Post on 25-Apr-2022
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOSOSIAL DAN
KESEHATAN MENTAL PADA Ny. F DENGAN MASALAH
GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH
DIRUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA
TIMUR TANGGAL 23 S/D 25 Mei 2017
Disusun oleh :
SONIA MAHDALENA
2014750042
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Makalah ilmiah ini dengan judul "Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Psikososial dan Kesehatan Mental pada NY. F dengan Masalah Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
Jakarta Timur" ini telah disetujui untuk diujikan pada ujian siding dihadapan
tim peguji.
Jakarta, 05 Juni 2017
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
( Ns. Nuraenah, S.Pd, M.Kep)
Mengetahui
Ka. Prodi. D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ilmiah dengan judul "Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan
Kesehatan Mental pada Ny. F dengan Masalah Gangguan Konsep Diri :
Barga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur"
ini telah diujikan dan dinyatakan "lulus" dalam ujian sidang dihadapan tim
penguji pada tanggal 06 Juni 2017
Penguji I
( Ns. Nuraenah, S.Pd, M. Kep)
Penguji II
( Ns, Isnaini, S.Kep.M.KM)
Mengesahkan
Ka. Prodi. Dill Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karna berkat rahmat dan karuniaNya yang memungkinkan penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada NY. F dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
Jakarta Timur” yang merupakan bagian persyaratan yang harus dipenuhi dalam
menempuh ujian akhir Diploma III Keperawatan di Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa tanpa
bimbingan, pengarahan dan bantuan berbagai pihak, tentunya tidak dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan
keikhlasan penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Ucapan terima kasih tak terhingga penulis berikan kepada:
1. Dra. Muhammad Hadi, S.KM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ns. Titin Sutini S. Sp Kep. An, selaku KA. Prodi Akademi D III
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
3. Ns. Nuraenah, S.Pd, M. Kep, selaku penguji 1 dan dosen pembimbing
penyusunan karya tulis ilmiah yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
4. Ns, Isnaini, S.Kep.M.Kes, selaku penguji II yang telah memberikan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.
5. Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes, selaku wali akademik angkatan XXXII
Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
6. Seluruh dosen serta staff Program D III Keperawatan FIK UMJ selaku
dosen pembimbing institusi yang telah memberikan bekal ilmunya kepada
penulis selama penulis mengikuti proses perkuliahan.
7. Kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga saya atas do’a dan kasih
sayang yang tulus dan besar kepada saya, sehingga saya dapat terus
bersemangat dan mewujudkan cita-cita.
8. Kepada teman-teman tim KTI Keperawatan Jiwa yang telah membantu
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dan memberikan dorongan
kepada penulis sehingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
9. Kepada teman-teman Anak Cantik yang selalu memberikan semangat dan
senyuman kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis
ilmiah ini dan selalu setia selama 3 tahun ini untuk tetap bersama-sama.
10. Kepada teman-teman seperjuangan mahasiswa/i Akademi Keperawtan
Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawtan Universitas
Muhammadiyah Jakarta Angkatan 32, terima kasih atas semua bantuan
dan dukungannya.
iv
Dalam menulis Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari sangat jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik agar penulis
dapat gunakan sebagai perbaikan pada masa yang akan dating. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi setiap mahasiswa umumnya dan bagi
penulis khususnya. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan dibidang kesehatan. Amin.
Alhamdulillahirabil’alamin
Wassalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh
Jakarta, 05 Juni 2017
Penulis
SONIA MAHDALENA
2014750042
v
Daftar isi
Hal
Lembar Persetujuan…………………………………………………………... i
Lembar Pengesagan............................................................................................. ii
Kata Pengantan..................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Tujuan Peulisan..............................................................................
C. Ruang Lingkup...............................................................................
D. Metode Penulisan...........................................................................
E. Sistematika Penulisan…………………………………………….
1
1
6
7
7
7
BAB II TINJAUAN TEORITIS…..………………………………………..
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia...............................................
B. Definisi..........................................................................................
C. Psikodinamik..…………………………………………………...
1. Etiologi....................................................................................
2. Cara Mengatasi Harga Diri Rendah........................................
3. Komplikasi…………………………………………………..
.
D. Rentang Respon……………….....................................................
E. Pengkajian Keperawatan………………………………………...
F. Pohon Masalah…………………………………………………..
G. Diagnosa Keperawatan…………………………………………..
H. Perencanaan Keperawatan……………………………………….
I. Penatalaksanaan Keperawatan………………………………….
J. Evaluasi Keperawatan…………………………………………...
9
9
10
12
12
13
13
14
15
18
19
20
32
36
BAB III TINJAUAN KASUS…...…………………………………………...
A. Pengkajian keperawatan.................................................................
B. Pohon Masalah…………………………………………………...
C. Diagnosa keperawatan....................................................................
D. Perencanaan keperawatan...............................................................
E. Penatalaksanaan keperawatan........................................................
F. Evaluasi Keperawatan………........................................................
37
37
44
45
46
51
56
vi
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………….
A. Pengkajian......................................................................................
B. Diagnosa keperawatan....................................................................
C. Perencanaan Keperawatan..............................................................
D. Penatalaksanaan Keperawatan…...................................................
E. Evaluasi Keperawatan…...…….....................................................
60
60
63
65
66
67
BAB V PENUTUP…………………………………………………………..
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
69
69
72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KEGIATAN HARIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis,
dan social yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan
emosional (Sheila L. Videback, 2008). Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan
selaras dengan keadaan orang lain (UU kesehatan Jiwa No.3 tahun 1966).
Sedangkan menurut (WHO dalam buku konsep dasar keperawatan jiwa,
2011), kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan jiwa yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya.
ANA (America Nurses Association) mendefinisikan keperawatan
kesehatan jiwa adalah suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yan
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
secara terapeutik sebagai kaitnya (Stuart, 2007). Sedakangkan menurut
(Depkes RI, 1998), setiap perawat jiwa dituntut mampu menguasai
bidangnya dengan menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan berpikir
dan berupaya sedemikian rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang
efektif dalam merawat pasien.
Konsep diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
idividu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu
akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek,
tujuan serta keinginan, cara individu memandang dirinya secara utuh fisik,
emosional, sosial dan spiritual (Bech, Wiliam dan Rawlin, 2009). Konsep
2
diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain, konsep diri tidak terbentuk waktu lahir,
tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (Stuart, 2006). Salah satu
gangguan jiwa adalah skhizofrenia.
Skhizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang di tandai
dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita
(halusinasi) efek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak
mampu berpikir abstrak) dan mengurangi aktivitas sehari-hari (keliat,
2006). Skhizofrenia adalah sebagai penyakit neurologis yang
mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku
socialnya (Melinda Hermann, 2008). Orang dengan skhizofrenia akan
menarik diri dari orang lain dan kenyataan serta merasa tidak mempunyai
kemampuan apa-apa dan merasa rendah diri yang dikenal dengan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (dalam buku NANDA NIC-
NOC jilid 3, 2015).
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2009). Harga diri rendah
merupakan evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita, harapan langsung menghasilkan
perasaan bahagia (Budi anna keliat, 2009). Harga diri rendah merupakan
perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya
diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000)
3
Komponen-komponen konsep diri (Struart, 2009) sbb:
1. Cintra tubuh
Kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap
tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang
tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi yang dimiliki.
2. Ideal tubuh
Persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya berprilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
3. Harga diri
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan
diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan,
dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan
berharga.
4. Peran
Peran yang ditetapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran yang di ambil adalah peran yang terpilih
atau dipilih oleh individu.
5. Identitas diri
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung
sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa
remaja.
Klien yang mengalami Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
tidak diatasi akan beresiko melakukan perilaku kekerasan baik pada diri
sendiri ataupun orang lain sehingga pentingnya peran perawat. Peran
perawat dalam menanggulangan klien dengan gangguan konsep diri:
Harga Diri Rendah meliputi upaya promotif, prefentif, kuratif, dan
rehabilitative.
Adapun promotif adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang
gangguan jiwa harga diri rendah pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat mulai dari pengertian, penyebab, sampai kompilkasi ketika
4
tidak ditangani untuk meningkatkan kesehatan jiwa. Sedangkan preventif
adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh tim perawat dalam mencegah
terjadinya Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Kuratif adalah
peran perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan
jiwa dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah secara mandiri
serta memberikan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan
pasien Harga Diri Rendah mengenali aspek positif yang dimiliki.
Rehabilitative adalah usaha mengembalikan penderita kedalam
masyarakat, sehingga dapat berfungsi kembali sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat terutama dengan gangguan
jiwa pada pasien Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.
Berdasarkan data WHO 2016 menunjukkan terdapat sekitar 35 juta
orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia. Salah satu bentuk ganggua
jiwa adalah skizofrenia. Tingginya angka gangguan kesehatan jiwa
merupakan masalah kesehatan yang besar jika dibandingkan dengan
masalah kesehatan lainnya yang ada di masyarakat. Masalah kesehatan
jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat
penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh
jajaran lintas sektor pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, serta
perhatian dari seluruh masyarakat. Penyakit jiwa di Tanah Air masih
cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Risdesdas) tahun 2013,
menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar
6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skhizofrenia adalah 1,7 per 1000
penduduk atau sekitar 400.000 orang.
5
Berdasarkan data statistik di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur
No. Masalah 2015 2016 2017
(Januari-April)
1. Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi
510 jiwa 546 jiwa 245 jiwa
2. Perilaku Kekerasan 245 jiwa 170 jiwa 18 jiwa
3. Menarik Diri : Isolasi
Sosial
21 jiwa 18 jiwa 11 jiwa
4. Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri
Rendah
6 jiwa 8 jiwa 2 jiwa
Table 1.1
Berdasarkan hasil analisa data di atas angka klien Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah berada pada urutan keempat, jika klien
dengan harga diri rendah tidak ditangani akan berakibatkan individu
tersebut mengisolasi diri dari orang lain, tidak mau berinteraksi dengan
orang lain. Kondisi yang terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan
sensori persepsi: Halusinasi, jika gangguan persepsi sensori halusinasi
tidak di tangani akan mengakibatkan resiko perilaku kekerasa, sehingga
pentingnya peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan pendekatan manusia seutuhnya meliputi biologis,
psikologis, social, budaya dan spiritual, yang sangat dibutuhkan oleh
pasien dan keluarga sehingga sangat diharapkan sekali dapat membangun
kembali kepercayaan dirinya dalam membina hubungan dengan orang lain
serta lingkungan sekitarnya secara bertahap.
Oleh karena itu penulis sangat tertarik sekali untuk menyusun
sebuah Karya Tulis Ilmuah dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Paikososial dan Kesehatan Mental Pada Ny. F Dengan Masalah
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa
6
Islam Klender Jakarta Timur” selama 3 hari dari tanggal 23 s/d 25 Mei
2017.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah agar dapat
memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada Ny. F dengan masalah Konsep Diri : Harga Diri
Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. F dengan Masalah
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. F dengan
Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawaran Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. F
dengan Masalah Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawtan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. F
dengan Masalah Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pemenuhan Kebutuhan
Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental pada Ny. F dengan
Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus dalam praktik Asuhan Keperawatan pada Ny. F dengan
Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun
penghambat serta dapat mencari solusi/alternatif pemecahan
masalah pada Ny. F dengan Masalah Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah.
7
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan
pada Ny. F dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah.
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membahas tentang
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikosisoal dan Kesehatan Mental pada Ny.
F dengan Masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Rumah
Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur yang dilaksanakan pada tanggal
23 s/d 25 Mei 2017.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan
kepustakaan, dimana penulis menggambarkan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Psikososial dan Kesehatan Mental Pada Ny. F Dengan Masalah
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender dalam bentuk narasi. Sedangkan tehnik yang penulis gunakan
dalam penyusunan makalah ini adalah dengan menggunakan neknik
wawancara, observasi dimana penulis terlihat langsung semala 3 hari
dalam memberikan asuhan keperawatan. Penulis melakukan wawancara
dengan klien, keluarga klien, perawat ruangan dan tim kesehatan.
E. Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini di tulis dalam 5 bab yang ditulis secara sistematika
tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab:
BAB I : Pendahulan
Berisi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Konsep Dasar
Berisi definisi, etiologi, proses terjadinya masalah, rentang
respon, komplikasi dan asuhan keperawatan.
8
BAB III : Tinjauan Kasus
Berisi pengkajian diagnosa, perencanaan, implementasi, dan
evalusi.
BAB IV : Pembahasan
Berisi perbandingan masalah konsep dan kasus.
BAB V : Penutup
Berisi kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran Hidup
Lampiran
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis
maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan psikologis,
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Perry, 1997).
Ciri-ciri Kebutuhan Dasar Manusia, manusia memiliki kebutuhan dasar
yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan
yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka
kebutuhan tersebut pun ikut berbeda dalam memenuhi kebutuhannya,
manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha
mendapatkannya.
Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar menusia dipengaruhi oleh berbagai factor sebagai
berikut.
1. Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan
pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis,
karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan
lebih besar dari biasanya.
2. Hubungan Keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan
kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.
3. Konsep Diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan
kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar yang positif memberikan makna dan
keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat
menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif
tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan
10
mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi
kebutuhan dasarnya.
4. Tahap Perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia
mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut
memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh
mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda.
B. Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi idividu dalam
berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan, cara
individu memandang dirinya secara utuh fisik, emosional, sosial dan
spiritual (Bech, Wiliam dan Rawlin, 2006). Konsep diri adalah semua
pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan
individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain, konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat,
dan realitas dunia (Stuart, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2009). Harga diri rendah adalah
evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005). Harga diri
rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita, harapan langsung menghasilkan
perasaan bahagia (Budi anna keliat, 2009). Harga diri rendah adalah
perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya
11
diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000)
Komponen-komponen konsep diri (stuart, 2009)
1. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu
dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi yang
dimiliki. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan
persepsi dan pengalaman baru.
2. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal
yang diyakini. Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-
cita, keinginan, harapan tentang dirinya sendiri.
3. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan
ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan
dan kegagalan tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.
4. Peran Diri (Self Role)
Peran diri merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok social. Peran yang diterapkan adalah peran yang dijalani dan
seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran
yang terpilih atau dipilih oleh individu.
5. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber
dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep
diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Pembentukan identitas
12
dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan
tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
C. Psikodinamik
1. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut stuart 2006, berbagai faktor penunjang terjadinya
perubahan dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi
sebagai berikut :
(dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Mukhripah Damaiyanti dan
Iskandar, hal 39)
1) Factor yang mempengaruhi harga diri meliputi penilakan
orangtua, harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang
berualang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.
2) Factor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip
peran gender (kesan dan keyakinan tentang apa perilaku yang
tepat untuk pria dan wanita), tuntutan peran kerja, dan harapan
peran budaya.
3) Factor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur social.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan
konsep diri: harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik. (dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Ade
Hermawan, hal 147)
13
1) Situasional : Gangguan konsep diri : harga diri rendah yang
terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma secara
tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami/isteri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu yaitu korban pemerkosaan, dipenjara tiba-
tiba. Selain itu, dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan
harga diri rendah.
2) Kronik : Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronik adalah
perasaan negativ terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara perpikir yang
negativ. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negativ terhadap dirinya.
2. Cara Mengatasi Harga Diri Rendah
Coopersmith dalam buku stuart dan sundeen (2002) menyatakan bahwa
ada empat hal yang dapat meninggkatkan Harga Diri Rendah, yaitu:
(dalam buku ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.pdf, hal 94)
a. Memberi kesempatan untuk berhasil.
b. Menanamkan idealisme.
c. Mendukung aspirasi/ide.
d. Membantu membentuk koping.
3. Komplikasi
Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain bisa mengakibatkan resiko
perilaku kekerasan.
14
D. Rentang Respon
Menurut Stuart G.W, 2006
Respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rantang respon konsep
diri yaitu adaptif dan maladaptive (Stuart G.W, 2006) sebagai berikut :
1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikan masalah dengan baik :
a. Aktualisasi diri adalah penyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah merupakan bagaimana seseorang
memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal
dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta idntitas dirinya yang
positif.
2. Respon mal-adaptif Gangguan konsep diri adalah respon individu
dalam menghadapi masalah dimana individu tidak mampu
memecahkan masalah tersebut.
a. Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap dirinya
sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak
berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.
b. Kerancauan identitas meurapakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan sebagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam
kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
Aktuali
sasi diri
Konsep
diri
Kekacauan
identitas
Adaptif Maladapatif
Gangguan
Harga diri
Depersonalisasi
/tidak personal
diri
15
c. Depersonalisasi adalah suatu perasaan yang tidak realistis di mana
klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar
dirinya.
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan meliputi factor predisposisi, factor presipitasi
perilaku klien dan mekanisme koping klien. (dalam buku ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.pdf, hal 95)
1. Factor Predisposisi
a. Citra Tubuh
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh.
2) Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh akibat tumbuh
kembang atau penyakit.
3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi
tubuh.
4) Proses pengobatan sepetri radiasi dan kemoterapi.
b. Harga diri
1) Penolakan.
2) Kurang penghargaan.
3) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti,
terlalu dituntut.
4) Persaingan antara keluarga,
5) Kesalahan dan kegagalan berulang.
6) Tidak mampu mencapai standar.
c. Ideal diri
1) Cita-cita yang terlalu tinggi.
2) Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Ideal diri samar atau tidak jelas.
d. Peran
1) Tuntutan peran kerja.
2) Harapan peran kultural.
16
e. Identitas diri
1) Ketidak percayaan orang tua.
2) Tekanan dari teman sebaya.
3) Perubahan struktur social.
2. Factor Presipitasi
Menurut sunaryo (2004) faktor presipitasi meliputi:
a. Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang
diduduki individu lain.
b. Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang
kabur, sesuai perilaku yang diharapkan.
c. Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses
peralihan mengubah nilai dan sikap.
d. Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak
peran dalam kehidupannya.
Menurut Stuart (2006) stressor pencetus juga dapat berasal dari sumber
internal atau eksternal seperti:
a. Trauma seperti penganiyaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
3. Perilaku
(dalam buku ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.pdf, hal 96)
a. Citra tubuh
1) Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
2) Menolak bercermin.
3) Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
4) Menolak usaha rehabilitasi.
5) Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
6) Menyangkal cacat tubuh.
17
b. Harga diri rendah
1) Gangguan berhubungan.
2) Merasa diri paling penting.
3) Merasa tidak mampu.
4) Merasa bersalah dan khawatir.
5) Mudah tersinggung atau marah.
6) Perasaan negative terhadap tubuh.
7) Keluhan fisik.
8) Penolakan kemampuan diri.
9) Menarik diri secara social.
c. Kerancauan identitas
1) Tidak ada kode moral.
2) Kepribadian yang bertentangan.
3) Hubungan interpersonal yang eksploitatif.
4) Perasaan hampa.
5) Perasan mengambang tentang diri.
6) Kerancuan gender.
7) Tingkat ansietas tinggi.
8) Tidak mampu empati terhadap orang lain.
9) Masalah estimasi.
4. Mekanisme koping
Menurut stuart (2006) meknisme koping termasuk pertahanan koping
jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme
pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan. (dalam buku Asuhan Keperawatan
Jiwa, Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar, hal 43)
a. Pertahanan jangka pendek
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya: konser music, bekerja keras, menonton
televisi secara obsesif).
18
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya: ikut serta dalam club social, agama, politik, kelompok,
gerakkan atau geng).
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya: olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
b. Pertahanan jangka panjang
1) Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang terdekat
tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri
individu.
2) Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat.
F. Pohon Masalah
Menurut stuart, 2006 pohon masalh yang ada pada Gangguan Konsep Diri:
Harga Diri Rendah sebagai berikut:
(dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Mukhripah Damaiyanti dan
Iskandar, hal 45)
Resiko Isolasi social Akibat
C/P
Ideal diri Penyebab
Konsep Diri : Harga Diri Rendah
19
G. Diagnosa Keperawatan
Masalah konsep diri berkaitan dengan ansietas, bermusuhan dan
rasa bersalah. Masalah ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan
sirkular bagi individu yang dapat menyebabkan respon koping
maladaptive. Respon ini dapat terlihat pada berbagai macam individu yang
mengalami ancaman integritas fisik atau sistem diri (Stuart, 2006)
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah
adalah :
(dalam buku Asuhan Keperawatan Jiwa, Mukhripah Damaiyanti dan
Iskandar, hal 45)
1. Harga Diri Rendah
2. Resiko Isolasi Sosial
3. Citra Tubuh (Body Image)
20
H. Perencnaan Keperawatan
Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan sistematis, mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian
masalah. Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan menyatakan diagnose sebagai petunjuk dalam
merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mngurangi, atau
menghilangkan masalah kesehatan klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010)
No.
Dx
Diagnosa
Keperawatan
Perncanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri
Rendah
TUM: Klien memiliki
konsep diri yang positif.
TUK:
1) Klien dapat membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat.
1. Setelah … kali
pertemuan klien
menunjukkan
ekspresi wajah
bersahabat,
menunjukkan
rasa senang, ada
kontak mata, mau
berjabat tangan,
mau
menyebutkan
1. Bina hubungan saling
percaya dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik:
Sapa klien dengan
ramah, baik verbal
maupun non verbal.
Perkenalkan diri dengan
sopan.
Tanyakan nama lengkap
dan nama panggilan
Hubungan saling percaya
merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.
21
nama, mau
menjawab salam,
klien mau duduk
berdampingan
dengan perawat,
mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi.
yang disukai klien.
Jelaskan tujuan
pertemuan.
Jujur dan menepati janji.
Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya.
Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien.
2) Klien
mengidentifikasi
aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki.
2. Setelah … kali
pertemuan klien
menyebutkan:
Aspek positif
dan
kemampuan
yang dimiliki
klien.
Aspek positif
keluarga.
Aspek positif
lingkungan
klien.
2.1 Diskusikan dengan klien
tentang
Aspek positif yang
dimiliki klien,
keluarga, lingkungan.
Kemampuan yang
dimiliki klien.
2.3 Bersama klien buat daftar
tentang:
Aspek positif klien,
keluarga, lingkungan.
Kemampuan yang
dimilki klien.
Diskusikan tingkat
kemampuan klien menilai
realitas, control diri atau
integritas ego sebagai dasar
asuhan keperawatan.
Reinforcement positif akan
meningkatkan harga diri.
22
2.3 Beri pujian yang realistis,
hindarkan memberi
penilaian negative.
Pujian yang realistis tidak
menyebabkan melakukan
kegiatan hanya karna ingin
mendapat pujian.
3) Klien dapat menilai
kemampuan yang
dimiliki untuk
dilaksanakan.
3. Setelah … kali
pertemuan klien
menyebutkan
kemampuan yang
dapat
dilaksanakan.
3.1 Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dapat
dilaksanakan.
3.2 Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
Keterbukaan dan pengertian
tentang kemampuan yang
dimiliki adalah prasat untuk
berubah.
Pengertian tantang
kemampuan yang dimiliki
diri motivasi untuk tetap
mempertahankan
penggunaannya.
4) Klien dapat
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan kemampuan
yang dimiliki
4. Setelah … kali
pertemuan klien
membuat rencana
kegiatan harian.
4.1 Rencanakan bersama klien
aktifitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan klien:
Kegiatan mandiri
Kegiatan dengan
bantuan
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai
kondisi klien.
Klien adalah individu yang
bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri.
Klien perlu bertindak sevara
realistis dalam
kehidupannya.
23
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
dapat klien lakukan
Contoh peran yang dilihat
klien akan memotivasi klien
untuk melaksanakan kegiata.
5) Klien dapat
melakukan kegiatan
sesuai rencana yang
dibuat.
5. Setelah … kali
pertemuan klien
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang
dibuat.
5.1 Anjurkan klien untuk
meaksanakan kegiatan
yang telah direncanakan.
5.2 Pantau kegitan yang
dilaksanakan klien.
5.3 Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien.
5.4 Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah puang.
Memberikan kesempatan
kepada klien dirumah.
Reinforment positif akan
meningkatkan harga diri.
Memberikan kesempatan
kepada klien untuk tetap
melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan.
6) Klien dapat
memanfaatkan
sistem pendukung
yang ada.
6. Setelah … kali
peremuan klien
memanfaatkan
sistem
pendukung yang
ada di keluarga.
6.1 Beri pendidikan kesehatan
pada keluarga tentang
cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
Mendorong keluarga untuk
mampu merawat klien
mandiri dirumah.
Support system keluarga
akan sangat berpengaruh
dalam mempercepat proses
penyembuhan.
24
6.3 bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
dirumah.
Meningkatkan peran serta
keluarga dalam merawat
klien dirumah.
25
No.
Dx
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Resiko Isolasi
sosial
TUM: Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain.
TUK:
1) Klien dapat
membina hubungan
saling percaya.
1. setelah … kali
pertemuan klien
menunjukkan
tanda-tanda
percaya kepada
perawat:
wajah cerah
tersenyum, mau
berkenalan.
Ada kontak
mata.
Menerima
kehadiran
perawat.
Bersedia
menceritakan
perasaan
1.1Bina hubungan saling
percaya dengan:
Beri salam setiap
berinteraksi
Perkenalkan nama,
nama panggilan
perawat dan tujuan
perawat berinteraksi
Tanyakan nama dan
panggilan kesukaan
klien.
Tunjukkan sikap jujur
dan menepati janji
setiap kali
berinteraksi.
Tanyakan perasaan
dan masalah yang
dihadapi klien.
