Post on 01-Mar-2018
i
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
PADA BANK SYARIAH MANDIRI
Makalah : Tata Kelola Perusahaan
Ilham Akbar
0906608046
PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2013
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
iv
ABSTRAK
Nama : Ilham Akbar
Program Studi : Akuntansi
Judul : Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Syariah
Mandiri
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada sektor perbankan sangat diperlukan
untuk membangun kepercayaan masyrakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi
dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat. Oleh karena itu perlu dipahami
mengenai prinsip-prinsip dan praktik good corporate governance pada sektor perbankan.
Dan perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap praktik corporate governance
pada lembaga perbankan.
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
v
ABSTRACT
Name : Ilham Akbar
Study Program : Accounting
Title : Implementation of Good Corporate Governance in Syariah Mandiri
Bank
Implementation of Good Corporate Governance (GCG) in the banking sector is needed to
build confidence in the community and internationally as an essential condition for the
banking sector to develop well and healthy. Therefore it is necessary to understand the
principles and practices of good corporate governance in the banking sector. And the
necessary supervision and control of the corporate governance practices at banking
institutions.
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
vi
Daftar Isi
1. Halaman Judul ....................................................................................... i
2. Halaman Pengesahan ............................................................................. ii
3. Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ................ iii
4. Abstrak ................................................................................................... iv
5. Abstract .................................................................................................. v
6. Daftar Isi ................................................................................................ vi
7. Latar Belakang ....................................................................................... 1
8. GCG pada Bank Syariah Mandiri (BSM) .............................................. 4
9. Self Assessment GCG Perbankan .......................................................... 5
10. Kebijakan GCG ...................................................................................... 5
11. Mekanisme GCG ................................................................................... 6
12. Struktur Organ GCG .............................................................................. 7
13. Laporan Komite Audit ........................................................................... 10
14. Laporan Komite Remunerasi dan Nominasi .......................................... 11
15. Komite di bawah Direksi ....................................................................... 11
16. Corporate Secretary ............................................................................... 11
17. Audit Ekstern ......................................................................................... 12
18. Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) ...................................................... 12
19. Laporan Sumber Daya Manusia ............................................................. 13
20. Laporan Manajemen Risiko ................................................................... 13
21. Laporan Kepatuhan ................................................................................ 13
22. Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) ................................... 14
23. Etika (Code Of Conduct) ....................................................................... 14
24. Daftar Pustaka ........................................................................................ 17
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
1
Latar Belakang
Krisis yang melanda pada pertengahan 1997 membuat perekonomian Indonesia tidak
stabil. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya Corporate Governance . Hal ini ditandai
dengan kurang transparannya pengelolaan perusahaan sehingga pengawasan publik
menjadi sangat lemah. Konsentrasi pemegang saham besar pada beberapa keluarga
menyebabkan campur tangan pemegang saham mayoritas pada manajemen perusahaan
sangat terasa dan menimbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang dari
norma-norma tata kelola perusahaan yang baik. Oleh karena itu diperlukan tata kelola
yang baik (good corporate governance) pada setiap sektor perekonomian di Indonesia
agar dapat menjaga kelangsungan demi meningkatkan perekonomian Indonesia.
CG meningkat dengan pesat seiring dengan terbukanya skandal keuangan berskala besar
seperti skandal Enron, Tyco, WorldCom, Maxwell, Polypec dan lain-lain. Oleh karena itu
saat ini isu Good Corporate Governance (GCG) menjadi sangat penting. Keruntuhan
perusahaan-perusahaan publik tersebut dikarenakan oleh strategi, prosedur, maupun
praktik curang (fraud) dari manajemen puncak yang berlangsung cukup lama karena
lemahnya pengawasan yang independen dari corporate boards.
