PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM …repository.fisip-untirta.ac.id/351/1/ANE - PARTISIPASI...

Post on 06-Feb-2018

223 views 1 download

Transcript of PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM …repository.fisip-untirta.ac.id/351/1/ANE - PARTISIPASI...

  • PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

    PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR

    TANGGUH DI KECAMATAN TELUKNAGA

    KABUPATEN TANGERANG

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

    pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

    ABDULAH SAPEI

    NIM 6661090633

    FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

    Serang 2015

  • ABSTRAK

    Abdulah Sapei. 2015. 666100633. Partisipasi Masyarakat Dalam Program

    Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) Di Kecamatan Teluknaga

    Kabupaten Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas

    Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Oman Supriyadi, M.Si.

    Dosen Pembimbing II: Kandung Sapto Nugroho, M.Si

    Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) merupakan satu bagian

    dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan

    Perikanan. Partisipasi masyarakat di Kawasan Pesisir Kecamatan Teluknaga

    Kabupaten Tangerang pada program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh dalam

    hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan masih

    rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat

    dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) di 3 Desa Pesisir

    Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang 2012-2013. Teori yang digunakan

    dalam penelitian adalah teori partisipasi dari Cohen dan Uphoff (Ulifah, 2003:23).

    Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan teknik observasi dan

    wawancara mendalam. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis data

    Prasetya Irawan. Hasil penelitian bahwa Partisipasi Masyarakat dalam Program

    Pengembangan Desa Pesisir Tangguh masih rendah karena beberapa faktor,

    pekerjaan, pendidikan dan leadership. Terutama dalam perencanaan, pengawasan

    dan pemeliharaan, masyarakat masih kurang berperan serta didalamnya. Saran

    dalam penelitian yaitu Leadership dari seorang Kepala Desa harus bisa

    membangkitkan semangat keaktifan masyarakat dalam proses pembangunan

    dengan mengkoordinasikan serta mengoptimalkan kelembagaan desa, seperti

    Lembaga Pemberdayaan Desa (LPM), Karang Taruna, dan PKK. Masyarakat

    harus turut bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan dengan cara masyarakat

    menegur pelaksana kegiatan jika mendapati masalah pelaksanaan tidak berjalan

    sesuai rencana. Mengoptimalkan kelembagaan pada Kelompok Masyarakat

    Pesisir Pengadaan Air Bersih, guna pemanfaatannya bisa dikembangkan menjadi

    Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

    Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pembangunan, Program

    Pengembangan Desa Pesisir Tangguh.

  • ABSTRACT

    Abdulah Sapei. 2015. 666100633. The Community Participation In Coastal Village

    Development Program In Teluknaga Sub-District Of Tangerang Regency. Public

    Administration Departement. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st

    Advisor :

    Oman Supriyadi, M.Si. 2nd

    Advisor : Kandung Sapto Nugroho, M.Si

    The Coastal Village Development Program Is one part of the program independent

    national community empowerment maritime affairs and fisheries. The purpose of

    research to know The Community Participation In Coastal Village Development

    Program in the three coastal village Teluknaga Sub-District Of Tangerang Regency

    2012-2014. A theory that used in research is the theory participation of Cohen and

    Uphoff (Ulifah, 2003:23). Research method used is qualitative by observation

    techniques and in-depth interviews. Data analysis technique the research uses of the

    data analysis Prasetya Irawan. The results of research that the Community

    Participation In Coastal Village Development Program is still low because a several

    factors including employment, education and leadership. Especially in monitoring

    and maintenance, the community have low participate inside of them. Advice in

    research that is leadership of a village head should be able to stimulate the spirit of

    liveliness the community in the development process by coordinating institutional and

    also improve the village, as The empowerment of the village, Youth groups and

    others. The community must also responsible for overseeing development activities.

    Supervision can be done by means of the community directly supervise the

    implementation of activities in the process that has been planned earlier .Reprove

    implementation if found the problem of implementation does not run according to

    plan that has been determined. Optimize institutional on kmp procurement of clean

    water , to its use can be developed into a business owned by village. Strengthen the

    role of the community overall , by making rules in the form of regulation village or

    the decision of the village head who set about community involvement in the

    development process

    Key Words : Community Participation, development, The Coastal Village

    Development Program

  • Tidaklah cukup kawan belajar di dalam negeri atau

    di satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar

    negeri. Disana banyak teman-teman baru, pengganti

    teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan

    takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan

    setelah menderita.

    (Maqolah Imam Syafii Rohimahullah)

    YAKIN USAHA SAMPAI

    Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua Orang

    Tuaku, semua Kakak dan Kakak Iparku, dan

    untuk orang-orang yang kusayangi dan untuk

    mereka yang selalu mendukungku

  • i

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbilalamin peneliti

    panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena ridho, rahmat, karunia dan kasih

    sayang-Nya yang melimpah sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan Desa

    Pesisir Tangguh di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Penulisan

    skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan, bantuan,

    nasehat, saran, dan perhatian berbagai pihak. Pada kesempatan ini merupakan

    suatu kebanggaan bagi penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan

    penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :

    1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

    Tirtayasa.

    2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

    3. Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan I sekaligus Pembimbing II

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

    atas kebaikannya dan waktu yang telah diberikan kepada peneliti dalam

    memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

    4. Mia Dwiana, M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  • ii

    5. Gandung Ismanto, MM., Wakil Dekan Bidang III Fakultas Ilmu Sosial dan

    Ilmu Politik atas kebaikannya dan waktu yang telah diberikan.

    6. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Plt. Ketua Prodi Administrasi Negara Fakultas

    Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

    7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos, M.Si., Plt. Sekretaris Program Studi Ilmu

    Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sultan Ageng

    Tirtayasa.

    8. Drs. H. Oman Supriadi, M.Si., Pembimbing I atas kebaikannya dan waktu

    yang telah diberikan kepada peneliti dalam memberikan arahan dan

    bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

    9. Ayahanda dan Ibunda, atas cinta kasih yang tulus tak terhingga dan

    sekaligus merupakan motivator terbesar dalam menyelesaikan skripsi

    kepada peneliti.

    10. Semua kakak beserta keponakan yang selalu memberi hiburan dan

    motivasi kepada peneliti. Terima kasih atas pengertian dan kasih sayang

    kalian.

    11. Seluruh pegawai Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Tangerang.

    Terima kasih atas waktu, ilmu dan bimbingannya.

    12. Para Kepala Desa dan Sekretaris Desa Kecamatan Teluknaga. Terima

    kasih atas waktu dan ilmunya.

    13. Keluarga Tri Tunggal Jati, Bapak, Ibu dan yang lainnya. Terima kasih atas

    kerelaan dan budi baik kalian.

  • iii

    14. Keluarga Bapak Tanro dan Keluarga. Terima Kasih atas saran-saran dan

    kebaikan kalian.

    15. Teman-teman satu kelas ANE B 2009, Komunitas J17 Arief, Tunggal,

    Anto, Rizki, Ikram, Ria, Septian, Adnan, Nasrullah, Jaya, Prila Adam,

    Mufrodi, Fauzi, Bagus, Monika, Zaqia, Imron, Nanda, Deni Firmansyah,

    Deni Dewo, Bewok, Dede F.H, Nining, Nurul, Dwi, Nendi, Tomi, Sagita,

    Adit, Johan, Rendi, Miftahul, Ari, Christyan, Fani dan teman-teman yang

    lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya. Terima kasih atas

    semangat kekeluargaannya.

    16. Kawan-kawan seperjuangan Kanda Ikmal, Sughron, Adi Fajar, Reni

    Banda, Hijriatul, Suandhi, Agryan, Kanda Uwok, Kanda Rahmat, Kanda

    Tomi, Kanda Messy dan Yunda Ova. Terima kasih telah berbagi

    pengetahuan.

    17. Sahabat-sahabat peneliti Jagis, Jaka, Rahmat, Busaheri, Alvian, Uwes dan

    Ayudi. Terima kasih atas kebersamaannya.

    18. Teman-teman Civil Society atas kebersamaan dan saling memotivator

    dalam mengerjakan skripsi ini.

    19. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan

    satu persatu.

    Peneliti menyadari masih banyak terjadi kekurangan dan masih jauh dari

    sempurna baik teknik penyusunan penulisan maupun isi dari materi yang

    disajikan. Hal ini disebabkan tiada lain oleh keterbatasan juga kemampuan yang

  • iv

    peneliti miliki. Oleh karena itu sebagai peneliti mengharapkan masukan, kritik

    dan saran yang membangun guna untuk lebih baik lagi di masa depan.

    Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Serang, Februari 2015

    Peneliti

    Abdulah Sapei

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...........................................................................................

    ABSTRAK ...........................................................................................................

    LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................

    PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

    DAFTAR ISI........................................................................................................ v

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

    1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 11

    1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 12

    1.4 Rumusan Masalah ....................................................................... 12

    1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................ 12

    1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................... 13

    1.7 Sistematika Penulisan ................................................................. 14

    BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA BERPIKIR

    2.1 Pengertian Partisipasi .................................................................. 17

    2.2 Pengertian Masyarakat ................................................................ 21

  • vi

    2.3 Konsep Partisipasi Masyarakat ................................................... 23

    2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi .......................... 28

    2.5 Wilayah dan Masyarakat Pesisir ................................................. 30

    2.6 Konsep Pembangunan ................................................................. 31

    2.7 Program PDPT ............................................................................ 33

    2.8 Penelitian Terdahulu ................................................................... 34

    2.9 Kerangka Berpikir ....................................................................... 36

    2.10 Asumsi Dasar Penelitian ............................................................ 38

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian ....................................................................... 39

    3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ................................................ 41

    3.3 Lokasi Penelitian ......................................................................... 41

    3.4 Variable Penelitian ...................................................................... 42

    3.4.1 Definisi Konseptual ........................................................... 42

    3.4.2 Definisi Operasional .......................................................... 42

    3.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 43

    3.6 Informan Penelitian ..................................................................... 46

    3.7 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 48

    3.7.1 Sumber Data Primer .......................................................... 48

    3.7.2 Sumber Data Sekunder ...................................................... 52

    3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 54

    3.9 Pengujian Keabsahan Data ......................................................... 56

    3.9.1 Validitas ....................................................................... 56

    3.9.2 Reliabelitas ................................................................... 57

  • vii

    3.10 Jadwal Penelitian....................................................................... 58

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1 Deskripsi Objek Penelitian.......................................................... 60

    4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Teluknaga ......................... 60

    4.1.2 Gambaran Umum Desa Pesisir Kecamatan Teluknaga ..... 61

    4.1.2.1 Letak Geografis dan Administrasi Desa.................61

    4.1.2.2 Kependudukan........................................................68

    4.1.2.3 Mata Pencaharian.................................................. 69

    4.1.2.4 Pendidikan............................................................. 70

    4.1.2.5 Sosial Budaya........................................................ 71

    4.2 Deskripsi Data ............................................................................. 73

    4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .......................................... 73

    4.2.2 Informan Penelitian .................................................... 76

    4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................... 78

    4.3.1 Perencanaan ....................................................................... 78

    4.3.2 Pelaksanaan....................................................................... 85

    4.3.3 Pengawasan ....................................................................... 92

    4.3.4 Pemanfaatan dan Pemeliharaan ......................................... 97

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan ................................................................................. 106

    5.2 Saran ........................................................................................... 107

    DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

    LAMPIRAN

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Jumlah KMP (Kelompok Masyarakat Pesisir) dalam Program PDPT di

    Kec. Teluknaga ..................................................................................................... 7

    Tabel 3.1 Informan Penelitian............................................................................... 47

    Tabel 3.2 Pedoman Wawancara............................................................................ 51

    Tabel 3.3 Jadwal Penelitian .................................................................................. 59

    Tabel 4.1 Letak Geografis Desa Klaster Prioritas ................................................ 62

    Tabel 4.2 Jarak Tempuh Masing-Masing Desa dari Pusat Pemerintahan Desa

    dengan Pemerintah di atasnya .............................................................................. 64

    Tabel 4.3 Luas Desa pada Desa Klaster Prioritas ................................................ 65

    Tabel 4.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ........................................................ 68

    Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok ......................... 70

    Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .................................. 71

    Tabel 4.7 Kondisi Sosial Kependudukan ............................................................. 72

    Tabel 4.8 Keterangan Informan .......................................................................... .76

    Tabel 4.9 Rekapitulasi Temuan Lapangan.......................................................... 105

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir .................................................................... 37

    Gambar 3.1 Proses Analisis Data ........................................................................ 55

    Gambar 4.1 Peta Citra Desa Tanjung Burung, Desa Tanjung Pasir dan Desa

    Muara.................................................................................................................... 63

    Gambar 4.2 Letak Geografis dan Batas administrasi wilayah perencanaan Desa

    Pesisir Terpadu dan Mandiri ................................................................................ 64

    Gambar 4.3 Persentase Luas Wilayah Klaster ..................................................... 65

    Gambar 4.4 Desa Muara, BPS 2010 .................................................................... 66

    Gambar 4.5 Desa Tanjung Pasir, BPS 2010 ........................................................ 67

    Gambar 4.6 Desa Tanjung Burung, BPS 2010 .................................................... 68

    Gambar 4.7 Alur Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan desa Pesisir

    tangguh (RPDP) ................................................................................................... 80

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Pedoman Wawancara

    Lampiran Surat Ijin Penelitian

    Lampiran Transkip Data dan Koding

    Lampiran Peraturan Direktur Lenderal Kelautan, Pesisir, Dan Pulau-Pulau Kecil

    Nomor Per.04/Kp3k/2012 Tentang Pedoman Teknis Pengembangan Desa

    Lampiran Keputusan Bupati Tangerang Nomor: 523/Kep.276-Huk/2012 Tentang

    Penetapan Lokasi Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (Pdpt)

    Lampiran Hasil Skoring Hanlon PDPT Teluknaga Tangerang

    Lampiran Member Check

    Lampiran Absen Bimbingan

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Melalui Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah membuka peluang yang begitu besar bagi masyarakat untuk ikut andil

    atau berpatisipasi aktif dalam pembangunan. Adanya Undang-undang tersebut

    pembangunan daerah di Indonesia lebih mendapatkan angin segar, pasalnya dalam

    Undang-undang tersebut, setiap daerah mendapatkan keluasan dalam mengelola

    daerahnya masing-masing. Dalam pasal 10 ayat 2 Undang-undang nomor 32

    tahun 2004 yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah menyatakan

    pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

    mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas

    pembantuan. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi lebih diarahkan

    kepada kemandirian daerah.

    Setiap daerah dapat mengoptimalkan potensi lokal dan sumberdaya yang

    ada untuk pembangunan daerah. Sehingga nantinya daerah dapat mencukupi

    kebutuhan masyarakat dan melakukan pembangunan daerahnnya sendiri.

    Kemudian pemerintah daerah yang menjadi fasilitator harus mampu menjadi

    wadah yang baik dalam memfasilitasi pembangunan daerah. Fungsi fasilitator

    dalam arti pemerintah daerah dapat memfasilitasi segala hal dalam upaya

    memandirikan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dan pembangunan

    daerahnya sendiri.

  • 2

    Indonesia merupakan negara kepulauan (Archipelagic State) terbesar di

    dunia dengan 17.500 pulau, 81.000 km garis pantai (terpanjang kedua setelah

    Kanada), dan sekitar 70% (5,8 juta km2) wilayahnya termasuk Zona Ekonomi

    Eksklusif (ZEE) berupa laut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang

    terdapat 17.504 pulau yang bernama dan belum bernama

    (http://id.wikipedia.org/2012/12/28). Ini artinya Indonesia merupakan negara yang

    memliki banyak kawasan pesisir. Menjadi negara kepulauan tentunya Indonesia

    memiliki potensi kelautan yang begitu besar. Seperti diketahui, banyak potensi

    yang dimiliki dari kelautan diantaranya penangkapan ikan, tambak ikan,

    mangrove dan pemanfaatan tanaman laut dan masih banyak lainnya. Masyarakat

    dapat memperoleh manfaat dari aspek kelautan, khususnya bagi para nelayan.

    Nelayan merupakan sebuah kelompok yang sangat erat kaitannya dengan

    aspek kelautan. Kelompok ini sangat menggantungkan kehidupannya kepada

    aspek kelautan, banyak aktivitas yang dilakukannya, seperti penangkapan ikan,

    membuat tambak ikan sebagai tempat untuk usaha perikanan dengan jenis tawar,

    distribusi (menjadikan kelautan sebagai aktivitas transportasi) dan lain

    sebagainya.

