Post on 06-Jul-2020
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA
PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH (KPR)
MUAMALAT iB DI BANK MUAMALAT INDONESIA
CABANG SOLO
TUGAS AKHIR
Oleh:
NURUL IZZAH
NIM 201 11 011
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2014
PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA
PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH (KPR)
MUAMALAT iB DI BANK MUAMALAT INDONESIA
CABANG SOLO
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memperoleh GelarAhli Madya Ekonomi Syariah
Oleh:
NURUL IZZAHNIM 201 11 011
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2014
Motto
“ Hati suci selalu benar, tetapi gejolak hati selalu mengubah hasrat hati suci.
Orang yang ada dalam hati suci adalah orang yang taqwa dan beriman. Itulah
tantangan hidup ’’
“ Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan
atau diperbuatnya ’’
“ Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi
kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah ditebus kembali ’’
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini ku persembahkan kepada:
1. Allah SWT atas semua karunia yang diberikan-Nya.
2. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan semangat,
dukungan spiritual maupun material, semangat serta doa.
3. Kakakku Ulul Azmi, Muhammad Anas, Makmun Murrod dan
Nur Aeni, kelurga serta saudara-saudaraku yang aku sayangi.
4. Mas Andi yang selalu memberiku dukungan.
5. Sahabat-sahabatku ( Rini, Dewi, Tati, Novi ) dan teman-
temanku S1 PAI angkatan 2009 yang selalu membantu dan
memberikan semangat dalam segala hal dan dalam penyelesain
tugas akhir ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas rahmat, taufiq, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “
Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR)
Muamalat iB di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo” . Sholawat serta salam
kita panjatkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Penulisan
Tugas Akhir ini dilaksanakan guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh
gelar Ahli Madya (A.Md) pada program studi DIII Perbankan Syari’ah.
Penyusunan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis
atas bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak moril maupun
materiil. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar Lc., M. Si, selaku ketua Program DIII
Perbankan Syariah STAIN Salatiga
3. Bapak Mochlasin, M. Ag, selaku pembimbing yang telah mencurahkan waktu
dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi DIII Perbankan Syariah STAIN Salatiga
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat membantu dalam
penulisan Tugas Akhir
5. Bapak Khabib Soleh, selaku pimpinan Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
6. Karyawan dan karyawati BMI Cabang Solo yang membantu penulis dalam
mendapatkan data-data serta informasi dalam penulisan Tugas Akhir ini
7. Bapak dan Ibu, keluarga serta saudara-saudara yang telah memberikan
motivasi dan dukungan materi maupun spiritual
8. Teman-teman DIII dan sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi semangat
dan bantuan dalam penulisan Tugas Akhir ini
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang juga telah
berperan serta membantu dalam pembuatan laporan ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini yang jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendukung dan
membangun demi lebih baiknnya laporan ini sehingga menjadi lebih sempurna.
Akhirnya penulis mohon maaf atas keterbatasan penulis. Besar harapan penulis,
semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah pengalaman serta
pengetahuan bagi penulis dan manfaat bagi pembaca.
Salatiga, 21 Agustus 2014
Penulis
Nurul Izzah
NIM. 201 11 011
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menjawab permasalahan
mengenai bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada pembiayaan kepemilikan
rumah (KPR) Muamalat iB di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo, dalam hal
proses pelaksanaannya. Selain itu juga mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
pembiayaan bermasalah serta bagaimana upaya penyelesaian terhadap
pembiayaan bermasalah.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan metode
kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
sekunder. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu berupa observasi,
wawancara, dan studi pustaka baik berupa buku-buku yang berkaitan dengan
penelitian,dokumen-dokumen, dan sebagainya.
Pelaksanaan pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) Muamalat iB di BMI
Cabang solo menggunakan akad murabahah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah
Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah. Faktor-faktor yang
menyebabkan pembiayaan bermasalah yaitu faktor ekstern dan faktor Intern.
Upaya yang dilakukan oleh BMI Cabang Solo dalam menyelesaikan pembiayaan
bermasalah dengan cara resheduling (penjadwalan ulang) dan restrukturing
(mengubah struktur pembiayaan) serta melalui Badan Arbitrase Nasional
(BASYARNAS).
Kata kunci: Akad Murabahah, Pembiayaan, KPR Muamalat iB
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................ iv
MOTTO..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR............................................................................... vii
ABSTRAK................................................................................................ ix
DAFTAR ISI............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat..................................................... 7
D. Metode Penelitian........................................................ 9
E. Sistematika Penulisan.................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka............................................................ 13
B. Akad dalam Pembiayaan............................................. 16
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia.............. 31
B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia..................... 35
C. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia.................. 35
D. Struktur Organisasi BMI Cabang Solo........................ 44
E. Job Description........................................................ 45
F. Konsep Dasar Operasional BMI Cabang Solo.............. 50
G. Kegiatan Operasional Bank Muamalat Indonesia.......... 51
H. Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB................... 52
BAB IV ANALISIS
A. Pelaksanaan Akad Murabahah pada Pembiayaan
KPR Muamalat iB.......................................................... 57
B. Faktor yang Menyebabkan Pembiayaan Bermasalah..... 65
C. Upaya Penyelesaian terhadap Pembiayaan Bermasalah.. 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................. 73
B. Saran........................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang berkodrat hidup
dalam masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan
manusia lain, untuk bersama-sama hidup didalam masyarakat, manusia
selalu berhubungan satu sama lain, yang didasari atau tidak untuk saling
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pergaulan hidup antar manusia dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, disebut dengan muamalah
(syafruddin dkk, 2006: 137).
Muamalah adalah tuntunan hidup manusia sebagai makhluk sosial
yang berada ditengah-tengah masyarakat mempunyai dimensi yang sangat
luas, disamping dimensi sosial manusia, termasuk aspek politik, budaya,
aspek ekonomi (bisnis) perkawinan pewarisan, dan hukum-hukum publik
dan sebagainya. Dalam lingkup kegiatan muamalah khususnya dari
bidang ekonomi dapat diambil tiga turunan lagi yaitu konsumsi, simpanan,
dan investasi (syafruddin dkk, 2006: 138).
Dalam konteks ini keberadaan maupun kehadiran lembaga
keuangan mutlak adanya, karena lembaga keuangan bertindak sebagai
perantara antara unit suply dan unit demand (Warkum Sumitro, 1996: 16).
Tidak dipungkiri bahwa perekonomian sebuah negara tidak dapat
dilepaskan dari lembaga keuangan karena lembaga ini mempunyai uang
tunai yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu perekonomian suatu
negara. Tanpa uang tunai perekonomian akan mengalami kemacetan. Saat
ini ada dua jenis lembaga keuangan yaitu lembaga keungan bank dan
lembaga keungan bukan bank. Lembaga keungan bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak,
sendangkan lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keungan yang
menghimpun dana dari masyarakat melalui penjualan surat-surat berharga.
Bentuk lembaga bukan bank ini adalah modal ventura, anjak piutang, dana
pensiun, dan pegadaian. Lembaga keuangan perbankan merupakan
lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi
pihak yang membutuhkan baik untuk kegiatan produktif maupun
konsumtif. Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua
jenis yaitu, bank yang bersifat konvensioanal dan bank yang bersifat
syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah bank yang pelaksanaan
operasionalnya menjalankan sintem bunga (intrest fee), sedangkan bank
yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan opersaionalnya
menggunkan prinsip-prinsip syari’ah islam. Prinsip syari’ah adalah aturan
penrjanjian berdasarkan hukum islam antar bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana dan pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
Banyak perbedaan mendasar antara perbankan syariah dengan
perbankan konvensional, anatar lain dengan adanya fungsi pengawasan
prinsip-prinsip syariah yang harus ada pada perbankan syariah. Fungsi
pengawasan ini menjadi keharusan untuk menjaga agar praktek perbankan
islam yang dijadikan secara profesional dan etis itu tidak melanggar
hukum Syariah. Oleh karena itu, Bank Syariah harus senantiasa berpijak
pada prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan segala aktifitasnya dan
produknya, hal ini mendasar yang membedakan juga terletak pada
pengambalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh lembaga
keungan tersebut kepada nasabah. Bank Islam mendasarkan transaksinya
pada bagi hasil (profit sharing), sehingga tidak ada istilah bunga dalam
praktek Perbankan Islam.
Demikian dalam tujuannya, berbeda dengan bank konvensional
yang hanya mengutamakan fungsi komersil, yaitu mengutamakan
keuntungan semata. Bank Syariah selain komersil lebih mengutamakan
pada fungsi sosial dan kebersamannya (Syafruddin dkk, 2006: 158).
Keberadaan Bank Syariah tidak diragukan lagi menjadi keharusan
untuk mengatasi masalah mengenai adanya bunga, apalagi setelah Bank
Syariah mampu membuktikan eksitensinnya dalam dunia perbankan
Indonesia pada masa dan setelah krisis moneter pada tahun 1998, serta
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang didasarkan atas konsep
Islam dalam pengadaan transaksi dengan lembaga keungan syariah, yaitu
untuk menepis praktek riba yang selama ini menjadi konsep dari bank
konvensional. Bank yang berdasarkan prinsi syari’ah seperti halnya bank
konvensioanl, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi
(intermediary institution), yaitu mengarahkan dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Pembiayaan
merupakan salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber utam
pendapatnnya bagi bank syari’ah. Bentuk pembiyaan perbankan syariah
berdasarkan prinsip syariah anatara lain adalah berdasarkan prinsip jual
beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati
(murabahah),pembeliaan barang yang dilakukan dengan kontrak
penjualan yang disepakati (istisna’), pemindahan hak guna atas barang dan
jasa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ijarah), kerjasama
usaha anatar dua pihak atau dimana pihak pertama menyediakan modal
100% sedangkan pihak lain menjadi pengelola (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), dan pemberian harta
kepada orang lain yang dapat ditagih dan diminta kembali (qardh).
Bentuk pembiayaan yang berdasarkan murabahah dapat dibagi lagi
berdasarkan jenis penggunaanya (berdasarkan produk) yaitu untuk
pembiayaanKPR Muamalat iB, pembiayaan multiguna dan Multifinance.
Sedangkan berdasarkan akadmusyarakah dan mudharabah jenis
pembiayaan yang ditawarkan adalah pembiayaan modal kerja dan
pembiayaan LKM Syariah dan dana talangan haji, dan pembiayaan umroh
menggunakan akad qardh.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan utama yang didambakan
setiap orang,rumah merupakan tempat berkumpul dan melakukan aktivitas
keluarga terutama bagi keluarga yang menginginkan kebebasan privacy-
nya tidak terganggu oleh keluarga lain. Rumah juga simbol kemandirian
satu keluarga pasangan muda,kecuali yang memang menikmati tinggal di
pondok mertua indah, tinggal di rumah dinas, atau jadi kontraktor alias
tukang kontrka. Selain itu ada beberapa orang yang menjadikan rumah
sebagai aset untuk bisnis, jadi rumah bukan semata-mata sebagi tempat
tinggal tapu rumah sebagai “produk” bisnis yang memberikan penghasilan
rutin. Dari hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa begitu pentingnya
rumah. Namun kebutuhan akan perumahan ini seringkali terbentur pada
minimnya dana yang dimiliki oleh konsumen yang mendambakan
memiliki rumah sendiri. Sehingga pengembangan melalui Pembiayaan
Kepemilikan Rumah pun dilirik sebagai alternatif utama pembiayaan
perumahan. Dengan adannya bentuk pembiayaan murabahah dalam
pembiayaan rumah memberikan suatu alternative bagi yang hanya
berekonomi terbatas dan yang mempunyai idealisme melepaskan diri dari
bunga bank. Dalam menjalankan prinsip syariahnya juga harus
menjunjung nilai-nilai keadilan, amanah, kemitraan, transparansi dan
saling menguntungkan baik bagi bank maupun bagi nasabah yang
merupakan pilar dalam malakukan aktivitas muamalah. Oleh karena itu,
produk layanan perbankan harus disediakan untuk mampu memberikan
nilai tambah dalam meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan
ekonomi masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam ( Soeryana
hidayat, 2007: 11).
Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo merupakan salah satu bank
syariah di Indonesia yang menjalankan konsep murabahah dalam
pembiayaan perumahan, yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh punjual
dan pembeli. Bank Muamalat Cabang Solo memberikan pelayanan
pembiayaan murabahah, yaitu salah satunya adalah pembiayaan
Kepemilikan Rumah baik yang digunkan untuk keperluan komsumtif
maupun untuk investasi. Bank Muamalat Cabang Solo memberikan
bantuan pembiyaan dalam bentuk pembayaran secara angsuran dan
mempunyai beberapa sistem, prosedur dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh calon debitur.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian Tugas Akhir dengan judul “ Pelaksanaan Akad Murabahah
pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Solo”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tugas
akhir akan membahas mengenai pelaksanaan akad pembiayaan murabahah
yang dibatasi dengan mengambil Oyeknya di BMI Cabang Solo dengan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada Pembiayaan KPR iB
Muamalat iB di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah dalam
pelaksanaan akad murabahah pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah
(KPR) Muamalat iB di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo?
3. Bagaimana upaya penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah dalam
pelaksanaan akad murabahah pada Pembiayaan Kepemilikan
Rumah(KPR) Muamalat iB di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Penelitian dalam tugas akhir ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui pelaksanaan akad murabahah pada Pembiayaan
KPRMuamalat iB di BMI Cabang Solo.
b. Mengetahui faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah
dalam pelaksanaan akad murabahah pada Pembiayaan Kepemilikan
Rumah (KPR) Muamlat iB di Bank Muamalat Indonesia Cabang
Solo.
c. Mengetahui upaya penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah
dalam akad murabahah pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah(KPR)
Muamalat iB di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo.
2. Manfaat
a. Bagi Penulis
Memenuhi salah syarat dalam menempuh ujian akhir program
Diploma III Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga serta menambah pengetahuan sebagai bekal agar
dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan
dengan praktek yang sesungguhnya.
b. Bagi Masyarakat
Dapat menjadi sumber informasi agar lebih mengenal produk-
produk yang di tawarkan oleh Bank Syariah, khusunya dalam hal
pembiayaan sehingga mereka tidak merasa asing terhadap
keberadaan Bank Syariah. Dapat menjadi sumber informasi tentang
bagaimana mengajukan pembiayaan Murabahah serta mengetahui
bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada Pembiayaan
Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB di Bank Muamalat
Indonesia Cabang Solo.
c. Bagi Pembaca
Penulis tugas akhir ini dapat dijadikan sebgai tambahan informasi
dan referensi dalam penelitian.
d. Bagi Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
Penulis tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
BMI Cabang Solo untuk mempertahankan dan mengembangkan
kinerjanya di masa akan datang.
e. Bagi STAIN Salatiga
Merupakan referensi dan informasi bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa STAIN Salatiga Progran Studi DIII Perbankan Syariah
serta sebagai sarana untuk menjalin kerjasama anatara lembaga
STAIN dengan BMI Cabang Solo.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan penelitian
lapangan yaitu penelitiaan terlibat langsung didalam penelitianya.
Penelitiaan ini dilakukan bertempat di Bank Muamalat Indonesia
Cabang Solo yang beralamat di jalan Slamet Riyadi N0.314 Surakarta
(Depan Stadion Sriwedari).
2. Jenis data yang dibutuhkan
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian yang
akan digunakan untuk analisis dan pembahasan masalah.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung dari Bank Muamalat
antara lain dari buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti, sumber-sumber data atau dokumen-dokumen Bank
Muamalat yang berkaitan dengan penulisan tugas akhir, dan lain-
lain.
3. Metode pengumpulan data
a. Observasi
Merupakan metode yang paling efektif untuk melengkapi format
atau blangko sebagai instrumen (Arikunto. 2002: 229). Dalam hal
ini, melakukan Penelitian langsung dengan mengamati objek yang
akan diteliti di BMI Cabang Solo.
b. Metode Wawancara (interview)
Merupakan percakapan dengan maksud tertentu (Meleong, 2005:
186). Adapun teknik wawancara dapat dilakukan dengan dua
alternati, yaitu (Mulyana, 2003:180). Metode ini penulis gunakan
untuk mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan pihak staf
legal (unit support pembiayaan), account manager, untuk
mendapatkan data mengenai proses pelaksanaan akad murabahah
pada pembiayaan KPR Muamalat iB, faktor-faktor yang
menyebabkan pembiayaan bermasalah serta upaya penyelesaian
pembiayaan bermasalah.
c. Studi Kepustakaan
Teknik dalam memperoleh data yang dilakukan dengan cara
mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian penulis.
E. Sistematika Penulisan
Agar laporan memperoleh gambaran yang secara berurutan, maka
penulis menyajikan sistematika penulisan yaitu uraian mengenai hal-hal
yang akan dilaporkan secara sistematis.
Bab I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini menguraikan telaah pustaka dan akad dalam
pembiayaan mengenai akad, pembiayaan, dan murabahah..
Bab III Laporan Objek Penelitian
Menyajikan gambaran umum Bank Muamalat Indonesian
Cabang Solo berupa informasi mengenai sejarah berdirinya Bank
Muamalat Indonesia Cabang Solo, Struktur organisasi, serta
produk-produk di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo.
Bab IV Analisis
Merupakan bab yang berisikan Hasil Penelitian dan Pembahasan
meliputi: pelaksanaan akad pembiayaan murabahah pada
pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB di BMI
Cabang Solo, faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah
dalam pelaksanaan akad murabahah pada pembiayaan
Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB di BMI Cabang Solo,
serta upaya penyelesain terhadap pembiayaan bermasalah
dalamakad murabahah pada pembiayaan Kepemilikan
Rumah(KPR) Muamalat iB di BMI Cabang Solo.
Bab V Penutup
Merupakan bab terakhir dalam penulisan tugas akhir ini, karena
akan disampaikan beberapa kesimpulan dan saran terhadap
praktek perbankan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Menurut Nur Inayah (2009) dalam penelitiannya di BMT Bina
Ihsanul Fikri Yogyakarta berjudul “ Strategi Penanganan Pembiayaan
Bermasalah Pada Pembiayaan Murabahah” menyimpulkan bahwadalam
penanganan terhadap nasabah yang pembiayaannya bermasalah, BMT
Bina Ihsanul Fikri menggunakan cara-cara yang lebih bersifat
kekeluargaan seperti melakukan silahturohmi, pembinaan, memberi
peringatan, kemudian sita jaminan. Untuk sita jaminan BMT belum pernah
menerapkannya kepada nasabah yang bermasalah, sekalipun nasabah
tersebut sudah macet pembiayaannya.
Menurut Taftazani (2004) dalam penelitiannya di BSM Capem
Klaten yang berjudul “ Sistem dan Mekanisme Pembiayaan Murabahah
dalam Perspektif Sistem Ekonomi Islam”. Berkesimpulan bahwa bank
syariah menggunakan pembiayaan dengan prinsip jual-beli yang
memperoleh keuntungan sesuai dengan yang disepakati dan harus ada
akad yaitu pengikatan atau perjanjian.
Penelitian Ubaidul Mustofa (2012) pernah menulis sebuah
penelitian berjudul “Studi Analisi Pelaksanaan Akad Murabahah Pada
Produk Pembiayaan Modal Kerja Di Unit Mega Mitra Syariah(M2S)
Bank Mega Syariah Kaliwungu”. Berkesimpulan bahwa pelaksanaan
pembiayaan murabahah pada produk pembiayaan modal kerja di Unit
Mega Mitra Syariah (M2S) Bank Mega Syariah hal ini terjadi karena (1)
Dari segi syarat dan rukunnya ada beberapa aspek yang belum sesuai
dengan ketentuan syariah dikarenakan dalam pelaksanaan akad ada
tambahan berupa akad wakalah yang pelaksanaan dilakukan bersamaan,
(2) Dari segi barang yang diperjualbelikan tidak jelas, karena yang
membeli barang adalah pihak nasabah itu sendiri dan pihak bank hanya
sebagai pemberi pinjaman uang saja, (3) Dari segi penentuan keuntungan
juga masih tergantung dengan waktu peminjaman dan tingkat plafon
peminjaman, bukan tergantung pada pembelian barang yang riil sehingga
menjadikan seperti riba. Ketidak sesuaian beberapa syarat tersebut lebih
dipengaruhi karena pihak Bank Mega Syariah tidak mengikuti prosedur
pelaksanaan akad murabahah sebagaimana yang telah diatur oleh Dewan
Syariah Nasional dalam fatwanya Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 dimana
seluruh aspek operasionalnya sebenarnya sudah diatur di dalam fatwa
tersebut.
Penelitian yang lain yang pernah diteliti di BMI Cabang Solo yaitu
mengenai “Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Pembiayaan
Murabahah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo” yang diteliti
oleh Mia Septiana Zaeni (2009). Mengambil kesimpulan bahwa, (1)
Dalam pemberian pembiayaan murabahah, pihak Bank Muamalat
Indonesia menerapkan prinsip kehati-hatian melalui: pertama, adalah
adanya pengawasan secara preventif dan pengawasan secara represif.
Pengawasan terhadap pembiayaan murabahah dengan tujuan komsuntif
biasanya hanya diterapkan prinsip pengawasan secara preventif yaitu
melalui analisis yang mendalam terhadap 5C, yaitu watak, modal,
kemampuan dalam hal pelunasan pembiayaan, kondisi ekonomi dari usaha
yang digunakan sebagai sumber pelunasan, dan terakhir adalah adanya
jaminan yang diberikan oleh calon nasabah benar-benar akan melunasi
pembiayaan. Kedua, adanya antisipasi pembatalan pemesanan dengan
jalan penandatanganan akad jual beli antara bank dengan pemasok sesaat
sebelum penandatanganan akad murabahah. Ketiga, adalah dalam
pemberian jangka waktu maksimal dalam pembiayaan. Sedangkan dalam
pembiayaan murabahah dengan tujuan produktif selain ada pengawasan
preventif juga ada pengawasan represif, hal ini dimaksudkan untuk
mengawasi usaha nasabah apakah berjalan dengan lancar atau tidak. (2)
Bahwa dalam setiap permasalahan yang terjadi, jarang sekali pihak bank
dan nasabah melanjutkannya sampai dengan ketingkat badan arbitrasi
maupun peradilan agama. Pihak bank dengan nasabah cukup
menyelesaikan sengketa yang terjadi dengan jalan musyawarah. Jika tidak
dapat terselesaikan barulah melalui BASYARNAS atau peradilan agama.
Jadi penelitian yang saat ini diambil oleh penulis mengenai “
Pelaksanaan Akad Murabahah pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah
(KPR) Muamalat iB di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo” belum
pernah ada yang meneliti sebelumnya.
B. Akad dalam Pembiayaan
1. Pengertian
a. Pengertian akad
Akad menurut bahasa berarti perikatan, perjanjian (Burhanuddin
Susanto, 2008 :223). Sedangkan secara terminologi, pengertian akad
adalah suatu perikatan yang ditetapkan dengan ijab qabul
berdasarkan ketentuan syara’ yang menimbulkan akibat hukum
terhadap obyeknya.
b. Tujuan akad
Tujuan akad yaitu :
1) Tamlik, contohnya jual beli.
2) Perkongsian atau kerja sama, contohnya syirkah dan
musyarakah.
3) Taitsiq, yaitu memperkokoh kepercayaan, antara lain rahn
(gadai) dan kafalah.
