Post on 02-Mar-2019
MODUL PERKULIAHAN
Perencanaan Keuangan Jangka Panjang dan Pertumbuhan Perusahaan
Perencanaan keuangan beserta model-modelnya seperti model pendekatan persentase penjualan dan model lainnya, pendanaan yang bersumber dari intern atau ekstern, dan pertumbuhan perusa-haan.
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun OlehEkonomi Manajemen 04 84008 Nurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak
Abstract KompetensiMembahas tentang perencanaan keuangan jangka panjang dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perusaan, disertai dengan metode-metode yang yang bisa digunakan seperti petode persentase penjualan.
Agar mahasiswa dapat memahami merancang keuangan jangaka panjang, Menghitung pertumbuhan perusahaan dengan metode-metode yang biasa digunakan.
PendahuluanKurangnya jangka panjang yang efektif adalah alasan yang paling sering dikemukakan atas
kegagalan dan kerugian keuangan. Seperti yang akan kita bahas dalam bab ini,
perencanaan jangka panjang adalah salah satu cara memikirkan masa depan secara
sistematis dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan masalah sebelum masalah itu
terjadi.
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen, berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan bergantung pada perencanaan. Perencanaan keuangan yang
dibuat dengan baik dan selaras dengan strategi yang telah ditetapkan akan dapat
mengarahkan perusahaan dalam pencapaian tujuannya secara efektif dan efisien.
Perencanaan keuangan merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan organisasi
(corporate planning). Dari perencanaan diharapkan perusahaan dapat menghindari
kesalahan-kesalahan, menghasilkan keputusan yang terbaik yang pada akhirnya mampu
meningkatkan kinerja dari suatu perusahaan.
Perencanaan keuangan memberikan panduan bagi perubahan dan pertumbuhan yang
terjadi di dalam perusahaan. Memang salah satu tujuan perencanaan keuangan untuk
memberikan arah perubahan dan perkembangan perusahaan secara berkelanjutan. Jika
suatu perusahaan berkeinginan untuk menciptakan perubahan yang bersifat berkelanjutan
maka artinya perencanaan keuangan bersifat jangka panjang. Namun jika ingin mengejar
profit jangka pendek maka perencanaan perusahaan bersifat jangka pendek. Namun harus
diingat perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat jangka panjang.
Sebelum menyusun rencana keuangan, maka ada beberapa hal yang harus dipahami dalam
suatu perusahaan. Salah satu hal penting yang harus dianalisis adalah arus kas suatu
perusahaan. Arus dana yang terjadi di dalam suatu perusahaan sering juga dikatakan
sebagai perputaran modal kerja. Arus dana adalah cerminan bagaimana sistem aliran dana
yang terjadi dalam suatu perusahaan. Sehingga dengan diketahui aliran dana ini, maka bagi
pihak pengambil keputusan akan dapat menentukan dalam menetapkan kebutuhan dana
perusahaan, darimana akan dibiayai serta bagaimana penggunaannya.
Perencanaan KeuanganUntuk mengembangkan suatu rencana keuangan yang eksplisit, manajer harus menentukan
beberapa unsur-unsur dasar dari kebijakan keuangan perusahaan:
1. Perusahaan membutuhkan investasi pada aset-aset baru
2. Tingkay pengungkitan keuangan yang yang dipilih untuk dipergunakan perusahaan
‘14 2 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
3. Jumlah kas yang dirasakan perusahaan perlu dan layak untuk dibayarkan kepada
para pemegang saham
4. Jumlah likuiditas dan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dalam operasi
sehari-hari
Keputusan yang diambil oleh sebuah perusahaan dalam keempat area ini akan secara
langsung memengaruhi profitabilitas, kebutuhan akan pendanaan eksternal, dan peluang
pertumbuhan perusahaan dimasa depan (Ross, Westerfield, Jordan Edisi 8).
Perencanaan keuangan mengalokasikan sumber daya perusahaan dalam rangka mencapai
tujuan investasi. Perencanaan keuangan mempunyai arti penting dikarenakan beberapa
alasan yaitu:
1. Perencanaan keuangan membantu manajemen mengetahui dampak dari berbagai
strategi terhadap posisi keuangan perusahaan, arus kas perusahaan, pendapatan,
dan tingkat kebutuhan dana eksternal.
2. Dengan merumuskan perencanaan keuangan, manajemen perusahaan berada pada
posisi lebih baik untuk bereaksi terhadap segala perubahan yang terjadi di pasar,
seperti penjualan yang lebih rendah dibandingkan proyeksi penjualan, atau masalah
yang tidak terduga seperti pengurangan pasokan bahan baku. Dengan merancang
sebuah rencana keuangan, manajer menjadi lebih terbiasa dengan perubahan
sekecil apapun terhadap arus kas perusahaan dan tingkat dana yang dibutuhkan
untuk merubah tingkat penjualan atau faktor faktor lain.
3. Membuat rencana keuangan membantu manajer dalam memahami pertukaran yang
melekat antara rencana investasi dan rencana pendanaan. Contoh, dengan
merancang sebuah rencana keuangan, manajer keuangan akan lebih mampu
memahami pertukaran yang timbul antara mempunyai persediaan yang cukup untuk
memuaskan permintaan konsumen dengan kebutuhan keuangan untuk berinvestasi
pada persediaan. (Fabozzi dan peterson 2003:938).
Perencanaan keuangan terdiri dari rencana investasi perusahaan dan rencana pendanaan.
Segera sesudah kita mengetahui rencana investasi perusahaan, kita perlu mengetahui
kapan pendanaan dibutuhkan dan darimana dana tersebut berasal. Manajer melakukannya
dengan membuat anggaran (budget), yang berarti rencana investasi dan rencana
pendanaan yang di wujudkan dalam bentuk mata uang. Budget atau anggaran dapat
menampilkan rencana investasi dan rencana pendanaan secara rinci seperti apa yang
dilakukan terhadap kas yang melebihi kebutuhan kas minimum harian perusahaan, atau
dapat merefleksikan secara luas pernyataan tentang strategi bisnis perusahaan selama
beberapa dekade berikutnya. (Fabozzi dan peterson 2003:938).
