Post on 06-Jul-2018
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
1/56
PEDOMAN PEMBERIAN INFORMASI, EDUKASI
DAN PEMASARAN RUMAH SAKIT X
RS X
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
2/56
1
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugrah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman
Pemberian Informasi, Edukasi dan Pemasaran RS X ini dapat selesai disusun.
Buku ini merupakan pedoman kerja bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan
pelayanan kepada pasien di RS X. Dalam buku pedoman ini diuraikan tentang pengertian,
ruang lingkup dan tatalaksana dalam memberikan informasi, edukasi atau pendidikan
kesehatan kepada pasien dan pemasaran di RS X.
Buku pedoman ini disusun atas kerjasama dan masukan berbagai pihak, Oleh sebab itu
pada kesempatan ini penyusun tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang ikut berkontribusi atas tersusunnya Buku Pedoman
Pemberian Informasi, Edukasi dan Pemasaran RS X.
Penyusun
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
3/56
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 28 ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sejahtera, dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Pasal 3 menyatakan
bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya dalam Pasal 46 dinyatakan bahwa untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan
yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009, merupakan penyesuaian dari SKN
2004, yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009,
dinyatakan bahwa salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem upaya kesehatan. Upaya
kesehatan merupakan salah satu unsur dalam subsistem upaya kesehatan. Sedangkan pelayanan
kesehatan yang dimaksud adalah Pelayanan Kesehatan meliputi peningkatan pencegahan,
pengobatan dan pemulihan, baik pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan
kesehatan yang terdiri dari pengobatan tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan
pelatihan dengan selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi.
Upaya kesehatan diutamakan pada berbagai upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi
dalam pencapaian sasaran pembangunan kesehatan utamanya penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan keluarga miskin.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam Pasal 1
menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan bahwa Pelayanan
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
4/56
3
Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
Mengacu kepada peraturan perundang-undangan tersebut di atas, kiranya dapat
dinyatakan bahwa di setiap rumah sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan kesehatan,
salah satunya melalui kegiatan promosi kesehatan.
1.2. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,
promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri
artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah kesehatan potensial (yang
mengancam) dengan cara mencegahnya, dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
sudah terjadi dengan cara menanganinya secara efektif serta efisien. Jadi dengan kata lain,
masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan masalah-
masalah kesehatan yang dihadapinya ( problem solving), baik masalah-masalah kesehatan yang
sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara mandiri (dalam batas-batas
tertentu).
Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut:
Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri
dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah
kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, sertadidukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
1.3. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit merupakan upaya pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat, agar
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
5/56
4
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah
masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya
mereka serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Pelaksanan promosi
kesehatan di rumah sakit dengan cara menerapkan strategi pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi yang efektif melalui pendekatan individu, kelompok, dan massal.
1.4. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN
Pada dasarnya banyak sekali tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan
di rumah sakit. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Di dalam gedung
Di dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam gedung,
terdapat peluang-peluang:
1.
PKRS di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu di ruang di mana pasien/klien harus
melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan rumah sakit.
2.
PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-poliklinik seperti'
poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik bedah,
poliklinik penyakit dalam, poliklinik THT, dan lain-lain.
3.
PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang rawat darurat,
rawat intensif, dan rawat inap.
4.
PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien, yaitu terutama di pelayanan
obat/apotik, pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik, bahkan juga
kamar mayat.
5.
PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB,
konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan (check up), konseling
kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja, dan lain-lain.
6.
PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien rawat inap harus
menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum meninggalkan rumah sakit.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
6/56
5
b.
Di luar gedung
Kawasan luar gedung rumah sakitpun dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS,
yaitu:
1. PKRS di Tempat Parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung
parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan gedung
parkir.
2.
PKRS di taman rumah sakit, yaitu baik taman-taman yang ada di depan,
samping/sekitar maupun di dalam/halaman dalam rumah sakit.
3. PKRS di dinding luar rumah sakit.
4.
PKRS di tempat-tempat umum di lingkungan rumah sakit misalnya tempat
ibadah yang tersedia di rumah sakit (misalnya masjid atau musholla) dan di
kantin/toko-toko/kios-kios.
5. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit
1.5. MANFAAT
Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan Promosi Kesehatan dan pemasaran
Rumah Sakit di RS X dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
1.6. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1114/Menkes/SK/X/2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah;
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
7/56
6
6.
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 004 tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.267/Menkes/SK/II/2010
tentang Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat.
8.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor.
659/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Rumah Sakit Indonesai Kelas Dunia
( World Class Hospital ).
BAB II
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
8/56
7
STANDAR KETENAGAAN
2.1. KUALIFIKASI SDM.
Oleh karenan luasnya lingkup promosi kesehatan yang harus dilaksanakan di RS, maka
pelaksanaan PKRS bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan kegiatan terdepan yang
harus terpadu dengan kegiatan-kegiatan lainnya ( terintegrasi ) pada setiap level manajemen
dan setiap program yang ada di RS X. Oleh sebab itu maka kegiatan PKRS dilaksanakan oleh
tenaga/petugas rumah sakit yang berkompetensi di bidangnya masing-masing. Sehingga
dengan demikian tugas pokok dan fungsi ( Tupoksi ) PKRS melekat pada tenaga/petugas
rumah sakit yang berkompetensi di bidangnya masing-masing. Instalasi Promosi Kesehatan
dan Pemasaran bertugas mensosialisasikan, memfasilitasi dan mengkoordinasikan serta
mengevaluasi penyelengaraan dan pengembangan promosi kesehatan di RS X. Koordinasi
pelaksanaan PKRS dapat dilakukan terutama dengan DPJP/medical information, keperawatan
( bidan dan perawat ), fisioterapi, Customer service (CS), gizi, farmasi, rekam medik, Panitia
Pengendali Infeksi (PPI), penunjang dan seluruh jajaran unit pelayanan Rumah Sakit. Adapun
pola dan kualifikasi minimal tenaga PKRS dapat dilihat pada table berikut.
Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Tenaga Promosi Kesehatan Rumah Sakit
No Nama Ketenagaan Kualifikasi Formal (Minimal) Ket
1. Medical Information (DPJP ) S1 Kedokteran Umum/Spesialis 1
2. Keperawatan/Kebidanan D3 Keperawatan/Kebidanan
3. Fisioterapi D3/D4 Rehabilitasi Medik
4. Customer Service S1 Komunikasi
5. Gizi D3/S1 Gizi
6. Pelayanan Farmasi S1 Farmasi
7. Rekam Medik D3 RM
8. Panitia Pengendalian Infeksi RS S1 Kedokteran Umum/D3 Kep
9. Marketing S1 Marketing
10 Penunjang D3/D4 Analis/D3 Penata Rontgen
S1 Kedokteran Umum/Spesialis 1.
2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
9/56
8
Oleh karena kegiatan PKRS terpadu dengan kegiatan-kegiatan lainnya ( terintegrasi )
pada setiap level manajemen dan setiap program yang ada di RS X, maka dalam pelaksanaan
promosi kesehatan rumah sakit, tenaga tersebut di atas akan terdistribusi sesuai dengan unit
pelayanan dimana promosi kesehatan dilaksanakan atau dibutuhkan pasien antara lain:
a.
Dalam RS: Di Rawat Jalan, Rawat Inap, IGD dan penunjang: di ruangan admission/
penerimaan pasien, Customer Service, Marketing, Rekam Medik, ruangan promkes,
ruangan konsultasi, Medical Information, keperawatan/kebidanan, Fisisotherapi dan
ruangan pelayanan farmasi.
b.
Di luar RS: Tenaga akan terdistribusi sesuai kebutuhan dan pelaksanaan promkes luar
RS.
BAB III
STANDAR FASILITAS
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
10/56
9
3.1. DENAH RUANGAN
Pusat ruangan penyuluhan PKRS dapat digunakan oleh setiap tenaga yang akan
melaksanakan PKRS dan terletak disebelah ruangan admission rawat jalan dan customer
service unit. Suasana dalam ruang PKRS dibuat sedemikian rupa sehingga tenang dan kondusif
dalam menyampaikan informasi dan promosi kesehatan bagi pasien dan klien.
Gambar: Denah Ruangan PKRS di Rawat Jalan RS X
3.2. STANDAR FASILITAS
RUANG PKRS
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
11/56
10
Sesuai dengan standar sarana peralatan promosi Kesehatan Rumah sakit yang
dianjurkan oleh Pusat Promosi Kesehatan Kemeterian Kesehatan RI, jenis sarana dan
peralatan yang mesti ada di Unit atau ruangan PKRS adalah sebagai berikut:
Tabel: Standar Sarana Peralatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
NO JENIS SARANA / PERALATAN JUMLAH KETERANGAN
1 Over Head Projector (OHP) 1 buah
2 Ampifier & wireless microphone,speaker (stp ruangan) 1 set
3 Layar yang dapat digulung 1 buah
4 Kamera foto 1 buah
5 Cassette recorder/player 1 buah
6 TV ditiap ruang tunggu & ruang Promosi Kesehatan * 1 buah
7 VCD/DVD player ditiap ruang tunggu & ruang promkes* 1 buah
8 Computer/printer 1 set
9 Laptop/LCD proyector untuk persentasi 1 set
10 Gadgets kelengkapan laptop untuk persentasi 1 set
11 Public Address System (PSA/Megaphone) 1 buah
12Berbagai Media Promkes: Spanduk, benner, liflet, lembar praga,
CD dll
Sesuai
kebutuhan
10 Penyakit
Terbanyak
BAB IV
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
12/56
11
TATA LAKSANA PELAYANAN
4.1. TEMPAT DAN JAM PELAYANAN.
4.1.1. Tempat Pelayanan
a.
