Post on 10-Aug-2019
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM DUNIA PESANTREN
(Studi Pondok Pesantren Al-Qodir Wukirsari, Cangkringan
Sleman Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi
Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
Oleh:
Muh. Rian Azhar Habibie
11250015
Pembimbing:
Dr. H. Zainudin, M.Ag.
196608271999031001
PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTRAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2018
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu mempermudah
dalam peroses penulisan skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Keluarga tercinta, terkhusus kedua orang tuaku yang telah mendukung,
memperhatikan dan selalu mendoakanku setiap hari tanpa henti.
Untuk almamater tercinta dan seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan
Komunikasi dan teman-teman seluruh mahasiswa se-UIN Sunan Kalijaga
seperjuangan angkatan 2011, wabil khusus Prodi Ilmu Kesejahtraan Sosial
angkatan 2011 kalian adalah All The Best Forever My Best Friendsemoga kalian
selalu dalam perlindungan-Nya dan selalu diberi kemudahan dan kelancaran
dalam segala hal. Amin.
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Dunia Pesantren (Studi Pondok
Pesantren Al-Qodir Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta)”.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam jenjang perkuliahan sarjana strata 1 (S1) Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya penulis menyadari banyak terdapat
kekurangan yang terdapat dalam laporan ini. Baik dalam aspek kualitas maupun
aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Penulis juga menyadari
bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna memperbaiki
laporan ini agar menjadi lebih baik kedepannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengaturkan terima kasih
kepada:
viii
1. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi Asmin., M.A., Ph.D. selaku Rektor UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta beserta staffnya.
2. Ibu Dr. Nurjannah, M.Si. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
beserta staffnya.
3. Ibu Andayani, S.IP., MSW dan Ibu Siti Solechah, S.Sos.I., M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Prodi Kesejahtraan Sosial UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
4. Bapak Dr. H. Zainudin, M.Ag. yang telah membimbing saya menyelesaikan
skripsi ini. Dengan arahan, kritik dan saran yang telah diberikan dalam
menjawab kegelisahan penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh staff pengajar prodi Ilmu Kesejahtraan Sosial. Terima kasih atas
pelajaran yang diberikan selama ini.
6. Kepada semua guru-guru penulis, yang telah mengajarkan penulis membaca
dan menulis.
7. Kepada ayahnda dan ibunda tercinta, yang tengah berusaha menghidupi
buah kasihnya dengan berbagai cara, bermacam usaha dan doa. Kalian telah
mengajarkan arti hidup, dan menghadapi masa dengan ilmu pengetahuan.
Walau belum bisa mewujudkan harapan kalian, namun harapan itu tak akan
penulis sia-siakan.
8. Adikku tercinta, terima kasih atas semuanya. Baik dengan dukungan moril
maupun materil, kalian adalah saudara yang sangat aku banggakan.
ix
9. Teman-teman Prodi Ilmu Kesejahtraan Sosial angkatan 2011. Tanpa
kalian kuliah akan terasa hambar. Terima kasih atas canda, tawa dan
diskusinya serta gambaran masa depannya. Semoga kalian semua sukses.
10. Pondok Pesantren Al-Qodir Desa Tanjung, Kelurahan Wukirsari,
Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, terima ksih atas sambutan hangatnya
dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.
11. Masyarakat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari terima kasih atas
sambutan dan bantuanya dalam menyelesaikan sekripsi ini.
12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
tulisan ini, terima kasih atas dukungannya baik berupa dukungan moril
maupun materiil.
Diharapkan skripsi ini tidak hanya berakhir di ruang monaqosyah saja,
tentu masih banyak kekurangan yang membutuhkan kritik dan saran. Oleh
karena itu, demi kepentingan ilmu pengetahuan, penulis terbuka menerima
masukan serta kritikan. Semoga skripsi ini membawa kemaslahatan bagi kita,
terima kasih.
Yogyakarta, 27 April 2018
Penulis
x
ABSTRAK
Pondok pesantren yang merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang
berfungsi sebagai sumber nilai dan moralitas, tempat mendalami agama dan
sebagai filter untuk kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pondok pesantren
adalah lembaga pendidikan agama tertua yang sudah ada semenjak zaman wali
songo. Dan sudah sangat berperan aktif dalam pembentukan pribadi-pribadi yang
berprilaku sesuai kaidah agama islam. Dan juga keberadaan pondok pesantren di
tengah-tengah masyarakat juga secara tidak langsung akan berdampak pada
pemberdayaan masyarakat sekitar pondok pesantren tersebut. Begitu banyak
model-model pemberdayaan yang dapat diterapkan di masyarakat, seperti salah
satunya pemberdayaan masyarakat berbasis pondok pesantren. Pondok pesantren
pada hakekatnya adalah suatu lembaga yang mempunyai banyak fungsi, selain
sebagai lembaga penyiaran agama, pesantren juga mempunyai fungsi sebagi
penampung aspirasi masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al Qodir Desa Tanjung
Kelurahan Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana masyarakat dan pengelola
berpartisipasidan mencapai kemandirian melalui program pengembangan dari
berbagai sektor seperti sektor agama, ekonomi, lingkungan serta teknologi tepat
guna, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangannya. Subjek penelitian ini
adalah masyarakat sekitar Pondok Pesantren Al-Qodir yaitu masyarakat Desa
Tanjung Kelurahan Wukirsari. Metode penelitian adalah dengan metode kualitatif
dengan strategi studi kasus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Peran Pondok Pesantren Al-Qodir
dalam pemberdayaan masyarakat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari lebih kearah
pemberdayaan keagamaan, ekonomi, lingkungan dan sosial. Yang bertujuan untuk
membangkitkan kesadaraan masyarakat akan masalah yang ada dan
memecahkannya bersama. Tidak sedikit pihak-pihak yang membantu keberhasilan
pemberdayaan tersebut. Namun demikian ada beberapa faktor pendukung dan
penghambat yang menjadi kunci penting keberhasilan pemberdayaan masyarakat
yaitu Pondok Pesantren Al-Qodir melaui KH. Masrur Ahmad, para santri Pondok
Pesantren Al-Qodir, Masyarakat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari dan beberapa
pihak terkait yang ikut dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan.