Buat kontrak interaksi
Hubungan saling percaya
merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.
26
yang jelas.
Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien.
2) Klien mampu
menyebutkan
penyebab menarik
diri.
2. Setelah … kali
pertemuan klien
dapat
menyembutkan
minimal satu
penyebab menarik
diri dari :
Diri sendiri.
Orang lain.
Lingkungan.
2.1 Tanyakan pada kliean
tentang :
Orang yang tinggal
serumah / teman
sekamar klien
Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
Orang yang tidak
dekat dengan klien di
rumah / diruang
perawatan
Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2 Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
Diketahuinya penyebab akan
dapat dihubungkan dengan
factor resipitasi yang dialami
klien.
27
2.3 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
3) Klien mambu
menyebutkan
keuntungan
berhubungan social
dan kerugian
menarik diri.
3. Setelah … kali
pertemuan dengan
klien dapat
menyebutkan
keuntungan
berhubungan
sosial, misalnya:
Banyak teman.
Tidak kesepian.
Bias diskusi.
Saling
menolong.
Dan kerugian menarik
diri, misalnya:
Sendiri.
Kesepian.
Tidak bias
diskusi.
3.1 Tanyakan pada klien
tentang
Manfaat hubungan
social
Kerugian menarik diri
3.2 Diskusi bersama klien
tentang manfaat
berhubungan social dan
kerugian menarik diri.
3.3 Beri pujia terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
Klien harus dicoba
berinteraksi secara bertahap
agar terbiasa membina
hubungan yang sehat dengan
orang lain.
Mengevaluasi manfaat yang
dirasakan klien sehingga
timbul motivasi untuk
berinteraksi.
4) Klien dapat
melaksanakan
hubungan social
4. Setelah … kali
pertemuan klien
dapat
4.1 Observasi perilaku klien
saat berhubungan sosial.
4.2 beri motivasi dan bantu
28
secara bertahap.
melaksanakan
hubungan sosial
secara bertahap
dengan:
Perawat.
Perawat lain.
Klien lain.
Kelompok.
klien untuk berkenlan /
berkomunikasi dengan:
Perawat lain
klien lain
kelompok
4.3 Libatkan klien daln
Terapi Aktivitas
Kelompok Sosial.
4.4 diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi.
4.5 Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat.
4.6 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya melalui
aktivitas yang
dilaksnakan.
29
5) Klien mampu
menjelaskan
perasaannya setelah
berhubungan soaial.
5. Setelah … kali
pertemuan klien
dapat menjelaskan
perasaannya
setelah
berhubungan sosial
dengan:
Orang lain.
Kelompok.
5.1 Diskusikan dengan klien
tentang perasaannya
setelah berhubungan
sosial dengan:
Orang lain.
Kelompok.
5.2 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
6) Klien mendapat
dukungan keluarga
dalam memperluas
hubungan sosial.
6.1 Setelah … kali
pertemuan
keluarga dapat
menjelaskan
tentang:
Pengertian
menarik diri.
Tanda dan
gejala menarik
diri.
Penyebab dan
akibat menarik
diri.
Cara merawat
klien menarik
6.1 Diskusikan pentingnya
peran serta keluarga
sebagai pendukung untuk
mengatasi perilaku
menarik diri.
6.2 Diskusikan potensi
keluarga untuk membantu
klien mengatasi perilaku
menarik diri.
6.3 Jelaskan pada keluarga
tentang:
Pengertian menarik
diri.
Tanda dan gejala
30
diri.
6.2 Setelah … kali
pertemuan
keluarga dapat
memperaktekkan
cara merawat klien
menarik diri.
menarik diri.
Penyebab dan
akibat menarik diri.
Cara merawat klien
menarik diri.
6.4 Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri.
6.5 Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatih.
6.6 Beri motivasi keluarga
agar membantu klien
untuk bersosialisasi.
6.7Beri puji kepada keluarga
atas keterlibatannya
merawat klien di rumah
sakit.
7) Klien dapat
memanfaatkan obat
dengan baik.
7.1 Setelah … kali
pertemuan klien
dapat
menyebutkan:
Manfaat minum
7.1 Diskusikan dengan klien
tentang manfaat dan
kerugian tidak minum
obat, nama, warna, dosis,
cara, efek terapi dan efek
31
obat.
Kerugian tidak
minum obat.
Nama, warna,
dosis, efek
terapi dan efek
samping obat.
7.2 Setelah … kali
pertemuan klien
dapat
mendemonstrasika
n pengguanaan
obat dengan benar.
7.3 Setelah … kali
pertemuan klien
dapat menyebutkan
akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dokter.
samping penggunaan
obat.
7.2 Pantau klien saat
penggunaan obat.
7.3 Beri pujian jika klien
menggunakan obat
dengan benar.
7.4 Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dengan
dokter.
7.5 Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal-hal yang tidak
di inginkan.
32
I. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan adalah permulaan dan perwujudan dari
perencanaan keperawatan. Jenis tindakan pada penatalaksanaan
keperawatan ini terdiri dari tindakan mandiri. Saling ketergantungan atau
kolaborasi dan tindakan rujukan atau ketergantungan. Pelaksanaan
keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan (Ernawati,
dkk, 2009).
1. Komunikasi Terapeutik
Menurut stuart G, W, 2009 menjelaskan bahwa dalam prosesnya
komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahap yaitu: tahap
persiapan atau tahap prainteraksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap
kerja dan tahap terminasi. Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik terdiri
dari :
a. Fase Prainteraksi
Prainteraksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengekplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga
kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan
klien dapat dipertanggung jawabkan. Tugas tambahan pada fase ini
adalah melakukan pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
tentang klien dan menentukan kontrak pertama.
b. Fase Perkenalan atau Orientasi
Fase ini mulai dengan pertemuan dengan kilen dalam memulai
hubungan, tugas utama pada fase hubungan ini adalah membina
hubungan rasa saling percaya, pengertian, penerimaan, dan
berkomunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien.
Membuat kontrak merupakan proses timbal balik dimana klien
berpartisipasi secara penuh. Kontrak dimulai dengan perkenalan
perawat dan klien, saling mengenalkan nama, penjelasan tentang
peran termasuk tanggung jawab dan harapan klien dan perawat,
kesepakatan tentang tujuan dan kerahasiaan.
33
c. Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dank lien mengeksplorasikan atau menggali
stressor yang tepat dan mendorong atau meningkatkan
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi,
pikiran, perasaan, dan perubahan klien. Perubahan perilaku
maladaptif menjadi perilaku adaptif merupakan fokus pada fase ini.
d. Fase Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari
hubungan terapeutik antara perawat dank lien. Tugas perawat pada
fase ini adalah menghadapi realitas persiapan yang tidak dapat
diingkari. Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep
proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif
dalam membantu klien mengembangkan koping kesiapan.
2. TAK Stimulasi Persepsi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative
penyelesaikan masalah.
a. Tujuan :
Tujuan umum
TAK stimulasi persepsi: Harga Diri Rendah adalah klien
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.
Tujuan khusus
1) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan.
2) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
3) Klien dapat menilai hal positif dirinya yang dapat digunakan.
4) Klien dapat memilih hal positif dirinya yang akan dilatih.
5) Klien dapat melatih hal positif dirinya yang telah dilatih.
34
6) Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah
dilatih.
b. Aktivitas dan indikasi
Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan
stimulus nyata sehari-hari, stimulus nyata dan respons yang dialami
dalam kehidupan, stimulus yang tidak nyata dan respons yang
dialami dalam kehidupan, serta stimulus nyata yang mengakibatkan
harga diri rendah.
1) Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari.
a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi persepsi:
menonton televisi.
b) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi:
membaca majalah/Koran/artikel.
c) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi:
melihat gambar.
Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien perubahan
sensori persepsi dan klien menarik diri (isolasi social) yang telah
mengikuti TAKS.
2) Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respons yang
dialami dalam kehidupan.
Aktivitas ini khususnya untuk klien perilaku kekerasan.
Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu:
a) Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mengenal
kekerasan yang biasa dilakukan (penyebab; tanda dan
gejala; perilaku kekerasan; akibat perilaku kekerasan).
b) Terapi Aktivitas Kelompok.
3) Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respons
yang dialami dalam kehidupan
Aktivitas mempersepsikan stimulasi tidak nyata dan respons
yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk klien
halusinasi.
35
Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu:
a) Terapi Aktivitas Kelopmpok stimulasi persepsi: mengenal
halusinasi.
b) Terapi Aktifitas Kelompok stimulasi persepsi:
mengusir/menghardik halusinasi.
c) Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
d) Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap.
e) Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mengontrol
halusinasi dengan patuh minum obat.
Klien yang mempunyai indiksi TAK ini adalah klien
halusinasi.
4) Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan
Harga Diri Redah.
Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu:
a) Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi:
mengidentifikasi aspek yag membantu harga diri rendah
dan aspek positif kemampuan yang dimiliki selama hidup
(dirumah dan dirumah sakit).
b) Terapi Aktvitas Kelompok stimulasi persepsi: melatih
kemampuan yang dapat digunakan dirumah sakit dan
dirumah.
c. TAK stimulasi
Dibagi menjadi dua sesi yaitu:
Sesi 1 : Mengidentifikasi hal yang positif pada diri.
Sesi 2 : Melatih hal yang positif pada diri yang telah dipilih.
36
J. Evaluasi Keperawatan (Ernawati, dkk, 2009)
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat
dibagi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai
melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau simotif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan umum, dan tujuan khusus yang
telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola piker, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontraindikasi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.
Evaluasi keperawatan pada masalah Konsep Diri: Harga Diri Rendah :
1. Klien mampu mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
2. Klien mampu memilih hal positif dirinya yang dapat digunakan.
3. Klien mampu memilih hal positif diri yang akan dilatih atau
dilakukan.
4. Klien mampu memperagakan hal positif diri yang telag dipilihnya.
5. Klien mampu menjadwalkan penggunaan kemampuan atau hal positif
diri yang telah dilatih atau dilakukan.
37
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menyajikan pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn./Ny.
Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah yang di rawat di Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, yang dimulai pada tanggal 23 s/d 25 mei 2017
dengan melalui pendekatan dan proses keperwatan yang diawali dengan
pengkajia, analisa data, diagnose keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi. Untuk mendapatkan data yang sesuai dalam
mendukung karya tulis ilmiah ini, penulis melakukan metode wawancara dengan
pasien, melalui pendekatan dan mencari fakta-fakta dan data pendukung dri pasien
(Gangguan Konsep Diri:Harga Diri Rendah)
A. Pengkajian
Terlampir
1. Data dasar
2. Resume kasus tanggal 23 s/d 25 mei 2017
Nama klien Ny. F berusia 39 tahun, status belum menikah (masih gadis),
pasien beragama islam, suku berasal dari padang, pendidikan terakhir S1
management, pasien memiliki pekerjaan sebagai staf disalah satu RS, klien
tinggal di Bekasi Timur yang beralamat di Jl. Haji anwar no.80
Pasien rawatan yang ke 8, pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender selama 1 minggu dengan alasan masuk tidak mau minum
obat, pasien masuk Rumah Sakit Jiwa Islam Klender diantar oleh
keluarganya (ibunya) pada tanggal 22 Mei 2017 dengan alasan masuk “klien
gelisah sudah 4 hari, ingin selalu berpergian tapi tidak tau tujuannya
kemana, cemas berlebihan, curiga terhadap ibu dan keluarganya, keluarga
mengatakan klien suka marah-marah tidak jelas dan klien tidak mau
meminum obat dengan alasan haid yang tidak lancara dikarnakan selalu
mengkonsumsi obat-obat tersebut”. Pada saat dikaji tanggal 23 Mei 2017
klien mengatakan selalu ingin pulang, merasa malu dan minder sama orang
lain dan keluarganya karena klien belum menikah di usia yang sekarang ini
38
39 tahun, klien mengatakan ingin segera menikah, mempunyai pasangan
serta anak, klien mengatakan sudah bekerja di salah satu Rumah Sakit, klien
mengataka suka mengikuti kegiatan pengajian di Al-azar setiap 1 minggu
sekali, klien mengatakan sudah sering keluar masuk Rumah Sakit, klien
mengatakan tidak mau minum obat karna haidnya yang tidak lancara karna
sering mengkonsusi obat-obat tersebut, klien mengatakan sedih karena
belum dijenguk oleh keluarganya, kontak mata kurang, klien selalu
menghindar ketika ingin di ajak bicara oleh perawat, klien selalu
memalingkan wajahnya kebawah tidak mau menatap perawat, klien tampak
selalu menyendiri dan berdiam diri dikamar, wajah klien tampak murung.
