Post on 18-Nov-2020
BAB III
PENERAPAN KONSEP PERANCANGAN
2.1. DASAR PERANCANGAN TAPAK
£.1.1. ANALISIS URBAN DESAIN
Menurut Kevin Lien, identitas suatu lingkungan dapat di
tandai dengan elemen-elemen yaitu :
01. Pathways, yaitu unsur sirkulasi, merupakan jalur dimana
pengamat dapat bergerak di dalamnya. Pathways utama pada kawasan
perencanaan adalah Jalan Raya Darmo dan Jalan Dr. Soetomo.
02. Nodes, yaitu titik kegiatan kota, pusat aktifitas yang
merupan titik strategi dalam kota diman pengamat dapat masuk
kedalam nya dan merupakan pusat kegiatan. Yang menjadi nodes pada
kawasan perencanaan adalah sekolah St. Luis dan katedral sebagai
pengumpul massa.
03. Landmark, yaitu tand kota, titik referensi, yang dapat
dikenali secara fisik. Land mark yang ada pada kawasan adalah
Landmark Mayor; gedung BRU Tower dan Landmark minor; St. Luis dan
Katedral.
04. Distrik, yaitu suatu bagian dari kota yang dapat
dikenali sebagai derah yang memiliki karakter tertentu. Pada
exixting kawasan Dr. Soetomo merupakan distrik fasilitas sosial
umum yang berwawasan keagamaan.
7
^^m
^ M P ^ ~ ^ J
fi£iS58y^^^ ^ . -
uYi?
05. Edge, yaitu batas kawasan, batas antara dua hal
(daerah-aktifitas)yang berbeda atau pemutusan suatu kontinuitas.
Dengan pemngembangan kawasan perencanaan, maka unsur batas
kawasan beridentitas sebagai edge adalah : sepanjang jalan raya
Darmo dan sepanjang jalan Dr. Soetomo, sepanjang jalur sungai
kali mas.
2.1.2 ANALISIS TAPAK
2.1.2.1. ANALISIS ORIENTASI MATAHARI
Surabaya merupakan daerah tropis, dimana arah pancaran sinar
matahari juga merupakan sal ah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan. Dalam perencanaan pusat pelayanan stres (stress
Centre) bagian utama yang perlu seoptimal mungkin tidak terkena
matahari langsung adalah ruang-ruang fungsional. Dalam hal ini
arah yang sangat baik untuk pembukaan secara keseluruhan adalah
ke arah utara-selatan. Penempatan bentuk bangunan yang ada
nantinya harus disesuaikan dengan bentuk site yang ada.
Untuk daerah-daerah yang mendapat sinar matahari secara
langsung dapat diatasi dengan memberikan pembayangan untuk
mengurangi radiasi panas matahari yang masuk kedalam bangunan.
2.1.2.2. ANALISIS ARAH ANGIN
Dalam perencaaan stress Centre ini sebagian besar ruang-
ruang yang dirancang dengan menggunakan penghawaan buatan, oleh
sebab itu pergerakan angin tidak terlalu berpengaruh pada
perencanaan site maupun bangunan, meskipun demikian terdapat
pembukaan pada beberapa tempat agar pengunjung atau tamu stress
Centre tetap dapat merasakan penghawaan pasif.
8
£.1.2.3. ANALISIS KEBISINQAN
Ketenangan merupakan suatu hal yang tidak dapat dilupakan
dalam perencanaan dan perancangan hotel. Ruang konsultasi
merupakan ruang yang sangat membutuhkan ketenangan. Untuk
mengatasi kebisingan yang mungkin timbul digunakan beberapa cara
yang mungkin timbul sebagai berikut :
01. Pemakaian ruang dengan air condition sebagai peredam
bunyi pada ruangan.
02. Memberi jarak yang cukup untuk meredam bunyi terhadap
sumber kebisingan.
03. Memberikan peredam khususnya bagi ruang tidur yang
berhadapan langsung dengansumber kebisingan yang biasanya terjadi
oleh lalu lalang kendaraan di jalan raya.
04. Pemakaian kaca kedap udara untuk dapat meredam bunyi
yang masuk ke dalam bangunan.
Sumber kebisingan yang mungkin terjadi berasal dari suara
kendaraan di sepanjang jalan Dr. Soetomo, di 1ingkuangan Katedral
dan SMU St. Luis.
2.1.2.4. ANALISIS SPACE PENANGKAP
Space penangkap merupakan bagian atau ruang yang sudah dan
sering terlihat dari arah pencapaian manusia dan kendaraan
sehingga menjadi bagian yang memiliki nilai lebih sebagai pusat
dari tapak bangunan.
Space penangkap didalam tapak dapat dipakai sebagai entrance
atau plasa yang merupakan daya tarik utama dari bangunan dan
tapak secara keseluruhan. Untuk memperoleh space penangkap yang
9
baik digunakan analisis sudut pandang horisontal. Pada tapak
space sangat kuat sebagai space penangkap terletak antara jalan
Dr. Soetomo dan jalan Sriwijaya.
2.1.2.5. ANALISIS PENCAPAIAN DAN ENTRANCE
Pencapaian, dalam menentukan pencapaian ke dalam tapak harus
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
01. Pencapaian harus mudah dilihat.
02. Pencapaian harus jelas arahnya.
03. Pencapaian harus Aman bagi pejalan kaki maupun bagi
yang berkendaraan .
04. Pencapaian harus lancar, tidak menimbulkan kemacetan.
Pencapaian dapat dibagi menjadi dua yaitu pencapaian bagi pejalan
kaki dan yang berkendaraan.
Untuk pejalan kaki disediakan pedestrian sedangkan bagi
pengunjung dengan kendaraan pribadi dapat melalui jalan yang
diarahkan langsung masuk ke dalam tapak, perlu diingat bahwa
untuk pencapaian bagian servis harus dipisahkan dengan pencapaian
pengunjung.
Entrance, sebaiknya terletak di daerah yang mudah terlihat
agar dapat memberi arah bagi orang awam, serta memberi arah yang
jelas dan berkesan menerima. Untuk menentukan entrance yang baik,
perlu diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh sebagai berikut
di bawah ini :
01. Kondisi tapak.
02. Lingkungan sekitar tapak.
03. Lalu lintas sekitar tapak.
10
04. Sudut pengamat ke tapak.
05. Kemudahan pencapaian.
06. Space penangkap.
2.1.2.6. ANALISIS SIRKULASI DALAM TAPAK
Yang dimaksud dalam hal ini adalah sirkulasi di luar
bangunan yang berada dalam tapak bangunan. Dalam menentukannya
perlu pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
01. Kejelasan sirkulasi menuju bangunan dan menuju parkir.
02. Tidak terjadi crossing antara sirkulasi pejalan kaki
dan sirkulasi kendaraan bermotor.
03. Sirkulasi yang terjadi memungkinkan kendaraan bermotor
untuk memutar kembali ke dalam tapak.
04. Adanya pemisahan antara sirkulasi tamu dengan sirkulasi
staff/karyawan dan service.
£.1.2.7. ANALISIS ZONNING
Zoning (pendaerahan) diperlukan dalam tapak agar:
01. Kegiatan yang satu dengan yang lainnya tidak saling
mengganggu.
02. Dapat memenuhi fungsinya secara optimal sebagai
bangunan stress Centre dengan seluruh kegiatan di dalamnya.
03. Pencapaian dan sirkulasiyang mudah, jelas dan terarah.
04. Untuk mempermudah pengelompokan ruang pada waktu
terjadi kebakaran.
Dalam menentukan zonning hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
01. Pengelompokan ruang dan sirkulasi disesuaikan dengan
fungsi dan si fat pelayanannya.
11
Befbeo
02. Mempermudah arah pencapaian dari sekitar tapak
03. Memperhatikan arah sumber kebisingan, karena para
konseli sangat membutuhkan ketenangan.
Dalam tapak daerah yang terletak di pinggir jalan karena
adanya pertimbangan faktor kebisingan, pencapaian dan faktor
lainnya maka lebih cocok untuk ruang-ruang yang sifatnya umum dan
tidak membutuhkan ketenangan yang tinggi. Untuk daerah service
lebih cocok diletakkan pad bagian yang berhubungan langsung
dengan side entrance.
