Post on 30-Jun-2019
PENGARUH BIMBINGAN AGAMA TERHADAP
KEPERCAYAAN DIRI ANAK YATIM PIATU
YAYASAN DAARUL FATTAH ASSALAFI
SUKMAJAYA DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ELSA HUMAYDI SA’RONI
NIM. 1111052000018
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1436 H / 2015 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.
I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Ramadhan 1436 H
Juli 2015 M
ELSA HUMAYDI SA’RONI
v
ABSTRAK
ELSA HUMAYDI SA’RONI, NIM. 1111052000018, Pengaruh Bimbingan
Agama Terhadap Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah
Assalafi Sukmajaya Depok
Kepercayaan diri merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap
manusia, karena setiap individu yang percaya diri akan merasa mudah dan senang
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru, mempunyai pegangan hidup yang
kuat, dan mampu mengembangkan potensinya. Menurut Bandura, faktor yang
mempengaruhi rasa percaya diri antara lain pengalaman pada masa kanak-kanak,
pengalaman dari orang lain, ada kontak langsung dengan orang lain, dan keadaan
psikologis anak. Dari teori tersebut secara garis besar dapat dipahami bahwa
lingkungan keluarga mempunyai peranan dalam memberikan pengaruh kepercayaan
diri seseorang. Lingkungan keluarga setiap anak berbeda-beda, demikian pula dengan
lingkungan anak yatim piatu tentulah berbeda dengan anak yang bukan yatim piatu.
Bila anak-anak pada umumnya dibimbing langsung oleh kedua orang tuanya,
anak yatim piatu tidak dapat dibimbing oleh orang tua mereka. Namun keberadaan
yayasan yatim piatu mampu menggantikan posisi orang tua para anak yatim piatu
dalam memberikan bimbingan khususnya bimbingan agama, sehingga dengan
bimbingan agama yang diberikan kepercayaan diri para anak yatim piatu akan lebih
baik. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu di Yayasan Daarul
Fattah Assalafi.
Metodologi penilitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif deskriptif
analisis, dengan alasan peneliti ingin mengukur dan menganalisis fenomena yang
diamati. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 33 orang responden
yang merupakan anak-anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya
Depok, dengan teknik pengambilan sample random. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis regresi linier sederhana.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa bimbingan agama hanya memberikan
kontribusi pengaruh sebesar 2,3% (dua koma tiga persen) terhadap kepercayaan diri
anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi, sedangkan sisanya 97,7%
(sembilan puluh tujuh koma tujuh persen) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Kata Kunci: Kepercayaan Diri, Bimbingan Agama, Anak Yatim Piatu
vii
KATA PENGANTAR
Syukur tiada henti pada Illahi Rabbi atas keindahan ilmu lentera ‘aqlu wa qalbu.
Shalawat dan salam semoga selalu melimpah ke hadirat Rasul tauladan ummat,
Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Pengaruh Bimbingan
Agama Terhadap Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah
Assalafi Sukmajaya Depok”, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Ketua Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
berserta Bapak Noor Bekti Negoro, M. Si Sekretaris Prodi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. M. Luthfi, M.Ag. Dosen Pembimbing atas segenap ilmu, waktu,
kesempatan dan bimbingan yang diberikan hingga akhir penulisan skripsi ini, semoga
keindahan ilmu senantiasa melimpah berkah di setiap langkah.
4. Ibu Nurul Hidayati, M. Pd dan Ibu Artiarini Puspita Arwan, M. Psi, selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan, saran dan revisi dalam perbaikan skripsi ini.
5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat
bermanfaat dunia dan akhirat.
vii
6. Segenap pimpinan berikut staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.
7. Ustadz Khairul Wathon, Pimpinan Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok
yang telah memberikan kesempatan, waktu, pengalaman dan bantuan guna
melengkapi data penelitian yang dibutuhkan.
8. Ayahanda Drs. H. Sa’ronih Amin, M.M, yang senantiasa memberikan motivasi tiada
henti untuk cerdaskan diri ini. Ibunda Hj. Nunung Nurhayati yang selalu sebut
namaku di setiap isak tangis dan air mata dalam setiap sujud malam. Kakak dan adik
tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
9. Beloved one! “Shifa Amalia S.Kom.I” seorang wanita hebat yang selalu ada dan setia
memberikan semangat dan dukungan demi terselesaikannya skripsi ini.
10. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2011, yang
telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.
11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza.
Ciputat, Ramadhan 1436 H
Juli 2015 M
ELSA HUMAYDI SA’RONI
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ........................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iii
LEMBAR PENYATAAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………...………………………………... 7
D. Tinjauan Pustaka ………………………………………………………… 8
E. Sistematika Penulisan ...…………………………………………………. 13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Percaya Diri ……………………………………………………………...
1. Pengertian Percaya Diri ……………………………………………..
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri …………………...
3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ……………………………………..
15
15
16
19
B. Bimbingan Agama ……………………………………………………….
1. Pengertian Bimbingan Agama ………………………………………
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama ……………………………...
3. Unsur-unsur Bimbingan Agama …………………………………….
20
20
22
24
ix
4. Langkah-langkah Bimbingan Agama ……………………………….
5. Metode Bimbingan Agama ………………………………………….
26
27
C. Anak Yatim Piatu ……………………………………………………….
1. Pengertian Anak ……………………………………………………
2. Karakteristik Anak ………………………………………………….
3. Pengertian Yatim Piatu ……………………………………………..
4. Ajaran Islam tentang Perlakuan Tehadap Anak Yatim Piatu ………
30
30
30
34
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………
1. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………………..
2. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………
39
39
39
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………………………………………… 40
C. Populasi dan Sampel …………………………………………………….. 40
D. Variabel Penelitian ……………………………………………………… 45
E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian …………………………... 45
F. Sumber Data ……………………………………………………………... 46
G.Instrumen Pengumpulan Data …………………………………………… 48
H. Konstruksi Instrumen ...……………..…………………………………...
1. Uji Validitas …………………………………………………………
2. Uji Reliabilitas ………………………………………………………
48
49
50
I. Teknik Analisis Data ……………….……………………………………..
1. Uji Normalitas ………………………………………………………
2. Analisis Regresi Linier Sederhana ………………………………….
3. Hasil Output SPSS …………………………………………………..
51
51
53
54
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAARUL FATTAH ASSALAFI
A. Sejarah dan Perkembangan ….........................................……………
B. Visi, Misi dan Tujuan …..………………………………………………..
C. Struktur Organisasi dan Pengelolaan …….……………………………..
D. Program Bimbingan Agama Yayasan ..……….…………………………
57
58
58
62
x
E. Sarana dan Prasarana …………………………………………………… 64
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Responden ……………….……………………………………
B. Program Bimbingan Agama Bagi Anak Yatim Piatu …………………...
1. Pembimbing ………………………………………………………...
2. Terbimbing ………………………………………………………….
3. Materi Bimbingan …….…………………………………………….
4. Metode ………………………………………………………………
5. Media ………………………………………………………………..
6. Waktu dan Jadwal Bimbingan ……………………………………...
C. Analisis Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Kepercayaan Diri Anak
Yatim Piatu ………………………………………………..…………….
1. Uji Validitas dan Reliabilitas …..…………………………………...
2. Uji Normalitas ………………...……………………………………
3. Regresi Linier Sederhana …………………………………………...
66
71
71
72
72
73
74
75
76
76
78
81
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………
87
B. Saran ………….…………………………………………………………. 87
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 89
LAMPIRAN ……………...…………………………………………………………….. 93
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Anak Yayasan Yatim Piatu Daarul Fattah Assalafi ……………….. 43
Tabel 3.2 Skala Likert ……………….……………………………………………… 48
Tabel 3.3 Kaidah Reliabilitas Guilford ……………………………………………… 50
Tabel 4.1 Sarana Gedung Yayasan Daarul Fattah Assalafi ………………………….. 64
Tabel 5.1 Jadwal Aktifitas Anak-anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi 75
Tabel 5.2 Reliability Statistic ….……………………………………………………... 77
Tabel 5.3 Blue Print One-Sample Kolmogoro-Smirnov Test ………………………... 78
Tabel 5.4 Blue Print Variables Entered/Removed …………………………………... 81
Tabel 5.5 Blue Print Model Summary ……………………………………………….. 82
Tabel 5.6 Blue Print Anova ………………………………………………………….. 83
Tabel 5.7 Blue Print Coefficients ……………………………………………………. 84
xii
Daftar Gambar
Gambar 4.1 Struktur Organisasi …………………………………………………... 61
Gambar 5.1 Usia Responden ………………………………………………………. 66
Gambar 5.2 Jenis Kelamin Responden ……………………………………………. 67
Gambar 5.3 Pendidikan Responden ……………………………………………….. 68
Gambar 5.4 Tempat Menetap Responden …………………………………………. 69
Gambar 5.5 Lokasi Rumah Responden …………………………………………… 69
Gambar 5.6 Kondisi Anak ………………………………………………………… 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
` Setiap individu mendambakan keberhasilan dalam hidupnya,
namun kerap kali terhalang oleh karakter ketidakpercayaan diri. Dengan
ketidakpercayaan diri, banyak sekali peluang keberhasilan tertutup untuknya.
Individu yang percaya diri akan mudah menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang baru, mempunyai pegangan hidup yang kuat, dan mampu
mengembangkan potensinya. Ia juga sanggup belajar dan bekerja keras untuk
mencapai kemajuan serta penuh keyakinan terhadap peran yang dijalaninya
sehingga cenderung lebih mudah meraih keberhasilan.
Kurangnya rasa percaya diri dapat menimpa siapa saja, termasuk
anak-anak. Zulkifli mengatakan bahwa kurangnya rasa percaya diri dapat
menimpa anak-anak yang berusia 12 sampai 14 tahun, karena pada fase usia
tersebut anak-anak berpaling pada dunianya sendiri. Dimana, anak-anak
memberikan perhatian pada dirinya sendiri, hidupnya mulai gelisah, ragu-
ragu, munculnya rasa malu dan hidupnya perasaan tidak harmonis.1
Dalam proses pembentukan kepercayaan diri seorang anak terdapat
beberapa tahapan yang apabila kekurangan salah satu tahapan tersebut maka
akan menghambat pembentukan rasa percaya diri. Adapun tahapan proses
1 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986), h. 55
2
tersebut antara lain; Pertama, terbentuknya kepribadian yang baik sesuai
dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
Kedua, pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya
dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan
memanfaatkan kelebihannya. Ketiga, pemahaman dan reaksi positif seseorang
terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan
rasa rendah diri.
Keempat, pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek
kehidupannya dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.2
Percaya diri dalam Islam juga diperintahkan, hal ini sesuai dengan Firman
Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 139 yang berbunyi:
لعلون إن كنتم مؤمني ٱول تنوا ول تزنوا وأنتم
Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman”.(QS. Ali Imran : 139)
Dari ayat tersebut terlihat bahwa Islam telah menanamkan akar
kepercayaan diri kepada orang-orang yang beriman dengan mengisi
keyakinan dalam hati mereka. Dengan cara seperti itu, Islam membimbing
agar tidak berputus asa dan tetap percaya diri.
Faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri antara lain yaitu : pertama,
pengalaman pada masa kanak-kanak yang berhubungan dengan lingkungan
2 Thursan Hakim, "Pengembangan Diri", Liberty, diakses pada tanggal 22 Maret 2015
dari http://id.wikepedia/yatim piatu
3
sekitarnya. Hal ini sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan seperti halnya
pengalaman keberhasilan dan kesuksesan seseorang akan meningkatkan
kepercayaan diri dan terjadinya kegagalan akan menurunkan tingkat
kepercayaan diri.
Faktor kedua yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang adalah
pengalaman dari orang lain. Seseorang yang melihat orang lain berhasil
melakukan kegiatan yang sama dengan dirinya, maka dapat meningkatkan
kepercayaan diri. Jika merasa memiliki yang sebanding dengan usaha yang
lebih ulet dan tekun.
Faktor ketiga yaitu adanya kontak langsung dengan orang lain. Dalam
hal ini diarahkan melalui saran, nasehat, dan bimbingan. Sehingga dapat
meningkatkan keyakinan bahwa kemampuan yang dimiliki dapat membantu
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Faktor keempat adalah keadaan psikologis anak. Individu akan lebih
mungkin untuk mencapai keberhasilan jika tidak mengalami pengalaman-
pengalaman yang menekan karena hal itu dapat menurunkan prestasinya.
Gejala emosi dan keadaan psikologis memberikan suatu isyarat akan
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, sehingga situasi-situasi yang
menekan cenderung dihindari.3
Berdasarkan pendapat di atas ada benang merah yang dapat ditarik,
yakni faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang adalah
lingkungan sekitarnya di mana keluarga merupakan lingkup awal dalam
3 Bandura "Peningkatan Kepercayaan Diri Melalui Konseling", Jurnal Psikologi, diakses
pada 22 Maret 2015 dari http://www.jurnalpsikologi-kepercayaandiri/html.
4
kehidupan manusia dan orang tua merupakan pembimbing utama dalam
membimbing akhlak manusia. Setiap anak dilahirkan dengan membawa fitrah
yang seimbang dan sehat, kedua orang tualah yang memberikan agama
kepada mereka.4
Yang menarik perhatian penulis adalah lingkungan antara anak dengan
keluarga lengkap dan anak yatim piatu tentulah berbeda. Kepercayaan diri
yang dimiliki oleh anak yatim piatu dan bukan yatim piatu tentu akan
berbeda. Karena anak yatim piatu tidaklah mendapatkan bimbingan langsung
dari orang tuanya.
Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan maupun yayasan-yayasan
yatim piatu mampu mengambil alih peran orang tua yang telah tiada dengan
memberikan bimbingan agama. Dalam buku bimbingan kesejahteraan
keluarga dan masyarakat disebutkan bahwa “Munculnya yayasan atau
lembaga-lembaga sosial merupakan fenomena yang mengembirakan, karena
selain dapat menolong dari suatu kondisi ketidakberdayaan juga memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan diri dan
keterampilannya.”5
Yayasan atau lembaga-lembaga sosial tersebut bukan hanya
memberikan bantuan dalam bentuk materi saja, tetapi lebih memfokuskan
pada pembentukan moral dan pembekalan diri berupa keterampilan-
4 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2000), h. 93. 5 Departemen Sosial, Bimbingan Kesejahteraan Keluarga dan Masyarakat, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat, 1973), h. 2.
5
keterampilan hidup dimana dengan keterampilan yang diberikan, mereka
dapat melangsungkan tujuan dan cita-cita hidup yang didambakan.
Bimbingan agama dan nasehat dilaksanakan semata-mata bertujuan
agar para anak yatim piatu ini dapat mempersiapkan diri mereka dalam
menghadapi perkembangan zaman. Apabila tidak diberikan bimbingan
mereka nantinya akan mengalami kegagalan dalam hidupnya seperti apatis,
putus asa terhadap segala persoalan bahkan mereka merasa terisolir dan
terlantar dalam masyarakat.6
Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh
bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu. Objek
penulisan adalah anak-anak yatim piatu berusia 10–20 tahun yang dinaungi
oleh Yayasan Daarul Fattaah Assalafi yang beralamat di Jalan H. Japat
Lingkungan Cipayung RT 005 RW 001 Kel. Abadijaya Kec. Sukmajaya Kota
Depok.
Yayasan Daarul Fattah Assalafi dipilih, karena salah satu yayasan
yatim piatu yang bukan hanya memberikan naungan tempat tinggal kepada
anak yatim dan yatim piatu, tetapi juga memberikan bimbingan agama
terhadap anak yatim piatu di kota Depok. Untuk itu, dalam penulisan skripsi
ini penulis mengangkat judul “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap
Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi
Sukmajaya Depok”.
6 Zakiah Daradjat, Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h.15.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka batasan dan rumusan
masalah penulisan ini sebagai berikut:
1. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dari penulisan ini adalah:
a. Bimbingan agama yang dimaksud dalam skripsi ini adalah bimbingan
agama baik menggunakan metode ceramah, maupun melalui media
penyuluhan seperti pengajian dan penggunaan alat peraga.
b. Kepercayaan diri dalam skripsi ini dibatasi pada perilaku dan rasa
kepercayaan diri yang dimiliki anak yatim piatu berusia 10 – 20 tahun,
saat di lingkungan yayasan maupun di luar lingkungan yayasan.
c. Lokasi penulisan ini dibatasi hanya di Yayasan Daarul Fattah Assalafi
Sukmajaya Depok.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang
dijadikan fokus dalam skripsi ini sebagai berikut:
a. Bagaimanakah program bimbingan agama bagi anak yatim piatu di
Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok?
b. Bagaimana pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri
anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya
Depok?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui program bimbingan agama bagi anak yatim piatu di
Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok.
b. Mengetahui pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak
yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok.
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam skripsi ini diharapkan dapat dirasakan
oleh berbagai pihak. Baik itu dari pihak akademis termasuk penulis,
maupun pihak praktisi yakni penyuluh dan terbimbing, khususnya pihak
Yayasan Daarul Fattaah Assalafi Sukmajaya Depok. Secara akademis,
manfaat penulisan ini adalah:
a. Syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata 1 (S1)
b. Sebagai bahan referensi dalam peningkatan wawasan dakwah,
khususnya mengenai bimbingan agama
c. Sebagai pijakan dalam melakukan penulisan selanjutnya.
Secara praktis, diharapkan dari hasil penulisan ini dapat menjadi
informasi dan pengetahuan baru yang dapat diaplikasikan dalam
menumbuhkembangkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak yatim piatu
yang diasuh agar memiliki kepercayaan diri, khususnya bagi pihak
Yayasan Daarul Fattaah Assalafi Sukmajaya Depok.
