Post on 26-Oct-2020
i
PEMBINAAN KEAGAMAAN KEPADA KOMUNITAS PREMAN
(STUDI KASUS DI MUALAF CENTER MAGELANG
TAHUN 2019/2020)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
RINA BUDIYATI
23010160254
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
ii
iii
PEMBINAAN KEAGAMAAN KEPADA KOMUNITAS PREMAN
(STUDI KASUS DI MUALAF CENTER MAGELANG TAHUN
2019/2020)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
RINA BUDIYATI
23010160254
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
iv
v
vi
vii
MOTTO
هون عن المنكر لمعروف وي ن ي ويمرون ب ولتكن م نكم أمة يدعون إل ال وأول ئك هم المفلحون
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”
(Q.S Ali-Imron: 104)
viii
PERSEMBAHAN
Atas ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Sawali dan Ibu
Kowiyah karena dengan bimbingan, kasih sayang, dan doa keduanya lah aku
melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita dan merekalah
yang selalu memberiku semangat.
2. Kakakku Fahrurrozi beserta seluruh keluarganya yang telah memberi
semangat dan adikku yang telah lebih dulu lulus Fitri Irmawati yang sudah
mendukung dan selalu memberi semangat agar aku tidak menyerah.
3. Dosen Pembimbing Akademik Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. yang telah
membimbing dari semester 1 sampai selesai.
4. Dosen Pembimbing skripsi bapak Dr. Achmad Maimun, M.Ag. yang telah
banyak membimbing peneliti, memotivasi serta memberikan banyak sekali
ilmu kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi.
5. Seluruh Dosen dan Staf akademik yang memberiku ilmu dan selalu
menjawab segala pertanyaan dengan penuh keramahan.
6. Sahabatku semuanya santri Rumah Tahfidz Daarul Ilmi, yang telah
menemani aku selama 2,5 tahun melalui masa-masa kuliah yang sangat
menyibukkan, memberi nasehat ketika aku luput dan menjadi penyemangatku
disaat aku rapuh terutama Khoridatul Bahiyyah dan Melani Enggarsari
sahabat curhatku yang senantiasa memberi semangat dan membuatku tetap
kuat melewati life quarter crisis.
ix
7. Teman-teman Asrama Immawati 2 yang selalu memberi support dan mau
mendengarkan segala keluh kesahku. Terutama teman-teman seperjuangan
angkatan 2016 yang selalu saling memberi motivasi agar tak menyerah pada
skripsi.
8. Teman-teman di IMM yang selalu memberiku ruang untuk belajar di
organisasi, yang membuatku lebih berani keluar dari zona nyaman. Membuat
jiwa kepemimpinanku lebih tertantang.
9. Teman-temanku PPL SMAN 1 Getasan yang telah membuat masa magangku
istimewa, teman-teman KKN Posko 9 Candimulyo yang membuat masa
pengabdianku tak terlupa.
10. Teman-temanku PAI H yang kompak selalu dan teman-teman kampus yang
selalu memberi support kepadaku, serta semua pihak yang telah membantu
dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa peneliti haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut yang
senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar sarjana Pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa peneliti mengucapkan terima
kasih yang kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin M.Ag, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
keguruan IAIN Salatiga.
3. Bapak Hamman Ph.D, selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam yang tak pernah menyerah memberikan motivasi kepada
kami dalam proses penelitian laporan penelitian ini.
5. Bapak Dr. Achmad Maimun, M.Ag, selaku dosen pembimbing penelitian
laporan penelitian ini yang dengan kesabarannya berkenan memberikan
xi
petunjuk dan bimbingan kepada peneliti dalam proses penyelesaian
penelitian ini.
6. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dari semester 1 sampai selesai
7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian
kompetitif ini.
8. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
9. Pembina dan seluruh anggota Mualaf Center Magelang serta komunitas
preman Magelang.
10. Orang tua peneliti serta semua pihak yang telah membantu sehingga
penelitian skripsi ini selesai.
Teriring doa, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu tim
peneliti dalam penelitian laporan penelitian ini diterima di sisi Allah Swt, dan
mendapat pahala yang dilipat gandakan. Tim peneliti menyadari bahwa laporan
penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun selalu diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan laporan
penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 1 Juni 2020
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO ........................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................................ v
DEKLARASI ............................................................................................................. vi
MOTTO ..................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi
ABSTRAK ............................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
1. Secara Teoritis ............................................................................................ 6
2. Secara Praktis ............................................................................................. 6
xiii
E. Penegasan Istilah ............................................................................................ 7
1. Pembinaan Keagamaan .............................................................................. 7
2. Komunitas Preman ..................................................................................... 9
3. Mualaf Center Magelang ............................................................................ 10
F. Sistematika Penelitian ..................................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................... 12
1. Pembinaan Keagamaan .............................................................................. 12
2. Komunitas Preman ..................................................................................... 33
B. Kajian Pustaka ................................................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 42
C. Sumber Data ................................................................................................... 43
1. Sumber Data Primer ................................................................................... 43
2. Sumber Data Sekunder ............................................................................... 43
D. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................... 45
1. Metode Wawancara .................................................................................... 45
2. Metode Pengamatan (Observasi) ............................................................... 47
3. Metode Dokumentasi ................................................................................. 49
xiv
E. Analisis Data .................................................................................................. 53
1. Reduksi Data .............................................................................................. 53
2. Penyajian Data ........................................................................................... 53
3. Menarik Kesimpulan/ Verifikasi ................................................................ 54
F. Pengecekan Keabsahan Data .......................................................................... 54
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data .................................................................................................. 56
1. Profil Mualaf Center Magelang .................................................................. 56
2. Gambaran Informan ................................................................................... 64
3. Gambaran Preman Binaan Mualaf Center Magelang................................. 66
4. Hasil Penelitian .......................................................................................... 71
B. Analisis Data .................................................................................................. 100
1. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan kepada Komunitas Preman ............. 101
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Keagaamaan kepada
Komunitas Preman .................................................................................... 116
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ..................................................................................................... 124
B.Saran ................................................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 50
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Mualaf Center Magelang ..................................... 58
Tabel 4.2 Identitas Informan ................................................................................ 65
Tabel 4.3 Identitas Preman Binaan Mualaf Center Magelang ............................. 68
Tabel 4.4 Pengelolaan Keuangan Pembinaan Preman Bulan April 2020 ............ 71
Tabel 4.5 Jadwal Konsumsi NGOPI Malam Ahad .............................................. 77
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing ............................................. 131
Lampiran 2 Surat Izin Penelitan ........................................................................... 132
Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian .......................................... 133
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Pembimbing ...................................................... 134
Lampiran 5 Daftar Nilai SKK .............................................................................. 137
Lampiran 6 Pedoman Wawancara ....................................................................... 145
Lampiran 7 Catatan Hasil Wawancara ................................................................. 148
Lampiran 8 Pedoman Observasi .......................................................................... 185
Lampiran 9 Catatan Hasil Observasi ................................................................... 186
Lampiran 10 Dokumentasi ................................................................................... 194
xvii
ABSTRAK
Budiyati, Rina. 2020. Pembinaan Keagamaan kepada Komunitas Preman (Studi
Kasus di Mualaf Center Magelang Tahun 2019/2020). Skripsi, Program
Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Achmad Maimun,
M. Ag.
Kata Kunci: Pembinaan Keagamaan; Komunitas Preman; Mualaf Center
Magelang
Tujuan penelitian dalam skripsi ini yaitu: (1) Untuk mengetahui
pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman di Mualaf Center
Magelang. (2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembinaan
keagamaan kepada komunitas preman di Mualaf Center Magelang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan (field research). Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber
primer dan sumber sekunder. Sumber primer yakni pengamatan dan wawancara.
Sumber data primer adalah pembina Mualaf Center Magelang, ketua Mualaf
Center Magelang, ustadz pembinaan preman, dan anggota komunitas preman.
Sementara sumber sekunder merupakan dokumen di lokasi penelitian yang dapat
menunjang penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan
wawancara, participant observation, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pembinaan
keagamaan kepada komunitas preman telah dilakukan selama 2 tahun, tepatnya
sejak bulan ramadhan tahun 2018. Pelaksanaan pembinaan dilaksanakan dengan
melakukan perencanaan yang dilakukan dengan menentukan objek yang dibina,
strategi serta metode pembinaan. Kurikulum yang digunakan belum terstruktur
secara jelas dan sistematis. Landasan pembinaan menggunakan 2 sumber hukum
Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Program yang diadakan meliputi program harian
yaitu mengaji al-Qur’an setiap ba’da Isya, program mingguan yaitu agenda ngopi
(ngobrol perkara iman) dan sedekah Jum’at, program bulanan yaitu gemar
(gerakan limaratus sehari) dan pengajian dengan menghadirkan ustadz lokal,
program tahunan yaitu tabligh akbar dan peringatan hari besar Islam serta
berbagai program Insidental seperti gatot (gerakan tilik (menjenguk) orang sakit),
penggalangan dana untuk korban bencana atau ikut pencegahan virus Covid-19,
bedah rumah dan mengikuti event Muslim United. Metode yang digunakan adalah
metode diskusi, ceramah serta keteladanan dan pembiasaan. Materi yang diajarkan
yaitu aqidah, syariah dan akhlaq. Media yang digunakan adalah papan tulis dan
spidol. Evaluasi yang digunakan yaitu non tes dengan mengobservasi perubahan
tingkah laku para preman. (2) Faktor yang mendukung pembinaan keagamaan
kepada komunitas preman adalah adanya motivasi diri, metode yang menarik dan
beragam, kerjasama tim yang baik, serta dukungan dari berbagai pihak.
Sedangkan faktor yang menghambat yaitu karakteristik individu, lingkungan,
sumber dana serta sarana dan prasarana.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna.
Manusia memiliki kelebihan dibanding makhluk lain baik secara fisik
maupun psikis. Dari segi fisik, anggota badan manusia paling sempurna
dibanding yang lainnya sedangkan dari segi psikis ia mempunyai akal dan
nafsu, akal berfungsi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
sedangkan nafsu untuk merasakan keindahan, keenakan serta merasakan
yang lain. Keduanya tidak bekerja secara berpisah, melainkan saling
memberi pertimbangan (Syukur, 2000:1).
Sebagai makhluk Allah dengan berbagai kelebihan yang dimiliki,
manusia tidak hadir begitu saja. Manusia mengemban misi dari Allah SWT
ketika diturunkan ke bumi. Dengan segala akal dan potensinya tersebut
manusia diharapkan bisa menjadi ‘khalifah di bumi. Hal ini sebagaimana
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Q.S Al-Baqarah: 30 yang berbunyi:
وإذ قال ربك للملئكة إن جاعل ف الرض خليفة قالوا أتعل فيها من مدك ون قد س لك قال إن أعلم ما د فيها ويسفك الد ماء ونن نسب ح ب ي فس
ل ت علمون Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat:"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
‘khalifah di muka bumi". Mereka berkata:"Mengapa Engkau
hendak menjadikan (‘khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman:"Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui" (Departemen Agama, 2018:6).
2
Manusia dalam menjalankan misi ke’khalifahannya tersebut
memerlukan pedoman agar berjalan sesuai dengan ketentuan Allah.
Pedoman yang dimaksud adalah agama. Agama asalnya terdiri dari dua
suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama berarti kacau. Jadi agama
mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan melihat hasil
yang diberikan oleh peraturan- peraturan agama kepada moral atau materiil
pemeluknya, seperti yang diakui oleh orang yang mempunyai pengetahuan,
(Abdullah, 2004:2).
Islam menurut bahasa adalah agama yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW berpedoman kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke
dunia melalui wahyu Allah SWT (KBBI, 2001:444). Islam menurut istilah
adalah mengacu pada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari
Allah SWT., bukan berasal dari manusia (Abdullah, 2004:7). Agama Islam
sendiri berisi berbagai ketentuan petunjuk, perintah dan larangan yang
bertujuan untuk keselamatan manusia di dunia dan di akhirat.
Orang yang beragama Islam idealnya menampilkan segala
perbuatan seperti yang dijelaskan dalam tuntunan agama Islam, yaitu yang
termuat jelas di dalam Al-Qur’an dan juga segala keteladanan yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kedua landasan tersebut
seharusnya bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam berhubungan dengan orang yang lebih tua, sebaya maupun lebih
muda.
3
Pada faktanya, masih banyak orang Islam sendiri yang tidak
merepresentasikan apa yang telah diajarkan, contohnya dalam berinteraksi
dengan sesama manusia. Banyak orang yang di KTP (Kartu Tanda
Penduduk) nya tertera jelas dalam kolom agama adalah Islam namun masih
suka mengambil hak-hak orang lain bahkan tak segan melakukan
kekerasan demi melancarkan aksinya, hingga sebutan preman melekat
padanya.
Preman yang sering diidentikkan dengan orang/ kelompok yang
melakukan pemberontakan, aksi kekerasan dan lain-lain tentu sangat
meresahkan masyarakat. Salah satu contohnya adalah preman di Magelang.
Premanisme di Magelang sering terjadi di sekitar Gunung Tidar, tepatnya
di Desa Barakan, Karanggading, Magersari dan sekitarnya. Hal ini terjadi
secara turun temurun dikarenakan lokasi tersebut dahulunya adalah
terminal dan banyak preman yang mangkal dilokasi tersebut, baik untuk
meminta jatah keamanan kepada sopir, maupun hanya nongkrong di
terminal. Bahkan setelah terminal tersebut pindah ke lokasi yang baru
kegiatan premanisme disekitar Gunung Tidar tersebut masih terus berjalan.
Alhasil, lokasi tersebut bahkan sudah mendapat stigma negatif dari
masyarakat sebagai sarang/ markas para preman (hasil wawancara dengan
bapak Wahyu Priyanto, 16 November 2019 pukul 09.00 di Mualaf Center
Magelang).
Pepatah mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Status para preman yang kebanyakan juga merupakan figur seorang bapak
4
dikhawatirkan akan berdampak negatif bagi perkembangan sang anak.
Sebagai seorang bapak yang seharusnya bisa memberikan contoh yang
baik, namun justru mempunyai sifat yang sarat dengan kekerasan. Peran
penting seorang bapak tersebut tidak hanya dalam hal duniawi saja namun
yang lebih penting adalah dalam aspek akhiratnya. Hal ini sebagaimana
diterangkan dalam Q.S At-Tahrim: 6
ها ي أي ها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نرا وقودها الناس والجارة علي داد ل ي عصون الل ما أمرهم وي فعلون ما ي ؤمرون ملئكة غلظ ش
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(Departemen Agama, 2018:560)
Melihat berbagai fenomena terebut timbullah keresahan dari Mualaf
Center Magelang untuk bisa membenahi premanisme di daerah tersebut.
Harapannya tentu agar masyarakat menjadi bisa lebih baik lagi, terutama
dalam hal keagamaan sehingga status Islam mereka tidak sekedar berhenti
hanya di KTP saja namun juga tampak dalam perilaku sehari-hari. Hingga
timbullah sejumlah pertanyaan, bagaimana pelaksanaan pembinaan para
preman tersebut karena para preman tersebut sudah beragama Islam?
bagaimana mengIslamkan kembali orang Islam? apakah ada dukungan dari
masyarakat ataupun justru masyarakat lah yang menjadi penghambatnya?
Bertolak dari uraian permasalahan yang telah dipaparkan di atas,
terkait dengan keberadaan orang yang beragama Islam tapi yang jauh dari
cerminan perilaku Rosulullah SAW bahkan mendapat sebutan preman,
5
peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari pembinaan
tersebut, baik kurikulum, metode atau program, media serta evaluasi dari
Mualaf Center Magelang dalam membina para preman tersebut, dan apa
saja faktor pendukung dan penghambat dari proses pembinaan agama
tersebut. Oleh karena itu skripsi ini diberi judul “PEMBINAAN
KEAGAMAAN KEPADA KOMUNITAS PREMAN (STUDI KASUS
DI MUALAF CENTER MAGELANG TAHUN 2019/2020)”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini
hanya berfokus pada:
1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas
preman di Mualaf Center Magelang?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan
kepada komunitas preman di Mualaf Center Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari latar belakang yang telah dipaparkan
di atas meliputi:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada
komunitas preman di Mualaf Center Magelang.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembinaan
keagamaan kepada komunitas preman di Mualaf Center Magelang.
6
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi penjelas dan
memberikan manfaat yang baik bagi siapa saja, baik bagi peneliti sendiri
maupun masyarakat serta diharapkan memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktisnya.
1. Manfaat Teoretis
a. Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pelaksanaan
pembinaan keagamaan kepada para preman serta faktor pendukung
dan penghambat dalam pembinaan tersebut.
b. Hasil penelitian dapat memberikan masukan dan sebagai bahan
informasi ilmiah khususnya bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis terkait pembinaan keagamaan bagi masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian bisa memberikan manfaat yang bisa dipraktikkan
bagi Mualaf Center Magelang, yaitu untuk terus berinovasi dalam
pembinaan keagamaan dan menemukan solusi dari berbagai faktor
penghambat sehingga proses pembinaan bisa berjalan lebih baik, dari
segi kualitas dan kuantitas.
b. Hasil penelitian juga memberikan manfaat yang bisa dipraktikan
peneliti yaitu agar semangat dalam mengembangkan dakwah Islam
dimanapun dan siapapun objeknya. Serta bisa mengamalkan hasil
dari penelitian yang telah dilakukan ini.
7
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang
berbeda dalam ruang lingkup pembahasan penelitian ini, maka sekiranya
perlu dijelaskan istilah pokok yang terkandung dalam judul skripsi ini,
yaitu:
1. Pembinaan Keagamaan
Pembinaan merupakan suatu proses, tindakan, hasil atau
pernyataan menjadi lebih baik. Pembinaan mengacu pada adanya
perubahan, kemajuan, evolusi serta berbagai kemungkinan yang
berkembang atas peningkatan sesuatu. Jadi dalam pembinaan ini ada
dua unsur penting, yang pertama yaitu pembinaan bisa berupa tindakan,
proses atau pernyataan tujuan dan yang kedua berarti perbaikan atas
sesuatu (Susanto, 2018:207).
Senada dengan definisi tersebut, menurut Helmy (2001:31)
pembinaan adalah segala ikhtiar, usaha maupun tindakan yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas seseorang, dalam hal ini lebih spesifik
pada aspek keagamaannya. Baik dalam aspek tauhid, ibadah, akhlak
maupun dalam bermuamalah dengan sesama manusia.
Keagamaan berasal dari kata agama. Agama asalnya terdiri dari
dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama berarti kacau. Jadi agama
mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan melihat
hasil yang diberikan oleh peraturan-peraturan agama kepada moral atau
materiil pemeluknya (Abdullah, 2004:2).
8
Pengertian agama dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008:18)
yaitu: “ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
kepada Tuhan yang Mahakuasa, tata peribadatan, dan tata kaidah yang
bertalian dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya
dengan kepercayaan itu”.
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada pemeluknya
untuk menyebarkan benih kedamaian, keamanan, dan keselamatan
untuk diri sendiri, sesama manusia dan kepada lingkungan sekitarnya
(rahmatan lil’alamin). Hal tersebut akan tercapai jika setiap muslim
menaati dan mematuhi serta mengamalkan segala aturan dari Allah,
senantiasa menjalankan perintah dan meninggalkan larangannya seperti
yang telah termuat jelas dalam sumber ajaran agama, yaitu al-Qur’an
dan Hadis (Mahfud, 2011:5).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan
keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha, ikhtiar,
tindakan, proses pemberian bantuan Mualaf Center Magelang terhadap
komunitas preman untuk memperbaiki, mempertahankan dan
menyempurnakan apa yang sudah ada agar sesuai dengan yang
diharapkan yaitu memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tuntunan
agama agar dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
9
2. Komunitas Preman
Komunitas mengacu pada suatu kesatuan untuk bersosialisasi
dan berinteraksi dengan orang lain secara jelas dan disadari oleh
masing-masing anggotanya (Waluya, 2004:52). Komunitas juga
merujuk pada suatu kelompok yang saling bekerjasama dan berinteraksi
dikarenakan adanya kesamaan gaya hidup (Kotarba &Vanini dalam
Djaya, 2016:52).
Preman adalah kelompok yang sering melakukan tindakan
kriminal. Kelompok ini hidup dalam masyarakat dengan membuat
identitas diri baik secara fisik maupun sikap-sikap yang membuat
masyarakat takut dan resah. Biasanya mereka menampilkan kesan yang
dianggap negatif oleh masyarakat seperti, percaloan, pemerasan,
pemaksaan dan pencurian yang berlangsung secara cepat dan spontan
(Rahmawati, 2002:14).
Berdasarkan beberapa definisi di atas yang dimaksud komunitas
preman adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi dikarenakan
mereka mempunyai kesamaan gaya hidup yaitu menjadi manusia yang
bebas, yang tidak mau terikat aturan dan saling bekerja sama namun
untuk hal-hal negatif seperti kekerasan, pencaloan, pemerasan dan
biasanya berada di pasar-pasar, terminal atau tempat umum. Komunitas
preman dalam penelitian ini adalah kelompok preman yang berada di
sekitar Gunung Tidar Kota Magelang atau di Desa Tejosari, Kelurahan
Magersari, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang.
10
3. Mualaf Center Magelang
Mualaf Center Magelang (MCM) merupakan organisasi yang
berdiri di bawah naungan Mualaf Center Indonesia dan telah banyak
bergerak dalam bidang kemasyarakatan seperti pembinaan keagamaan,
ekonomi, sosial dan kebencanaan. Organisasi ini berdiri di Magelang
sendiri sejak tahun 2015. Sekertariat Mualaf Center Magelang
beralamat di Jalan KH. Dalhar 174, RT. 02/RW. 09, Santren, Kelurahan
Gunungpring, Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang (hasil
wawancara dengan bapak Wahyu Priyanto, 16 November 2019 pukul
09.00 di Mualaf Center Magelang).
F. Sistematika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun ke dalam 5 bab yang
rinciannya sebagai berikut.
BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, dan sistematika penelitian.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Pada bagian ini dipaparkan terkait
landasan teoritik yang relevan dan sejalan dengan permasalahan yang
meliputi pengertian pembinaan keagamaan, dasar pembinaan keagamaan,
tujuan pembinaan keagamaan, materi pembinaan keagamaan, serta metode-
metode pembinaan keagamaan dan juga pengertian komunitas preman
serta jenis-jenis preman. Selain itu, pada bab ini dilengkapi dengan kajian
11
pustaka yang berisi penelitian terdahulu yang relevan guna membantu
penelitian skripsi ini.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini memuat
tentang metode dan langkah-langkah secara operasional. Meliputi: jenis
penelitian dan pendekatan, lokasi penelitian, sumber data, jenis data,
analisis data, pengecekan keabsahan data.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. Pada
bab ini disajikan data-data terkait, berisi gambaran umum mengenai profil
Mualaf Center Magelang, gambaran informan, gambaran preman yang
dibina (meliputi latar sejarah pembinaan, latar belakang pendidikan umum,
latar belakang pengetahuan agama dan identitasnya) serta hasil penelitian
di Mualaf Center Magelang yang menjelaskan analisis pelaksanaan dan
faktor pendukung serta penghambat dalam pembinaan keagamaan kepada
komunitas preman yang dilakukan oleh Mualaf Center Magelang tahun
2019/2020.
BAB V: PENUTUP. Meliputi kesimpulan dan saran
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembinaan Keagamaan
a. Pengertian Pembinaan Keagamaan
Pembinaan keagamaan merupakan kalimat majemuk yang
terdiri dari dua kata yaitu pembinaan dan keagamaan yang masing-
masing kata tersebut jika diuraikan akan memiliki makna sendiri-
sendiri. Pembinaan berasal dari kata dasar bina, yang berasal dari
bahasa arab bana yang berarti membina, membangun, mendirikan,
dan membentuk. Kemudian mendapat awalan pe- dan akhiran -an
sehingga menjadi kata pembinaan yang mempunyai arti usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik (Alwi, 2013:152)
Definisi pembinaan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2016:32):
Pembinaan adalah proses, cara, perbuatan, membina (negara
dan sebagainya), pembaharuan, penyempurnaan, atau usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan
efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik usaha upaya
untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa, antara lain
mencakupi peningkatan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan berbahasa yang dilakukan misalnya melalui
jalur pendidikan dan pemasyarakatan, atau kegiatan secara
berencana dan terarah untuk lebih menyempurnakan tata
hukum yang ada agar sesuai dengan perkembangan
masyarakat.
13
Pembinaan merupakan suatu proses, tindakan, hasil atau
pernyataan menjadi lebih baik. Pembinaan mengacu pada adanya
perubahan, kemajuan, evolusi serta berbagai kemungkinan yang
berkembang atas peningkatan sesuatu. Jadi dalam pembinaan ini
ada dua unsur penting, yang pertama yaitu pembinaan bisa berupa
tindakan, proses atau pernyataan tujuan dan yang kedua berarti
perbaikan atas sesuatu (Susanto, 2018:207).
Senada dengan definisi tersebut, menurut Helmy (2001:31)
pembinaan adalah segala ikhtiar, usaha maupun tindakan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas seseorang, dalam hal ini
lebih spesifik pada aspek keagamaannya. Baik dalam aspek tauhid,
ibadah, akhlak maupun dalam bermuamalah dengan sesama
manusia.
Keagamaan berasal dari kata agama. Agama asalnya terdiri
dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama berarti kacau.
Jadi agama mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami
dengan melihat hasil yang diberikan oleh peraturan-peraturan
agama kepada moral atau materiil pemeluknya (Abdullah, 2004:2).
Pengertian agama dalam Kamus Bahasa Indonesia
(2008:18) yaitu: “ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) kepada Tuhan yang Mahakuasa, tata peribadatan,
dan tata kaidah yang bertalian dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya dengan kepercayaan itu”.
14
Darajat (1982:52) mengemukakan agama merupakan
kebutuhan yang fundamental bagi jiwa manusia, dimana
didalamnya mengatur segala sikap, pandangan hidup dan juga cara
menghadapi setiap masalah. Sedangkan keagamaan adalah hal-hal
yang ada kaitannya atau berhubungan dengan agama. Agama yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah Agama Islam.
Islam secara bahasa merupakan turunan dari kata assalmu,
as-salamu, atau as-salamatu yang berarti bersih dan selamat dari
kecacatan lahir dan batin. Islam berarti suci, bersih tanpa cacat.
Islam berarti “menyerahkan sesuatu”. Islam adalah memberikan
keseluruhan jiwa raga seseorang kepada Allah SWT, dan
mempercayakan jiwa raga seseorang kepada Allah semata
(Mahfud, 2011:3). Sedangkan Islam menurut istilah adalah
Mengacu pada agama yang bersumber pada wahyu yang datang
dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia (Abdullah, 2004:7).
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada pemeluknya
untuk menyebarkan benih kedamaian, keamanan, dan keselamatan
untuk diri sendiri, sesama manusia dan kepada lingkungan
sekitarnya (rahmatan lil’alamin). Hal tersebut akan tercapai jika
setiap muslim senantiasa menjalankan perintah dan meninggalkan
larangannya seperti yang telah termuat jelas dalam sumber ajaran
agama, yaitu al-Qur’an dan Hadis (Mahfud, 2011:5).
15
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pembinaan keagamaan adalah usaha, ikhtiar, tindakan, proses
pemberian bantuan terhadap individu untuk memperbaiki,
mempertahankan dan menyempurnakan apa yang sudah ada agar
sesuai dengan yang diharapkan yaitu memiliki sifat-sifat yang
sesuai dengan tuntunan agama agar dalam kehidupan keagamaan
senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
b. Landasan Pembinaan Keagamaan
Pembinaan keagamaan sebagai aktivitas membina
kepribadian muslim harus memliki landasan, pondasi dan dasar
yang kuat. Landasan diperlukan agar proses pembinaan memiliki
arah dan tujuan yang jelas. Landasan dalam pembinaan keagamaan
yaitu al-Qur’an dan Hadis yang merupakan sumber utama Agama
Islam. Al-Qur’an dan Hadis dapat diistilahkan sebagai landasan
ideal dan konseptual pembinaan dan konseling Islam. Hal tersebut
tertuang dari hadis berikut:
لوا أبدا كتاب الل ، امرين ت ركت فيكم ما إن اعتصمتم به ف لن تض وسنة نبي ه صلى الله عليه وسلم
Artinya: “Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian, jika
kalian berpegang pada keduanya, niscaya tidak akan
tersesat, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan sunnah Rasul-
Nya.” (H.R. al-Hakim dari Abu Hurairah)(As-Suyuthi:130).
16
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata qaraa-
yaqrau-Qur’anan yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini
mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca
al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk mashdar dari al-qiraah yang
berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian
sebab seolah-olah al-Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata,
dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar
(Ansori, 2013:17).
Definisi al-Qur’an menurut terminologi adalah kalam
Allah (kalamullah) yang bersifat mu’jizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat
Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang
dinukilkan secara mutawatir (berangsur-angsur), yang
mushafnya dimulai dari al-Fatihah dan diakhiri dengan surah
An-Nas, dan membacanya merupakan ibadah (Shihab,
2008:13).
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sejalan
dengan keperluan yang di butuhkan oleh Rasulullah untuk
memberitahu beliau terkait masalah-masalah baru yang terjadi
setiap hari. Melalui wahyu, Allah memberi tuntunan serta
petunjuk dan memantapkan ketabahan serta menambah
ketenangan beliau. Kurun waktu turunnya al-Qur’an kurang
17
lebih selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari (Talhus, 2008:7) dan
setidaknya terdiri dari 114 surat, 6.236 ayat, 77.439 kata dan
323.015 huruf (Anwar, 2013:34).
Salah satu fungsi al-Qur’an yang berkaitan dengan
pembinaan keagamaan adalah al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia. Al-Qur’an merupakan rujukan pertama yang
memberikan rambu-rambu bagi kehidupan manusia agar
selamat di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana diterangkan
dalam Qs. Al-Baqarah: 2
ذلك الكتاب ل ريب فيه هدى ل لمتقي Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”
(Departemen Agama, 2018:2).
Ayat di atas jelas menunjukkan betapa pentingnya al-
Qur’an sebagai landasan dalam proses pembinaan keagamaan.
Proses pembinaan keagamaan yang dilandasi dengan al-Qur’an
akan memiliki arah yang jelas, karena di dalam al-Qur’an telah
tersaji lengkap bagaimana metode, materi serta tujuan akhir
dalam pembinaan tersebut yang tidak perlu diragukan lagi
kebenarannya.
2) Hadis
Hadis secara bahasa mengandung beberapa makna,
seperti jadid, qarib dan khabar. Kata jadid mempunyai arti
baru dan merupakan lawan dari kata qadim yang berarti lama.
18
Qarib berarti yang dekat, atau yang belum lama terjadi.
Adapun khabar berarti warta atau berita, yaitu sesuatu yang
diperbincangkan dan dikabarkan dari seseorang pada orang lain
(Ash-Shiddiqiey, 1999:1)
Definisi hadis menurut istilah adalah adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shalallahu alahi
wasalam, baik berupa ucapan, perbuatan atau penetapan (An
Nadwi, 2007:12). Keterangan ini mengindikasikan bahwa
segala yang berasal dari Rasul SAW., baik berupa ucapan,
perbuatan, maupun berupa hal keadaan termasuk dalam
kategori hadis. Sedangkan menurut ulama usul fikih
memandang hadis hanya yang terkait dengan hukum syara`,
yakni segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi yang terkait
dengan hukum (Wahid, 2011:3).
Sudah kita ketahui bahwa hadis mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam ajaran Islam. Posisi hadis ini
merupakan sumber agama yang kedua setelah al-Qur’an. Al-
Qur’an sebagai sumber ajaran pertama memuat ajaran-ajaran
yang bersifat umum (global), yang perlu dijelaskan lebih lanjut
dan terperinci. Di sinilah, hadis menduduki dan menempati
fungsinya sebagai sumber ajaran kedua (Sholahuddin dan
Suyadi, 2011:78).
19
Hadis Nabi saw diyakini oleh mayoritas umat Islam
sebagai bentuk ajaran paling nyata dan merupakan realisasi dari
ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an. Mengakui
kebenaran al-Qur’an namun tidak mengakui hadis maupun
sunnah Rasulullah itu tidak berarti apa-apa. Karena menaati
Rasulullah berarti menaati Allah. Hal tersebut dijelaskan dalam
Qs. an-Nisa: 80.
م من يطع الرسول ف قد أطاع الل ومن ت ول فما أرسلناك عليه حفيظا
Artinya: “Barangsiapa yang menta'ati Rasul itu,
sesungguhnya ia telah menta'ati Allah. Dan barangsiapa
yang berpaling (dari keta'atan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”.
(Departemen Agama, 2018:91)
Ayat di atas menjelaskan bahwa taat kepada Nabi
menjadi ciri utama ketakwaan seseorang. Sebaliknya yang
menentang kenabian Muhammad atau menentang ajaran yang
dibawanya, menjadi ukuran kualitas keagamaan seseorang.
