Post on 03-Feb-2022
PEMUPUKAN TANAMAN HORTIKULTURA
MODUL VIII
3/6/2013 Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi
BAHAN AJAR MATA KULIAH DASAR DASAR HORTIKULTURA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTUKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Page | 1
PEMUPUKAN TANAMAN HORTIKULTURA
9.1. Prinsip Rekomendasi Pupuk
Rekomendasi pemupukan seharusnya dapat menghasilkan produk dan
kualitas tanaman yang diinginkan, juga untuk menghidari kesalahan manajemen
aplikasi pupuk yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Proses ini memerlukan
penelitian, bukan hanya kesaksian dari beberapa petani. Tahap pertama adalah
menyimpan pupuk di zona perakaran dan tersedia bagi tanaman melalui
manajemen pengairan. Ketika analisis tanah mencerminkan respon positif
tanaman terhadap perlakukan pemupukan, penetapan jumlah hara yang
memerlukan uji kalibrasi untuk menghasilkan data interpretasi untuk jenis
tanaman tertentu. Setelah kalibrasi uji tanah dan manajemen pengairan, perlu
diketahui filosofi rekomendasi pemupukan hara essensial.
Kondisi politik mengenai penggunaan pupuk sering mengganggu
rekomendasi pemupukan. Beberapa pihak berargumentasi bahwa pemupukan
telah menyebabkan kerusakan lingkungan, akan tetpai beberapa pihak lain
berpendapat bahwa penggunaan pupuk dapat meningkatkan hasil dan kualitas
tanaman. Pada kenyataannya kedua pendapat tersebut benar. Jalan satu-satunya
untuk mengatasi kedua perbedaan pendapat tersebut adalah dengan pendekatan
ilmiah untuk mengorksinya.
9.2. Sejarah Penggunaan Pupuk
Produksi tanaman sampai awal abad ke 20 tergantung terhadap kesuburan
tanah alami. Hara mineral tertentu seperti, rock phosphat, sodium nitrat,
potassium silikat, digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan produktivitas.
Disamping itu berbagai sumber bahan organik seperti pupuk kandang dan
kompos, juga digunakan untuk pembenah tanah. Bahan sumber hara di atas tidak
tersedia pada tanah alami, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman
perlu penambahan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang tersedia di dalam
tanah. Di awal abad ke 20 bahan kimia sisntetis sebagai sumber hara mulai
banyak digunkan. Pupuk ini dapat dibuat dalam skala besar di pabrik sehingga
Page | 2
lebih murah untuk digunakan, akibatnya tanaman dapat memberikan respon yang
positif. Pupuk sisntetik segera mengganti peran bahan organik sebagai penyedia
hara tanaman dalam meningkatkan hasil dan kualitas. Pupuk memegang peranan
penting dalam peningkatan produktivitas tanaman dunia dan meningkatkan
keuntungan bagi para petani. Penelitian ilmiah memegang peranan penting dalam
pemanfaatan pupuk dalam produksi tanaman selama pertengahan abad ke 20.
Penelitian dilakukan untuk membuat panduan jumlah pupuk dan bagaimana cara
aplikasinya kepada tanaman. Metode ilmiah telah digunakan untuk membantu
penggunaan pupuk secara efisien, termasuk metode analisis tanah, teknologi
aplikasi, dan bahan-bahan baru sebagai pupuk. Rekomendasi pupuk selama abad
ke 20 berfokus pada produktivitas dan nilai ekonomi tanaman.
Di akhir abad ke 20, para peneliti peduli terhadap pencemaran hara di air
permukaan dan air tanah. Rekomendasi pupuk harus dipertimbangan secara baik
tingkat produkstivitasnya dengan perlindungan terhadap lingkungan. Saat ini
rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan keduanya, nilai ekonomis
produk dan kesehatan lingkungan.
9.3. Pengelolaan Air
Sebelum menjawab masalah lain dalam rekomendasi pemupukan,
pengeloaan air baik untuk irigasi atau drainase harus dilakukan secara baik.
Aplikasi rekomendasi pemupukan dengan menggunakan sedikit air akan susah
pengelolaannya. Masalah lingkungan akan muncul ketika pergerakan hara dari
lapang terjadi karena adanya air. Air merupakan kendaraan bagi hara untuk
ditransportasikan ke luar areal pertanaman. Apabila para petani mengelola air
secara baik, hara akan tersedia bagi tanaman untuk meningkatkan hasil dan
kualitas, dan meningkatkan efisiensi aplikasi pupuk dan meminimalisasi
kerusakan lingkungan
9.4. Filosofi Pemupukan
Ketika kepedulian terhadap lingkungan mempengaruhi penelitian di
bidang pemupukan untuk menghasilkan rekomendasi, tidak semua rekomendasi
pemupukan menggunakan filosofi rekomendasi pemupukan yang sama, yang
mempertimbangan penggunaan pupuk, interasi tanah, dan pergerakan hara. Pada
Page | 3
kenyataannya, beberapa rekomendasi pemupukan justru bertengtangan dengan
perlindungan terhadap lingkungan dan meningkatkan ongkos produksi. Filosofi
pemupukan sangat berbeda berdasarkan pendekatan pemupukan tanah atau
pemupukan tanaman. Dalam sub bab ini akan dibahas filosofi yan mempengaruhi
penetapan rekomendasi pemupukan. Pembahasan ini berfokus terhadap unsur
hara P dan K. Analisis tanah tidak direkomendasikan untuk menentukan dosis
pupuk N, sebab N sangat mobil di dalam tanah.
Build-Up and Maintenance. Flosofi ini telah diaplikasikan sejak tahun
1940 oleh laboratorium uji tanah komersial. Filosofi ini menyatakan bahwa
konsentrasi hara dapat ditingkatkan dan dipertahankan di dalam tanah.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa penambahan pupuk akan meningkatkan
hasil nilai indeks analisis tanah, akan tetapi peningkatan hara tanah hanya
mungkin terjadi di area dimana evapotranspirasi melebihi hujan dan pada tanah
dengan tekstur lembut. Filosofi ini merupakan salah satu dati tiga filosofi yang
lebih didasarkan pada memupuk tanah daripada memupuk tanaman. Selama
fase peningkatan hara, pupuk ditambahan untuk menyuplai hara bagi tanaman
ditambah hara yang dapat meningkatkan hasil nilai indeks pada analisis tanah.
