Post on 26-Dec-2019
1
Kode /Nama Bidang Ilmu : 699 / Kepariwisataan
LAPORAN AKHIR
PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN SEBAGAI UPAYA
PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TARO
KECAMATAN TEGALLALANG ,GIANYAR BALI
TIM PENELITI
1. Ni Putu Ratna Sari , SST. Par., M.Par (Ketua) NIDN 0002077806
2. Fanny Maharani Suarka, SST. Par., M.Par (Anggota) NIDN 0012028105
Dibiayai dari dana Dana PNBP Universitas Udayana dengan Surat Perjanjian Penugasan
Pelaksanaan Penelitian Nomor 1684/UN.14.1.11/PNL.01.00.00/2015
Tanggal 25 Mei 2015
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PARIWISATA
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
OKTOBER 2015
2
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………….............. 1
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..... 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………...................... 3
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... 4
RINGKASAN……………………………………………………………………….. 5
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………......... 16
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………...... 23
BAB IV PEMBAHASAN……………………….………………………………...... 25
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..
LAMPIRAN
37
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1................... …………………………………………………….............. 28
Gambar 4.2…………………………………………………….................................. 29
Gambar 4.3 …………………………………………………………......................... 30
5
RINGKASAN
PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DALAM PENGEMBANGAN
PARIWISATA BERKELANJUTAN SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TARO KECAMATAN
TEGALLALANG ,GIANYAR BALI
Ni Putu Ratna Sari 11), Fanny Maharani Suarka 2) 1 Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung
Telp/Fax : 0361 223798, E-mail : ratnasariubud@yahoo.co.id 2 Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung
ABSTRAK
Penelitian ini berlokasi di Desa Taro,Tegallalang Gianyar Bali. Latar belakang penelitian
adalah peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan di Desa Taro dalam pemberdayaan
sosial ekonomi perlu dilakukan agar pariwisata berbasis masyarakat dijadikan bentuk paradigma
baru pembangunan pariwisata yang mengusung prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui penerapan Community Based Tourism pada
pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat
di Desa Taro Tegallalang Gianyar Bali.Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, studi kepustakaan. Data dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penerapan CBT dari aspek ekonominya adalah
1)adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat seperti english club, 2)terciptanya
lapangan pekerjaan seperti pengelola indusri sanggah taro, homestay, supllier, dan pengelola
restoran, 3) Timbulnya pendapatan dari penjualan rumput gajah, tenaga kerja. Aspek sosialnya
adalah 1)Peningkatan Kualitas Hidup yang bisa terlihat dari meningkatnya bahasa Inggris
masyarakat, 2)Peningkatan kebanggaan komunitas di lihat dari motivasi masyarakat untuk
menciptkan peluang bisnis pariwisata seperti misalnya akan dibentuk paket wisata yang menjual
kamar, trekking, dan makanan tradisional, cooking class juga mulai bermunculan yang
mengandalkan bumbu tradisional Bali, 3) Kesediaan dan kesiapan masyarakat ingin lebih terlibat
langsung dalam setiap kegiatan kepariwisataan di Desa Taro
Kata Kunci : Penerapan, Community Based Tourism, pariwisata berkelanjutan, pemberdayaan
sosial-ekonomi, Desa Taro,
BAB I PENDAHULUAN
Desa Taro memiliki potensi alam yang masih alami dan sangat cocok
dikembangkan pariwisata pedesaan. Pentingnya menerapkan pariwisata berbasis
komunitas dalam pembangunan sektor kepariwisataan di Desa Taro sudah semestinya
menjadi keharusan, karena apa yang disuguhkan oleh pariwisata berbasis komunitas
ini sangat berbeda jauh dan bertolak belakang dengan jenis pariwisata konvensional
6
yang sedang berlangsung sekarang ini. Jika pariwisata konvensional memberikan
dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan maka sebaliknya pariwisata berbasis
komunitas adalah pariwisata yang bersahabat dan ramah terhadap lingkungan.
Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu mengembangkan
obyek-obyek dan atraksi-atraksi wisata berskala kecil, dan oleh karena itu dapat
dikelola oleh komunitas-komunitas dan pengusaha-pengusaha lokal, menimbulkan
dampak sosial-kultural yang minimal, dan dengan demikian memiliki peluang yang
lebih besar untuk diterima oleh masyarakat. Pariwisata berbasis komunitas
memberikan peluang yang lebih besar bagi partisipasi komunitas lokal untuk
melibatkan diri di dalam proses pengambilan keputusan keputusan dan di dalam
menikmati keuntungan perkembangan industri pariwisata, dan oleh karena itu lebih
memberdayakan masyarakat.
Peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan di Desa Taro terutama
dalam pemberdayaan sosial ekonomi perlu dilakukan agar pariwisata berbasis
masyarakat dijadikan sebagai salah satu bentuk paradigma baru pembangunan
pariwisata yang mengusung prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) demi pencapaian pendistribusian kesejahteraan rakyat secara lebih
merata, sehingga proses kedepannya pembangunan dan pengembangan sektor
kepariwisataan di Desa Taro dapat tumbuh dan berkembang dan bermanfaat bagi
masyarakatnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Community
Based Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai upaya
pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan Tegallalang
Gianyar Bali
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar Bali.
Desa Taro bisa ditempuh kurang lebih 1 jam 30 menit dari Denpasar.
2.2. Definisi Operasional Variabel
Penerapan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan berbasis Community Based
Tourism (CBT) yang dimaksud pada penelitian ini adalah penerapan Community Based
Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan
sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan Tegalalang Gianyar Bali dimana
masyarakat lokal dapat dan ingin diikut sertakan dalam pengembangannya karena
peran masyarakat setempat amat penting mengingat masyarakatlah yang akan aktif dan
menerima manfaat dari keberlanjutan pariwisata tersebut dengan mengetahui budaya,
adat dan kearifan lokal masyarakat.
2.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa data tentang
Desa Taro. Data kualitatif diperoleh dari informasi responden yang tertuang dalam variabel
penelitian. Sumber data yang dipergunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
7
adalah data yang didapat dari sumber pertama yang dipergunakan sebagai sampel, seperti data
hasil wawancara dengan masyarakat dan pihak terkait. Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari instansi berwenang seperti Dinas Pariwisata Bali yang terkait dengan topik yang diteliti.
2.4. Penentuan Informan
Informan diperoleh dari orang yang mengetahui tentang perkembangan kepariwisataan di
Desa Taro yaitu Aparat desa, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi kepariwisataan terkait dan
masyarakat.
2.5.Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke Desa Taro untuk mendapat
gambaran yang sebenarnya terhadap masalah yang diteliti.
2) Wawancara terstruktur yaitu mengadakan wawancara dengan informan kunci yang dipakai
sebagai sampel dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disusun.
3) Studi Kepustakaan, dalam penelitian ini banyak menggunakan buku-buku dan makalah –
makalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif yaitu
mendeskripsikan penerapan Community based Tourism di Desa Taro mendeskripsikan dalam
bentuk uraian.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Desa Taro
Sejarah Desa Taro.
Desa Adat Taro berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Denpasar. Bisa
ditempuh sekitar satu jam dengan melewati kawasan hijau dengan udara sejuk. Konon,
seperti diyakini masyarakat setempat Desa Taro erat kaitannya dengan kedatangan Rsi
Markandya. Made Puri, yang telah menjadi Bendesa Adat Taro sejak tahun 1952
menuturkan tentang kedatangan Rsi Markandya. Beliau berkata “Dari cerita tetua saya,
konon desa ini ada berkat Rsi Markandya yang datang dari Jawa dan dalam tapanya
melihat sinar dari kawasan ini,” terangnya. Sinar inilah yang konon menyebabkan Rsi
Markandya datang dan hendak tinggal di kawasan yang dulu disebut Sarwada. Sarwada
merupakan singkatan dari Sarwa Ada (Serba Ada). Lama kelamaan desa ini berubah
nama dan disebut Desa Taro, ucapnya sejurus kemudian. Desa Taro merupakan salah
satu daerah wisata di Kabupaten Gianyar yang berjarak kurang lebih 40 km dari
Denpasar dan berada pada ketinggian 650 meter diatas permukaan laut. Populasi
mencapai 9400 jiwa, dengan 1888 kepala keluarga dalam luas areal 1562,20 Ha. Secara
geografis Desa Taro merupakan bagian dari kawasan Munduk Gunung Lebah, dataran
tinggi yang membujur dari Utara ke Selatan diapit oleh dua aliran sungai yakni sungai
Oos Ulu Luh di sebelah Barat dan sungai Oos Ulu Muani di sebelah Timur. Kedua
8
aliran sungai ini kemudian menyatu di tepi Barat Desa Ubud yang dikenal dengan nama
Campuhan Ubud. Pada bagian utara Desa Taro berbatasan dengan Desa Apuan,
Kintamani, di bagian timur dengan Desa Sebatu, Tegallalang, selatan berbatasan
dengan Desa Kelusa, Tegallalang, di barat dengan Desa Puhu, Payangan. Wilayah
Desa Adat taro terdiri dari 14 Desa Adat :Sengkaduan, Alas Pujung,Tebuana, Let,
Pisang Kaja, Pisang Kelod, Patas, Belong, Puakan, Pakuseba, Taro Kaja, Taro Kelod,
Tatag dan Ked
Desa Taro memiliki satu keunikan yang tak dimiliki desa lain di Bali yakni
dengan adanya sapi putih yang dianggap keramat. Masyarakat Desa Taro, terutama
warga Desa Pakraman Taro Kaja sangat meyakini kesucian hewan ini. Bahkan mereka
tak berani memelihara secara pribadi apalagi membunuh hewan suci tersebut.
Seandainya ada sapi putih yang lahir dari sapi peliharaannya, ketika mencapai umur
enam (6) bulan pasti diserahkan pada Desa untuk merawat. Ditambahkan, hingga kini
keberadaan sapi putih didesanya mencapai 50 ekor dan dalam kesehariannya, anggota
masyarakat ditugaskan secara bergilir untuk memberi makan sapi-sapi tersebut. Intinya
sapi tersebut diperlakukan istimewa. Demikian pula dengan keturunan sapi putih
tersebut, meskipun lahir berwarna lain.
