Post on 31-Oct-2021
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENERTIBAN PENEBANGAN
LIAR DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DI KECAMATAN CENDANA
KABUPATEN ENREKANG
Disusun dan diusulkan oleh
HAERUL ARDIN
Nomor Stambuk 105640085210
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENERTIBAN PENEBANGAN
LIAR DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DI KECAMATAN CENDANA
KABUPATEN ENREKANG
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
HAERUL ARDIN
Nomor Stanbuk : 105640085210
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat Dalam Penertiban Penebangan
Liar Di Kawasan Hutan Lindung Di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang
Nama Mahasiswa : Haerul Ardin
Nomor Stambuk : 105640085210
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.H.Parakkasi Tjaija,M.Si Dr. Hj. Fatmawati,M.Si
Mengetahui:
Dekan ketua Jurusan
Fisip Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si A. Luhur Prianto S,ip. M.Si
iii
PENERIMAAN TIM
Telah diterimah oleh TIM penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat Keputusan/undangan
menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor:
1629/FSP/A.I-VIII/XI/37/2015 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
serjana (S.1) dalalam program studi Ilmu pemerintahan Di makassar pada hari sabtu
tanggal 14 November 2015
TIM PENILAI
Ketua, Sekretaris,
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Drs. H.Muhammad Idris, M.Si
Penguji:
1. Dr. Jaelan Usman, M.Si (ketua) ( )
2. Dr. Hj. Fatmawati, M.Si ( )
3. Dr. Anwar Parawangi, M.Si ( )
4. Drs. Amir Muhiddin, M.Si ( )
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Haerul Ardin
Nomor Stambuk : 10564 00852 10
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari pernytaan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, Februari 2015
Yang Menyatakan,
Haerul Ardin
v
KATA PENGANTAR
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya semoga kita senantiasa berada dalam
lindungan- Nya. Teriring salam dan salawat pada junjungan Rasulullah
SAW dan Keluarga yang dicintainya beserta sahabat-sahabatnya, sehingga
skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Penertiban
Penebangan Liar Di Kawasan Hutan Lindung Di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang” dapat penulis selesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Penulis menyusun skripsi ini sebagai karya ilmiah yang merupakan
persyaratan untuk memperoleh gelar serjana pada program studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyesunan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya
dapat dirampungkan sekalipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. H. Parakkasi Tjaija,M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Dr.
Hj. Fatmawati,M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
vi
2. Bapak DR. H. Muhlis Madani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak dan ibu Dosen serta seluruh staf di fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Untuk kedua orang tua penulis yaitu Ibu Hasriani dan Bapak Ardin
yang selama ini selalu membimbing serta mengarahkan kearah yang
lebih baik, dan telah memberikan dukungan moril serta pengorbanan
materi selama ini dengan sabar mengajari penulis disetiap kesalahan-
keslahan yang di perbuat oleh penulis. Untuk kasih sayang yang selalu
diberikan penulis.
6. Serta teman-teman yang tidak bisa saya sebut satu per satu yang selalu
memberi dukungan, bantuan, dan mutivasi dalam penyelesaian skripsi
ini. Terima kasih atas semua pengalaman berharga dan kebersamaan
yang kalian berikan selama ini.
Dengan segalah kerendahan hati, penulis mempersembahkan
skripsi ini sebagai saham dalam dunia pendidikan. Semoga
bermanfaat bagi kita semua dan mendapatkan Ridho Allah Subhana
Wa Taala, Amin. Wassalamu Alaikum Wr.
iv
ABSTRAK
Haerul Ardin Partisipasi Masyarakat Dalam Penertiban Penebangan
Liar Di Kawasan Hutan Lindung Di Kecamatan Cendana Kabupaten
(dibimbing oleh Parakkasi Tjaija dan Fatmawati)..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi
masyarakat dan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
penertiban penebangan liar. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dinas
Kehutanan yang berlokasi di Kabupaten Enrekang dan di Kecamatan
Cendana selama kurang lebih dua bulan. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Deskripsi kualitatif dengan informan sebanyak
9 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kombinasi teknik
pengumpulan data berupa: Observasi, Dokumentasi dan wawancara
langsung kepada informan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bentuk partisipasi masyarakat
dalam penertiban penebangan liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang ialah : 1. Penanggulangan 2. Pemeliharaan 3.
Pengawasan. Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya pembalakan
liar di hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang ialah:
Faktor pendukung yakni: adanya kemauan, adanya kemampuan dan
adanya kesempatan sedangkan faktor penghambatnya adalah: sarana dan
prasarana.
Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat dan Pembalakan Liar
vi
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi .............................................................................................. 1
Halaman Persetujuan ......................................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .................................................................... iii
Abstrak ................................................................................................................... iv
Kata Pengantar .................................................................................................................. v
Daftar Isi ................................................................................................................... vi
Daftar Tabel ................................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep dan Teori
1. Pengartian partisipasi .............................................................................. 9
2. Jenis partisipasi ....................................................................................... 11
3. Tingkatan partisipasi ............................................................................... 13
4. Upaya penertiban penebangan liar .......................................................... 16
5. Partisipasi masyarakat dalam penertiban penebangan liar ...................... 22
B. Kerangka Pikir ............................................................................................. 33
C. Fokus Penelitian ........................................................................................... 35
D. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 37
B. Jenis dan Tipe Penelitian .............................................................................. 37
C. Sumber Data ................................................................................................. 37
D. Informan Penelitian ...................................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 39
vi
G. Pengabsahan Data ........................................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskkripsi atau Kriteria Objek Penelitian .................................................... 43
B. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam penertipan pembalakan liar di
hutan lindung di Kecamatan Cendan Kabupaten Enrekang ......................... 45
C. Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam penertiban penebangan liar di kawasan hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang ................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 73
B. Saran ............................................................................................................ 73
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 75
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Batas-Batas Hutan Lindung Di Kec. Cendana Kab. Enrekang......... 43
2. Tabel 2 Luas Hutan di Kec. Cendana Kab. Enrekang .................................... 44
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Daftar informan ............................................................................... 77
2. Lampiran 2 Pedoman wawancara ....................................................................... 78
3. Lampiaran 3 Transkip wawancara ...................................................................... 79
4. Lampiran 4 Matriks wawancara.......................................................................... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah sebagai salah satu negara dengan luas hutan terbesar
di dunia, yang sangat perlu melakukan konservasi dan pengelolaan hutan
untuk kelestarian dan keseimbangan ekosistem alam di bumi. Berbagai jenis
hutan yang ada di indonesia memiliki fungsi sebagai pencegah erosi dan
tanah longsor, menyimpan, mengatur dan menjaga persedian dan
keseimbangan air, menyuburkan tanah, sumber ekonomi, sebagai sumber
plasma nutfah, dan mengurangi pencemaran udara.Tidak bisa disangkal
bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada
lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian besar bersumber dari
perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti laut,
hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia
yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri
sendiri
Contoh yang konkrit terhadap masalah perilaku manusia tersebut
menurut merdeka yang di terbitkan pada tanggal 11 Maret 2014 pukul 16:04
anggota Polda Enrekang sudah menetapkan 34 warga sebagai tersangka
pembakaran hutan dan lahan. Sebagian dari warga tersebut diduga sengaja
melakukan pembakaran lahan karena ingin menguasai lahan. Indonesia
merupakan negara terkaya di dunia, yang meliputi kekayaan flora maupun
fauna serta masyarakatnya yang multi etnis.