8
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penulisan, penulis terlebih dahulu melakukan
kajian atas penulisan terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperjelas
perbedaan penulisan ini dengan penulisan-penulisan sebelumnya dan
menghindari penjiplakan (plagiarism) karya orang lain. Hasil penulisan
terdahulu sebagai berikut:
1. Penulisan skripsi yang ditulis oleh Khairol Amri Mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo
Semarang tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Bimbingan Penyuluhan
Agama Islam Terhadap Rasa Percaya Diri Anak Di Panti Asuhan Al Hikmah
Wonosari Ngaliyan Semarang". Hasil penulisan menjelaskan persamaan
regresi Y= 28,648+ 0,304 dengan Freg = 11,271, yang berarti lebih besar
dari taraf signifikansi 5%= 4,006 maupun 1% = 2,794 pada N= 60.
Dengan demikian uji hipotesis ini menerima hipotesis yang diajukan,
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara bimbingan penyuluhan agama
Islam terhadap percaya diri anak di Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari
Ngaliyan Semarang. Hal ini membuktikan bahwa jika bimbingan
penyuluhan agama Islam semakin tinggi maka akan berakibat pula
meningkatnya percaya diri anak.
Walaupun skripsi ini memiliki tujuan dan metode penulisan yang
sama dengan penulisan Khairol Amri, mahasiswa UIN Walisongo
Semarang tahun 2014. Namun, skripsi ini memiliki perbedaan pada
lokasi penulisan, dimana Khairol Amri melaksanakan penulisan di Panti
9
Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, sedangkan skripsi ini
dilaksanakan di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok.
Perbedaan kota antara Semarang dan Depok, tentu memiliki
perbedaan karakter penduduknya. Depok dengan letak geografinya yang
berdekatan dengan Ibu Kota akan membutuhkan bimbingan agama lebih
dalam hal pembentukan karakter. Dalam penulisan skripsi ini akan
diketahui apakah bimbingan agama akan tetap berpengaruh terhadap
kepercayaan diri anak yatim piatu meskipun di kota yang berbeda.
2. Penulisan skripsi yang ditulis oleh Eko Setyo Budi Mahasiswa Fakultas
Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang tahun 2011
dengan judul "Upaya Bimbingan dan Konseling Islam dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak-Anak di Panti Asuhan Jaka
Tingkir Kec. Sayung Kab. Demak". Hasil penulisan menjelaskan bahwa
faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yang dialami terbimbing
adalah pengalaman pada masa kanak-kanak yang berhubungan dengan
lingkungan sekitarnya.
Adapun upaya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam
yaitu penyuluh memberikan motivasi, support, dan nasehat-nasehat yang
dijarkan dalam agama Islam, yaitu dengan mendekatkan diri kepada
Allah serta diberi kesibukan berupa keterampilan yang disediakan olah
yayasan sehingga terbimbing mampu berinteraksi dengan orang banyak
dan juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan yayasan panti
asuhan. Selain itu, penyuluh juga mengarahkan terbimbing untuk
10
bertanggung jawab dalam kesehariannya dan bimbingan konseling Islam
melalui beberapa langkah yaitu identifikasi masalah, diagnosis,
prognosis, terapi, evaluasi dan follow up.
Perbedaan skripsi karya Eko Setyo Budi dengan skripsi ini yaitu,
pada skripsi Eko bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh panti
asuhan untuk meningkatkan kepercayaan diri, sedangkan dalam skripsi
ini secara spesifik bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan
agama terhadap kepercayaan diri. Selain itu hal yang membedakan
adalah skripsi Eko menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan
skripsi menggunakan pendekatan kuantitatif.
3. Penulisan Dean Rupiati dengan judul “Kontribusi Dukungan Sosial
Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri Remaja”, yang merupakan skripsi
S1 Fakultas Sosiologi Universitas Gunadarma Depok pada tahun 2007,
bertujuan untuk menguji seberapa besar kontribusi dukungan orang tua
terhadap kepercayaan diri remaja.
Dengan pendekatan kuantitatif menggunakan analisis regresi
dengan uji f dan uji determinasi diketahui bahwa F sebesar 218.153
dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05) dan R square sebesar 0.657 dengan
demikian hipotesis yang berbunyi ada kontribusi dukungan sosial orang
tua secara signifikan terhadap kepercayaan diri remaja diterima. Hal ini
berarti dukungan sosial orang tua memberikan kontribusi yang
11
signifikan sebesar 65.7% sedangkan 34.3% kemungkinan dipengaruhi
oleh faktor-faktor lainnya seperti jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
Walaupun sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif dan
menggunakan variabel kepercayaan diri sebagai variabel dependent,
namun skripsi milik Dean Rupiati dengan skripsi ini memiliki perbedaan
yaitu perbedaan variabel independent. Variabel independent yang
digunakan oleh Dean Rupiati adalah dukungan sosial orang tua,
sedangkan dalam penulisan ini adalah bimbingan agama.
4. Penulisan Nur Hidayah, mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Wali Songo
Semarang pada tahun 2011, dengan judul “Pengaruh Intensitas
Mengikuti Pembinaan Mental Keagamaan Islam Terhadap Tingkat Rasa
Percaya Diri Narapidana Wanita Kelas II A di LP Wanita Bulu
Semarang”.
Penulisannya bertujuan untuk mendapatkan dan menggambarkan
pengaruh intensitas mengikuti pembinaan mental keagamaan Islam
terhadap tingkat rasa percaya diri narapidana wanita kelas II A di LP
Wanita Bulu Semarang. Dengan menggunakan metode analisis kolerasi
momen dari Pearson dan analisis regresi.
Hasil penulisan ini adalah ada pengaruh intensitas mengikuti
pembinaan mental keagamaan Islam terhadap percaya diri narapidana
wanita ditunjukkan dari hasil Freg = 83,91 yang dikonsultasikan dengan r
tabel dengan N = 40 atau derajat kebebasan db = 40 - 2 = 38. Harga F
12
pada tabel taraf signifikan 1% = 7,35 dan untuk taraf signifikan 5% =
4,10 pada tabel dapat diketahui bahwa F reg = 83,91 > Ft 5% = 4,10 =
Signifikan dan hipotesis diterima, F reg = 83,91 > Ft 1% = 7,3 =
Signifikan dan hipotesis diterima.
Hal yang menjadi pembeda skripsi milik Nur Hidayah dengan
skripsi ini adalah objek penulisan dan lokasi penulisan, dimana penulisan
Nur Hidayah menjadikan narapidana wanita di Kelas II A di LP Wanita
Bulu Semarang sebagai objek dan lokasi penulisan. Sedangkan objek dan
lokasi penulisan skripsi ini adalah anak yatim piatu di Yayasan Daarul
Fattah Assalafi Sukmajaya Depok.
5. Penulisan Suci Safitri yang berjudul “Peranan pendidikan Agama Islam
Terhadap Akhlak Yatim/ Piatu (Studi Kasus di Yayasan Yatim Piatu Al
Muhajirin Cipondoh Permai Tangerang)”, yang merupakan skripsi S1
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2009. Penulisannya
bertujuan untuk mengetahui korelasi antara peranan pendidikan Agama
Islam dan Akhlak yatim/ piatu dan untuk mengetahui peran pendidikan
Agama Islam pada Yayasan Yatim Piatu Al Muhajirin Cipodoh Permai
Tangerang terhadap akhlak yatim/ piatu, menggunakan metode deskriptif
dengan library research dan field research.
Diketahui bahwa terdapat hubungan pelaksanaan pengajaran
pendidikan Agama Islam di Yayasan Al Muhajirin dalam membiasakan
pada diri anak yatim/ yatim piatu untuk selalu berakhlak mulia,
13
berdasarkan korelasi antar dua variabel dinyatakan korelasi searah
(positif) sebesar 0.304 dengan arti korelasi lemah.
Perbedaan kali ini ada pada variabel penulisannya. Pada skripsi
karya Suci Safitri menggunakan pendidikan agama Islam sebagai
variabel independent dan Akhlak yatim/ piatu sebagai variabel dependent
dalam penulisannya. Sedangkan pada skripsi ini variabel independent nya
adalah bimbingan agama dan variabel dependent adalah kepercayaan diri
anak yatim piatu.
E. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam enam bab.
Pada setiap babnya terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan
skripsi ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI, berisi landasan teori berupa Pengaruh yang
terdiri dari pengertian pengaruh dan analisis pengaruh; Bimbingan Agama
yang terdiri dari pengertian, tujuan dan fungsi bimbingan agama, unsur-unsur
bimbingan agama, langkah-langkah bimbingan agama dan metode bimbingan
agama; Percaya Diri terdiri dari pengertian percaya diri, aspek-aspek percaya
diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi percaya diri; Anak Yatim Piatu
terdiri dari pengertian yatim piatu dan pandangan dasar tentang yatim piatu.
14
BAB III METODOLOGI PENULISAN, yang terdiri dari pendekatan dan
jenis penulisan, tempat dan waktu penulisan, populasi dan sampel, variabel
penulisan, definisi operasional variabel penulisan, teknik pengumpulan data,
instrumen penulisan, uji validitas, uji reliabilitas, teknik analisis data, sumber
data dan kerangka pemikiran (frame work).
BAB IV GAMBARAN UMUM YAYASAN DAARUL FATTAH
ASSALAFI, yang berisi tentang sejarah dan perkembangan, visi, misi dan
tujuan, struktur organisasi dan pengelolaan, program kegiatan bimbingan
agama, serta sarana dan prasarana.
BAB V TEMUAN DAN ANALISIS, yang berisi tentang deskripsi
responden, program bimbingan agama bagi anak yatim piatu dan analisis
pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu.
Analisis tersebut terdiri dari hasil uji validitas dan reliabilitas, serta hasil uji
koefisien regresi linier sederhana.
BAB V PENUTUP, berisi kesimpulan yang merupakan jawaban atas segala
permasalah yang telah diangkat, serta saran yang berisi saran-saran yang
dianggap perlu untuk peningkatan pengetahuan pihak-pihak tertentu.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Percaya Diri
1. Pengertian Percaya Diri
Kepercayaan diri adalah salah satu dari sifat kepribadian yang
merupakan gabungan dari pikiran dan perasaan seseorang, perjuangan dan
harapan, ketakutan dan fantasi, gambaran apakah dirinya, apa yang ia
miliki, akan menjadi apa nanti, dan termasuk sikap penghargaan diri.
Kepercayaan diri pada dasarnya merupakan sikap yang kita ikuti
untuk memiliki persepsi positif dan realitis dari diri dan kemampuan kita.
Kepercayaan diri mengarah pada perasaan seseorang mengenai
kemampuan untuk menentukan situasi dengan berhasil tanpa
kecenderungan mengikuti orang lain dan memiliki evaluasi diri yang
positif. 1
Kepercayaan diri berarti merasa positif tentang apa yang bisa
dilakukan dan tidak mengkhawatirkan apa yang tidak bisa dilakukan,
tetapi memiliki kemauan untuk belajar. Kepercayaan diri adalah pelumas
yang memperlancar hubungan antara diri seseorang dan kemampuan yaitu
bakat, keahlian, dan potensi dan cara Anda memanfaatkannya.2
1 Goel, M. “Comparative Study of Single Child and Child with Sibling”. Terjemah dari
Anggarwal P. International Journal of Research in Social Sciences, 4 (2), 89. 2 Martin Perry. Confidence Booster: Pedongkrak Kepercayaan Diri. Terjemah dari Aditya
Suharmoko (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 5.
16
Menurut Lauster, kepercayaan diri adalah sifat kepribadian yang
sangat menentukan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kepercayaan
diri mempengaruhi sikap hati-hati, ketergantungan, keserakahan, toleransi,
dan cita-cita. Rasa percaya diri merupakan satu di antara aspek-aspek
kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. 3
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang
adalah sebagai berikut:
a. Penampilan fisik
Sejumlah peneliti telah menemukan bahwa penampilan fisik
merupakan kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri
remaja
b. Sikap orang tua
Sikap orang tua penting sekali bagi perkembangan perasaan anak
mengenai dirinya. Ketika orang tua memberikan sikap penerimaan,
anak akan memperoleh fondasi yang kuat untuk merasakan hal yang
baik mengenai diri mereka. Jika salah satu atau kedua orang tua mereka
terlalu banyak mengkritik atau menuntut, atau mereka terlalu protektif
dan mengecilkan hati anak ketika berupaya mencapai kemandirian,
anak mungkin akan meyakini bahwa mereka tidak memiliki
kemampuan, tidak kompeten dan lemah.
3 Lauster, P. Personality Test: Tes Kepribadian. Terjemah dari D. H Gulo. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012), h. 3
17
c. Teman sebaya
Pengaruh teman sebaya bisa jadi sebuah kekuatan, baik dari orang
tuan maupun masyarakat dalam pembentukan perasaan mengenai diri
sendiri. Anak yang sedang menguji penilaian di masa remaja mereka
dan sedang menguji penilaian di masa remaja mereka dan sedang
mengembangkan identitas, mereka akan rentan sekali terhadap
pengaruh dari teman sebaya.
d. Saudara kandung
Anak yang memiliki saudara kandung memiliki kepercayaan diri
yang lebih besar dibandingkan anak tunggal, hal ini berdasarkan
penelitian Goel dan Aggarwal pada tahun 2012. Saudara kandung
menjadi pendorong penting yang mempengaruhi anak untuk menjadi
baik atau buruk.4
Sedangkan menurut Noom M. J., Decovic M., & Meeus W. (2001)
menyatakan bahwa:
“Factor influences the self confidence is autonomy. An adolescent who has
emotion autonomy, of course he has confidence to determine the goals of
live until he isn’t necessary rely on the others to support that he will do.”
Arti pernyataan tersebut adalah faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri adalah kemandirian. Remaja yang telah mandiri secara
emosional tentunya akan merasa yakin dan percaya diri dalam menentukan
tujuan hidup sehingga individu tidak perlu mengandalkan pemikiran orang
4 Goel, M. & Aggrawal, P. A “Comparative Study of Single Child and Child with
Sibling”, h. 98
18
lain untuk mendukung tindakan yang akan dilakukannya.5 Sedangkan
Nickerson A. B. dan Nagle R. J. (2005) berpendapat bahwa:
“Factor influences the self confidence is parent attachment. The results
show that a child who has safe attachment will more competent, emotional
healthy, the confidence and social capability better than child who has
afraid attachment.”
Arti pernyataan tersebut adalah faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri adalah Parent Attachment. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa anak yang memiliki pola attachment yang aman akan
lebih kompeten, sehat secara emosional, percaya diri dan memiliki
kemampuan sosial yang lebih baik dibandingkan anak dengan pola
attachment yang mencemaskan.6
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa keluarga,
baik itu orang tua maupun saudara kandung memiliki peran penting dalam
menumbuhkan rasa percaya diri. Selain itu, teman sebaya juga ikut
berperan dalam pembentukkan rasa percaya diri. Hal ini tentunya sangat
mungkin terjadi mengingat seorang anak lebih banyak berinteraksi
bersama keluarga dan teman sebayanya.
Lingkungan anak yatim piatu dengan yang bukan yatim piatu tentu
berbeda, hal tersebut juga akan mempengaruhi kepercayaan diri mereka.
Dengan latar belakang yang berbeda, anak yatim piatu akan lebih
merendahkan diri mereka dengan status yatim piatu yang mereka sandang.
5 Noom, M. J., Decovic, M., & Meeus, W. (2001). “Conceptual Analysis and
Measurement of Adolescent Autonomy”. Journal of Youth and Adolescence, 30 (5), 577. 6 Nickerson, A. B., & Nagle, R. J. (2005). "Parent and Peer Attachment in Late Childhood
and Early Adolescense". The Journal of Early Adolescence, no. 25 (2), h. 223
19
Karena mereka merasa memiliki harta dasar yang tidak sempurna, yakni
keluarga.
Sedangkan hal yang sama-sama dimiliki oleh anak yatim piatu dan
bukan yatim piatu adalah bimbingan agama. Anak bukan yatim piatu
mendapatkan bimbingan agama dari orang tua mereka, sedangkan anak
yatim piatu mendapatkan bimbingan agama dari yayasan yatim piatu.
Maka dalam skripsi ini akan dibahas lebih dalam pengaruh bimbingan
agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu.
3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Shrauger dan Schohn mengemukakan aspek yang terkandung
dalam kepercayaan diri antara lain: 7
a. Academic, merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang
mengenai kelebihan dirinya atas kemampuan intelektual yang dapat
dilihat dari prestasi di bidang akademik.
b. Appearance, merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang
mengenai penampilan fisik yang dianggap lebih unggul dari orang lain.
c. Athletics, merupakan perasaan atau keyakinan yang dimiliki seseorang
mengenai kemampuannya dalam bidang olah raga yang ditunjukkan
dengan sikap antusias terhadap olahraga.
d. Romantic, merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terkait
dengan kemudahan dalam memperoleh teman atau pasangan.