Bagi setiap orang yang menyatakan dirinya beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya harus menaati segala petunjuk yang
berupa perintah dan larangan yang termuat dalam al-Qur’an
dan Hadis dalam setiap aspek kehidupannya.
20
c. Tujuan Pembinaan Keagamaan
Tujuan pembinaan keagamaan sejalan dengan definisinya
yaitu usaha yang dilakukan untuk mengubah ataupun memberbaiki
sesuatu ke arah yang lebih baik lagi, dalam hal ini tentu saja
berkaitan dengan keagamaannya. Sehingga seseorang yang telah
mendapat pembinaan keagamaan, sikap dan perilakunya menjadi
lebih baik lagi dan sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam al-
Qur’an dan Hadis.
Tujuan pembinaan keagamaan yang dikemukakan oleh
Muhammad Muhammad Ali Quthb al-Misri (seorang intelektual
muslim dan pemikir pendidikan islam) dalam Syihab (1994:172-
173) adalah untuk membina manusia, baik pribadi atau kelompok
sehingga menjadi manusia yang mampu menjalankan perannya
baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah di bumi
manusia sesuai dengan aturan dari Allah guna membangun dunia
menjadi lebih baik lagi.
Senada dengan hal tersebut Darajat (1990:29)
mengemukakan:
Tujuan pembinaan keagamaan tersebut dibagi menjadi dua
yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dari
pembinaan keagamaan adalah penyampaian ajaran Allah
kepada umat manusia agar terwujud masyarakat yang
berbakti dan taat kepada Allah untuk mencapai keridhaan-
Nya. Sedangkan tujuan khususnya adalah penjiwaan
kepada terbimbing, khususnya dalam memecahkan
problem kehidupannya, asal yang bersangkutan mau
kembali kepada jalan yang benar.
21
Pendapat lain, Khalifah (1982:16) menjelaskan bahwa
tujuan dari pembinaan keagamaan adalah agar seseorang tidak
hanya meyakini aqidah ataupun hanya melaksanakan tata
peribadatannya saja tetapi lebih kepada usaha agar seseorang terus
berusaha memperbaiki dirinya dalam hal berhubungan secara
vertikal kepada Allah (hablum minallah) dan juga hubungan
vertikal dengan sesama manusia dan lingkungan (hablum
minannas) sehingga terjadi keselarasan dalam hidupnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan akhir dari pembinaan adalah membentuk kepribadian
seseorang sehinga terjadi keselarasan atau keseimbangan antara
kehidupan jasmani dan rohani, material dan spiritual serta dunia
dan akhirat. Hal ini seperti dalam Qs. al-Qashash: 77
ن ي ن الد يبك م رة ول تنس نص الدار الخ ن واب تغ فيما آتك الل ا وأحسكما أحسن الل إليك ول ت بغ الفساد ف الرض إن الل ل يب
دين المفسArtinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (Departemen Agama, 2018:394).
22
d. Materi Pembinaan Keagamaan
Materi pembinaan keagamaan tidak terlepas dari apa yang
telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya.
Materi dakwah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW
tentu bertujuan berlandaskan al-Qur’an dan mempunyai tujuan
untuk kemaslahatan umat manusia di dunia dan akhirat.
Secara konseptual, menurut Amin (2013:89) materi dakwah
keIslaman tergantung pada tujuannya yang hendak dicapai, namun
secara global materi keIslaman dapat diklasifikasikan menjadi tiga
pokok permasalahan, yaitu masalah aqidah (keimanan), masalah
syariat (keIslaman), masalah akhlaq (budi pekerti).
1) Aqidah
Kata aqidah secara bahasa (etimologi) berasal dari
bahasa Arab ‘aqada-ya’qadu-’uqdatan-wa‘aqidatan yang
memiliki arti ikatan atau perjanjian. Sedangkan menurut Istilah
(terminologi) kata aqidah berarti iman yang teguh dan pasti,
tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya
(Jawas, 2006:27). Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan
“aqidah adalah suatu yang dipercayai atau yg diyakini (agama):
hal itu dilakukannya sesuai dengan agama, kepercayaan,
keyakinan.”
23
Definisi aqidah yang dikemukakan oleh ulama fiqh
adalah sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh oleh
seseorang dan sulit untuk diubah. Dia meyakini rukun Iman
berdasarkan dalil-dalil yang pasti. Beriman kepada Allah, para
MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para Rosulnya, dan meyakini
adanya hari kiamat serta qadha dan qadar (Ahmad, 2008:116).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat kita pahami
bahwa aqidah ialah iman, keyakinan atau kepercayaan yang
dipegang teguh oleh seseorang dengan bersumber utama
kepada al-Qur’an. Ruang lingkup dari aqidah sendiri lebih kita
kenal dengan rukun Iman yang meliputi iman kepada Allah,
malaikat (termasuk di dalamnya: jin, setan, dan iblis), kitab-
kitab Allah yang diturunkan kepada para utusan-Nya, Nabi dan
Rasul, hari akhir, dan takdir Allah.
Aqidah merupakan suatu pusaka yang ditinggalkan oleh
Rasulullah yang akan tetap sama dimanapun tempatnya dan
kapanpun waktunya. Tidak ada yang berubah dalam aspek
aqidah. Selain itu aqidah adalah suatu kepercayaan yang tidak
memaksa, mudah diterima oleh akal fikiran tetapi mampu
mengarahkan seseorang kepada kebaikan dan kemuliaan dalam
menjalani hidup ini (Sabiq, 1989:10).
24
Materi aqidah dalam pembinaan keagamaan adalah
pondasi awal untuk mendirikan bangunan spiritual. Analoginya
semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, maka semakin
kokoh pondasi yang harus dibuat. Seorang yang memiliki
aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan
tertib, memiliki akhlak mulia dan mu’amalah yang baik.
Oleh karena itu materi keimanan (aqidah) ini sangat
penting untuk disampaikan dalam pembinaan keagamaan
dikarenakan yang dapat digunakan untuk masa mendatang atau
kehidupan yang sedang dan akan dijalani. Sebab semakin tua
usia manusia semakin banyak pula goncangan yang dihadapi.
Maka sangatlah penting peran aqidah dalam kehidupan untuk
menempuh ridha-Nya.
2) Syariat
Syariat atau yang sering ditulis dengan kata syariah
secara harfiyah memiliki arti jalan ke sumber (mata) air, artinya
yaitu jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim. Jalan
tersebut merupakan ketetapan dari Allah baik berupa perintah
mapun larangan yang harus diikuti oleh muslim dalam setiap
aspek kehidupannya (Ali, 2011:46).
25
Syariat secara istilah seperti yang dikemukakan oleh
Amin (2013:90) adalah “seluruh hukum dan perundang-
undangan yang terdapat dalam Islam, baik yang berhubungan
manusia dengan Tuhan, maupun antara manusia sendiri”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa setidaknya syariat ini berisi hukum yang
mengatur dua aspek hubungan, yaitu hubungan secara vertikal
antara manusia dengan Allah (hablum minallah) yang
termanifestasi dalam bentuk ibadah dan hubungan horizontal
antara manusia dengan sesama manusia (hablum minannas)
atau biasa dikenal dengan istilah muamalah.
Materi syariat dalam pembinaan keagamaan sangat
penting untuk disampaikan. Hal ini dikarenakan kehidupan
manusia tidak terbatas pada hubungannya dengan ibadah
kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan
dengan pergaulan hidup antar sesama manusia juga diperlukan.
Seperti hukum jul beli, berumah tangga, bertetangga, warisan,
kepemimpinan, dan amal-amal sholeh lainnya. Demikian juga
larangan-larangan Allah seperti meminum-minuman keras,
mencuri, berzina, dan membunuh. Materi yang demikian harus
disampaikan agar tujuan dari pembinaan keagamaan bisa
tercapai.
26
3) Akhlak
Kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang sudah
diserap kedalam Bahasa Indonesia, merupakan jamak taksir
dari kata khuluq yang memiliki arti tingkah laku, budi pekerti,
tabiat (Munawwir, 2012:364). Akhlak dalam Bahasa Indonesia
biasanya disinonimkan dengan budi pekerti, kesusilaan dan
sopan santun. Hal ini tak jauh berbeda dengan Bahasa Inggris
yang mengenal istilah akhlak dengan sebutan moral, ethic
(Mansur, 2009:221).
Keterangan akhlak juga dijelaskan dalam kitab karangan
Al-Ghazali yang selanjutnya diterjemahkan oleh Ibnu Ibrahim
Ba’adillah (2012:188).
Kata al-khuluqu (akhlak) menjadi suatu ibarat tentang
kondisi dalam jiwa yang menetap di dalamnya. Dari
keadaan dalam jiwa itu kemudian muncul perbuatan-
perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
maupun penelitian. Jadi, apabila aplikasi dari kondisi
dimaksud muncul perbuatan-perbuatan yang baik lagi
terpuji secara akal dan syara’, maka itu disebut sebagai
akhlak yang baik. Sedangkan apabila sesuatu perbutan-
perbuatan yang mencul dari kondisi dimaksud adalah
sesuatu yang berdampak buruk, maka keadaan yang
menjadi tempat munculnya perbuatan-perbuatan itu
disebut sebagai akhlak yang buruk.
Materi akhlak dalam pembinaan keagamaan memiliki
fungsi yang sangat penting. Akhlak merupakan penyempurna
dari materi keimanan dan keIslaman. Materi akhlak
mengandung nilai moralitas dalam kehidupan manusia yang
mengarahkan manusia untuk mampu membedakan akhlak yang
27
baik dan buruk, dengan harapan manusia senantiasa
mengamalkan akhlak yang baik sehingga tercermin kepribadian
muslim sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Hadis.
Jadi dapat dipahami bahwa antara materi keimanan,
keIslaman serta akhlak memiliki sinergitas yang sulit untuk
dipisahkan. Ketiganya poin tersebut saling melengkapi untuk
mewujudkan pribadi muslim yang baik. Sehingga dalam proses
pembinaan keagamaan sangat ditekankan untuk menyentuh tiga
poin materi tersebut
e. Metode Pembinaan Keagamaan
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk
merealisasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata
sehingga tujuan yang diharapkan bisa tercapai secara optimal
(Sanjaya, 2008:147). Menurut Arief (2002:88) metode pembinaan
merupakan cara yang ditempuh untuk melakukan kegiatan
pembinaan sehingga bisa membentuk muslim yang berkepribadian
Islami dan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Hadis. Metode
yang digunakan tersebut diharapkan bisa membantu dan
memudahkan pembina dalam penyampaian materinya.
Berbicara mengenai metode pembinaan keagamaan, al-
Qur’an sendiri telah menjelaskannya dalam Qs. An-Nahl: 125
لت هي لكمة والموعظة السنة وجادلم ب ادع إل سبيل رب ك بلمهتدين أحسن إن ربك هو أ ن ضل عن سبيله وهو أعلم ب علم ب
28
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (Departemen Agama, 2018:281)
Ayat tersebut menjelaskan setidaknya ada beberapa metode
yang bisa digunakan dalam dakwah (pembinaan keagamaan).
Metode-metode yang dijelaskan diantaranya adalah metode
hikmah, nasehat, dan diskusi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
dalam proses pembinaan keagamaan tidak hanya terfokus terhadap
satu metode saja, namun bisa memilih bahkan mengombinasikan
berbagai metode sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga tujuan
yang diharapkan bisa terrealisasi.
Menurut An-Nahlawi (1989:283) beberapa metode yang
bisa digunakan dalam pembinaan keagamaan adalah sebagai
berikut:
1) Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi Hiwar (Dialog)
Dialog menurut Kamus Bahasa Indonesia (2018:351)
adalah “percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya)
atau karya tulis yg disajikan dalam bentuk percakapan”. Dialog
adalah metode dimana antara dua pihak atau lebih terjadi
percakapan tertentu dan melakukan tanya jawab terkait suatu
topik tertentu dan mengarah kepada tujuan tertentu.
Metode hiwar ini terbagi menjadi dua, yaitu hiwar
Qur’ani dan nabawi hiwar. Hiwar Qur’ani adalah dialog yang
29
berlangsung antara Allah dan hambanya, sedangkan nabawi
hiwar adalah dialog yang dilakukan nabi dalam mendidik para
sahabatnya (Umar, 2011:189).
Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa
dalam metode dialog ini terjadi adanya saling tukar pendapat
sehingga masing-masing pihak mendapat wawasan dan
pengetahuan baru sehingga daya nalarnya akan lebih terasah
dan terjadi perubahan sikap setelah proses tersebut melalui
proses berfikir.
2) Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
Metode kisah Qur’ani dan nabawi adalah metode yang
berokus pada cerita cerita yang terkandung didalam al-Qur’an
dan Hadis nabi. Kisah-kisah ini bukan hanya karya seni yang
indah, namun kontennya berisi bagaimana mendidik umat agar
beriman kepada Allah (Minarti, 2013:142).
Metode ini sangat penting digunakan dikarenakan
dengan kisah/ cerita hati seseorang biasanya lebih mudah
tersentuh dan materi mudah diterima oleh akal mereka,
sehingga menimbulkan motivasi bagi pendengarnya serta
terjadi perubahan positif pada sikap atau perilakunya.
30
3) Metode Perumpamaan (Matsal)
Metode perumpamaan adalah metode yang banyak
dipergunakan dalam al-Qur’an dan hadis untuk mewujudkan
akhlak mulia. Metode perumpamaan berarti pemberian contoh,
yaitu menuturkan sesuatu guna menjelaskan suatu keadaan
yang selaras dan serupa dengan yang dicontohkan, lalu
menonjolkan kebaikan dan keburukan yang tersamar (An-
Nahlawi, 1995:251).
Rosulullah SAW saat mendidik para sahabatnya
menggunakan metode yang beragam, diantaranya dengan
menggunakan metode perumpamaan. Metode ini memiliki
pengaruh yang signifikan dalam mendekatkan sesuatu yang
masuk akal pada ingatan lawan bicara, dan mempermudah para
pendengarnya untuk memahaminya.
4) Metode Teladan
Kata teladan menurut Kamus Bahasa Indonesia
(2018:1475) adalah “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk
dicontoh (perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya). Hal ini
mengindikasikan bahwa kata teladan ini hanya berlaku pada
hal-hal yang baik saja dan tidak berlaku untuk hal buruk yang
tidak patut ditiru.
31
Definisi di atas memberi kita gambaran bahwa metode
teladan ini menekankan pada modeling dimana ada seseorang
yang menjadi contoh agar bisa ditiru oleh orang lain. Tentunya
teladan yang dijadikan model ini adalah yang memiliki akhlak
yang baik. Salah satu teladan yang sudah tidak diragukan lagi
adalah Rasulullah SAW. Hal ini dijelaskan dalam Qs. al-
Ahzab: 21.
لقد كان لكم ف رسول الل أسوة حسنة ل من كان ي رجو الل والي وم ر وذكر الل كثيا الخ
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.” (Departemen Agama,
2018:240)
5) Metode Latihan dan Pengamalan
Metode latihan dan pengamalan ini ini bertujuan agar
gambaran materi bisa dipahami menjadi lebih rinci sehingga
bekasnya dapat terasa sampai ke jiwa dan bisa diaplikasikan
dalam kehidupannya. Metode ini meliputi praktik, menghafal
dan pembiasaan (An-Nahlawi, 1989:376).
6) Metode Ibrah dan Mau’idhah
Metode ibrah dan mau’idhah adalah suatu cara
menyampaikan materi melalui bahasa yang bisa berisi nasihat
dan peringatan tentang baik buruknya sesuatu yang diambil
dari keteladanan atau pengalaman seseorang yang bisa
32
mempengaruhi hati orang tersebut dan bisa diterima secara
nalar (Muchtar, 2005:222).
Ibrah merupakan kondisi yang memungkinkan
seseorang faham baik sesuatu tersebut baik kongkrit maupun
abstrak melalui proses perenungan atau tafakur. Sedangkan
mau’idhah adalah pemberian nasehat dan pengingatan akan
kebaikan dan kebenaran dengan cara yang menyentuh hati dan
menggugah untuk mengamalkannya.
7) Metode Targhib dan Tarhib
Targhib adalah metode yang menekankan pada janji
yang disertai bujukan atau rayuan untuk menunda suatu
kenikmatan dimana penundaan tersebut bersifat pasti dan
dilakukan melalui amal sholeh atau pencegahan diri dari
sesuatu yang buruk, dimana semua hal tersebut dilakukan
dalam rangka mencari ridho Allah.
Metode tarhib adalah metode yang menekankan pada
ancaman-ancaman Allah kepada hambanya yang ingkar,
enggan melaksanakan kewajibannnya dan justru berbuat
maksiat atau dosa dengan menonjolkan pada salah satu
keagungan atau kekuatan Ilahiyahnya. Hal ini dimaksudkan
agar hambanya takut dan menjauhi dosa dan maksiat tersebut
(Umar, 2015:137-138).
33
2. Komunitas Preman
a. Pengertian Komunitas Preman
Komunitas mengacu pada suatu kesatuan untuk
bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain secara jelas dan
disadari oleh masing-masing anggotanya (Waluya, 2004:52).
Komunitas juga merujuk pada suatu kelompok yang saling
bekerjasama dan berinteraksi dikarenakan adanya kesamaan gaya
hidup (Kotarba &Vanini dalam Djaya, 2016:52).
Menurut Pranoto (2011:108) pengertian komunitas adalah
sekelompok orang yang berada ditingkat lokal, yang mempunyai
ciri dimana para anggota-anggotanya saling berinteraksi sosial
secara intensif. Komunitas ini memiliki cakupan yang sangat luas,
dimulai dari unit yang terendah yaitu keluarga, kemudian naik
menjadi RT, RW dan seterusnya sampai tingkat nasional bahkan
internasional.
Istilah preman berasal dari Bahasa Inggris dan Bahasa
Belanda. Preman dalam bahasa Inggris berasal dua kata yaitu
“free” dan “man” yang berarti manusia yang bebas, manusia
merdeka, manusia independen (Krishna, 2015:218). Sedangkan
preman dalam Bahasa Belanda yaitu vrijman yang berarti orang
bebas atau tidak memiliki ikatan pekerjaan dengan pemerintah atau
pihak tertentu lainnya (Pujaastawa, 2011:5).
34
Menurut Kunarto (1999:252) definisi preman adalah
sebagai berikut:
Preman adalah orang/individu dan atau kelompok orang
yang tidak berpenghasilan tetap, tidak punya pekerjaan
yang pasti, mereka hidup atas dukungan orang-orang yang
terkena pengaruh keberadaannya. Karena tidak bekerja dan
harus bertahan hidup, mulanya mereka berbuat apa saja
yang dapat menghasilkan uang, namun karena dia melihat
ada orang-orang penakut yang dapat dimintai uang, mereka
juga melakukan penekanan fisik maupun psikis, agar
mereka mau mendukung kebutuhannya. Sikap, tindakan,
perilaku para preman itulah yang disebut sebagai
premanisme.
Definisi lain menyebutkan bahwa preman adalah kelompok
yang sering melakukan tindakan kriminal. Kelompok ini hidup
dalam masyarakat dengan membuat identitas diri baik secara fisik
maupun sikap-sikap yang membuat masyarakat takut dan resah.
Biasanya mereka menampilkan kesan yang dianggap negatif oleh
masyarakat, seperti: percaloan, pemerasan, pemaksaan dan
pencurian yang berlangsung secara cepat dan spontan (Rahmawati,
2002:14).
Sebutan preman pada awalnya lebih berkisar pada orang-
orang yang meresahkan di pasar, terminal dan di tempat-tempat
umum. Namun pada perkembangan berikutnya, kata preman
sendiri sudah digunakan dalam arti dan aspek yang lebih luas,
seperti dalam birokrasi, agama, hukum, hingga dalam dunia maya
sekalipun. Evolusi makna premanisme demikian disebabkan oleh
35
perkembangan kehidupan dan pemikiran manusia yang dinamis
(Jauhari, 2002:19).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa komunitas preman adalah sekelompok orang yang saling
berinteraksi dikarenakan mereka mempunyai kesamaan gaya hidup
yaitu menjadi manusia yang bebas, yang tidak mau terikat aturan
dan saling bekerja sama namun untuk hal-hal negatif seperti
kekerasan, pencaloan, pemerasan dan biasanya berada di pasar-
pasar, terminal atau tempat umum.
b. Jenis-jenis Preman
Jenis-jenis preman yang dikemukakan oleh beberapa ahli
adalah sebagai berikut.
1) Menururt Ketua Presidium Indonesia Police Watch
Pane (2011:10) mengemukakan bahwa jenis-jenis
preman yang dikategorikan berdasarkan cara kerjanya terbagi
menjadi 4 yaitu:
a) Preman Tidak Terorganisasi
Preman dengan jenis ini mempunyai ciri mereka
bekerja sendiri-sendiri atau jika berkelompok sifatnya
sementara dan tidak memiliki ikatan yang jelas dan tegas.
b) Preman Berpemimpin
Preman jenis ini biasanya bekerja secara kelompok,
mereka memiliki seorang pemimpin yang biasanya paling
36
hebat dikelompok tersebut dan mempunyai daerah
kekuasaan yang bersifat tetap dan akan terusik jika daerah
kekuasaannya ditempati kelompok lain.
c) Preman Terorganisasi
Preman jenis ini bergerak dengan kelompoknya dan
memiliki pemimpin dan aturan yang jelas dan anggotanya
menyetorkan uang kepada pimpinan.
d) Preman Berkelompok
Preman jenis ini jangkauannya sudah besar, berani
menggunakan bendera organisasi dan justru membayar para
preman bawahannya. Preman jenis ini biasanya dibayar
untuk melakukan pekerjaan tertentu yang wilayah kerjanya
berada di kawasan elit, dan masuk ke ranah politik,
birokrasi dan bisnis gelap. Kerjanya sangat rapi dan jarang
tersentuh hukum karena biasanya sudah ada bacukup dari
aparat.
2) Menurut Azwar Hazan
Jenis preman yang dijabarkan oleh Azwar Hazan dalam
Mirwahah ZI. (2017:39-40) setidaknya ada 4 yang
dikategorikan bersadarkan ciri fisik dan pekerjaanya, yaitu:
a) Preman Tingkat Bawah
Ciri khas dari preman jenis ini biasanya terlihat dari
tampilan fisiknya, tampilan dekil, bertato, berambut
37
gondrong itulah identitasnya. Kejahatan yang biasa
dilakukan adalah pemalakan, pemerasan dan melakukan
ancaman kepada korbannya.
b) Preman Tingkat Menengah
Preman jenis ini penampilannya lebih rapi dan
mempunyai pendidikan yang cukup. Biasanya pekerjaan
mereka legal dalam suatu organisasi yang rapi. Karena
merasa legal, cara yang mereka gunakan cenderung lebih
berani dan lebih kejam daripada preman tingkat bawah.
Misalnya adalah agency debt collector yang disewa oleh
lembaga perbankan untuk menagih hutang nasabah yang
menunggak.
c) Preman Tingkat Atas
Kelompok preman ini biasanya berlindung di balik
sesuatu, bisa partai politik, organisasi massa bahkan dibalik
agama tertentu. Biasanya mereka disewa untuk membela
kepentingan kelompok tertentu.
d) Preman Elit
Preman ini disebut elit karena berasal dari kalangan
atas, biasanya adalah oknum aparat yang menjadi backing
dari premanisme, mereka adalah aktor intelektual
premanisme yang handal, sehingga perilaku mereka sulit
dikenali.
38
3) Tamrin Amal
Sebagai seorang sosiolog, Amal (2012) mengungkapkan
bahwa preman ini secara ranah/ aspek pekerjaannya terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Preman Politik, Hukum dan Kemananan
Preman jenis ini beraktifitas secara legal dalam
berbagai lembaga negara dan berbagai profesi, baik jaksa,
hakim, pengacara, politisi di parlemen maupun di kantor
DPP. Preman ini biasanya berseragam dan memiliki
rekening gendut.
b) Preman Sosial
Preman jenis ini lahir karena didukung oleh preman
politik dan keamanan. Cirinya berseragam jawara yang
dipersatukan dalam organisasi massa. Pekerjaannya tentu
melancarkan aksi dari preman politik dan keamanan yang
berkaitan dengan kasus-kasus sosial.
c) Preman Ekonomi
Preman ini ranah geraknya dalam bidang ekonomi.
Biasanya mereka adalah pemuda putus sekolah dan
pengangguran yang bermodal nyali dan kekuatan fisik,
dimana aksi yang mereka lakukan hanya sekedar untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi dan untuk kepentingan
mereka sendiri.
39
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan penelitian yang digunakan untuk
mempertajam metodologi, memperkuat kajian teoritis serta memperoleh
informasi mengenai penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti
lain (Danim, 2001:105). Kajian penelitian terdahulu berguna sebagai
pembanding antara penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian
yang sudah ada sebelumnya. Diantara penelitian yang relevan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mirwahah ZI. (UIN Malik Ibrahim Malang, 2017) dalam skripsinya
yang berjudul Pembinaan Keagamaan Bagi Mantan Preman di
Pondok Pesantren Nurul Ulum Kacuk Malang. Dalam hasil penelitian
yang dilakukan oleh saudara Mirwahah ini berfokus pada peran dari
pondok pesantren dalam membina mantan preman, kesimpulannya
program dalam Pondok Pesantren tersebut bisa mengubah preman
meski belum 100%.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi saudara Mirwahah terletak
pada hal yang diteliti, lokasi dan lembaga yang melakukan pembinaan.
Jika skripsi saudara Mirwahah ZI lebih menitikberatkan kepada fungsi
pondok pesantren, maka skripsi milik peneliti lebih menitik beratkan
kepada pelaksanaan pembinaan Mualaf Center Magelang dalam
melakukan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman serta
faktor pendukung dan penghambat dari pembinaan tersebut.
40
2. Arafat Noor Abdillah (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017) yang
berjudul Pembinaan Keagamaan pada Muallaf di Muallaf Center
Yogyakarta (Perspektif Psikologi Agama). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan pembinaan keagamaan bagi para mualaf berdampak
terhadap keberagaman dan keyakinan beragama mereka.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu jika
penelitian karya Arafat Noor Abdillah sumber data yang diteliti adalah
mualaf, sedangkan penelitian ini adalah komunitas preman. Selain itu
lokasi penelitian juga berbeda.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Alan Prabowo (UIN Raden Intan
Lampung, 2018), yang berjudul “Pembinaan Keagamaan Bagi
Narapidana (Studi Deskriptif di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Rajabasa, Bandar Lampung)”. Penelitian ini membahas program-
program dalam membina keagamaan bagi narapidana, metodenya serta
pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembinaan tersebut.
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian
Alan Prabowo yaitu dari fokus penelitian dan lokasi pembinaan.
Dimana dalam penelitian di atas fokus penelitiannya kepada
narapidana sementara dalam skripsi ini fokus penelitiannya adalah
kepada komunitas preman. Serta jika lokasi penelitian Alan Prabowo
di Lampung sementara lokasi penelitian peneliti berada di Magelang.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian memerlukan suatu pendekatan yang tepat sehingga data
yang didapatkan lebih akurat. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami
fenomena yang dialami oleh subjek dari penelitian tersebut, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik,
kemudian hasilnya dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moeloeng, 2017:6).
Penelitian ini bersifat deskriptif. Karena peneliti di sini berusaha
memotret apa yang terjadi pada suatu objek yang diteliti, selanjutnya
peneliti berusaha memaparkan fakta yang terjadi di lapangan secara lugas
dan apa adanya (Arikunto, 2010:3). Dengan menggunakan metode
penelitian ini, peneliti bermaksud dapat meneliti secara mendalam terkait
pelaksanaan pembinaan keagamaan dan faktor pendukung serta
penghambat dalam pembinaan keagamaan kepada komunitas preman.
Dalam hal ini peneliti memaparkan sesuai fakta terkait dengan pembinaan
keagamaan bagi komunitas preman yang dilakukan oleh Mualaf Center
Magelang tahun 2019/2020.
42
Langkah-langkah yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian di
Mualaf Center Magelang adalah mengidentifikasi adanya masalah yang
terjadi, selanjutnya peneliti membuat daftar informasi yang dibutuhkan,
menentukan prosedur pengumpulan data, pengolahan data atau informasi,
dan yang terakhir menarik kesimpulan penelitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Mualaf Center Magelang yang
beralamat di Sekertariat Mualaf Center Magelang beralamat di Jalan KH.
Dalhar 174, RT. 02/RW. 09, Santren, Kelurahan Gunungpring, Kecamatan
Muntilan Kabupaten Magelang. Lokasi Mualaf Center sendiri masih
terintegrasi dengan rumah dari pembina Mualaf Center Magelang yaitu
Bapak Wahyu Priyanto dan belum memiliki kantor sendiri. Di tempat
itulah berbagai kegiatan pembinaan serta rapat-rapat koordinasi dilakukan.
Adapun waktu penelitian dimulai dari bulan November 2019 sampai
selesai.
Alasan pemilihan lokasi ini salah satunya karena lokasi ini belum
pernah diteliti oleh peneliti manapun. Selain itu, meskipun ada pembinaan
mualaf namun peneliti lebih memilih untuk meneliti pembinaan kepada
komunitas preman diakarenakan pembinaan mualaf sudah berlangsung
cukup lama dan sudah berjalan lancar serta tidak banyak kendala,
sementara pembinaan kepada preman baru dilaksanakan sejak 2 tahun lalu.
Tentu dengan usia pembinaan yang masih terhitung muda banyak kendala
dan permasalahan yang dihadapi terlebih objek pembinaannya adalah para
43
preman khususnya para preman di kawasan Gunung Tidar, Kota
Magelang. Melakukan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman
bukan hal yang mudah, karena preman tersebut sudah dewasa dan
mempunyai pandangan hidup dan prinsip-prinsip yang pastinya
memerlukan cara tersendiri untuk membinanya.
C. Sumber Data
Sumber data dalam sebuah penelitian berarti subjek darimana data
tersebut diperoleh (Arikunto, 2010:172). Subjek dalam penelitian adalah
orang atau siapa saja yang menjadi sumber informasi yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan (Sugiyono, 2016:225). Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua sumber, yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang memberikan
data yang dibutuhkan oleh peneliti secara langsung (Sugiyono,
2016:137). Sumber data primer ini bentuknya verbal atau kata-kata,
baik diucapkan secara lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan
oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22).
Dalam penelitian ini sumber data primer adalah pembina Mualaf
Center Magelang, ketua Mualaf Center Magelang, ustadz pembina
preman, dan beberapa anggota komunitas preman.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang secara tidak
langsung dapat memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
44
lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2016:137). Data ini
diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat,
SMS, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda
yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah catatan kegiatan dan data-data
lain yang peneliti temukan di lokasi.
Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dari informan yang
dipilih dengan teknik nonprobability sampling. Menurut Sugiyono (2009,
218), “nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi,
sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball”.
Jenis nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah adalah purposive sampling dan snowball sampling. Purposive
sampling merupakan teknik sampel yang digunakan untuk memilih
sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut
dimaksudkan agar peneliti lebih dimudahkan dalam menjelajahi objek
yang diteliti. Sumber data yang dipilih adalah orang yang dianggap
mengetahui seluk beluk dari data yang akan kita cari. Snowball sampling
adalah teknik sampling yang dilakukan dengan awalnya sumber data
hanya sedikit kemudian karena data yang dibutuhkan masih kurang, maka
mencari orang lain lagi sebagai sumber data agar data yang diperlukan
terpenuhi.
45
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini awalnya peneliti
memilih pembina Mualaf Center Magelang sebagai sumber data pertama
yang peneliti anggap mengetahui seluk beluk dari data yang akan diteliti.
Selanjutnya oleh pembina Mualaf Center Magelang disarankan kepada
ketua Mualaf Center Magelang, dan ustadz pembina preman. Kemudian
untuk mendapatkan data yang lebih akurat ustadz pembina menyarankan
untuk melakukan wawancara juga dengan beberapa anggota komunitas
preman.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, diperlukan metode
yang tepat sesuai dengan jenis penelitian dan tujuan penelitian. Adapun
metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi secara langsung antara
peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung secara tatap muka
dan saling tanya jawab. Wawancara tidak hanya menangkap ide atau
kata-kata dari responden semata, namun juga perasaan, pengalaman,
emosi dan motif yang ditampilkan oleh responden (Gulo, 2002:119).
Wawancara berdasarkan bentuk pertanyaannya, menurut
Esterberg dalam Sugiyono (2016:233) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan jika peneliti telah
mengetahui pasti tentang data yang diperoleh. Peneliti telah
46
menyiapkan pertanyaannya secara tertulis disertai dengan alternatif
jawabannya. Kemudian masing-masing responden mendapat
pertanyaan yang sama dan peneliti menuliskan jawabannya.
