Post on 10-Jun-2015
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
PEMELIHARAAN HUTAN KOTA
Oleh : daud S Saribun
I. PENDAHULUAN
Pembangunan perkotaan haruslah dilaksanakan secara terencana dan terpadu
dengan memperhatikan antara lain tata ruang dan lingkungan agar terwujud pengelolaan
perkotaan yang efisien dan terciptanya l;ingkungan yang sehat, indah, dan nyaman.
Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminalkan ruang terbuka hijau.
Lahan terbuka hijau dialihfungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan,
kawasan industri, jaringan transportasi, serta prasarana dan saran perkotaan lainnya.
Lingkungan perkotaan akhirnya hanya berkembang secara ekonomi, tetapi secara
ekologi menurun.
Kondisi di atas menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan
yang ditandai dengan meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (meningkatnya kadar
CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang,
monoton, bising dan kotor), banjir, intrusi alir laut, kandungan logam berat tanah
meningkat, dan menurunnya permukaan air tanah.
Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
pembangunan penghijauan perkotaan dengan pembuatan taman-taman dan hutan kota.
Penghijauan perkotaan (hutan kota) dapat mewujudkan memperbaiki dan menjaga iklim
mikro, nilai estitika, fungsi resapan air, dan menciptakan keserasian serta keseimbangan
dengan fisik kota. Hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk namun
aspek kelestarian, keserasian, keselarasan dan keseimbangan sumberdaya alam, yang
pada giliran akan memberikan kenyamanan, kesegaran, terbebasnya kota dari polusi dan
kebisingan serta sehat dan cerdasnya warga kota.
1
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
Secara umum tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian,
keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan,
sosial dan budaya.
II. HUTAN KOTA
2.1. Pengertian Hutan Kota
Pengertian dan lingkup hutan kota dalam tulisan ini didasarkan pada Peraturan
Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-V/2004 bagian ke enam.
1) Hutan kota itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa
hamaparan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam
wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan
sebagi hutan kota oleh pejaabat yang berwenang.
2) Hutan kota
a. Merupakan bagaian dari RTH (Ruang Terbuka Hijau) sesuai peruntukan
dalam RTRW Kabupaten/kota.
b. Luas minimal adalah 0,25 hektar dalam satu hamparan yang kompak dan
menyatu (hamparan yang menyatu) agar tercipta iklim mikro.
c. Berada pada tanah negara atau tanah hak, sesuai persyaratan dalam PP No.
63 tahun 2002.
2.2. Fungsi dan Pemanfaatan Hutan Kota
Fungsi dan manfaat hutan (hutan kota) antara lain untuk memberikan hasil,
pencagaran flora dan fauna, pengendalian air tanah dan erosi, ameliorasi iklim. Jika
hutan tersebut berada di dalam kota maka fungsi dan manfaat hutan antara lain
menciptakan iklim mikro, engineering, arsitektural, estetika, modifikasi suhu, peresapan
air hujan, perlindungan angin dan udara, pengendalian polusi udara, pengelolaan limbah
dan memperkecil pantulan sinar matahari, pengendalian erosi tanah, mengurangi aliran
2
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
permukaan, mengikat tanah. Konstruksi vegetasi dapat mengatur keseimbangan air
dengan cara intersepsi, infiltrasi, evaporasi dan transpirasi.
Menurut PP RI No 63/2002 , fungsi hutan kota adalah :
a. memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;
b. meresapkan air;
c. menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan
d. mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
Menurut PP RI No 63/2002 , manfaat hutan kota diarahkan untuk (selama tidak
menggangu funginya):
a. pariwisata alam, rekreasi kota, dan atau olah raga;
b. penelitian dan pengembangan;
c. pendidikan;
d. pelestarian plasma nutfah; dan atau
e. budidaya hasil hutan bukan kayu.