Pengelolaan perusahaan (CG) dalam dunia ekonomi merupakan hal yang dianggap
penting sebagaimana yang terjadi dalam pemerintahan negara. Implementasi GCG pada
saat ini bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap
perusahaan dan organisasi. Pernyataan tersebut telah menegaskan bahwa perusahaan
memiliki kedudukan penting dalam menjalankan perannya dalam kehidupan ekonomi
dan sosial masyarakat. Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai pada akhir tahun 1997
bukan semata-mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga di akibatkan oleh belum
diimplementasikannya GCG dan etika yang melandasinya. Oleh karena itu, usaha
mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan Indonesia melalui restrukturisasi
dan rekapitalisasi, hanya dapat mempunyai dampak jangka panjang apabila disertai tiga
tindakan penting, yakni:
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
2
1. Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian;
2. Pelaksanaan GCG;
3. Pengawasan yang efektif dari otorisasi pengawasan bank (Pedoman GCG Perbakan
Indonesia, 2004).
Oleh karena itu ketaatan akan prinsip-prinsip GCG, antara lain transparansi
(transparency), kemandirian (independence), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), dan kewajaran (fairness) dalam menjalankan
perbankan dan segala prosedur yang ada didalamnya haruslah terlaksana dengan baik
agar perbankan dapat berkembang dengan baik dan sehat. (Pedoman GCG Indonesia,
KNKG, 2006).
Pelaksanaan GCG pada sektor perbankan sangat diperlukan untuk membangun
kepercayaan masyrakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia
perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat. Oleh karena itu perlu dipahami
mengenai prinsip-prinsip dan praktik GCG pada sektor perbankan. Selain itu perlu
dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap praktik CG pada lembaga perbankan.
Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara
dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat
sebagai pengguna produk (Wahyudin, 2008). Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh
masing-masing pilar adalah :
1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang
menunjang iklim usaha yang sehat, efisien, dan transparan. Melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law
enforcement).
2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman pelaksanaan
usaha.
3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa serta pihak yang terkena dampak dari
beberapa perusahaan menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial secara
obyektif dan bertanggung jawab (Pedoman GCG Indonesia, KNKG, 2006).
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
3
CG yang tidak efektif menjadi penyebab utama terjadinya krisis ekonomi dan kegagalan
pada berbagai perusahaan di Indonesia akhir-akhir ini. Penerapan CG yang efektif dapat
memberikan sumbangan yang penting dalam memperbaiki kondisi perekonomian, serta
menghindari terjadinya krisis dan kegagalan serupa di masa depan.
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
4
GCG pada Bank Syariah Mandiri (BSM)
GCG merupakan unsur penting di industri perbankan mengingat risiko dan tantangan
yang dihadapi semakin meningkat. Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat
posisi daya saing perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumber daya
dan risiko secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh
kepercayaan pemegang saham dan stakeholders, sehingga perusahaan dapat beroperasi
dan tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang (Laporan Tahunan BSM, 2009).
BSM berkomitmen penuh melaksanakan GCG di seluruh tingkatan dan jenjang
organisasi dengan berpedoman pada berbagai ketentuan dan persyaratan terkait. Hal itu
diwujudkan dalam (Laporan Tahunan BSM, 2009):
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian internal bank
3. Penerapan fungsi kepatuhan auditor internal dan eksternal
4. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian internal
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana berskala besar
6. Rencana strategis bank
7. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank
Untuk mengoptimalkan penerapan GCG, BSM melakukan penguatan infrastruktur,
restrukturisasi internal yang mengarah kepada praktik terbaik, penyesuaian dan
pembaharuan sistem dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan GCG
yang efektif (Laporan Tahunan BSM, 2009).
Penerapan GCG di BSM membaik pada tahun 2009 dibandingkan penerapan GCG tahun-
tahun sebelumnya. Pengukuran tingkat kepatuhan BSM dalam menerapkan GCG
menggunakan checklist (self assessment) di mana hasil penilaiannya dalam bentuk
indeks. Untuk keperluan internal, penilaian dilakukan secara semesteran dan untuk
keperluan laporan kepada Bank Indonesia, penilaian dilakukan secara tahunan. Seiring
dengan keluarnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/33/PBI/2009 tentang
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
5
Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, BSM sudah
mempersiapkan diri untuk mengikuti ketentuan yang berlaku dalam PBI tersebut
(Laporan Tahunan BSM, 2009).