7 Shrauger & Schohn, “Self Confidence in Collage Students: Conceptualization,
measurement, and behavioral implications”, h. 278
20
e. Social, adalah suatu keyakinan seseorang terhadap kemampuannya
untuk membangun relasi dengan orang lain dan perasaan nyaman untuk
berada di sekitar orang banyak.
f. Speaking, merupakan keyakinan seseorang bahwa ia memiliki
kemampuan untuk berbicara di depan umum dengan baik dan mampu
mengekspresikan dirinya secara efektif.
g. General, yaitu suatu perasaan percaya diri yang menjadikan seseorang
merasa bahwa dirinya cakap, memiliki kemampuan untuk menjadi
sukses, dan bisa mengatasi berbagai persoalan dengan kemampuannya
sendiri.
h. Mood, merupakan keadaan jiwa yang memungkinkan seseorang merasa
bahwa dirinya lebih baik. Mood yang stabil dapat membuat seseorang
terus merasa bahwa dirinya dalam keadaan baik. Meskipun ia sedang
menghadapi sebuah permasalahan, ia akan tetap yakin bahwa dengan
kemampuannya ia dapat mengatasi hal tersebut.
B. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Bimbingan dalam istilah lain disebut guidance. Kata guidance
adalah dari kata kerja to guide, artinya menunjukkan, membimbing, atau
menuntun orang lain yang membutuhkan. Jadi pengertian bimbingan
secara harfiah adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang
21
lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya masa kini dan masa
mendatang.8
Namun secara istilah ada beberapa pendapat, diantaranya menurut
Drs. Bimo Walgito bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang
diberikan individu-individu atau sekumpulan individu-individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya
agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya.
Sedangkan menurut Rahman Natawijaya yang dikutip lagi oleh
Drs. Juhana Wijaya yang berjudul “Psikologi Bimbingan”, bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu-individu yang
dilakukan secara terus menerus (continue) supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan
berperilaku wajar sesuai dengan ketentuan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat.9
Pengertian agama menurut Prof. K.H M. Taib Thahir Abdul Muin
adalah peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai
akal memegang peraturan Tuhan dengan kehendaknya sendiri untuk
mencapai kebahagiaan hidup dan kebahagiaan kelak di akhirat.10
Dalam skripsi ini penelitian difokuskan pada bimbingan agama
Islam, karena seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa agama Islam
8 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1982), h. 1 9 Juhana Wijaya. Psikologi Bimbingan. (Bandung: Enerco, 1983). h. 11.
10 Asian Hady. Pengantar Filsafat Agama. (Jakarta: Rajawali Press, 1986). h. 7.
22
merupakan agama yang menanamkan kepercayaan diri pada orang-orang
yang beriman. Selain itu, Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya
Depok yang menjadi objek penelitian melakukan bimbingan dengan
landasan agama Islam.
Agama Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh
manusia. Agama Islam merupakan agama yang terakhir dan
penyempurnaan dari agama-agama terdahulu.11
Berdasarkan konsep pengertian bimbingan keagamaan, baik yang
umum maupun yang Islami, maka bimbingan agama Islam dapat
dirumuskan sebagai proses pemberian bantuan terhadap individu agar
dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.12
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama
Bimbingan agama selain perlu dilakukan terhadap orang lain, juga
harus dilakukan kepada dirinya sendiri. Karena bimbingan agama yang
akan menjadi pondasi kehidupan setiap manusia. Bila pondasi kehidupan
seseorang kuat, maka bangunan kehidupannya-pun akan kuat termasuk
kepercayaan diri yang dimiliki.
11
Chabib Thoha. Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 97. 12
Aunur Rahim Faqih. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. (Yogyakarta: UII Press.
2001), h. 61.
23
Tugas untuk saling membimbing dan menasehati dalam kebenaran,
seperti bimbingan agama telah dijelaskan dalam Firman Allah SWT pada
Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104:
عروف وينه ولتكن منكم
ة يدعون إل اخلري ويمرون بمل ولتكن منكم أمة يدعون إل اخلري نكر أم
عروف وينهون عن امل
وأولئك ويمرون بمل
فلحون
هم املArtinya:“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan dan menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang
beruntung”. (Q.S. Al Imran: 104)
Di samping itu ayat di atas memberikan petunjuk bahwa
bimbingan keagamaan ditujukan terutama kepada kesehatan jiwa, karena
ini merupakan pedoman yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia
untuk mencapai suatu kebahagiaan dan ketenangan batin. Dengan
demikian, terlihat bahwa bimbingan keagamaan memiliki banyak fungsi,
antara lain :
a. Menjadi pendorong (motivasi) bagi yang terbimbing agar timbul
semangat.
b. Menjadi pemantap (stabilisator) dan penggerak (dinamisator) untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki dengan motivasi ajaran agama.
Sehingga segala tugas dilaksanakan dengan dasar ibadah kepada Tuhan.
24
c. Menjadi pengarah (direktif) bagi pelaksaaan program bimbingan dan
penyuluhan agama, sehingga wadah pelaksanaan program yang
kemungkinan menyimpang akan dapat dihindari13
.
Dengan adanya fungsi sebagai motivasi, stabilisator, dinamisator
dan direktif maka bimbingan agama mampu mendongkrak segala aspek
kehidupan manusia untuk mencapai keberhasilan dunia dan akhirat. Salah
satu aspek yang mendukung keberhasilan adalah kepercayaan diri. Maka
dapat dipahami bahwa kepercayaan diri yang diperintahkan agama Islam
diiringi dengan bimbingan agama akan mampu mendamping manusia
menuju keberhasilan.
3. Unsur-unsur Bimbingan Agama
Bimbingan agama merupakan satu kesatuan dari berbagai aspek
agama, dalam hal ini agama Islam. Agama Islam sendiri terdapat beberapa
unsur pembentuk diantaranya aqidah, syariah, ibadah dan muamalah.
Demikian pula dengan bimbingan agama. Ada beberapa unsur dalam
bimbingan agama antara lain:
a. Penyuluh
Penyuluh adalah orang yang mempunyai kewenangan
(kompetensi) untuk melakukan Bimbingan dan Konseling Islam.14
Penyuluh merupakan orang yang memiliki pengetahuan dan berbagai
cara psikologis yang selalu ada dalam proses tersebut.
13
Arifin dan Kartikawati. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1995), h. 7 14
Farid, Imam Sayuti, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama
Sebagai Teknik Dakwah, (Surabaya : Fakultas Dakwah IAIN Surabaya, 1997), h.14.
25
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa penyuluh adalah
orang yang memiliki pengetahuan dan kewenangan untuk melakukan
Bimbingan dan Konseling Islam dalam berbagai cara untuk
menyelesaikan masalah.
b. Terbimbing
Terbimbing adalah seseorang atau sekelompok orang yang
sedang mengalami atau menghadapi masalah dimana seseorang tersebut
tidak mampu untuk mengatasi masalahnya sendiri tanpa adanya bantuan
orang lain baik kesulitan itu bersifat rohaniah maupun jasmaniah.
Terbimbing merupakan orang yang perlu memperoleh
perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. terbimbing
adalah orang yang hadir ke penyuluh dan kondisinya dalam keadaan
cemas atau tidak kongruensi.15
c. Masalah
Pengertian masalah dari perspektif bimbingan agama sendiri
adalah ketidakseimbangan batin yang disebabkan oleh adanya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Adapun masalah ini dapat
muncul dari beberapa faktor atau bidang kehidupan, diantaranya:
pernikahan, keluarga, pendidikan, sosial(kemasyarakatan), pekerjaan
dan bidang keagamaan.16
Unsur-unsur bimbingan agama tersebut merupakan rukun
terbentuknya bimbingan agama. Bila tidak terdapat salah satu unsur
15
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2006), h. 51. 16
Musnamar, Thohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami,
(Jakarta: UII Press: 1992), h. 41 – 42.
26
tersebut maka bimbingan agama sulit untuk dapat diaplikasikan. Untuk
memaksimalkan hasil bimbingan agama, diperlukan kerjasama yang baik
antara penyuluh dan terbimbing dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan menggunakan pedoman agama yakni Al-Qur’an dan
Hadits.
4. Langkah-langkah Bimbingan Agama
Dalam memberikan bimbingan agama dikenal adanya langkah-
langkah sebagai berikut:17
a. Identifikasi Kasus, yaitu langkah untuk mengumpulkan data ke
berbagai macam sumber yang berfungsi untuk mengetahui kasus
beserta gejala-gejala yang nampak.
b. Diagnosa, yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi
terbimbing beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang
dilakukan merekalah mengumpulkan data dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data.
c. Prognosa, yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa
yang dilaksanakan untuk membimbing terbimbing. Langkah prognosa
ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu
setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya.
d. Terapi, yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau Bimbingan dan
Konseling. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang
ditetapkan dalam langkah prognosa.
17
Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and Counseling), (Bandung:
CV. Ilmu : 1975), h. 47 – 49.
27
e. Evaluasi dan Follow up, yaitu langkah untuk menilai atau mengetahui
sampai sejauh manakah terapi yang telah dilakukan telah mencapai
hasilnya.
Bila penerapan langkah-langkah bimbingan agama telah
dilaksanakan dengan baik dan runut, maka pemecahan masalah yang
dihadapi akan memperoleh hasil dan solusi terbaik. Namun, bila langkah-
langkah tersebut ada yang diabaikan maka maksimalisasi hasil bimbingan
agama akan sulit terlaksana.
5. Metode Bimbingan Agama
Dalam peraturan Menteri Pertanian No. 52/Permentan/ OT.140/
12/2009 menyebutkan bahwa metode penyuluhan berdasarkan teknik
komunikasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu metode penyuluhan langsung
dan metode penyuluhan tidak langsung.
Metode penyuluhan langsung, yaitu penyuluhan yang dilakukan
melalui tatap muka dan dialog langsung antara penyuluh dengan pelaku
utama dan pelaku usaha melalui demonstrasi, kursus tani dan obrolan sore.
Sedangkan metode penyuluhan tidak langsung, yaitu penyuluhan yang
dilakukan melalui perantara (media komunikasi) seperti: pemasangan
poster, penyebaran brosur/leaflet/majalah, siaran radio, televisi, pemutaran
slide dan film.18
18
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2009 tentang “Metode Penyuluhan
Pertanian”, diakses pada 25 Juni 2015 dari www.pertanian.go.id
28
Berbeda dengan metode penyuluhan versi kementerian pertanian,
metode pembimbingan agama dalam penyampaian materi dapat dilakukan
dengan beberapa cara19
:
a. Metode ceramah, yaitu metode yang biasa disebut tabligh atau khutbah.
Keduanya memiliki kesamaan makna, tetapi tetap memiliki ciri khas.
Metode ceramah biasanya menggunakan media mimbar dan pengajian.
b. Metode wisata religi, metode ini lebih dikenal dengan istilah wisata
ziarah, yaitu dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Dengan
kunjungan tersebut diharapkan mampu menjadi ladang instropeksi diri
dan pemicu semangat bagi para terbimbing.
c. Metode tanya jawab, yaitu metode dengan ciri keterlibatan aktif
terbimbing untuk mengungkapkan hal-hal yang masih belum dipahami
atau menjadi permasalahan.
d. Metode diskusi kelompok atau Foccus Group Discussion (FGD), yaitu
metode yang mirip dengan tanya jawab. Perbedaan metode diskusi
kelompok dengan tanya jawab, yaitu metode tanya jawab hanya
menerima keterlibatan terbimbing sebatas bertanya dan penyuluh
menjawab. Sedangkan metode diskusi kelompok terbimbing tidak
hanya bertanya kepada penyuluh, tetapi juga bersama-sama dengan
penyuluh dan anggota kelompok diskusi lainnya menuntaskan suatu
pokok kajian.
19
Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluh Sosial Keagamaan,
(Jakarta: UIN Jakarta, 2014), h. 16.
29
e. Metode demontrasi terplot, yaitu metode untuk menyampaikan hal-hal
yang sifatnya praktis dan memerlukan penjelasan secara demonstratif.
Metode ini memerlukan model yang tepat agar materi dpat dipahmi
sasaran. Dalam ajaran Islam, contohnya seperti praktik wudlu, sholat,
atau manasik haji.
f. Metode konseling, yaitu metode penyuluhan itu sendiri. Namun dalam
hal ini konseling menjadi metode tertentu dalam penyuluhan agama,
dimana penyuluh agama dalam hal ini menjadi pembimbing agama atau
konselor spiritual. Penyuluhan model ini lebih bersifat konsultatif, atau
terapi bagi terbimbing. Jika pada metode-metode sebelumnya penyuluh
memerantan fungsi edukatif dan preventif, maka pada metode ini
penyuluh memerankan fungsi konsultatif dan kuratif.
g. Metode peragaan yang biasanya menggunakan media wayang, baik
wayang golek, wayang kulit maupun wayang orang.
Berdasarkan penjelasan metode-metode penyuluhan versi Rini
Laili Prihatini, maka yang dimaksud dalam skripsi ini adalah metode
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi kelompok dan
metode konseling.
30
C. Anak Yatim Piatu
1. Pengertian Anak
Pengertian anak secara umum dipahami masyarakat adalah
keturunan kedua setelah ayah dan ibu.20
Sekalipun dari hubungan yang
tidak sah dalam kaca mata hukum, Ia tetap dinamakan anak, sehingga
dalam definisi ini tidak dibatasi dengan usia.
Dalam GBHN telah dijelaskan bahwa anak merupakan generasi
penerus bangsa dan sumber insan bagi pembangunan nasional, maka harus
diperhatikan dan dibina sedini mungkin agar menjadi insan yang
berkualitas dan berguna bagi bangsa. Dan walaupun anak dilahirkan oleh
orangtua, namun pada hakikatnya anak merupakan individu yang berbeda
dengan siapapun, termasuk dengan kedua orangtuanya. Bahkan anak
mempunyai takdirnya sendiri yang belum tentu sama dengan
orangtuanya.21
2. Karakteristik Anak
Adapun Karakteristik anak diantarnya adalah:22
a. Masa Sekolah Dasar
1) Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung
antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya mereka duduk di
kelas 1, 2 dan 3.
20
WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992),
hlm. 38-39. 21
M. Nipan Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001),
hlm. 21. 22
Purwanti “Karakteristik Anak”, diakses pada 25 september 2015 Pkl 13.00 WIB dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KARAKTERISTIK/html.
31
2) Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung
antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk
dikelas 4, 5 dan 6.
b. Ciri-ciri Anak Masa Kelas Rendah
1) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi
sekolah.
2) Suka memuji diri sendiri.
3) Jika tidak dapat menyelesaikan suatu tugas ataupun pekerjaan
maka hal itu dianggap tidak penting.
4) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain jika hal itu
menguntungkan dirinya.
5) Suka meremehkan orang lain.
c. Ciri Khas Anak Masa Kelas Tinggi
1) Perhatainya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari.
2) Ingin tahu, ingin belajar dan realisasi.
3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi belajarnya di sekolah.
5) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup
untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri
dalam kelompoknya.
d. Perkembangan Kognitif
1) Usia SD masuk pada tahap operasional konkret.
32
2) Anak mampu berpikir logis.
3) Memahami konsep percakapan.
4) Mengorganisasikan objek ke dalam klasifikasi.
5) Mampu mengingat, memahami dan memecahkan masalah
yang bersifat konkret.
e. Perkembangan Fisik
1) Pertumbuhan fisik ditandai dengan: lebih tinggi, lebih berat,
dan lebih kuat. Peran gizi pentibng.
2) Perubahan pada sistem tulang, otot dan keterampilan gerak:
berlari, memanjat, melompat, berenang, naik sepada, main
sepatu roda.
3) Kegiatan fisik sangat perlu untuk melatih koordinasi dan
kestabilan tubuh dan energi yang tertumpuk perlu penyaluran.
f. Perkembangan Bahasa
1) Bertambahnya kosa kata.
2) Menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain
dan menghasilkan deskripsi serta menghasilkan narasi cerita.
3) Keahlian membaca mulai berkembang.
4) Anak perempuan lebih banyak berbicara dibandingkan anak
laki-laki.
g. Perkembangan moral
1) Kemampuan anak memahami aturan, norma dan etika
dimasyarakat.
33
2) Prilaku moral banyak dipengaruhi pola asuh orangtua dan
prilaku orang sekitar.
3) Bermain dengan teman sebaya merupakan sarana untuk
mengembangkan moralitas.
h. Kegiatan Bermain
1) Kegiatan sekolah mengurangi waktu bermain dari pada masa
sebelumnya.
2) Ditunjang dengan: Televisi, radio dan buku bacaan.
3) Bermain kelompok lebih banyak disukai karna dapat
memberikan pengalaman berharga.
4) Permainan konstruktif lebih memacu timbulnya kreativitas
anak.
i. Teman Sebaya
1) Pada umumnya teman sebaya terdiri dari teman disekolah dan
teman di luar rumah.
2) Penmgaruh positif seperti pengembangan konsep diri dan
pembentukan harga diri. Sedangkan pengaruh negatif seperti
membolos, merokok, dan mencuri.
3) Integritas, keterikatan dalam kelompok tinggi.
4) Kegiatan yang dilakukan bersama seperti belajar, bermain,
masak-masak, dan melihat pertunjukan
j. Tugas Perkembangan
34
1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan
permainan.
2) Belajar membentuk sikap positif yang sehat terhadap dirinya
sendiri sebagai makhluk biologis (dapat merawat kebersihan
dan kesehatan diri).
3) Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung.
6) Belajar mengembangkan konsep (agama, ilmu pengetahuan,
dan adat istiadat) sehari-hari.
7) Belajar memperoleh kata hati (pemahaman tentang salah-
benar, baik-buruk).
8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap
mandiri).
9) Belajar mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan
sosial.
10) Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.
