Post on 27-Oct-2015
I. Istilah dan Panduan
I.1. Istilah-istilah
Dalam bidang kalibrasi ada banya akronim dan istilah yang perlu diketahui,
diantaranya :
- ISO, International Organization for Standardization
- BSN, Badan Standardisasi Nasional
- KAN, Komite Akreditasi Nasional
- Kalibrasi, adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai
yang ditunjukkan oleh instrumen pengukur atau sistem pengukuran, atau nilai
yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang
berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain
kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukan alat ukur dan bahan ukur (test block dll) dengan cara
membandingkan dengan standar (ketelitian dan akurasi yang lebih tinggi, red)
ukurnya yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk suatu ukuran
dan/atau international.
- Laboratorium uji, adalah sebuah laboratorium yang melakukan pengukuran,
pemeriksaan, pengujian, mengkalibrasi atau lainnya untuk menentukan
karakteristik atau unjuk kerja suatu material atau produk.
- Metoda Uji, adalah prosedur teknis tertentu yang digunakan untuk menentukan
satu atau lebih karakteristik yang spesifik dari suatu material atau produk.
- Material acuan, adalah sebuah material atau bahan yang bersifat memadai
digunakan untuk bahan kalibrasi pada suatu alat.
- Mutu atau Kualitas, adalah gambaran dan karakteristik yang menyeluruh dari
barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang ditentukan atau tersirat.
- Kebijakan Mutu, adalah keseluruhan maksud dan tujuan organisasi yang
berkaitan dengan mutu, yang secara formal dinyatakan oleh pimpinan puncak.
- Sistem Mutu, adalah merupakan struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur,
proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 1
- Ketidakpastian Pengukuran, adalah suatu taksiran yang mengkarakteristikkan
rentang nilai-nilai yang di dalamnya terdapat nilai yang sebenarnya dari besaran
ukur, taksiran tersebut bisa berupa simpangan baku atau kelipatannya.
- Metrology, adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengukuran.
- Kecermatan (akurasi), adalah kemampuan dari instrumen ukur untuk
memberikan indikasi pendekatan terhadap harga sebenarnya dari objek yang
diukur.
- Kepekaan (sensitivity), adalah perubahan pada reaksi alat ukur yang dibagi oleh
hubungan perubahan aksinya.
- Divisi, adalah pembagian skala, bagian-bagian terkecil dari suatu rentang ukur.
- Resolusi (Resolution), adalah harga atau skala yang paling berdekatan dari
besaran yang ditunjukkan.
- Besaran (Quantity), adalah sifat dari suatu gejala, benda atau bahan yang dapat
dibedakan secara kualitatif dan ditentukan secara kuantitatif.
- Nilai (value), adalah harga suatu besaran yang umumnya dinyatakan sebagai
suatu angka satuan ukuran.
- Nilai benar (true value) , adalah nilai yang konsisten dengan definisi besaran.
Catatan : nilai sebenarnya tidak dapat ditentukan dengan pengukuran, karena setiap
pengukuran memiliki ketidakpastian, lebih dari itu, definisi setiap besaran ukur
bersifat tidak sempurna, dan karena itu nilai sebenarnya merupakan besaran
hipotetik.
- Nilai Konvensional (conventional true value), adalah nilai yang diberikan pada
besaran tertentu dan diterima, kadang-kadang melalui kesepakatan, sebagai nilai
yang mempunyai ketidakpastian yang sesuai untuk tujuan tertentu.
Catatan : nilai ini mungkin diperoleh dari sejumlah pengukuran yang sengaja
dilakukan untuk menetapkan suatu nilai konvensional.
- Pengukuran (measurement), adalah serangkaian operasi yang bertujuan untuk
menetapkan nilai suatu besaran ukur.
- BMC (Best measurement capability), adalah kemampuan terbaik dari suatu alat ukur
yang dijadikan standar untuk pengukuran alat.
- Rentang Ukur (Range), adalah besar daerah ukur antara batas ukur bawah dan batas
ukur atas.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 2
- Koreksi adalah suatu harga yang ditambahkan sacara aljabar pada hasil pengukuran
untuk mengkompensasi penambahan kesalahan secara sistematik.
- Alat Ukur Standar (Reference), adalah standar ketelitan yang paling tinggi pada
urutan sistem kalibrasi.