Selain disucikan sapi putih ini juga dimanfaatkan sebagai sarana pelengkap
(saksi) upacara di Bali yaitu Ngasti (dan yang setingkat dengan upacara itu). Lembu
(Sapi) Putih ini dibawa ke tempat upacara dan oleh penyelenggara upacara dituntun
mengelilingi areal atau tempat upacara sebanyak tiga kali. Upacara ini disebut
dengan Purwa Daksina. Rapya menerangkan, untuk dapat menggunakan sapi putih di
desanya, pihak desa menarik biaya sewa. Untuk satu kali upacara, baik itu jaraknya
jauh atau dekat pihak desa menarik ongkos lebih kurang Rp 600 ribu dengan 15 orang
pendamping. Memang, jumlah pendamping tersebut cukup banyak, namun diakuinya
hal itu untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan.
Kini, Desa Taro tak lagi hanya dikenal dengan sapi putihnya, karena sejak
beberapa tahun silam perangkat Desa Adat Taro telah bekerjasama dengan investor
untuk mengembangkan pariwisata di desanya dengan membuat pariwisata gajah.
Tempat wisata gajah itu pun berhadap-hadapan dengan tempat sapi putih. Menurut
Rapya, pihak desa menyiapkan lahan sekitar 2,5 hektar untuk tempat wisata gajah itu,
dan untuk lahan tersebut pihak desa mendapat bagian keuntungan 15 persen. Hingga
kini, populasi gajah di tempat tersebut mencapai 26 ekor.
3.2 Analisis potensi Desa Taro
1. Attraction
Atraksi adalah sesuatu atau kegiatan menarik yang menjadi pemikat ketertarikan orang untuk
datang dan menikmatinya. Atraksi ini juga bisa bersifat unik karena tidak dapat dijumpai
dengan mudah ditempat lain. Keunikan atraksi inilah yang akan menjadi komponen utama
orang berkunjung ke Desa Taro, secara umum atraksi atraksi tersebut misalnya : (hasil
penelitian 2015)
1) Atraksi Alam : Keindahan alam pedesaan seperti sawah-sawah yang masih asri,
aktivitas pertanian dan kerajinan masyarakat, wisata petualangan seperti Trekking,
cycling, Elephant Ride, ATV .
2) Atraksi Budaya :
9
a. Pura gunung raung, yang merupakan warisan leluhur,
b. Kegiatan kegiatan keagamaan, ritual, dan tradisi tradisional,
c. tarian ”Narnir” yang merupakan tarian sakral masyarakat Desa Taro yang
dipentaskan hanya pada saat upacara-upacara piodalan di pura, pertama kali
dipentaskan pada Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2013. Akan tetapi tarian ini
belum memiliki hak paten.
d. Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah
penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan yang
dilakukan masyarakat Bali,
e. Balinese Farming yaitu: wisatawan diajak untuk belajar metekap, memula, serta
semua kegiatan-kegiatan di sawah.
f. Coocking class yaitu wisatawan diajak untuk belajar memasak makanan -
makanan khas Bali. Yang selanjutnya yaitu wisata spiritual
g. ”Mekemit” yaitu kombinasi antara wisata alam, budaya serta spiritual, dimana
wisatawan diajak diperkenalkan terhadap kehidupan masyarakat Bali, dengan
mengunjungi rumah – rumah masyarakat, memperkenalkan jenis-jenis bangunan
khas Bali, dijelaskan tentang upacara-upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat
setempat, dinner dengan menu khas Bali, kemudian malamnya diajak untuk
menonton kunang-kunang, kemudian melukat, maturan, kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan meditasi atau yoga. Dan paginya akan disuguhkan dengan
kegiatan melihat sunrise serta suguhan breakfast
3) Atraksi Buatan:
a. Pajenengan Agung (Bale Kulkul),
b. Bale Agung,
c. Objek Wisata spiritual lembu Putih,
d. Elephant SafariAksesbilitas
2. Amenities
- Sebagai sarana tinggal pengunjung, baik yang bersifat sementara (half day visit)
maupun jangka waktu yang lama, maka rumah-rumah penduduk dapat dimanfaatkan
sebagai homestay wisatawan yang datang. Homestay penduduk harus memenuhi
standar keamanan dan kenyamanan, oleh karena itu penataan standarisasi homestay
harus ditata dan dikelola dengan baik. Karena para wisatawan yang datang dan tinggal
akan berinteraksi secara langsung dan mengamati lingkungan rumah mereka tinggal.
Gaya hidup family host juga harus ramah , sopan dan bersahabat. Jumlah homestay
yang terdapat di Desa Taro Kurang lebih 7 unit, namun masih akan bertambah,
sementara Restoran hanya terdapat 1 buah, yaitu di dalam kawasan wisata elephant
safari.
Keberadaan warung makan relatif banyak, yang dikelola oleh masyarakat lokal selain itu
terdapat juga kantin, yang terdapat pada kawasan lembu putih. Selain itu juga terdapat
travel agent ,Travel yang terdapat di Desa Taro bernama : ”Taro Transport” yang melayani
banyak destinasi diantaranya ”Kintamani Tour” yang mana travel ini memiliki 20 anggota
dengan 20 armada.
3. Aksesibilitas
Kondisi Jalan menuju Desa Taro cukup Baik, namun masih perlu perbaikan karena masih ada
beberapa ruas jalan yang masih belum memadai karena adanya kerusakan. Akses jalan
10
menuju Desa Taro diantaranya : kalau dari selatan : dari Kedewatan, menuju Lungsiakan,
Payogan, dilanjutkan daerah Sebali, Kliki, Yeh Tengah, Brasela, Desa Taro. Jika ditempuh
dari daerah Tegalalang, kemudian menuju daerah Kliki, daerah Brasela, Desa Taro.
Adapun jenis transportasi yang digunakan yaitu mobil pribadi, mobil travel, sepeda motor,
maupun sepeda.
4. Kelembagaan
Hanya terdapat sebuah Organisai kepariwisataan yg ada di Desa Taro yang yang letaknya di
kawasan wisata lembu putih yang bernama ” Yayasan Lembu Putih” yang dikelola serta
di danai oleh swadaya Masyarakat Desa Taro. Di Kawasan Desa Taro terdapat beberapa
kelompok sadar wisata (darwis), salah satunya adalah ”Taro Clean and Green” adapun
kegiatan yang dilakukan yaitu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga
lingkungan, salah satu bukti nyata adalah dengan mensosialisasikan maupun mengedukasi
para siswa di sekolah tentang bahaya sampah, serta cara pengolahan sampah di Desa Taro,
sehingga Desa Taro menjadi bersih dan asri
4.3 Penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata
berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa
Taro Kecamatan Tegallalang Gianyar Bali
4.3.1 Penerapan community based tourism dari dimensi ekonomi adalah :
1. Adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat
Salah satu usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisata
diantaranya dengan mengadakan english club di Banjar Taro Kaja yaitu sejenis
pelatihan bagi generasi muda baik anak –anak sekolah seminggu 4 kali tentang
pembelajaran bahasa inggris yang nantinya berguna dalam pengembangan pariwisata
di Desa Taro. Adapun kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis, dengan
para pengajarnya dari swadaya masyarakat, yaitu para senior yang sharing pengalaman
serta pengetahuan kepada para generasi muda di Desa Taro.
2. Terciptanya lapangan pekerjaan.
Terdapat beberapa perusahaan industri di kawasan Desa Taro yaitu :
a. Industri pembuatan sanggah (tugu) dari paras Taro.
b. Industri yang bergerak di bidang pariwisata terdiri atas wisata gajah (elephant
Safari) yang dikelola oleh investor asing yang berasal dari Australia yang
mempekerjakan masyarakat lokal. Jumlah tenaga kerja yang terserap di Elefant
Safari ini sekitar 300 orang dimana sebanyak 50 % adalah memang masyarakat
lokal Desa Taro.
c. Objek Wisata Lembu Putih yaitu objek wisata spiritual yang dikelola oleh swadaya
masyarakat yang diwadahi oleh yayasan lembu putih yang diketuai oleh bapak
Made Madriana. Masyarakat lokal yang bekerja di Yayasan Lembu putih ini sebanyak 13 orang.
d. Di bidang Transportasi terdapat juga kelompok masyarakat yang dinamakan Taro
transport. Taro Transport ini melayani wisatawan yang ingin berkeliling di Desa
11
Taro dan menikmati produk produk wisata di Desa Taro. Masyarakat lokal yang
tergabung dalam Taro Transport ini memiliki tempat di Yayasan Lembu putih
sebagai tempat mobil mobil transport mereka di tempatkan.
e. Terdapat juga 10 buah homestay yang masih belum memiliki nama karena milik
masyarakat lokal dimana pemilik homestay ini biasanya langsung menawarkan
paket trekking, mekemit, cooking class dan lain-lain.
f. Supplier
Sebagian besar masyarakat Desa Taro yaitu sekitar 50-60 % bermata pencaharian
menjadi pemasok (supllier) dalam industri pembuatan sanggah (tugu) dari bahan
paras taro, namun ada pula yang bergerak dalam bidang suplier buah dan sayuran
yang bernama ” Kertayasa Fruit ;;and vegetables supplier” Suplier ini memasok
kebutuhan buah dan sayur untuk di elephant safari dan beberapa hotel di denpasar.
g. Cooking Class
h. Agrowisata kopi luwak di banjar Patas pemiliknya addalah Made Budiana.
Wisatawan yang datang ke tempat ini disuguhkan dari pembuatan kopi luwak
sampai pada tahap kopi luwak bisa dihidangkan untuk diminum.
3. Timbulnya pendapatan masyarakat lokal
Pendapatan masyarakat lokal diperoleh dengan menjadi tenaga kerja di Elefant Safari,
yayasan Lembu Putih, bekerja di Agrowisata Kopi Luwak dan Cooking Class.
Pemilik Homestay tentunya mendapatkan pendapatan dari sewa kamar, penjualan
paket paket wisata yang ditawarkan seperti cooking class, mekemit di pura Dalem,
wisata petik Jeruk, ATV cycling, wisata kuang kunang dan lain sebagainya. Selain
itu dampak ekonomi yang di dapat yaitu masyarakat mendapatkan pemasukan
dengan menjual makanan untuk lembu putih, yaitu berupa : ”padang Gajah” dengan
harga Rp. 50.000 untuk 6 ikat dengan sistem bergilir. Sementara gaji yang diterima
oleh masyarakat yang bekerja di kawasan wisata lembu putih rata-rata Rp. 30.000
per hari.