2.1.3 DASAR PERANCANGAN BANGUNAN
2.1.3.1. PERANCANGAN RUANG LUAR
Bangunan Pusat Pelayanan stres (Stress Centre) yang
direncanakan ini hendaknya dapat menjadi daya tarik bagi
lingkungan sekitarnya atau sebagai Point Of View bagi
1ingkungannya. Selanjutnya dinarapkan nantinya bangunan ini dapat
membantu masyarakat atau para konseli untuk lebih dapat mengenal
Stress Centre serta bangunan Fasum komersial lain yang ada
disekitarnya.
Dalam perancangan ruang 1uar diharapkan bangunan ini dapat
menyatu dengan 1ingkungannya sehingga tampak keharmonisan dan
kenyamanan baik dari segi visual maupun image bagi orang yang ada
disekitarnya. Penataan ruang luar pada hotel ini direncanakan
agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai dan kualitas
ruang dalam dengan memanfaatkan potensi alam yang ada, sehingga
tatanan ruang yang terjadi dapat seimbang dan selaras dengan
12
MruU£i imtee H*WAWC sr» cwnn CDCOK. VKOt-uwHftoc
rencana tata kota.
Dal am perancangan ruang luar ini per1u diperhatikan adanya
nilai dan kualitas tapak untuk memperkuat kehadiran bangunan
antara lain:
01. Space penagkap maupun space perantara dengan sudut
pandang yang menarik dari .jalan utama.
02. Penciptaan hirarki arah pandang manusia agar dapat ikut
menunjang penampilan bangunan keseluruhan.
03. Beda ketinggian lantai dapat ikut menghadirkan ruang.
04. Penataan taman yang memanfaatkan lahan dan taman yang
dikembangkan menyatu dengan bangunan sehingga tercipta view
buatan yang asri.
2.. 1.3.2. PERANCANGAN RUANG DALAM
Dengan memperhatikan suasana perancangan banguan Stress
Centre, suasana yang diinginkan antara lain secara efisien
memenuhi kebutuhan dan fungsi disamping suasana megah, nyaman,
aman dan yang terpenting dapat memberikan prestige bagi para
konseli yang ada di dalammnya.
Konsep ruang dalam ini digunakan konsep ambiguity, dimana
kesan yang ingin ditimbulkan yaitu suasana natural alamiah yang
dapat dirasakan sampai ke dalam bangunan.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, raaka
banguan yang direncanakan dibuat antara lainnya :
01. Kesan megah terutama di tonjolkan dengan penekanan pada
main entrance yang diapit juga oleh sasyap bangunan yang memiliki
karakter tersendiri dari luar banguan yang ditarik ke dalam
13
bangunan.
02. Kesan nyaman yang diselesaikan dengan memasukkan unsur-
unsur alam seperti tanaman alami pada setiap sudut bangunan
dengan kehadiran pot ambigu yang ada.
03. Pemberian fasilitas yang lengkap sehingga membuat para
konseli betah tinggal di Stress Centre ini walaupun dalam jangka
waktu yang rel at if lama.
2.1.3.3. PERANCANGAN BENTUK BANGUNAN
Dalam penataan dan perencanaan bangunan tentunya diperlukan
suatu konsep yang medasari suatu bentuk bangunan, dalam proyek
ini konsep yang pakai adalah konsep Ambiguity yang akan
dijabarkan lebih lanjut pada bab-bab selan.jutnya.
2,. 1.3,3. 1. ESTETIKA
Merupakan si fat dasar dalam perancangan yang mendasari suatu
bentuk yang sifatnya visual Cdapat ditangkap/dinikmati oleh
indera manusia). Nilai estetika itu sendiri dapat tercipta
melalui kaidah-kaidah:
01. Harmoni, adanya keselarasan bentuk dengan pengulangan
unsur-unsur yang ada.
02. Balance, adanya keseimbangan bentuk baik secara
simetris maupun simetris dengan memperhatikan unsur proposional
03. Contrast, adanya suatu perbedaan atau pertentangan dari
satu ataupun lebih unsur-unsurnya (gar is, bidang, warna) baik
dari segi kualitas maupun kuantitas.
04. Unity, adanya kesatuan unsur-unsur baik dari susunan
maupun bentuknya.
14
jrtCMftMUJAX ©««£**
smew- uKnK-HHMutci and "> « W B H<0»K (KM *M»v h m w
^ S N * W « « « « CAM*.
FAKUXTAS TEKN1K
JURUSAN ARSITEKTUF uravEmTAS KmsicN prniA
SURABAYA • M00NE9A
IT. J . LOEKITO HARTONO. MA )r. PRAMS SUHARTONO. PhD IT. ACHMAO ARCHAJADI
£.1.3.3.2. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan sekitar mempunyai peranan utama dalam
mempengaruhi bentuk suatu bangunan seperti :
01. Letak lokasi didaerah Fasum sehingga harus diperhatikan
keberadaan bangunan sekitarnya.
02. Orientasi bangubab yang menunjukkan hirarki pada
keuskupan dalam hal ini diwakili oleh kehadiran bentukan bangunan
katedral.
2.1.3.3.3. PRESTIGE/ELITE
Unsur prestige merupakan sal ah satu ciri dari masyarakat
menengah keatas, karena Stress Centre ini keberadaannya
diutamakan bagi para eksekutif muda maka unsur ini merupakan hal
utama yang patut di tonjolkan.
2.1.3.3.1V MEGAH
Kesan megah sangat dibutuhkan untuk menunjang segi prestige,
oleh sebab itu pada bagian depan bangunan ini digunakan frame-
frame raksasa yang mengarahakan para konseli masuk ke main
entrance, juga penggunaan bentukan-bentukan raksasa sangat
membantu memberi kesan megah pada bangunan ini.
2.2. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA BANGUNAN
Untuk menjamin originalitas desain maka di bawah ini kami
berikan keterangan penerapan konsep ambiguity pada bidang-bidang
2 dimensional maupun 3 dimensional.
2.2.1. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA SISTEM TATA RUANG
Dalam suatu bangunan sebagai wadah aktifitas, sangatlah
diperlukan pembagian area bangunan menjadi bagian~bagian yang
15
lebih kecil sebagaimana yang diperlukan. Pembagian ini dilakukan
dengan dasar bahwa tidak semua aktifitas mempunyai bentuk, si fat,
dan karakter yang sama. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan
masing-masing aktifitas yang ditampung dalam ruangan, maka
pembagian ruang (besar) menjadi ruang-ruang yang lebih kecil akan
dapat menampungaktifitas-aktifitas yang terjadi. Adapun faktor
yang dominan dalam melakukan aktifitas-aktifitas adalah tingkat
privasi yang diperlukan dalam menjalankan aktifitas tersebut.
Masing-masing aktifitas memerlukan tingkat privasi yang berbeda-
beda. Dengan demikian, tata ruang sangatlah penting dalam
menciptakan bentuk, sifat, dan karakter ruang yang berbeda-beda.
Adapun sistem tata ruang yang dijadikan pilihan :
01. Cellular system/sistem ruang tertutup.
Ciri ciri : Pr'ivasi lebih terjamin, perbedaan status lebih jelas,
fleksibelitas ruang berkurang, pencahayaan dan komunikasi
langsung kurang efektif/sulit, pencahayaan alami kurang
dimanfaatkan, hubungan antar ruang yang tidak intim, tiap unit
ruang hanya akan menampung satu aktifitas.
02. Group space system/sistem ruang group.
Ciri ciri : Ruang dibagi dalam unit-unit yang lebih besar dan
permanen, privasi tinggi terhadap tiap unit, hubungan tiap ruang
tidak intim, tiap unit ruang dapat menapung lebih dari satu jenis
akt i fitas.
03. Open plan system/sistem ruang terbuka.
Ciri ciri : Ruang tidak terbagi dalam unit-unit privasi
berkurang, hubungan antar ruang intim, luasan tiap ruang dibentuk
oleh perabot yang dibutuhkan, fleksibelitasan tinggi, pengawasan
16
dan komunikasi langsung ekonomis dalam pemakaian konstruksi,
material dan ruang, pemanfaatan cahaya alami maksimal.
04. Lanscape system.
Ruang tidak terbagi dalam unit-unit, privasi kurang, hubungan
antar ruang intim, luasan tiap ruang dibentuk secara tegas oleh
tiap-tiap kelompok perabot.
Dalam penentuan sistem tata ruang yang digunakan adalah
berdasarkan jenis ruangan, sehingga tidak terpaku pada satu
sistem tata ruang dalam bangunan , malainkan terdiri dari
beberapa sistem.