Self Assessment GCG Perbankan
Penerapan GCG di BSM dimulai dari komitmen pihak yang paling berpengaruh terhadap
penetapan strategis perusahaan yang dikenal dengan 3 (tiga) pilar GCG yaitu Pemegang
Saham, Dewan Komisaris dan Direksi. Penerapan GCG di BSM dimulai sejak periode
2003, menggunakan format standard checklist yang dibuat oleh Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI) yang bekerjasama dengan Asian Development Bank
(ADB). Hasil penilaian secara Self Assessment (SA) tahunan terus membaik sebagaimana
hasil pengukuran oleh jajaran BSM (Dewan Komisaris, Direksi dan Pejabat Eksekutif)
yang hasilnya berupa Indeks GCG semesteran (semester II 2009 = 91,88 kategori “Lebih
Baik” meningkat dari semester I 2009 = 88,36 kategori “Lebih Baik”).
Adapun penilaian SA dengan metode versi BI dimulai periode 2007, di mana BSM
mendapat kategori “Baik”, dan untuk nilai SA periode 2008 dengan kategori “Sangat
Baik” yang berarti meningkat dibandingkan periode 2007. Hasil penilaian tersebut pada
dasarnya sudah sesuai dengan hasil penilaian BI (videsurat BI No.10/959/DPbS tanggal
21 Juli 2008), di mana BI menyarankan agar BSM mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelaksanaan GCG.
Nilai komposit yang dihasilkan BSM adalah 1,325 pada tahun 2009, lebih baik
dibandingkan nilai komposit tahun 2008 sebesar 1,425. Nilai komposit BSM dalam
pelaksanaan Self Assessment GCG adalah Sangat Baik, sesuai dengan komitmen BSM
untuk senantiasa mengimplementasikan GCG dengan penuh komitmen dan konsisten
(Laporan Tahunan BSM, 2009).
Kebijakan GCG
BSM telah memiliki kelengkapan berbagai kebijakan (soft-structure) yang mengatur
pelaksanaan GCG. BSM menyusun soft-structure GCG sedemikian rupa sesuai dengan
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
6
kebutuhan, dan mengacu pada berbagai ketentuan yang berlaku di Indonesia. Soft-
structure GCG yang berlaku di BSM adalah sebagai berikut (Laporan Tahunan BSM,
2009):
a. BSM menyusun Piagam GCG (GCG Charter) berdasarkan Keputusan Bersama
Dewan Komisaris dan Direksi No.9/002-SKB/KOM.DIR tanggal 30 April 2007.
Piagam GCG merupakan peraturan, kaidah dan kebijakan BSM yang wajib dipatuhi
oleh seluruh jajaran BSM. Piagam GCG diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pengelolaan BSM sehingga dalam implementasinya dapat selaras dan sesuai dengan
standar GCG.
b. BSM menyusun Code of Conduct BSM berdasarkan Surat Keputusan Bersama
Direksi dan Komisaris No. 4/002/DIR.KOM tanggal 26 November 2002. Code of
Conduct BSM merupakan pedoman bagi segenap insan BSM agar berperilaku secara
islami, profesional, bertanggung jawab, wajar, patut, dan dapat dipercaya bagi seluruh
jajaran BSM baik dalam melakukan hubungan bisnis dengan para nasabah, rekanan,
maupun hubungan dengan rekan sekerja.
c. Piagam Komite, terdiri dari: Piagam Komite Audit, Piagam Komite Remunerasi dan
Nominasi, dan Piagam Komite Pemantau Risiko.
Mekanisme GCG
Gambar 1. Mekanisme GCG (Laporan Tahunan BSM, 2009).
RUPS melakukan pengambilan keputusan penting yang didasari pada kepentingan
perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan
perundangan yang berlaku. Pengelolaan dilakukan oleh Direksi, sementara Dewan
Komisaris melakukan pengawasan yang memadai terhadap kinerja pengelolaan
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
7
perusahaan. Untuk memastikan produk-produk BSM tidak melanggar prinsip-prinsip
syariah, BSM dikawal oleh Dewan Pengawas Syariah (Laporan Tahunan BSM, 2009).
Struktur Organ GCG
Organ perusahaan, terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan
Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, dan Direksi, mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan GCG secara efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ
mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya
semata-mata untuk kepentingan perusahaan (Laporan Tahunan BSM, 2009).