Bahkan peneliti bisa meminta tolong responden (yang telah diberi
training) untuk mengumpulkan jawaban dari responden lain.
b. Wawancara Semiterstruktur (Semistuctured Interview)
Wawancara ini cenderung lebih bebas dari wawancara
terstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka ketika responden mengemukakan ide-idenya.
c. Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)
Pelaksanaan wawancara ini dilakukan tanpa adanya
pedoman wawancara. hal ini dikarenakan peneliti belum banyak
mengetahui secara pasti data apa saja dari responden.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara
terbuka dan bersifat semiterstruktur. Hal ini karena responden
menyadari bahwa dirinya bertindak sebagai informan dan mengetahui
tujuan dari wawancara tersebut. Wawancara juga bersifat semistruktur,
karena selain melakukan wawancara dengan pertanyaan yang peneliti
siapkan, peneliti juga mengembangkan pertanyaan yang masih relevan
sehingga pertanyaan mengalir begitu saja namun tetap masih dalam
konteks penelitian, sehingga peneliti bisa menerapkan in depth interview
atau wawancara mendalam, yaitu wawancara yang mendalami apa yang
47
ada di benak seseorang, baik itu masa kini, masa lampau, maupun masa
sekarang (Bunhan, 2009:67).
Adapun responden atau informan dari penelitian ini adalah
pembina Mualaf Center Magelang, ketua Mualaf Center Magelang,
ustadz pembina preman dan anggota komunitas preman. Wawancara
dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang nyata dan akurat dari
informan. Meskipun demikian peneliti tidak menutup kemungkinan
untuk mengajukan pertanyaan pada hal-hal lain yang mendukung topik
penelitian.
Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk
menggali data tentang sejarah dan gambaran umum Mualaf Center
Magelang, pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas
preman di Mualaf Center Magelang dan faktor pendukung serta
penghambat pembinaan keagamaan tersebut.
2. Metode Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (Observasi) adalah metode pengumpulan data
dimana peneliti mengamati, melihat, mendengarkan, merasakan dari
situasi yang terjadi dilapangan kemudian mencatatnya seobyektif
mungkin (Gulo, 2002:116)
Berdasarkan pelaksanaan pengumpulan data, Sugiyono
(2016:145) membagi menjadi dua jenis, yaitu:
48
a. Observasi Berperan Serta (Participant Observation)
Pengamat ikut terjun secara langsung bahkan ikut tinggal
bersama dengan kelompok yang ditelitinya, ikut melakukan
kegiatan seperti yang dilakukan oleh sumber data serta merasakan
suka duka didalamnya. Dalam hal ini seorang pengamat
menyamakan dirinya dengan orang/ kelompok yang sedang
diamatinya.
b. Observasi Tidak Berperan Serta (Nonpartisipan Observation)
Kebalikan dari observasi partisipan, dimana dalam
observasi ini pengamat tidak ikut terjun. Hanya murni sebagai
pengamat saja dan mengamati sesuai dengan kebutuhannya saja.
Peneliti dalam hal ini menggunakan jenis observasi partisipan
dikarenakan peneliti ikut berpartisipasi ketika kegiatan-kegiatan
pembinaan keagamaan tersebut berlangsung serta memahami
bagaimana seluk beluk kegiatan pembinaan tersebut berlangsung dan
berinteraksi langsung dengan para preman selama proses kegiatan.
Tujuan observasi ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman,
program maupun kegiatan yang digunakan dalam pembinaan
keagamaan kepada komunitas preman, serta digunakan sebagai data
pelengkap dari wawancara yang diajukan.
Metode observasi partisipan dalam penelitian ini digunakan
untuk menggali data tentang kondisi Mualaf Center Magelang,
49
pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman di
Mualaf Center Magelang, kondisi preman yang dibina Mualaf Center
Magelang dan faktor pendukung serta penghambat pembinaan
keagamaan tersebut.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
yang dibutuhkan baik berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Dalam metode dokumentasi ini yang diamati jelas bukan benda hidup
tapi benda mati. Metode dokumentasi sangat penting agar ketika
terjadi kekeliruan sumber datanya masih tetap utuh (Siyoto dan Sodik,
2015:77). Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah data
mengenai proses wawancara dengan informan, maupun kegiatan-
kegiatan pembinaan keagamaan yang berlangsung.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
menggali data tentang profil Mualaf Center Magelang, pelaksanaan
pembinaan keagamaan kepada komunitas preman di Mualaf Center
Magelang, kondisi preman yang dibina Mualaf Center Magelang dan
data anggota preman yang dibina.
Untuk lebih mudah dalam memahami prosedur pengumpulan data
tersebut, berikut peneliti sertakan tabel yang berisi metode pengumpulan
data, sumber data dan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
50
Tabel 3.1 Prosedur Pengumpulan Data
No Metode Sumber Data Data yang Dibutuhkan
1. Wawancara Pembina Mualaf
Center Magelang
1. Sejarah dan gambaran Mualaf
Center Magelang
2. Pelaksanaan pembinaan
keagamaan kepada komunitas
preman
3. Faktor pendukung &
penghambat pembinaan kepada
komunitas preman
Ketua Mualaf
Center Magelang &
Ustadz pembina
preman
1. Gambaran preman yang dibina
2. Pelaksanaan pembinaan
keagamaan kepada komunitas
preman
3. Faktor pendukung dan
penghambat pembinaan
keagamaan kepada komunitas
preman
Anggota preman 1. Pelaksanaan pembinaan
keagamaan kepada komunitas
preman
2. Perbedaan sebelum dan setelah
mengikuti pembinaan
3. Faktor pendukung dan
penghambat dalam pembinaan
keagamaan
51
Lanjutan Tabel...
No Metode Sumber Data Data yang Dibutuhkan
2. Observasi 1. Mualaf Center
Magelang
1. Kondisi Mualaf Center
Magelang
2. Pelaksanaan pembinaan
keagamaan kepada komunitas
preman di Mualaf Center
Magelang
3. Kondisi preman yang dibina
Mualaf Center Magelang
4. Faktor pendukung serta
penghambat pembinaan
keagamaan tersebut.
3. Dokumentasi 1. Gambar
2. Dokumen
1. Visi & misi Mualaf Center
Magelang
2. Tujuan Mualaf Center
Magelang
3. Struktur Organisasi Mualaf
Center Magelang
4. Kegiatan/ Proses Pembinaan
Keagamaan
5. Data anggota Komunitas
preman yang dibina
52
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif bersifat suatu
keharusan. peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2015:222),
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif tidak bisa
diwakilkan dikarenakan adanya proses pengambilan data yang perlu
ditafsirkan langsung oleh peneliti, karena informan terkadang tidak
mengatakan secara jelas namun hanya menggunakan isyarat tubuhnya
untuk menjawab sebuah pertanyaan.
Keterlibatan peneliti dalam pengumpulan data penelitian ini
adalah peneliti hadir secara langsung dan bertindak sebagai instrumen
sekaligus pengumpul data di lapangan. Kehadiran peneliti di lapangan
dimaksudkan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus
yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif
dengan informan atau sumber data lainnya mutlak dilakukan.
Penelitian ini direncakan akan dilakukan dari bulan November
2019 hingga selesai. Berawal dari pengajuan izin penelitian yang
dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Melalui Surat izin tersebut memulai
penelitian dengan melakukan wawancara dengan informan, melakukan
observasi di lokasi penelitian dan mengambil dokumentasi yang
relevan dan mendukung penelitian.
53
E. Analisis Data
Setelah mendapatkan berbagai data yang kredibel dan sesuai
kebutuhan, kemudian data tersebut dianalisis. Dalam hal ini peneliti
menganalisis data menggunakan analisa data kualitatif model interaktif
dari Miles dan Huberman (1994) yang terdiri dari:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak dan
masih tidak beraturan, maka perlu dicatat secara teliti dan terperinci
sehingga data akan menjadi jelas dan memudahkan peneliti menemukan
data yang akan diperlukan. Jadi reduksi data adalah lebih memfokuskan
pada penyederhanaan, dan memindahkan data mentah kedalam bentuk
yang mudah dikelola. Proses reduksi data ini berlangsung terus menerus
sampai laporan akhir tersusun (Salim & Syahrum, 2012:148).
2. Penyajian Data
Setelah melakukan berbagai reduksi data maka dilanjutkan
dengan penyajian data, yaitu sekumpulan informasi yang tersusun jelas,
sehingga memungkinkan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian data
bisa berbenuk naratif, bagan, matrik, grafik dan jaringan sehingga
diperoleh informasi yang tersusun sehingga peneliti dapat mengetahui
apa yang terjadi untuk menarik kesimpulan. (Salim & Syahrum,
2012:150). Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan data
menggunakan naratif dalam penyajiannya dan dilengkapi dengan
beberapa tabel agar mudah dipahami.
54
3. Menarik Kesimpulan/ Verifikasi
Langkah ketiga setelah mereduksi dan menyajikan data adalah
menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan di awal penelitian
sifatnya masih sementara. Kesimpulan akan berganti jika tidak
ditemukan bukti yang mendukung, dan akan menjadi kredibel jika
kesimpulan awal tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid,
konsisten dan akurat saat penelitian berlangsung (Sugiyono, 2016:252)
Proses verifikasi data yaitu tinjauan ulang terhadap catatan
lapangan, tukar pikiran dengan informan untuk mengembangkan
“kesepakatan intersubjektivitas”. Jadi setiap data yang ada diuji
kebenarannya, kekokohan dan kecocokan tersebut merupakan
validitasnya (Salim & Syahrum, 2012:151).
F. Pengecekan Keabsahan Data
Setelah data terkumpul secara menyeluruh maka diperlukan
pengecekan keabsahanya. Terdapat empat kriteria yang digunakan yaitu:
kepercayaan (credibelity), keteralihan (transferability), ketergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2017:324). Pada
penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibelity).
Teknik pemeriksaan kebasahan data yang peneliti gunakan adalah
perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan dan teknik
triangulasi. Menurut Moeloeng (2017:330) “triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
55
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu”.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
teknik dan sumber. Triangulasi teknik berarti pengecekan data
menggunakan cara yang berbeda (observasi, wawancara dan dokumentasi)
untuk mendapat data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2016:220).
Kemudian peneliti membandingkan data antara hasil wawancara dengan
observasi, hasil observasi dengan dokumentasi dan hasil wawancara
dengan dokumentasi. Hasil perbandingan diharapkan dapat dijadikan
sebagai acuan untuk menyatukan persepsi peneliti dalam melihat data
penelitian. Jadi, data tersebut dapat dipahami secara komprehensif.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan triangulasi sumber.
Menurut Sugiyono (2016:330) triangulasi sumber yaitu cara pengecekan
keabsahan data dimana data diperoleh dari sumber yang berbeda-beda
dengan teknik yang sama. Peneliti menggunakan teknik yang sama yaitu
wawancara mendalam kepada sumber yang berbeda-beda yaitu pembina
Mualaf Center Magelang, ketua Mualaf Center Magelang, ustadz pembina
preman serta anggota komunitas preman. Kemudian hasil wawancara antar
informan tersebut dibandingkan sehingga bisa di cek kebenarannya.
56
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Profil Mualaf Center Magelang
a. Gambaran Umum Mualaf Center Magelang
Mualaf Center Magelang (MCM) merupakan organisasi yang
bergerak dalam pembinaan keagamaan kepada masyarakat. Organisasi
yang berdiri di bawah naungan Mualaf Center Indonesia ini mulai ada
di Magelang sendiri sejak tahun 2015 dan sekretariatnya berlokasi di
Jalan KH. Dalhar 174, RT. 02/RW. 09, Santren, Kelurahan
Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
Mualaf Center Magelang hadir ditengah kebingungan para
mualaf. Setelah bersyahadat para mualaf akan belajar Islam kepada
siapa, akan bergaul dengan siapa ketika ditinggalkan kawan-kawan
lamanya dan siapa yang membantu menyelesaikan berbagai
permasalahan yang timbul ketika para mualaf tersebut masuk Islam.
Melihat berbagai masalah tersebut akhirnya hadirlah Mualaf Center
Magelang untuk membantu para mualaf mempelajari Islam dan
memberikan perlindungan.
Pada awal berdirinya, organisasi ini hanya digawangi oleh 3
orang saja yaitu Bapak Wahyu Priyanto, Bapak Asrori dan Bapak
Agung Prabowo, kemudian mulai berkembang menjadi besar dan
melakukan berbagai kegiatan yang tidak hanya berfokus terhadap
57
mualaf saja namun melebarkan perannya bagi umat Islam dan
masyarakat. Sejalan dengan perkembangan objek dakwahnya, bidang
dakwahnya juga dilebarkan seperti bidang ekonomi, sosial dan juga
kebencanaan (Wawancara dengan Bapak Wahyu Priyanto tanggal 23
Februari 2020 pukul 14.00WIB di Mualaf Center Magelang).
b. Visi dan Misi Mualaf Center Magelang
Mualaf Center Magelang sebagai organisasi dengan fokus
pembinaan keagamaan kepada masyarakat tentu memiliki visi dan misi
dalam menjalankan setiap program dan kegiatannya. Visi yang dimiliki
oleh Mualaf Center Magelang adalah: “Mualaf Center Magelang Ada
untuk Mualaf dan Umat”. Dalam rangka mencapai visi tersebut,
Mualaf Center Magelang menjalankannya dengan misi yang dikenal
dengan istilah “3P, yaitu pembinaan, pendampingan dan
perlindungan”.
c. Tujuan Mualaf Center Magelang
1) Menjadi tempat utama dalam pembinaan mualaf dan umat dalam
hal ilmu agama melalui berbagai program baik ta’lim maupun
pengajian akbar.
2) Memberikan pendampingan baik dalam hal psikologis maupun
ekonomi sehingga tercipta persaudaraan antara MCM dengan umat
dan mualaf.
3) Memberikan perlindungan baik fisik maupun hukum sehingga
keamanan umat dan mualaf selalu terjamin.
58
d. Struktur Organisasi Mualaf Center Magelang
Mualaf Center Magelang menggunakan sistem perampingan
organisasi mengingat personilnya yang masih terbatas. Semua
pengurus inti di Mualaf Center Magelang asli beragama Islam dan
tidak ada yang berasal dari mualaf. Para mualaf dilibatkan dalam
kelompok kerja yang bekerja dibawah pengurus inti.
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Mualaf Center Magelang
Pembina Wahyu Priyanto
Ketua Muhamad Asrori, S.Ag., M.Pd
Sekretaris Agung Prabowo, ST.
Bendahara Ahmad Surya & Hartono
Pokja Mualaf Ostern Albert
Pokja Preman Marno
(Sumber: Dokumentasi Mualaf Center Magelang Tanggal 23 Februari 2020)
e. Program Kegiatan Mualaf Center Magelang
Mualaf Center Magelang sebagai organisasi yang sudah berdiri
sekitar 5 tahun selalu berbenah dan terus melakukan berbagai kegiatan,
sehingga visi dan misi yang sudah dicanangkan tidak berhenti hanya
sebagai tulisan saja. Berikut beberapa program dari Mualaf Center
Magelang. (Wawancara dengan Bapak Wahyu Priyanto tanggal 16
November 2019 pukul 09.30 di Mualaf Center Magelang)
59
1) Pembinaan
Program pembinaan di Mualaf Center Magelang diberikan
kepada beberapa objek dakwah, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a) Mualaf
Pembinaan kepada mualaf dilakukan ketika pra syahadat
dan pasca syahadat, masing-masing 3 bulan lamanya.
Pembinaan pra syahadat dilakukan secara intensif dengan
mendiskusikan berbagai hal yang berkaitan dengan Islam
dengan terutama dalam hal aqidah, sehingga calon mualaf
tersebut semakin mantap untuk melakukan konversi agama.
Pembinaan pasca syahadat pun juga dilakukan secara
intensif selama 3 bulan. Mualaf dibimbing langsung berkaitan
dengan masalah ibadah praktik sehari-hari seperti: wudhu,
sholat dan lain-lain. Biasanya setiap sore hari para mualaf
mendatangi kajian seputar ibadah harian tersebut.
Pembinaan juga terus berlanjut ke aspek yang lain tak
terkecuali dalam membaca al-Qur’an. Setiap malam hari
setelah maghrib para mualaf dititipkan ke TPA disekitar
Mualaf Center Magelang untuk mendapatkan pengajaran al-
Qur’an mulai dari membaca huruf dasar dengan buku iqro’
sampai bisa membaca al-Qur’an. Tak lupa juga para mualaf
60
diajarkan menghafal surat-surat pendek (Juz Amma), hadis-
hadis yang singkat dan juga doa-doa harian.
Saat ini jumlah mualaf yang terdaftar sudah dibina oleh
Mualaf Center Magelang mulai dari pra syahadat sampai pasca
syahadat kurang lebih ada 250 orang. Para mualaf tersebut
tidak hanya berasal dari Magelang saja namun juga ada yang
berasal dari daerah lain, seperti Boyolali dan Yogyakarta.
b) Preman
Pembinaan preman dilakukan sejak 2 tahun yang lalu,
kurang lebih dari tahun 2018. Pembinaan preman ini dilakukan
kepada komunitas preman di sekitar Gunung Tidar, Kota
Magelang yang sudah ada turun temurun sejak dahulu
dikarenakan kawasan tersebut merupakan terminal lama Kota
Magelang.
Pembinaan preman berawal dari keresahan Mualaf
Center Magelang terhadap premanisme di daerah tersebut,
kejadian tawuran, pemalakan, pencopetan yang berasal dari
orang-orang dari daerah tersebut sangat meresahkan warga
sekitar. Berlatar belakang hal tersebut, Mualaf Center
Magelang mulai pelan-pelan mendekati para preman tersebut
dan mulai mengajak mereka kembali ke jalan Islam dan
meninggalkan pekerjaan mereka seperti pemalak, pencopet dan
lain-lain.
61
c) Masyarakat Umum
Pembinaan yang dilakukan Mualaf Center Magelang
untuk masyarakat umum dilakukan di daerah lereng-lereng
gunung, seperti di lereng Gunung Merapi, Merbabu dan
Pegunungan Menoreh. Biasanya orang-orang dari daerah
tersebut belum melek membaca al-Qur’an. Pengajian-pengajian
yang ada hanya membicarakan seputar masalah syariat seperti
surga dan neraka.
Metode yang dilakukan yaitu dengan bekerja sama
dengan ulama setempat melakukan berbagai kegiatan seperti
memberdayakan TPA dan memakmurkan masjid dengan
mengadakan tabligh akbar, ikut serta merayakan peringatan
hari besar Islam dan bakti sosial.
2) Pendampingan
Pendampingan yang dilakukan oleh Mualaf Center
Magelang ini diberikan kepada 3 objek dakwah di atas dalam
beberapa bidang, yaitu:
a) Sosial
Pendampingan sosial ini diberikan kepada para mualaf
pra dan pasca syahadat. Hal ini dikarenakan secara sosial para
mualaf masih labil. Berbagai tekanan baik dari keluarga
maupun teman membuat kejiwaan dan logika mereka ada di
persimpangan jalan. Kondisi psikis mereka masih labih, jadi
62
kita terus memberikan pendampingan secara sosial dengan
merangkul mereka sehingga mereka tidak takut akan dikucilkan
atau kehilangan teman-temannya.
b) Ekonomi
Pendampingan ekonomi mualaf juga diperhatikan.
Biasanya orang yang memutuskan untuk melakukan konversi
agama akan dikucilkan keluarga, dipecat dari pekerjaan
lamanya dan bahkan pihak gereja lama mereka akan
memberikan gangguan berupa tawaran secara materiil.
Peran penting pendampingan ekonomi yang diberikan
oleh Mualaf Center Magelang adalah berusaha mencarikan
pekerjaan baru sehingga kebutuhan ekonomi para mualaf tidak
terganggu dan stabil. Hal demikian juga berlaku pada para
preman yang dibina. Para preman dicarikan pekerjaan baru
yang bisa menghasilkan uang sehingga tidak ada
kecenderungan untuk kembali ke pekerjaan lama mereka yang
notabenenya tidak halal.
c) Kebencanaan
Pendampingan kebencanaan dilakukan oleh Mualaf
Center Magelang dengan berbagai cara. Selain melakukan
penggalangan dana ketika terjadi bencana, Mualaf Center
Magelang juga ikut terjun langsung ke lokasi kejadian untuk
63
memberi bantuan logistik dan yang utama memberi penguatan
aqidah kepada para korban.
Contoh dari pendampingan kebencanaan ini adalah
ketika gempa Lombok, Palu dan Lampung semua ikut
menggalang dana dan bahkan ada yang terjun langsung ke
lokasi. Sementara ketika terjadi pandemi Covid-19, Mualaf
Center Magelang juga ikut melakukan berbagai pencegahan
dengan melakukan penyemprotan disinfektan ke berbagai
masjid dan ikut membagikan hand sanitizer kepada
masyarakat.
3) Perlindungan
Perlindungan ini diberikan kepada mualaf dikarenakan
biasanya pasca syahadat ini para mualaf akan mendapat tekanan
dari berbagai pihak. Adapun bentuk perlindungannya adalah
sebagai berikut:
a) Fisik
Perlindungan fisik dilakukan ketika mualaf mendapat
tekanan fisik dari berbagai pihak. Tidak jarang keluarga mualaf
yang tidak terima anggota keluarganya masuk Islam melakukan
kontak fisik yang membahayakan jiwa mualaf seperti
kekerasan, penyekapan dan pemaksaan untuk kembali ke
agama lama.
64
Ketika mengalami hal demikian, maka pihak Mualaf
Center Magelang akan mengamankan si mualaf dan
membawanya ke kantor yang juga merupakan safehouse bagi
para mualaf. Mereka dijauhkan dulu dari keluarganya yang
melakukan kekerasan fisik sampai kondisi stabil. Jika mualaf
tersebut membawa anak, maka anaknya akan dimasukkan ke
pesantren dan dicarikan sekolah baru oleh pihak Mualaf Center
Magelang.
b) Hukum
Perlindungan hukum juga diberikan ketika para mualaf
terkena kasus hukum atau kasus kekerasan fisik tersebut
dilanjutkan ke jalur hukum. Mualaf Center Magelang
membantu memberikan bantuan hukum dengan menyediakan
pengacara secara gratis hingga masalah tersebut teratasi.
2. Gambaran Informan
Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini
adalah berdasarkan subjek yang menguasai permasalahan, memiliki data,
dan bersedia memberikan informasi secara lengkap. Untuk mengetahui
pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman serta faktor
pendukung dan penghambatnya, dapat didasarkan pada informasi yang
berhasil dihimpun melalui beberapa informan yang peneliti rasa dapat
mewakili keseluruhan informasi yang akan diteliti dengan rincian tabel
berikut ini:
65
Tabel 4.2 Identitas Informan
No. Nama Informan
Kode
Informan
Jabatan Alamat
1. Wahyu Priyanto WP Pembina Mualaf
Center Magelang
Dsn. Santren, Desa
Gunungpring, Kec.
Muntilan, Kab. Magelang
2. Muhamad Asrori,
S.Ag., M.Pd
MA Ketua Mualaf
Center Magelang
Dsn. Srikuwe, Desa
Ambartawang,Kec.
Mungkid, Kab. Magelang
3. Marno Mn Ustadz Pembinaan
Preman
Dsn. Tejosari, Desa
Magersari, Kec Magelang
Selatan, Kota Magelang
4. Slamet Wahyono SW Anggota Komunitas
Preman
Tejosari, RT 05/ RW 07,
Kelurahan Magersari, Kec.
Magelang Selatan, Kota
Magelang
5. Asep Hariyadi AH Anggota Komunitas
Preman
Tejosari, RT 06/ RW 07,
Kelurahan Magersari, Kec.
Magelang Selatan, Kota
Magelang
6. Hidayat Mustofa HM Anggota Komunitas
Preman
Tejosari, RT 05/ RW 07,
Kelurahan Magersari, Kec.
Magelang Selatan, Kota
Magelang
66
3. Gambaran Preman Binaan Mualaf Center Magelang
Komunitas preman yang dibina oleh Mualaf Center Magelang
termasuk jenis preman berpemimpin, preman kelas bawah dan preman
ekonomi yang berada di sekitar Gunung Tidar dan merupakan terminal
lama Kota Magelang. Para preman ini bertempat tinggal di Desa Tejosari
Kelurahan Magersari Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang atau
masyarakat Magelang biasa mengenal dengan Desa Barakan.
Latar belakang pembinaan keagamaan kepada komunitas preman
dijelaskan oleh Bapak WP sebagai berikut:
Pembinaan keagamaan kepada para preman didasari rasa
keprihatinan Mualaf Center Magelang terhadap kondisi wilayah itu.
Situasi dan kondisi di wilayah tersebut sangat memilukan. Bahkan
wilayah tersebut sudah mendapat stigma negatif dari masyarakat
magelang sebagai sarang para preman. Hampir semua masyarakat
di wilayah tersebut menjadi preman kalau tidak jiwa premannya
masih terlihat. (Wawancara dengan Bapak Wahyu Priyanto tanggal
16 November 2019 pukul 09.30 di Mualaf Center Magelang).
Kondisi para preman jika dilihat dari segi pengetahuan agamanya
juga sangat kurang. Hal ini dikarenakan mereka hanya mendapat
pengetahuan agama hanya di sekolah melalui mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam saja, sementara di lingkungan tempat tinggal mereka tidak
ada fasilitas untuk belajar agama dan justru mereka disuguhi dengan
pemandangan yang tidak etis setiap harinya. Jadi pengetahuan keagamaan
mereka terbilang minim sekali.
67
Hal senada juga terlihat dari segi pendidikan umumnya. Para
preman yang mengikuti pembinaan notabenenya hanya lulusan SD, SMP
dan beberapa saja yang sampai tingkat SMA. Kebanyakan dari mereka
bersekolah di sekolah negeri dan bukan mengambil madrasah. Hal inilah
yang menyebabkan mereka terpaksa terjebak dengan dunia premanisme
dan memilih pekerjaan yang tidak halal karena mencari pekerjaan yang
halal sangat sulit.
Awal mula kegiatan pembinaan keagamaan kepada komunitas
preman diungkapkan oleh Bapak Mn sebagai berikut:
Pembinaan keagamaan kepada para preman dimulai sejak 2 tahun
lalu tepatnya pada ramadhan tahun 2018. Kegiatan bermula ketika
ada seorang donatur yang hendak memberikan shadaqah untuk
berbuka puasa. Menurut Bapak Marno, awalnya paket makanan
tersebut akan diberikan ke masjid. Namun, hal tersebut terkesan
sudah sangat biasa. Oleh karena itu beliau berinisiatif untuk
mengundang para preman untuk berbuka puasa. Awalnya jelas para
preman tersebut menolak karena sebagian besar diantara mereka
tidak puasa. Namun setelah melalui negosiasi dengan yang
dituakan oleh mereka acara buka bersama pun terlaksana di
lapangan voli Desa Tejosari dengan jumlah peserta kurang lebih
100 orang. Tindak lanjut dari kegiatan buka bersama itu, beberapa
preman mulai terketuk hatinya untuk dilakukan kegiatan yang lebih
mendalam. Pihak Mualaf Center Magelang jelas merespon positif
hal tersebut. Sehingga dimulailah merencanakan bagaimana
metode yang tepat untuk membina keagamaan para preman
tersebut dan sejak saat itu pembinaan rutin dilaksanakan.
(Wawancara dengan Bapak Marno tanggal 1 Mei 2020 pukul 16.00
di Rumah Bapak Marno).
Untuk mengikuti pembinaan ini tergolong mudah. Tidak ada syarat
khususnya. Jika para preman ingin mengikuti pembinaan keagamaan
hanya dengan menemui Bapak Marno atau pihak Mualaf Center Magelang
dan akan dibina dengan beberapa kegiatan. Jumlah peserta pembinaan juga
68
naik turun. Peserta yang awalnya sudah semangat mengikuti terkadang
terpengaruh lingkungan dan berhenti mengikuti. Namun ada juga peserta
yang berhasil ikut diajak oleh preman yang lain. Saat ini jumlah peserta
yang dibina ada sekitar 19 orang dengan data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Identitas Preman Binaan Mualaf Center Magelang
No Nama Tanggal Lahir Usia Alamat
1. Sumarno 8 Agustus 1981 38 Tejosari, RT 06/ RW 07,
Kelurahan Magersari, Kec.
Magelang Selatan, Kota Magelang
2. Sumarno 18 Juni 1976 43 Tejosari, RT 05/ RW 07,
Kelurahan Magersari, Kec.
Magelang Selatan, Kota Magelang
3. Suhartono 18 Mei 1975 45 Tejosari, RT 06/ RW 07,
Kelurahan Magersari, Kec.
Magelang Selatan, Kota Magelang
4. Supardi 4 April 1974 46 Tejosari, RT 07/ RW 07,
Kelurahan Magersari, Kec.
Magelang Selatan, Kota Magelang
5. Asep
Hariyadi
23 Mei 1988 32 Tejosari, RT 06/ RW 07,
Kelurahan Magersari, Kec.
Magelang Selatan, Kota Magelang
69
Lanjutan Tabel...
No Nama Tanggal Lahir Usia Alamat
6. Hidayat
Mustofa
2 Juni 1989 31 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
7. Wahyu
Santosa
9 September
1993
27 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
8. Riyanto 14 April 1991 29 Tejosari, RT 07/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
9. Slamet
Wahyono
15 Maret 1983 37 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
10. Muhammad
Irfan
12 September
1997
22 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
11. Ardian 15 Mei 1996 24 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
12. Joko Riyanto 5 Januari 1987 33 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
70
Lanjutan Tabel...
No Nama Tanggal Lahir Usia Alamat
13. Juwandi 10 Januari 1989 31 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
14. Tono Sutopo 3 Maret 1983 37 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
15. Feri Imam
Saputra
5 Oktober 1997 22 Tejosari, RT 06/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
16. Budi Purnomo 15 Desember
1985
34 Tejosari, RT 06/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
17. Sudiono 8 Juni 1980 40 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
18. Wahyu
Slamet Adil
Indra
Nugroho
17 Juni 1996 24 Tejosari, RT 05/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
19. Ari Setiawan 1 Januari 1987 33 Tejosari, RT 06/ RW 07, Kelurahan
Magersari, Kec. Magelang Selatan,
Kota Magelang
(Sumber: Dokumentasi di Mualaf Center Magelang 11 Maret 2020)
71
Untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam pembinaan
keagamaan kepada para preman tersebut tentu membutuhkan dan yang
tidak sedikit. Dana untuk pembinaan ini diperoleh baik melalui MCI Pusat
yang memiliki channel youtube Vertizone TV, dari donatur maupun dari
para preman sendiri, dimana dana tersebut digunakan untuk kebutuhan
operasonal mereka. Berikut data yang peneliti temukan mengenai
pengelolaan pendanaanya.
Tabel 4.4 Pengelolaan Keuangan Pembinaan Preman Bulan April 2020
No Tanggal Keterangan Masuk Keluar Saldo
1. 1/4/2020 Sisa Bulan Maret 225.000 - 225.000
2. 1/4/2020 Uang GEMAR 230.000 - 455.000
3. 10/4/2020 Membeli keperluan
penyemprotan disinfektan
400.000 55.000
4. 15/4/2020 Donatur 100.000 - 155.000
5. 19/4/2020 Penyemprotan Disinfektan
ke 2
150.000 5.000
6. 20/4/2020 MCI Pusat 350.000 - 355.000
7. 26/4/2020 Donatur 50.000 - 405.000
(Sumber: Dokumentasi di Mualaf Center Magelang 1 Mei 2020)
4. Hasil Penelitian
Setelah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, maka
berikut data yang ditemukan di lapangan. Adapun data yang akan
dipaparkan dan dianalisa adalah sesuai dengan fokus penelitian yang telah
dipaparkan di BAB I yaitu tentang pelaksanaan pembinaan keagamaan
72
kepada komunitas preman di Mualaf Center Magelang tahun 2019/2020.
Serta peneliti akan menganalisa faktor pendukung dan penghambat dalam
kegiatan tersebut.
a. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan kepada Komunitas Preman
Temuan berdasarkan penelitian yang ada di lapangan
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada
komunitas dilakukan sejak tahap perencanaan dan dilanjutkan dengan
berbagai program, metode, dan media serta evaluasi untuk mengetahui
keberhasilan pembinaan keagamaan tersebut.
1) Perencanaan Pembinaan
Sebelum melaksanakan pembinaan pihak Mualaf Center
melakukan beberapa perencanaan diantaranya, awalnya dengan
mengajak seseorang yang dituakan diantara mereka sehingga
pembinaan akan lebih mudah dilakukan, namun seiring waktu tidak
hanya pentolannya namun siapapun preman yang ingin dibina. Hal
ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Mn:
“...Awalnya kita memang ke pentolan-pentolannya mbak,
tapi dari prosesnya ya ada penyaringan sekarang ya siapa
saja, pokoknya yang mau ikut ya monggo...”. (Wawancara
tanggal 1 Mei 2020 pukul 16.00 di Rumah Bapak Mn).
