Post on 30-Jan-2021
i
PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS
PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP NEGERI 1 PABELAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
M. MAHBUB
NIM. 111 13 189
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
iii
PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS
PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP NEGERI 1 PABELAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
M. MAHBUB
NIM. 111 13 189
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
iv
v
vi
vii
MOTTO
ْيلَِم (اْلَعالُِم يَْنتَفُِع بِِعْلِمِو َخْيٌر ِمْن اَْلِف َعابٍِد )َرَواهُ الدَّ
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian
dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang
beribadah atau ahli ibadah.
(H.R Ad-Dailami)
PERSEMBAHAN
viii
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Seluruh anggota keluarga, orang tuaku,kakak-kakakku dan adikku, yang telah
memotivasiku, memberi dukungan serta bantuan dan mendo’akanku
2. Bapak Dr. Fatchrrohman, M.Pd yang dengan sabar membimbingku dalam
penulisan skripsi
3. Semua dosen IAIN Salatiga yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku
4. Semua teman-teman dan sahabat-sahabatku
5. Guru-guru dan siswa-siswi SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang yang dengan
sabar mengajariku
6. Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, terimakasih atas
bantuannya
7. Calon istri yang solehah
KATA PENGANTAR
ix
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah memberikan
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Model Pelaksanaan Supervisi Klinis Guru Pendidikan Agama Islam
di SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/ 2018”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya
yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk membebaskan manusia dari
kejahiliahan dengan membawa agama islam.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak
yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. Nasafi, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dari semester awal hingga akhir.
5. Bapak Dr. Fatchrrohman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.
8. Semua anggota keluargaku ayah serta ibuku, dan anggota keluarga yang lain
yang telah menemani, membantu, dan memberikan motivasi kepada penulis.
x
ABSTRAK
Mahbub, M. 2017. Pelaksanaan Supervisi Klinis di SMP N 1 Pabelan Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program
xi
Studi Pendidikan Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr.
Fatchrrohman, M.Pd.
Kata Kunci: model pelaksanaan supervisi klinis, guru pai.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang
model pelaksanaan supervisi klinis di SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang. Pertanyaan
yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan supervisi
klinis pada guru pendidikan agama Islam di SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2017/2018? (2) Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis
pada guru pendidikan agama Islam di SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2017/2018? (3) Apakah upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam di SMP N 1 Pabelan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?.
Penelitian menggunakan metode kualitatif adalah penelitian tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis, pengumpulan data dilakukan
dengan mengadakan pengamatan, wawancara yang mendalam, dan dokumentasi. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sesuai dengan
analisis, maka yang dilakukan penulis adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan triangulasi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Pelaksanaan supervisi klinis pada guru
pendidikan agama Islam: SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang model yang dipakai
perkunjungan kelas dan pecakapan pribadi .(2) Kendala yang dihadipi dalam pelaksanaan
supervisi klinis pendidikan agama Islam SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang :kendala
untuk metode kunjungan kelas siswa dirasa terganggu oleh supervisor yang masuk ke
dalam kelas ketika proses belajar mengajar, kendala untuk metode percakapan pribadi
memakan banyak waktu. (3) Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala supervisi
klinis: SMP N 1 Pabelan Kabupaten Semarang upaya yang dilakukan untuk metode
perkunjungan kelas dengan melakukan pengamatan diluar kelas, upaya yang dilakukan
untuk metode percakapan pribadi guru yang di supervisi diajak untuk berdiskusi sesingkat
mungkin.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ................................................................................. iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi
MOTO …………………………………………………………………… ... vii
PERSEMBAHAN………………………………………… .......................... viii
KATA PENGANTAR………………………………………… ................... ix
ABSTRAK………………………………………… ..................................... xi
DAFTAR ISI………………………………………… .................................. xii
DAFTAR TABEL………………………………………… .......................... xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………… ..................... xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………… .................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................. 8
E. Definisi Operasional .................................................................... 8
F. Metode Penelitian ........................................................................ 12
G. Sistematika Penulisan .................................................................. 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan ............................................ 21
1. Pengertian Stupervisi Pendidikan ................................................ 21
2. Tujuan Supervisi Pendidikan ...................................................... 23
xiii
3. Fungsi Supervisi……………………… ....................................... 27
4. Prinsip-prinsip Supervisi……………………… .......................... 28
5. Macam-macam Supervisi……………………… ......................... 30
6. Teknik Supervisi……………………… ...................................... 34
7. Tipe-tipe Supervisi……………………… ................................... 41
B. Supervisi Klinis……………………….. ...................................... 43
1. Pengertian Supervisi Klinis……………………… ...................... 43
2. Tujuan Supervisi Klinis………………………............................ 45
3. Ciri-ciri Supervisi Klinis……………………… .......................... 47
4. Manfaat Supervisi Klinis……………………….......................... 49
5. Tahapan Supervisi Klinis……………………… ......................... 51
6. Bentuk-bentuk Supervisi Klinis……………………… ............... 54
C. Supervisi Pendidikan Agama Islam………………………… ..... 56
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP N 1 Pabelan……………. ...................... 60
1. Tinjauan Historis……………………… ...................................... 60
2. Visi dan Misi ................................................................................ 60
3. Letak Geografis ............................................................................ 61
4. Struktur Organisasi……………………....................................... 62
5. Ciri Khas dan Keunggulan…………………… ........................... 63
6. Data Sekolah……………………… ............................................ 64
7. Data Akreditasi………………………......................................... 65
8. Data Siswa Tahun 2017/2018……………………… .................. 65
9. Keadaan Guru dan Karyawan……………………… .................. 67
10. Fasilitas SMP N1 Pabelan……………………… ........................ 71
11. Kelebihan dan Kekurangan……………………… ...................... 77
B. Temuan Penelitian……………………… .................................... 77
1. Pelaksanaan Supervisi Klinis Guru PAI……………………… .. 77
2. Kendala Supervisi Klinis……………………….......................... 81
3. Upaya Supervisi Klinis……………………… ............................ 83
BAB IV PEMBAHASAN
xiv
A. Pelaksanaan Supervisi Klinis ...................................................... 86
B. Kendala Supervisi Klinis ............................................................. 103
C. Upaya Supervisi Klinis……………………… ............................ 108
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 114
B. Saran ............................................................................................ 115
C. Penutup……………………………………………………….. ... 116
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Riwayat Hidup Penulis
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Siswa ………………………………………………. 68
Tabel 3.2 Tenaga Pendidik dan Staf Karyawan……………………... 69
Tabel 3.3 Data Ruangan Kelas………………………………………… 74
Tabel 3.4 Jenis Ruangan ....................................................…………... 74
Tabel 3.5 Ruang Fasilitas .............................………………………… 76
Tabel 3.6 Jenis Buku ......................………………………………….. 76
Tabel 4.1 Aspek Supervisi Klinis …………………………………….. 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur SMP N 1 Pabelan…………………………………. 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 2 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 4 Lembar Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 5 RPP
Lampiran 6 Dokumentasi Foto Penelitian
Lampiran 7 Surat Keterangan Kegiatan
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini, tuntutan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
diri manusia sangatlah penting agar tidak tergeser oleh persaingan yang semakin lama
semakin kompleks, salah satuya dengan mendapatkan pendidikan yang benar sehingga
potensi manusia dapat berkembang secara maksimal. Pendidikan merupakan kegiatan
mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik peserta didik
(Sukmadinata, 2006:1). Hal ini mendorong lembaga-lembaga sekolah untuk selalu
berusaha meningkatkan mutu pendidikan agar lebih berkualitas dan dapat mengikuti
perkembangan zaman untuk mencetak para lulusan yang handal, berkualitas, kreatif
dan juga beriman dan bertakwa.
Kepribadian yang bermoral dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
haruslah tertanam dengan baik dalam diri anak didik, karena kemajuan yang tidak
dibarengi dengan kuatnya iman dan takwa maka dapat menyebabkan anak akan
terjerumus ke dalam hal-hal yang dapat merusak moral mereka seperti pergaulan
bebas, berhura-hura, melakukan aksi kerusakan, pencurian dan lainnya, hal yang itu
akan merusak dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam
sangatlah penting sebagai pendidikan mereka untuk memperkuat dan meningkatkan
iman dan takwa kepada Allah SWT.