3. Pengertian Yatim Piatu
Anak yatim piatu merupakan anak yang bapaknya meninggal dunia
tetapi mereka belum mengalami mimpi yang membuat air mani pertama
dan apabila anak sudah mencapai belia lepaslah ia sebagai sebutan anak
35
yatim.23
Sedangkan, menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, yatim
adalah anak yang tidak berayah lagi (karena ditinggal mati), sedangkan
yatim piatu adalah anak yang sudah tidak berayah dan beribu lagi.24
Sedangkan menurut “Ensiklopedia Islam”, yatim (menunjukkan
pelaku jamak yatam atau aitam) yaitu anak yang bapaknya telah
meninggal dan belum baligh (dewasa), baik ia kaya atau miskin, laki-laki
atau perempuan. Adapun anak yang bapak dan ibunya telah meninggal
termasuk juga dalam kategori yatim dan biasanya disebut yatim piatu.
Istilah piatu ini hanya dikenal di Indonesia, sedangkan dalam literature
fiqh klasik hanya dikenal istilah yatim saja.25
Menurut pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa yatim
piatu adalah anak yang ditinggal mati orang tuanya (ayah, ibu atau
keduanya) dalam keadaan belum baligh.
4. Ajaran Islam tentang Perlakuan Tehadap Anak Yatim Piatu
Dalam ajaran Islam posisi anak yatim piatu mendapat perhatian
yang sangat besar. Hal ini terlihat dalam Al-Qur’an Surat An Nisaa ayat 2
yang berbunyi:
لوا اخلبيث بلطيب وال تكلوا أموالم إل وآت وا الي تامى أموالم وال ت ت بد أموالكم إنه كان حوبا كبرياا
Artinya: “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh)
harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang
23
M.Nur Abdul Hafiz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Mizan, 1997),
Cet. Ke-2, h. 101. 24
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, h. 1015. 25
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Van Hoven, 1999), Cet. Ke-3, h.
206.
36
buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu.
Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu,
adalah dosa yang besar". (QS. An Nisaa: 2)
Asbabun Nuzul atau sebab turunnya ayat tersebut dilatarbelakangi
dengan banyaknya kejadian di kalangan orang-orang yang apabila
menguasai anak yatim memiliki harta, selalu diputarbalikan. Mereka biasa
mengambil kambing yang gemuk milik anak yatim, kemudian diganti
dengan kambing yang kurus. Apabila mereka mendapat teguran dijawab,
"Aku mengambil (meminjam) kambing sudah aku kembalikan dengan
kambing pula". Demikian juga harta benda lainnya.
Sehubungan dengan perbuatan mereka itu, Allah SWT
menurunkan ayat kedua surat An Nisaa sebagai teguran terhadap mereka.
Selain itu, mengabarkan pula bahwa yang mereka lakukan terhadap anak
yatim itu adalah dosa besar.26
Di dalam Al-Qur’an surat An Nisaa ayat 2 dan terjemahannya
memiliki kandungan bahwa setiap umat Islam agar mencurahkan kasih
sayang, membantu, mendidik serta memelihara hak anak yatim. Berbuat
baik kepada anak yatim merupakan salah satu tanda dari keimanan
seseorang. Oleh sebab itu kepedulian terhadap anak yatim merupakan
kewajiban sosial dalam Islam.
26
A. Mujab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Qur'an, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002). Cet. Ke-1, h.205.
37
Dorongan untuk menyantuni anak yatim di antara ayat-ayat Al-
Qur’an yang berisi motivasi untuk menyantuni anak yatim, sebagaimana
firman Allah dalam An Nisaa ayat 36 yang berbunyi sebagai berikut:
ئاا وبلوالدين إحسانا وبذي القرب والي تامى واعبدوا الل وال تشركوا به ش ي احب بلنب وابن والمساكني والار ذي القرب والار النب والص
ب من كان متاال فخو بيل وما ملكت أيانكم إن الل ال ي )٦٣ (رااالس
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun, dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri.” (QS. An Nisaa: 36)
Lebih dari itu, Allah menyatakan bahwa orang yang memakan
harta anak yatim adalah orang yang telah melakukan dosa besar. Hal ini
tercantum dalam Al-Qur’an surat An Nisaa ayat 10 yang berbunyi sebagai
berikut: ا يكلون ف بطونم نراا وسيصلون سعرياا ا إن يكلون أموال الي تامى ظلما
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim
secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-
nyala (neraka)." (QS. An Nisaa: 10)
Selain itu, dalam Islam pemeliharaan dan pembinaan anak yatim
bukan terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik, seperti harta. Tetapi secara
umum juga mencakup hak hal-hal yang bersifat psikis. Sebagaimana
38
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Adh-Dhuhaa ayat 9 yang
berbunyi sebagai berikut:
ا اليتيم فال ت قهر فأم
Artinya:"Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang”. (QS. Adh-Dhuha: 9).
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang dapat
memberikan informasi sesuai dengan objek yang diteliti, yaitu pembimbing
agama dan anak-anak yatim atau yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi
Sukmajaya Depok. Sedangkan objek penelitian adalah keseluruhan
permasalahan yang dibicarakan dalam penelitian1, dalam hal ini adalah
pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Yayasan Daarul Fattaah Assalafi
yang beralamat di Jalan H. Japat Lingkungan Cipayung RT 05 RW 01 Kel.
Abadijaya Kec. Sukmajaya Kota Depok. Lokasi ini dipilih dengan alasan:
a. Salah satu yayasan yatim piatu di kota Depok yang memberikan
bimbingan agama secara konsisten dan mendalam.
b. Adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang dimiliki peneliti.
Adapun waktu penelitian dalam penulisan skripsi ini dimulai dari
bulan Maret sampai dengan Juni 2015.
1 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 135.
40
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif yakni penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui
variabel-variabel penelitian dalam angka dan melalui analisis data dengan
menggunakan statistik atau permodelan matematis.2
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian
kepustakaan yaitu penelitian dengan jalan membaca dan menelaah buku-buku serta
bahan-bahan bacaan lainnya untuk mengumpulkan data-data dan teori yang erat
hubungannya dengan masalah yang dibahas.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah serumpun atau sekelompok subjek yang menjadi sasaran
penelitian.3 Sesuai dengan pembahasan pada skripsi ini, maka populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh anak yatim atau yatim piatu Yayasan Daarul Fattah
Assalafi Sukmajaya Depok sebanyak 50 orang. Sedangkan sampel adalah bagian dari
kumpulan objek penelitian (populasi) yang dipelajari dan diamati.4 Namun, sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh anak yatim atau yatim piatu Yayasan Daarul
Fattah Assalafi Sukmajaya Depok, karena secara statistik dinyatakan bahwa
2 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, ( Jakarta: PT. Elek Media
Komutindo, 2004), h. 34. 3 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010),
h. 99. 4 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1994), h.78.
41
penyebaran populasi yang tidak diketahui, maka minimum sampel dengan batas
terendah untuk mewakili adalah 30 orang atau lebih ( 30 ≥).5
Sampling probabilitas adalah teknik pengambilan sampel yang
mempertimbangkan peluang atau kemungkinan terambilnya sampel tersebut untuk
penelitian. Teknik sampling ini pada umumnya digunakan untuk statistik inferensial
yang menggunakan uji hipotesis (dugaan) berdasarkan perumusan masalah penelitian
yang disusun melalui observasi empiris dan/atau kajian penelitian sebelumnya.
Teknik pengambilan sample dengan sampling probabilitas terdiri dari random
sampling (simple random sampling dan systematic sampling), stratified random
sampling, dan cluster sampling.6
Pada skripsi ini menggunakan simple random sampling, karena setiap anggota
dari populasi adalah homogen (memiliki karakteristik yang sama) dan jumlah
populasi kecil. Asumsi yang harus dipenuhi dalam simple random sampling adalah:
1. Terdapat kerangka sampling (daftar nama semua anggota populasi)
2. Karakteristik anggota sampling satu dengan sampling lain harus homogeny
(identik).
3. Setiap anggota sampling harus memiliki probabilitas yang sama untuk
terambil.
5 J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), h. 239.
6 Santosa dan Ayat Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi. (Jakarta:
Gramedia, 2011), h.58-59
42
Penghitungan jumlah sampel:7
[
]
Diketahui:
N (Jumlah populasi) : 50 orang
d (bound of error) : 0.1 atau 10% (ditentukan oleh periset)
t (tingkat kepercayaan) : 1,96 (diperoleh dari tabel t statistik dengan tingkat
kepercayaan 95% yang ditentukan oleh periset)
p dan q : 50% ; 50% (ditentukan oleh periset)
Rumus dasar penentuan jumlah sampel adalah:
[
]
[
]
Jadi jumlah sampel yang harus digunakan adalah 33 orang.
7 Santosa dan Ayat. Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi, h.60
43
Setelah diperoleh jumlah sampel yang harus diambil melalui perhitungan,
maka langkah selanjutnya adalah mengambil sampel yang diperlukan dari
populasinya melalui teknik sample random. Dengan tahapan sebagai berikut:
1. Membuat kerangka sampel dari daftar seluruh anak yatim piatu Yayasan
Daarul Fattah Assalafi yang diteliti.
2. Daftar nama tersebut dibuat dalam bentuk kupon dan kemudian kupon riset
tersebut diambil secara acak.
Tabel 3.1 Daftar Anak Yayasan Yatim Piatu Daarul Fattah Assalafi
No Nama Jenis
Kelamin
Usia Tingkat
Pendidikan
Kediaman
1 Abdus Salam Laki-laki 20 thn SLTA Yayasan
2 Ardiansyah Laki-laki 14 thn SLTP Yayasan
3 M. Syariat Laki-laki 15thn SLTP Yayasan
4 Sauri Putra Laki-laki 17thn SLTA Yayasan
5 Muhidin Laki-laki 15thn SLTP Yayasan
6 M. Nurul Imam Laki-laki 18thn SLTA Yayasan
7 M. Khodam Laki-laki 11thn SD Yayasan
8 Joni Adabi Laki-laki 13thn SLTP Yayasan
9 M. Aditya Laki-laki 15thn SLTP Yayasan
10 M. Irhas Laki-laki 14thn SLTP Yayasan
11 Habib Tohir Laki-laki 18thn SLTA Yayasan
12 Mulyana S. Laki-laki 12thn SD Yayasan
13 Muhamad Suaib Laki-laki 10thn SD Yayasan
14 Ahmad Amin Laki-laki 16thn SLTA Yayasan
15 Zakaria Laki-laki 16thn SLTA Yayasan
16 Surya Laki-laki 10thn SD Yayasan
17 Komarudin Laki-laki 13thn SLTP Yayasan
18 Roni Laki-laki 17thn SLTA Yayasan
19 Asep Saepuddin Laki-laki 10thn SD Yayasan
20 Zayadi Laki-laki 11thn SD Yayasan
21 Muhamad Firdaus Laki-laki 18thn SLTA Yayasan
22 Iqbal Laki-laki 12thn SD Yayasan
44
23 Ghazali Laki-laki 10thn SD Yayasan
24 Ahmad Bisri Laki-laki 18thn SLTA Yayasan
25 Agung Laki-laki 11thn SD Yayasan
26 Adi Darmawan Laki-laki 11thn SD Yayasan
27 Ahmad Syafiq Laki-laki 14thn SLTP Yayasan
28 Haris Laki-laki 14thn SLTP Yayasan
29 Maulana Malik Laki-laki 14thn SLTP Yayasan
30 Muhamad Irham Laki-laki 14thn SLTP Yayasan
31 Raihan Laki-laki 15thn SLTP Yayasan
32 Iwan Setiawan Laki-laki 16thn SLTP Yayasan
33 Yoga Syaputra Laki-laki 15thn SLTP Yayasan
34 Siti rifa’ah Perempuan 14thn SLTP Rumah
35 Putri Arini Perempuan 15thn SLTP Rumah
36 Fatma Perempuan 15thn SLTP Rumah
37 Siska Perempuan 15thn SLTP Rumah
38 Zahra Perempuan 17thn SLTA Rumah
39 Sa’adah Perempuan 11thn SD Rumah
40 Mahwiyah Perempuan 10thn SD Rumah
41 Jamiilah Perempuan 10thn SD Rumah
42 Syafitri Perempuan 10thn SD Rumah
43 Siti Saima Perempuan 14thn SLTP Rumah
44 Nida Perempuan 14thn SLTP Rumah
45 Nurhasanah Perempuan 14thn SLTP Rumah
46 Sarinah Perempuan 12thn SD Rumah
47 Nia Rahmawati Perempuan 15thn SLTP Rumah
48 Kiki Amelia Perempuan 14thn SLTP Rumah
49 Rahma Perempuan 14thn SLTP Rumah
50 Rafiah Perempuan 14thn SLTP Rumah
Sumber: Dokumentasi Yayasan Daarul Fattah Assalafi 2015
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dengan jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 33 responden anak yatim piatu Yayasan Daarul Fattah Assalafi, sampel
yang tidak terpilih sebanyak 17 orang yaitu anak perempuan yang tinggal dirumahnya
masing-masing yang ditandai dengan shading pada tabel 3.1. Daftar Anak Yayasan
Yatim Piatu Daarul Fattah Assalafi.
45
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis
penelitian. F.N Kerlinger menyebutkan bahwa variabel sebagai sebuah konsep,
seperti halnya laki-laki dan perempuan dalam hal konsep jenis kelamin.8
Dengan kata lain, variabel dapat dikatakan segala sesuatu yang menjadi objek
penelitian lapangan yang menjadi perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel, yaitu kepercayaan diri anak yatim piatu (Y) sebagai variabel
dependent dan bimbingan agama (X1) sebagai variabel independent.
E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Adapun definisi operasional dan indikator dalam penelitian ini sebagai berikut
1. Bimbingan Agama adalah pemberian bantuan terhadap individu agar dalam
kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan Allah SWT,
sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dimensi variabel
bimbingan agama antara lain penyuluh, terbimbing dan masalah.
Indikator penelitian untuk variabel bimbingan agama adalah
Bimbingan Formal dan Bimbingan Non Formal. Dimana, sub-indikator untuk
bimbingan formal adalah mengaji Al-Qur’an dan mengaji kitab kuning.
Sedangkan sub-indikator untuk bimbingan non-formal adalah mengkaji
kepribadian.
8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), h.116
46
2. Kepercayaan diri adalah penilaian subjektif terhadap kemampuan diri sendiri
dalam konteks tertentu dan secara efektif dapat menangani berbagai situasi.
Dimensi pada variabel keparcayaan diri antara lain academic, apperance,
athletics, romantic, social, speaking, general dan mood.
Indikator penelitian untuk variabel kepercayaan diri adalah
Kepercayaan Diri Dari Dalam Diri dan Kepercayaan Diri Dari Luar Diri.
Dimana, sub-indikator untuk Kepercayaan Diri Dari Dalam Diri adalah
Mengenal Kepercayaan Diri Sendiri dan Rasa Optimisme Diri. Sub-indikator
untuk Kepercayaan Diri Dari Luar Diri adalah Kepercayaan Diri Sosial dan
Kemampuan Berbicara Depan Orang Lain.
F. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari orang atau
lembaga terkait dalam hal pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan
diri anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok.
Pada penelitian skripsi ini data primer diperoleh melalui kuesioner,
wawancara dan observasi.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan
tertuttup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
47
dikirim melalui pos atau internet.9 Sedangkan teknik pengumpulan data
dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati
tidak terlalu besar.10
2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur
kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lain yang berkaitan dengan
materi pada masalah penelitian ini. Data sekunder dalam skripsi ini disebut
juga dokumentasi.
Dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.11
Penulis skripsi ini
mendokumentasikan kegiatan yayasan Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya
Depok, kegiatan bimbingan agamanya dan mencari dokumen-dokumen
tertulis lain yang relevan dengan kebutuhan penelitian.
9 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Penerbit Alfa Beta, 2001), h.199.
10 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,h. 203.
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 200), edisi revisi ke-4, h. 236.
48
G. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam studi ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan didesain
berdasarkan skala likert yang berisikan sejumlah pernyataan yang menyatakan objek
yang hendak diungkap. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Data ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan 5 kategori penelitian
dan masing-masing kategori tersebut diberi bobot sebagai berikut 12
:
Tabel 3.2 Skala Likert
Pilihan Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
Tidak
Setuju
(TS)
Ragu-
Ragu
(RR)
Setuju
(S)
Sangat
Setuju
(SS)
Fav 1 2 3 4 5
Un Fav 5 4 3 2 1
Sumber: Santoso, 2004.
H. Konstrusi Instrumen
Kuesioner atau angket sebagai intrumen alat bantu dalam penelitian skripsi ini
memiliki konstruksi yang berdasarkan teori-teori yang terkait dengan bimbingan
agama dan kepercayaan diri anak yatim piatu.
12
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elek Media
Komutindo, 2004. h.56.
49
1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur
apa yang ingin diukur. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam
pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus
mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan
teruji validitasnya, dalam prakteknya belum tentu data yang terkumpulkan
adalah data yang valid.
Validitas data yang akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu
diwawancara. Bila sewaktu menjawab semua pertanyaan responden merasa
bebas tanpa ada rasa malu atau rasa takut, maka data yang diperoleh akan
valid dan reliabel, tetapi bila si responden merasa malu, takut, dan
cemasakan jawabannya, maka besar kemungkinan dia akan memberikan
jawaban yang tidak benar.
Teknik validitas yang digunakan dalam skripsi ini adalah validitas
Pearson (product moment). Teknik validitas ini digunakan karena data yang
digunakan adalah data ordinal atau skor. Teknik analisis dalam validitas
pearson, yaitu dengan mengkorelasi masing-masing item dalam satu variabel
dengan total variabel tersebut.13
Dengan bantuan aplikasi SPSS dan teknik
validitas Pearson akan menghasilkan output, yang mana bila nilai koefisien
validitas diatas 0,3 maka dapat disimpulkan pertanyaan atau pernyataan
dalam kuesioner adalah valid.