Jika dilihat dari dimensi ekonomi penerapan community based tourism atau pariwisata
berbasis masyarakat di Desa Taro sudah berjalan dalam tahap pengembangan artinya
saat ini masih sedang mengalami tahap perkembangan menuju ekonomi yang lebih
baik.
4.3.2 Penerapan community based tourism dari dimensi sosial terdapat 3 indikator yang
menjadi kriteria yaitu’lh
1. Peningkatan kualitas hidup yang bisa terlihat dari meningkatnya kemampuan masyarakat
Desa Taro terutama anak anak untuk bisa menggunakan bahasa Inggris dalam bekerja
sebagai guide free land wisatawan. Kualitas hidup yang lebih baik juga diperoleh karena
masyarakat lokal telah menerima penghasilan dari pariwisata yang masuk di Desa Taro.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masuknya priwisata di Desa Taro tidak
menyebabkan perubahan gaya hidup dna pola perilaku masyarakat Desa Taro. Justru
masyarakat Desa Taro menciptakan produk pariwisata yang mencirikan budaya lokal
12
mereka seperti mekemit, wisata spiritual, memasak makanan tradisional Bali. Keuntungan
ekonomi yang diperoleh masyarakat Desa Taro tentunya akan berdampak pada
meningkatnya standar hidup baik dari segi kesehatan, tingkat pendidikan. Di samping itu
dengan adanya Elefant Safari di Desa Taro yang memberikan sumbangan kepada banjar
Taro Kaja untuk pelaksanan upacara keagamaan setiap bulan sehingga warga banjar tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk upacara kagamaan karena mereka memiliki banyak pura.
Sehingga pendapatan yang mereka peroleh dari bekerja bisa dipergunakan untuk keperluan
lainnya seperti menyekolahkan anak.
2. Peningkatan kebanggaan komunitas di lihat dari dengan adanya pariwisata di Desa Taro,
masyarakat bisa menyadari bahwa Desa Taro memang memiliki keunikan tersendiri
dengan segala potensi dan daya tarik wisatanya sehingga masayarakat bisa menciptakan
peluang bisnis pariwisata seperti misalnya akan dibentuk paket wisata yang menjual
kamar, restoran, trekking, dan makanan tradisional, cooking class juga mulai bermunculan
yang mengandalkan bumbu tradisional Bali. Dengan adanya Gajah di Desa Taro juga
menjadikan Desa Taro mudah dikenal oleh masyarakat luar dan mudah di kenal wisatawan
karena Gajah memang pertama kali ada di Desa Taro dibanding tempat lainnya. Dengan
adanya kebanggaan ini maka dengan tersendirinya masyarakat Desa Taro akan
melestariakan alam dan budaya untuk keberlanjutan pariwisata di Desa Taro. Seperti yang
telah dilakukan oleh masyarakat setmpat yaitu menghormati keberadaan lembu putih
sebagai warisan leluhur, pelestarian hutan bambu yang digunakan sebagai jalur trekking,
penggunaan bumbu bumbu masakan Bali untuk disuguhkan dalam setiap cooking class
yang diadakan di Desa Taro.
3. Kesediaan dan kesiapan masyarakat ingin lebih terlibat langsung dalam setiap kegiatan
kepariwisataan di Desa Taro. Sebagian besar masyarakat Desa Taro memang
menginginkan pariwisata bisa berkembang dengan lebih baik lagi agar usaha yang telah
dilakukan dalam setiap kegiatan pariwisata sekarang bisa terus berlanjut. Berpartisipasi
secara langsung sebagai pekerja dan pengelola usaha pariwisata seperti homestay,
pengelola agrowisata, pengelola cooking class merupakan bentuk aktivitas pariwisata yang
mendatangkan keuntungan ekonomi secara langsung bagi masyarakat lokal, meskipun saat
ini masih dalam tahap pengembangan. Sebagaian besar masyarakat yang berpartisipasi
langsung maupun tidak langsung pada CBT mengganggap aktivitas kepariwisataan di desa
mereka sebagai kegiatan paruh waktu. Analisis dimensi ekonomi dan sosial
mengindikasikan adanya peningkatan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal dan
pertumbuhan, akan tetapi adanya mekanisme pembagian pendapatan dapat lebih
bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal Desa Taro
Kesimpulan
Penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan
sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan
Tegallalang Gianyar Bali dilihat dari dimensi ekonomi adalah.1)Adanya dana untuk
pengembangan wisata berbasis masyarakat melalui pelatihan berbahasa inggris untuk
generasi muda 2).Terciptanya lapangan pekerjaan baik sebagai pekerja maupun
sebagai pengelola usaha pariwisata 3) Timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari
penyewaan homestay, penjualan paket wisata, penjualan rumput gajah, sebagai
supllier. Dimensi sosial dari penerapan CBT di Desa Taro adalah 1)Peningkatan
13
kualitas hidup yang bisa terlihat dari meningkatnya kemampuan berbahasa Inggris,
tingkat pendidikan, dan kesejahteraan meningkat, 2) Peningkatan kebanggaan
komunitas di lihat dengan kesadaran untuk tetap mempertahankan keunikan potensi
dan daya tarik wisatanya dengan memciptakan produk berbasis lokal, 3) Kesediaan dan
kesiapan masyarakat ingin lebih terlibat langsung dalam setiap kegiatan
kepariwisataan di Desa Taro terbukti dengan partisipasi langsung sebagai tenaga kerja
dan pengelola usaha pariwisata.
Saran
Peran pemerintah dan stakeholder dalam setiap pengembangan pariwisata berkelanjutan
hendaknya mengarah pada pariwisata berbasis masyarakat. Melibatkan masyarakat
dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan
Community Based Tourism agar masyarakat bisa mendapatkan peluang –peluang
terciptanya usaha-usaha pariwisata.
Ucapan Terima kasih
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini antara lain Kepala Desa Taro, semua pengurus yayasan Lembu Putih yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu, masyarakat desa Taro, pengelola usaha cooking
class, kopi luwak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2014. http://desataro.blogspot.com/2010/08/potensi-alam.html 19 feb 2014
Anonim 2015. http://perencanaankota.blogspot.com/2012/01/community-based-tourism-pariwisata.html
Gortazar, Luis and Cripriano Martin. 1999. Tourism and Sustainable Development. France: International Scientific Council for Island Development.
Häusler, Nicole & Strasdas, Wolfgang , 2003, Training Manual for Community-Based Tourism.
Zschortau.
Murphy, Peter E.1985.Tourism, A Community Approach.Great Britain: University Cambridge.
Nurhidayati, Sri Endah. Community Based Tourism (CBT) sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan (Jurnal).Surabaya: Program Studi D3 Pariwisata FISIP Universitas
Airlangga dan diakses dalam
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Community%20Based%20Tourism%20_CBT_.pdf
diunduh dan disalin tanggal 3 mei 2013 Review of Tourism Research,XXVI (2), Jakarta
Suansri, Potjana, 2003, Community Based Tourism Hand Book , Thailand : Rest Project
Timothy, Dallen J., 1999, Participatory Planning: a view of tourism in Indonesia,Annals Of
Tourism Research, 26: 371-391
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pariwisata sangat berperan besar dalam menggerakan ekonomi rakyat, karena
dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana dibandingkan dengan
sektor usaha lainnya. Harapan ini dikembangkan dalam suatu strategi pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan atau community-based tourism
development demi mencapai pariwisata yang berkelanjutan karena pada hakikatnya
pengembangan pariwisata berkelanjutan akan di dasarkan pada kerifan lokal masyarakat setempat
demi menjaga kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam pembangunan pariwisata berbasis komunitas, yang terpenting adalah bagaimana
memaksimalkan peran serta masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan pariwisata itu
sendiri. Masyarakat diposisikan sebagai penentu, serta keterlibatan maksimal masyarakat mulai
dari proses perencanaan sampai kepada pelaksanaannya. Masyarakat berhak menolak jika ternyata
pengembangan yang dilakukan tidaklah sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat itu
sendiri.
Desa Taro terkenal dengan keberadaan sapi putih di desa tersebut. Demikian pula dengan
kerajinan paras dan Pura Kahyangan Jagat, Pura Gunung Raung. Namun belakangan ini, selain
menyebut sapi putih masyarakat juga mulai menyebut-nyebut nama gajah. Desa Taro berjarak
kurang lebih 40 kilometer dari Denpasar. Bisa ditempuh sekitar satu jam. Secara geografis Desa
Taro merupakan bagian dari kawasan Munduk Gunung Lebah, dataran tinggi yang membujur dari
Utara ke Selatan diapit oleh dua aliran sungai yakni sungai Oos Ulu Luh di sebelah Barat dan
sungai Oos Ulu Muani di sebelah Timur. Potensi alam yang dimiliki Desa Taro adalah persawahan
dengan pesona teraseringnya, hutan Adat yang memiliki potensi jalur trekking yang cukup
menantang, dan perkebunan seperti jeruk, lidah buaya, enau dan lainnya. Potensi yang memikat
ini didukung oleh sarana jalan yang memadai dengan lokasi yang sangat strategis yang
menghubungkan kawasan Kintamani dengan Ubud dengan jalan yang menurun dan banyak
wisatawan yang melewati Desa Taro ini.
Desa Taro memiliki potensi alam yang masih alami dan sangat cocok dikembangkan
pariwisata pedesaan. Pentingnya menerapkan pariwisata berbasis komunitas dalam pembangunan
15
sektor kepariwisataan di Desa Taro sudah semestinya menjadi keharusan, karena apa yang
disuguhkan oleh pariwisata berbasis komunitas ini sangat berbeda jauh dan bertolak belakang
dengan jenis pariwisata konvensional yang sedang berlangsung sekarang ini. Jika pariwisata
konvensional memberikan dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan maka sebaliknya
pariwisata berbasis komunitas adalah pariwisata yang bersahabat dan ramah terhadap lingkungan.
Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu mengembangkan obyek-obyek dan
atraksi-atraksi wisata berskala kecil, dan oleh karena itu dapat dikelola oleh komunitas-komunitas
dan pengusaha-pengusaha lokal, menimbulkan dampak sosial-kultural yang minimal, dan dengan
demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima oleh masyarakat. Pariwisata berbasis
komunitas memberikan peluang yang lebih besar bagi partisipasi komunitas lokal untuk
melibatkan diri di dalam proses pengambilan keputusan keputusan dan di dalam menikmati
keuntungan perkembangan industri pariwisata, dan oleh karena itu lebih memberdayakan
masyarakat
Peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan di Desa Taro terutama dalam
pemberdayaan sosial ekonomi perlu dilakukan agar pariwisata berbasis masyarakat dijadikan
sebagai salah satu bentuk paradigma baru pembangunan pariwisata yang mengusung prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) demi pencapaian pendistribusian
kesejahteraan rakyat secara lebih merata, sehingga proses kedepannya pembangunan dan
pengembangan sektor kepariwisataan di Desa Taro dapat tumbuh dan berkembang dan
bermanfaat bagi masyarakatnya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang menjadi rumusan masalah adalah
Bagaimanakah penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata
berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro
Kecamatan Tegallalang Gianyar Bali ?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata
berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan
Tegallalang Gianyar Bali
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Community Based Tourism
B. Pengertian
Community Based Tourism ( CBT ) is a form of tourism in which a significant number of
local people has substantial control over, and involvement in its development and
management. The major proportion of the benefits remains within the local economy.
Members of the community, even those who are not directly involved in tourism enterprises,
gain some form of benefits as well (e.g. community fund, multiplier effect)." (Häusler &
Strasdas 2003, p.3)
Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan prinsip-
prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan
dengan sistem perencanaan formal sangat menekankan pada keuntungan potensial dari
ekowisata. Pendekatan kedua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencaan yang partisipatif
yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara
pembangunan dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan
terhadap lingkungan alam dalam dampak pembangunan ekowisata.
Salah satu bentuk perencaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah
dengan menerapkan Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan.
Nicole Hausler (2003), mengemukakan gagasan tentang definisi dari Community Based
Tourism (CBT) yaitu:
1. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk
mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata.
2. Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha- usaha pariwisata juga mendapat
keuntungan.
3. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan
kepada communitas yang kurang beruntung di pedesaan.
17
Suansri (2003:14), mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek
keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. CBT merupakan alat bagi pembangunan
komunitas dan konservasi lingkungan atau dengan kata lain CBT merupakan alat bagi
pembangunan pariwisata berkelanjutan. Dalam definisi yang disampaikan oleh Suansri,
gagasan untuk memunculkan tools berparadigma baru dalam pembangunan pariwisata adalah
semata- mata untuk menjaga keberlangsungan dari pariwisata itu sendiri.
C. Prinsip- prinsip Community Based Tourism
Terdapat beberapa prinsip dasar CBT yang disampaikan Suansri (20003: 12) dalam
gagasannya yaitu:
1. Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam industri
pariwisata.
2. Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek.
3. Mengembangkan kebanggaan komunitas.
4. Mengembangkan kualitas hidup komunitas.
5. Menjamin keberlanjutan lingkungan.
6. Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal.
7. Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas.
8. Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia.
9. Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas.
10. Berperan dalam menentukan presentase pendapatan ( pendistribusian pendapatan )
dalam proyek yang ada di komunitas.
Sepuluh prinsip dasar tersebut harus menjadi tumpuan, arah dan prinsip dasar dari
pembangunan pariwisata agar keberlanjutannya terjamin. Meski dalam prinsip yang
disampaikan secara eksplisit, Suansri lebih memfokuskan pada kepentingan masyarakat lokal,
tetapi ide utama yang disampaikan Suansri dalam prinsip dasar tersebut adalah hubungan
yang seimbang antara wisatawan dan masyarakat lokal dalam industri pariwisata.
Keseimbangan yang dimaksud antara lain dalam hal status kepemilikan komunitas,
pembagian keuntungan yang adil, hubungan sosial budaya yang didasari sikap saling
menghargai, dan upaya bersama untuk menjaga lingkungan.
18
Sebagai tindak lanjut Suansri ( 2003:21-22 ) menyampaikan point- point yang merupakan
aspek utama pengembangan CBT berupa 5 dimensi, yaitu:
1. Dimensi Ekonomi, dengan indikator:
(1) Adanya dana untuk pengembangan komunitas (2) Terciptanya lapangan pekerjaan
di sektor pariwisata (3) Timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor
pariwisata.
2. Dimensi Sosial, dengan indikator:
(1) Meningkatnya kualitas hidup (2) Peningkatan kebanggaan komunitas (3)
Pembagian peran yang adil antara laki- laki, perempuan, generasi muda dan tua
(4) Membangun penguatan organisasi komunitas.
3. Dimensi Budaya, dengan indikator:
(1) Mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda. (2) Membantu
berkembangnya pertukaran budaya (3) Budaya pembangunan melekat erat dalam
budaya lokal.
4. Dimensi Lingkungan, dengan indikator:
(1) Mempelajari carrying capacity area (2) Mengatur pembuangan sampah (3)
Meningkatkan keperdulian akan perlunya konservasi.
5. Dimensi Politik, dengan indikator:
(1) Meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal (2) Peningkatan kekuasaan
komunitas yang lebih luas (3) Menjamin hak- hak dalam pengelolaan SDA.
Menurut Prayogo dalam Mulyadi (2009) menyebutkan dalam pengembangan pariwisata,
partisipasi masyarakat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Partisipasi langsung adalah partisipasi masyarakat secara sadar yang memang
diarahkan untuk mengembangkan pariwisata, meliputi pembangunan secara gotong
royong, keterlibatan dalam pengusaha pariwisata atau dengan melalui pembinaan rasa
ikut memiliki di kalangan masyarakat oleh pemerintah.
2. Partisipasi tidak langsung adalah partisipasi yang dilakukan secara tidak langsung
bersentuhan dengan kegiatan pariwisata. Masyarakat secara individu tidak langsung
mendapatkan kontribusi dari kegiatan pariwisata meliputi pemeliharaan kebersihan
lingkungan, pembinaan seni dan budaya yang bermutu, pembinaan keindahan dan
pembinaan kepribadian.
19
Menurut Garrod et al., 2001; Timothy dan Boyd, 2003, disebutkan bahwa
partisipasi masyarakat dibagi menjadi dua, 1) partisipasi pengambilan keputusan, 2)
Partisipasi pembagian manfaat pariwisata. Karena dengan adanya manfaat ke masyarakat
akan meningkatnya partisipasinya dalam pengembangan pariwisata. Keteribatan
masyarakat dalam pengambilan keputusan bermakna bahwa masyarakat dapat mempunyai
keinginan dan harapan yang bisa dikeluarkan terebih untuk kepentingan pengembangan
pariwisata sehingga nantinya bisa dijadikan masukan pada pengembangan pariwisata
selanjutnya. Sedangkan pada peran pembagian manfaat pariwisata, dimaksudkan bahwa
masyarakat memiliki kesempatan mendapatkan manfaat ekonomi dengan adanya
pariwisata. Permasalahan yang sering muncul adalah masyarakat tidak pernah dilibatkan
dalam setiap kegiatan pariwisata dan terkesan melupakan keberadaan masyarakat lokal.
Hal inilah yang sering menimbulkan konflik di masyarakat lokal tempat pariwisata itu
berkembang. (adikampana, 2013)
Aspek Utama Pengembangan CBT
Sumber : Rest (1997)
Hausler dalam Nurhidayati, Community Based Tourism (CBT) merupakan suatu
pendekatan pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal (baik yang
terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak) dalam bentuk memberikan
20
kesempatan (akses) dalam manajemen dan pembangunan pariwisata yang berujung pada
pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demokratis, termasuk dalam
pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat lokal”.
Hausler memandang bahwa masyarakat perlu diperhatikan lebih kritis untuk ikut serta
dalam kegiatan pembangunan pariwisata karena masyarakat berperan penting dalam
menyediakan sumber daya di daerahnya.
Murphy (1985) menyebutkan untuk mencapai tujuan masyarakat tuan rumah dan
keinginan serta kemampuan mereka menyerap manfaat pariwisata perlu adanya
perencanaan dan pengelolaan untuk mengembangkan industri dalam kerangka ekologi.
Pendekatan ini memungkinkan integrasi dan pengembangan komponen industri untuk
skala yang lebih selaras dengan kemampuan fisik dan manusia daerah destinasi.
Yaman & Mohd dalam Kusuma (2012) mengemukakan beberapa pendekatan CBT
yaitu: CBT berorientasi pada manusia (pemerintah dan masyarakat) yang mendukung dan
tetap menjaga sumber daya alam dan budaya. Pemerintah akan berfungsi sebagai
fasilitator, koordinator atau badan penasehat SDM dan penguatan kelembagaan. Kedua,
partisipasi dari stakeholder. CBT dideskripsikan sebagai berbagai bentuk aktivitas yang
meningkatkan dukungan yang lebih luas terhadap pembangunan ekonomi dan sosial
masyarakat. Mata pencaharian atau penghidupan masyarakat dapat ditingkatkan dengan
konservasi sumber daya sebagai upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam
sosial masyarakat. Peningkatan lingkup partisipasi yang lebih luas ini termasuk partisipasi
dalam sektor informal, hak dan hubungan langsung/tidak langsung dari sektor lainnya.
Pariwisata berperan dalam pembangunan internal dan mendorong pembangunan aktivitas
ekonomi yang lain seperti industri, jasa dan sebagainya. Anggota masyarakat juga dapat
berpartisipasi dalam bentuk kewirausahaan. Ketiga, pembagian keuntungan yang adil.