- Alat Ukur Standar (Transfer), adalah alat ukur yang digunakan pada suatu sistem
kalibrasi sebagai medium perantara untuk memindahkan harga dasar dari Standard
Reference pada tingkatan yang lebih rendah.
- Standar Internasional, adalah yaitu :suatu standar yang ditetapkan oleh suatu
persetujuan internasional, sebagai dasar untuk menetapkan suatu harga atau besaran
bagi semua standar lain dari besaran yang ada.
- Standar Nasional, adalah standar yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah
sebagai dasar untuk menetapkan harga atau besaran dalam suatu negara untuk
semua standar lain dari besaran yang ada. (Sering merupakan sebagai standar
primer).
- Standar Primer, adalah standar yang mempunyai kualitas pengukuran paling
tinggi pada suatu besaran ukur tertentu.
- Standar Sekunder, adalah standar yang harganya tertentu dibandingkan dengan
standar primer.
- Standar Kerja, adalah standar yang berlaku terkalibrasi oleh standar reference dan
digunakan terus menerus untuk mengkalibrasi instrument ukur.
- Mampu Telusur (Traceability), adalah kemampuan untuk menghubungkan hasil
alat ukur tertentu dengan pengukuran pada standar nasional yang diterima sebagai
sistem pengukuran melalui suatu mata rantai tertentu.
- Ketelitian (Presisi), adalah kemampuan proses pengukuran untuk menunjukkan
hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dan identik.
- Selang Waktu Kalibrasi, adalah jarak waktu untuk kalibrasi ulang atau jarak waktu
antara kalibrasi pertama dengan kalibrasi berikutnya.
- Jenjang Kalibrasi, adalah tingkat kalibrasi yang berantai dimulai dari alat ukur
yang terendah sampai dengan yang tertinggi ketelitiannya.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 3
1.2. Panduan
Akurasi suatu instrument tidak sendirinya timbul dari suatu rancangan yang
baik, tetapi dipengaruhi oleh unjuk kerja (performance), stabilitas, kehandalan, dan
biaya yang tersedia.
Akurasi hanya timbul dari kalibrasi yang benar, artinya hasil pengukurannya
dapat ditelusur kembali ke standar nasional atau internasional.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa kalibrasi adalah serangkaian
kegiatan yang membentuk, hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen
pengukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan
nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dengan besaran yang dicek dalam
kondisi
tertentu.
Dengan kata lain kalibrasi adalah kegiatan yang menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standar ukurnya yang mampu tekusur ke standar nasional atau internasional
untuk satuan ukuran.
a. Dari hasil kalibrasi dapat diketahui kesalahan penunjukan instrumen ukur,
sistem pengukuran atau bahan ukur, atau pemberian nilai pada skala tertentu.
b. Suatu kalibrasi dapat juga menentukan sifat-sifat metrologi lain.
c. Hasil kalibrasi dapat dicatat dalam suatu dokumen, disebut sebagai sertifikat
kalibrasi atau laporan kalibrasi.
d. Hasil kalibrasi dapat dinyatakan sebagai suatu faktor kalibrasi, atau sebagai
suatu deret faktor kalibrasi dalam bentuk kurva kalibrasi.
1.2.1. Tujuan Kalibrasi
1. Menentukan deviasi dari kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrument
ukur.
2. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun
internasional.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 4
1.2.2. Manfaat Kalibrasi
Menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesifikasinya.
1.2.3. Perioda (Selang) Kalibrasi
Selang kalibrasi suatu alat tergantung pada karakteristik dan tujuan
pemakaiannya. Ditinjau dari segi karakteristiknya, makin tinggi kualitas metrologis
makin panjang selang kalibrasinya. Dan bila ditinjau dari tujuan pemakaiannya,
semakin kritis dampak hasil ukurnya semakin pendek selang kalibrasinya.
Jadi secara umum selang kalibrasi dipengaruhi oleh : jenis alat ukur, frekuensi
pemakaian dan pemeliharaan. Selang kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa
cara, yaitu :
1. Dinyatakan dalam waktu kalender.
2. Dinyatakan dalam waktu pemakaian.
3. Kombinasi cara pertama dan cara kedua.
Penetapan selang waktu ini berdasarkan kepada pengalaman dan Standard
Method. ( Lihat Jaminan Mutu Hasil Kalibrasi!).
