Post on 01-Jul-2019
UangTebusan
Rp104triliun
OP UMKM:Rp5,30 triliun Badan
Non UMKM:Rp12,5 triliun
Badan UMKM:Rp370 miliar
OP Non UMKM:Rp85,9 triliun
DashboardPengampunan Pajak
Harta Rp4.381triliun
Deklarasi LNRp1.015 triliun
Deklarasi DNRp3.224 triliun
RepatriasiRp141 triliun
RealisasiSetoran
Pajak
Rp112triliun
PembayaranBukti Permulaan
SetoranRp104 triliun
Sumber: www.pajak.go.id
Ket: * target proyeksi, berdasarkan data
Minggu (19/2/2017) jam 16:39 WIB
Rp781 miliar Rp6,59 triliunPembayaranTunggakan
SINERGI KELEMBAGAAN
PR Besar Integrasi Data “Pendaftaran NPWP itu memang tidak susah karena orang mau bayar pajak jadi enggak kami persulit.
Dia tinggal melampirkan KTP saja saat datang ke KPP.Problemnya kami belum punya mekanisme untuk menge-
cek KTP-nya ini valid atau tidak.”
Kurniawan A. Wicaksonokurniawan.agung@bisnis.com
Itulah ungkapan Hestu YogaSaksama, Direktur Penyuluh-an, Pelayanan, dan HubunganMasyarakat Ditjen Pajak (DJP) saat memberikan keterang-an terkait dengan pencegahan
yang dilakukan aparat Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) terhadap impor 32 kartu nomor pokok wajib pajak (NPWP) dari Kamboja, pada awal bulan ini.
Pasalnya, sebanyak 30 dari 32 kartuNPWP tersebut dinyatakan valid karenasesuai dengan master fi le yang dimilikiDitjen Pajak. Di sisi lain, 36 kartutanda penduduk elektronik (e-KTP)yang ikut diimpor bersama NPWP itu dinyatakan tidak valid oleh pihakDitjen Kependudukan dan Catatan Sipil(Dukcapil) Kemendagri.
Hestu mengakui kejadian tersebut mem buktikan adanya permasalahan besar pada integrasi data antar instansidi negara ini. Logikanya, jika KTP yang menjadi acuan pembuatan NPWP, adadua data yang berkaitan. Masalahnya, selama ini DJP tidak mampu me ngecek keabsahan KTP yang dibawa WP.
Lemahnya sinergi kelembagaan terutama dari sisi pertukaran basisdata, diakuinya, menjadi celah bagi oknum-oknum yang ingin melancarkanaksi buruk. Oleh karena itu, jaringandata yang saling terkait harus mulaidipikirkan. Dalam jangka dekat, DJP akan menerapkan satu identitas tunggaluntuk NPWP dan nomor kepabeananyang selama ini di DJBC.
Adanya integrasi identitas yang ber-muara pada nomor induk kependu-duk an (NIK) diyakini juga mampu
meningkatkan kepatuhan pembayaran pajak di Indonesia. Pasalnya, dengansistem self assessment dalam perpajak-an Indonesia, akses data menjadi poin krusial. Keterkaitan data dalamsatu nomor identitas tunggal mampu merekam seluruh aktivitas, terutama yang berkaitan dengan ekonomi.
“Jadi identitas itu menjadi syarat un tuk pembelian barang, asuransi, ti -ket, dan lainnya sehingga semua data te rekam dan memudahkan DJP meng-awasi kepatuhan wajib pajak,” celetuk Hestu.
Pada saat ini, DJP menggantungkandata dari pihak ketiga melalui PeraturanPemerintah (PP) No. 31/2012 tentangPemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan De ngan Perpajakan. Jenis data dan In for masi a.l. kekayaan atau har ta, utang, penghasil-an, biaya yang menjadi beban, transaksi keuangan, dan kegiatan ekonomi orang pribadi atau badan.
Nyatanya, ada harta orang Indonesia dengan nilai lebih dari Rp4.300 triliun atau sekitar 35% produk domestikbruto (PDB) yang dideklarasikan da lamke bijakan amnesti pajak, yang akanber akhir 39 hari lagi. Artinya, masihba nyak harta yang selama ini tidak ma -suk dalam sistem perpajakan Tanah Air.
Tegahan impor NPWP awal bulan inimenjadi satu paket dengan 36 lembarkartu tanda penduduk (KTP), satu buku tabungan, serta satu kartu anjungan tunai mandiri (ATM). Heru Pambudi,
Dirjen Bea dan Cukai mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mendalami motif dari pengiriman barang tersebut.
Hasil kajian sementara, ada dugaanupaya tindakan kejahatan ekonomi, se perti kejahatan siber, perbankan, judionline, narkoba, prostitusi, dan pencu-cian uang. Otoritas juga akan meneliti aliran transaksi keuangan bersama ins tansi terkait, seperti Kepolisian danPusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
MENDESAKYustinus Prastowo, Direktur Eksekutif
Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) menilai adanya kasus tersebutsemakin membuat kebutuhan integrasi data dalam single identifi cation number (SIN) bersifat mendesak. Dalam catatanBisnis, Prastowo juga pernah meminta agar SIN menjadi satu kesatuan refor-masi pascaimplementasi amnesti pajak.
Apalagi, Presiden Joko Widodo su -dah kadung memberi sinyal penurunan tarif pajak penghasilan dalam agenda reformasi perpajakan. Tanpa identitas tunggal, akan ada insentif ganda karenasistem perpajakan yang lemah sebagaiimbas dari tidak sinkronnya data satu instansi dengan yang lainnya.
“Saya kira ini mendesak ya. Jika tax identity dan citizen identity sudahterintegrasi, maka hal-hal manipulasikejahatan begini bisa lebih mudahditangkal,” tuturnya.
Oleh karena itu, komitmen yangsudah ada saat ini untuk melakukan integrasi data harus dijalankan secara konsiste n. Pihaknya berpendapat hal ini bisa dimulai dengan penyelesaian administrasi kependudukan yang diikutidengan pembangunan sistem berbasis teknologi informasi.
Identifi kasi masalah dan jalan keluar sebenarnya sudah ditemukan. Komit-men dan konsistensi dari seluruh lini,setiap kementerian/lembaga menjadikunci. Apalagi, ini belum membicara-kan sinkronisasi data yang selama ini sensitif dan paling ampuh untuk me-nyongsong era keterbukaan informasi untuk perpajakan. Ya, data perbankan.Kita lihat.
Ditjen Pajak tidak mampu mengecek keabsahan kartu tanda penduduk yang dibawa oleh wajib pajak.
SEPUTAR AMNESTI PAJAKSenin, 20 Februari 2017 5
Bisnis Indonesia, Media Indonesia, Republika, 20 Februari 2017