‘14 3 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Arthur, J. Keown, David F. Scott Jr, Jhon D. Martin, J. William Petty (2001:678)
setiap usulan pengeluaran modal (capital expenditure) selalu mengandung dua macam arus
kas, yaitu:
a. Arus kas keluar netto (Net outflow of cash), yaitu: arus kas yang diperlukan untuk
investasi baru.
b. Arus kas masuk netto (Net inflow of cash), yaitu: sebagai hasil dari investasi baru
tersebut, yang sering disebut “Net cash proceeds
Adapun serangkaian skenario masa depan tersebut biasanya dibagi dalam 3 (tiga) kondisi:
1. Kondisi Terburuk ( Worst Condition) : Kondisi ini merupakan kondisi yang
diperkirakan terjadi ketika situasi perusahaan dan perekonomian sedang berada
dalam situasi yang sulit sehingga angka-angka yang dipakai dalam perencanaan
adalah angka-angka yang pesimistis.
2. Kondisi Normal (Normal Condition): Kondisi ini merupakan kondisi dimana dianggap
situasi perusahaan dan perekonomian yang biasa terjadi dan berjalan seperti
sebelumnya.
3. Kondisi Terbaik ( Best Condition): Kondisi ini merupakan kondisi ketika situasi
perusahaan atau perekonomian sedang berada dalam situasi terbaiknya sehingga
angka –angka yang dipakai dalam perencanaan adalah angka –angka yang
optimistik.
Bertisch (1994) mengatakan bahwa : “Financial Planning can be defined as the careful
preparation and coordination of plans necessary to prepare for future financial needs and
goals. It is not investment analisys. It involves mapping strategies to achieve your defined
goals”.
Jadi dengan kata lain, perencanaan keuangan merupakan kegiatan untuk memperkirakan
posisi dan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang (bisa jangka panjang
ataupun jangka pendek).
Yang harus disiapkan dalam merancang keuangan
1. Pendapatan
Menentukan Volume Penjualan
Menentukan Permintaan
2. Pengeluaran
Menentukan kebutuhan bahan mentah
Menentukan Kebutuhan tenaga kerja
‘14 4 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Menentukan jam kerja dan kebutuhan mesin
Pengeluaran Modal (Modal Expenditure)
a. Arus kas keluar netto (Net outflow of cash), yaitu: arus kas yang diperlukan untuk
investasi baru.
b. Arus kas masuk netto (Net inflow of cash), yaitu: sebagai hasil dari investasi baru
tersebut, yang sering disebut “Net cash”
Fungsi Perancangan Keuangan
Perencanaan keuangan jangka pendek, berfungsi menjaga tingkat liquiditas
perusahaan, oleh karena itu yang perlu dipersiapkan saat merancang keuangan
jangka pendek adalah membuat anggaran kas.
Perancangan keuangan jangka panjang, berfungsi untuk mempertahankan
eksistensi perusahaan, oleh karena itu langkah yang perlu dipersiapkan adalah
menyusun strategi perusahaan, dan mengikuti visi misi perusahaan.
Model Persentase Penjualan dan LainnyaModel presentase penjualanAdalah suatu model yang sering menggunakan dasar pemikiran bahwa perusahaan
tentunya memerlukan dana yang makin besar jika akivitasnya meningkat.
Ukuran aktivitas ini adalah penjualan. Asumsi > bahwa rekening-rekening yang berubah
sesuai dengan penjualan, diasumsikan proporsinya tetap tidak berubah. Untuk
menggunakan model tersebut diperlukan :
a. Identifikasi rekening-rekening yang berubah apabila penjualan berubah.
b. Kebijakan keuangan yang dianut oleh perusahaan.
Model lainnyaKritik yang diberikan pada metode presentase penjualan adalah bahwa rekening-rekening
diasumsikan berubah secara proporsional dengan pejualan. Umumnya diakui bahwa jika
penjualan meningkat, suatu aktiva tentunya meningkat. Masalahnya adalah bahwa
peningkatan tersebut bisa saja tidak proporsional. Misalnya, bisa saja dirumuskan bahwa
hubungan antara suatu aktiva (missal persediaan) dengan penjualan dinyatakan :
‘14 5 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Y=20 + 0,04X
Y : Nilai persediaan dan X : Penjualan.
Model-model perencanaan keuanganMenurut Stephen A. Ross dkk., bahwa “Masing-masing model dapat memiliki kompleksitas
yang bervariasi, tetapi hampir semuanya akan memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a. Ramalan penjualan. Hampir semua rencana keuangan meminta adanya ramalan
penjualan yang diberikan secara eksternal.
b. Laporan Pro Forma. Sebuah rencana keuangan akan memiliki ramalan neraca,
laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
c. Persyaratan asset. Suatu rencana keuangan akan menguraikan proyeksi belanja
modal.
d. Persyaratan keuangan. Suatu rencana keuangan akan memuat satu bagian tentang
ketentuan pendanaan yang dibutuhkan. Bagian ini hendaknya mendiskusikan
masalah kebijakan dividend dan kebijakan utang.
e. Penyeimbang (plug). Setelah perusahaan memiliki ramalan penjualan dan estimasi
mengenai belanja asset yang dibutuhkan, seringkali akan dibutuhkan sejumlah
pendanaan baru karena proyeksi total asset akan melebihi proyeksi total kewajiban
dan ekuitas. Dengan kata lain neraca telah tidak seimbang lagi.
f. Asumsi-asumsi perekonomian. Rencana tersebut akan harus menyatakan secara
ekplisit lingkungan perekonomoian di mana perusahaan berharap akan berada
sepanjang umur rencana.
Secara umum perencanaan keuangan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Perencanaan keuangan jangka pendek
Perencanaan keuangan umumnya berdimensi satu tahun. Tujuan utama seringkali
untuk menjaga likuiditas perusahaan. Alat yang sering digunakan adalah dengan
menyususun angaran kas. Anggaran kas merupakan taksiran tentang kas masuk dan
kas keluar pada periode waktu tertentu (Suad Husnan 2006: 93)
2. Perencanaan keuangan jangka panjang
Perusahaan perlu mengetahui bagaimana posisi keuangan perusahaan dimasa yang
akan datang, kalau melakukan keputusan strategis tertentu (misal melakukan
‘14 6 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
investasi modal dalam jumlah besar disertai dengan keputusan pendanaan tertentu).
Pada perencanaan keuangan jangka panjang dengan menggunakan model model
keuangan tertentu perusahaan bisa memperkirakan posisi keuangannya apabila
suatu keputusan keuangan diambil (Suad Husnan 2006:96).
Beberapa model keuangan yang sering digunakan antara lain model presentase
penjualan (sales percentage method). Model ini menggunakan dasar pemikiran
bahwa perusahaan tentunya memerlukan dana yang makin besar kalau aktivitasnya
semakin meningkat. Ukuran aktivitas yang digunakan adalah penjualan. Salah satu
asumsi penting dalam model ini adalah bahwa rekening rekening berubah sesuai
dengan penjualan.