4) Menyerahkan atau mewakili kekuasaan contohnya wakalah
atau wasiat.
5) Mengadakan pemeliharaan, contohnya wadiah (titipan).
c. Syarat-syarat akad
Dalam pelaksanaanya, suatu akad harus memenuhi syarat-syarat
yang bertujuan untuk menentukan sah atau tidaknya sebuah
transaksi. Apabila tidak memenuhi syarat, suatu akad menjadi batal.
1) Akad atau transaksi
Merupakan isi dan tujuan dari perjanjian. Dalam hal ini
harus ada persesuain khendak anatar kedua belah pihak berupa
ijab atau penyerahan dan qabul yaitu menerima atau kesediaan.
2) Syarat ijabqabul menurut syara’ :
a) Beriring-iringan antar ijab dan qabul
b) Sesuai anatar ijab dan qabul
c) Tidak berta’liq
d) Tidak dibatasi oleh waktu.
3) Objek transaksi
Harus memenuhi syarat-syarat :
a) Barang atau apa saja yang dihalakan.
b) Barang adalah milik penjual, jika barang milik orang lain, harus
dengan persetujuan atau seizin pemiliknya.
c) Barang yang ada manfaatnya.
d) Barang harus diserahkan.
4) Subjek transaksi
a) Dilakukan oleh orang yang sudah dewasa (baligh).
b) Sehat akal dan mental.
c) Dilakukan atas kehendak sendiri.
d) Boleh menggunakan hartanya
2. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan Merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas pembiayaan penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut
Antonio, dari segi sifat penggunaanya pembiayaan dapat dibagi
menjadi dua hal sebagai berikut:
1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu peningkatan
usaha, baik produksi, perdagangan maupun investasi.
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
empat hal yaitu:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan : (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu
jumlah hasil produksi. Maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi: dan (b) untuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utiliti of place dari suatu barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 160-
161).
c. Pembiayaan multiguna, yaitu salah satu bentuk pembiayaan yang
ditujukan untuk pembeliaan kendaraan bermotor baik mobil atau
motor yang tidak bertentangan dengan syariah islam dan disetujui
oleh bank (Abdul Ghofur Anshori, 2008: 212).
d. Pembiayaan terhadap kepemilikan rumah (KPR) Muamalat iB ,
pembiayaan ini termasuk dalam pembiayaan komsumtif yang
bersifat sekunder yaitu kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif
maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan
primer seperti makanan dan minuman, pakaian atau perhiasan,
bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainnya, maupun berupa
jasa,seperti pendidikan, pelayaanan kesehatan, pariwisata, hiburan,
dan sebagainnya.
Dalam perbankan syariah, jika seseorang ingin meminjam dana
untuk membeli barang tertentu, misalnya rumah, suka atau tidak suka
ia harus melakukan jual-beli dengan bank syariah. Disini bank syariah
berlaku sebagai penjual dan nasabah bertindak selaku pembeli, jika
bank memberikan pinjaman (dalam pengertian bank konvensional)
kepada nasabah untuk membeli barang-barang itu, bank tidak boleh
mengambil keuntungan dari pinjaman itu, hal ini didasarkan hadist
Nabi saw yang mengatakan bahwa setiap pinjaman yang
menghasilkan manfaat adalah riba, dan para ulama sepakat bahwa riba
itu haram, sehingga dalam perbankan syariah pinjaman tidak disebut
kredit tetapi pembiayaan (financing). Sehingga harus dilakukan jual
beli, dimana bank syariah dapat mengambil keuntungan dari harga
barang yang dijual, dan keuntungan dari jual beli yang diperbolehkan
dalam Islam.
Pembiayaan dalam perbankan syariah mencakup beberapa macam
sebagai berikut (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 171-174):
a. Al-murabahah, yaitu adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati bersama.
b. Bai’ as-salam (in front paymen sale), yaitu pembelian barang yang
deserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya dimuka.
c. Bai’ al-istishna, yaitu kontrak penjualan anatar pembeli dan
pembuat barang, dalam kontrak ini pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli. Pembuat barang kemudian berusaha melalui
orang lain untuk membuat atau membeli barang mmenurut
spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada pembeli
akhir.
d. Al-mudharabah, yaitu akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan dana seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya (mudharib) menjadi
pengelola. Keuntungan atas usaha bersama tersebut dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
kerugian bukan akibat kelalaian mudharib akan ditanggung
pemilik modal (shahibul mal).
e. Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (amal/prestise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
f. Musyarakah mutanaqishah, yaitu akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dan secara bertahap salah satu
pihak (bank) menurunkan jumlah partisipasinya.
g. Ijarah, bank syariah yang mengoperasikan ijarah dapat melakukan
leasing, baik operasional lease maupun financial lease. Akan
tetapi pada umumnya, bank-bank syariah lebih banyak
melaksanakanfinancial lease with purchase option atau al-ijarah
al-muntahia bi-tamlik yaitu akad sewa-menyewa yang diakhiri
dengan perpindahannkepemilikan dari pihak bank kepada nasabah
dengan cara hibah maupun janji untuk melakukan jual beli di akhir
masa sewa.
b. Unsur-unsur Pembiayaan
Adapun unsur-unsur pembiayaan yang terkandung dalam
pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagai berikut (Kasmir,
2001: 74-76):
a. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit/pembiayaan (bank) bahwa
pembiayaan yang diberikan bank berupa uang, barang atau jasa
akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa datang.
b. Antara si pemberi dengan penerima pembiayaan harus ada
kesepakatan. Kesepkatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban
masing-masing.
c. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengambilan kredit yang telah
disepakati.
d. Resiko
Faktor diakibatkan nasabah tidak mau membayar kreditnya
kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar
kreditnya pada hal mampubdan resiko kerugian yang diakibatkan
karena nasabah tidak sengaja. Semakain panjang waktu suatu
kredit semakin besar resikonya tertagih, demikian pula sebaliknya.
e. Balas jasa
Balas jasa atas kredit pada bank konvensiaonal dalam
bentuk bunga, biaya provisi dab komisi serta biaya administrasi
kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank
syariah atas pembiayaan yang diberikan balas jasanya ditentukan
dengan bagi hasil.
c. Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah.
Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait
dengan stake holder, diantara stake holder tersebut adalah pemilik,
pegawai, masyarakat, pemerintah, dan lembaga keuangan lainnya.
Secara lebih rinci tujuan harus dijabarkan secara jelas sejak awal,
hal ini bertujuan agar pendekatan logis terhadap data yang akad
dikaji dapat dicapai, untuk itu tujuan secara umum dari
pembiayaan, yaitu:
a. Besarnya kebutuhaan fasilitas pembiayaan yang diajukan.
b. Kegunaakn fasilitas pembiayaan yang diajukan, untuk
kebutuhan barang investasi atau kebutuhan midal kerja.
c. Jangka waktu dari fasilitas pembiayaan yang diajukan
d. Penjelasan atas ulasan perubahan-perubahan yang ada.
Sebelum fasilitas pembiayaan diberikan maka lembaga keungan
harus merasa yakin bahwa pembiayaan yang harus diberikan benar-
benar akan kembali. Keyakianan tersebut dapat diperoleh dari hasil
penilaian pembiayaan dengan prinsip analisis untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabah dan usaha yang akan dibiayai.
d. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Ada beberapa prinsip yang digunakan dalam melakukan analisis
pembiayaan yang dapat dilakukan oleh lembaga keuangan. Menurut
kasmir, prinsip pemberiaan pembiayaan itu meliputi prinsip analisis
5C yaitu : Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition dan
analisis 7P yang meliputi Personality, Parti, Purpose, Prospect,
Payment, Profitability dan Protection serta dengan menggunakan stdi
kelayakan usaha (Kasmir, 2003: 91-94).
Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Analisis 5C
a) Character
Merupakan Merupakan sifat atau watak seseorang atau calon
debitur. Tujuannya untuk memberikan keyakinan kepada
lembaga keuangan, bahwa sifat dan watak dari orang yang akan
diberi pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. Hal ini dapat
dilihat dari latar belakang pekerjaan maupun pribadi dari calon
nasabah tersebut.
b) Capacity
Merupakan analisi untuk mengetahui calon nasabah untuk
membayar pembiayaan yang dihubungkan dengan kemapuannya
mengelola usaha kemampuan mencari laba.
c) Capital
Adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui sumber-
sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang
dibiayai oleh lembaga keuangan.
d) Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi
jaminan kredit yang diberikan. Sehingga jika terjadi
permasalahan dengan pembiayaan, maka jaminan yang
dititipkan akan dapat digunakan seefektif mungkin untuk
mengendalikan resiko pembiayaan bermasalah.
e) Condition
Dalam memberikan pembiayaan hendaknya mempertimbangkan
kondisi ekonomi sosial dan polotik yang ada sekarang dan
prediksi untuk dimasa yang akan datang sesuai dengan sektor
masing-masing.
2) Analisa 7P
a) Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
laku sehari-hari, maupun di masa lalu, yang meliputi : sikap,
emosi, tingkah laku, serta tindakan nasabah dalam menghadapi
masalah dan penyelesainnya.
b) Party
Mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta
karakternya. Dengan demikian, lembaga keuangan dapat
memberikan fasilitas pembiayaan terhadap nasabah baik dari
segi jumlah, bagi hasil dan persyaratan lainnya berdasarkan
golongan tertentu.
c) Purpose
Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
pembiayaan termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan
nasabah, apakah untuk tujuan produktif atau konsumtif.
d) Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
apakah meneguntungkan atau tidak. Hal ini sangat penting
mengingat jika suatu fasilitas pembiayaan diberikan tanpa
mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi tetapi juga
nasabah.
e) Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
pembiayaan yang telah diambil atau sumber dari mana saja
dana untuk pengembalian pembiayaan yang diperolehnya.
f) Profitability
Untuk menganalisa bagaimana nasabah dalam mecari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap
sama atau akan semakin meningkat.
g) Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga pembiayaan yang
disalurkan oleh lembaga keungan melalui perlindungan baik
berupa jaminna barang atau orang.
e. Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Murabahah didefisinikan oleh para fuqaha sebagai penjualan
barang seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik
murabahah adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli
mengenai harga pembeliian produk dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut (Wiroso,
2005 :13).
Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN (Dewan Syariah
Nasional) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan murabahah (DSN,
2003: 311) adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinnya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih sebagai laba. Sedangkan dalam PSAK 59 tentang Akuntansi
Perbankan Syariah paragraf 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah
akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
b. Syarat Murabahah
Dalam murabahah dibutuhkan beberapa syarat, antar lain:
1) Mengetahu harga pertama (Harga Pembelian)
2) Mengetahui besarnya keuntungan
3) Modal hendaknya berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan
sejenis, seperti benda-benda yang ditukar, ditimbang dan dihitung.
4) Sistem murabahahdalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan
riba tersebut terhadap harga pertama.
5) Transaksi pertama haruslah sah secara syara’.
e. Ketentuan Jual Beli Murabahah
Dalam melaksanakan transaksi murabahah, ketentuan atau aturan
yang perlu diperhatikan yaitu ketentuan dalam Fatwa Dewa Syariah
Nasional dan Ketentuan Bank Indonesia yang tercantum dalam
Peraturan Bank Indonesia maupun Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah Indonesia (PAPSI).
Ketentuan mengenai Murabahah sesuai dengan Fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
yaitu sebagai berikut: (DSN, 2000: 294)
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga senilai harga beli ditambah keuntungan. Dalam hal
ini bank harus memberithu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.
f. Skema Proses Murabahah
1. Negosiasi dan persyaratan
Gambar : 1.1
Skema Proses Murabahah
BANK NASABAH
SUPLIERPENJUAL
2. Akad jual beli
5. Terima barangdandokumen
3. Pembelian
barang4. Pengiriman
BAB III
LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia
Ide kongkrit Pendirian Bank Muamalat Indonesia berawal dari lokal karya
“Bunga Bank dan Perbankan” yang diselenggarakan Majlis Ulama Indonesia
(MUI) pada tanggal 18-20 1990 di Cisarua. Ide ini kemudian lebih dipertegas
lagi dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) ke IV MUI di Hotel Sahid Jaya
Jakarta tanggal 22-25 Agustus 1990 yang mengamanahkan kepada Bapak
K.H. Hasan Bahri yang terpilih kembali sebagai Ketua Umum MUI, untuk
merealisasikan pendiriian Bank Islam tersebut. Setelah itu, MUI membentuk
satu Kelompok Kerja (KOPJA) untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Tim
KOPJA ini membentuk Tim Kecil “Penyiapan Buku Panduan Bank Tanpa
Bunga”, yang diketahui oleh Bapak Dr. Ir. M. Amin Aziz.
Hak paling utama dilakukan oleh Tim MUI ini di samping melakukan
pendekatan-pendekatan dan konsultasi dengan pihak-pihak terkait adalah
menyelenggarakan penelitian calon staf melalui Management Developmen
Program (MDP) di Lembaga Pendidikan Perbankan Indonesia (LPPI),
Jakarta yang dibuka pada tanggal 29 Maret 1991 oleh Menteri Muda
Keuangan, dan menyakinkan beberapa pengusaha muslim untuk jadi
pemegang saham pendiri. Untuk membantu kelancaran tugas-tugas MUI ini
dibentuklah Tim Hukum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang
di bawah ketua Drs. Karnaen Perwaatmadja, MPA. Tinm ini bertugas untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut aspek hukum Bank Islam.
Pada tanggal 1 November 1991 terlaksana penandatanganan Akte
Pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia di Sahid Jaya Hotel dihadapan
Notaris Yudo Paripurno, SH. Dengan Akte Notaris No.1 tanggal 1 November
1991 (Izin Menteri Kehakiman No.c2.2413.HT.01.01 tanggal 21 Maret 1992/
Berita Negara RI tanggal 28 April 1992 No.34). Pada saat penandatanganan
Akte Pendiri ini terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 48
miliar.
Selanjutnya, pada acara silahturahmi pendirian Bank Syariah di Istana
Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut
menanam modal senilai Rp 106 miliar. Dengan angka modal awal ini Bank
Muamalat mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 bertepatan dengan
tanggal 27 Syawal 1412 H, SK Menteri Keuangan RI No.1223/MK. 013/1991
tanggal 5 November 1991 diikuti oleh izin usaha keputusan Menteri
Keuangan RI No. 430/KMK.013/1992 tanggal 24 April 1992. Pada hari jumat
, 27 Syawal 1412 H, bertepatan dengan tanggal 1 Mei 1992, Menteri
Keuangan dan dengan dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia, meresmikan
mulai beroperasinya Bank Muamalat dalam upacara “Soft Opening” yang di
adakan di Kantor Pusat Bank Muamalat di Gedung Arthaloka, Jl. Jend.
Sudirman Kav. 2 Jakarta.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh pososo Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergolong oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan
macet (NPF) mencapai lebih dari 600%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp
105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari
sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
saham Bank Muamalat. Oleh karena itu, kurun waktu antara tahun 1999 dan
2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan
bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap
Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat
kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada: (1)
tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (2)
tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan
dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat
sedikitpun, (3) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat
menjadi prioritas utama di tahunpertama kepengurusan Direksi baru, (4)
peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat
menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (5) pembangunan tonggak-
tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha
menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang
akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era
pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Saat ini Bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta
nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan
BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos
Online/SOPP diselluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant
debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah
membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk
meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan
dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga
layanan BMI dapat di akses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai
Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk
menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah,
namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok
nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa,
lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari
70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir.
Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Financial
Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai
The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East
Asia (Hong kong).
B. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia
1. Visi :
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.
2. Misi :
Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keuangan manajemen dan
orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
stakeholder.
C. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia
1. Pendanaan
a. Giro
1) GiroMuamalat Attijary iB
Semua orang bisa mendapatkan prioritas bisnis dan layanan
transaksi. Produk giro berbasis akad wadiah yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan dalam bertransaksi. Merupakan
sarana untuk memenuhi kebutuhan transaksi bisnis dalam
perorangan maupun non-perorangan yang didukung oleh
fasilitas Cash Managemen.
2) Giro Muamlat Ultima iB
Semua orangbisa mudah bertransaksi sekaligus berinvestasi.
Produk giro berbasis akad mudharabah yang memberikan
fasilitas kemudahan bertransaksi dan bagi hasil yang
kompetitif.
b. Tabungan
1) Tabungan Muamalat
Tabungan syariah dalam mata uang rupiah yang akan
meringankan transaksi keuangan anda, memberikan akses yang
mudah, serta manfaat yang luas. Tabungan Muamalat kin hadir
dengan dua pilihan kartu ATM/Debit yaitu Shar-E Regular dan
Shar-E Gold.
2) Tabungan Muamalat Dollar
Tabungan syariah dalam denominasi valuta asing US Dollar
(USD) dan Singapore Dollar (SGD) yang ditijukan untuk
melayani kebutuhan transaksi dan investasi yang lebih
beragam, khususnya yang melibatkan mata uang USD dan
SGD.
3) Tabungan Haji Arafah
Tabungan haji dalam mata uang rupiah yang dikhususkan bagi
anda masyarakat muslim Indonesia menunaikan ibadah Haji.
4) Tabungan Haji Arafah Plus
Tabungan haji dalam mata uang rupiah yang dikhususkan bagi
anda masyarakat muslim Indonesia yang berencanan
menunaikan ibadah Haji secara regular maupun plus.
5) Tabungan Muamalat Umroh
6) Tabungan berencana dalam mata uang rupiah yang akan
membantu anda mewujudkan impian untuk berangkat
beribadah Umroh.
7) TabunganKu
Tabungan syariah dalam mata uang rupiah yang sangat
terjangkau bagi anda dalam semua kalangan masyarakat serta
bebas biaya administrasi.
8) Tabunga IB Muamalat
Merupakan solusi yang tepat untuk keputusan keuangan yang
harus dilakukan saat ini untuk mewujudkan rencana dan impian
di masa depan dengan cara yang sesuai prinsip syariah.
9) Tabungan Muamalat Prima IB
Sebagai bentuk dari komitmen PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk untuk memenuhi kebutuhan Nasabah dengan produk-
produk yang inovatif.
c. Deposito
1) Deposito Mudharabah
Deposito syariah dalam mata ungan Rupiah dan US Dollar
yang fleksibel dan memberikan hasil investasi yang optimal
bagi anda.
2) Deposito syariah dalam mata uangan Rupiah dan US Dollar
yang refleksibel dan memberikan hasil investasi yang optimal
serta perlindungan asuransi jiwa gratis bagi Anda.
2. Pembiayaan
a. Konsumen
1) KPR Muamalat iB
KPR Muamalat IB adalah produk pembiayaan yang akan
membantu anda untuk memiliki rumah (ready stock/bakas),
apartemen, ruko, rukan, kios maupun pengalihan take-over
KPR dari bank.
2) Automuamalat
Automuamalat adalah produk pembiayaan yang akan
membantu anda untuk memiliki kendaraan bermotor. Produk
ini adalah kerjasama Bank Muamalat dengan Al-Ijarah
Indonesia Finance (ALIF).
3) Dana Talangan Porsi Haji
Dana Talangan Porsi Haji adalah pinjaman yang ditujukan
untuk membantu Anda mendapatkan porsi keberangkatan haji
lebih awal, meskipun saldo tabungan belum mencapai syarat
pendaftaran porsi.
4) Pembiayaan Umroh Muamalat
Pembiayaan Umrah Muamalat adalah produk pembiayaan yang
akan memebantu mewujudkan impian Anda untuk beribadah
Umroh dalam waktu yang segera.
5) Pembiayaan kepada Anggota Koperasi Karyawan/Guru/PNS
Pembiayaan konsumtif yang diperuntukan bagi beragam jenis
pembelian konsumtif kepada karyawan/guru/PNS (selaku end
user) melalui koperasi.
b. Modal Kerja
1) Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan Modal Kerja adalah produk pembiayaan yang
akan membantu kebutuhan modal kerja usaha Anda sehingga
kelancaran operasional dan rencana pengembangan usaha Anda
akan terjamin.
2) Pembiayaan Modal Kerja Syariah (BPR/BMT/Koperasi)
Pembiayaan Modal Kerja Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Syariah adalah produk pembiayaan yang ditujukan untul LKM
Syariah (BPR/BMT/Koperasi) yang hendak meningkatkan
pendapatan dengan memperbesar portfolio pembiayaannya
kepada Nasabah anggotanya (end-user).
3) Pembiayaan Rekening Koran Syariah
Pembiayaan Rekening Koran Syariah adalah produk
pembiayaan khusus modal kerja yang akan meringankan usaha
Anda dalam mencairkan dan melunasi pembiayaan sesuai
kebutuhan dan kemampuan.
c. Investasi
1) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan Investasi adalah produk pembiyaan yang akan
membantu kebutuhan investasi usaha Anda sehingga
mendukung rencana ekspansi yang telah Anda susun.
2) Pembiayaan Hunian Syariah Bisnis
Pembiayaan Hunian Syariah Bisnia adalah produk pembiayaan
yang akan membantu usaha Anda untuk membeli, membangun
ataupun merenovasi properti maupun pengalihan take-over
pembiayaan properti dari bank lain untuk kebutuhan bisnis
Anda.
d. Layanan
1) Remittance
a) Remittance BMI-MayBank (Bank Muamalat Indonesia-
MayBank)
Adalah kiriman uang bagi TKI di Malaysia dapat mengambil
dana secara cash di seluruh cabang Bank Muamalat
Indonesia.
b) Kas KILAT : BMI-BMMB ( Bank Muamalat Indonesia-Bank
Muamalat Malaysia Berhad)
Adalah kiriman uang bagi TKI di MALAYSIA KE Indonesia
melalui seluruh counter Bank Muamalat Malaysia Berhad
kepada Nasabah Bank Muamalat Indonesia.
c) Remittance BMI-NCB (Bank Muamalat Indonesia-National
Commercial Bank)
Adalah kiriman uang bagi TKI di Arab Saudi ke Indonesia
melalui seluruh counter PayQuick maupun fasilitas ATM
National Commercial Bank kepada Nasabah Bank Muamalat
Indonesia mauipun Bank lain.
d) Tabungan Nusantara
Adalah tabungan syariah yang dikelola dengan akad berbagai
hasil denan tambahan keuntungan kemudahan layanan
remittance, sehingga selain manabung juga mudah
melakukan transaksi Remittance.
2) Trade Finance
a) Bank Garansi (BG) adalah jaminan pembayaran yang
diberikan jaminan oleh Bank atas permintaan Nasabahnya,
kepada pihak penerima jaminan dalam hal Nasabah dijamin
tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak penerima
jaminan. Bank Garansi merupakan fasilitas non dana (Non
Funded Faciliti) yang diberikan Bank berdasarkan akad
Kafalah bil Ujrah.
b) Trade Finance-Ekspor
c) Trade Finance-Impor
d) Trade Finance-Ecport Import Non LC Fianancing
e) Produk/Layanan Untuk Perdagangan Dalam Negeri SKBDN
(Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
Bank Muamalat menyediakan layanan untuk transaksi
SKBDN atau lazim dikenal dengan nama L/C dalam negeri
untuk mendukung kelancaran bisnis anda.
f) Letter of Credit secara sederhana merupakam
pengambilalihan tanggung jawab pembayaran oleh pihak
lain (dalam hal ini diambil alih oleh Bank) atas dasar
permintaan pihak yang dijamin (Applicant/Pembeli/Nasabah
Bank) untuk melakukan pembayaran kepada pihak penerima
jaminan (Beneficiary/Penjual) berdasarkan syarat dan
kondisi yang ditentukan dan disepakati.
g) SBLC Standby
Standby Letter of Credit adalah suatu janji tertulis yang
bersifat irrevocable diterbitkan atas permintaan applicant
untuk membayar kepada beneficiary, apabila applicantwan
prestasi.
3) Layanan 24 Jam
a) SMS Banking
b) SALA Muamlat
Merupakan layanan Phone Banking 24 jam melalui 500016 /
(021) 500016 (jika dihubungi melalui telepon seluler) yang
memberikan kemudahan kepada nasabah, setiap saat dan
dimanapun nasabah berada untuk memperoleh informasi
mengenai produk, saldo dan informasi transaksi, transfer
antar rekening Muamalat sehingga Maksimal
Rp.50.000.000, serta pembayaran ZIS.
c) Muamalat MOBILE
Adalah layanan perbankan dengan menggunakan teknologi
GPRS yang dilakukan dari ponsel. Nasabah dapat
melakukan transaksi non-tunai seperti cek saldo, transfer
maupun melihat histori transaksi secara Real time dengan
biaya yang sangat murah.
d) Internet Banking Muamalat
e) Cash Managemen Muamalat
f) PC Banking
D. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
Struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan bisnis dan sekaligus
mengantisipasi dinamika lingkungan bisnis.Untuk itu dalam menciptakan
suasan kerja yang terorgasnisir secara sistematis perlu adanya rencana
kerja yang terarah serta pelaksanaan rencana kerja yang benar-benar
membidangi kerrja. Untuk itu perlu adanya struktur organisasi karena
dengan adanya struktur organisasi yang jelas dan nyata akan menciptakan
suatu ketegasan dan pembatsan tanggung jawab bagi masing-masing
bagian mulai dari pimpinan sampai dengan bawahannya. Sehigga dengan
adanya pembatatasan tersebut para pelaksana kewajiban akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Adapun struktur organisasi BMI
Cabang Solo adalah:
Gambar : 2.1
Struktur Organisasi Bank Muamalat Cabang Solo
Sumber: Dokumen BMI Cabang Solo
Businnes Manager (BM)
Pincapem Operation Manager
Kas & layanan(CS. Teller)
BackOfficee
Support(USP)
FundingLendingMarketing/AM
Umumpersonalia
E. Job Description
1. Businnes Manager
Tugas dan tanggung jawab Busines Manager
a. Secara pro-aktif serta penuh tanggung jawab membantu kelancaran
dan kesuksesan tugas dan tanggung jawab Direksi yang berkaitan
dengan pembiayaan.
b. Mengkoordinasi dan mensupervisi pelaksanaan tugas dari para
pejabat/pengelola pembiayaan yang berada dibawah tanggung
jawabnya.
c. Memutus pembiayaan sesuai batas (limit) kewenangan yang
dimilikinya.
d. Memberikan rekomendasi dalam Memorandum Usulan
Pembiayaan (MUP) dan meneruskannya ke Pejabat yang
memilikilimit kewenangan yang lebih tinggi, apabila plafon
fasilitas yang diusulkan melebihi batas kewenangannya.
2. Operation Manager
a. Mengkoordinasikan pekerjaan dan staff di area customer service,
kas dan penata jasa agar menciptakan hasil yang optimal.
b. Menekan tingkat kesalahan pada titik nol, melalui review,
pengarahan dan pemberian training dengan mengacu pada
prosedur.
c. Menciptakan suasana kerja yang harmonis dengan sesama
karyawan, atasan dan bagian lainnya.
d. Menciptakan sistem pendukung operasional yang tangguh sehingga
mampu memberikan pelayanan yang cepat, aman dan memuaskan
bagi nasabah.
e. Mengatasi permasalahan yang terjadi di area operasional dengan
mengacu pada prosedur.
f. Bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan operasional cabang.
Bertanggungjawab terhadap berbagai bentuk laporan seperti
transaksi harian, rekening nasabah dan neraca.
3. Teller
a. Melayani penyetoran dan pembayaran tunai sehubungan transaksi.
b. Melakukan pembayaran dan penerimaan yang berhubungan dengan
pembayaran biaya bank, biaya personalia dan umum melalui
counter bank.
c. Menyusun daftar penerimaan dan pengeluaran uang tunai dan
melakukan penccocokan saldo dengan fisik uang dan saldo pada
neraca harian.
d. Melaksanakan pengawasan khasanah/brangkas.
4. Back office
Bertugas menjalankan kegiatan kliring dan seluruh transaksi antar
bank, perorangan dengan bank yang prosesnya melalui Bank
Indonesia.
5. Umum dan Personalia
a. Tugas personalia
Personalian bertugas dalam pekerjaan yang terkait dengan
kepegawaian, seperti urusan kesejahteraan Karyawan (gaji dan
tunjangan), kenaikan pangkat, pendidikan-latihan, dan urusan
kesejahteraan yang lain.
b. Tugas umum
1) Menginvestariskan kebutuhan karyawan dan perusahaa.
2) Melakukan pengadaan/pembelian serta pembukuan dan
melakukan penyusutan atas setiap harta/inventaris kantor.
3) Memelihara/menjaga harta inventaris kantor agar tetap dalam
kondisi baik, dan bertanggung jawab atas keamanan
harta/peralatan.
4) Memberikan saran, pendapat, opini terhadap setiap masalah
yang timbul dalam ruang lingkup tugas dengan baik.
6. Support (USP)
a. Melaksanakan penilaian/taksasi barang jaminan (termasuk
mensupervisi taksasi yang dilakukan oleh Appraisal Independent)
dan bi checking, legal opinion, trade checking.
b. Memeriksa Surat Persetujuan Pembiayaan (SPP) sesuai dengan
hasil KP.
c. Melaksanakan pengikatan atas pembiayaan dan jaminan.
d. Melaksanakan penutupan asuransi barang jaminan.
e. Melaksanakan administrasi realisasi pembiayaan dan administrasi
pembiayaan lainnya.
f. Menyimpan, mengelola dan mengamankan dokumen-dokumen
pembiayaan.
g. Membuat laporan portofolio cabang serta laporan-laporan lain
yang berkaitan dengan rung lingkup tugasnya.
h. Menindak lanjuti Temuan Hasil Pemeriksaan Audit Intern maupun
Ekstern terkait dengan pelaksanaan tugas/tanggungjawabnya.
7. Funding (Penanaman Dana)
Funding (penanaman dana bertugas dalam pengumpulan dana
masyarakat sesuai dengan funding yang ada, seperti saham, deposito,
mudharabah, tabungan mudharabah, titipan wadhi’ah dhomanah,
zakat, infak dan shodakoh. Untuk mencapai hasil yang optimum maka
sebelum bagian funding tersebut beroperasi, haruslah membuat
rencana target yang dicapai.
8. Account Manager
a. Menhimpun data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan
permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah.
b. Melakukan kunjunan setempat (On The Spot/OTS) ke lokasi-lokasi
yang terkait dengan pembiayaan yang akan diproses.
c. Melakukan verifikasi atas keakuratan dan keabsahan data dan
informasi serta dokumen yang terkait dengan usulan pembiayaan
dan diketahui oleh Busines Manager (BM),
d. Membuat dan merekomendasi Memorindum Usulan Pembiayaan
(MUP) dan meneruskan kepada BM.
e. Membuat Surat Persetujuan Pembiayaan (SPP) yang berisikan
seluruh keputusan Komite Pembiayaan (KP) dan mnyerahkan
kepada Unit Support Pembiayaan (USP) untuk memastikan bahwa
seluruh persyaratan Kp telah tercakup dalam Surat Persetujuan
Pembiayaan (SPP).
f. Menyampaikan Surat Persetujuan Pembiayaan (SPP) kepada
nasabah.
g. Melakukan pemantauan pembiayaan serta pembinaan nasabah.
h. Memproses permohonan nasabah yang berkaitan dengan
penambahan perpanjangan pembiayaan.
i. Menjaga mutu/kualitas portofolio pembiayaan.
j. Memasarkan produk pembiayaan dan melakukan cross selling atas
produk dan jasa Bank Muamalat.
9. Service Assistent (S/A)
a. Memberitahu informasi dalam hal operasional kantor.
b. Mengadministrasikan nasabah funding yang baru.
c. Membantu keperluan administrasi Business Manager,
mempersiapkan surat-menyurat intern dan ekstern kantor cabang,
menerima dan filing surat-surat dari pihak ektern, mengatur jadwal
kegiatan Business Manager, Memonitor surat/memo masuk yang
belum di follow up.
d. Mencatat hasil agenda rapat cabang atau permintaan Business
Manager.
e. Me-review surat-surat intern maupun ekstern.
10. Custamer Service
a. Melaksanakan pembukuan dan penutupan rekening giro, tabungan
dan deposito.
b. Melayani dan menyelesaikan komplain/ keluhan nasabah dengan
segera dan benar.
c. Registrasi warkat cek/bilyet giro.
d. Registrasi kartu ATM.
e. Sebagai pusat informasi.
F. Konsep Dasar Operasional Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo dalam menjalankan usahanya
mempunyai lima konsep dasar operasional yaitu:
1. Sistem simpanan murni (al-Wadiah)
Yaitu fasilitas yang diberikan oleh Bank Islam untuk memberikan
kesempatan kepada pihak yang berkelebihan dana untuk menyimpan
dananya di bank. Fasilitas ini biasanya diberikan untuk tujuan
keamanan dan pemindahbukuan dan bukan untuk tujuan investasi
(Warkum Sumitro,2004: 92).
2. Sistem Bagi Hasil (Musyarakah)
Musyarakah adalah suatu perkongsian antara dua pihak atau lebih
dalam suatu proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala
keuntungan dan bertanggung jawab akan segala kerugian yang terjadi
sesuai dengan penyertaan masing-masing (Muhammad, 2000: 10).
3. Sistem Jual Beli (Al-Murabahah)
Merupakan salah satu konsep Islam dalam melakukan perjanjian jual
beli. Konsep ini telah banyak digunakanoleh bank-bank dan lembaga-
lembaga keuangan islam untuk pembiayaan modal kerja, pembiayaan
perdagangan nasabah.
4. Sistem Sewa (Ijarah)
Yaitu memberi penyewa kesempatan untuk mengambil pemanfaatan
dari barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan yang
besarnya telah disepakati bersama.
5. Sistem jasa (Fee)
Yaitu sitem kegiatan yang meliputi seluruh layanan nonpembiayaan
yang diberikan bank. Bentuk jasa ini berupa: bank garansi, kliring,
inkaso, jasa transfer (H.M. Syafi’i Antonio, 1983: 11-12).
G. Kegiatan Operasional Bank Muamalat Indonesia
Kegiatan Operasional Bank Muamalat indonesia, antara lain sebagai
berikut:
1. Kegiatan Operasional di Bidang Penghimpunan Dana
Dalam menghimpun dana masyarakat, BMI menerima simpanan
dari masyarakat dan menerima dana dari pihak lain. Kegiatan
operasional yang dilakukan adalah:
a. Giro wadiah, yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan
cara pemindahbukuan.
b. Tabungan mudharabah, yaitu dana yang disimpan nasabah dikelola
bank, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan
kepada nasabah berdasarkan kesepakatan bersama.
c. Deposito Investasi Mudharabah, yaitu simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian antara penyimpan dengan bank bersangkutan dengan
menerapkan sistem bagi hasil keuntunga.
d. Tabungan Haji Mudharabah, yaitu simpanan pihak ketiga yang
penarikannya dilakukan pada saatnasabah akan menunaikan ibadah
haji atau pada saat tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan.
e. Tabungan qurban, yaitu simpanan pihak ketiga yang dikumpulkan
untuk ibadah qurban dengan penarikan yang dilakukan pada saat
nasabah akan melaksanakan qurban atau pada saat tertentu yang
disepakati bersama.
H. Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB
Rumah merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagaimana halnya
makanan dan pakaian. Rumah memiliki arti penting bagi sebuah keluarga,
karena rumah merupakan tempat untuk istirah dan mencurahkan kasih
sayang setelah sibuk bekerja atau beraktifitas di luar. Maka tidak heran
lagi apabila permintaan masyarakat akan rumah setiap tahun semakin
bertambah. Namun harga rumah yang terus membumbung menyebabkan
orang jarang yang mampu membeli rumah secara tunai. Peluang inilah
yang dimanfaatkan oleh banyak lembaga pembiayaan dan pemrbankan
untuk menawarkan produk konsumtif yang banyak dikenal dengan Kredit
Kepemilikan Rumah (KPR). Berbagai fasilitas kemudahan untuk memulai
dari proses pengajuan, keringanan administrasi, rendahnya tingkat suku
bunga dan sebagainya pun ditawarkan sebgai daya tarik. Disayangkan
sekali suku bunga bank konvensional yang fluktuatif dan tidak
pasti,terkadang membuat orang merasa ragu untuk mengambil kredit
kepemilikan rumah dari perbankan.
Sebagian mereka merasa khawatir jika tiba-tiba di tengah masa
kredit suku bunga tiba-tiba naik dan menyebabkan mereka tidak mampu
lagi untuk membayar sisa angsuran. Kekhawatiran seperti itu seharusnya
tidak perlu terjadi jika mefanfaatkan fasilitas Pembiyaan Kepemilikan
Rumah (KPR) Muamalat iB.
Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB adalah
produk pembiayaan yang akan membantu untuk memiliki rumah (ready
stock/bekas), apartemen, ruko, rukan, membangun atau merenovasi rumah
dan untuk pengalihan take-over KPR dari bank. Pembiayaan KPR
Muamalat iB adalah satu satu produk pembiayaan di Bank Muamalat
Indonesia Cabang Solo.
Secara umum, berdirinya lembaga keuangan syariah akhir-akhir ini
beroperasi pada tiga bidang yaitu penyalur dana, menghimpun dana dan
jasa pperbankan. Selain tabungan produk yang saat ini diminati banyak
masyarakat adalah Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) yaitu yang
berbasis syariah. Kelebihan produk KPR Muamalat iB dibandingkan
dengan KPR konvensional diantaranya adalah masyarakat yang
mengambil pembiayaan ini akan lebih tenang, sebab pembiayaan KPR ini
merupakan varian pembiayaan Murabahah dalam bidang penyaluran dana,
sehingga angsuran tetap tanpa terpengaruh tingkat suku bunga.
KPR Muamlat iB dan KPR di bank konvensional memiliki
perbedaan yang sangat mendasar dari segi akad-nya. KPR konvensional
menggunakan perjanjian kredit dengan cara kita meminjam uang untuk
membeli atau membangun rumah kemudian dibayar kembali ditambang
dengan bunga. Sedang KPR Muamalat iB menggunakan prinsip jual beli
(murabahah) . Bank akan membelikan rumah dan menjualnya kepada
nasabah. Pada perbankan syariah tidak dikenal dengan adanya sistem
bunga maka jika terjadi keterlambatan pembayaran, nasabah tidak akan
dijatuhi denda yang berdasarkkan suku bunga.Walapun tingkat
keterlambatan ini sangat kecil namun Dewan Syariah Nasional (DSN)
telah menetapkan Fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang sanksi
atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran kalaupun ada
nasabah yang nakal menunda-nunda pembayaran padahal ia mampu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara KPR konvensional
dengan syariah terletak pada akadnya. Pada bank konvensional, kontrak
KPR didasarkan pada suku bunga tertentu yang sifatnya bisa fluktuatif,
sedangan KPR syariah dapat dilakukan dengan beberapa pilihan akad
alternatif sesuai dengan kebutuhan nasabah, di antaranya KPR iB Jual
Beli (skema Murabaha), KPR iB sewa (skema Ijarah), KPR iB Sewa Beli
(skema Ijarah Muntahia Bittamlik-IMBT), dan KPR iB Kepemilikan
Bertahap (Musyarakah mutanaqisah). Namun yang banyak di tawarkan di
Bank Muamalat Cabang Solo adalah skema jual beli (skema Murabahah).
Pembiayaan Kepemilikan Rumah Muamalat iB yang ditawarkan BMI
Cabang Solo merupakan pembiayaan pembelian rumah baik baru maupun
second (lama). Pembiayaan ini biasanya menggunakan fasilitas
Pembiayaan murabahah yang memungkinkan nasabah untuk membayar
KPR iB secara angsuran. Namun dapat juga digunakan akad yang lain
selain murabahah yaitu murabahah wal ijarah, al-Bai’u Bithaman Ajil, al-
ijarah al-muntahiya bit-tamlik, musyarakah mutanaqisah, musyarakah wal
ijarah.
Secara umum, akadyang sering digunakan dalam pembiyaan rumah
ini antara lain adalah murabahah (jual beli dengan marjin profit), terutama
untuk rumah yang dibangun, dan akad istishna, yaitu pemesan barang
(rumah) dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati, serta
pembayaran dengan nilai yang telah disepakati pula.
Pengembangan melalui Pembiayaan Kepemilikan Rumah pun
dilirik sebagai alternatif utama dalam pembiayaan perumahan. Dalam
konteks inilah, keberadaan lembaga keuangan sangat penting untuk
berperan sebagai lembaga pembiayaan dalam mewujudkan harapan
nasabah memilik rumah. Prinsip syariah dalam Pembiayaan Kepemilikan
Rumah sebagai alternatif utama untuk menjawab keresahan masyarakat.
Pembiayaan Kepemilikan Rumah ini dalam pelaksanaanya menggunakan
akad murabahah yaitu bank syariah membeli rumah pada developer secara
tunai, kemudian bank syariah menjual kepada nasabah secara tangguh atau
diangsur dengan ketentuan jangka waktu sesuai dengan kesepakatan. Bank
sebagai penjual memberitahu harga poko rumah beserta keuntungan bank
(margin). Penggunakan akad ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang
mebutuhkan aset namun kekurangan dana untuk melunasi sekaligus.
BAB IV
ANALISIS
A. Pelaksanaan Akad Murabahah pada Pembiayaan Kepemilikan Rumah
(KPR) Muamalat iB
Dalam penelitian pelaksanaan akad murabahah pada pembiayaan
kepemilikan rumah (KPR) Muamalat iB penelitian melakukan wawancara
langsung dengan pihak bank yaitu Bapak Sigit Arfianto pada bagian Accoun
Manager (AM) pada tanggal 6 Juni 2014. Hasil wawancara tersebut sebagai
berikut.
Pembiayaan KPR Muamalat iB merupakan fasilitas pembiayaan rumah
yang diberikan kepada nasabahnya, dengan prinsip syariah. Pembiayaan ini
digunakan untuk keperluan pembelian rumah baru, second, renovasi,
pembelian rumah second sekalian renovasi, pembelian rumah indent melalui
developer, pembangunan tanah kavling, dan take over KPR dari bank lain.
Pelaksanaan pembiayaan KPR Muamalat iB di BMI Cabang Solo
menggunakan skema Murabahah yaitu skema dengan prinsip jual beli. Dengan
akad murabahah (jual beli), Bank Muamalat membelikan rumah atau bahan
material yang dibutuhkan nasabah. Kemudian bank akan menjual kembali
kepada nasabah dan nasabah mencicil angsurannya sesuai dengan jangka
waktu yang disepakati. Dilihat dari cara pembayarannya, sistem murabahah
adalah skema yang angsurannya tiap bulannya selalu sama sampai dengan
batas akhir pengajuan pembiayaan. Besarnya angsuran ditentukan sejak awal
persetujuan pembiayaan tersebut diperoleh nasabah. Selain angsurannya
yangtetap sampai dengan lunas. Dengan akad murabah nasabah akan mendapat
kemudahan seperti jangka waktu 15 tahun, dan angsuran sama dari awal hingga
akhir. Dalam akad perjanjian tersebut bank akan mendapatkan keuntungan dari
margin yang telah ditentukan dengan kesepakatan antara bank dengan nasabah.
Dalam pelaksanaan akad murabahah pada pembiayaan Kepemilikan
Rumah(KPR) Muamalat iB, nasabah dalam mengajukan permohonan
pembiayaan di BMI Cabang Solo harus melalui beberapa tahapan untuk
mendapatkan keputusan permohonan pembiayaan.
1. Prosedur pengajuan pembiayaan KPR Muamalat iB
a. Calon nasabah datang langsung ke kentor BMI Cabang Solo untuk
menanyakan tentang syarat dan angsuran, selain itu calon nasabah
mempunyai pandangan rumah yang akan dibeli, dan nasabah juga
menanyakan bagaimana cara mengajukan pembiayaan KPR Muamalat
iB.
b. Pegawai BMI Cabang Solo akan menjelaskan kepada nasabah tentang
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pembiayaan KPR
Muamalat iB di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo.
Adapun persyarata-persyaratannya anatar lain:
1) Persyarata umum pengajuaan KPR Muamalat iB
a) Pas poto 4x6 berwarna suami istri
b) Fotocopy KTP pemohon suami istri
c) Fotocopy surat nikah/surat cerai/surat kematiam (jika status
duda/janda)
d) Fotocopy KK
e) Fotocopy NPWP
f) Fotocopy rekening tabungan/rekening koran 6 bulan terakhir
g) Surat penawaran harga dari penjual/developer
h) Fotocopy sertifikat & PBB tanah/bangunan yang akan dibeli
i) Fotocopy formulir pengajuan pembiayaan (disediakan di Bank)
2) Syarat jika nasabah berpenghasilan tetap (dari gaji), maka
melampirkan:
a) Slip gaji 3 bulan terakhir dan surat keterangan gaji
b) Fotocopy SK terakhir atau keterangan sebagai pegawai
3) Syarat jika nasabah berpenghasilan sabagai wiraswasta (usaha),
maka melampirkan:
a) Ijin usaha yang dimiliki (HO, TDP, SIUP, NPWP, AKTA
PENDIRIAN)
b) Laporan Keuangan Usaha (Laporan omset/laba
rugi/neraca,laporan keuangan 2 bulan terakhir, fotocopy
rekening tabungan 6 bulan terakhir)
c) Akte Pendirian Perusahaan (untuk perusahaan non perorangan)
Setelah semua persyaratan dipenuhi, kemudian calon nasabah harus
melengkapi dokumen-dokumen yang diminta oleh pihak bank, antara lain:
1) Dokumen pendahuluan
Dokumen ini ada dua yaitu dokumen yang harus dilengkapi oleh calon
nasabah yang dibuat oleh account manager dan dokumen yang dibuat oleh
account manager yaitu formulir pengajuan pembiayaan dan laporan
keungan (survey).
2) Dokumen pokok yaitu dokumen yang digunakan dalam pembiayaan
murabahah.
3) Dokumen jaminan antara lain sertifikat rumah yang akan dijadikan obyek
dari akad murabahah.
Adapun simulasi biaya yang harus dipersiapkan pada rekening 9dana sudah
tersedia) sebelum pencairan KPR Muamalat iB:
1) Asuransi jiwa simulasi usia nasabah, tenor, plafon pembiayaan.
2) Asuransi kebakaran simulasi nilai bangunan, tenor.
3) Biaya administrasi murabahah 1-1.25% dari plafon.
4) Biaya survey jaminan Rp 200.000,00
5) Penggantian materai Rp 48.000,00
6) Taksasi
7) Notaris cek sertifikat Rp 100.000/Rp 150.000, SKMHT, APHT,AKAD,
AJB, PNBP.
Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo semua prose dalam
menganalisis pembiayaan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
berlaku di Bank. Untuk mengurangi timbulnya pembiayaan bermasalah,
berikut ini uraian dalam pelaksanaan proses pengajuan pembiayaan
kepemilikan rumah (KPR) Muamalat iB di BMI Cabang Solo, sebagai berikut:
a. Permohonan pengajuan pembiayaan
Pengumpulan informasi kepada calon nasabah melalui ta’aruf dan
wawancara langsung. Calon nasabah datang langsung kekantor untuk
mengajukan form aplikasi pembiayaan ke account manager. Kemudian
account manager memperoleh data-data tentang kondisi keuangan nasabah
dan memeriksa kelengkapan dan kebenaran data-data dari calon nasabah.
Tujuan dari kegiatan ini untuk mengetahui sikap dan konsistensi keabsahan
data secara tertulis oleh nasabah. Selanjutnya penentuan calon nasabah
dilihat dengan cara melihat data keuangan dan jaminan.
b. Proses pengajuan pembiayaan
Surat permohonan yang diajukan nasabah ke account manager,
kemudianaccount manager menyampaikan surat permohonan pembiayaan
yang diajukan nasabah ke bagianUnit Support Pembiayaan (USP) untuk
diteliti dari segi keabsahan yaitu untuk melihat aspek-aspek legalitasnya,
keasliannya, identitas nasabah, dan jaminan yang dilakukan oleh analisa
yuridis. Apabila bagian unit support pembiayaan pembiayaan menilai
pengajuan tersebut tidak memenuhi kelengkapan dan keabsahan dokumen,
maka bagian unit support pembiayaan akan segera membuat BI Checking,
laporan taksasi (penilaian agunan), analisa yuridis, dan laporan keuangan.
Hasil dari analisa dari bagian account manager dan unit support
pembiayaan terhadap pengajuan pembiayaan selesai, kemudian diserahkan
ke SA untuk diberikan ke bagian account manager.
c. Pengumpulan data
Dalam proses pengumpulan data, data yang diperlukan adalah data yang
dapat menggambarkan kemampuan nasabah untuk membayar pembiayaan
dari penghasilan tetapnnya. Dana nasabah harus membayar sesuai waktu
yang telah ditentukan oleh pihak bank dan disepakati bersama.
d. Proses usulan pembiayaan
1) Penyidik
2) Pembuatan analisis laporan keuangan
3) Pembuatan memorindum
e. Pemeriksaan dokumen
Pemeriksaan kelengkapan dokumen dan melihat aspek legalitas,
keasliannya, identitas nasabah, dan jaminan calon nasabah kepada bagian
support, kemudian bagian support memberikan laporan hasil pemeriksaan
ke bagian SA untuk diberikan ke bagian account manager.
f. Persetujuan komite pembiayaan
Pada proses ini ditentuka apakah pembiayaan yang diajukan oleh nasabah
disetujui atau tidak. Proses ini juga tergantung pada kebijakan bank yang
biasa di sebut dengan Komite Pembiayaan. Keputusan komite pembiayaan
BMI sesuai dengan Buku Prosedur Umum Pelaksanaan Pembiayaan. Jika
komite pembiayaan setuju maka akan dibuatkan OL (offering letter), jika
tidak disetujui akan dibuatkan RL (rijection letter). Berdasarkan hasil
keputusan dari komite pembiayaan, maka account manager menyusun
surat persetujuan pembiayaan (offering letter). Jika nasabah menyetujui
account manager menyerahkan offering letter kepada support untuk
dilakukan penyusunan akad/pengikatan pembiayaan.
g. Pengikatan/akad
Setelah mendapat persetujuan dari komite pembiayaan, kemudian
dilakukan akad pembiayaan, maka unit support pembiayaan harus
melakukan pengikatan, baik pengikatan jaminan nasabah maupun
pengikatan pembiayaan. Proses akad ini melibatkan notaris, dihadiri oleh
nasbah, Relationship Manager, dan staff legal Unit Support Pembiayaan.
h. Dropping ( pencairan pembiayaan)
Setelah pengikatan selesai dengan nasabah, maka account manager segera
membuat memo dropping dan instruksi dropping. Memo dropping
mencantumkan semua biaya yang harus didebit oleh bagian OP, memo
droping, instruksi droping dan semua dokumen pengikatan disertai pada
bagian support setelah di cek dan ditandatangani oleh account manager
untuk dimintakan persetujuan pimpinan cabang. Setelah mendapat
persetujuan dari pimpinan cabang bagian support segera menyerahkan
memo dan instruksi dropping beserta dengan semua kelengkapan kebagian
OP untuk segera dilakukan drooping kerekening nasabah.
i. Monitoring pembiayaan murabahah
Prosedur ini meliputi informasi yang diperoleh account manager dan unit-
unit yang terkait, yang mancakup pemeriksaan jumlah saldo pemenuhan
kewajiban nasabah. Secara periodik account manager menghubungi
nasabah untuk mengingatkan nasabah akan kewajibannya dan melakukan
kunjungan kelokasi usaha untuk memantau langsung ketempat usaha
nasabah yang biasa dilakukan minimal tiga bulan sekali dan hasilnya
dimuat dalam laporan kunjungan (Call Report/On The Spot (OTS) atau
peninjauan ke lokasi. Setiap bulan nasabah harus memberikan laporan
keuangan atau catatan pembukuan kepada account manager untuk
mengetahui perkembangan usaha. Apabila dalam evaluasi tersebut terdapat
indikasi adanya masalah dalam pelaksanaan kegiatan nasabah, maka
account manager melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait
untuk mengusulkan tindakan yang akan diambil untuk memecahkan
masalah. Dalam melakukan penutupan pembiayaan murabahah nasabah
harus melunasi seluruh pembiayaan, maka administrasi pembiayaan akan
membuat bukti pelunasan yang harus disetujui oleh Komite Pembiayaan,
kemudia diberikan kepada unit support pembiayaan untuk mengeluarkan
jaminan nasabah.
Gambar: 3.1
Tahapan Proses Pembiayaa Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iB di
BMI Cabang Solo
Nasabahmasuk ke AMmengajukanform aplikasipembiayaan
RM(Relationship Manager)
USP:
1. BI Checking2. Taksasi3. Analisa Yuridis
(>250 juta)
KomitePembiayaan
TidakSetuju
OL (Offering Letter
0
Akad/pengikatan
Droping(Prosespencairanpembiayaan
Monitoring
B. Faktor yang Menyebabkan Pembiayaan Bermasalah
Pembahasan dalam sub ini, peneliti dapatkan hasil wawancara demgan
Bapak Adi Sampurno bagian account manager di BMI Cabang Solo pada
tanggal 13 Juni 2014, mengenai foktor yang menyebabkan pembiayaan
bermasalah antara lain:
1. Faktor ekstern atau yang berasal dari nasabah
a. Nasabah menyalahgunakan pembiayaan yang diperoleh dan nasabah
beritikad kurang baik.
b. Nasabah tidak mampu mengembalikan pembiayaan karena
terganggunya ketidak lancaran usaha.
c. Nasabah tidak melaksanakan kewajiban pembayaran/pelunasan
kewajiban tepat pada waktu yang diperjanjikan sesuai dengan tanggal
jatuh tempo atau jadwal angsuran yang ditetapkan dalam surat sanggup
membayar yang telah diserahkan nasabah kepada bank.
d. Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana
pembiayaan tersebut tidak sesuai dengn tujuan penggunaan (side
streaming). Misalnya dalam pengajuan pembiayaan, disebutkan
pembiayaan untuk investasi, ternyata dalam prakteknya setelah dana
pembiayaan dicairkan digunakan untuk modal kerja.
2. Faktor Internatau yang berasal dari pihak bank.
a. Pengawasan yang lemah.
b. Keterbatasan pengetahuan karyawan bank terhadap jenis usaha debitur,
sehingga tidak dapat melakukan anaslisis dengan tepat dan akurat.
c. Adanya kolusi antara karyawan bank yang menangani pembiayaan dan
nasabah, sehingga bank memutuskan pembiayaan yang tidak
seharusnya diberikan. Misalanya, bank melakukan over taksasi
terhadap nilai agunan.
d. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring pembiayaan
debitur.
C. Upaya Penyelesaan terhadap Pembiayaan Bermasalah
Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo harus melaksanakan analisis yang
mendalam sebelum memutuskan untuk menyetujui ataupun menolak
permohonan pembiayaan dari calon debitur. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi permasalahan atas pembiayaan yang telah disalurkan. Akan tetapi,
meskipun bank telah melakukan analisis yang cermat, resiko pembiayaan
bermasalah juga mungkin terjadi. Tidak ada satupun bank yang tidak memiliki
pembiayaan bermasalah, karena tidak mungkin terjadi semua pembiayaan yang
disalurkan semuanya lancar.
Pembahasan dalam sub ini, peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan
Bapak Adi Sampurno selaku Account Manager (AM) pada tanggal 13 Juni
2014. Upaya yang dilakukan BMI Cabang Solo dalam menyelesaikan
pembiayaan bermasalah terhadap pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR)
Muamalat iB antara lain:
1. Rescheduling(penjadwalan kembali)
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pembiayaan bermasalah dengan
cara rescheduling (penjadwalan kembali) dilakukan bank untuk menangani
pembiayaan bermasalah dengan membuat penjadwalan kembali.
Penjadwalan kembali ini dilakukan kepada debitur yang mempunyai itikad
baik, akan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk membayar angsuran
pokok dengan jadwal yang diperjanjikan. Penjadwalan kembali dilakukan
oleh bank dengan harapan debitur dapat membayar kembali kewajibannya.
Adapun alternatif yang diberikan BMI yang dapat diberikan bank antara
lain:
a. Perpanjangan jangka waktu
Misal, jangka waktu pembiayaan dua tahun diperpanjang menjadi lima
tahun, sehingga total angsuran perbulan menjadi lebih rendah.
b. Jadwal angsuran bulanan dirubah menjadi triwulan
Perubahah jadwal tersebut akan memberi kesempatan nasabah untuk
mengumpulkan dana untuk mengangsur dalam truwulanan. Hal ini
disesuaikan dengan penerimaan penjualan.
c. Memperkecil angsuran pokok dengan jangka waktu akan lebih lama.
2. Restructuring (mengubah struktur pembiayaan)
Pada tahap restruturisasi, kasus yang pernah terjadi di BMI Cabang Solo
meskipun sudah diberikan kebijakan restrukturisasi, namun nasabah masih
tetap menunggak membayar kewajiban. Jalan keluar untuk penyelesaian ini
yaitu pihak lembaga keuangan syariah akan menawarkan kepada pihak
nasabahnya untuk menjual jaminannya sendiri dan apabila nasabah tersebut
kesulitan menjual sendiri jaminannya, lembaga keuangan syariah bisa
memberikan bantuan dengan meminta bantuan kepada Balai Lelang Swasta
untuk menjual jaminan tersebut.
Upaya BMI Cabang Solo dalam mengatasi faktor-faktor pembiayaan
bermasalah setelah pelaksanaan akad mengacu pada kolektibilitasi
kewajibab masing-masing nasabah. Adapun penggolongan kolektabilitas
pembiayaan murabahah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan lancara
Dalam pembiayaan ini yang diberikan kepada nasabah dan tidak terjadi
tunggakan, baik tunggakan pokok. Debitur melakukan pembayaran
angsuran tepat waktu sesuai dengan perjanjian pembiayaan.
b. Dalam perhatian khusus
Pembiayaan murabahah tergolong dalam perhatian khusus apabila
terdapat tunggakan angsuran poko yang melampaui waktu jatuh tempo
tetapi belum mencapai 90 hari.
c. Pembiayaan kurang lancar
Pembiayaan murabahah digolongkan kurang lancar apabila terdapat
tunggakan angsuran pokok yang telah mencapai sembilan puluh hari
tetapi belum mencapai seratus dua puluh hari.
d. Pembiayaan diragukan
Pembiayaan murabahah digolongkan kurang lancar apabila terdapat
tunggakan angsuran poko yang telah mencapai seratus dua puluh hari
tetapi belum mencapai seratus delapan puluh hari.
e. Pembiayaan macet
Pembiayaan murabahah digolongkan kurang lancar apabila terdapat
tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui seratus delapan puluh
hari.
Jika dilihat keadaan kolektibilatas nasabah, maka dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Nasabah kurang lancar
Setelah dilakukan penagihan dan diminta pertanggungjawaban nasabah
pada saat pernyataan sudah jatuh tempo, dan ternyata nasabah masih tidak
beritikad baik dalam membayar kewajibannya, sehingga keadaan
kolektibilitasnya menjadi kurang lancar, maka selanjutnya pada nasabah
bersangkutan diberikan Surat Peringatan Tunggakan I (SP I). Dalam
waktu 24 hari kerja nasabah tidak melaksanakan kewajibannya,
selanjutnya di kelurkan SP II dan begitu selanjutnya SP III, dengan
interval waktu 14 hari kerja dengan tembusan disampaikan pada
Pengadilan Negeri dan Balai Lelang Swasta. Jika setelah dikelurgak SP I,
SP II, dan SP III, nasabah tetap tidak memberikan respon positif, maka
langkah Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo selanjutnya melakukan
Somasi atau penyelesaian melalui Balai Lelang Swasta dengan
mempertimbangkan karakter nasabah. Karakter nasabah yang telah
mencapai tahap ini biasannya cenderung nasabah nakal dan tidak
mempunyai ittikad baik, sehingga sulit diajak bekerjasama biasanya
langsung diajukan ke meja pengadilan, tetapi selama ini BMI Cabang Solo
belum pernah untuk menyelesaikan permasalahan ini hingga ke meja
pengadilan.
Apabila pemberian restukturisasi pembiayaan murabahah tidak berjalan
dengan lancar, maka pembiayaan yang bersangkutan diupayakan untuk dilakukan
penyelesaian pembiayaan. Cara permohonan restukturisasi pembiayaan murabah
yaitu dengan nasabah mengajukan permohonan restukturisasi pembiayaan
murabahah secara tertulis kepada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo.
b. Nasabah diragukan
Nasabah dengan pembiayaan diargukan, oleh BMI Cabang Solo
diterbitkan surat somasi melalui Pengadilan Negeri. Jika nasabah tidak
menanggapi surat itu, maka penyelesaian diserahkan peda Pengadilan
Negeri atau melalui proses acara sidang diperadilan umum. Kebanyakan
kasus yang terjadi jarang diserahkan atau dilanjutkan ke Pengadilan
Negeri. Kebanyakan nasabah dengan status diragukan , memilih untuk
merespon Surat peringatan.
c. Nasabah Macet
Nasabah macet dilakukan penyelesaian melalui Balai Lelang Swasta atau
Pengadilan Negeri. BMI Cabang Solo, pinjaman tersebut merupakan dana
dari nasabah lain yang ditanamkan kepada Bank Muamalat Indonesia
Cabang Solo yang dipercaya untuk mengelolanya. Dengan
mempertimbangkan hal ini maka pihak BMI Cabang Solo terpaksa tidak
dapat melakukan tindakan penyelesaian secara musyawarah dan apabila
hal ini juga tidak segera diatasi akan membawa resiko yang fatal bagi yang
bersangkutan itu sendiri.
3. Penyelesaian melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
Upaya dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah di BMI Cabang Solo
dengan cara rescheduling dan restructuring, selain itu jugamelalui Badan
Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS). Berdasarkan klausula dalam
perjanjian pembiayaan, bilamana jika salah satu pihak tidak melaksanakan
kewajibannya atau terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak dan tidak
tercapai kesepakatan melalui musyawarah, maka penyelesaiannya melalui
Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS). BASYARNAS
berwenang :
a. Menyelesaiakan secara adil dan cepat sengketa muamalah (perdata)
yang timbul dalam bidang berdagangan, keuangan, industri, jasa dan
lain-lain yang menurut hukum dan peraturan perudang-undangan
dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa, dan pihak sepakat
secara tertulis untuk menyerahkan penyelesaian kepada BASYARNAS
sesuai dengan prosedur BASYARNAS.
b. Memberikan pendapat yang mengikat atas permintaan para pihak tanpa
adanya suatu sengketa mengenai persoalan berkenan dengan suatu
perjanjian.
Kesepakatan untuk menyerahkan penyelesaian sengketa kepada
BASYARNAS, dilakukan oleh pihak:
a. Dengan mencantumkan klausula arbitase dalam suatu naskah
perjanjian; atau
b. Dengan perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat dan disetujui oleh
pihak maupun sesudah timbul sengketa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) Muamalat iBialah produk
pembiayaan yang akan membantu untuk memiliki rumah (ready
stock/bekas), apartemen, ruko, rukan, membangun atau merenovasi rumah
dan untuk pengalihan take-over KPR dari bank. Untuk memperoleh
pembiayaan KPR Muamalat iB di Bank Mumalat Indonesia Cabang Solo,
yaitu calon nasabah harus memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan
pembiayaan tersebut, antara lain pas poto 4x6 berwana suami istri,
fotocopy suami istri, otocopy surat nikah/surat cerai/surat kematian (jika
status duda/janda), fotocopy KK, fotocopy NPWP, fotocoy rekening
tabungan/rekening koran 6 bulan terakhir, surat penwaran harga dari
penjual/ developer, fotocopy sertifikat dan PBB tanah/bangunan yang akan
dibeli, fotocopy formulir pengajuan pembiayaan, setelah semua persyaratan
terpenuhi kemudian calon nasabah juga harus melengkapi dokumen-
dokumen antara lain, dokumen pendahuluan, dokumen pokok, dan
dokumenjaminan. Setelah semua persyaratan dan dokumen-dokumen
terpenuhi maka calon nasabah harus mengikuti prosedur yang telah
diterapkan oleh pihak Bank Muamalat, yaitu proses pengajuan pembiayaan
KPR Muamalat iB antara lain permohonan pengajuan pembiayaan, proses
pengajuan pembiayaa, pengumpulan data, proses usulan pembiayaan,
pemeriksaan dokumen, persetujuan komite, pengikat/akad, dropping
(pencairan pembiayaan), dan monitoring pembiayaan murabahah.
2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan pembiayaan bermasalah pada
pembiayaan KPR Muamalat iB Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
terbagi menjadi faktor eksternal yang berasal dari nasabah dan faktor
internal yang berasal dari pihak Bank. Faktor eksternal tersebut diantaranya
seperti nasabah tidak mampu mengembalikan pembiayaan karena
terganggunya ketidak lancaran usaha, nasabah tidak melaksanakan
kewajiban pembayaran/pelunasan kewajiban tepat pada waktunya yang
diperjanjikan sesuai dengan tanggal jatuh tempo atau jadwal angsuran yang
ditetapkan dalam surat sanggup membayar yang telah diserahkan nasabah
kepada bank. Sedangkan faktor internal yang berasal dari pihak bank
diantaranya pengawasan yang lemah, keterbatasan pengetahuan pegawai
bank terhadap jenis usaha debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis
dengan tepat dan akurat, adanya kolusi antara pegawai bank yang
menangani pembiayaan dan nasabah, sehingga bank memutuskan
pembiayaan yang tidak seharusnya diberikan, dan kelemahan dalam
melakukan pembinaan dan monitoring pembiayaan debitur.
3. Upaya penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah dalam pelaksanaan
akad murabah pada pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) Muamalat iB
di BMI Cabang Solo yaitu dengan cara rescheduling (penjadwalan
kembali) dan restructuring(mengubah struktur prmbiayaan). Selain itu
dalam menyelesaiakn pembiayaan bermasalah juga melalu Badan Arbitrase
Syariah Nasional (BASYARNAS) atau Lembaga Peradilan.
B. SARAN
Dilihat dari kinerja pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo
saat ini sudah dapat dikatakan relatif baik. Akan tetapi masih perlu diadakan
pembenahan dan peningkatan di beberapa hal guna menunjang mutu
pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo.
1. Mempertahankan nasabah yang sangat berpotensi dengan cara
memciptakan ikatan kekeluargaan nasabah dengan pihak Bank Muamalat
Indonesia Cabang Solo.
2. Agar lebih digalakan lagi berbagai macam pameran pembiayaan syariah.
Melalui pameran pembiayaan syariah properti diharapkan ada kontribusi
yang cukup signifikan terhadap pembiayaan KPR Muamalat iB.
3. Secara terus menurus melakukan pembaharuan dalam pelayan dan produk,
sehingga nasabah semakin percaya terhadap peran dan manfaat BMI
Cabang Solo serta mempertahankan citra sebagai lembaga keuangan
berdasarkan nilai-nilai islam.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek,Rineka Cipta, Jakarta.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No:4/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.
Ghufron A.Mas’adi. 2001. Fiqh Muamalah Kintekstual.Cet. 1. Jakarta: PT Raja
Grasindo Persada.
Inayah, Nur. 2009. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada
Pembiayaan Murabahah.
Kasmir. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Meleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Muhammad. 2001. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta:
UII Press.
Muhammad. 2004. Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank
Syariah. UII Press, Yogyakarta.
Mulyana Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mustofa, Ubaidul. 2012. Studi Analisis Pelaksanaan Akad Murabahah pada
Produk Pembiayaan Modal Kerja di Unit Mega Mitra Syariah (M2S) Bank
Syariah Kaliwungu.
Pasaribu, Chairuman, Suwardi, K, Lubis. 1994. Hukum Perjanjian Dalam Islam.
Jakarta: Sinar Grafika.
Sutopo, H.B. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif Bagian II. UNS Press,
Surakarta.
Syafruddin dkk. 2006. Studi Islam 2. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-
ilmu Dasar Bidang Studi Islam dan Kemuhammadiyahan UMS.
Taftazani, Muhammad Arif. 2004. Sistem dan Mekanisme Pembiayaan
Murabahah dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Warkum Sumitro. 1996. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga
Terkait. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press.
Zaeni, Mia Septiana. (2009). Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian
Pembiayaan Murabahah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo.
Referensi internet
http://hidayat-soeryana.blogspot.com/2007/11/miliki-rumah-idamandengan-kpr-
syariah.html, diakses 5 Juli 2014
www.muamalatbank.com, diakses 7 Juli 1014.
Daftar wawancara
Wawancara dengan Sigit Arfianto selaku Account Manager (AM) di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Solo, tanggal 6 Juni 2014. Wawancara
mengenai prosedur pengajuan pembiayaan dan cara-cara dalam
memperoleh pembiayaan KPR Muamalat iB.
Wawancara dengan Adi Sampurno selaku Account Manager (AM) di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Solo, tanggal 13 Juni 2014. Wawancara
mengenai faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah dan
upaya dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Nurul Izzah
2. Tempat/Tgl Lahir : Kab. Semarang, 23 Juli 1991
3. Janis Kelamin : Perempuan
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Status Perkawinan : Belum Menikah
7. Alamat Rumah :Kaliwaru, rt23/05. Kec. Tengaran. Kab.
Semarang
8. Pendidikan
*MI Tengaran, 2004
*MTS N Salatiga, 2007
*SMK N 1 Salatiga, 2010
*DIII STAIN Salatiga
9. Nama Orangtua
*Ayah : Muhammad Masrur
*Ibu : Kusmiyati
10. Agama Orangtua
*Ayah : Islam
*Ibu : Islam
11. Alamat Orangtua
*Ayah : Kaliwaru, rt23/05. Kec. Tengaran. Kab. Semarang
*Ibu : Kaliwaru, rt23/05. Kec. Tengaran. Kab. Semarang