Post on 19-Oct-2020
PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NPKTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMANJAGUNG MANIS(Zea mays Saccharata Sturt)
SKRIPSI
Y U S R I08C10407032
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NPKTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN JAGUNG MANIS(Zea mays Saccharata Sturt)
SKRIPSI
Y U S R I08C10407032
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaFakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk NPKterhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman JagungManis ( Zea mays Saccharata Sturt)
Nama Mahasiswa : YusriN I M : 08C10407032Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui :Komisi Pembimbing,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Asmaul Husna, SP. M.SiNIDN. 0124086503
Muhammad Jalil, SP, MPNIDN. 0115068302
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
Diswandi Nurba, S.TP, M.SiNIDN. 0128048202
Jasmi, SP, M.Sc.NIDN. 0127088002
Tanggal Lulus : 31 Agustus 2013
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sweet corn atau jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt) sudah sejak
lama dikenal oleh bangsa Indian, Amerika. Hal ini terbukti ketika tahun 1779
Sullivar melakukan ekspedisi melawan Suku Indian, dalam perjalanannya dia
menemukan ladang jagung manis. Pada tahun 1832, sweet corn telah banyak
ditanam di Amerika (Purwono dan Hartono, 2007).
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khususnya di
daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara
intensif karena kondisi tanah dan iklim sangat mendukung untuk pertumbuhannya
(Purwono dan Hartono, 2007).
Permintaan pasar nasional dan internasional terhadap jagung manis
cenderung meningkat, seiring dengan munculnya negara yang senantiasa
membutuhkan dalam jumlah besar. Potensi tanaman jagung manis tiap hektarnya
masih rendah, sedangkan permintaan pasar terus meningkat, sehingga budidaya
jagung manis merupakan hal yang tepat dan mempunyai peluang pasar yang
sangat bagus (Yulianti, 2010).
Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat
fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan
bahan baku industri. Dari seluruh kebutuhan jagung 50% antaranya digunakan
untuk pakan. Tanaman jagung juga dapat dijadikan bioetanol seperti yang
2
dilakukan di Amerika Serikat. Dari kalkulasi sederhana, jika asumsi bioetanol
akan menggantikan 10% kebutuhan BBM dalam negeri yang mencapai 6 juta x
2,4 ton jagung yang berarti 14,4 juta ton jagung atau setara dengan 3 juta hektar
lahan tanaman jagung (Prihandana dan Hendroko, 2008).
Akil dan Dahlan (2003) menyatakan bahwa jagung merupakan
penyumbang terbesar ke-2 setelah padi dalam subsektor tanaman pangan.
Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat
setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi domestik masih mengimpor jagung dari luar.
Mengingat akan hal tersebut, perlu dilakukan usaha untuk
membudidayakan jagung secara intensif dan komersial, sehingga kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas produksinya pun dapat memenuhi standart permintaan
konsumen (pasar). Caranya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya
dengan penggunaan dosis pupuk yang tepat dan melakukan pengaturan jarak
tanam untuk meningkatkan petumbuhan dan produktivitas tanaman jagung
(Harjadi, 1996).
Kendala utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas
antara lain adalah pengolahan tanah yang kurang optimal sehingga drainasenya
buruk dan strukturnya padat, pemeliharaan tanaman yang kurang optimal,
pengaturan populasi tanaman atau jarak tanam kurang efisien, serangan hama dan
penyakit, penanaman varietas yang berproduksi rendah dan mutu benih yang
rendah. Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk mengatasi kendala tersebut
adalah dengan perbaikan cara bertanam, yaitu mengatur populasi atau jarak tanam
(Suprapto, 1985).
3
Peningkatan produksi jagung juga dapat dilakukan dengan sistem
budidaya dengan pengaturan jarak tanam agar diperoleh produksi tanaman yang
ideal. Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk
mendapatkan hasil maksimal.
Jarak tanaman ini dapat mengatur populasi tanaman agar efisien dalam
penggunaan cahaya, mengurangi kompetisi tanaman (penggunaan air, hara, dan
ruang tumbuh) serta dapat menekan perkembangan hama penyakit. Menurut
Harjadi (1996) umumnya populasi tanaman yang tinggi pada suatu lahan dapat
meningkatkan produksi tanaman, tetapi banyaknya tanaman dalam memanfaatkan
cahaya matahari dapat mempengaruhi bentuk tanaman seperti tinggi tanaman,
lebar tajuk tanaman dan bobot panen tanaman. Musa et al. (2007) menambahkan
bahwa usaha untuk peningkatan produksi tanaman pada luasan tertentu dapat
dilakukan dengan meningkatkan populasi tanaman yaitu dengan pengaturan jarak
tanam.
Pada umunya produksi tinggi tiap satuan luas tercapai dengan populasi
tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal
pertumbuhan. Pada ahkirnya masing – masing tanaman secara individu menurun
karena persaingan untuk cahaya dan faktor pertumbuhan lain. Tanaman
memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman
maupun pada bagian – bagian tertentu (Harjadi, 1979).
Jarak tanam yang semakin sempit memerlukan jumlah benih yang semakin
banyak. Apabila jagung ditanam dengan sistem tanam monokultur akan
membutuhkan benih jauh lebih banyak dibanding dengan sistem tanaman
4
tumpang sari. Penentuan jarak tanam ini ditentukan oleh umur varietas jagung dan
populasi tanaman yang optimum (AAK, 1993).
Ketersediaan hara di dalam tanah sifatnya terbatas sehingga terjadi
kompetisi antar tanaman dalam aksetisi hara apabila ketersediaan hara dalam
tanah kurang, maka penggunaan pupuk merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman
dalam hal mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga keseimbangan hara yang
tersedia selama siklus pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk NPK adalah salah
satu usaha dalam memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman jagung (Leiwakabessy
et al., 2003).
Oleh karena itu, dibutuhkan jarak tanam yang efesien dan pemberian
pupuk NPK yang efesien untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung yang optimal.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui jarak tanam dan dosis pupuk NPK yang
tepat agar diperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis yang
optimal.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan dosis
pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis serta nyata
tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
5
1.3. Hipotesis
1. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
manis.
2. Dosis pupuk NPK berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis.
3. Terdapat interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Jagung
2.1.1. Sistematika
Rukmana (2007) mengatakan bahwa dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales (graminales)
Family : Poaceae (graminae)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
2.1.2. Morfologi
a. Akar
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga type akar,
yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh radikula
dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku
paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dari permukaan tanah. Sementara akar udara
adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah
(Purwono dan Hartono, 2005).