Pelayanan Promosi Kesehatan dilakukan di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan
(Lantai 1, 2 dan 3 rawat jalan), UGD dan penunjang RS X pada saat jam pelayanan
berlangsung.
b.
Selain itu apabila ada tenaga medis yang berkualifikasi dan terkait pelayanan medis
yang dibutuhkan pasien, maka informasi dapat diberikan oleh tenaga medis tersebut
dan diberikan pada saat dibutuhkan pasien.
4.1.2. Jenis Pelayanan
Informasi medis tertulis yang diberikan meliputi 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di
RS X. Pemberian promosi kesehatan dapat dilaksanakan di setiap Instalasi pelayanan di
rumah sakit oleh personal medis yang berkompetensi dibidang tersebut terutama rawat
inap, rawat jalan, penunjang medis, fisioterapi, farmasi dan lain-lain. Informasi diluar
kategori 10 (sepuluh) penyakit terbanyak disampaikan secara lisan oleh tenaga medis
atau tenaga lain yang berkompeten di bidangnya baik diseluruh instalasi rumah sakit
maupun disuatu ruangan PKRS khusus.
4.2 Tatalaksana
Promosi Kesehatan Rumah Sakit dilaksanakan oleh tenaga rumah sakit yang
berkompeten di bidangnya terdiri dari; tim medis dan non medis yang berperan dalam
menyediakan, menyampaikan informasi medis dan non medis serta mengedukasi pasien
rumah sakit mengenai kondisi yang berhubungan dengan penyakit pasien di area rumah
sakit, yaitu rawat inap (saat dirawat dan sebelum pasien pulang), rawat jalan, IGD dan
penunjang medis. Pelayanan PKRS terdiri dari pelayanan promosi kesehatan daninformasi yang berhubungan dengan pasien dari unit-unit PKRS yang terintegrasi. Unit-
unit tersebut adalah customer sevice (CS), Medical Information for patien Care (MIPC),
Gizi, Keperawatan (perawatan dan bidan), Fisioterapi (Ft), Farmasi, Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI), Rekam Medis (RM), dan Marketing.
4.3. Tujuan PKRS
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
13/56
12
a.
Tujuan Umum
Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan perilaku yang posistif di bidang
kesehatan ( PHBS/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) melalui perubahan pengetahuan,
sikap dan tindakan ( perilaku ) pasien atau klien rumah sakit lainnya, serta
terpeliharanya lingkungan rumah sakit dan termanfaatkannya dengan baik semua
pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit.
b. Tujuan Khusus.
1) Tujuan PKRS di Rawat Inap.
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan lebih
dalam mengenai penyakitnya pada saat awal perawatan, selama perawatan dan
ketika pasien akan pulang.
2) Tujuan PKRS di Rawat Jalan.
a)
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasein mengenai kondisi
penyakitnya dan memberikan saran medis dan pemeriksaan diagnostik
( laboratorium dan radiologi ) yang menunjukan ketepatan diagnosa pada
pasien tersebut.
b) Merujuk pasien kepada dokter spesialis yang berkompeten menangani penyakit
pasien tersebut.
c) Membuat resume medis pasien.
4.4. Alur Pelayanan.
a. Rawat Inap.
1)
Apabila pasien baru masuk ke dalam kategori 10 penyakit terbanyak di ruang rawat
inap RS X, perawat mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang
dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada
pasien yang membutuhkan informasi lebih dari satu sub unit PKRS yaitu customer
service, medical information, farmasi, fisioterapi, keperawatan, PPI, dan Gizi. Hal
ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien secara baik di rawat inap, sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan
secara holistik. Maka petugas memberikan edukasi sesuai SPO pemberian edukasi
koloboratif.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
14/56
13
2)
Apabila pasien baru tidak masuk kedalam kategori 10 penyakit terbanyak maka
edukasi diserahkan kepada DPJP atau dokter ruangan atau petugas PKRS yang
terkait.
3) Apabila pasien dan keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit, evaluasi,
rencana terapi dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantuan DPJP/dokter
ruangan atau petugas PKRS yang terkait.
4) Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian informasi
akan diberikan sesuai dengan poin 1-3 diatas (apabila masih membutuhkan).
5)
Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan clinical pathway
adalah dokter ruangan/DPJP dan informasi pulang pasien dapat diberikan oleh
perawat.
6)
Setiap pasien yang diedukasi WAJIB di catat nama, nomor rekam medik, DPJP,
diagnosa dan kode leaflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau ringkasan poin-
poin edukasi secara tertulis apabila tidak terdapat dalam leaflet yang tersedia.
7) Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO Pemberian
Edukasi Koloboratif.
8)
Pencatatan pasien yang tereduksi sesuai dengan SPO pencatatan Logbook.
9) Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1x24 jam dari waktu DPJP
mendiagnosa pasien.
10) Apabila pertanyaan pasien tidak dapat dijawab saat itu juga oleh DPJP, dokter
ruangan atau petugas PKRS terkait, maka jawaban standar yang akan diberikan
adalah sebagai berikut: “Saya belum ada jawaban mengenai pertanyaan tersebut
namun akan saya konfirmasikan kepada dokter spesialis yang merawat anda dan
akan saya sampaikan jawaban pertanyaan anda secepatnya” . Mohon
memberikan nomor telepon yang dapat dihubungi.
11)
Disetiap unit terkait akan disediakan 1 (satu) folder berisi lembar edukasi dari unit
yang bersangkutan, dijaga agar tetap tersedia ( 50 lembar per materi/bulan ).12) Setiap edukasi yang diberikan pada pasien dirawat inap didokumentasikan pada
Form Catatan Edukasi dan Perencanaan Pasien Pulang Terintegrasi A.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
15/56
14
b.Rawat jalan.
1)
Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk kategori 10 penyakit
terbanyak, maka di ruang rawat jalan RS X, perawat mengidentifikasi kebutuhan
informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi koloboratif
yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang membutuhkan informasi lebih dari
satu sub-unit PKRS yaitu custumer service, medical informasi, farmasi, fisioterapi,
keperawatan, PPI dan gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan
edukasi yang diberikan kepada pasien di jalan, sesuai dengan kondisi penyakitnya
dan diberikan secara holistik. Maka petugas akan memberikan edukasi sesuai SPO
pemberian edukasi koloboratif.
2)
Apabila pasien datang pada saat jam kerja ( Senin-Sabtu ), Pukul 08.00-14-00 maka
pasien dapat dijelaskan secara verbal dan diberikan leafleat edukasi sesuai dengan
penyakit oleh petugas PKRS terkait.
3)
Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien akan
mendapatkan informasi tertulis (laeflet) dan verbal oleh perawat unit terkait (IGD).
4) Apabila pasien ingin dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya
oleh petugas tertentu, maka pasien pasien diharuskan membuat perjanjian pada jam
kerja berikutnya.
5) Apabila pasien tidak masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak maka informasi akan
diberikan oleh DPJP terkait/dokter jaga atau dokter medical information (Pada jam
kerja).
6)
Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosa atau
konsultasi awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan
diberikan oleh dokter medical information sesuai dengan SPO pemberian edukasi.
7)
Setiap edukasi yang diberikan pada pasien dirawat inap didokumentasikan pada
Form Catatan Edukasi dan Perencanaan Pasien Pulang Terintegrasi B.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
16/56
15
ALUR PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
DR M DJAMIL PADANG
]
Pasien Masuk
Penyakit Lainnya
Diagnosa DPJP
10 Penyakit Terbanyak
Dokter
Ruangan
PROMOSI KESEHATAN
Diagnoa DPJP
Unit PKRS
Terkait
Unit PKRS
Terkait
Materi
Edukasi
Clinical
Pathway
Dokter
DPJP/Ruangan
Formulir
Pemberian Edukasi
Terintegrasi B
DPJP
LOGBOOK Unit
Terkait
Edukasi
Pulang
LOGBOOK Unit
Terkait
Formulir Pemberian
Edukasi Terintegrasi
A
Rawat JalanRawat Inap
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
17/56
16
4.5. Unit dan TenagaTerkait Promosi Kesehatan RS
Unit dan tenaga terkait yang banyak terlibat dalam alur pelayanan promosi kesehatan RS
meliputi DPJP, dokter ruangan, customer service (CS), Medical information for patien
Care (MIPC), Gizi, Keperawatan (perawat dan bidan), Fisioterapi (Ft), dan penunjang
lainnya yang semuanya ini saling bekerjasam demi terciptanya alur pelayanan PKRS yang
maksimal di RS X.
4.6. Panduan Pelayanan Medical Information
a. Pengertian
Medical information for patient care (informasi medis) adalah suatu tim medis yang
berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis penyakit pasien (awal di
rawat, selama dirawat dan sebelum pasien pulang ). Tim tersebut merupakan titik akhir
pelayanan tim medis RS X.
b.
Ruang Lingkup
Instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, UGD, dan penunjang.
c.