1
2
Hutan merupakan salah satu kekayaan yang sangat diperhitungkan,
menurut Buku Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang
dipublikasi pada bulan Juli 2012 dalam Indonesia memiliki hamparan hutan
yang luas. Dengan luas hutan Indonesia sebesar 99,6 juta hektar atau 52,3%
luas wilayah Indonesia. Hutan Indonesia menjadi salah satu paru-paru dunia
yang sangat penting peranannya bagi kehidupan isi bumi. Selain dari luasan,
hutan Indonesia juga menyimpan kekayaan hayati. Berbagai flora dan fauna
endemik hadir di hutan Indonesia menjadi kekayaan Indonesia, bahkan dunia.
Kekayaan Indonesia tersebut tidak lepas dari manusia, sebaiknya masyarakat
yang turut andil dalam melindungi hutan. Manusia adalah konsumen yang
memanfaakan semua potensi yang ada di alam, yang tergantung bagaimana
masyarakat tersebut memanfaatkan kekayaan alam Indonesia dengan bijak.
Tidak adanya kesinambungan antara Peraturan Pemerintah No. 21
Tahun 1970 yang mengatur tentang Hak Pengusahaan Hutan (HPH), dengan
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 309/Kpts-II/1999 yang
mengatur tentang Sistem Silvikultur dan Daur Tanaman Pokok Dalam
Pengelolaan Hutan Produksi. Ketidaksinambungan kedua peraturan
perundang-undangan tersebut terletak pada ketentuan mengenai jangka waktu
konsesi hutan, yaitu 20 tahun dengan jangka waktu siklus Tebang Pilih
Tanam Indonesia (TPTI), khususnya untuk hutan produksi yang ditetapkan 35
tahun. Hal demikian menyebabkan pemegang HPH tidak menaati ketentuan
TPTI. Pemegang HPH tetap melakukan penebangan meskipun usia pohon
belum mencapai batas usia yang telah ditetapkan dalam TPTI. Akibatnya,
3
kelestarian hutan menjadi tidak terjaga akibat illegal logging Lemahnya
penegakan dan pengawasan hukum bagi pelaku tindak pidana illegal logging.
Selama ini, praktek illegal logging dikaitkan dengan lemahnya penegakan
hukum, di mana penegak hukum hanya berurusan dengan masyarakat lokal
atau pemilik alat transportasi kayu.
Sedangkan untuk para cukong kelas kakap yang beroperasi di dalam
dan di luar daerah tebangan, masih sulit untuk dijerat dengan ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku. Bahkan beberapa pihak menyatakan bahwa
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (UU Kehutanan)
dianggap tidak memiliki “taring” untuk menjerat pelaku utama illegal
logging, melainkan hanya menangkap pelaku lapangan. Di samping itu,
disinyalir adanya pejabat pemerintah yang korup yang justru memiliki peran
penting dalam melegalisasi praktek illegal logging.
Aktifitas dan produk perencanaan dalam pembangunan daerah
merupakan kunci keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan pembangunan
di Kabupaten Enrekang melalui partisipasi masyarakat dalam melindungi
hutan. Perencanaan mampu menjamin bahwa pembangunan daerah menujuh
ke arah yang tepat sesuai dengan tuntunan lingkungan internal dan eksternal.
Di tunjang oleh sumber daya yang tersedia sektor kehidupan masyarakat
menujuh ke arah pertumbuhan ekonomi di verifikasi kegiatan sosial,
ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memenuhi hal
itu di perlukan perencanaan yang tepat dan dapat di percaya dengan
menggunakan berbagai metode dan prosedur yang dapat di
4
pertanggungjawabkan baik dalam aspek legal-formal maupun akademik
sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Enrekang Nomor 5 tahun 2008.
Contohnya saja yang terjadi di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang masih sering terjadi penebangan liar di kawasan hutan lindung.
Semua itu terjadi karena lemahnya peraturan pemerintah tentang penebangan
ilegal. Permasalahan saat ini adalah sulitnya mengendalikan perambah untuk
mengelolah lahan di dalam kawasan hutan, disebabkan karena masalah
ekonomi. Hal ini akan terus berlanjut selama tidak adanya larangan dan
tindakan tegas dari aparat yang terkait dengan pelestarian hutan lindung.
Untuk itu diperlukan data/informasi keadaan sosial ekonomi
masyarakat di sekitar hutan lindung dan tingkat partisipasinya, agar tetap
melestarikan hutan lindung dan memanpaatkannya secara sosial ekonomi
untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pengertian tentang partisipasi yaitu
merupakan keterlibatan aktif individu atau masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, penerima manfaat serta monitoring dan evaluasi suatu
kegiataan. Hutan lindung merupakan salah satu aset daerah dan negara yang
bertujuaan untuk melestarikan keanekaragaman hayati spesifik sesuai
habitatnya. Disamping itu hutan lindung mempunyai peranan penting dalam
mengatur hidro-orologis daerah di sekitarnya dan dapat pula di manfaatkan
untuk kepentingan budidaya, pemungutan hasil bukan kayu dan penggunaan
jasa lingkungan.
Oleh karena itu pengelola hutan lindung dengan melibatkan masyarakat
disekitarnya dapat membantu usaha pelestariaan hutan lindung. Apabila
5
masyarakat sampai batas tertentu dapat memenfaatkan potensi hutan lindung,
maka masyarakat di harapkan dapat mempunyai tanggung jawap untuk
memeliharanya, karena hutan lindung mempunyai manfaat langsung bagi
kehidupan keluarganya Berangkat dari kompleksnya faktor penyebab
kerusakan hutan di Indonesia dibutuhkan solusi yang cepat dan tepat, untuk
menyatukan visi dan misi seluruh stakeholders dalam menjaga eksistensi
hutan di Negara ini.Jeda Penebangan Hutan adalah suatu metode pembekuan
atau penghentian sementara seluruh aktifitas penebangan kayu skala besar
(skala industri) untuk sementara waktu tertentu sampai sebuah kondisi yang
diinginkan tercapai. Lama atau masa diberlakukannya biasanya ditentukan
oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi tersebut.
Sebagai langkah awal dalam pencegahan kerusakan hutan nasional,
metode ini dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak.Bentuknya dapat berupa
reformasi hutan yang dilaksanakan oleh semua pihak sebgai bentuk
partisipasi pemerintah, privat, dan masyarakat dalam melindungi hutan dari
kerusakan. masyarakat dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, berikut
adalah gambaran manfaat yang dapat diterima oleh stakeholder bila jeda
penebangan hutan dilaksanakan saat ini, Pemerintah mendapatkan manfaat
berupa jangka waktu dalam melakukan restrukturisasi dan renasionalisasi
industri olahan kayu nasional, mengkoreksi over kapasitas yang dihasilkan
oleh indsutri kayu, serta mengatur hak-hak pemberdayaan sumber daya hutan,
dan melakukan pengawasan illegal logging bersama masyarakat.
6
Masyarakat mendapatkan keuntungan dengan kembali hijaunya hutan
disekeliling lingkungan tinggal mereka, serta dapat terhindar dari potensi
bencana akibat kerusakan hutan.selain dari keuntungan bagi stakeholders
terkait jeda penebangan hutan juga bermanfaat dari segi ekologi, proses
pembekuan sementara ini dapat menahan laju kerusakan hutan di Indonesia,
serta dapat meningkatkan kapasitas oksigen di udara untuk mengurangi
dampak dari pemanasan global. sebagai kebijakan awal yang dapat dilakukan
adalah dengan penghentian pengeluaran ijin-ijin HPH (Hak Pengusahaan
Hutan). Hal ini diharapkan dapat menjadi upaya pencegahan awal, dengan
ditutupnya „keran‟ ijin-ijin baru dapat mengurangi risiko bertambahnya areal
hutan yang rusak, selain itu juga dapat dijadikan metode evaluasi terhadap
HPH yang ada sebelumnya dalam mengelola kawasan hutan produksi. Sudah
saatnya perencanaan pembangunan yang dimulai dari penjajakan pendapat
dari masyarakat dilakukan.