Asumsi yang digunakan adalah bahwa pupuk yang ditambah akan tetap berada
pada zona perakaran dan tidak akan hilang karena pencucian dan aliran
permukaan. Saat hasil analisi tanah didapat, pupuk perlu ditambahkan sedikit
lebih tinggi daripada titik kritis (beberapa pupuk untuk tanamn dan beberapa
untuk mempertahankan level hara tersebut pada nilai hasil analisiss tanah).
Filosofi ini membuat petani jarang mengurang jumlah pupuk yang diaplikasikan.
Di area yang mempunyai curah hujan yang tinggi, tanah yang ringan pupuk akan
mudah hilang dari tanah. Oleh karena itu filosofi ini akan meningkatkan biaya
pupuk, biasanya tidak diikuti oleh meningkatnya nilai hasil analisis tanah yang
diharapkan, dan dapat mencemari daerah sekitar dengan pupuk,
Basic Cation Saturation. Filosofi basic cation saturation
mengasumsikan bahwa jumlah kation dalam partikel tanah dan partikel organik
(KTK) dapat dimanipulasi dengan penambahan pupuk dalam kondisi
perbandingan yang ideal pada daerah pertukaran ion. Pada pendekatan ini,
pemupukan dipertimbangkan sebagai memupuk tanah daripada memupuk
tanaman. Untuk mempertahankan rasio ion yang ideal, petani harus juga
Page | 4
memupuk tanah setiap musim tanam. Sebagai tambahan daripada filosofi built up
maintain pada filosofi ini secara salah diasumsikan bahwa tanaman akan tumbuh
baik pada rasio tertentu. Pada dareah dengan jenis tanah yang mempunyai KTK
rendah dimana tanah tidak akan mampu menyuplai hara yang cukup, filosofi ini
kurang cocok. Sama seperti filosofi bulit up maintaine, filosofi basic cation ratio
ini akan meningkatkan biaya pemupukan dan meninkatkan resiko terhadap
lingkungan.
Hydroponics. Dalam filosofi hidroponik, tanah dianggap tidak dapat
menyuplai hara untuk tanaman. Sehingga semua hara yang diperlukan tanaman
harus diberikan dari sumber pupuk. Tanah hanya dapat memegang larutan hara
akan tetapi jumlah hara yang dapat ditahan dalam zona perakaran sangatlah kecil,
terutama pada tanah berpasir. Filosofi hidroponik didasarkan pada memupuk
tanah daripada memupuk tanaman. Dengan menyuplai semua hara dari pupuk,
hal ini kan berpotensi kelebihan pupuk bagi tanaman yang dapat megakibatkan
pencucian dan meningkatkn biaya produksi.
Percent Sufficiency Concept (CNR). Filosofi Persen Sufficiency disebut
juga Crop Nutrient Requirement (CNR). Asumsi yang dibuat dalam filosofi ini
adalah bahwa tanah berkontribusi terhadap hara tanaman (sangat nyata biasanya
pada unsur P, Ca, Mg, S, hara mikro dan kadang kadang K), kontribusi dari tanah
dapat diketahui dari uji kalibrasi tanah, tambahan hara yang tidak dapat dipenuhi
oleh tanah akan ditambahkan menggunakan pupuk. Pendekatan ini
memperhitungkan kapasitas tanah dalam menyuplai hara, kebutuhan hara
tanaman, dan potensial dari pupuk untuk memndapatkan CNR. Filosofi ini telah
terbukti mampu meningkatkan hasil dan kualitas tanaman dengan tetap
mempertahankan kualitas lingkungan hidup.
9.5. Pemupukan Berdasarkan Rekomendasi
Program pemupukan tanaman yang berdasarkan analisis tanah dimulai
dengan pengambilan contoh tanah pada lahan yang akan ditanami. Pengambilan
contoh tanah harus dilakukan secara benar yang dapat mewakili seluruh areal
yang akan ditanamani. Contoh tanah dapat dikirim ke laboratorum uji tanah yang
telah melakukan Uji Korelasi dan Uji Kalibrasi analisis tanah pada lokasi yang
akan ditanami sesuai dengan jenis tanah dan jenis tanaman. Untuk menentukan
Page | 5
tingkat kesuburan tanah hasil analisis tanah dicocokan dengan Tabel Interpretasi
hasil analisi tanah yang dikeluarkan oleh laboratorium uji tanah tersebut. Contoh
Tabel Interpretasi hasil analisi tanah disajikan pada Tabel 9.1. Setelah katergori
kesuburan tanah diketahui, selanjutnya data rekomendasi pupuk dapat ditentukan
menggunakan tabel rekomendasi yang disajikan pada Tabel 9.2.
Sebagai contoh, seorang petani akan menanam terong di suatu lahan.
Sebelum penanaman, petani tersebut mengambil contoh tanah secara diagonal
dilahan agar dapat mewakili kesuburan tanah seluruh lahan. Contoh tanah di
kirim ke laboratotium uji tanah yang telah melakukan Uji Korelasi dan Kalibrasi
tanaman tomat untuk jenis tanah yang sama dengan lahan petani. Petani
mendapatkan hasil analisis tanah sebagai berikut P = 15 ppm, dan K = 40 ppm,
pH tanah 6.6. Setelah dicocokkan dengan Tabel 12.3, ternyata lahan tersebut
mengadung P dalam kategori sangat rendah dan K dalam kategori sedang.
Berdasarkan tabel rekomendasi (Tabel 12.4) maka dapat ditentukan rekomendasi
sebagai berikut: karena pH 6.6 maka tidak perlu dilakukan pengapuran, dosis
pupuk yang diperlukan N = 200 kg N/a, P = 168 kg P2O5/ha, dan K= 134 kg
K2O/ha.
TABEL 0-1. INTERPRETASI HASIL ANALSISIS TANAH MENGGUNAKAN
MECHLIH-I UNTUK BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN PADA
TANAH MINERAL.