Diasumsikan proporsinya tetap tidak berubah, karena itu untuk menggunakan model
ini diperlukan :
1. Identifikasi rekening rekening yang berubah apabila penjualan berubah
2. Kebijakan keuangan yang dianut perusahaan
Kritik yang diberikan pada metode presentase penjualan adalah bahwa rekening-
rekening diasumsikan berubah secara proporsional dengan pejualan. Umumnya
diakui bahwa jika penjualan meningkat, suatu aktiva tentunya meningkat.
Masalahnya adalah bahwa peningkatan tersebut bisa saja tidak proporsional.
Misalnya, bisa saja dirumuskan bahwa hubungan antara suatu aktiva (missal
persediaan) dengan penjualan dinyatakan :
Y=20 + 0,04X
Y : Nilai persediaan
X : Penjualan.
Melalui model tersebut kemudian bisa ditaksir apakah perusahaan perlu menambah
dana dari luar atau tidak, bagaimana posisi keuangan dimasa yang akan datang dan
sebagainya (Suad Husnan 2006:89).
Menurut Stephen A. Ross dkk., bahwa “Masing-masing model dapat memiliki
kompleksitas yang bervariasi, tetapi hampir semuanya akan memiliki unsur-unsur
yang akan dibahas sebagai berikut :
‘14 7 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
- Ramalan penjualan. Hampir semua rencana keuangan meminta adanya ramalan
penjualan yang diberikan secara eksternal.
- Laporan Pro Forma. Sebuah rencana keuangan akan memiliki ramalan neraca,
laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
- Persyaratan asset. Suatu rencana keuangan kan menguraikan proyeksi belanja
modal.
- Persyaratan keuangan. Suatu rencana keuangan akan memuat satu bagian
tentang ketentuan pendanaan yang dibituhkan. Bagian ini hendaknya
mendiskusikan masalah kebijakan dividend dan kebijakan utang.
- Penyeimbang (plug). Setelah perusahaan memiliki ramlan penjualan dan estimasi
mengenai belanja asset yang dibituhkan, seringkali akan dibutuhkan sejumlah
pendanaan baru karena proyeksi total asset akan melebihi proyeksi total
kewajiban dan ekuitas. Dengan kata lain neraca telah tidak seimbang lagi.
- Asumsi-asumsi perekonomian. Rencana tersebut akan harus menyatakan secara
ekplisit lingkungan perekonomoian di mana perusahaan berharap akan berada
sepanjang umur rencana.
Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan
Adapun sebuah contoh dari model perencanaan keuangan sederhana sebagai
berikut :
PT. Campur
Laporan Keuangan
Laporan Rugi Laba Neraca
Penjualan Rp.1000 Aset Rp. 500 Hutang Rp.250
Biaya 800
Modal
Sendiri Rp.250
Laba bersih Rp.200 Total Rp.500 Total Rp.500
Perencanaan keuangan PT.Campur berasumsi bahwa semua variabel terikat pada
penjualan dan hubungan yang sekarang adalah optimal. Artinya semua item akan
‘14 8 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
berkembang dengan persentase yang sama dengan penjualan. Misalkan penjualan
meningkat 20 persen dari Rp.1000 menjadi Rp.1200. Perencana juga akan
meramalkan bahwa terdapat peningkatan biaya sebesar 20 persen, dari Rp. 800
menjadi Rp.800X1,2=Rp.960. Laporan Pro forma akan menjadi:
Pro Forma
Laporan Laba Rugi
Penjuala
n Rp. 1200
Biaya 960
Laba bersih Rp. 240
Asumsi bahwa seluruh variabel akan meningkat sebesar 20 persen, membuat kita
juga dapat membuat neraca pro forma.
Pro Forma Neraca
Aset Rp.600(+100) Hutang Rp. 300(+50)
Modal
Sendiri 300(+50)
Total Rp.600(+100) Total Rp.600 (+100)
Sekarang kita harus merekonsiliasi kedua pro forma. Contohnya dapatkah Laba
bersih sama dengan Rp.240 dan Modal Sendiri meningkat hanya Rp.50? Jawabannya
adalah bahwa PT.Campur harus membayar perbedaan sebesar Rp.240-
Rp.50=Rp.190,kemungkinan sebagai dividen. Dalam kasus ini dividen adalah plug
variable.
Misalkan PT.Campur tidak membayar Rp.190 tersebut. Dalam kasus ini, tambahan ke
Laba ditahan adalah sejumlah Rp.240. Pos Modal Sendiri PT.Campur akan
‘14 9 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
bertambah menjadi Rp.490(Rp.250 sebagai starting income+Rp.240 sebagai net
income), dan hutang harus dilunasi untuk menjaga jumlah asset tetap Rp.600.
Dengan Rp.600 di total Aset and Rp.490 di Modal Sendiri, maka Hutang harus
Rp.600-Rp.490=Rp.190. Karena saldo awal Hutang adalah Rp.250, maka PT.Campur
harus melunasi hutang sebesar Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan
menjadi:
Pro Forma Neraca
Aset $600(+100) Hutang $ 110(-140)
Modal
Sendiri 490(+240)
Total $600(+100) Total $600 (+100)
Dalam kasus ini, Hutang adalah plug variable yang digunakan untuk
menyeimbangkan proyeksi total aset dan Kewajiban. Contoh ini menunjukkan
interaksi diantara pertumbuhan penjualan dan kebijakan keuangan. Ketika penjualan
meningkat, total aset juga meningkat. Hal ini terjadi karena perusahaan harus
berinvestasi pada modal kerja bersih (net working capital) dan Aset tetap (fixed
asset) untuk mendukung tingkat penjualan yang lebih tinggi. Karena Aset
berkembang, total Modal Sendiri dan Kewajiban (Hutang) juga akan berkembang.
Hal yang harus kita perhatikan dari contoh di atas adalah cara Kewajiban (Hutang)
dan Modal Sendiri berubah berubah bergantung pada pada kebijakan pendanaan
dan kebijakan dividen perusahaan. Pertumbuhan asset ditentukan bagaimana
perusahaan mendanai pertumbuhan tersebut.
Kondisi Perencanaan KeuanganKondisi buruk : Kondisi buruk dalam dunia bisnis bisa dipengaruhi oleh berbagai sebab,
seperti resesi ekonomi, krisis moneter, peperangan dan lain sebagainya. Dalam kondisi
‘14 10 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
buruk ini suatu rencana bisnis harus dibuatkan asumsi-asumsi dalam rangka mengantisipasi
jika kondisi seperti itu akan terjadi di kemudian hari.