2.3. Tipe dan Bentuk Hutan Kota
Menurut PP RI No 63/2002 , tipe hutan kota terdiri dari :
a. kawasan permukiman (hutan kota pemukiman);
b. kawasan industri (hutan kota industri)
c. rekreasi (hutan kota wisata);
d.pelestarian plasma nutfah (hutan kota khusus yaitu untuk sangtuari satwa Burung,
Sarana pendidikan dan penelitian, koleksi plasma nutfah, hankam, tanaman obat dll
e. perlindungan (hutan kota khusus); dan
f. pengamanan (hutan kota konsevasi).
Menurut PP RI No 63/2002 , bentuk hutan kota terdiri dari :
(2) Bentuk hutan kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas :
a. jalur;
3
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
b. mengelompok; dan
c. menyebar.
2.4. Pengelolaan Hutan Kota
Guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup
di perkotaan, jenis yang ditanam dalam program pembangunan dan pengembangan
hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar
tanaman dapat tumbuh baik dan tanaman tersebut dapat menanggulangi masalah
lingkungan yang muncul di tempat itu dengan baik.Untuk mendapat hasil pertumbuhan
tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu
diperhatikan dan dikumpulkan antara lain:
1. Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude,salinitas dan lain-lain.
2. Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi
matahari.
3. Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan
kemudahan dalam tingkat pemeliharaan.
4. Persyaratan umum tanaman:
a. Tahan terhadap hama dan penyakit
b. Cepat tumbuh
c. Kelengkapan jenis dan penyebaran jenis,
d. Mempunyai umur yang panjang,
e. Mempunyai bentuk yang indah,
f. Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada
g. Kompatibel dengan tanaman lain
h. Serbuk sarinya tidak bersifat alergis,
Pengelolaan hutan kota pada dasarnya disesuaikan/diselaraskan dengan fungsi
dan manfaatnya. Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Hutan Kota beserta kegiatan
pendukungnya diharapkan untuk dapat :
4
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
1. Kawasan Pemukiman, yang berfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap
karbondioksida, peresap air, penahan angin, dan peredam kebisingan. Komposisi
tanaman berupa jenis pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan tanaman
perdu dan rerumputan.
Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama untuk
pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan
kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada
keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat
bermain dan bersantai.
2. Kawasan industri, yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan
kebisingan, yang ditimbulkan dari kegiatan industri. Kawasan industri yang
memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka harus dibangun
hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai
penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan
keindahan. Beberapa jenis tanaman telah diketahui kemampuannya dalam
menyerap dan menjerap polutan. Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari
beberapa jenis tanaman terhadap polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik.
Dengan demikian informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan dikembangkan di kawasan
industri.
3. Kawasan rekreasi, yaitu penghijauan kota berfungsi sebagai pemenuhan
kebutuhan rekreasi dan keindahan, dengan jenis pepohonan yang indah dan
unik.
Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan
jasmaniah seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha memenuhi
kebutuhan rohaniahnya, antara lain rekreasi dan keindahan. Rekreasi dapat
didefinisikan sebagai setiap kegiatan manusia untuk memanfaatkan waktu
luangnya (Douglass, 1982). Pigram dalam Mercer (1980) mengemukakan bahwa
5
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
rekreasi dapat dibagi menjadi dua golongan yakni : (1) Rekreasi di dalam
bangunan (indoor recreation) dan (2) Rekreasi di alam terbuka (outdoor
recreation). Brockman (1979) mengemukakan, rekreasi dalam bangunan yaitu
mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun
rohani, serta meningkatkan ketrampilan.
Dewasa ini terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk
perkotaan untuk rekreasi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan
pendapatan, peningkatan sarana transportasi, peningkatan sistem informasi baik
cetak maupun elektronika, semakin sibuk dan semakin besar kemungkinan
untuk mendapat stress.
Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali
kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap
menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu
masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati
sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.
4. Kawasan pelestariaan plasma nutfah, yang berfungsi sebagai pelestari plasma
nutfah, meliputi :
a) Penghijauan kota sebagai konservasi plasma nutfah khususnya vegetasi in-
situ dan ex-situ;
b) Penghijauan kota sebagai habitat satwa yang dilindungi atau yang
dikembangkan.
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa
depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Hutan
kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang
tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang
6
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat
dilestarikan flora dan fauna secara exsitu.