Unsur
Parts Per Million (ppm)
Sangat
Redah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Tinggi
P < 20 11 - 15 16 - 30 31 - 60 > 60
K < 20 20 - 35 36 - 60 61 - 125 > 125
Mg -- < 15 15 - 30 > 30 --
Ca < 50 50 - 100 101 - 300 301 - 500 > 500
Page | 6
TABEL 0-2. REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN SAYURAN
Jenis Tanaman Target
pH
Kg/ha/musim tanam
N
(kg/ha)
P2O5 K2O
Catatan Sangat
rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
tinggi
Sangat
rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
tinggi
Bawang Bombay 6.5 150 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350 351 354
Bawang daun, Leek 6.5 120 134 174 135 0 0 134 112 90 0 0 250 251 350
Bit 6.5 120 134 174 135 0 0 134 112 90 0 0 251 251 350
Brokoli, Kubis bunga,
Brussel sprout 6.5 175 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350 351 352 354
Jagung Manis 6.0 200 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 249 251 350
Kacang kapri 6.5 60 90 135 98 0 0 90 90 67 0 0 250 251 350
Kacangan 6.5 100 134 174 135 0 0 134 112 90 0 0 250 251 350
Kentang 6.0 200 134 213 98 0 0 168 168 168 168 168 250 253 350
Kubis , collard, Petsai 6.5 175 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350 351 352 354
Melon 6.5 150 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350 351 354
Mentimun 6.5 150 134 174 135 0 0 134 112 90 0 0 250 251 350 351 354
Mustard, Kale, Turnip 6.5 120 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350
Okra 6.5 120 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350 351
Paprika 6.5 200 168 213 174 0 0 224 168 112 0 0 250 251 350 351 352 353
354
Parsley 6.5 120 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350
Page | 7
Jenis Tanaman
Target
pH
Kg/ha/musim tanam
N
(kg/ha)
P2O5 K2O Catatan Sangat
rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
tinggi
Sangat
rendah Rendah
Seda
ng Tinggi
Sangat
tinggi
Radish 6.5 90 134 174 135 0 0 134 112 90 0 0 250 251 252 350
Selada, Crisphead,
Romaine, Endive,
Escarole
6.5 200 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350 351 352 354
Seledri 6.5 200 224 274 174 0 0 280 168 112 0 0 250 251 350 354
Semangka 6.0 150 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 251 251 350 351 352 353
354
Spinasi 6.5 90 134 174 135 0 0 134 112 90 0 0 250 251 350
Squash, Pumpkin 6.5 150 134 174 135 0 0 134 112 90 0 0 250 251 350 351 354
Strawberry 6.5 150 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 350 352 353 354 355
Terong 6.5 200 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350 351 352 353
354
Tomat besar, Cherry,
Plum 6.5 200 168 213 174 0 0 252 168 112 0 0
250 251 350 351 352 353
354
Ubi jalar 6.5 60 134 174 135 0 0 134 112 90 0 0 250 251 350
Wortel 6.5 175 168 213 174 0 0 168 134 112 0 0 250 251 350
Page | 8
REKOMENDASI PEMUPUKANTANANAMAN
HORTIKULTURA TAHUNAN
13.1. Analisis Hara Sebagai Alat untuk Penetapan
Rekomendasi Pupuk
Kekurangan mineral dan kelebihan mineral sangat sulit didiagnosa
terutama untuk mata yang tidak terlatih. Tanaman yang menunjukkan gejala
abnormal harus diuji karena nematoda dan beberapa serangga pengganggu akar
juga menginduksi kelainan tajuk yang mirip dengan ketidakseimbangan nutrisi.
Gejala beberapa infeksi virus mirip dengan kekurangan atau kelebihan mineral.
Jika analisis tajuk menunjukkan beberapa elemen kurang atau berlebih, dalam
ketiadaan patogen dan hama, penanggulangan harus segera dilakukan.
Untuk menentukan pemupukan perlu dilakukan analisis hara. Analisis
hara akan menjadi sarana manajemen pemupukan agar pemberian pupuk dapat
dilakukan dengan tepat. Ada dua pendekatan manajemen pemupukan, ialah
analisis jaringan tanaman dan analisis tanah. Analisis tanah banyak digunakan
sebagai alat manajemen untuk tanaman semusim seperti tomat, jagung dan
kacang-kacangan, tetapi dapat juga digunakan pada tanaman jeruk. Analisis tanah
untuk pohon buah-buahan agak sulit diinterpretasikan, karena korelasi antar hasil
analisis tanah dan produksi buah sering kali tidak baik. Hal ini terjadi karena akar
pohon menyebar secara vertikal sedangkan pengambilan sampel untuk analisis
tanah seringkali kurang mewakili. Analisis jaringan tanaman lebih banyak
digunakan sebagai alat manajemen pemupukan tanaman buah-buahan.
13.1.1. Analisis Hara Tanah
Analisis tanah adalah pengukuran konsentrasikimia elemen dalam tanah.
Tetapi, prakteknya sekarang, analisis tanah berarti penentuan cepat bentuk yang
tersedia secara biologis (bioavailable) dari hara tanaman untuk keperluan
menentukan kebutuhan pupuk dalam produksi tanaman. Analisis tanah adalah
cara yang terpercaya untuk memperkirakan kebutuhan hara tanaman. Tetapi, ada
perbedaan filosofi dalam mengintepretasikan hasil analisis. Ada tiga konsep yang
berbeda yang biasanya digunakan untuk dalam menginterpretasikan hasil analisis
Page | 9
tanah, ialah: (1) nisbah kejenuhan kation, (2) mempertahankan hara tanah, dan (3)
level kecukupan hara.
Berdasarkan konsep nisbah kejenuhan kation, tanah yang ideal adalah
tanah yang basa yang dapat dipertukarkan adalah 65 % kalsium, 10 %
magnesium, 5 % kalium, atau Nisbah Ca/Mg adalah 6.6; nisbah Ca/K adalah 13,
and nisbah Mg/K adalah 2.0. Di luar nisbah ini, magnesium atau kalium akan
defisien. Hasil percobaan di Nebraska pada jagung menunjukkan bahwa konsep
ini tidak bisa digunakan untuk memperkirakan kebutuhan pupuk.
Konsep mempertahankan hara tanah berimplikasi pada level analisis tanah,
sejumlah hara harus ditambahkan untuk menggantikan hara yang diperkirakan
akan diserap tanaman. Konsep ini tidak dapat diterapkan pada tanah subur, yang
kandungan haranya lebih dari cukup untuk produksi optimum.
Konsep level kecukupan hara didasarkan pada kalibrasi antara hasil
analisis tanah dengan produksi tanaman. Berdasarkan konsep ini diketahui bahwa
tidak ada respon terhadap produksi apabila pupuk diberikan saat tanah sudah
mencapai kandungan hara di atas level tertentu. Konsep ini menjanjikan, karena
hanya diperlukan sedikit usaha untuk menjaga hara tanah di atas level kecukupan.