Bapak WP selaku pembina Mualaf Center Magelang juga
mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut:
“...Saya harus punya titik dakwah. Jadi ini adalah
metodologi dakwah. Jadi metodologi dakwah ini salah
satunya bagaimana kita punya pemetaan terhadap wilayah
itu. Tujuan kita apa, oh tujuan kita preman, membina
preman, ya saya harus masuk sana, siapa yang harus saya
73
kader kan gitu, baru itu kader-kader ini yang bergerak
simultan ke wilayah itu jadi bukan kita lagi tapi mereka...”.
(Wawancara tanggal 16 November 2019 pukul 09.00 di
Mualaf Center Magelang).
Bapak MA juga mengungkapkan jika perencanaan
pembinaan dilakukan dengan memikirkan metodenya dikarenakan
objek dakwah mereka preman yang sudah besar, sehingga tidak
bisa dibuat terlalu formal.
“...Ya awalnya direncanakan bagaimana supaya mereka itu
mau sedikit-sedikit lebih baik. Pelan-pelan saja mbak. Ya
kita memikirkan bagaimana metodenya. soalnya kan
mereka sudah besar mbak, sudah punya prinsip sendiri jadi
gak bisa dibuat sakklek kaya di sekolah-sekolah umum
gitu...”. (Wawancara tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.00 di
Mualaf Center Magelang).
2) Kurikulum Pembinaan
Kurikulum pembinaan kepada komunitas preman belum
disusun secara jelas dan sistematis, dikarenakan pembinaan baru
berjalan 2 tahun. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh
Bapak Mn:
“...Kurikulum secara tertulis dan resmi belum ada mbak
karna ya kita ngalir gitu aja...”. (Wawancara tanggal 1 Mei
2020 pukul 16.00 di Rumah Bapak Mn).
Hal senada juga dikemukakan oleh Bapak MA:
“...Belum ada mbak, yo cuma itu kegiatannya yang penting
jalan trus ada perubahan dari sedikit lah dari premannya...”.
(Wawancara tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.00 di Mualaf
Center Magelang).
74
3) Landasan Pembinaan
Landasan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman
jelas sejalan dengan landasan agama Islam sendiri yaitu al-Qur’an
dan Hadis. Hal tersebut dijelaskan oleh Bapak WP:
“...Jelas menggunakan sumber hukum Islam mbak, al-
Qur’an dan Hadis...”. (Wawancara tanggal 23 Februari 2020
pukul 09.00 di Mualaf Center Magelang).
Hal senada juga diperkuat oleh Bapak Mn selaku ustadz
pembinaan keagamaan kepada komunitas preman yang
mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
“...Landasannya ya tentu al-Qur’an dan Hadis, pertama kita
membina mereka itu kan tidak langsung ke hukum-hukum,
yang penting targetnya mereka meninggalkan maksiat
dulu...”. (Wawancara tanggal 1 Mei 2020 pukul 16.00 di
Rumah Bapak Mn).
4) Program Pembinaan
Sejak tahun 2018, berbagai program terus dilakukan oleh
pihak Mualaf Center Magelang dalam membina para preman
terutama dalam hal keagamaan sehingga baik aqidah, ibadah
maupun akhlaknya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Program-
program tersebut ada yang dilakukan secara rutin dan ada pula
program tidak terencana ataupun insidental (Wawancara dengan
Bapak Asrori Tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.00 WIB di Mualaf
Center Magelang).
75
a) Program Harian
Program harian yang dilakukan dalam melaksanakan
pembinaan yaitu dengan mengaji al-Qur’an setiap habis isya.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak Mn:
“...Kalau program harian dulu pernah ada, tiap bakda
isya ngaji baca al-Qur’an, sekarang berhenti. Insyaallah
akan berjalan setelah krisis corona ini berlalu...”.
(Wawancara tanggal 11 April 2020 pukul 9.30 di Rumah
Bapak Mn).
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak SW selaku
anggota komunitas preman yang mengatakan bahwa setiap
habis isya mereka mengaji membaca al-Qur’an satu persatu
dengan disimak dan dibetulkan ketika salah.
“...Ada beberapa program yang saya ikuti yaitu program
hariannya ada mengaji. Kita tiap ba’da isya mengaji al-
Qur’an membaca satu satu terus disimak dan dibetulkan
sama Mas Marno...”. (Wawancara tanggal 11 April 2020
pukul 14.00 di Mualaf Center Magelang).
Pelaksanaan kegiatan harian tersebut juga peneliti
saksikan sendiri ketika melakukan observasi dan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Setelah sholat isya para preman tersebut membentuk
lingkaran dan membaca al-Qur’an satu persatu dan
diberikan beberapa materi terkait dengan cara membaca
al-Qur’an yang baik dan benar. Terlihat mereka begitu
antusias mempelajari kalam ilahi tersebut. Beberapa
preman sudah mulai lancar membaca al-Qur’an namun
kebanyakan masih terbata-bata. Dengan penuh kesabaran
Bapak Marno memberikan bimbingan. (Observasi
tanggal 23 Februari 2020, pukul 19.00-20.00 di Mualaf
Center Magelang).
76
b) Program Mingguan
Program mingguan juga merupakan agenda rutin dalam
membina preman yang diadakan seminggu sekali. Beberapa
program mingguan yang dilaksanakan salah satunya adalah
agenda diskusi, seperti yang diungkapkan Bapak MA:
“...Program mingguannya ya kumpul maupun diskusi
maupun kajian di daerah masing-masing...”.
(Wawancara tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.00 di
Mualaf Center Magelang).
Pendapat tersebut juga dikuatkan dengan pernyataan
Bapak Mn yang menyatakan bahwa tiap malam ahad mereka
melakukan agenda ngopi (ngobrol perkara iman).
“...Program pekanan, tiap malam ahad ada ngopi
(ngobrol perkara iman) dilanjut dengan kajian ataupun
taklim. kegiatan ngopi (ngobrol perkara iman)
bentuknya saya tidak ceramah, hanya pendekatan
kepada mereka melalui kegiatan sosial, setiap malam
ahad itu kita adakan ngopi itu, temen-temen yang
tadinya sering minum-minuman keras kita ajak untuk
ngopi. Pertama kita berkorban untuk kopi dan snacknya
nggak papa...”. (Wawancara tanggal 11 April 2020
pukul 9.30 di Rumah Bapak Mn).
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak SW, anggota
komunitas preman yang selalu mengikuti kegiatan rutin
tersebut.
“...Ada juga program pekanan tiap malam ahad kita ada
acara ngopi bareng yaitu ngobrol perkara iman. Yang
dulunya kami minum-minuman keras alhamdulillah
sekarang kita minum kopi sambil ngobrol perkara
iman...”. (Wawancara tanggal 11 April 2020 pukul
14.00 di Mualaf Center Magelang).
77
Penjelasan yang diungkapkan oleh Bapak MA, Bapak
Mn dan Bapak SW memberikan informasi bahwa setiap malam
ahad para preman yang biasanya mabuk-mabukan diarahkan
untuk berkumpul menjadi satu dan kemudian acaranya diganti
dengan minum kopi dan snack. Awalnya snack disediakan oleh
pihak Mualaf Center Magelang, namun ketika jumlah preman
yang dibina semakin banyak dibuatlah jadwal, sehingga setiap
orang bertanggung jawab untuk memberikan konsumsi.
Berikut jadwal konsumsi yang sudah peneliti dokumentasikan.
Tabel 4.5. Jadwal Konsumsi NGOPI Malam Ahad
No Pekan ke-1 Pekan ke-2 Pekan ke-3 Pekan ke-4
1. Sumarno Sumarno Suhartono Supardi
2. Asep
Hariyadi
Hidayat
Mustofa
Wahyu Santosa Riyanto
3. Slamet
Wahyono
Muhammad
Irfan
Ardian Joko
Riyanto
4. Juwandi Tono Sutopo Feri Imam
Saputra
Budi
Purnomo
5.
Ari Setiawan Wahyu
Slamet Adil
Indra
Nugroho
Sudiono
(Dokumentasi di Rumah Bapak Mn tanggal 7 Maret 2020)
Selain kegiatan ngopi (ngobrol perkara iman) program
mingguan yang dilakukan untuk membina preman yaitu
sedekah Jum’at. Sedekah Jum’at dilakukan dengan
membagikan makanan yang sebelumnya telah dimasak,
kemudian dibagikan kepada jamaah shalat Jum’at di Masjid
Ibadullah Dusun Tejosari, Kelurahan Magersari, Kecamatan
78
Magelang Selatan, Kota Magelang. Hal ini sebagaimana
dipaparkan oleh Bapak Mn:
“...Selain itu ada juga sedekah Jumat dimana itu akan
memasak dan membagikan makanan ke jamaah sehabis
melakukan shalat Jumat...”. (Wawancara tanggal 11
April 2020 pukul 9.30 di Rumah Bapak Mn).
c) Program Bulanan
Program bulanan yang dilakukan untuk membina
preman cukup beragam, diantaranya adalah kajian dengan
mengundang ustadz lokal atau kalau tidak, ustadz dari Mualaf
Center Magelang. Sebagaimana dituturkan Bapak MA:
“...bulanannya biasanya kajian dengan menghadirkan
ustadz lokal atau kalau tidak ada ya dari pihak Mualaf
Center Magelang yang mengisi...”. (Wawancara
tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.00 di Mualaf Center
Magelang).
Selain kajian, ada juga program GEMAR (Gerakan
Lima ratus Sehari, seperti diungkapkan oleh Bapak Mn berikut:
“...Tiap bulan kita juga ada GEMAR (geraka lima ratus
sehari) yaitu kita bagikan kaleng ke setiap anggota yang
berkeinginan untuk infak/shodaqoh, tiap bulannya ada
petugas yang narik, uangnya untuk kas...”. (Wawancara
tanggal 11 April 2020 pukul 9.30 di Rumah Bapak
Mn).
Kegiatan ini meskipun sifatnya tidak wajib, namun
banyak yang tertarik untuk mengikutinya. Salah satunya adalah
Bapak SW yang mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut.
“...Tiap bulan saya juga ikut gerakan limaratus sehari itu
mbak, tiap bulan anggota yang pengen sedekah gitu
diberi kaleng nanti ada petugas yang ngambil uang itu
79
trus dimasukkan ke kas...”. (Wawancara tanggal 11 April
2020 pukul 14.00 di Mualaf Center Magelang).
Berdasarkan penjelasan Bapak Mn dan Bapak SW di
atas, agenda GEMAR ini dilaksanakan dengan mengumpulkan
uang paling tidak 500 rupiah sehari dan setiap bulan sekali
uang dalam kaleng tersebut dikumpulkan kepada petugas yang
kemudian uang tersebut digunakan sebagai uang kas.
d) Program Tahunan
Program tahunan yang diadakan biasanya adalah
agenda-agenda besar yaitu mengadakan tabligh akbar dan juga
turut serta dalam merayakan hari-hari besar Islam. Seperti yang
dipaparkan Bapak Mn:
“...Untuk tahunan kita agendakan untuk kegiatan
tabligh akbar. Juga setiap ada peringatan hari besar
Islam kita ikut berpartisipasi seperti idul adha, isra’
mi’raj dll...”. (Wawancara tanggal 11 April 2020 pukul
9.30 di Rumah Bapak Mn).
Berbeda dengan kajian bulanan yang menghadirkan
ustadz lokal, dalam tabligh akbar ini biasanya ustadz yang
dihadirkan lebih populer. Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Bapak MA:
“...Kalau program tahunannya tabligh akbar biasanya,
mungkin salah satu bentuk pengajian seperti beberapa
waktu lalu di Borobudur kita adakan pengajian
peringatan hari besar Islam dan menghadirkan dari artis
nasional yang hijrah yaitu Dewa, Dewa ini cucu dari
pendeta Hindu Bali tertinggi. Kemudian pengajian
dimana kita hadirkan tokoh muda nasional juga, Handy
Bony dan juga artis Arie Untung...”. (Wawancara
80
tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.00 di Mualaf Center
Magelang).
Selain mengadakan tabligh akbar dalam memperingati
hari besar Islam, peneliti juga menemukan dokumentasi berupa
keikutsertaan para preman dalam perayaan hari besar Idul
Adha. Mereka turut ikut serta dalam penyembelihan binatang
qurban dan dan membagikannya dengan masyarakat sekitar.
e) Program Insidental
Program insidental yaitu program yang tidak
direncanakan dan dilakukan karena ada kepentingan mendesak.
Program insidental dalam pembinaan keagamaan kepada
komunitas preman di Mualaf Center Magelang ini cukup
beragam, seperti yang diungkapkan oleh Bapak MA:
“...Namun yang lebih sering kegiatan insidentalnya,
biasanya berkaitan dengan kebencanaan dan kegiatan
dukungan kegiatan luar seperti Muslim United dll.
Termasuk yang insidental yaitu kegiatan bedah
rumah...”. (Wawancara tanggal 31 Maret 2020 pukul
16.00 di Mualaf Center Magelang).
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Mn yang
mengungkapkan beberapa kegiatan insidental lain selain yang
sudah dipaparkan diatas yaitu ada GATOT (gerakan tilik orang
sakit) dan menguatkan pendapat Bapak MA yang menyatakan
kegiatan insidental utama yaitu penggalangan dana.
“...Untuk program yang tidak direncanakan ya kita ada
GATOT (Gerakan Tilik Orang Sakit) dimana ketika ada
anggota/ keluarga yang sakit kita besuk ke RS. Selain
itu juga ada bakti sosial dan peduli bencana, ada
81
penggalangan dana ketika terjadi bencana bahkan terjun
ke lapangan, seperti pas gempa Lombok, Palu dan
ketika ada corona kita ikut menyemprotkan disinfektan
ke masjid-masjid guna mencegah virus tersebut...”.
(Wawancara tanggal 11 April 2020 pukul 9.30 di
Rumah Bapak Mn).
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa kegiatan
insidental lah yang termasuk sering dilaksanakan. Baik
menjenguk anggota ketika sakit, atau melakukan berbagai
kegiatan sosial untuk menanggulangi bencana yang sedang
melanda Indonsesia, seperti gempa di Palu dan Lombok dan
yang terbaru ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia
mereka membantu dengan menyemprotkan disinfekan ke
masjid-masjid.
Kegiatan insidental yang lain yaitu kegiatan bedah
rumah di rumah Bapak Marno yang kebetulan sedang
diperbaiki. Sebagaimana yang peneliti dapatkan ketika
melakukan observasi dengan gambaran sebagai berikut.
Pukul 08.00 WIB beberapa anggota sudah mulai
berdatangan ke rumah Bapak Marno. Mereka secara
sukarela dan penuh semangat membantu memperbaiki
rumah Mas Marno. Ada yang mengaduk semen,
mengambil batu bata, dan sebagainya. Beberapa ibu
mempersiapkan konsumsi bagi para pekerja. Pukul
12.00 WIB semua istirahat dan melaksanakan Shalat
Dhuhur berjamaah dilanjurtkan makan siang bersama.
Mereka baru berhenti pukul 16.00 WIB. (Observasi
tanggal 8 Maret 2020, pukul 08.00-12.00 di Rumah Bp
Mn).
82
5) Metode Pembinaan
a) Metode Diskusi
Pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh Mualaf
Center Magelang menggunakan beberapa metode, salah
satunya adalah metode diskusi. Hal ini seperti diungkapkan
oleh Bapak WP:
“...Ngajinya gak serius, gak yang di ta’lim saya ngaji di
depan enggak, meliuk wae, guyon-guyon (sambil
bercanda) 3x baru dikasih sisipan itu lebih efektif
daripada 1 arah karena pembahasannya gak mendalam.
Biasanya saya kesana 2 minggu sekali, yaitu pekan ke 2
dan ke 4. Lokasinya berpindah-pindah. Juga nggak ada
tema khusus. Misale ada yang tanya “Pak wingi aku
mbacok wong (pak kemarin saya melukai orang), masih
ada. Lha ada yang masih bawa botol. Pak aku mendem
pak ning pingin ngaji (pak saya lagi mabuk, tapi saya
ingin ikut mengaji)”. tak jawab aja boleh ikut ngaji tapi
botolnya ditaruh sana dulu, jauh-jauh dari sini. Hal ini
asyiknya disini. Masih banyak mbak yang bawa
pedang, habis tawuran dimana. Ngaji masih tengkleng-
tengkleng habis mabuk, ini ada. Mereka pekerjaannya
juga masih ada yang debt collector tapi mau ngaji
karena yang namanya dakwah itu kan bukan target
akhir tapi proses. Ketika anak-anak semakin intensif
kita hanya mendamping...”. (Wawancara tanggal 16
November 2019 pukul 09.00 WIB di Mualaf Center
Magelang).
Bapak Mn juga menyatakan bahwa metode diskusi
merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
pembinaan preman, penerapannya ketika agenda ngopi
(ngobrol perkara iman) setiap malam Minggu berlangsung.
“...ngopi (ngobrol perkara iman) bentuknya saya tidak
ceramah, hanya pendekatan kepada mereka melalui
kegiatan sosial, setiap malam ahad itu kita adakan
Ngopi itu, temen-temen yang tadinya sering minum-
83
minuman keras kita ajak untuk ngopi. Pertama kita
berkorban untuk kopi dan snacknya nggak papa. Kita
kumpul, kita undang resmi mereka datang ya cuma
ngobrol-ngobrol seperti biasa, cuma mereka tau basic
saya adalah bidang keagamaan jadi mereka sering tanya
ke saya, nah lama-lama mereka tertarik dengan agama
trus mau ikut, dan meminta tiap malam ahad diadakan
seperti itu rutin dan tiap malam ahad itu ada pertanyaan
yang membuat mereka semangat untuk memperdalam
agama dan mengamalkan. Alhamdulillah dengan
kegiatan seperti itu mereka bisa berubah dari yang tiap
malam ahad minum-minuman keras trus jd kumpul
membahas seputar agama dan pelan-pelan kita ajak
mereka ke masjid dan alhamdulilllah mereka mau ke
masjid dan mengikuti kegiatan...” (Wawancara tanggal
11 April 2020 pukul 9.30 di Rumah Bapak Mn).
Metode diskusi yang diterapkan di Mualaf Center
Magelang ini tidak menerapkan tema khusus. Para preman
bebas bertanya apa saja dan akan dijawab oleh pembina
maupun ustadz yang hadir saat itu. Agenda yang rutin
dilaksanakan tiap malam Ahad ini membuat para preman
tersebut lebih tertarik untuk belajar agama dan mulai
mengamalkannya.
b) Metode Ceramah
Selain menggunakan metode diskusi, metode lain yang
digunakan adalah metode ceramah. Metode ceramah ini
dilaksanakan dalam bentuk pengajian dan mengundang ustadz
lokal yang berkompeten. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum
agenda ngopi (ngobrol perkara iman) malam Minggu, maupun
ketika agenda tabligh akbar. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Mn:
84
“...Alhamdulillah kita ada agenda untuk kegiatan baik
majlis taklim maupun tabligh akbar setiap pekan.
Sebelum ngopi kita majlis taklim baru acara ngopi.
Dulu majlis taklim ini kita mengundang ustadz-ustadz
yang berkompeten di bidangnya baik di bidang fiqih,
muamalah maupun aqidah. Jadi ilmu yang mereka
dapat tidak hanya sekedar dari yang kita punya namun
juga dari ustadz yang lebih berpengalaman...”.
(Wawancara tanggal 11 April 2020 pukul 9.30 di
Rumah Bapak Mn).
Bapak MA juga mengungkapkan bahwa selain dalam
tabligh akbar, pengajian juga dilaksanakan dalam peringatan
hari besar Islam dengan mengundang ustadz yang lebih
terkenal dan merupakan tokoh publik.
“...Kita adakan pengajian, mungkin salah satu bentuk
pengajian seperti beberapa waktu lalu di Borobudur
kita adakan pengajian peringatan Hari Besar Islam dan
menghadirkan dari artis nasional yang hijrah yaitu
Dewa, Dewa ini cucu dari pendeta Hindu Bali tertinggi.
Kemudian pengajian dimana kita hadirkan tokoh muda
nasional juga, Handy Bony...”. (Wawancara tanggal 31
Maret 2020 pukul 16.00 di Mualaf Center Magelang).
c) Metode Keteladanan dan Pembiasaan
Metode keteladanan dan pembiasaan juga dilaksanakan
dalam membina keagamaan para preman. Metode keteladanan
dan pembiasaan ini dilakukan dengan cara para anggota
preman dilibatkan secara langsung dalam berbagai kegiatan
sosial, sehingga mereka masih merasa berguna, karena
biasanya mereka berfikiran negatif bahwa mereka sudah tidak
berguna. Para preman langsung dibawa ke lapangan dengan
harapan mereka bisa mencontoh apa yang dilakukan pihak
85
Mualaf Center Magelang dan bisa merasakan penderitaan orang
lain. Hal ini dipaparkan oleh Bapak WP:
“Ya selain diskusi kita praktik langsung dengan
melibatkan juga dalam berbagai kegiatan agar mereka
melihat dan bisa meneladani kita. Contohe pengajian
ini mbak, mereka yang cover terutama dari segi
keamanannya. Jadi bagaimana para preman itu diluar
pekerjaannya yang tidak halal itu kita upayakan ada
kegiatan yang bermanfaat untuk orang lain. Sehingga
mereka merasa masih bisa berguna, karna biasanya
preman berfikir mereka adalah sampah masyarakat.
Kita libatkan juga dalam hal bedah rumah termsuk
dalam hal kebencanaan, mereka ikut ke Lombok, Palu
sehingga mereka merasakan persaudaraan Islam. Saya
bawa mereka ke lapangan agar mereka bisa mencontoh
hal yang baik dari kita dan agar mereka merasakan
penderitaan orang lain. Ya itu karena biasanya preman
itu merasa ah kok ra kanggo nggawe (ah saya tidak
berguna), saya sampah saya tidak ada gunanya, saya
bawa ke tempat dimana mereka berguna untuk orang
lain. (Wawancara tanggal 23 Februari 2020 pukul 14.00
di Mualaf Center Magelang).
Bapak MA juga menjelaskan bahwa para preman sering
dilibatkan dalam berbagai kegiatan sehingga mereka merasa
dimanusiakan. Mereka dilibatkan menjadi relawan yang
melakukan penggalangan dana ketika terjadi bencana alam,
contohnya gempa Lombok dan Palu bahkan ada yang terjun
langsung ke lapangan. Mereka juga menjadi relawan bedah
rumah, sehingga mereka merasakan ada komunikasi yang
harmonis dan mereka benar-benar merasakan menyatu dalam
persaudaraan. Selain itu mereka juga didatangkan beberapa
tokoh yang bisa memberikan teladan bagi mereka menjadi
lebih baik lagi.
86
“...Tidak perlu banyak omong tapi kita kerja bersama-
sama mereka melihat keakraban kita, persaudaraan kita
yang kuat. Kemudian kita libatkan juga dalam event-
event yang cukup besar seperti muslim united. Jadi
mereka merasa diperhatikan coro jawane diuwongke
(dimanusiakan). Kita sama dengan mereka, kita tidak
lebih pinter dari mereka. Pernah juga kita hadirkan
mubaligh mantan, ya ada lah macam-macam lah dari
dunia hitam sehingga teman-teman itu menjadi
termotivasi oh ternyata orang yang sebegitu gelap,
sebegitu jahat pada awalnya akhirnya kembali juga
menjadi orang yang baik, ini menginspirasi bagi teman-
teman komunitas preman. Temen-temen yang kita bina
ini dari latar belakang yang bermacam-macam itu salah
satu metode. Ketika kita mengadakan kegiatan bedah
rumah mereka kita libatkan jadi ada komunikasi yang
harmonis yang baik betul-betul mereka merasakan
menyatu. Kita ndak banyak memberi nasehat, nasehat
sudah banyak dimana-mana. Pengajian dimana-mana
yang penting kita bersama mereka dalam kegiatan dan
mereka menyatu dengan kita. Kegiatan bedah rumah
kita libatkan menjadi relawan kebencanaan ketika
terjadi berbagai macam bencana mereka terlibat ada
yang menggalang dana bahkan terjun lagsung di
lapangan. Tidak perlu kita banyak omong, kita hanya
memberi contoh dan mereka terjun otomatis.
Menggalang dana di Barakan berkali-kali ketika ada
bencana Lombok, Palu, Lampung bahkan ada yang
terjun langsung ke lokasi. Juga waktu wabah corona ini
menjadi bencana nasional bukan hanya nasional tapi
dunia mereka juga ikut berpartisipasi seperti
menyemprotkan desinfektan ke masjid-masjid. Ini
keterlibatan mereka. Mereka sedang proses dari kurang
baik menjadi baik dari gelap menjadi terang dan
sebagainya..”. (Wawancara tanggal 31 Maret 2020
pukul 16.00 di Mualaf Center Magelang).
Hal senada juga diperkuat oleh pendapat yang
diungkapkan oleh Bapak Mn berikut:
“...Selain dengan metode NGOPI tadi kita juga
mengajak teman-teman dalam kegiatan yang bersifat
kemanusiaan seperti penggalangan dana untuk korban
bencana juga kegiatan-kegiatan sosial lain dimana
saudara-saudara kita kena musibah kita ajak untuk ikut
87
kegiatan, jadi awalnya tidak ada yang bersifat
keagamaan karna kalau langsung mereka akan sungkan.
Mereka justru malah menghindar tapi kalau dengan
kemanusiaan mereka bisa lebih ikut andil dan kita bisa
lebih dekat dengan mereka dan dari situlah kita bisa
memberi masukan-masukan seputar agama kepada
mereka. Setelah kita dekat dengan mereka secara
emosional maka sangat mudah untuk mengajak mereka
dalam hal keagamaan misalnya dalam pengajian
maupun majlis taklim...” (Wawancara tanggal 11 April
2020 pukul 9.30 di Rumah Bapak Mn).
Dari penjelasan Bapak Mn di atas dapat diketahui
bahwa para anggota preman tersebut dilibatkan dalam kegiatan
yang bersifat kemanusiaan dan sosial, sehingga mereka tidak
merasa sungkan dan bisa menjadi lebih dekat secara emosional
dengan para preman, sehingga akan lebih mudah diajak ke hal
keagamaan.
a) Materi Pembinaan
Materi pembinaan fokus utamanya adalah perbaikan
akhlak, kemudian setelah itu tentang ibadah dan hal-hal
lainnya. Hal tersebut dikemukakan oleh Bapak MA:
“...Pelan-pelan sih mbak kita mengajarkannya. Gak
yang langsung tumplek blek, nanti mereka malah
pusing. Yang penting akhlak mereka dulu mbak. Mau
ikut kajian-kajian. Baru kita ajarin yang bab fiqh
nya...”. (Wawancara tanggal 31 Maret 2020 pukul
16.00 di Mualaf Center Magelang).
Bapak Mn juga mengungkapkan pendapatnya mengenai
materi yang diberikan dalam pernyataan sebagai berikut.
“...Kalau materi pertama kita fokus ke akhlaq dulu,
yang penting pertama mereka meninggalkan maksiat
dulu, masalah hukum-hukum kta akhir, karena rentan.
88
Di Islam sendiri kan banyak cabang-cabangnya. Yang
penting pertama meninggalkan maksiat dulu setelah itu
ngumpul-ngumpul ngaji bareng shalat bareng yang
baru kalau akhlaknya bisa sedikit berubah kita ngaji
baca Qur’an, persholatan nah kalau ada pertanyaan-
pertanyaan ke hal fiqih itu biasanya saya atau temen
yang sekranya bisa ksih jawaban lah, biasanya kita beri
beberapa opsi jawaban...”. (Wawancara tanggal 1 Mei
2020 pukul 16.00 di Rumah Bapak Mn).
Dari penjelasan Bapak Mn di atas didapatkan informasi
bahwa materi yang diberikan fokus terhadap akhlaq para
preman, yang penting para preman meninggalkan maksiat,
setelah itu berlanjut membaca al-Qur’an, shalat dan bab fiqh
lainnya dengan diselingi tanya jawab untuk masalah fiqh yang
sering mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
b) Media
Media yang digunakan seperti media pada umumnya
yaitu papan tulis dan spidol untuk mendukung pembinaan
ketika materi tentang al-Qur’an sedang dipelajari. Berikut
penuturan Bapak Mn:
“...Biasa saja mbak, kalau baca qur’an kita pakai media
sakifah, kalau ngaji biasa ya ada papan tulis sama
spidol begitulah kalau untuk mengaji yang tajwid-
tajwid itu...”. (Wawancara tanggal 1 Mei 2020 pukul
16.00 di Rumah Bapak Mn).
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Bapak MA
yang mengungkapkan bahwa media yang digunakan hanya
papn tulis dan spidol dikarenakan kegiatan mereka banyak di
lapangan.
89
“...Kalau di lapangan ya gak ada kita terjun langsung
aja, paling yang menggunakan media pas ngaji Qur’an
itu pakenya ya biasa papan tulis...”. (Wawancara
tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.00 di Mualaf Center
Magelang).
c) Evaluasi
Evaluasi yang digunakan oleh Mualaf Center Magelang
tidak seperti di sekolah umum. Pihak pembina hanya
mengamati perubahan tingkah laku yang terjadi kepada para
preman. Berikut pendapat dari Bapak MA:
“...Evaluasi langsung tidak ada, tidak seperti sekolah
umum pake tes gitu enggak, ya kita cuma melihat saja
kalau ada perubahan dari sedikit dari ibadahnya atau
tingkah lakunya ya berarti berhasil seperti itu...”.
(Wawancara tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.00 di
Mualaf Center Magelang).
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Mn sebagai
berikut:
”...Kalau pandangan saya ya evaluasinya dari akhlak
mereka berubah, mereka mau shalat, meninggalkan hal
maksiat paling tidak mereka shalat. Kalau ada
kelanjutannya monggo mereka mau ngaji ke tempat lain
yang lebih tinggi ilmunya ya kita tidak membatasi...”.
(Wawancara tanggal 1 Mei 2020 pukul 16.00 di Rumah
Bapak Mn).
Meskipun evaluasi yang digunakan belum terstruktur
dengan jelas namun hasil dari pembinaan ini sudah terlihat pada
diri para preman. Hal ini diungkapkan oleh salah satu anggota
komunitas preman Bapak AH sebagai berikut:
“...Ayem, tenang, semeleh. Sebelumnya kacau sekarang
jadi ayem. Kalau dari Ibadah ya ibaratnya biasanya
90
shalat sekali ya jadi 2 kali gitu, hahaha...”. (Wawancara
tanggal 1 Mei 2020 pukul 16.00 di Rumah Bapak Mn).
Selain dari segi ibadah, akhlak/ tingkah lakunya juga
menjadi lebih baik. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak HM
selaku anggota komunitas preman.
“...Ya akhlaknya/ tingkah laku jadi teratur ketimbang
kemarin...” (Wawancara tanggal 1 Mei 2020 pukul
16.00 di Rumah Bapak Mn).
b. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Keagamaan
kepada Komunitas Preman
Faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan
kepada para preman sangat penting untuk diketahui, karena dengan
adanya faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan ini
bisa memperlancar program pembinaan dan faktor penghambatnya
bisa ditanggulangi, sehingga kegiatan bisa berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Temuan data penelitian menunjukkan bahwa faktor
pendukung dan penghambat pembinaan yaitu sebagai berikut:
1) Faktor Pendukung
a) Motivasi Diri
Salah satu faktor yang mendukung pembinaan
keagamaan kepada preman ini adalah adanya motivasi dari
preman itu sendiri yang secara psikologis ingin menjadi lebih
baik, namun karena berbagai situasi dan kondisi akhirnya
mereka terjebak dalam kondisi tersebut. Hal ini sebagaimana
dipaparkan oleh Bapak WP:
91
“...Kalau faktor pendukungnya dari dalam diri ya tadi
mbak sudah saya bilang bahwa siapapun itu pasti ingin
menjadi lebih baik. Secara psikologis, dasar manusia
itu ingin menjadi baik Semua. Baik itu orang rumahan,
preman, dalam hati kecilnya ingin menjadi baik itu
pasti. Hanya mereka dipaksa oleh kondisi dan
situasi...”. (Wawancara tanggal 16 Noveber 2019 pukul
09.30 di Mualaf Center Magelang).
Bapak SW selaku preman juga mengemukakan bahwa
dirinya sendiri ingin menjadi orang yang lebih baik lagi,
sehingga orang-orang di sekitarnya tidak merasa malu dengan
keberadaanya yang berstatus sebagai preman.
“...Selain itu ya saya pribadi pengen lah menjadi
pribadi yang lebih baik lagi mbak. Kasian anak istri
mbak, malu mereka kalau orang-orang tau suami dan
bapak mereka itu kok ya preman. Jadi saya termotivasi
untuk berbenah menjadi hijrah lah ke arah yang lebih
baik...”. (Wawancara tanggal 11 April 2020 pukul
14.00 di Mualaf Center Magelang).