Manusia modern menginginkan back to nature. Hutan kota dapat diarahkan
kepada penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali
mempunyai kekhasan dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu
diperhatikan kelestariannya. Untuk melestarikan burung tertentu, maka jenis
tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai dengan keperluan hidup satwa
yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk keperluan
bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk bertelur.
Hutan yang terdapat di pesisir pantai menghasilkan bahan organik. Dedaunan
yang jatuh ke air laut kemudia dapat berubah menjadi detritus. Pada permukaan
detritus dapat menjumpai mikroorganisme air. Sebagian hewan merupakan
pemakan detritus (detritus feeder). Nampaknya organisme yang memakan
detritus ini, sesungguhnya memangsa mikroorganismenya, karena
mikroorganisme mengandung protein, karbohidrat dan lain-lain. Apabila hutan
ini hilang, maka detritus tidak tersedia lagi dan akibatnya hewan pemakan
detritus pun akan musnah.
5. Kawasan perlindungan, yaitu penghijauan kota yang berfungsi untuk :
a) Mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada lahan dengan
kemiringan cukup tinggi dan sesuai karakter tanah;
b) Melindungi daerah pantai dari gempuran ombak (abrasi);
c) Resapan air untuk mengatasi masalah menipisnya volume air tanah atau
masalah intrusi air laut.
Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima
yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-
tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan
membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.
7
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan
daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai.
Untuk beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat
penting.
Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah
dangkal dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung sebagai
penyerap, penyimpan dan pemasok air harus dibangun di daerah resapan airnya.
Dengan demikian ancaman bahaya intrusi air laut dapat dikurangi.
6. Kawasan pengamanan, berfungsi untuk meningkatan keamanan pengguna jalan
pada jalur. Kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan
dan tanaman perdu. Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan
adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam
perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang
merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang
keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir
ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi. Pada kawasan ini
tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang tidak mengundang
masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman yang tidak enak rasanya seperti
pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini
III. Pembangunan Hutan Kota
Pembangunan hutan hotan sebaiknya direncanakan secara matang, antara lain dengan memperhatikan :
1. Hutan kota dapat dibangun pada tanah yang kosong di kawasan : pemukiman,
perkantoran dan industri, tepi jalan, tikungan perempatan jalan, tepi jalan tol,
tepian sungai, di bawah kawat tegangan tinggi, tepi jalan kereta api dan berbagai
tempat lainnya yang memungkinkan untuk ditanami.
8
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
2. Pengukuhan hukum terhadap lahan hutan kota. Dengan demikian tidak terlalu
mudah untuk merubah kawasan ini menjadi peruntukan lain.
3. Pembuatan dan penegakan sanksi bagi siapa yang menggunakan lahan hutan kota
untuk tujuan-tujuan tertentu di luar peruntukannya.
4. Sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang melakukan vandalisme.
5. Melindungi tanaman dengan balutan karung atau membuat pagar misalnya dari
bambu, agar binatang tidak mudah masuk dan merusak tanaman
Keberhasilan suatu pembangunan hutan kota ditentukan oleh banyak faktor, antara lain
persiapan bibit tanaman, siafat tanaman yang dikehendaki, dan pemeliharaannya.
3.1. Persiapan bibit tanaman
Pesiapan bibit tanaman yang penting dalam pembangunan hutan kota :
1. mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak udah tumbang, dan tidak mudah
gugur
2. Mampu tumbuh pada ruang terbuka dan pada berbagai jenis tanah
3. Tumbuh cepat dan tahan terhadap gangguan fisik
4. Tidak memerlukan perawatan intensif (rendah sampai tidak perlu perawatan)
5. Berumur panjang
6. Tahan terhadap kekurang air
7. Pohon-pohon langka dan unggulan setempat
8. pohon-pohon penghasil bunga/biji/buah yang bernilai ekonomis
9. pohon-pohon yang yang teduh dan indah penghasil bunga/biji.buah yang duskai
oleh burung, kupu-kupu, dan sebaginya
10. pohon-pohon dengan evaporasi yang rendah
11. pophon penaha erosi laut (abrasi pantai)
12. Dapat ditaman dengan kepadatan sampai 440 pohon/ha (standar 400 pohon/ha)
Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan lainnya yaitu dalam teknik penanaman
pohon :
9
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
(1) Pemilihan bibit tanaman. Bibit generatif adalah berasal dari biji, merupakan bibit
yang lebih tepat karena mempunyai akar tunggang dan dapat hidup lebih lama.