Dalam analisis tanah, terutama untuk kebun buah, sampel tanah tidak
hanya dilakukan pada permukaan tanah, tetapi juga pada horison yang lebih
dalam. Hal ini perlu dilakukan mengingat penyebaran akar tanaman pohon
biasanya cukup dalam.
1. Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah harus dilakukan pada tempat tumbuh pohon
yang diambil sampel daunnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi variabilitas
dengan menggolongkan pasing-masing kelompok tanaman dan jenis tanah.
Seperti pada pengambilan contoh daun, contoh tanah diambil dari 15-20 pohon.
Sampel tanah diambil dari bawah kanopi pohon, pada jarak 30 cm dari pohon.
Kedalaman tanah yang diambil paling tidak 30 cm, atau diambil dua sampel, ialah
pada kedalaman 0-15 cm dan 15-30 cm. Tanah dimasukkan kedalam kantung
plastik dan dapat dicampur dengan sample tanah lain yang diambil dari blok yang
sama. Tanah kemudian dikeringanginkan sebelum dikirim ke laboratorium.
2. Analisis Laboratorium
Page | 10
Ada beberapa metoda untuk mengekstrak tanah, ialah dengan
menggunakan pengekstrak Mehlich-1 (pengekstrak asam ganda), amonium asetat
netral, amonium asetat (pH = 4.8), Bray P1 dan P2, dan natrium bikarbonat.
Hasil ektrakntersebut kemudian dianalisis dengan metode seperti yang digunakan
pada analisis tanaman.
3. Kalibrasi Hasil Analisis Tanah
Kalibrasi hasil analisis tanah dengan produksi tanaman merupakan tahapan
kritis. Hasil kalibrasi akan berbeda apabila ekstraksi hara dalam tanah dilakukan
dengan cara yang berbeda. Kesalahan yang umum terjadi adalah membandingkan
antara nilai suatu hasil analisis dengan suatu kalibrasi yang diperoleh dengan cara
ekstraksi yang berbeda. Karena itu, suatu kalibrasi dari hasil ekstraksi dengan
cara tertentu tidak digunakan untuk meginterpretasikan hasil analisis tanah dengan
cara ekstraksi yang berbeda.
Tahapan kalibrasi adalah sebgai berikut: (1) analisis tanah dari zona
perakaran, (2) menumbuhkan tanaman pada kondisi lapangan, (3) mengukur hasil
yang dapat dipasarkan, (4) mengkorelasikan antara hasil analisis tanah dengan
produksi, (5) mengulang langkah di atas pada tanah, tanaman dan waktu yang
berbeda. Dari data-data yang diperoleh dalam melakukan tahapan di atas, akan
diperoleh hubungan antara kandungan hara di tanah dengan produksi tanaman.
Hubungan ini dapat dijadikan pedoman dalam menginterpretasikan hasil analisis
tanah untuk tujuan rekomendasi pemupukan.
13.1.2. Analisis Hara Jaringan Tanaman
Analisis jaringan tanaman, biasanya adalah analisis daun, memberi
gambaran kandungan hara yang ada dalam tanaman. Analisis tanaman dapat
menjawab pertanyaan sebagian besar pekebun mengenai kecukupan hara
tanamannya; apakah kesuburan tanah, pupuk yang diberikan serta pengapuran
yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan hara tanamannya. Analisis tanaman
dapat dipandang sebagai pengujian paling penting untuk menentukan kecukupan
hara tanaman. Pada saat ini hasil analisis tanaman merupakan metode yang
terpercaya untuk diagnosa masalah dan monitoring hara tanaman pada berbagai
jenis tanah maupun spesies tanaman. Ada beberapa tujuan analisis tanaman,
Page | 11
ialah: (1) verifikasi gejala defisiensi hara, (2) menentukan derajad kesuburan
tanah, (3) menentukan apakah pemupukan yang dilakukan dapat memenuhi
kebutuhan hara tanaman.
Tahapan dalam analisis tanaman meliputi pengambilan contoh daun,
penyiapan contoh, analisis laboratorium dan interpretasi data (Gambar 13.1).
Spesies tanaman, umur, bagian tanaman, waktu pengambilan contoh, dan
pemupukan yang dilakukan sangat berpengaruh pada interpretasi dari hasil
analisis. Karena itu pengambilan contoh harus dilakukan dengan hati-hati dan
mengikuti standar. Pengambilan contoh yang tidak mengikuti standar akan dapat
mengacaukan interpretasi hasil. Membersihan daun dari kotoran, debu, sisa
pestisida dan benda-benda asing lainnya perlu dilakukan. Contoh daun kemudian
dikeringkan dengan oven pada 80C dan digiling untuk mengecilkan ukuran.
Bahan tersebut kemudian diabukan atau diperlakukan dengan oksidasi asam kuat,
baru kemudian dinalisis.
GAMBAR 0-1. PROSEDUR ANALISIS HARA
1. Pengambilan Contoh Jaringan
Melakukan prosedur pengambilan contoh yang benar sangat diperlukan,
karena hal ini sangat berpengaruh dalam interpretasi hasil. Bagian tanaman mana
Page | 12
yang akan disampel, berapa banyak tanaman yang akan disampel, berapa banyak
sampel per individu tanaman dan kapan sampling dilakukan harus dibakukan.
Setiap pengambilan contoh harus dilakukan dengan prosedur yang sama, agar
tidak terjadi kesalahan interpretasi data. Waktu pengambilan contoh biasanya
pada pertengahan musim pertubuhan atau pada tepat sebelum mulai pertumbuhan
bunga. Beberapa tanaman buah-buahan temperate sudah memiliki prosedur baku
pengambilan contoh, tetapi untuk buah-buahan tropika belum ada. Pada buah apel
contoh daun diambil pada 8-10 minggu sesudah bunga mekar. Daun yang
dijadikan contoh sebanyak 4-8 lembar per pohon adalah daun terminal yang
tumbuh pada masa pertumbuhan ini. Tanaman yang disampling sebanyak 50-100
pohon. Pada jeruk tanaman sampel sebanyak 15-20 pohon. Diambil daun yang
berumur 4-6 bulan dari ranting yang tidak berbuah. Umur daun mempengaruhi
kandungan hara dalam daun. Konsentrasi hampir semua hara makro pada jeruk
stabil pada 4-6 bulan setelah daun muncul. Karena itu, daun pada umur tersebut
yang digunakan sebagai daun contoh. Total contoh yang dianggap dapat
mewakili adalah 100 lembar daun, atau berarti 8-10 lembar daun per pohon.