Klien adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien tinggal berdua dengan
ibunya, karna ayahnya sudah meninggal dunia kurang lebih 10 tahun yang
lalu dan sedangkan kakak serta adiknya sudah berkeluarga semua, oleh
karna itu klien merasa minder dan malu karena belum menikah sampai saat
ini di usia 39 tahun. Dalam anggota keluarga klien tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa, baik dari pihak anggota keluarga ibu ataupun
dari pihak anggota keluarga ayahnya. Keluarga klien mengatakan selama
dirumah klien jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar rumah, klien
keluar rumah hanya untuk bekerja dan mengikuti kelompok pengajian di al-
azar, klien tidak pernah ikut kegiatan masyarakat didaerah rumahnya.
Keluarga klien mengatakan klien orang yang sangat tertutup jika ada
masalah tidak pernah cerita dengan ibu atau anggota keluarga lainnya
(kakak/adiknya), klien lebih memilih memendam masalahnya sendiri. klien
mengatakan orang yang paling berarti dalam dirinya adalah alm ayahnya
karena menurut klien ayahnya adalah orang yang sangat baik dan sayang
kepada pasien. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD
110/80 mmHg, N 100 x/m, SH 36,5°C, RR 18 x/m.
Pasien berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender dibawa oleh ibunya
karena tidak mau minum obat dikarnakan haid yang tidak lancar. Untuk
kebutuhan dasar seperti makan, minum, berpakaian, mandi, BAB/BAK klie
dapat melakukan secara mandiri.
39
Terapi medikal
Oral:
a. Clozapine 25 mg tablet 2x1
b. Seroquel 200 mg tablet 1x1
c. Heximer 2 mg tablet 1x1
3. Data Fokus
Data subjektif Data objektif
1. Klien mengatakan merasa malu
dan minder sama orang lain dan
keluarganya karena belum
menikah.
2. Klien mengatakan tidak percaya
diri.
3. Klien mengatakan belum
mempunyai pasangan saat ini.
4. Klien mengatakan tidak mau
diajak bicara.
5. Klien mengatakan ingin
tidur/istirahat ketika ingin diajak
ngobrol oleh perawat.
6. Klien mengatakan sudah sering
bolak-balik masuk kerumah
sakit, dan sekarang sudah
rawatan yang ke 8.
7. Klien mengatakan tidak mau
minum obat “karena haid nya
yang tidak teratur dikarenakan
sering mengkonsumsi obat”.
8. Keluarga klien mengatakan
klien mengatur sendiri tentang
pengobatannya.
9. Keluarga klien mengatakan
saat dirumah klien selalu
marah-marah.
10. Klien mengatakan belum
dijenguk lagi oleh keluarganya
selama dirawat di Rumah Sakit
1. Kontak mata klien kurang
2. Ekspresi wajahwajah klien
tampak murung.
3. Klien tampak selalu menyendiri.
4. Klien selalu memalingkan
pandangannya saat diajak
ngobrol oleh perawat.
5. Klien tampak kurang
berkomunikasi.
6. Klien tampak selalu berdiam
diri dikamar.
7. Klien tampak menghindar saat
diajak ngobrol.
8. Klien lebih sering memalingkan
ajah dan menundukkan
kepalanya.
9. Klien tampak melamun.
10. Pandangan mata kliean
kosong.
11. Kliean tampak sensitive ketika
disinggung soal pernikahan.
12. Klien tampak berbicara keras.
13. Pandangan mata klien tampak
tajam.
14. Ekspresi wajah klien tampak
kesal.
15. Klien tampak sedih.
16. Klien tampak murung.
17. Klien pernah dirawat
sebelumnya di Rumah Sakit
40
Jiwa Islam Klender.
11. Keluarga klien mengatalan
ketika klien marah-marah
keluarganya hanya
mendiaminya dan
mengabaikannya.
12. Klien mengatakan belum
menikah.
13. Klien mengatakan ingin
mempunyai anak dan keluarga
dengan pasangan. Tapi
sekarang diusia 39 tahun klien
belum menikah, memiliki
pasangan dan anak.
Jiwa Islam Klender selama 1
minggu.
18. Menurut keluarga klien
menolak minum obat dan lien
lebih memilih minum obat
herbal
19. Klien tampak malu dan ragu
untuk menceritakan statusnya.
20. Pemeriksaan fisik didapatkan
hasil :
TD : 110/80 MMhG
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Pernafasan : 18x/menit
21. Mendapatkan terapi medikal
Clozapine tablet 2x1
Seroquel tablet 1x1 (sore)
Heximer tablet 1x1 (pagi)
22. Klien tampak diam
23. Klien soerang sarjana S1
Management.
24. Klien sudah bekerja sebagai
staff di salah satu RS.
25. Klien mengikuti kegiatan
mengaji di Al-azar.
41
4. Analisa Data
Nama klien : Ny. F
Usia : 39 tahun
Tanggal/jam Data Fokus Masalah Keperawatan
23 mei 2017
Jam 09.00
Data subjektif:
1. Klien mengatakan merasa
malu dan minder sama orang
lain dan kelurganya karena
belum menikah.
2. Klien mengatakan tidak
percaya diri.
3. Klien mengatakan belum
mempunyai pasangan saat ini
Data objektif :
1. Kontak mata klien kurang.
2. Klien tampak sedih.
3. Ekspresi wajah klien tampak
murung.
4. Klien tampak selalu
menyendiri.
5. Klien selalu memalingkan
pandangannya saat diajak
ngobrol
6. Klien selalu menghindar ketika
ingin diajak ngobrol oleh
perawat.
Gangguan konsep diri:
Harga Diri Rendah
23 mei 2017
Jam 09.30
Data subjektif :
1. Klien mengatakan tidak mau
diajak bicara.
2. Klien mengatakan ingin
tidur/istirahat ketika ingin
Resiko Isolasi Sosial :
menarik diri
42
diajak ngobrol oleh perawat.
Data objektif :
1. Klien tampak kurang
berkomunikasi.
2. Klien tampak selalu berdiam
diri dikamar.
3. Klien tampak menghindar saat
diajak ngobrol oleh perawat.
4. Klien lebih sering
memalingkan wajah dan sering
menundukkan kepalanya.
5. Klien tampak sedih.
6. Klien tampak melamun.
7. Klien tampak murung.
8. Pandangan mata klien tampak
kosong.
23 mei 2017
Jam 10.30
Data subjektif :
1. Keluarga klien mengatakan
saat dirumah klien selalu
marah-marah.
2. Keluarga klien mengatakan
saat dirumah klien selalu kesal
dengan orang lain ataupun
keluarganya.
Data objektif :
1. Klien tampak sensitive ketika
disinggung soal pernikahan.
2. Klien tampak berbicara keras.
3. Pandangan mata klien tampak
tajam.
Resiko perilaku
kekerasan
43
4. Ekspresi wajak klien tampak
kesal.
23 mei 2017
Jam 11.00
Data subjektif :
1. Klien mengatakan sudah
sering bolak balik masuk ke
rumah sakit dan sekarang
sudah rawatan yang ke 8.
2. Klien mengatakan tidak mau
minum obat “karena haid nya
yang tidak teratur dikarnakan
sering mengkonsusi obat”.
3. Keluarga mengatakan klien
mengatur sendiri tentang
pengobatannya.
Data objektif :
1. Klien pernah dirawat
sebelumnya di Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender selama 1
minggu.
2. Menurut keluarga, klien
menolak minum obat dan klien
lebih memilih minum obat
herbal.
Regiment therapy in
efektif
23 mei 2017
Jam 11.30
Data subjektif :
1. Klien mengatakan belum
dijenguk lagi oleh keluarganya
selama dirawat di Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender.
2. Ketika klien marah-marah,
keluarga hanya mendiami dan
mengabaikannya.
Mekanisme koping
keluarga tidak efektif
44
Data objektif :
1. Klien tampak diam.
2. Klien tampak sedih.
3. Klien tampak murung.
23 mei 2017
Jam 12.00
Data subjektif :
1. Klien mengatakan belum
menikah.
2. Klien mengatakan ingin
mempunyai anak dan keluarga
dengan pasangan. Tetapi
diusia yang 39 tahun klien
belum menikah, memiliki anak
dan pasangan.
Data objektif :
1. Klien tampak malu dan ragu
untuk menceritakan statusnya.
2. Klien seorang sarjana S1
Management.
3. Klien sudah bekerja sebagai
staff di salah satu rumah sakit.
4. Klien suka mengikutin.
kegiatan pengajian di al-azar.
Gangguan ideal diri
45
B. Pohon masalah
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan
pohon masalah pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah
sebagai berikut.
Resiko Perilaku Kekerasa Resiko isolasi sosial:
Menarik diri C
Regiment therapy CP
In efektif
Mekanisme koping P
Keluarga tidak efektif
Gangguan ideal diri
C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Resiko Isolasi sosial: menrik diri
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Koping keluarga tidak efektif
5. Regiment therapy in efektif
6. Gangguan ideal diri
Gangguan konsep diri :
Harga Diri Rendah
46
D. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan sistematis, mencangkup pembuatan keputusan dan penyelesaian
masalah. Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan menyatakan diagnose sebagai petunjuk dalam
merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau
menghilangkan masalah kesehatan klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010)
No.
Dx
Diagnosa
Keperawatan
Perncanaan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan Konsep
Diri : Harga Diri
Rendah
TUM: Klien memiliki
konsep diri yang positif.
TUK:
7) Klien dapat membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat.
2. Setelah 3 kali
pertemuan klien
menunjukkan ekspresi
wajah bersahabat,
menunjukkan rasa
senang, ada kontak
mata, mau berjabat
tangan, mau
menyebutkan nama,
mau menjawab salam,
klien mau duduk
berdampingan dengan
7. Bina hubungan saling
percaya dengan
menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik:
Sapa klien dengan
ramah, baik verbal
maupun non verbal.
Perkenalkan diri
dengan sopan.
Tanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang
Hubungan saling
percaya merupakan
dasar untuk
kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.
47
perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi.
disukai klien.
Jelaskan tujuan
pertemuan.
Jujur dan menepati
janji.
Tunjukkan sikap
empati dan menerima
klien apa adanya.
Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien.
8) Klien
mengidentifikasi
aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki.
8. Setelah 3 kali
pertemuan klien
menyebutkan:
Aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki klien.
Aspek positif
keluarga.
Aspek positif
lingkungan klien.
2.1 Diskusikan dengan klien
tentang
Aspek positif yang
dimiliki klien,
keluarga,
lingkungan.
Kemampuan yang
dimiliki klien.
2.3 Bersama klien buat
daftar tentang:
Aspek positif klien,
keluarga,
lingkungan.
Diskusikan tingkat
kemampuan klien
menilai realitas,
control diri atau
integritas ego sebagai
dasar asuhan
keperawatan.
Reinforcement positif
akan meningkatkan
harga diri.
48
Kemampuan yang
dimilki klien.
2.3 Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian
negative.
Pujian yang realistis
tidak menyebabkan
melakukan kegiatan
hanya karna ingin
mendapat pujian.
9) Klien dapat menilai
kemampuan yang
dimiliki untuk
dilaksanakan.
9. Setelah 3 kali
pertemuan klien
menyebutkan
kemampuan yang dapat
dilaksanakan.
3.1 Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dapat
dilaksanakan.
3.2 Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
Keterbukaan dan
pengertian tentang
kemampuan yang
dimiliki adalah prasat
untuk berubah.
Pengertian tantang
kemampuan yang
dimiliki diri motivasi
untuk tetap
mempertahankan
penggunaannya.
10) Klien dapat
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan kemampuan
yang dimiliki
10. Setelah 3 kali
pertemuan klien
membuat rencana
kegiatan harian.
4.1 Rencanakan bersama
klien aktifitas yang dapat
dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan klien:
Kegiatan mandiri
Klien adalah individu
yang bertanggung
jawab terhadap
dirinya sendiri.
49
Kegiatan dengan
bantuan
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien lakukan
Klien perlu bertindak
sevara realistis dalam
kehidupannya.
Contoh peran yang
dilihat klien akan
memotivasi klien
untuk melaksanakan
kegiata.
11) Klien dapat
melakukan kegiatan
sesuai rencana yang
dibuat.
11. Setelah 3 kali
pertemuan klien
melakukan kegiatan
sesuai jadwal yang
dibuat.
5.1 Anjurkan klien untuk
meaksanakan kegiatan
yang telah
direncanakan.
5.2 Pantau kegitan yang
dilaksanakan klien.
5.3 Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien.
5.4 Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah puang.
Memberikan
kesempatan kepada
klien dirumah.
Reinforment positif
akan meningkatkan
harga diri.
Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.
50
12) Klien dapat
memanfaatkan sistem
pendukung yang ada.
12. Setelah 3 kali peremuan
klien memanfaatkan
sistem pendukung yang
ada di keluarga.
6.1 Beri pendidikan
kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat
klien dengan harga diri
rendah.
6.2 Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama klien dirawat.
6.3 bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
dirumah.
Mendorong keluarga
untuk mampu
merawat klien
mandiri dirumah.
Support system
keluarga akan sangat
berpengaruh dalam
mempercepat proses
penyembuhan.