Tujuan :
1) Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap yang perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan pada saat pasien
akan pulang tentang tata cara perawatan dirumah seperti : apa yang harus
dilakukan, apa yang harus dihindari, jadwal kontrol kembali, tata cara minum obat,
perubahan prilaku dan gaya hidup, dan lain-lain.
2)
Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat diberikan oleh
DPJP/dokter jaga kepada pasien adalah sebagai berikut :
a) Daily plan Cedera Kepala dan Geger Otak (lihat MI.01)
b)
Daily plan Kanker Payudara (lihat MI.02)
c)
Daily plan Bronkopneumonia (lihat MI.03)
d)
Daily plan Gagal Jantung Kongestive (lihat MI.04)
e)
Daily plan Syndroma Nephritik (lihat MI.05) f) Daily plan Demam typhoid (lihat MI.06)
g)
Daily plan Demam berdarah (lihat MI.07)
h)
Daily plan Diare dan gastroenteritis (lihat MI.08)
i)
Daily plan Stroke iskemik (lihat MI.09)
j) Daily plan Asthma (lihat MI.010)
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
18/56
17
k)
Daily plan Hipertensi (lihat MI.011)
l)
Daily plan Dibetes Mellitus (lihat MI.012)
m) Daily plan caesarian section (lihat MI.013)
n) Daily plan Dyspepsia (lihat MI.014)
o)
Daily plan Nyeri Abdomen (lihat MI.015)
p)
Daily plan Tumor Jinak Payudara (lihat MI.016)
q) Daily plan Gagal Ginjal (lihat MI.017)
r) Daily Plan Chirosis Hati (lihat MI.018)
s)
Daily Plan TBC (lihat MI.019)
t)
Daily Plan Leukemia (lihat MI.020)
u)
Daily Plan Penyakit Jantung Koroner (lihat MI.021)
v)
Daily Plan Hemorrhoidectomy (lihat MI.022)
Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat diberikan oleh perawat
kepada pasien adalah sebagai berikut :
1) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Cedera Kepala dan Geger Otak
(lihat EP.01)
2) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Kanker Payudara (lihat EP.02)
3) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Bronkopneumonia(lihat EP.03)
4) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Gagal Jantung Kongestive(lihat
EP.04)
5)
Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Syndroma Nephritik(lihat EP.05)
6) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan demam tifoid (lihat EP.06)
7)
Panduan edukasi pasien pulang post perawatan demam dengue/demam berdarah
dengue (lihat EP.07)
8)
Panduan pasien pulang post perawatan diare (lihat EP.08)
9)
Panduan pasien pulang post perawatan stroke iskemik (lihat EP.09)10) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Asthma lihat EP.010)
11)
Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Hipertensi(lihat EP.011)
12)
Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Dibetes Mellitus(lihat EP.012)
13)
Panduan edukasi pasien pulang post perawatan operasi besar(lihat EP.013)
14) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Dyspepsia(lihat EP.014)
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
19/56
18
15)
Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Nyeri Abdomen(lihat EP.015)
16)
Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Tumor jinak payudara(lihat EP.016)
17) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Hemodialisa(lihat EP.017)
18) Panduan edukasi pasien pulang post perawatan Chirosis Hati ( (lihat EP.018)
19)
Panduan edukasi pasien pulang TBC (lihat EP.019)
20)
Panduan edukasi pasien pulang Lukemia (lihat EP.020)
21) Panduan edukasi pasien pulang post operasi pasang Stan Jantung (lihat EP.021)
22) Panduan edukasi pasien pulang post hemorrhoidectomy (lihat EP.022)
Medical information for patient care berperan sebagai perencana program promosi
kesehatan, melaksanakan serta memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.
4.7. Panduan Pelayanan Customer Service
Pelayanan informasi bagi pasien yang dilayani oleh customer service terdiri dari 3 hal
sebagai berikut :
4.7.1.
Panduan pelayanan Kerohanian
a. Pengertian
Pelayanan kerohanian adalah suatu usaha bimbingan yang diberikan oleh pihak
rumah sakit M.Djamil Padang, baik oleh petugas bimbingan rohani RS sendiri
maupun yang bekerja sama dengan pihak luar di bidang kerohanian, untuk
mendampingi dan menangani pasien rawat inap, agar mampu memahami arti dan
makna hidup sesuai dengan keyakinan agama yang dianut masing-masing.
Pelayanan ini sangat berarti sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang menentukan kehidupan manusia, sehingga motivasi ini
dapat menjadi pendorong dalam proses keTuhanan.
Pelayanan bimbingan rohani dilakukan oleh pihak RS maupun pihak luar yang
bekerja sama dengan RS X dengan menggunakan tanda pengenal khusus.
Pelayanan bimbingan rohani dapat diselenggarakan atas permintaan pasien/keluarga pasien dengan mengisi formulir yang diberikan dari rekam medik, dan ditindak
lanjuti oleh bagian customer service atau petugas ruangan.
b.
Ruang lingkup khusus
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
20/56
19
Ruang lingkup kegiatan pelayanan kerohanian hanya untuk pasien rawat inap di
rumah sakit RS X.
c.
Tujuan
1)
Tujuan umum
Agar pasien bisa mendapatkan pelayanan kerohanian dirumah sakit RS X.
2)
Tujuan Khusus
Agar pasien bisa mendapatkan ketenangan batin baik dalam mempercepat
proses kesembuhannya ataupun menghadapai sakaratul maut.
d.
Tatalaksana Pelayanan Kerohanian
1)
Perawat memberikan informasi kepada pasien tentang pelayanan kerohanian di
rumah sakit RS X, serta membantu mengisi formulir permintaan pelayanan
kerohanian tersebut ( Kode Formulir di MR……………)
2)
Pasien meminta pelayanan kerohanian kepada perawat dan perawat mengisikan
formulir tersebut. Setelah formulir tersebut diisi oleh perawat, maka formulir
tersebut diberikan ke customer service untuk di tindak lanjuti.
3) Customer service akan koordinasi dari daftar yang tersedia berdasarkan request
time di formulir tersebut.
4) Customer service akan mengkonfirmasi nama dan waktu petugas pelayanan ini
kepada pasien dan keluarga penanggung jawab pasien. Setelah itu formulir akan
diserahkan ke nurse station.
5)
Petugas kerohanian akan daftar ke security dan security akan konfirmasi ke
nurse station rawat inap tentang permintaan pelayanan kerohanian.
6) Di nurse station petugas kerohanian akan tanda tangan di formulir untuk diarsip
di rekam medis pasien, setelah itu petugas kerohanian akan diantar oleh perawat
ke kamar pasien.
4.7.2.
Panduan Manajemen Konflika.
Pengertian
Dalam memberikan pelayanan kesehatan dirumah sakit, tidak terlepas adanya
konflik yang terjadi antara pasien dan rumah sakit. Konflik merupakan akibat
situasi dimana keinginan atau kehendak berbeda atau berlawanan antara pasien
dengan pihak rumah sakit, sehingga keduanya saling terganggu. Untuk konflik
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
21/56
20
tersebut perlu diselesaikan dengan baik sehingga tidak melebar terlau jauh dari
pokok permasalahannya.
Konflik ini terjadi karena ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin
diharapkan oleh pasien terhadap pihak rumah sakit. Hal ini dapat mengganggu
bahkan membuat emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan pruduktifitas
kerja.
Untuk itu perlu dibuat suatu pedoman manajemen konflik dalam mengatasi konflik
tersebut agar semuanya bisa diatasi. Pasien yang merasa tidak puas akan
mengambil sikap untuk komplain terhadap pihak rumah sakit atas keluhannya, dan
sudah menjadi kewajiban pihak rumah sakit utnuk menjawab dan menjelaskan
komplain dari pihak pasien. Dalam setiap komplain yang diberikan oleh pasien
terhadap pihak rumah sakit RS X, selalu ditanggapi dengan baik dan diselesaikan
dengan cepat, hal ini memang dilakukan agar tidak sampai terjadi konflik yang
serius terhadap pasien. Setiap permasalah yang terjadi di usahakan diselesaikan
dengan standar pedoman ini.
b.
Ruang lingkup khusus
Ruang lingkup untuk konflik ini hanyadi wilayah rumah sakit RS X dalam hal
pelayanan terhadap pasien.
c.
Tujuan
Tujuan Umum
Secara umum tujuannya adalah menangani semua keluhan dari pasien agar bisa
diselesaikan secara profesional dan kekeluargaan.
Tujuan Khusus
Agar pasien yang tidak puas bisa mendapatkan jawaban dan penjelasan dari pihak rumah sakit
d. Tata laksana pelayanan manajemen konflik
1)
Pasien akan mengisi formulir komplain dari customer service.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
22/56
21
2)
Customer service akan menyampaikan kepada pihak yang terkait atas komplain
tersebut dan meminta jawabannya 2x24 jam.
3) Apabila jawaban sudah diterima, akan disampaikan kepada pasien langsung
dengan didampingi oleh customer service.
4)
Komplain yang bersifat medis, akan disampaikan kepada dokter medical
information yang dimana akan dirapatkan dikomite medik (jika perlu) untuk
memberikan jawaban dan penjelasannya berdasarkan standar rumah sakit RS X.
Keluhan yang bersifat medis, akan diatasi oleh customer service dengan pihak
yang terkait berdasarkan standar Rumah Sakit RS X.