Kata Kunci : Pemberdayaan masyarakat, pondok pesantren
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................... iii
HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7
F. Kerangka Teoritik ....................................................................... 9
G. Metodologi Penelitian ................................................................. 21
1. Lokasi Penelitian .................................................................. 21
2. Pendekatan Penelitian ........................................................... 22
3. Subyek Penelitian ................................................................. 22
4. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 23
5. Teknik Analisa Data ............................................................. 26
xii
6. Analisa Data ......................................................................... 26
H. Sistematika Penulisan ................................................................. 27
BAB II GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL QODIR
WUKIRSARI
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Salafiah Al-Qodir .............. 29
B. Keadaan Masyarakat Duwun Tanjung Kelurahan Wukirsari Kec.
Cangkringan Kab. Sleman Yogyakarta ....................................... 35
1. Letak Geografis dan Demigrafis ........................................... 35
2. Pendidikan ........................................................................... 36
3. Mata Pencaharian ................................................................. 38
4. Kondisi Sosial dan Budaya .................................................. 40
5. Bidang Agama ..................................................................... 41
C. Fasilitas dan Kegiatan Pondok Pesantren Al-Qodir ..................... 42
1. Masjid.................................................................................. 42
2. Aula ..................................................................................... 42
3. Kendaraan ............................................................................ 43
4. Ruang Kelas ........................................................................ 44
5. Kamar Santri ........................................................................ 44
6. Perpustakaan ........................................................................ 44
7. Alat Musik Gamelan ............................................................ 45
8. Sawah, Kolam, dan Kandang ternak ..................................... 45
9. Bengkel ............................................................................... 45
10. Warung Makan .................................................................... 46
11. Internet ................................................................................ 46
12. Lapangan ............................................................................. 46
BAB III PROGRAM PONDOK PESANTREN AL QODIR DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Intervensi Sosial Pondok Pesantren Al-Qodir Pada Masyarakat
Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari ............................................ 47
xiii
1. Fase Persiapan (Preparation) ............................................... 48
2. Fase Pengembangan Kontak (Contact Making) .................... 49
3. Fase Pengumpulan Data dan Informasi ................................ 50
4. Fase Perencanaan dan Analisis ............................................ 50
5. Fase Pelaksanaan (Implementing)......................................... 52
6. Fase Negosiasi (Negosiating) ............................................... 55
B. Pemberdayaan Masyarakat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari
Oleh Pondok Pesantren Al-Qodir ................................................. 56
1. Pemberdayaan Masyarakat Secara Umum ............................ 56
2. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren .................... 61
3. Aktivitas Pondok Pesantren Al-Qodir Dalam Pemberdayaan
Masyarakat .......................................................................... 71
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pemberdayaan Masyarakat .. 87
1. Pondok Pesantren Al-Qodir ................................................. 87
2. Santri Pondok Pesantren Al-Qodir ....................................... 88
3. Masyarakat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari .................. 89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 90
B. Saran-saran ................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 94
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1Pagelaran Pesta Rakyat Pondok Pesantren Al-Qodir ................... 53
Gambar 3.2Partisipasi Masyarakat dan Tokoh Masyarakat bersama Pondok
Mesantren Al-Qodir dalam pengambilan keputusan .................... 59
Gambar 3.3 Aktifitas Sholat Berjamaah di Pondok PesantrenAl-Qodir.......... 63
Gambar 3.4 Kegiatan Pengajian Akbar pada Akhirusannah Pondok
Pesantren Al-Qodir ..................................................................... 64
Gambar 3.5 Penanaman 175 ribu pohon di lereng Merapi ............................. 65
Gambar 3.6 Kolam Ikan dan Sawah Pondok Pesantren Al-Qodir .................. 67
Gambar 3.7 Salah satu peran GP (Gerakan Pemuda) Ansor pada Pondok
Pesantren Al-Qodir ..................................................................... 76
Gambar 3.8 Peternakan Pondok Pesantren Al-Qodir yang sebelum
dibongkar untuk dibangun tandon air .......................................... 78
Gambar 3.9 Salah satu truk pasir milik Pondok Pesantren Al-Qodir .............. 80
Gambar 3.10 Kegiatan Mujahadah Pondok Pesantren Al-Qodir .................... 84
Gambar 3.11 Pembangunan Kembali Jembatan dan Pipa Saluran Air ............ 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan bangsa ini terletak dari pembangunan nasional, yang pada
hakikatnya bertujuan mencari nilai tambah dari pada sumber daya manusia, agar
kehidupan hari esok lebih baik dari pada hari ini, baik kesejahteraan jasmani
maupun kesejahteraan rohani atau duniawi dan ukhrawi. Dalam era globalisasi
melalui budaya, ekonomi, dan persaingan teknologi yang begitu sekuler di negara-
negara maju. Pada dasarnya pesantren dibangun atas keinginan bersama dua
komonitas yang saling bertemu, yaitu komonitas masyarakat yang ingin
menbentuk wadah bagi anak-anak mereka untuk mencari ilmu, komonitas kiai
yang akan mengajarkan ilmu dan pengalamannya baik secara langsung di lembaga
pesantren ataupun secara tidak langsung dilkalangan masyarakat demi
menumbuhkan rasa nasionalisme bagi masyarakat secara umum.
Pemberdayaan masyarakat tentunya menjadikan masyarakat sebagai
subyek yaitu pelaku. Masyarakat yang melakukan kegiatan tersebut secara
mandiri untuk kepentingan pribadinya, karena dengan menempatkan masyarakat
sebagai subyek pemberdayaan, masyarakat dapat belajar dan mengetahui masalah
yang sedang dihadapinya. Awal proses dari pemberdayaan harus dimulai dengan
sebuah penyadaran kepada masyarakat. Kesadaran merupakan langkah awal
dalam melakukan pemberdayaan, seorang fasilitator harusnya terlebih dahulu
2
melakukan sebuah penyadaran kepada masyarakat dalam pemberdayaan yang
mereka lakukan, ketika masyarakat sudah sadar akan pentingnya kehidupan, maka
dibentuklah sebuah kelompok untuk merencanakan progam-progam sehingga
dapat diaplikasikan dan dapat menunjang kesejahteraan.
Strategi pemberdayaan tentunya juga diperlukan agar pemberdayaan
masyarakat menjadi lebih sempurna, dengan adanya strategi dalam pemberdayaan
masyarakat tentunya juga mempermudah para pekerja sosial dalam mendekati dan
melakukan penyadaran kepada masyarakat. Begitu banyak model-model
pemberdayaan yang dapat diterapkan di masyarakat, seperti salah satunya
pemberdayaan masyarakat berbasis pondok pesantren. Pondok pesantren pada
hakekatnya adalah suatu lembaga yang mempunyai banyak fungsi, selain sebagai
lembaga penyiaran agama, pesantren juga mempunyai fungsi sebagi lembaga
sosial.
Gambaran rinci mengenai fungsi pondok pesantren dikemukakan oleh Nur
Syam1. Menurutnya pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan
yang memerankan fungsi sebagai institusi sosial, sehingga fungsi pondok
pesantren dapat diperoleh sebagai berikut ; (1) sebagai sumber nilai dan moralitas,
(2) sebagai pendalaman nilai dan ajaran kagamaan, (3) sebagai pengendali-filter
bagi perkembangan moralitas dan kehidupan spiritual, (4) sebagai perantara
berbagai kepentingan yang timbul dan berkembang dalam masyarakat, dan (5)
1 Nur Syam, 2005. Kepemimpinan dalam pengembangan Pondok pesantren, dalam A.
Halim dkk. (ed.), Manajemen Pesantren, Yogyakarta : Pustaka Pesantren. Hlm: 39.
3
sebagai praksis dalam kehidupan. Dalam tulisan lain, Nur Syam juga
menyebutkan fungsi pesantren sebagai pemberdayaan masyarakat.2
Pesantren dengan semangat pemberdayaan merupakan salah satu contoh
konkrit dimana pesantren tidak hanya mengembangkan ilmu tentang keislaman
saja, akan tetapi pesantren juga juga merupakan lembaga yang bergerak diranah
sosial dengan melalui pemberdayaan masyarakat sekitar. Kehadiran pesantren di
tengah-tengah masyarakat tentunya menjadi sebuah trobosan baru dalam model
pemberdayaan, karena masyarakat selain diajarkan bagaimana bekerja keras
dalam hal duniawi juga diberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai masalah
keagamaan.