Dalam proses ini evaluasi tentang kondisi hutan nasional dapat
menghasilkan suatu upaya yang komprehensif dalam mencegah kehancuran
hutan. Masyarakat adalah sosok yang berada di dalam siklus pengelolaan
hutan dan sudah selayaknya pemerintah memberikan ruang yang lebih banyak
dalam mendengarkan apresiasi masyarakat Hutan merupakan salah satu
sumberdaya alam yang mampu menyediakan bahan-bahan kebutuhan dasar
masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan
keluarga.Sebaliknya masyarakat mengupayakan pengelolaan hutan agar dapat
menjamin kesinambungan pemanfaatannya, bagi masyarakat hutan dan segala
7
isinya bukan sekedar komoditi melainkan sebagai bagian dari sistim
kehidupan mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka pokok permasalahan
penelitian ini di rumuskan sebagai brikut:
1. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam penertiban penebangan liar
di kawasan hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang?
2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat partisipasi masyarakat
dalam penertiban penebangan liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk partisipasi mayarakat dalam penertiban
penebangan liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang.
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang pendukung dan penghambat
partisipasi mayarakat dalam penertiban penebangan liar di kawasan hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
D. Kegunaan penelitian
1. Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya di bidang keilmuan ilmu pemerintahan serta dapat
di jadikan acuan untuk penelitian sejenis atau lebih lanjut.
8
2. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini di harapkan peneliti dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan dan menambah pengalaman, wawasan serta
belajar sebagai praktisi dalam menganalisis suatu masalah kemudian
mengambil keputusan dan kesimpulan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, konsep dan teori
1. Pengertian parrtisipasi
Dalam ensiklopedi administrasi disebutkan bahwa arti dari kata
“participation” adalah suatu aktivitas untuk membangkitkan perasaan
diikutsertakan dalam kegiatan dalam kegiatan organisasi, atau ikut sertanya
bawahan dalam kegiatan organisasi. Kata partisipasi di tinjau dari segi
etimologi menurut Suwanto (1983) merupakan atau meminjam dari dari bahasa
Belanda “participation” yang sebenarnya dari bahasa latin “participatio”.
Perkataan participatio sendiri terdiri dari dua suku kata yakni pars yang berarti
bagian dan capere yang berarti mengambil bagian. Parkataan “participatio” itu
sendiri berasal dari kata kerja “participare” yang berarti ikut serta. Dengan
demikian partisipasi mengandung pengertian aktif yakni adanya kegiatan atau
aktivitas.
Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat
serta akan tewujud sebagai suatu kegiatan yang nyata apabilah terpenuhi oleh
tiga paktor pendukung, yaitu : adanya kemauan, adnya kemampuan dan adanya
kesempatan untuk berpartisipasi. Kemampuan dan kemauan barpartisipasi
berasal dari bersangkutan warga atau kelompok masyarakat, sedangkan
kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan.
Apabila ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari warga atau kelompok
dalam suatu masyarakat, walaupun telah diberi kesempatan oleh negara atau
10
penyelenggara pemerintahan, maka partisipasi tidak akan terjadih. Demikian
juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak ada ruang atau kesempatan
yang di berikan oleh negara atau penyelenggarah pemerintahan untuk warga
atau kelompok dari suatu masyarakat, maka tidak mungkin juga partisipasi
masyarakat itu terjadi.
Dari uraian tersebut, diketahui unsur partisipasi adalah
a. Harus ada tujuan bersama yang hendak di capai
b. Adanya dorongan untuk menyumbang atau melibatkan diri bagi
tercapainya tujuan bersama
c. Keterlibatan masyarakat baik secara mental, emosi dan fisik
d. Harus adanya tanggung jawap barsama demi tercapainya tujuan
kelompok
2. Jenis partisipasi
Berdasarkan sistem dan mekanisme partisipasi, Cohen dan Uphoff (1977),
membedakan partisipasi dalam 4 jenis :
a. Participation indecision making adalah partisipasi masyarakat dalam
proses pembuatan keputusan dan kebijakan organisasi. Partisipasi
dalam bentuk ini berupa pemberian kesempatan kepada masyarakat
dalam mengemukakan pendapat dalam menilai suatu rencana atau
program yang akan ditetapkan. Masyarakat juga di beri kesempatran
untuk menilai suatu keputusan atau kebijaksanaan yang sedang
berjalan. Partisipasi dalam pembbuatan keputusan adalah proses dimana
prioritas-prioritas pembangunan dipilih dan dituangkan dalam bentuk
11
program yang disesuaikan dengan kepentingan masyarakat. Dengan
mengikutsertakan masyarakat, secara tidak langsung mengalami latihan
untuk menentukan masa depannya sendiri secara demokratis.
b. Participation in implememtation adalah partisipasi atau keikutsertaan
masyarakat dalam kegiatan dalam oprasional pembangunan
berdasarkan program yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan
program pembangunan, bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat dari
jumlah bayaknya yang aktif dalam berpartisipasi, bentuk-bentuk yang
dipartisipasikan misalnya tenaga dan waktu semuanya atau sebagian-
sebagian, partisipasi langsung atau tidak langsung, semangat
berpartisipasi, sekali-kali atau berulang-ulang.
c. Participation in benefit adalah partisipasi masyarakat dalam menikmati
atau memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yang dicapai dalam
pelaksanaan pembangunan. Pemerataan kesejahteraan dan fasilitas,
pemerataan usaha dan pendapatan, ikut menikmati atau menggunakan
hasil–hasil pembangunan dan berbagai sarana serta prasarana sosial.
bentuk dari partisipasi dalam menikmati dan memanfaatkan hasil-hasil
pembangunan. Penikmatan program pembangunan juga di tujukan
kepada pegawai pengelolah dalam peningkatan kesejahteraanya
termasuk peningkatan daya potensi dan kreatifitasnya. Partisipasi
pemanfaatanya ini selain dapat dilihat dari penikmatan hasil-hasil
pembangunan, juga terlihat pada dampak hasil pembangunan terhadap
tingkat kehidupan masyarakat, peningkatan pembangunan brikutnya
12
dan partisipasi dalam pemeliharaan dan perawatan hasil-hasil
pembangunan.
d. Participation in evaluation adalah partisipasi masyarakat dalam bentuk
keikutsertaan menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta
hasil-hasilnya. Penilai ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan
ikut serta dalam mengawasi dan menilai atau secara tidak langsung,
misalnya memberi saran-saran, kritikan atau protes.
3. Tingkatan partisipasi
Terdapat kadar yang berbeda dalam setiap praktek partisipasi. Kadar ini
jika diperbandingkan satu sama lain akan membentuk suatu garis kontinum
mulai dari titik non partisipasi warga sampai kendali warga sepenuhnya. Untuk
memperjelas proses yang disebut partisipasi dan bukan partisipasi dalam
penelitian ini akan mempergunakan delapan tangga partisipasi masyarakat
menurut Arnstein (1971). Jurnal Internasional
Dalam konsepnya Arnstein menjelaskan partisipasi masyarakat yang
didasarkan kepada kekuatan masyarakat untuk menentukan suatu produk akhir,
tiap tangga dibedakan berdasarkan secara umum, dalam model ini ada tiga
derajat partisipasi masyarakat : Tidak partisipatif, Derajat semu, dan kekuatan
masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :
13
Kendali warga
8
Kuasa yang didelegasi
7
kemitraan Derajat kuasa masyrakat
6
penentraman
5
konsultasi
4 Derajat tanda partisipasi
Pemberian informasi
3
terapi
2 Non-partisipasi
manipulasi
1
Gambar 1 .Tangga partisipasi dari Arnstein
Dua tangga terbawah yang kata gorikan dalam derajat non partisipasi
menempatkan bentuk-bentuk partisipasi yang dinamakan manipulasi dan
terapai dalam kedua tangga tersebut partisipasi hanya bertujuan mendidik atau
menatar masyarakat dan mengobati masyarakat. Dalam tangga pertama
manipulasi bisa di artikan tidak ada komunikasi apalagi dialog sedangkan
dalam tangga kedua telah ada komunikasi namun masih bersifat terbatas,
inisiatif datang dari pemerintah pemegang kekuasaan dan hanya satu arah.