1.2.4. Standar untuk Satuan Ukuran
Standar untuk satuan ukuran merupakan rujukan atau acuan yang digunakan
untuk mengkalibrasi standar untuk satuan ukuran lain yang tingkat akurasinya lebih
rendah atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur/memeriksa karakteristik
produk/proses. Oleh sebab itu, standar untuk satuan ukuran diklasifikasikan sebagai
berikut :
Tingkat 1 (Standar Nasional)
- Ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah berdasarkan Undang-Undang Metrologi
Legal Pasal 8, tahun 1981 dan atau oleh DSN (Dewan Standardisasi Nasional).
- Standar Nasional untuk satuan ukuran merupakan standar yang mempunyai
tingkat akurasi dan realibilitas tertinggi di Indonesia, dan merupakan standar
untuk satuan ukuran primer atau sekunder internasional.
- Mampu telusur secara lansung standar nasional untuk satuan ukuran ke
internasional yang didukung oleh dokumen resmi.
- Dikelola oleh lab. Standar Nasional untuk satuan ukuran.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 5
Tingkat II
- Merupakan turunan lansung dari standar untuk ukuran tingkat I dan mempunyai
kemampuan telusur lansung ke standar satuan ukuran tingat I secara
berkesinambungan.
- Digunakan secara lansung hanya untuk pembanding terhadap standar untuk
satuan ukuran tingkat III.
- Dikelola oleh Institusi Metrologi.
Tingkat III
- Merupakan turunan lansung dari standar untuk ukuran tingkat II dan mempunyai
kemampuan telusur lansung ke standar satuan ukuran tingat II secara
berkesinambungan.
- Digunakan secara lansung hanya untuk pembanding terhadap standar untuk
satuan ukuran tingkat IV.
- Dikelola oleh Pusat Kalibrasi
Tingkat IV
- Merupakan turunan lansung dari standar untuk ukuran tingkat III dan
mempunyai kemampuan telusur lansung ke standar satuan ukuran tingat III
secara berkesinambungan.
- Digunakan secara lansung hanya untuk pembanding terhadap standar Kerja
- Dikelola oleh Laboratorium
Standar Kerja
- Merupakan turunan lansung dari standar untuk ukuran tingkat IV dan
mempunyai kemampuan telusur lansung ke standar satuan ukuran tingat IV
secara berkesinambungan.
- Standar kerja sehari-hari lansung digunakan untuk menguji dan/atau
mengkalibrasi alat-alat ukur milik masyarakat.
Institusi Kalibrasi
a. Institusi Kalibrasi Eksternal.
Kalibrasi eksternal harus dilakukan oleh Instansi Teknik Pemerintah atau Swasta
yang berakreditasi untuk menjalankan kegiatan kalibrasi. Untuk membuktikan
kemampuan teknisnya, lab. kalibrasi harus mengikuti persyaratan yang ada di ISO
Guide 25 atau Pedoman DSN 01.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 6
b. Institusi Kalibrasi Internal
Kalibrasi yang dilakukan oleh institusi ini minimum harus mempunyai
1. Alat kalibrasi yang mampu telusur;
2. Mempunyai teknisi kalibrasi yang berkualifikasi;
3. Mempunyai metoda kalibrasi;
4. Secara umum mempunyai ruangan yang terkondisi, dan lingkungan yang
terjaga.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 7
II. Pengukuran Tekanan dan Kalibrasi Alat Ukurnya
II.1. Alat Ukur Tekanan
Alat ukur tekanan secara garis besar terbagi 2 (dua) jenis. Jenis pertama
adalah alat ukur tekanan yang mengukur secara langsung besaran tekanan dengan
cara keseimbangan gaya, jenis ini biasanya yang digunakan sebagai Standar Primer.
Contohnya Dead Weight Taster dan gelas pipa “U” yang berisi cairan standar. Jenis
kedua adalah alat ukur tekanan yang mengukur besaran tekanan secara tidak
langsung, jenis ini menggunakan sensor yang berupa bahan elastis, contohnya
Manometer, Pressure Transducer dan lain-lain.