Tidak hanya berkaitan dengan keuntungan langsung yang diterima masyarakat yang
memiliki usaha di sektor pariwisata tetapi juga keuntungan tidak langsung yang dapat
dinikmati masyarakat yang tidak memiliki usaha. Keempat, penggunaan sumber daya lokal
secara berkesinambungan. Sumber daya lokal adalah sumber daya alam dan budaya yang
dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat yang merupakan suatu aset baik secara
individu maupun berkelompok. Hal itu bisa menumbuhkan kepedulian, penghargaan diri
sendiri dan kebanggaan pada seluruh anggota masyarakat. Sumber daya yang ada menjadi
21
lebih meningkatkan nilai, harga dan menjadi alasan pengunjung atau wisatawan ingin
datang ke desa. Kelima, penguatan institusi lokal. Penting untuk melibatkan komite dengan
anggota berasal dari masyarakat. Tujuan utamanya adalah mengatur hubungan antara
penduduk, sumber daya dan pengunjung. Hal ini membutuhkan perkembangan
kelembagaan yang ada di sana. Sehingga perlu membentuk lembaga dengan pimpinan
yang dapat diterima semua anggota masyarakat. Penguatan kelembagaan bisa dilakukan
melalui pelatihan dan pengembangan individu dengan ketrampilan kerja yang diperlukan
(teknik, managerial, komunikasi, pengalaman kewirausahaan dan pengalaman organisasi).
2.2 Pariwisata Berkelanjutan
“Sustainable tourism is a tourism which concerns with management of the sustainable
development of the natural, built, social and cultural tourism resources of the host community
in order to meet the fundamental criteria of promoting their economic well-being, preserving
their nature, culture, social life, intra and inter-generational equity of costs and benefits,
securing their life sufficiency and satisfying the tourists’ needs.”(Butler, 1991)
Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dan sistem
pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber daya
alam dan kehidupan sosial-budaya serta memberikan manfaat ekonomi hingga generasi yang
akan datang. Secara garis besar, indikator yang dapat dijabarkan dari karakteristik
berkelanjutan antara lain adalah lingkungan. Artinya, industri pariwisata harus peka terhadap
kerusakan lingkungan seperti; pencemaran limbah, sampah yang bertumpuk, dan kerusakan
pemandangan yang diakibatkan pembabatan hutan, gedung yang letak dan arsitekturnya tidak
sesuai, serta sikap penduduk yang tidak ramah. Dengan kata lain aspek lingkungan lebih
menekankan pada kelestarian ekosistem dan biodiversitas, pengelolaan limbah, penggunaan
lahan, konservasi sumber daya air, proteksi atmosfer, dan minimalisasi kebisingan dan
gangguan visual.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dan sistem
pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber
daya alam dan kehidupan sosial-budaya serta memberikan manfaat ekonomi kepada generasi
sekarang hingga generasi yang akan datang guna memberantas atau mengentasakan
22
kemiskinan (WTO, 2004:3-6). Gortazar (1999) menambahkan bahwa pariwisata
berkelanjutan mempunyai penekanan khusus pada tiga hal yaitu;
a. Pelestarian warisan alam dan budaya serta tradisi masyarakat lokal dengan mengurangi
konteks yang intensif dan massal terhadap objek-objek wisata budaya;
b. Pengurangan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan sehubungan dengan
pengembangan pariwisata;
c. Pemberdayaan masyarakat lokal untuk mempertinggi kehidupan sosial dan budayanya
guna meningkatkan kualitas dan standar hidup masyarakat lokal.
World Tourism Organization (2000) memperkirakan akan ada peningkatan jumlah
kedatangan wisatawan internasional yang sangat tinggi hingga mencapai 937 juta wisatawan
pada tahun 2010. Kedatangan wisatawan dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan seperti degradasi lingkungan dan pencemaran air, udara
dan tanah. Meningkatnya kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata disebabkan
oleh berbagai motivasi perjalanan wisatawan. Menurut Harssel (1994), pariwisata dibagi
menjadi sepuluh jenis yaitu; pariwisata alam (ecotourism), pariwisata budaya (cultural
tourism), pariwisata sosial (social tourism), pariwisata aktif/petualangan (active/adventure
tourism), pariwisata rekreasi (recreational tourism), pariwisata olahraga (sport tourism),
pariwisata minat khusus (specialized tourism), pariwisata kegamaan (religious tourism),
pariwisata kesehatan (health tourism) dan pariwisata etnis (ethnic tourism). Pengklasifikasi
tersebut berdasarkan atas motivasi perjalanan wisatawan.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar Bali.
Desa Taro bisa ditempuh kurang lebih 1 jam 30 menit dari Denpasar.
3.2. Definisi Operasional Variabel
Penerapan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan berbasis Community Based Tourism
(CBT) yang dimaksud pada penelitian ini adalah penerapan Community Based Tourism pada
pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat
di Desa Taro Kecamatan Tegalalang Gianyar Bali dimana masyarakat lokal dapat dan ingin diikut
sertakan dalam pengembangannya karena peran masyarakat setempat amat penting mengingat
masyarakatlah yang akan aktif dan menerima manfaat dari keberlanjutan pariwisata tersebut
dengan mengetahui budaya, adat dan kearifan lokal masyarakat.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa data tentang
Desa Taro. Data kualitatif diperoleh dari informasi responden yang tertuang dalam variabel
penelitian. Sumber data yang dipergunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang didapat dari sumber pertama yang dipergunakan sebagai sampel, seperti data
hasil wawancara dengan masyarakat dan pihak terkait. Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari instansi berwenang seperti Dinas Pariwisata Bali yang terkait dengan topik yang diteliti.
3.4. Penentuan Informan
Informan diperoleh dari orang yang mengetahui tentang perkembangan kepariwisataan di
Desa Taro yaitu Aparat desa, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi kepariwisataan terkait dan
masyarakat.
24
3.5.Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
4) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke Desa Taro untuk mendapat
gambaran yang sebenarnya terhadap masalah yang diteliti.
5) Wawancara terstruktur yaitu mengadakan wawancara dengan informan kunci yang dipakai
sebagai sampel dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disusun.
6) Studi Kepustakaan, dalam penelitian ini banyak menggunakan buku-buku dan makalah –
makalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif yaitu
mendeskripsikan penerapan Community based Tourism di Desa Taro mendeskripsikan dalam
bentuk uraian.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Taro
Sejarah Desa Taro.
Desa Adat Taro berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Denpasar. Bisa
ditempuh sekitar satu jam dengan melewati kawasan hijau dengan udara sejuk. Konon,
seperti diyakini masyarakat setempat Desa Taro erat kaitannya dengan kedatangan Rsi
Markandya. Made Puri, yang telah menjadi Bendesa Adat Taro sejak tahun 1952
menuturkan tentang kedatangan Rsi Markandya. Beliau berkata “Dari cerita tetua saya,
konon desa ini ada berkat Rsi Markandya yang datang dari Jawa dan dalam tapanya
melihat sinar dari kawasan ini,” terangnya. Sinar inilah yang konon menyebabkan Rsi
Markandya datang dan hendak tinggal di kawasan yang dulu disebut Sarwada. Sarwada
merupakan singkatan dari Sarwa Ada (Serba Ada). Lama kelamaan desa ini berubah
nama dan disebut Desa Taro, ucapnya sejurus kemudian.
Desa Taro merupakan salah satu daerah wisata di Kabupaten Gianyar yang berjarak
kurang lebih 40 km dari Denpasar dan berada pada ketinggian 650 meter diatas
permukaan laut. Populasi mencapai 9400 jiwa, dengan 1888 kepala keluarga dalam
luas areal 1562,20 Ha. Secara geografis Desa Taro merupakan bagian dari kawasan
Munduk Gunung Lebah, dataran tinggi yang membujur dari Utara ke Selatan diapit
oleh dua aliran sungai yakni sungai Oos Ulu Luh di sebelah Barat dan sungai Oos Ulu
Muani di sebelah Timur. Kedua aliran sungai ini kemudian menyatu di tepi Barat Desa
Ubud yang dikenal dengan nama Campuhan Ubud. Pada bagian utara Desa Taro
berbatasan dengan Desa Apuan, Kintamani, di bagian timur dengan Desa Sebatu,
Tegallalang, selatan berbatasan dengan Desa Kelusa, Tegallalang, di barat dengan Desa
Puhu, Payangan. Wilayah Desa Adat taro terdiri dari 14 Desa Adat :Sengkaduan, Alas
Pujung,Tebuana, Let, Pisang Kaja, Pisang Kelod, Patas, Belong, Puakan, Pakuseba,
Taro Kaja, Taro Kelod, Tatag dan Ked
26
Desa Taro memiliki satu keunikan yang tak dimiliki desa lain di Bali yakni
dengan adanya sapi putih yang dianggap keramat. Masyarakat Desa Taro, terutama
warga Desa Pakraman Taro Kaja sangat meyakini kesucian hewan ini. Bahkan mereka
tak berani memelihara secara pribadi apalagi membunuh hewan suci tersebut.
Seandainya ada sapi putih yang lahir dari sapi peliharaannya, ketika mencapai umur
enam (6) bulan pasti diserahkan pada Desa untuk merawat. Ditambahkan, hingga kini
keberadaan sapi putih didesanya mencapai 50 ekor dan dalam kesehariannya, anggota
masyarakat ditugaskan secara bergilir untuk memberi makan sapi-sapi tersebut. Intinya
sapi tersebut diperlakukan istimewa. Demikian pula dengan keturunan sapi putih
tersebut, meskipun lahir berwarna lain.
Selain disucikan sapi putih ini juga dimanfaatkan sebagai sarana pelengkap
(saksi) upacara di Bali yaitu Ngasti (dan yang setingkat dengan upacara itu). Lembu
(Sapi) Putih ini dibawa ke tempat upacara dan oleh penyelenggara upacara dituntun
mengelilingi areal atau tempat upacara sebanyak tiga kali. Upacara ini disebut
dengan Purwa Daksina. Rapya menerangkan, untuk dapat menggunakan sapi putih di
desanya, pihak desa menarik biaya sewa. Untuk satu kali upacara, baik itu jaraknya
jauh atau dekat pihak desa menarik ongkos lebih kurang Rp 600 ribu dengan 15 orang
pendamping. Memang, jumlah pendamping tersebut cukup banyak, namun diakuinya
hal itu untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan.
Kini, Desa Taro tak lagi hanya dikenal dengan sapi putihnya, karena sejak
beberapa tahun silam perangkat Desa Adat Taro telah bekerjasama dengan investor
untuk mengembangkan pariwisata di desanya dengan membuat pariwisata gajah.
Tempat wisata gajah itu pun berhadap-hadapan dengan tempat sapi putih. Menurut
Rapya, pihak desa menyiapkan lahan sekitar 2,5 hektar untuk tempat wisata gajah itu,
dan untuk lahan tersebut pihak desa mendapat bagian keuntungan 15 persen. Hingga
kini, populasi gajah di tempat tersebut mencapai 26 ekor.