13
Santosa dan Ayat. Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi, h.122
50
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setiap pengukur
seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang
konsisten. Semakin kecil kesalahan pengukuran, maka reliabel alat pengukur.
Sebaliknya makin besar kesalahan pengukur, makin tidak reliabel alat
pengukur tersebut.
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas adalah besarnya nilai
Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha semakin mendekati 1 berarti
semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya. Nilai Cronbach’s Alpha
lebih kecil dari 0,60 dikategorikan reliabilitasnya kurang baik. Adapun
reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai
Alpha Cronbach lebih besar dari 0.7 – 0.89, standarisasi reliabilitas ini
didasarkan pada kaidah reliabilitas Guilford.14
Tabel 3.3
Kaidah Reliabilitas Guilford
Koefisien Kriteria
< 0.2 Tidak Reliabel
0.2 – 0.39 Kurang Reliabel
0.4 – 0.69 Cukup Reliabel
0.7 – 0.89 Reliabel
> 0.9 Sangat Reliabel
Sumber: Santosa dan Ayat, 2011
14
Santosa dan Ayat, Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi. h. 136.
51
I. Teknik Analisis Data
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
bimbingan agama terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu. Untuk itu, penulis
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data hasil kuesioner (angket), kemudian
dianalisis menggunakan SPSS versi 19 untuk mengetahui pengaruh bimbingan agama
terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu dengan menggunakan analisis regresi.
Analisis regresi bertujuan menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas
(independent) terhadap variabel terikat (dependent). Regresi linier dikelompokkan
menjadi 2 kelompok yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda.
Perbedaaan ini berdasarkan jumlah variabel bebasnya, jika variabel bebas hanya 1
(satu) maka disebut linier sederhana, jika variabel bebasnya lebih dari 1 (satu) maka
disebut linier berganda.15
Pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
sederhana.
1. Uji Normalitas
Data berdistribusi normal adalah data yang memiliki pola sebaran
mengikuti pola normal, yang bentuk sebarannya cenderung merata. Data yang
berdistribusi normal memiliki bentuk distribusi menyebar pada sekitar
reratanya. Data yang memiliki distribusi normal distribusinya membentuk
seperti lonceng.
15
Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: Universitas
Atmajaya, 2009), h. 91
52
Tes normalitas sangat dibutuhkan, karena pada umunya uji asumsi
selalu mendasarkan kepada distribusi normal pada populasinya. Uji
normalitas diperlukan untuk data kecil kurang dari 50 bahkan kurang dari 30.
Untuk data berjumlah besar, uji normalitas data ini dapat diabaikan. Dengan
semakin besar jumlah sampel maka data tersebut akan cenderung mengikuti
distribusi normal. Jumlah sampel yang besar secara otomatis akan
meningkatkan kekuatan dalam mengurangi sampling error. Dengan demikian,
maka semakin besar jumlah sampel maka sampling error akan semakin kecil
sehingga pola distribusi data cenderung normal. Pada skripsi ini menggunakan
sampel sebanyak 33 orang, maka dari itu perlu dilakukan uji normalitas.
Hasil uji normalitas menggunakan aplikasi SPSS menghasilkan output
yang terdiri dari beberapa bagian, diantaranya:
a. N untuk menunjukkan jumlah sampel yang diambil dalam penelitian
b. Mean untuk menunjukkan nilai rata-rata (rerata) dari jumlah sampel
c. Std. deviation untuk menggambarkan penyimpangan data terhadap
reratanya.
d. Kolmogorov Smirnov-Z untuk menunjukkan nilai uji statistik dengan
menggunakan Kolmogorov Smirnov (KS). Dan untuk menguji
normalitas dapat membandingkan antara nilai KS dengan nilai tabel Z.
e. Nilai sig. untuk menguji hipotesis normalitas. H0 diterima atau data
berdistribusi normal jika memiliki nilai probabilitas lebih tinggi
dibandingkan dengan 0,05.
53
2. Analisis Regresi Linier Sederhana
Seperti telah diketahui bahwa skripsi ini menggunakan analisis regresi linier
sederhana, karena hanya ada satu variabel bebas yaitu bimbingan agama.
Sehingga bentuk persamaan regresi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 +ε i
Dimana:
Y = Kepercayaan diri anak yatim piatu
α = Elemen Konstanta
β1 = Koefisien regresi variabel independen
X1 = Bimbingan Agama
ε i = Suku kesalahan untuk tujuan perhitungan εi , diasumsikan 0
Hipotesis Statistik:
H0 = Tidak terdapat pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan
diri anak yatim piatu
Ha = Terdapat pengaruh bimbingan agama terhadap kepercayaan diri
anak yatim piatu
H0 : ᵝ1 = 0
Ha : ᵝ2 ≠ 0
H0 merupakan hipotesis awal, yang dalam hal ini menyatakan bahwa semua
parameternya sama dengan nol, sedangkan Ha merupakan hipotesis alternatif
yang menyatakan minimal ada satu parameter yang tidak sama dengan nol.
Statistik Uji:
Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial, dengan menganggap variabel lain bersifat
54
konstan atau digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang
signifikan antara variabel X1 dan variabel Y.
Kriteria Uji:
Bila thitung lebih besar dari pada ttabel maka Ha diterima, yang berarti terdapat
pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel
dependen. Dimana thitung diperoleh dari output hasil olah data pada SPSS
tepatnya pada Coefficients Table. Sedangkan ttabel diperoleh dari tabel t
dengan (t /2, df = n-2).16
3. Hasil Output SPSS
Pada hasil output SPSS untuk analisis regresi linier berganda terdapat
empat tabel, diantaranya Variable Entered/Removed, Model Summary,
ANOVA, dan Coefficients.
Tabel output Variables Entered/Remove menggambarkan mode yang
digunakan dalam proses perhitungan analisis regresi. Ada beberapa metode
yang digunakan dalam analisis regresi seperti metode enter, metode forward,
metode backward dan metode stepwise. Namun, dalam analisis regresi
sederhana tidak terdapat perbedaan hasil dengan menggunakan berbagai
metode tersebut.
Pada tabel Model Summary terdapat beberapa bagian, diantaranya R,
R Square, Adjusted R Square, dan Std. error. Berikut ini adalah penjelasan
dari bagian-bagian tersebut:
16
Santosa dan Ayat, Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi. h. 307
55
a. R menunjukkan koefisien korelasi antara variabel X secara keseluruhan
dengan Y.
b. R Square menunjukkan koefisien determinasi dalam model regresi.
c. Adjusted R Square menunjukkan nilai koefisien determinasi untuk regresi
berganda.
d. Std. Error menunjukkan nilai estimasi rentang interval koefisien
determinasi pada populasi.
Tabel output SPSS ANOVA menggambarkan hasil uji F statistik. Uji
F statistik digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis simultan. Karena
dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana.
Sehingga pengujian dengan menggunakan F statistik tidak digunakan dalam
analisis ini.
Tabel output selanjutnya adalah Coefficients, yakni tabel hasil
pengolahan data yang menggambarkan terbentuknya model regresi. Tabel ini
terdiri dari beberapa bagian, diantaranya yaitu B, Std. Error, Beta, T, dan Sig.
Berikut ini adalah penjelasan dari bagian-bagian tersebut:
a. B menunjukkan koefisien regresi. Nilai koefisien regresi menggambarkan
perubahan nilai Y yang diakibatkan oleh variabel X.
b. Std. Error menunjukkan nilai estimasi rentang interval koefisien regresi
pada populasi
c. Beta menggambarkan nilai koefisien estimasi yang sudah distandarisasi
d. T menggambarkan statistik uji untuk menguji signifikasi koefisien beta.
56
e. Sig. memiliki fungsi yang sama dengan t hitung yaitu untuk menguji
signifikasi koefisien regresi. Kriteria uji, tolak H0 jika nilai sig.
(probabilitas) lebih rendah dibanding dengan 0,05.17
17
Santosa dan Ayat, Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ekonomi. h. 312-314
57
BAB IV
GAMBARAN UMUM YAYASAN DAARUL FATTAH ASSALAFI
A. Sejarah dan Perkembangan
Pada sekitar tahun 1992, berawal dari Majelis Ta’lim bernama Daarul Fattah
yaitu salah satu tempat menuntut ilmu warga Lingkungan Cipayung Kelurahan
Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Depok. Kemudian, hadirlah seorang santri yang
merupakan seorang muallaf bernama Jodi. Ia tinggal di Majelis Ta’lim Daarul Fattah,
tepatnya bersama pimpinan Majelis Ta’lim yakni Ustadzah Hj. Sumiati HR. Beriring
waktu, jumlah anak-anak yang tinggal di Majelis Ta’lim Daarul Fattah semakin
bertambah. Anak-anak tersebut datang dari berbagai latar belakang mulai dari yatim,
piatu, yatim piatu, maupun tidak mampu.
Suatu ketika, Majelis Ta’lim Daarul Faatah kedatangan notaris yang
menawarkan agar Majelis Ta’lim Daarul Fattah menjadi sebuah Yayasan. Sejak saat
itu, tepatnya pada tahun 2004 terbentuklah Yayasan yang bernama Yayasan Daarul
Fattah Assalafi. Dan Yayasan diresmikan pada tahun 2007 oleh Walikota Depok saat
itu, Bapak Yuyun Wirasaputra.1
1 Wawancara Pribadi dengan Ust. Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
58
B. Visi, Misi dan Tujuan
Visi Yayasan Daarul Fattah Assalafi adalah membantu program pemerintah
kota Depok menuntaskan kebodohan terutama untuk orang-orang tidak mampu, dan
dalam jangka panjang dapat mencerdaskan anak bangsa. Misi Yayasan Daarul Fattah
Assalafi adalah membentuk karakter anak-anak yang berakhlakul karimah dan
menumbuhkan kepercayaan diri anak yatim piatu.
Yayasan Daarul Fattah Assalafi memiliki tujuan yaitu untuk mengajak
masyarakat bersama-sama membina dan memperhatikan anak yatim piatu,
meningkatkan kualitas dan daya saing anak yatim piatu, membimbing anak yatim
piatu dengan bekal ilmu agama dan ilmu dunia, dan mencetak generasi anak yatim
piatu yang mandiri.2
C. Stuktur Organisasi dan Pengelolaan
Untuk menuju tercapainya visi, misi serta tujuannya, Yayasan Daarul Fattah
Assalafi dikelola, dijalankan, dan dibangun bersama pihak-pihak pendukung. Mereka
dibagi menjadi enam bagian pengelola, diantaranya pendiri, pengawas, penasehat,
ketua, sekretaris dan bendahara. Setiap bagian memiliki fungsi masing-masing.
Pendiri merupakan orang yang mendirikan (perkumpulan, negara, dsb).3
Orang-orang yang berperan sebagai pendiri Yayasan Daarul Fattah Assalafi
merupakan orang-orang yang mencetuskan asal mula berdirinya Yayasan tersebut.
2 Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
3 Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”, diakses
pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/diri-2
59
Sedangkan pengawas berarti orang yang mengawasi4, sesuai artinya peran pengawas
Yayasan Daarul Fattah Assalafi adalah mengawasi perjalanan Yayasan Daarul Fattah
Assalafi dalam mencapai misi, visi dan tujuannya.
Bagian pengelola selanjutnya adalah penasihat, penasihat berarti orang yang
memberi nasihat dan saran, orang yang menasihati.5 Bagian ini sangat dibutuhkan
untuk menjadi penengah, di saat Yayasan Daarul Fattah menghadapi masalah atau
menjadi pihak yang berperan dalam memberikan arahan, saran dan nasihat. Bagian
pengelola selanjutnya adalah bagian utama dalam sebuah kepengurusan organisasi
yakni ketua, sekertaris dan bendahara. Berikut tugas-tugas dari bagian utama struktur
organisasi Yayasan Daarul Fattah Assalafi yaitu:
1. Ketua, tugas-tugasnya diantaranya adalah:
a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan para anggota pengurus dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga mereka tetap berada pada kedudukan atau
fungsinya masing-masing.
b. Mewakili organisasi keluar dan kedalam
c. Menandatangi surat-surat penting, termasuk surat atau nota pengeluaran dana
d. Mengatasi segala permasalahan atas pelaksanaan tugas yang dijalankan oleh
pengurus
e. Mengevaluasi semua kegiatan yang telah dilaksanakan oleh para pengurus
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”, diakses
pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/awas 5 Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”, diakses
pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/nasihat
60
f. Mengawasi kinerja yang dilaksankan oleh semua pengurus seksi.
2. Sekretaris, tugas-tugasnya diantaranya adalah:
a. Mewakili ketua apabila yang bersangkutan tidak hadir atau tidak ada di
tempat
b. Memberikan pelayanan teknis dan administratif
c. Membuat dan mendistribusikan undangan
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan seluruh tugas-
tugasnya kepada ketua
3. Bendahara, tugas-tugasnya diantaranya adalah:
a. Memegang dan memelihara harta kekayaan, baik berupa uang ataupun
barang-barang investaris
b. Merencanakan dan mengusahakan masuknya dan serta mengendalikan
pelaksanaan rencana anggaran belanja sesuai dengan ketentuan
c. Menerima, menyimpan dan membukukan keuangan dan barang-barang
Yayasan
d. Mengeluarkan uang sesuai dengan keperluan atau kebutuhan berdasarkan
persetujuan ketua6
6 Wawancara Pribadi dengan Ust. Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
61
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
DEWAN PENGAWAS
H. Sutikno Hj. Ria Vista
DEWAN PENDIRI
H. Sanusi H. Suyati
DEWAN PENASIHAT
KH. Amir Hamzah KH. Amrani
KH. Abdullah Assegaf
KETUA
Hj. Sumiati HR.
SEKRETARIS
Mardiah S.
BENDAHARA
Khairul Wathon
62
D. Program Bimbingan Agama Yayasan
Anak-anak bimbingan Yayasan Daarul Fattah Assalafi memulai aktifitasnya
yang padat sejak subuh hari. Berawal dengan shalat subuh berjama’ah dilanjutkan
dengan wirid dan ratib, kemudian mereka mempersiapkan diri untuk sekolah. Mereka
bersekolah di luar Yayasan. Kegiatan Yayasan kembali di mulai setelah shalat ashar,
yaitu dengan pengajian kitab. Kitab yang digunakan adalah kitab-kitab kuning
(klasik). Setelah itu, shalat maghrib berjama’ah dan dilanjutkan dengan mengaji Al-
Qur’an. Kemudian shalat Isya berjama’ah dan dilanjutkan dengan belajar malam, lalu
istirahat.
Selain itu, anak-anak Yayasan Daarul Fattah Assalafi juga meluangkan waktu
mereka untuk berlatih alat musik hadroh. Biasanya dilakukan satu minggu sekali di
malam minggu. Tim hadroh ini sudah menerima panggilan tampil di berbagai acara.
Ini adalah salah satu wujud kepercayaan diri anak-anak Yayasan tersebut.
Metode bimbingan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah metode ceramah,
metode tanya jawab, metode diskusi kelompok dan metode konseling. Metode
ceramah, Tanya jawab dan diskusi kelompok diaplikasikan dalam sebuah pertemuan
di Yayasan Daarul Fattah Assalafi melalui pengajian rutin setiap hari dengan metode
salaf seperti yang diterapkan oleh pesantren-pesantren salaf. Metode salaf yaitu
dengan berkumpul membentuk halaqoh bersama-sama, kemudian mendengarkan,
mencatat dan membaca kitab kuning (klasik) sesuai yang disampaikan oleh
pembimbing.
63
Sedangkan metode konseling dilakukan dengan bimbingan individual
Yayasan Daarul Fattah Assalafi secara informal, yaitu dengan sharing, bercerita,
meminta pendapat, bahkan berkeluh kesah kepada para pembimbing Yayasan dalam
hal ini Ibu Mardiah S. dan Bapak Ustadz Khairul Wathon.7
Secara terperinci berikut ini program kegiatan bimbingan agama Yayasan
Daarul Fattah Assalafi Sukmajaya Depok:
1. Pendidikan Formal
a. Mendidik anak asuh sampai pada jenjang pendidikan tingkat SMU/SMK
b. Mengarahkan anak asuh yang memiliki keahlian non akademik pada sekolah
kejuruan
2. Pendidikan Non Formal
a. Mengadakan pengajian Al-qur’an setiap malam setelah Shalat Isya’
berjama’ah
b. Mengadakan khotmil Al-Qur’an secara berkala
c. Mengkaji kitab kuning tauhid, fiqih, tarikh dan akhlaq setiap sore setelah
shalat ashar berjama’ah
d. Memberikan santunan kepada anak yatim, yatim piatu, piatu dan anak dari
keluarga fakir miskin (santunan biaya pendidikan)
e. Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
f. Mengikutsertakan anak asuh dalam kegiatan di lingkungan masyarakat sekitar
7 Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
64
g. Memberi santunan bahan makanan pokok dan uang kepada para janda, para
cacat fisik dan mental
h. Membentuk grup musik Islami hadroh.
E. Sarana dan Prasarana
Dalam menjalankan operasionalnya Yayasan Daarul Fattah Assalafi
membutuhkan sarana dan prasarana yang melengkapi kelengkapan operasionalnya.