Hal senada diperkuat dengan pendapat anggota
komunitas preman yang lain yaitu Bapak HM yang
mengemukakan bahwa diri sendiri menjadi faktor yang
mendukung pembinaan ini, dilandasi dari keyakinan dari
pribadinya untuk menjadi lebih baik lagi.
“...Dari hati/ diri sendiri ingin jadi lebih baik. Kalau
lingkungan biasa...”. (Wawancara tanggal 1 Mei 2020
pukul 16.00 di Rumah Bapak Mn).
b) Metode yang Menarik dan Beragam
Menurut Bapak MA salah satu daya tarik yang
mendukung keberhasilan pembinaan keagamaan kepada
komunitas preman ini adalah metode yang menarik dan
92
beragam. Salah satunya yaitu dengan menghadirkan tokoh-
tokoh terkenal yang mengisi kajian dan memberi motivasi
sehingga para preman tertarik mengikutinya.
“...Mungkin daya tarik juga karena metode kita yang
cukup banyak dan tidak monoton, salah satunya kita
sempat menghadirkan tokoh-tokoh yang cukup terkenal
seperti artis mas ari untung kita undang dalam 2 hari
kita minta isi di beberapa tempat kita sampaikan kita
tidak punya uang dan tidak bisa memberi apapun.
Hanya kita fasilitasi menginap di hotel itu mungkin
salah satu yang mendukung...”. (Wawancara tanggal 31
Maret 2020 pukul 16.00 di Mualaf Center Magelang).
Salah satu anggota preman yaitu Bapak AH juga
mengungkapkan pendapatnya sebagai berikut:
“...Teman pengaruh besar. Ada mas marno juga, ustadz
kami yang pinter ngrangkule. Kami seneng gitaran
mereka ikut kami, kita nggak terasa di tekan jadi gak
terasa ditarik, natural aja, nyaman. Kalau dari keluarga
ya biasa saja...”. (Wawancara tanggal 1 Mei 2020 pukul
16.00 di Rumah Bapak Mn).
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pihak
Mualaf Center Magelang selalu berbaur dengan para preman
sehingga mereka merasa nyaman dan tidak terasa jika sedang
dibina. Jadi tidak ada kesan terpaksa ketika mengikuti
pembinaan.
c) Kerjasama Tim yang Baik
Kerjasama tim yang baik juga menjadi faktor penting
yang mendukung keberhasilan pembinaan keagamaan kepada
komunitas preman. Kekompakan mereka terlihat dengan
motivasi mereka yang kuat dan menganggap para anggota
93
preman tersebut sebagai saudara sehingga para preman merasa
dimanusiakan. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak MA:
“...Faktor pendukungnya, karena dari teman-teman di
MCM ini terjunya kompak, apa adanya, kita
memanusiakan mereka. Ya benar-benar saudara. Anda
saudara kami, kami saudara anda. Kita ndak punya apa-
apa hanya bermodal motivasi kuat dari dalam
menganggap mereka saudara...”. (Wawancara tanggal
31 Maret 2020 pukul 16.00 di Mualaf Center
Magelang).
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Mn bahwa
salah satu faktor pendukung dalam kegiatan ini adalah adanya
kerjasama tim yang baik yang bersama-sama mempunyai
motivasi yang kuat dalam mengajak kepada kebaikan dan
mencari berbagai keperluan demi terselenggaranya kegiatan ini.
“...Selama ini kerjasama tim yang baik sangat
mendukung pembinaan agama ini. Kita bersama-sama
untuk mencari dana, ustadz, fasilitas kita sama-sama
punya motivasi yang kuat untuk mengajak orang
menjadi lebih baik lagi...”. (Wawancara tanggal 11
April 2020 pukul 09.00 di Rumah Bapak Mn).
d) Dukungan dari Berbagai Pihak
Menurut penuturan Bapak SW salah satu faktor
pendukung dalam kegiatan pembinaan preman ini adalah
dukungan dari berbagai pihak, salah satunya dari keluarga.
Keluarga sebagai orang yang setiap hari bertemu dengan
mereka selalu mengingatkan ketika sudah tiba waktu shalat dan
ketika ada kegiatan di Mualaf Center Magelang.
94
“...Dukungan dari keluarga mbak yang selalu
ngingetin kalo udah waktu sholat atau ada acara gitu
selalu diingetin sama anak istri saya...” (Wawancara
tanggal 11 April 2020 pukul 14.00 di Mualaf Center
Magelang).
Selain pihak keluarga, pejabat masyarakat seperti RT,
RW bahkan polisi setempat juga turut mendukung kegiatan ini,
sehingga ketika ingin mengadakan kegiatan mereka tidak sulit
mendapat izin dari pejabat setempat. Bahkan pihak Kapolresta
Kota Magelang juga turut mendukung kegiatan ini. Hal ini
disampaikan oleh Bapak WP”
“...Kalau sekarang banyak mendukung, keluarganya
mendukung, siapa kan yang tidak ingin suaminya,
pamannya menjadi lebih baik. Tentu keluarganya
mendukung agar bisa lebih baik lagi. RT, RW juga
mendukung, jadi sekarang kalau mau peminjaman
tempat ya lebih mudah mbak gak kaya dulu yang
bahkan sampai di lapangan voli. Itulah mengapa saya
adakan bedah rumah di sana. Sehingga warga sana
tidak meremehkan preman disana lagi dan mereka
bangga bisa bermanfaat. Saya 3 tahun membina
mereka, 1 tahun terakhir Kapolresta ngomong ke saya
“terimakasih pak dengan adanya pembinaan preman
untuk tahun ini tidak ada kriminalitas di Barakan...”.
(Wawancara tanggal 23 Februari 2020 pukul 14.00 di
Mualaf Center Magelang).
Hal senada juga dikuatkan oleh pendapat Bapak Mn
sebagai berikut:
“...Selain itu kita juga melakukan pendekatan kepada
pejabat setempat, RT, RW sehingga dalam kegiatan
kita sangat mudah untuk mendapatkan perijinan
maupun mendapat tempat...”. (Wawancara tanggal 11
April 2020 pukul 09.00 di Rumah Bapak Mn).
95
Pendapat Bapak MN tersebut mengindikasikan bahwa
pihak Mualaf Center Magelang melakukan pendekatan kepada
pejabat setempat, RT maupun RW sehingga sangat mudah
untuk mendapatkan perijinan dan juga tempat ketika mereka
akan mengadakan kegiatan di lingkungan tersebut.
2) Faktor Penghambat
a) Karakteristik Individu
Berdasarkan penuturan Bapak WP, salah satu faktor
yang menghambat pembinaan keagamaan kepada komunitas
preman ini adalah dari diri preman sendiri yang belum bisa
menghilangkan karakter lamanya yang keras dan suka emosi,
sehingga mereka akan bosan karena dikatakan sok suci oleh
masyarakat, jadi semangat mereka menjadi kendor.
“...Ada juga mbak yang dari premannya. Karena
mereka sifat aslinya kan keras juga jadi mereka
gampang emosi ketika dengar ada yang menjelekan
mereka. Mereka bosan dikatain sok suci jadi kadang
kendor karena ucapan negatif dari lingkungan...”
(Wawancara tanggal 23 Februari 2020 pukul 14.00 di
Mualaf Center Magelang).
Hal serupa juga dirasakan oleh SW selaku anggota
komunitas preman yang menyatakan bahwa dirinya sendiri
lah yang masih sering ingin kembali ke hal-hal yang dulu,
sehingga terkadang tidak ikut kegiatan pembinaan.
“...Mungkin dari diri saya sendiri mbak. Masih sering
plin-plan kadang pengen balik kaya dulu langsung
istighfar inget kalo itu gak bener. Kalau lagi kumat ya
kadang gak ikut pembinaan jadinya mbak.
96
Alhamdulillah setelah 2 tahun saya ikut pembinaan ini
saya merasakan nikmat dan syukur ikut pembinaan dan
merasakan ketenangan batin...”. (Wawancara tanggal
11 April 2020 pukul 14.00 di Mualaf Center
Magelang).
b) Lingkungan
Bapak MA menyatakan bahwa lingkungan menjadi
faktor yang sangat berpengaruh dalam menghambat kegiatan
pembinaan keagamaan kepada komunitas preman ini.
Lingkungan yang dimaksud disini adalah teman-teman lama
mereka ketika menjadi preman yang masih sering mengajak
mereka kembali ke dunia hitam mereka. Hal ini dikarenakan
tempat tinggal mereka tidak berpindah dan masih menjadi satu
dengan lingkungan sebelumnya yang kebanyakan masih
menjadi preman. Berikut penjelasan dari Bapak MA:
“...Selain itu dari lingkungan juga, mereka itu kan
mantan yaa mantan macem-macem lah tidak etis
disebutkan disini dari dunia hitam lah istilahnya,
kadang-kadang masih banyak yang dibujuk/ dipenaruhi
teman lama mereka, karena kan mereka tidak berpindah
dari sisi tempat tinggal mereka dan teman-teman
mereka yang masih bergelimang di dunia hitam itulah
banyak mempengaruhi mereka. Ya ini istilahnya kuat-
kuatan saja kita bisa bertehan apa tidak, kita mencoba
untuk selalu mempengaruhi yang baik,mengingatkan
tetapi lingkungan dan teman-teman lama mereka tidak
ingin melepaskan, ini salah satu penghambatnya...”.
(Wawancara tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.00 di
Mualaf Center Magelang).
Hal senada juga dijelaskan oleh Bapak Mn bahwa
lingkungan yang menghambatnya yaitu berkaitan dengan
lingkungan pekerjaan mereka. Ketika memutuskan untuk
dibina banyak yang mulai meninggalkan pekerjaan lama
mereka dan tak sedikit yang menjadi pengangguran, padahal
97
keluarga mereka tetap memerlukan nafkah. Alhasil tidak
sedikit dari mereka yang kembali melakukan pekerjaan
lamanya demi mencukupi kebutuhan keluarganya.
“...Yang menghambat ya masalah klasik mbak, masalah
pekerjaan, karena mereka kan basicnya adalah preman
jadi sebagian besar mereka memiliki pekerjaan-
pekerjaan yang katakanlah tidak 100% halal. Jadi saat
mereka bertekad untuk dibina tentu mereka
meninggalkan pekerjaan mereka seperti ya pekerjaan
pemalak dan lain-lain. Itu yang menjadi masalah. Jadi
banyak dari teman ini yang masih pengangguran juga
karena untuk mencari pekerjaan saat ini sangat sulit jadi
mereka jadi tidak punya penghasilan. Alhasil tidak
sedikit yang kembali ke pekerjaan lamanya. Apalagi
kan mereka tetap berkomunikasi dengan lingkungan
dan teman-teman yang seperti itu. Lingkungannya yang
kadang membuat semangat mereka mulai kendor
lagi...” (Wawancara tanggal 11 April 2020 pukul 09.00
di Rumah Bapak Mn).
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak AH bahwa
pekerjaan menjadi kendala mereka dalam mengikuti
pembinaan keagamaan ini karena pekerjaan lama mereka.
Berikut penuturan Bapak AH:
“...Pekerjaan terutama mbak, istilahe kalau kecukupan
mau acara kajian tiap hari we lakoni. Kadang kita pas
ada kajian pas ra nduwe det (pas tidak mempunyai
uang). Kami kan banyak yang bukan dari kalangan
menengah ke atas. Kami gak kerja sehari ya besok ndak
punya uang...”. (Wawancara tanggal 1 Mei 2020 pukul
16.00 di Rumah Bapak Mn).
Bapak HM juga mengungkapkan hal serupa dalam
pernyataannya sebgai berikut:
“...Pekerjaan sih mbak. Kadang kalau ada kajian
benturan sama kerjaan jadi gak bisa ikut. Tantangannya
disitu ada yang ketika hijrah itu benar-benar
98
meninggalkan pekerjaan lamanya. Yang dulu jual miras
sekarang sudah enggak yanjadi nganggur padahal
ekonominya tidak mapan...”. (Wawancara tanggal 1
Mei 2020 pukul 16.00 di Rumah Bapak Mn).
Selain teman-teman lama mereka, ada juga lingkungan
yang tidak suka dan memandang sebelah mata kepada mereka.
Hal ini diungkapkan oleh Bapak AH selaku anggota preman.
“...Banyak yang kontra juga. Banyak yang
menyepelekan. Halah meng opo kui (halah, cuma apa
itu) Paling tren. Dipandang sebelah mata saja....”.
(Wawancara tanggal 1 Mei 2020 pukul 16.00 di Rumah
Bapak Mn).
Hal senada juga diperkuat oleh penjelasan dari Bapak
WP berikut:
“...Lingkungan mbak, pertama dari lingkungan yang
tidak suka dengan adanya pembinaan preman itu,
seperti yang saya jelaskan tadi yang mengatakan sok
suci lah sok baik lah dan pandangan buruk lainnya juga
dari lingkungan mereka yang tidak berubah jadi ya
masih sering ketemu sama temen-temen atau anak
buahnya dulu itu. Sudah mau baik diajak lagi mabuk,
ya itu hambatanya mungkin. Kalau awalnya dulu
masyarakat agak kurang mendukung mbak. Dulu
masjid di Barakan tidak boleh dipakai untuk kajian jadi
kita kajiannya di lapangan voli. Stigma masyarakat
yang sudah jelek, cah koyo ngono mlebu masjid.
Masjid kok di nyek-nyek, ha wong mendeman kok
mlebu mesjid.” (anak seperti itu kok masuk masjid,
masjid kok diinjak-injak, orang suka mabuk kok masuk
masjid). Biasanya orang-orang ini adalah kalangan
yang tidak bisa menghargai perbedaan...”. (Wawancara
tanggal 16 November 2019 pukul 09.00 di Mualaf
center Magelang).
Masyarakat di lingkungan tersebut awalnya tidak setuju
sehingga pembinaan dilakukan di lapangan voli. Mereka sudah
terlanjut mempunyai stigma negatif terhadap para preman itu
99
bahwa mereka tidak pantas masuk dan berada di dalam masjid.
Stigma negatif dari masyarakat ini juga menjadi salah satu
penghambat dalam pembinaan keagamaan kepada komunitas
preman.
c) Sumber Dana
Menurut pendapat dari Bapak MA salah satu faktor
penghambat dalam kegiatan ini adalah sumber dana.
“...Ya mungkin faktor penghambat salah satunya adalah
keterbatasan kita ini baik dari segi logistik, finansial
maupun personil...”. (Wawancara tanggal 31 Maret
2020 pukul 16.00 di Mualaf Center Magelang).
Hal tersebut juga diperkuat dengan pendapat Bapak Mn
yang menyatakan bahwa sumber dana menjadi salah satu
kendala. Karena mereka meninggalkan pekerjaan lama mereka,
mereka menjadi pengangguran dan tidak punya penghasilan
sehingga ketika ada kegiatan menjadi terkendala karena sumber
dananya hanya dari donatur dan MCI pusat.
“...Selain itu ya karena mereka tidak punya pekerjaan,
tidak ada penghasilan jadi kita mengalami masalah
dalam hal keuangan/dana. Jadi ketika kegiatan kita
agak sulit mengumpulkan dana dari anggota. Hanya
bermodal dari donatur atau MCI pusat...” (Wawancara
tanggal 11 April 2020 pukul 09.00 di Rumah Bapak
Mn).
d) Sarana dan Prasarana
Bapak WP mengungkapkan bahwa salah satu yang
menjadi kendala adalah sarana prasarana, dimana fasilitas di
Mualaf Center Magelang masih sangat minim sekali. Bahkan
100
gedung yang menjadi pusat kegiatan tersebut adalah rumah dari
pembina Mualaf Center Magelang dan belum memiliki gedung
sendiri. Berikut pernyataan Bapak WP:
“...Trus bisa dimasukkan ke hambatan ya karna
kurangnya sarana prasarana, fasilitas atau dana yang kita
punya mbak, karna kita ini tidak punya apa-apa. Kantor
saja masih jadi satu dengan rumah pembina Mualaf
Center Magelang, mobil juga pinjaman jadi kegiatan
masih kurang berjalan maksimal...” (Wawancara tanggal
23 Februari 2020 pukul 14.00 di Mualaf Center
Magelang).
B. Analisis Data
Setelah melakukan penelitian kurang lebih selama 7 bulan dengan
metode observasi, dokumentasi dan wawancara, maka dalam pembahasan ini
akan dipaparkan mengenai analisis dari hasil temuan penelitian yang diperoleh
oleh peneliti. Pertama, pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas
preman. Kedua, faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan
kepada komunitas preman.
1. Pelaksanaan Pembinaan Keagamaan kepada Komunitas Preman di
Mualaf Center Magelang Tahun 2019/2020
Pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman
seperti yang sudah dipaparkan di atas dilaksanakan awalnya tidak sengaja.
Melihat berbagai latar belakang kondisi masyarakat yang memprihatinkan,
baik dari segi pendidikan umum yang cenderung berpendidikan rendah
dan pengetahuan agama yang masih sangat minim, membuat Mualaf
Center Magelang lebih serius dalam melakukan pembinaan.
101
Selaras dengan definisi pembinaan keagamaan yang dipaparkan di
BAB II pembinaan keagamaan kepada komunitas preman memiliki arti
pembinaan keagamaan adalah usaha, ikhtiar, tindakan, proses pemberian
bantuan terhadap individu untuk memperbaiki, mempertahankan dan
menyempurnakan apa yang sudah ada agar sesuai dengan yang diharapkan
yaitu memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tuntunan agama agar dalam
kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam
hal ini objek yang dibina adalah para preman yang sudah beragama Islam
namun meninggalkan nilai-nilai keIslamannya.
Tujuan pembinaan keagamaan sejalan dengan definisinya yaitu
usaha yang dilakukan untuk mengubah ataupun memberbaiki sesuatu ke
arah yang lebih baik lagi dalam hal ini tentu saja berkaitan dengan
keagamaannya. Sehingga seseorang yang telah mendapat pembinaan
keagamaan sikap dan perilakunya menjadi lebih baik lagi dan sesuai
dengan yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadis. Demikian juga
dalam pembinaan keagamaan ini tentu memiliki tujuan untuk
mengarahkan para preman menjadi lebih baik lagi baik dari segi akhlak
maupun ibadahnya.
Komponen-komponen dari pembinaan keagamaan ini banyak
sekali, sehingga pembinaan keagamaan ini bisa mencapai tujuannya.
Berikut beberapa komponen yang sangat krusial, yang mendorong
102
keberhasilan dari pembinaan keagamaan kepada para preman yang
dilakukan oleh Mualaf Center Magelang.
1. Perencanaan Pembinaan
Perencanaan menjadi hal yang penting dalam suatu kegiatan.
Bahkan ada istilah populer mengatakan gagal merencanakan berarti
merencanakan kegagalan. Begitu juga dalam pembinaan ini. Pihak
Mualaf Center Magelang mulai merencakan pembinaan meskipun awal
adanya pembinaan ini tidak disengaja.
Perencanaan dilakukan dengan memilih seseorang yang
dituakan atau istilahnya ketua geng mereka untuk diajak dalam
pembinaan sehingga akan lebih mudah untuk mengajak anak buahnya.
Selain itu mereka juga memikirkan metode dan program apa yang akan
dilakukan sehingga para preman itu tertarik untuk mengikuti
pembinaan.
2. Kurikulum Pembinaan
Kurikulum juga menjadi salah satu komponen yang penting
dalam sebuah proses pembelajaran. Belum ada kurikulum resmi dan
tertulis dalam pembinaan preman ini, prinsip mereka program yang
dicanangkan berjalan lancar dahulu dan peserta semakin hari semakin
bertambah mengingat usia pembinaan kepada komunitas preman ini
masih tergolong belia, yaitu baru sekitar 2 tahun.
103
3. Landasan Pembinaan
Setiap pembinaan tentu memiliki landasan agar programnya
bisa berdiri dengan kokoh. Berkaitan dengan hal ini Mualaf Center
Magelang yang melakukan pembinaan keagamaan kepada para preman
jelas menggunakan landasan yaitu 2 sumber hukum Islam yaitu al-
Qur’an dan Hadis. Dua landasan inilah yang menjadi pijakan dalam
membina preman.
Nilai-nilai al-Qur’an dan Hadis senantiasa diintegrasikan dalam
setiap program mereka. Baik melalui kajian al-Qur’an maupun
langsung di praktikkan dalam setiap program. Harapannya para
preman tersebut senantiasa menjadikan 2 sumber hukum tersebut
sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
4. Program Pembinaan
Berbagai program terus dikembangkan sehingga pembinaan
keagamaan kepada preman yang dilakukan oleh Mualaf Center
Magelang bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Program-program
tersebut ada yang bersifat rutin meliputi program harian, mingguan,
bulanan dan tahunan serta ada program insidental yang sifatnya
mendadak dan dilakukan tanpa rencana.
a. Program harian
Program harian yang dilakukan dalam pembinaan preman
yang dilakukan oleh Mualaf Center Magelang dimaksudkan untuk
meningkatkan intensitas pertemuan para preman dengan pihak
104
pembina. Hal ini dilakukan agar setiap hari para preman
melakukan kegiatan-kegiatan positif dan intensitas pertemuan
dengan teman-teman lama mereka berkurang.
Program harian tersebut adalah kajian al-Qur’an setiap
ba’dha Isya. Kegiatan ini meliputi kajian membaca al-Qur’an dan
belajar tajwid. Para anggota dikelompokkan berdasarkan
kemampuan membaca al-Qur’an mereka sehingga lebih mudah
dalam pemantauan. Dalam hal ini pihak Mualaf center Magelang
menggunakan metode sakifah untuk mengajari para preman
membaca al-Qur’an.
Sebagai landasan yang digunakan dalam pembinaan,
pemahaman terhadap al-Qur’an pun sangat ditekankan. Oleh
karena itu program ini dilakukan secara rutin dengan harapan para
preman semakin hari semakin lancar membaca al-Qur’an dan
memahaminya, sehingga nilai-nilai di dalamnya mampu
termanifestasi dalam kehidupan mereka.
b. Program mingguan
Program mingguan yang dilaksanakan dalam pembinaan
preman bersifat lebih santai dan fleksibel. Program mingguan ini
ada 2 kegiatan yaitu kegiatan sedekah jumat dan ngopi (ngobrol
perkara iman). Kegiatan sedekah jumat dilakukan dengan
membagi-bagikan makanan ke jamaah masjid Ibadullah Tejosari/
Barakan setelah shalat Jum’at selesai.
105
Selain itu ada juga program mingguan yaitu ngopi (ngobrol
perkara iman). Program ini dilaksanakan setiap malam ahad
dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian para preman dengan
kegiatan yang lebih bermanfaat. Sebelum ada pembinaan, para
preman selalu ber mabuk-mabukan di lingkungan rumah. Tentu hal
tersebut sangat tidak etis, terlebih para preman tersebut banyak
yang sudah berstatus sebagai seorang ayah. Oleh karena itu pihak
Mualaf Center Magelang mengalihkan kegiatan tersebut menjadi
kumpul-kumpul yang bermanfaat.
Awal mulanya kegiatan mingguan tersebut hanya sekedar
berkumpul, kemudian bermain gitar saja, kemudian baru dari
sedikit disisipi dengan keagamaan jika ada anggota yang bertanya
tentang masalah mereka. Penjelasan yang dilakukan dengan kehati-
hatian ternyata mampu membuat mereka merasa nyaman dan tidak
terasa bahwa mereka melakukan pembinaan. Jadi tidak ada kesan
terpaksa ketika mereka melakukan pembinaan tersebut.
c. Program bulanan
Program bulanan dilaksanakan selama satu bulan sekali dan
lebih banyak terjun di masyarakat. Program ini meliputi kajian
bulanan dengan mengahdirkan ustadz-ustadz lokal yang mumpuni
sehingga mereka mendapat pencerahan agama dari ustadz yang
berbeda dengan harapan mereka tidak bosan dengan ustadz yang
monoton saja.
106
Selain itu ada juga program gemar (gerakan limaratus
sehari) dimana kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan
uang dari para anggota guna keperluan uang kas. Setelah uang
tersebut terkumpul, tiap satu bulan sekali akan ada petugas yang
mengumpulkan dan uang tersebut digunakan untuk operasional
pendanaan semua kegiatan pembinaan.
Pelaksanaan program gemari ini yang dirasa paling belum
maksimal, dikarenakan para anggota preman berasal dari ekonomi
lemah. Sebelum mengikuti pembinaan mereka biasanya melakukan
pekerjaan yang tidak baik seperti pemalak, menjual minuman keras
dan kegiatan premanisme yang lain. Sehingga ketika mereka
memutuskan untuk hijrah mereka meninggalkan pekerjaan lama
mereka dan menjadi pengangguran. Itulah yang menyebabkan
program ini belum berjalan maksimal, karena para preman tersebut
menjadi pengangguran dan tidak memiliki pemasukan.
d. Program tahunan
Program tahunan merupakan agenda-agenda besar yang
membuat para preman lebih semangat untuk mengikuti pembinaan.
Program tahunan ini biasanya adalah adanya tabligh akbar dimana
para preman bertanggung jawab terhadap pelaksanaan agenda
tersebut. Selain itu dalam agenda ini dihadirkan tokoh-tokoh yang
populer maupun tokoh yang berasal dari dunia hitam yang sama
107
dengan mereka. Sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
menjadi lebih baik lagi.
Selain itu agenda besar lainnya yaitu adanya peringatan hari
besar Islam yang selalu diagendakan oleh Mualaf Center
Magelang. Salah satu contohnya adalah agenda hari raya Idul
Adha, dimana yang tadinya para preman sangat tidak peduli
dengan hal-hal tersebut, bahkan menjadi anggota inti dalam
penyembelihan hewan qurban. Mereka tak segan ikut berperan
serta dalam memotong dan membagikan daging qurban kepada
msyarakat.
e. Program Insidental
Program Insidental merupakan program yang tidak
direncanakan dan dilakukan jika ada keperluan mendesak.
Meskipun tidak direncanakan, justru program ini termasuk sering
dilaksanakan. Kegiatan ini bersifat aplikatif dari kajian-kajian yang
telah mereka lakukan di program-program harian maupun
mingguan.
Banyak sekali program insidental yang dilakukan oleh para
preman binaan Mualaf Center Magelang. Salah satunya adalah
peduli sosial ataupun tanggap bencana. Ketika terjadi bencana
gempa di Lombok dan Palu para preman melakukan kegiatan
galang dana untuk menolong para korban, padahal sebelumnya
jangankan peduli dengan korban bencana, bahkan mereka tidak
108
segan untuk meminta uang dengan paksa ke orang lain. Tidak
berhenti sampai disitu, kepedulian mereka juga ditunjukkan dengan
terjun langsung di lokasi bencana tersebut.
Program insidental terbaru yang mereka ikuti adalah terkait
dengan penanganan virus Covid-19 yang tengah melanda
Indonesia. Dengan penuh semangat mereka ikut mengamankan
Desa setempat. Tidak hanya itu, mereka juga ikut menyemprotkan
disinfektan ke masjid-masjid serta ikut membagikan handsanitizer.
Kegiatan kepedulian juga dilakukan terhadap anggota-
anggota yang lain. Ada program gatot (gerakan tilik orang sakit),
yaitu menjenguk ketika ada anggota yang sakit dan memberi
semangat serta doa kepada mereka. Sikap kepedulian mereka yang
berubah menjadi lebih peduli dengan orang lain juga ditunjukkan
ketika anggota lain mengalami kesusahan mereka akan membantu.
Salah satunya pada kegiatan bedah rumah di rumah anggota yang
lain, dimana para preman tersebut langsung ikut membantu.
5. Metode Pembinaan
Menurut Arief (2002:88) metode pembinaan merupakan cara
yang ditempuh untuk melakukan kegiatan pembinaan sehingga bisa
membentuk muslim yang berkepribadian Islami dan sesuai
dengantuntunan al-Qur’an dan Hadis. Metode yang digunakan tersebut
diharapkan bisa membantu dan memudahkan pembina dalam
penyampaian materinya.
109
Metode memegang peranan penting dalam tercapainya tujuan
pembinaan. Suatu metode jika dilakukan dengan porsi yang tepat akan
mendukung keberhasilan pembinaan keagamaan. Tak terkecuali dalam
pembinaan keagamaan kepada komunitas preman. Mengingat objek
dakwahnya bukan sembarang orang, melainkan manusia dewasa yang
sudah memiliki prinsip sendiri, tentu metode yang digunakan juga
harus beragam. Berikut beberapa metode yang digunakan oleh Mualaf
Center Magelang dalam membina para preman.
a. Metode Diskusi
Metode diskusi bisa juga disebut dengan metode dialog.
Metode ini dilakukan dimana satu pihak bertanya dan pihak lain
dalam hal ini adalah pembina akan menjawabnya. Metode diskusi
sangat tepat jika dilakukan kepada para preman dikarenakan pola
fikir dan logika mereka sudah berjalan, dan usia serta pengalaman
hidup mereka tentu memiliki beragam persoalan yang perlu
dipecahkan. Tentu dalam metode ini harus ada satu pihak yang
mengerti seluk beluk tentang keagamaan dan bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Implementasi metode diskusi dalam pembinaan keagamaan
kepada komunitas preman oleh Mualaf Center Magelang bisa
terlihat dalam agenda mingguan mereka yang disebut dengan ngopi
(ngobrol perkara iman). Seperti dalam paparan data di atas, agenda
ini dilaksanakan setiap malam minggu sebagai bentuk pengalihan
110
dari kegiatan mabuk-mabukan para preman. Mengusung konsep
yang fleksibel dan membaur dengan para preman kegiatan ini
berjalan cukup baik.
Setiap malam minggu para preman berkumpul di teras
rumah ustadz Marno, kemudian berbincang-bincang berbagai
persoalan yang mereka hadapi. Tanpa tema khusus yang
ditetapkan, diskusi tersebut mengalir begitu saja dan membuat
para preman merasa nyaman dan tidak terasa sedang dibina.
Dengan metode diskusi ini para preman akan mendapat wawasan
dan pengetahuan baru sehingga daya nalarnya akan lebih terasah
dan terjadi perubahan sikap setelah melalui proses berfikir.
b. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang terkesan
sederhana dan sudah umum digunakan. Metode ini dilakukan
dengan menyampaikan materi melalui bahasa yang bisa berisi
nasihat dan peringatan tentang baik buruknya sesuatu yang diambil
dari keteladanan atau pengalaman seseorang yang bisa
mempengaruhi hati orang tersebut dan bisa diterima secara nalar
(Muchtar, 2005:222). Selain mudah dalam penerapannya, metode
ini akan memberikan kesan mendalam ketika pengisinya bisa
menguasai audien. Metode ini juga digunakan oleh Mualaf Center
Magelang dalam membina para preman.
111
Implementasi dari metode ini dilakukan dalam berbagai
kegiatan. Misalnya dalam kajian rutin maupun dalam kajian
tabligh akbar. Ustadz-ustadz yang mengisi kegiatan tersebut
biasanya menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan
materi. Tak jarang Mualaf Center Magelang menghadirkan
beberapa tokoh populer seperti ustadz Handy Bony bahkan Ari
Untung untuk memberikan ceramah kepada para preman.
Selain itu Mualaf Center Magelang juga pernah
menghadirkan beberapa mantan preman yang sudah hijrah untuk
memberikan motivasi dengan metode ceramah juga. Hal ini
menjadikan kesan tersendiri di hati para preman diakrenakan
mereka memiliki background yang sama, sehingga membuat para
preman menjadi lebih semangat dalam memperbaiki diri.
c. Metode Keteladanan dan Pembiasaan
Metode keteladanan dan pembiasaan ini bersifat aplikatif
dan banyak ditunjukkan dalam aksi-aksi yang nyata. Metode ini
selain melibatkan pembina sendiri sebagai role mode yang akan
dijadikan teladan, juga melibatkan peran aktif dari para anggota
sehingga terjadi pembiasaan. Metode ini telah banyak dicontohkan
oleh Rosulullah SAW ketika berdakwah kepada umatnya.
Penerapan metode ini juga menjadi perhatian penting
Mualaf Center Magelang dalam membina komunitas preman.
Sebagian besar kegiatan mereka berada di lapangan. Para pembina
112
tidak hanya sekedar menyampaikan teori, namun juga memberikan
teladan yang baik untuk para preman. Contohnya ketika terjadi
bencana gempa, para pembina langsung terjun ke lapangan
menggalang dana dan terjun ke lokasi untuk memberikan bantuan.
Hal ini tentu membuat para preman melihat langsung bagaimana
teladan yang ditampilkan, sehingga langsung ikut juga dalam
kegiatan tersebut.
Metode pembiasaan juga dilakukan dalam membina preman
tersebut. Para preman dibiasakan dengan program-program baik
rutinan maupun insidental sehingga terbiasa melihat, mendengar
dan berada di lingkungan yang baik, sehingga lambat laun hati
mereka akan terarah ke hal-hal yang positif dan mulai
meninggalkan maksiat. Metode ini terbukti cukup efektif karena
banyak dari para preman yang sudah mulai meninggalkan maksiat
dengan teladan yang sudah diberikan dan pembiasaaan yang rutin
mereka lakukan.