Potensi yang dimiliki Desa Taro :
1. Persawahan
27
Desa yang terletak 6 Km utara Pujung,memiliki pesona alam yang indah karena teras-
teras sawah kehijauan alam yang asri dan angin segarnya Area persawahan yang
terbentang luas dengan tanah yang terasering merupakan lumbung padi Desa Taro. Dengan
pemandangan alam yang masih alami sangat mendukung untuk mengembangkan wisata
alam khususnya di Desa Taro bagian Kaja.
2. Hutan Adat
Di Desa Taro terdapat Hutan adat yang terletak di banjar Puakan di wilayah Taro bagian
barat. hutan ini memiliki potensi sebagai jalur tracking yang cukup menantang. bagi yang
ingin menguji adrenalin dapat berkunjung kesini
3.Perkebunan
Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Taro terletak pada bidang perkebunan. Hal
ini dapat terlihat dengan banyaknya terdapat berbagai jenis tanaman perkebunan seperti
jeruk, lidah buaya, enau, dan lain sebagainya. Dengan banyaknya potensi yang dimiliki
sangat diumungkinkan untuk dibangunnya agrowisata.
Potensi yang memikat ini didukung oleh sarana jalan yang memadai dengan lokasi yang
sangat strategis yang menghubungkan kawasan kintamani dengan ubud dengan jalan yang
menurun. oleh karena itu banyak wisatawan yang melewati Desa Taro ini
4.2 Analisis potensi Desa Taro
5. Attraction
Atraksi adalah sesuatu atau kegiatan menarik yang menjadi pemikat ketertarikan orang
untuk datang dan menikmatinya. Atraksi ini juga bisa bersifat unik karena tidak dapat
dijumpai dengan mudah ditempat lain. Keunikan atraksi inilah yang akan menjadi
komponen utama orang berkunjung ke Desa Taro, secara umum atraksi atraksi tersebut
misalnya : (hasil penelitian 2015)
28
4) Atraksi Alam : Keindahan alam pedesaan seperti sawah-sawah yang masih asri,
aktivitas pertanian dan kerajinan masyarakat, wisata petualangan seperti Trekking,
cycling, Elephant Ride, ATV .
Gambar 4.1 Wisata bersepeda (cycling) di Desa Taro 2015
5) Atraksi Budaya :
h. Pura gunung raung, yang merupakan warisan leluhur,
i. Kegiatan kegiatan keagamaan, ritual, dan tradisi tradisional,
j. tarian ”Narnir” yang merupakan tarian sakral masyarakat Desa Taro yang
dipentaskan hanya pada saat upacara-upacara piodalan di pura, pertama kali
dipentaskan pada Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2013. Akan tetapi tarian ini
belum memiliki hak paten.
k. Real homestay, yang mana wisatawan diajak menginap langsung di rumah
penduduk, sehingga wisatawan dapat merasakan apa saja kegiatan-kegiatan yang
dilakukan masyarakat Bali,
l. Balinese Farming yaitu: wisatawan diajak untuk belajar metekap, memula, serta
semua kegiatan-kegiatan di sawah.
m. Coocking class yaitu wisatawan diajak untuk belajar memasak makanan -
makanan khas Bali.
29
Gambar 4.2 Cooking Class di Desa Taro 2015
n. ”Mekemit” yaitu kombinasi antara wisata alam, budaya serta spiritual, dimana
wisatawan diajak diperkenalkan terhadap kehidupan masyarakat Bali, dengan
mengunjungi rumah – rumah masyarakat, memperkenalkan jenis-jenis bangunan
khas Bali, dijelaskan tentang upacara-upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat
setempat, dinner dengan menu khas Bali, kemudian malamnya diajak untuk
menonton kunang-kunang, kemudian melukat, maturan, kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan meditasi atau yoga. Dan paginya akan disuguhkan dengan
kegiatan melihat sunrise serta suguhan breakfast
6) Atraksi Buatan:
e. Pajenengan Agung (Bale Kulkul),
f. Bale Agung,
g. Objek Wisata spiritual lembu Putih,
h. Elephant SafariAksesbilitas
30
6. Amenities
- Sebagai sarana tinggal pengunjung, baik yang bersifat sementara (half day visit)
maupun jangka waktu yang lama, maka rumah-rumah penduduk dapat dimanfaatkan
sebagai homestay wisatawan yang datang. Homestay penduduk harus memenuhi
standar keamanan dan kenyamanan, oleh karena itu penataan standarisasi homestay
harus ditata dan dikelola dengan baik. Karena para wisatawan yang datang dan tinggal
akan berinteraksi secara langsung dan mengamati lingkungan rumah mereka tinggal.
Gaya hidup family host juga harus ramah , sopan dan bersahabat. Jumlah homestay
yang terdapat di Desa Taro Kurang lebih 7 unit, namun masih akan bertambah,
sementara Restoran hanya terdapat 1 buah, yaitu di dalam kawasan wisata elephant
safari.
Keberadaan warung makan relatif banyak, yang dikelola oleh masyarakat lokal selain
itu terdapat juga kantin, yang terdapat pada kawasan lembu putih
Selain itu juga terdapat travel agent ,Travel yang terdapat di Desa Taro bernama : ”Taro
Transport” yang melayani banyak destinasi diantaranya ”Kintamani Tour” yang mana
travel ini memiliki 20 anggota dengan 20 armada.
Gambar 4.3 Homestay di desa Taro 2015
31
7. Aksesibilitas
Kondisi Jalan menuju Desa Taro cukup Baik, namun masih perlu perbaikan karena masih
ada beberapa ruas jalan yang masih belum memadai karena adanya kerusakan. Akses jalan
menuju Desa Taro diantaranya : kalau dari selatan : dari Kedewatan, menuju Lungsiakan,
Payogan, dilanjutkan daerah Sebali, Kliki, Yeh Tengah, Brasela, Desa Taro. Jika ditempuh
dari daerah Tegalalang, kemudian menuju daerah Kliki, daerah Brasela, Desa Taro.
Adapun jenis transportasi yang digunakan yaitu mobil pribadi, mobil travel, sepeda motor,
maupun sepeda.
8. Kelembagaan
Hanya terdapat sebuah Organisai kepariwisataan yg ada di Desa Taro yang yang letaknya
di kawasan wisata lembu putih yang bernama ” Yayasan Lembu Putih” yang dikelola serta
di danai oleh swadaya Masyarakat Desa Taro. Di Kawasan Desa Taro terdapat beberapa
kelompok sadar wisata (darwis), salah satunya adalah ”Taro Clean and Green” adapun
kegiatan yang dilakukan yaitu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga
lingkungan, salah satu bukti nyata adalah dengan mensosialisasikan maupun mengedukasi
para siswa di sekolah tentang bahaya sampah, serta cara pengolahan sampah di Desa Taro,
sehingga Desa Taro menjadi bersih dan asri
8.3 Penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan
sebagai upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan
Tegallalang Gianyar Bali
4.3.1 Penerapan community based tourism dari dimensi ekonomi adalah :
1. Adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat Salah satu usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisata
diantaranya dengan mengadakan english club di Banjar Taro Kaja yaitu sejenis
pelatihan bagi generasi muda baik anak –anak sekolah seminggu 4 kali tentang
pembelajaran bahasa inggris yang nantinya berguna dalam pengembangan pariwisata
di Desa Taro. Adapun kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis, dengan
32
para pengajarnya dari swadaya masyarakat, yaitu para senior yang sharing pengalaman
serta pengetahuan kepada para generasi muda di Desa Taro.
2.Terciptanya lapangan pekerjaan.
Terdapat beberapa perusahaan industri di kawasan Desa Taro yaitu :
i. Industri pembuatan sanggah (tugu) dari paras Taro.
j. Industri yang bergerak di bidang pariwisata terdiri atas wisata gajah (elephant
Safari) yang dikelola oleh investor asing yang berasal dari Australia yang
mempekerjakan masyarakat lokal. Jumlah tenaga kerja yang terserap di Elefant
Safari ini sekitar 300 orang dimana sebanyak 50 % adalah memang masyarakat
lokal Desa Taro.
k. Objek Wisata Lembu Putih yaitu objek wisata spiritual yang dikelola oleh swadaya
masyarakat yang diwadahi oleh yayasan lembu putih yang diketuai oleh bapak
Made Madriana. Masyarakat lokal yang bekerja di Yayasan Lembu putih ini
sebanyak 13 orang.
l. Di bidang Transportasi terdapat juga kelompok masyarakat yang dinamakan Taro
transport. Taro Transport ini melayani wisatawan yang ingin berkeliling di Desa
Taro dan menikmati produk produk wisata di Desa Taro. Masyarakat lokal yang
tergabung dalam Taro Transport ini memiliki tempat di Yayasan Lembu putih
sebagai tempat mobil mobil transport mereka di tempatkan.
m. Terdapat juga 10 buah homestay yang masih belum memiliki nama karena milik
masyarakat lokal dimana pemilik homestay ini biasanya langsung menawarkan
paket trekking, mekemit, cooking class dan lain-lain.
n. Supplier
Sebagian besar masyarakat Desa Taro yaitu sekitar 50-60 % bermata pencaharian
menjadi pemasok (supllier) dalam industri pembuatan sanggah (tugu) dari bahan
paras taro, namun ada pula yang bergerak dalam bidang suplier buah dan sayuran
yang bernama ” Kertayasa Fruit ;;and vegetables supplier” Suplier ini memasok
kebutuhan buah dan sayur untuk di elephant safari dan beberapa hotel di denpasar.
o. Cooking Class
33
p. Agrowisata kopi luwak di banjar Patas pemiliknya addalah Made Budiana.
Wisatawan yang datang ke tempat ini disuguhkan dari pembuatan kopi luwak
sampai pada tahap kopi luwak bisa dihidangkan untuk diminum.
3. Timbulnya pendapatan masyarakat lokal
Pendapatan masyarakat lokal diperoleh dengan menjadi tenaga kerja di Elefant
Safari, yayasan Lembu Putih, bekerja di Agrowisata Kopi Luwak dan Cooking
Class. Pemilik Homestay tentunya mendapatkan pendapatan dari sewa kamar,
penjualan paket paket wisata yang ditawarkan seperti cooking class, mekemit di pura
Dalem, wisata petik Jeruk, ATV cycling, wisata kuang kunang dan lain sebagainya.