14
Tangga ketiga, keempat dan kelima dikategorikan dalam derajat tanda
partisipasi yaitu partisipasi masyarakat telah didengar dan berpendapat tetapi
mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa
pandangan mereka akan dipartimbangkan oleh pemegang keputusan, dalam
tarap ini partisipasi masyarakat memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk
menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Dalam tangga ketiga yaitu
menyiratkan bahwa komunikasi sudah banyak terjadih tetapi masih bersifat
satu arah, tidak ada sarana bagi masyarakat untuk melakukan timbal balik
seperti pengumuman, penyebaran panflet dan laporan tahunan.
Tangga ke empat yaitu bermakna bahwa komunikasi telah bersifat dua
arah tetapi masih bersifat partisipasi yang ritual/pormalitas, sudah ada kegiatan
penjaringan sapirasi, penyelidikan keberadaan masyarakat, telah ada aturan
pengajuan proposal dan ada harapan aspirasi masyarakat akan didengarkan
tetapi belum ada jaminan aspirasi tersebut akan dilaksanakan misalnya surpei
sikap, temu warga dan dengar pendapat publik. Tangga ke lima yaitu
penentraman berarti bahwa komunikasi telah berjalan dengan baik dan sudah
ada negosiasi antara masyarakat dengan pemerintah, masyarakat khususnya
yang rentan dimungkinkan untuk membari masukan secara lebih signifikan
dalam penentuan hasil kebijakan publik, namun proses pengambilan keputusan
masih dipegang oleh pemegang kekuasaan.
Tiga tangga teratas dikategorikan dalam derajat kuasa masyarakat dimana
masyarakat memiliki pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan
partisipasi masyrakat kelompok masyarakat miskin/rentan sudah masuk dalam
15
ruang penentuan proses, hasil dan dampak kebijakan dengan menjalankan
kemitraan yaitu masyarakat telah mampu bernegosiasi dengan pemegang
kekuasaan dalam posisi sejaja, pendelegasian kekuasaan yaitu masyarakat telah
mampu mengarahkan kebijakan kerena ruang pengambilan keputusan telah di
kuasai pada tangga kendali warga partisipasi masyarakat secara politik maupun
administratif sudah mampu mengendalikan proses pembentukan, pelaksanaan
dan konsumsi dari kebijakan bahkan sangat mungkin masyarakat telah
memiliki kewenangan penuh untuk mengelolah suatu objek kebijakan tertentu.
Berdasarkan konsep yang di kemukakan oleh Arnstein (1971) terlihat
bahwa terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara bentuk partisipasi semu
dengan yang mempunyai kekuatan nyata. Didalamnya digambarkan bagaimana
bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dari masyarakat dipaksa atau
dimanipulasi dan dimana masyarakat telah mampu mengontrol pembuatan
keputusan dan pengelolaan sumber daya. Kemudian masing-masing derajat
ditentukan bukan pada seberapa jauh masyarakat telah terlibat dalam proses
pembentukan kebijakan atau program yang dilaksanakan oleh pemegang
kekuasaan tetapi seberapa jauh masyarakat dapat menentukan hasil akhir atau
dampak dari kebijakan tersebut.
4. Upaya penartiban penebangan liar di kawasan hutan lindung
Eksistensi masyarakat dalam menjaga hutan tidak bisa dipungkiri.
Kehadiran mereka memang bermanfaat besar bagi lestarinya hutan. Mereka
yang hidup di dalam atau di sekitar hutan, memiliki cara-cara tertentu yang
bersumber dari kearifan lokal mereka yang telah teruji berdasarkan
16
pengalaman empirik berkesinambungan antar generasi. Secara umum, ada
sejumlah upaya upaya masyarakat hukum adat dalam penanggulangan
pembalakan liar. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan sosialisasi dalam komunitas masyarakat hukum adat
b. Meningkatkan pos keamanan lingkungan
c. Tidak memberi izin pendirian usaha industri kayu pada sekitar kawasan hutan.
d. Memberikan sanksi berat kepada oknum-oknum yang melakukan penebangan
liar di kawasan hutan lindung.
Upaya di atas menunjukkan faktor pentingnya pemahaman masyarakat
tentang aturan. Sosialisasi regulasi dimanapun sangat penting, untuk memberi
pemahaman kepada masyarakat. Pada saat yang bersamaan, sosialisasi
merupakan kelemahan tersendiri bagi penyelenggara pemerintahan di berbagai
level karena berbagai alasan. Alasan yang muncul biasanya adalah
keterbatasan dana, sarana prasarana, atau masyarakat dianggap tahu hukum.
Padahal hak atas informasi, merupakan hak yang harus diterima. Pemerintah
harus terbuka kepada masyarakat hukum adat, karena mereka berhak juga
merumuskan persoalan yang menimpa mereka.
Yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa pemerintah sangat dominan,
termasuk dalam hal pemberian izin. Harapan agar izin pendirian usaha industri
kayu pada sekitar kawasan hutan tidak diberikan menunjukkan bahwa inilah
salah satu faktor terjadinya pembalakan liar. Kegiatan pembalakan liar yang
terjadi di Indonesia merupakan kegiatan yang merugikan dan perlu untuk
berantas melihat akibat yang ditimbulkan merugikan dalam berbagai aspek.
17
Keberadaan hutan tropis Indonesia yang berperan bagi dunia harus dilindungi
oleh pemerintah sebagai lembaga yang berwenang dalam menjaga dan
melindungi hutan. Pentingnya perlindungan terhadap hutan, seharusnya
mendorong pemerintah untuk menindak setiap kegiatan yang merusak hutan
kegiatan pembalakan liar.
Upaya pemberantasan pembalakan liar, dapat dilakukan dengan melihat
faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pembalakan liar di Indonesia,
sehingga dapat dicari solusi untuk penanganan masalah pembalakan liar, serta
dampak yang ditimbulkan yang nantinya akan dikaitkan dengan pemberian
hukuman baik secara administratif, perdata ataupun secara pidana. Penyebab
terjadinya pembalakan liar secara internasional adalah sebagai berikut:
pembalakan liar terjadi karena peningkatan permintaan untuk produk kayu, kertas
dan derivatif (termasuk kemasan). Pembalakan liar juga dapat terjadi ketika hutan
ditebang untuk perkebunan seperti kelapa sawit. Tapi tidak semua pemindahan
kayu/pembalakan adalah karena perdagangan. Bahkan, ditingkat global sekitar
setengah dari kayu yang diambil adalah bahan bakar kayu digunakan untuk
kebutuhan energi dasar. Lihat Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan.
Faktor pernyebab terjadinya pembalakan liar di Indonesia dapat dibagi
dalam dua faktor yang menentukan yakni faktor hukum dan faktor non hukum.
Payung hukum yang mengatur tentang masalah pembalakan liar di Indonesia
sebenarnya sudah memadai. Pemberian sanksi ataupun pidana penjara terhadap
kegiatan pembalakan liar diatur dalam Pasal 78 Undang-undang Nomor 41 Tahun
18
1999 tentang Kehutanan9, hanya saja untuk pemberian sanksi terhadap pelaku
pembalakan masih terbilang tidak sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan.