Bibit vegetatif, adalah bibit yang berasal dari bagian-bagian vegetatif tanaman,
seperti batang, daun dan akar. Bibit vegetatif umumnya kurang kokoh dan
perakarannya dangkal sehingga cepat merusak trotoar, jalan atau saluran drainase.
Bibit yang baik sekurang-kurangnya telah tumbuh di wadahnya selama 6 bulan
dengan batang tinggi minimal + 1.50 m dan diameter 0.05 m, untuk mengujinya
cukup dengan mencabut bibit tersebut. Apabila bibit mudah lepas dari wadahnya
berarti baru dipindahkan dan belum cukup baik ditanam di lapangan, sebaliknya
jika sulit dilepaskan berarti perakarannya sudah terbentuk dengan baik dan dapat
ditanam di lapangan;
(2) Penanaman. Lubang tanam perlu dipersiapkan sedikitnya satu minggu sebelum
penanaman dilakukan. Ukuran lubang tanam sangat bergantung pada besarnya
tanaman. Ukuran standar lubang tanam adalah 0.75 m (tinggi) x 0.90 m (lebar) x
0.90 m (panjang);
(3) Perawatan pascatanam. Mempertahankan posisi tumbuh agar tetap tegak dan stabil.
Menyiram tanaman 2-3 hari sekali terutama di musim kemarau sambil membuang
ranting-ranting yang kering. Memupuk tanaman 3 bulan sekali dengan pupuk NPK
25 gram per lubang (Rully Wijayakusuma, 2004).
3.2. Sifat-sifat Tanaman Hutan Kota
Tanaman yang ditanam hutan pada umumnya dicari yang mempunyai fungsi
untuk melindungi kota dari pencemaran udara akibat prasarana dan sarana fisik kota,
atau untuk kepentingan lain seperti keindahan, rekresi, wisata dan sebagainya
1. Penyerapan partikel limbah
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di
daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). diperkirakan sekitar 60-70% dari
10
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Krishnayya dan
Bedi, 1986). Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur,
Pringgodigdo dan Sigit (1990) menyatakan damar (Agathis alba), mahoni (Swietenia
macrophylla), jamuju (Podocarpus imbricatus) dan pala (Mirystica fragrans), asam
landi (Pithecelobiumdulce), johar (Cassia siamea), mempunyai kemampuan yang
sedang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa
tanaman berikut ini : glodogan (Polyalthea longifolia) keben (Barringtonia asiatica)
dan tanjung (Mimusops elengi), walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal
rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara.
2. Penyerap CO2 dan penghasil O2
Pepohonan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-
plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Cahaya matahari akan
dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian
dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan
air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat
bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan
beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain
pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan
hewan.
Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-plankton,
ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan
dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat perladangan,
pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu
mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut.
Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan
alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk
mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian
proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila
konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan
11
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen
yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.
Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2
dan penghasil oksigen adalah : damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia
purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis)
dan beringin (ficus benyamina).
3. Penyerap dan Penjerap Debu Semen
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat
mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di
udara bebas harus diturunkan kadarnya.
Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis akan yaitu : mahoni (Swietenia
macrophylla), bisbul (Diospyrosdiscolor), tanjung (Mimusops elengi), kenari
(Canarium commune), meranti merah (Shorealeprosula), kere payung (Filicium
decipiens), kayu hitam (Diospyros clebica), duwet (Eugenia cuminii), medang lilin
(Litsea roxburghii) dan sempur (Dillenia ovata) telah diteliti oleh Irawati tahun
1990. Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan
dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan
yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen adalah
mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kere payung dan kayu hitam.
Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman
untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain
agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam
menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati, 1990).
4. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh
kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel
padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk
pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah
12
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-
layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan
daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar
dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel
yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting.
Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang
mempunyai permukaan yang halus (Wedding dkk. dalam Smith, 1981). Manfaat
dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan
sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan
kota.
5. Peredam kebisingan
Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun,
cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah
yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke,
1978). Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang
cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari
kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978),
dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.
6. Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif
hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses
gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan
bahan organik seperti glumatin dan gula (Smith, 1981).
Menurut Henderson et al., (1977) bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan
dari tajuk melalui proses troughfall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk
dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum.
13
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan
mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti
H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4
yang bersifat netral. Dengan demikian pH air dari pada pH air hujan asam itu sendiri.
Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan
sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu
berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman et al. (1980)
menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika
dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.
7. Penyerap Karbon Monoksida
Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah (Phaseolus
vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari. Mikro organisme serta
tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini
(Bennet dan Hill, 1975).
Inman dan kawan-kawan dalam Smith (1981). mengemukakan, tanah dengan
mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya
sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam
waktu 3 jam saja.
8. Tanaman penyerap/penepis bau
Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen
mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau.
Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan
angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi
hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat
menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat
menghasilkan bau harum antara lain : Cempaka (Michelia champaka) dan tanjung
(Mimusops elengi), Pandanus op (pandan), Murraya paniculata (kemuning),
Mimisops elengi (tanjung).
14
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
9. Tanaman untuk mengatasi penggenangan
Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang
mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang
memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak,
sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula.
Menurut Manan (1976) tanaman penguap yang sedang tinggi diantaranya adalah :
nangka (Artocarpus integra), albizia (Paraserianthes falcataria), Acacia vilosa,
Indigofera galegoides, Dalbergia spp., mahoni (Swietenia spp), jati (Tectona
grandis), kihujan (Samanea saman) dan lamtoro (Leucanea glauca).
10. Tanaman untuk pelestarian air tanah
Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan
kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar air tanah hutan
akan meningkat.
Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami
dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Di samping
itu sistem perakaran dan serasahnya dapat memperbesar porositas tanah, sehingga air
hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit
yang menjadi air limpasan.
Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah
yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian hutan kota
yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat
membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.
Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotrnspirasi yang rendah
antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia), Ficus elastica, karet (Hevea
brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia speciosa),
Fragraea fragrans dan kelapa (Cocos nucifera).
15
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
11. Ameliorasi Iklim
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah
berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di
perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar
pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal,
gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar
radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena
tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan
Deneke, 1978 dan Robinette, 1983).
Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan
sangat dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi
jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah
berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. Wenda
(1991) telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang
bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari hutan kota di Bogor
yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan
jalan aspal, diperoleh hasil bahwa:
a. Pada areal bervegetasi suhu hanya berkisar 25,5-31,0° C dengan kelembaban
66-92%.
b. Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal
suhu yang terjadi 27,7-33,1° C dengan kelembaban 62-78%.
c. Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3-32,1° C dengan kelembaban 62-
78%.
Koto (1991) juga telah melakukan penelitian di beberapa tipe vegetasi di sekitar
Gedung Manggala Wanabakti. Dari penelitian ini dapat dinyatakan, hutan memiliki
suhu udara yang paling rendah, jika dibandingkan dengan suhu udara di taman
parkir, padang rumput dan beton.
16
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
12. Tanaman pengaman pantai dari abrasi
Kota-kota yang terletak di tepi pantai pada beberapa tahun terakhir ini dihantui oleh
intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kota
yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan karena:
a. Penanaman dengan tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang
sedang-agak tinggi akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan
baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian.
b. Penanaman dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi
akan menguras air dari dalam tanah, sehingga konsentrasi garam adalah tanah
akan meningkat. Dengan demikian penghijauan bukan lagi memecahkan masalah
intrusi air asin, malah sebaliknya akan memperburuk keadaannya.
Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan
kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air
tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman
yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Contoh tanamannya antara lain
: Mangrove, Avicinnea,Brugiera, dan Nipah.