Meningkatkan peran
serta keluarga dalam
merawat klien
dirumah.
51
E. Penatalaksanaan Keperawatan
berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien (Ny. F) dengan
masalah gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah dapat evaluasi sebagai
berikut :
Hari
Tgl/J
am
No.
Dx
KEP/
TUK
Implementasi
tindakan
keperawatan
Evaluasi
( S O A P )
Nama/
Paraf
Selasa
, 23
mei
2017
J: 11
Dx :1
Sp :1
Point :
1-2
1. Mengidentifikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki.
2. Membantu klien
menilai
kemampuan klien
yang masih dapat
digunakan.
3. Membantu klien
memilih kegiatan
yang akan dilatih
sesuai dengan
kemampuan klien.
Subjektif :
Klien mengatakan
saat dirumah klien
suka “menonton tv,
mencuci baju dan
piring, merapihkan
tempat tidur, sholat,
bekerja dan
mengikuti kegiatan
pengajian di al-
azar”.
Klien mengatakan
masih mampu
merapihkan tempat
tidurnya dan
mengaji sesudah
selesai sholat.
Klien mengatakan
selama di rumah
sakit kegiatan yang
masih dapat
digunakan adalah
merapihkan tepat
tidur.
Objektif
Klien mampu
menyebutkan
kemampuan yang
dimiliknya seperti:
“menonton tv,
memcuci baju dan
sonia
52
piring, merapihkan
tempat tidur, sholat,
bekerja dan
mengikuti kegitan
pengajian di al-
azar”
Klien tampak
mampu menilai
kegiatan yang masih
bisa digunakan di
rumah sakit seperti
“merapihkan tempat
tidur dan mengaji”.
Kontak mata klien
kurang.
Pasien berbicara
pelan dan lembut.
Klien tampak selalu
ingin menyudahi
pembicaraan dengan
perawat.
Analisa
Sp 1 point 1-3 teratasi.
Planning
Pasien diharapkan
mampu
menyebutkan
kemampuan dan
aspek positif yang
dimilikinya seperti:
“menonton tv,
memcuci baju dan
piring, merapihkan
tempat tidur, sholat,
bekerja dan
mengikuti kegitan
pengajian di al-
azar”
Pasien diharapkan
dapat menilai
kemampuan yang
masih dapat
digunakan seperti:
“merapihkan tempat
tidur dan mengaji”
Perawat dapat
53
memberikan
motivasi kepada
pasien dalam
menyebutkan
kemampuan dan
aspek positif yang
dimilikinya.
Rabu,
24
mei
2017
J: 12
Dx : 1
Sp : 1
Point:
4-6
4. Melatih pasien
sesuai kemampuan
yang dipilih.
5. Memberikan
pujian yang wajar
terhadap
keberhasilan
pasien.
6. Menganjurkan
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian.
Subjektif
Klien mengatakan
kegiatan yang masih
dapat digunakan di
rumah sakit adalah
merapihkan tempat
tidur dan kadang
mengaji sehabis
sholat.
Klien mengatakan
senang melakukan
kegiatan bersama.
Klien mengatakan
akan memasukkan
kegiatan dalam
jadwal kegiatan
harian.
Objektif
Klien tampak
senang setelah
memperaktekkan
kegiatan yang telah
dipilihnya
Klien membuat
jadwal kegiatan
bersama perawat.
Analisa
Sp 1 point 4-6 teratasi.
Lanjut Sp 2.
Planning
Pasien diharapkan
dapat memilih
sonia
54
kemampuan yang
dimilikinya seperti:
“merapihkan tempat
tidur dan mengaji
2x1 sehari pagi dan
sore”
Perawat dapat
memotivasi agar
pasien selalu
melakukan kegiatan
positif yang telah
dimilikinya.
Kami
s/25
mei
2017
J: 13
Dx : 1
Sp 2
1. Mengevluasi
jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Melatih ke
mampuan yang
kedua pasien.
3. menganjurkan
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
Subjektif
Klien mengatakan
suka membaca
surat-surat pendek.
Klien mengatakan
kadang-kadang suka
membaca surat-
surat pendek setelah
melaksanakan
sholat.
Klien mengatakan
ketika lagi sendiri
dikamar klien suka
mengaji.
Objektif
klien tampak sedang
membaca surat-
surat pendek.
Klien tampak
tenang.
Wajah klien tampak
tidak tegang.
Analisa
Sp 2 teratasi.
Planning
Sonia
55
Pasien diharapkan
dapat melakukan
kemampuan yang di
milikinya seperti:
merapihkan tempat
tidur dan mengaji
2x1 pagi dan sore”
Perawat memotivasi
klien agar selalu
melakukan hal-hal
yang positif sesuai
dengan kemampuan
klien
Kami
s/25
Mei
2017
J: 13
Dx. 5
Regim
ent
therap
y in
efektif
1. Memotivasi klien
untuk minum obat
teratur.
2. Menganjurkan
kilen untuk minum
obat tepat waktu
dan sesuai dosisi
yang sudah
ditentukan oleh
dokter.
Subjektif :
Klien mengatakan
dapat minum obat
dengan teratur 2x1
sesudah makan.
Klien mengatakan
minum obat tepat
waktu saat pagi dan
sore hari sesuai
dengan dosisi yang
diberikan oleh
dokter.
Objektif :
Klien tampak mau
minum obat 2x1
pagi dan sore.
Klien tampak mau
minum obat sesuai
dengan program
dokter.
Analisa
masalah tidak teratasi
planning
diharapkan klien
mampu dan mau
meminum obat
secara teratur.
Perawat mampu
sonia
56
memotivasi kepada
klien agar selalu
minum obat dengan
teratur tidak hanya
di rumah sakit tapi
ketika klien sudah
di rumah.
F. Evaluasi Keperawatan
Setelah melakukan tidakan keperawatan kepada Ny. F maka penulis akan
membuat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tahapan-
tahapan perkembangan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh
penulis, evaluasi ini disesuaikan dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang
telah direncanakan.
No Hari/tgl No. Dx
kep
Catatan perkembangan Paraf
1. selasa/
23 mei
2017
Dx 1 Subjektif
Klien mengatakan “saat dirrumah
suka menonton tv sendiri,
merapihkan rumah, mencuci piring
dan baju, merapihkan tempat tidur
serta suka mengaji”.
Klien mengatakan memiliki
kemampuan merapihkan tempat
tidur, memcuci baju dan piring
serta mengaji.
Klien mengatakan selama di rumah
sakit kegiatan yang masih dapat
digunakan adalah merapihkan tepat
tidur.
Objektif
Klien mampu menyebutkan
kemampuan yang dimiliknya .
Klien tampak mampu menilai
kegiatan yang masih bisa
digunakan di rumah sakit seperti
“merapihkan tempat tidur”.
Sonia
57
Kontak mata klien kurang.
Pasien berbicara pelan dan lembut.
Klien tampak selalu ingin
menyudahi pembicaraan dengan
perawat.
Analis
Masalah Sp 1 point 1-3 teratasi.
Planning
Lanjutkan Sp 1 point 4-6
Memotivasi pasien untuk
melakukan kegiatan merapihkan
tempat tidur dan mengaji pada pagi
dan sore hari.
2. Rabu/ 24
mei
2017
Dx 1 Subjektif
Klien mengatakan kegiatan yang
masih dapat digunakan di rumah
sakit adalah merapihkan tempat
tidur dan kadang mengaji sehabis
sholat.
Klien mengatakan senang
melakukan kegiatan bersama.
Klien mengatakan akan
memasukkan kegiatan dalam
jadwal kegiatan harian.
Objektif
Klien tampak senang setelah
memperaktekkan kegiatan yang
telah dipilihnya
Klien membuat jadwal kegiatan
bersama perawat.
Analisa
Masalah Sp 1 point 4-6 teratasi
Planning
Lanjutkan Sp 2
Mempertahankan kegitan harian
pasien minimal melaksanakan
shalat 5 waktu.
Sonia
58
3.
Kamis/
25 mie
2017
Dx 1
Subjektif
Klien mengatakan suka membaca
surat-surat pendek.
Klien mengatakan kadang-kadang
suka membaca surat-surat pendek
setelah melaksanakan sholat.
Klien mengatakan ketika lagi
sendiri dikamar klien suka
mengaji.
Objektif
klien tampak sedang membaca
surat-surat pendek.
Klien tampak tenang.
Wajah klien tampak tidak tegang.
Analisa
Sp 2 teratasi.
Planning
Pertahankan intervens. Dan
memotivasi pasien setiap hari untuk
melakukan penghafalan surat-surat
pendek setiap hari.
Sonia
4. 25 Mei
2017
Dx. 5 Subjektif :
Klien mengatakan dapat minum
obat dengan teratur 2x1 sesudah
makan.
Klien mengatakan minum obat
tepat waktu saat pagi dan sore hari
sesuai dengan dosisi yang
diberikan oleh dokter.
Objektif :
Klien tampak mau minum obat
2x1 pagi dan sore.
Klien tampak mau minum obat
sesuai dengan program dokter.
59
Analisa
masalah tidak teratasi
planning
diharapkan klien mampu dan mau
meminum obat secara teratur.
Diharapkan perawat mampu
memotivasi kepada klien agar
selalu minum obat dengan teratur
tidak hanya di rumah sakit tapi
ketika klien sudah di rumah.
60
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas berbagai kesenjangan yang terjadi antara
teori yang ada didalam landasan teori dengan tinjauan kasus, faktor-faktor
penghambat dan pendukung serta alternativ pemecahan masalah yang ditemukan
dalam melakukan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Pasien Ny. F dengan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
Jakarta Timur selam tiga hari dari tanggal 23 s/d 25 mei 2017, sesuai dengan
konsep dasar dan tahap-tahap dalam proses keperawata terdiri dari pengkajian,
diagosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Jiwa pada Ny. F dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah yang dirawat
di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Pembahasan ini berdasarkan
tinjauan teoritis pada bab II dan dibandingkan dengan tunjauan kasus pada bab III,
dimana akan dikemukakan mengenai persamaan, kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi dan factor-faktor penghambat yang ditemukan pada aspek keperawatan
sesuai dengan tahap-tahap dalam proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 s/d 25 Mei 2017 dilakukan untuk
mengumpulkan data agar diketahui permasalahan yang ada pada klien, data
tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara langsung terhadap klien,
melihat status dan informasi dari perawat ruangan berdasarkan kasus yang
ada dilapangan, penulis menemukan factor yang menyebabkan terjadinya
gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah cintra tubuh, ideal tubuh,
harga diri, peran dan identitas diri. Pada tahap pengkjian ini, untuk
61
mendapatkan data yang adekuat mengenai masalah klien. Penulis melakukan
pengkaijan secara menyeluruh meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan
spiritual, dalam proses pengambilan data penulis selalu mengatadakan
kontrak yang singkat (15-25 menit), dan dengan observasi, wawancara
langsung terhadap klien, informasi dari status klien dan informasi dari
perawat ruangan yang merawat klien. Pengkajian ini disesuaikan dengan
format pengkajian yang telah digunakan dalam mendapatkan data dari klien.
Pengkajian pada pasien gangguan jiwa meliputi meliputi factor predisposisi,
factor presipitasi, prilaku dan mekanisme koping.
Faktor predisposisi dalam tinjauan teoritis pada pasien dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah meliputi Citra tubuh (kehilangan atau
kerusakan bagian tubuh, perubahan bentuk, ukuran, dan penampilan tubuh
akibat tumbuh kembang atau penyakit). Harga diri (penolakan, kurangnya
penghargaan, persaingan antara keluarga, kesalahan dan kegagalan berulang,
tidak mampu mencapai standar). Ideal diri (cita-cita yang terlalu tinggi,
harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan, ideal diri samara tau tidak jelas).
Peran (tuntutan peran kerja, harapan peran kultural). Identitas diri (ketidak
percayaan orang tuan, tekanan dari teman sebaya, perubahan struktur sosial).
Sedangkan yang ada pada kasus Ny. F adalah pertama harga diri karena klien
merasa malu dan minder pada orang lain ataupun keluarganya karena belum
menikah serta pasangan, sedangkan kakak dan adiknya sudah berkeluarga
semua dan mempunyai anak, dan yang kedua adalah ideal diri karena klien
mengharakan untuk segera menika, mempunyai pasangan serta anak,
sedangkan saat ini klien belum menika di usia yang ke 39 tahun.
Sedangkan yang ada pada Faktor Presipitasi dalam teori adalah Konflik
peran (peran yang diinginkan individu sedang diduduki individu lain), Peran
yang tidak jelas (individu diberikan peran yang kabur, sesuai perilaku yang
diharapkan), Peran yang tidak sesuai (individu dalam proses peralihan
mengubah nilai dan sikap), Peran berlebih (individu memiliki banyak peran
dalam kehidupannya), Trauma ( penganiayaan seksual dan psikologis atau
62
menyaksikan peristiwa yang mangancam kehidupan), Ketegangan peran
(peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai
frustasi). Sedangkan yang ada pada kasus Ny. F adalah ketegangan peran
karena klien merasa frustasi di usia 39 tahun belum menikah dan mempunyai
pasangan serta anak, maka dari itu klien berkeinginan ingin segera menikah
dan mempunyai pasangan serta anak.