    Sumberdaya alam yang melimpah di kawasan pesisir harusnya berirama

    baik dengan kesejahteraan masyarakat pesisir. Akan tetapi pada kenyataannya

    banyak permasalahan yang menyelimuti masyarakat di kawasan pesisir

    diantaranya kemiskinan, pendidikan, kesehatan, fasilitas umum yang tidak

    memadai dan permasalahan kondisi alam yang semakin tak menentu.

    http://id.wikipedia.org/

  • 3

    Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni:

    1. tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa pesisir mencapai angka 7,8 juta jiwa (BPS, 2010);

    2. tingginya kerusakan sumber daya pesisir;

    3. rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal; dan

    4. minim dan rendahnya kualitas infrastruktur desa dan kesehatan lingkungan pemukiman. (Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, Dan Pulau-

    Pulau Kecil Nomor Per.04/Kp3k/2012 Tentang Pedoman Teknis

    Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Tahun 2012)

    Berlandaskan permasalahan diatas Kementerian Kelautan dan Perikanan

    meginisiasi suatu kegiatan yang mampu memberikan daya dorong bagi kemajuan

    desa-desa pesisir di Indonesia. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh yang

    selanjutnya disingkat PDPT adalah bagian Program Nasional Pemberdayaan

    Masyarakat Mandiri KP (Kelautan dan Perikanan) melalui bantuan

    pengembangan manusia, sumberdaya, infrastruktur/lingkungan, usaha, dan siaga

    bencana dan perubahan iklim.

    Adapun Tujuan dari Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh adalah

    sebagai berikut :

    1. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana dan perubahan iklim di desa pesisir dan pulau-pulau kecil;

    2. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di desa pesisir dan pulau-pulau kecil;

    3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif di desa pesisir dan pulau-pulau

    kecil; dan

    4. Memfasilitasi kegiatan pembangunan dan/atau pengembangan sarana dan/atau prasarana sosial ekonomi di desa pesisir dan pulau-pulau kecil.

  • 4

    Program PDPT dilaksanakan di 16 kawasan pesisir kabupaten/kota yang

    ada di Indonesia, yang dibagi menjadi 4 (empat) regional.

    Regional I:

    1. Kabupaten Asahan 2. Kabupaten Pesisir Selatan 3. Kabupaten Kaur 4. Kabupaten Pontianak

    Regional II:

    1. Kabupaten Kota Waringin Barat 2. Kabupaten Banjar 3. Kabupaten Pinrang 4. Kabupaten Parigi Moutong

    Regional III:

    1. Kota Bau-Bau 2. Kabupaten Seram Bagian Barat 3. Kabupaten Teluk Wondama 4. Kabupaten Pacitan

    Regional IV:

    1. Kabupaten Kulon Progo 2. Kabupaten Kendal 3. Kabupaten Sukabumi 4. Kabupaten Tangerang

    Salah satunya yakni daerah pesisir Kabupaten Tangerang. Kabupaten

    Tangerang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten. Ibukotanya adalah

    Tigaraksa. Kabupaten ini terletak tepat di sebelah barat Jakarta; berbatasan dengan

    Laut Jawa di utara, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Provinsi DKI

    Jakarta di timur, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Lebak di selatan, serta

    Kabupaten Serang di barat. Kabupaten Tangerang terdiri atas 29 kecamatan, yang

    dibagi lagi atas sejumlah 251 desa dan 28 kelurahan. Pusat pemerintahan berada

  • 5

    di Kecamatan Tigaraksa. Dari 29 Kecamatan tersebut, hanya 7 Kecamatan yang

    berada diwilayah pesisir, yaitu:

    1. Kecamatan Kronjo, 2. Kecamatan Kemiri, 3. Kecamatan Mauk, 4. Kecamatan Pakuhaji, 5. Kecamatan Sukadiri, 6. Kecamatan Teluk Naga, 7. Kecamatan Kosambi.

    Dari ketujuh kecamatan pesisir ini, hanya satu yang akan diambil sebagai

    lokus studi program PDPT Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu dalam rangka

    penentuan Kecamatan terpilih ini digunakan metode HANLON, sebagai analisis

    skoring untuk memilih Kecamatan pesisir yang akan menjadi lokus studi program

    PDPT Kabupaten Tangerang.

    Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk

    menentukan prioritas masalah dengan menggunakan 4 kelompok kriteria, yakni:

    a. Besarnya masalah (magnitude)

    b. Kegawatan masalah (emergency).

    c. Kemudahan penanggulangan masalah (causability).

    d. Faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL factor).

    PEARL factor sendiri terdiri atas variabel-variabel berikut ini, yaitu:

    a. Kesesuaian (Approproatness = P),

    b. Murah secara ekonomi (Economic Feasibility = E),

    c. Dapat diterima (Acceptability = A),

    d. legalitas (Legality = L).

    Uji setiap masalah dengan factor PEARL hanya 2 jawaban Ya=1 tidak =0

    Dari setiap kelompok kriteria diperoleh nilai dengan cara melakukan

    skoring dengan skala tertentu, kemudian hasilnya dimasukkan kedalan rumus atau

  • 6

    formula untuk memperoleh hasil akhir. Makin tinggi nilainya, semakin penting

    masalah yang bersangkutan.

    Kecamatan Teluknaga adalah kecamatan yang menjadi lokus program

    PDPT. Dan yang menjadi skala prioritas adalah 3 (tiga) desa yakni, Desa Tanjung

    Burung, Desa Tanjung Pasir, dan Desa Muara. Kawasan Pesisir Teluknaga

    merupakan daerah pesisir yang rawan bencana, diantaranya meluapnya kali

    Cisadane di Desa Tanjung Burung, banjir rob di Desa Muara dan Tanjung Pasir,

    selengkapnya mengenai hasil skoring HANLON akan disampaikan dalam

    Lampiran. Kemudian penentuan desa pesisir dengan skala prioritas ini disahkan

    dengan Keputusan Bupati Tangerang Nomor: 523/Kep.276-Huk/2012.

    Program PDPT ditujukkan untuk masyarakat yang tergabung dalam

    Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP). KMP adalah kumpulan masyarakat

    terorganisir yang mendiami wilayah pesisir dan melakukan kegiatan usaha

    penunjang kelautan dan perikanan ataupun usaha lainnya serta terkait dengan

    pelestarian lingkungan.

    Program PDPT di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang sudah

    dalam tahap 2 periode. Periode pertama dilaksanakan pada tahun 2012, dan

    periode kedua tahun 2013. Tahapan periode dengan jumah KMP (Kelompok

    Masyarakat Pesisir) dapat dilihat pada Tabel 1.1.

  • 7

    Tabel 1.1

    Jumlah KMP ( Kelompok Masyarakat Pesisir ) dalam Program PDPT

    di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

    Desa pesisir PDPT Jumlah KMP

    Periode I Periode II

    Tanjung Pasir 10 KMP 5 KMP

    Tanjung Burung 10 KMP 9 KMP

    Muara 10 KMP 6 KMP

    Sumber : (Peneliti, 2013)

    Dari keseluruhan KMP yang terdapat di 3 desa pesisir KMP melakukan

    pembangunan fisik dan non fisik dalam program PDPT ini. Pembangunan fisik

    yang dilakukan diantaranya, paving blok, spal, sanitasi air bersih dan MCK.

    Sedangkan pembangunan non fisik diantaranya melakukan meningkatkan

    keterampilan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di wilayah

    pesisir, seperti kerajinan dan panganan yang berbahan hasil laut.

    Dengan sudah berjalannya program PDPT tentunya ada permasalahan

    yang muncul meskipun pembangunan sudah terlaksana, berdasarkan hasil

    observasi awal yang dilakukan di 3 Desa Pesisir Teluknaga (Tanjung Burung,

    Tanjung Pasir, Muara) diantaranya partisipasi masyarakat untuk berperan aktif

    dalam program masih jauh diharapkan, dilihat dari mulai proses perencanaan

    hingga pemanfaatan hasil pembangunan.

    Mengamati hasil program 2 periode (2012 dan 2013) ada beberapa

    masalah. Berdasarkan peraturan Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

  • 8

    tentang pedoman teknis pengembangan desa pesisir tangguh tahun 2012. Peneliti

    mencermati masalah dari hasil observasi awal di lapangan tentang proses

    berjalannya kegiatan dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh. yang

    menjadi masalah diantaranya kurang terlaksananya fasilitasi peningkatan

    kapasitas masyarakat di desa pesisir. Di lapangan yang ditemui terkait

    peningkatan kapasitas masyarakat kurang dari penilaian keberhasilan dari apa

    yang menjadi target dari program PDPT ini. Kurang berfungsi secara efektifnya

    fungsi koordinasi dan kerja sama dalam kegiatan yang dilaksanakan diantara

    lembaga-lembaga yang ada di pemerintahan desa pesisir Kecamatan Teluknaga

    seperti Pemerintah Desa, BPD, PKK, Karang Taruna, KMP (Kelompok

    Masyarakat Pesisir) dan lembaga-lembaga lainnya. Padahal fokus dari kegiatan

    dari Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh ini adalah Bina manusia, Bina

    Usaha, Bina Sumber Daya, Bina Lingkungan dan Infrastruktur, dan Bina Siaga

    Bencana atau perubahan Iklim sangat tergantung oleh peran aktif kelembagaan

    desa sehingga penguatan kelembagaan sangat perlu di tingkatkan.

