Post on 12-Aug-2015
PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH
Disusun Oleh:
Lalu Dedi P.
N. Dias Adeta
Sandra Dewi
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2013
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di
Indonesia sebagai penyakit yang endemis terutama bagi anak-anak. Di
Indonesia DBD timbul sebagai wabah untuk pertama kalinya di Surabaya
pada tahun 1968.
Sampai saat ini DBD dilaporkan dari 26 propinsi dan telah menyebar dari
daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan selama tahun 1974 sampai 1982
dilaporkan sebanyak 3500-7800 kasus dengan “Case Fatality Rate” 3.9%.
Penyebab penyakit ini ialah virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti sebagai faktor utama, disamping nyamuk Aedes
Albopictus. Wabah penyakit demam berdarah yang sering terjadi di berbagai
daerah di Indonesia di beberapa tahun yang lalu perlu mendapat perhatian.
Begitu pula vektor Aedes Aegypti yang terdapat baik di daerah pedesaan
maupun perkotaan memberi resiko timbulnya wabah penyakit di masa akan
dating. Untuk mengatasi masalah penyakit demam berdarah di Indonesia
telah puluhan tahun dilakukan berbagai upaya pemberantasan vektor, tetapi
hasilnya belum optimal. Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi
secara teoritis ada empat cara untuk memutuskan rantai penularan DBD
ialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk
(vector) dan penggalian vector. Untuk pengendalian vector dilakukan dengan
1
dua cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya
dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang diimplementasikan untuk
daerah metropolitan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah yang
menarik untuk di bahas. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep pencegahan DBD di kota metropolitan?
2. Bagaimana proses dan implementasi pencegahan DBD di kota metropolitan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep pencegahan DBD di kota metropolitan.
2. Untuk mengetahui proses dan implementasi pencegahan DBD di kota
metropolitan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Demam Berdarah Dengue (DBD)
1. Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
akut yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk
yaitu nyamuk aedes aegypti betina.
2. Penyebab Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN
1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termausk dalam group B
Arthropod borne viruses (ARBOVIRUSES). Keempat virus tersebut telah
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan
Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus
dengue dengan tipe satu dan tiga.
3. Gejala
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38oC – 40oC).
b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk: uji tourniquet positif puspura
pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
c. Hepatomegali (pembesaran)
d. Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan
sitolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
3
e. Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit
sampai 100.000/mm.
f. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai hematokrit.
g. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah,
mual-mual, muntah, sakit perut, diare, kejang, dan sakit kepala.
h. Pendarahan pada hidung dan gusi.
i. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah
pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
4. Penularan
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti /
Aedes albopictus betina yang spade webelumnya telah membawa virus
dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk aedes aegypti
berasaldari Brasil dan Etiopia, dan sering menggigit manusia pada waktu pagi
dan siang. Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-
anak yang berusia dibawah 15 tahun, dan sebagian besar inggal di
lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering
terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini
kemungkinan muncul akibat pengaruh musim atau alam serta perilaku
manusia.
5. Penyebaran
Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Manila, Filipina
pada tahun 1953. Kasus di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di
Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang.
4
Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi
si Indonesia, dengan jumlah kasus sebagai berikut:
a. Tahun 1996 : Jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 1.234 orang.
b. Tahun 1998 : Jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian
sebanyak 1.414 orang (terjadi ledakan).
c. Tahun 1999 : Jumlah kasus 21.134 orang.
d. Tahun 2000 : Jumlah kasus 33.443 orang.
e. Tahun 2001 : Jumlah kasus 45.904 orang.
f. Tahun 2002 : Jumlah kasus 40.377 orang.
g. Tahun 2003 : Jumlah kasus 50.131 orang.
h. Tahun 2004 : sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai
26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang.
B. Kasus DBD di Kota Metropolitan
Kota metropolitan seperti Jakarta juga tak lepas dari serangan demam
berdarah. Berdasarkan Incidence Rate (IR) secara nasional data Kementerian
Kesehatan tahun 2010, DKI Jakarta masuk peringkat kedua provinsi yang paling
banyak ditemukan kasus penyakit demam berdarah (DBD) setelah Bali.
Data dari Surveilans Aktif Rumah Sakit juga menyebutkan DBD
ditemukan hampir di seluruh wilayah DKI Jakarta. Tahun 2010 ditemukan
jumlah kasus sebanyak 18.006 dengan IR sebesar 202,4 per 100.000 penduduk,
tak memenuhi target yang telah ditetapkan yakni kurang dari 150 per 100.000
5
penduduk serta Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,2 persen dari target kurang
dari 1,0 persen.