Semangat otonomi daerah telah menjadikan euphoria dimasing-masing
wilayah. Masing-masing wilayah berlomba-lomba untuk memajukan daerahnya.
Upaya yang dilakukan untuk memajukan daerah masing-masing dilakukan dengan
membangun sarana, prasarana serta infrastruktur yang dapat mendukung
kemajuan diwilayahnya. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti
pembangunan pemukiman, perkebunan dan bahkan usaha pertambangan.
Pembangunan yang dilakukan tersebut tidak memperhatikan bentangan areal yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini kementerian kehutanan sebagai
wilayah yang telah ditetapkan.
Kawasan hutan untuk tidak dilakukan pembangunan atau pembangunan
dapat dilaksanakan apabila daerah tersebut telah ada pelepasan kawasan hutan
atau setidaknya pinjam pakai dari Menteri Kehutanan untuk kegiatan usaha
pertambangan yang masuk dalam kawasan hutan. Penyelewengan aturan hukum
dibidang kehutanan bisa dilakukan pada beberapa tahapan yakni mulai dari tahap
permohonan izin, pengelolaan hutan dan pemanfaatan hasil hutan bahkan
termasuk dalam hal pengangkutan hasil hutan yang nantinya akan dijual.
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Upaya Pemberantasan
Pembalakan Liar dan Implementasinya di Daerah Upaya pemberantasan
pembalakan liar memang tidak pernah berhenti dilakukan oleh panitia. Adapun
bentuk kewenangan yang dimiliki oleh penerintah daerah merupakan kewenangan
yang terbatas, karena sekalipun Indonesia telah merubah sistem pemerintahan dari
19
sistem pemerintahan yang sentralisasi menjadi desentralisasi, tetap saja dalam hal
penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
merupakan pernyerahan kewenangan yang terbatas. Kewenangan pemerintah
daerah dalam upaya pemberantasan pembalakan liar yang terjadi didaerah dapat
dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan kewenangan pemerintah daerah
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait baik undang-undang
kehutanan maupun undang-undang pemerintah daerah.
Kewenangan pemerintah daerah dalam upaya pemeberantasan pembalakan
liar yang terjadi didaerah adalah sebagai berikut: Pemberian izin, Pembuatan
peraturan daerah, Pengawasan, Bekerjasama dengan instansi terkait, Tegas dan
kristis dalam pemberian dan pencabutan pemberian izin kelola hutan. Pelaksanaan
bentuk kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah tentu memiliki kendala
dalam pelaksanaannya, berikut kendala dari pelaksanaan kewenangan pemerintah
daerah. Kewenangan yang terbatas, konsep negara kesatuan yang dianut oleh
Indonesia, membuat Indonesia dalam pelaksanaan pemerintahan tidak dapat
menjalankan sistem desentralisasi murni. Negara Indonesia sekalipun telah
menganut yang namanya otonomi daerah sebagaimana yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tetap saja
harus berpatokan pada konsep negara kesatuan yang dilakukan oleh oknum
pemerintah daerah.
Pelaksanaan kewenanang pemerintah daerah dalam upaya pemberantasan
pembalakan liar menjadi tidak efisien selain dikarenakan karena pemerintah
daerah memiliki kewenangan yang terbatas, dimana pemerintah daerah berfungsi
20
sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat, kendala lain yang menyebabkan
kurang efisiennya pemerintah daerah adalah mental bobrok dari oknum
pemerintah daerah yang terlibat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Tidak
dilaksanakannya.
Kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah sebagaimana yang
diatur oleh Undang-undang, kadang disalahgunakan oleh pemerintah daerah
terkait. Mental dan keadaan dari pemerintah daerah membuat beberapa
pemerintah daerah ataupun pejabat terkait yang memiliki kewenangan cenderung
menyalahgunakan kewenangan yang ada. Penyalahgunaan kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah daerah juga dilakukan oleh pejabat atau pemerintah
daerah yang berkecimpung atau berhubungan dengan bidang kehutanan, terutama
dalam hal pemberian Izin Usaha Penguasaan. Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) yang
diatur dalam peraturan diatur dalam peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.50/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pemberian dan
Perluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK).Para
cukong, cenderung menyogok pejabat terkait untuk memperoleh izin dan
melaksanakan kegiatan pembalakan liar. Praktek seperti itu bukanlah hal baru di
Indonesia.
Kenyataan bahwa keuntungan yang akan diperoleh dari kegiatan
pembalakan liar jauh lebih besar dibandingkan dengan kegiatan pembalakan yang
resmi atau berdasarkan izin dan ketentuan hukum yang berlaku membuat para
cukong lebih tertarik melakukan kegiatan pembalakan liar. Pemerintah sebagai
lembaga pengayom masyarakat mulai dari pemerintah pusat sampai dengan
21
pemerintah daerah baik pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang
merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat, memikul tanggung-jawab
terhadap masyarakat Indonesia termasuk didalamnya terhadap bumi, air dan
segala yang ada didalamnya sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah sebagai lembaga pengayom
masyarakat dengan menggunakan asas otonomi daerah dibebankan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota. Pemerintah kabupaten/kota merupakan pusat
dari otonomi daerah, sebagaimana asas yang dianut dari pemerintah negara
Indonesia serta akibat perubahan sistem pemerintahan negara yakni dari sistem
pemerintahan sentralisasi menjadi sistem pemerintahan desentralisasi.
Kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah seharusnya mampu
dijaga dan dipertanggung-jawabkan. Indonesia merupakan negara yang demokrasi
bahwa pemerintahan yang dijalankan di Negara Indonesia adalah pemerintahan
demokrasi yang mana segala sesuatu adalah berasal dari rakyat, oleh rakyat dan
juga untuk rakyat.Penyalagunaan wewenang yang dilakukan oleh pemerintah
daerah tentu saja berdampak terhadap kinerja pemerintah daerah.
5. Partisipasi masyarakat dalam penertiban penebangan liar
Sumber kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia tergantung atas
jaminan akses dan kontrol terhadap sumber daya alam, serta kelestarian
maupun pemeliharaan lingkungan hidup sekitarnya. Kenyataan ini
menyebabkan pentingnya keterlibatan dan peran serta masyarakat dalam upaya
konservasi dan pengelolaan sumber daya alam. Kunci penting tercapai
22
pengelolaan sumber daya alam yang lestari sangat bergantung pada
keterlibatan masyarakat yang sadar akan hak dan tanggung jawabnya, serta
dukungan kebijakan baik dari pemerintah pusat maupun daerah yang mengatur
pengelolaan sumber daya alam dan kawasan konservasi secara adil.
Agar pengelolaan sumber daya alam ini dapat dilaksanakan dengan baik,
maka wajib menghormati hukum negara, hukum adat, konvensi internasional
terkait dengan HAM, lingkungan dan konservasi yang telah diratifikasi oleh
pemerintah. Prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Pengakuan atas hak dan kewajiban masyarakat
b. Pengakuan atas akses pengelolaan kawasan konservasi oleh masyarakat
sebagai pendekatan utama dalam pengelolaan kolaboratif.
c. Didorongnya penerapan asas informasi dan persetujuan dari masyarakat atas
berbagai kebijakan yang dilakukan di wilayah masyarakat oleh pihak
pemerintah, pelaku usaha, dan pihak lain untuk kegiatan tertentu.
d. Diterapkannya mekanisme representasi yang proporsional bagi masyarakat
e. Didorongnya penerapan prinsip kehati-hatian dan pencegahan dini dalam
aktivitas bersama masyarakat berkaitan dengan fungsi kawasan konservasi.
