Post on 19-Jun-2015
I. Judul : Penetapan golongan darah
II. Hari/tanggal : Sabtu/1 mei 2010
III Tujuan : 1. untuk mengetahui macam-macam golongan darah
2. untuk mengamati adanya aglutinasi
IV. Kajian Pustaka :
Dalam tubuh manusia terdapat tiga golongan darah utama yaitu golongan
darah ABO, golongan darah Rhesus (Rh) dan golongan darah MN.
Golongan darah ABO
Ditinjau dari golongan ini, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan.
Pengelompokan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel
darah merah yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen) dan ada
tidaknya suatu zat tertentu di dalam plasma darah. Ada dua macam aglutinogen
yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B, dan dua macam aglutinin yaitu aglutinin
A/alfa dan aglutinogen B/beta. (Wulangi, 1993)
Aglutinogen merupakan polisakarida dan terdapat tidak saja terbatas di
dalam sel darah merah tetapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-
paru, testis dan semen. (Michael, 2009)
Seseorang disebut mempunyai golongan darah A, bila di dalam sel darah
merahnya terdapat aglutinogen A dan aglutinin B/beta ; golongan darah B, bila di
dalam sel darah merahnya terdapat aglutinogen B dan agglutinin A/alfa ; golongan
darah AB, bila mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi tidak
memiliki agglutinin A dan agglutinin B ; golongan darah O, bila di dalam sel
darah merahnya terdapat agglutinin A dan agglutinin B, tetapi tidak memiliki
aglutinogen A dan aglutinogen B.
Perlu dicatat disini bahwa golongan darah O yang tidak mempunyai
aglutinogen A dan aglutinogen B, merupakan golongan darah yang paling banyak
dijumpai pada hampir 47% penduduk dunia, sedangkan golongan darah AB
adalah yang paling sedikit dijumpai, hanya sekitar 3% dari jumlah penduduk
dunia. (wulangi, 1993)
Bila suatu aglutinogen (misalnya A) terdapat di dalam sel darah merah
tertentu, maka aglutinin yang bersangkutan (anti A atau alfa) tidak boleh ada di
dalam plasma. Demikian pula, bila aglutinogen tidak terdapat di dalam sel darah
merah, aglutinin yang bersangkutan harus ada di dalam plasma.
Apa yang telah dijelaskan ini merupakan hukum Landsteiner. Kalau
aglutinogen bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan (misalnya, aglutinogen
A bertemu dengan aglutinin/anti A atau aglutinogen B bertemu dengan
aglutinin/anti B) maka terjadilah aglutinasi, yaitu sel darah merah akan
berkelompok dan diikuti oleh “hemolisa”. Hemolisa adalah peristiwa keluarnya
hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju ke cairan sekelilingnya.
Keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah.
(Eckert, 1978)
Ada 2 macam hemolisa yaitu :
1. hemolisa osmotic.
Hemolisa osmotic terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara
tekanan osmosis cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di
sekililing sel darah merah
2. hemolisa kimiawi
Pada hemolisa kimiawi, membran sel darah merah dirusak oleh
macam-macam substansi kimia. Pada dasarnya membran sel darah
merah terutama terdiri dari lipida dan protein yang membentuk suatu
lapisan yang disebut lipoprotein. Jadi setiap substansi kimia yang dapat
melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau melarutkan
membran sel darah merah.
Kehadiran aglutinin di dalam plasma darah sudah ada sejak lahir, namun
demikian kadar aglutinin akan berbeda menurut umur. Kadar maksimum aglutinin
tercapai pada umur 8 sampai 10 tahun, kemudian menurun lagi pada umur
berikutnya. Sebagaimana diketahui bahwa aglutinin adalah gama globulin dan
dibuat di dalam sel-sel yang juga menghasilkan benda kebal. Globulin merupakan
benda penolak yang dapat melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh. (Wilson,
1986)
Golongan Darah Berdasarkan System Rhesus
Pada tahun 1940, Landsteiner dan Wiener menemukan golongan darah
lain yang dikenal dengan nama factor Rhesus (Rh). Faktor Rh ini semula berasal
dari jenis kera Rhesus macaca. Selain aglutinogen A dan aglutinogen B, ada pula
aglutinogen lain yaitu aglutinogen C, D, dan E. diantaranya, aglutinogen D adalah
yang utama. Bila sesorang di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen
D, maka orang tersebut adalah bergolongan Rh+ (Rh positif). Diantara orang-
orang barat kurang lebih 85% daripada seluruh populasinya mempunyai
aglutinogen D, sedangkan 15% sisanya tidak mempunyai aglutinogen D dan
disebut Rh negative (Rh- ).