    Menurut Hari, ketua karang taruna yang ada di Desa Tanjung Pasir,

    bahwasanya koordinasi dan kerjasama dalam hal kegiatan pembangunan kurang

    efektif. Terkait program PDPT Hari menambahkan bahwa kurang adanya

    komunikasi antara pemerintah desa dengan organisasi karang taruna. (Hasil

    wawancara pada tanggal 23 Oktober 2013. Pukul 16:24 WIB di desa Tanjung

    Pasir).

    Demikian pula dengan Desa Tanjung Burung, menurut Bapak Guntur

    salah satu ketua KMP yang sekaligus menjabat sebagai BPD Desa Tanjung

  • 9

    Burung, menyatakan bahwa komunikasi dalam pembangunan khususnya dalam

    program PDPT ini kurang efektif, yang dimana bisa di buktikan dengan kurang

    berhasilnya pencapaian dalam beberapa kegiatan yang di lakukan oleh KMP di

    Desa Tanjung Burung. Adanya pembiaran permasalahan tanah longsor di pinggir

    sungai Cisadane, komunikasi antara KMP dengan pemerintahan desa (Hasil

    wawancara pada tanggal 16 September 2013, pukul 15:30 WIB di kediamannya

    desa Tanjung Burung).

    Selanjutnya di Desa Muara, menurut Bapak Buang salah satu warga

    menuturkan bahwasanya dalam proses PDPT ini koordinasi kurang efektif,

    dikarenakan pada periode II program PDPT berjalan Desa Muara melaksanakan

    event pemilihan kepala desa dan itu mempengaruhi kurangnya keberhasilan

    kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan karena adanya muatan politis di Desa

    Muara. (Hasil wawancara pada 01 Oktober 2013. Pukul 11:13 WIB di Kantor

    Desa Muara).

    Selanjutnya, kurang efektifnya proses pembentukan Kelompok

    Masyarakat Pesisir (KMP), Sumber Daya Manusia yang masuk kedalam

    Kelompok Masyarakat Pesisir masih kurang memahami betul apa permasalahan

    yang ada di Desa Pesisir masing masing. Hal ini dikarenakan tidak melibatkan

    secara menyeluruh masyarakat pesisir dalam proses perencanaan. Sehingga

    Kelompok Masyarakat Pesisir yang sudah terbentuk dalam program PDPT

    melahirkan suatu perencanaan pembangunan yang berkesan bagaimana cara

    menghabiskan anggaran. Dan bila mengacu pada peraturan Dirjen Kelautan,

    Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil tentang Pedoman Teknis Pengembangan Desa

  • 10

    Pesisir Tangguh Tahun 2012, dijelaskan bahwa salah satu kriteria calon penerima

    dana bantuan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) PDPT adalah pengurus dan

    anggota bukan perangkat desa/kelurahan, PNS, TNI/POLRI, dan PPTK. Pada

    kenyataan dilapangan ditemukan bahwa KMP diketuai oleh beberapa perangkat

    desa seperti BPD, RT/RW, dan PKK.

    Kemudian dalam pelaksanaan, menurut ibu Eliyah, ketua KMP ikan cue di

    Desa Tanjung Pasir, menuturkan tentang kurangnya peran aktif masyarakat dalam

    program PDPT masyarakat khususnya anggota yang ada di KMP-KMP yang ada

    di Desa Tanjung Pasir bahwasanya masyarakat disibukkan dengan aktivitas

    kegiatan masing-masing. (hasil wawancara pada tanggal 02 Oktober 2013 di Desa

    Tanjung Pasir). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, secara

    umum pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh KMP di 3 desa pesisir kurang

    optimal, baik yang dilakukan pada periode I maupun periode II, bahkan beberapa

    kegiatan KMP tidak berjalan dengan baik, seperti KMP pembuatan sampah,

    pupuk, dan kerajinan tangan.

    Dengan kurang efektifnya peran masyarakat dalam perencanaan,

    pelaksanaan dan pengawasan membuat masyarakat kurang memanfaatkan hasil

    dari beberapa pembangunan dengan seutuhnya. Minimnya kesadaran akan

    pembangunan menjadikan keterlibatan dalam berpartisipasi masyarakat di

    kawasan pesisir rendah. Seperti yang terjadi di salah satu kelompok masyarakat

    pesisir yang pembangunannya membuat pengadaan air bersih, yakni KMP Ikan

    Kakap. Ibu Saadah sebagai ketua KMP Ikan Kakap, menuturkan bahwa setelah

    ada air bersih, masyarakat tidak memanfaatkannya karena tidak mau membayar

  • 11

    iuran yang dilakukan oleh kelompok untuk digunakan sebagai modal perawatan.

    (hasil wawancara dengan ibu Saadah pada 01 oktober 2013 di Desa Tanjung

    Pasir).

    Berdasarkan permasalahan identifikasi masalah yang ada maka peneliti

    memiliki ketertarikan melakukan penelitian dengan judul Partisipasi

    Masyarakat Kawasan Pesisir dalam Pembangunan Kawasan Pesisir di

    Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Identifikasi masalah adalah suatu proses untuk mengenal dan membuat

    asumsi-asumsi berdasarkan observasi maupun studi kepustakaan pada fokus dan

    lokus penelitian yang diarahkan pada upaya untuk mengidentifikasi ruang lingkup

    penelitian. Berdasarkan hasil studi kepustakaan peneliti mencoba untuk

    mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dalam bentuk

    pernyataan, yaitu sebagai berikut :

    1. Lemahnya partisipasi masyarakat di kawasan pesisir kecamatan Teluknaga

    dalam program PDPT (Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh).

    2. Kurang efektifnya dalam perencanaan pembentukan Kelompok

    Masyarakat Pesisir (KMP) dalam program PDPT.

    3. Masyarakat kurang mengawasi pelaksanaan program PDPT.

    4. Minimnya kesadaran dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaan terhadap

    hasil program PDPT.

  • 12

    1.3 Pembatasan Masalah

    Untuk memudahkan penelitian, peneliti akan membatasi ruang lingkup

    permasalahan, hal ini dikarenakan dengan adanya fokus penelitian maka akan

    memberikan batasan studi yang akan dilakukan. Karena, apabila penelitian

    dilakukan tanpa adanya batasan masalah peneliti akan terjebak dengan

    banyaknya data yang melimpah di lapangan. oleh karena itu, fokus penelitian

    sangat penting dalam peranannya dalam memandang dan mengarahkan.

    Dalam penelitian ini peneliti hanya akan memfokuskan pada

    permasalahan terkait Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan

    Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara

    Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Dengan rujukan salah satu

    tujuan dari program PDPT yakni, meningkatkan kapasitas kelembagaan

    masyarakat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif di desa

    pesisir dan pulau-pulau kecil.

    1.4 Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah yang di ajukan adalah Bagaimanakah partisipasi

    masyarakat dalam Program Pengembangan Desa Pesisir di Desa Tanjung Pasir,

    Tanjung Burung dan Muara Tangguh Kecamatan Teluknaga?

    1.5 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat pesisir

  • 13

    dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir,

    Tanjung Burung dan Muara Kecamatan Teluknaga.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat secara teoritis dan praktis dalam penelitian ini, adalah:

    1.6.1 Secara Teoritis

    Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan

    sehingga dapat memperluas pengetahuan Ilmu Administrasi Negara,

    terutama kajian tentang Partisipasi Masyarakat dan Pembangunan

    Kawasan Pesisir.

    Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun

    mahasiswa yang lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian secara

    lebih mendalam terutama kajian tentang Partisipasi Masyarakat dan

    Pembangunan Kawasan Pesisir.

    1.6.2 Secara Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam

    mengetahui perkembangan kebijakan yang di laksanakan oleh pemerintah

    daerah kabupaten Tangerang dalam Program Pengembangan Desa Pesisir

    Tangguh (PDPT). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

    bagi peneliti-peneliti lain yang menjadikan Partisipasi Masyarakat sebagai

    objek kajiannya.

  • 14

    1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

    BAB I PENDAHULUAN

    Terdiri dari:

    A. Latar Belakang masalah, yatu menggambarkan ruang lingkup dan

    kedudukan masalah yang akan di teliti dalam bentuk uraian secara

    deduktif.

    B. Identifikasi Masalah, yaitu mengidentifikasi dikaitkan dengan

    tema/topic/judul dan fonomena yang akan diteliti.

    C. Pembatasan Masalah, yaitu lebih difokuskan pada masalah-masalah yang

    akan di ajukan dalam rumusan masalah yang akan di teliti, dapat di ajukan

    dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan.

    D. Perumusan Masalah, yaitu mendfinisikan permasalahan yang telah di

    tetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi oprasional.