7
b. Batang
Batang tanaman jagung berbentuk silindris, yang masih muda berwarna
hijau dan rasanya manis karena banyak mengandung zat gula, beruas-ruas, dan
pada bagian pangkal beruas sangat pendek dengan jumlah sekitar 8-20 ruas. Rata-
rata panjang tanaman jagung antara satu sampai tiga meter (Purwono dan
Hartono, 2005).
c. Daun
Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis. Selain itu juga
mempunyai ibu tulang daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun dan sejajar
dengan ibu daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi
untuk membungkus batang tanaman jagung (Purwono dan Hartono, 2005).
d. Bunga
Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan
bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga betina ini yang biasa disebut
sebagai tongkol (Warisno, 2007).
e. Buah
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung
pada jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melibit secara
lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri
atas tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio. Umur panen
tanaman jagung 70 - 75 HST, berat buah 480 gram/perbuah, potensi hasil 12 – 16
ton/ha, buahnya berbentuk lonjong panjang (Rukmana, 2004).
8
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis
2.2.1. Iklim
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah dengan curah hujan
yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada lahan yang tidak beririgasi.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari dalam masa
pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan
terbaiknya antara 27-32 0C . Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air
yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan
saat pengisian biji. Secara umum tanaman jagung membutuhkan 2 liter air per
tanaman per hari saat kondisi panas dan berangin. Kekurangan air pada saat 3
minggu setelah keluar rambut tongkol akan menurunkan hasil hingga 30%.
Sementara kekurangan air selama pembungaan akan mengurangi jumlah biji yang
terbentuk. Jagung memerlukan kelembaban optimum pada saat tanam atau pada
saat dimana tanah harus mendekati kapasitas lapang (Sastrahidayat dan Soemarno,
1991).
2.2.2. Tanah
Purwono dan Hartono (2005) mengatakan bahwa jagung termasuk
tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam
penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan
kering, sawah, dan pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan
terpenuhi. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol,
dan Grumosol. Namun yang terbaik untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol.
Keasaman tanah antara 5.6-7.5 dengan aerasi dan ketersediaan air yang cukup
9
serta kemiringan optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. pH tanah antara
5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. dan
ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600
m dpl (Prabowo, 2007).
2.3. Jarak Tanam
Jarak tanam dalam pertanaman jagung manis merupakan faktor penting
yang menentukan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Jarak tanam menimbulkan
pengaruh yang spesifik terhadap perilaku tanaman. Bila jarak tanam dipersempit,
jumlah populasinya bertambah maka pada suatu saat akan tejadi persaingan antar
tanaman dalam memenuhi unsur hara. Kerapatan tanaman harus diatur dengan
jarak tanam sehingga tidak terjadi persaingan antara tanaman. Jarak tanam
mempengaruhi populasi tanaman dan konfesien penggunaan cahaya, jarak
tanaman jagung mempengaruhi kompotisi antara tanaman dalam menggunakan air
dan zat hara sehingga akan mempengaruhi hasilnya (Harjadi, 1996).
Jarak tanam yang lebar akan memberikan ukuran tongkol dan biji yang
lebih besar dari pada yang dihasilkan dari tanaman yang ditanam rapat, tetapi dari
berat total per hektar jarak tanam memberikan hasil yang lebih besar dari yang
jarak tanam jarang. Karena dengan peningkatan populasi tanaman yang berarti
tanamannya lebih banyak akan meningkatkan hasil jagung persatuan luas
walaupun ukuran bijinya lebih kecil. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 60 cm x
30 cm (Ridwan, 1996).
10
2.4. Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman
Pupuk adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Nurhajati et al.,
1986). Leiwakabessy dan Sutandi (1988) menyatakan pemupukan bertujuan untuk
meningkatkan tersedianya unsur hara di dalam tanah. Sidek (1988) menambahkan
bahwa kombinasi perlakuan dosis pupuk terbaik untuk meningkatkan produksi
dan kualitas jagung manis adalah Urea 300 kg/ha, SP-36 300 kg/ha dan KC1 300
kg/ha, merupakan kombinasi.
2.4.1.Nitrogen (N)
Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman
terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai
komponen pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono dan Sigit,
2001). Parker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses
pertumbuhan, sintesis asam amino dan protein serta merupakan pembentuk
struktur klorofil. Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan
mempengaruhi warna hijau daun. Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup
nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan
nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun berwarna kuning,
tangkai tinggi kurus, dan warna hijau daun menjadi pucat.
Pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan melalui pemupukan.
Pupuk nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk
pupuk makro. Sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam kelompok ini
didominasi oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat
11
sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Salah satu jenis pupuk nitrogen
yang sering digunakan adalah urea. Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan
NH 4 (amonia) dengan CO 2 . Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan
merupakan hasil ikutan tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara
45-46% (Marsono dan Sigit, 2001).
2.4.2.Phosfor (P)
Phospor disebut sebagai unsur hara terpenting bagi tanaman karena unsur
ini terlibat langsung dalam proses fotosentesis. Unsur P adalah hara kedua setelah
nitrogen dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk. Keperluan P kadang-
kadang lebih kritik dari pada N pada tanah-tanah tertentu. Nitrogen dapat ditambat
oleh mikroba dari udara, tetapi unsur P hanya berasal dari batuan. Tanpa
kecukupan P berbagai proses di dalam tanaman akan terhambat sehingga
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak berlangsung secara optimal (BPP,
1991).
Phospor (P) berperan dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan
akar, sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi dan respirasi,
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan biji dan buah
(Marsono dan Sigit, 2001). Parker (2004) menambahkan phospor berperan dalam
menstimulasi pertumbuhan akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam
proses fotosintesis dan respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan
warna keunguan pada daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah
Parker (2004).
12
Menurut Tan (1996) phosfor merupakan hara tanaman esensial dan
diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik : H 2 PO 4 dan HPO 4 2- .
Phosfor diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor
tanaman, untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman.
Phosfor juga merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phospate) dan
ATP (Adenosine The Phospate) , yang bersama-sama memerankan bagian penting
dalam fotosintesis dan peyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman.
Phosfor juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat (DNA dan RNA).
2.4.3.Kalium (K)
Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat,
memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap
peyakit serta kekeringan (Marsono dan Sigit, 2001). Kalium tidak disintesis
menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di
dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta untuk enzim yang
terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan
dalam mengatur potensi osmotik sel, dengan demikian akan berperan dalam
mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan dengan pengaturan turgor sel ini, peran
yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 2004).
Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan kualitas
produksi biasanya rendah, baik daun, buah maupun biji seperti pada kedelai
(Leiwakabessy dan Sutandi, 1998).
13
Kebutuhan tanaman akan unsur K dapat diperoleh dari pemupukan. Salah
satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl (Marsono dan Sigit, 2001).
Upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas efektifitas karena selain
mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi, unsur kalium juga mudah terikat
dalam tanah. Efektivitas pemupukan kalium dapat dicapai antara lain dengan
memperhatikan waktu dan cara pemupukan yang tepat. Pemberian pupuk kalium
secara bertahap diperlukan untuk mencegah penyerapan berlebihan oleh tanaman
"luxury Consumption". Pada tanah yang cukup mengandung kalium, pemberian
pupuk kalium dapat dikurangi. Dibandingkan tanaman pangan, tanaman
perkebunan dan industri lebih banyak menggunakan pupuk kalium anorganik
(Runhayat, 1995).
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai dari tanggal 9 Desember
2012 sampai dengan 25 Februari 2013.
3.2. Bahan Dan Alat
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Benih
Benih Jagung yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Bonanza
F1 sebanyak 500 gr yang diperoleh dari depot pertanian Meulaboh.
b. Pupuk NPK
Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK
Yaramila dengan kandungan 16-16-16.
c. Dolomit.
Kapur dolomit yang digunakan adalah kapur dolomit yang dijual di depot
pertanian Meulaboh.
d. Abu Dapur
Abu dapur digunakan untuk mencegah hama kutu daun yaitu abu kayu
bakar.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, garu,
parang, tugal, hand spayer, meteran, jangkar sorong, gembor, ember, timbangan
analitik, pamplet nama, tali, alat tulis dan lain-lain.
15
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 3, dengan 3 ulangan. Ada 2
faktor yang diteliti yaitu jarak tanam dan dosis pupuk NPK.
Faktor jarak tanam (J) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu :
J1 = 30 cm x 40 cm
J2 =30 cm x 50 cm
J3 = 30 cm x 60 cm
Faktor dosis pupuk NPK (D) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu :
D1 = 150 kg ha ¹־ (43,2 g plot־ ¹)
D2 = 300 kg ha ¹־ (86,4 g plot־ ¹)
D3 = 450 kg ha ¹־ (129,6 g plot־ ¹)
Dengan demikian terdapat 27 unit satuan perlakuan. Susunan kombinasi
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Jarak Tanam dan Dosis PupukNPK.
NoKombinasiPerlakuan
Jarak Tanam(cm x cm)
Dosis Pupuk NPK(kg ha־ ¹)
123
J1 D1
J1 D2
J1 D3
30 x 4030 x 4030 x 40
150300450
456
J2 D1
J2 D2
J2 D3
30 x 5030 x 5030 x 50
150300450
789
J3 D1
J3 D2
J3 D3
30 x 6030 x 6030 x 60
150300450
Model Matematis yang digunakan adalah:
Yijk = + i + Jj + Dk + (JD)jk + ijk
16
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor jarak tanam taraf ke-j, faktor dosis
pupuk NPK taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
i = Pengaruh ulangan ke-i ( i = 1,2 dan 3)
Jj = Pengaruh faktor jarak tanam ke-j ( j = 1,2, dan 3)
Dk = Pengaruh faktor dosis pupuk NPK ke-k ( k = 1, 2, dan 3)
(JD)jk = Interaksi jarak tanam dan dosis pupuk NPK pada taraf jarak tanam
ke-j, dan taraf dosis pupuk NPK ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor jarak tanam taraf ke-j,
faktor dosis pupuk NPK taraf ke-k.
Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan
dilanjutkan dengan uji lanjutan yaitu uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%
dengan persamaan sebagai berikut:
BNT0,05 = t 0.05; dbg
Dimana :
BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 %
t0,05 ( dbg ) = Nilai baku t pada taraf 5 %;
KT g = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, tanah yang
diolah hanya bagian atas (Top Soil) dengan kedalaman ± 20 cm. Tanah didiamkan
17
selama satu minggu, kemudian dilakukan pembuatan plot dengan luas 120 cm x
240 cm.
3.4.2. Pengapuran
Untuk menetralkan keasaman tanah maka dilakukan pengapuran.
Pengapuran dilakukan dengan cara mencampur atau menabur dolomit di atas
bedengan dengan dosis 2 ton ha ¹־ ( 0,576 kg plot־ ¹).
3.4.3. Aplikasi Pupuk NPK
Aplikasi pupuk NPK diberikan 3 hari sebelum tanam dan 30 HST sesuai
dosis perlakuan, yaitu dengan dosis pupuk NPK 150 kg ha־ ¹, 300 kg ha־ ¹, dan
450 kg ha־ ¹,.
3.4.4. Penanaman
Penanaman dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang tanam dengan
jarak tanam sesuai dengan perlakuan yaitu 30 x 40 cm, 30 cm x 50 cm dan
30 cm x 60 cm.
Lubang tanam dibuat dengan cara penugalan (ditugal) sedalam 2 cm.
Setelah itu dimasukkan 2 benih tiap lubang, penanaman dilakukan pada sore hari.
3.4.5. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Tanaman
yang tumbuh 2 batang setelah berumur 2 minggu disisakan 1 batang yang
terbaik dengan cara memotong salah satu tanaman yang pertumbuhannya tidak
baik.
b. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan ke-1 pada tanaman jagung dilakukan pada umur 3 minggu setelah
tanam. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 6
18
minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan
pembumbunan yaitu dengan cara mengikis atau mencabut gulma yang tumbuh
dengan menggunakan tangan dan kuret secara hati-hati dan tidak terlalu dalam
agar tidak merusak perakaran tanaman.
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman jagung terserang hama kutu daun, pengendalian dilakukan secara
alami yaitu dengan cara menabur abu dapur pada tanaman yang terserang.
3.4.6. Panen
Panen dilakukan pada umur 75 hari setelah tanam. Panen dilakukan
dengan mengambil tongkol dari batangnya dengan cara mematahkan.
3.5. Pengamatan
Ada beberapa parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai daun tertinggi
dengan mengunakan meteran dalam satuan centimeter . Pengamatan
dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST.
2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Diameter pangkal batang diukur dengan mengunakan jangka sorong dalam
satuan mm. Pengamatan dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST
3. Berat Tongkol tanpa kelobot (g)
Berat tongkol tanpa kelobot dihitung pada saat panen dengan
menggunakan timbangan dalam satuan gram, dengan cara menimbang
tongkol tanaman sampel.
19
4. Diameter Tongkol Tanpa Kelobot (mm)
Diametar tongkol tanpa kelobot diukur pada saat panen dengan
menggunakan jangka sorong dalam satuan millimeter.
5. Panjang Tongkol Tanpa Kelobot (cm)
Panjang tongkol tanpa kelobot diukur pada saat panen. Dengan cara
mengukur tongkol jagung tanpa kelobot dari pangkal sampai ujung
tongkol.
6. Produksi Per Hektar (ton)
Produksi per hektar dihitung pada saat panen dengan cara menkonversikan
berat tongkol tanpa kelobot.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Jarak Tanam
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai20)
menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
umur 45 HST dan produksi per hektar namun berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST, diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45
HST, berat tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol tanpa kelobot dan panjang
tongkol tanpa kelobot.
1. Tinggi tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 dan 30 HST. Rata-rata
tinggi tanaman jagung pada berbagai jarak tanam umur 15, 30 dan 45 HST setelah
diuji dengan BNT0,05disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Jagung pada Berbagai Jarak Tanam umur 15,30 dan 45 HST
Jarak Tanam Tinggi Tanaman(cm)Simbol cm x cm 15 HST 30 HST 45 HST
J1 30x40 20.76 55.80 129.66 abJ2 30x50 19.83 50.21 101.61 aJ3 30x60 20.78 50.73 145.64 b
BNT0,05 - - 30,25Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNT0,05)
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman jagung tertinggi umur 45 HST
dijumpai pada jarak tanam 30 cm x 60 cm (J3) yang berbeda nyata dengan jarak
tanam 30 cm x 50 cm (J2) namun berbeda tidak nyata dengan jarak tanam 30 cm
21
x 40 cm (J1). Pada umur 15 dan 30 HST berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman. Hubungan antara tinggi tanaman jagung pada berbagai jarak tanam umur
15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tinggi Tanaman Jagung pada Berbagai Jarak Tanam umur 15, 30dan 45 HST
Gambar 1 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi pada umur 45 HST
dijumpai pada jarak tanam 30 cm x 60 cm (J3) dibandingkan dengan jarak tanam
30 cm x 40 cm (J1) dan 30 cm x 50 cm (J2). Sedangkan umur 15 dan 30 HST
berbeda tidak nyata. Hal ini diduga karena jarak tanam yang lebar memberi ruang
tumbuh yang optimum untuk mendapatkan cahaya matahari, unsur hara dan air
sehingga jarak tanam yang lebar dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Sesuai dengan pendapat Hidayat ( 2011) yang mengatakan bahwa pertambahan
tinggi tanaman dengan jarak tanam yang lebih lebar maka pertumbuhannya akan
lebih baik karena unsur hara tanaman tercukupi. Kartasapoetra (1988) juga
mengatakan bahwa persaingan antar tanaman dalam mendapat air ataupun cahaya
20,76 19,83 20,78
55,8 50,21 50,73
129,66
101,61
145,64
0
20
40
60
80
100
120
140
160
30 x 40 30 x 50 30 x 60
Tin
ggi T
anam
an (c
m)
Jarak Tanam (cm x cm)
15 HST
30 HST
45 HST
22
matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, sehingga jarak tanam
yang lebih lebar akan lebih memacu pertumbuhan tanaman.
Menurunnya laju pertumbuhan tinggi tanaman jagung pada jarak tanam
30cm x 40 cm disebabkan karena jarak tanam rapat akan menjadi persaingan
untuk mendapat unsur hara dan cahaya bagi pertumbuhan tanaman jagung. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hidayat (2011) yang mengatakan bahwa jarak tanam yang
rapat, akar tanaman yang satu akan masuk kedalam perakaran yang lainnya
sehingga saling berebut dalam mendapatkan zat hara, disamping itu cahaya yang
diperoleh menjadi lebih sedikitsehingga hasil fotosintesis tidak maksimal.Pada
jarak tanam rapat terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya yang
mempengaruhi pengambilan unsur hara, air dan udara. Kompetisi cahaya terjadi
apabila suatu tanaman menaungi tanaman lainnya atau suatu daun menaungi daun
lainnya sehingga berpengaruh pada proses fotosintesis.
Tinggi tanaman terendah umur 45 HST pada jarak tanam 30cm x 50cm
(J2) karena pada tanaman tersebut terjadi persaingan antar tanaman itu sendiri
dalam memperoleh unsur hara dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan jarak
tanam yang terlalu sempit tidak memberi hasil yang baik karena adanya kompetisi
antara tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum.
Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif
terhadap faktor lingkungan tertentu seperti cahaya.
Tinggi tanaman pada umur 15 dan 30 HST berpengaruh tidak nyata.
Diduga karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti air hujan yang
berlebihan menyebabkan terjadinya genangan air pada lahan pertanaman.
23
Tanaman yang tergenang air atau kelebihan air akan mengalami pertumbuhan
yang tidak baik. Sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982) yang
mengatakan bila terlalu banyak air, keadaannya merugikan pertumbuhan dan
menjadi lebih buruk ketika mencapai titik jenuh. Pengaruh buruk yang lain dari
kelebihan air adalah terlindinya unsur hara bersama gerakan air tersebut kebawah
tanah.
2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang
umur 15, 30 dan 45 HST. Rata – rata diameter pangkal batang pada berbagai jarak
tanam umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata – rata Diameter Pangkal Batang pada Berbagai Jarak Tanam umur15, 30 dan 45 HST.Jarak Tanam Diameter Pangkal Batang (mm)
Simbol cm x cm 15 HST 30 HST 45 HSTJ1 30x40 3.76 10.69 19.78J2 30x50 3.52 10.54 20.56J3 30x60 3.87 10.18 19.49
Tabel 3 menunjukkan bahwa secara statistik jarak tanam berpengaruh
tidak nyata terhadap diameter pangkal batang tanaman jagung. Hal ini diduga
jarak tanam yang dibutuhkan oleh tanaman jagung tidak sesuai dengan tempat
tumbuh. Sehingga pertumbuhan tanaman akan mengalami abnormal. Sesuai
pendapat Odum (1959) jarak tanam berhubungan dengan ruang tumbuh yang
ditempatinya dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Curry (1969)
menambahkan bahwa kebutuhan cahaya khususnya untuk pertumbuhan yang
masih muda, pada kenyataannya bersifat spesifik menurut jenis dan tingkat
24
umurnya. Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intesitas cahaya
dan kesediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Semakin lebar jarak
tanam, semakin besar intensitas cahaya dan semakin banyak kesediaan unsur hara
bagi individu tanaman, karena jumlah tanaman lebih sedikit. Sebaliknya semakin
rapat jarak tanam semakin banyak jumlah tanaman dan persaingan semakin kuat.
3. Berat Tongkol tanpa Kelobot (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa jarak
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap berat tongkol tanpa kelobot. Rata – rata
berat tongkol tanpa kelobot pada berbagaijarak tanam dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata – rata Berat Tongkol tanpa Kelobot pada Berbagai Jarak TanamJarak Tanam
Berat Tongkol tanpa Kelobot (g)Simbol cm x cm
J1 30 x 40 156.49J2 30 x 50 145.76J3 30 x 60 163.67
Tabel 4 menunjukkan bahwa secara statistik jarak tanam berpengaruh
tidak nyata terhadap berat tongkol jagung tanpa kelobot.Hal ini diduga bahwa
pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi olehfaktor lingkungan terutama
untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman.Sesuai
dengan pendapat Westgate et al. (1997) yang menyatakan bahwa jarak tanam
tidak memberikan pengaruh pada produksi jagung karena tergantung pada
intersepsi radiasi sinar matahari.Jarak tanam yang terlalu lebar kurang efesien
dalam pemafaatan unsur hara dan bila terlalu sempit akan terjadi persaingan yang
tinggi yang mengakibatkan produktivitas rendah. Karena keterbatasan unsur hara
akan menjadi pembatas pertumbuhan tanaman (Odum, 1959).
25
4. Diameter Tongkol tanpa Kelobot (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa jarak
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tongkol tanpa kelobot.Rata –
rata diameter tongkol tanpa kelobot pada berbagai jarak tanam dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Rata – rata Diameter Tongkol tanpa Kelobot pada Berbagai Jarak TanamJarak Tanam
Diameter Tongkol Tanpa kelobot (mm)Simbol cm x cm
J1 30 x 40 43.00J2 30 x 50 41.65J3 30 x 60 42.77
Tabel 5 menunjukkan bahwa secara statistik jarak tanam berpengaruh
tidak nyata terhadap diameter tongkol tanpa kelobot.Hal ini didugabahwa jarak
tanam tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman dan juga dipengaruhioleh faktor
lingkungan,seperti tingginya curah hujan menyebabkan areal pertanaman
tergenang air yang berlebihan sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
tidak baik. Sesuai dengan pendapat Sudarka(1994) yang menyatakan bahwa
kerapatan tanaman juga dapat mempengaruhi populasi dan efesiensi penggunaan
cahaya, air dan unsur hara. Menurut Barbieri et al. (2000), faktor iklim
mempengaruhi produksi jagung pada jarak tanam yang berbeda.
5. Panjang Tongkol tanpa Kelobot (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa jarak
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol tanpa kelobot. Rata –
rata panjang tongkol tanpa kelobot pada beberapa jarak tanam dapat dilihat pada
Tabel 6.
26
Tabel 6. Rata – rata Panjang Tonkol tanpa Kelobot pada Berbagai Jarak TanamJarak Tanam
Panjang Tongkol tanpa Kelobot (cm)Simbol cm x cm
J1 30 x 40 18.78J2 30 x 50 18.22J3 30 x 60 18.59
Tabel 6 menunjukkan bahwa secara statistik jarak tanam berpengaruh
tidak nyata terhadap panjang tongkol jagung tanpa kelobot.Hal ini diduga bahwa
tidak terdapat pengaruh peningkatan produksi tanaman jagung pada perlakuan
yang berbeda disebabkan oleh buruknya keadaan lingkungan pada saat
pertumbuhan awal, sehingga mengakibatkan tidak ada perbedaan antara perlakuan
terhadap panjang tongkol tanpa kelobot tanaman jagung.
Sesuai dengan pendapat Thamrim dan Hanafi (1992) dengan curah hujan
yang lebih tinggi akan mengakibatkan terjadinya pergeseran unsur hara yang
dibawa oleh air pada masa pertumbuhan awal. Sedangkan peningkatan produksi
jagung akan mengalami penurunan disebabkan dengan ketersediaan air yang
berlebihan dan drainase yang kurang baik bagi tanaman.
6. Produksi Per Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa jarak
tanam berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar. Rata – rata berat tongkol
per hektar pada berbagaijarak tanam setelah diuji dengan BNT0,05 dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata – rata Produksi Per Hektar pada Berbagai Jarak TanamJarak Tanam
Produksi Per Hektar (ton)Simbol cm x cm
J1 30 x 40 13.04 bJ2 30 x 50 9.72 aJ3 30 x 60 9.09 a
BNT0,05 2,56Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf peluang 5% (BNT0,05).
27
Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi jagung per hektar tertinggi
dijumpai pada jarak tanam 30 cm x 40 cm (J1) yang berbeda nyata dengan jarak
tanam 30 cm x 50 cm (J2) dan 30 cm x 60 cm (J3). Rata – rata berat tongkol per
hektar pada berbagai jarak tanam dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Produksi Jagung Per Hektar pada Berbagai Jarak Tanam
Gambar 2 menunjukkan bahwa produksi jagung per hektar tertinggi
dijumpai pada jarak tanam 30 cm x 40 cm (J1). Hal ini diduga bahwa jarak tanam
yang lebih sempit dan jumlah populasi lebih banyak akan menghasilkan produksi
lebih besar. Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting
mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak
tanam yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam memperoleh unsur hara.
Harjadi (1979) menyatakan bahwa jarak tanam mempengaruhi populasi
tanaman dan koefesien penggunaan cahaya mempengaruhi kompetisi antara
tanaman dalam menggunakan air, zat hara dan cahaya sehingga pertumbuhan dan
produksi tanaman akan lebih baik.
13.04
9.729.09
8
9
10
11
12
13
14
15
30 x 40 30 x 50 30 x 60
Pro
duks
i Per
Hek
tar
(ton
)
Jarak Tanam (cm x cm)
28
4.2. Pengaruh Dosis Pupuk NPK
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)
menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter
pangkal batang umur 45 HST dan panjang tongkol tanpa kelobot, namun
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15,30 dan 45 HST,
diameter pangkal batang umur 15 dan 30 HST, berat tongkol tanpa kelobot,
diameter tongkol tanpa kelobot dan Produksi per hektar.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa
dosispupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman jagung umur
15, 30 dan 45 HST. Rata – rata tinggi tanaman jagung pada berbagai dosis pupuk
NPK pada umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata – rata Tinggi Tanaman Jagung pada Berbagai Dosis Pupuk NPKumur 15, 30 dan 45 HST.
Dosis Pupuk NPK Tinggi Tanaman(cm)Simbol Kg ha־ ¹ 15 HST 30 HST 45 HST
D1 150 20.43 52.57 124.68D2 300 22.15 58.40 131.56D3 450 18.78 45.78 120.68
Tabel 8 menunjukkan bahwa secara statistik dosis pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman jagung. Hal ini diduga bahwa
faktor lingkungan sangat mempengaruhi proses penyerapan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman, akibat curah hujan yang tinggi pada masa awal
pertumbuhan tanaman tergenang air,sehingga mengganggu perakaran untuk
menyerap unsur hara dan sebagian unsur hara terbawa air. Sesuai dengan
pendapat Thamrim dan Hanafi (1992) yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan air dalam jaringan
29
tanaman. Jika kandungan air dalam jaringan cukup, maka semua proses akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan berjalan
sebagaimana mestinya. Buckman dan Brady (1982) menambahkan bila terlalu
banyak air, keadaannya merugikan pertumbuhan dan menjadi lebih buruk ketika
mencapai titik jenuh. Pengaruh buruk yang lain dari kelebihan air adalah
terlindinya unsur hara bersama gerakan air tersebut kebawah tanah.
Penyebab berkurangnya unsur hara tanah salah satunya adalah akibat
pencucian, khususnya pada saat hujan. Pencucian hara merupakan suatu fonomena
alam yang akan selalu terjadi selama terjadinya pembasahan terhadap tanah, yang
besarnya tergantung pada keadaan hujan dan jenis tanah. pencucian hara tersebut
adalah kehilangan bahan organik dan anorganik pada permukaan tanah (Tukey,
1962).
2. Diameter Pangkal Batang (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa dosispupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang
umur 45 HST akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal
batang umur 15 dan 30 HST. Rata – rata diameter pangkal batang pada berbagai
dosis pupuk NPK pada umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan
BNT0,05dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata – rata Diameter Pangkal Batang pada Berbagai Dosis Pupuk NPKumur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Pupuk NPK Diameter Pangkal Batang (mm)Simbol kg ha־ ¹ 15 HST 30 HST 45 HST
D1 150 3.61 10.47 17.88 aD2 300 4.03 11.89 21.04 bD3 450 3.52 9.06 20.92b
BNT0,05 - - 2,59Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata pada taraf peluang 5% (BNT0,05).
30
Tabel 9 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang tanaman jagung
terbesar umur 45 HST dijumpai pada dosis pupuk NPK 300 kg ha-1 (D2)yang
berbeda nyata dengan dosis pupuk NPK 150 kg ha-1 (D1) dan 450 kg ha-1
(D3).Sedangkan pada umur 15 dan 30 HST secara statistik berpengaruh tidak
nyata terhadap diameter pangkal batang.Hubungan antara diameter pangkal
batang jagung pada beberapa dosis pupuk NPK umur 15, 30 dan 45 HST dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diameter Pangkal Batang Jagung pada Berbagai Dosis Pupuk NPKumur 15, 30 dan 45 HST
Gambar 3 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang tanaman jagung
terbesar umur 45 HST dijumpai pada dosis pupuk NPK 300 kg ha-1(D2).Hasil
penelitian menunjukkan bahwa diameter pangkal batangberpengaruh nyata pada
umur 45 HST pada dosis pupuk NPK 300 kg ha-1 (D2). Hal ini diduga bahwa
unsur hara yang diberikanpada tanaman dengan dosis 300 kg ha-1 (D2) merupakan
dosis pemupukan yang dibutuhkan oleh tanaman jagung dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Sesuai dengan pendapat Dwijoseputro (1986), yang
mengatakan bahwa apabila semua unsur hara yang dibutuhkan tersedia bagi
tanaman maka tanaman dapat tumbuh dengan baik dan hasilnya akan meningkat.
3.61 4.03 3.52
10.4711.89
9.06
17.88
21.04 20.92
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
150 300 450
Dia
met
er P
angk
al B
atan
g (m
m)
Dosis Pupuk NPK (kg ha -1)
15 HST
30 HST
45 HST
31
Pertumbuhan vegetatif tanaman akan tumbuh baik apabila unsur Nitrogen
tersedia dalam jumlah yang optimal, hal ini mengingat tersedianya unsur hara N
merupakan pengatur dari penggunaan P dan K serta penyusun unsur lainnya.
Menurut Bala dan Fagbayide (2009) bahwa Nitrogenmempunyai peran yang
penting dalam pertumbuhansuatu tanaman, kekurangan nitrogen dapat
menyebabkantanaman menjadi kerdil dan ditandai dengan warna daunhijau pucat
atau hijau kekuningan, klorosis pada daun sertaterjadi nekrosis pada daun tua.
Nitrogen juga berpengaruhpada fase awal pertumbuhan karena nitrogenberperan
mendorong pertumbuhan vegetatif. Selain nitrogen, unsur fosfat juga dibutuhkan
oleh tanaman. Peran fosfatsebagai regulator, pertumbuhan akar, sehingga
tanamandapat tumbuh tegak, kokoh dan daya jelajah akar lebihmenyebar dalam
mengambil air (Radja dan Susanto, 2009).
Kalium merupakan hara makro yangdibutuhkan tanaman dalam jumlah
banyak setelah N dan P(Nursyamsi et al. 2008). Apabila tanaman kekurangan
kalium maka prosesfotosintesis dan respirasi akan terhambat. Selain
berperandalam proses fotosintesis dan pernapasan, kalium jugaberperan dalam
pembentukan pati, aktivator dari enzim,pembukaan stomata, proses fisiologis
dalam tanaman,proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapanunsur-
unsur lain, mempertinggi daya tahan terhadapkekeringan dan penyakit serta
meningkatkan sistem perakaran, membentuk batang yang lebih kuat, serta
berpengaruhterhadap hasil (Hardjowigeno, 2007).
Diameter pangkal batang umur 15 dan 30 HST berpengaruh tidak nyata.
Hal ini diduga bahwa unsur hara yang diberikan belum cukup untuk pertumbuhan
tanaman jagung, karena pada pada umur 15 dan 30 HST tanaman digenangai air,.
32
Sehingga sebagiannya terbui dan terbawa air.Dengan kata lain secara fisik, air
yang terlalu banyak dipermukaan tanah dapat menyebabkan terjadinya pencucian
unsur hara dari topsoil. Hatta (2012) menyatakan bahwa apabila terjadinya
pencucian akan mengakibatkan kekurangan kosentrasi unsur hara sehingga tidak
mencukupi untuk kebutuhan pertumbuhan dan prodduksi tanaman yang tumbuh
diatasnya.
3. Berat Tongkol tanpa Kelobot (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa
dosispupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap berat tongkol tanpa kelobot.
Rata – rata berat tongkol tanpa kelobot pada beberapa dosis pupuk NPK dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata – rata Berat Tongkol tanpa Kelobot pada Beberapa Dosis PupukNPK
Dosis Pupuk NPKBerat Tongkol tanpa Kelobot (g)
Simbol Kg ha־ ¹D1 150 161.43D2 300 170.42D3 450 134.07
Tabel 10 menunjukkan bahwa secara statistik dosis pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap berat tongkol jagung tanpa kelobot. Hal ini
diduga karena dosis pupuk NPK yang diberikan pada setiap perlakuan telah
mencapai kebutuhan yang optimum bagi tanaman jagung, sehingga menghasilkan
berat tongkol jagung tanpa kelobot yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Leiwakabessy et al., (2003) yang menyatakan pemberian pupuk
merupakan suatu kebutuhan bagi tanaman dalam hal mencukupi kebutuhan nutrisi
dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia selama siklus pertumbuhan
33
tanaman. Pemberian pupuk NPK adalah salah satu usaha dalam memenuhi
kebutuhan hara bagi tanaman jagung.
4. Diameter Tongkol tanpa Kelobot (mm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa
dosispupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tongkol tanpa
kelobot. Rata – rata diameter tongkol tanpa kelobot pada berbagai dosis pupuk
NPK dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata – rata Diameter Tongkol tanpa Kelobot pada Berbagai DosisPupuk NPK
Dosis Pupuk NPKDiameter Tongkol tanpa kelobot (mm)
Simbol Kg ha-¹D1 150 42.56D2 300 44.01D3 450 40.85
Tabel 11 menunjukkan bahwa secara statistik dosis pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap diameter tongkol tanpa kelobot. Hal ini diduga
bahwa dosis pupuk NPK yang berbeda yaitu 150 kg ha-1 (D1), 300 kg ha-1 (D2)
dan 450 kg ha-1 (D3) tidak mempengaruhi pertumbuhan jagung karena unsur hara
yang dibutuhkan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sesuai dengan pendapat
Peng et al. (1994) yang mengatakan bahwa komponen –komponen pendukung
pertumbuhan tanaman akan mampu meningkatkan proses fotosintesis apabila
kebutuhan unsur hara tersedia dalam keadaan yang seimbang .
5. Panjang Tongkol tanpa Kelobot (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa
dosispupuk NPK berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol tanpa kelobot. Rata
– rata panjang tongkol tanpa kelobot pada berbagai dosis pupuk NPK setelah diuji
dengan BNT0,05 dapat dilihat pada Tabel 12.
34
Tabel 12. Rata – rata Panjang Tongkol tanpa Kelobot pada Berbagai Dosis PupukNPK
Dosis Pupuk NPKPanjang Tongkol tanpa Kelobot (cm)
Simbol Kg ha־ ¹D1 150 19.21bD2 300 18.89 abD3 450 17.49 a
BNT0,05 1,42Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata pada taraf peluang 5% (BNT0,05).
Tabel 12 menunjukkan bahwa panjang tongkol tanpa kelobot jagung
terpanjang dijumpai pada dosis pupuk NPK 150 kg ha-1(D1) yang berbeda nyata
dengan 450 kg ha-1 (D3). Namun berbeda tidak nyata dengan dosis pupuk NPK
300 kg ha-1(D2). Hubungan antara panjang tongkol tanpa kelobot pada berbagai
dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Panjang Tongkol tanpa Kelobot Jagung pada Berbagai Dosis PupukNPK
Gambar 4 menunjukkan bahwa panjang tongkol jagung terpanjang
dijumpai pada dosis pupuk NPK 150 kg ha-1(D1). Hal ini diduga bahwa kebutuhan
unsur hara tanaman jagung pada dosis pupuk NPK tersebut sudah mencukupi
kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan yaitu dengan pemberian pupuk yang
19.21
18.89
17.49
17
17.5
18
18.5
19
19.5
20
150 300 450
Pan
jang
Ton
gkol
tan
pa K
elob
ot (
cm)
Dosis Pupuk NPK (kg ha-1)
35
tepat akan menambah kesediaan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman jagung yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiadi (2008)
yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan produksi suatu tanaman dipengaruhi
oleh faktor tanah, iklim dan tanaman itu sendiri yang semuanya saling berinteraksi
satu sama lain dalam memperoleh unsur hara untuk pertumbuhan dan
perkambagan yang baik. Wibawa (1988) juga menambahkan bahwa pertumbuhan
tanaman yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan
dalam dosis yang optimum serta didukung oleh faktor lingkungan.
Dartius (1990) menambahkan bahwa kesediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman yang berada dalam keadaan cukup, maka hasil
metabolismenya akan berbentuk protein, enzin, hormon dan karbihidrat, sehingga
pembesaran, perpanjangan dan pembelahan sel akan berlangsung dengan cepat.
6. ProduksiPer Hektar (ton)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa
dosispupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata –
rata berat tongkol per hektar pada beberapa dosis pupuk NPK dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Rata – rata Produksi Per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk NPKDosis Pupuk NPK
Produksi Per Hektar (ton)Simbol Kg ha־ ¹
D1 150 11.05D2 300 11.63D3 450 9.17
Tabel 13 menunjukkan bahwa secara statistik dosis pupuk NPK
berpengaruh tidak nyata terhadap produksiper hektar.Hal ini diduga bahwa setiap
36
pemberian dosis pupuk dipengaruhi oleh faktor lingkungan sehingga
mengakibatkan setiap perlakuan tidak ada perbedaan terhadap pengaruh berat
tongkol jagung per hektar. Unsur hara yang diserap oleh tanaman jagung tidak
maksimal karena beberapa kali tanaman tergenang air, sehingga menganggu
proses penyerapan unsur hara, dengan kata lain tanaman jagung setiap perlakuan
belum mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan.Sesuai dengan pendapat
Rinsema (1986) yang mengatakan bahwa pemberian pupuk harus dilakukan
secara tepat dan sesuai dangan dosis yang dianjurkan, karena pemberian pupuk
yang berlebihan akan menyebabkan keracunan pada tanaman.
Hakim et al. (1986) juga menambahkan bahwa kebutuhan unsur hara yang
diperlukan bagi tanaman belum cukup tersedia serta tidak mencukupi untuk
menjalankan metabolisme tanaman sehingga pertumbuhan dan hasil menjadi
abnormal dan tidak optimal.
4.3. Pengaruh Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi
yang tidak nyata antara jarak tanam dan dosis pupuk NPK terhadap semua peubah
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung akibat berbedanya jarak tanam
dan yang tergantung pada dosis pupuk NPK ataupun sebaliknya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 HST dan
produksi per hektar namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
umur 15 dan 30 HST, diameter pangkal batang umur 15, 30 dan 45 HST, berat
tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol tanpa kelobot dan panjang tongkol
tanpa kelobot. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung terbaik dijumpai pada
jarak tanam 30 cm x 40 cm.
2. Dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur
45 HST dan panjang tongkol tanpa kelobot namun berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, diameter pangkal batang
umur 15 dan 30 HST, berat tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol tanpa
kelobot dan produksi per hektar. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
terbaik dijumpai pada dosis pupuk NPK 300 kg ha-1.
3. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara jarak tanam dan dosis pupuk NPK
terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil yang diamati.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengunaan jarak tanam
dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1993. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Jakarta.
Anonymous. 2006. Jagung. Hhtp//warintek. Progressio.or.id/Pertanian/Jagung.[ 27-10-12]
______2007, Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Akil, M., Dahlan, H. A., 2008. Budidaya Jagung dan Desimini Teknologi. BalaiPenelitian Tanaman Serealia.
Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, 1991. Efektivitas Pupuk Daun terhadapPertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum L.). ProgramStudi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Baharsyah. J. 1993. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit UI, Jakarta.
Berbieri, P.A., H.R.S. Rozas, F.H. Andrade and H.E. Echeverria. 2000. Soilmanagement; Kow Spacing Effects at Different Leves of nitrogenAuailability in Maizc. Agro. J.
Buckman, H.O. Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah. (terjemahan : Soegiman). BharataKarya Aksara, Jakarta.
Curry, G.M. 1969. Phototropism. Physiology of Plant Growth and Development.McGraw-Hill Book Company, Inc. London.
Dwijoseputro D. 1986. Pengantar Fioslogi Pertumbuhan. Gramedia, Jakarta
Datius. 1990. Fisiologi Pertumbuhan 2. Fakultas Pertanian. Universitas SumatraUtara, Medan. 125 hlm.
Fagbayide. Bala, M.G 2009. Effect of nitrogen on the growth and calyx yield oftwo cultivars of roselle in Northern Guinea Savanna. Middle East Journalof Scientific Research. 4 (2) :66-71.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Soul, M. A. Diha, Go BanHong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,Bandar Lampung. 488 hlm.
Harjadi,S.S. 1979. Pengantar agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169.
________1980. Pengantar Agronomi. Penerbit Gramedia, Jakarta
39
Harjadi,S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. p.288.
Hidayat, H. 2011. Buku Panduan Praktikum Fisiologi Tanaman. Politeknik
Hatta, M. 2011. Produksi Tanaman pada Lahan Basah. Emhatta.Wordpress.com/..Produksi-Tanaman. [22 April 2013].
Kastasapoetra. 1988. Ilmu Tanah(terjemahan soegiman) Bharata Karya Aksara,Jakarta.
Leiwakabessy, F.M. A. Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan. DepartemenIlmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 208 hal.
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2003. Pupuk dan Pemupukan. DepartemenIlmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-jagung.[14/010/2012]
Lakitan B. 2004. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Jacop A. dan Uex Kull HV. 1972. Pemakaian Pupuk. Banda Aceh. DinasPerkebunan Daerah Istimewa Aceh.
Marsono, P. Sigit. 2001. Jenis Pupuk dan Aplikasinya. PT. Penebar Swadaya,Jakarta.
Musa, S., Rahmi, A.Jumiati, 2007. Pengaruh Dosis Pupuk terhadap JumlahTanaman. Penebar Swdaya. JakartaNegeri Lampung, Bandar Lampung
Nursyamsi, D., K. Idris, S. Sabihan, D.A. Rachim, dan A. Sofyan. 2008. Pengaruhasam oksalat, Na+, NH4+, dan Fe+ terhadap ketersediaan K tanah, serapanN, P, dan K tanaman serta produksi jagung pada tanahtanah yangdidominasi smektit. Jurnal Tanah dan Iklim Indonesia. Soil and ClimateJournal. No. 28:69-81.
Odum, H. T. 1959. Energi Basis fir Man and Nature, Mo Graw Hill, New York.
Peng, S., B.S. Khash, K.G.Cassman. 1994. Evolution of the new plant. Idiotypefor Creased Yield Potensial, In K.G. Cassman. (Ed). Breking the YieldBarrier.
Parker, 2004. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
40
Prabowo, A. Y., 2007. Teknis Budidaya : Budidaya Jagung. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-jagung. [07/08/2012]
Purwono, M.S, R. Hartono, 2007. Bertanam Jagung Unggul. PenebarSwadaya, Jakarta.
, 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta
Rinsema, W. T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan (terjemahan H. M. Saleh).Bhatara Karya Aksara, Jakarta. 135 hlm.
Ruhnayat, 1995. Pengguna Pupuk dalam Budidaya Tanaman. Agromeia Pustaka,Jakarta.
Ridwan, M. 1996. Pengaruh Populasi Jagung Terhadap Pertumbuhan danProduksi Jagung dan Kedelai yang Ditanam dalam Pola Tumpangsari.Buletin Agronomi No.1.5-10.
Rukmana, R., 2004. Botani Jagung dalam Artikel Tani Muda.
________.2007. Bertanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta
Prihandana, R., dan Hendroko, R., 2008. Energi Hijau Pilihan Bijak MenujuNegeri Mandiri Energi. Penebar Swadaya, Bogor.
Radja, R.D.D. S. Susanto. 2009. Pengaruh Pupuk Fosforterhadap PertumbuhanVegetatif dan Generatif Rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Makalah SeminarDepartemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.
Risiworo, J.S. 1992. Pengendalian gulma dengan pengaturan jarak tanam dan carapenyiangan pad tanaman kedelai. Prosding Konferensi Hipunan IlmuGulma Inden Ujung Padang. Dikutip dari: http//ejurnal.unud.ac.18 [25oktober 2008, 19 pager].
Sastrahidayatdan Soemarno, 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penebar Swadaya.Jakarta.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52843/BAB%20I %20Ti njauan%20Pustaka.pdf?sequence=3 [07/09/2012].
Suprato T. 1985. Analisis Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Pertania Irian Jaya.[tesis]. Bogor. Pasca Sarjana. Institul Pertanian Bogor.
Sidek, S. 1988. Bertanam Selada. Http//:www. Infomedia.com [01 Maret 2008].
41
Sunarjono,H.H. 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiadi. 2008. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta. 183 hal.
Sudarka, W. 1994. Tanggapan Galur Daur Kesatu (D1) dari Program Seleksi DaurUlang Tanaman Jagung Terhadap Jarak Tanaman dan Dosis Nitrogen.Majalah Ilmiah Udayana. 7 : 121-124.
Sitompul, S.M, dan Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. GadjahMada University Press, Yogyakarta. Hal 412.
Tukey, B. 1962. TheLoss of Organic an Inorganik materials By Leading FromLeavas and other Aboveground Plant Part In Radioi Sotop In Soil PlantNutrition Studies, Syimposium Proceedings, Bombay, 1962, PP. 289-302,International Atomic Energy Anerey Agency, Vienna, (STI/PUB/55).
Tan, 1996. Plant Physiology. The Benjamin/Cummings pub. Co., Inc. California.
Thamrin, M. H. Hanafi. 1992. Peranan Mulsa sisa Tanaman terhadap KonservasiLengsa Tanah pada Sistem Budidaya Tanaman Semusim di Lahan Kering.
Westgate, ME. Alexopaoulus. C.J. 1997. Interoductory Mycologi. Third Edition.John Wiley dan Sons, New York. Page 566-567.
Wibawa , A. 1998. Intesifikasi Pertanaman Kopi dan Kakao Melalaui Pemupukan.Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.14 (3): 245-262.
Warisno, 2007. Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.
Yulianti, D., 2010. Pengaruh Hormon Organik dan Pupuk Organik Cair (POC)Super Nasa Terhadap Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mayssaccharata Sturt).