Dominasi peranan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam
terutama hutan sangatlah penting. Hutan merupakan kawasan hutan yang
berada di dalam wilayah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
siklus kehidupan. Pada umumnya komunitas-komunitas masyarakat penghuni
hutan di Indonesia memandang bahwa manusia adalah bagian dari alam yang
harus saling memelihara dan menjaga keseimbangan dan harmoni
23
Eksistensi kawasan hutan dan masyarakat adat pada dasarnya
berangkat dari pandangan antrophosentris menuju tahap biosentris dan
tataran ekosentris. Konsepsi ini didasarkan pada kearifan kebijaksanaan
masyarakat timur yang bertumpu pada filsafat tertentu, dimana lingkungan
biofisik tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan kehidupan sosiokultural
masyarakatnya. Maka secara alami memberi kesempatan melindungi
keanekaragaman.
a. Partisipasi pemerintah
Menurut undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah,
yang di sebut dengan pemerintah daerah adalah kepala daera beserta perangkat
daerah otonom yang lain sebagai badan exsekutif daerah. Partisipasi
pemerintah daerah dalam mendukung suatu kebijakan pembangunan yang
bersifat, partisipasi adalah sangat penting. Ini karena pemerintah daerah adalah
instansi pemerintah yang paling mengenl potensi daerah dan juga mengenal
kebutuhan rakyat setempat.
Dalam program konserpasi dan rehabilitasi pemerintah lebih
berpartisipasi sebagai mediator dan fasilitator (mengalokasikan dana melalui
mekanisme yang di tetapkan), sementara masyarakat sebagai pelaksana
diharapkan mampu mengambil inisiatif.
Peringanan yang dimaksud di sini adalah pemerintah harus melaksanakan
analisa terhadap pelaksanaan peraturan tersebut di dalam masyarakat. Bila
ditemukan hal-hal yang tidak cocok bagi masyarakat sebaiknya pemerintah
mengadakan revisi terhadap undang-undang tersebut sepanjang tujuan awal
24
pembuatan undang-undang itu tidak dilanggar. Di mulai dari Sekarang
Kesempatan tidak pernah datang dua kali, proses penyelamatan dan
pencegahan kerusakan hutan nasional harus dimulai dari sekarang. Sebuah
usaha besar yang akan menghabiskan banyak tenaga dan materi, untuk
menerapkan sebuah metode pencegahan diperlukan kepedulian dan kesadaran
dari semua pihak pada kondisi hutan kita saat ini. Alih fungsi lahan, illegal
logging, pembakaran hutan untuk membuka lahan, dan sederet sikap
pengrusakan hutan yang sudah dilakukan merupakan sebuah kesalahan besar.
Butuh waktu dan proses untuk menyadarkan semua pihak akan
pentingnya penyelenggaraan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Sudah
saatnya kebijakan yang diambil pemerintah tidak hanya berlandaskan profit
atau laba, tapi juga ekologi, pemberdayaan masyarakat dan perencanaan yang
berkelanjutan. Tidak akan pernah bisa dijalankan apabila paradigma di negara
ini masih berorientasi pada permintaan pasar, dimulai dari ketegasan
pemerintah dalam melindungi aset negara, partisipasi sektor privat dalam
menjaga lahan produksinya agar tetap dapat melakukan aktivitas produksi,
serta kepedulian masyarakat dalam memonitoring kelangsungan proses
penghijauan kembali hutan nasional, dan menjaga hutan dari kerusakan pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, semua pihak mari kita mulai dari sekarang
mengevaluasi diri kita sudahkah kita melestarikan dan menjaga hutan kita agar
tetap utuh demi masa depan bangsa dan negara. Upaya untuk mencegah
potensi-potensi kerusakan hutana melakukan pembinaan dan penyuluhan untuk
25
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan,
sekaligus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya fungsi hutan.
Partisipasi lain yang di lakukan pemerintah adalah mengadakan
penyuluhan untuk memberikan penjelasan dan pengertian kepada masyarakat
mengenai pelaksanaan pemeliharaan hutan yang di programkan oleh
pemerintah melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberi penjelasan
sekaligus pengertian atau pemahaman kepada masyarakat, sehingga dapat
menimbulkan presepsi yang baik dan dapat mendukung kelancaran program
pengelolaan hutan tersebut melalui partisipasi yang positif.
b. Faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi yaitu:
1. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial
dan percaya diri sendiri.
2. Faktor lain adalah penginterpretasian yang dangkal terhadap agama.
3. Kecenderungan untuk menyala artikan motivasi, tujuan dan kepentingan
organisasi penduduk yang biasanya mengarah pada timbulnya presepsi yang
salah terhadap keinginan dan motivasi serta organisasi penduduk sepertihalnya
di beberapa negara.
4. Tersedianya kesempatan kerja yang lebih baik di luar pedesaan.
5. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program
pembangunan.
26
Selain itu ada beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian dalam
partisipasi masyarakat adalah:
a). Faktor kepemimpinan, dalam menggerakan partisipasi sangat di perlukan
adanya pimpinan dan kualitas.
b). Faktor komunikasi, gagasan-gagasan, ide, kebijaksanaan dan rencana-rencana
baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dimengerti oleh masyarakat.
c). Faktor pendidikan, dengan tingkat pendidikan yang memadai, individu/
masyarakat akan dapat memberikan partisipasi yang diharapkan.
Bentuk dan peran serta masyarakat akan sangat di pengaruhi oleh latar
belakang masyarakat, mencakup karesteristik sosial ekonomi, dan lingkungan
budaya dimana masyarakat bertempat tinggal. Semua ini erat pula kaitanya
dengan tipe dan jenis proyek pembangunan diintroduksikan kepada
masyarakat.
Mengelola hutan dengan melibatkan Masyarakat merupakan langkah
awal yang harus di lakukan pemerintah daerah dengan mengikutsertakan
masyarakat dalam mengelola hutan, pada saat ini saya akan melakukan
audiensi bersama masyarakat setempat di berbagai daerah dan blusukan ke
berbagai provinsi yang memiliki potensi besar dalam kehutanannya seperti
sebelum kemerdekaan, pengelolaan kawasan hutan sudah dilakukan dengan
arif dan bijaksana oleh masyarakat. Namun setelah itu, dilakukan
penyeragaman pengelolaan kawasan sehingga masyarakat tidak leluasa lagi
mengelola kawasannya. Belakangan, muncul upaya mengembalikan kearifan
masyarakat dengan berbagai kegiatan. Bahkan, adanya pengakuan negara pada
27
hak kelola masyarakat. Konsep selaras dengan upaya pengakuan hak kelola
masyarakat yang diakui negara dengan skema hutan nagari, hutan adat dan
lain sebagainya, yang dikenal dengan skema Pengelolaan Hutan Berbasis
Masyarakat (PHBM).
Adanya keterlibatan masyarakat dalam melindungi hutan memiliki
tujuan agar keberlangsungan hutan tetap terjaga dengan baik dengan
memadukan apek sosial, (termasuk religi, ekonomi, dan ekologi.). dengan
membangun aturan dalam pengelolaan hutan, Dari aspek sosial bisa akan
melihat dari segi struktur dan lembaga pengelolaan hutan, system penguasaan
dan pemanfaatan lahan dan hutan. Sedangkan dari aspek ekologis yang akan
berkaitan dengan aturan adat /hukum adat dalam pengelolaan maupun
pemanfaatan sumber daya hutan serta pembagian kawasan menurut fungsinya.