Keterlibatan lembaga pesantren secara aktif dalam pemberdayaan
masyarakat, merupakan wujud dari komitmen pesantren terhadap masyarakat
sekitar dalam peningkatan masyarakat baik secara individu maupun secara
kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai tingkat sumber daya yang
optimum, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan mutu masyarakat yang
bertumpu pada kemandirian. Dari Semua hal tersebut menunjukan bahwa
kehadiran pesantren betul-betul memberikan “berkah” terhadap masyarakat
sekitar.
Berdasarkan fakta bahwa lembaga pondok pesantren di Indonesia telah
memberikan peran penting sebagai lembaga yang berfungsi menyebarkan agama
Islam dean mengadakan perubahan-perubahan dalam msyarakat kearah yang lebih
2 Nur Syam, Kepemimpinan dalam pengembangan Pondok pesantren, dalam A. Halim
dkk. (ed.), Manajemen Pesantren, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2005), hlm. 78-79.
4
baik (tafakkuh fiddin). Maka haruslah dipahami bahwa pondok pesantren sebagai
wahana pengkaderan santri. Wahana yang melahirkan sumber daya manusia yang
handal dengan sejumlah predikat yang menyertainya seperti, ikhlas, mandiri,
penuh perjuangan dan heroik, tabah serta mendahulukan kepentingan masyarakat
yang ada disekitarnya. Semua predikat baik ini, juga diuji oleh zaman yang
sedang berkembang maju dengan segenap tantangannya.3
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tertua di indonesia. Kiai,
santri, pondok, masjid, dan kitab-kitab klasik islam menjadi unsur utama dalam
sebuah pesantren. Globalisasi dengan perwira industri, tehnologi kian
menghantam sistem pendidikan di indonesia terutama tantangan bagi pesantren-
pesantren yang harus memberi nilai tambah kepada masyarakat demi
menumbuhkan nilai-nilai agama maupun nilai-nalia nasinalisme. Dalam hal ini
pesantren harus ikut andil dan merangsang jiwa masyarakat dalam meralisasikan
dan menginternalisasi nilai-nilai keagamaan dalam konteks kebangsaan yang
homogen.
Pesantren mengambangkan beberapa peran, utamanya sebagai lembaga
pendidikan, jika ada lembaga pendidikan islam yang sekaligus juga memainkan
peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan,
pengembangan masyarakat dan sekaligus simpul budaya, maka itulah pondok
pesantren.4 Kiai, santri, pesantren dan ajaran islam meiliki kekauatan kreatif dan
aktif membentuk dan mengubah struktur sosial, institusi tradisi dan lingkungan
3 Djamaluddin. Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001).
Hlm.100. 4 Diam Nafi’, dkk. Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta. PT L-kis Pelangi
Aksara, 2007). Hlm.11.
5
sekitarnya. Tesis Clifford Geertz bahwa kiai hanya berperan sebagai kultural
broker (makelar budaya) yang secara politis tidak mempunyai pengalaman dan
keahlian memimpin kehidupan masyarakat modern sekarang banyak digugat ahli.
Pondok Pesantren Al Qodir yang berada di Dusun Tanjung Desa
Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pesantren Al Qodir yang didirikan oleh KH Masrur Ahmad
MZ ini, tidak lain adalah untuk ikut menyebarluaskan ajaran Islam sebagai agama
yang rahmatan lil’alamin. Pendirian Pesantren Al Qodir dirintis sejak tahun
1980an. Namun pembangunan gedung-gedungnya yang menjadi asrama para
santri, masjid dan fasilitas-fasilitas lain, mulai diupayakan dari tahun 1990
berbarengan dengan mulai datangnya sejumlah santri ke Al Qodir. Meski sudah
menerima santri sejak tahun 1990 dan proses belajar mengajar berjalan, namun
secara resmi Pondok Pesantren Al Qodir berdiri pada tahun 1998 dengan status
Yayasan yang dikukuhkan dengan akta notaris dan tercatat resmi di Departemen
Agama RI.
Pondok Pesantren Al Qodir memposisikan diri sebagai Pondok Pesantren
Salafiyah yaitu pesantren tradisional yang tetap mempertahankan serta
mengajarkan kitab-kitab klasik atau kitab kuning sebagai inti pendidikan di
pesantren. Meski memposisikan diri sebagai Pondok Pesantren Salafiyah yang
mengajarkan kitab-kitab klasik atau kitab kuning kepada para santrinya, Ponpes
Al Qodir juga merasa ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan karakter
dan moral masyarakat. Tidak heran jika santri yang datang ke Al Qodir, juga
6
banyak dari kalangan pecandu narkoba yang ingin sembuh. Atau, orang yang
mengalami gangguan jiwa untuk mengikuti terapi secara religi.
Alasan pemilihan tema Pemberdayaan Sosial Masyarakat Dalam Dunia
Pesantren di Pondok Pesantren Al Qodir karena melihat fenomena Pondok
Pesantren pada umumnya hanya mengajarkan dan mendalami bidang keagamaan
saja tanpa menakankan kepada bidang ilmu umum dan ketrampilan. Perbedaan
Pondok Pesantren Al Qodir dengan pondok pesantren pada umumnya adalah di
pondok pesantren tersebut selain mengajarkan ilmu agama juga menekankan
sebagai tempat rehabilitasi ketergantungan pada obat-obatan terlarang yang tidak
kesemuanya beragama Islam melainkan ada yang non muslim, tetapi tidak ada
perbedaan sedikitpun dalam hal pemberdayaannya juga melibatkan masyarakat
sekitar dalam kegiatan pemberdayaan. Alasan inilah yang dijadikan penulis dalam
memilih Pondok Pesantren Al Qodir untuk dijadikan tema dalam penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program pemberdayaan masyarakat berbasis pesantren di Pondok
Pesantren Al Qodir Cangkringan Sleman?
2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat di Pondok Pesantren Al Qodir
Cangkringan Sleman dalam pemberdayaan masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
1. Memahami program pemberdayaan masyarakat berbasis pesantren di Pondok
Pesantren Al Qodir Cangkringan Sleman?
7
2. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat di Pondok Pesantren Al
Qodir Cangkringan Sleman dalam pemberdayaan masyarakat?