Kondisi normal dan biasa : Pada kondisi normal suatu perusahaan diminta membuat
suatu rencana dengan menempatkan asumsi-asumsi yang akan terjadi dalam kondisi
normal. Namun tetap dengan menempatkan analisa kehati-hatian yang mendalam jika
suatu saat terjadi kondisi yang buruk.
Kondisi baik dan bertumbuh : Pada kondisi ini dunia bisnis berkembang dengan baik,
karena setiap perencanaan bisnis dapat dijalankan dengan baik. Pada konteks ini
Stephen A. Ross, dkk., mengatakan, “Masing-masing divisi akan diminta untuk membuat
kasus berdasarkan asumsi-asumsi yang optimis. Kasus ini data melibatkan produk-
produk dan ekspansi baru dan kemudian akan merinci pada pendanaan yang
dibutuhkan untuk mendanai eksapansi tersebut.”.
Pendekatan Persentase Penjualan
Metode Persentase Penjualan adalah metode untuk mengembangkan laporan laba rugi
proforma yang menyatakan harga pokok penjualan, biaya operasi dan biaya bunga sebagai
presentase dari penjualan yang sudah di proyeksikan (Sundjaja dan Barlian, 2003:173).
Metode ini meramal aktiva dan pasiva untuk periode mendatang sebagai prosentase dari
ramalan penjualan. Prosentase yang dipergunakan bisa diambil dari laporan keuangan yang
terbaru dari penjualan berjalan (current sales), atau dari perhitungan rata-rata beberapa
tahun, atau dari penilaian analis, atau dari kombinasi sumber-sumber tersebut. Setelah
ramalan untuk pos-pos yang terkait dengan penjualan didapat, hasil tersebut diterapkan
pada formula ,matematis yang telah ditetapkan untuk menentukan kebutuhan dana. Rumus
untuk meramal kebutuhan dana menggunakan metode prosentase penjualan sebagai
berikut: (Weston dan Copeland, 1992:320).
Pendekatan presentase piutang dapat diterapkan dengan menggunakan tariff gabungan
yang mencerminkan estimasi piutang tak tertagih. Tujuan utama pendekatan ini adalah
untuk melaporkan piutang pada nilai bersihnya dalam realisasi neraca. Pendekatan ini
memfokuskan pada penentuan jumlah penyisihan piutang tak tertagih yang diinginkan.
Jumlah tersebut disajikan sebagai pengurangan piutang.
Berdasarkan pendekatan ini, besarnya persentase kerugian penghapusan piutang
ditetapkan berdasarkan rata-rata piutang penjualan bersih selama periode yang sama.
‘14 11 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Rumus untuk menentukan persentase taksiran piutang tak tertagih, sebagai berikut :
Total Piutang tak tertagih periode tertentu
Taksiran penghapusan piutang = X 100%
Total penjualan periode tertentu
Pencatatan jurnal taksiran piutang tak tertagih sebagai berikut :
31\12\2008 Kerugian Penghapusan Piutang Rp. xxx
Cadangan Penghapusan Piutang Rp. xxx
(Ahmad Syafi’i Syakur : 2009 : 104)
Prinsip dasarnya adalah untuk memisahkan Laporan Rugi-Laba dan Neraca menjadi 2 grup,
dimana yang satu langsung terkait penjualan dan yang satunya tidak langsung terkait. Jika
suatu ramalan penjualan ditetapkan,maka akan dapat mengitung berapa banyak dana yang
dibutuhkan perusahaan untuk menopang prediksi tingkat penjualan.
Laporan Laba Rugi (The Income Statement)
Dimulai membahas dengan menggunakan laporan Laba -Rugi milik PT.HaLe, seperti yang
ditunjukan dalam tabel 4.1. Disini masih menyederhanakan hal – hal berikut seperti : biaya,
penyusutan, dan bunga dalam satu bentuk pos atau akun : biaya.
PT.HaLe telah memproyeksikan 25% peningkatan dalam Penjualan untuk tahun yang akan
datang, jadi mengantisipasi penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250. Untuk
menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa total biaya akan terus
berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80% dari penjualan. Dengan asumsi ini, pro forma
laoran Rugi Laba PT.HaLe ditampilkan pada tabel 4.2. Konsekwensi dari mengasumsikan
bahwa biaya itu memiliki persentase yang konstan dengan Penjualan adalah profit margin
itu akan konstan. Untuk memeriksanya,profit marginnya Rp.132/1000 = 13.2%. Di pro forma
milik PT.HaLe, profit marginnya Rp.165/1250 = 13.2%, jadi itu tidak berubah.
Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan pembayaran dividen. Jumlahnya tergantung pihak
manajemen PT.HaLe. Kita akan mengasumsikan PT.HaLe memiliki kebijakan untuk
membayar dividen secara tunai.
‘14 12 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
TABLE 4.1
PT.HaLe
Laporan Laba Rugi
Penjualan Rp. 1,000
Biaya-biaya Rp. 800
Laba kena pajak Rp. 200
Pajak (34%) Rp. 68
Laba bersih Rp. 132
Dividend
Rp.
44
Tambahan Laba ditahan
Rp.
88
TABLE 4.2
PT.HaLe
Laporan Laba Rugi Pro Forma
Penjualan(proyeksi) Rp. 1,250
Costs (80% dari penjualan) Rp. 1,000
Laba kena pajak Rp. 250
Pajak (34%) Rp. 85
Laba bersih Rp. 165
Untuk sebagian besar dari tahun sekarang, dividend payout ratio adalah :
Dividend payout ratio = Cash Dividens/Net Income
= Rp.44/132 = 33 1/3%
Kita juga dapat menghitung ratio dari tambahan laba ditahan terhadap laba bersih :
Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan = Rp.88/132 = 66 2/3%
Ratio ini biasa disebut dengan retention ratio atau plowback ratio, dan itu sama dengan 1
dikurangi dengan dividend payout ratio, karena sisa yang tidak dibayarkan menjadi laba
yang ditahan. Dengan asumsi bahwa payout ratio konstan, berikut ini adalah proyeksi
dividen dan tambahan pada Laba yang ditahan:
‘14 13 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Proyeksi dividen untuk pemegang saham= Rp.165X1/3 = Rp. 55
Proyeksi tambahan Laba yang ditahan =Rp.165X2/3 =Rp.110
=Rp.165
Neraca ( The Neraca)
Untuk menghasilkan pro forma Neraca, dimulai dengan statements yang paling baru. Dalam
neracadi asumsikan bahwa beberapa pos atau akunnya dapat mempengaruhi penjualan
dan juga ada yang tidak. Untuk pos atau akun yang memliki hubungan dengan penjualan,
dinyatakan persentase penjualan pada tahun yang baru saja telah selesai.Ketika sebuah
pos tersebut tidak mempengaruhi penjualan secara langsung, dituliskan “n/a” (not
applicable).