13. Produksi Terbatas
Hutan kota berfungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di
Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta (Pikiran
Rakyat, 18-3-1991). Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah
yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat
meningkatkan taraf gizi/kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari untuk
kerajinan tangan. Bunga tanjung diambil bunganya. Buah sawo, kawista, pala,
lengkeng, duku, asem, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
guna meningkatkan gizi dan kesehatan warga kota.
14. Penapis Cahaya Silau
Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti
kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-
17
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan,
akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut
perlu untuk dikurangi.
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung
pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun
kerimbunan tajuknya.
15. Meningkatkan Keindahan
Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan, minuman,
namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan pelengkap kebutuhan
rohani. Benda-benda di sekeliling manusia dapat ditata dengan indah menurut garis,
bentuk, warna, ukuran dan teksturnya (Grey dan Deneke, 1978), sehingga dapat
diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik.
Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna dan tekstur yang
sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan yaitu tidak
alami, sehingga boleh jadi tidak segar tampaknya di depan mata. Akan tetapi dengan
menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka keindahan yang telah ada akan
lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang sangat disukai oleh setiap manusia.
Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan benda-
benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi
yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa,
sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang
ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau
untuk memenuhi rancangan yang nuansa (bergradasi lembut).
Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga
pemandangan yang kurang enak dilihat seperti : tempat pembuangan sampah,
pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan warna,
pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih
18
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya hutan kota sebagai tabir
penyekat di sana.
16. Sebagai Habitat Burung
Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran angin,
kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau
kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.
Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung
perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi
masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :
a. Membantu mengendalikan serangga hama,
b. Membantu proses penyerbukan bunga,
c. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,
d. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang
menyenangkan,
e. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,
f. Sebagai sumber plasma nutfah,
g. Objek untuk pendidikan dan penelitian.
Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan
maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di antaranya
disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena
berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.
Menurut Ballen (1989), beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung
antara lain :
a. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F. benjamina, F. variegata, dan F.
glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.).
b. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis
burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yangtengah berbunga antara
19
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak (Sturnidae)
dan beberapa jenis burung madu.
c. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah menarik
burung ungkut-ungkut dan srigunting.
d. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung
sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.
e. Bambu (Bambusa spp.). Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar (Ploceus
sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya seperti : burung
cacing (Cyornis banyumas), celepuk (Otus bakkamoena), sikatan (Rhipidura
javanica), kepala tebal bakau ( Pachycephala cinerea) dan perenjak kuning
(Abroscopus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya, di antara dedaunan
dan di dalam batangnya.
17. Mengurangi Stress
Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan
yang tinggi. Namun di lain pihak lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan
yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri.
Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan
lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran
timbal dan karbon-monoksida (Soemarwoto, 1985). Oleh sebab itu gejala stress
(tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada
anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya
bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota.
Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu
mengurangi sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang
diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO,
SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota. Kicauan
dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat
mengurangi kekakuan dan monotonitas.
20
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
18. Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi
Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran
ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan
demikian hutan kota selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat
berperan dalam proses pembentukan daratan.
19. Meningkatkan Industri Pariwisata
Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) di Kebun raya Bogor yang berbunga
setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi di
Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun manca-
negara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika berkunjung atau
singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan hutan kota yang unik, indah dan
menawan.
20. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang
Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi oleh
kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan monotonitas,
rutinitas dan kejenuhan kerja.
3.3. Pemeliharaan, Perlindungan/pengamanan Hutan Kota
Pemeliharaan hutan kota dilaksanakan dalam rangka menjaga dan
mengoptimalkan fungsi dan manfaat hutan kota melalui optimalisasi ruang tumbuh,
diversifikasi tanaman dan peningkatan kualitas tempat tumbuh. Pada dasarnya
pemeliharaan termasuk didalamnya perlindungan dan pengamanannya.
a) Pemeliharaan
Pada dasarnya pemeliharaan hutan dapat dilakukan secara minimal jika hutan
kota tersebut telah terbangun atau terbentuk. Masalah utama pada hutan kota yang telah
21
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
terbangun adalah kekeringan pada musim kemarau. Jadi, pemeliharaan utama hutan
kota adalah penyiraman.