Tanaman yang dijadikan contoh adalah tanaman sehat, tidak mengalami
stres, atau mengalami kerusakan/ luka mekanik atau karena serangga dan tidak
terinfeksi penyakit. Daun yang baru saja disemprot dengan hara mikro atau
fungisida tidak boleh dijadikan sampel, karena akan berpengaruh terhadap hasil
analisis hara mikro.
2. Penyiapan Sampel
Daun contoh segera dicuci untuk menghulangkan benda-benda yang
menempel (tanah, debu, sisa pestisida dan sebagainya). Daun dibersihkan dengan
cara meletakkan lembar daun diantara ibu jari dan telunjuk dan menarik ujungnya
dalam larutan deterjen 2 %, kemudian membilasnya dengan air bersih. Proses ini
harus selesai dalam waktu kurang dari dari satu menit, karena dapat menyebabkan
hilangnya beberapa unsur hara. Daun contoh kemudian dikering anginkan paling
tidak satu hari, atau dikirim ke laboratorium dalam box yang juga berisi es batu.
Contoh daun tidak boleh diletakkan dalam kantung kedap udara, kecuali bila
ditempatkan dalam kulkas. Jaringan tanaman untuk analisis hara tidak boleh
dibekukan.
Page | 13
3. Analisis Laboratorium
Setelah sampai dilaboratorium, contoh daun segera dikeringkan dalam
oven pada 80 C sampai bobotnya konstan. Jaringingan tersebut kemudian
dihaluskan menjadi bubuk. Sebagian dari bubuk sample ini diambil untuk analisis
nitrogen. Biasanya nitrogen dianalisis denagn menggunakan metode Kjeldhal.
Untuk menentukan hara lain, bubuk daun dicerna basah dengan asam (kombinasi
asam sulfat, asam nitrat dan asam perklorat) atau diabukan dalam furnace
(pengabu).
TABEL 0-1. STANDAR KECUKUPAN UNSUR HARA PADA TANAMAN
JERUK
Unsur Sangat
rendah Rendah Optimum Tinggi
Sangat
tinggi
N (%)
P (%)
K (%)
Ca (%)
Mg (%)
S (%)
B (ppm)
Fe (ppm)
Mn (ppm)
Zn (ppm)
Cu (ppm)
Mo (ppm)
Li (ppm)
As (ppm)
F (ppm)
< 2.2
< 0.09
< 0.40
< 1.60
< 0.16
< 0.14
< 21.0
< 36.0
< 16.0
< 16.0
< 3.60
< 0.06
2.2-2.3
0.09-1.1
0.40-0.69
1.6-2.9
0.16-0.25
0.14-0.19
21-30
36-59
16-24
16-24
3.6-4.9
0.06-0.09
2.4-2.6
0.12-0.16
0.70-1.09
3.0-5.5
0.26-0.6
0.2-0.3
31-100
60-120
25-200
25-100
5-16
0.1-3.0
< 3
< 1
< 1-20
2.7-2.8
0.17-0.29
1.10-2.00
5.6-6.9
0.7-1.1
0.4-0.5
101-260
130-200
300-500
110-200
17-22
4.0-100
3-35
1-5
25-100
> 2.80
> 0.30
> 2.30
> 7.00
> 1.20
> 0.60
> 260
> 250
> 1 000
> 300
> 22
> 100
> 35
> 5
> 100
Sumber: Embleton, et al. (1973)
Sulfur (S) diukur dengan pembakaran kering bubuk daun kering berukuran
kurang dari 40 mesh yang dialiri oksigen. Sulfur dioksida yang terbentuk
kemudian diukur dengan spektrofotometer. Fosfor (P), boron (B) dan
molibdenum (Mo) diukur dengan colorimeter; kalium (K) dan natrium (Na)
dengan flame fotometer; kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu),
Mangan (Mn), dan seng (Zn) dengan atomic absorption spectrophotometer.
Pada tanaman jeruk, analisis tanaman dilakukan dengan mengambil
jaringan daun yang telah berkembang penuh umur 4-6 bulan diambil dari ranting
Page | 14
terminal yang tidak menyangga bunga atau buah, kemudian dianalisis kadar unsur
haranya dan dibandingkan dengan standar kecukupan hara tanaman jeruk. Secara
umum analisis tanaman dapat digunakan untuk identifikasi status hara,
mengkoreksi tingkat kritis, dan menduga serapan unsur hara pada tanaman
tahunan. Konsep analisis daun pada tanaman jeruk dikembangkan oleh Embleton
et al. (1973). Konsep nilai standar yang dikembangkan merupakan harga rata-rata
kadar hara tanaman yang pertumbuhan dan produksinya baik. Standar hara
tanaman jeruk dapat dilihat pada Tabel 13.1.
4. Interpretasi Hasil
Interpretasi hasil analisis jaringan tanaman tidak mudah. Diperlukan
pengalaman untuk bisa memahami hasil analisis jaringan. Interpretasi hasil
dilakukan dengan membandingkan antara hasil analisis denagn ‘nilai standar’.
Nilai standar ini rata-rata konsentrasi hara yang diperoleh dari hasil analisis daun
tanaman yang pertumbuhan dan produksinya normal. Selain nilai standar, juga
interpretasi hasil juga menggunakan ‘nilai kritis’. Nilai kritis adalah nilai dimana
bila konsentrasi hara berada di bawah nilai tersebut, tanaman mengalami
defisiensi hara. Nilai kritis dan maupun nilai standar adalah suatu titik
konsentrasi tunggal.
Pada saat ini interpretasi data menggunakan kisaran konsentrasi dari
defisiensi sampai ekses (berlebih). Metode ini berdasarkan kisaran nilai yang
diperoleh dari hubungan antara konsentrasi hara dengan pertumbuhan atau
produksi tanaman (Gambar 13.2). Kondisi pada zona A dan B adalah defisiensi
berat, sedangkan pada zona C adalah defisiensi ringan. Nilai Kritis berada pada
perbatasan zona C dan D. Zona kecukupan adalah zona D, selanjutnya apabila
konsentarsi hara mencapai zona E, tanaman mengalami keracunan hara. Daftar
kisaran dfisiensi, kecukupan dan kelebihan hara pada beberapa tanaman buah-
buahan dapat dilihat pada buku yang ditulis oleh Jones et al. (1991).