Tabel 4.3
Rp Persentase Rp Persentase (juta) terhadap (juta) terhadap
Penjualan Penjualan
Aset lancar Kewajiban lancar
Kas 160 16 Utang dagang 300 30% Piutang dagang 440 44 Wesel bayar 100 n/a
Persediaan 600 60 Total 400 n/a
Total 1200 120 Utang jangka panjang 800
Aset tetap Ekuitas pemegang saham Pabrik dan Peralatan bersih 1800 180 Saham biasa dan modal disetor 800 n/a
Saldo laba ditahan 1000 n/a Total 1800 n/a
Total Aset 3000 300% Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3000 n/a
PT. HaLeNeraca
Aset Kewajiban dan Ekuitas
Untuk contoh, pada bagian aset, maka persediaan sama dengan 60% dari Penjualan
(Rp.600/1000) untuk akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan untuk tahun yang
akan datang, jadi setiap peningkatan Rp.1,- dalam penjualan, persaediaan akan naik
sebesar Rp.60. Ratio dari total assets kepada penjualan untuk akhir tahun adalah
Rp.3000/1000 = 3, atau 300%.
Ratio dari total assets kepada penjualan itu disebut sebagai capital intensity ratio.Itu
memberitahukan bahwa jumlah asset yang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp.1 pada
penjualan. Jadi semakin tinggi ratio nya, semakin tinggi capital intensity dalam suatu
perusahaan.
Selanjutnya disusunlah neraca pro forma untuk PT.HaLe. Lakukan dengan menggunakan
persentase-persentase yang dihitung guna menghitung jumlah yang diproyeksikan. Perlu
‘14 14 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
diperhatikan, untuk pos-pos yang tidak bergerak langsung mengikuti penjualan, sumsi
awalnya tidak ada perubahan dan hanya menulis saldo aslinya. Dari neraca diatas bahwa
aset diproyeksikan naik sebesar Rp.750. Tetapi tanpa pendanaan tambahan, kewajiban dan
ekuitas (modal sendiri) hanya mengalami kenaikan Rp.185 sehingga terjadi kekurangan
sebesar Rp.750-185= Rp 565. Ini disebut kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External
Financing Needed)
Tabel 4.4
Tahun ini Perubahan Tahun ini Perubahan
Rp dari Tahun Rp dari Tahun(Juta) lalu (JutaRp) (juta) lalu ( Juta Rp)
Aset lancar Kewajiban lancar
Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 100 0
Persediaan 750 150 Total 475 75
Total 1500 300 Utang jangka panjang 800 0
Aset tetap Ekuitas pemegang saham
Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0
Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110
Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3185 185
Kebutuhan pendanaan eksternal 565 565
PT. HaLeNeraca Pro Forma Parsial
Aset Kewajiban dan Ekuitas
Skenario Khusus (a Particular Scenario)
Model prencanaan finansial ini mengingatkan pada humor tentang berita bagus danberita
buruk. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata mampu memproyeksikan kenaikan penjualan
25%. Berita buruknya adalah hal itu tidak mungkin terjadi kecuali PT.HaLe entah dengan
cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebesar Rp.565.
Selain itu, hal ini merupakan contoh yang bagus bagaimana proses perencanaan dapat
menyelesaikan masalah dan potensi konflik. Mengapa ? kalau kita lihat pada PT.HaLe,
misalkan perusahaan ini punya tujuan tidak mau meminjam sedikitpun untuk dana tambahan
dan tidak mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin tidak bisa dilakukan. Bila
kita menambahkan Rp.565 sebagai pendanaan yang baru maka PT.HaLe mempunyai 3
sumber yang memungkinkan : Pinjaman jangka pendek, Pinjaman jangka panjang, dan
Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung dari keputusan manajemen.
‘14 15 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Misalnya PT.HaLe memutuskan untuk meminjam dana yang butuhkan, dalam kasus ini
perusahaan dapat memilih untuk meminjam sebagian pinjaman jangka panjang dan
sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current asset ) bertambah
Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah Rp.75. PT.HaLe juga dapat
meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 sebagai pinjaman jangka pendek. Dengan Rp.565 yang
dibutuhkan maka sisa Rp.565-Rp.225= Rp.340 bisa didapatkan dengan pinjaman jangka
panjang. Tabel 4.5 menunjukan pro forma neraca PT.HaLe.
Table 4.5
Tahun ini Perubahan Tahun ini Perubahan
Rp dari Tahun Rp dari Tahun(juta) lalu ( Juta Rp) (Juta) lalu ( JutaRp)
Aset lancar Kewajiban lancar Kas 200 40 Utang dagang 375 75 Piutang dagang 550 110 Wesel bayar 325 225
Persediaan 750 150 Total 700 300
Total 1500 300 Utang jangka panjang 1140 340
Aset tetap Ekuitas pemegang saham
Pabrik dan Peralatan bersih 2250 450 Saham biasa dan modal disetor 800 0
Saldo laba ditahan 1110 110 Total 1910 110
Total Aset 3750 750 Total kewajiban dan ekuitas pemilik 3750 750
Aset Kewajiban dan Ekuitas
PT. HaLeNeraca Pro Forma
Skenario Alternatif (an Alternative Scenario)Asumsi bahwa asset merupakan presentase tetap dari penjualan adalah benar, tapi
mungkin saja tidak cocok dalam beberapa kondisi riil yang terjadi. Khususnya jika
mengasumsikan PT.HaLe menggunakan 100 persen kapasitas karena setiap peningkatan
pada penjualan mengarah pada peningkatan fixed assets. Bagi sebagian bisnis, mungkin
akan terjadi sedikit kelonggaran atau kelebihan kapasitas, dan produksi mungkin bisa
bertambah dengan menjalankan shift tambahan.
Jika kita mengasumsikan bahwa PT.HaLe beroperasi pada 70% dari keseluruhan kapasitas,
maka kebutuhan dana eksternal akan sedikit berbeda. Ketika dikatatakan “ 70 persen dari
kapasitas”, hal ini bermaksud bahwa level penjualan saat ini 70 persen dari keseluruhan
kapasitas
Penjualan saat ini: Rp.1000 = 70 X Kapasitas penuh
Penjualan dengan kapasitas penuh: Rp.1000/70 = Rp.1429
Ini memberitahukan bahwa penjualan naik hampir 43 persen dari Rp.1000 menjadi
Rp.1429 sebelum sedikitpun aset tetap dibutuhkan.