5)
Bila komplain tidak ada SPO-nya, customer service akan melaporkan ke
customer service manajer untuk mengatasi permasalahannya. ( bila perlu
diskusikan solusi dengan direktur RS X ).
6)
Semua komplain yang terjadi akan didata oleh customer service untuk direkap
menjadi laporan bulanan customer service kepada manajemen.
4.7.3.
Panduan Pelayanan penanggulangan ancaman pasien ke media
a. Pengertian
Komitmen seluruh keluarga besar RS X adalah melayani dengan penuh kasih
sayang dari sisi pelayanan medis dan non medis, dari awal pasien masuk ke pintu
rumah sakit sampai pasien pulang. Semua masalah harus diselesaikan dengan penuh
kasih sayang.
Penting sekali untuk customer service manager (yang langsung menghadapi
customer) dan marketing manager (yang langsung berhubungan dan menghadapi
media) untuk mengerti hak pasien dan rumah sakit sepenuhnya sehingga semua
petugas dapat menghadapi masyarakat dengan cara yang sesuai berdasarkan hukum
undang-undang rumah sakit di Republik Indonesia.
b.
Panduan penanggulangan ancaman pasien ke mediaCara mengatasi masalah dengan pasien dengan komunikasi yang jelas dan
transparan:
1)
Customer service (staff atau manager) mendengar dengan baik dan mengerti
hal yang dikeluhkan oleh paisen.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
23/56
22
2)
Mengulang kembali kepada pasien yang dikeluhkan dan meminta tanda
tangannya pada notulen pertemuan tersebut, (Form CS…………………?)
3) CS manager wajib untuk menyelesaikan semua poin complainnya semaksimal
mungkin melalui pertemuan dengan pasien, tanpa memberikan surat tertulis
atau e-mail kepada pasien.
4)
Bila perlu, CS manager akan koordinasi dengan manager pelayanan untuk
mengatasi keluhan medis dan perlu didampingi DPJP ( dokter penanggung
jawab pelayanan) pada saat bertemu dengan pasien. Bila dokter DPJP tidak ada
di tempat, medical information team akan mewakili untuk sementara dan akan
disarankan oleh manager pelayanan.
5)
Bila pasien ingin melibatkan media, CS manager dan Marketing Manager harus
bertemu dengan pasien, mendengarkan keluhan dengan penuh perhatian dan
menjawab sebagai berikut:
“ Terima kasih informasinya dan mohon maaf atas ketidaknyamanan
Bpk/Ibu.Kami sangat tidak mengharapkan keterlibatan media tapi
tentunya kami akan bertanggung jawab untuk memberikan informasi
sepenuhnya kepada Bpk/Ibu. Sekiranya kami dapat mengetahui lebih
lanjut hal apa saja yang Bapak& Ibu keluhkan ke media sehingga kami
juga bisa memberikan informasi secara jelas dan detail kepada Bapak &
Ibu mengenai Undang-Undang rumah sakit tentang keterlibatan media “.
(Disini, CS manager dan Marketing Manager menyarankan kepada pasien akan
keluhan dan penjelasannya).
6)
Bila pasien akan tetap ke media, marketing manager harus mengkonfirmasikan
mengenai Pasal 44 Undang-undang Rumah Sakit :
a.
Ayat 1: Rumah sakit menolak mengungkapkan segala informasi kepada
publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran.
b.
Ayat 2: apabila pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah sakit dan
menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah melepaskan hakrahasia kedokterannya kepada umum.
c.
Ayat 3: Menginformasikan kepada media massa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) memberikan kewenangan kepada Rumah Sakit untuk
mengungkapkan rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab rumah Sakit.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
24/56
23
7)
Dimana hal tersebut diatas adalah pilihan terakhir yang akan dipilih oleh Rumah
Sakit untuk selalu dapat melayani dengan penuh perhatian dan profesional.
4.8.
Panduan Komunkasi Efektif
a.
Pengertian Komunikasi
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang
melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh penyampaian pikiran-pikiran atau informasi.(Komaruddin, 1994,
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994, Koontz & Weihrich, 1998)
b.
Proses Komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003)
Gambar; Proses Komunikasi
Gangguan
c. Unsur Komunikasi
1)
Sumber/komunikasi ( dokter, perawat, admission, administrasi, Kasir, dll)
2)
Isi pesan.
Oh,,,Begitu ya Bu, Saya
Paham sekarangTernyata Dia
mengerti Umpan Balik
Komunikator Pesan Saluran Komunikan
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
25/56
24
3)
Media/saluran ( Elektronik, Lisan dan Tulisan )
4)
Penerima/komunikasi (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, admission, adm,
dll).
d.
Sumber / komunikator
Sumber ( yang menyampaikan informasi ): adalah orang yang menyampaikan isi
pertanyaannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan
adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan
apakah pesan tersebut sudah diterima dengan baik. (konsil kedokteran indonesia, hal 8)
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya
yang luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan
menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikasi)
e.
Isi pesan (apa yang disampaikan)
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi,
media penyampaian, penerimanya.
f.
Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan
pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat berupa berita lisan,
tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat digunakan oleh
pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang
mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal 8)
Media yang digunakan: melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet,vcd, peraga.
g.
Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan
penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalahkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada
pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua
arah (konsil kedokteran indonesia, hal.8)
h.
Pemberi / komunikator yang baik
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
26/56
25
Pada sata akan melakukan prose umpan balik, diperlukan kemampuan dala hal-hal
berikut (konsil kedokteran indonesia, hal 42)
1) Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya ( kapan menggunakan pertanyaan
tertutup dan kapan memnggunakan pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
paraphrase, intonasi.
2)
Mendengar (Listening), termasuk memotong kalimat.
3) Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat dibalik yang
tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya,gerak tubuh).
4)
Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar
tidak menggangu komunikasi, misalnya karna komunikan keliru mengartikan
gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
i.
Sifat komunikasi
1) Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan Promosi)
komunikasi yang bersifat informasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
a) Jam pelayanan
b)
Pelayanan yang tersedia
c) Cara Mendapatkan pelayanan
d) Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses informasi
ini dapat diperoleh melalui Customer service , Admision, dan Website
2)
Komunikasi yang bersifat Edukasi ( Pelayanan Promosi)
a) Edukasi tentang obat (Lihat pedoman pelayanan farmasi)
b)
Edukasi tentang penyakit (Lihat pedoman pelayanan pasien)
c)
Edukasi tentang manajemen nyeri (Lihat panduan manajemen nyeri)
d)
Edukasi tentang keamanan & efektifitas penggunaan peralatan medis Lihat
pedoman pelayanan pasien)e) Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari (Lihat pedoman pelayanan, dan
Pedoman fisioterapi)
f)
Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
hidupnya psaca dari rumah sakit (Lihat pedoman pelayanan pasien, Pedoman
pelayanan Gizi, Pedoman pelayanan fisioterapi, Pedoman pelayanan Farmasi)
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
27/56
26
g)
Edukasi tentang Gizi (Lihat Pedoman pelayanan Gizi)
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan
natinya akan menjadi sebuah unit PKRS.
j.
Komunikasi yang Efektif
Komuniasi efektif adalah : tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan ( keslahpahaman).
Prosesnya adalah :
a.
Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
b. Isi pesan dibacakan kembali (Red back) secara lengkap oleh penerima pesan.
c.
Penerima penerima mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan, seperti yang
dilhatkan pada gambar berikut;
Ya,,Betul
Saya
Bacakan
Ulang
Instruksi
Ibu tadi
ya,,,,dst
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
28/56
27
Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikasi harus menjabarkan hurufnya
satu persatu dengan menggunakan alfabet internasional.
Komunikator Isi Pesan Ditulis Dibacakan Komunikasikan
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
29/56
28
Gambar: Kode Alfabet Internasional
h. Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya dengan kondisi
kesehatannya.
Prosesnya:
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
30/56
29
1)
Tahap asesmen pasien
Sebelum malakukan edukasi, petugas menilai lebih dulu kebutuhan edukasi pasien &
keluarga berdasarkan (data berikut ini diperoleh dari rekam medik):
a) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
b)
Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
c)
Hambatan emosional dan motivasi (emosional:depresi,senang dan marah).
d) Keterbatasan fisik dan kognitif.
e) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
2)
Tahap cara menyampaikan informasi dan edukasi yang efektif
Setelah melaui tahap asesmen pasien, ditemukan :
a) Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
b)
Jika pada tahap asasmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara) maka komunikasi yang efektif adalah memberikan lefleat kepada pasien
keluarga sebagai seperti ayah. Ibu, atau saudara sekandung dan menjelaskannya
kepada mereka.
c)
Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leafleat. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
3)
Tahap cara verifikasi
Bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang diberikan :
a)
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien
baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah : menanyakan kembali
edukasi yang telah diberikan
Pertanyaannya adalah:”Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang Bapak/Ibu bisa pelajari?”.
b)
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama :”Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang Bapak/Ibu bisa pelajari?”.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
31/56
30
c)
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan
kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan
dan dipahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar
pasien setelah pasien tenang.
Jadi dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi
yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Jadi dengan
demikian pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan dapat
mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk
mengisi formulir edukasi dan informasi, dan ditandatangani kedua belah pihak
antara dokter dan pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan
keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.
i. Komunikasi melalui telepon antara pemberi layanan
Dalam memberikan komunikasi antara pemberi layanan dirmah sakit RS X
menggunakan SBAR.Apa yang dimaksud dengan SBAR itu?