D. Manfaat Penelitian
1. Dari hasil penelitian yang dibuat ini diharapkan dapat memberikan manfaat
akademis khasanah keilmuan bagi pengembangan ilmu di Dakwah Islam
khususnya dalam pemberdayaan sosial masyarakat berbasis Pondok pesantren.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
mengembangkan progam pemberdayaan dan menjadi bahan rujukan bagi
masyarakat sekitar tentang bagaimana mendirikan Pondok pesantren yang
sekaligus sebagai tempat pemberdayaan masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk mengetahui kebaharuan dan keaslian penelitian, maka perlu disajikan
beberapa hasil penelitian terdahulu yang fokus penelitiannya berkaitan dengan
penelitian ini. Beberapa penelitian itu adalah :
Skripsi Anwar Arif Wibowo yang berjudul Strategi Pondok pesantren
dalam Menumbuhkan Semangat Jiwa Kewirausahaan Masyarakat di desa
Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Kualitatif. Fokus penelitianya menjelaskan tentang bagaimana konsep
kewirausahaan Pondok pesantren Aswaja Lintang Songo, Bantul. Hasil
penelitianya adalah bahwa konsep kewirausahaan adalah kemampuan seseorang
8
komunitas masyarakat untuk berfikir kreatif dan inovatif. Selanjutnya pemikiran
tersebut diajadikan dasar untuk membaca menciptakan peluang yang ada, yaitu
dengan cara menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Skripsi Yuli Nur Khalid yang berjudul Proses Pendidikan Karakter Di
Pondok pesantren Islamic Studies Center ASWAJA Lintang Songo di desa
Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Kualitatif. Fokus penelitianya memaparkan tentang bagaimana wujud
pendidikan karakter santri di Pondok pesantren Islamic Studies Center Aswaja
Lintang Songo. Hasil penelitianya adalah bahwa wujud pendidikan karakter dan
akhlak santri dilakukan dalam proses pendidikan secara terus menerus dan
berkesinambungan antara tatap muka teoritik-literer dengan praktik keseharian
santri dalam lingkungan kondusif aplikatif.
Skripsi Mirza Maulana Al-Kautsari yang berjudul Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Pondok Pesantren (Studi Pondok Pesantren Aswaja Lintang
Desa Sitimulyo Piyungan Bantul). Penelitian dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Kualitatif. Fokus penelitianya memaparkan tentang bagaimana konsep
dan aktivitas di Pondok pesantren Islamic Studies Center Aswaja Lintang Songo.
Hasil dari penelitian ini menjabarkan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat di
Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo yaitu Syarat awal pemberdayaan paling
tidak tersedianya SDM (tenaga) dari masyarakat, pengembangan pemberdayaan
melalui kelompok dan Diklat, kemudian adanya kerja sama dari pihak lain sebagai
penguat kegiatan pemberdayaan.
9
Dari penelitian-penelitian tersebut, menunjukkan bahwa penelitian tentang
Pemberdayaan Masyarakat berbasis Pondok Pesantren masih layak untuk diteliti,
karena sejauh penelusuran penulis belum ditemukan hasil penelitian yang
membahas permasalahan ini. Dalam penelitian ini, lebih fokus pada penelitian
mengenai bagaimana konsep dan aktivitas pondok pesantren dalam pemberdayaan
masyarakat dan apa sajakah faktor pendukung dan penghambat pondok pesantren
dalam pemberdayaan masyarakat.
F. Kerangka Teoritik
1. Teori Intervensi Sosial
Intervensi sosial dapat diartikan sebagai cara atau strategi dalam
memberikan bantuan kepada masyarakat. Biasanya ruang lingkup intervensi
sosial ini ada pada bidang pekerjaan sosial dan juga kesejahteraan sosial.
Menurut Argyris (1970), Intervensi merupakan kegiatan yang mencoba masuk
ke dalam suatu sistem tata hubungan yang sedang berjalan, hadir berada di
antara orang-orang, kelompok ataupun suatu obyek dengan tujuan untuk
membantu mereka. Tujuan utama adanya intervensi sosial yakni untuk
memperbaiki fungsi sosial kelompok sasaran perubahan. Bila kondisi fungsi
sosial seseorang itu baik maka berimplikasi pula pada kondisi
kesejahteraannya. Sehingga intervensi sosial sendiri bisa dikatakan sebagai
upaya membantu masyarakat yang mengalami gangguan baik secara
internalnya maupun eksternalnya yang menyebabkan seseorang itu tidak dapat
menjalankan peran sosialnya sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.
10
Dalam intervensi sosial dikenal adanya empat sistem. Yang pertama
dikenal dengan Sistem Pelaksana Perubahan, yang mana sekelompok orang
memberikan bantuan berdasarkan keahlian yang beragam, bekerja dengan
sistem yang beragam pula dan secara profesional. Yang kedua ada Sistem
Klien, merupakan sistem yang meminta bantuan, memperoleh bantuan, dan
terlibat dalam pelayanan yang diberikan oleh Sistem Pelaksana Perubahan.
Selanjutnya ada Sistem Sasaran, yaitu orang-orang atau organisasi yang
berpengaruh dalam tercapainya tujuan dari perubahan. Dan yang terakhir
adalah Sistem Aksi, dimana orang-orang bersama dengan pelaksana perubahan
berupaya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga dapat tercapai
tujuan-tujuan perubahan.
Tahapan dalam intervensi sosial pada dasarnya merupakan salah satu
bentuk tahapan dalam Community Work. Tahapan-tahapan yang terjadi dalam
intervensi tentu saja bukan merupakan tahapan yang kaku dan harus
dilaksanakan tahap demi tahap secara urut, tetapi lebih merupakan tahapan
yang luwes.
a. Fase Persiapan (Preparation).
Tentu saja seorang community worker harus melakukan persiapan-
persiapan sebelum dia terjun pada suatu kelompok atau komunitas.
Setidaknya mereka harus mempunyai gambaran mengenai komunitas yang
akan mereka tangani, bagaimana keadaan sosial-geografisnya, sehingga
mereka tidak akan kebingungan lagi apa yang akan mereka lakukan
setibanya dilokasi karena sudah menyiapkan segala sesuatunya. Dasar-
11
dasar pengetahuan tentang komunitas yang akan dikunjungi bisa diperoleh
dari surat kabar, jurnal, buku-buku atau laporan penelitian yang ada. Tidak
ada salahnya seorang community worker menghubungi Lembaga Swadaya
Masyarakat atau organisasi non-pemerintah sejenis yang bergelut dibidang
yang akan ditangani oleh si community worker untuk memudahkan misi
mereka.
b. Fase Pengembangan Kontak dengan Komunitas (Contact-making)
merupakan fase selanjutnya yang penting karena disini para pekerja
komunitas harus mengembangkan relasi dengan komunitas yang lebih
bermakna. Maksudnya, dalam tahapan ini untuk menguji lagi apakah
hubungan mereka dengan komunitas sasaran dapat mengarah kepada relasi
yang konstruktif atau sebaliknya.
c. Pengumpulan Data dan Informasi (Data and Informationn Gathering).
Seorang tokoh Twelvetrees mengungkapkan bahwa ada dua bentuk
informasi yang dapat digunakan oleh para aktivis, yang pertama adalah
informasi baku adalah data-data yang dapat diperoleh dari berbagai
laporan resmi, baik yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah ataupun
organisasi non-pemerintah. Dan yang kedua adalah informasi lunak yang
diperoleh dari partisipan ataupun pihak-pihak yang terkait dengan masalah
yang sedang dibahas. Berbeda dengan informasi baku, informasi lunak
tentunya lebih bersifat subjetif karena tidak jarang banyak memunculkan
opini individual.
d. Perencanaan dan Analisis (Analysis and Planning).