2
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengharuskan
seseorang untuk belajar terus- menerus. Terlebih bagi seorang guru, yang bertugas
mendidik dan mengajar. Jika dalam melaksanakan tugasnya ia lengah sedikit saja
dalam belajar, maka ia akan ketinggalan dengan perkembangan, termasuk siswa yang
diajar. Oleh karna itu, kemampuan mengajar guru harus senantiasa ditingkatkan,
antara lain melalui supervisi pembelajaran (Imron, 2011: 1).
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ialah
melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas
sumberdaya pendidikan, guru merupakan komponen sumberdaya manusia yang harus
dibina dan dikembangkan terus menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan
melalui program pendidikan pra jabatan, maupun program dalam jabatan. Tidak
semua guru yang dididik dilembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified.
Potensi sumberdaya guru itu perlu terus menerus bertumbuh dan berkembang agar
dapat melakukan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2008: 1).
Keberhasilan suatu pendidikan didasarkan oleh banyak faktor yang
mendukung. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa terdiri dari
faktor internal (faktor dari dalam siswa) yaitu keadaan atau kondisi siswa, faktor
internal (faktor dari luar siswa), faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Muhibbin, 2004:132).
3
Dari faktor-faktor tersebut, faktor pendekatan pembelajaran sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang
berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta sebagai sumber
pendidikan (Sukmadinata, 2006:24). Interaksi antara peserta didik dengan para
pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi
pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan serta bimbingan. Oleh karena itu
hendaknya seorang guru harus menyadari bahwa tugas mengajar adalah sebuah
pekerjaan yang tidak sederhana dan mudah. Hal ini dikarenakan guru adalah seorang
yang mempunyai gagasan dan harus mewujudkan gagasan-gagasan tersebut untuk
kepentingan anak didik. Sehingga dapat menunjang hubungan sebaik-baiknya antara
guru dengan anak didik. Dalam mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang
menyangkut agama Islam, kebudayaan, dan keilmuan (Nurdin, 2002:8).
Guru adalah salah satu unsur penentu keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Tidak semua guru memahami seluk-beluk pelaksanaan kegiatan adanya
perkembangan dan kemajuan dunia pembelajaran yang belum diketahui oleh guru
tersebut. Guru yang demikian memerlukan bimbingan, pelayanan dan supervisor.
Kegiatan utama pendidikan di sekolah yakni bertujuan untuk mewujudkan
kegiatan pembelajaran. Seluruh aktifitas organisasi bermuara pada pencapaiaan
efesiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu tugas kepala sekolah sebagai
supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan
(Mulyasa, 2007:111).
Terkait dengan hal itu pemerintah juga mengeluarkan kebijakan sebagaimana
tertuang dalam undang-undang SIDIKNAS Bab XIX pasal 66 ayat 1 menyebutkan
4
“pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah
melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan
jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing” (UU RI no. 20 tahun
2003, 2006:111). Untuk itu, supervisor baik kepala sekolah maupun kantor pengawas
wilayah harus dapat berperan memberikan bantuan, motivasi kepada guru-guru
sebagai usaha peningkatan kualitas pengajaran dan pembinaan termasuk guru
pendidikan agama Islam. Idealnya supervisor harus bisa memberikan teladan bagi
bawahannya, menyuruh pada yang ma’ruf dan melarang pada yang mungkar, seperti
yang tercantum dalam Q.S Ali Imron ayat:104, Allah SWT berfirman yang berbunyi :
Artinya : Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh dari yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,
merekalah orang-orang yang beruntung. (Departemen Agama RI Al Qur’an dan
Terjemahnya, 1989:63).
Berdasarkan pernyataan itulah, maka seorang guru memerlukan
pembinaan(supervisi) secara berkala dan berkelanjutan. Fungsi dari adanya pengawas
pada semua jenjang pendidikan itu adalah menyuruh atau mengajak yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar. Namun dalam kenyataannya, penggunaan aspek
administratif lebih diutamakan, karena hal tersebut hanya membutuhkan waktu yang
singkat dibanding dengan aspek akademik. Kondisi tersebut terlihat dari peran
pengawas(supervisor) yang jarang bertatap muka dengan guru atau kadang-kadang
dalam mengadakan survei hanya melalui kunjungan kelas. Semua pengawasan itu
5
hanya menitik beratkan pada aspek administratif dalam pengelolaan mekanisme
kegiatan pendidikan yang dikelola oleh sekolah. Sedangkan upaya untuk memperbaiki
pembinaan pada aspek kurikulum, kegiatan ekstra dan evaluasi masih kurang
diperhatikan. Sehingga permasalahan dalam pengajaran yang dialami oleh guru, yakni
sebagian besar tidak diketahui oleh pengawas.
Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu
melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga pendidik. Pengawas dan pengendalian merupakan tindakan preventif untuk
mencegah agar para pendidik tidak melakukan penyimpangan dan lebih hati-hati
dalam melaksanakan pekerjaanya.
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga
kependidikanya khususnya adalah guru, itulah yang dinamakan supervisi klinis yang
bertujuan meningkatkan kemampuan profesional dan meningkatkan kualitas pembelajaran
yang melalui pembelajaran yang efektif (Mulyasa, 2007:112).
Apa yang telah diungkapkan sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala
sekolah yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Disamping itu
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam
pendidikan juga bergerak pesat sehingga menuntut penguasaan yang profesional. Menyadari
hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melakukan
pengembangan pendidikan secara terarah, terencana dan berkesinambungan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
Sebagai kegiatan pengawasan, supervisi pendidikan saat ini belum sesuai harapan.
Meski terbukti tetap dilakukan hingga saat ini, namun hasil dari supervisi ada yang justru
6
tidak mencerminkan gambaran informasi dan data yang sebenarnya. Supervisi telah
kehilangan ruhnya sebagai fungsi controling dan pembinaan terhadap guru di sekolah.
Supervisi yang apaadanya (natural) telah hilang dari budaya pendidikan. yang lazim
pelaksanaan. supervisi di sekolah sudah diketahui jauh-jauh hari sebelumnya. Dengan
demikian , tidak ada kejutan lagi dan terkesan sudah dipersiapkan.
Dari pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang model
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam dengan judul “PELAKSANAAN
SUPERVISI KLINIS PADA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 1 PABELAN KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul tersebut maka dapat diambil beberapa masalah pokok
yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, diantaranya:
1. Bagaimana pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam di
SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
2. Apa kendala dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan
agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/
2018.
3. Apa upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan supervisi
klinis pada guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab.
Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini diantaranya
adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama
Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan supervisi klinis
pada guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang
tahun pelajaran 2017/ 2018.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1
Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
8
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini ada dua:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan
pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan bagi penyusun pada
khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
2. Secara praktis, sepervisor dapat mengevaluasi kinerjanya dalam melakukan
bimbingan dan kegiatan sebagai supervisor yang menjadi tanggung jawabnya
sebagai supervisor, dapat memberikan bantuan dan dorongan agar semua
guru dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta meningkatkan
kreatifitasnya dalam mengajar. Sehingga guru dapat menemukan inovasi-
inovasi baru untuk menunjang pembelajaran yang kreatif.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pemahaman judul ini, maka penulis perlu
memberi pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam judul
penelitian ini:
1. Supervisi klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan,
pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang ketrampilan
mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang
rasional (Sahertian, 2008:36).
9
Supervisi klinis yang dimaksud di sini adalah supervisi yang di fokuskan
pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, yang
bertujuan mengadakan perubahan secara rasional.
Pengertian diatas supervisi klinis bisa diartikan sebagai salah satu bantuan
yang dilakukan oleh supervisor untuk meningkatkan kinerja guru dalam
mengajar dengan cara pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat
tentang bagaimana penampilan mengajar guru yang yang bertujuan untuk
melakukan perubahan atau mengembangkan metode pembelajaran.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan memiliki nilai yang setrategis dan urgen dalam pembentukan
karakter- karakter suatu bangsa. Pendidikan juga berupaya untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa tersebut. Sebab dengan melalui pendidikan akan
diwariskan nilai- nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa tersebut, karena itu
pendidikan tidak hanya berfungsi untuk how to know, dan how to do, tetapi
yang amat penting adalah how to be, dan untuk mewujudkan how to be maka
diperlukan transfer budaya dan kultur yang luhur (putra, 2004:10).