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS adalah organ perusahaan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
perusahaan dan memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi,
Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas Syariah. RUPS sebagai organ perusahaan
merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting
berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan
ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang
diambil dalam RUPS didasari pada kepentingan usaha perusahaan jangka panjang.
RUPS dan atau pemegang saham tidak melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi
dan wewenang Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah serta Direksi dengan
tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan hak sesuai dengan Anggaran
Dasar dan peraturan perundang-undangan. Pengambilan keputusan RUPS dilakukan
secara wajar dan transparan. Pada RUPS dan RUPSLB tahun 2009 telah dilakukan
pemberitahuan dan undangan bagi pemegang saham sesuai ketentuan yang berlaku.
BSM memiliki tata cara penyelenggaraan RUPS di mana disebutkan bahwa agenda
acara RUPS disampaikan beserta undangan RUPS. RUPS memiliki wewenang yang
tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, antara lain mengangkat dan
memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi, mengevaluasi kinerja
Dewan Komisaris dan Direksi, mengesahkan perubahan Anggaran Dasar,
memberikan persetujuan atas laporan tahunan, menetapkan alokasi penggunaan laba,
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
8
menunjuk akuntan publik, serta menetapkan jumlah dan jenis kompensasi serta
fasilitas.
2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi
serta memastikan bahwa BSM melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan dan tanggung
jawabnya, Dewan Komisaris telah membentuk Komite Audit, Komite Pemantau
Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi. Dewan Komisaris BSM telah
memenuhi ketentuan fit & proper test dari Bank Indonesia, UU Perseroan Terbatas
dan ketentuan GCG. BSM mewajibkan anggota Dewan Komisaris untuk
mengungkapkan kepemilikan sahamnya, baik pada BSM maupun pada bank dan
perusahaan lain, yang berkedudukan di dalam dan di luar negeri dalam suatu laporan
yang harus diperbaharui setiap tahunnya. Anggota Dewan Komisaris tidak
mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari bank selain remunerasi dan
fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS. Seluruh anggota Dewan Komisaris memiliki
integritas, kompetensi dan reputasi keuangan yang memadai. Dalam melaksanakan
tugas, Dewan Komisaris bertanggung jawab kepada RUPS. Pertanggungjawaban
Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan
atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Kinerja
Dewan Komisaris dievaluasi berdasarkan unsur-unsur penilaian kinerja yang disusun
oleh Komite Remunerasi dan Nominasi. Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap
akhir periode tutup buku. Hasil penilaian kinerja Dewan Komisaris disampaikan
dalam RUPS.
a. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris BSM sejalan dengan
Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Independensi Dewan Komisaris
Anggota Dewan Komisaris BSM telah memenuhi jumlah, komposisi, kriteria dan
independensi sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 yang diubah
dengan PBI Nomor 8/14/PBI/2006 di mana jumlah anggota Dewan Komisaris
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
9
BSM saat ini adalah empat orang. Dua orang di antaranya atau sama dengan 50%
anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen. Penggantian dan
pengangkatan anggota Dewan Komisaris telah memperhatikan rekomendasi dari
Komite Remunerasi dan Nominasi. Setiap anggota Dewan Komisaris tidak
memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan anggota Dewan
Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi.
c. Susunan Anggota Dewan
Komisaris Susunan Anggota Dewan Komisaris BSM berdasarkan RUPS tanggal
19 Juni 2008.
d. Pengawasan dan Rekomendasi Dewan Komisaris
Dewan Komisaris BSM secara proaktif melakukan pengawasan dan memberikan
masukan kepada Direksi. Pengawasan dilakukan secara langsung termasuk
memantau tindak lanjut atas rekomendasi dari Komisaris kepada Direksi, maupun
melalui komite-komite yang dibentuk.
e. Rapat Dewan Komisaris
Rapat Dewan Komisaris diselenggarakan minimal sebulan sekali. Rapat Dewan
Komisaris tersebut dapat berupa Rapat Internal Dewan Komisaris maupun Rapat
Dewan Komisaris bersama Direksi.