Berdasarkan beberapa metode yang telah dipaparkan di atas, bisa
peneliti analisa bahwa ada kesamaan antara teori yang telah dipaparkan
di BAB II mengenai metode pembinaan dengan realita yang terjadi di
lapangan. Setidaknya jika dikaitkan dengan Qs an-Nahl: 125 terjadi
kesamaan dalam metodenya. Jika dalam an-Nahl ayat 125 ada beberapa
metode yaitu hikmah, nasehat dan diskusi maka metode yang dilakukan
113
oleh Mualaf Center Magelang pun juga menggunakan ketiga metode
tersebut.
Sedangkan jika dikaitkan dengan teori metode pembinaan yang
dikemukakan oleh an-Nahlawi juga banyak kesamaan. Setidaknya ada
beberapa persamaan metode yang digunakan, diantaranya adalah
metode diskusi atau dalam teori an-Nahlawi disebut dengan hiwar,
kemudian ceramah atau mauidhah, teladan serta pembiasaan atau
pengamalan. Meskipun metode-metode lain seperti kisah, perumpaan,
targhib dan tarhib tidak dijelaskan secara rinci oleh informan, namun
metode-metode tersebut sedikit banyak digunakan dalam pembinaan,
namun terintegrasi di dalam metode-metode yang lain.
6. Materi Pembinaan
Secara konseptual, menurut Amin (2013:89) materi dakwah
keIslaman tergantung pada tujuan yang hendak dicapai, namun secara
global materi keislaman dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok
permasalahan, yaitu masalah aqidah (keimanan), masalah syariat
(keIslaman), masalah akhlaq (budi pekerti).
Implementasi materi pembinaan yang dilakukan oleh Mualaf
Center Magelang juga sejalan dengan teori yang telah disampaikan di
atas. Meskipun dalam pelaksanaannya belum terstruktur secara jelas
dan sistematis, namun peneliti menemukan adanya nilai-nilai aqidah,
syariat dan akhlaq di dalam setiap program yang dijalankan oleh
peserta pembinaan.
114
Materi akhlaq terutama menjadi yang paling fundamental
dikarenakan objek pembinaan ini adalah para preman. Akhlaq mereka
yang sebelumnya kacau, setelah mengikuti pembinaan menjadi lebih
tertata. Malam minggu mereka yang biasanya dihabiskan dengan
nongkrong yang tidak jelas dan mabuk-mabukan diganti dengan ngopi
(ngobrol perkara iman) yang di dalamnya terintegrasi pula nilai-nilai
aqidah dan syariat. Selain itu pekerjaan lama mereka yang biasanya
menjual miras, berjudi, tawuran dan lain sebagainya juga mereka
tinggalkan. Hal ini menjadi indikator bahwa materi-materi dalam
pembinaan ini, terutama akhlaq bisa tersampaikan dengan cukup baik.
7. Media
Media merupakan alat bantu yang digunakan untuk
menyampaikan materi. Meskipun bersifat tidak wajib, namun media
ini dalam beberapa situasi sangat membantu si penyampai pesan.
Dalam pembinaan kepada komunitas preman ini, Mualaf Center
Magelang menggunakan media yang cukup sederhana. Hanya
bermodal papan tulis dan spidol untuk membantu menjelaskan materi-
materi yang disampaikan terutama ketika materi tentang membaca al-
Qur’an atau yang dikenal dengan tajwid.
8. Evaluasi
Evaluasi merupakan tolak ukur keberhasilan suatu program.
Dengan evaluasi, akan diketahui apakah program tersebut sudah
berhasil atau belum, kemudian jika belum akan di cari penyebabnya
115
serta solusinya, sehingga kegiatan tersebut kedepannya akan menjadi
lebih baik lagi dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Implementasi evaluasi dalam pembinaan keagamaan kepada
komunitas preman ini belum dilakukan secara jelas dan terstruktur
mengingat usia pembinaan yang baru berusia 2 tahun. Namun
demikian evaluasi tetap dilakukan dengan mengamati perubahan yang
terjadi kepada anggota komunitas preman, baik dari segi akhlak
maupun ibadahnya. Tak sedikit dari para preman yang memilih
kembali ke jalan lama mereka, dengan mengevaluasi hal tersebut para
pembina akan mencari solusi, misalnya dengan mengajak kembali para
preman tersebut dan melibatkannya dalam agenda penting. Atau jika
ada masalah internal dengan sesama anggota maka pembina akan
mengislahkan mereka kembali.
Evaluasi pembinaan tersebut jika dikaitkan dengan teori
evaluasi dalam dunia pendidikan maka termasuk dalam evaluasi non
tes dimana instrumen yang digunakan adalah observasi. Serta jika
dilihat dari aspeknya evaluasi tersebut termasuk ke dalam ranah
afektif. Hal ini dikarenakan yang menjadi fokus utama adalah pada
perubahan sikap dari para preman tersebut.
116
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Keagamaan kepada
Komunitas Preman di Mualaf Center Magelang Tahun 2019/2020
a. Faktor Pendukung
1) Motivasi Diri
Motivasi diri merupakan salah satu faktor intrinsik yang
penting dalam proses pembinaan keagamaan. Tanpa motivasi yang
kuat dari diri para preman, pembinaan yang dilakukan semaksimal
apapun hasilnya akan sia-sia, karena tidak ada keinginan berubah
dari diri preman tersebut. Pembina hanyalah sebagai fasilitator,
keberhasilan dari pembinaan tergantung dari preman itu sendiri.
Melalui wawancara dan observasi motivasi yang dimiliki
oleh para preman ini sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari
antusias mereka dalam mengikuti berbagai program. Motivasi ini
hadir karena adanya keinginan para preman untuk menjadi lebih
baik. Hati kecil atau nurani mereka bahkan menyadari bahwa
perbuatan premanisme yang mereka lakukan adalah salah, namun
karena situasi dan kondisi mereka sulit terlepas dari perbuatan
tersebut.
2) Metode yang Menarik dan Beragam
Metode-metode pembinaan keagamaan seperti yang telah
dijelaskan dalam paparan data di atas setidaknya memberikan
informasi bahwa dalam membina keagamaan para preman ini tidak
hanya menggunakan satu metode saja. Ada berbagai metode yang
117
bahkan dikombinasikan untuk mencapai tujuan pembinaan
tersebut.
Masing-masing metode tersebut memiliki karakteristik dan
tujuannya. Diskusi yang merupakan metode yang rutin diterapkan
bisa menambah daya kritis para preman dan menambah wawasan
mereka melalui proses berfikir dan menghasilkan pandangan hidup
baru. Metode ceramah dengan menghadirkan ustadz populer atau
mantan preman menjadi magnet tersendiri bagi minat mereka, serta
metode keteladanan dan pembiasaan membuat mereka merasa
dimanusiakan sehingga nyaman berada di lingkungan tersebut.
Berbagai metode tersebut rupanya menjadi magnet bagi
para preman untuk mengikuti pembinaan. Para preman merasa
dimanusiakan, merasa berguna dan bermanfaat bagi orang lain
serta menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Faktor metode ini tentu
akan terus dikembangkan oleh Mualaf Center Magelang sehingga
ranah gerak mereka lebih luas dan jumlah preman yang dibina
semakin hari semakin bertambah jumlahnya.
3) Kerjasama Tim yang Baik
Keberhasilan suatu kegiatan tidak bisa mengandalkan satu
orang saja, namun harus dengan kerja keras dari berbagai pihak
yang membantu. Sebagai sebuah tim yang mengajak kepada
kebaikan, Mualaf Center Magelang terjun mendampingi secara
total. Dengan bersikap tetap fleksibel, apa adanya dan tidak
118
menggurui, kerjasama tim Mualaf Center Magelang ternyata
mampu menjadi faktor penting dalam keberhasilan keagamaan
kepada para preman.
Tidak ada prinsip one man show dalam pembinaan ini
membuat seluruh tim bekerja keras, mulai dari mencari dana
hingga menggiatkan kegiatan seliuruh tim bekerja sama dan
berbaur langsung dengan para preman. Tak jarang para preman
dilibatkan dengan tim dalam berbagai acara sehingga keteladanan
dan kekompakan mereka membuat para preman menjadi nyaman
dan semangat untuk dibina.
Sejalan dengan kompaknya kerja dari Mualaf Center
Magelang ini nampaknya merupakan manifestasi dari ayat al-
Qur’an yaitu Qs as-Shaff:4
م بنيان مرصوص إن الل يب الذين ي قاتلون ف سبيله صف ا كأنArtinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang
berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-
akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
(Departemen Agama, 2018:551).
4) Dukungan dari Berbagai Pihak
Faktor pendukung pembinaan keagamaan kepada preman
salah satunya adalah dukungan dari berbagai pihak. Tanpa
dukungan, kerja tim Mualaf Center Magelang tentu akan
mengalami kendala. Berbagai perizinan baik kegiatan ataupun
119
tempat harus membutuhkan bantuan orang lain terutama pejabat
setempat.
Kegiatan pembinaan keagamaan yang jelas positif ini jelas
mendapat dukungan dari berbagai pihak, seperti keluarga,
masyarakat bahkan pejabat setempat. Dukungan tersebut selain
berupa semangat maupun perijinan tempat, dukungan berupa dana
juga tak segan untuk dikucurkan oleh beberapa orang sehingga
berbagai kegiatan operasional dari pembinaan tersebut bisa
berjalan maksimal.
b. Faktor Penghambat
1) Karakteristik Individu
Mengubah karakteristik seseorang bukanlah perkara yang
mudah. Karena karakter tersebut sudah mengakar kuat dalam
dirinya. Karakteristik para preman yang cenderung kasar dan
emosian menjadi salah satu penghambat dalam membina
keagamaan para preman. Terkadang ketika pembinaan berlangsung
ada saja para preman yang masih sering marah-marah. Ego dan
jiwa jawara mereka yang belum hilang sering menguji kesabaran
para pembina.
Melalui proses wawancara, para preman tersebut bahkan
mengakui bahwa jiwa keras mereka masih bersemayam kuat.
Terkadang jika terjadi gesekan kecil saja mereka akan tersulut
emosinya. Disini peran pembina tersebut diperlukan untuk
120
menurunkan emosi mereka dengan nasehat-nasehatnya. Tidak
langsung instan tetapi melalui beberapa proses mereka akhirnya
mulai sedikit demi sedikit bisa mengontrol emosi mereka dan
menjadi lebih sabar.
2) Lingkungan
Lingkungan menjadi penghambat yang paling cukup
berpengaruh dalam pembinaan ini. Lingkungan sendiri salah
satunya adalah lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat
yang menurut Ki Hajar Dewantara sebagai tri pusat pendidikan
memegang peranan penting dalam membentuk karakteristik
seseorang.
Mengenai peran lingkungan dalam proses pembinaan,
agaknya hadis di bawah ini sangat relevan sebagai
penggambarannya.
ل مثل الليس الصالح والسوء كحامل المسك ونفخ الكيفحامنه ريا طي بة نه وإما أن تد م تاع م المسك إما أن يذيك ، وإما أن ت ب
درياخبيثة ونفخ الكي إما أن يرق ثيابك وإماأن تج Artinya: “Permisalan teman yang baik dan teman yang
buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang
pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli
minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi,
bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan
kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya
yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
121
Hadis diatas menjelaskan bahwa lingkungan yang buruk,
bukan tidak mungkin akan memberikan dampak yang buruk juga
bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan lingkungan masyarakat di
sekitar tempat tinggal para preman tersebut yang setelah peneliti
observasi merupakan kawasan yang padat penduduk, serta dari
hasil wawancara menunjukkan bahwa mayoritas lingkungan
tersebut terkenal dengan banyaknya preman dan sudah terjadi turun
temurun. Melihat pemandangan premanisme setiap hari dan
bertemu teman-teman lama mereka tentu akan membuat mereka
goyah untuk kembali ke jalan mereka.
Lingkungan masyarakat sekitar juga bahkan tidak sedikit
yang justru mencibir para preman yang ingin berubah tersebut
dengan kata yang menyakitkan. Hanya ikut trend atau hanya taubat
musiman sudah tidak asing lagi di telinga para preman yang
terkadang membuat mereka juga bosan dengan cibiran tersebut.
Namun pihak pembina terus berupaya menguatkan prinsip dari
para preman untuk tetap teguh mengikuti pembinaan.
Selain lingkungkan masyarakat, lingkungan pekerjaan juga
menjadi faktor penghambat. Seperti data yang di paparkan di atas
bahwa mayoritas para preman berpendidikan rendah atau
menengah mengakibatkan mereka sulit untuk mendapatkan
pekerjaan halal. Padahal ketika mengikuti pembinaan tentu
pekerjaan lama mereka yang tidak baik harus mereka tinggalkan.
122
Hal ini membuat perekonomian mereka terganggu, padahal ada
keluarga yang harus mereka penuhi kebutuhannya.
3) Sumber Dana
Sumber dana merupakan salah satu komponen penting
dalam menjalankan semua kegiatan. Tanpa dana yang cukup,
kegiatan apapun tentu akan mengalami kendala. Hal ini juga terjadi
dalam pembinaan keagamaan kepada komunitas preman yang
dilakukan oleh Mualaf Center Magelang. Sumber dana yang hanya
berasal dari MCI pusat, donatur dan kegiatan gemar sering tidak
cukup untuk kebutuhan operasional pembinaan preman.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa sebagian besar
para preman sudah meninggalkan pekerjaan lama mereka,
mengakibatkan para preman menjadi pengangguran. Kegiatan
gemar yang seyogyanya bisa dialokasikan untuk kas menjadi
terkendala karena sebagian preman menjadi pengangguran.
Sehingga dana yang masuk menjadi terbatas dan menjadi salah
satu penghambat dalam kegiatan pembinaan keagamaan.
4) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana juga mendorong keberhasilan suatu
kegiatan. Minimnya fasilitas yang dimiliki oleh Mualaf center
Magelang dalam membina preman menjadikan pembinaan ini
berjalan kurang maksimal. Belum adanya gedung sendiri karena
sementara masih terintegrasi dengan rumah ketua Mualaf Center
123
Magelang membuat kegiatan masih harus dilakukan di berbagai
tempat.
Selain gedung, masalah lain yang dimiliki adalah prasarana
yang masih sangat minim. Hanya bermodal satu unit mobil
pinjaman dari pihak Mualaf Center Indonesia, membuat kegiatan
yang sifatnya keluar atau membutuhkan transportasi menjadi
terkendala. Tak jarang para preman hanya sedikit yang ikut karena
keterbatasan alat transportasi ini.
124
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang
pembinaan keagamaan kepada komunitas preman di Mualaf Center
Magelang tahun 2019/2020, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman di
Mualaf Center Magelang tahun 2019/2020
Pelaksanaan pembinaan keagamaan kepada komunitas preman
telah dilakukan selama 2 tahun, tepatnya sejak bulan ramadhan tahun
2018. Pelaksanaan pembinaan dilaksanakan dengan rincian sebagai
berikut:
a. Perencanaan dilakukan dengan menentukan objek yang dibina,
strategi serta metode pembinaan.
b. Kurikulum yang digunakan belum terstruktur secara jelas dan
sistematis
c. Landasan pembinaan menggunakan 2 sumber hukum Islam yaitu
al-Qur’an dan Hadis
d. Program yang diadakan meliputi:
1) Program harian, yaitu mengaji al-Qur’an setiap ba’da Isya
2) Program mingguan, yaitu agenda ngopi (ngobrol perkara iman)
dan sedekah Jum’at
125
3) Program bulanan, yaitu gemar (gerakan limaratus sehari) dan
pengajian dengan menghadirkan ustadz lokal
4) Program tahunan, yaitu tabligh akbar dan peringatan hari besar
Islam
5) Program Insidental, yaiu gatot (gerakan tilik (menjenguk) orang
sakit), penggalangan dana untuk korban bencana atau ikut
pencegahan virus Covid-19, bedah rumah dan mengikuti event
Muslim United.
e. Metode yang digunakan adalah metode diskusi, ceramah serta
keteladanan dan pembiasaan
f. Materi yang diajarkan yaitu aqidah, syariah dan akhlaq
g. Media yang digunakan adalah papan tulis dan spidol
h. Evaluasi yang digunakan yaitu non tes dengan mengobservasi
perubahan tingkah laku para preman
2. Faktor yang mendukung dan menghambat kegiatan pembinaan
keagamaan kepada komunitas preman di Mualaf Center Magelang
a. Faktor Pendukung
1) Motivasi diri
2) Metode yang menarik dan beragam
3) Kerjasama tim yang baik
4) Dukungan dari berbagai pihak
126
b. Faktor Penghambat
1) Karakteristik individu
2) Lingkungan
3) Sumber dana
4) Sarana dan prasarana
B. Saran-Saran
1. Pengurus Mualaf Center Magelang
Kepada pengurus Mualaf Center Magelang diharapkan
senantiasa meningkatkan koordinasi, dan mengimplementasikan
metode yang lain sehingga anggota komunitas preman tidak bosan.
Kegiatan-kegiatan rutin juga selalu diperhatikan dan dibuat kurikulum
serta evaluasi yang jelas, sehingga pembinaan lebih terkoordinir, serta
menambah jumlah ustadz dan memperdalam materi yang lain.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah hendaknya Mualaf
Center Magelang mempunyai gedung sendiri dan menambah sarana
prasarana. Sehingga bisa menjadi pusat pembinaan dan memudahkan
semua kegiatan terpusat di satu tempat. Sehingga harapannya kelak
Mualaf Center Magelang bisa membina umat siapapun objeknya dan
jumlah yang mengikuti pembinaan semakin bertambah.
2. Komunitas Preman
Diharapkan anggota komunitas preman selalu rutin dalam
mengikuti pembinaan. Selain itu karena tidak berpindah tempat dan
masih dalam lingkungan yang sama ada baiknya mengajak teman-
127
teman preman lain yang belum mengikuti pembinaan agar bisa ikut.
Para anggota juga hendaknya mulai mencari pekerjaan lain yang lebih
halal untuk menghidupi keluarga mereka.
3. Pejabat Setempat
Pejabat setempat diharapkan mendukung semua kegiatan
pembinaan dengan memberikan ijin maupun menyediakan tempat
untuk para preman. Serta menegur atau bahkan memberikan aturan
yang tegas jika tindakan premanisme masih terjadi di lingkungan
tersebut.
4. Masyarakat
Masyarakat jangan berstigma negatif terhadap para preman
yang sedang memperbaiki diri dengan mengikuti pembinaan. Karena
mereka juga manusia yang pernah punya salah dan berhak untuk
memperbaiki. Seharusnya mereka mendukung semua kegiatan tersebut
dan mengajak preman yang belum ikut agar mengikuti pembinaan,
sehingga lingkungan mereka menjadi lebih baik dan tidak dikenal
buruk lagi oleh masyarakat Magelang.
128
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. 2004. Studi Islam Kontemporer. Pekanbaru: Amzah.
Al-Ghazali. 2012. Ihya’ Ulumuddin Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama
Juz 4, Terj. Ibnu Ibrahim Ba’adillah. Jakarta: Republika Penerbit.
Amin, Samsul Munir. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
An-Nahlawi, Abdurahman. 1989. Prinsip-Prinsip Dan Metoda Pendidikan Islam.
Terjemahan oleh Herry Noer Ali. Bandung: CV Diponegoro.
. 1995. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, cet. 4, terj. Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press.
Anshori. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Press.
Anwar, Rosihon. 2013. Ulum AlQur’an. Bandung : Cv Pustaka Setia.
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Press.
Ash-Shiddieqy, T. M. Hasbi. 1999. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, cet. VI.
Jakarta: Bulan Bintang.
As-Suyuthi. Al-Jami’ Ash-Shagir. Beirut: Dar Al-Fikr.
Bagja, Waluya. 2004. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.
Bandung: PT Setia Purna Inves.
Bungin, Burhan. 2009. Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filosofi dan
Metodologi ke Arah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta : Rajawali Press.
Danim, Sudarwan. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif .Bandung: Pustaka
Pelajar.
Darajat, Zakiyah. 1990. Peranan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: CV
Hajar Mas Agung.
129
Daud, Ali Mohammad. 2011. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam din Indonesia. Cet. XVI. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.
Departemen Agama. 2018. Al Qur’anul Karim. Bandung: Penerbit Cordoba.
Dewan Redaksi. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Pusat
Bahasa Dep. Pendidikan.
Djaya, Wilton. 2016. Identitas Kolektif Komunitas Jazz Jogja. Magelang: Gre
Publishing.
Hasan, Alwi dkk,. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ilyas,Yunahar. 1993. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Jauhari, Hadlor. 2002. Preman Menjadi Politisi. Majalah Politika Sumenep. hlm.
19.
Jawas,Yazid bin Abdul Qadir. 2006. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cetakan ke-3
Khalifah, Hamdani. 1982. Membina Kepribadian Masyarakat Melalui
Pengalaman.
Krisnha, Anand. 2015. Kearifan Mistisme. Jakarta: PT Gramedia Pustka Utama.
Kunarto. 1999. Kejahatan Berdimensi Baru. Jakarta: Cipta Manunggal, 1999.
Mahfud, Rois. 2011. Al- Islam Pendidikan Agama Islam. Penerbit: Erlangga.
Minarti, Sri. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Amzah.
Mirwahah ZI. 2017. Pembinaan Keagamaan Bagi Mantan Preman di Pondok
Pesantren Nurul Ulum Kacuk Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Jurusan PAI UIN Malik Ibrahim Malang.
Moelong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Muchtar, Heri Auhari. 2005. Fiqih Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Munawir, Ahmad Warson. 2012. Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonsesia
Terlengkap Cet.25. Surabaya: Pustaka Progresif.
Pane, Neta S.2011. Model-Model Premanisme Modern. Presidium Indonesia
Police Watch. http: //eep. saefulloh.fatah. tripod.com, 2011. Hlm. 10.
130
Pranoto, Sugimin. 2011. Pembelajaran Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca
Gempa di Sumatera Barat. Padang: Pilar Karya.
Prasetya, Everd Nandya dkk. 2015. Premanisme di Indonesia (Online),(https:
//www.kompasiana.com/everdnandya/55116c79813311fc48bc5f9d/prema
nisme-di-indonesia, diakses 6 Maret 2020)
Rahmawati, L. 2002. Pengaruh Perkembangan Bidang Industri Terhadap
Premanisme (Studi Sosio Kriminologi). Jurnal Penelitian Hukum
Universitas Singaperbangsa. Hlm. 14.
Sabiq, Sayyid. 1989. Aqidah Islam. Bandung: Diponegoro.
Sakim & Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka
Media.
Sanjaya,Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Shihab, M. Quraish et. all. 2008. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.
Penerbit Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2018. Konsep, Strategi dan Implementasi Peningkatan Kinerja
Guru. Jakarta: Prenada Media.
Syihab, Muhammad Quraish. 2002. Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-qur’an.
Jakarta : Lentera Hati.
Syukur, Amin. 2000. Pengantar Studi Islam. Semarang: CV. Bima Sejati.
Talhus. 2008. Fokus Isi dan Makna al-Qur’an. Jakarta: Galura Pase.
Tomagola, Tamrin Amal. 2012. Majalah Kompas. Edisi 1 Maret 2012.
Umar, Bukhari 2015. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta:
Amzah.
Umar, Bukhari. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
W. Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.
Wahid, Ramli Abdul. 2011. Studi Ilmu Hadis, Cet. III. Bandung; Citapustaka
Media Perintis.
131
Lampiran 1 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing
132
Lampiran 2 Surat Izin Penelitan
133
Lampiran 3 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian
134
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Pembimbing
135
136
137
Lampiran 5 Daftar Nilai SKK
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Rina Budiyati Jurusan : Pendidikan Agama Islam
NIM : 23010160254 Dosen PA : Siti Rukhayati, M.Pd
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1 Sertifikat Orientasi Pengenalan
Akademik dan Kemahasiswaan
IAIN Salatiga dengan Tema
“Reaktualisasi Gerakan
Mahasiswa Menuju Era
Kompetisi Global”
19-21 Agustus 2016 Peserta 3
2 Sertifikat Orientasi Pengenalan
Akademik Fakultas Tarbiyah &
Ilmu Keguruan dengan Tema
“Peranan Budaya di Perguruan
Tinggi dalam Membentuk
Karakter Pendidik yang
Profesional dan Bermartabat”
22-23 Agustus 2016 Peserta 3
3 Sertifikat UPT Perpustakaan
Library User Education
(Pendidikan Pemustaka) IAIN
Salatiga
30 Agustus 2016 Peserta 3
138
4 Sertifikat Grand Launching
Inspirasi Tazkia & Kursus
Karakter dengan Tema “Kisah
Sang Rektor: Tersesat di jalan
yang benar” yang
diselenggarakan oleh Biro
Konsultasi Psikologi Tazkia
13 Desember 2016 Peserta 3
5 Sertifikat Kursur Karakter
Angkatan 1 yang
diselenggarakan oleh Biro
Konsultasi Psikologi Tazkia
10-11 Januari 2017 Peserta 3
6 Sertifikat Kursur Karakter
Angkatan 2 yang
diselenggarakan oleh Biro
Konsultasi Psikologi Tazkia
30-31 Maret 2017 Panitia 4
7 Sertifikat Seminar Pranikah
dengan tema “Pentingnya
Menjaga Kesehatan
Reproduksi” yang
diselenggarakan oleh
Komunitas Rumah Jodoh
Salatiga
23 April 2017 Peserta 3
8 Sertifikat Art Language & 26 April 2017 Peserta 3
139
Exhibition dengan tema
“Kidung Katresnan Dewi
Arimbi” yang diselenggarakan
oleh International Class
Program IAIN Salatiga
9 Sertifikat “Khotmil Qur’an Bil
Ghaib 30 Juz” yang
diselenggarakan oleh Rumah
Tahfidz Daarul Ilmi Salatiga
17 Juni 2017 Peserta 3
10 Sertifikat MASTA (Masa
Ta’aruf) dengan tema “Sukses
Organisasi, Unggul
dalamStudi” yang
diselenggarakan oleh IMM
Kota Salatiga
30-31 Agustus 2017 Panitia 3
11 Sertifikat “Wisuda Akbar Dunia
Menghafal” yang
diselenggarakan oleh PPPA
Daarul Qur’an
22 Oktober 2017 Peserta 3
12 Sertifikat Dialog Interaktif
Kebangsaan dengan tema
“Pendidikan Pemilih dalam
Menghadapi Pemilu Serentak”
17 Oktober 2017 Peserta 3
140
yang diselenggarakan oleh
Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Salatiga.
13 Sertifikat Seminar Nasional
dengan tema “Mahasiswa
Zaman Now” yang
diselenggarakan oleh Karima
Institute.
2 Januari 2018 Peserta 8
14 Sertifikat Seminar Regional
dengan tema “Digitalisasi
Hadis: Model Studi Hadis Era
Milenial”
2 April 2018 Peserta 3
15 Sertifikat Madrasah Politik
dengan tema “Membangun
Kesadaran Kader terhadap
Nilai-nilai Politik” yang
diselenggarakan oleh IMM
Kota Salatiga.
7 April 2018 Peserta 3
16 Sertifikat Seminar dengan tema
“Teknis Menulis Artikel pada
Media Masa” yang
disleneggarakan oleh MGMP
PAI SMP Kota Salatiga.
28 April 2018 Peserta 3
141
17 Piagam Penghargaan Gebyar
Kreatifitas Mahasiswa oleh
HMJ PAI Cabang Lomba
Pidato
9 Mei 2018 Juara 1 6
18 Sertifikat Seminar Nasional
dengan tema “Wonderful
Ramadhan” oleh Komunitas
Muslim Cendekia.
16 Mei 2018 Peserta 8
19 Sertifikat Nasional Training
Public Speaking dengan tema
“Peak Performance Training”
oleh WIMNUS
1 Juni 2018 Peserta 8
20 Sertifikat Seminar dengan tema
“Mewujudkan Islam
Wasathiyah, Memantapkan
Keberagaman dan Merawat
Keragaman” oleh DPW
Pergunu Provinsi Jawa Tengah
6 Juni 2018 Peserta 3
24 Sertifikat Seminar dengan tema
“Love Story From Allah” oleh
Biro Konsultasi Psikologi
Tazkia.
6 Oktober 2018 Peserta 3
26 Piagam Penghargaan Lomba 29 Oktober 2018 Peserta 6
142
Pekan Budaya FUADAH IAIN
Salatiga Cabang Lomba Pidato
Bahasa Jawa
27 Sertifikat Student Interfaith
Peace Camp regional 2018
oleh Young Interfaith Peace
Maker Community
2-4 November 2018 Peserta 6
28 Piagam Penghargaan Lomba
Orasi dengan tema “Semangat
Pemuda dalam Membangun
Bangsa
7 November 2018 Juara 2 6
29 Sertifikat Pelatihan terpadu
dengan tema “Sehat dan Cerdas
Bersama Al-Qur’an” oleh
Yayasan Daarul Hidayah
Nasional.
24 November 2019 Peserta 3
30 Sertifikat Seminar Ilmiah
dengan tema “Peran Legislatif
dalam Pengembangan Sumber
Daya Pendidikan Nasional
Menuju Generasi Milenial yang
Berkarakter”
15 Desember 2019 Peserta 3
31 Sertifikat Seminar Nasional 23 Februari 2019 Peserta 8
143
dengan tema “Generasi
Milenial dalam Perspektif
Politik” oleh MPK Kota
Salatiga
32 Sertifikat Kegiatan Peningkatan
Keimanan dan Ketaqwaan
Kepemudaan Kota Salatiga.
30-31 April 2019 Peserta 3
34 Sertifikat Seminar Nasional
dengan tema “Lets Be a Good
Milenial’s Person With Peer
Conseling” oleh HMJ BKI
IAIN Salatiga
25 Juli 2019 Peserta 8
35 Sertifikat Orientasi
Kepramukaan Mahasiswa oleh
FTIK IAIN Salatiga
2 Juli 2019 Peserta 3
36 Piagam Penataran Ustadz/
Pengelola TKA/TPQ Tingkat
Dasar oleh Team tadarus AMM
Yogyakarta
13 Juli 2019 Peserta 3
37 Sertifikat Lomba Mata
Pelajaran dan Seni Islami
Tingkat Sub Sanggar Kab.
Semarang Cabang Lomba
20 Agustus 2019 Dewan
Juri
3
144
145
Lampiran 6 Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
PEMBINAAN KEAGAMAAN KEPADA KOMUNITAS PREMAN
(STUDI KASUS DI MUALAF CENTER MAGELANG
TAHUN 2019/2020)
No Rumusan
Masalah Pertanyaan
Narasumber
/ Informan
1. Bagaimana
pelaksanaan
pembinaan
keagamaan
pada
komunitas
preman?
1. Apa yang melatarbelakangi adanya
pembinaan keagamaan kepada
komunitas preman di Mualaf Center
Magelang?
2. Sejak kapan pembinaan preman ini
berlangsung?
3. Bagaimana awal mula terjadinya
pembinaan keagamaan kepada
preman?
4. Bagaimana latar belakang kehidupan
sehari-hari preman yang dibina?
5. Bagaimana pendidikan umum para
preman?
6. Bagaimana kondisi lingkungan
sekitar dari para preman yang dibina?
7. Bagaimana pengetahuan agama para
preman sebelum dibina?
8. Perubahan apa yang terjadi setelah
para preman melakukan pembinaan?
9. Apa ada persyaratan untuk mengikuti
pembinaan preman ini?
1. Pembina
Mualaf
Center
Magelan
g.
2. Ketua
Mualaf
Center
Magelan
g
3. Ustadz
pembina
keagam
aan para
preman.
146
10. Bagaimana prosedur jika ada preman
yang ingin mengikuti pembinaan ini?
11. Bagaimana perencanaan dari
pembinaan keagamaan kepada
komunitas preman?
12. Landasan apa yang Mualaf Center
Magelang gunakan dalam membina
preman?
13. Dalam membina preman apakah ada
kurikulumnya?
14. Program apa saja yang diadakan oleh
Mualaf Center magelang dalam
membina keagamaan para preman?
15. Siapa yang bertanggung jawab untuk
menjadi ustadz ketika kegiatan
berlangsung?
16. Untuk melaksanakan program
tersebut metode apa saja yang
digunakan oleh Mualaf Center
Magelang?
17. Media apa yang digunakan dalam
pembinaan keagamaan kepada para
preman?
18. Materi apa saja yang diajarkan
Mualaf Center Magelang dalam
pembinaan keagamaan kepada para
preman?
19. Apakah dalam pembinaan atau
penyampaian materi tersebut ada
tingkatan-tingkatannya?
20. Sampai kapan para preman tersebut
147
ikut pembinaan, apakah ada batas
waktunya?