Pemeliharaan penting pada pembangunan hutan kota adalah yaitu pada saat
tanaman berumur kurang dari dua tahun.
1. Pemeliharaan tahun berjalan
Meliputi kegiatan pemupukan (pupuk organik dan an organik), penyiangan,
penyulaman, pendaringan/penjarangan, pengendalaian hama penyakit.
Penyulaman tahun berjalan untuk mengganti tanaman yang mati/tidak tumbuh
normal sebanayak maksimum 10 persen (40 batang bibit)
2. Pemeliharaan tahun pertama dan kedua
Pemeliharaan tahun pertama dapat dilakukan apabila prosentase tumbuh pohon
diatas 55 persen dan tahun kedua apabila prosentase tumbuh diatas 75 persen.
Pemeliharaan meliputi pemupukan (pupuk organik dan an organik), penyiangan,
penyulaman, pendaringan/penjarangan, pengendalaian hama penyakit
b) Perlindungan/pengamanan Hutan Kota
1. Perlindungan dan pengamanan hutan kota sebagaimana bertujuan untuk
menjaga keberadaan dan kondisi hutan kota agar tetap berfungsi secara optimal.
2. Perlindungan dan pengamanan hutan kota dilakukan melalui upaya :
a. pencegahan dan penanggulangan kerusakan lahan;
b. pencegahan dan penanggulangan pencurian fauna dan flora;
c. pencegahan dan penanggulangan kebakaran; dan
d. pengendalian dan penanggulangan hama dan penyakit.
3. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan dan
atau penurunan fungsi hutan kota.
a. membakar hutan kota;
b. merambah hutan kota;
c. menebang, memotong, mengambil, dan memusnahkan tanaman dalam hutan
kota, tanpa izin dari pejabat yang berwenang;
22
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
d. membuang benda-benda yang dapat mengakibatkan kebakaran atau
membahayakan kelangsungan fungsi hutan kota; dan
e. mengerjakan, menggunakan, atau menduduki hutan kota secara tidak sah.
IV. PENUTUPMasalah hutan kota yang paling mendasar hingga saat ini adalah : (1) dukungan
dari penentu kebijakan, (2) dukungan finansial, (3) dukungan masyarakat, dan (4) tenaga
ahli. Oleh karena itu untuk memperoleh keberhasilan pembangunan dan pengembangan
hutan kota di Indonesia dukungan-dukungan seperti yang telah disebutkan di atas perlu
disempurnakan secara sungguh-sungguh.
Ilmu hutan kota merupakan suatu disiplin ilmu yang relatif baru, namun sangat perlu dan
segera harus dikembangkan, karena mempunyai keuntungan antara lain:
1. Melalui penyuluhan hutan kota kepada masyarakat dapat disampaikan tentang
pentingnya menciptakan lingkungan hidup di perkotaan yang sehat, indah,
bersih, nyaman dan alami, sehingga dapat dijadikan sebagai komponen
pelengkap dalam mewujudkan kemajuan, ketahanan dan masa depan bangsa
Indonesia. Usaha penataan kota seperti yang telah dilakukan oleh beberapa kota
seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya dan beberapa kota besar lainnya diharapkan
akan berjalan lebih pesat lagi dan dapat diikuti dengan beberapa kota lainnya.
2. Turut mengembangkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan hidup di perkotaan.
3. Sebagai salah satu bukti nyata tentang keterlibatan disiplin ilmu kehutanan dalam
memecahkan masalah lingkungan global.
4. Menciptakan lapangan kerja baru bagi sarjana kehutanan dan lulusan sekolah
dibawahnya.
5. Turut serta dalam menangkal kampanye Anti Penggunaan Kayu Tropis.
23
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
6. Turut mensukseskan program kunjungan wisata ke Indonesia.
7. Mengubah persepsi masyarakat barat yang tidak tepat.
8. Membantu pemerintah dalam program udara bersih (PRODASIH
24