Ruang ruang yang di desain : Lantai 1 :
Ruang Reseptionis Ruang Apot i k Ruang Gudang farmasi Ruang Praktek umum perorangan Ruang Praktek umum group Ruang Praktek umum anak-anak Ruang Konsultasi surat Ruang Konsultasi telepon dan PABX Ruang Hall darurat Ruang Hall utama Ruang Hall Serbaguna Ruang Hall administrasi Ruang Gawat daruray Ruang Isolasi sementara Ruang Rapat koordinasi Ruang Rekreasi santai Ruang Relaksasi anak-anak Ruang Relaksasi dewasa Ruang Kolam air hangat Ruang Kolam air ding in Ruang Ganti bilas Ruang Gudang makan Ruang Musholla Ruang Serba guna Ruang Panggung serba guna Ruang Ganti serba guna Ruang Kios serba guna Ruang Kabag Ruang Kasie
4 30 10
104 42 26 30 30 64 100 312 104 26 26 26 30 78 102 62 62 60 18 26 76< 84 148 106 234 91
m^ m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 > mi m2 m2 m2 m2 m2
(4 ruanq)
(4 ruang)
(2
(9
ruang)
ruanq)
17
Ruang Makan dan kafetaria Ruang Sekretariat Ruang Toko rohani Ruang Toko buku Ruang Perpustakaan Ruang Toilet Ruang Loker Ruang Dapur Ruang Rapat Ruang Senam Ruang Instruktur Ruang Pandang dengar
Total Luasan Ruang Total Luasan Ruang Efektif
84 32 100 25 25 88 25 26 45
260 65 156
m2 m2 m2 m2 m2 m2 (4 ruang) m2 m2 m2 m2 m2 m2
4264 m2 3726 m2
lantai
Ruang Persiapan rehat Ruang Seminar kecil Ruang Seminar Utama Ruang Toilet Ruang Kontrol Ruang Pamer dalam Ruang Pamer selasar Ruang Sekretariat Ruang Hall Seminar Ruang Hall Konseling Ruang AHU Ruang Makan Ruang Pantry Ruang Gudang Ruang Konseling Ruang Pelepasan Ruang Seni Ruang Komunal
Total Luasan Ruang Total Luasan Ruanq Efektif
25 m2 250 450 50 65
220 126 48 104 52 43 104 18 18
594 30 52 165
2802 2414
m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
m2 m2
(2 C3
(2
Ruang) ruang)
ruang)
(33 ruang) (2 (2 (4
ruang) ruang) ruang)
Lantai 3
Ruang Gudang Ruang AHU Ruang Pantry Ruang Toilet Ruang Pelepasan Ruang Okupuntur Ruang Konseling group Ruang Konseling keluarga Ruang Konseling Ruang Hall konseling Ruang Heller work Ruang Komunal Ruanq Komunal umum
18 m2 18 m2 18 m2 50 m2 75 m2 77 m2
208 m2 108 m2 792 m2 104 m2 26
235 m2 m2
104 m2
(2 ruang) (4 ruang) (3 ruang) (2 ruang) (5 ruang) (44 ruang)
(6 ruang) (2 ruang)
18
Total Luasan Ruang 2470 m2
Total luasan ruang Efektif 1833 m2
Lantai 4 :
Ruang Pantry Ruang Gudang Ruang AHU Ruang Konseling Ruang Komunal Ruang Hall Konseling Ruang Hall Kapela Ruang Kapela Ruang Isol asi Ruang Pelepasan Ruang Pastoran Ruang Toilet Ruang Sangkristi Total Luasan Ruang 1300 m2
Total Luasan Ruang Efektif 987 m2
Lantai 5:
Ruang Makan Ruang Perawat Ruang Rawat tinggal Ruang Jaga Taman Terbuka Ruang liesin Lift (Open Plan) Total Luasan Ruang 1300 m2
Total Luasan Ruang Efektif 1022 m2
Lantai &:
Ruang Tandon atas dan chiller Ruang 01 ah raga Ruang Menara pengawas (Open Plan) Total Luasan ruang 572 m2 Total Luasan Ruang Efektif 422 m2
18 28 18
234 80 52 52 192 75 48
m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
(13 ruang) (2
(3 (3
125 m2 50 25
m2 m2
(2
ruang)
ruang) ruang)
ruang)
19
2.2.2. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA SITE PLAN BANGUNAN
01. Pada jalur sirkulasi kendaraan pada waktu memasuki
site, pengamat di hadapkan oleh dua pilihan awal untuk
menggunakan jalur sirkulasi kiri ataupun kanan. Kehadiran
bentukan bulat memberi penekanan yang sama pada kedua sisi
tersebut, namun dengan kehadiran main entrance bangunan membuat
sisi kanan lebih menonjol keberadaannya. Dengan sistem ini jalur
sirkulasi yang telah "mapan" seakan dipecahkan dan dipisah.
02. Penggunaan sistem parkir yang berbeda (45o dan 90o)
memberikan pilihan kepada para pengamat. Penempatan sistem parkir
yang berbeda ini memberikan kesan ambigu.
03. Entrance parkir semi basement yang berada di bawah site
entrance, menimbulkan kesan ambigu secara hakekat antara entrance
kendaraan dengan entrance manusia.
04. Penempatan frame raksasa pada main entrance bangunan
menimbulkan kesam ambigu bangunan pada main entrance, secara
hakekat akan dipertanyakan arti sebenarnya dari suatu "Entrance"
pada bangunan. Penyelesaian ini akan menimbulkan suatu ruang
antara yang "Tidak hitam dan tidak putih" pada bangunan, ambigu
antara halaman dengan hall bangunan.
05. Main entrance bangunan dibuat dua buah pada sisi kanan
dan kiri bangunan dengan penekanan dan pengolahan yang berbeda ,
sehingga pilihan tetap diberikan kepada pengamat . Main entrance
yang terbentuk adalah main entrance yang menjadi pilihan dari
pengamat.
06. Secara keseluruhan konsep ambigu pada bangunan secara
site plan menimbulkan kesan asimetrikal simetri seperti yang
pernah di kemukakan oleh John Sumerson , sebuah keseimbangan yang
20
j TOOftHM RCN5EP MfXLCXJm FN* SUB PUW
01. Pada }alur alrkulaal kendaraan, pada waktu alba, penganat dlhadapkan oleh dua buah pilihan ovoli. untuk aanggunakan jaluc eirkulaai kirl maupun kanan.'
Jtahadiran bentukan yang bulat manberikan penekanan yang itttn pada kadua aiai taraebut, nanun dangan kehadlran w i n entimue bangunan mariauat a ia i kanan lebih nwionjol kebaradaannya. Dangan siatem ini Jolur aixkula
J"0?H9 *udah Vapan" aaakan di peoahkan dan dipiaah. ..02i Jfenggunaan elatem porfcir yang bexbada (4So dan 90o) . mentoerlXan pilihan kepada para pengnmat. Pencnpatan aia tea parkir yang barbeda i n i mniirbulkan keaan anbigu. .
j tfjjfBlgWroajEldg eend baaament yang berada di bavoh ' L£<«Vitranc«V-iianJMxilkan euqtu anbigu aecara hakekat ;
antara an&^n6a!kendaraan dengan awapanoa menuaia. ' 04. ' Bcnerrpotan" Baaaj' zakaaaa * pada main
bangunan iheniirtxilXan' kaantolguan .'pada ' main entrance. Secara hakekat akan dipertanyaterv arti'aebenarnya dari * M W « 3 * bangunan. panyalaaaian Ini -meniffbulkan auatu ruang -antara 4"yang tidak nitam* dan- tidok' putih" pada j
" IJai^unM;>nl!JdU:^j$»«i Tfala^atflpangen haj^angunan. 05. M*Ln entrance bangunan di bust dua buah pada aiai klzi dan kanan bangunan dengan penekanan dan pengolahan yang' barbada/ eehinggo pilihan tetap diberikan kepada penganat. . Main, entrance yang terbentuk adalah main entrance yang menjadi pilihan dari penganat. - - • 06. Secara keaaluruhan
i aita'p^aa. aeperti yang pa
kaaaiiirangnV-yang
tidak sama komposisinya.