21. Bagaimana cara Mualaf Center
Magelang mengevaluasi keberhasilan
pembinaan preman?
22. Bagaimana jika ada preman yang
belum berhasil dibina/ kembali ke
masa lalunya?
23. Bagaimana pengelolaan dan
pendanaan semua kegiatan
pembinaan preman?
2. Apa faktor
pendukung dan
penghambat
pembinaan
keagamaan
pada
komunitas
preman?
1. Apa saja faktor yang mendukung
dalam pembinaan keagamaan pada
komunitas preman?
2. Apa saja faktor yang menghambat
dalam pembinaan keagamaan pada
komunitas preman?
148
Lampiran 7 Catatan Hasil Wawancara
CATATAN HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Sabtu, 16 November 2019 & Ahad, 23 Februari 2020
Tempat : Mualaf Center Magelang
Pukul : 09.00-10.30 / 14.00-15.00 WIB
Nara Sumber : Bapak Wahyu Priyanto (Pembina Mualaf Center
Magelang)
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Peneliti : Assalamualaikum, Bapak sejak kapan Mualaf Center ini berdiri
dan apa saja programnya?
Narasumber: “Mualaf center sendiri sebenarnya telah ada dari tahun 2003,
namun baru resmi berbadan hukum di tahun 2013, saya mulai
dari awal jadi baru sekitar 6 tahun. Untuk programnya
bermacam-macam. Mulai dari pembinaan untuk mualaf pra dan
pasca syahadat, dan juga pembinaan untuk para preman. Selain
itu kita juga melakukan pendampingan sosial, ekonomi dan
hukum serta kebencanaan dalam hal ini penguatan aqidah.
Intinya kita bergerak untuk umat.”
Peneliti : Maaf bapak, sepertinya sangat menarik sekali mendengar
bahwa ada kajian ataupun pembinaan agama untuk para preman,
149
mungkin bisa dijelaskan bagaimana asal muasal/ latar belakang
kegiatan tersebut bapak?
Narasumber : “Secara psikologis, dasar manusia itu ingin menjadi baik.
Semua. Baik itu orang rumahan, preman, dalam hati kecilnya
ingin menjadi baik itu pasti. Hanya mereka dipaksa ole kondisi
dan situasi. Kondisi misalnya keluarganya tidak mampu. Situasi
itu seperti daerah Barakan, Karang Gading, Magersari itu kan
daerah terminal. Sejak saya kecil dulu terminal itu dulu. Saya
bayi itu di Magersari dekat Pasar Rejowinangun, terminal lama,
dulu saya kecil disitu mbak, trus pindah di Barakan, itu tidak
jauh dari Magersari. Ia itulah situasi di terminal sarat dari
kekerasan dari perilaku ataupun perikehidupan yang tidak
teratur, nah ini yang mempengaruhi. Preman itu hati kecilnya
ingin kembali ke hal baik. Saya ada mbak kenalan mantan
kepala copet Magelang, taubat sekarang ngaji, ilang sudah muka
premannya. Kenapa mereka mau? Hidayah itu namanya.
Rosulullah saja tidak bisa memberikan, kita hanya
menyampaikan saja. Kenapa saya bisa masuk kesana yaitu
karena penetrasi, pelan-pelan. Saya harus punya titik dakwah.
Jadi ini adalah metodologi dakwah. Jadi metodologi dakwah ini
salah satunya bagaimana kita punya pemetaan terhadap wilayah
itu. Tujuan kita apa, oh tujuan kita preman, membina preman, ya
saya harus masuk sana, siapa yang harus saya kader kan gitu
150
baru itu kader-kader ini yang bergerak simultan ke wilayah itu
jadi bukan kita lagi tapi mereka. Saya 2 tahun membina mereka,
1 tahun terakhir Kapolresta ngomong ke saya “terimakasih pak
dengan adanya pembinaan preman untuk tahun ini tidak ada
kriminalitas di Barakan”. Nah, ini efektifnya. Padahal disitu
hanya sekitar 20an orang. 20 santri katakanlah. Sedangkan
lingkungan sana itu ratusan KK. Jumlah yang dibina itu hanya
1/5 atau 1/6 dari seluruh rerata, tapi karena ini dibawa ke arah
benar mereka mau protes juga susah karena hati kecil meyakini
bahwa itu benar dan saya tidak/ belum mampu seperti itu.”
Peneliti : Memang di daerah sana jumlah premannya banyak ya pak?
Narasumber : “Halah meh kabeh (hampir semua) itu preman mbak. Kalo
mereka gak preman ya jiwa premannya masih ada ya karna
situasi itu tadi. Kalau di Magelang yang terkenal ya daerah
Barakan itu, bawah Gunung Tidar, Magersari sama
Karanggading, Karangkidul itu terkenal lingkungan keras,
pusat-pusat preman.”
Peneliti : Kalau dari segi pendidikan umunya seperti apa disana pak?
Narasumber : “ Biasa sih mbak, paling yo Cuma lulusan SD, SMP dan
biasanya ya sekolahnya di sekolah negeri.”
Peneliti : Bagaimana pengetahuan agama para preman sebelum dibina?
151
Narasumber : “ Agamane ya jelas kurang, ya itu tadi karena lingkungannya
udah dari kecil preman, tiap hari ngadepin kaya gitu jadi kurang
lah agamanya, akhlaknya apalagi mbak.”
Peneliti :Apa ada persyaratan untuk mengikuti pembinaan preman ini?
Narasumber : “Tidak ada syaratnya.”
Peneliti : Bagaimana prosedur jika ada preman yang ingin mengikuti
pembinaan ini?
Narasumber : “Kalau mau ikut ya tinggal ngomong sama mas marno nanti
pasti dirangkul.”
Peneliti : Landasan apa yang Mualaf Center Magelang gunakan dalam
membina preman?
Narasumber : “Jelas menggunakan sumber hukum Islam mbak, al-Qur’an
dan Hadis.”
Peneliti : Dalam membina preman apakah ada kurikulumnya?
Narasumber : “Tidak ada.”
Peneliti : Untuk program-programnya apa saja itu pak?
Narasumber : “Saya tiap ahad minimal 1 bulan sekali saya ke daerah Gunung
tidar itu mbak, anak-anak punya basecamp disitu, Ngajinya gak
serius, gak yang di ta’lim saya ngaji di depan enggak, meliuk
wae, guyon-guyon (becanda) 3x baru dikasih sisipan itu lebih
efektif daripada 1 arah karena pembahasannya gak mendalam.
Biasanya saya kesana 2 minggu sekali, yaitu pekan ke 2 dan ke
4. Lokasinya berpindah-pindah.”
152
Peneliti : Berarti bebas ya pak, tidak ada tema khusus gitu?
Narasumber : “Bebas, ndak ada tema khusus. Misale ada yang tanya “Pak
wingi aku mbacok wong (kemarin saya melukai orang), masih
ada. Lha wong ada yang masih bawa botol. Pak aku mendem pak
ning pingin ngaji (aku mabuk, tapi ingin ikut mengaji). Tak
jawab aja boleh ikut ngaji tapi botolnya ditaruh sana dulu, jauh-
jauh dari sini. Hal ini asyiknya disini. Masih banyak mbak yang
bawa pedang, habis tawuran dimana. Ngaji masih tengkleng-
tengkleng habis mabok, ini ada. Mereka pekerjaannya juga
masih ada yang debt collector tapi mau ngaji karena yang
namanya dakwah itu kan bukan target akhir tapi proses. Ketika
anak-anak semakin intensif kita hanya mendampingi.”
Peneliti : Itu saja Bapak?
Narasumber : “Ya selain diskusi kita praktik langsung dengan melibatkan
juga dalam berbagai kegiatan agar mereka melihat dan bisa
meneladani kita. Contohe pengajian ini mbak, mereka yang
cover terutama dari segi keamanannya. Jadi bagaimana para
preman itu diluar pekerjaannya yang tidak halal itu kita
upayakan ada kegiatan yang bermanfaat untuk orang lain.
Sehingga mereka merasa masih bisa berguna, karna biasanya
preman berfikir mereka adalah sampah masyarakat. Kita
libatkan juga dalam hal bedah rumah termsuk dalam hal
kebencanaan, mereka ikut ke Lombok, Palu sehingga mereka
153
merasakan persaudaraan Islam. Saya bawa mereka ke lapangan
agar mereka bisa mencontoh hal yang baik dari kita dan agar
mereka merasakan penderitaan orang lain. Ya itu karena
biasanya preman itu merasa ah kok ra kanggo nggawe saya
sampah saya tidak ada gunanya, saya bawa ke tempat dimana
mereka berguna untuk orang lain.”
Peneliti : Sampai kapan para preman tersebut ikut pembinaan, apakah
ada batas waktunya?
Narasumber : “ Nggak ada batas waktunya mbak, selamanya dan kalau bisa
yo mereka tambah semangat terus.”
Peneliti : Bagaimana pengelolaan dan pendanaan semua kegiatan
pembinaan preman?
Narasumber : “Pendanaan kita ada dari donatur mbak, ada juga kita dapet
dari Mualaf Center Pusat, ada juga yang dari Vertizone TV
mbak.
Peneliti : Mungkin apa yang membuat mereka semangat untuk
mengikuti pembinaan bapak, katakan faktor pendukungnya lah
seperti itu?
Narasumber : “Kalau faktor pendukungnya dari dalam diri ya tadi mbak
sudah saya bilang bahwa sipapun itu pasti ingin menjadi lebih
baik. Kalau awalnya dulu masyarakat agak kurang mendukung
mbak. Dulu masjid di Barakan tidak boleh dipakai untuk kajian
jadi kita kajiannya di lapangan voli.”
154
Peneliti : Itu kenapa pak kok masjid tidak boleh dipakai, padahal kan itu
milik umat?
Narasumber : “Ya karna stigma masyarakat yang sudah jelek. Cah koyo
ngono mlebu masjid (anak seperti itu kok masuk masjid). Masjid
kok di nyek-nyek (diinjak-injak). Ha wong mendeman kok mlebu
mesjid (orang mabukan kok masuk masjid).” Biasanya orang-
orang ini adalah kalangan yang tidak bisa menghargai
perbedaan. Nah disini fungsi pendampingan. Dakwah kalau di
dalam masjid itu gampang mbak, tinggal ngomong. Nah kalau
merangkul yang diluar itu tidak mudah. Umar bin Khattab tanpa
diberi pengertian juga tidak akan beliau menjadi Khalifah.”
Peneliti : Kalau sekarang bagaimana apa masih sama pak?
Narasumber : “Kalau sekarang banyak mendukung, keluarganya mendukung,
siapa kan yang tidak ingin suaminya, pamannya menjadi lebih
baik. Tentu keluarganya mendukung agar bisa lebih baik lagi.
RT, RW juga mendukung, jadi sekarang kalau mau peminjaman
tempat ya lebih mudah mbak gak kaya dulu yang bahkan sampai
di lapangan voli. Itulah mengapa saya adakan bedah rumah di
sana. Sehingga warga sana tidak meremehkan preman disana
lagi dan mereka bangga bisa bermanfaat.”
Peneliti : Kalau faktor yang menghambat pak?
Narasumber : “Lingkungan mbak, pertama dari lingkungan yang tidak suka
dengan adanya pembinaan preman itu, seperti yang saya
155
jelaskan tadi yang mengatakan sok suci lah sok baik lah dan
pandangan buruk lainnya juga dari lingkungan mereka yang
tidak berubah jadi ya masih sering ketemu sama temen-temen
atau anak buahnya dulu itu. Sudah mau baik diajak lagi mabuk,
ya itu hambatanya mungkin. Trus bisa dimasukkan ke hambatan
ya karna kurangnya sarana prasarana, fasilitas atau dana yang
kita punya mbak, karna kita ini tidak punya apa-apa. Kantor saja
masih jadi satu dengan rumah Ketua Mualaf center Magelang,
mobil juga pinjaman jadi kegiatan masih kurang berjalan
maksimal.”
Peneliti : Kalau dari diri premannya sendiri pak?
Narasumber : “Ada juga mbak yang dari premannya. Karena mereka sifat
aslinya kan keras juga jadi mereka gampang emosi ketika
dengar ada yang menjelekan mereka. Mereka bosan dikatain sok
suci jadi kadang kendor karena ucapan negatif dari lingkungan.”
REFLEKSI:
Dari wawancara dengan Bapak Wahyu Priyanto peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Mualaf Center Magelang adalah organisasi yang
bergerak dibidang kemasyarakatan salah satunya adalah pembinaan
keagamaan kepada para preman. Pembinaan kepada preman ini tidak mudah
dilakukan dan memiliki tantangan tersendiri, dikarenakan para preman
berwatak keras dan sudah memiliki prinsip sendiri.
156
Namun demikian Bapak Wahyu priyanto beserta tim tetap semangat
dalam membina para preman. Hal ini terbukti dengan berbagai kegiatan yang
sudah berjalan dengan berbagai metode yang juga diterapkan sehingga
pembinaan preman sudah berjalan selama dua tahun. Stigma negatif dari
masyarakat tak menghentikan langkah Bapak Wahyu dan tim, justru malah
menjadi dukungan. Selain itu dukungan dari keluarga para preman juga turut
membantu mensuskeskan pembinaan keagamaan kepada preman ini.
Berbagai kendala juga tak lepas dari pembinaan ini. Selain karena
belum adanya kantor Mualaf Center Magelang yang berdiri sendiri, berbagai
fasilitas juga kurang memadai sehingga kegiatan pembinaan ini dirasa kurang
maksimal. Dana yang jumlahnya masih sedikit, sarana prasarana yang kurang
serta tim yang juga masih sedikit anggotanya turut menjadi penghambat.
Berbagai hambatan tersebut tak menyurutkan langkah Bapak Wahyu dan tim
Mualaf Center Magelang karena dakwah adalah prinsip hidup mereka.
157
CATATAN HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Selasa, 31 Maret 2020
Tempat : Mualaf Center Magelang
Pukul : 16.00-18.00 WIB
Nara Sumber : Bapak Muhamad Asrori, S.Pd., M.Pd (Ketua Mualaf
Center Magelang
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Peneliti : Maaf Bapak, ada beberapa pertanyaan yang harus saya
tanyakan terkait dengan pembinaan keagaamaan kepada
komunitas preman yang dilakukan oleh Mualaf Center
Magelang
Narasumber : “Silahkan mbak, saya akan jawab sebisa saya.”
Peneliti : Apa yang melatarbelakangi adanya pembinaan keagamaan
kepada komunitas preman di Mualaf Center Magelang?
Narasumber : Ini inisiatif dari Bapak Wahyu mbak karena beliau yang lebih
tau daerah sana, dan juga kita prihatin sama kondisi warga
disana juga.
Peneliti : Sejak kapan pembinaan preman ini berlangsung?
Narasumber : Kurang lebih sudah mau 2 tahunan mbak.
Peneliti : Bagaimana awal mula terjadinya pembinaan keagamaan
kepada preman?
158
Narasumber : Ya disana itu kan sudah terkenal banyak preman, banyak yang
di dunia hitam jadi kita berusaha bagaiaman bisa merubah
mereka. Awalnya pas romadhon itu ada buka bersama. Trus ada
beberapa yang semangat dan tertarik dengan Islam lah mbak.
Jadi kita bertekad membina mereka. Namanya orang mau tobat
ya mesti kita dukung.
Peneliti : Bagaimana latar belakang kehidupan sehari-hari preman yang
dibina?
Narasumber : “Ya itu tadi mbak, kebanyakan dari dunia hitam. Mabuk-
mabukan, tawuran maling, itu sudah hal biasa bagi mereka
mbak.
Peneliti : Bagaimana pendidikan umum para preman?
Narasumber : “Wah kalau itu tanya mas marno yang lebih paham mbak.”
Peneliti : Bagaimana pengetahuan agama para preman sebelum dibina?
Narasumber : “ Kalau agama kurang mbak mereka, jarang sholat bahkan
puasa ramadhan ya gak puasa jadi keasadaran beragamanya
kurang.
Peneliti : Perubahan apa yang terjadi setelah para preman melakukan
pembinaan?
Narasumber : “ Ya pelan-pelan jadi baik lah mbak, mau ngaji, mau sholat.”
Peneliti : Apa ada persyaratan untuk mengikuti pembinaan preman ini?
159
Narasumber : Tidak ada syarat apa-apa karna kita geraknya untuk mengajak
kebaikan ya kalau ada yang mau ikut monggo sangat senang
sekali.
Peneliti :Bagaimana perencanaan dari pembinaan keagamaan kepada
komunitas preman?
Narasumber : Ya awalnya direncanakan bagaimana supaya mereka itu mau
sedikit-sedikit lebih baik. Pelan-pelan saja mbak. Ya kita
memikirkan bagaimana metodenya. soalnya kan mereka sudah
besar mbak, sudah punya prinsip sendiri jadi gak bisa dibuat
sakklek kaya di sekolah-sekolah umum gitu.
Peneliti : Landasan apa yang Mualaf Center Magelang gunakan dalam
membina preman?
Narasumber : Pakainya ya al-Qur’an sama Hadis jelas mbak.
Peneliti : Dalam membina preman apakah ada kurikulumnya?
Narasumber : Belum ada mbak, yo cuma itu kegiatannya yang penting jalan
trus ada perubahan dari sedikit lah dari premannya.
Peneliti : Dalam membina preman ini program-program apa saja Bapak
yang diadakan oleh Mualaf Center Magelang?
Narasumber : “Ya macam-macam mbak programnya, ada yang rutin ada juga
yang tidak.”
Peneliti : Lebih detailnya bagaimana itu pak?
Narasumber : “Kalau yang rutinan itu ada yang mingguan, bulanan, tahunan
dan juga ada program yang insidental. Program mingguannya ya
160
kumpul maupun diskusi maupun kajian di daerah masing-
masing. Kemudian bulanannya biasanya kajian dengan
menghadirkan ustadz lokal kalau program tahunannya tabligh
akbar biasanya. Namun yang lebih sering kegiatan
insidentalnya, biasanya berkaitan dengan kebencanaan dan
kegiatan dukungan kegiatan luar seperti Muslim United dll.
Termasuk yang insidental yaitu kegiatan bedah rumah.”
Peneliti : Kalau metode yang digunakan dalam membina preman
tersebut bagaimana ya Bapak?
Narasumber : “Ya, kita dari Mualaf Center Magelang ada beberapa metode,
yang pertama kita adakan pengajian, mungkin salah satu bentuk
pengajian seperti beberapa waktu lalu di Borobudur kita adakan
pengajian peringatan Hari Besar Islam dan menghadirkan dari
artis nasional yang hijrah yaitu Dewa, Dewa ini cucu dari
pendeta Hindu Bali tertinggi. Kemudian pengajian dimana kita
hadirkan tokoh muda nasional juga, Handy Bony. Ini menjadi
daya tarik bagi mereka. Kemudian kita adakan juga diskusi,
diskusi ini ya mereka terserah mau tanya apa saja seputar
masalah kehidupan mereka, nanti kita jawab tentunya dengan
memasukkan sisipan agama di dalamnya. Sehingga pertanyaan-
pertanyaan yang ada di benak mereka bisa terjawab dan mereka
tidak penasaran lagi. Mereka juga kita libatkan semua baik
melalui penyelenggaraan, pengamanan, pengadaan segala
161
seusatunya kita libatkan, sehingga mereka bergaul bersama-
sama dengan kita, kita saling memberikan penguatan-penguatan.
Tidak perlu banyak omong tapi kita kerja bersama-sama mereka
melihat keakraban kita, persaudaraan kita yang kuat. Kemudian
kita libatkan juga dalam event-event yang cukup besar seperti
muslim united. Jadi mereka merasa diperhatikan coro jawane
diuwongke (dimanusiakan). Kita sama dengan mereka, kita tidak
lebih pinter dari mereka. Pernah juga kita hadirkan mubaligh
mantan, ya ada lah macam-macam lah dari dunia hitam sehingga
teman-teman itu menjadi termotivasi oh ternyata orang yang
sebegitu gelap, sebegitu jahat pada awalnya akhirnya kembali
juga menjadi orang yang baik, ini menginspirasi bagi teman-
teman komunitas preman. Temen-temen yang kita bina ini dari
latar belakangyang bermacam-macam itu salah satu metode.
Ketika kita mengadakan kegiatan bedah rumah mereka kita
libatkan jadi ada komunikasi yang harmonis yang baik betul-
betul mereka merasakan menyatu. Kita ndak banyak memberi
nasehat, nasehat sudah banyak dimana-mana. Pengajian dimana-
mana yang penting kita bersama mereka dalam kegiatan dan
mereka menyatu dengan kita. Kegiatan bedah rumah kita
libatkan kemudian relawan menjadi relawan kebencanaan ketika
terjadi berbagai macam bencana mereka terlibat ada yang
menggalang dana bahkan terjun lagsung di lapangan. Tidak
162
perlu kita banyak omong, kita hanya memberi contoh dan
mereka terjun otomatis. Menggalang dana di Barakan berkali-
kali ketika ada bencana Lombok, Palu, Lampung bahkan ada
yang terjun langsung ke lokasi. Juga waktu wabah corona ini
menjadi bencana nasional, bukan hanya nasional tapi dunia
mereka juga ikut berpartisipasi seperti menyemprotkan
desinfektan ke masjid-masjid. Ini keterlibatan mereka. Mereka
sedang proses dari kurang baik menjadi baik dari gelap menjadi
terang dan sebagainya”
Peneliti : Kalau media yang digunakan pak?
Narasumber : Kalau di lapangan ya gak ada kita terjun langsung aja, paling
yang menggunakan media pas ngaji Qur’an itu pakenya ya biasa
papan tulis.
Peneliti : Kalau materi yang diajarkan?
Narasumber : “Pelan-pelan sih mbak kita mengajarkannya. Gak yang
langsung tumplek blek, nanti mereka malah pusing. Yang
penting akhlak mereka dulu mbak. Mau ikut kajian-kajian. Baru
kita ajarin yang bab fiqh nya.
Peneliti : Sampai kapan para preman tersebut ikut pembinaan, apakah
ada batas waktunya?
Narasumber : “Ya sampai kapanpun mbak, sampai mereka benar-benar
mengerti fitrahnya dan bisa mengajak yang lain ke arah
kebaikan.”
163
Peneliti : Bagaimana cara Mualaf Center Magelang mengevaluasi
keberhasilan pembinaan preman?
Narasumber : “Evaluasi langsung tidak ada, tidak seperti sekolah umum pake
tes gitu enggak, ya kita Cuma melihat saja kalau ada perubahan
dari sedikit dari ibadahnya atau tingkah lakunya ya berarti
berhasil seperti itu.”
Peneliti : Bagaimana jika ada preman yang belum berhasil dibina/
kembali ke masa lalunya?
Narasumber : Ya banyak mbak, yang penting kita sudah berusaha merangkul,
mengajak ke jalan yang benar. Tapi pilihan hidup kan mereka
sendiri yang menentukan. Kalo kita paksa-paksa juga nanti
malah ndak baik.”
Peneliti : Bagaimana pengelolaan dan pendanaan semua kegiatan
pembinaan preman?
Narasumber : “Ya ada dari donatur atau vertizone TV juga mbak.”
Peneliti : Kira-kira apa saja yang mendukung dalam proses pembinaan
ini?
Narasumber : “Faktor pendukungnya, karena dari teman-teman di MCM ini
terjunya kompak, apa adanya, kita memanusiakan mereka. Ya
benar-benar saudara. Anda saudara kami, kami saudara anda.
Kita ndak punya apa-apa hanya bermodal motivasi kuat dari
dalam menganggap mereka saudara. Mungkin daya tarik juga
karena metode kita yang cukup banyak dan tidak monoton, salah
164
satunya kita sempat menghadirkan tokoh-tokoh yang cukup
terkenal seperti artis mas ari untung kita undang dalam 2 hari
kita minta isi di beberapa tempat kita sampaikan kita tidak
punya uang dan tidak bisa memberi apapun. Hanya kita
fasilitasi menginap di hotel itu mungkin salah satu yang
mendukung.”
Peneliti : Kalau yang menghambat Pak?
Narasumber : “Ya mungkin faktor penghambat salah satunya adalah
keterbatasan kita ini baik dari segi logistik, finansial maupun
personil. Diawal kita hanya beberapa personil saja 3, 3 jadi 4, 4
jadi 5 kemudian 10. Kurang banyak lah mbak untuk bisa
membuat pembinaan itu maksimal makanya kita bekerja keras
untuk membuat pembinaan ini sebisa mungkin berjalan.
Mungkin juga bisa dimasukkan ke faktor penghambat itu ya
selain dari diri preman itu yang namanya juga manusia, imannya
kadang naik, kadang turun, kadang rajin ikut kadang malas dan
preman itu kan ya sifatnya keras ya mbak, jiwa jawaranya masih
ada jadi harus pelan-pelan kita. Selain itu dari lingkungan juga,
mereka itu kan manta yaa mantan macem-macem lah tidak etis
disebutkan disini dari dunia hitam lah istilahnya, kadang-kadang
masih banyak yang dibujuk/ dipenaruhi teman lama mereka,
karena kan mereka tidak berpindah dari sisi tempat tingga
mereka dan teman-teman mereka yang masih bergelimang di
165
dunia hitam itulah banyak mempengaruhi mereka. Ya ini
istilahnya kuat-kuatan saja kita bisa bertehan apa tidak, kita
mencoba untuk selalu mempengaruhi yang baik,mengingatkan
tetapi lingkungan dan teman-teman lama mereka tidak ingin
melepaskan, ini salah satu penghambatnya.”
Peneliti : Terimakasih banyak Bapak atas jawaban dan waktunya, saya
pamit Assalamualaikum Wr.Wb
Narasumber : “Ya mbak, Waalaikumsalam Wr.Wb.”
REFLEKSI:
Dari wawancara dengan Bapak Muhamad Asrori peneliti mendapatkan
informasi bahwa beliau adalah ketua Mualaf Center Magelang yang selalu
berusaha dengan maksimal untuk melakukan pembinaan keapada para preman.
Pembinaan para preman dilakukan dengan adanya kegiatan rutin yang meliputi
kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan serta ada juga kegiatan
insidental seperti penggalangan dana dan peduli sosial.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan berbagai metode seperti ceramah,
diskusi dan menghadirkan tokoh inspiratif yang membuat semangat preman
semakin membara. Berbagai kegiatan pembinaan tersebut berhasil dilakukan
karena adanya rasa memanusiakan manusia atau humanitas yang dimiliki oleh
Mualaf Center Magelang. Namun pembinaan tak jarang pembinaan ini
mengalami kendala karena lingkungan tempat tinggal mereka masih sama.
166
CATATAN HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Sabtu, 11 April 2020/ Jum’at, 1 Mei 2020
Tempat : Rumah Bapak Marno (Tejosari, Magersari, Kota
Magelang)
Pukul : 09.00-10.30 / 16.00-17.00 WIB
Nara Sumber : Bapak Marno (Ustadz pembinaan preman)
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Peneliti : Apa yang melatar belakangi pembinaan keagamaan kepada
preman ini pak?
Narasumber : ”Ya karena rasa kepedulian kita terhadap masyarakat sini itu
kan sudah terkenal dengan banyak premannya. Itu bentuk
keprihatinan kita sehingga ada ide untuk dibina, karena mereka
sudah banyak berkecimpung di dunia hitam ya kita ingin
merubah mereka menjadi lebih baik”.
Peneliti :Bagaimana latar belakang kehidupa sehari-hari mereka?
Narasumber : “Kalau kehidupan mereka itu ya setiap malam ahad mereka
kebiasaannya mabuk-mabukan hanya nongkrong-nongkrong
cepat sekali mereka naik emosinya. Kalau pekerjaannya ya
macem,-macem mbak, ada yang jualan miras, ada yang jadi
pemalak, ya pokoknya sudah terkenal preman lah sini.”
Peneliti : Kalau dari pendidikannya mereka bagaimana?
167
Narasumber : “Kalau pendidikan mereka ya tidak berpendidikan tinggi, ya
SD,SMP, SMA jarang lah malah gak ada yang sampe kuliah”.
Peneliti : Kalau bacground agamanya pak?
Narasumber : “Kalau pengetahuan agama nol, karena dari kecil kebanyakan
dari masyarakat sini tidak ngaji, tidak mengenal agama, paling
mengenal agama ketika di sekolah di peajaran agama saja itu”.
Peneliti : Sejak kapan pembinaan ini ada?
Narasumber : “Ini sekitar 2 tahunan, awal mulanya ramadhan 2 tahun yang
lalu, awalnya kita tidak sengaja. Ada donatur yang ingin
memberikan unuk buka bersama, kita awalnya masu dikasih ke
masjid tapi kayaknya sudah biasa dan kita punya ide untuk
mengundang teman-teman yang notabenenya para preman ini
untuk buka bersama, ya mereka menolak ya karena sebagian
besar dari mereka kan tidak berpuasa mereka menolak terus
saya mendekati yang dituakan oleh merekalah seperti itu, kita
undang kita adakan acara bukber di lapangan voli kurang lebih
ada 100 orang. Disitu kita adakan pengajian dan sholat jamaah
mereka pertama itu, sholat bareng-bareng akhirnya mereka
tergerak hatinya dan pengen ada kelanjutannya dan
alhamdulillah bisa ke masjid istilahnya tobatlah”.
Peneliti : Kalau ada yang au ikut prosedur dan syaratnya bagaimana
pak?
168
Narasumber : “Kalau ada yang mau ikut ya tidak ada persyaratan
khususnya, kalau mau ikut ya tinggal ikut kumpul, ikut ngopi,
dan ikut membaur dengan anggota sini”.
Peneliti : Perencanaan pembinaan ini seperti apa pak?
Narasumber : “Awalnya kita memang ke pentolan-pentolannya mbak, tapi
dari prosesnya ya ada penyaringan sekarang ya siapa saja,
pokoknya yang mau ikut ya monggo”.
Peneliti : Kalau kurikulumnya bagaimana pak?
Narasumber : Kurikulum secara tertulis dan resmi belum ada mbak karna
yakita ngalir gitu aja”.
Peneliti : Landasan yang digunakan dalam pembinaan ini apa pak?
Narasumber : “Landasannya ya tentu al-Qur’an dan Hadis, pertama kita
membina mereka itu kan tidak langsung ke hukum-hukum,
yang penting targetnya mereka meninggalkan maksiat dulu”.
Peneliti : Bapak, program apa saja yang diterapkan oleh Mualaf Center
Magelang ketika membina preman?
Narasumber : “Kalau program harian dulu pernah ada, tiap bakda isya ngaji
baca Al-Qur’an, sekarang berhenti. Insyaallah akan berjalan
setelah crisis corona ini berlalu. Program pekanan, tiap malam
ahad ada NGOPI (Ngobrol Perkara Iman) dilanjut dengan
kajian ataupun taklim. Selain itu ada juga sedekah Jumat
dimana itu akan memasak dan membagikan makanan ke
jamaah sehabis melakukan shalat Jumat. Yang bulanan juga
169
dulu ada tapi ini sekarang agak vakum juga. Tiap bulan kita
juga ada GEMAR (Geraka liMARatus sehari) yaitu kita
bagikan kaleng ke setiap anggota yang berkeinginan untuk
infak/shodaqoh, tiap bulannya ada petugas yang narik,
uangnya untuk kas. Untuk tahunan kita agendakan untuk
kegiatan tabligh akbar. Juga setiap ada peringatan hari besar
Islam kita ikut berpartisipasi seperti idul adha, isra’ mi’raj dll.
Untuk program yang tidak direncanakan ya kita ada GATOT
(Gerakan Tilik Orang SakiT) dimana ketika ada anggota/
keluarga yang sakit kita besuk ke RS. Selain itu juga ada bakti
sosial dan peduli bencana, ada penggalangan dana ketika
terjadi bencana bahkan terjun ke lapangan, seperti pas gempa
Lombok, Palu dan ketika ada corona kita ikut menyemprotkan
disinfektan ke masjid-masjid guna mencegah virus tersebut.”
Peneliti : Penerapan kegiatannya seperti apa itu Bapak?