Metode interpretasi data lain yang banyak digunakan adalah Diagnosis and
Recommendation Integrated System (DRIS). Teknik DRIS didasarkan pada
perbandingan dari rasio hara yang dihitung dengan norma atau nilai yang sudah
disusun berdasarkan survei. Dari berbagai studi diketahui bahwa Metode DRIS
tidak lebih baik daripada metode diatas.
Page | 15
GAMBAR 0-2. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN ATAU PRODUKSI
TANAMAN DENGAN KONSENTRASI HARA (SMITH, 1962).
13.2. Menggunakan Hasil Analisis Tanah dan
Tanaman
Analisis tanaman dan tanah yang hanya dilakukan satu kali saja tidak
begitu berarti. Setiap tahun harus dilakukan analisis. Perubahan hara di tanah
maupun daun dari tahun lalu dan tahun sebelumnya juga sama pentingnya dengan
hasil analisis tahun ini. Perubahan dalam dosis pupuk harus berdasar pada
perubahan level hara daun. Hasil analisis akan menunjukan respon dalam status
hara akibat perubahan dosis pupuk.
Agar hasil analisis tanah dan tanaman betul-betul berguna, catatan
program pemupukan selama beberapa tahun harus dipelihara. Harus tercatat dosis
pupuk, cara pemupukan dan waktu pemupukan. Program pemupukan akan
dinamis (‘teknik penyesuaian’ = selalu disesuaikan setiap tahun), mungkin naik
mungkin turun, tergantung kecenderungan jangka panjang. Hasil analisis tanaman
dan tanah mengindikasikan apakah pemupukan yang diberikan pada suatu blok
tanaman harus ditambah atau dikurangi dibandingkan tahun sebelumnya. Tanpa
catatan jangka panjang, hasil analisis tanaman dan tanah tidak dapat memberikan
indikasi dosis pupuk yang harus diberikan. Rekomendasi pemupukan yang
didasarkan pada satu kali analisis bagus untuk memulai program pemupukan,
Page | 16
tetapi rekomendasi ini hanya merupakan dugaan dan hanya bisa dilakukan oleh
orang yang terlatih dan berpengalaman dengan tanah di daerah tersebut. Hal ini
tidak akan sebaik ‘teknik penyesuaian’ yang berdasar hasil analisis tanaman dan
tanah serta catatan program pemupukan selama beberapa tahun. Contoh
penggunaan metode ini sebagai berikut:
a. Tahun lalu tanaman mangga dipupuk 1.5 kg ZK/pohon dan kandungan
hara daun mencapai 0.25 %. Kandungan K ini defisien, karena kecukupan
hara kalium untuk mangga adalah 0.3-1.2 %. Berapa banyak pupuk ZK
yang harus diberikan ?
b. Sampai pekebun mendapat pengalaman dengan jenis tanah dan iklim
setempat, tidak ada rekomendasi yang pasti dapat diberikan. Pendekatan
terbaik adalah meningkatkan dosis ZK sebanyak 20 % menjadi 1.8
kg/pohon pada tahun depan.
c. Jika pada tahun depan hasil analisis daun menunjukkan kandungan K
menjadi 0.3 %, nilai pada batas kritis, pupuk ZK pada tahun berikutnya
dapat ditingkatkan 10 % menjadi 2.0 kg/pohon. Jika kemudian kandungan
K daun menjadi lebih dari 1.2 %, pemupukan berikutnya diturunkan 5 %
dari tahun sebelumnya.
Monitoring status hara pada kebun buah adalah kegiatan yang sangat
penting dalam manajemen pemupukan. ‘Teknik penyesuaian’ sangat bermanfaat
untuk membantu pekebun memutuskan apakah program pemupukan harus diubah
dan berapa banyak perubahannya. Walaupun biaya untuk analisis hara cukup
tinggi, tetapi hal ini dapat mengurangi biaya pemupukan (pemupukan terhindar
dari kelebihan pupuk yang tidak bermanfaat) dan dan dapat meningkatkan
produksi serta kualitas buah.
13.3. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman hortikultura perlu dikelola dengan sangat hati-
hati, tidak cukup dengan mengandalkan resep yang menyatakan berapa gram
pupuk yang perlu diberikan untuk setiap pohon per tahun. Resep pemupukan
kelihatannya akan mempermudah pengelolaan pemupukan, tetapi tanpa analisis
hara tanah atau analisis hara daun, pemupukan bisa menyebabkan terjadinya
Page | 17
kelebihan atau kekurangan unsur hara. Ada beberapa masalah yang akan timbul
karenanya, ialah: (1) produktivitas tanaman rendah karena hara yang tidak
seimbang; (2) pertumbuhan vegetatif yang terlalu kuat pada saat yang tidak tepat
akan memngurangi kualitas buah; (3) kualitas buah rendah karena hara yang tidak
seimbang; (4) kontaminasi air tanah karena pupuk berlebih yang tercuci dari zona
perakaran.
Sebagai contoh, kelebihan hara nitrogen pada tanaman manggis dapat
menyebabkan daun kering seperti terbakar dan rontok (Gambar 13.3). Gejala
kelebihan nitrogen terlihat mulai dari daun-daun tua di cabang-cabang bawah
yang dekat pada tanah berupa munculnya warna coklat dari pingir daun yang
kemudian merambat menuju tengah-tengah daun atau ke tulang daun hingga
akhirnya daun mengering dan rontok. Gejala ini terus berlanjut hingga ke daun-
daun muda yang berada pada bagian tunas dan cabang paling atas. Pada tingkat
kelebihan nitrogen yang lebih berat, daun akan rontok sebelum semua kering atau
berubah warna menjadi coklat, bahkan daun yang masih hijau tua telah rontok.
Gejala ini terkait dengan terjadinya kerusakan pada akar sehingga tanaman tidak
mendapatkan lagi suplai air dan hara untuk mempertahankan hidup (Liferdi, 2007)
.