II.2. Definisi Tekanan
Secara definisi Tekanan adalah gaya yang bekerja pada satu satuan unit luas,
sedangkan gaya adalah hasil perkalian antara Massa dengan percepatan gravitasi,
sehingga bila ditulis dalam bentuk rumus menjadi sebagai berikut :
P = F ……………………………………. (1a) A
= M.g …………………………………. (1b) A
Untuk gaya yang dihasilkan oleh massa suatu cairan, dalam persamaan (1b) M
= d.v, dan v = A.h.
Dengan demikian persamaan (1b) dapat dirubah menjadi sebagai berikut :
P = d . g . h ………………………… (1c)
Dengan :
P : Tekanan
F : Gaya
M : Massa
g : Gravitasi
A : Luas
d : Densitas Cairan
h : Tinggi Cairan
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 8
2.3.Satuan Tekanan
Sesuai dengan persamaan (1), dimensi dari satuan tekanan adalah Massa
(M), Percepatan (L/t²) dibagi luas (L²). Atau ML-1T-2. Namun dalam prakteknya
dimensi satuan terbagi dalam 3 macam yaitu :
a. ML-1T-2 Contohnya : Pascal (N/m²), bar
b. ML-2 Contohnya : PSI, Kg/cm²
c. L Contohnya : Cm Hg, Cm air, Cm Gasoline
Namun pada suatu konfrensi Internasional tentang berat dan massa yang
diadakan pada tahun 1971, sebagai satuan Internasional untuk tekanan diambil
“Pascal” sama dengan Newton per meter Kwadrat.
2.4.Manometer
Bourdon adalah salah satu sensor tekanan yang banyak sekali digunakan
terutama untuk tekanan sedang sampai tinggi, bentuknya dapat berupa spiral,
Helical atau C, yang paling sederhana adalah bentuk C.
Bila pada element sensor bourdon diberikan tekanan maka gaya akan
keseluruh arah, karena luas penampang bagian luar lebih besar dari pada luas
penampang bagian dalam, maka gaya yang bekerja kebagian luar lebih besar,
sehingga ujung bourdon akan bergerak ke arah luar, yang akan menggerakkan
Kwardan yang dihubungkan dengan jarum penunjuk.
Setiap alat ukur mempunyai kesalahan, begitu juga pada Manometer ada lima
type kesalahan yaitu :
a. Konstan x (p) = a
b. Linier x (p) = bp
c. Kwadratic x (p) = cp²
d. Komplek x (p) = a + bp + cp²
e. Acak x (p) = …………………
dimana :
x (p) : Kesalahan fungsi dari tekanan
P : Tekanan Pengukuran
a,b,c : Konstanta
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 9
Cara mengatasi kesalahan konstanta pada sebuah manometer yaitu dengan
cara merubah posisi “jarum penunjuk” pada posisi yang benar, sedangkan kesalahan
linier, mengatur besarnya penguatan dengan jalan merubah-ubah posisi “sekrup
ganda” dan untuk Kwadratic yang harus dirubah adalah sudut, dengan cara
mengatur panjangnya “batang pengatur sudut”
Untuk “kesalahan komplek” ketiga langkah diatas harus dilakukan dimulai
dari langkah mengatasi kesalahan kwadrat lalu linier dan terakhir baru posisi jarum
penunjuk, sedangkan untuk kesalahan acak tak ada yang dapat di lakukan untuk
memperbaiki kesalahannya. Selain kesalahan-kesalahan tersebut diatas ada satu lagi
parameter yang harus diperhatikan yaitu “hysteresis” yang dapat diketahui dengan
cara melakukan pengukuran naik (0 ke 100) dan turun (100 ke 0), Hysteresis ini
selain disebabkan oleh material bourdon, juga disebabkan oleh gaya gesek dari
komponen-komponen Manometer.
2.5.Dead Weight Tester
Dead Weight Tester dikenal pula dengan nama Pressure Balance atau Piston
Gage. Karena mulai bekerjanya alat ini pada saat terjadi keseimbangan gaya dan
komponen terpentingnya berupa sebuah piston-silinder. Pada dasarnya alat ini terdiri
dari tiga komponen yaitu :
a. Piston-silinder
b. Beban (Weight)
c. Pompa Penekan
Piston-silinder merupakan komponen terpenting dalam Dead Weight Tester,
terdiri dari piston yang dimasukkan ke dalam suatu silinder secara pas sekali,
sehingga fluida penghantar tidak dapat ke luar melalui rongganya, tapi piston dapat
bergerak secara bebas (gesekan kecil sekali) terhadap silinder. Untuk memperkecil
gesekan yang terjadi antara piston dengan silinder posisi Piston-silinder harus betul-
betul vertikal dan pada saat pengukuran piston selalu diputar.