Adanya keterlibatan antar masyrakat akan membantu terlaksananya
penanganan terhadap adanya illegalloging. dengan membuat suatu langkah
yaitu rakyat bisa memnfaatkan hutan dengan efisien dan tidak berlebihan.
sehingga ketika rakyat memiliki rasa kepedulian yang tinggi, kita tidak
memerlukan adanya polisi hutan , adanya masyarakat setempat yang menjadi
pengawasnya, dengan memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada
masyarakat terhadap kebermanfaatan hutan untuk kehidupannya yang
sekarang dan dimasa yang akan datang , akan memberikan rasa kepedulian
kepada masyarakat agar memelihara hutan untuk kelangsungan anak cucunya
kelak.
28
Dukungan dari berbagai instansi masyrakat akan membantu proses
tercapainya ide ide yang dikemukakan diatas, melalui adanya forum forum
diskusi baik dari skala nasional, provinsi, kabupaten atapun tingkat kota
madya yang akan membahas tentang permasalahan kehutanan di berbagai
wilayah di indonesia dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melibatkan
masyarakat dalam menangani permasalahan tersebut. Perpaduan alam dan
kebudayaan masyarakat setempat menjadi dasar akan adanya rasa ingin
menjaga agar hutan tetap lestari Tetapi perlu di tekankan bahwa campur
tangan terhadap proses alam penuh dengan resiko. Pengelolaan yang keliru
dapat berakibat lebih buruk dibandingkan tanpa pengelolaan maka dari itu
masyarakat harus menjaga dan melindungi hutan tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawap dan pemerinta harus tegas untuk menindak tegas para
pulaku pembalakan liar yang merusak hutan.
c. Pengertian Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah ilustrasi air laut dan
memelihara kesuburan tanah (UU RI No 41 tahun 1999). Sedangkan menurut
Derektorat Bina Program Kehutanan (1981), Hutan lindung di defenisikan
sebagai kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu
di bina dan di pertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara
tetap untuk kepentingan hidrologi (mengatur tata air, mencegah banjir dan
erosi, serta memelihara keawetan dan kesuburan tanah) baik dalam kawasan
29
hutan yang bersangkutan maupun di luar kawasan hutan yang di
pengaruhinya. Apabila hutan lindung di ganggu, maka hutan tersebut akan
kehilangan fungsinya sebagai pelindung, bahkan akan menimbulkan bencana
alam, seperti banjir, erosi, maupun tanah longsor.
d. Fungsi Hutan lindung
a. Sebagai pengatur tata air, pencegah bencana banjir dan erosi, dan
memelihara kesuburan tanah
b. Sebagai kawasan perlindungan system penyangga kehidupan
Tujuan pengelolaan hutan lindung ialah:
1.Terjaminnya keutuhan kawasan hutan lindung
2. Tercapainya pendayagunaan fungsi dan peranan hutan lindung dengan
terkendalinya tata air dan terwujudnya system penyangga kehidupan yang
berkualitas.
Prinsip dasar pengelolaan kawasan hutan lindung
1). Pendayagunaan potensi hutan lindung untuk kegiatan pemanfaatan air,
pemuliaan, pengkayaan dan penangkaran, wisata alam, penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, penyediaan plasma nutfah untuk budidaya oleh
masyarakat setempat, diupayakan tidak merubah luas dan fungsi kawasan.
2). Dalam kawasan hutan lindung diperkenankan adanya kegiatan
pemanfaatan tradisional berupa hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan.
3). Sesuai fungsinya, dalam kawasan hutan lindung dapat di tempatkan alat-
alat pengukur klimatologi, misalnya penakar hujan dan stasiun pengamat
aliran sungai (SPAS).
30
4). Dalam hutan lindung di bangun sarana dan prasarana pengelolaan,
penelitian dan wisata alam terbatas.
5). Jika dijumpai adanya kerusakan vegetasi dan penurunan populasi satwa
yang dilindungi undang-undang, dapat dilakukan kegiatan :
a. Pembinaan habitat dan pembinaan kawasan untuk kepentingan peningkatan
fungsi lindung.
b. Rehabilitasi kawasan dengan jenis tunbuhan yang cocok dengan kondisi dan
tipe tanah.
c. Pengurangan atau penambahan jumlah populasi suatu jenis, baik asli atau
bukan asli kedalam kawasan hutan lindung.
Kriteria Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung adalah
a. Kawasan hutan dengan factor-faktor kelas lereng, jenis tanah intensitas hujan
setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah
nilai (skor) 175 atau lebih
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih dan atau
kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2000 m atau
lebih.
Aspek Hukum dan Kewenangan Pengelolaan Hutan lindung.
a. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 maupun PP No. 25 Tahun 2000
menegaskan “Kewenangan Daerah Atas Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung.
PadaUndang-undang No. 22 Tahun 1999 Pasal 10 dapat disimpulkan, bahwa
daerah berwenang mengelola sumberdaya nasional yang tersedia di wilayahnya
31
dan bertanggungjawab untuk memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Keputusan Presiden RI No 32/1990 tentang “Pengelolaan Kawasan Lindung”
dapat disimpulkan bahwa untuk pemahaman fungsi dan manfaat kawasan
lindung perlu diupayakan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya dalam
pengelolaan kawasan lindung, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Pemda
Propinsi yang mengumumkan kawasan-kawasan tertentu sebagai kawasan
lindung.
c. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 25/2000 dapat disimpulkan pula,
bahwa untuk pengelolaan kawasan hutan lindung yang terletak di pemerintahan
kabupaten/kotamadya, Pemda Kabupaten atau Kotamadya dapat segera
membuat Perda ataupun untuk sementara SK Kepala Daerah.
Dari beberapa uraian tentang aspek hukum pengelolaan suatu kawasan
lindung terlihat bahwa pada dasarnya pengelolaan hutan lindung berada di
tangan Pemerintah Propinsi dan Kabupaten. Akan tetapi dalam kaitannya dengan
otonomi, PP No. 25 Tahun 2000 tidak tercantum adanya kewenangan
pengelolaan hutan lindung pada Pemerintah Propinsi, maka pengelolaan hutan
lindung berada di tangan pemerintah Kabupaten/Kota akan tetapi kewenangan
tersebut baru efektif apabila pemerintah daerah propinsi, kabupaten maupun
kotamadya telah membuat landasan hukumnya. Selain itu di dalam PP 62 Tahun
1998 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintaha di bidang kehutanan
kepada daerah, dimana hutan Lindung diserahkan kepada daerah maka pada
dalam rangka otonomi daerah perlu ditetapkan dengan peraturan daerah.
32
Pengelolaan kawasan hutan lindung merupakan suatu tantangan bagi
pemerintah daerah untuk dapat memberikan kontribusi kepada bangsa Indonesia
untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas dan lingkungan yang
nyaman serta menjawab komitmen Indonesia terhadap dunia internasional.
Peluang untuk pengembangan model-model pengelolaan masih sangat terbuka
dan sangat beragam tergantung pada kesepakatan para pihak diwilayah tersebut.
Sekaligus mengeksplorasi potensi-potensi yang belum tergarap atau dikelola
secara maksimal seperti kawasan hutan lindung. Mencegah kerusakan alam dan
kerugian dari praktek-praktek illegal akibat tidak adanya pengawasan dan
pengelolaan yang effektif. Sebaliknya dapat menjadi pilihan pekerjaan baik
formal dan informal kepada masyarakat didalam dan disekitar kawasan hutan
lidung.