    E. Tujuan Penelitian.

    Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

    dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah

    dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan

    rumusan masalah penelitian.

    F. Manfaat Penelitian, yaitu menjelaskan mafaat teoritis dan praktis temuan

    penelitian

    G. Sistematika Penelitian, berisi sistematika penulisan.

  • 15

    BAB II DESKRIPSI TEORI

    Terdiri dari:

    A. Deskripsi Teori, mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan

    dengan permasalahan dan variable penelitian, kemudian menyusunnya

    secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan hipotesis.

    B. Kerangka Berfikir, menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai

    kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada

    pembaca.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Metode penelitian mencakup:

    A. Metode penelitian, menjelaskan metode yang di gunakan dalam penelitian.

    B. Informan penelitian, menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal

    penelitian, penetapan populasi, dengan teknik pengambilan informan

    penelitian.

    C. Instrumen penelitian, menjelaskan tentang proses pentusunan dan jenis

    alat pengumpul data yang digunakan, proses pengumpulan data dan teknik

    penentuan instrumen.

    D. Teknik pengumpulan dan analisis data, menjelaskan teknik analisis dan

    disertai rasionalitasnya.

  • 16

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    Terdiri dari

    A. Deskripsi objek penelitian, menjelaskan tentang objek penelitian yang

    meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari

    populasi/sample.

    B. Deskripsi data, menjelaskan hasil penelitian yang telah di olah dari data

    mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

    C. Informan penelitian, menjelaskan mengenai siapa saja yang menjadi

    sumber informasi dalam penelitian

    D. Deskripsi hasil penelitian, yaitu melakukan pembahasan lebih lanjut

    terhadap analisis data.

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan, menyimpulkan hasil penelitian yang di ungapkan secara

    singkat

    B. saran-saran, berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang

    yang di teliti baik secara teoritis maupun praktis.

  • 17

    BAB II

    DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI PENELITIAN

    2.1 Pengertian Partisipasi

    Partisipasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal turut

    berperan serta dalam suatu kegiatan. Kemudian Partisipasi menurut Bhattachryya

    Ndraha dalam Wahyu MS (2005:224) adalah pengambilan bagian dalam kegiatan

    bersama. Dilanjutkan menurut Mubyarto masih dalam Wahyu MS (2005:225)

    partisipasi adalah sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program

    sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan dirinya

    sendiri.

    Sedangkan Nelson dalam Tangkilisan (2005:323-324) menyebutkan

    terdapat dua macam partisipasi. Pertama Partisipasi Horizontal yaitu partisipasi di

    antara sesama warga atau anggota masyarakat, di mana masyarakat mempunyai

    kemampuan berprakarsa dalam menyelesaikan secara bersama suatu kegiatan

    pembangunan. Kedua Partisipasi Vertikal yaitu partisipasi antara masyarakat

    sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan dimana

    masyarakat berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.

    Menurut Daryono SH dalam Hamidjojo (1988:19) mengemukakan bahwa

    partisipasi dalam pembangunan desa menunjukkan bahwa masyarakat desa

    sampai saat ini belum terlibat sepenuhnya. Partisipasi berarti keterlibatan dalam

    hal:

  • 18

    a. Proses pengambilan keputusan

    b. Menentukan kebutuhan

    c. Menunjukkan tujuan dan prioritas.

    Kemudian ilmuan Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:13) mengemukakan:

    Partisipasi yaitu sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau

    perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk

    memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan

    serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

    Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:14) melanjutkan bahwa ada tiga buah unsur

    penting yang dimaksud dan memerlukan perhatian khusus yaitu:

    1. Bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari pada semata-mata hanya

    keterlibatan secara jasmaniah.

    2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan untuk usaha mencapai tujuan kelompok.

    3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab.

    Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:14) mengemukakan pula bahwa bentuk

    partisipasi adalah sebagai berikut:

    1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa.

    2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang.

    3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan individu atau instansi yang berada di luar lingkungan tertentu.

    4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh komuniti (biasanya diputuskan dalam rapat komuniti).

    5. Sumbangan dalam bentuk kerja, yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat.

    6. Aksi massa.

    7. Mengadakan pembangunan di kalangan keluarga desa sendiri.

    8. Membangun proyek-proyek komuniti yang bersifat otonom.

  • 19

    Jenis-jenis partisipasi menurut Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:15) :

    1. Pikiran (psychological participation).

    2. Tenaga (phsycal participation).

    3. Pikiran dan tenaga (psychological and phsycal participation).

    4. Keahlian (participation with skill).

    5. Barang (material participation).

    6. Uang (money participation).

    Persyaratan untuk melaksanakan partisipasi secara efektif menurut Keith Davis

    dalam Hamidjojo (1988:15) adalah sebagai berikut:

    a. Perlu waktu untuk berpartisipasi sebelum berlangsungnya suatu kegiatan.

    b. Subjek partisipasi perlu relevan dengan kepentinganmasyarakatnya.

    c. Orang-orang yang berpartisipasi haruslah yang mempunyai kemampuan, seperti halnya kecerdasan penmgetahuan.

    d. Orang yang berpartisipasi perlu berhubungan timbal balik dengan bahasanya sendiri yang bisa dimengerti untuk dapat bertukar pikiran.

    e. Tidak ada salah satu pihak yang merasa dirinya terganggu karena partisipasi.

    f. Biaya partisipasi tidak boleh melampaui nilai ekonomi atau sejenisnya.

    g. Partisipasi adalah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan.

    Katz dalam Tangkilisan (2005:321) mengemukakan partsisipasi sebagai berikut :

    Partisipasi merupakan salah satu dari enam masukan yang dibutuhkan

    dari pembangunan nasional. Keenam masukan itu antara lain sumber daya

    manusia, keuangan , logistik, informasi, partisipasi, dan kekuasaan yang

    sah.

    Nogi dalam Tangkilisan (2005:321) partisipasi adalah keterlibatan

    seseorang dalam kegiatan bersama yang berkaitan dengan pelaksanaan proses

    pembangunan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

  • 20

    Hamidjojo (1988:28) menyatakan bahwa:

    Partisipasi mengandung arti yang mendalam dan luas menyangkut

    sikap, persepsi individu atau masyarakat yang akan mempengaruhi

    keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, begitu pula yang

    bersangkutan. Disamping itu pula partisipasi berarti turut memikul beban

    pembangunan, menerima kembali hasil pembangunan dan bertanggung

    jawab terhadapnya dan terwujudnya kreativitas dan oto-aktivitas.

    Steele dalam Tangkilisan (2005:321) partisipasi adalah merupakan unsur

    kunci pembangunan, pengertian partisipasi bukan semata-mata melalui pemilihan

    umum saja, ia juga mengandung suatu sistem yang benar-benar menjamin

    terwujudnya hak sosial dan ekonomi, setelah hak-hak sipil dan politik serta

    pendidikan kewarganegaraan. Didalamnya harus ada budaya partisipasi (aculture

    of participation) dimana rakyat membutuhkan sejumlah kemampuan dan

    sumberdaya untuk berperan.

    Menurut Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa Departemen Dalam

    Negeri Republik Indonesia (1998:83-84), partisipasi meliputi:

    1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata 2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong

    timbulnya jawaban yang dikehendaki.

    3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang dikehendaki secara berlanjut, misalnya partisipasi

    horizontal.

    4. Proyek pembanguan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.

    5. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

    6. Peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan.

    Sedangkan Sanit menandaskan dalam Kaho (2007: 126):

    Apabila kita berbicara mengenai pembangunan, sesungguhnya yang

    diperbincangkan ialah keterlibatan keseluruhan masyarakat sebagai sistem

  • 21

    terhadap masalah yang dihadapinya dan pencarian jawaban bagi masalah

    tersebut.

    Mikkelsen (1999:64-65) mengartikan partisipasi sebagai berikut:

    1. Partisipasi adalah sebagai kontribusi serta rela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan

    2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemampuan untuk menerima dan kemampuan untuk

    menanggapi proyek-proyek pembangunan.

    3. Partisipasi adalah proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan

    kebebasannya untuk melakukan hal itu,

    4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar

    supaaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-

    dampak sosial.

    5. Partisipasi adalah keterlibatan massyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

    6. Partisipasi adalah keterlibatan masyrakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan.

    Berdasarkan pemaparan partisipasi diatas menurut para ahli, bahwa

    partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan

    (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan dan pemeliharaan), ada

    beberapa jenis partisipasi diantaranya partrisipasi dalam pikiran, tenaga, barang

    dan uang.

    2.2 Pengertian Masyarakat

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) masyarakat diartikan

    sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan

    yang mereka anggap sama. Selaras dengan Ralph Linton dalam Abdul Syani

    (1995:47) menyatakan bahwa masyarakat berada dalam satu kesatuan sosial yakni

    satu kebudayaan.