Beban yang diletakkan di atas piston akan memberikan tekanan melalui
media penghantar yang besarnya berbanding terbalik dengan luas Piston-silinder,
sesuai dengan persamaan (1).
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 10
Untuk menghasilkan tekanan yang akurat, diperlukan kecepatan dalam
pengukuran massa beban, luas efektif Piston-silinder, semua faktor yang
mempengaruhi terhadap massa (gaya) beban antara lain:
Gaya Bouyancy : Gaya angkat ke atas yang diberikan oleh udara
F1 = -gM (du/db) ..................................(2)
dengan :
F1 : Gaya Bouyancy
M : Massa beban
du : Densitas udara
db : Densitas beban
Besarnya koreksi : M = ± df V ……………………………. (3)
dengan :
M : Koreksi Massa
Df : Densitas fluida
V : Volume fluida yang terdesak atau ikut pada bagian dasar Piston
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pada luas Piston-silinder antara lain :
a. Temperatur, penyebab terjadinya pemuaian atau penyusutan sistem Piston-
silinder, sehingga luas efektif Piston-silinder sebagai fungsi dari temperatur.
b. Tekanan, penyebab perubahan bentuk (deformasi) sistem Piston-silinder,
sehingga luas Piston-silinder fungsi dari temperatur dan tekanan :
A (t,p) = A (20,0) (1+ (α + β) (t – 20) (1 + λp) …………………….. (4)
Bila faktor-faktor koreksi diatas dimasukkan, maka persamaan (1b) menjadi :
Pe = g M (1 – du/db) ± df . V .............................. (5)
A(20,0) (1+ (α + β) (t – 20) (1 + λp)
Dengan :
Pe : Tekanan terkoreksi dari DWT
A(t,p) : Luas piston-silinder pada t c, dan tekanan p
A(20,0) : Luas piston-silinder pada O C, dan tekanan O
α + β : Koefisien muai piston, silinder
λ : Koefisien deformasi piston-silinder
P : Tekanan Pengukuran
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 11
Selain koreksi terhadap massa dan luas piston, masih memungkinkan adanya
koreksi pada saat dilakukan komparasi antara DWT yang disebabkan adanya
perbedaan level dasar kedua DWT. Besarnya koreksi :
∆P = df.g.h …………………………. (6)
dengan h : Beda level bagian dasar piston antara DWT.
Bila kedua DWT dikomparasikan, pada saat terjadi keseimbangan maka berlaku :
P1 = P2 + ∆P ……………………….. (7)
dengan :
P1 : Tekanan yang dihasilkan oleh DWT 1
P2 : Tekanan yang dihasilkan oleh DWT 2
∆P : Koreksi Tekanan karena beda level dasar piston
Dengan menggunakan pers, (5), (6), (7), maka luas efektif sistem piston-
silinder dari suatu DWT dapat dihitung dengan cara dikomparasikan / dikalibrasi
dengan DWT standar, sehingga tiap bebannya data diketahui niali tekanan.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 12
2.6.Traceability Alat Ukur Tekanan
Unit Dasar
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 13
Dead Weight TesterOli s/d 4000 Bar
(0.02 %)
DWT Oli 120 Bar(0.02 %)
DWT Oli 40 Bar(0.02 %)
DWT Oli stdLapangan(0.05 %)
Barometer stdLapangan
Barometer std
Massa, Panjang, Waktu
Interferometrics/d 1 Bar
Dead Weight TesterUdara s/d 25 Bar
(0.015 %)
DWT Oli 700 Bar(0.02 %)
Test gaugeOli
(0.1 %)
ManometerDigital(0.1 %)
Test gaugeUdara(0.1 %)
DWT UdaraStd lapangan
(0.05 %)
DWT Udara std
(0.03 %)
Manometer UHg/air std(0.03 %)
Manometer UHg/air stdLapangan(0.05 %)
INSTRUMEN TEKANAN YANG DIGUNAKAN DI LAPANGAN
III. Metode Kalibrasi Tekanan