2.2.3. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA LAYOUT BANGUNAN
Pada layout lantai pertama terbagi atas 6 buah zona yang
penataannya menurut padsa konsep ambiguity, zona yang terbentuk
adalah zona UGD, zona konseling awal, zona administrasi, zona
relaksasi, zona latihan fisik, dan zona serbaguna. Secara garis
besar penerapan konsep ambigu pada Layout adalah sebagai berikut:
01. Main entrance yang terletak di kanan dan kiri bangunan
memecah (memberikan alternatif) menjadi dua buah sirkulasi menuju
pada hall zona konseling awal dan zona serbaguna.
02. Pengamat dari hall zona konseling awal akan diberi
kebebasan untuk memilih menuju ke zona administrasi yang
tersembunyi maupun ke zona yang lainnya.
03. Pembatas pada zona yang masa oprasinya berbeda yaitu
zona serba guna dan zona yang lainnya adalah ; zona relaksasi dan
zona latihan fisik, pada jalur sirkulasi yang akan terjadi
pemecah (memberikan alternatif) menuju ke zona relaksasi atau
menuju ke zona latihan fisik. Kembali lagi pengamat di "paksakan"
untuk memilih diantara keduanya dengan kehadiran pot bunga yang
didesain secara ambigu.
04. Pola pembagian dan pengelompokan ruang-ruang
berdasarkan atas primsip kombinasi dari sistem selular, sistem
pengelompokan ruang , sistem terbuka, sistem lansekap, yang
terkombinasikan secara baik dalam desain berdasarkan aktifitas
ruang, bentuk, sifat, karakter ruang, dan tingkat privasi yang
di inginkan.
21
• -—. UJMU>. xoijuti. t*iL uniu c e i u a y - a t e a o Ouan tona f yang penataannya menurut pada konsep ambigui ty , xona j. yang tertientuk ada lah aona UGD, aona k o n s e l i n g e u o l . xona a d n i n i s t r a s i , cona r e l a k s a s i , aona l a t i h a n f i e i k ,
.4aj). aona serba guna. Sacara g a r l s b e s a r penerapan konsep anbigu pada l a y o u t a d a l a h c a b a g a l b e r i k u t : O lJ - jha in Entrance yang t e r l e t a k d i kanan dan k i r l oangunan wanacah (mantoerikan a l t e r n a t i f ) raenjadi dua -buah^eirfculasl atenuju pada b a l l aona k o n s e l i n g a v a l dan apnajaerbaguna. U2.J yggatfifrt d a r l h a l l aona k o n s e l i n g e w s l akan d i b e r i Jtatoafaasan 5ya#C. a e m i l i h menuju ke aona adra in i s tras i yang ttersentwnyi- wnupun :ke*ona yang l n i n n y a . 03.T \ F n t u e B S ~ p a d a t o n s yang tnasa pperas inya berbeda y a i t u xooa'serbaguna' daii l o n a ynng l l a innya a d a l a h ; aona r e l a k s a s i dan cona l a t i h a n f i s i k , pada j a l u r s i r k u l a s i yang e d a a k a n t e r j a d i pemacahan {mntoer lkan a l t e r n a t i f J menuju ke aona r e l a k s a s i ' a tau irenuju' ke aona l a t i h a n f i s i k . .'RarrbaliiOagi penganei di>pakfcakanr untuk a w n i l i h d i a n t a r a , kaduannya - dengan - kehadiran - pot bunga yang d i d e a a i n ;sacara antoigu^-;—*-j—•—r *- — —— -•• - - • tola" "pantoaglan" d a n ' 1 pen^elon^okken " ruang-ruang bardaaarkan _j ata* '- pr^tisip^ ko i t i inas i^ d a r i ~ Q-l,.ul a r sys tem, Qxup s p a a e . s y s t a m j Cpen p l a n . sy s t em, . Lenscape syatcRi yang j t erkonbinas ikaa . sacara ; baik dalam ; d e s a i n berdasarkan • t k t i f i t a a } - r \ B n g ; | " ruang. dan t lngkpt ! pt3Jy$*l ]
JALN4 PAD0A2AKAH
' g a v n i
h idran j
OOOQ&
belakang
JMJW KI.IST IsrOOOAS-SCETOK)
JMUKKLUU FAKUMAS TEKN1K
JURUSAN ARSITEKTUR H M V I M H I WSTCN K l t A
suFuawA/YcoNEsu
LAY OPT kAUJOOTON h HMMMUHMNMI «O>; k « « M D MOUJJUJI
2.2.4. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA SISTEM PARKIR
01. Pada sistem parkir yang ada menggunakan dua buah model
parkir yaitu sistem 45o dan sistem 60o yang ditempatkan secara
bersebrangan maupun secara berdekatan pada satu arah. Senantiasa
pendisainan sistem parkir, hal ini juga berdasarkan pada karakter
mendasar dari site yang ada dan sedapat mungkin penggunaan lahan
parkir tidak mengurangi nilai estetika pada bangunan utama.
02. Untuk lahan parkir pada semi basement yang
keberadaannya tidak terlepas dari optimalisasi lahan parkir yang
ada maka konsep ambigu yang ada diterapkan pada bahan dan pola
lantai yang dibuat berwarna-warni, dan sebagai tuntutan sebuah
stress Centre yang membutuhkan penghijauan untuk "Penyegaran urat
syaraf" maka Juga didesain lahan lansekap yang cukup luas
dilengkapi saranan penunjangnya.
2.2.5. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA DENAH LANTAI 1
01. Jalur sirkulasi menuju bangunan di arahkan dengan
keberadaan 4 buah frame raksasa sedangkan dengan kehadiran main
entrace yang "kembar tetapi berbeda" di kanan dan kiri bidang
lengkung mempertegas keberadaan konsep ambiguity pada main
entrance.
02. Kehadiran .jalur sirkulasi bangunan yang melebar
membentuk ruang adalah suatu kriteria dari tuntutan konseli
stres, kehadiran Pot informasi sebagai pembelah koridor sehingga
jalur sirkulasi terbelah menjadi 2 bagian dengan tetap menjaga
arah tujuan yang sama.
03. Kehadiran pot tanaman di dalam ruangan fasilitas stress
ini memiliki 2 bagian yang "kembar tetapi berbeda" apabila di
22
7 JO
>
7 20
>
7 20
>
>
7 20
>
120
>
720
>
720
y
7 20
ftjda aiatam parkir yang ads kami menggunakan dua buah pilihan model parkir yaitu parkir 90o dan 45o yang kami tampatkan aaoara baraabrangan maupun aacara bardakatan pada aatuarah. Sanantiaaa pandaaainan ayatam parkir juga bardaaarkan pada karaktar daaar dari aita yang ada dan sedapot mungkin panggunaan lahan untuk parkir tidak mangurangl nilai aatettk pada bangunan utama. Untuk lahan parkir aami basement yang kebaradaanya tidak tarlapaa dari optimaliaaai lahan parkir yang ada maka konaap antiigu kami tarapkan dari bahan dan pol lantai yang dibuat wrna-werni, dan aabagai tuntutan aabuah atraaa Oantra yang memerlukan panghijauan untuk "penyagaran urat ayaraf" maka kami jogs mendaaain lahan lanacapa yang cuicup luaa dangan dilangkapi aarana penunjangnya. '
8r -4) ™ cf>—^-4—^-oj) in <j>
nrt'pjuft pant umu i
.OQQOQi H
01. Jelur elrkulesi ;*eriuju bongunan diarahkan dengan keberadaan 4 buah : frame rangka, eedangkan dengan kehadian »Hn Entrance fang "kentjar tetapi bada* di kenan dan kiri bidang lengkung iienpertega. keberadaan koneep ambiguity pada main entrance. • • ; : : . " 0*y Kehadiran Jalur airkulasi; ;bangunan; yang Jiailjeiiluk ruang adalah auotu kriteria dari (
3»>naeli . t ree , kehadiran •j^aHfcbrSaa'Iirtj 3r*3doryang ada menbelah )al^iUliS)iilZimiijit&&ii-•..•Uayiairdengan tetap manjaga arafrtujuW J*ngid«K.*11Trt . ^ r l i - ^ a d t o a n pot tanamen d i dalara ruang: ruang -fasi l l taa • atrea i n i maidUkl dua buah baglan yang •kenfcar, tetapi berboda", opabila d i pernatlkan dengan
--aeau>g§uhnya jraaing-troaing ruang memiliki Nariaai" 04.1TB0rttradlkallbenUjk .penataan kolom dengan "faentuk -deix*:baiigiiaa^asni4M-Jtt)ert:Venturi ««ili<toulkan 1
alapa yang-f-T-
'OEWH LWTAI 1 I
perhatikan dengan sesungguhnya masing-masing ruangan memiliki
variasi yang berbeda dengan ruangan disebelahnnya.