  • 22

    Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama

    hidup dan berkerja sama , sehingga mereka itu dapat mengorganiskan

    dirinya dan berfikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan

    batas-batas tertentu

    Kemudian Robert M. Clver dalam Budiardjo (2008:46) mengatakan:

    masyarkat adalah sustu sistem hubungan-hubungan yang ditata (society means a

    system of ordered relatiion). Auguste Comte dalam Abdul Syani (1995:56).

    Masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan

    realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri

    dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri

    Kemudian dengan adanya berbagai nilai dengan asas kesatuan sosial,

    maka manusia menjadi anggota dari beberapa kelompok, sedangkan ciri-ciri

    masyarakat menurut Soekanto dalam Abdul Syani (1995:47) adalah berikut:

    1. Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa

    jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka

    minimumnya dua orang yang hidup bersama.

    2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia umpamanya kursi, meja, dan sebagainya. Oleh karena dengan

    berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru.

    Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa, dan mengerti, mereka

    juga punya keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan

    atau perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem

    komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur

    hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

    3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

    4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota

    kelompok merasa dirinya terikat satu sama lainnya.

    Berdasarkan paparan diatas bahwasanya masyarakat merupakan kumpulan

    dari individu-individu yang tercakup dalam sebuah komunitas yang mempunyai

  • 23

    keterikatan satu sama lain dengan satu asas kesatuan sosial atau terikat dengan

    suatu sistem hidup bersama.

    2.3 Konsep Partisipasi Masyarakat

    Adi (2008:27) partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat

    dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,

    pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif, solusi untuk menangani

    masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat

    dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

    Menurut Slamet (1994:8), berdasarkan pengertian partisipasi, maka

    partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis :

    1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya.

    2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya. 3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil

    pembangunan secara langsung.

    4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. 5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menerima hasilnya.

    Menurut Bintoro (1995:220) berhasilnya pencapaian tujuan-tujuan

    pembanguan memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat pada umumnya.

    Keterlibatan aktif ini juga disebut partisipasi, ada tiga aspek dalam partisipasi,

    yaitu:

    Pertama, keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti

    keterlibatan proses penentuan arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunan

    yang dilakukan pemerintah. Hal ini terutama berlangsung dalam proses politik

    tetapi juga dalam proses hubungan sosial antar kelompok-kelompok kepentingan

  • 24

    dalam masyarakat. Paling sedikit suatu rencana harus peka terhadap kepentingan-

    kepentingan masyarakat. Sehingga dengan demikian mendapat dukungan dalam

    pelaksanaannya. Rencana pembangunan hendaknya dapat pula menimbulkan rasa

    solidaritas nasional dan solidaritas sosial.

    Kedua, keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam

    pelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam

    mobilisasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan, kegiatan produktif yang

    serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunan dan lain-lain. Pada

    pokoknya arah kegiatan masyarakat yang mendukung peningkatan tabungan, dan

    investasi, dan dengan demikian pembentukan modal. Suatu sistem pemungutan

    pajak yang adil dan merata dapat lebih menggerakan kesediaan membayar pajak.

    Ini adalah bentuk partisipasi mutlak dalam bernegara, apalagi bila dalam

    pembangunan.

    Ketiga, adalah keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan

    secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah ataupun golongan-golongan masyarakat

    tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya dalam bentuk kegiatan produktif

    mereka, melalui perluasan kesempatan-kesempatan dan pembinaan

    tertentu.Misalnya dalam hal ini dilakukan dalam bentuk pembangunan daerah-

    daerah terbelakang, kebijaksanaan, dan program-program pembangunan yang

    merangsang keterlibatan produktif golongan masyarakat berpenghasilan rendah

    dan program-program yang disebut Community development.

  • 25

    Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menurut Dirjen

    Pembangunan Masyarakat Desa Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia

    (1998:166-167), antara lain:

    1. Tenaga dari kalangan masyarakat itu sendiri baik berupa jumlah tenaga, keahlian/keterampilan, manajerial, dan lain-lain.

    2. Dana baik bersumber dari warga masyarakat pada umumnya maupun donatur yang berasal dari warga masyarakat.

    3. Material yang berasal dari masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok.

    4. Gotong royong dari warga masyarakat.

    5. Moril/pemikiran dari warga masyarakat.

    6. Dan lain-lain.

    Menurut Nawakamal (2009:222-223), Beliau mengemukakan bahwa:

    Partisipasi dimaknai sebagai keikutsertaan masyarakat untuk memberikan

    dukungan pada pembangunan sebagaimana dikonsepsikan oleh penggiat

    pendampingnya dan di jalankan secara bersama-sama oleh komunitas.

    Menurut Ndraha dalam Syarif Makmur (2008:156-157), mengatakan partisipasi

    sebagai:

    Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya

    kemampuan awal masyarakat untuk berkembang secara

    mandiri.Partisipasi masyarakat dan kemampuan masyarkat itu untuk

    berkembang secara mandiri ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat

    dipisahkan, tetapi dapat dan perlu di bedakan. Masyarakat Desa yang

    mempunyai kemampuan berkembang secara mandiri bisa membangun

    dengan atau tanpa berpartisipasi vertikal dengan pihak lain.

    Menurut Cohen dan Uphoff dalam Ulifah ( 2003: 23 ) mengatakan bahwa

    partisipasi masyarakat dalam pembangunan terlibat dalam empat hal, yaitu:

  • 26

    1. Perencanaan, Suatu rencana atau keputusan yang telah disiapkan oleh pemerintah dan masyarakat hanya mendapat kesempatan untuk

    mengatakan sutuju tidak akan membuat hasil yang diharapkan.

    2. Pelaksanaan, Merupakan hubungan antara pelaksana dan pelaksanaannya. Masalah pelaksanaannya tidak cukup dipertimbangkan dalam menyusun

    rencana. Hal ini agar terdapat jaminan yang lebih besar dalam

    merealisasikan tujuan dan sasaran-sasaran rencana itu, oleh sebab itu

    rencana harus diupayakan semaksimal mungkin.

    3. Pengawasan, Partisipasi dalam pengawasan merupakan aktifitas untuk menemukan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan terhadap aktifitas

    yang telah direncanakan dalam rangka menyesuaikan dengan kepentingan

    masyarakat maka pengawasan dalam partisipasi tidak cukup dilakukan

    dalam lembaga formal, tetapi oleh organisasi masyarakat, golongan

    kepentingan kelompok profesi bahkan anggota masyrakat untuk serta

    mengawasi.

    4. Pemeliharaan dan pemanfaatan, Partisipasi dalam pemeliharaan dan pemanfaatan meliputi : menerima hasil pembangunan seolah-olah milik

    sendiri, menggunakan atau memanfaatkan setiap hasil pembangunan,

    menjadikan, atau mengusahakan suatu lapangan usaha, merawat secara

    rutin dan sistematis, mengatur kegunaan atau memanfaatkannya,

    mengusahakan dan mengamankannya serta mengembangkan. Partisipasi

    dalam pemeliharaan dan pemanfaatan berarti mendukung kearah

    pembangunan yang serasi dengan martabat manusia keadilan sosial dan

    memelihara alam sebagai lingkungan manusia untuk generasi yang akan

    datang.

    Sedangakan Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) membedakan patisipasi

    menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan.

    Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan

    pemanfaatan. Dan Keempat, partisipasi dalam evaluasi.

    Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini

    terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan

    dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud

    partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut

  • 27

    menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan

    tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

    Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber

    daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi

    dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas

    sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun

    tujuan.

    Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam

    pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik

    yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat

    dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase

    keberhasilan program.

    Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini

    berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya.

    Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program

    yang sudah direncanakan sebelumnya.

    Menurut Adisasmita (2006:34), menyatakan bahwa:

    Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam

    pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan

    (implementasi) program atau proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam

    masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan

    merupakan aktualisasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan

    merupakan aktifitas dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk

    berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program atau proyek yang

    dilaksanakan.

  • 28

    Bahwasannya partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan aktif

    masyarakat mulai dalam kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan hingga

    pemanfaatan dan pemeliharaan dalam hal pembangunan masyarakat itu sendiri.

    Partisipasi masyarakat menjadi peranan penting ketika dalam proses pengambilan

    keputusan dalam pembangunan menggunakan sistem bottom up. Karena

    memposisikan masyarakat menjadi pelaku utama dalam menjalankan proses

    pembangunan.

    2.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

    Menurut Slamet (1994: 142-143), faktor-faktor internal berasal dari dalam

    kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok di

    dalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri

    sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan,

    lamanya tinggal.

    Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat

    partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi

    anggota masyarakat, besarnya pendapatan, dan keterlibatan dalam kegiatan

    pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi. Sifat faktor-faktor

    tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang

    sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia,

    terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Bila dijabarkan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi

    tersebut, yaitu:

  • 29

    1. Usia Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang

    terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok

    usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma

    masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi

    daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

    2. Jenis kelamin Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan

    bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah di dapur yang berarti bahwa

    dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus

    rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah

    bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang

    semakin baik.

    3. Pendidikan Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.

    Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap

    lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan

    seluruh masyarakat.

    4. Pekerjaan dan penghasilan Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang

    akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan

    penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong

    seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

    Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus

    didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

    5. Lamanya tinggal Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya

    berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi

    seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa

    memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya

    yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

    Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan

    gagal dan berhasilnya partisipasi, yaitu:

    1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil. 2. Perubahan sikap,pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh

    pengertian yang menumbuhkan kesadaran.

    3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan. 4. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri

    tanpa dipaksa orang lain.

    5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.

  • 30

    2.5 Wilayah dan Masyarakat Pesisir

    Nugraha dan Rochmin (2004:9) menjelaskan bahwa wilayah (region)

    adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi

    segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Kemudian Beatley dalam Dahuri

    (2001:9) mendefinisikan wilayah pesisir mencakup daerah ke arah darat yang

    masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan kearah laut

    meliputi daerah paparan benua. Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan

    Perikanan nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan

    Pengelolaan Pesisir Terpadu mendefinisikan wilayah pesisir merupakan daerah

    peralihan antara ekosistem darat dan laut uang saling berinteraksi dimana kearah

    laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu

    (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan kearah darat batas administrasi

    kabupaten/kota.

    Menurut Suprihayono (2007:14) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan

    antara daratan dan laut kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik

    kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti

    pasang surut, angin laut dan perembesan air asin.

    Masyarakat pesisir merupakan komunitas yeng mendiami wilayah pesisir,

    yang pada umumnya masyarkat pesisir adalah nelayan dengan aktivitasnya yang

    erat dengan aspek kelautan. Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir ditentukan

    oleh interaksi faktor-faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan (Nugraha dan

    Rochmin, 2004: 251).

  • 31

    Aminah (2007:15) memberikan tipikal ekologi atau geografi, ekonomi dan

    sosial masyarakat pesisir sebagai berikut;

    a. Secara ekologi masyarakat pesisir dihadapkan pada zona yang luas dengan luasan area yang dikelola relatif sempit; aspek laut yang menyebabkan

    produktivitas yang tinggi dalam suatu hari kegiatan pelayaran.

    b. Secara sosial masyarakat pesisir memiliki akses yang amat terbatas akan pelayaran sosial seperti layanan kesehatan dan pendidikan, adanya

    intervensi orang luar untuk membentuk organisasi self-help yang

    memberdayakan masyarakat, keeratan hubungan dalam masyarakat yang

    cukup tinggi, dan ketidakbergantungan kepada hukum posistif.

    c. Secara ekonomi, pendapatan masyarakat pesisir umumnya dibawah standar nasional, kesenjangan pendpatan karena perbedaan sumber daya,

    tipe armada dan alat tangkap.

    2.6 Konsep Pembangunan

    Pembangunan menurut etimologi berasal dari kata bangun, yang

    mengandung empat arti, bangun dalam arti sadar atau siuman. Kedua dalam arti

    bangkit atau berdiri. Ketiga, bangun dalam arti bentuk dan keempat, bangun

    dalam arti kata kerja; membuat, mendirikan, atau membina.

    Pembangunan menurut Mardikanto (1993:1-4) dapat diartikan sebagai:

    a) Proses yang diupayakan secara sadar dan terencana; b) Proses perubahan yang mencakup banyak aspek kehidupan manusia, baik

    sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat;

    c) Proses perumbuhan ekonomi; d) Proses atau upaya yang dilaksanakan untuk memperbaiki mutu hidup atau

    kesejahteraan setiap individu dan seluruh warga masyarakat;

    e) Pemanfaatan teknologi baru atau inovasi baru atau inovasi yang terpilih.

    Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang

    bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja

    diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan

    daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu

  • 32

    kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan

    (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2004).

    Siagian (2005) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai

    Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana

    dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju

    modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Kemudian

    pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk

    menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara

    untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugraha dan

    Rochmin, 2004: 9).

    Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada

    dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang

    diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang

    semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah

    satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut. Ada enam jenis

    tafsiran mengenai partisipasi masyarakat tersebut antara lain:

    1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek atau program pembangunan tanpa ikut serta dalam pengambil keputusan.

    2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek-

    proyek atau program-program pembangunan.

    3. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan

    kebebasannya untuk melakukan hal itu.

    4. Partisipasi adalah penetapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring

    proyek/program agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan

    dampak-dampak sosial.

  • 33

    5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri.

    6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

    Dari sekian pendapat para ahli tentang pembangunan diatas bisa

    disimpulkan bahwa makna pembangunan yakni segala upaya yang dilakukan

    secara terencana dan sadar untuk tujuan meningkatkan suatu keadaan.

    Pembangunan yang besifat continoue, artinya masyarakat melakukan

    pembangunan secara berkelanjutan, tanpa merasa puas akan keadaan yang sedang

    di rasakan.

    2.7 Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)

    Pengembangan Desa Pesisir Tangguh yang selanjutnya disingkat PDPT

    adalah bagian PNPM Mandiri KP melalui bantuan pengembangan manusia,

    sumberdaya, infrastruktur/lingkungan, usaha, dan siaga bencana dan perubahan

    iklim.

    Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh ini merupakan salah satu

    bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan

    Perikanan yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

    Mandiri di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan

    Rakyat.

    Fokus pengembangan PDPT adalah pada 5 (lima) Bina yaitu sebagai berikut:

    1. Bina Manusia, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mendorong peningkatan Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM), dan peningkatan kapasitas kelembagaan

    masyarakat baik formal maupun informal, memperluas dan meningkatkan

  • 34

    kerja sama, memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab,

    disiplin, dan hemat serta menghilangkan sifat negatif boros dan konsumtif;

    2. Bina Usaha, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan keterampilan usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala

    kecil dan penguasaan teknologi. Selain itu, program ini meningkatkan dan

    mempermudah akses terhadap sumber daya, teknologi, modal, pasar, dan

    informasi pembangunan. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan

    terbangun kemitraan dengan pelaku usaha dan terbangunnya sistem

    insentif administrasi serta pendanaan secara formal dan informal;

    3. Bina Sumber Daya, yaitu kegiatan yang menitikberatkan pada upaya memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya, revitalisasi

    hak ulayat dan hak masyarakat lokal, penerapan monitoring, controlling

    and surveillance dengan prinsip partisipasi masyarakat lokal, penerapan

    teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli,

    merehabilitasi habitat, konservasi, dan memperkaya sumber daya;

    4. Bina Lingkungan atau Infrastruktur, yaitu kegiatan yang mencakup pembangunan infrastruktur, rehabilitasi vegetasi pantai dan pengendalian

    pencemaran melalui pendekatan perencanaan dan pembangunan secara

    spasial dalam rangka mendorong peningkatan peran masyarakat pesisir

    dalam penataan dan pengelolaan lingkungan sekitarnya;

    5. Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim, yaitu kegiatan yang mencakup usaha-usaha pengurangan risiko bencana dan dampak

    perubahan iklim, rencana aksi desa dalam pengurangan risiko bencana,

    penyadaran masyarakat, gladi/latihan secara reguler, memudahkan akses

    data dan informasi bencana, pembangunan sarana dan prasarana

    penanggulangan bencana (antara lain jalur evakuasi, shelter, struktur

    pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, dan cadangan strategis

    desa) yang menekankan pada partisipasi dan keswadayaan dari kelompok-

    kelompok sosial yang terdapat pada masyarakat/komunitas pesisir.

    2.8 Penelitian Terdahulu

    Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil

    penelitian terdahulu yang pernah peneliti baca sebelumnya yang tentunya sejenis

    dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam mengolah atau

    memecahkan masalah yang timbul dalam partisipasi masyarakat dalam Program

    Pengembangan Desa Pesisir di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara

    Tangguh Kecamatan Teluknaga. Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama

  • 35

    persis tapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan

    masalah penelitian ini. Berikut ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca.