Selain itu dampak ekonomi yang di dapat yaitu masyarakat mendapatkan
pemasukan dengan menjual makanan untuk lembu putih, yaitu berupa : ”padang
Gajah” dengan harga Rp. 50.000 untuk 6 ikat dengan sistem bergilir. Sementara gaji
yang diterima oleh masyarakat yang bekerja di kawasan wisata lembu putih rata-rata
Rp. 30.000 per hari.
Jika dilihat dari dimensi ekonomi penerapan community based tourism atau pariwisata
berbasis masyarakat di Desa Taro sudah berjalan dalam tahap pengembangan artinya
saat ini masih sedang mengalami tahap perkembangan menuju ekonomi yang lebih
baik.
4.3.2 Penerapan community based tourism dari dimensi sosial terdapat 3 indikator yang menjadi
kriteria yaitu
1. Peningkatan kualitas hidup yang bisa terlihat dari meningkatnya kemampuan masyarakat
Desa Taro terutama anak anak untuk bisa menggunakan bahasa Inggris dalam bekerja sebagai
guide free land wisatawan. Kualitas hidup yang lebih baik juga diperoleh karena masyarakat lokal
telah menerima penghasilan dari pariwisata yang masuk di Desa Taro. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masuknya priwisata di Desa Taro tidak menyebabkan perubahan gaya hidup
dna pola perilaku masyarakat Desa Taro. Justru masyarakat Desa Taro menciptakan produk
pariwisata yang mencirikan budaya lokal mereka seperti mekemit, wisata spiritual, memasak
34
makanan tradisional Bali. Keuntungan ekonomi yang diperoleh masyarakat Desa Taro tentunya
akan berdampak pada meningkatnya standar hidup baik dari segi kesehatan, tingkat pendidikan.
Di samping itu dengan adanya Elefant Safari di Desa Taro telah memberikan sumbangan kepada
banjar Taro Kaja untuk pelaksanan upacara keagamaan sekitar Rp 150.000.000 per bulan sehingga
warga banjar tidak perlu mengeluarkan biaya untuk upacara kagamaan karena mereka memiliki
banyak pura. Sehingga pendapatan yang mereka peroleh dari bekerja bisa dipergunakan untuk
keperluan lainnya seperti menyekolahkan anak.
2. Peningkatan kebanggaan komunitas di lihat dari dengan adanya pariwisata di Desa Taro,
masyarakat bisa menyadari bahwa Desa Taro memang memiliki keunikan tersendiri dengan segala
potensi dan daya tarik wisatanya sehingga masayarakat bisa menciptakan peluang bisnis pariwisata
seperti misalnya akan dibentuk paket wisata yang menjual kamar, restoran, trekking, dan makanan
tradisional, cooking class juga mulai bermunculan yang mengandalkan bumbu tradisional Bali.
Dengan adanya Gajah di Desa Taro juga menjadikan Desa Taro mudah dikenal oleh masyarakat
luar dan mudah di kenal wisatawan karena Gajah memang pertama kali ada di Desa Taro dibanding
tempat lainnya. Dengan adanya kebanggaan ini maka dengan tersendirinya masyarakat Desa Taro
akan melestariakan alam dan budaya untuk keberlanjutan pariwisata di Desa Taro. Seperti yang
telah dilakukan oleh masyarakat setmpat yaitu menghormati keberadaan lembu putih sebagai
warisan leluhur, pelestarian hutan bambu yang digunakan sebagai jalur trekking, penggunaan
bumbu bumbu masakan Bali untuk disuguhkan dalam setiap cooking class yang diadakan di Desa
Taro.
3. Kesediaan dan kesiapan masyarakat ingin
lebih terlibat langsung dalam setiap kegiatan kepariwisataan di Desa Taro. Sebagian besar
masyarakat Desa Taro memang menginginkan pariwisata bisa berkembang dengan lebih baik
lagi agar usaha yang telah dilakukan dalam setiap kegiatan pariwisata sekarang bisa terus
berlanjut. Berpartisipasi secara langsung sebagai pekerja dan pengelola usaha pariwisata seperti
homestay, pengelola agrowisata, pengelola cooking class merupakan bentuk aktivitas pariwisata
yang mendatangkan keuntungan ekonomi secara langsung bagi masyarakat lokal, meskipun saat
ini masih dalam tahap pengembangan. Sebagaian besar masyarakat yang berpartisipasi langsung
maupun tidak langsung pada CBT mengganggap aktivitas kepariwisataan di desa mereka sebagai
kegiatan paruh waktu. Analisis dimensi ekonomi dan sosial mengindikasikan adanya
peningkatan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal dan pertumbuhan, akan tetapi adanya
35
mekanisme pembagian pendapatan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat lokal Desa Taro.
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Penerapan Community Based Tourism pada pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai
upaya pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Gianyar
Bali dilihat dari dimensi ekonomi adalah.1)Adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis
masyarakat melalui pelatihan berbahasa inggris untuk generasi muda 2).Terciptanya lapangan
pekerjaan baik sebagaipekerja maupun sebagai pengelola usaha pariwisata 3) Timbulnya
pendapatan masyarakat lokal dari penyewaan homestay, penjualan paket wisata, penjualan rumput
gajah, sebagai supllier. Jika dilihat dari dimensi ekonomi penerapan community based tourism
atau pariwisata berbasis masyarakat di Desa Taro sudah berjalan dalam tahap pengembangan
artinya saat ini masih sedang mengalami tahap perkembangan menuju ekonomi yang lebih baik.
Dimensi sosial dari penerapan CBT di Desa Taro adalah 1)Peningkatan kualitas hidup yang bisa
terlihat dari meningkatnya kemampuan masyarakat Desa Taro berbahasa Inggris, tingkat
pendidikan, dna kesejahteraan meningkat, 2) Peningkatan kebanggaan komunitas di lihat dengan
kesadaran untuk tetap mempertahankan keunikan potensi dan daya tarik wisatanyadengan
memcipatkan produk yang memang mempertahankan budaya lokal, 3) Kesediaan dan kesiapan
masyarakat ingin lebih terlibat langsung dalam setiap kegiatan kepariwisataan di Desa Taro.
Terbukti dengan partisipasi sebagai tenaga kerja dan pengelola usaha pariwisata. Pengembangan
pariwisata berkelanjutan sebagai upaya pemberdayaan sosial ekonomi Desa Taro telah mengalami
tahap perkembangan dan dapat lebih bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal
Desa Taro
Saran
1. Peran pemerintah dan stakeholder dalam setiap pengembangan pariwisata berkelanjutan
hendaknya mengarah pada pariwisata berbasis masyarakat.
2. Melibatkan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pengembangan Community Based Tourism agar masyarakat bisa mendapatkan peluang –peluang
terciptanya usaha-usaha pariwisata.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2014. http://desataro.blogspot.com/2010/08/potensi-alam.html 19 feb 2014
Anonim 2015. http://perencanaankota.blogspot.com/2012/01/community-based-tourism-pariwisata.html
Gortazar, Luis and Cripriano Martin. 1999. Tourism and Sustainable Development. France: International Scientific Council for Island Development.
Häusler, Nicole & Strasdas, Wolfgang , 2003, Training Manual for Community-Based Tourism. Zschortau.
Murphy, Peter E.1985.Tourism, A Community Approach.Great Britain: University Cambridge.
Nurhidayati, Sri Endah. Community Based Tourism (CBT) sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan (Jurnal).Surabaya: Program Studi D3 Pariwisata
FISIP Universitas Airlangga dan diakses dalam
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Community%20Based%20Tourism%20_CBT_.pdf
diunduh dan disalin tanggal 3 mei 2013 Review of Tourism Research,XXVI (2), Jakarta
Suansri, Potjana, 2003, Community Based Tourism Hand Book , Thailand : Rest Project
Timothy, Dallen J., 1999, Participatory Planning: a view of tourism in Indonesia,Annals Of Tourism Research, 26: 371-391
38
LAMPIRAN 1. FORMAT JUSTIFIKASI ANGGARAN
1. Honor
Honor Honor/jam (Rp) Waktu Minggu Honor per tahun
(jam/minggu) (Rp)
Thn 1 Thn Thn
Ketua 40,000 1,000,000
Anggota 1 40,000 1,000,000
SUB TOTAL (Rp) 2,000,000
2.Peralatan Penunjang
Material Justifikasi Kuantitas Harga Harga Peralatan
Pemakaian Satuan Penunjang (Rp)
(Rp) Thn 1 Thn Thn
camera digital 1,500,000 1,500,000
SUB TOTAL (Rp) 1,500,000
3. Bahan Habis Pakai
Material Justifikasi Kuantitas Harga Biaya per tahun
Pemakaian Satuan (Rp)
(Rp) Thn 1 Thn Thn
Kertas 5 rim 34,500 172,500
CD R 5 buah 3,500 17,500
Cartridge Black & Colour 4 buah 400,000 1,600,000
Pulpen 10 buah 10,000 100,000
Pensil 10 buah 5,000 50,000
Penggaris 5 buah 2,000 10,000
39
Kertas buram 2 buah 25,000 50,000
Map 10 buah 5,000 50,000
flas disk 2 buah 100,000 200,000
sewa komputer 125,000 1,250,000
SUB TOTAL (Rp) 3,500,000
4. Perjalanan
Material Justifikasi Kuantitas Harga Biaya per Tahun
Perjalanan Satuan (Rp)
(Rp) Thn 1 Thn Thn
sewa mobil Survey/sampling/ 200,000 1,000,000
beli bensin 77 liter 6,500 500,000
SUB TOTAL (Rp) 1,500,000
5. Lain-Lain
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga Biaya per Tahun
Satuan (Rp)
(Rp) Thn 1 Thn Thn
penyususunan proposal 5 kali 90,000 450,000
fotokopi bahan 800 200,000
laporan kemajuan 5 buah 20,000 100,000
laporan draf dan final 10 jilid 25,000 250,000
dokumentasi 10 kali 50,000 500,000
SUB TOTAL (Rp) 1,500,000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SETIAP TAHUN (RP)
Th 1
10,000,000
LAMPIRAN 3. FORMAT SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI/ PELAKSANA DAN PEMBAGIAN TUGAS
40
No. Nama/NIDN Instansi Asal Bidang
Ilmu
Alokasi Waktu
(jam/minggu)
Uraian Tugas
1
Ni Putu
Ratna Sari, S
ST.