04. Kontradiksi bentuk penataan kolom dengan bentuk denah
bangunan menurut Robert Venturi menimbulkan kesan ambigu yang
selalu mempertanyakan "siapa yang benar dan siapa yang salah".
2.2.6. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA DENAH LANTAI 2
01. Penyelesaian konsep ambiguity pada jalur sirkulasi
sama dengan penyelesaian pada denah lantai 1
02. Penggunaan kolom dan balok ekspose pada bangunan ini
memekai konsep ambigu yang memberikan kenenasam pada pengamat
untuk memilih diatara kolom dan balok yang "kembar tetapi tidak
sama"
03. Pemakaian jalur sirkulasi komunal umum membuat para
pengamat /pemakai bertanya hakekat dari jalur sirkulasi yang ada.
f.ambigu secara hakekat)
04. Dari bentukan denah pada seluruh bangunan sendiri
menunjukkan adanya perkawinan bentuk dasar kotak, segitiga, dan
lingkaran Perkawinan ini dapat menimbulkan kesan ambigu menurut
Robert Ventury,
2.2.7PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA DENAH LANTAI 3
01. Penggunaan konsep ambigu pada denah ruang dalam ruang
merupakan penerapan arsitektur post mo pada desain, perhatikan
kehadiran ruang komunal sebagai pembentuk sistyem ruang dalam
ruang pada desain ini.
02. Kehadiran ruang komonal selain dikarenakan oleh
tuntutan kebutuhan konseli juga dikarenakan penerapan konsep
ambigu.
23
*-»^tp^kita4pf ] £A6S fij&ftH LWEAI 2
01. PenyelttMian; konsep hnbigulty: pada jalur sirkulasi sama dengan penyelasian;konsep pacta denoh lantai 1. 02. Pencjgunaan kolan dan; balok ekspose "pada bangunan ini msnakai konsep antoiguity yang jnemberikan kebebasan kepada pengamat untuk me^li^jdiantara *isi. koyxn dan
• balfk yang "kembar tetapflbJM5ada^*4^*^-^~^'Mt-*-^j 1; 03. Famakaian jalur sirkul^il^ibegai^inuang Ikominai * inum, manfcuat para pengarnat/p^hvKaXtTtiar^wiya'̂ h^Dceklat
dari jalur sirkulasi yang ada (sstjlgui keoara hakekat). • « . dari bentukan denah pada seluruh bangunan sendiri
- menunjukan adanya perkawinan bentuk dasarkotak,; isegi - tiga#-daii •lingkaran, perkawLnan ini dapat wenlntxilknn ~ kesan • ambigu* -menurut ftobert Venturi 'dalara Qsmplejcity
<&. ^mm^^
-<?>-T--3>-T-^
01. Penggunaan^kgnsep ambiguity .pada denah ruang dalam ruang merupekan »uoty.penerflpan.arsite>ctur Poet-tt) pada detain menurut Itobext ; Ventury. Perhatitan . kehadiran ruong-ruang kcmunal eefcegoi. perrbentuJt^Bistian ruang-dalam ruang pada deea in ' i i t f^ i" ; : ; ; :^^*^^^-^—~n. . -02. Kehadiran ruang karonair-gelnlYf'd^Vareiiakaniftlaft tuntutan kebutuhan koneeli '• juga dikarenakan dengan adanya penerapon konsep ambiguity.'. * * Reft. P. Leyhausen. "Qrganisaai ' : konunal terpencil"dalam environmental Psychology, hal 183-195.
2.2.8PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA DENAH LANTAI 4
01. Orientasi pintu masuk pada kapela yang frontal pada
altar mengalami pergeseran pada jalur sirkulasi masuk yang
mengarah pada tabelnakel hal ini merupakan penerapan konsep
ambigu simetrical asimetri
02. Penerapan konsep ambigu .juga menyebabkan adanya
"bentukan kembar tetapi berbeda" pada pot .jendela di depan
kapela, pergeseran peletakan kapela yang tudak simetri
menyebabkan perbedaan bentuk pot bangunan sisi kanan dan kirinya.
03. Kehadiran bentukan void yang selalu simetri beraturan
namun karena penempatrannya yang tidak simetri memberi kesan
konsep ambigu tersendiri bagi pengamat yang menikmati void dari
bawah ke atas.
04. Pembagian jalur sirkulasi akibat bentukan ruang
pastoran pada hal didepan lift membagi hall menjadi dua bagian
membagi bagian fungsi yang berbeda.
5-2.9. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA DENAH LANTAI 5
01. Pada denah lantai 5 terjadi pengelompokan zonning ruang
yang sangat teratur terjadi hirarki fungsi ruang antara yang
private dengan yang kurang private suatu konsep ambigu yang akan
diterapkan disini adalah bahwa terjadi ruang positif di luar
ruangan utama sebagai taman terbuka di samping bangunan,
pengolahan ruang terbuka dalam bangunan seperti ini sangat jarang
dapat di jumpai pada bentukan bangunan yang lain dari sini
terjadi.
24
„__i_;r_ „____._, .jpeia yw»9; JCfontai paaa altar mengaland pargeaeran <xlah jaiur ;airkula«i mmk yang wangarati pads -tabainokel - hal • ini ; merupakan amma$m konaep artbigu aiiwBtrlcal aalmetrli •; 02. Fsnarapan konaep antoigu juga menyebabkan odanya bentukan yang "kanfcar tetapi:berbedaH peda pot j«idala ;
'capala, pcrgaaaran palatakan-topela iraanyebabkah' i bentuk pot bangunan •iajlJwi]«jftt^cffi lL lTt^' t* sdixan bentukan w i d y a ^ i l a v H U f l l
beroturan.. nanun karena penwnpotannya yang : tidak. •ImetritWDtjcrl keaan konaep antodguT "tafcttndirl: oagi: prn^irot yanglnienlkiTBti void darl b r a h ke ataa. . " : : : " McifBntoo^jn^alur sixkuUsi akibat; bentukan ruang paetoran -pada hail dl ^depan l i f t martoagl -bagian *ung«i
Ada danah^lartal^^aB^^-jrurtu aoming ruang yang -aangpat jteriatiff»*^erjadi hirarkl £ungai antara yang- ^prtwU::doingah"fyang - kurang private, auatu konaep a*tolgu jybog akan dl-terripkan dlslni adalah bahm barfed!«ruang "pnaft'fTj£U 3.uar ruangan utarm aebagai tanSan'I terbuka Idll Jianplng bangunan, pengolahan aebaaar r nnT 7 fcfthgrttr^arttng 'dapat di tcmukan pada bangunan. lai^TZ darj; alni
2-2.1BENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA DENAH LANTAI 6
01. Ruang oleh raga yang luas disertai dengan ruanng menara
pandang sangat1 ah nebarik untuk dinikmati dengan pengolahan yang
"sederhana" maka kita dapat memisahkan jalur sirkulasi servis
denga jalur sirkulasi para konseli yang datang untuk menikmati
fasilitas ruang menara pandang dan tempat olah raga.
3.2.1RENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA TAMPAK SELATAN
01. Penonjolan frame penyangga pembayangan sangat indah
untuk dinikmati. Karena pada waktu pagi dan siang hari dimana
sinar matahari memiliki kemiringan yang cukup maka akan terbentuk
pembayangan yang atraktif. Setelah "disuguhi" dengan pemandangan
yang atraktif maka pengamat akan diarahkan menuju ke pusat orien
tasi dan pusat dominasi di tengah bangunan.
02. Untuk pengamat yang menggunakan kendaraan mobil maka
kesan pemecahan arus yang merupakan penerapan konsep ambiguiti
ini akan semakin terasa dengan kehadiran hall kolam pancing di
tengah jalur sirkulasi.
03. Pada tampak bangunan bagian selatan ini seperti halnya
tampak bangunan sisi yang lainnya penerapan konsep ambigu sangat
terasa sekali dengan perminanan bentukan dasar yang ada hal ini
memberi kesan asimetrikal simetri yang kuat dengan pembelahan di
tengah bangunan sebagai gar is imaginal pembandingnya.