12
Pada fase ini, aktivis serta partisipan menggunakan kelompok kerja
sebagai kelompok utama dalam menganalisis dan mengkaji pokok
permasalahan yang akan ataupun sedang mereka bahas. Setelah itu mereka
bisa menentukan tujuan khusus dari pergerakan yang akan mereka
lakukan. Karena mereka hanya fokus pada satu topik tertentu saja, maka
tidak heran bila mereka hanya akan memilih satu obyek.
e. Fase kelima ada Pelaksanaan (Implementing).
Pelaksanaan aksi komunitas sebagian besar merupakan aksi yang langsung
dan berkonfrontasi dengan pihak yang mereka identifikasikan sebagai
lawan mereka. misalnya, aksi unjuk rasa dari para pekerja Nike. Namun,
bagi mereka yang memilih pendekatan konsensus akan melakukan
pendekatan terlebih dahulu dengan pihak Dewan Perwakilan Rakyat atau
sejenisnya untuk menyampaikan tuntutan mereka.
f. Fase Negosiasi (Negotiating) yang merupakan kegiatan antara wakil-wakil
dari komunitas yang melakukan tuntutan dan wakil dari pihak yang
dituntut. Proses negosiasi bukanlah kegiatan yang gampang sehingga tidak
jarang dalam proses ini terjadi ketidak tercapainya kata sepakat bila
masing-masing pihak bersikeras dengan tuntutan yang mereka miliki.5
Dalam proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu
siklus yang terdiri atas 5 tahapan utama:
a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak
memberdayakan (recall depowering/empowering experiences);
5 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas, Pengembangan Masyarakat Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta, Rajawali Press, 2008. Hlm. 85
13
b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan
penidakberdayaan.
c. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (Identify one
problem or project)
d. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan
perubahan (identify useful power bases).
Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya
(develop and implement action plans).
2. Pemberdayaan Masyarakat
a. Definisi Pemberdayaan
Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau
iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).
Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama
sekali tanpa memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan
tetapi kadang-kadang mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih
belum diketahui secara eksplisit. Oleh karena itu daya harus digali dan
kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini berkembang maka
pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.
Pemberdayaan memiliki makna membangkitkan sumber daya,
kesempatan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk
14
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka6. Konsep
utama yang terkandung dalam pemberdayaan adalah bagaimana
memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan
sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya.
Pemberdayaan memberikan tekanan pada otonom pengambilan
keputusan dari suatu kelompok masyarakat. Penerapan aspek demokrasi
dan partisipasi dengan titik fokus pada lokalitas akan menjadi landasan
bagi upaya penguatan potensi lokal. Pada aras ini pemberdayaan
masyarakat juga difokuskan pada penguatan individu anggota masyarakat
beserta pranata-pranatanya. Pendekatan utama dalam konsep
pemberdayaan ini adalah menempatkan masyarakat tidak sekedar sebagai
obyek melainkan juga sebagai subyek.
b. Pemberdayaan Berbasis Pesantren
Menurut H.M Ya’kub mengungkapkan bahwa pengembangan
masyarakat itu sama seperti pemberdayaan masyarakat. Pengembangan
masyarakat adalah proses penyadaran masayarakat yang dilakukan secara
transpormatif, partisipatif dan berkesinambungan melalui peningkatan
kemampuan dan bertujuan untuk menangani berbagai persoalan hidup
supaya tercapai cita-cita yang diharapakan7.
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang
tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai
6 Suparjan dan Hempri, Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan sampai
Pemberdayaan, Yogyakarta: Aditya Media, 2003. Hlm : 43 7 Aziz Muslim, Metodologi Pengembangan Masyarakat, (Yogyakarta : UIN Sunan
Kalijaga, 2008), hlm. 3.
15
tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari
tempat asalnya. Kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi
awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka
artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai
gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tri (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-
baik. Sedangkan menurut Geertz pengertian pesantren diturunkan dari
bahasa India Shastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis,
maksudnya pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai
membaca dan menulis. Dia menganggap bahwa pesantren dimodifikasi
dari para Hindu. Pesantren pada hematnya bergeras sesuai tuntutan
zamannya ; kehadiran pesantern senantiasa dalam kerangka memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat secara kontekstual8.
Konsep pemberdayaan masyarakat berbasis pondok pesantren paling
tidak mencangkup tiga aktifitas penting. Pertama, berupaya membebaskan
dan menyadarkan masyarakat. Upaya ini bersifat subyektif dan memihak
kepada masyarakat dalam rangka menfasilitasi mereka dalam proses
penyadaran, kedua, menggerakan partisipasi dan etos swadaya masyarakat.
Pesantren perlu menciptakan suasana dan kesempatan yang
memungkinkan masyarakat mengidentifikasi massalahnya sendiri. Ketiga,
pesantren mendidik, memberikan pengetahuan serta keterampilan kepada
8 Imam Bawani, Ahmad Zaini, Pesantren Buruh Pabrik, pemberdayaan buruh pabrik
berbasis pendidikan pesantren, (Yogyakarta : LKiS, 2011), hlm. 54.
16
masyarakat sehingga masyarakat dapat berkarya dalam menunjang
kesejahteraan mereka.9
Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan sekaligus
lembaga sosial, disatu sisi memang harus berperan aktif didalam
mengawal perjalanan moral masyarakat namun disatu sisi juga mampu
berperan aktif dalam menjawab aneka macam kebutuhan masyarakat yang
belakangan ini semakin meningkat dan variatif.10
Pesantren seharusnya berpartisipasi dalam mengatasi problem
masyarakat seperti kemiskinan, kebodohan, kerusakan lingkungan,
ketebatasan sumber daya, minimnya sanitasi ligkungan dan sejenisnya.
Sehingga dari pendapat para ahli terkait pemberdayaan masyarakat
berbasis pesantren yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat berbasis pesantren
merupakan suatu tindakan yang dilakukan sebuah pondok pesantren dalam
menyadarkan masyarakat tentang masalah yang dialaminya sehingga dari
proses penyadaran itu dapat memunculkan sebuah aksi guna menunjang
keberdayaan masyarakat tersebut menuju kesejahteraan sosial bagi
masyarakat.
Jikalau dilihat dari proses-proses pemberdayaan dapat terbagi menjadi
3 aspek, pertama membebaskan masyarakat dan menyadarkan masyarakat.
Memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berfikir akan keadaan
yang dialaminya, menyadari apa yang kurang dan dibutuhkanya.