‘14 16 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Pada skenario sebelumnya, diasumsikan bahwa penambahan aset tetapRp.450 sangat
dibutuhkan. Sedangkan di skenario yang sekarang, tidak ada aset tetap yang dibutuhkan
karena penjualan hanya diproyeksikan hanya menjadi Rp.1250 yang mana kurang dari
Rp.1429 sebagai level kapasitas penuh. Hasilnya, estimasi awal sebesar Rp.565 pada dana
eksternal dinilai terlalu tinggi. Kita berasumsi bahwa Rp.450 pada aset tetap baru
dibutuhkan. Padahal tidak ada penggunaan dari aset baru tetap dibutuhkan. Sehingga bila
beroperasi pada 70 persen kapasitas, maka hanya memerlukan Rp.115 (Rp.565-Rp.450)
pada dana eksternal.
Tingkat Pertumbuhan dan Pendanaan EksternalTerdapat 2 tingkat pertumbuhan yang berguna dalam perencanaan keuangan yakni :
1. Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal growth rate)Merupakan tingkat pertumbuhan dimana perusahaan dapat membiayai kenaikan
asetnya dengan menggunakan laba ditahan sebagai satu-satunya sumber dana alias
perusahaan sama sekali tidak menggunakan dana dari luar.
b x ROA
Internal Growth Rate = ------------------
1 –(b x ROA)
ROA = return on assets = laba bersih / total asset
b = laba ditahan / laba bersih
Contoh :
Laba Bersih : $ 132
Laba ditahan : $ 200
Total asset : $ 3.000
Jawab :
(132/200) x (132/3.000)Internal Growth Rate = ------------------------------------
1 – ((132/200) x 132/3.000)
(0,66) x (0,044)Internal Growth Rate = ------------------------
1 – ((0,66) x (0.044))
(0,02904)
‘14 17 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Internal Growth Rate = ------------------ 1 – (0,02904)
0,02904Internal Growth Rate = -----------
0,97096Internal Growth Rate = 0,0299 >> 2,99%
Artinya bila tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan hanya mencapai 2,99%,
maka kebutuhan dana untuk membeli asetnya cukup dibelanjai dengan dana internal
(laba ditahan).
2. Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan (Sustainable growth rate)Konsep sustainable growth rate pertama kali diperkenalkan oleh Robert C Higgins
(1977,1983) dan J.C Van Horne. Sustainable growth rate (SGR) merupakan konsep
dalam managemen keuangan yang dapat digunakan sebagai alat analisa kinerja
keuangan, perencanaan serta pengendalian. Sustainable growth rate (SGR) berarti
sebuah kemungkinan dan tingkat pertumbuhan penjualan maksimum yang dapat
diperoleh ketika perusahaan mempertahankan rasio keuangannya, yaitu struktur
modal, kebijakan deviden dan efisiensi operasi dimana profit margin dan asset turn
over tetap dan tidak merencanakan menerbitkan sahan baru (Yushan Cao 2005).
b x ROE
Sustainable Growth Rate = ------------------
1 – (b x ROE)
ROE = return on equity > laba bersih / total ekuitas
b = laba yang ditahan / laba bersih
Contoh :
Laba Bersih : $ 132
Laba ditahan : $ 200
Total equity : $ 1.800
Jawab :
(132/200) x (132/1.800)Sustainable Growth Rate = ------------------------------------
1 – ((132/200) x 132/1.800)
(0,66) x (0,073)Sustainable Growth Rate = ------------------------
1 – ((0,66) x (0.073))
‘14 18 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
(0,04818)Sustainable Growth Rate = ------------------
1 – (0,04818)
0,02904Sustainable Growth Rate = -----------
0,9582Sustainable Growth Rate = 0,0303 >> 3,03%
Bila tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan sebesar 5,14%, sementara
Sustainable Growth Rate hanya 3,03%, artinya struktur modal tidak perlu berubah
(menerbitkan saham baru atau hutang kepada pihak ketiga), karena perusahaan
masih bisa menggunakan dana internal.
Perencanaan Keuangan dan Peren-canaan StrategisSeringkali dalam melakukan prakiraan dan penyusunan rencana keuangan, analis
cenderung menggunakan model keuangan (financial modeling) yang rumit, lain halnya
dengan model presentase penjualan ataupun penyusunan anggaran kas yang lebih mudah.
Perencanaan keuangan dilakukan bersama-sama dengan penyusunan rencana strategis.
Perencanaan strategis merupakan upaya yang dilakukan secara sadar untuk mempengaruhi
posisi perusahaan dalam persaingan, baik untuk masa kini dan terutama untuk masa yang
akan datang. Misal perusahaan mungkin ingin memilih salah satu dari tiga strategi berikut
dalam pengembangan usahanya :
1. Pertumbuhan agresif. Strategi ini beratri perusahaan akan mencoba merebut pangsa
pasar para pesaing, akibatnya perusahaan akan memerlukan dana dari luar
perusahaan dalam jumlah yang cukup besar.
2. Pertumbuhan moderat. Strategi ini berati bahwa pertumbuhan penjualan disebabkan
karena pertumbuhan permintaan dalam industri yang bersangkutan. Tidak ada upaya
untuk merebut pangsa pasar pesaing, pertumbuhan diharapkan dapat dibiayai dari
hasil operasi perusahaan (dana internal).
3. Memperkecil bisnis yang dilakukan. Apabila produk yang dihasilkan diperkirakan
sedang berada dalam tahap akhir kedewasaan, maka perusahaan mungkin
memutuskan untuk bersiap-siap menambah dan/atau beralih kebisnis yang lain.
Dana dari bisnis saat ini akan diinvestasikan kebisnis lain.
‘14 19 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Faktor-Faktor yang Menentukan Tingkat
PertumbuhanDibawah ini adalah faktro-faktor yang menentukan tingkat pertumbuhan perusahaan.
1. Margin laba yang menunjukkan efisiensi dalam operasi perusahaan
2. Perputaran aset yang menunjukkan efisiensi penggunaan asset
3. Penggunaan dana pinjaman (financial leverage) yang menunjukkan rasio utang yang
optimal
4. Kebijakan dividen yakni seberapa besar laba yang diberikan kepada pemegang
saham dibanding dengan yang ditahan / diinvestasikan kembali dalam perusahaan.