Perilaku pasien dengan masalah Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
pada teori adalah Citra tubuh (menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh
tertentu, menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatan atau cacat
tubuh), Harga diri rendah (ganggua berhubungan, merasa diri paling penting,
mudah tersinggung atau marah, menarik diri secara sosial), Kerancuan
identitas (hubungan interpersonal yang eksploitatif, perasan hampa, perasaan
mengambang tentang diri). Sedangkan pada kasus Ny. F adalah harga diri
rendah karena klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain, klien merasa
malu dan minder karena belum menika di usia 39 tahun, selama di rumah
klien hanya keluar untuk bekerja dan mengikuti kegiatan kelompok mengaji,
klien lebih sering berdiam diri dikamar.
Mekanisme koping yang ada pada teori gangguan konsep diri: harga diri
rendah adalah pertahanan jangka pendek yaitu aktivitas yang memberikan
pelarian sementara dari masalah gangguan konsep diri (contoh bekerja keras,
menonton tv, konser music), aktivitas yang memberikan identitas pengganti
sementara (contoh ikut dalam club sosial, agama, politik, kelompok, gerakan
atau geng), aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu (contoh olahraga, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas), sedangkan pertahanan jangka panjang adalah
penutupan identitas (identitas yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa
memperhatikan keinginan individu), identitas negative (asumsi identitas yang
tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat). Sedangkan
mekaisme koping yang dugunakan oleh Ny. F adalah pertahanan jangka
pendek karena klien menyibukan dirinya dengan beraktifitas menonton tv
63
ketika dirumah, dan keluar rumah hanya untuk bekerja dan mengikuti
kegiatan kelompok pengajian.
Faktor pendukung : yang penulis lihat dan rasakan pada pngkajian konsep
diri: harga diri rendah pada pasien adalah pada tahap pengkajian awal, klien
terlihat kooperatif, mau diajak cakap-cakap. Sedangkan faktor penghambat :
yang penulis temukan dalam melakukan pengkajian yaitu waktu yang sangat
terbatas, data-tada yang kurang lengkap dan penulis tidak bertemu langsung
dengan keluarganya. Sehingga penulis tidak mendapatkan data-data yang
akurat, hanya mendapat data dari klien sendiri, status klien dan kardek klien
diruangan. Untuk itu penulis mencoba mencari sosuli yaitu membina
hubungan terapeutik dengan baik dan mencari informasi nomer telpon
keluarga yg masih bisa dihubungi sehingga mendapatkan data dan masalah
dapat teratasi.
B. Diagnosa Keperawatan
diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan klinik yang dijelaskan tentang
respon individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
baik yang bersifat actual maupun potensial.
Pada tinjauan teoritis penulis membuat diagnosa keperawatan teori yaitu
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah, ideal diri dan resiko isolasi
sosial. Sedangkan yang ada pada kasus didapatkan diagnosa yaitu : gangguan
konsep diri: harga diri rendah, resiko isolasi sosial: menarik diri, resiko
perilaku kekerasan, koping keluarga tidak efektif, regiment therapy in efektif,
gangguan ideal diri.
1. Resiko perilaku kekerasan
Diagnosa ini muncul karena keluarga pasien mengatakan saat dirumah
klien selalu marah-marah, dan selalu kesal dengan orang lain ataupun
keluarganya, klien tampak sensitive ketika disinggung soal pernikahan,
dan ekspresi wajah tampak kesal.
64
2. Koping keluarga tidak efektif
Diagnosa ini muncul karena kurangnya support sistem dari keluarga
selama dirumah, keluarga klien mengatakan ketika pasien marah-marah
klien didiamkan dan tidak dihiraukan. Didapatkan informasi dari perawat
ruangan bahwa pasien belum ada yang menjenguk dari pihak
keluarganya.
3. Regiment therapy in efektif
Diagnosa ini muncul karena klien mengatur sendiri tentang
pengobatannya karena klien lebih percaya dengan pengobatan herbal, dan
klien beralasan tidak minum obat dikarnakan haidnya yang tidak teratur
selama meminum obat-obat tersebut.
Faktor pendukung : penulis temukan adalah adanya data dasar, tanda dan
gejala yang penuis dapatkan pada analisa data, dan adanya buku sumber dan
litetur yang tersedia diperpustakaan. Sedangkan faktor penghambat : penulis
menemukan hambatan dalam mengumpulkan data yang menunjang data
diagnosa, karena informasi yang didapatkan dari klien dan status. Maka
penulis mencari solusi lain dengan cara berkomunikasi dengan baik dengan
pasien agar dapat membina hubungan saling percaya, agar pasien mau
menceritakan masalah yang dihadapai saat ini kepada perawat dan mencari
informasi nomer telpon keluarga yg masih bisa dihubungi sehingga
mendapatkan data dan masalah dapat teratasi.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanan adalah Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh
pertimbangan sistematis, mencangkup pembuatan keputusan dan
penyelesaian masalah. Dalam perencanaan perawat merujuk pada data
pengkajian klien dan menyatakan diagnose sebagai petunjuk dalam
merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang
diperlukan untuk mencegah, mngurangi, atau menghilangkan masalah
kesehatan klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010). Tahapan
perencanaan pada teori dan kasus tidak banyak perbedaan, penulis
65
menetapkan prioritas masalah yaitu gangguan konsep diri: harga diri rendah
karena pada saat melakukan pengkajian didapatkan data klien tampak
mengatakn malu, minder pada keluarga ataupun orang lain karena belum
menikah di umur 39 tahun, klien suka menyendiri, tidak mau bersosialisasi
dengan orang lain, klien merasa minder dengan kakak dan adiknya yang
sudah mempunyai keluarga dan anak. Oleh karena itu penulis
memprioritaskan masalah gangguan konsep diri: harga diri rendah denagn
sebagai masalah utama yang harus segera ditangani dan langkah selanjutnya
adalah merumuskan tujuan agar perkembangan klien dapat di ketahui.
Dipantau apa klien mengalami kemajuan atau tidak. Sedangkan tujuan,
kriteria evaluasi, intervensi penulis sesuaikan berdasarkan tinjauan teori.
Faktor pendukung : penulis dapatkan adalah mengacu pada standar asuhan
keperawatan yang ada dan berbagai sumber buku. Sedangkan faktor
penghambat tidak ditemukan.
D. Penatalaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan, untuk
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
direncanakan. Pada tinjauan ini teori tahap pelaksanaan keperawatan meliputi
konumikasi terapeutik dan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi. komunikasi terapeutik terdiri dari fase pra interaksi, fase orientasi,
fase kerja dan fase terminasi. Sedangkan terapi aktifitas kelompok (TAK)
yang digunakan pada klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah
adalah terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulus persepsi. Pada tahap
implementasi atau pelaksanaan ini adalah asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien dengan gangguan kosep diri: harga diri rendah ada 2 SP. Pada
SP1 pasien terdapat 6 point yaitu point 1 mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiiki klien, point 2 membantu klien menilai kemampuan
pasien yang masih dapat digunakan, point 3 membantu klien memilih
kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampun pasien, point 4 melatih
66
pasien sesuai kemampuan yang dipilihnya, point 5 memberikan pujian yang
wajar terhadap keberhasilan pasien, point 6 menganjurkan pasien
memasukkan mengevaluasi kegiatan harian. Dan pada SP 2 pasien terdapat 3
point, SP 2 point 1 mengevluasi jadwal kegiatan harian pasien, point 2
melatih kemampuan yang kedua pasien, pont 3 menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Serta berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat psikofarmaka meliputi Clozapin tablet 1x1
(antisikotik ), Seroquel tablet 1x1 (anti psikotik), Heximer tablet 1x1 (anti
Parkinson) Dan SP 1 dan SP 2 pasien telah dilaksanakan dengan baik, dan
memberikan motivasi kepada klien untuk selalu meminum obat secara teratur,
tidak hanya di Rumah Sakit, tetapi ketika klien sudah pulang ke rumah.
Namun SP keluarga, TAK dan diagnosa lain belum dapat dilakukan.
Faktor Pendukung : dalam tindakan keperawatan klien dengan gangguan
kosnep diri: harga diri rendah, klien mau di ajak ngobrol maupun beberapa
menit (15-25 menit) pasien tampak kooperatif saat tindakan SP, dan klien
tampak mau untuk meminum obat ketika di Rumah Sakit. Sedangkan Faktor
Penghambat : dalam melakukan tindakan keperawtan penulis mengalami
kesulitan yaitu, klien berusaha untuk menyudahi pembicaraan, dan klien
selalu menghindar ketika akan dilakukan SP, pihak keluarga pasien susah
untuk dihubungi dan belum datang menjenguk pasien sehingga penulis tidak
melakukan SP keluarga serta tindakan untuk diagnosa lainnya seperti resiko
isolasi sosial, resiko perilaku kekerasa, mekanisme koping keluarga tidak
efektif, dan TAK. Karena keterbatasan waktu dimana penulis hanya dapat
melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dari tanggal 23 mei 2017
sampai dengan 25 mei 2017. Maka penulis mencari solusi dengan
bekerjasama dengan perawat ruangan agar bisa dilakukannya pelaksanaan
untuk diagnosa lainnya, TAK dan SP keluarga pada pasien gangguan konsep
diri: harga diri rendah.
67
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada Ny. F dengan
gangguan konsep diri: harga diri rendah selama 3 hari. Adapun evluasi yang
dapat digunakan kepada pasien dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dengan masalah gangguan konsep diri: harga diri rendah. Ada 2
SP. Pada SP 1 pasien terdapat 6 point yaitu point 1 mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, point 2 membantu klien
menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan, point 3 membantu
klien memilih kemampuan pasien yang masih dapat digunakan, point 4
melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilihnya, point 5 memberikan
pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien, point 6 menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Dan pada SP 2 pasien terdapat 3
point, SP 2 point 1 mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, point 2
melatih kemampuan yang kedua pasien, point 3 menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Yang belum terlaksana SP
keluarga, TAK dan diagnosa lain belum dapat dilakukan, karena keterbatasan
waktu dines sehingga belum dilakukan. Disamping itu keluarga juga belum
menjenguk klien. Penulis akhirnya sulit melakukan tindakan yang di SP
keluarga. Diagnosa priotitas (gangguan konsep diri: harga diri rendah) teratasi
dan SP 1, SP 2 sudah di atasi kecuali SP keluarga belum dilakukan karena
selama dines tidak pernah bertemu dan belum menjenguk klien sedangkan
dihubungi via telpon juga keluarga mengatakan saat ini sedang ada kerjaan,
jadi penulis tidak dapat informasi yang banyak dan lengkap. Sedangkan
diagnosa yang belum teratasi karena keterbatasan waktu dines yang membuat
penulis tidak dapat melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada
diagnosa resiko isolasi sosial: menarik diri, resiko perilaku kekerasa dan
mekanisme koping keluarga tidak efektif.
Faktor Pendukung : klien mau dilakukan Sp 1 dan SP 2, klien merasa
senang diberikan aktivitas selama di rumah sakit jiwa islam klender.
Sedangkan Faktor Penghambat : penulis menemukan banyak penghabat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. F dikarenakan waktu dines
68
yang kurang diberikan pada mahasiswa yang membuat penulis belum bisa
melakukan tindakan untuk diagnosa lainnya, TAK dan SP keluarga karena
selama dines keluarga belum menjenguk klien dan keterbatasan waktu dines.
Maka penulis mencari solusi yaitu dengan bekerja sama dengan perawat
ruanga agar perkembangan pada klien gangguan konsep diri: harga diri
rendah dapat teratasi dengan baik.
69
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis memberikan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Psikososial dan
Kesehatan Mental Pada Pasien Ny. F Dengan Masalah Gangguan Konsep
Diri: Harga Diri Rendah yang dilakukan selama dines 3 hari mulai dari
tanggal 23 s/d 25 mei 2017 di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur. Dan penyuluhan karya tulis ini selama 2 minggu efektif dari tanggal
22 mei 2017 sampai dengan 3 juni 2017. Dengan cara bio, psiko, sosio dan
spiritual melalui pendekatan asuhan keperawatan yang terdiri dari :
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat penulis
simpulkan sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada kasus Ny. F yang perlu
diperhatikan adalah mengakaji faktor predisposisi, faktor presipitasi,
perilaku dan mekanisme koping yang dilakukan oleh klien, dimana pada
kasus Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah pada Ny. F faktor
predisposisi yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada klien
Ny. F adalah faktor presipitasi tentang ideal diri dan harga diri. Adapun
pada faktor presipitasi yang mempengaruhi klien yaitu klien tidak mau
minum obat secara rutin.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mumcul pada klien (Ny. F) adalah sebanyak
6 diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan analisa data dan
pohon masalah yang dibuat. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan
berdasarkan masalah yang ada pada saat pengkajian, yaitu gangguan
konsep diri: harga diri rendah, resiko isolaso sosial: menarik diri, risiko
perilaku kekerasan, koping individu tidak efektif, dan regiment therapy in
efektif.