2.2.1BENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA TAMPAK BARAT DAYA
01. Konsep ambiguity post modern sangat ditonjolkan pada
tampak bangunan dengan menngunakan elemen elemen katedral.
Pengambilan elemen-elemen dan teknik penyelesaian yang ada
diambil dari teori-teori John Sumerson, yang banyak berbicara
4 t
^ I -+ - 1 1 1
hrrj , | | E
L jBiyiljjiPK lb
_ ;
. ^'HSrlk
Epllni J I ISLJI . ii JfpiJliyL Ji
- } r ; ^
: ' -
slip IQBWAN KXSEP /MnGUTTY PMA TAKPAK SOJOMt
fsCBAjOUH frame panyangga pautjayangan aangat indon untuk dinUomti. karena pada pegi dan slang harl dinnna slnar mtaharl memilixi kaniringan yang cukup traka akan terbentuk panfceyangan yang atraktiff. Setelah Miauguhi* dangan psmandangan yang atxaktlf maka pangamat akan diarahkan menuju ke puaat orient**! dan pusat dcminoai di tengah bangunan. Untuk penganat yang manggunakan kandaraan mobll maka kesan pemacahan a n a yang marupakan panarapan koneep anbiguiti Inl akan •emakin teraaa dangan kehadixan hal l kolam poncing d i tengah jalur sirkulaai. Itoda tanpak bangunan baglan salatan < i n l seperti halnya dangan tarapak bangunan s l a l yang lainnya panarapan konaep anblgu aangat tacaaa sekali dangan pexminan bentukan daaar yang ada hel i n l menberl kasan aslmtrlkal aimetri yang kuat dangan pembelahan di tengah bangunan —banal garla imj lner pajijandingnnyv • TAMPAK SELATAN
• PDCRAPAN KOCEP MSIGUItY PAEA TAHPAX EEUMAN BARAX
! Konsep ambiguiti poet modaren aangat ditonjolXan pada tanpak bangunan dengan renggurakan alamen-alamen yang langsung diadopaikan darl alaman-elemn kaltadral. Pengarrbilan «l«men-«laman dan teknlk panyalaaaian yang ada di anbil darl teori-taori John Sunaraon, .yang banyak berblcara menganall penetraal, e l W n a e l , tranapoelai, dan lain aebagalnya yang pada akhimyo mambentuk karakter anbigu aainwtrlkal almatrl. Penonjolan unaur xangka di aanptng kanan dan klr i bangunan aanakin manuaatkan perhatlan' pangonat pada
* puaat doninaal yaltu bantukan aagltiga yang dl adopal dori bantuk »egi tlga kaltadral. Kaberadaan xangka yang beaar nanpertanyakan pada pengamat., apakah rangka yang ada l tu atruktural ataupun hanya eatetlk, atau mjngkln bukan kadua-duanya. Konaep ant>lgu aacara hakakat, eelalu mempartanyakan dan mantoerikan kebabaaan kapada pengamat untuk bartanya dan manjawbnya dangan pilihan-pilihan yang taraadia. Jrame rakaaaa yang aamakln mangacll inengarahkan pangamBt untuk mamaauki bangunan. Calam hoi ln l frame in ! aaakan menjadi gate hall luar.
DAYA \ IAKULTAS TI
| JUSUSANASSI ^s&8^
u n miu
Mt*. n u t
•*••>•
HMITIt
lUfcABATA 3XDC
w / < J
S*i<$¥ i. t m m
• AM* I • I f •
M » l l « l II •
IrZxki ,m ^
J ' t O M
mengenai penetrasi, eliminasi, transposisi, dan Iain-lain yang
pada akhirnya membentuk karakter ambigu asimetrikal simetri.
02. PenonjoIan unsur rangka di samping kanan dan kiri
bangunan semakin memusatkan perhatian pengamat pada pusat
dominasi yaitu bentukan segi tiga yang diadopsi dari bentuk
segitiga katedral.
03. Keberadaan rangka yang besar mempertanyakan kepada
pengamat, apakah rangka yang ada itu struktural ataupun hanya
estetik, atau mungkin bukan kedua-duanya.
04. Konsep ambigu secara hakekat, selalu mempertanyakan dan
memberikan kebebasan kepada pengamat untuk bertanya dan
menjawabnya dengan pilihan-pi1ihan yang tersedia.
05. Frame raksasa yang semakin mengecil mengarahkan
pengamat untuk memasuki bangunan. Dal am hal ini frame seakan
menjadi gate hall luar.
2.2.1BENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA TAMPAK BARAT
01. Penggunaan sirip sirip horizontal memberikan kesan yang
"merendahkan" dimensi bangunan yang ada selain itu kesan
penonjolan detail bangunan yang dapat dicapai.
02. Sebuah kelebihan pada bangunan ini didalam pengolahan
konsep ambiguity adalah kesan 3 dimensinya yang selalu
ditonjolkan dengan pembayangan yang ada. Dari manapun si pengamat
menikmati bangunan ini selalu ada bagian yang 3 dimensional yang
ditonjolkan. Penerapan ini sesuai dengan contoh kasus yang
dikemukakan oleh Robert Venturi dalam Comnplexity dan
Contr ad ict ion.
>6
~ni 1II11III 111 I Mil I • • • • in IJ_- x i l l !
"^illlllliililiillillill ~̂ 11111II111 IJ>
FBGtKPAH KOCEP JWBiaurTY PROA TAMPAK BARAT
Pengguneen s ir ip-s ir ip horizontal mamberi keson yang "rrerendnhkan' dironei bangunan yang ada selaln i tu keaan penonjolan detail bangunan dapat di capai. Sebuah keleblhan bangunan l n l didalam pangolahon konaep
. arrtoiguity adalah keaan 3 dlmensinyo yang aelalu-ditonjoDtan dengan panfcayangan yang ada. Carl mnapun a l panganat menUamtl bangunan l n l salalu ada bad Ian yang tlga dimensional yang ditonjolfcan. Panarapan l n l ' •eauai dengan oontoh kasus yang' dl kemukakan olah fbbert Venturi dalam Complexity and Contradiction. Dsnlkian juga dengan keberadaan atop mayor dan minor yang diaejajarkan pada bangunan l n l mamberDcan psrtanyaan kepada pengnmat "bangunan l n l marupakan bangunan tunggal atau bangunan ganda" sebuah pertanyaan yang tJjrtul dorl panarapan konaep ambigu. BARAT
03. Demikian Juga dengan keberadaan atap mayor dan minor
yang disejajarkan pada banguna ini memberikan pertannya pada
pengamat, bangunan ini merupakan bangunan tunggal atau bangunan
ganda ?. Sebuah pertanyaan yang timbul dari penerapan konsep
ambigu.
£.2.14. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA TAMPAK TIMUR
01. Pada tampak timur ini banyak diberikan bentukan-
bentukan Jendela-jendela yang menjorok kebelakang. Jendela-
jendela yanga ada sengaja dibuat tampa pembayangan, hal ini
dikarenakan sang perancang percaya dengan sudut SBV dan SBH yang
telah diketahui maka penjorokan Jendela kebelakang sebesar 60 cm
sudah cukup untuk sisi bangunan bagian timur.
02. Efek ambiguity yang ingin dicapai adalah di satu sisi
pengolahan bayangan amat ditonjolkan namun di sisi lain tidak
diperhatikan. Pembukaan yang utama banyak kita jumpai di sisi
ini, hal ini disebabkan karena pemanfaatan sinar matahari pagi
dan alokasi pembukaan agar kesan masif dapat ditonjolkan pada
sisi bangunan yang lain.
£.2.15. PENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA TANGGA UTAMA
01. Konsep ambiguity yang senantiasa memberikan "penawaran
akan pilihan dan penafsiran" menurut Robert Venturi dalam
komplexity dan contradiction memberikan suatu alternatif
penyelesaian ruang tangga yang biasanya merupakan ruang yang
kurang diperhatikan oleh pengamat. Model penggunaan tangga-tangga
bayangan di sekitar tangga utama adalah suatu penyelesaian yang
memberikan suatu "pertanyaan" pada pengamat.
27
TAMPAK TIMUR
berdasarkan literatur dan studi parbandlngen Mperti dibawah ini t Literatur I J&l* .Complexity and Contradiction in Architscture fobcrt Venturi. 02; TGepustakaan dan bahan perkulihan sejarah arsitektur Universitas kristen Petra.