Hubungan antara pertumbuhan penjualan dan kebutuhan keuangan ialah makin
pesat pertumbuhan penjualan, makin besar pula kebutuhannya akan pembiayaan
tambahan. Adapun hubungan tersebut yaitu meliputi:
a. Kelayakan keuangan
Pada tingkat pertumbuhan yang rendah, perusahaan tidak membutuhkan
pembiayaan eksternal, bahkan kas surplus. Akan tetapi perusahaan tersebut tumbuh
lebih pesat maka modal dari sumber eksternal harus diusahakan. Selanjutnya makin
cepat tingkat pertumbuhan, makin besar kebutuhan modal.
b. Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebutuhan pembiayaan.
Kebijakan pembayaran deviden seperti tercermin pada rasio pembayaran deviden
juga mempengaruhi kebutuhan modal eksternal.Makin tinggi rasio pembayaran
deviden makin kecil penambahan laba yang ditahan, sehingga makin besar pula
modal eksternal yang diperlukan.
c. Kepadatan modal
Jumlah aktiva yang diperlukan untuk setiap dolar penjualan yaitu sering disebut rasio
kepadatan modal (capital intensity ratio). Rasio ini berpengaruh besar terhadap
kebutuhan modal. Jika rasio kepadatan modal rendah, penjualan bisa tumbuh pesat
tanpa terlalu banyak modal dari luar. Akan tetapi jika perusahaan bersangkutan
padat modal, pertumbuhan yang kecil sekalipun akan memerlukan sejumlah besar
modal dari luar.
d. Marjin laba
‘14 20 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Margin laba merupakan determinan penting dalam persamaan kebutuhan modal,
makin tinggi margin makin rendah kebutuhan akan dana. Dalam bentuk grafik suatu
kenaikan dalam margin menyebabkan garis persamaan kebutuhan modal akan
menurun.
Pada tingkat pertumbuhan rendah, jumlah dana yang tersedia dari sumber internal
(yakni dengan menggunakan laba ditahan) mungkin melampaui jumlah investasi
dalam aset yang dibutuhkan. Namun saat tingkat pertumbuhan meningkat, sumber
dana dari dalam perusahaan tidak akan cukup dan perusahaan harus mencari dana
dari pasar uang dan modal.
Mengamati hubungan antara tingkat pertumbuhan dengan pendanaan eksternal
yang diperlukan merupakan alat yang berguna dalam perencanaan jangka panjang.
Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing and Growth)
Kebutuhan pendanaan eksternal dan pertumbuhan berhubungan.Semakin tinggi tingkat
pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin besar pula pendanaan eksternal yang
dibutuhkan. Bila pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan eksternalnya
saja, maka pada bagian ini kita akan mencari tahu hubungan antar kebijakan finansial dan
kemampuan perusahaan untuk mendanai investasi baru dan pertumbuhannya.
EFN dan Pertumbuhan (EFN and Growth)
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan hubungan antara EFN dan Growth.
Untuk melakukannya kita akan menunjukan income statement singkat dan neraca dari
PT,HaLe pada table 4.6
tabel 4.6
PT,HaLe
Laporan Rugi Laba
Penjualan Rp. 500
‘14 21 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Biaya Rp. 400
Laba kena pajak Rp. 100
Pajak (34%) Rp. 34
Laba bersih Rp. 66
Deviden Rp. 22
Tambahan Laba ditahan Rp. 44
PT.HaLe
Neraca
Asset Kewajiban
Rp.Percentage of
SalesRp.
Percentage
of Sales
Aset lancar
20
0 40% Total Hutang 250 n/a
Aktiva Tetap
bersih
30
0 60% Modal Sendiri 250 n/a
Total Asset
50
0 100%
Total Kewajiban and Modal
Sendiri 500 n/a
PT.HaLe memperkirakan level penjualan tahun depan sebesar Rp. 600, meningkat Rp. 100.
Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel 4.7
mengilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan 20%, PT.HaLe membutuhkan penambahan
Rp.100 pada asset baru (dianggap kapasitas penuh). Proyeksi penambahan pada laba yang
ditahan adalah Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2
tabel 4.7
PT.HaLe
Pro-Forma Income Statement
Penjualan(projected) Rp. 600.0
Biaya (80% of Sales) Rp. 480.0
Laba kena pajak Rp. 120.0
‘14 22 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Pajak(34%) Rp. 40.8
Laba bersih Rp. 79.2
Devidend Rp. 26.4
Tambahan Laba yang ditahan Rp. 52.8
Neraca PT HaLe
‘14 23 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Aset Liabilities
Rp.Persentase
PenjualanRp.
Percentage
Penjualan
Aset Lancar 240 40% Total Hutang 250 n/a
Aktiva tetap
bersih 360 60% Modal Sendiri 302.8 n/a
Total Asset 600 100%
Total hutang
and Modal
Sendiri 552.8 n/a
EFN (Kebutuhan
pendanaan dari
luar) 47.2 n/a
Tabel di
atas
menunjukkan EFN dari tingkat pertumbuhan yang berbeda. Proyeksi tambahan ke Laba yang
ditahan dan proyeksi ratio Hutang dan Modal Sendiri untuk setiap scenario juga terdapat di
tabel. Dalam menentukan rasio Hutang dan Modal Sendiri, diasumsikan bahwa dana yang
dibutuhkan adalah pinjaman, dan juga berasumsi bahwa dana surplus digunakan untuk
melunasi hutang. Lalu untuk pertumbuhan nol, utang berkurang sebanyak Rp.44 dari Rp.250
menjadi Rp.206.. Pertambahan asset yang dibutuhkan sama dengan aset asli sebanyak
‘14 24 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Proyeksi
Pertumbuhan
penjualan(%)
Kebutuhan
Peningkatan
Aset(Rp.)
Tambahan Laba
ditahan (Rp.) EFN
Proyeksi Rasio
Utang-Ekuitas
0 0 44 -44 0,7
5 25 46,2 -21,2 0,77
10 50 48,4 1,6 0,84
15 75 50,6 24,4 0,91
20 100 52,8 47,2 0,98
25 125 55 70 1,05
Rp.500 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan. Tambahan ke retained earning sama dengan
Rp.44 ditambah dengan Rp.44 dikali tingkat pertumbuhan.
Untuk tingkat pertumbuhan yang relatif rendah, PT.HaLe akan menjalankan surplus dan
rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan menurun. Tetapi tingkat pertumbuhan meningkat
sampai 10 persen, surplus menjadi berubah defisit. Lebih lanjut, ketika tingkat pertumbuhan
melebihi 20 persen, rasio Hutang dan Modal Sendirinya akan melewati nilai 1,0.