Narasumber : “Ya bentuknya bermacam macam mbak, salah satunya ya
kegiatan NGOPI (Ngobrol Perkara Iman) bentuknya saya tidak
ceramah, hanya pendekatan kepada mereka melalui kegiatan
sosial, setiap malam ahad itu kita adakan Ngopi itu, temen-
temen yang tadinya sering minum-minuman keras kita ajak
untuk NGOPI. Pertama kita berkorban untuk kopi dan
snacknya nggak papa. Kita kumpul, kita undang resmi mereka
datang ya cuma ngobrol-ngobrol seperti biasa, cuma mereka
170
tau basic saya adalah bidang keagamaan jadi mereka sering
tanya ke saya, nah lama-lama mereka tertarik dengan agama
trus mau ikut, dan meminta tiap malam ahad diadakan seperti
itu rutin dan tiap malam ahad itu ada pertanyaan yang
membuat mereka semangat untuk memperdalam agama dan
mengamalkan. Alhamdulillah dengan kegiatan seperti itu
mereka bisa berubah dari yang tiap malam ahad minum-
minuman keras trus jd kumpul membahas seputar agama dan
pelan-pelan kita ajak mereka ke masjid dan alhamdulilllah
mereka mau ke masjid dan mengikuti kegiatan. Selain dengan
metode NGOPI tadi kita juga mengajak teman-teman dalam
kegiatan yang bersifat kemanusiaan seperti penggalangan dana
untuk korban bencana juga kegiatan-kegiatan sosial lain
dimana saudara-saudara kita kena musibah kita ajak untuk ikut
kegiatan, jadi awalnya tidak ada yang bersifat keagamaan
karna kalau langsung mereka akan sungkan. Mereka justru
malah menghindar tapi kalau dengan kemanusiaan mereka bisa
lebih ikut andil dan kita bisa lebih dekat dengan mereka dan
dari situlah kita bisa memberi masukan-masukan seputar
agama kepada mereka. Setelah kita dekat dengan mereka
secara emosional maka sangat mudah untuk mengajak mereka
dalam hal keagamaan misalnya dalam pengajian maupun
majlis taklim. Alhamdulillah kita ada agenda untuk kegiatan
171
baik majlis taklim maupun tabligh akbar setiap pekan.
Sebelum ngopi kita majlis taklim baru acara ngopi. Dulu majlis
taklim ini kita mengundang ustadz-ustadz yang berkompeten di
bidangnya baik di bidang fiqih, muamalah maupun aqidah.
Jadi ilmu yang mereka dapat tidak hanya sekedar dari yang
kita punya namun juga dari ustadz yang lebih berpengalaman.”
Peneliti : Materi yang diajarkan apa saja berarti pak?
Narasumber : “Kalau materi pertama kita fokus ke akhlaq dulu, yang
penting pertama mereka meninggalkan maksiat dulu, masalah
hukum-hukum kta akhir, karena rentan. Di Islam sendiri kan
banyak cabang-cabangnya. Yang penting pertama
meninggalkan maksiat dulu setelah itu ngumpul-ngumpul ngaji
bareng shalat bareng yang baru kalau akhlaknya bisa sedikit
berubah kita ngaji baca Qur’an, persholatan nah kalau ada
pertanyaan-pertanyaan ke hal fiqih itu biasanya saya atau
temen yang sekranya bisa ksih jawaban lah, biasanya kita beri
beberapa opsi jawaban”.
Peneliti : Ustadznya siapa pak, apa ada jadwalnya atau seperti apa?
Narasumber : “Kalau malam ahad itu saya sendiri ustadznya, kalau ada
pertanyaan saya jawab kadang juga ada dari pihak Mualaf
Center Magelang pernah juga ada ustadz dari Borobudur. Tapi
ya seringnya saya sendiri”.
Peneliti : Media yang digunakan apa ya pak?
172
Narasumber : “Biasa saja mbak, kalau baca qur’an kita pakai media sakifah,
kalau ngaji biasa ya ada papan tulis sama spidol begitulah
kalau untuk mengaji yang tajwid-tajwid itu”.
Peneliti : Apakah semua dijadikan satu atau ada tingkatannya pak?
Narasumber : “Semua dijadikan satu, yang baru yang lama. Tapi kalau yang
baca tulis al-Qur’an itu ada yang sudah lancar ada yang masih
plegak pleguk itu kita pisahkan. Tapi kalau pada umumnya
juga dijadikan satu”.
Peneliti : Apakah ada target dari pembinaan ini?
Narasumber : “Sementara kita tidak ada target pasti, ya kalau bisa ya
selamanya, jangan pernah balik lagi ke yang dulu”..
Peneiti : Bagaimana cara mengevaluasinya pak?
Narasumber :”Kalau pandangan saya ya evaluasinya dari akhlak mereka
berubah, mereka mau shalat, meninggalkan hal maksiat paling
tidak mereka shalat. Kalau ada kelanjutannya monggo mereka
mau ngaji ke tempat lain yang lebih tinggi ilmunya ya kita
tidak membatasi.”
Peneliti : Apa ada preman yang kembali ke masalalunya, dan
bagaimana bapak mengatasinya?
Narasumber : “Ya proses penyaringan itu mbak, jelas ada dan tidak satu
dua, kebanyakan mereka ada yang mbalik ada yang ngaji, ada
yang berbeda pendapat dengan teman ya mereka sudah hijrah
173
begitu, sudah ngaji, sudah sholat namun tidak srawung dengan
kita”.
Peneliti : Kalau pengelolaan pendanaannya bagaimana bapak?
Narasumber : “Pendanaan kita ya ada dari Gemari itu, kemudian dikelola
sedemikian rupa ya meski banyak minusnya.”
Peneliti : Pembinaan ini kan sudah berlangsung lama, nah apa yang
menyebabkan pembinaan ini berhasil ya?
Narasumber : “Selama ini kerjasama tim yang baik sangat mendukung
pembinaan agama ini. Kita bersama-sama untuk mencari dana,
ustadz, fasilitas kita sama-sama punya motivasi yang kuat
untuk mengajak orang menjadi lebih baik lagi. Selain itu kita
juga melakukan pendekatan kepada pejabat setempat, RT, RW
sehingga dalam kegiatan kita sangat mudah untuk
mendapatkan perijinan maupun mendapat tempat.”
Peneliti : Kalau faktor penghambatnya pak?
Narasumber : “Yang menghambat ya masalah klasik mbak, masalah
pekerjaan, karena mereka kan basicnya adalah preman jadi
sebagian besar mereka memiliki pekerjaan-pekerjaan yang
katakanlah tidak 100% halal. Jadi saat mereka bertekad untuk
dibina tentu mereka meninggalkan pekerjaan mereka seperti ya
pekerjaan pemalak dll. Itu yang menjadi masalah. Jadi banyak
dari teman ini yang masih pengangguran juga karena untuk
mencari pekerjaan saat ini sangat sulit jadi mereka jadi tidak
174
punya penghasilan. Alhasil tidak sedikit yang kembali ke
pekerjaan lamanya. Apalagi kan mereka tetap berkomunikasi
dengan lingkungan dan teman-teman yang seperti itu.
Lingkungannya yang kadang membuat semangat mereka mulai
kendor lagi. Selain itu ya karena mereka tidak punya
pekerjaan, tidak ada penghasilan jadi kita mengalami masalah
dalam hal keuangan/dana. Jadi ketika kegiatan kita agak sulit
mengumpulkan dana dari angota. Hanya bermodal dari donatur
atau MCI pusat.”
Peneliti : Ada yang lain lagi mungkin bapak?
Narasumber : “Ya karena mereka itukan preman. Karakteristik mereka itu
orang yang kasar jadi untuk kita membina butuh kesabaran
yang ekstra. Jadi kadang kalau umat jiwa premannya ya kita
sendiri yang harus mengalah dan tidak mudah putus asa jadi
pelan-pelan kita merubah mereka yang dulunya keras menjadi
lembut.”
Peneliti : Apa harapan bapak terhadap pembinaan ini ke depannya?
Narasumber : “Jamaahnya banyak, istiqomah always. PR saya ini yang
terbesar lak karena mereka ini pengangguran. Mungkin kalau
pekerjaan yang amburadul banyak tapi kan kita udah hijrah
jadi gak mungkin. Dan mereka kebanyakan hanya lulusan
rendah, jadi ya untuk mencari pekerjaan itu sulit”.
175
Peneliti : Terimakasih banyak bapak atas waktu dan jawabannya.
Assalamualaikum Wr.Wb.
Narasumber : “Waalaikumsalam.”
REFLEKSI:
Wawancara dengan Bapak Marno membuat peneliti tersentak,
bagaimana masih banyaknya orang Islam yang belum mau mengamalkan
keIslamannya. Salah satunya adalah para preman. Bapak Marno selaku ustadz
yang bertanggung jawab serta satu lingkungan dengan para preman langsung
mempunyai peran yang sangat vital dalam pembinaan ini. Berbagai program
seperti ngopi (ngobrol perkara iman), gemar (gerakan limaratus sehari),
sedekah jumat, gatot (gerakan tilik orang sakit) dan berbagai kegiatan lain
yang terus dikembangkan dan dibina langsung oleh Bapak Marno tentu tak
semudah itu dijalankan. Pekerjaan mereka yang ditinggalkan dan berakibat
para preman menjadi pengangguran menjadi PR tersendiri juga bagi
pembinaan ini.
Pembinaan yang bermula dengan acara buka bersama di lapangan voli
sejak 2 tahun silam ini terus mengalami pasang surut. Namun hal tersebut tak
membuat semangat Bapak Marno ikut redup. Bapak Marno terus berjuang
menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai landasan hidup dengan
mengajarkannya setiap malam ba’dha Isya serta memberikan berbagai materi
di setiap malam Ahad. Peneliti menilai beliau adalah sosok yang patut
dicontoh karena semangatnya dalam dakwah. Seperti harapan beliau terhadap
pembinaan ini adalah jamaahnya selalu istiqamah always.
176
CATATAN HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Sabtu, 11 April 2020
Tempat : Mualaf Center Magelang
Pukul : 14.00-15.00 WIB
Nara Sumber : Bapak Slamet Wahyono (Anggota komunitas preman)
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Peneliti : Bapak, program apa saja yang bapak ikuti di Mualaf Center
Magelang?
Narasumber : “Ada beberapa program yang saya ikuti yaitu program
hariannya ada mengaji kita tiap ba’da isya mengaji al-Qur’an
membaca satu satu terus disimak dan dibetulkan sama Mas
Marno. Ada juga program pekanan tiap malam ahad kita ada
acara ngopi bareng yaitu ngobrol perkara iman. Yang
dulunya kami minum-minuman keras alhamdulillah sekarang
kita minum kopi sambil ngobrol perkara iman dan yang
bulanan ada kajian selapanan dan belum tahu ini kapan akan
mulai lagi. Tiap bulan saya juga ikut gerakan limaratus sehari
yaitu tiap anggota yang pengen sedekah gitu diberi kaleng
nanti ada petugas yang ngambil uang itu trus dimasukkan ke
kas. Ada juga program Gatot (Gerakan Tilik Orang Sakit)
dimana ada anggota yang sakit kita besuk ada juga kita
177
ngluruk ngaji ke daerah lain misalnya ke Borobudur atau ke
Jogja.”
Peneliti : Kalau metodenya biasanya pake apa pak?
Narasumber : “Kita sharing-sharing dan ada juga kajian. Kita bebas tanta
apa saja nanti akan dijawab sama ustadznya.”
Peneliti : Kira-kira faktor apa yang mendukung bapak dalam kegiatan
ini?
Narasumber : “Dukungan dari keluarga mbak yang slalu ngingetin kalo
udah waktu sholat atau ada acara gitu selalu diingetin sama
anak istri saya. Selain itu ya saya pribadi pengen lah menjadi
pribadi yang lebih baik lagi mbak. Kasian anak istri mbak,
malu mereka kalau orang-orang tau suami dan bapak mereka
itu kok ya preman. Jadi saya termotivasi untuk berbenah
menjadi hijrah lah ke arah yang lebih baik.
Peneliti : Kalau yang menghambat?
Narasumber : “Mungkin dari diri saya sendiri mbak. Masih sering plin-
plan kadang pengen balik kaya dulu langsung istighfar inget
kalo itu gak bener. Kalau lagi kumat ya kadang gak ikut
pembinaan jadinya mbak. Alhamdulillah setelah 2 tahun saya
ikut pembinaan ini saya merasakan nikmat dan syukur ikut
pembinaan dan merasakan ketenangan batin.”
178
REFLEKSI:
Wawancara dengan Bapak Slamet Wahyono, memebrikan informasi
kepada peneliti bahwa beliau dahulunya adalah salah satu preman yang
mengikuti pembinaan keagamaan. Bapak Slamet mengikuti hampir semua
kegiatan di Mualaf Center Magelang karena berniat ingin berubah. Posisi
beliau sebagai seorang bapak membuat keluarganya sangat mendukung sekali
beliau untuk berubah menjadi lebih baik. Namun karena lingkungan,
terkadang Bapak Slamet ingin kembali ke kebiasaan lamanya.
179
CATATAN HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Jum’at, 1 Mei 2020
Tempat : Rumah Bapak Marno
Pukul : 16.00-17.00 WIB
Nara Sumber : Bapak Asep Haryadi (Anggota komunitas preman)
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Peneliti : Sejak kapan mas mengikuti pembinaan ini?
Narasumber : ”Saya ikut mulai dari 2 tahun yang lalu, sejak awal
adanya pembinaan preman ini saya sudah ikut
Peneliti : Apa motivasi mas sehingga ikut pembinaan ini?
Narasumber : “Bosen Nakal...hahahha
Peneliti : Program apa saja yang mas ikuti?
Narasumber : “Ngopi, Gemari, Ngepam (Pasukan Kemananan) kalau
ada event besar seperti Muslim United itu kita di ring 1
mengamankan ustadznya malahan
Peneliti : Perubahan apa yang mas rasakan selama mengikuti
pembinaan?
Narasumber : “Ayem, tenang, semeleh. Sebelumnya kacau sekarang
jadi ayem. Kalau dari Ibadah ya ibaratnya biasanya shalat
sekali ya jadi 2 kali gitu..hahaha”.
180
Peneliti : Bagaimana tanggapan masyarakat ketika tahu mas ikut
pembinaan ini?
Narasumber : “Ya ada yang pro ada yang kontra, yang pro ya banyak
yang seneng, yang kontra ya istilahnya hujatan-
hujatan/serangan ya masa bodoh saja.”
Peneliti : Apa faktor pendukung mas dalam pembinaan ini?
Narasumber : “Teman pengaruh besar. Ada mas marno juga, ustadz
kami yang pinter ngrangkule. Kami senneg gitaran mereka
ikut kami, kita nggak terasa di tekan jadi gak terasa
ditarik, natural aja, nyaman. Kalau dari keluarga ya biasa
saja.”
Peneliti : Kalau yang menghambat?
Narasumber : “Pekerjaan terutama mbak, istilahe kalau kecukupan mau
acara kajian tiap hari we lakoni. Kadang kita pas ada
kajian pas ra nduwe det. Kami kan banyak yang bukan
dari kalangan menengah ke atas. Kami gak kerja sehari ya
besok ndak punya uang.
Peneliti : Harapannya untuk pembinaan ini apa mas?
Narasumber : “Harapanya ya istiqamah always..hehehe
181
REFLEKSI:
Dari wawancara dengan Bapak Asep Hariyadi peneliti menyimpulkan
bahwa dahulunya Bapak adalah preman yang ‘amburadul’ kelakukannya.
Alasan beliau mengikuti pembinaan ini dengan becanda beliau mengatakan
bosan nakal. Pribadinya yang ramah sebenarnya tidak terkesan bahwa dia
adalah preman, namun karena lingkungannya yang sudah menjadi sarang
preman dia juga tak luput menjadi bagian salah satunya. Menurut beliau,
metode yang digunakan oleh Mualaf Center Magelang dalam membinanya
cukup berhasil membuatnya betah berada di dalamnya. Sayangnya, pekerjaan
lama yang ia tinggalkan membuatnya menjadi pengangguran dan menjadi
problem tersendiri bagi dirinya.
Pelajaran berharga peneliti dapatkan dari wawancara ini, bahwa orang
yang buruk dimasa lalunya berhak untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Meskipun cemoohan dari masyarakat yang meremehkan mereka, mereka
tidak ambil pusing. Mereka hanya bertekad menjadi lebih baik lagi sedikit
demi sedikit. Meskipun berbagai halangan mereka hadapi, namun semangat
mereka dalam menuntut ilmu agama patut di apresiasi, hal ini menjadi
motivasi bagi peneliti untuk mencontoh semangat mereka.
182
CATATAN HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Jum’at, 1 Mei 2020
Tempat : Rumah Bapak Marno
Pukul : 16.00-17.00 WIB
Nara Sumber : Bapak Hidayat Mustofa (Anggota komunitas preman)
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Peneliti : Sejak kapan mas mengikuti pembinaan ini?
Narasumber : “Ikut dari awal, dari 2 tahun lalu juga.”
Peneliti :Apa motivasi mas sehingga ikut pembinaan ini?
Narasumber : “Pengen berubah jadi lebih baik lagi.”
Peneliti :Program apa saja yang mas ikuti?
Narasumber : “Ikut semua.”
Peneliti : Perubahan apa yang mas rasakan selama mengikuti
pembinaan?
Narasumber : “Ya akhlaknya/ tingkah laku jadi teratur ketimbang
kemarin.”
Peneliti : Bagaimana tanggapan masyarakat ketika tahu mas ikut
pembinaan ini?
Narasumber : “Banyak yang kontra juga. Banyak yang menyepelekan.
Halah meng opo kui. Paling tren. Dipandang sebelah mata
saja”.
183
Peneliti : Apa faktor pendukung mas dalam pembinaan ini?
Narasumber : “Dari hati/ diri sendiri ingin jadi lebih baik. Kalau
lingkungan biasa.”
Peneliti : Kalau yang menghambat?
Narasumber : “Pekerjaan sih mbak. Kadang kalau ada kajian benturan
sama kerjaan jadi gak bisa ikut. Tantangannya disitu ada
yang ketika hijrah itu benar-benar meninggalkan pekerjaan
lamanya. Yang dulu jual miras sekarang sudah enggak
yanjadi nganggur padahal ekonominya tidak mapan.”
Peneliti : Harapannya untuk pembinaan ini apa mas?
Narasumber : “Tambah anggotanya biar tambah semangat.”
REFLEKSI:
Wawancara dengan Bapak Hidayat Mustofa yang cenderung pendiam
membuat peneliti harus lebih aktif dalam bertanya. Meski demikian, dari
Bapak Hidayat peneliti mendapat informasi bahwa alasan beliau untuk
mengikuti pembinaan ini adalah dari dirinya sendiri yang ingin menjadi
pribadi yang lebih baik.
Hinaan dan cibiran juga datang kepada Bapak Hidayat yang dianggap
hanya mengikuti tren. Namun tak dihiraukan dan justru menjadi lecutan
semangat bagi beliau. Perubahan yang dialami setelah mengikuti pembinaan
adalah akhlaknya yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dengan dorongan
184
dirinya sendiri beliau berharap bahwa pembinaan ini bertambah anggotanya
dan bertambah semangatnya.
Faktor pekerjaan juga tak lepas menjadi kendala beliau dalam
mengikuti pembinaan ini. Menurutnya waktu pembinaan terkadang
bertabrakan dengan jadwal kerja beliau yang mengakibatkan beliau tidak bisa
mengikuti. Tai terlepas dari hal itu, ketika ada waktu senggang beliau selalu
hadir dalam berbagai kegiatan.
Hal di atas mencerminkan bahwa semangat perubahan untuk menjadi
lebih baik pada dasarnya ada dalam diri beliau. Namun karena dipaksa oleh
stu dan hal lain beliau terpaksa menjadi preman. Meskipun masih memakai
kalung dan bertindik namun beliau tidak minder untuk berubah menjadi lebih
baik. Hal tersebut menjadikan pelajaran bagi peneliti bahwa kita tidak boleh
menilai seseorang dari tampilan luarnya saja.
185
Lampiran 8 Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
PEMBINAAN KEAGAMAAN KEPADA KOMUNITAS PREMAN
(STUDI KASUS DI MUALAF CENTER MAGELANG
TAHUN 2019/2020)
No Data Yang diobservasi Lokasi
1. 1. Kondisi Mualaf Center Magelang
2. Fasilitas/ sarana prasarana Mualaf
Center Magelang
3. Kegiatan pembinaan keagamaan
kepada Komunitas Preman
4. Metode yang digunakan ketika
membina preman.
5. Materi pembinaan yang diajarkan.
6. Media yang digunakan ketika
kegiatan berlangsung.
7. Kondisi para preman ketika
pembinaan berlangsung
8. Interaksi antara pembina dan para
preman
1. Mualaf Center
Magelang
2. Rumah Ustadz Marno
(Tejosari, Magersari,
Magelang Selatan,
Magelang)
186
Lampiran 9 Catatan Hasil Observasi
CATATAN HASIL OBSERVASI
Hari/ Tanggal : Sabtu, 16 November 2019
Tempat : Mualaf Center Magelang
Pukul : 10.00-12.00 WIB
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Peneliti datang ke kantor Mualaf Center Magelang setelah sebelumnya
telah membuat janji dengan pembina Mualaf center. Setelah sampai disana
sambutan ramah dari pembina membuat peneliti merasa nyaman. Peneliti
kemudian melakukan wawancara dengan pembina sampai pukul 10.00.
Setelah itu peneliti dikenalkan dengan koordinator pembinaan preman untuk
selanjutnya bisa melakukan penelitian lebih mendalam.
Setelah mendapatkan nomer dari ustadz pembinaan preman yang
bernama Bapak Marno peneliti melanjutkan penelitian dengan mengamati
kondisi sekitar Mualaf Center Magelang dan mendokumentasikan beberapa
data yang dirasa penting dan informatif. Sembari berkeliling, pembina mualaf
center dengan penuh antusias menjelaskan setiap detail program dan kegiatan
yang dikerjakan oleh Mualaf Center. Setelah dirasa cukup peneliti berpamitan
dan membuat janji akan datang lagi ketika kegiatan pembinaan berlangsung.
187
REFLEKSI:
Dari hasil observasi peneliti menyimpulkan bahwa lokasi basecamp
atau kantor Mualaf Center Magelang masih terintergasi dengan rumah ketua
Mualaf Center Magelang yaitu Bapak Muhamad Asrori, S.Pd., M.Pd. Meski
dengan kondisi yang demikian, namun proses kegiatan di Mualaf Center
Magelang tetap berjalan meski belum maksimal. Dengan keramahan dari
Bapak Wahyu priyanto selaku pembina, peneliti merasa nyaman melakukan
penelitian dan mendapatkan informasi dengan cukup mudah.
188
CATATAN HASIL OBSERVASI
Hari/ Tanggal : Ahad, 23 Februari 2020
Tempat : Mualaf Center Magelang
Pukul : 19.00-20.00 WIB
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Setelah observasi pertama dan dikenalkan dengan Bapak Marno,
penelii membuat janji untuk ikut serta dalam beberapa program yang ada
dalam pembinaan tersebut, dan Bapak Marno menyarankan untuk datang
setiap ba’da Isya karena ada agenda rutinan mengaji al-Qur’an.
Peneliti datang sebelum sholat Isya agar bisa mengikuti Sholat Isya
berjamaah. Setelah sholat isya para preman tersebut membentuk lingkaran dan
membaca al-Qur’an satu persatu dan diberikan beberapa materi terkait dengan
membaca al-Qur’an yang baik dan benar. Terlihat mereka begitu antusias
mempelajari kalam ilahi tersebut. Beberapa preman sudah mulai lancar
membaca al-Qur’an dan kebanyakan masih terbata-bata. Namun dengan penuh
kesabaran Mualaf Center Magelang memberikan bimbingan. Setelah pukul
20.00 peneliti pamit dikarenakan waktu sudah malam.
189
REFLEKSI:
Berdasarkan observasi ketika melakukan kajian al-Qur’an, peneliti bisa
melihat betapa antusiasnya para preman belajar al-Qur’an dengan bimbingan
Bapak Marno. Meskipun banyak yang masih belum lancar dalam membaca,
namun Bapak Marno dengan penuh kesabaran tetap membimbing mereka
desilingi dengan becanda, namun esensi dari kajian al-Qur’an tetap bermakna.
Peneliti bisa melihat metode yang santai tapi serius ini jutru menjadi maggnet
bagi para preman untuk melakukan pembinaan.
190
CATATAN HASIL OBSERVASI
Hari/ Tanggal : Sabtu, 7 Maret 2020
Tempat : Rumah Mas Marno
Pukul : 19.00-20.00 WIB
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Peneliti kembali melakukan observasi setelah berkoordinasi dengan
pihak Mualaf Center Magelang. Kali ini peneliti mengikuti kegiatan yang
menjadi agenda rutin pembinaan keagamaan bagi preman yaitu acara NGOPI
(Ngobrol Perkara Iman) Peneliti datang pukul 19.00 dan langsung ikut
melaksanakan sholat isya. Setelah sholat Isya peneliti ikut bergabung dengan
komunitas preman tersebut.
Peneliti mengamati kegiatan yang dilakukan saat itu di rumah Bapak
Marno. Tidak berselang lama beberapa anggota komunitas preman mulai
berdatangan. Ada yang membawa camilan dan ada yang membawa teh dan
kopi beberapa renteng. Yang kemudian oleh Istri Bapak Marno langsung
diolah teh dan kopi tersebut dan beberapa camilan langsung diletakkan
dipiring. Setelah itu para anggota preman mulai nyamil dan mulai berdiskusi
perihal masalah mereka, kemudian lama-lama mereka mulai masuk dan
mendiskusikan perihal keagamaan. Diskusi mengalir bergitu saja bersama
kehangatan obrolan mereka dan peneliti pun mendokumentasikannya.
Terakhir mereka diberikan penjelasan perihal keagamaan oleh Ustadz Marno.
Kemudian, peneliti ijin pamit karena waktu sudah malam.
191
REFLEKSI:
Setelah melakukan observasi di agenda ngopi (ngonrol perkara iman)
peneliti bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya para preman ini begitu kritis
dan menghadapi berbagai persoalan dari pertanyaan yang mereka lontarkan.
Ustadz Marno yang menerima pertanyaan tersebut menjawab dengan santai
tapi mengena. Diskusi megalir begitu saja, sampai tidak terasa snack dan kopi
yang tersedia mulai menipis. Terlihat kehangatan dan kekeluargaan begitu
kental diantara mereka.
192
CATATAN HASIL OBSERVASI
Hari/ Tanggal : Ahad, 8 Maret 2020
Tempat : Rumah Mas Marno (Tejosari, Magersari, Kota
Magelang)
Pukul : 08.00-12.00 WIB
Fokus : Pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi komunitas
preman serta faktor penunjang dan penghambatnya
Setelah malamnya mengikuti agenda NGOPI dengan para preman,
paginya peneliti kembali mengikuti agenda di Mualaf Center Magelang. Kali
ini kegiatan yang diikuti adalah kegiatan insidental, yaitu kegiatan bedah
rumah di rumah Mas Marno.
Peneliti datang pukul 08.00 WIB dan beberapa anggota sudah mulai
berdatangan hadir. Mereka secara sukarela dan penuh semangat membantu
memperbaiki rumah mas Marno. Ada yang mengaduk semen, mengambil batu
bata, dan sebagainya Sementara itu saya membantu beberapa ibu yang
mmepersiapkan konsumsi bagi para pekerja. Pukul 12.00 WIB semua istirahat
dan melaksanakan Shalat Dhuhur setelah melakukan makan siang bersama.
Kehangatan dan persaudaraan diantara mereka sangat terasa. Karena mereka
baru berhenti pukul 16.00, peneliti langsung pamit setelah sholat Dhuhur dan
tidak mengikuti kegiatan bedah rumah sampai selesai.
193
REFLEKSI:
Observasi yang peneliti kali ini lakukan sedikit berbeda, karena ini
adalah kegiatan insidental dimana semua anggota preman mengikutinya.
Kegiatan bedah rumah Ustadz Marno yang kebetulan melakukan perbaikan
mendapat perhatian yang cukup serius dari para preman. Hal ini terbukti
dengan antusias para preman saat mengikutinya. Para preman terlihat tidak
canggung untuk bergabung bersama dengan pihak Mualaf Center Magelang.
Mereka saling bergotong royong. Terlihat tidak ada jarak diantara mereka.
Bahakan peneliti sendiri sulit mengenali mana yang anggota preman.
Kebersamaan saat makan siang dan sholat Dhuhur berjamaah membuat
keakraban dan ukhuwah Islamiyah mereka semakin terasa.
194
Lampiran 10 Dokumentasi
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Bapak Wahyu Priyanto (Pembina Mualaf Center
Magelang)
Wawancara dengan Bapak Muhammad Asrori, S.Pd., M.Pd (Ketua Mualaf
Center Magelang)
195
Wawancara dengan Bapak Marno (Ustadz pembina keagamaan komunitas
preman Mualaf Center Magelang)
Wawancara dengan Anggota Komunitas Preman Binaan Mualaf Center
Magelang
196
Kegiatan rutin harian, mengaji cara membaca al-Qur’an
Kegiatan rutin harian, mengaji cara membaca al-Qur’an
197
Kegiatan rutin mingguan NGOPI (Ngobrol perkara Iman)
Kegiatan rutin mingguan NGOPI (Ngobrol perkara Iman)
198
Kegiatan rutin mingguan Sedekah Jumat
Kegiatan rutin mingguan Sedekah Jumat
199
Kegiatan Bulanan Mengaji dengan Ustadz lokal
Kegiatan Tahunan Tabligh akbar
200
Kegiatan Tahunan Tabligh akbar Menghadirkan Artis Arie Untung
Kegiatan Tahunan Penyembelihan Hewan Qurban
201
Kegiatan Pengajian Menghadirkan Mantan Preman yang Hijrah
Kegiatan Insidental Bedah Rumah
202
Kegiatan Insidental Gatot (gerakan tilik orang sakit)
Kegiatan Insidental Peduli Bencana
203
Kegiatan Insidental Penyemprotan Desinfektan untuk Pencegahan Covid-19
Lokasi Basecamp Mualaf Center Magelang
204
Profil Mualaf Center Magelang
Struktur Organisasi Mualaf Center Magelang
205
Jadwal Konsumsi Kegiatan Ngopi (Ngobrol Perkara Iman)
Laporan Keuangan Pembinaan Preman Bulan April 2020
206
Data Anggota Komunitas Preman
1. Nama : Sumarno
Alamat : Tejosari Rt 06 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 08 Agustus 1981
2. Nama : Sumarno
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 06 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 18 juni 1976
3. Nama : Suhartono
Alamat : Tejosari Rt 06 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 18 Mei 1975
4. Nama : Supardi
Alamat : Tejosari Rt 07 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 04 April 1974
5. Nama : Asep Hariyadi
Alamat : Tejosari Rt 06 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 23 mei 1988
6. Nama : Hidayat Mustofa
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 12 Juni 1989
7. Nama : Wahyu Santosa
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 09 September 1993
207
8. Nama : Riyanto
Alamat : Tejosari Rt 07 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 14 April 1991
9. Nama : Slamet Wahyono
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 15 Maret 1983
10. Nama : Muhammad Irfan
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 12 September 1997
11. Nama : Ardian
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 15 Mei 1996
12. Nama : Joko riyanto
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 05 Januari 1987
13. Nama : Juwandi
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 10 Januari 1989
14. Nama : Tono Sutopo
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 03 Maret 1983
208
15. Nama : Feri Imam Saputra
Alamat : Tejosari Rt 06 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 05 Oktober 1997
16. Nama : Budi Purnomo
Alamat : Tejosari Rt 06 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 15 Desember 1985
17. Nama : Sudiono
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 08 Juni 1980
18. Nama : Wahyu Slamet Adii Indra Nugroho
Alamat : Tejosari Rt 05 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 17 Juni 1996
19. Nama : Ari Setiawan
Alamat : Tejosari Rt 06 Rw 07 Kelurahan Magersari Magelang
Tgl Lahir : 01 Januari 1987
209
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rina Budiyati
Tempat dan Tanggal lahir : Magelang, 1 Oktober 1994
Jenis kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Timoho 3/3, Sidorejo, Bandongan, Magelang, Jawa
Tengah
Riwayat Pendidikan:
1. BA Muhammadiyah Timoho Sidorejo (1999-2001)
2. MI Muhammadiyah Sidorejo Bandongan Magelang (2001-2007)
3. SMP Muhammadiyah Bandongan Magelang (2007-2010)
4. SMK Muhammadiyah Bandongan Magelang (2010-2013)
5. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga (2016-2020)
Riwayat Organisasi:
1. Bidang Keamanan Rumah Tahfidz Daarul Ilmi Salatiga.
2. Kabid Immawati PK Ahmad Dahlan IMM Kota Salatiga 2017.
3. Kabid Organisasi PK Ahmad Dahlan IMM Kota Salatiga 2018.
4. Sekbid Tabligh PC IMM Kota Salatiga 2019-2020.
5. Ketua Korps Instruktur PC IMM Kota Salatiga 2019-2020.
210
Sertifikat/ Penghargaan:
1. Juara 1 Pidato 3 Bahasa Feskar PAI IAIN Salatiga 2018
2. Juara 1 Pidato Bahasa Jawa Festival Budaya FUADAH IAIN Salatiga
2018
3. Juara 2 Orasi DEMA IAIN Salatiga 2019
4. Beasiswa DIPA prestasi 2016
5. Beasiswa Tahfidz 2017-2019
6. Beasiswa Baznas Jateng 2019-2020
7. Best delegates DAD IMM Kota Salatiga 2016.
8. Best delegates LID IMM Kota Magelang 2018.