f. Rangkap Jabatan Dewan Komisaris
Dewan Komisaris tidak ada yang merangkap jabatan sebagai anggota Dewan
Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada 1 (satu) lembaga/perusahaan
bukan lembaga keuangan, atau anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau Pejabat
Eksekutif yang melaksanakan fungsi pengawasan pada 1 (satu) perusahaan anak
bukan Bank yang dikendalikan oleh Bank.
g. Kebijakan Remunerasi
Pemberian remunerasi dan fasilitas lain mengacu kepada keputusan dari
pemegang saham sebagaimana ditetapkan dalam RUPS dengan memperhatikan
saran yang diberikan oleh Komite Remunerasi dan Nominasi.
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
10
h. Pelatihan Dewan Komisaris
Untuk meningkatkan kompetensi dan menunjang pelaksanaan tugas Dewan
Komisaris BSM selama tahun 2009, anggota Dewan Komisaris BSM telah
mengikuti berbagai program pelatihan, workshop, konferensi, dan seminar.
3. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Sebagai bank yang bergerak di bidang syariah, maka dibentuk Dewan Pengawas
Syariah (DPS). DPS bersifat independen yang anggota-anggotanya ditetapkan oleh
Dewan Syariah Nasional (DSN), sebuah badan di bawah Majelis Ulama Indonesia
(MUI). Seluruh pedoman produk pendanaan, pembiayaan dan operasional harus
disetujui oleh DPS untuk menjamin kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip syariah.
4. Direksi
Direksi adalah organ perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab
secara kolektif dalam mengelola perusahaan. Direksi bertanggung jawab terhadap
pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan nilai tambah dan memastikan
kesinambungan usaha. Masing-masing anggota Direksi melaksanakan tugas dan
mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenang. Tugas,
wewenang, dan hal-hal lain yang terkait dengan Direksi sesuai dengan Anggaran
Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan
tugasnya, Direksi bertanggung jawab kepada RUPS. Pertanggungjawaban Direksi
kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam
rangka pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Kinerja Direksi dievaluasi oleh Dewan
Komisaris baik secara individual maupun kolektif berdasarkan unsur-unsur penilaian
kinerja yang disusun oleh Komite Remunerasi dan Nominasi. Pelaksanaan penilaian
dilakukan pada tiap akhir periode tutup buku. Hasil penilaian kinerja Direksi oleh
Dewan Komisaris disampaikan dalam RUPS.
Laporan Komite Audit
Susunan anggota Komite Audit telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam PBI
Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
11
Umum. Persyaratan tersebut adalah anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari
seorang Komisaris Independen, seorang pihak independen yang memiliki keahlian di
bidang keuangan atau akuntansi dan seorang dari pihak independen yang memiliki
keahlian di bidang hukum atau perbankan. Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Audit
selalu berpedoman pada rencana kerja yang telah disusun (Laporan Tahunan BSM,
2009).
Laporan Komite Remunerasi dan Nominasi
Sejalan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, keberadaan Komite
Renumerasi dan Nominasi ini ditetapkan melalui Keputusan Rapat Dewan Komisaris
No.9/001/RAKOM tanggal 22 Januari 2007 yang salah satunya tentang pembentukan
Komite Remunerasi dan Nominasi (Laporan Tahunan BSM, 2009).
Komite di bawah Direksi
Komite di bawah Direksi adalah Komite Manajemen Risiko (KMR). Komite ini dibentuk
untuk memberikan saran dan rekomendasi kepada Direktur Utama terkait kebijakan dan
strategi manajemen risiko. KMR beranggotakan Direksi dan Kepala Divisi yang secara
fungsional mengelola risiko usaha bank. Tugas KMR antara lain meliputi penyusunan
kebijakan, strategi dan pedoman penerapan manajemen risiko, penyempurnaan
pelaksanaan manajemen risiko dan penetapan manajemen risiko, penyempurnaan
pelaksanaan manajemen risiko dan penetapan keputusan bisnis yang menyimpang dari
prosedur normal. Forum KMR diadakan minimal satu kali dalam sebulan (Laporan
Tahunan BSM, 2009).