9 Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, hlm. 15 10 Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, hlm. 271
17
Kemudian aspek kedua mengidentifikasi masalah, setelah masyarakat
menyadari apa yang dirasakan kemudian masalah-masalah apa saja
diidentifikasi. Aspek ketiga aksi atau tindakan yang harus dilakukan guna
menyelesaikan masalah dan mendapatkan kesejahteraan hidup. Tentunya
aksi ini berwujud kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan
yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti peternakan,
perikanan, keterampilan, wiraswasta, koprasi, pengembangan desa wisata,
pengembangan budaya daerah, kesenian dan perkebunan.
c. Aktivitas Pondok Pesantren dalam Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan pondok pesantren merupakan sebuah bentuk pembelajaran
yang pentung bagi para peserta didik untuk mendapatkan pengalaman,
karena di pondok pesantren kita selalu diajarkan mengenai kemandirian
dengan melakukan berbagai aktivitas itu sendiri tanpa didampingi oleh
orang tua. Konsep penting yang perlu ada dalam berbagai aktivitas yang
dilakukan di pondok pesantren, paling tidak meliputi dua hal : Pertama,
pemberdayaan yang bersifat Tangible (berbentuk fisik) dapat dirasakan
secara langsung. Kedua, pemberdayaan yang bersifat Intangible (tidak
berbentuk) tidak dapat dirasakan secara langsung.11
Sebagai sebuah konsekuensi pondok pesantren dalam laju kehidupan
kemasyarakatan yang bergerak secara dinamis, di pondok pesantren, selain
berkembang aspek pokoknya yaitu pendidikan dan dakwah; juga
11 Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, hlm. 19
18
berkembang hampir semua aspek kemasyarakatan, terutama yang
berkaitan dengan ekonomi dan kebudayaan. Berikut beberapa contoh
aspek kehidupan kemasyarakatan yang berkembang di pondok pesantren :
Pendidikan agama dan pengajian kitab, pendidikan dakwah, pendidikan
formal, pendidikan seni, pendidikan kepramukaan, pendidikan olahraga
dan kesehatan, pendidikan keterampilan, pengembangan masyarakat dan
penyelenggaraan kegiatan sosial.12
Keberadaan pondok pesantren diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi para santri yang ikut mengaji karena di pondok pesantren para santri
mendapatkan banyak ilmu yang tidak dapat didapat dari sekolah lainya.
Pendidikan karakter dan kemandirian merupakan pendidikan yang sangat
bermanfaat di dalam kehiduoan setiap orang, dengan kegiatan bersama-
sama, saling bertoleransi, tolong menolong dan solidaritas merupakan
serangkaian pelajaran yang dapat diambil dari pendidikan di pondok
pesantren.
Pendidikan keterampilan dan kejuruan dikembangkan di pondok
pesantren untuk kepentingan dan kebutuhan para santri sebagai modal
untuk menjadi manusia yang bersemangat wiraswasta dan sekaligus
menunjang pembangunan masyarakat di lingkungan pondok pesantren.13
Pengembangan masyarakat di lingkungan pondok pesantren
diselenggarakan mengingat potensi dan pengaruh pondok pesantren yang
12 Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta : Diva
Jakarta, 2003), hlm. 21. 13 Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta : Diva Pustaka, 2004),
hlm. 64
19
luas dan dalam masyarakat. Selain itu keberadaan pondok pesantren
merupakan sebuah potensi yang cukup besar untuk melakukan
pengembangan masyarakat, karena melihat keberadaan yang terletak di
area masyarakat kebanyakan. Pondok pesantren merupakan sebuah
lembaga yang beraktivitas selama 24 jam, sehingga sudah pantas dan layak
keberadaan pondok pesantren dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat.14
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Soaial Masyarakat
Dalam Pondok Pesantren
Pondok pesantren lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam
pengkajian, pengajaran dan dakwah, dengan demikian diharapkan dalam
berbagai aktivitas dan dakwahnya dapat mengajak masyarakat untuk berprilaku
ramah lingkungan dan memperlakukan lingkungan sesuai dengan tuntunan
Al’Qur’an dan Hadits Nabi.
Faktor pendukung tentunya sangat menentukan dalam kesuksesan akan
suatu progam atau kegiatan, dengan adanya faktor pendukung progam-progam
yang sudah ada akan menjadi lebih matang dan berhasil. Selain itu faktor
pendukung juga dapat menjadi tolak ukur dimana suatu progam itu apakah
mendapat respon yang baik dari berbagai kalangan atau tidak.
Para pelaku pemberdayaan memberikan respon yang postif terhadap
progam pemberdayaan yang ada di pondok pesantren, adapaun indikator yang
dapat dikemukakan antara lain :
14 Manfred Ziemiek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Semarang : CV. Guna
Aksara, September 1986 ), hlm. 179.
20
a. Para santri, masyarakat dan ustadz menguasai berbagai masalah
pemberdayaan berikut dengan segala implikasi yang terkait.
b. Adanya partisipasi yang responsive dari berbagai kalangan dengan
mengikuti progam-progam yang dilaksanakan.
c. Para santi memliki intensif dalam melakukan proyek yang ada di kalangan
pondok pesantren.
d. Pesantren setidaknya mempunyai basis komunitas pendukung yang kokoh
dan solid (kental).
e. Terdapat tempat akses terhadap informasi terutama informasi yang terkait
berbagai model pemberdayaan dapat diperoleh dari buku-buku, surat kabar,
majalah, jurnal, kontak dan pertemuan tokoh-tokoh LSM.
f. Pesantren setidaknya mempunyai daya dorong (motivatif) yang kuat bagi
perkembangannya gagasan baru, eksperimentasi dan inovasi.
g. Adanya tuntutan para santri untuk mengadakan berbagai pelatihan yang
menunjang kepada pengembanga pondok pesantren baik pelatihan
managerial dan fisik.15
Namun satu hal yang perlu diperhatikan adalah tentang jumlah
penduduk yang berkekurangan begitu besar, tersebar di daerah pedesaan,
adat istiadat yang berbeda, permasalaan yang bermacam-macam, sehingga
dalam kondisi demikian tidak dapat diterapkan kebijakan sentral atau
pendekatan taknokratis.16
15 Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, hlm. 213 16 Sonhaji Saleh dan Muntaha Azhari, Dinamika Pesantren (Dampak Pesantren dalam
Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat), (Jakarta : P3M, 1988), hlm. 105.
21
Meminjam istilah Ismed Hadad dalam kondisi demikian lebih tepatnya
apabila dilakukan pendekatan yang mengajak ikut serta masyarakat dalam
proses pembangunan. Pendekatan ini dilakukan sejak melihat permasalahan
mereka sendiri, merencanakan kegiatan yang dipilih dalam mengatasi
masalah dan melihat hasil kerja yang dilakukan. Selain itu dengan adanya
faktor penghambat mempunyai manfaat dapat diketahuinya sisi-sisi
kelemahan progam yang terkait. Hal-hal yang menjadi faktor penghambat
biasanya dari segi dana, dukungan, seponsor, kehadiran anggota, pemerintah
atau instansi yang terkait.
Jadi jika dilihat dari peran pondok pesantren dalam pemberdayaan
masyarakat biasanya faktor penghambatnya dalam bidang respon
masayarakat sekitar akan hadirnya pondok pesantren sebagai alat untuk
melakukan perubahan sosial.
G. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al Qodir berlokasi di kaki
pegunungan merapi, tepatnya di Dusun Wukirsari, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan pemilihanya
Pondok Pesantren Al Qodir dari letak geografisnya cukup dekat dengan dengan
perkotaan, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
Disana meski memposisikan diri sebagai Pondok Pesantren Salafiyah yang
mengajarkan kitab-kitab klasik atau kitab kuning kepada para santrinya,
22
Ponpes Al Qodir juga merasa ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan
karakter dan moral masyarakat. Tidak heran jika santri yang datang ke Al
Qodir, juga banyak dari kalangan pecandu narkoba yang ingin sembuh. Atau,
orang yang mengalami gangguan jiwa untuk mengikuti terapi secara religi.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian tentang peran pondok pesantren dalam pemberdayaan
masyarakat ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini
menggunakan studi yang juga sering disebut dengan penelitian lapangan (fild
research). Penelitian studi adalah suatu penelitian yang dilakukan secara
intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala
tertentu. Ditinjau dari wilayah garapannya, maka penelitian kasus ini hanya
meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit, tetapi bila ditinjau dari sifat
penelitiannya, mempunyai kasus yang lebih mendalam.17
Menurut Bogdan dan Taylor dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif
menyatakan bahwa metodologi Penelitian Kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu yang
holistic. Individu atau oraganisasi tidak boleh diisolasikan dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari keseluruhan.18
3. Subyek Penelitian
Penelitian ini memilih informan yaitu KH. Masrur Ahmad MZ sebagai
Pengasuh Pondok Pesantern; santri serta masyarakat sekitar. Sedangkan
17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2006), hlm 142 18 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:Rosdakarya, 1990), hlm. 3.
23
informan merupakan orang yang digunakan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian
Cara pemilihan informan untuk kalangan santri diambil beberapa santri
yang senior dan untuk kalangan masyarakat diambil dari perwakilan kordinator
setiap kegiatanya. Sedangkan cara mendapatkan informasi adalah dengan
bertanya kepada informan kunci yaitu dimulai kepada pengurus pondok
pesantren mengenai kegiatan-kegiatan pemberdayaan apa yang dilakukan di
pondok pesantren dan bagaimana perkembangannya, kemudian untuk
menambah informasi dilakukan dengan bertanya kepada santri pondok
pesantren mengenai kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan para santri dalam
menunjang pemberdayaan masyrakat. Karena pemberdayaan ini terkait dengan
masyarakat maka peneliti juga menambah informan lagi yaitu masyarakat yang
terkait dalam kegiatan pemberdayaan dengan bertanya mengenai bagaimana
pasrtisipasi masyarakat dalam kegiatan pondok pesantren.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, diperlukan metode yang mampu mengungkap data sesuai dengan
pokok permasalahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi dan dokumentasi.19
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa
teknik, teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2006), Hlm. 26.
24
a. Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur artinya wawancara
yang dilakukan dengan sudah menetapkan kerangka pertanyaan yang akan
diajukan kepada Informan, sehingga pewawancaranya menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.27 Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan kepada :
1) Pengelola pondok pesantren
Wawancara dilakukan langsung kepada pengelola pondok pesantren
untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, wawancara kepada
pengelola untuk mendapatkan data mengenai peranan pondok
pesantren dalam pemberdayaan Masayarakat.
2) Santri pondok pesantren
Wawancara dilakukan kepada santri, guna mendapatkan data yang
valid dan akurat dalam hal, tanggapan para santri, kritik dan saran
terhadap pondok pesantren dalam proses pemberdayaan masayarakat.
3) Masyarakat sekitar
Wawancara kepada masyarakat, untuk mengetahui respon masyarakat
dan kegiatan-kegiatan yang membantu masyarakat dalam hal
pemberdayaan dan kesejahteraan social.
25
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notula rapat, leger, agenda, foto, dan lain sebagainya.20
Dokumentasi dalam peneletian ini mengambil dari profil pondok
pesantren, surat kabar, aganda, majalah dan foto.
Peneliti membuat dokumen dalam proses observasi dan wawancara
yang dilakukan di lapangan penelitian. Di dalam kegiatan observasi
peneliti mengabadikan dengan menggunakan Foto dalam mengamati
kondisi pondok pesantren dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat seperti tempat berkumpul masyarakat dan santri di setiap
kegiatan, proses pemberdayaan meliputi kegiatan yang dilakukan
masyarakat dan hasil dari kegiatan pondok pesantren dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk peternakan,
pekerbunan dan perikanan.
c. Observasi
Dalam penelitian ini menggunakan pengamatan nonpartisipan artinya
peneliti tidak telibat langsung dalam kegiatan yang mendalam hanya
sebagai pengamat Independen.21
Peneliti mengamati kondisi pondok pesantren dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat seperti tempat berkumpul masyarakat dan
santri di setiap kegiatan, proses pemberdayaan meliputi kegiatan yang
20 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Offiset, 1997), hlm. 28. 21 Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 109.
26
dilakukan masyarakat dan hasil dari kegiatan pondok pesantren dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk peternakan,
perkebunan, dan perikanan.
5. Teknik Analisa Data
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya, subjektifitas
penelitian merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat
penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi, mengandung
banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan tanpa kontrol dan
sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil
akurasi penelitian. Oleh karena itu dibutuhkan kredibilitas atau tingkat
kepercayaan untuk menentukan kevaliditan data.
Cara memperoleh kredibilitas atau tingkat kepercayaan dalam
penelitian ini adalah dengan memperpanjang waktu tinggal dengan yang
diteliti, observasi secara tekun, dan menguji data dengan dengan
Triangulasi. Sedangkan Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Triangulasi sumber, metode dan teori yaitu22
a. Membandingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi.
c. Membandingkan hasil dokumentasi dengan pengamatan.
6. Analisis Data
Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu
22 Lexy J.Moleong, Metode penelitian kualitatif, hlm. 33.
27
menyangkut tiga tahap dalam penelitian yang bersamaan (1) reduksi data (2)
penyajian data (3) penarikan kesimpulan.23 Dalam penelitian ini melakukan
tiga langkah tersebut kemudian menarik kesimpulan tentang konsepm
pemberdayaan masyarakat berbasis pondok pesantren.
Analisis data dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian
lapangan. Tahap pertama, yaitu reduksi data adalah proses yang dilakukan
selama penelitian berlangsung dengan cara pemilihan, Kedua yaitu
penyajian data adalah sekumpul informasi yang tersusun, memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan yaitu membuat proposisi
yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan
penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang
terhadap data.
H. Sistematika Penulisan
Agar mendapat gambaran yang sistematis dan konsisten secara utuh, maka
pembahasan dari skripsi ini akan dibagi per bab yang masing-masing berisi sub-
bab. Bab-bab tersebut berisi tentang uraian dengan fokus yang berbeda-beda,
tetapi mempunyai susunan yang teratur sehingga mampu terbaca secara mudah
dan sistematik mulai dari bab pertama yang membahas tentang pendahuluan
sampai bab kelima yaitu penutup. Berikut uraian rincinya :
23 Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian kualitatif, hlm 209.
28
Bab I. merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini dibahas latar belakang
penelitian ini, disertai rumusan masalah yang hendak diteliti. Bab ini juga
memuat metode yang akan digunakan peneliti dalam meneliti obyek
penelitian, disertai dengan Kajian Pustaka serta sistematika pembahasan.
Bab ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang
penelitian ini.
Bab II. merupakan bab yang mendeskripsikan tentang gambaran umum Pondok
Pesantren Al-Qodir, letak geografisnya, sejarah berdiri dan
perkembangannya, Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Qodir. Bab ini juga
akan membahas struktur organisasi serta pengasuh, pengurus serta santri
Pondok Pesantren Al-Qodir yang dijadikan sebagai objek lokasi penelitian.
Bab III. merupakan bab yang akan mendeskripsikan implementasi konsep
pemberdayaan masyarakat berbasis Pesantren, pemberdayaan masayarakat
dan santri yang mengalami candu obat-obatan terlarang serta pertisipasi
dan tanggapan masyarakat. Dalam bab ini juga akan membahas faktor
pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan serta analisisnya.