    Penelitian pertama yakni dilakukan oleh M. Yunan Khoiron, Program

    Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang, tahun 2003, dengan judul Partisipasi

    Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Study Kasus Program Bantuan

    Pelaksanaan Pembangunan Partisipasi di Kecamatan Balongbendo Kabupaten

    Sidoarjo).Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif

    kualitatif.. Hasil dalam penelitian ini menjelaskan bahwa Program bantuan

    pembangunan partisipatif dapat memacu partisipasi masyarakat secara langsung

    dalam kegiatan pembangunan di Desa/Kelurahan, sehingga menempatkan

    masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Dalam posiusi Pemerintah

    sebagai stimulator pembangunan, maka masyarakat akan berpartispasi aktif dalam

    suatu program pembangunan sesuai dengan tingkat kebutuhannya, sehingga

    program yang dilaksanakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat

    sendiri. Adanya keterpaduan peran antara Pemerintah dan Lembaga

    Kemasyarakatan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program

    pembangunan partisipasif. Peran aktif pemerintah dan Lembaga Kemasyarakan,

    serta masyarakat akan menentukan keberhasilan program bantuan pembangunan

    partisipatif.

    Rujukan penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dian

    Ayunita dan Trisnani Dwi Hapsari pada tahun 2012 dengan judul Analisis

    Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Pesisir Pada Pengelolaan Kawasan

  • 36

    Konservasi Laut Daerah KKLD Ujungnegoro Kabupaten Batang. Metode yang

    digunakan yakni survei dengan metode deskriptif yang bersifat studi kasus. Dalam

    hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan

    antara persepsi masyarakat dengan tingkat partisipasinya dalam pengelolaan

    KKLD dan hubungan antara persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat di daerah

    Ujungnegoro sangat kuat (hasil uji Koefisien Kontingensi sebesar 0,7

    menunjukkan kategori hubungan yang kuat). Persepsi masyarakat yang baik akan

    mendorong tingginya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan KKLD

    di Ujungnegoro.

    Melihat hasil analisis persepsi dan partisipasi masyarakat Ujungnegoro

    pada pengelolaan KKLD Ujungnegoro memperlihatkan bahwa masyarakat pada

    umumnya memiliki pandangan positif. Ini merupakan modal utama untuk

    mengajak masyarakat lebih berperan aktif dan perlu dilibatkan dalam perencanaan

    dan pelaksanaan program pengelolaan KKLD. Pemerintah hendaknya tidak hanya

    mendengarkan kepentingan penanam modal namun juga merangkul masyarakat

    untuk memberdayakan kemampuan mereka. Pelatihan ketrampilan,

    menghidupkan kembali kesenian dan menanamkan pentingnya keselarasan antara

    kepentingan manusia dengan kelestarian alam perlu diperhatikan.

    2.9 Kerangka Berpikir

    Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir dalam penelitian, untuk

    mendeskripsikan dengan apa adanya sesuai temuan yang peneliti dapatkan di

    lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Partisipasi

  • 37

    Masyarakat Pesisir Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa

    Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara di Kecamatan Teluknaga Kabupaten

    Tangerang.

    Kerangka berfikir menjelaskan bagaimana Partisipasi Masyarakat Pesisir

    Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir,

    Tanjung Burung dan Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. (bisa

    dilihat di Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir).

    Gambar 2.1

    Program Pengembangan Desa

    Pesisir Tangguh (PDPT)

    Partisipasi Masyarakat Menurut Cohen dan Uphoff dalam

    Ulifah ( 2003: 23 )

    1. Perencanaan

    2. Pelaksanaan

    3. Pengawasan

    4. Pemeliharaan dan Pemanfaatan

    Partisipasi aktif masyarakat dalam

    pembangunan kawasan pesisir masih rendah

    1. Lemahnya partisipasi masyarakat di kawasan pesisir kecamatan Teluknaga

    dalam program PDPT (Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh).

    2. Kurang efektifnya perencanaan pembentukan Kelompok Masyarakat Pesisir

    (KMP) dalam program PDPT.

    3. Masyarakat kurang mengawasi pelaksanaan program PDPT.

    4. Minimnya kesadaran dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaan terhadap hasil

    program PDPT. (Peneliti, 2015).

    Alur Kerangka Berfikir

  • 38

    2.10 Asumsi Dasar

    Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka

    peneliti berasumsi bahwa Partisipasi Masyarakat Pesisir dalam Program

    Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan

    Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang masih rendah.

  • 39

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian

    Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

    mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metodologi berhubungan

    dengan cara (metode). Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science

    of methods). Dalam arti umum dan awam, metodologi bisa digunakan dalam

    konteks apa saja, misalnya: berpikir, metodologi penelitian atau metodologi

    pengajaran. Menurut Irawan (2005:42) metodologi adalah:

    totalitas cara untuk meneliti dan menemukan kebenaran. Disebut

    totalitas cara sebab metodologi tidak hanya mengacu pada metode

    penelitian tetapi juga paradigma, pola pikir, metode pengumpulan

    dan analisis data sampai dengan metode penafsiran temuan

    penelitian itu sendiri.

    Pada penelitian mengenai partisipasi masyarakat pesisir dalam program

    pengembangan desa pesisir tangguh di desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung

    dan Muara kecamatan Teluknaga kabupaten Tangerang. Metode yang

    digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan

    Taylor dalam Moleong (2006:4) jenis penelitian ini berupaya menggambarkan

    kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data

    yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku

    yang dapat diamati.

    Kemudian

    Menurut Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4)

    mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

    pengetahuan social yang secara fundamental bergabtung dari pengamatan pada

  • 40

    manusia dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Menurut Denzin dan

    Lincoln dalam Moleong (2006:5) menyatakan penelitian kualitatif adalah

    penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan

    fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode

    yang ada.

    Berdasarkan definisi-definisi tersebut, Moleong (2006:6) mensintesiskan

    bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

    fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

    persepsi, motivasi dan tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi

    dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

    dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

    Marshall dalam Sugiyono (2009:63) mendefinisikan kualitatif sebagai

    suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik

    mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Selanjutnya, Sugiyono

    (2009:8) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai metode penelitian

    yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai

    lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

    teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

    bersifat induktif dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

    generalisasi. Obyek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah atau

    natural setting sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode

    naturalistik.

  • 41

    Menurut Bungin (2006:54) analisis kualitatif umumnya tidak digunakan

    untuk mencari data dalam arti frekuensi, tetapi digunakan untuk menganalisis

    makna dari data yang tampak dipermukaan itu. Dengan demikian, analisis

    kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta, bukan untuk menjelaskan

    fakta tersebut.

    Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya tidak dimanupulasi

    oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, data yang dihasilkan berbentuk kata,

    kalimat untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan

    mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti dalam

    hal ini adalah partisipasi masyarakat pesisir dalam program pengembangan desa

    pesisir tangguh di desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara kecamatan

    Teluknaga kabupaten Tangerang.

    3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

    Dalam penelitian kualitatif ini, penentuan fokus berdasarkan hasil studi

    pendahuluan, pengalaman, dan referensi (Sugiyono, 2012:141). Peneliti akan

    membatasi ruang lingkup materi kajian penelitian yang akan dilakukan yakni

    Partisipasi Masyarakat Pesisir Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir

    Tangguh Di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung Dan Muara Kecamatan

    Teluknaga Kabupaten Tangerang.

    3.3 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di 3 Desa Pesisir (Desa Tanjung Pasir, Tanjung

    Burung dan Muara) Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

  • 42

    3.4 Variabel Penelitian

    3.4.1 Definisi Konseptual

    Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep

    yang jelas, yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran

    antara penulis dan pembaca. Konsep-konsep yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Partisipasi Masyarakat

    Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam

    proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,

    pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif, solusi untuk

    menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan

    keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang

    terjadi.

    2. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)

    Sistem pembangunan satu wilayah administrasi yang

    mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan

    dunia usaha yang teencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam

    program dan kegiatan.

    3.4.2 Definisi Operasional

    Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Partisipasi

    Masyarakat Pesisir Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh

    Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Karena peneliti

  • 43

    menggunakan metode penelitian kualitiatif, maka dalam penjelasan

    definisi operasional ini akan dikemukakan fenomena-fenomena penelitian

    yang dikaitkan dengan konsep yang digunakan yaitu empat hal dalam

    proses partisipasi menurut Cohen dan Uphoff dalam pembangunan, yaitu:

    1. Perencanaan, yakni mengamati keikutsertaan masyarakat pesisir

    terhadap proses perencanaan dalam Program Pengembangan Desa

    Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

    2. Pelaksanaan, yakni mengamati keikutsertaan masyarakat pesisir

    terhadap proses pelaksanaan dalam Program Pengembangan Desa

    Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

    3. Pengawasan, yakni mengamati keikutsertaan masyarakat pesisir

    terhadap proses pengawasan dalam Program Pengembangan Desa

    Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabup