Post on 28-Nov-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Di Indonesia angka kesakitan karena terinfeksi cacing usus atau perut cukup
tinggi. hal ini dikarenakan letak geografik Indonesia di daerah tropik yang
mempunyai iklim yang panas akan tetapi lembab.1)
Pada lingkungan yang memungkinkan, cacing usus dapat berkembang biak
dengan baik terutama oleh cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil transmitted
Helminth) 1)
Penularan cacing usus bisa terjadi melalui makanan atau minuman yang
tercemar, melalui udara yang tercemar atau secara langsung melalui tangan yang
tercemar telur cacing yang infektif.1)
Pada tanaman kubis sering dijumpai hama yang berjenis nematoda yang dapat
merusak jaringan akar tanaman dan berbagai macam ulat yang menyerang bagian
batang dan daun yang seringkali meninggalkan sisa-sisa kotoran tanaman sayuran,
serta residu dari pemupukan dan pengairan yang dapat membahayakan kesehatan.1)
Di Indonesia banyak masyarakat yang belum tahu tentang pengetahuan cara
hidup sehat yaitu cara untuk menjaga kebersihan perorangan, kebersihan makanan
dan minuman misalnya pencucian serta cara pengolahan yang belum dipahami
dengan baik. 1)
Kubis termasuk salah satu sayuran daun yang digemari oleh hampir setiap
orang. Cita rasanya enak dan lezat, juga mengandung gizi cukup tinggi serta
komposisinya lengkap, baik vitamin maupun mineral.1)
Sayuran kubis tergolong tanaman dataran tinggi, pentingnya sayuran sebagai
bahan pangan tak perlu diragukan lagi, masyarakat Indonesia umumnya begitu
akrab dengan sayuran dari sayuran yang dikonsumsi segar sebagai lalap mentah
seperti kubis dijadikan aneka sayuran hingga campuran makanan lain kubis
merupakan sumber penting Vitamin C dan beberapa mineral dan sebagai sumber
pendapatan petani.1)
Berdasarkan hasil penelitian Jujun Suprana yang menyatakan bahwa konsumsi
lalapan mempunyai beberapa keuntungan yaitu tidak merusak zat-zat gizi yang
terdapat dalam lalapan. Dalam penelitiannya dilakukan pengamatan terhadap telur
cacing gelang pada kubis yang merupakan sayuran daun dan pada ketimun yang
merupakan sayuran buah yang kemudian diberi perlakuan pencucian dengan air
diam dan air mengalir yang berasal dari air PDAM Kotamadya DT II Bogor,
tingkat kontaminasi cacing gelang pada kubis ternyata lebih tinggi dari pada
ketimun.2)
Prevalensi cacing usus di beberapa tempat di Indonesia mencapai 80 % yang
umumnya ditularkan melalui makanan / minuman atau melalui kulit, mengingat
banyaknya penanaman sayuran oleh penduduk secara “musiman” dan kebiasaan
memakan sayuran mentah (lalapan) maka perlu diketahui seberapa besar
pencemaran sayuran mentah (lalapan) oleh parasit atau bakteri intestial.3)
Penelitian yang pernah dilakukan di 5 wilayah DKI Jakarta dengan cara
pemeriksaan sayuran di kebun (sebelum dan sesudah dicuci, sebelum dijual di
pasar), pemeriksaan tanah tempat sayuran ditanam, air yang dipakai (untuk mencuci
sayuran maupun untuk menyiram tanaman) dan pemeriksaan sayuran yang dijual di
pasar secara acak. Menyatakan bahwasanya tingkat kontaminasi parasit cukup
tinggi 3)
Parasit pada sayuran yang ditemukan adalah : Ascaris lumbricuides, Trichuris
trichiura, cacing tambang, larva Strongyloides stercoralis, larva Rhabditidae, dan
cercaria. Pada tanah ditemukan Ascaris lumbricoides, Trichuris trichura dan
Rahabditidae. Baik sayuran, air maupun tanah semua mengandung Eserechia coli
yang cukup tinggi, baik tanaman di kebun maupun di pasar semua tercemar parasit
usus 3)
Dari penelitian tersebut terbukti bahwa memang sayuran yang berasal dari
penanaman oleh penduduk secara ”musiman” maupun yang dijual di pasar
mempunyai potensi untuk penularan cacing usus yang berasal dari feces (terbukti
dari hasil pemeriksaan tanah, air pencucian/penyiraman tanaman terhadap cacing
usus) oleh karena itu pengetahuan kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan.3)
B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai
berikut : “Adakah pengaruh frekuensi pencucian pada daun kubis terhadap jumlah
telur cacing usus”
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh frekuensi pencucian pada daun kubis terhadap
jumlah telur cacing usus
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan jenis telur cacing usus yang ditemukan berdasarkan
frekuensi pencucian pada daun kubis
b. Menghitung jumlah telur cacing usus pada sayuran kubis berdasarkan
frekuensi pencucian
c. Menganalisis pengaruh frekuensi pencucian pada daun kubis terhadap
jumlah telur cacing usus
D. Manfaat penelitian Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan atau sebagai bahan
informasi bagi masyarakat tentang adanya pengaruh jumlah cacing usus
berdasarkan frekuensi pencucian pada daun kubis
E. Bidang Ilmu Adapun batasan ruang lingkup penelitian ini dalam bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat khususnya Bidang Parasitologi pada makanan.