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan
perhatian dan tindakan segera :
SITUASION, yaitu kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
BACKGROUND, informasi yang penting apa yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini.
ASSESSMENT, hasil pengkajian kondisi pasien terkini.
RECOMENDATION, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien
saat ini.
Berikut ini merupakan salah satu contoh dalam pertanyaan SBAR:
Situasion misalnya: jelaskan dengan singkat masalah kesehatan pasien atau
keluhan utama termasuk nyeri.
Background misalnya: sebutkan riwayat alergi obat-obatan termasuk cairan infus
yang digunakan.
Jelaskan hasil pemeriksaan yang mendukung dan pemeriksaan laboratorium.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
32/56
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
33/56
32
g.
Diet diabetes melitus (Lihat SPO Gz…..)
h.
Diet Nefropati diabetes (Lihat SPO Gz…..)
i. Diet Displidemia (Lihat SPO Gz….)
j. Hidup sehat dengan nabati (Lihat SPO Gz…)
k.
Perencanaan makanan bagi penyandang diabetes yang berpuasa di bulan ramadhan
(Lihat SPO Gz…. )
l. Diet rendah garam (Liaht SPO Gz…….)
m. Diet Hati (Lihat SPO Gz….)
n.
Diet rendah purin (Lihat SPO Gz…..)
o.
Pemantauan asuhan gizi (Lihat SPO Gz…)
4.9.1. Panduan assesment nutrisi pasien
Panduan assesment nutrisi pasien disebut juga dengan program Nutrition Care
Process(NCP) atau Proses Asuhan Gizi (PAG).
a.
Definisi NCP
Suatu metode pemecahan masalah yang sistematis, dimana diet pasien
menggunakan cara berpikir kritis dalam membuat suatu keputusan yang tepat
terkait masalah gizi sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif
dan berkualitas tinggi.
b.
LANGKAH-LANGKAH NCP
ADIME
1)
Nutrition Assesment (Penilaian Gizi)
2) Nutrition Diagnosis (Diagnosa Gizi)
3)
Nutrition Intervention (Intervensi Gizi)
4)
Nutrition Monitoring and Evaluation ( Monitoring dan Evaluasi Gizi )
Format yang dikenal dengan istilah ADIME mulai dicoba ditulis pada dokumen medik
pasien.1.
ASSESMENT GIZI
Definisi
Proses pengumpulan data, verifikasi dan interprestasi data secara sistematis dalam
rangka membuat keputusan mengenai penyebab masalah gizi.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
34/56
33
Komponen Assesment Gizi:
a)
Riwayat Gizi/Makanan
1) Asupan Makanan
Yaitu komposisi dan kecukupan gizi, pola makan dan snack, kebiasaan makan
di rumah, pantangan/alergi makanan, diet yang pernah dilakukan.
2)
Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan
Yaitu pengetahuan dan kepercayaan terhadap makanan, konsultasi dan
pendidikan gizi yang pernah didapat.
3)
Aktifitas fisik dan exercise
Yaitu status fungsional, pola aktifitas, jumlah waktu santai, intensitas, frekwensi
dan lamanya.
4) Ketersediaan makanan
Yaitu perencanaan makanan, pembelian, kemampuan dan keterbatasan
menyiapkan makanan, keamanan makanan.
b)
Data biokimia, pemeriksaan dan tindakan medik
1) Data laboratorium
Yaitu elektrolit, albumin, glukosa darah, Hb dll.
2)
Pemeriksaan medik
Yaitu waktu pengosongan lambung, densitas mineral tulang, adanya foto thorax,
obat yang diberikan, tindakan yang dilakukan, serta tujuan tindakan.
c) Ukuran antropometri
1)
Tinggi Badan
2)
Berat Badan
3) Index Masa Tubuh
4)
Perubahan Berat Badan
5)
Pertumbuhan
6)
Lingkar Lengan Atas
7)
Massa Otot8) Lingkar Perut/Pinggang
9)
Tebal Lemak/Skinfold Thickness
d)
Hasil pemeriksaan fisik
1)
Kesehatan mu;lut : gigi, lidah, gusi
2) Penampilan Fisik Secara Umum
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
35/56
34
3)
Otot dan Lemak Subkutan
4)
Mata
5) Kulit
6) Kemampuan mengunyah dan menelan
7)
Kebiasaan buang air
e)
Riwayat pasien
1) Riwayat sosial
Status ekonomi, budaya, kepercayaan, situasi rumah
2)
Riwayat individu
Umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, kedudukan dalam keluarga
3)
Riwayat kesehatan
Penyakit saat ini dan dulu, riwayat operasi, penyakit keluarga
4)
Riwayat Pemakaian obat dan Suplemen apakah obat sesuai resep
dokter/suplemen diet/herbal.
2.
DIAGNOSA GIZI
a. Tujuan
Identifikasi masalah gizi yang dapat diatasi atau diperbaiki melalui intervensi
gizi oleh seorang dietisien.
b. Komponen Diagnosa Gizi
1)
(P) Problem/Masalah
Yaitu Perubahan meningkat/menurun, kekurangan/kelebihan, tidak
seimbang, tidak tepat, gangguan dan kesulitan.
2)
(E) Etiology
Yaitu Penyebab atau factor yang berhubungan dengan penyakit.
3)
(S) Signs/Tanda dan gejala
Yaitu bukti dari adanya masalah dari data objektif (pengukuran) dan dari datasubjektif mengenai apa yang dirasakan oleh pasien.
3.
INTERVENSI GIZI
a.
Tujuan
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
36/56
35
Mengatasi atau memperbaiki masalah gizi dengan merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi gizi yang dengan kebutuhan dengan kebutuhan
dan keinginan pasien.
b.
Strategi Intervensi Gizi
1)
Food and Nutritient Delivery
Menyediakan atau merekomendasikan makanan/gizi sesuai ketentuan,
termasuk makanan, snack, makanan cair dana parenteral maupun suplemen.
2) Edukasi Gizi
Proses formal atau mengajari dan melatih pasien mengenai
mengelola/memodifikasi makanan atau kebiasaan makan sehari-hari.
3)
Konsultasi Gizi
Proses dukungan pada pasien untuk menetapkan prioritas, membuat tujuan,
rencana kegiatan yang disetujui serta hendaknya kegiatan tersebut bisa
dilaksanakan.
4) Koordinasi Pelayanan Gizi
Merujuk atau mengkonsulkan dengan institusi pemberi layanan kesehatan
lainnya yang dapat mengatasi masalah gizi.
4.
MONITORING DAN EVALUASI GIZI (MONEV)
a.
Tujuan
Mengetahui seberapa jauh kemajuan serta perkembangan pada penyakit yang
diderita, yaitu dilihat dari :
1)
Kebiasaan dan kemampuan dari lingkungan yang mempengaruhi asupan gizi.
2) Asupan makanan dari semua sumber.
3)
Tanda dan gejala fisi dari hasil pengukuran antropometri, laboratorium dan
fisik.
4)
Persepsi pasien mengenai intervensi gizi jelas atau tindaknya serta apakah
dapat dijjalankan sesuai anjuran.4.10.
Panduan pelayanan informasi kebidanan
Dalam Panitia PKRS peranan Kebidanan sangatlah penting untuk meningkatkan
standar yang mencakupi :
1.
Masalah pada bayi dan solusinya (Lihat Bd. 01)
2. Inisisasi Menyusui Dini (IMD) (Lihat Bd. 02)
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
37/56
36
3.
Tatacara pemberian ASI yang benar (Lihat Bd. 03)
4.
Informasi rawat gabung/Rooming in (Lihat Bd. 04)
5. Perawatan Metode Kangguru (PMK) (Lihat Bd. 05)
6. Edukasi pasien sebelum pulang (Lihat Bd. 06)
7.
Materi Kehamilan dan persalinan (Lihat Bd. 07)
8.
Materi Penyuluhan Imunisasi (Lihat Bd. 08)
4.11.
Panduan pelayanan unit fisioterapi
Unit fisioterapi adalah unit pelayanan medis yang bertujuan pelayanan rehabilitasi
medis yang komprehensif, berkualitas dan terjangkau(dengan cara mencegah,
mengurangi impairment atau kelainan, dissability / ketidakmakpuan dan handicap /
ketunaan) oleh masyarakat luas sesuai dengan standar di rumah sakit RS X.
Adapun beberapa informasi yang diberikan bagi pasien yang mendapatkan pelayanan
fisioterapi :
1. Informasi saat dilakukan assasment/pemeriksaan
Adalah informasi yang diberikan kepada pasien saat awal pasien datang
konsultasi sebelum dilakukan tindakan atau treatment, dengan tujuan agar pasien
mengerti dan memahhami kondisi penyakit, diagnosa maupun prognosa dari
penyakitnya serta tindakan apa yang diberikanuntuk mengatasi keluhan
keluhannya.
2. Informasi saat diberikan tindakan fisioterapi.
Adalah informasi yang diberikan oleh fisioterapis mengenai prosedur
pelaksanaan tindakan fisioterapi terhadap kondisi masing-masing pasien yang
meliputi : tujuan diberikannya treatment, persiapan sebelum treatment selama
intervensi/treatment dilaksanakan, maupun setelah treatment selesai
dilaksanakan.
3.
Informasi pencegahan terjadinya cidera / keluhan berulang.Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik
pencegahan terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap
saat dapat muncul seiring dengan aktifitas yang dilakukan.
4.
Informasi berupa program di rumah / luar waktu terapi dirumah sakit/klinik
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
38/56
37
Informasi ini berupa teknik-teknik latihan ataupun treatment sederhana dan
mudah dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun
mempercepat perbaikan kondisi.
Informasi ini diberikan sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka
melakukannya kapanpun dan dimanapun mereka berada.
4.11.1.
INFORMASI SAAT ASSESMENT/PEMERIKSAAN
Adalah penyampaian informasi yang diperoleh terkait dengan proses pengumpulan data
dari pasien yang bersangkutan dengan tujuan agar pelaksanaan asuhan fisioterai dapat
diberikan secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
Adapun informasi yang diperoleh berupa :
a.
Anamnesa pasien secara umum.
Yang mliputi: nama, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan dan hobi, alamt, agama
dan pendidikan terakhir.
b. Anamnesa Khusus.
Yaitu informasi beru[pa keluhan utama, lokasi keluhan, sifat keluhan dan berapa
lama keluhan tersebut telah berlangsung.
c. Inspeksi.
Pemeriksaan dengan cara melihatkan kondisi pasien secara keseluruhan.
d. Quick Test/Test Cepat
Pemeriksaan terhadap kondisi pasien secara cepat yang mengarah langsung ke
keluhan psien.
e. Test Gerak Pasif, Aktif dan Isometric.
Test yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai ada tidaknya
gangguan gerak paad suatau kondisi.
f. Test Spesifik
Adalah test yang dilakukan secara khusus terkait langsung dengan kondisi pasien
untuk lebih menegakkan diagnose penyakit secara tepat.
g.
Pemeriksaan Lain
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
39/56
38
Pemeriksaan yang dapat menunjang suatu diagnosis yang dapat berupa pemeriksaan
laboratorium, radiologi ataupaun pemeriksaan terkait lainnya.
h. List Of Problem
Adalah informasi yang terkumpul yang berupa beberapa rincian permasalahan yang
ditemukan sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut di atas.
i.
Diagnosa Fisisoterapi dan Prognosa.
Merupakan informasi mengenai problematik pasien yang disimpulkan dari hasil
pemeriksaan.
Gambaran kondisi pasien setelah diberikan tindakan terkait dengan patologi dan
diagnosis penyakit.
j.
Rencana Tindakan/Intervensi
Penjelasan tentang rencana tindakan dan hasil yang diharapakan terkait dengan
diagnose penyakit.
Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan prosedur tindakan/intervensi.
k.
Intervensi/Tindakan
Penerapan tindakan fisioterapi yang telah ditentukan sesuai dengan perencanaan.
l. Rasional:
Informasi kepada pasien mengenai hasil dari tindakan/intervensi fisisoterapi
baik sebelum, selama dan sesudah tindakan.
Menginformasikan rencana tindakan/intervensi secara bertahap dan tindakanlebih lanjut.
4.11.2.
INFORMASI SAAT PELAKSANAAN TINDAKAN FISIOTERAPI
Merupakan informasi yang diberikan kepada pasien/klien terkait dengan SPO
pelaksanaan tindakan fisisoterapi antara lain:
1.
Pelaksanaan Breathing Exercise ( Lihat SPO rehab Medik-001 )
2. Pelaksanan Latihan Gerak Aktif ( Lihat SPO Rehab Medik – 002 )
3. Pelaksanan Latihan Gerak Aktif ( Lihat SPO Rehab Medik – 003 )
4.
Pelaksanaan Latihan Jalan ( Lihat SPO Rehab Medik – 004 )
5.
Pelaksanaan Latihan Lingkup Gerak Sendi( Lihat SPO Rehab Medik – 005 )
6. Pelaksaaan Latihan Mc.Kenzie Exercise( Lihat SPO Rehab Medik – 006 )
7. Pelaksanaan Latihan Peregangan/Stretching( Lihat SPO Rehab Medik – 007 )
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
40/56
39
8.
Pelaksanaan Latihan Gerak Axilla Crutches( Lihat SPO Rehab Medik – 008 )
9.
Pelaksanaan Latihan dengsn Dumble( Lihat SPO Rehab Medik – 009 )
10. Pelaksanaan Latihan dengan Fisioball( Lihat SPO Rehab Medik – 010 )
11. Pelaksanaan Latihan dengan sand bag. ( Lihat SPO Rehab Medik – 011 )
12.
Pelaksanaan latihan dengan tripod. ( Lihat SPO Rehab Medik – 012 )
13.
Pelaksanaan latihan dengan walker. ( Lihat SPO Rehab Medik – 013 )
14. Pelaksanaan terapi dengan cold therapy( Lihat SPO Rehab Medik – 014 )
15. Pelaksanaan terapi dengan inframerah. ( Lihat SPO Rehab Medik – 015 )
16.
Pelaksanaan terapi dengn faradisasi( Lihat SPO Rehab Medik – 016 )
17.
Pelaksanaan terapi dengan stimulasi interferensial( Lihat SPO Rehab Medik – 017 )
18.
Pelaksanaan terapi dengan Micro Wave Diathermy (MWD) ( Lihat SPO Rehab
Medik – 018 )
19.
Pelaksanaan terapi dengan parafin Bath ( Lihat SPO Rehab Medik – 019 )
20.
Pelaksanaan terapi dengan Short Wave Diathermy (SWD) ( Lihat SPO Rehab
Medik – 019)
21. Pelaksanaan terapi dengan TENS( Lihat SPO Rehab Medik – 020 )
22. Pelaksanaan terapi dengan traksi Cervical( Lihat SPO Rehab Medik – 021 )
23.
Pelaksanaan terapi dengan traksi lumbal( Lihat SPO Rehab Medik – 022)
24. Pelaksanaan terapi dengan ultarsound( Lihat SPO Rehab Medik – 023 )
25. Pelaksanaan Terapi dengan Ultrasound ( Lihat SPO Rehab Medik – 029 )
4.11.3. INFORMASI PENCEGAHAN CIDERA/KELUHAN BERULANG
Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik pencegahan
terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap saat dapat muncul
seiring dengan aktifitas yang dilakukan, seperti informasi mengenai :
a.
Tenik mengangkat dengan benar.
b.
Tehnik Pemindahan pasien dengan alat
c.
Teknik duduk, tidur yang cepat.
d.
Teknik penanganan cidera awal dengan metode RICE.
e.
Teknik penggunaan dan manfaat alat bantu seperti splint, support untuk ektremitas
atas dan bawah, TLSO, alat bantu jalan, dll.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
41/56
40
1.
Pencegahan Cidera Berulang
Teknik pencegahan cidera dengan metode RICE
RICE :
Rest Bahagian yang sakit diistirahatkan dari aktifitas.
Ice Pemberian es pada daerah cidera.
Compress Pemberian tekanan dengan elastic perban di area cidera yang bengkak
Elevate Meninggikan daerah tubuh yang cidera
Aplikasi : Kasus-kasus cidera akut 3x24 jam
2. Koreksi Posture yang benar
Posture adalah posisi dimana kita menahan tubuh agar tetap tegak melawan
gravitasi sambil berdiri, duduk atau berbaring.
Koreksi posture bertujuan untuk :
a.
Menjaga tulang dan sendi pada ‘Alignmet’ yang benar sehingga otot berfungsi
dengan baik.
b.
Membantu mengurangi kesalahan pemakaian pada permukaan sendi yang
mengakibatkan arthritis.
c. Mengurangi stress pada ligamen sebagai penyangga sendi
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
42/56
41
d.
Mencegah kelelahan otot sehingga otot yang digunakan lebih efisien dan tubuh
dapat menghemat energi.
e. Mencegah sakit punggung dan nyeri otot.
f. Memberikan kontribusi untuk penampilan yang baik.
3.
Teknik Lifting ( Mengangkat )
Teknik yang benar :
a. Hindari mengangkat beban > 30kg.
b.
Sebelum mengangkat pastikan kedua kaki cukup kuat menyangga tubuh.
c.
Saat mengangkat beban pada posisi lebih rendah dari pinggang pertahankan
tulang belakang tetap lurus dengan kaki menapak kuat dilantai, tekuk kedua
lutut dan pinggul.d. Jika mengangkat objek dan meja, dekatkan objek sedekat mungkin dengan
tubuh, tekuk kedua lutut dan gunakan tumpuan dkedua kaki untuk mengangkat
& kemudian berdiri.
e.
Untuk menurunkan benda/objek, posisikan kaki, tulang belakang seperti awal
saat mengangkat.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
43/56
42
4.
Teknik Duduk & Tidur yang benar
Posisi duduk yang benar :
a.
Duduk dengan [unggung & bahu lurus serta rilex, pinggul menyentuh bagian
belakang kursi
b. Duduk mempertahankan kelurusan tulang belakang, dapat gunakan support
pada area kelengkungan.
c.
Distribusikan berat badan secara pada kedua pinggul.
d.
Tekuk lutut, jaga agar lutut dengan atau sedikit lebih tinggi dari pinggul
(gunakan foot rest) e. Posisi kaki tidak menyilang, dan jaga kaki tetap rata di lantai.
f.
Hindari posisi yang sama selama > 30 menit
g.
Di tempat kerja :
h.
Sesuaikan tinggi kursi & meja sehingga posisi duduk dekat dengan pekerjaan.
Istirahatkan siku & lengan pada lengan kursi atau di atas meja, bahu rilex.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
44/56
43
i.
Posisi saat mengemudi :
j.
Gunakan penyangga/batal kecil pada kurva kelengkungan tulang belakang,
posisi lutut pada level yang sama atau lebih tinggi dari pinggul.
k. Posisikan kursi dekat dengan setir, upayakan lutut dapat menekuk & kaki
menyentuh pedal.
5.
Posisi tidur dan berbaring yang benar
a. Posisi bantal berada dibawah kepala & pastikan ketebalan bantal memungkinkan
kepala pada posisi normal.
b.
Cobalah untuk tidur dalam posisi yang tetap mempertahankan kelengkungan
tulang belakang (seperti tidur telentang, letakkan bantal dibawah lutut atau
bantalan tipis pada pinggang, atau lutut sedikit menekuk pada posisi tidur miring).
c.
Pilih jenis kasur yang nyaman, jika diperlukan letakkan papan dibawah kasur.
d.
Gunakan penyangga (humbar support ) pada malam hari untuk kenyamanan tidur.
e.
Tirah baring lama
changes position
setiap 2 jam. f. Ketika berdiri dari posisi berbaring, putar ke satu sisi, tekuk kedua lutut &
ayunkan kaki disisi tempat tidur, lalu duduk dengan mendorong tubuh dengan
bantuan tangan.
g.
Hindari bangun dengan posisi pinggang membungkuk kedepan.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
45/56
44
6.
Teknik & Manfaat Penggunaan alat bantu ( support)
Teknik ini disesuaikan dengan problematik klien / pasien. Misalnya :
a.
Back poin e.c HNP lumbal lumbosacral support
b.
Fraktur os tibia post operasi crutch
4.11.4.
INFORMASI PROGRAM DIRUMAH/DILUAR RUMAH SAKIT/KLINIKInformasi ini berupa teknik latihan ataupun treatment sederhana dan mudah
dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun mempercepat
perbaikan kondisi mereka.
Informasi ini diberikan sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka melakukannya
kapanpun dan dinamapun mereka berada, seperti diantaranya :
a.
Aplikasi terapi panas dan dingin dengan teknik kompres, perendamman. (Lihat
SPO Rehab Medik – 017)
b.
Breathing Exercise (Lihat SPO Rehab Medik – 001)
c. Latihan Peregangan/stretching (Lihat SPO Rehab Medik – 007)
d. Latihan gerak aktif dengan ataupun tanpa beban (Lihat SPO Rehab Medik – 002)
e.
Latihan jalan baik dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu (Lihat SPO Rehab
Medik – 004)
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
46/56
45
f.
Latihan lingkup gerak sendi, stabilisasi (Lihat SPO Rehab Medik – 007)
g.
Mc. Kenzie Exercise (Lihat SPO Rehab Medik – 006)
4.12.
Panduan Pelayanan Informasi Farmasi
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat. Sub-unit tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan
kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
serta edukasi mengenai obat.
Pelayanan informasi farmasi terdiri atas:
1.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling tatacara minum obat bagi pasien
(Lihat SPO farmasi 002/SPO/FARM/III/2011)
2. Informasi palayanan farmasi pasien rawat inap (Lihat SPO farmasi
012/SPO/FARM/IX/2007)
3. Informasi pelayanann farmasi pasien akan pulang (Lihat SPO farmasi
022/SPO/FARM/X/2007)
4. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat jalan (Lihat SPO farmasi
013/SPO/FARM/IX/2007)
4.13.
Panduan Pelayanan Informasi Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)
Pelayanan informasi unit PPI terdiri dari:
1.
Informasi pembuangan sampah medis benda tajam (Lihat SPO PPI PPI/001)
2.
Informasi tata cara pembuangan sampah medis (Lihat SPO PPI PPI/002)
3.
Informasi tata cara pembuangan sampah non medis (Lihat SPO PPI PPI/003)
4.
Informasi etika batuk (Lihat SPO PPI PPI/004)5. Informasi etika meludah (Lihat SPO PPI PPI/005)
6.
Informasi mencuci tangan dengan air (Lihat SPO PPI PPI/006)
7.
Informasi mencuci tangan dengan hand rub (Lihat SPO PPI PPI/007)
8.
Informasi mengenai kewaspadaan isolasi (Lihat Pedomann PPI tentang
kewaspadaan isolasi PPI)
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
47/56
46
4.14.
Panduan Pelayanan Rekam Medis Pasien
Pelayanan instalasi Rekam medis dalam kepanitiaan PKRS bergerak sebagai penunjang
dalam bidang penyediaan data dan informasi tertulis yang berhubungan dengan
pelayanan dan pendidikan pasien yang termasuk memfasiliasi pembuatan dan
penyediaan formulir rumah sakit seperti formulir pemberian edukasi, formulir edukasi
kolaboratif, formulir persetujuan tindakan medis, penyusunan rekam medis yang
meliputi data pengetahuan dan ketrampilan yang menjadi kekuatan dan kekurangan
diidentifikasi dan digunakan untuk membuat perencanaan pendidikan. Variabel yang
menentukan apakah pasien dan keluarga mau dan mampu untuk belajar di-asses dengan
menyertakan:
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga,
b.
Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan,
c.
Hambatan emosional dan motivasi,
d. Keterbatasan fisik dan kognitif, dan
e. Kesediaan pasien untuk menerima informasi.
4.15.
Panduan Pelayanan Marketing
4.15.1.
Pengertian.
Marketing atau pemasaran adalah suatu proses sosial manajerial di mana individu
dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan. Definisi ini berdasarkan pada
konsep inti, yaitu : kebutuhan, keinginan dan permintaan; pasar, pemasaran dan
pemasar. Selain itu pengertian pemasaran oleh beberapa ahli adalah: keseluruhan
intern yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan
jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli baik pembeli yang ada maupun
pembeli yang potensial.
Perkembangan bisnis rumah sakit saat ini disebabkan oleh perubahan pola pikir
konsumen yang dinamis. Dengan dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan
pemasaran sangat dibutuhkan oleh setiap rumah sakit sebagai ujung tombak bagi
kehidupannya. Adanya kegiatan pemasaran diharapkan dapat mendukung tercapainya
kemajuan dan tujuan rumah sakit itu sendiri. Walaupun demikian, pentingnya arti
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
48/56
47
pemasaran bukan berarti mengabaikan fungsi-fungsi rumah sakit lainnya, sebab tanpa
adanya fungsi-fungsi lainya ini, maka kegiatan tidak mungkin akan berjalan.
Dalam kegiatan pemasaran konsumen merupakan unsur yang sangat penting
diperhatikan. Rumah Sakit (RS) dituntut untuk mempertimbangkan konsumen sebagai
salah satu faktor terpenting dalam pasar, karena dengan memperhatikan kebutuhan dan
keinginan konsumen, RS dapat memenangkan persaingan pasar yang semakin fokus
terhadap kepuasan pelanggan. Keberadaan konsumen sendiri mempunyai pengaruh
pada pencapaian tujuan akhir perusahaan, yaitu perolehan laba melalui pembelian jasa
atau pelayanan. Oleh sebab itu tugas organisasi RS adalah menentukan kebutuhan,
keinginan, dan minat dari pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan
secara lebih efektif dan efisien. RS harus dapat merumuskan bauran pemasaran yang
tepat. Organisasi RS harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengarui
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk, diantaranya adalah place
(lokasi), price (harga), promotion (promosi), people (orang yang terkait dengan
pelayanan), physical evidence (bukti fisik), dan process (proses jasa diberikan ).
Ketujuh unsur bauran pemasaran jasa tersebut di atas pada RS dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Produk (Product ); merupakan jasa atau pelayanan RS yang ditawarkan kepada
pasien atau konsumen.
b.
Harga/tarif (Price) merupakan sejumlah uang yang harus dikeluarkan pelanggan
untuk memperoleh pelayanan RS. Dalam mempertimbangkan harga harus
diperhatikan tingkat permintaan pelayanan, perkiraan biaya pelayanan, harga
pelayanan RS pesaing, situasi dan kondisi persaingan serta pasar sasaran.
c.
Tempat (Place); merupakan perencanaaan dan pelaksanaan program penyaluran
pelayanan melalui lokasi, tempat dan waktu serta jumlah yang tepat, sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
d.
Promosi (Promotion); merupakan kombinasi dari variabel-variabel periklanan,
penjualan tatap muka, promosi penjualan, dan publisitas yang dilakukan oleh RS
dalam upaya mengimformasikan produk pelayanan kepada para pelanggan
(konsumen), sehingga para pelanggan (konsumen) termotivasi/terdorong untuk
melakukan pembelian.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
49/56
48
e.
Orang (People); adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam menjalankan
segala aktifitas pelayanan RS, dan merupakan faktor yang memegang peranan
penting bagi semua organisasi. Dalam perusahaan jasa unsur people ini bukan
hanya memainkan peranan penting dalam bidang produksi atau operasional saja,
tetapi juga dalam melakukan hubungan kontak langsung dengan konsumen.
Perilaku orang-orang yang terlibat langsung ini sangat penting dalam
mempengaruhi mutu jasa yang ditawarkan dan image RS.
f. Sarana Fisik (Physical Evidence); merupakan suatu hal yang secara nyata turut
mempengaruhi keputusan konsumen, untuk membeli dan menggunakan produk
jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk di dalam physical evidence
antara lain lingkungan phisik, dalam hal ini bangunan fisik, perabot/peralatan,
perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan
service yang diberikan seperti karcis, sampul, label, dan lain sebagainya. Selain itu
atmosfir RS yang menunjang seperti visual, aroma, suara, tata ruang, lay out
ruangan dan lain-lain.
g. Proses (Process); mempunyai arti suatu upaya RS, dalam menjalankan dan
melaksanakan aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumennya. Untuk perusahaan jasa seperti RS, kerjasama antara marketing dan
operasional sangat penting dalam elemen process ini, terutama dalam melayani
segala kebutuhan dan keinginan pelanggan (konsumen) secara cepat dan tepat.
Sementara itu dalam PKRS sendiri peranan marketing sangatlah penting yaitu: untuk
melakukan kajian kebutuhan promosi kesehatan untuk pengunjung rumah sakit dan
masyarakat sekitar rumah sakit. Unit ini bertugas untuk menyediakan instrument kajian
kebutuhan promosi kesehatan serta media komunikasi yang sesuai untuk pengunjung dan
masyarakat disekitar rumah sakit serta memiliki rumusan informasi yang dibutuhkan
untuk menunjang promosi kesehatan tersebut.
Peranan lain yang tidak kalah penting adalah untuk membina suasana yang
mendukung kegiatan promosi maupun pemberdayaan dengan memanfaatkan ruangan dan
halaman rumah sakit untuk memasang/menayangkan berbagai media komunikasi,
memanfaatkan individu, kelompok di luar rumah sakit untuk bina suasana dan
memanfaatkan media masa untuk bina suasana. Hal lainnya yang berhubungan dengan
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
50/56
49
peran marketing adalah untuk menjalin kerjasama dengan mitra terkait untuk
mengoptimalisasikan pelaksanaan kegiatan PKRS seperti mengidentifikasi mitra pontensial
dalam rangka menggalang kemitraan berkaitan dengan pelaksanaan promosi kesehatan
mempunyai jejaring kemitraan diberbagai sektor, dunia usaha dan swasta lainnya serta
melaksanakan program kerjasama kemitraan dengan sektor lain, organisasi kemasyarakatan,
swasta dan dunia usaha lainnya (Lihat SPO/Marketing).
4.15.2. Ruang Lingkup
Kegiatan pemasaran dilaksanakan baik pada pengunjung maupun terhadap masyarakat
luar RS yang akan membutuhkan pelayanan RS X antara lain berupa:
1.
Informasi produk layanan dan harga
2. Informasi fasilitas, pelayanan unggulan dan dan ahlinya
3.
Penawaran kerjasama pelayanan, ahli, pemanfaatan jasa, fasiltas dan tempat.
4.15.3. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Tujuan Umum Pemasaran RS X adalah mengenal dan memahami pelanggan
sedemikian rupa sehingga produk yang di jual akan cocok dan sesuai dengan keinginan
pelanggan, sehingga jasa pelayanan RS dapat terjual dengan sendirinya.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk memberikan informasi tentang jasa pelayanan yang dijual di RS X.
b.
Untuk mempengaruhi keputusan membeli konsumen terhadap jasa pelayanan yang
ada di RS X.
c. Untuk menciptakan nilai ekonomis suatu jasa yang dijual di RS X.
d.
Melakukan kerjasama pelayanan ahli, pemanfaatan jasa, fasiltas dan tempat
dengan pihak kedua.
4.15.4.
Tata Laksana Pemasaran1. Memberikan informasi produk layanan dan harga bagi setiap pengunjung yang
datang ke RS X maupun masyarakat luar yang membutuhkan layanan.
2.
Informasi dapat diberikan secara lisan maupun tertulis dalam bentuk liflet, benner
ataupun media pemasaran lainnya.
3. Untuk seluruh proses kerjasama melalui prosedur berikut ( Lihat SPO Pemasaran )
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
51/56
50
a.
Seluruh usulan kerjasama (pembentukan, perubahan dan perpanjangan)
disampaikan secara tertulis dan ditujukan kepada Direktur Utama.
b. Analisa usulan Kerjasama dilakukan oleh Tim Ikatan Kerjasama dalam bentuk
rekomendasi dan tindak lanjut Kerjasama.
c.
Rekomendasi usulan kejasama yang diterima selanjutnya dibuatkan draft
perjanjian kerjasamanya, sedangkan yang direkomendasikan tidak diterima
atau ditolak disampaikan secara tertulis kepada pihak yang mengusulkan
dengan memberikan alasan penolakan.
d.
Apabila diperlukan pertimbangan hukum atau pertimbangan lain atas draft
perjanjian kerjasama yang telah disusun, maka draft tersebut disampaikan ke
suatu badan pertimbangan hukum atau profesional untuk memperoleh
gambaran atau pendapat terbaru.
e.
Tim Ikatan Kerjasama mempersiapkan teknis pelaksanaan kerjasama,
mengkoordinasikan ke bagian atau unit terkait.
f. Waktu dan tempat penandatanganan perjanjian kerjasama oleh pihak-pihak
terkait ditentukan sesuai dengan kesepakatan.
g. Sebelum penandatangan perjanjian kerjasama, seluruh biaya administrasi
berkaitan dengan pembentukan, perubahan atau perpanjangan perjanjian
kerjasama harus dibayarkan sesuai dengan tarif yang berlaku.
h. Mendistribusikan dan mensosialisasikan ke bagian atau unit terkait.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A.
MONITORING DAN EVALUASI PKRS.
Monitoring atau pemantauan dan Evaluasi ( monev) kegiatan PKRS dilakukan terhadap perkembangan dari masukan ( Input ), proses dan keluaran atau output serta terhadap
dampak dari pelaksanaan PKRS yang telah diselenggarakan.
1.
Indikator Masukan ( Input ).
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
52/56
51
Masukan yang perlu mendapatkan perhatian adalah berupa komitmen pimpinan,
ketersediaan sumber daya manusia (SDM), sarana/prasarana serta dukungan dana
dalam pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi kualitas sumberdaya manusia dan fasilitas dilakukan dengan survey
lapangan setiap bulan dan pelatihan mengenai materi edukasi unit-unit PKRS setiap 6
bulan sekali. Evaluasi kinerja panitia PKRS dilakukan dengan pelaporan dari setiap
unit PKRS, laporan Instalasi Promkes dan Pemasaran dan survey kepuasan pelanggan
minimal setiap 6 bulan.
2.
Indikator Proses.
Monitoring dan evaluasi proses yang dilakukan adalah terhadap pelaksanaan kegiatan
PKRS yang meliputi PKRS untuk pasien dan keluarga, pengunjung lainnya, serta
petugas rumah sakit sendiri baik secara perorangan maupun kelompok, dan juga
terhadap kegiatan yang dilaksanakan di luar gedung maupun di dalam gedung.
Untuk pasien rawat jalan dan rawat inap monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan
pemantauan setiap hari oleh setiap Penanggung Jawab unit terkait, dokumentasi
permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang teredukasi di LOGBOOK
(unit dan edukasi kolaboratif) dan formulir pemberian informasi dan formulir
pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumlah leaflet yang tersedia dilakukan
dengan penyediaan 50 lembar untuk setiap topik materi edukasi disetiap unit terkait
setiap bulannya dan dilakukan refill atau pengisian ulang setiap bulannya. Apabila
leaflet habis sebelum sebulan, maka peermintaan leaflet dapat dilakukan ke Instalasi
Promkes dan Pemasaran.
3.
Indikator Keluaran ( Output )
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
baik secara umum maupun secara khusus.
4.
Indikator Dampak.
Indikator dampak mangacu kepada tujuan dilaksanakan PKRS yaitu berubahnya
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien dan keluarganya, serta terpeliharanyalingkungan rumah sakit dan dimanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang
disediakan oleh rumah sakit. Oleh sebab itu kondisi ini sebaiknya dinilai setelah
PKRS berjalan secara maksimal disemua unit RS.
B.
MONITORING DAN EVALUASI PEMASARAN.
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
53/56
52
Tidak terkecuali monev pemasaran juga dilaksanakan berdasarkan indikator masukan,
proses, output dan dampak. Secara garis besar evaluasi dan monitroring pelaksanaan
pemasaran dapat berupa: dukungan dan komitment pimpinan, kecukupan SDM, sarana
dan prasarana pemasaran, hasil survey kepuasan pelanggan, penambahan jumlah PKS, dan
kepatuhan terhadap SPO, dampak terhadap peningkatan pendapatan RS. Monev dapat
dilaksanakan berupa bulanan dan tahunan.
BAB VI
DOKUMEN BUKTI
6.1.
Dokumen bukti PKRS
Dokumen bukti adalah segala bentuk informasi tertulis dalam rangka promosi kesehatan
yang dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi:
1. Materi edukasi
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
54/56
8/17/2019 Pedoman Pemberian Infomasi Dan Edukasi IPK-P Revisi
55/56
54
Sebagai penutup kiranya dapat diingatka