Dari angka tersebut, situasi Jakarta masih dianggap ancaman penularan di
dunia khususnya negara ASEAN sehingga para Menteri kesehatan negara
ASEAN menganggap perlu untuk membuat suatu momentum akan bahaya
penyakit DBD ini dengan membuat hari peringatan DBD di Asia Tengara yakni
ASEAN Dengue Day.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata
Ruang dan Lingkungan Hidup, Ahmad Harjadi, menjelaskan memang saat ini
DBD ditemukan hampir di seluruh wilayah DKI Jakarta. Menurutnya,
pemahaman dan kepedulian warga Jakarta terhadap upaya pencegahan penyakit
DBD masih belum optimal. Aspek preventif atas penyakit DBD belum maksimal.
Belum semua masyarakat bergerak untuk pencegahan.
C. Konsep Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara
lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu:
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah
6
padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah
agar nyamuk tidak berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada
dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan:
a. Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan
bahwa perkembangan telur agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-
10 hari.
b. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan
tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada
tempat-tempat tersebut.
c. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya
seminggu sekali.
d. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang
bekas terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya
jentik-jentik nyamuk, seperti sampah kaleng, botol pecah, dan ember
plastik.
e. Menutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dengan
menggunakan tanah.
f. Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan
salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari
daun.
7
2. Biologis
Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk
dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti
memelihara ikan cupang pada kolam atau menambahkannya dengan bakteri
Bt H-14
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengendalian serta
pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan
kimia.
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
a. Pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion
yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti
sampai batas tertentu.
b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
D. Implementasi Pencegahan DBD
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit
DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut
dengan istilah 3M plus yaitu dengan menutup tempat penampungan air,
menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali serta menimbun sempah-sampah dan lubang-lubang pohon
yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain
8
itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara
ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu
saat tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala
serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat.
Pemberantasan Sarang Nyamuk juga merupakan tindakan untuk
memutus mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas
beberapa kegiatan antara lain:
1. 3 M
3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas
jentik dan menghindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:
a. Menguras
Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain
seminggu sekali.
b. Menutup
Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember,
gentong, drum, dan lain-lain.
c. Mengubur
Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah
yang dapat menampung air hujan.
2. Memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk
9
3. Cegah gigitan nyamuk dengan cara:
a. Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit
dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk Temephos (abate)
atau Altosoid 2-3 bulan sekali dengan takaran 1 gram abate untuk
10 liter air atau 2,5 gram Altosoid untuk 100 liter air.Abate dapat di
peroleh/dibeli di Puskesmas atau di apotik.
b. Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.
c. Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok.
d. Memasang kawat kasa di jendela dan di ventilasi
e. Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar.
f. Gunakan sarung klambu waktu tidur.
Implementasi pencegahan demam berdarah di Kota Jakarta telah
dikembangkan oleh pemerintah propinsi dengan mencanangkan kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) setiap hari Jumat selama 30 menit.
Kebijakan tersebut dalam rangka pengendalian DBD diprioritaskan pada upaya
pencegahan dan partisipasi aktif masyarakat dalam bentuk self jumantik. Dengan
kata lain, setiap warga adalah jumantik bagi dirinya sendiri, rumah tangga dan
lingkungan sekitarnya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kota metropolitan juga tak lepas dari penyebaran DBD, oleh karenanya
upaya pencegahan tetap harus terus diberdayakan demi menekan angka
kejadian DBD.
2. Konsep pencegahan DBD melalui metode PSN 3M Plus adalah tindakan
yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindari
gigitan nyamuk Demam Berdarah.
3. Untuk mengetahui proses pencegahan DBD melalui metode PSN. Menguras
bak mandi dan tempat-tempat penampungan air; menutup rapat tempat
penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain;
mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung;
membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas
seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang
nyamuk; menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon
pada tanah; membersihkan air yang tergenang di atap rumah; dan
memelihara ikan.
11
B. Saran
Dari hasil penulisan paper, kami menyarankan kepada masyarakat
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan,dan dapat mengetahui gejala-
gejala DBD dan menerapkan metode PSN sehingga dapat mengurangi kasus
DBD dan mengurangi angka kematian akibat DBD.
Bagi pemerintah, untuk lebih meggalakkan program PSN, dan lebih
sering mengadakan pennyuluhan tentang DBD dan PSN kepada masyarakat.
Agar masyarakat dapat lebih tanggap terhadap kasus DBD di lingkungan
sekitarnya.
12