Berbeda dengan golongan darah ABO, yang di dalam plasmanya tidak
terdapat anti D, maka orang yang Rh- nya dapat membentuk anti D setelah
mendapat transfusi darah dari orang yang Rh+ . orang yang Rh+ tidak dapat
membentuk anti D, maka dari itu dapat menerima darah dengan aman , baik dari
orang yang Rh+ atau dari orang yang Rh-. Jadi transfusi darah dari Rh- ke Rh+
selalu dapat dilakukan tanpa mengakibatkan hal yang diinginkan.
Faktor Rh+ diturunkan secara dominant, jadi Rh+ dapat berupa Rhesus
homozigot (DD) atau Rhesus heterozigot (Dd). Rh- tidak mengandung
aglutinogen D, sehingga satu-satunya kemungkinan Rh- adalah homozigot dd.
(Wulangi, 1993). Bila wanita dengan Rh- kawin dengan pria Rh+ yang homozigot,
semuanya anaknya adalah Rh+. Bila hal ini terjadi, dapatlah timbul hal yang tidak
diinginkan.
Telah diketahui, bayi yang masih berada di dalam uterus mempunyai
jantung dan peredaran darah tersendiri dan sel darahnya juga tidak tergantung atau
tidak berasal dari darah ibunya.
Plasenta memungkinkan terjadinya pemindahan zat baik dari peredaran
darah ibu ke peredaran darah fetus atau sebaliknya. Dalam keadaan normal, sel
darah merah tidak dapat pindah dari peredaran darah yang satu ke yang lain. Bila
darah ibu (Rh-) yang karena transfusi misalnya mengandung anti D, anti D ini
dapat melalui plasenta menuju ke peredaran darah bayi (Rh+). Akibatnya anti D
akan bertemu dengan aglutinogen D dan menyebabkan aglutinasi sel darah merah
bayi. Bila anti D cukup banyak, bayi akan mati. Seandainya bayi yang lahir dapat
hidup, bayi menderita kekuningan yang berat. Keadaan yang demikian itu disebut
icterus gravis neonatorum. (Wilson, 1986)
Golongan Darah MN
Pada tahun 1927, Landsteiner dan Levine menemukan aglutinogen macam
lain di dalam sel darah merah, yaitu aglutinogen M dan N. hal ini akan
menghasilkan tiga macam golongan darah yaitu golongan darah M, N, dan MN.
(Michael, 2009) Berbeda dengan golongan darah ABO, golongan darah MN tidak
disertai kehadiran aglutinogen di dalam plasma darah, maka dari itu pada transfusi
darah, tidak perlu diperhatikan ketiga aglutinogen ini. Aglutinogen ini bermanfaat
untuk membantu menetukan orang tua seseorang. Karena aglutinogen M dan N
diturunkan menurut hukum Mendel, dengan mengetahui jenis golongan darah
seseorang, dapatlah ditentukan bahwa seseorang pasti ayahnya. Bila ada bayi
tertukar di rumah sakit bersalin, dengan menguji golongan darah MN dapat
diketahui kemungkinan orang tua mereka yang sebenarnya. (Eckert, 1978)
V. Alat & Bahan
Alat
1. kaca objek
2. jarum Francke
3. kapas
Bahan
1. alcohol 70%
2. serum anti A dan anti B
VI. Prosedur Kerja
1. disediakan kaca benda yang bersih dan bening
2. dibersihkan permukaan ujung jari ke 3 atau ke 4 dari probandus
dengan alcohol 70%
3. diteteskan tetesan darah pertama pada salah satu ujung kaca benda dan
tetesan darah kedua pada ujung lainnya dari kaca benda tersebut.