Karena tanpa adanya sarana dan prasarana maka semua kegiatan yang sudah
direncanakan dari awal tidak akan bisa diselesaikan. Berikut adalah sarana dan
prasarana Yayasan Daarul Fattah Assalafi:
Tabel 4.1 Sarana Gedung Yayasan Daarul Fattah Assalafi
Sarana
Yayasan
Daarul Fattah
Assalafi
Keterangan
Asrama Nyaman
Suhu Sejuk
Udara Bersih
Luas ruangan Cukup
Letak kantor Strategis
Penerangan Cukup
Ruang tamu Memadai
Sumber: Dokumentasi Yayasan Daarul Fattah Assalafi 2015
Selain sarana gedung Yayasan Daarul Fattah Assalafi yang nyaman,
Yayasan juga memiliki sarana pendukung lainnya. Diantaranya adalah 1 (satu) unit
65
mobil yayasan, 1 (satu) unit motor yayasan, Peralatan alat musik hadroh, dan Sound
System.8
Di samping didukung oleh berbagai sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan kegiatan di Yayasan Daarul Fattah Assalafi juga didukung dengan
adanya semangat yang tinggi dari para pengurus dalam mengembangkan yayasan,
keikhlasan dan kesabaran dari para pengurus dalam melaksanakan amanat yang
diembannya, dan adanya dukungan yang besar dari masyarakat sekitar.
8 Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
66
BAB V
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak Yayasan Daarul Fattah
Assalafi Sukmajaya Depok. Anak-anak tersebut telah mengikuti kegiatan bimbingan
agama yang dilaksanakan oleh Yayasan Daarul Fattah Assalafi, baik yang dilakukan
secara kelompok maupun individual. Berikut ini beberapa gambar yang
menggambarkan karakteristik responden yaitu:
Gambar 5.1 Usia Responden
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
Pada awal masuk yayasan mayoritas anak-anak berusia sebelum aqil baligh
yakni usia dibawah 10 tahun, namun saat ini anak-anak Yayasan Daarul Fattah
Assalafi berusia di atas 10 tahun. Seperti ditunjukkan pada gambar di atas bahwa
100% (seratus persen) atau 50 orang berusia di atas 10 tahun.
100%
Usia Responden
≤ 10 tahun
> 10 tahun
67
Saat ini, belum ada lagi anak-anak usia di bawah 10 tahun yang ikut
bergabung dalam Yayasan Daarul Fattah Assalafi. Karena seperti yang kita ketahui
dalam pengertian yatim yaitu anak yang bapaknya meninggal dunia tetapi mereka
belum mengalami mimpi yang membuat air mani pertama dan apabila anak sudah
mencapai belia lepaslah ia sebagai sebutan anak yatim.
Gambar 5.2 Jenis Kelamin Responden
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
Jenis kelamin anak-anak di Yayasan Daarul Fattah Assalafi mayoritas
sebanyak 68% (enam puluh delapan persen) atau 34 orang adalah laki-laki, dan
sisanya 32% (tiga puluh dua persen) atau 16 orang adalah perempuan. Anak laki-laki
di yayasan ini pada umumnya adalah anak yang berasal dari luar daerah Depok,
bahkan luar pulau Jawa. Mereka dapat belajar dan tinggal di yayasan atas dasar
informasi dari mulut ke mulut. Sedangkan anak-anak perempuan seluruhnya berasal
dari daerah sekitar Depok, mayoritas dari generasi ke generasi anak-anak perempuan
hanya mengaji dan belajar di yayasan namun tidak tinggal disana.
68%
32%
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
68
Gambar 5.3 Pendidikan Responden
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
Mayoritas anak-anak Yayasan Daarul Fattah Assalafi sebanyak 50% (lima
puluh persen) atau 25 oarang sedang menempuh pendidikan SLTP (Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama), 30% (tiga puluh persen) atau 15 orang bersekolah di tingkat SD
(Sekolah Dasar) dan sisanya 20% (dua puluh persen) atau 10 orang bersekolah di
tingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas).
Mengenai pendidikan formal di sekolah, Yayasan Daarul Fattah Assalafi
memiliki cara sendiri. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, di mana
kerap kali anak-anak yang telah dibiayai sekolahnya namun tidak betah di yayasan
dan pergi begitu saja. Maka untuk mengantisipasi terjadinya kembali hal serupa,
pihak Yayasan Daarul Fattah Assalafi mensyaratkan bagi anak-anak yang ingin
sekolah diwajibkan setahun belajar agama atau mengaji kitab klasik selama 1 (satu)
tahun terlebih dahulu dan di tahun selanjutnya baru anak-anak tersebut diperbolehkan
untuk melanjutkan sekolah formalnya. Selain bermanfaat untuk menguji keseriusan
30%
50%
20%
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
69
mereka untuk sekolah, cara ini juga dapat membantu mereka untuk belajar agama
lebih dalam selama mereka belum melaksanakan sekolah formal.
Gambar 5.4 Tempat Menetap Responden
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
Dari gambar 5.4 dapat kita ketahui bahwa mayoritas anak-anak Yayasan
Daarul Fattah Assalafi menetap di yayasan yakni sebanyak 68% (enam puluh delapan
persen) atau 34 orang dan sisanya sebanyak 32% (tiga puluh dua persen) atau 16
orang tidak menetap di yayasan, tetapi di rumah masing-masing. Seperti yang
diketahui, pada data karakteristik sebelumnya bahwa anak-anak perempuan tidak
menetap di yayasan, hanya belajar mengaji ilmu agama di sana.
Gambar 5.5 Lokasi Rumah Responden
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
32%
68%
Tempat Menetap
Rumah
Yayasan
64%
36%
Lokasi Rumah
Jauh dariYayasan
Dekat denganYayasan
70
Dari gambar 5.5 menunjukkan hal yang berkesinambungan dengan data-data
sebelumnya, di mana diketahui bahwa lokasi rumah anak-anak Yayasan Daarul
Fattah Assalafi sebanyak 64% (enam puluh empat persen) atau 32 orang tinggal jauh
dari yayasan dan 36% (tiga puluh enam persen) atau 18 orang tinggal dekat dengan
yayasan. Data ini sesuai dengan data sebelumnya yang menyebutkan bahwa 68%
(enam puluh delapan persen) atau 34 orang yang menetap di Yayasan Daarul Fattah
Assalafi.
Gambar 5.6 Kondisi Anak
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi, 2015.
Dari gambar 5.6 kita dapat mengetahui bahwa kondisi anak-anak di Yayasan
Daarul Fattah Assalafi sangat beragam bukan hanya ada anak yatim piatu, tetapi juga
ada anak yatim saja, anak piatu saja, dan anak dengan kondisi tidak mampu.
Persentase yang mendominasi kondisi anak di Yayasan Daarul Fattah Assalafi adalah
anak yatim piatu dengan presentase sebesar 36% (tiga puluh enam persen) atau 18
orang, kemudian di urutan kedua ada kondisi anak yatim dengan presentase sebesar
26% (dua puluh enam persen) atau 13 orang. Dan disusul oleh kondisi anak piatu
26%
20% 36%
18%
Kondisi Anak
Yatim
Piatu
Yatim Piatu
Tidak Mampu
71
dengan presentase 20% (dua puluh persen) atau 10 orang, serta ditutup oleh kondisi
tidak mampu sebesar 18% (delapan belas persen) atau 9 orang.
B. Program Bimbingan Agama Bagi Anak Yatim Piatu
1. Pembimbing
Menurut Arifin, bimbingan dan penyuluhan agama tidak hanya
dikhususkan pada bidang studi pendidikan agama saja, melainkan juga
meliputi bidang-bidang studi yang lain, bahkan termasuk administrasi sekolah
serta guru-guru yang memegang bidang studi selain agama. Dengan harapan
penghayatan dan pengamalan ajaran agama dapat didorong dari bidang-
bidang studi yang diajarkan di sekolah.1
Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pembimbing yang
memberikan bimbingan agama bukan hanya berasal dari guru bidang studi
agama di sekolah, melainkan seluruh aspek yang terkait dengan anak-anak.
Hal ini sejalan dengan program yang dijalankan oleh Yayasan Daarul Fattah
Assalafi, dimana pembimbing anak yatim piatu sangat dekat dan berkaitan
dengan anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah Assalafi.
Pembimbing di Yayasan Daarul Fattah Assalafi terdiri dari Ustadzah
Hj. Sumiati HR, Mardiah S., dan Khairul Wathon. Di mana Ustadzah Hj.
Sumiati selaku ketua Yayasan Daarul Fattah Assalafi melakukan bimbingan
agama kepada seluruh anak-anak yayasan melalui ceramah-ceramahnya.
1H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1982), Cet. Ke-5, h. 12.
72
Bimbingan agama dilakukan melalui pengajian-pengajian baik pengajian Al-
Qur’an, kitab kuning, maupun dzikir bersama. Sedangkan bimbingan yang
lebih personal kepada anak yatim piatu laki-laki kepada Ustadz Khairul
Wathon, dan yang perempuan kepada Mardiah S. Dengan adanya
pembimbing secara personal ini maka anak yatim piatu dapat melakukan
konseling dan sharing setiap hal dalam kehidupan mereka.
2. Terbimbing
Terbimbing merupakan aspek-aspek yang perlu dibimbing. Menurut
Arifin, terbimbing meliputi keseluruhan bidang perkembangan dan
pertumbuhan siswa sebagai makhluk yang sedang dalam proses berkembang
dan bertumbuh.2 Dengan pendapat Arifin tersebut, dapat dipahami bahwa
anak yatim piatu yang merupakan anak dalam masa perkembangan dan
pertumbuhan adalah pihak terbimbing, pihak yang memerlukan bimbingan.
Lebih dari itu, anak yatim piatu membutuhkan bimbingan dan perhatian lebih
yang tidak diperoleh dari orang tua.
3. Materi Bimbingan
Materi bimbingan agama yang diberikan kepada anak yatim piatu
Yayasan Daarul Fattah Assalafi meliputi: (1) bimbingan mengaji dan
mengkaji Al-Qur’an, (2) bimbingan mengaji dan mengkaji kitab kuning
seperti; kitab ta’lim mu’talim yang membahas tentang akhlak dalam menuntut
2 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1982), Cet. Ke-5, h. 8.
73
ilmu, safinatunnajah yang membahas tentang ilmu Fiqh dasar , nahwu wadhih
yang membahas tata bahasa Arab, bulughul maram membahas ilmu Fiqh,
nashailul ibad membahas nasihat-nasihat kebaikan, khalasah nurul yaqin
membahas kisah-kisah Nabi, dan amsilati membahas tentang tata cara
membaca Al-Qur’an yang baik dan benar, dan (3) bimbingan mengkaji
kepribadian, melalui sharing antara anak yatim piatu dengan pembimbing,
melaksanakan dzikir serta tafakur bersama, dan bimbingan seni musik
hadroh.3
Ketiga materi bimbingan agama tersebut dilaksanakan selepas
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Sehingga antara ilmu pendidikan umum
dan pendidikan agama yang dilaksanakan kepada anak yatim piatu dapat
berjalan seimbang.
4. Metode
Seperti yang telah di bahas pada Bab IV bahwa metode bimbingan
agama yang digunakan adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode
diskusi kelompok dan metode konseling. Dalam bimbingan mengaji dan
mengkaji Al-Qur’an serta kitab kuning menggunakan metode ceramah,
metode tanya jawab dan metode diskusi kelompok.
Metode ceramah dalam bimbingan mengaji dan mengkaji Al-Qur’an
dan kitab kuning, dimana pembimbing membacakan sebuah materi dalam Al-
Qur’an atau salah satu kitab kuning beserta maknanya kemudian
3 Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
74
menyampaikan ceramah terkait dengan pembahasan tersebut. Dilanjutkan
dengan metode tanya jawab, yakni anak-anak yatim piatu (terbimbing) yang
belum memahami pembahasan pengajian dipersilahkan untuk bertanya kepada
pembimbing, atau jika terbimbing telah memahami pembahasan, pembimbing
dapat bertanya kepada terbimbing untuk memastikan pemahaman terbimbing.
Kemudian bimbingan dilanjutkan dengan membuat kelompok diskusi agar
terbimbing dapat berdiskusi satu sama lain, baik tentang tata cara baca, arti
serta pemahaman maknanya.
Sedangkan bimbingan mengkaji kepribadian, melalui pendekatan
sharing antara anak yatim piatu dengan pembimbing dilakukan dengan
metode konseling. Dan melaksanakan dzikir serta tafakur bersama
menggunakan metode ceramah. Dengan dzikir dan tafakur bersama
kepribadian anak-anak yatim piatu Yayasan Daarul Fattah dibentuk menjadi
kepribadian yang dekat dengan Allah SWT dan pribadi yang dapat
mensyukuri setiap keadaan yang dialami.4
5. Media
Media berarti alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio,
televisi, film, poster dan spanduk; yang terletak diantara dua pihak (orang,
golongan, dsb).5 Di Yayasan Daarul Fattah Assalafi yang digunakan sebagai
sarana atau media bimbingan agama adalah Majelis Ilmu yang dilaksanakan
4 Wawancara Pribadi dengan Khairul Wathon. Depok, 10 Mei 2015
5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h. 640.
75
setiap hari. Majelis Ilmu menjadi perantara disampaikannya bimbingan agama
dari para pembimbing kepada anak-anak yatim piatu selaku terbimbing.
6. Waktu dan Jadwal Bimbingan
Aktivitas sehari-hari anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah
Assalafi pada hari-hari sekolah digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.1 Jadwal Aktivitas Anak-anak Yatim Piatu
Yayasan Daarul Fattah Assalafi
No Waktu Jenis Kegiatan Pembimbing
1 04.30 s.d 05.00
Sholat Subuh Berjama'ah, Wirid dan
Do'a Khairul Wathon
2 05.00 s.d 06.00 Persiapan sekolah dan sarapan Mardiah
3 06.30 s.d 13.30 Sekolah umum -
4 13.30 s.d 14.15
Makan siang dan istirahat bagi anak
yang sekolah dan Mengaji bagi anak
yang tidak sekolah
Mardiah
5 14.15 s.d 15.00 Waktu Konseling & Istirahat Siang -
6 15.00 s.d 15.30
Shalat Ashar berjama'ah, wirid dan
do'a Khairul Wathon
7 16.00 s.d 18.00 Mengaji dan mengkaji kitab kuning Khairul Wathon
8 18.00 s.d 18.30
Shalat magrib berjama'ah, wirid dan
do'a Khairul Wathon
9 18.30 sd 20.00 Mengaji dan mengkaji Al-Qur’an Seluruh Pembimbing
10 20.00 s.d 20.30 Shalat isya berjama'ah, wirid dan do'a Khairul Wathon
11 20.30 s.d 21.30 Persiapan pelajaran sekolah -
12 21.30 s.d 04.30 Istirahat (tidur) -
Sumber: Dok. Yayasan Daarul Fattah Assalafi 2015
76
Untuk hari Minggu, anak-anak yatim piatu Yayasan Daarul Fattah
Assalafi di isi dengan: (1) kegiatan olahraga seperti lari, badminton, futsal dan
sepak bola, (2) kegiatan kesenian seperti musik hadroh, dan (3) kegiatan
kebersihan. Sedangkan bimbingan mengkaji kepribadian, melalui sharing
antara anak yatim piatu dengan pembimbing dilaksanakan setiap hari di sela-
sela waktu istirahat menjelang waktu ashar pada pukul 14.15 s.d 15.00 WIB.
Anak-anak yatim piatu dengan para pembimbing sudah seperti orang tua
sendiri, sehingga tidak ada kecanggungan untuk bercerita tentang apa yang
dialami. Serta pelaksanaan dzikir serta tafakur bersama dilaksanakan dua
minggu sekali.
C. Analisis Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Kepercayaan Diri Anak
Yatim Piatu
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan data yang akan dilakukan penyebarannya kepada
33 responden, peneliti terlebih dahulu melakukan try out angket yang
dibagikan kepada 10 responden unutk menguji validitas dan reliabilitas dari
seluruh pernyataan dalam angket. Angket dibagi menjadi dua variabel, yaitu
variabel bimbingan agama dan variabel kepercayaan diri anak yatim piatu.
Dimana setiap variabel utama tersebut terdiri dari beberapa kisi-kisi
pernyataan / indikator.
77
Koefisien validitas pada tabel Item-Total Statistic diatas dapat dilihat
dari nilai corrected item-total correlation. Dengan kriteria uji, tolak H0 jika
nilai koefisien validitas lebih tinggi dibandingkan dengan 0,3. Berdasarkan
tabel diatas item yang memiliki koefisien validitas lebih rendah dibandingkan
dengan 0,3 adalah item pertanyaan 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 17, 19, 20,
26, 27, 28, 30, 31, 35, 36, 38, 39, 42, 44, 47, 50, dan 52. Maka dapat
disimpulkan bahwa item pertanyaan tersebut tidak valid.
Tabel 5.2 Reliability Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.512 57
Sumber: Hasil olah data, 2015
Berdasarkan tabel reliability statistic diatas dapat diketahui bahwa
nilai koefisien reliabilitas alpha adalah sebesar 0,512. Dengan kriteria uji, item
dinyatakan reliabel jika nilai koefisien reliabilitas lebih dari 0,7. Dengan nilai
cronbach’s alpha 0,512 (kurang dari 0,7) berdasarkan kaidah Reliabilitas
Guilford, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian cukup reliabel.
78
2. Uji Normalitas
Tabel 5.3 Blue Print One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y X1
N 33 33
Normal Parametersa Mean 58.15 24.82
Std. Deviation 4.317 2.518
Most Extreme Differences Absolute .200 .287
Positive .145 .103
Negative -.200 -.287
Kolmogorov-Smirnov Z 1.148 1.647
Asymp. Sig. (2-tailed) .143 .009
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2015.