Corporate Secretary
Corporate Secretary BSM dijabat oleh Kepala Divisi Hubungan Korporasi & Hukum
yang mengemban misi untuk mendukung terciptanya citra perusahaan yang baik secara
konsisten, dan berkesinambungan melalui pengelolaan program komunikasi yang efektif
kepada segenap pemangku kepentingan. Corporate Secretary berfungsi sebagai
penghubung antara BSM dengan stakeholders, dan masyarakat umum serta bertanggung
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
12
jawab untuk menyediakan dan menyampaikan informasi yang penting mengenai BSM
kepada masyarakat umum maupun untuk kepentingan pemegang saham (Laporan
Tahunan BSM, 2009).
Audit Ekstern
Pelaksanaan audit atas laporan keuangan untuk tahun buku 2009 telah sesuai ketentuan
Bank Indonesia tentang transparansi kondisi keuangan bank, dan Standar Profesional
Akuntan Publik, serta perjanjian kerja dan ruang lingkup audit yang telah ditetapkan.
Agar proses audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan serta perjanjian kerja dan
ruang lingkup audit yang telah ditetapkan dan selesai sesuai dengan target waktu yang
telah ditetapkan, secara rutin dilakukan pertemuan-pertemuan yang membahas beberapa
permasalahan penting yang signifikan. BSM selalu berupaya meningkatkan komunikasi
antara Kantor Akuntan Publik, Komite Audit dan Manajemen BSM untuk dapat
meminimalisir kendala-kendala yang terjadi selama proses audit berlangsung. Kantor
Akuntan Publik telah memenuhi kewajiban dengan menyampaikan laporan hasil audit
dan Management Letter kepada Bank Indonesia, dan untuk memenuhi ketentuan
kerahasiaan bank sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 (Laporan Tahunan BSM, 2009).
Satuan Kerja Audit Internal (SKAI)
BSM berupaya menjaga dan mengamankan kegiatan usaha Bank dan sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang
Penugasan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum. Sejak awal beroperasinya BSM telah
membentuk suatu Divisi untuk menjalankan fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).
Unit kerja ini semula bernama Divisi Pengawasan Intern (DPI). Sejak bulan Januari 2009
Divisi Pengawasan Intern (DPI) berubah menjadi Divisi Audit Intern (DAI). Kepala DAI
bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama dan memiliki jalur komunikasi
langsung dengan Dewan Komisaris. DAI bertanggung jawab melakukan pemeriksaaan
secara independen terhadap segenap audit di BSM. DAI bekerja berdasarkan suatu
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
13
rencana audit tahunan yang sebelumnya telah disetujui Direktur Utama dan direview oleh
Dewan Komisaris. Laporan hasil audit dan realisasi kegiatan audit DAI dilaporkan
melalui Laporan Kaji Ulang Business Plan yang disampaikan kepada Dewan Komisaris
sebagai wakil Pemegang Saham. Dewan Komisaris, melalui Komite Audit dan Direksi,
memantau dan mengkonfirmasi apakah pihak yang diaudit (auditee) telah mengambil
langkah-langkah yang memadai atas hasil temuan audit tersebut. Pelaksanaan audit oleh
DAI dilakukan berdasarkan risk based audit, di mana alokasi sumber daya (SDM, waktu
dan hari audit) dilakukan berdasarkan tingkat risiko dari auditee, sehingga sumber daya
DAI akan lebih fokus pada auditee yang memiliki risiko tinggi (Laporan Tahunan BSM,
2009).
Laporan Sumber Daya Manusia
Unit kerja yang membidangi urusan sumber daya manusia sejak BSM terbentuk adalah
Divisi Sumber Daya Manusia (DSI). Di awal tahun 2009 DSI dipecah menjadi dua unit
kerja, yaitu Divisi Human Capital (DHC) dan Desk Training. Pemisahan unit kerja ini
bertujuan untuk lebih meningkatkan kinerja dan fokus pada bidangnya masing-masing.
Hal ini sejalan dengan pertumbuhan bisnis BSM yang semakin pesat (Laporan Tahunan
BSM, 2009).