Kebijakan keuangan dan pertumbuhan
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa ada sebuah hubungan
langsung antara pertumbuhan dan pembiayaan eksternal. Dalam bagian ini, dua tingkat
pertumbuhan yang khususnya yang berguna dalam perencanaan jarak jauh.
Tingkat pertumbuhan internal, Tingkat Pertumbuhan pertama adalah pertumbuhan
maksimum yang dapatdiraih dengan tidak ada pembiayaan eksternal apapun. disebut
tingkat pertumbuhan internal karena ini adalah tingkat perusahaan dapat
mempertahankan dengan mengandalkan pembiayaan internal. Dalam gambar 4.1, tingkat
pertumbuhan internal ini diwakili oleh titik mana dua garis bertemu..Pada titik ini.
peningkatan penambahan aset yang diperlukan dalam aset adalah persis sama dengan
penambahan untuk dipertahankan penghasilan, dan kebutuhan pertumbuhan external
( external financing needed) adalah nol. Hal ini terjadi ketika pertumbuhan angka ini sedikit
kurang dari 10 persen. dengan sedikit perhitungan matematis, maka dapat didefinisikan
tingkat pertumbuhan ini :
t = Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b
di sini, ROA adalah laba atas aset (Return on Aset), dan b adalah ratio retensi, rasio yang
melihat dana ditanamkan kembali ke perusahaan.
Untuk perusahaan PT.HaLelaba bersihnya sebesar Rp. 66 and total asetnya adalah Rp.500,
Sehingga ROA adalah Rp.66/Rp.500= 13.2%. Dari Laba bersih sebesar Rp.66, Rp.44 adalah
bagian laba yang ditanamkan kembali ke perusahaan, jadi plowback ratio adalah
Rp.44/Rp.66= 2/3. Dengan hasil ini, dapat menghitung Tingkat Pertumbuhan Internal
(Internal Growth Rate):
‘14 25 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate)
= (ROA x b)/ 1- ROA x b
= 0.132x(2/3)/ 1- .132x (2/3) = 9.65 %
Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas atau ekspansi di tingkat maximun
9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external.
Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate), Jika perusahaan PT.HaLe
berharap untuk berkembang lebih cepat dari 9,65% pertahun, maka pembiayaan eksternal
harus diatur atau diadakan. Pembahasan tentang Tingkat Pertumbuhan yang sustain
(Sustainable Growth Rate) adalah tingkat pertumbuhan maksimal oleh sebuah perusahaan
dengan tidak ada pembiayaan dari ekuitas (Modal Sendiri) tapi tetap mempertahankan rasio
utang-ekuitas tersebut sama.
Untuk Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate ) perushaan PT.HaLe
adalah kira-kira 20 persen karena rasio utang-ekuitas dekat 1.0 pada tingkat pertumbuhan
tersebut.
Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate): ( ROE x b)/ 1 – ROE x b
Perhitungan ini identik dengan tingkat pertumbuhan interna, kecuali rasio profitabilitas yang
digunakan adalah ROE bukan ROA.l
Untuk perusahaan PT.HaLe, Laba bersihnya adalah Rp.66 dan totl ekuitasnya Rp.250,
dengan demikian ROEnya Rp.66/Rp.250 = 26.4 %, sedangkan Plowback rationnya adalah, b,
tetap 2/3, jadi Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate) sebagai
berikut :
Tingkat Pertumbuhan yang sustain (Sustainable Growth Rate )
= ROE x b/ 1-ROExb
= 0.264x (2/3)/ 0.264x (2/3) : 21,36%
‘14 26 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas usahanya atau ekspansi pada
tingkat maximal sebesar 21.36 persen pertahun tanpa pembiayaan ekuitas dari pihak
eksternal.
Determinan dari Pertumbuhan (Determinants of Growth)
Diketahui bahwa ROE ( Return on Equity) bisa disusun dari berbagai komponen
menggunakan persamaan Du Pont Karena ROE sangat menonjol dalam menentukan tingkat
pertumbuhan yang berkelanjutan, jelas bahwa factor penting yang menentukan ROE juga
penting menentukan pertumbuhan
ROE = Profit margin X Total Asset turnover X Modal Sendiri Multiplier
Disini dapat melihat, apapun yang menambah ROE akan menambah tingkat pertumbuhan
yang berkelanjutan dengan cara membuat pembilang semakin besar dan penyebut semakin
kecil. Meningkatkan plowback ratio juga akan menimbulkan efek yang sama. Jikalau
semuanya disatukan dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan menopang
pertumbuhan berdasarkan 4 faktor berikut ini :
1. Profit Margin : Penambahan profit margin akan meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan dana secara internal serta meningkatkan
pertumbuhan yang sustain atau dipertahankan.
2. Devidend Policy : Pengurangan persentase laba bersih yang dibayarkan untuk
deviden akan meningkatkan retention ratio. Hal ini akan menghasilkan ekuitas secara
internal dan meningkatkan pertumbuhan sustain atau dipertahankan.
3. Financial Policy : Peningkatan pada Hutang-Modal Sendiri ratio akan meningkatkan
leverage keuangan perusahaan. Karena ini membuka peluang tambahan hutang,
maka tentu saja tingkat pertumbuhan yang sustain juga akan meningkat.
Total Asset Turnover : Peningkatan pada total asset turnover perusahaan akan
meningkatkan penjualan dihasilkan untuk setiap rupiah aset. Ini akan mengurangi
kebutuhan perusahaan akan aset baru sehingga ada pertumbuhan penjualan dan
bagaimanapun akan meningkatkan tingkat pertumbuhan yang sustain. Ingat, bahwa
peningkatan total asset turnover sama saja mengurangi intensitas modal
‘14 27 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Faktor-Faktor yang Menentukan Tingkat Pertumbuhan
1. Margin laba yang menunjukkan efisiensi dalam operasi perusahaan
2. Perputaran aset yang menunjukkan efisiensi penggunaan asset
3. Penggunaan dana pinjaman (financial leverage) yang menunjukkan rasio utang
yang optimal
4. Kebijakan dividen yakni seberapa besar laba yang diberikan kepada pemegang
saham dibanding dengan yang ditahan / diinvestasikan kembali dalam
perusahaan.
Daftar PustakaBrealey, Myers, Maarcus. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ke
5. Erlanggahttp://duniasyukron.blogspot.co.id/2009/12/apa-itu-sustainable-growth-rate.html
‘14 28 Manajemen Keuangan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningNurhasan Wiradjegha, S.E.,M.Ak http://www.mercubuana.ac.id