70
3. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan yang dibuat oleh penulis sesuai masalah
keperawatan mengacu pada diagnosa prioritas pada klien (Ny. F) adalah
gangguan konsep diri: harga diri rendah. Didalam perencanaan ini bisa
terlaksanakan dengan baik makan diperlukan adanya kerja sama atau
dukungan diri klien (Ny. F), keluarga dan perawat ruangan yang merawat
klien.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahapan pelaksanaan penulis memberikan asuhan keperawatan
dengan memberikan tindakan Strategi Pelaksanaan SP 1 pasien terdapat 6
ponit, SP 1 point 1 mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien, point 2 membantu klien menilai kemampuan pasien yang
masih dapat digunakan, point 3 membantu klien memilih kegiatan yang
akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien, point 4 melatih pasien
sesuai dengan kemampuan yang dipilih, point 5 memberikan pujian yang
wajar terhadap keberhasilan pasien, point 6 menganjurkan pasien untuk
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Dan pada SP 2 pasien
terdapat 3 point, SP 2 point 1 mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, point 2 melatih kemampuan yang kedua pasien, point 3
menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. Penulis
memberian 2 SP selama 3 hari serta berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat psikofarmaka meliputi Clozapin tablet 1x1 (antisikotik ),
Seroquel tablet 1x1 (anti psikotik), Heximer tablet 1x1 (anti Parkinson),
dan memberikan motivasi kepada pasien agar selalu meminum obat
secara teratur, penulis tidak melakukan SP keluarga dan TAK karena
waktu yang terbatas.
71
5. Evaluasi
Setelah memberikan pemenuhan kebutuhan dasar pada Ny. F dengan
gangguan konsep diri: harga diri rendah selama 3 hari. Penulis dapat
mengevaluasi pada klien dengan masalah gangguan konsep diri: harga
diri rendah, tingkat keberhasilan yang penulis lakukan adalah mengalami
perkembangan hal ini dapat terlihat pada diagnosa pertama sesuai denagn
tujuan khusus yang sudah tercapai antara lain SP 1 point 1
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
point 2 membantu klien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan, point 3 membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan pasien, point 4 melatih pasien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih, point 5 memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien, point 6 menganjurkan pasien untuk
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian. SP 2 poni 1 mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, point 2 melatih kemampuan yang kedua ,
point 3 menganjurkan pasien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian. Penulis tidak dapat melakukan SP keluarga, TAK dan diagnosa
yang lain karena keterbatasan waktu serta dari pihak keluarga yang
belum menjenguk klien dirumah sakit jiwa islam klener, sehingga penulis
sulit untuk melakukan SP keluarga.
72
B. SARAN
Melalui karya tulis ilmiah ini penulis ingin memberika saran yang mudah-
muadahan dapat berguna untuk meningkatkan asuhan keperawatan jiwa di
RSJIK Jakarta Timur antara lain:
1. Kepada keluarga
Keluarga berperan penting dalam penyembuhan pada klien gangguan
jiwa untuk meningkatkan rasa percaya diri klien. Diharapkan keluarga
memberikan support, kesabaran, perhatian penuh kepada klien, karena
hal tersebut merupakan bisa memotivasi klien untuk lebih baik karena
merasa mendapat perhatian serta dukungan dari keluarga.
2. Kepada perawat
Diharapkan perawat dapat memberikan motivasi kepada klien agar klien
mau melakukan kegiatan-kegiatan yang ada diruangan, serta membuat
jadwal TAK secara rutin. Diharapkan selalu berhubungan secara baik
dengan pasien agar terciptanya saling percaya antara pasien dengan
perawat.
3. Kepada institusi
Diharapkan institusi menyedikan referansi yang lebih banyak dan
terbaru, serta waktu yang diberikan kepada mahasiswa yang mengabil
laporan di RSJIK Jakarta timur ditambah supaya dapat membuat karya
tulis ilmiah yang optimal sehingga sesuai dengan yang diharapkan.
4. Kepada Rumah Sakit
Diharapka kedepannya rumah sakit memberikan berbagai kegiatan
keterampilan untuk pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur untuk membantu pemulihan melalu berbagai
kegiatan yang ada di Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ernawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah
Psikososial. Jakarta: TIM
Damayanti, Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama
Herman, Surya Ade Direja. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat, Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Buku 1 Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa (Terapi Aktifitas
Kelompok). Jakarta: EGC
Kusumawati, Farida & Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Yogjakarta: Mediaction Publishing
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Yogjakarta: Mediaction Publishing
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajara Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
74
LAMPIRAN
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 23 mei 2017
Tanggal dirawat : 22 mei 2017
Nomor registrasi : 00-50-68
Diagosa medis : Skizofrenia Paranoid (SP)
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. F
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 39 tahun
Status pernikahan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku bangsa : Padang
Pendidikan : S1
Alamat : Jln. Haji Awar No. 8
Suber informasi : Pasien, status, perawat, keluarga
II. ALASAN MASUK
Klien dibawa oleh keluarga (ibunya) dengan keluhan gelisah sudah 4
hari, ingin selalu berpergian tapi tidak tau tujuannya kemana, cemas
berlebih, curiga terhadap ibunya dan anggota keluarganya. Klien
merasa malu dan minder karena di usia 39 tahun belum menikah.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu:
Klien pernah sakit jiwa sebelumnya, dan pernah dirawat
sebelumnya di SRJIK Jakarta timur dengan sakit yang sama.
b. Pengobatan sebelumnya
75
Pengobatan kurang berhasil, tidak teratur meminum obat, dan
tidak ada pengawasan dari pihak keluarga.
c. Aniaya fisik
Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksualm
penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakank kriminal.
Penjelasan :
Klien bernama Ny. F berjenis kelamin perempuan berumur 39
tahun, status pernikahan belum menikah, beragama islam, suku
padang, pendidikan S1, alamat Jln. Haji Anwar No.8 (bekasi
timur), sumber informasi dari klien, satus klien, perawat dan
keluarga. Klien dibawa oleh keluarganya (ibunya) dengan
keluhan geliasah sudah 4 hari, ingin selalu berpergian tapi tidak
tau tujuannya kemana, cemas berlebih, curiga terhadap ibu dan
anggota keluarganya. Klien merasa malu dan minder di usia 39
tahun belum menikah, klien sering menyendiri dikamar, klien
tidak mau berinteraksi dengan orang di sekitar lingkungan rumah,
klien keluar rumah hanya untuk bekerja dan mengikiti kegiatan
agama di al-azar. Klien pernah sakit jiwa sebelumnya dan pernah
dirawat sebelumnya di RSJIK Jakarta timur selama 1 minggu
dengan dengan sakit yang sama. Dan pengobatan kurang berhasil,
tidak teratur minum obat. Klien tidak pernah mengalami aniaya
fisik, aniaya seksual, penulakan, kekerasan dalam keluarga dan
tindakan kriminal.
Masalah Keperawtan : Regiment therapy in efektif
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, baik
dari anggota keluarga pihak ibu atau pun dari pihak ayah.
76
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien pernah ditanya oleh keluarganya kapan akan menikah.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik tanggal 23 mei 2017,
didapatkan data. Tanda-tanda vital : Tekanan darah 110/80 mmHg,
Suhu 36,5°C, Nadi 110 x/menit, Pernapasan 18x/menit. Tinggi badan
160 cm, Berat badan 70 kg. tidak ada keluhan fisik.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
AYAH IBU
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: meninggal
77
: Garus pernikahan
: Satu rumah
: Klien
: Bercerai
Penjelasan :
Klien anak ketiga dari empat bersaudara, usia saat ini 39 tahun,
kakaknya dan adiknya berjenis kelamin perempuan dan sudah
menikah, ayah klien sudah lama meinggal, klien hanya tinggal
berdua dengan ibunya. Didalam keluarga hanya klien yang belum
menikah.
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri
Rendah
b. Konsep diri
Klien mengatakan menyukai semua yang ada dalam anggota
tubuhnya, klien mengatakan sebagai seorang perempuan, berusia
39 tahun, klien bangga sebagai seoarang perempuan, klien saat ini
sudah bekerja. Klien mengharapkan ingin cepat menikah, ingin
mempunyai anak dan suami. Klien merasa minder dan malu sama
orang lain maupun keluarganya karena belum menikah.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri
Rendah
c. Hubungan sosial
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah alm.
Ayahnya. Klien suka mengikuti kegiatan pengajian di al-azar dan
pergi bekerja. Klien merasa malu dan minder sama orang lain karna
belum menika di usia 39 tahun, klien lebih sering di rumah dan
78
berdiam diri dikamar, keluar rumah ketika ingin bekerja dan
mengikuti kegiatan mengaji di al-azar.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial: Menarik Diri
d. Spiritual
Klien percaya ALLAH SWT itu ada dan klien percaya sakit yang
di deritanya sekarang adalah ujian dari ALLAH SWT. Dalam
ibadah klien insha allah tidak meninggalkannya.
VI. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Klien tampak memakai baju dan celana trening yang rapih, klien
menggunakan sesuai jenis kelaminnya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
b. Pembicaraan
Klien berbicara dengan pelan, dan halus, klien selalu menundukkan
kepala dan memalingkan kepalanya saat berbicara sama perawat.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep Diri: Harga Diri
Rendah
c. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, klien terlihat berdiam diri
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial: menarik diri
d. Alam perasaan
Klien merasa malu dan minder karena belum menikah, klien
mengatakan ingin cepat pulang kerumah bersama dengan ibunya,
klien mengatakn selalu kesal dengan orang lain tanpa sebab.
Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan
79
e. Afek
Klien tampak labil, klien tampak mudah mengalihkan pembicaraan,
ekspresi kadang berubah-ubah.
Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan
f. Interaksi selama wawancara
Klien saat diajak ngobrol klien tampak kontak mata kurang, selalu
menghindar dan pergi.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial: menarik diri
g. Persepsi
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah
keperawatan
h. Proses pikir
Saat diajak bicara klien terkadang memotong pembicaraan orang
lain.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah
keperawatan
i. Isi pikiran
Klien tampak terobsesi ingin menikah dan mempunyai setelah
keluar dari RSJK
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
j. Tingkat kesadaran
Klien dapat menyebutkan hari/waktu, tempat, dan orang dengan
baik tanpa dibantu oleh perawat.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah
keperawatan
k. Memori
80
Klien mengatakan daya ingat klien masih bagus, klien ingat
kenangan masalalu maupun masakini.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah
keperawatan
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mudah beralih pada setiap pembicaraan dengan oerang lain,
tidak focus pada 1 orang.
Masalah Keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
m. Kemampuan penilaian
Klien dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah
keperawatan
n. Daya tilik diri
Klien mengingkari bahwa dia tidak merasa sakit apa-apa.
Masalah Kperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
Klien tampak mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
VIII. MEKANISME KOPING
Maladaptive : klien mengatakan tidak suka berinteraksi dengan
lingkungan rumahnya, klien lebih banyak menyendiri di kamar, keluar
rumah hanya ketika bekerja dan mengaji.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial: menarik diri
81
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGUNGAN
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : klien mengatakan
suka malu ketika berkumpul dengan kelompok.
b. Masalah berhubungan dengan lingkugan, spesifik : klien
mengatakan tidak pernah berinteraksi dengan lingkungan sekitar
rumah.
c. Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien mengatakan telah lulus
S1 management, klien tidak mempunyai masalah pada pendidikan.
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : klien mengatakan masih
bekerja di salah satu rumah sakit.
e. Masalah dengan perumahan, spesifik : klien mengatakan jarang
keluar rumah, klien lebih memilih sendiri di kamar.
f. Masalah ekonomi, spesifik : tidak ditemukan maslah
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : tidak ditemukan
masalah.
h. Masalah lainnya, spesifik : klien mengatakan ingin cepat pulang
dengan ibunya dirumah.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial: menarik diri
X. PENGETAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa : klien mengtakan kurang tahu dari penyebab terjadinya
gangguan jiwa.
Obat-obatan : klien mengatakan kurang tahu manfaat obat yang klien
minum.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
XI. ASPEK MEDIS
Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid (SP)
Terapi medik :
Clozapin 25 g 2x1
Seroquel 1x1
Heximer 2mg 1x1
82
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI
TINDAKAN KEPEAWATAN
Pertemuan : 1
Hari/Tanggal : Selasa, 23 Mei 2017
Nama Klien Inisial : Ny. F
Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
a. Data Subyektif
Klien mengatakan merasa malu dan minder sama orang lain dan
keluarga karena belum menikah.