Bab IV. merupakan bab penutup. Dalam bab penutup ini akan dikemukakan
tentang kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup.
90
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan dan menguraikan pokok-pokok yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian mengenai Pemberdayaan Sosial
Masyarakat Dalam Dunia Pondok Pesantren, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemberdayaan masyarakat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari dalam dunia
pesantren di Pondok Pesantren Al Qodir adalah dalam sebuah pemberdayaan
itu paling tidak meliputi tiga aspek ; pertama, masyarakat paling tidak
mempunyai SDM yang berkualitas. Kedua, dibentuknya kelompok
pemberdayaan masyarakat dengan diberikan sebuah pelatihan, jaringan, modal
dan ilmu pengetahuan. Ketiga, adanya hubungan kerja sama dengan pihak lain.
Jikalau di Pondok Pesantren Al Qodir ini sering bekerja sama dengan pihak
pemerintahan dan organisasi-organisasi tertentu di daerah Yogyakarta.
2. Aktivitas Pondok Pesantren Al Qodir dalam pemberdayaan masyarakat
meliputi kegiatan Keagamaan, Perekonomian, ketrampilan tanggap bencana
dan kepedulian sosial. Kegiatan keagamaan meliputi : pengajian, mujahadah
setiap malam Jum’at dari ba’da magrib sampai isya, tadarusan pada bulan
Rahmadhan. Kegiatan Perekonomian meliputi: penyewaan lahan milik
masyarakat dan kerja sama dalam memanfaatkan fasilitas pondok.
Keterampilan tanggap bencana meliputi: pelatihan simulasi bencana yang
91
diadakan oleh pemerintah untuk menanggulangi apabila terjadi erupsi merapi.
Kegiatan kepedulian sosial meliputi : pembangunan kembali jembataan dan
pipa saluran air yang rusak karena erupsi merapi dan bakti sosial pada waktu
evakuasi korban erupsi merapi.
Sedangkan apabila dikelompokan kegiatan pemberdayaan Pondok Pesantren
terhadap masyarakat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari ada dua jenis yaitu
yang bersifat tangible dan intangible, berikut penjelasannya
a. Tangible (dapat dirasakan secara langsung)
1) Pengadaan tandon dan pompa air.
2) Kerjasama Pondok Pesantren Al-Qodir dengan Masyarakat berupa
penyewaan lahan tanah dan pemanfaatan fasilitas pondok.
b. Intangible (tidak dapat dirasakan secara langsung)
1) Mujahadah setiap malam jumat.
2) Kegiatan tanggap bencana dan penanaman pohon.
3. Faktor Pendukung dari pemberdayaan masyarakat meliputi: sumber daya alam
merupakan faktor pendukung dari setiap kegiatan agribisnis. Sumber daya
manusia untuk menjalankan setiap kegiatan pemberdayaan yang berlangsung.
Adapun sumber daya alam yang menjadi faktor penting dalam keberhasilan
kegiatan agribisnis adalah tersedianya lahan yang luas, air untuk pengairan
yang berlimpah dan kondisi tanah yang masih subur. Sedangkan faktor sumber
daya manusia yang menjadi faktor pendukung penting adalah peran pondok
yang dari awal memang sudah melibatkan masyarakat, peran aktf masyarakat
92
dalam kegiatan tersebut dan juga santri yang menjadi daya dongrak
keberhasilan pemberdayaan masyarakat.
4. Faktor penghambat pemberdayaan masyarakat meliputi : tidak adanya program
pelatihan dari Pondok Pesantren Al-Qodir untuk meningkatkan kesadaran
masyarkaat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari akan pentingnya wirausaha,
kurangnya kekompakan para santri dalam mengikuti kegiatan pemberdayaan
yang berlangsung dan juga kurang aktifnya para santri dalam megemukakan
ide-ide yang inovatif, kurangnya kualitas sumber daya manusia masyarakat
Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari karena banyak yang hanya lulusan SLTA.
B. Saran-Saran
Berkenaan dengan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Pondok Pesantren
Al Qodir, maka saran yang perlu disampaikan sebagai berikut :
1. Perlunya diadakan pelatihan ketrampilan wirausaha oleh Pondok Pesantren Al-
Qodir untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya wirausaha.
2. Perlu diagendakan minimal setiap sebulan sekali antara Pondok Pesantren Al-
Qodir dengan Masyarakat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari untuk
membahas perencanaan kegiatan-kegiatan baru atau evalusi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan.
3. Pembuatan peta mengenai denah lokasi setiap unit kegiatan pemberdayaan,
sehingga memudahkan oleh pihak lain jikalau ingin melakukan sebuah
kunjungan di Pondok Pesantren Al Qodir.
93
4. Perlunya kerja sama antara Pondok Pesantren dengan pihak luar yang ahli
dalam masalah kewirausahaan agar dapat melakukan pelatihan terhadap
masyarakat Desa Tanjung Kelurahan Wukirsari.
94
DAFTAR PUSTAKA
Nur Syam, Kepemimpinan dalam pengembangan Pondok pesantren,
dalam A. Halim dkk. (ed.), Manajemen Pesantren, Yogyakarta : Pustaka
Pesantren. 2005
Djamaluddin, Teologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
2001
Diam Nafi’, dkk. Praksis Pembelajaran Pesantre. Yogyakarta : PT L-
kis Pelangi Aksara. 2007
Isbandi Rukminto Adi. Intervensi Komunitas, Pengembangan
Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali
Press. 2008
Suparjan dan Hempri. Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan
sampai Pemberdayaan, Yogyakarta : Aditya Media. 2003
Muslim, Aziz. Metodologi Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta :
UIN Sunan Kalijaga. 2008
Bawani, Imam dan Zaini,Ahmad. Pesantren Buruh Pabrik,
pemberdayaan buruh pabrik berbasis pendidikan pesantren. Yogyakarta :
LkiS. 2011
Zubaedi. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. 2011
Departemen Agama RI. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniya.
Jakarta : Diva Jakarta. 2003
Masyhud, Sulthon. Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta : Diva
Pustaka. 2004
Ziemiek, Manfred. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Semarang : CV.
Guna Aksara. 1986
Saleh, Sonhaji dan Azhari, Muntaha. Dinamika Pesantren Dampak
Pesantren dalam Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat), Jakarta : P3M.
1988
95
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : Rineka Cipta. 2006
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya.
1990
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offiset. 1997
Basrowi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta. 2008
Efri S. Bahri. Pemberdayaan Masyarakat, Konsep dan Aplikasi,
Bandung, Kediri : FAM Publising. 2009
Kumpulan, Pengertian. “Pengertian Negosiasi” di
http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-negosiasi-
menurut-para-ahli.html di akses tanggal 22 Maret 2018
Tim Departemen Agama RI. Pola Pengembagan Pondok Pesantren.
Jakarta : Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2003
Cermin Hati, “Pengertian Mujahadah” di
https://chcerminhati.wordpress.com/2015/03/13/apa-itu-mujahadah-dan-
riyadhoh/ di akses tanggal 20 April 2018