Laporan Manajemen Risiko
Perkembangan dunia perbankan yang pesat memicu bank untuk lebih kreatif dan dinamis
dalam mengembangkan berbagai produk dan layanan. Hal ini berdampak pada
peningkatan kompleksitas usaha bank sehingga diperlukan tata kelola perusahaan dan
penerapan manajemen risiko yang lebih kuat. Karena itu, bank terus memperbaiki dan
mengembangkan manajemen risiko sesuai kompleksitas usaha bank dan iklim persaingan
(Laporan Tahunan BSM, 2009).
Laporan Kepatuhan
Ketidakpatuhan terhadap hukum dan peraturan perundangan tidak hanya berakibat pada
teguran oleh pihak regulator, melainkan bisa menimbulkan publikasi negatif yang dapat
mencemarkan reputasi BSM sebagai bank syariah terkemuka di Indonesia. Reputasi aset
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
14
paling berharga bagi sebuah bank, di samping sumber daya manusia. Dengan perubahan
dan gejolak yang terus menerpa iklim usaha perbankan saat ini, tidak dapat diabaikan
pentingnya menjaga reputasi yang baik. Atas dasar ini, fungsi kepatuhan di BSM menjadi
amat penting untuk mendukung pengelolaan risiko kepatuhan yang sesuai dengan
perkembangan usaha BSM. Selain itu sesuai karakteristik bisnis perbankan maka juga
perlu diantisipasi secara baik risiko produk dan jasa, khususnya kemungkinan digunakan
produk dan jasa BSM sebagai sarana pencucian uang atau pendanaan bagi kegiatan
terorisme sehingga menyebabkan ancaman bagi kelangsungan usaha BSM (Laporan
Tahunan BSM, 2009).
Laporan Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) merujuk pada semua hubungan yang terjadi
antara perusahaan dengan semua stakeholders, termasuk pelanggan, pegawai, komunitas,
pemilik, pemerintah, supplier bahkan kompetitor. CSR merupakan konsep di mana BSM
secara sukarela menyumbangkan sesuatu ke arah masyarakat yang lebih baik dan
lingkungan hidup yang lebih bersih. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan BSM di tahun
2009 terus diupayakan agar sesuai dengan konsep dasar CSR, yaitu membantu mengatasi
atau mengurangi permasalahan yang terjadi di masyarakat, mengusahakan terjadinya
perubahan perilaku masyarakat, dan mengupayakan pencapaian kesejahteraan kehidupan
masyarakat (Laporan Tahunan BSM, 2009).
Etika (Code Of Conduct)
BSM telah memiliki Code of Conduct sejak tahun 2002. Code of Conduct merupakan
tanggung jawab seluruh jajaran BSM sesuai dengan budaya perusahaan yang mengacu
ada akhlaqul karimah (budi pekerti yang mulia). Code of Conduct dimaksudkan untuk
memberikan pedoman berperilaku yang islami, profesional, bertanggung-jawab, wajar,
patut dan dipercaya bagi seluruh jajaran BSM baik dalam melakukan hubungan bisnis
dengan para nasabah, rekanan, maupun dengan rekan sekerja. Sasaran umum dari Code
of Conduct adalah menyusun suatu petunjuk agar setiap pelanggaran Code of Conduct
yang dilakukan oleh insan BSM dapat secara cepat terdeteksi. Kepatuhan terhadap Code
of Conduct dapat mencegah berkembangnya hubungan yang tidak wajar dengan para
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
15
asabah atau antara sesama pejabat BSM. Segenap pegawai BSM diwajibkan untuk
membaca, mendiskusikan, memahami, dan menghayati Code of Conduct secara tepat,
baik, dan benar. Lebih dari itu, pegawai juga harus menaati Code of Conduct yang
diwujudkan dengan menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk menaati dan
melaksanakan Code of Conduct secara konsisten dan penuh tanggung jawab (Laporan
Tahunan BSM, 2009).
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014
16
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin, Moh. (2008), Good Corporate Governance pada Badan Usaha Manufaktur,
Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Alfabeta. Bandung.
Bank Syariah Mandiri, Laporan Tahunan 2009.
Pedoman Umum GCG Indonesia, KNKG, 2006.
Pedoman GCG Perbakan Indonesia, 2004
Penerapan good ..., Ilham Akbar, FE UI, 2014