4. diteteskan setetes kecil serum anti A dan serum anti B pada darah yang
terdapat dikedua sisi kaca benda
5. digoyangkan kaca benda dengan membuat gerakan lingkaran
6. diamati kedua tetesan darah yang telah diberi serum anti A dan anti B,
apakah terjadi aglutinasi atau tidak
Pembahasan
Sistem penggolongan darah ABO didasarkan pada ada tidaknya suatu zat
tertentu di dalam plasma darah & sel darah merah. Zat tertentu yang dimaksudkan
berada dalam plasma darah adalah aglutinin, sedangkan zat tertentu yang
dimaksudkan berada dalam sel darah merah adalah aglutinogen.
Aglutinin merupakan bentuk gama globulin dan dibuat di dalam sel-sel
yang juga menghasilkan benda kebal. Menurut Wilson (Wilson, 1986 ) globulin
itu sendiri merupakan benda penolak yang dapat melawan antigen/aglutinogen
yang masuk ke dalam tubuh. Jumlah/kadar aglutinin pada manusia berbeda-beda
menurut tingkat perkembangannya (usia). Menurut Wilson (Wilson, 1986) kadar
maksimum aglutinin tercapai pada umur 8 sampai 10 tahun, kemudian menurun
lagi pada umur berikutnya.
Aglutinogen merupakan bentuk polisakarida, dan menurut Michael
(Michael, 2009 ) aglutinogen ini tidak hanya terdapat di dalam sel darah merah
tetapi juga di kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testis, dan semen.
Berdasarkan sistem penggolongan ABO, aglutinogen yang terdapat di
dalam sel darah merah terdiri atas aglutinogen A dan aglutinogen B, sedangkan
aglutinin yang terdapat di dalam plasma darah terdiri atas aglutinin A dan
aglutinin B. keberadaan/kepemilikan aglutinogen maupun aglutinin pada
golongan darah A, B, O, dan AB dapat dilihat pada table berikut ini.
Table perbedaan antar golongan darah
Berdasarkan aglutinin dan aglutinogen yang dimiliki
Golongan
darah
Aglutinin Aglutinogen
A A B
B B A
O A & B Tidak ada
AB Tidak ada A & B
Berdasarkan penjelasan dari table di atas dapat dikatakan bahwa
keberadaan aglutinin yang bersangkutan (misalnya aglutinin B) yang ada di dalam
plasma bersifat membahayakan terhadap aglutinogen (misalnya B) yang ada di
dalam sel darah merah tertentu.
Kalau aglutinogen bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan maka
terjadilah aglutinasi. Aglutinasi mengakibatkan sel darah merah akan
berkelompok dan diikuti dengan hemolisa. Menurut Eckert (Eckert,1978 )
hemolisa adalah keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju ke
cairan sekelilingnya.
Oleh karena itu, bila aglutinogen (misalnya aglutinogen B) terdapat di
dalam sel darah merah tertentu, maka aglutinin yang bersangkutan (misal
aglutinin B) tidak boleh ada di dalam plasma, melainkan aglutinin yang tidak
bersangkutan (misal aglutinin A) saja yang boleh ada di dalam plasma. Begitu
pula bila tidak terdapat aglutinin di dalam plasma, maka harus ada aglutinogen
yang bersangkutan dan bila tidak terdapat aglutinogen di dalam sel darah merah,
maka harus ada aglutinin yang bersangkutan di dalam plasma.
Uaraian/penjelasan tadi ternyata telah dibuktikan melalui percobaan yang
telah dilakukan, melalui pemberian serum anti A dan anti B pada darah
probandus. Melalui pengamatan dengan mata telanjang tampak darah yang diberi
serum anti A mengalami penggumpalan/aglutinasi. Sehingga dapat diketahui
golongan darah dari probandus adalah A. kenapa hal ini bisa terjadi?
Serum anti A mengandung agglutinin yang dapat menggumpalkan darah
golongan A dan AB, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan B dan O.