Studi Khasus l . . . 01, Le Corbusier, Villa Savoye, Poissy. Plan. 02. Vanbrugh, Griimthorpe, Lincolnshire. 03; Ligorla, Casino di pia IV, Vatcan, Rone. 04. Benini, Facade Palazzo di Propaganda vide tome, "Elevation. ! X ' * ' ! * . . i ! . ! ! ' , * "' 05. Lutyens, NashadW,. Taplov. • . ' . : , . j. * 1)6. toretti, Apartement building, Via'Parioli, torn.
Sistem Struktur t 01. Hornbostel, Caleb, Construction Materiali Types, Uses, and applications. New York: Wiley, 1978. 02. Msrrite, Frederick 5. Building Construction Hanbofek,' 3 r d ed.: Mew. Torki M= Craw-Hill, 1975. 03; Palmer, Alvin Ej .• end « . • Susan Lewis, Planning the Office: Landscape,' tew York! >fcGraw-Hill, 1977. .
Studi Xhasus penataan t 01. thairm Citta Stress Centre di Jakarta. 02. beberapa sorter dari I ntemet yang berhubunga n dengan stress Centre di LUST negeri.
PfiNTOAPMI KCfGEP At«IGuTTY PADA TAMPIK TTKJR
Pada tampak tinur ini banyak di beriXan bentukan-bentukan jendela-jendela yang yang menjorok kebelakang. Jendela-jendela yang ada sengaja dibuat tampa perrboyangan, hal in i dikarenokan sang perancang percaya dengan audut SBV.dan SBH yang telah diketahui make penjorokkan jendela ke belakang sebesar 60 cm sudan cukup untuk s i s i bangunan bagian timur. Efek ambuguiti yang ingin dicapal adalah di satu s i s i pengolahan beyangon amat di tonjolkan namun di s i s i lain tidak dlperhatikan. Pentxikaan yang utama banyak kita Jumpai d i s i s i i n i , hal in i disebabkan karena pemanfaaat sianr matahari pagi, dan alokaai pembukaan agar kesan irasif dopat ditonjolkan pada s i s i bangunan yang lainnyo.
PDCRAPAN KOEEP AMUGUITY PAD* TANXA UTAMA
Koneep antiiguity yang aanantlaaa merrfcexikan •penawnran akan pilihan dan penofslran" menurut Robert Venturi dalam Complexity and Contradiction memberikan suatu a l temet i f penyeleaaian rueng tangga yong biasanya merupakan rueng yang kurang diperhatikan oleh pangamst. KxJel penggunaan tangga-tangga bayangan diaekitar tangga utatna adalah suatu penyelesaian yang mentoerikan suatu "pertanyaan" kepeda pengatrat. Pengolahan tangga utama yang teduh pada aval tanjaan dan pada akhlrnya mengalami klinaka pada boraes pertama terus aampai tingkat selanjutnya nantinya akan moitoerikan konfliXs pada akhirnya aampai pada daemh tenang di lantai 4 yaitu di daerah kapela dan r\c:vj pelepaaan, penyelesaian ln i akan menanbah n i la i ke
, "aakralan dan keheningon" dari lantai 4 dangan menonjolkan konaep ambiguity in i menurut perancang, keaan kejutan konflik pada "akhlr cerita" akan depot dinikmati aacara lebih baik.
Tangga ambigu in i menimbulkan konflik pada akhir cerita, dan keaan fatamargana akan terbentuk dengan bebaa aeeuol dengan paraepal pengaaat, laMJMflI ai pengenett d i buat —1X01 keaan fatamorgema dengan tetap •nctoarikan pUihan ianjinatif yong *Kaabar nanun tidak kenbar" Eebuah terocosan yang las j inat i f akan penerapan konaep antiiguity pada bentukan "ruang yang toexslsa".
02. Pengolahan tangga utama yang teduh pada awal tanjakan
dan pada akhirnya mengalami klimaks pada bordes pertama terus
sampai tingkat selanjutnya nantinya akan memberikan konflik pada
akhirnya sampai pada daerah tenang, di lantai 4 yaitu didaerah
kapela dan ruang pelepasan, penyelesaian ini akan menambah nilai
ke "sakralan dan keheningan" dari lantai 4 dengan menonjolkan
konsep ambiguity ini menurut perancang kesan kejutan konflik pada
"akhir cerita" akan dinikmati secar lebih baik.
03. Tangga ambigu ini memnimbulkan konflik pada akhir
cerita, dan kesan fatamorgana akan terbentuk dengan bebas sesuai
dengan persepsi pengamat, kembali si pengamat dibuat memilih
kesan fatamorgana dengan tetap memberikan pilihan imajinatif yang
"kembar namun tidak kembar" sebuah terobosan yang imajinatif akan
penerapan konsep ambiguity pada bentukan "ruang yang tersisa".
2..2.1BENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA KOLOM BANGUNAN
01. Sistem struktur bangunan sangat erat hubungannya dengan
bentuk massa bangunan yang terbentuk, kesan terhadap bangunan,
harga bangunan, dan penggunaan material bangunan. Dari kriteria
pemilihan struktur yang berdasarkan pada : fungsi bangunan, biaya
pelaksanaan dan faktor teknis maka diambil keputusan untuk.
menggunakan sistem kolom dan balok pada proyek ini.
02. Penerapan konsep ambiguity pada sistem kolom balok
adalah dengan memberikan penyelesaian estetik khusus pada kolom
yang ada, berupa: penonjolan secara ornamental kepala kolom yang
terbentuk dari dua bentukan sayap yang "kembar tetapi berbeda".
Kesan ambigu di peroleh dari penyelaian yang cenderung sejenis
namun pengolahan dan peletakannya sengaja dibuat asimetrikal
28
bangunan. bangunan.
SWSANA H W C KO*JKAL KOCEUJC Ruang tunggu d a r i sebu&h s t r e s s c e n t r a h a r u s l a h berupa ruang komunal yang menungkinkan kontak langsung a e c a r a a k t l f komunikasi a n t a r k o n s e l i , ha l i n i d lsababkan karena s e c a r a p s i k o l o g i a eaorang k o n s c l l akan injdah terbuka sacara l e b l h bebas kepada orang yang "seperjuangan dan sepander i taan" dengannya. Mal ihat kenyataan i n i maka didalam d e s a i n kami msrberikan tempat-tempat duduk yang mengeiompok s e k i t a r dua sampai empat orang dengan tujuan a g a r > ^n^nlkasl a n t a r k o n s e l i dapat t e r c i p t a .
harga bangunan, dan penggunaan m a t e r i a l Carl k r i t e r i a pami l ihan s t r u k t u r yang
i j f u n g s i bangunan, s t a y s [ * dan f a k t o r t e k n i a maka d i a m b i l keputuaan untuk menggunakan a l a t e m kolom dan ba lok pada proyek i n i . Peneropan konaep a m b i g u i t y pada a i t torn kolom balok adalah dengan mamberikan p e n y e l e a a i a n e s t e t i k huaua pada kolom yang a d a , berupa; penonjo lan aecara ornamental kepa la kolom yang t erbentuk d a r i bentukan aayap yang "kambar t e t a p i berbeda" kesan anfoigu d i p e r o l e h d a r i p e n y e l e a a i a n yang cenderung s e j e n i s nanun pengolohon dan pe le takannya s e n g a j a d i b u a t a s i m e t r i k a l dengan penguatan dan dominan pada batang kolom. H s t i f aayap kolom a i b u a t s e ' s t r u k t u r a l " mungkin aeh ingga s a n g pengamat akan dihadapkan pada pertanyaan mengenai hakekat d a r i s ebuah " s i s t e m s t r u k t u r " . Permaianan cahaya yang d i l e t a k k a n pada .-cngga aayap dan b a t a n g kolom juga t u r u t mampartegas f u n g s i aayap kolom s e b a g a i bag ian e s t e t i k yang menarik d a r i keberadaan kolom yang ambigu i n i . s e c a r a pendangan pengamat kembali dihadapkan a t a s p i l i h a n s l s i kanan atou s i s i k i r i d a r i kolom yang a d a . Keberadaan kolom juga dimanfaatkan untuk menjadi tempat pot a t a s dan baveh yang menarik, n a l i n i d i s e s u a i k a n dengan fungs i bangunan s t r e s s Centre yang memerlukan "penyegar'dalam ruangan. Sebuah p e n y e l e s a i a n yang balk dengan penggunaan bahan p e l a p i s ba tu l i m e a t o n e membuat pengamat semakin mampertanyakan kehadiran "hakekat" • s t r u c t u r a l d a r i kolom i n i .