Klien mengatakan tidak percaya diri.
Klien mengatakan belum mempunyai pasangan saat ini.
b. Data Obyektif
Kontak mata kurang.
Selalu memalingkan pandangan saat diajak ngobrol.
Bicara selalu menunduk kadang ngehadap lain.
Ekspresi wajah tampak murung dan sedih.
Tampak selalu menyendiri.
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
3. Tujuan
a. Tujuan Umum: Klien memiliki konsep diri yang positif
b. Tujuan Khusus:
83
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2) Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki.
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan.
4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
4. Tindakan Keperawatan
SP-1 : Harga Diri Rendah
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
b. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan.
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan pasien.
d. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
f. Menganjurkan pasien memasukkan dalan jadwal kegiatan harian.
B. FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, nama saya Sonia Mahdalena saya mahasiswa D III
Keperawatan UMJ, saya yang akan merawat ibu hari ini. “Nama ibu
siapa?”, biasa di panggil apa?”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana keadaan ibu/bapak hari ini? Sepertinya ibu/bapak terlihat
lebih segar” Bagaimana semalam tindurnya ibu? “Apakah ibu hari ini ada
keluhan?”
84
3. Kontrak (topic, waktu dan tempat)
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan kegian yang
pernah ibu lakukan dan aspek positif yang pernah ibu/bapak lakukan?,
setelah itu kita akan menilai kegiatan mana yang masih dapat ibu/bapak
lakukan di rumah sakit, setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan
untuk kita latih. Dimana kita akan bercakap-cakap?, Bagaimana kalau
didepan kamar tidur ibu/bapak?, berapa lama maunya ibu.bapak?,
bagaimana kali 15 menit?”
4. Tujuan
Agar ibu/bapak mengetahui kemampuan dan aspek positif serta kegiatan
ibu/bapak yang dapat dilakukan.
C. FASE KERJA
“Ibu, apa saja kemampuan yang ibu/bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci piring? Wah,
bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki”
“Ibu, dari 5 kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
dirumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua ….
Samapai 5 (misalnya ada 3 kegiatan yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali
ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini”
“Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah
sakit ini”. “O yang nomor satu, merapihkan tenpat tidur? Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur? Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur ibu”.
Mari kita lihat tempat tidur ibu. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah klau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dahulu
bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat sepreinya, dan kasurnya
kita balik. “Nah, sekarang kita pasang lagi sepreinya, kita mulai dari arah
atas, ya bagus!. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah
pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah
85
atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus!”
“Ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapihkan? Bagus”.
“Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberikan tanda dijadwal harian
dengan huruf M (melakukan) dan T (tidak melakukan).”
D. FASE TERMINASI
1. Evaluasi (respon klien terhadap tindakan keperawatan)
a. Evluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap mengenai
aspek positif dan latihan merapihkan tempat tidur?”
b. Evaluasi obyektif
“Iya, ibu ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan dirumag sakit ini. Salah satunya merapihkan tempat tidur
dan mencuci piring yang sudah ibu lakukan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan dirumah setelah pulang.”
2. Rencana tindak lanjut (yang perlu dilatih klien sesuai hasil tindakan yang
dilakukan)
“Sekarang mari kita masukkan jadwal harian ibu. Ibu mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur dan mencuci piring? Bagus, 2 kali yaitu
pagi-pagi pukul berapa? Lalu sehabis istirahat, pokul 5 sore, setelah ibu
sholat dan mandinya bu.”
3. Kontrak yang akan datang (topic, waktu dan tempat)
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan ibu. Ibu masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat
tidur? Iya bagus, merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Kalau begitu
kita akan latihan merapihkan tempat tidur dan mencuci piring besok
pukul 09.00 setelah makan pagi, ibu mau dimana? Baiklah bu! Ibu mau
sampai jam berapa bu?” sampai jumpa besok lagi ya bu
“Wassalamualaikum.wr.wb
86
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI
TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan : 2
Hari tanggal : Rabu, 24 Mei 2017
Nama klien inisial : Ny. F
Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Data Subyektif
Klien mengatakn sudah lebih baik dari sebelumnya.
Klien mengatakan masih suka berdian diri dikamar.
Klien mengatakan sudah merapihkan tempat tidur.
b. Data Obyektif
Kontak mata kurang.
Selalu memalingkan pandangan saat diajak ngobrol.
Bicara selalu menunduk kadang ngehadap lain.
Ekspresi wajah tampak murung dan sedih.
Tampak selalu menyendiri.
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat megidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.
d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
87
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
4. Tindakan Keperawatan
SP-1 pasien : Harga Diri Rendah
a. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
b. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
c. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan.
B. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, masih ingat dengan saya bu? Wah bagus! Ternyata ibu
masih mengingat saya.”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana keadaan ibu haru ini? Sepertinya ibu terlihat lebih segar”
Bagaimana samalam tidurnya bu?, “Apakah ibu hari ini ada keluhan?”
3. Kontrak (topik, waktu dan tempat)
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah ibu lakukan dan aspek positif yang pernah ibu lakukan?
Setelah itu kita akan menilai kegiatan mana yang masih dapat ibu lakukan
di rumah sakit, setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih. Dimana kita akan bercakap-cakap?. Bagaimana kali didepan kamar
tidur ibu? Berapa lama munya ibu? Bagaimana kalau 15 menit?.”
4. Tujuan
Agar ibu mengetahui kemampuan ibu dan aspek positif ibu dan kegiatan
yang dapat ibu lakukan.
C. FASE KERJA
“Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus!. Apalagi bu? Bu saya buat
daftarnya! Apapula kegiatan rumah yang pernah ibu lakukan sebelumnya?
88
Bagaimana dengan merapihkan tempat tidur? Menyapu? Mencuci piring?
Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki.”
“Ibu dari 5 kemampuan/kegiatan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit. Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua …. Sampai
5 (misalnya ada 3 kemampuan yang masih bisa dilakukan) bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.”
“Sekarang coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah
sakit ini.” “O, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalu begitu,
bagaimana kalau sekaran kita latih merapihkan tempat tidur ibu? Mari kita
lihat tempat tidurnya ibu, coba lihat sudah rapihkah tempat tidurnya?.”
“Nah, kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat sepreinya dan kasur kita
balik.” “Nah sekarang kita pasang lagi sepreinya, kita mulai dari atas, iya
bagus bu! Sekarang sebelah bawah, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan, sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakan di sebelah
atas/kepala. Mari kita lipat selimut nah letakkan di sebelah bawah/kaki,
Bagus!.”
“Sekarang ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
ibu perhatikan bedanya dengan sebelum dirapihkan? Bagus”
“Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberikan tanda dijadwal harian
dengan huruf M (melakukan) dan T (tidak melakukan).”
D. FASE TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Subyektif (respon klien terhadap tindakan keperawatan)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap mengenai aspek
positif dan latihan merapihkan tempat tidur?.”
b. Evaluasi Obyektif
“Iya ibu ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan
dirumah sakit ini. Salah satunya merapihkan tempat tidur yang sudah
ibu lakukan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang.”
89
2. Rencana Tindak Lanjut (yang perlu dilatih, klien sesuai hasil tindakan
yang dilakukan)
“sekarang mari kita masukkan jadwal harian ibu. Ibu mau berapa kli sehari
merapihkan tempat tidur? Bagus, 2 kali yaitu pagi-pagi pukul berpa? Lalu
sehabis istirahat, pukul 5 sore, setelah ibu sholat dan mandinya bu.”
3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu dan tempat)
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan ibu yang ketiga. Ibu masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan
tempat tidur? Iya bagus. Merapihkan tempat tidu. Kalu begtu kita akan
latihan merapihkan tempat tidur besok pagi pukul 09.00 setelah makan
pagi. Ibu maunya dimana? Baiklah bu! Ibu mau sampai jam berapa bu?”
sampai jumpa besok ya bu “Wassalamualaikum.wr.wb”
90
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI
TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan : 3
Hari/Tanggal : Kamis, 25 Mei 2017
Nama Klien Inisial : Ny. F
Ruangan : Rumah Sakit Jiwa Islam Jakarta Klender
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Data subjektif
Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan teman sekamar.
Klien mengatakan selalu melalukan kegiatan merapihkan tempat tidur
ketika habis bangun tidur.
Klien mengatakan selalu mencatat di jadwal kegiatan yang telah
perawat instruksikan.
b. Data objektif
Klien tampak mau berbicara dengan teman sekamar.
Klien tampak kooperativ ketika diajak ngobrol oleh perawat.
Klien tampak sudah mau berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimilki untuk dilaksanakan.
d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
91
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
4. Tindakan Keperawatan
SP-2 pasien : Harga Diri Rendah
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum ibu, masih ingat tidak dengan saya?, wah… ternyata ibu
masih ingat yah dengan saya.”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini? Sepertinya ibu terlihat lebih segar,
bagaimana semalam tidurnya bu?, apakah ibu hari ini ada keluhan?”
3. Kontrak (topik, waktu dan tempat)
“Bagaimana ibu, sudah dicoba merapihkan tempat tidur tadi pagi?, bagus
(kalu sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu bu?. Ya benar, kita akan
latihan menghafal surat-surat pendek. Ibu maunya di mana?, bgaimana kali
di kamar ibu saja, ibu maunya berapa lama?, bagaimana kalau 15 menit?.”
4. Tujuan
Agar ibu ada kegiatan yang dilakukan di rumah sakit ini.
C. FASE KERJA
“Ibu, sebelum kita memulai mengaji ada yang perlu disiapkan dahulu, yaitu Al-
qur’an/jus’ama, kerudung/kain. Ibu bisa melakukannya di tempat sholat
ataupun di kamar. Bagaimana ibu sudah siap?, klo sudah kita mulai yah, jangan
lupa kita membaca “bissmilahirahmanirahim” sebelum kita mengaji. Ibu sudah
92
hafal surat apa saja? Bagus (kalu sudah ada yang hafal, kalau belum coba
ajarkan surat-surat pendek).”
“Coba sekarang ibu baca surat yang tadi sudah kita hafalkan, bagus ibu sudah
hafal sekarang, ibu bisa membacanya setiap ibu selesai sholat atau membaca
dalam bacaan shalat.”
D. FASE TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita mengaji?”
b. Evaluasi objektif
“Iya ternyata ibu bisa mengaji juga, ibu bisa melakukannya di rumah
sakit ini ketika ibu selesai shalat ataupun di sela- sela waktu luang.”
2. Rencana tindak lanjut (yang perlu dilatih, klien sesuai hasil tindakan yang
dilakukan)
“Sekarang mari kita masukkan jadwal harian ibu, ibu mau berapa kali sehari
dalam mengaji?, bagus, ibu mengaji setiap selesai shalat dan ketika ada
waktu luang”
3. Kontrak yang akan dating
“Besok pagi kita akan mengaji lagi dan menghafal lagi surat-surat pendek,
agar hafalan surat-surat pendek ibu banyak, ibu mau jam berapa besok?
Bagaimana kalo jam 10.00 setelah makan siang, ibu maunya dimana?,
baiklah bu!, samapai jumpa besok pagi yah bu.”
“Wassalamualaikum.wr.wb”
93
Jadwal Kegiatan Harian Ny. F
No Waktu Kegiatan Tanggal
23 Mei 24 Mei 25 Mei
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
05.00-06.00
07.00-07.15
07.20-08.00
08.00-09.00
09.00-09.30
10.00-10.30
11.00-1130
12.00-12.20
12.30-14.00
14.00-15.00
15.00-15.30
16.00-16.20
16.30-17.00
17.00-17.20
18.00-18.20
19.00-19.30
20.00-05.00
Bangun+mandi+sholat
Sarapa+minum obat
Olahraga
Karaoke
Kontrak watku, bercakap-cakap
Nonton TV
Melakukan SP
Makan siang+sholat zuhur
Tidur siang
Menonton TV
Sholat asar
Mandi sore
Bercakap-cakap dengan teman sekamar
Makan sore+minum obat
Sholat magrib
Sholat isya
Tidur malam
94
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : SONIA MAHDALENA
NPM : 2014750042
Tempat Tanggal Lahir : BEKASI, 28 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Sekarang : Jln. Kali Abang Bungur Rt.05/02 No. 02
Kel. Pejuang Kec. Medan Satria Kota
Bekasi 17181
Email : soniamahdalena8@gmail.com
B. Pendidikan :
1. TK Al-Istiqomah Tahun 2001-2002
2. MI Nurul Falah Tahun 2002-2008
3. SMP Plus Al-Istiqomah Tahun 2008-2011
4. SMK Kesehatan Fhad Islamic School Tahun 2011-2014
5. D III Keperawatan FIK UMJ Tahun 2014-2017
Jakarta, Mei 2017
Mengetahui
Sonia Mahdalena
2014750042