Ketika serum anti A diberikan pada darah probandus yang terletak pada
salah satu bagian/ujung kaca benda, maka agglutinin A yang berasal dari serum
anti A bertemu dengan aglutinogen A yang ada di dalam sel darah merah.
Pertemuan ini mengakibatkan terjadinya penumpukan sel darah merah, semakin
banyak sel darah merah yang menumpuk, maka semakin tinggi konsentrasi zat
terlarut dalam cairan yang terdapat di ruang antar sel, ini berarti sel darah merah
berada dalam lingkungan yang hipertonik. Sehingga zat-zat atau partikel dalam
cairan yang berada di luar sel atau di ruang antar sel cenderung bergerak
menembus masuk ke dalam sel darah merah melalui membran selektif permeable.
Substansi kimia yang dapat melarutkan lemak khusunya lipoprotein yang
merupakan komponen penyusun lapisan membran sel, sehingga sel darah merah
pecah atau lisis dan seketika itu juga hemoglobin keluar dari sel darah merah.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua sel darah merah yang lisis/pecah,
melainkan sel darah merah yang sudah tua yang berkemungkinan besar dalam
mengalami lisis. Ini dikarenakan membran sel darah merahnya yang sudah lemah
dan mudah pecah/rusak. Berbeda dengan sel darah merah yang muda/baru, yang
memiliki membran sel yang kuat dan tidak mudah pecah/rusak. Oleh karena itu,
kemungkinan sel darah merah muda untuk lisis adalah sangat kecil.
Serum anti B mengandung aglutinin yang dapat menggumpalkan darah
golongan B dan AB, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan A dan O
Ketika serum anti B diberikan pada darah probandus yang terletak pada
salah satu ujung atau bagian lain kaca benda, menunjukkan tidak terjadinya
aglutinasi/penggumpalan. Ini dikarenakan aglutinogen yang terdapat di dalam sel
darah merah tidak bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan yang berasal dari
serum anti B. ini menunjukkan kesesuaian antara serum anti B dengan darah
probandus atau bisa dikatakan serum ini tidak berpengaruh pada darah probandus.
Menurut Wulangi (Wulangi, 1993 ) “golongan darah A memiliki
agglutinin B”. Sehingga bisa dipastikan bahwa probandus bergolongan darah A.
Golongan darah AB tidak memiliki aglutinin A dan aglutinin B, hal ini
dikarenakan golongan darah AB bersifat recipient universal, dimana golongan ini
hanya mampu menerima darah yang ditransfusikan dari berbagai golongan darah
termasuk golongan darah AB itu sendiri. Karena golongan ini mempunyai dua
macam aglutinogen (A&B), maka ketika darah dari golongan lain (A,B, dan O)
ditransfusikan ke golongan ini, pada saat itu golongan AB akan mempertemukan
satu macam aglutinogen (misalnya B) yang terdapat di dalam sel darah merah
tertentu dengan aglutinogen yang bersangkutan (B) yang terdapat di dalam sel
darah merah dari golongan di luar AB (A, B, dan O). ini berarti bila aglutinin
tidak terdapat di dalam plasma darah, maka aglutinogen yang bersangkutan harus
ada di dalam sel darah merah. Golongan darah AB hanya dapat mentransfusikan
darah ke sesama golongannya.
Serum anti A dan anti B yang diberikan pada darah probandus yang
terdapat di kedua sisi kaca benda menunjukkan terjadinya aglutinasi. Ini berarti
darah probandus tidak memiliki aglutinin yang bersangkutan di dalam plasma
darah. Sehingga aglutinin yang terdapat pada kedua serum tidak bertemu dengan
aglutinin yang bersangkutan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka dapat dipastikan probandus bergolongan darah AB.
Golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A dan aglutinogen B, hal ini
dikarenakan golongan darah O bersifat donor universal, dimana golongan ini
mampu mentransfusikan darah ke berbagai golongan darah (A, B, dan AB)
termasuk golongan darah O itu sendiri. Karena golongan ini mempunyai dua
macam aglutinin (A&B), maka ketika darah ditransfusikan dari golongan ini ke
berbagai golongan lainnya, pada saat itu golongan darah O akan mempertemukan
satu macam aglutinin (misalnya A) yang ada dalam plasma darah dengan aglutinin
yang bersangkutan (A) dari golongan darah di luar O (golongan darah B). ini
berarti bila aglutinogen tidak terdapat di dalam sel darah merah, maka aglutinin
yang bersangkutan harus ada di dalam plasma darah. Berdasarkan uraian yang
telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dipastikan probandus bergolongan darah
AB.
Serum anti A dan anti B yang diberikan pada darah probandus yang
terdapat pada kedua sisi kaca benda menunjukkan tidak terjadinya aglutinasi. Ini
berarti darah probandus memiliki aglutinin yang bersangkutan dengan aglutinin
yang terdapat pada kedua serum, sehingga aglutinin yang berasal dari plasma
darah dapat bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan dari serum anti A dan
anti B. berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
dipastikan probandus bergolongan darah O.
VIII. Kesimpulan
Penetapan golongan darah ABO, didasarkan pada ada tidaknya
aglutinogen (A&B) dan aglutinin (A&B), sehingga dikenal adanya
golongan darah A, B, O, dan AB.
Penetapan golongan darah pada System Rhesus didasarkan pada
adanya/ditemukannya aglutinogen selain A, B, O, dan AB. Yaitu
aglutinogen C, D (paling utama), dan E
Bila di dalam sel darah merah terdapat aglutinogen D, maka disebut
Rh+, sedangkan bila di dalam sel darah merah tidak terdapat aglutinogen
D, maka disebut Rh-.
Penetapan golongan darah MN didasarkan pada adanya/ditemukannya
aglutinogen M dan N di dalam plasma darah. Sehingga golongan
darahnya terbagi menjadi golongan M, N, dan MN.
Tidak seperti golongan darah AB pada system ABO, golongan MN
tidak disertai kehadiran aglutinogen.
Aglutinasi terjadi bila aglutinin di dalam plasma darah bertemu dengan
aglutinin yang tidak bersangkutan (misalnya aglutinin A bertemu
dengan aglutinin B) atau aglutinogen yang ada di dalam sel darah merah
bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan di dalam plasma darah
(misalnya aglutinogen B bertemu dengan aglutinin B)
Bila aglutinogen tidak terdapat di dalam sel darah merah, maka
aglutinin yang bersangkutan harus ada di dalam plasma darah.
Bila aglutinin tidak terdapat di dalam plasma darah, maka aglutinogen
yang bersangkutan harus ada di dalam sel darah merah.
IX. Pertanyaan Pasca praktek
1. berdasarkan kelompok anda, golongan darah apa yang anda peroleh ?
Jawab : Golongan darah A.
Ketika serum anti B diberikan pada darah yang
ditempatkan pada salah satu bagian/ujung kaca benda,
menunjukkan tidak terjadinya aglutinasi. Hal ini
dikarenakan aglutinin yang terdapat pada plasma darah
bertemu dengan aglutinin yang bersangkutan
(aglutinin/anti B) dari serum anti B. atau aglutinogen
yang terdapat di dalam sel darah merah tidak bertemu
dengan aglutinin yang bersangkutan. Kesesuaian antara
aglutinin dari plasma darah dengan aglutinin dari serum
anti A terjadi karena menurut Wulangi (Wulangi,
1993 ) golongan darah A memiliki aglutinin B,
sehingga dapat dipastikan bahwa probandus
bergolongan darah A.
2. jelaskan jenis penggolongan selain system ABO ?
jawab : Golongan darah MN
Pada tahun 1927, Landsteiner dan Levine menemukan
aglutinogen macam lain di dalam sel darah merah, yaitu
aglutinogen M dan N. hal ini akan menghasilkan tiga
macam golongan darah yaitu golongan darah M, N, dan
MN. Berbeda dengan golongan darah ABO, golongan
darah MN tidak disertai kehadiran aglutinogen di dalam
plasma darah, maka dari itu pada transfuse darah, tidak
perlu diperhatikan ketiga aglutinogen ini. Aglutinogen ini
bermanfaat untuk membantu menetukan orang tua
seseorang. Karena aglutinogen M dan N diturunkan
menurut hukum Mendel, dengan mengetahui jenis
golongan darah seseorang, dapatlah ditentukan bahwa
seseorang pasti ayahnya. Bila ada bayi tertukar di rumah
sakit bersalin, dengan menguji golongan darah MN dapat
diketahui kemungkinan orang tua mereka yang
sebenarnya.