Secara komprehensif dimaklumi bahwa pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai- nilai ajaran Islam yang terdapat
dalam al- Qur’an dan al- Hadist, dan pendidikan Islam adalah pendidikan yang
bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan
seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani, serta
menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah,
manusia dan alam semesta (Daulai, 2004:153).
10
Hubungan yang harmonis antara Allah, manusia dan alam semesta ini
akan selalu terjalin manakala manusia dapat mengembangkan secara benar dari
potensi- potensi yang telah dimilikinya. Dan melalui ilmu pengetahuan serta
pendidikan yang baik dan benar manusia dapat meraih potensi yang berkualitas
tersebut.
Di atas telah dikemukakan bahwa tujuan yang paling mendasar dari
pendidikan Agama Islam adalah membentuk pribadi muslim seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun
rohani, serta menumbuh suburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi
dengan Allah, manusia dan alam semesta (putra, 2004:31).
Potensi jasmaniah manusia adalah yang berkenaa dengan seluruh organ
fisik manusia. Sedangkan potensi rohaniah manusia itu meliputi kekuatan yang
terdapat di dalam batin manusia yaitu akal, hati atau qalbu, nafsu, roh dan
fitrah.
Pendidikan Agama Islam adalah segala usaha memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma
Islam (Achmadi, 1992:20).
Pendidikan agama Islam adalah usaha bimbingan dan usaha terhadap
anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikan sebagai pandangan
hidup,usaha- usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak
didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairani, 1983: 27).
11
Dimaksudkan dalam penelitian ini adalah bagaimana supervisor memberi atau
bimbingan kepada guru pendidikan agama Islam untuk selalu berinovasi dan
kreatif dalam mendidik siswa.
Guru bidang studi agama Islam yang dimaksudkan dalam penelitian adalah,
seorang pendidik yang mengajar dalam bidang agama Islam, antara lain: aqidah
ahlak, alqur’an hadist, sejarah keislaman dan fiqih. Yang dimaksudkan penulis
dalam penelitian ini adalah bagaimana supervisor memberikan wacana atau
bimbingan kepada guru- guru mata pelajaran agama Islam untuk selalu
berinovasi dan kreatif dalam mendidik siswa di SMP N 1 Pabelan.
F. Metode penelitian
Metode penelitian merupakan ilmu yang membahas metode ilmiah dalam
proses penelitian (Suprayogo dan Tobroni, 2003: 7). Untuk mendapat hasil
penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian ini akan
digunakan tahap-tahap berikut:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian yang
ditunjukkan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap kepercayaan, pemikiran orang secara individu maupun
secara kelompok. Pemilihan penggunaan pendekatan penelitian kualitatif
dalam penelitian ini didasarkan pada fenomena kasus yang akan diteliti yaitu
pelaksanaan supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan merupakan salah satu
kegiatan supervisor guna menjadikan memantapkan profesionalisme seorang
guru. Hal ini bersesuaian dengan pengertian penelitian kualitatif yaitu proses
12
penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metologi yang menyelidiki suatu
fenomena sosial dan masalah manusia (Iskandar, 2009:11).
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini termasuk pada jenis
fenomenologi yaitu penelitian yang berorientasi untuk memahami, menggali,
dan menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena dan
hubungan dengan orang-orang tertentu, sehingga dalam metode penelitian
kualitatif ini terdapat beberapa jenis yang dapat dilakukan sesuai masalahnya,
maka penelitian ini di lakukan dengan menggunakan pendekatan
fenomenologi.
Jenis penelitian kualitatif (Meleong, 2008: 6) menyatakan, penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek peneliti, misalnya: perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain- lain. Secara historik, dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan manfaat berbagai metode ilmiah.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting.
Karena penelitian harus melakukan pengamatan sekaligus terjun
langsung di lapangan untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk
menunjang penelitiannya. Maka, peneliti akan melakukan penelitian
langsung di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/
2018.
13
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis di SMP Negeri 1 Pabelan Kab.
Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
4. Sumber Data
Sumber data adalah subjek yang akan diteliti. Subjek penelitian
adalah orang atau siapa saja yang menjadi sumber penelitian
(Achmadsuhaidi, 2015:2)
a. Data primer
Data primer adalah data dari sumber utama data yang diperoleh dari
kepala sekolah sebagai supervisor di SMP Negeri 1 Pabelan Kab.
Semarang. Pelaksanaan supervisi klinis, kendala yang ditemui dan
upaya mengatasinya.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data tambahan untuk menunjang penelitian.
Data sekunder yang diperoleh dari waka kurikulum, guru agama
SMP, dan data dokumentasi.
5. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan beberapa metode
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode observasi
Observasi adalah metode dengan pengamatan yang dilakukan
secara sistematis dan objektif dalam kondisi yang didefinisikan
14
secara tepat dan hasilnya dicatat secara hati-hati (Aritonang,
2007:147).
Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk
mengumpulkan data pelaksanaan supervisi klinis, dan metode
observasi sebagai metode pelengkap untuk mendapatkan sebuah data
yang diinginkan.
b. Metode Dokumentasi
Tobroni (2003:158) mengemukakan metode dokumentasi adalah
metode atau alat untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa
catatan, transkip buku, surat kabar, notulen.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang profil sekolah
dan dokumentasi kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaa supervisi
klinis.
c. Metode interview atau wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to
fece) dengan maksud tertentu (Suprayogo dan Tobroni, 2003:167).
Sedangkan Moleong dalam Suprayogo dan Tobroni(2003:172)
menyatakan, wawancara merupakan metode penggalian data yang
paling banyak dilakukan, baik untuk tujuan praktis maupun ilmiah,
terutama untuk penelitian social yang bersifat kualitatif.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang bagaimana
pelaksanaan supervisi klinis, apa yang menjadi kendala pada pelaksanaan
supervisi klinis dan bagaimana tindak lanjut pelaksaan supervisi klinis pada
15
guru pendidikan agama Islam. Pelaksanaan metode ini dengan cara
wawancara yang mendalam dengan para responden.
6. Analisis Data
Analisis Data adalah rangkaian kegiatan penelaah, pengelompokan,
sistematis, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki
nilai sosial, akademis, dan ilmiah (Subrayogo dan Tobroni, 2003:191).
Menurut Miles dan Huberman dalam Subrayogo dan Tobroni
(2003:192), tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum
dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyaji data, dan
menarikan kesimpulan. Adapun penjelasan tentang empat komponen
kegiatan tersebut meliputi:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data lapangan berwujud kata-kata dilakukan melalui
wawancara, dokumentasi, dan observasi.
b. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, trasformasi dan
kesan yang muncul dari catatan- catatan lapangan. Dalam proses
reduksi data ini peneliti dapat melakukan pemilihan terhadap data
yang hendak dikode,mana yang dibuang, mana yang merupakan
ringkasan.
c. Penyajian data
16
Penyaji data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan pengambilan tindakan.
d. Penarikan kesimpulan/ verifikasi
Penarikan kesimpulan sebenarnya hanyalah sebagian dari satu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama kegiatan berlangsung.
Keempat langkah-langkah analisis data mulai pengumpulan
data, reduksi data, penyaji data, penarikan kesimpulan/verifikasi
merupakan satu kesatuan yang jalin-menjalin pada saat sebelum,
selama, sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar
untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data digunakan teknik triangulasi
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecakan atau sebagai
perbandingan data itu (Moleong, 2006:330). Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif.
Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
17
yang telah ada. Dengan Triangulasi, peneliti sebenarnya mengumpulkan
data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data.
Banyak cara yang dapat dipakai dalam mendapatkan derajat
kepercayaan suatu informasi dengan sumber, dalam hal ini penulis
menggunakan 2 cara yaitu membandingkan data hasil pengamatan
dengan hasil wawancara, dan juga membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan pembahasan serta memberikan gambaran selintas
kepada para pembaca, maka penulisan skripsi ini dibuat sistematika sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan ini berisi beberapa masalah meliputi latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,
sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas konsep dasar supervisi
pendidikan, pengertian supervisi, tujuan supervisi, prinsip dan
18
fungsi supervisi, macam supervisi, teknik-teknik supervisi,
pengertian supervisi klinis, tujuan supervisi klinis, ciri-ciri
supervisi klinis, langkah-langkah supervisi klinis, bentuk-bentuk
supervisi klinis.
BAB III : PAPARAN DATA TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang A. Profil sekolah SMP Negeri 1
Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018. B. Data
penelitian, meliputi: 1. Pelaksanaan supervisi klinis pada guru
pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab.
Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018. 2. Apa Kendala
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam
di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/
2018. 3. Apa yang dilakukan dalam menghadapi kendala
pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam
di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/
2018.
BAB IV : PEMBAHASAN
Meliputi 1. Pelaksanaan supervisi klinis pada guru pendidikan
agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun
pelajaran 2017/ 2018. 2. Kendala pelaksanaan supervisi klinis
pada guru pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Pabelan
Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018. 3. Upaya-upaya
yang dilakukan dalam menghadapi kendala pelaksanaan
19
supervisi klinis pada guru pendidikan agama Islam di SMP
Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018.
BAB V : PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
3. Pengertian Supervisi Pendidikan
Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “ super” dan “vision”
yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis
supervisi berarti penglihatan dari atas. Pengertian seperti itu merupakan arti kiasan
yang menggambarkan suatu posisi yang melihat kedudukan paling tinggi daripada
yang dilihat (Mulyasa, 2006:4).
Kamus besar bahasa indonesia, supevisi berarti pengawasan utama,
pengkontrolan utama (Suharso, 2005:506). Sedangkan Good Carter memberi
pengertian supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam
memimpin guru dan petugas lainya dalam meperbaiki pengajaran termasuk
menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar
dan evaluasi pengajaran (Sahertian, 2008:17).
Banyak pengertian menjabarkan tentang supervisi, setiap pengertian
berdasarkan sudut pandang yang berbeda oleh para ahli berikut ini disajikan
pandangan oleh para ahli tentang supervisi pendidikan.
21
a. P. Adam dan Frank G Dickey
Supervisi adalah Program yang berencana untuk memperbaiki pelajaran
(Mulyasa, 2006:5).
b. Boardman
Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing
secara berlanjut pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara pribadi maupun
secara kelompok agar lebih memahami dan lebih efektif dalam mewujudkan
seluruh fungsi pengajaran (Sahertian, 2008:17).
c. Good Carter
Memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas- petugas sekolah
dalam memimpin guru- guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatandan
perkembangan guru- guru dan merevisi tujuan- tujuan pendidikan, bahan-
bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran. Good Carter
melihatnya sebagai usaha memimpin guru- guru dalam jabatan mengajar.
Kutipan diatas penulis dapat mengartikan supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Berbagai pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah usaha yang dilakukan oleh supervisor
untuk membantu guru- guru dalam memperbaiki pengajaran dan menyelesaikan
tugas- tugas ataupun membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
oleh guru dalam proses belajar mengajar.
22
Supervisi hendaknya dikemas dengan metode yang rileks dan fun supaya
menghasilkan kenyamanan bagi guru sebagai objek yang akan di supervisi.
Kenyamanan guru dalam pelaksanaan guru sangat dibutuhkan, karena sebaik
apapun bentuk supervisi yang dilakukan, kalau output yang dihasilkan tidak
membuat guru lebih baik, maka dapat dikatakan supervisi tersebut telah gagal.
Dari beberapa definisi yang dipaparkan dapat diketahui bahwa supervisi
pendidikan merupakan pembinaan yang berupa dorongan, bimbingan, bantuan,
arahan, penilaian, yang diberikan kepada seluruh staf sekolah secara kontinyu dan
profesional sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan
situasi belajar mengajar yang lebih baik, yang pada akhirnya tujuan pendidikan
dapat tercapai yaitu perkembangan pribadi anak secara maksimal.
4. Tujuan Supervisi Pendidikan
Supervi yang baik mengarahkan perhatiannya pada dasar- dasar pendidikan
dan cara- cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian umum tujuan
pendidikan. Fokusnya bukan pada seorang atau sekelompok orang, akan tetapi
semua orang seperi guru- guru, dan para pegawai yang sama- sama bertujuan
mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan mengajar yang
baik.
Ada beberapa tujuan supervisi pendidikan menurut Pidarta (1992: 20)
dapat diuraikan sebagai berikut:
23
a. Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa ( yang bersifat
total).
b. Membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dari
waktu ke waktu secara kontinu.
c. Bekerja sama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat.
d. Membina guru- guru agar dapat mendidik para siswa dengan baik, atau
menegakkan disiplin kerja secara manusiawi.
Secara umum supervisi pembelajaran adalah menolong guru agar mampu
melihat persoalan yang dihadapi, guru yang dapat berdiri sendiri, guru yang dapat
atau mampu mengarahkan diri sendiri merupakan tujuan dari supervisi
pendidikan sesungguhnya (Subari, 1994: 7).
Berdasarkan tujuan tersebut sangatlah jelas bahwa supervisi pembelajaran
bertujuan sebagai berikut:
a. Memperbaiki proses belajar mengajar.
b. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui supervisi.
c. Yang melakukan supervisi adalah supervisor.
d. Sasaran supervisi tersebut adalah guru atau orang lain yang ada kaitannya
atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru.
e. Dalam rencana jangka panjang maksud supervisi tersebut adalah
memberikan konstribusi bagi pencapai tujuan pendidikan (Imron, 2011:11).
Jadi supervisi hendaknya dapat menciptakan suatu prosesyang lebih baik,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik yaitu dengan
24
meningkatkan mutu para pendidik, meningkatkan pengelolaan sarana dan
prasarana, dan semua hal penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM).
Dalam hal ini juga termasuk menanamkan nilai- nilai moral sebagai dasar dalam
pembentukan sikap dan keperibadian subjek didik.
Tujuannya agar bisa dan mampu mengembangkan situasi belajar mengajar
yang lebih baik. Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepada guru dan staf sekolah yang lain agar personil tersebut mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas yaitu
dalam melaksanakan proses pembelajaran (Suharsimi, 2004:19).
Supardi (1986:252), menyatakan bahwa ada dua hal yang mendasari
pentingnya supervisi dalam proses pendidikan, yakni:
1. Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan.
Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun
fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian
yang terus- menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti
bahwa guru- guru senantiasa harus berusaha mengembangkan
kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat
terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya
berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat,yaitu tidak lengkapnya
informasi yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan
kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan
menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan proses
25
memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan kepala
sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar
memerlukan bantuan- bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan
pengembangan pendidikan, khususnya pengembengan kurikulum.
2. Pengembangan personel, pegawai atau karyawan senantiasa merupakan
upaya yang ters- menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal
dapat dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan formal
menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalusi penataran,
tugas belajar, lokakarya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan informal
merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan secara
mandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan
seperti kegiatan ilmiah, percobaan suatu metode mengajar, dan lain
sebagainya.
Secara umum supervisi pembelajaran adalah menolong guru agar mampu
melihat persoalan yang dihadapi. Guru yang dapat berdiri sendiri, guru yang dapat
atau mampu mengarahkan diri sendiri merupakan tujuan dari supervisi
pendidikan sesungguhnya (Mulyasa, 2006:13).
Berdasarkan tujuan tersebut sangatlah jelas bahwa supervisi pembelajaran
bertujuan sebagai berikut:
a) Memperbaiki proses belajar mengajar.
b) Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui supervisi.
c) Yang melakukan supervisi adalah supervisor.
26
d) Sasaran supervisi tersebut adalah guru atau orang lain yang adakaitanya
atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru.
e) Dalam rencana jangka panjang maksud supervisi tersebut adalah
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan (Imron,
2011:11).
Jadi supervisi hendaknya dapat menciptakan suatu proses yang lebih baik,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik yaitu dengan
meningkatkan mutu para pendidik, meningkatkan pengelola sarana dan
prasarana, dan semua hal penunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini juga
termasuk menanamkan nilai-nilai moral sebagai dasar dalam pembentukan sikap
dan kepribadian subjek didik.
5. Fungsi Supervisi
Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan
peningkatan kualitas pengajaran. Baik Franseth jane, maupun Ayer dalam
bukunya Sahertian yang berjudul konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan
dalam rangka mengembangkan suberdaya manusia mengemukakan bahwa fungsi
utama supervisi ialah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya
sehingga selalu ada usaha perbaikan (Sahertian, 2008:21).
Supervisi juga berfungsi mengoordinasi, menstimulasi, dan mengarahkan
pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah,
memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru,
menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, situasi belajar mengajar, memberikan
27
pengetahuan dan ketrampilan guru staf, mengintregasikan tujuan pendidikan dan
membantu meningkatkan kemampuan guru (Imron, 2011:12).
Setiap guru memiliki potensi dan dorongan untuk berkembang.
Kebanyakan potensi-potensi tidak berkembang karena berbagai faktor. Baik faktor
objektif maupun fakor subjektif. Supervisi memberi dorongan simulasi dan
membantu guru dalam mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan hah
mengajar.
Fungsi dari supervisi tersebut diharapkan mampu menjawab permasalahan
pendidikan yang dihadapi para guru dan tantangan kedepan yang semakin berat.
6. Prinsip-Prinsip Supervisi
Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan
pendidikan ialah bagaimana cara merubah pola pikir yang bersifat otokrat dan
korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan
situasi dan relasi dimana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai
subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan
berdasarkan data, fakta yang objektif. Sahartian ( dalam Konsep dasar Dan Tehnik
Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia,
2008:20) mengemukakan bila demikian, maka prinsip supervisi yang dilakukan
adalah :
1) Prinsip ilmiah ( scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1.1. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang
28
diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.
1.2. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti
angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
1.3. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakam secara sistematis, berencana
dan kontinu.
2). Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk
mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi
harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi
berdasarkan rasa kesejawatan.
3). Prinsip Kerjasama
Menembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi sharing of
idea, sharing of experience, memberi support, mendorong, menstimulasi guru,
sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
4). Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.
29
Supervisi yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif para guru lebih
dulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong
untuk meminta bantuan dari supervisor. Objek kajiannya adalah kebutuhan
profesional guru yang riil dan alami.
Dalam pelaksanaanya supervisor harus menggunakan prinsip-prinsip
tersebut sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan yang semakin modern
untuk menghadapi tantangan yang semakin komplek. Dengan memegang prinsip
yang sudah dirancang secara maksimal digarapkan dapat menghasilkan hasil yang
maksimal pula.
7. Macam-Macam Supervisi
a. Supervisi umum dan supervisi pengajaran
Supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-
kegiatan atau kegiatan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha
perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap kegiatan pengelolaan bangunan
dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap
kegiatan administrasi kantor, supervisi pengelolaan sekolah atau kantor
pendidikan dan sebagainya (Purwanto, 2002:89).
Supervisi yang diungkapkan tersebut sama pengertiannya dengan yang
dimaksud pengertian supervisi administrasi dalam bukunya Suharsimi Arikunto.
Beliau mengunggkapkan bahwa supervisi administrasi adalah supervisi yang
menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi
sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran (Purwanto, 2002:90).
30
Jadi dapat disimpulkan supervisi umum adalah supervisi yang ditujukan
pada aspek-aspek pendukung terlaksanannya pembelajaran dengan kegiatan yang
tidak langsung berhubungan dengan pengajaran. Sedangkan yang dimaksud
dengan supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang
ditujukan untuk memperbaiki baik personil maupun material yang memungkinkan
terciptannya situasi belajar mengajar lebih baik demi terciptannya tujuan
pendidikan (Purwanto, 2002 :89).
b. Supervisi Klinis
Menurut Richard Waller dalam bukunya Ngalim Purwanto mendefinisikan
supervisi klinis adalah supervisi yang memfokuskan pada perbaikan pengajaran
dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan dan
analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya
dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional. Selain itu definisi
supervisi klinis juga dikemukakan oleh Keith Acheson dan Meredith D. Gall,
mereka mendefinisikan supervisi klinis adalah proses membantu guru
memperkecil ketidaksesuaian tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah
laku mengajar yang ideal (Purwanto, 2002:90) dari dua definisi diatas maka kita
dapat mengetahui bahwa supervisi klinis termasuk dari bagian supervisi
pengajaran, karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada sebab-
sebab atau kelemahan yang terjadi pada proses belajar mengajar, dan kemudian
31
secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau
kekurangan tersebut.
c. Pengawas melekat dan pengawas fungsional
Istilah “ pengawas melekat” yang berarti suatu kepengawasan yang
memang sudah dengan sendirinya (melekat) menjadi tugas dan tanggung jawab
semua pimpinan dari pimpinan tingkat paling atas sampai pimpinan tingkat paling
bawah dari semua organisasi atau lembaga. Sedangkan yang dimaksud dengan
“pengawas fungsional” adalah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang dilakukan
yang dilakukan orang-orang yang fungsi jabatannya sebagai pengawas (Purwanto,
2002:92).
Jadi semua pemimpin bertanggung jawab atas pengawasan atas
pelaksanaan semua tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh pimpinan
bawahannya dalam organisasi kerjanya. Hal ini sesuai dengan definisi pengawasan
melekat. Sedangkan supervisi pengawasan bertugas mengawasi khusus bagian-
bagian yang telah ditunjuk.
Ditinjau dari supervisi pendidikan ada tiga macam supervisi, yaitu:
a. Supervisi Akademik
Supervisi Akademik adalah menitik beratkan pengamatan supervisor pada
masalah- masalah akademik, yaitu hal- hal yang langsung berada dalam
32
lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses
mempelajari sesuatu/ materi pembelajaran.
b. Supervisi Administrasi
Supervisi Administrasi adalah yang menitik beratkan pengamatan
supervisor pada aspek- aspek administrasi yang berfungsi sebagai
pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
c. Supervisi Lembaga
Supervisi Lembaga adalah yang menebarkan atau penyebarkan objek
pengamatan supervisor pada aspek- aspek yang berada di selurh sekolah.
Jika supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran maka supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan
nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan.
Supervisi akademik, administrasi dan lembaga merupakan suatu rangkaian
dalam suatu pendidikan, sehingga ketiganya tidak bisa dipisahkan. Perbaikan
supervisi diarahkan untuk memperbaiki pengajaran. Perbaikan pengajaran harus
dimulai dengan pembinaan dan pengembangan kurikulum yang menjadi sumber
materi sajian pelajaran untuk meningkatkan intlektualnya (akademis).
Mengajar tidak hanya sekedar mengkomunikasi pengetahuan agar
diketahui subjek didik, tetapi mengajar harus diartikan menolong si pelajar agar
dapat belajar. Maka dari itu harus dipersiapkan segala hal yang berhubungan
dengan pembelajaran seperti materi, media, ataupun kelengkapan- kelengkapan
lainnya (administrasi).
33
Pengakuan dan penghargaan atas prestasi meruapakan salah satu sebab
seorang guru mau bekerja ialah bila timbul hasrat untuk diakui. Guru akan merasa
bangga kalau ia merasa bahwa dia dipercaya dan diikutsertakan dalam staf. Hasrat
untuk ambil bagian dalam bekerja sama adalah hasrat asasi manusia, yaitu
kemerdekaan, kebebasan bertindak, merasa bahwa seseorang itu penting dalam
satu kelompok. Ikut ambil bagian dalam menyusun menentukan kebijakan sekolah
mempunyai nilai tambah yaitu guru merasa penting, sebab dia menyumbang
pendapat dalam mengambil keputusan ( lembaga).
8. Teknik Supervisi
Usaha untuk membentu meningkatkan danmengembangkan potensi
sumberdaya guru dapata dilaksanakan dengan berbagai alat dan teknik supervisi.
Umumnya alat dan dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat
atau teknik. Teknik yang bersifat indif\vidual, yaitu teknik yang dilakukan
dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat
kelompok, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk melayani lebih dari satu orang (
Sahertian, 2008: 52).
Adapun teknik yang bersifat individual adalah sebagai berikut:
a. Perkunjungan kelas (classroom vicition)
Kinjungan yang dilakukan oleh supervisor kedalam kelas untuk melihat guru
mengajar, dengan tujuan memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya
selama guru mengajar. Dengan data itu supervisor dapat berbincang-
34
bincang guru tentang kesulitan yang dihadapi guru- guru. Pada kesempatan
itu guru- guru dapat mengemukakan pengalaman- pengalaman yang
berhasil dan hambatan- hambatan yang dihadapi serta meminta bantuan,
dorongan dan mengikut seratakan. Oleh karena sifatnya mengadakan
peninjauan dan mempelajari sesuatu yang dilihat sementara guru
mengajar, maka sering disebut observasi kelas. Kunjungan kelas dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu:
1). Perkunjungan tanpa diberitahukan sebelumnya, maksudnya supervisor
secara tiba- tiba datang ke kelas sementara guru sedang mengajar. Segi
positifnya adalah kepala sekolah dapat melihat keadaan yang sebenarnya,
tanpa dibuat- buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu
mempersiapkan diri sebaik- baiknya. Untuk segi negatifnya guru menjadi
gugup, karena tiba- tiba didatangi. Tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai
dan pastinya hasilnya tidak memuaskan.
2). Perkunjungan dengan memebritahukan trlebih dahulu, maksudnya
supervisor datang ke kelas berdasarkan jadwal yang telah direncanakan dan
diberikan tiap kelas yang akan dikunjungi. Segi positifnya bagi supervisor
kunjungan direncanakan ini sangat tepat dan ia punya konsep
pengembangan yang kontinu dan terencana. Guru- guru pun dapat
mempersiapkan sebaik- baiknya karena mereka sadar bahwa kunjungan itu
akan membantu dia untuk dinilai.
35
3). Perkunjungan atas undangan guru, perkunjungan ini akan lebih baik oleh
karena itu guru punya usaha dan motivasi untuk mempersiapkan diri dan
membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan pengalaman dalam
berdialog dengan guru sedangkan guru akan lebih mudah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk
belajar dan pengalamandan bimbingan dari supervisor tumbuh dari dirinya
sendiri. Sedangkan segi negatifnya adalah ada kemungkinan timbul sikap
manipulasi, yaitu dengan dibuat- buat untuk menonjolkan diri, padahal
waktu- waktu biasa ia tidak berbuat seperti itu ( Sahartian, 2008: 54).
b. observasi kelas (classroom observation)
supervisor mengadakan observasi dengan jalan meneliti suasana kelas
selama pelajaran berlangsung dengan tujuan untuk memperoleh data yang
subjektif mungkin sehingga dengan bahan yang diperoleh dapatlah
digunakan untuk menganalisis kesulitan- kesulitan yang dihadapi guru- guru
dalam usaha memperbaiki peroses belajar mengajar (Pidarta, 1992: 227).
c.Percakapan pribadi (individual converence)
yaitu percakapan pribadi antara supervisor dengan seorang
guru. Dalam percakapan itu kedua- duanya berusaha berjumpa dalam
pengertian tentang mengajar yang baik. Yang dipercayakan adalah usaha-
usaha untuk memecahkan problema yang dihadapi oleh guru (Sahartian,
2008:73).
36
d. Saling mengunjungi kelas ( inter vision)
Yaitu saling mengunjungi antara rekan guru yang satu dengan guru yang
lain yang sedang mengajar. Ada dua jenis intervisition antara lain:
a) Adakalanya seorang guru mengalami kesulitan dalam hal ini, supervisor
mengarahkan dan menyerahkan kepada guru tersebut untuk melihat rekan-
rekan guru yang lain mengajar. Sudah tentu guru yang ditunjuk adalah
seorang yang memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam
menggunakan teknik- teknik mengajar.
b) Jenis yang lain adalah pada kebanyakan sekolah, kepala sekolah
menganjurkan agar guru- guru saling mengunjungi rekan- rekan dikelas
atau disekolah lain. Untuk cara yang kedua ini diperlukan perencanaan dan
musyawarah terlebih dahulu (Sahertian, 2008: 79- 80).
e) Menialai diri sendiri (self evaluation check- list)
Salah satu tugas tersukar bagi guru- guru ialah melihat kemampuan diri
sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur kemampuan
mengajarnya, disamping menilai murid- muridnya juga penilaian terhadap
diri sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam
pertumbuhannya (Sahertian, 2008: 83).
Adapun teknik yang bersifat kelompok ( Sahertian, 2008: 86-111)
diantaranya:
37
a. Pertemuan orientasi bagi guru baru
Yaitu suatu pertemuan yang bertuajuan khusus mengantar guru untuk
memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan orientasi ini bukan saja guru
baru akan tetapi juga seluruh staf guru.
b. Panitia penyelenggara
Yaitu suatu kegiatan yang diadakan bersama dimana guru dilibatkan dalam
kepanitiaan dan beberapa guru ditunjuk sebagai penanggung jawab
pelaksanaan kegiatan tersebut. Dalam melaksanakan tugas ini guru
mendapat pengalaman dalam mencapai tujuannya sehingga guru dapat
tumbuh dan berkembang dalam profesi mengajarnya dengan adanya
pengalaman- pengalaman tersebut.
c. Rapat guru
Rapat guru, supervisor mengadakan pertemuan dengan guru- guru
membahas masalah- masalah yang timbul pada saat proses belajar mengajar
berlangsung. Jadi dengan adanya rapat guru ini guru dapat dibantu baik
secara individu maupun secara kelompok untuk menemukan dan menyadari
kebutuhanmereka, menganalisis problema- problema mereka dan
mempertumbuhkan diri sendiri dan jabatan mereka.
d. Studi kelompok antar guru
Yaitu sesuatu kegiatan dimana guru- guru yang mengajar mata pelajaran
yang sama berkumpul untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah
38
bahan mata pelajaran, selain itu juga membahas ilmu pengetahuan yang
sedang berkembang.
e. Diskusi sebagai proses kelompok
Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan
bersama, dengan adanya diskusi dapat mengembangkan keterampilan guru
dalam mengatasi kesulitan- kesulitan dengan jalan bertukar pikiran diantara
guru.
f. Tukar menukar pengalaman
Yaitu suatu kegiatan dimana guru saling bertukar pikiran atau pengalaman,
saling memberi dan meneriam, saling belajar satu sama yang lain. Dengan
tujuan agar guru dapat belajar dari pengalaman temannya dalam
membimbing murid dalam proses belajar mengajar.
g. Loka Karya (Workshop)
Dengan adanya loka karya ini dimaksudkan agar guru dapat menyusuncontoh
model satuan pembelajaran untuk tiap bidang studi.
h. Diskusi panel
Diskusi panel adalah satu bentuk diskusi yang dipantaskan dihadapkan
sejumlah partisipant atau pendengar dengan tujuan untuk memecahkan
suatu problema yang mana para panelistnya terdiri dari orang- orang yang
dianggap ahli dalam masalah yang didiskusikan.
39
i. Seminar
Kegiatan ini biasanya mendatangkan tokoh ahli yang akan membahas suatu
masalah tertentu kemudian akan ditanggapi oleh partisipant yang akan
menghasilkan suatu kesimpulan dari masalah yang dibahas.
j. Pelajaran contoh
Suatu tehnik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu memberi
penjelasan- penjelasan kepada guru- guru tentang mengajar yang baik.
k. Membaca langsung
Guru membaca langsung sumber- sumber pustaka yang ada disekolah atau
tempat lainnya.
l. Mengikuti kursus
Suatu media yang dapat membentu guru dalam mengembangkan
pengalaman profesi mengajar dan menambah keterampilan guru dalam
melengkapi profesi mereka. Dalam hal ini guru mengikuti kursus yang bersifat
penataran sehingga guru memperoleh pengetahuan dan keterampilan
tambahan sehingga mereka akan mengalami peningkatan dalam profesi
mereka.
Teknik individual maupun teknik kelompok semua perlu untuk dilakukan jika
ingin pendidikan semakin maju dan mampu mengikuti perkembangan zaman.
Bagaimana guru juga masih harus banyak berlatih dan belajar. Entah itu dengan
mengikuti workshop atau pelatihan lainnya.
40
Latar belakang adanya supervisi adalah bahwa guru- guru itu perlu tumbuh
dalam jabatannya, maka setiap guru harus berusaha mengembangkan dirinya.
Usaha yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kualitas mengajarnya dan
kualitas lembaga pendidikannya.
Teknik dalam supervisi ini adalah cara-cara yang digunakan dalam kegiatan
supervisi. Menurut Bafadal teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi
dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok
(Nenglyla, 2017:27).
a. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan
kepada guru-guru tertentu yang mempunyai masalah khusus yang bersifat
perorangan. Teknik supervisi yang bersifat individual antara lain
perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi
kelas dan menilai diri sendiri.
b. Teknik supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah suatu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Teknik kelompok dapat
dilakukan dengan cara seperti rapat guru, lokakarya, penataran, seminar,
diskusi, dan sebagainya.
7. Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan
Dalam konsep lama, supervisor dilakukan oleh seorang pemimpin, maka
dalam tipe-tipe supervisi tidak dapat dilepaskan dari tipe-tipe kepemimpinan,
41
tetapi juga tipe-tipe kepengawasan. Menurut (Arikunto, 2004:14)ada lima
tipe supervisi yaitu:
a. Tipe Inpeksi
Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otakratis, supervisi berarti
inspeksi. Inspeksi bukanlah suatu pengawasan yang memperbaiki cara dan
daya kerja sebagai pendidik dan mengajar.
b. Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi
bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada
supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya
tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar
sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan
metode ataupun alat pelajaran.
c. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan
kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun
tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap
saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk
bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa
diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi
yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan
42
demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin
menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
d. Tipe Training and Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang
positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan
latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya
kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu
mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh
atasannya.
e. Tipe Demokratis
Seperti namanya, tipe ini bersifat demokratis juga dalam pelaksanaan
supervisi. Pada tipe ini juga berlaku sistem pendistribusian dan
pendelegasian. Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga
memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya
seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau
didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing.
43
B. Supervisi klinis
1. Pengertian Supervisi klinis
Menurut Acheson dan Gall supervisi klinis ialah proses membina guru
untuk memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan perilaku
mengajar seharusnya yang ideal (Sahertian, 2008:31).
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
mengajar dengan melalui siklus yang sistematis, dalam perencanaan, pengamatan
serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata,
serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional (Sahertian,
2008:36).
Jadi supervisi klinis adalah suatu bimbingan yang tertuntun atau
terencana oleh kepala sekolah untuk mengetahui kapasitas guru yang
sesungguhnya. Dan juga kepala sekolah dapat membantu guru dalam
menyelesaikan masalah dalam mengajar dan pastinya memberikan cara untuk
mengatasinya. Ibaratkan seorang dokter dengan pasienya, mula-mula dicari
terlebih dahulu sebab-sebab dan jenis penyakitnya dengan cara menanyakan
kepada pasien, apa yang dirasakannya, dibagian mana dan bagaimana rasanya
dan sebagainya.
Setelah mengetahuinya semua tentunya sang dokter akan mengetahui
jenis penyakitnya dan tahu cara pengobatanya, agar penyakit tersebut tidak
semakin parah. Tentu saja prosedur yang digunakan oleh supervisor di sekolah
tidak sama persis dengan seorang dokter dengan pasiennya tetapi hampir
mendekati sama.
44
Dalam supervisi klinis cara “memberikan obatnya” dilakukan setelah
supervisor mengadakan pengamatan lagsung bagaimana cara guru mengajar,
dengan cara mengadakan “diskusi balikan” antara supervisor yang bersangkutan.
Supervisi diartikan sebagai bimbingan dan tuntunan kearah perbaikan dan
penyempurnaan proses pembelajaran. Sedangkan klinis dalam hal ini diartikan:
a. Sebagai kegiatan observasi dari dekat dan dilakukan secara cermat.
b. Mendeskripsikan hasil/ data observasi secara detail.
c. Sebagai hubungan yang kooperatif antara supervisor dan guru untuk
bersama- sama mencermati penampilan guru dalam mengajar.
d. Mendorong guru melihat kekurangannya dalam mengajar dan menemukan
cara untuk mengatasinya (Sahertian, 2008:31).
2. Tujuan Supervisi Klinis
Supervisi klinis difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui
siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis
intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan
tujuan mengadakan modifikasi yang rasional.
Tujuan supervisi klinis adalah untuk memperbaiki perilaku guru dalam
proses pembelajaran, aspek demi aspek secara intensif, sehingga mereka dapat
mengajar dengan baik. Karena apabila masalah ini dibiarkan akan tetap
menyebabkan instabilitas dalam pembelajaran dikelas (Pidarta, 1996:26).
Sedangkan tujuan supervisi menurut Azhar (1999:26) adalah memperbaiki cara
mengajar guru di dalam kelas.
45
Sedangkan menurut Ashen dan Gall tujuan supervisi klinis adalah
meningkatkan pengajaran guru kelas(Azhar, 1999:32). Tujuan ini diiringi tujuan
yang lebih spesifik yaitu:
a. Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru mengenai pelajaran
yang dilaksanakan.
b. Mendiagnosa dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran.
c. Membantu guru mengembangkan keterampilannya mengunakan strategi
pengajaran.
d. Mengoreksi guru untuk kepentingan promosi jabatan ke pentingan lainnya.
e. Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap pengembangan
profesional yang berkesinambungan.
Dari konsep tersebut dapat dijelaskan bahwa tujuan supervisi klinis adalah
untuk memperbaiki perilaku guru-guru dalam proses belajar terutama yang
kronis, secara aspek demi aspek dengan intensif, sehingga mereka dapat
mengajar dengan baik. Ini berarti perilaku yang tidak kronis bisa diperoleh dengan
teknis yang lain (Azhar, 1999:22).
Kenyataannya yang dilakukan supervisi adalah mengadakan evaluasi guru-
guru semata. Diakhir semester guru- guru mengisi skala menelitian yang diisi
peserta didik mengenai cara mengajar guru. Hasil penelitian diberikan kepada
guru- guru tetapi tidak dianalisis mengapa guru- guru dalam mengajar hanya
mencapai tingkat penampilan seperti itu. Cara ini menyebabkan ketidak puasan
duru secara tersembunyi.
46
Berdasarkan pendapat tersebut, tujuan supervisi klinis secara garis besar
sebagai berikut: memperbaiki perilaku guru hanya yang bersifat kronis, artinya
perilaku yang tidak kronis bisa diperbaiki dengan teknik supervisi yang lain.
Menyediakan umpan balik secara obyektif bagi guru tentang kegiatan proses
pembelajaran yang dilakukannya sebagai cermin agar guru dapat melihat apa
yang dilakukan.
3. Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Supervisi klinis memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakan dengan
model-model supervisi yang lain. Berikut ini akan diuraikan beberapa supervisi
klinis menurut Wahyudi(2006:250-251) :
a. Ada kesempatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi
tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki.
b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam
proses belajar mengajar yang spesifik. Misalnya cara mentertibkan kelas,
teknik bertanya, teknik pengendalian kelas dalam metode keterampilan
proses, teknik mengenai anak membandel, dan sebagainya.
c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan perbuatan hipotesis bersama
tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik. Hipotesis
ini diambil dari teori-teori dalam proses belajar mengajar.
d. Hipotesis diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek
perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar. hipotesis ini
mungkin diterima, ditolak atau direvisi.
47
e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama yang
sudah berhasil diperbaiki. Agar muncul kesadaran berapa pentingnya bekerja
dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan.
f. Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru dan sama-sama
bertanggung jawab.
g. Dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilaku itu satu-persatu
diperbaiki sampai guru itu bekerja dengan baik. Atau kebaikan bekerja guru
itu dipelihara agar tidak jelek lagi.
Tidak jauh berbeda Wahyudi (2009:112-113) mengidentifikasi ciri-ciri supervisi
klinis adalah sebagai berikut:
a. Pada khakikatnya supervisor dan guru sederajat dan saling membantu dalam
meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalnya.
b. Fokus supervisi klinis adalah pada perbaikan cara mengajar dan bukan
mengubah kepribadian guru.
c. Balikan supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan atas
keputusan penilaian yang tidak didukung oleh bukti nyata.
d. Bersifat kontruktif dan memberi penguatan (reinforcoment) pada pola-pola
dan tingkah laku yang berhasil daripada mencela dan “menghukum” pola-
pola tingkah laku yang belum berhasil.
e. Tahapan supervisi klinis merupakan suatu kontinuitas dan dibangun atas
dasar pengalaman masa lampau.
48
f. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima yang
dinamis dimana supervisor dan guru merupakan teman sejawat didalam
mencari pengertian bersama dalam proses pendidikan.
g. Tiap guru mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk mengemukakan
pokok-pokok persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri dan
mengembangkan gaya mengajarnya.
h. Supervisor mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk
menganalisis dan mengevaluasi cara melakukan supervisi sebagaimana
kegiatan menganalisis cara mengajar guru.
i. Guru mempunyai prakarsa dan tanggung jawab dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran.
j. Supervisor dan guru bersikap terbuka dalam mengemukakan pendapat dan
dilandasi saling menghargai kedudukan masing-masing dan secara bersinergi
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru.
Supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat intruksi atau
memerintah. Tetapi menciptakan hubungan manusiawi, sehingga guru-guru
memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman diharapkan adanya kesendian
untuk menerima perbaikan.
Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru
sendiri karena beliau memang membutuhkan bantuan itu. Tingkah laku yang
dilakukan merupakan satuan integritas. Sehingga terlihat kemampuan apa,
ketrampilan apa yang spesifik harus diperbaiki.
49
4. Manfaat Supervisi Klinis
Manfaat utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan
peningkatan kualitas pengajaran. Baik Franseth jane, maupun Ayer dalam
bukunya Sahertian yang berjudul konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan
dalam rangka mengembangkan suberdaya manusia mengemukakan bahwa fungsi
utama supervisi ialah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya
sehingga selalu ada usaha perbaikan (Sahertian, 2008:21).
Supervisi juga bermanfaat mengoordinasi, menstimulasi, dan
mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah,
memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru,
menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, situasi belajar mengajar, memberikan
pengetahuan dan ketrampilan guru staf, mengintregasikan tujuan pendidikan dan
membantu meningkatkan kemampuan guru (Imron, 2011:12).
Setiap guru memiliki potensi dan dorongan untuk berkembang.
Kebanyakan potensi-potensi tidak berkembang karena berbagai faktor. Baik faktor
objektif maupun fakor subjektif. Supervisi memberi dorongan stimulasi dan
membantu guru dalam mengembangkan pengetahuan dalam ketrampilan hal
mengajar.
Adapun manfaat dari supervisi klinis adalah sebagai berikut:
a. Membantu guru dalam menghadapi kesulitan dalam mengajarkan bidang
studi
50
b. Mengembangkan sumberdaya guru dalam memecahkan masalah- masalah
pribadi yang berpengaruh terhadap kualitas kerja \ mengajar (Piet,2008: 150-
151).
Sedangkan menurut Agus Darma (2003: 153) manfaat dari supervisi klinis adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan guru
b. Mengurangi penurunan kinerja guru
Beban berat yang dimiliki seorang guru menyebabkan guru bekerja tidak
bergairah. Kemungkinan bisa dikarenakan faktor kesehatan baik jasmani
maupun rohani, faktor ekonomi maupun faktor sosial guru dimasyarakat.
Maka dengan adanya supervisor yang memperhatikan guru diharapkan dapat
memberikan manfaat- manfaat tersebut.
5. Tahapan Supervisi Klinis
Dalam mengadakan supervisi klinis, kepala sekolah hendaknya tetap
bekerja sesuai dengan koridor dan proses yang teratur. Koridor dan proses yang
teratur tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan hubungan baik antara supervisor dengan guru yang
bersangkutan, agar makna supervisi ini menjadi jelas bagi guru sehingga
kerjasama dalam partisipasinya meningkat.
b. Merencanakan aspek perilaku yang akan diperbaiki serta pada sub pokok
bahasan.
51
c. Merencanakan strategi untuk observasi.
d. Mengobservasi guru mengajar, boleh memakai alat bantu.
e. Menganalisis proses belajar oleh supervisor dan guru secara terpisah.
f. Merencanakan pertemuan, boleh juga dengan pihak ketiga yang ingin
mengetahui.
g. Melaksanakan pertemuan, guru diberi kesempatan menanggapi cara kerja
atau mengajar selama dibahas bersama.
h. Membuat rencana baru bila aspek perilaku itu belum dapat diperbaiki dan
mengulangi dari langkah awal sampai akhir (Pidarta, 2002:251).
i.
Sedangkan Sahertian(2000:51) menyatakan ada tiga langkah dalam
supervisi klinis yaitu: pertemuan awal, observasi, dan pertemuan akhir.
Sedangkan Soetjipto dan Kosasi membuat lima langkah atau tahap dalam
supervisi klinis yaitu: perencanaan observasi, melaksanakan observasi, melakukan
analisis dan melakukan strategi, melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi,
dan melakukan analisis (Soetjipto dan Kosasih, 1999:68).
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis itu
berorientasi pada tiga hal: melakukan perencanaan secara mendetail termasuk
membuat hipotesis, melaksanakan pengamatan secara cermat atau menganalisis
hasil pengamatan serta memberikan umpan balik kepada guru yang
bersangkutan.
Berikut ini adalah langkah-langkah supervisi klinis yang dirangkum dari
pendapat Pidarta:
52
a. Pertemuan awal atau perencanaan yang terdiri dari:Menciptakan hubungan
yang baik dengan cara menjelaskan makna supervisi klinis sehingga
partisipasi guru meningkat.
1) Menemukan aspek-aspek perilaku apa dalam proses belajar mengajar
yang perlu diperbaiki.
2) Membuat skala prioritas aspek-aspek perilaku yang akan diperbaiki.
3) Membuat hipotesis sebagai cara atau bentuk perbaikan pada sub topik
bahan pelajaran tertentu.
b. Persiapan yang terdiri dari:
1) Bagi guru tentang cara mengajar yang baru hipotesis.
2) Bagi supervisor tentang cara dan alat observasi seperti tape recorder,
video, daftar cek, dan sebagainya.
c. Pelaksanaan yang terdiri dari:
1) Guru mengajar dengan tekanan khusus pada aspek-aspek perilaku yang
diperbaiki.
2) Supervisor mengobservasi.
3) Menganalisis hasil mengajar secara terpisah.
d. Pertemuan akhir
1) Guru memberikan tanggapan, penjelasan atau pengakuan.
2) Supervisor memberi tanggapan atau usulan.
3) Menyimpulkan bersama hasil yang telah dicapai: hipotesis diterima,
ditolak, atau direvisi.
4) Menentukan rencana berikutnya
53
5) Mengulangi memperbaiki aspek yang tadi
6) Meneruskan untuk memperbaiki aspek-aspek yang lain
(Pidarta,2002:252-253).
Langkah-langkah tersebut merupakan bentuk upaya supervisor untuk
meningkatkan kinerja para guru. Karena supervisor merupakan pimpinan bagi
para guru yang akan mengevaluasi dan membina. Melalui langkah-langkah
tersebut diharapkan mampu mencetak generasi yang unggul dan berakhlak mulia.
Sebagai pemimpin supervisor harus benar-benar memperhatikan kondisi riil
dilapangan.
Kepemimpinan merupakan aspek penting dari pekerjaan supervisor. Para
supervisor bertanggung jawab atas kualitas kinerja para guru yang dipimpinnya.
Oleh sebab itu, kemampuan memimpin sangat diperlukan untuk mengemban
tanggung jawab itu. Prinsip dari kepemimpinan itu sebenarnya telah lama dikenal
dalam sejarah umat manusia. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor
penentu bagi berhasil tidaknya pencapaian tujuan. Dapat dinyatakan bahwa
kempampuan supervisor untuk memimpin guru akan sangat dipengaruhi
produktivitas unit kerja.
54
6. Bentuk-Bentuk Supervisi Klinis
Ada 3 macam bentuk supervisi:
a. Supervisi Akademik
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah
akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu.
b. Supervisi Administrasi
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek
administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar
terlaksananya pembelajaran.
c. Supervisi Lembaga
Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada asp