Kekurangan hara tanah akan menyebabkan produksi dan kualitas buah
rendah. Aplikasi pupuk yang berlebih akan boros, mahal dan menyebabkan
tanaman tidak tahan terhadap hama dan penyakit. Karena itu pemupukan harus
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan untuk menjaga kesuburan tanah.
Pemupukan perlu direncanakan dan dilakukan dengan benar berdasarkan hasil
analisis tanah dan daun dan dilakukan pada waktu aplikasi yang tepat. Untuk
tanaman hortikultura tahunan sebaiknya dilakukan tiga kali dalam setahun, ialah:
(a) segera sesudah panen dan pemangkasan, dengan komposisi nitrogen tinggi; (b)
menjelang tanaman berbunga, dengan komposisi fosfor tinggi; (c) Sesudah buah
terbentuk, pada masa pembesaran cepat dari buah, dengan komposisi kalium
tinggi.
Page | 18
GAMBAR 0-3. PERBEDAAN WARNA DAUN BIBIT MANGGIS PADA
KONDISI (A) KEKURANGAN, (B) KECUKUPAN DAN (C)
KELEBIHAN NITROGEN (SUMBER: LIFERDI, 2007).
Dosis pupuk dan waktu pemberiannya perlu ditentukan dengan tepat, agar
kebutuhan tanaman terpenuhi, kesuburan tanah dapat dipertahankan, kehilangan
hara dari tanah dapat diminimalkan dan pencemaran tanah dan air dapat
diminimalkan. Perlu dicek agar pupuk betul-betul diberikan dengan tepat. Perlu
hati-hati agar tidak terjadi salah target pemupukan. Pemupukan dengan nitrogen
dan fosfor perlu dilakukan dengan hati-hati, karena kedua bahan ini dapat
mencemari air tanah dalam. Bila pemupukan dengan menggunakan alat (misalnya
sprayer untuk pupuk daun), maka perlu dipilih alat yang sesuai dengan jenis
tanamannya, dikalibrasi dengan benar agar tidak ada kesalahan dalam pemupukan.
Semua kegiatan pemupukan harus dicatat dengan teliti untuk masing-masing blok
tanaman. Pencatatan meliputi lokasi (blok), tanggal, jenis pupuk, dosis, cara
pemupukan dan nama orang yang melakukan.
Stok pupuk harus ditangani dengan baik. Pupuk harus sudah tersedia
sebelum waktu pemupukan tiba. Pupuk harus disimpan dalam kemasan asli dan
labelnya harus tetap menempel dibungkusnya ditempat yang bersih, kering, tidak
(a) (b) (c)
Page | 19
menimbulkan resiko pencemaran lingkungan, terpisah dari bibit dan hasil panen.
Bila mungkin terpisah dari pestisida. Perlu disediakan catatan khusus mengenai
keluar-masuknya pupuk dari gudang. Stok pupuk perlu dicatat.
Agar pemupukan ideal diperlukan adanya laboratorium analisis hara di
dekat lokasi, lembaga (BPTP, perguruan tinggi, Dinas Pertanian, BPP, dll.) yang
dapat memberikan konsultasi berdasarkan hasil analisis hara. Para ahli pada
lembaga tersebut perlu memiliki sertifikat kemampuan mereka mengenai
pemupukan. Perlu dilakukan pelatihan mengenai hara dan pemupukan pada
petani, petugas, penyuluh dan manajer.
13.4. Studi Kasus Pemupukan Manggis
Bersama dengan para mahasiswa S1, S2, dan S3, Pusat Kajian Buah-
buahan Tropika IPB melakukan studi pemupukan manggis di Leuwuliang, Bogor.
Studi dilakukan selama 5 tahun, ialah pada tahun 2003 – 2008. Mahasiswa yang
terlibat adalah Liferdi (2007), Safrizal (2007), dan Abdillah (2008), Kurniawan
(2010). Penelitian yang dilakukan meliputi uapaya untuk mendapatkan contoh
daun yang dapat mewakili dengan uji korelasi, uji kalibrasi, interpretasi status
konsentrasi N, P, K pada daun tanaman manggis, dosis optimum pupuk N, P, K
pada tanaman manggis, rekomendasi pemupukan berdasarkan data produksi.
1. Korelasi Konsentrasi N, P, K Daun Manggis dengan Produksi
Korelasi antara hara N, P, dan K dengan produksi terbaik apabila sampel
daun diambil pada daun berumur 4 atau 5 bulan. Korelasi ini positif, yang berarti
semakin tinggi kandungan hara daun akan semakin tinggi produksi buah. Hara N,
P, dan K pada sampel daun berumur 5 bulan juga berkorelasi positif dengan
kandungan hara di tanah. Nilai koefisien korelasi (r) pada ketiga unsur hara yang
terkandung dalam daun berumur 5 bulan dengan produksi maupun kandungan
hara tanah nyata dan di atas 0.8. Karena itu, dalam analisis hara daun untuk
tujuan pemupukakan dapat digunakan daun manggis berumur 5 bulan (Liferdi,
2007).
Daun mangggis muncul setelah panen berakhir. Panen manggis di
Leuwiliang Bogor berakhir bulan Februari, dan trubus muncul pada akhir Februari
atau awal Maret, sehingga pada bulan akhir Juli daun manggis berumur lima
Page | 20
bulan. Oleh karena itu di Bogor, analisis daun manggis disarankan dialkukan
pada akhir Juli atau awal Agustus, dengan menggunakan contoh daun terminal
(ujung) dari daun yang muncul sesudah panen. Untuk daerah lain, waktu analisis
daun dapat mengikuti contoh di Bogor, ialah pada 5-6 bulan sesudah panen
berakhir.
2. Kalibrasi
Hasil korelasi antara kandungan hara daun pada daun berumur 5 bulan
dengan produksi kemudian digunakan untuk membangun model matematik yang
mengkaitkan antara kandungan hara dengan produksi. Respon tanaman
dikelompokkan atas katagori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi. Kategori respon sangat rendah menunjukan bahwa tingkat konsentrasi
unsur di daun hanya mampu mendukung tanaman untuk berproduksi kurang dari
50% potensi hasil. Kategori rendah menghasilkan 50% - 75% potensi hasil,
sedang menghasilkan 75% - 100% potensi hasil. Tinggi dan sangat tinggi dapat
menghasilkan 100% potensi hasil tanpa adanya penambahan pupuk (Dannke dan
Olson 1990). Dalam percobaan pada manggsi ini katagori tinggi dan sangat tinggi
tidak ada, akrena kebun yang digunakan hampir tidak pernah dipupuk
sebelumnya.