III.1. Alat-alat yang digunakan
1. Comparison pump
2. Standar Test gauge 0-5 bar akurasi kelas 0,25
3. Liquid ( Oli/Water/Gas )
4. Kain Pembersih
5. Seal tape
6. Thermohygrometer
7. Kunci Pas
8. Kunci Inggris
9. Water Pass
10. Metal Rule
III.2. Perhitungan Ketidakpastian
Bersumber dari :
1. Ketidakpastian baku standard test gauge
U1 = Ketidakpastian Standard Test Gauge / k
V1 = 60
2. Ketidakpastian baku karena variasi temperature
Temperatur ruangan pengukuran bervariasi dalam limit 2°C dengan
asumsi
U2 (t) = (1/2 x 2°C)/(3)1/2 = 0,57735 °C (distribusi rectangular)
V2 = 1E+80
Ci = (23e – 6 °C^-1 * Tekanan Nominal)
3. Ketidakpastian baku dari variasi perbedaan level acuan
U3 = Ketidakpastian Standar ( Metal Rule)
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 14
Faktor Cakupan k
V3 = 60
Koefisien sensitifitas untuk komponen ini adalah pg tergantung media yang
digunakan dlm kalibrasi ( oil/ aquadest ), jika diketahui densitas oil tellus 37
= 872 kg/ m^3 dan densitas air = 998 kg/m^3, jika media yg digunakan oil
Ci = ( 800 kg/m^3 x 9.78 m /s^2 ) x Konversi Pa ke satuan yang digunakan
4. Ketidakpastian baku dari variasi percepatan gravitasi local
Jika variasi tersebut diasumsikan sebesar 25 ppm dengan distribusi
rectangular, maka:
U(g) = [{(1/2)x25 ppm} /(3)1/2] x 9,78 m/s2 = 0,000070581 m/s^2
V4 = 1E+80
Koefisien sensitifitas untuk komponen ini adalah P/g, sehingga pada titik
pengukuran 5 Bar diperoleh :
Ci = ( 5 Bar / 9.78 m/s^2)
5. Ketidakpastian readability
U5 = 1/5 x resolusi /(3)1/2
V5 = 1E+80
Ci = 1
Ketidakpastian hasil pengukuran diperoleh dengan :
Untuk readability memperhatikan Scale Interval (SI) alat yang dikalibrasi
sebagai berikut :
- SI < 1,25 mm, readability-nya adalah ½ resolusi
- 1,25 mm SI 2,5 mm , readability-nya adalah 1/5 resolusi
- SI 2,5 mm, readability-nya adalah 1/10 resolusi
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 15
6. Ketidakpastian repeatability
U6 = (½ X selisih pembacaan terbesar)/sqrt(3)
V6 = n – 1 = 2
Ci = 1
Ketidakpastian Gabungan : Uc = (ciUi)2
Derajat Kebebasan Efektif
Veff = (Uc)4/ (ciUi)4/Vi
dimana; ci = koefisien sensitifitas pada ketidakpastian ke-i
Uc = ketidakpastian gabungan
Ui = ketidakpastian individual ke-i
Vi = derajat kebebasan pada tingkat kepercayaan ke-i
Ketidakpastian Diperluas : U95 = ± k . Uc
3.3. Penyajian Laporan
Laporan diberikan kepada Manajer Teknis setelah diverifikasi oleh
Penyelia dengan lampiran data hasil Kalibrasi, data perhitungan ( Koreksi dan
Ketidak Pastian Kalibrasi ). Selanjutnya laporan disajjikan sesuai dengan aturan
yang didokumentasikan.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 16
IV. PENUTUP
Demikianlah Modul Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge ini
disusun sebagai bahan materi pelengkap bagi para peserta. Kami, dari Team
Teknis PT. Eldepe Kalibrasi Instrumenindo bermohon maaf apabila selama
dalam proses pelatihan banyak kekurangan.
Tidak lupa Kami sampaikan terima kasih atas partisipasi dari semua
pihak yang membantu terlaksananya pelatihan ini.
Sekian dari kami, Semoga Kerjasama ini bisa berlanjut. Terima kasih.
PT. Express Transindo Utama | Pelatihan Dasar Kalibrasi Pressure Gauge 17