SUKSMA RUVC BH JJCSAS1 Ruang r a l a k s a s i b a g i s t r e s c e n t r e harualah ruang yang "bebas dan l e p a s " , tampa a t u r a n dan h e n i n g , m e n g a l i r , karena i n i didalam d e s a i n kami menberikan ruang r a l a k s a s i yang memenuhi t u n t u t a n d i a t a s . . Ruang r e l a k s a s i yang d ibentuk nont inya akan dimaksutkan untuk meiberikan kebebasan ! kepada . jteogasWtj "• wniukj J fcebai
. b e r e l a k s a s i dengan gayanya -masing-maeing, ,-. .•« i t - '
dengan penguatan dan dominan pada batang kolom.
03. Motif sayap kolom dibuat se"struktural" mungkin
sehingga sang pengamat akan dihadapkan pada pertannyaan mengenai
hakekat dari sebuah "sistem struktur".
04. Permainan cahaya yang diletakkan pada rongga sayap dan
batang kolom .juga turut mempertegas fungsi sayap kolom sebagai
bagian estetik yang menarik dari keberadaan kolom yang ambigu
ini.
05. Secara pandangan pengamat kembali dihadapkan atas
pilihan sisi kanan atau kiri dari kolom yang ada. Keberadaan
kolom juga dimanfaatkan untuk menjadi tempat pot atas dan bawah
yang menarik, hal ini disesuaikan dengan fungsi bangunan stress
Centre yang memerlukan "penyegar" dalam ruangan.
06. Sebuah penyelesaian yang baik dengan penggunaan bahan
pelapis bati limestone membuat pengamat semakin mempertanyakan
kehadiran "hakekat struktural" dari kolom ini.
2.2.1FENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA POT TANAMAN
01. Pot tanaman ini sangatlah istimewa, karena
keberadaannya yang turut menunjang "skenario konsep" ambigu pada
bangunan.
02. Secara desain dapat jabarkan disini bahwa pot tanaman
ini memiliki kepala pot yang sama secara vertikal dengan kepala
sayap kolom bangunan demikian pula dengan kaki pot, namun secara
horisontal akhiran kepala pot dengan ekor pot terdapat perbedaan
terutama pada sayap bagian dalam, pengamat secara sepintas akan
sulit menemukan perbedaan ini namun hal perbedaan ini sebenarnya
sudah .jelas, dalam hal inilah kembal i konsep ambiguity diterapkan
29
Kepala kolcm pot PETCKMNf HQGEP AMUGUm PMA
Pat tanamn ini •angatlah istimeve, Karens keberadaannya yang turut menunjung "skenario konsep" artoigu pada bangunan. Secara desain dapat dijabarkan disini bahwa pot tenaman ini memiliki kepala pot yang asm secara vertical dengan kepala sayap tolom bangunan dsnikian pila dengan kaki pot, namun secara horisontal akniran kepala pot dengan buntut pot terdapat perbedaan teratoma pada sayap bagian dalam, pengamat secara sempintas akan su l i t menemukan perbedaan ini narrun hal perbedaan ini sebenarnya eudah jelas dalam hal inllah kembali konsep ambiguity di terapkan "kembar yang berbeda". Dentangon rremanjang pada pot ini disebut bentangan iklan karena di derah m i nantinya akan diletakkan papan penyuluhan dan informasi mengenai s tres , gejala, dan penanggulangannya. Penemapatan papan ikaln akan di aeauaiakan dengan jarak paridang nyamafi orang devesa. Karena penerapan konsep ini rraka akan tlmbul suatu komunltas yang baru di sepsnjang koridor bangunan sehingga koridor yang meruang ini tidak menekan secara psikologis bagi konseli s t re s .
Galvanized s t e l l track
20*10'
Galvanized stell C-studs Galvanized bridgir
welded to studs
Sprayed on urethar*
insulation (opt)
Limestone cladding (opt patterns)
dengan penguatan dan dominan pada batang kolom.
03. Motif sayap kolom dibuat se"struktural" mungkin
sehingga sang pengamat akan dihadapkan pada pertannyaan mengenai
hakekat dari sebuah "sistem struktur".
04. Permainan cahaya yang diletakkan pada rongga sayap dan
batang kolom juga turut mempertegas fungsi sayap kolom sebagai
bagian estetik yang menarik dari keberadaan kolom yang ambigu
ini.
05. Secara pandangan pengamat kembali dihadapkan atas
pilihan sisi kanan atau kiri dari kolom yang ada. Keberadaan
kolom .juga dimanfaatkan untuk menjadi tempat pot atas dan bawah
yang menarik, hal ini disesuaikan dengan fungsi bangunan stress
Centre yang memerlukan "penyegar" dalam ruangan.
06. Sebuah penyelesaian yang baik dengan penggunaan bahan
pelapis bati limestone membuat pengamat semakin mempertanyakan
kehadiran "hakekat struktural" dari kolom ini.
2.2.1FENERAPAN KONSEP AMBIGUITY PADA POT TANAMAN
01. Pot tanaman ini sangatlah istimewa, karena
keberadaannya yang turut menunjang "skenario konsep" ambigu pada
bangunan.
02. Secara desain dapat jabarkan disini bahwa pot tanaman
ini memiliki kepala pot yang sama secara vertikal dengan kepala
sayap kolom bangunan demikian pula dengan kaki pot, namun secara
horisontal akhiran kepala pot dengan ekor pot terdapat perbedaan
terutama pada sayap bagian dalam, pengamat secara sepintas akan
sulit menemukan perbedaan ini namun hal perbedaan ini sebenarnya
sudah jelas, dalam hal inilah kembali konsep ambiguity diterapkan
29
Plat lantel Kepala kolom pot
Lampu balok
I Sayap kolom I
# h ^ ̂2 Pot bmoh
2 00
Tompok kolom pot
J M . W 300
:15
75
Countlnous Plate Limestone '
SO JO -
:is
;o
170
I Sayap kolom I
Tampak kolom tunggal
T u ^ l n 9 0 n Fengait
Beton 30.50 Itolom \ mm Detail pelapla kolom
POCRAPW FOGEP WOIO/Ifr FN* PC* TAWWffN
Pot tanarin Ini sangatlah istimeva, karena kebsradaannya yang turut menunjung "skenario konsep" ambigu pada bangunan. Secara detain dapat dijabarkan diaini bah>e pot tanaman in i memiliki kepala pot yang sama secara vertikal dengan kepala sayap kolom bangunan demikian plla dengan kaki pot, namun secara horisontal akMran kepala pot dengan buntut pot terdapat perbedaan terutama psda sayap bagian dalam, pengarmt secara sempintas akan su l i t menemukan perbedaan ini nanuri hal perbedaan ini sebenamya sudah je las dalaffl hal inilan kembeli konsep ambiguity di terapkan "kembar yang berbeda". Bentangan memanjang pada pot ini disebut berttangan Ddan karena di derah ini nantinya akan diletakkan papan penyuluhan dan informal mengenai stres , gejala, dan penanggulangannya. Penemapatan papan Ikaln akan di sesuaiakan dengan jarak pahdang nyomafl orang dewdsa. Karena penerapsn konsep ini maka akan timbul suatu konunitas yang baru di sepanjang korldor bangunan sehingga koridor yang maruang ini tidak menekan secara psikologis bagl konseli s tres .
Calvanlzed s t e l l track
20*i0<
Galvanized bridgin welded to studs
Sprayed on urethane insulation (opt]
"Kembar yang berbeda".
03. Bentangan memanjang pada pot ini disebut bentangan
iklan karena didaerah ini nantinya akan diletakkan papan
penyuluhan dan informasi mengenai stres, gejala, dan
penanggulangannya.
04. Penempatan papan iklan akan disesuaikan dengan jarak
panjang yang nyaman pada orang dewasa. Karena penerapan konsep
ini maka akan timbul suatu komunitas yang baru di sepanjang
koridor bangunan seringga koridor yang meruang ini tidak menekan
secara psikologis bagi konseli stres.
30