Ada empat model regresi yang digunakan untuk membangun interpretasi
status hara manggis. Dari empat model regresi yang digunakan, model kuadratik
adalah yang mempunyai nilai R2
terbesar dan tiga model lainnya yaitu linear,
logistik, dan exponensial nilai r lebih kecil dari model kuadratik. Berdasarkan
nilai r maka model kuadratik adalah model yang paling tepat untuk menentukan
status hara N dan P pada tanaman manggis. Model kuadratik juga didukung
logika ilmu pemupukan yaitu peningkatan pemberian unsur hara akan
meningkatkan hasil hingga kebutuhan tanaman terpenuhi, dan akan turun apabila
kandungan hara berlebih. Pada K, model exponential mempunyai nilai R2
terbesar karena terkait dengan sifat unsur K yang dapat dikonsumsi secara
berlebihan oleh tanaman. Karena R2 pada model regresi kuadratik juga besar,
maka model ini yang digunakan.
Berdasarkan model regresi yang terpilih, status hara N, P, K dapat
diketahui dengan cara menarik garis lurus pada nilai hasil relatif 50 %, 75 %, dan
Page | 21
100 %. Menurut Kidder (1993) bahwa nilai perpotongan dengan angka hasil
relatif kurang dari 50 % statusnya adalah sangat rendah, sedangkan antara 50-75
% statusnya rendah, 75-100 % statusnya sedang, dan 100 % statusnya tinggi. Dari
hasil analisis ini diketahui bahwa pada konsentrasi N daun < 0,99 % statusnya
adalah sangat rendah, 0.99-1.35 % statusnya adalah rendah, dan 1.35-2.15 %
statusnya adalah sedang. Untuk unsur hara P, pada konsentrasi P daun < 0.11 %
statusnya adalah sangat rendah, 0.11-0.21.% statusnya adalah rendah, dan 0.21-
0.31 % statusnya adalah sedang. Untuk unsur hara K, pada konsentrasi K daun <
0.69 % statusnya adalah sangat rendah, 0,69 – 0,90% statusnya adalah rendah, dan
0.90-1.12 % statusnya adalah sedang (Liferdi, 2007).
Pada N, P, K sangat rendah dan rendah hingga sedang perlu dilakukan
pemupukan untuk meningkatkan konsentrasi N, P, K di daun sehingga dapat
mendukung pertumbuhan dan hasil yang optimum. Untuk mengetahui berapa
banyak pupuk yang mesti diberikan agar status hara naik dari status sangat rendah
menjadi status sedang perlu pendekatan persamaan regresi dengan
menghubungkan antara dosis pupuk N, P, K dengan konsentrasi N, P, K daun
sebagai respon pemupukan.
3. Rekomendasi Dosis Pupuk N, P, K Berdasarkan Produksi Tahun 2004
Untuk mengetahui kebutuhan dosis pupuk yang optimum agar tanaman
dapat berproduksi secara maksimum digunakan model regresi hubungan antara
dosis pupuk dengan hasil relatif sebagai respon pemupukan. Berdasarkan model
regresi tersebut dapat diketahui bahwa respon tanaman manggis terhadap pupuk N
pada tahun pertama sangat rendah (pada tanaman yang tidak pernah dipupuk,
maka respon pemberian pupuk untuk pertama kali akan tertunda karena perakaran
tanaman berada jauh di bawah permukaan tanah). Respon tanaman pada tahun
kedua mulai terlihat. Hasil perhitungan Liferdi (2007) berdasarkan persamaan
regresi respon tanaman manggis tahun kedua maka dosis optimum pupuk N untuk
status hara sangat rendah adalah 2183 g N atau setara dengan 5 kg urea per pohon
(Tabel 13.2).
Berdasarkan perhitungan Liferdi (2007), dosis optimum pupuk P pada
tahun pertama adalah 1 755 g P2O5 /tanaman/tahun. Sedangkan pada tahun kedua
Page | 22
untuk mendapatkan hasil maksimum dibutuhkan dosis pupuk optimum sebesar 1
680 g P2O5/tanaman/tahun atau setara dengan 4.5 kg SP 36. Dosis optimum yang
diperoleh ini adalah dosis optimum pada status hara sangat rendah. Bila uji
optimasi dilakukan pada status hara rendah hingga sedang tentu dosis pupuk yang
dibutuhkan kurang dari 1 680 g P2O5/tanaman/tahun. Dosis optimum pupuk K
pada tahun pertama untuk mendapatkan hasil maksimum adalah 911 g K2O
/tanaman/tahun. Pada tahun kedua dosis pupuk optimumnya adalah 1 555 g
K2O/tanaman/tahun atau setara dengan 2.5 kg KCl (Tabel 13.2).
TABEL 0-2. DOSIS OPTIMUM PUPUK N, P DAN K DIHITUNG
BERDASARKAN PERSAMAAN REGRESI DARI KURVA RESPON
HASIL RELATIF TANAMAN MANGGIS TAHUN 2004
Unsur Status
hara Persamaan Regresi Dosis
N Sangat
rendah
RY = -9E-06x2 + 0,0393x +
48,23
2 183 g N 5 kg Urea
P Sangat
rendah
RY = -2E-05x2 + 0,0672 +
30,822
1 680 g P2O5 4.5 kg
SP36
K Sangat
rendah
RY = -2E-05x2 + 0,0622 +
46,533
1 555 g K2O 2.5 kg KCl
Meskipun pemberian pupuk N, P, K hanya dapat menaikkan sedikit
konsentrasi N, P, K daun manggis di Leuwiliang. Akan tetapi, pemberian pupuk
secara rutin setiap tahun akan menaikkan konsentrasi N, P, K di daun. Hal ini
dapat dilihat dari konsentrasi N, P, K daun pada tahun kedua lebih tinggi daripada
tahun pertama. Tingginya konsentrasi N, P, K daun pada tahun kedua
kemungkinan disebabkan adanya efek residu pemupukan dari tahun sebelumnya.
Selain itu, tanaman yang dipupuk secara rutin menyebabkan sistim perakaran
lebih dangkal. Bila perakaran dangkal maka pemberian hara dapat langsung
digunakan oleh tanaman dan peluang hara yang hilang atau tercuci semakin
sedikit.