawah 0,05 maka kolerasi diantara variabel jumlah uang beredar
dengan jumlah deposan berpengaruh positif, sedangkan dan tingkat inflasi
dengan jumlah deposan berpengaruh negatif.
Koefisien Determinasi ( )
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase
sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.5.2
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,845a 0,715 0,633 ,05268
a. Predictors: (Constant), Tingkat Inflasi, Jumlah Uang Beredar
b. Dependent Variable: Jumlah Deposan
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 2.2
Hasil analisis dalam penelitian ini diperoleh angka R square sebesar 0,715, hal
ini berarti 71,5% hasil penjualan perusahaan bisa dijelaskan oleh variabel jumlah
uang beredar dan tingka tinflasi sedangkan sisanya (100% - 71,5% = 28,5%)
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel indipenden
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.5.3
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 747,268 64,787 11,534 ,000
Jumlah Uang Beredar 5,463E-05 ,000 ,786 3,512 ,010
Tingkat Inflasi -3,195 6,355 -,112 -,503 ,631
a. Dependent Variable: Jumlah Deposan
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 2.2
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari tabel 4.2.11 hasil uji T pada
output coeficiens didapat hasil untuk :
a. Untuk variabel jumlah uang beredar memiliki nilai sig 0,010 < 0,05,
artinya signifikan. Dengan nilai > yaitu 3,512 >2,364, maka
ditolak dan diterima, artinya jumlah uang beredar secara parsial
berpengaruh terhadap jumlah deposan.
b. Untuk variabel tingkat inflasi memiliki nilai sig 0,631 > 0,05, artinya
tidak signifikan. Dengan nilai > yaitu -0,503 >-2,364,
maka ditolak dan diterima, artinya tingkat inflasi secara parsial
berpengaruh terhadap jumlah deposan.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F (uji koefisien regresi secara bersama–sama) digunakan untuk menguji
signifikansi pengaruh beberapa variabel independen secara bersama–sama terhadap
variabel dependen.
Tabel 4.5.1
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,049 2 ,024 8,764 ,012b
Residual ,019 7 ,003
Total ,068 9
a. Dependent Variable: Jumlah Deposan
b. Predictors: (Constant), Tingkat Inflasi, Jumlah Uang Beredar
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 2.2
Dari tabel 4.5.1 hasil uji F terlihat bahwa nilai sebesar 8,764 dengan
tingkat Pvalue = 0,012. Dengan menggunakan taraf nyata sebesar 0,05 serta derajat
bebas df1 = 2 dan df2 = 7 didapat nilai sebesar 4,74 Maka nilai >
= 8,764> 4,74 dengan demikian ditolak dan diterima. Sehingga dapat
dikatakan bahwa jumlah uang beredar dan tingkat inflasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap jumlah deposan terlihat dengan signifikan kurang dari 0,05
dengan demikian terbukti bahwa jumlah uang beredar dan tingkat inflasi
berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah deposan PT. BNI Depok.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai jumlah uang beredar dan
tingkat inflasi terhadap jumlah deposan PT. BNI Depok, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial jumlah uang beredar berpengaruh terhadap jumlah deposan pada
PT. BNI DEPOK, Sedangkan untuk tingkat inflasi tidak berpengaruh secara
parsial terhadap jumlah deposan.
2. Secara simultan jumlah uang beredar dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap
jumlah deposan pada PT. BNI Depok.
Saran
1. Bagi pemerintah sebaiknya lebih bijak dalam pengambilan keputusan yang
berpengaruh terhadap jumlah uang beredar dan tingkat inflasi demi kelangsungan
perekonomian bank-bank umum saat ini.
2. Bagi Perusahaan sebaiknya cepat tanggap dalam mengambil tindakan terhadap
perubahan yang terjadi pada jumlah uang beredar dan tingkat inflasi yang terjadi,
agar jumlah nasabah terus bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2003. EkonomiMakro,TeoridanKasus, EdisiKesatu. Yogyakarta: STIE YKPN
Bakti, Diana dkk . 2010. PengantarEkonomiMakro. Medan: USU Press.
Kasmir, 2008. Bank danLembagaKeuanganLainnya. Jakarta: PT. Raja GrapindiPersada.
Koutsoyiannis, 2007. Theory of Econometrics, Second Edition. London: The McNillan Press
Ltd
Mceachera, William A. 2000. EkonomiMakro, Jakarta: SalembaEmpat
NopirinPh.D, PengantarIlmuEkonomiMakro Dan Mikro, EdisiPertama, BPFE-
YOGYAKARTA, Yogyakarta, 2000, hlm: 184-18186.
NopirinPh.D, 2013. EkonomiMoneter. yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Ragandhi, Arsad, Maret 2012, “PengaruhPendapatan Nasional, Inflasi, Dan Suku Bunga
Deposito Terhadap Konsumsi Masyarakat di Indonesia”. Jurnal Studi Ekonomi
Indonesia. Vol 5: 32 – 47.
Soleh, Muhammad. 2008. Perkembangan Moneter (Inflasi) Indonesia,
http://muhammadsoleh.blogspot.com/2008/02/perkembangan-moneter-inflasi-
indonesia.html, (diakses pada tanggal 26 Oktober 2016).
Sukirno, Sadono. MakroEkonomiTeoriPengantar. Penerbit PT. RajaGrafindoPersada. Jakarta:
2011.
www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1074,(diakses pada tanggal 23 Oktober 2016).
www.bps.go.id/linkTableStatis/view/id/901,(diakses pada tanggal 23 Oktober 2016).