Tabel output SPSS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diatas
menggambarkan hasil uji normalitas data, yaitu:
a. Uji Normalitas Y (Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu)
N : Menunjukkan jumlah sampel yang
diambil dalam penelitian. Dalam hal ini
jumlah sampelnya adalah 33
Mean : menunjukkan nilai rerata dari 33 data
yaitu sebesar 58,15 artinya rerata
kepercayaan diri anak yatim piatu adalah
58,15 satuan.
79
Std. deviation : menggambarkan penyimpangan setiap
data terhadap reratanya. Penyimpangan
data terhadap reratanya adalah sebesar
4,317. Dengan demikian rerata
kepercayaan diri anak yatim piatu dari
satu anak ke anak yang lain adalah
sebesar 4,317 satuan.
Kolmogorov Smirnov-Z : menunjukkan nilai uji statistik dengan
menggunakan Kolmogorov Smirnov
(KS). Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa nilai KS adalah sebesar 1,148.
Nilai Sig. : menunjukkan nilai probabilitas,
digunakan untuk menguji hipotesis
normalitas. H0 diterima atau data
berdistribusi normal jika memiliki nilai
probabilitas lebih tinggi dibandingkan
dengan 0,05.
Kesimpulan : berdasarkan hasil tabel KS Test diatas
dapat diketahui bahwa nilai KS sebesar
1,148 artinya lebih tinggi dibandingkan
dengan 0,05. Sesuai dengan kriteria uji
80
diatas, maka H0 diterima yang artinya
data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas X1 (Bimbingan Agama)
N : Menunjukkan jumlah sampel yang
diambil dalam penelitian. Dalam hal ini
jumlah sampelnya adalah 33
Mean : menunjukkan nilai rerata dari 33 data
yaitu sebesar 24,82 artinya rerata
bimbingan agama adalah 24,82 satuan.
Std. deviation : menggambarkan penyimpangan setiap
data terhadap reratanya. Penyimpangan
data terhadap reratanya adalah sebesar
2,518. Dengan demikian rerata
bimbingan agama dari satu anak ke anak
yang lain adalah sebesar 2,518 satuan.
Kolmogorov Smirnov-Z : menunjukkan nilai uji statistik dengan
menggunakan Kolmogorov Smirnov
(KS). Berdasarkan tabel diatas diketahui
bahwa nilai KS adalah sebesar 1,647.
Nilai Sig. : menunjukkan nilai probabilitas,
81
digunakan untuk menguji hipotesis
normalitas. H0 diterima atau data
berdistribusi normal jika memiliki nilai
probabilitas lebih tinggi dibandingkan
dengan 0,05.
Kesimpulan : berdasarkan hasil tabel KS Test diatas
dapat diketahui bahwa nilai KS sebesar
1,647 artinya lebih tinggi dibandingkan
dengan 0,05. Sesuai dengan kriteria uji
diatas, maka H0 diterima yang artinya
data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
3. Regresi Linier Sederhana
Tabel 5.4 Blue Print Variables Entered/Removed
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X1a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Olah Data, 2015
82
Penjelasan:
Tabel output Variables Entered/Removed diatas menggambarkan metode yang
digunakan dalam proses perhitungan analisis regresi. Berdasarkan tabel
tersebut, metode yang digunakan dalam analisis regresi ini adalah metode
enter.
Tabel 5.5 Blue Print Model Summary
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .150a .023 -.010 4.317
a. Predictors: (Constant), X1
Sumber: Hasil Olah Data, 201
Penjelasan:
R menunjukkan koefisien korelasi antara variabel X secara
keseluruhan dengan Y. berdasarkan Tabel Model Summary diatas hubungan
antara variabel X1 (Bimbingan Agama) secara keseluruhan dengan Y
(Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu) sebesar 0,150. Hubungan tersebut
menggambarkan hubungan yang sangat lemah antara bimbingan agama dan
kepercayaan diri anak yatim piatu.
R Square menunjukkan koefisien determinasi dalam model regresi.
Berdasarkan Tabel Model Summary diatas dapat diketahui bahwa kontribusi
variabel X1 (Bimbingan Agama) secara bersama-sama terhadap variabel Y
83
(Kepercayaan Diri Anak Yatim Piatu) adalah sebesar 0,023 atau 2,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa bimbingan agama hanya memberikan kontribusi
pengaruh sebesar 2,3% (dua koma tiga persen) terhadap kepercayaan diri anak
yatim piatu, sedangkan sisanya 97,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Adjusted R Square menunjukkan nilai koefisien determinasi untuk
regresi berganda. Karena dalam hal ini analisis yang digunakan adalah analisis
regresi sederhana, maka nilai Adjusted R Square tidak digunakan dalam
analisis ini.
Std. Error menunjukkan nilai estimasi rentang interval koefisien
determinasi pada populasi. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
nilai standar deviasi dalam analisis ini sebesar 4,317. Artinya jika penulis
mengestimasi nilai koefisien determinasi populasinya maka nilainya berada
pada rentang 0,01 ± 4,317.
Tabel 5.6 Blue Print Anova
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 12.910 1 12.910 .693 .412a
Residual 559.090 30 18.636
Total 572.000 31
a. Predictors: (Constant), X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Olah Data, 2015
84
Tabel output SPSS ANOVA diatas menggambarkan hasil uji F statistik. Uji F
statistik digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis simultan. Karena
dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana.
Sehingga pengujian dengan menggunakan F statistik tidak digunakan dalam
analisis ini.
Tabel 5.7 Blue Print Coefficients
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 64.273 7.576 8.484 .000
X1 -.253 .304 -.150 -.832 .412
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Olah Data, 2015
Penjelasan:
B menunjukkan koefisien regresi, dimana nilai koefisien regresi
menggambarkan perubahan nilai Y yang diakibatkan oleh variabel X.
Berdasarkan tabel output coefficients diatas dapat diketahui bahwa nilai
koefisien regresi untuk variabel X1 (Bimbingan Agama) adalah -0,253. Hal ini
menunjukkan adanya penurunan kepercayaan diri anak yatim piatu dengan
semakin bertambahnya bimbingan agama. Walaupun pengaruh dari koefisien
regresi ini kecil, namun menunjukkan adanya anomali semakin tinggi (sering)
bimbingan agama semakin rendah kepercayaan diri anak yatim piatu. Hal ini
85
mungkin disebabkan karena belum intensifnya bimbingan agama yang
diberikan oleh yayasan.
Dengan nilai koefisien regresi tersebut didapat model persamaan
regresi, yaitu dengan interpretasi sebagai berikut:
a. Dalam persamaan regresi tersebut, Y adalah kepercayaan diri anak yatim
piatu dan X1 adalah bimbingan agama.
b. Nilai konstanta sebesar 64,273 menunjukkan bahwa jika bimbingan agama
adalah nol, maka nilai kepercayaan diri adalah 64,273.
c. Nilai koefisien regresi bimbingan agama adalah -0,253 menunjukkan
bahwa setiap penurunan bimbingan agama 1 satuan, maka akan
meningkatkan kepercayaan diri anak yatim piatu sebesar 0,253. Koefisien
yang bernilai negatif artinya terjadi pengaruh negatif antara bimbingan
agama dan kepercayaan diri anak yatim piatu. Seperti yang telah dijabarkan
sebelumnya, semakin meningkatnya bimbingan agama maka kepercayaan
diri akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya.
Std. Error menunjukkan nilai estimasi (estimasi) interval untuk
koefisien regresi b, berdasarkan tabel output coefficient diatas dapat diketahui
nilai std. error adalah sebesar 7,576, sedangkan nilai std.error untuk variabel
X1 adalah sebesar 0,304. Beta menunjukkan nilai koefisien regresi yang sudah
distandarisasi yakni sebesar -0,150.
86
T menggambarkan statistik uji untuk menguji koefisien regresi.
Dengan kriteria uji, tolak H0 jika nilai thitung lebih tinggi daripada ttabel. Dalam
tabel 5.6 tersebut menunjukkan nilai thitung sebesar 0,832. Dapat dilihat pada
tabel statistik pada tingkat signifikansi 0,025 dengan df (33-2)= 31, maka
diperoleh hasil untuk ttabel sebesar 2,042 Berdasarkan hasil tersebut, thitung
lebih kecil dari ttabel (0,832 < 2,042), maka Ha ditolak, H0 ditolak, artinya
bahwa bimbingan agama secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepercayaan diri anak yatim piatu.
Sig. menggambarkan statistik uji untuk menguji koefisien regresi.
Memiliki fungsi yang sama dengan thitung. Dengan kriteria uji, tolak H0 jika
nilai sig. (probabilitas) lebih rendah dibandingkan 0,05. Berdasarkan
signifikansi dalam tabel tersebut X1 memiliki nilai signifikansi sebesar 0,412
yakni lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian H0 diterima,
yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh bimbingan agama terhadap
kepercayaan diri anak yatim piatu.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS,
dapat diketahui bahwa bimbingan agama secara parsial tidak memiliki
pengaruh terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu yang signifikan.
87
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Program bimbingan agama bagi anak yatim piatu di Yayasan Daarul Fattah
Assalafi Sukmajaya Depok adalah dengan menggunakan materi berupa
bimbingan mengaji dan mengkaji Al-Qur’an dan kitab kuning dengan metode
ceramah, metode tanya jawab, dan metode diskusi kelompok. Serta bimbingan
mengkaji kepribadian dengan menggunakan metode konseling.
2. Bimbingan agama hanya memberikan kontribusi pengaruh sebesar 2,3% (dua
koma tiga persen) terhadap kepercayaan diri anak yatim piatu Yayasan Daarul
Fattah Assalafi Sukmajaya Depok, sedangkan sisanya 97,7% (sembilan puluh
tujuh koma tujuh persen) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah
dilaksanakan. Peneliti memiliki beberapa saran, baik untuk para praktisi maupun
akademisi adalah sebagai berikut:
1. Untuk para praktisi dalam hal ini pembimbing agama anak yatim piatu secara
umum, khususnya pembimbing agama di Yayasan Daarul Fattah Assalafi
Sukmajaya Depok. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan
88
negatif antara kepercayaan diri dengan bimbingan agama, hal ini menunjukkan
bahwa kurangnya intensitas bimbingan agama yang membentuk kepercayaan diri
anak yatim piatu.
Hal tersebut sebaiknya dibenahi semaksimal mungkin oleh para
pembimbing atau mentor dengan menjadikan bimbingan agama sebagai alat
untuk mendongkrak kepercayaan diri anak yatim piatu. Misalnya dengan
menambahkan kegiatan bermuatan bimbingan agama dan juga melatih
kepercayaan diri mereka seperti Muhadharah, yaitu secara bergantian berpidato
atau ceramah agama di depan teman-temannya.
2. Untuk para akademisi, baik pihak BPI - FDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
maupun akademisi lainnya. Pembahasan dalam penelitian ini dapat
ditindaklanjuti lebih lanjut dengan melakukan penelitian pada objek penelitian
yang berskala lebih besar, dalam artian bukan hanya di satu yayasan yatim piatu.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahasan kajian penelitian Ilmu
Sosial.
89
DAFTAR PUSTAKA
Arifin dan Kartikawati. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam , 1995.
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1982.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 1996.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 1996.
Bandura (dalam Afianti, "Peningkatan Kepercayaan Diri Melalui Konseling"), Jurnal
Psikologi, diakses pada 22 Maret 2015 dari http://www.jurnalpsikologi-
kepercayaandiri/html.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media Group,
2010.
Daradjat, Zakiah. Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press,
1992.
Departemen Sosial. Bimbingan Kesejahteraan Keluarga dan Masyarakat, Jakarta:
Direktorat Jenderal Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat, 1973.
Dewan Redaksi. Ensiklopedi Islam. Cet. Ke-3. Jakarta: Ikhtiar Van Hoven, 1999.
Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press,
2001.
Farid, Imam Sayuti, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama
Sebagai Teknik Dakwah, Surabaya : Fakultas Dakwah IAIN Surabaya ,
1997.
90
Goel, M. “Comparative Study of Single Child and Child with Sibling”. Terjemah dari
Anggarwal P. International Journal of Research in Social Sciences, 4 (2).
Hady, Asian. Pengantar Filsafat Agama. Jakarta: Rajawali Press. 1986.
Hafiz, M.Nur Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Cet. Ke-2. Bandung:
Mizan, 1997.
Hakim, Thursan. "Pengembangan Diri", Liberty, diakses pada tanggal 22 Maret 2015
dari http://id.wikepedia/yatim piatu
Iqbal, Muhammad. "Apa Itu Regresi, Regresi Linier, Analisis Asosiatif Kausalitas",
diakses pada 25 Juni 2015 dari http://dosen.perbanas.id/regresi/
J. Supranto. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.
Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”,
diakses pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/diri-2
Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”,
diakses pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/awas
Kamus Besar Bahasa Indonesia “Kamus Versi Online/ darling (Dalam Jaringan)”,
diakses pada 29 Juni 2015 dari http://kbbi.web.id/nasihat
Kutha Ratna, Nyoman. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Laili Prihatini, Rini. Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluh Sosial Keagamaan.
Jakarta: UIN Jakarta, 2014.
Latipun. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press, 2006.
Lauster, P. Personality Test: Tes Kepribadian. Terjemah dari D. H Gulo. Jakarta:
Bumi Aksara, 2012
Mahali, Mujab. Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al Qur'an, Cet. Ke-1. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2002.
Musnamar, Thohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami,
Jakarta: UII Press, 1992.
91
Nickerson, A. B., & Nagle, R. J. (2005). "Parent and Peer Attachment in Late
Childhood and Early Adolescense". The Journal of Early Adolescence, no.
25 (2).
Noom, M. J., Decovic, M., & Meeus, W. (2001). “Conceptual Analysis and
Measurement of Adolescent Autonomy”. Journal of Youth and Adolescence,
30 (5).
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52 Tahun 2009 tentang “Metode Penyuluhan
Pertanian”, diakses pada 25 Juni 2015 dari www.pertanian.go.id
Perry, Martin. Confidence Booster: Pedongkrak Kepercayaan Diri. Terjemah dari
Aditya Suharmoko. Jakarta: Erlangga, 2006.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori
dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Cet. Ke-3
Purwanti “Karakteristik Anak”, diakses pada 25 september 2015 Pkl 13.00 WIB dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KARAKTERISTIK/html.
Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994.
Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial
Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Rokhim Faqih, Ainul. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press.
2001.
Santosa, Perdana Wahyu dan Ayat Hidayat. Analisis Statistika untuk Skripsi, Tesis
dan Disertasi Ekonomi. Jakarta: Gramedia, 2011.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elek Media
Komutindo, 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfa Beta, 2001.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung: Teknik Tarsito,
1982.
92
Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and Counseling). Bandung:
CV. Ilmu, 1975.
Thoha, Chabib. Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996.
W.J.S., Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
2003.
Wijaya, Juhana. Psikologi Bimbingan. Bandung: Enerco. 1983.
Wijaya, Tony. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas
Atmajaya, 2009.
Yusuf LN, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2000.
Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986.
94
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Untuk pengisian identitas responden, Saudara/i silahkan mengisi pilihan yang tersedia dengan
melingkari (O) nomor pada jawaban yang sesuai dengan Anda. Misalnya, Anda ingin menjawab usia
saat ini 9 tahun, maka anda dapat melingkari angka 1. ≤ 10 tahun.
Berikutnya terdapat beberapa pernyataan, baca dan pahami daik-baik setiap pernyataan. Saudara/i
diminta untu mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Saudara/i,
dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu dari empat pilihan yang tersedia pada kolom bagian
kanan.
Jika jawaban Saudara/i:
Sangat Tidak Setuju, beri tanda (√) pada kolom STS
Tidak Setuju, beri tanda (√) pada kolom TS
Setuju, beri tanda (√) pada kolom S
Sangat Setuju, beri tanda (√) pada kolom SS
Contoh:
Jika anda menjawab setuju
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya fokus pada tujuan saya √
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh jawaban adalah
benar selama itu sesuai dengan diri saudara.