Par.,M.Par./
0002077806
Fakultas
Pariwisata
pariwisata 25 Minggu Persiapan,
survey ke
lapangan,
penyusunan
laporan draf,
penyusunan
laporan
kemajuan,
laporan final
2
Fanny
Maharani
Suarka S ST.
Par.,M.Par./
0012028105
Fakultas
Pariwisata
pariwisata 25 Minggu Persiapan,
survey ke
lapangan,
penyusunan
laporan draf,
penyusunan
laporan
kemajuan,
laporan final
3
Lampiran 4 . FORMAT BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI
(Wajib ditandatangani asli dengan tinta WARNA BIRU) 1. Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
1.
Nama Lengkap (dengan
gelar)
Ni Putu
Ratna
Sari, S
ST.
Par.,M.P
ar.
P
2. Jabatan Fungsional Lektor
3. Jabatan Struktural
4. NIP/NIK/No.Identitas
lainnya 197807022008122001
5. NIDN 0002077806
6. Tempat dan Tanggal
Lahir Denpasar, 2 Juli 1978
7. Alamat Rumah
Jl. Nangka Utara. Perumahan Taman Nangka
Indah E16
8. Nomor Telepon/Faks
/HP 0361-9151515
41
9. Alamat Kantor Jl. Dr. R. Goris No.7 Denpasar
10. Nomor Telepon/Faks
(0361) 223798
11. Alamat e-mail ratnasariubud@yahoo.com
12. Lulusan yang telah
dihasilkan S-1= … orang; S-2= …Orang; S-3= Orang …
13. Mata Kuliah yg diampu 1.Hospitality 2.Kesehatan dan keselamatan kerja 3.Seminar Pariwisata 4.Manajemen kantor depan I 5.Kode etik pariwisata 6.Manajemen SDM Pariwisata 7.Manajemen Kantor depan II
B. Riwayat Pendidikan
Program S-1 S-2 S-3
Nnama Perguruan Tinggi Universitas Udayana
Universitas Udayana
BiBidang Ilmu Pariwisata Kajian Pariwisata
Tahun Masuk 1995 2006
Tahun Lulus 2000 2008
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Pengaruh Promosi Personal Selling terhadap volume penjualan kamar di Hotel Jatra Kuta
Motivasi pekerja perempuan Bali pada hotel melati di kawasan pariwisata Ubud
Nama Pembimbing/Promotor Drs. Ida Bagus Ketut Astina M, Si., dan Dra AA Sagung Kartika Dewi, MM
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS dan Ni Made Heny Urmila Dewi, SE.,M Si.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2011 “Jual Beli Kepala” Dalam Industri Pariwisata Bali
DIPA 7.500.000
2. 2012 Motivasi Perempuan Bali bekerja Pada Hotel Bintang di Kawasan Pariwisata Kuta
DIPA 7.500.000
42
3. 2012 Evaluasi Penerapan Pariwisata Berwawasan Lingkungan dan
Budaya berdasarkan Nilai Nilai Tri
Hita Karana di Fivelements (Puri
Ahimsa), Mambal, Badung, Bali
Lainnya -
4. 2013 Atraksi wisata di hotel bintang dan
kontribusinya terhadap masyarakat
local di kawasan Pariwisata Kuta
DIPA 7.500.000
Dst.
*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2010 Pengabdian masyarakat dalam bentuk aksi kebersihan dan penghijauan fak
pariwisata unud 23 April 2010
Lainnya
4.000.000
2. 2011 Pengabdian masyarakat dalam bentuk
aksi kebersihan dan penghijauan fak
pariwisata unud 28 April 2011
Lainnya
4.000.000
3. 2012 Pembinaan Pariwisata Melalui Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Jepang Bagi Generasi Muda di Desa Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli
DIPA 4.000.000
4 2012 Pelatihan kepariwisataan Berbasis
Riset dan Inovasi Daam Pengelolaan
Bisnis Wisata Agro di Desa Pengotan
Kabupaten Bangli
DIPA 4.000.000
5. 2013 Pelatihan Kepariwisataan Berbasis
Riset Dalam Pengembangan
Agrowosata Herbal di desa Pengotan
Kabupaten Bangli
DIPA 4.000.000
6. 2014 Pelatihan menjadi Guide wisata Alam sebagai optimalisasi Sumber daya Manusia di desa taro Kecamatan Tegallalang Gianyar bali
DIPA 5.000.000
*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya
43
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal
1. Evaluasi Penerapan Pariwisata Berwawasan
Lingkungan dan Budaya berdasarkan Nilai
Nilai Tri Hita Karana di Fivelements (Puri
Ahimsa), Mambal, Badung, Bali
Vol 12 No. 1 ISSN 1411-9668
Bumi Lestari Jurnal Lingkungan Hidup
2.
3.
4.
Dst.
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5
Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan ilmiah/
Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1.
2.
Dst.
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman
Penerbit
1.
2.
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir
No. Judul/Thema HKI Tahun Jenis No.P/ID
1.
2.
3.
4.
Dst.
44
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial
Lainnya yang Telah Diterapkan
Tahun Tempat
Penerapan
Respon
Masyarakat
1.
2.
3.
4.
Dst.
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1.
2.
Dst.
Ketua Peneliti (Ni Putu Ratna Sari S ST.Par.M.Par) NIP. 197807022008122001 2. Anggota Peneliti 1
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Fanny Maharani Suarka S ST. Par.,M.Par. P
2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3. Jabatan Struktural
4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 198102122005022010
5. NIDN 0012028105
6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 12 Februari 1981
7. Alamat Rumah Jln. Waturenggong gg III A no 22 Denpasar
8. Nomor Telepon/Faks /HP
0361 – 231578 / 08123672979
9. Alamat Kantor Jl. Dr. R. Goris No.7 Denpasar
10. Nomor Telepon/Faks (0361) 223798
11. Alamat e-mail Ofa2406@yahoo.com
12. Lulusan yang telah
dihasilkan S-1= … orang; S-2= …Orang; S-3= Orang …
45
13. Mata Kuliah yg diampu 1.Sikap Dasar Profesi 2.Public Relatiom 3.Manajemen Kantor Depan 2 4.Manajemen Tata Graha 2 5.Pengantar Akomodasi dan Restoran 6.Hospitality 7.Leisure and Recreation 8.Manajemen Kantor Depan 1 9.Manajemen Tata Graha 1
B. Riwayat Pendidikan
Program S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi STP Negeri Nusa Dua Bali
Universitas Udayana
Bidang Ilmu Pariwisata Kajian Pariwisata
Tahun Masuk 1999 2005
Tahun Lulus 2002 2010
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Analisis potensi wisata budaya desa wongaya gede kecamatan Penebel Tabanan
Strategi pengembangan ekowisata di desa Jehem Kabupaten Bangli
Nama Pembimbing/Promotor I Wayan Merta SE., M.Si. dan Drs. Ida Bagus Puja., M. Kes
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS dan Drs. I Nyoman Sunarta ,M Si.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2010
Eksistensi dan Esensi Makanan Tradisional Bali Sebagai Penunjang Culinary Tourism Di Kabupaten Badung
Dana DIPA
7.500.000
2 2012
Adaptasi Makanan Tradisional Bali Pada Hotel Berbintang Dalam Menunjang Pariwisata di Kabupaten Badung
Dana DIKTI Dosen
7.500.000
46
Muda
3. 2012
Motivasi Perempuan Bali bekerja Pada Hotel Bintang di Kawasan Pariwisata Kuta
Dana DIPA
7.500.000
4. 2013
Atraksi wisata di Hotel Bintang dan
kontribusinya terhadap masyarakat local
di kawasan Pariwisata Kuta
Dana DIPA
7.500.000
4.
Dst.
*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2006 Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Mengelola Obyek Wisata Tanah Lot
DIPA 4.000.000
2. 2007 Pengembangan dan Strategi Pemasaran Pantai Amed Sebagai Obyek Wisata Diving
DIPA 4.000.000
3. 2007 Makanan Tradisional Bali Sebagai Penunjang Culinary Tourism Dalam Pengembangan Desa Wisata
DIPA 4.000.000
4 2010 Penyuluhan Sistem Pengelolaan Pariwisata Berbasis Kerakyatan Pada Objek Wisata Desa Thingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung
DIPA 4.000.000
5. 2012 Pengembangan Makanan Khas Daerah Bali Sebagai Wisata Kuliner (Culinary Tourism)
DIPA 4.000.000
6.
*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal
47
1. Pengembangan dan Strategi Pemasaran Pantai Amed Sebagai Obyek Wisata Diving di Desa Purwakerthi Karangasem
Vol. 8 No. 2, Tahun 2009, ISSN : 1412-0925, hal. 51-54
Udayana Mengabdi Diterbitkan oleh Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana
2. Pengembangan Desa Wisata Kendran sebagai Daya Tarik Wisata di Kecamatan Tegalalang
Vol. 1 No. 1, Juli-Desember 2010, ISSN: 2087-5576, hal. 13-27,
Hospitaliti & Manajemen diterbitkan oleh STP Bali Internasional Denpasar
3. Eksistensi dan Esensi Makanan Tradisional Bali Sebagai Penunjang Culinary Tourism Di Kabupaten Badunng
ISSN 1410 – 3729 Analisis Pariwisata :
4. Identifikasi Potensi dan Program Pengembangan Produk Ekowisata di Desa Tihingan Kec. Banjarangkan Kab. Klungkung
Vol. 6 No. 2, edisi Nopember 2011
ECOTROPHIC
Dst.
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5
Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan ilmiah/
Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1.
2.
3.
4.
Dst.
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman
Penerbit
1.
2.
48
3.
4.
Dst.
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir
No. Judul/Thema HKI Tahun Jenis No.P/ID
1.
2.
3.
4.
Dst.
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial
Lainnya yang Telah Diterapkan
Tahun Tempat
Penerapan
Respon
Masyarakat
1.
2.
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1.
Anggota Peneliti,
(Fany Maharani Suarka, S ST. Par.,M.Par) NIP. 198102122005022010
49