Golongan darah Rh (Rh+ & Rh-)
Pada tahun 1940, Landsteiner dan Wiener
menemukan golongan darah lain yang dikenal dengan
nama factor Rhesus (Rh). Factor Rh ini semula berasal
dari jenis kera Rhesus macaca. Selain aglutinogen A dan
aglutinogen B, ada pula aglutinogen lain yaitu
aglutinogen C, D, dan E. diantaranya, aglutinogen D
adalah yang utama. Bila sesorang di dalam sel darah
merahnya mengandung aglutinogen D, maka orang
tersebut adalah bergolongan Rh+ (Rh positif). Diantara
orang-orang barat kurang lebih 85% daripada seluruh
populasinya mempunyai aglutinogen D, sedangkan 15%
sisanya tidak mempunyai aglutinogen D dan disebut Rh
negative (Rh- ).
Berbeda dengan golongan darah ABO, yang di
dalam plasmanya tidak terdapat anti D, maka orang yang
Rh- nya dapat membentuk anti D setelah mendapat
transfuse darah dari orang yang Rh+ . orang yang Rh+
tidak dapat membentuk anti D, maka dari itu dapat
menerima darah dengan aman , baik dari orang yang Rh+
atau dari orang yang Rh-. Jadi transfuse darah dari Rh- ke
Rh+ selalu dapat dilakukan tanpa mengakibatkan hal yang
diinginkan.
Factor Rh+ diturunkan secara dominant, jadi Rh+
dapat berupa Rhesus homozigot (DD) atau Rhesus
heterozigot (Dd). Rh- tidak mengandung aglutinogen D,
sehingga satu-satunya kemungkinan Rh- adalah
homozigot dd. Kemungkinan kombinasi gen yang timbul
dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Bila wanita dengan Rh- kawin dengan pria Rh+ yang
homozigot, semuanya anaknya adalah Rh+. Bila hal ini
terjadi, dapatlah timbul hal yang tidak diinginkan.
3. apa yang akan terjadi pada resipient, apabila menerima darah dari
pendonor yang berbeda golongan darahnya?
jawab : ada dua kemungkinan yang terjadi saat transfuse darah di
lakukan
aglutinasi
ini terjadi bila aglutinin dari resipient tidak bertemu dengan
aglutinin yang bersangkutan. Contohnya ; aglutinin A bertemu
dengan aglutinin B atau aglutinin A tidak bertemu dengan aglutinin
A.
atau aglutinogen dari resipient bertemu dengan aglutinin yang
bersangkutan yang berasal dari pendonor di luar golongan darah
resipient. Contohnya ; aglutinin B bertemu dengan aglutinogen B
kesesuaian/kecocokan
ini terjadi bila aglutinin dari resipient bertemu dengan aglutinin
yang bersangkutan yang berasal dari pendonor di luar golongan
darah resipient.
Contohnya ; aglutinin A bertemu dengan aglutinin A
Atau aglutinogen dari resipient bertemu dengan aglutinin yang
tidak bersangkutan yang berasal dari pendonor di luar golongan
darah resipient.
Contohnya ; aglutinogen A bertemu dengan aglutinin B
X. Daftar Pustaka
Eckert, R., and D. Randall. 1978. Animal Physiologi : Mechanism and
Adaptation, W. H. Freeman and company
Konrad, Michael. 2009. Golongan darah.
http;//www.scienceart.com/golongan-darah_1.html. diakses 4 mei
2010
Wilson, J.A. 1986. Principles of Animal Physiology. The Macmillan
Company
Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Biologi
FMIPA - ITB