95
IDENTITAS KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia : 1. ≤ 10 tahun
2. > 10 tahun
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan
Pendidikan : 1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. Sarjana
Lama bergabung dg Yayasan : 1. 1 - 2 tahun
2. 3 – 4 tahun
3. > 4 tahun
Menetap di ... : 1. Yayasan
2. Rumah
Lokasi Rumah : 1. Dekat yayasan (daerah kota Depok)
2. Jauh dari yayasan
Kondisi : 1. Yatim
2. Piatu
3. Yatim Piatu
4. Tidak Mampu
Prestasi : 1. Sekolah 2. Yayasan 3. Keduanya 4. Tidak Keduanya
Aktif Organisasi : 1. Sekolah 2. Yayasan 3. Keduanya 4. Tidak Keduanya
Ekstrakulikuler : 1. Sekolah 2. Yayasan 3. Keduanya 4. Tidak Keduanya
Aktif tampil : 1. Sekolah 2. Yayasan 3. Keduanya 4. Tidak Keduanya
I. Bimbingan Agama
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya rutin menghadiri pengajian yang diadakan yayasan
2. Saya merasa semangat mengikuti pengajian yang diadakan yayasan
3. Saya merasakan manfaat dari ilmu yang saya dapat dari pengajian
yang diladakan di yayasan
4. Saya merasa mudah menyerap ilmu yang disampaikan dalam
pengajian di yayasan
5. Saya merasa lebih percaya diri setelah mengikuti pengajian yang
diadakan oleh yayaasan
96
6. Saya mengikuti pengajian yayasan karena kemauan saya sendiri
7. Saya mersa lebih berani tampil di depan umum setelah mengikuti
acara pengajian yayasan
8. Saya merasa bosan mengikuti pengajinan yang diadakan oleh
yayasan
9. Saya membutuhkan metode (cara) baru untuk pengajian di yayasan
10. Saya merasa pembimbing pengajian di yayasan peduli dengan saya
11. Saya merasa pembimbing di yayasan peduli kepada saya
12. Saya menyukai cara pembimbing di yayasan membimbing saya
13. Saya merasa mudah memahami nasehat pembimbing yayasan
14. Saya merasa diri saya tidak lebih unggul dibanding teman-teman
15. Saya merasa belum memiliki tempat untuk berbagi cerita
16. Saya merasa salah satu pembimbing yayasan sudah seperti keluarga
17. Saya merasa nyaman berada di lingkungan yayasan
18. Saya menaati setiap nasihat pembimbing yayasan
19. Saya merasa malu untuk bercerita dengan pembimbing yayasan
20. Saya merasa selama di yayasan mendapatkan bimbingan agama
II. Kepercayaan Diri
21. Saya tidak takut mengatakan ’tidak’ kepada orang lain karena mereka
tidak akan menyukai saya
22. Saya tidak setuju dengan semua orang hanya karena ingin diterima
23. Saya memberikan celah bagi diri sendiri untuk melakukan kesalahan
24. Saya memaafkan diri sendiri untuk kesalahan yang saya perbuat
25. Saya sering berfikir ”saya cukup baik”
26. Saya sering membandingkan diri dengan orang lain
27. Saya merasa bersalah jika tergoda melakukan sesuatu yang saya
inginkan
28. Saya tidak takut dengan gagasan baru untuk mencapai kesuksesan
29. Saya mudah membuat keputusan
30. Saya tidak merasa bersikap terlalu keras pada diri sendiri
31. Saya tidak mengkhawatirkan anggapan orang jika saya gagal
32. Saya tidak menganggap diri sebagai orang gagal jika melakukan
sesuatu dan gagal
33. Saya tidak merasa dipaksa untuk sukses
34. Saya lebih memilih mencoba walaupun gagal
35. Saya menerima kesempatan dan tantangan baru tanpa takut gagal
36. Saya harus sukses walaupun harus memenuhi ekspektasi (target)
97
yang tinggi
37. Ego saya berani untuk mengambil risiko tanpa takut gagal
38. Saya tidak mengacuhkan naluri yang mendorong saya mencoba
sesuatu yang baru
39. Saya tidak memikirkan kegagalan terlebih dahulu
40. Saya dapat berbicara dengan lancar dalam situasi sosial
41. Saya sulit melupakan nama orang
42. Saya mudah memulai pembicaraan
43. Saya menganggap penting obrolan ringan dangkal
44. Saya tidak takut dianggap ikut campur jika terlalu banyak bertanya
45. Saya tidak mengkhawatirkan anggapan orang lain terhadap saya
46. Saya merasa nyaman di hadapan orang yang tidak dikenal
47. Saya merasa nyaman membagi minat saya dengan orang lain
48. Saya tidak berhenti mengikuti berita terbaru
49. Saya tidak gelisah saat mengetahui akan tampil dii depan orang lain
50. Saya berusaha i tampil atau berbicara di depan umum
51. Saya merasa nyaman saat semua mata memandang saya saat
berbicara di depan
52. Saya tidak khawatir akan mempermalukan diri sendiri di depan orang
lain
53. Saya tidak khawatir orang lain mengkritik saya bila saya tampil di
depan umum
54. Saya tidak takut orang lain akan melihat saya takut dan rapuh
55. Saya tidak khawatir akan kehabisan kata-kata saat berbicara di depan
umum
56. Saya tidak akan merasa kehilangan harga diri jika saat berbicara di
depan umum tidak efektif
57. Saya tidak khawatir orang lain mengajukan pertanyaan yang saya
tidak bisa jawab.
98
LAMPIRAN
Tabel 3.3 Konstruksi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Butir-Butir Pernyataan
Bimbingan Agama Bimbingan Formal Saya rutin menghadiri pengajian yang diadakan yayasan
Saya merasa semangat mengikuti pengajian yang diadakan yayasan
Saya merasakan manfaat dari ilmu yang saya dapat dari pengajian yang diladakan di yayasan
Saya merasa mudah menyerap ilmu yang disampaikan dalam pengajian di yayasan
Saya merasa lebih percaya diri setelah mengikuti pengajian yang diadakan oleh yayaasan
Saya mengikuti pengajian yayasan karena kemauan saya sendiri
Saya merasa lebih berani tampil di depan umum setelah mengikuti acara pengajian yayasan
Saya merasa bosan mengikuti pengajinan yang diadakan oleh yayasan
Saya membutuhkan metode (cara) baru untuk pengajian di yayasan
Saya merasa pembimbing pengajian di yayasan peduli dengan saya
Bimbingan Non Formal Saya merasa pembimbing di yayasan peduli kepada saya
Saya menyukai cara pembimbing di yayasan membimbing saya
Saya merasa mudah memahami nasehat pembimbing yayasan
Saya merasa diri saya tidak lebih unggul dibanding teman-teman
Saya merasa belum memiliki tempat untuk berbagi cerita
Saya merasa salah satu pembimbing yayasan sudah seperti keluarga
Saya merasa nyaman berada di lingkungan yayasan
Saya menaati setiap nasihat pembimbing yayasan
Saya merasa malu untuk bercerita dengan pembimbing yayasan
Saya merasa selama di yayasan mendapatkan bimbingan agama
Kepercayaan Diri Academic Saya merasa memiliki keunggulan (prestasi) di bidang akademik
Saya yakin akan berhasil dengan prestasi akademik yang saya miliki
Saya berusaha untuk mencapai prestasi akademik terbaik
Saya berhasil karena intelektual akademik yang saya miliki
Saya akan tampil maksimal di depan umum dengan kemampuan intelektual yang saya miliki
Apperance Saya memiliki penampilan fisik yang mendukung kepercayaan diri saya
99
Saya memiliki penampilan fisik yang lebih unggul dibanding orang lain
Saya merasa bangga dengan fisik yang saya miliki
Saya tampil maksimal di depan umum karena penampilan fisik saya yang mendukung
Saya merasa nyaman saat semua mata memandang saya karena penampilan yang mendukung
Athletics Saya bangga dengan prestasi bidang olah raga yang saya miliki
Saya akan berhasil di bidang olah raga
Saya percaya diri saat tampil di bidang olah raga
Saya berhasil karena didukung dengan kemampuan olah raga yang saya miliki
Saya merasa semakin bersemangat olah raga saat banyak orang yang menonton
Romantic Saya merasa supel dalam bergaul
Saya merasa mudah mendapatkan teman
Saya percaya diri saat memulai sebuah perkenalan
Saya memiliki prestasi karena sifat mudah bergaul yang saya miliki
Saya mudah berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain
Social Saya tidak canggung saat bertemu dengan teman baru
Saya merasa nyaman di lingkungan baru
Saya merasa nyaman di sekitar orang banyak yang belum saya kenal
Saya akan sukses karena saya mudah menyesuaikan diri
Saya mampu mendominasi saat bekerjasama dengan orang lain
Speaking Saya memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara di depan umum
Saya mampu menyampaikan isi pikiran saya dengan baik
Saya tidak khawatir orang lain mengkritik saya bila saya tampil di depan umum
Saya tidak khawatir akan kehabisan kata-kata saat berbicara di depan umum
Saya tidak khawatir orang lain mengajukan pertanyaan yang saya tidak bisa jawab.
General Saya tidak menganggap diri sebagai orang gagal jika melakukan sesuatu dan gagal
Saya lebih memilih mencoba walaupun gagal
Saya menerima kesempatan dan tantangan baru tanpa takut gagal
Saya yakin akan sukses dengan kemampuan yang saya miliki
Mood Saya tidak mengkhawatirkan anggapan orang lain jika saya gagal
Saya memaafkan diri sendiri untuk kesalahan yang saya perbuat
Saya tidak mengkhawatirkan anggapan orang lain terhadap saya
Sumber: Data Olahan, 2015
100
LAMPIRAN
DATA KUESIONER RESPONDEN
Butir/ No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3
2 4 4 4 3 4 4 3 1 2 2 2 3 4 2 1
3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2
4 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2
5 3 3 4 4 3 1 3 1 3 4 3 3 3 3 2
6 3 4 3 3 4 4 3 1 4 1 1 3 3 1 3
7 3 4 4 3 3 4 4 1 3 4 3 3 3 3 4
8 3 4 3 3 4 4 4 1 4 4 4 4 3 2 1
9 3 4 3 3 2 4 4 1 4 4 4 4 3 2 1
10 3 4 3 3 3 4 1 4 4 4 4 3 2 1 2
11 3 3 3 2 4 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2
12 4 4 4 3 4 4 3 1 2 2 2 3 4 2 1
13 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3
14 4 4 4 3 4 4 3 1 2 2 2 3 4 2 1
15 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2
16 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2
17 3 3 4 4 3 1 3 1 3 4 3 3 3 3 2
18 3 4 3 3 4 4 3 1 4 1 1 3 3 1 3
19 3 4 4 3 3 4 4 1 3 4 3 3 3 3 4
20 3 4 3 3 4 4 4 1 4 4 4 4 3 2 1
21 3 4 3 3 2 4 4 1 4 4 4 4 3 2 1
22 3 4 3 3 3 4 1 4 4 4 4 3 2 1 2
23 3 3 3 2 4 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2
24 4 4 4 3 4 4 3 1 2 2 2 3 4 2 1
25 3 4 3 3 2 4 4 1 4 4 4 4 3 2 1
26 3 4 3 3 3 4 1 4 4 4 4 3 2 1 2
27 3 3 3 2 4 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2
28 4 4 4 3 4 4 3 1 2 2 2 3 4 2 1
29 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3
30 4 4 4 3 4 4 3 1 2 2 2 3 4 2 1
31 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2
32 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2
33 3 3 4 4 3 1 3 1 3 4 3 3 3 3 2
101
Butir/ No. Resp 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 4 4 3 4 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3
2 2 3 4 1 4 1 4 4 4 2 2 4 1 1 2
3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3
4 2 4 3 3 4 2 1 2 2 3 4 3 3 3 2
5 4 3 4 3 3 1 2 3 4 4 1 1 3 3 2
6 4 4 4 1 4 1 2 3 4 4 2 3 1 2 2
7 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
8 3 3 4 3 4 2 2 3 2 2 3 4 1 2 4
9 2 3 3 3 4 1 2 1 1 2 2 3 2 2 4
10 3 3 3 4 1 2 2 3 3 2 2 1 3 3 2
11 2 4 3 3 4 2 1 2 2 3 4 3 3 3 2
12 2 3 4 1 4 1 4 4 4 2 2 4 1 1 2
13 4 4 4 3 4 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3
14 2 3 4 1 4 1 4 4 4 2 2 4 1 1 2
15 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3
16 2 4 3 3 4 2 1 2 2 3 4 3 3 3 2
17 4 3 4 3 3 1 2 3 4 4 1 1 3 3 2
18 4 4 4 1 4 1 2 3 4 4 2 3 1 2 2
19 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
20 3 3 4 3 4 2 2 3 2 2 3 4 1 2 4
21 2 3 3 3 4 1 2 1 1 2 2 3 2 2 4
22 3 3 3 4 1 2 2 3 3 2 2 1 3 3 2
23 2 4 3 3 4 2 1 2 2 3 4 3 3 3 2
24 2 3 4 1 4 1 4 4 4 2 2 4 1 1 2
25 2 3 3 3 4 1 2 1 1 2 2 3 2 2 4
26 3 3 3 4 1 2 2 3 3 2 2 1 3 3 2
27 2 4 3 3 4 2 1 2 2 3 4 3 3 3 2
28 2 3 4 1 4 1 4 4 4 2 2 4 1 1 2
29 4 4 4 3 4 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3
30 2 3 4 1 4 1 4 4 4 2 2 4 1 1 2
31 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3
32 2 4 3 3 4 2 1 2 2 3 4 3 3 3 2
33 4 3 4 3 3 1 2 3 4 4 1 1 3 3 2
102
Butir/ No. Resp 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
1 4 1 1 2 2 2 1 3 2 3 1 3 2 2 3
2 4 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2
3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2
4 3 2 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3
5 3 3 1 3 1 2 2 3 3 2 2 2 1 3 3
6 3 1 1 3 1 2 2 3 4 3 2 2 1 3 3
7 3 1 1 3 1 2 2 3 3 3 2 1 1 3 4
8 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 3
9 2 3 3 3 2 1 2 3 4 3 2 2 4
10 2 4 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3 1 3 3
11 3 2 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3
12 4 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2
13 4 1 1 2 2 2 1 3 2 3 1 3 2 2 3
14 4 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2
15 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2
16 3 2 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3
17 3 3 1 3 1 2 2 3 3 2 2 2 1 3 3
18 3 1 1 3 1 2 2 3 4 3 2 2 1 3 3
19 3 1 1 3 1 2 2 3 3 3 2 1 1 3 4
20 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 3
21 2 3 3 3 2 1 2 3 4 3 2 2 4
22 2 4 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3 1 3 3
23 3 2 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3
24 4 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2
25 2 3 3 3 2 1 2 3 4 3 2 2 4
26 2 4 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3 1 3 3
27 3 2 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3
28 4 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2
29 4 1 1 2 2 2 1 3 2 3 1 3 2 2 3
30 4 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2
31 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2
32 3 2 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3
33 3 3 1 3 1 2 2 3 3 2 2 2 1 3 3
103
Butir/ No. Resp 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
1 3 2 2 2 2 3 4 2 4 3 2 2
2 2 2 3 1 1 1 4 1 1 2 4 2
3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3
4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3
5 4 4 2 3 1 4 4 4 1 2 3 3
6 4 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4
7 4 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4
8 3 3 3 2 1 2 2 3 2 2 3 3
9 1 3 2 2 4 2 4 4 2 1 4 2
10 3 3 2 2 4 2 2 2 3 2 2 1
11 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3
12 2 2 3 1 1 1 4 1 1 2 4 2
13 3 2 2 2 2 3 4 2 4 3 2 2
14 2 2 3 1 1 1 4 1 1 2 4 2
15 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3
16 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3
17 4 4 2 3 1 4 4 4 1 2 3 3
18 4 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4
19 4 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4
20 3 3 3 2 1 2 2 3 2 2 3 3
21 1 3 2 2 4 2 4 4 2 1 4 2
22 3 3 2 2 4 2 2 2 3 2 2 1
23 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3
24 2 2 3 1 1 1 4 1 1 2 4 2
25 1 3 2 2 4 2 4 4 2 1 4 2
26 3 3 2 2 4 2 2 2 3 2 2 1
27 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3
28 2 2 3 1 1 1 4 1 1 2 4 2
29 3 2 2 2 2 3 4 2 4 3 2 2
30 2 2 3 1 1 1 4 1 1 2 4 2
31 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3
32 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3
33 4 4 2 3 1 4 4 4 1 2 3 3
104104
LAMPIRAN
105
Tabel 5.2 Blue Print Item-Total Statistics
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
pert_1 147.88 63.839 -.702 .423
pert_2 147.25 60.500 -.099 .392
pert_3 147.50 57.714 .246 .363
pert_4 147.88 56.696 .300 .353
pert_5 147.62 60.839 -.137 .396
pert_6 147.50 62.571 -.220 .428
pert_7 148.00 55.429 .269 .346
pert_8 149.38 63.696 -.285 .438
pert_9 147.62 59.411 .003 .386
pert_10 147.75 54.500 .241 .344
pert_11 148.00 57.714 .070 .378
pert_12 147.75 58.214 .222 .367
pert_13 148.12 62.125 -.251 .411
pert_14 148.75 53.357 .452 .319
pert_15 148.75 47.643 .790 .241
pert_16 147.75 50.214 .716 .275
pert_17 147.62 57.411 .296 .359
pert_18 147.50 64.286 -.401 .434
pert_19 148.38 55.982 .182 .358
pert_20 147.50 56.571 .142 .365
pert_21 149.12 52.125 .596 .301
pert_22 148.75 65.071 -.410 .445
pert_23 148.00 63.714 -.469 .425
pert_24 148.12 68.696 -.534 .482
pert_25 148.12 53.554 .471 .320
pert_26 148.50 57.143 .143 .367
106
pert_27 148.25 63.643 -.269 .441
pert_28 148.88 55.268 .254 .347
pert_29 148.62 55.411 .364 .341
pert_30 148.50 56.571 .251 .355
pert_31 148.12 58.411 .040 .383
pert_32 148.88 73.839 -.781 .520
pert_33 149.62 67.696 -.674 .464
pert_34 148.75 53.071 .624 .310
pert_35 149.75 58.214 .222 .367
pert_36 149.00 60.000 .000 .383
pert_37 149.00 64.857 -.597 .435
pert_38 148.12 58.411 .271 .368
pert_39 148.38 56.839 .232 .358
pert_40 148.75 50.786 .865 .278
pert_41 149.25 62.214 -.333 .409
pert_42 148.88 62.125 -.251 .411
pert_43 149.25 66.786 -.523 .460
pert_44 148.25 59.357 .060 .380
pert_45 148.00 53.714 .766 .314
pert_46 147.75 53.071 .624 .310
pert_47 148.12 56.696 .207 .359
pert_48 148.62 65.125 -.646 .437
pert_49 148.88 56.411 .330 .350
pert_50 148.88 60.696 -.112 .412
pert_51 148.50 53.143 .445 .317
pert_52 147.75 58.214 .074 .377
pert_53 148.50 53.714 .400 .325
pert_54 148.62 50.839 .531 .291
pert_55 148.50 54.571 .651 .325
pert_56 148.25 65.071 -.488 .440
pert_57 148.25 53.643 .349 .328
107