B. Kerangka pikir
Sesuai dengan undang-undang nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Sebagaimna yang kita ketahui bahwa hutan merupakan mata paencaharian
masyarakat untuk menghidupi kebutuhannya ,hutan juga merupakan karunia dan
amanah dari Tuhan Yang Maha Esa,merupakan harta kekayaan yang diatur oleh
pemerintah, memberikan kegunaan bagi ummat manusia, diatur dalam peraturan
daerah nomor 5 tahun 2008 oleh sebab itu wajib dijaga,ditangani, dan digunakan
secara maksimal untuk sebesar-besarnya, demi kemakmuran rakyat secara
berkesinambungan.alam menyediaka kita hutan untuk di manfaatkan,masyarakat
bisa mengambil kayu dari hutan sebagai kayu bakar,maka dari itu kita harus
menjaga dan melestarikan hutan.
33
Dari uraian di atas dapat digambarkan bagan kerangka pikir
Bagan kerangka pikir
C. Fokus penelitian
Sesuai dengan judul yang telah diajukan maka fokus penelitian yang
akan diteliti oleh penulis yaitu partisipasi masyarakat dalam penertiban
penebangan liar di kawasan hutan lindung. Dalam hal ini peneliti ingin
mengetahui Bagaimana bentuk dan faktor-faktor apa saja yang mendukung
dan menghambat partisipasi masyarakat dalam penertiban penebangan liar di
kawasan hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
D. Deskripsi fokus
Deskripsi fokus penelitian yang akan di teliti antara lain:
Partisipasi masyarakat dalam
penertiban penebangan liar
dikawasan hutan lindung di
Kecamatan Cendana
Kabupaten Eenrekang
Faktor pendukung
1. adanya kemauan
2. adanya kemampuan
3. adanya kesempatan
Faktor penghambat
1.sarana dan
prasarana
1. penanggulangan
2. pemeliharaan
3. pengawasan
Terwujutnya hutan lindung
yang lestari di Kecamatan
Cendana Kabupaten Eenrekang
34
1). Partisipasi masyarakat yang di maksud dalam penelitian ini adalah
pemerintah dan mayarakat bekerja sama untuk melindungi hutan dari oknum
oknum yang ingin merusak hutan lindung di Kecamatan Cendana
2). Penanggulangan yang di maksud dalam penelitian ini adalah Pemerintah
dan Masyarakat tidak mengizinkan seseorang menebang kayu baik dari
Masyarakat Kecamatan Cendana maupun dari luar Kecamatan Cendana
3).Pemeliharaan yang di maksud dalam penelitian ini ialah Pemerintah dan
Masyarakat menebang pohon yang sudah tua dan mengganti dengan pohon
yang baru
4). Pengawasan yang di maksud dalam penelitian ini adalah masyarakat
sering diajak oleh pihak kehutanan untuk berpatroli di hutan lindung
5). Faktor pendukung yang di maksud dalam penelitian ini ialah hal-hal yang
mendukung terselenggaranya partisipasi masyarakat dalam penertipan
penebang liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang.
6). Faktor Penghambat yang di maksud dalam penelitian ini adalah hal-hal
yang menghambat terselenggaranya partisipasi masyarakat dalam penertipan
penebangan liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Dinas Kehutanan yang berlokasi di
Kabupaten Enrekang dan di Kecamatan Cendana. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2015.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis, lisan dari informan dan perilaku yang diamati. Digunakan metode
deskriptif kualitatif dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin
memperoleh gambaran (keterangan) yang lebih akurat dan mendalam
berkaitan dengan konteks permasalahan yang dikaji.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dengan
cara wawancara serta memberikan atau membagikan keusioner dengan
pimpian dan karyawan khususnya karyawan dinas kehutanan yang dapat
memberikan data atau informasih yang berhubungan dengan penulisan
proposal ini.
2. Data Sekunder
38
Data Sekunder adalah adata yan g diperoleh secara tidak langsung
dari obyek yang diteliti, data ini berupa laporan-laporan tertulis seta
informasi tentang keadaan Dinas Kehutanan.
D. Informan Penelitian
Informan merupakan orang yang diwawancarai oleh peneliti
(pewancara) yang dimintai keterangan atau informasi yang falid dan akurat
sesuai dengan permasalahan yang akan di ketahui atau di inginkan oleh
peneliti. Adapaun informan yang diwawancarai ini adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang 1 orang
2. Staf penaggung jawap hutan lindung di Kecamatan Cendana 1 orang
3. Kepala Camat Kecamatan Cendana 1 orang
4. Masyarakat setempat 6 orang
Total informan 9 orang
Jadi Jumlah Informan Penelitian tersebut adalah sebanyak 9 orang
informan.
E. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah merupakan usaha untuk mengumpulkan
bahan-bahan yang berhubungan dengan peneliti yang dapat berupa data,
fakta, gejala, maupun informasi yang sifatnya valid (sebenarnya), realible
(dapat di percaya), dan obyektif (sesuai dengan kenyataan).
Studi lapangan (field research). Studi lapangan ini di maksudkan yaitu
penulis langsung melekukan penelitian pada lokasi atau obyek yang telah
39
ditentukan. Teknik pengumpulan data Studi lapanngan ditempuh dengan cara
sebagai brikut:
1. Observasi
Proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat
dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek penelitian.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang
dilakukan oleh pewawancara yang mengajukan pertayaan dan yang
diwawancarai memberikan jawaban. Penelitian ini akan mengambil data
primer dari wawancara yang dilakukan terhadap sejumlah informan.
3. Dokumentasi
Teknik ini bertujuan melengkapi teknik observasi dan teknik
wawancara mendalam.
F. Tekhnik Analisis Data
Proses analisis data dilakukan pada waktu bersamaan dengan proses
pengumpulan data berlangsung. Analisis data dilakukan melalui tiga alur,
yaitu :
1. Reduksi Data
Pada tahap ini dilakukan proses penyeleksian, pemfokusan ,
peneyederhanaan, pengabstraksian data dari catatan lapangan (Field note).
Proses ini berlangsung sepanjang penelitian yang dilakukan sekitar
sebulan, dimulai dengan membuat singkatan, kategorisasi, memusatkan
tema, menentukan batas-batas permasalahan dan menulis memo. Proses ini
40
berlangsung terus sampai akhir peneitian ini selesai ini ditulis. Reduksi
data merupakan bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek,
membuat focus, membuang hal –hal yang tidak penting dan mengatur
sedemikian rupa sampai kesimpulan akhir didapatkan.
2. Sajian Data
Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan
kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat sajian data,
penulis mencoba lebih memahami berbagai hal yang terjadi dan
memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau pun
tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data yang baik dan
jelas sistematikanya tentunya akan banyak membantu. Sajian data meliputi
deskripsi, matriks, skema, dan table yang diperoleh dari berbagai instansi
dimana penelitian ini berlangsung. Kesemuanya itu dirancang guna
merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengeri
dalam bentuk yang kompak.
3. Penarikan Kesimpulan
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah memcoba memahami apa
arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan pola-
pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi, alur sebab-akibat
dan berbagai proporsi. Hal ini diverifkasi dengan temuan-temuan dan
selanjutnya dan akhirnya sampai pada penerikan kesimpulan akhir.
41
G. Keabsahan Data
Tekhnik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai tekhnik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tekhnik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tekhnik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Ada tiga macam
triangulasi data yaitu :
1. Triagulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan dengan cara mengecek ulang
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang
berbeda . Misalnya membandingkan antara apa yang dikatakan umum dengan
yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan
dokumen yang ada.
2. Triangulasi Tekhnik
Triangulasi Tekhnik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda.
Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara lalu di cek dengan
observasi dan dokumentasi.
3.Triangulasi waktu
Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpul dengan tekhnik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih
segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data
dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
42
observasi, atau tekhnik dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga ditemukan kepastian datanya.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Atau Kriteria Objek Penelitian
1. Monografi Hutan Lindung
Sebelum memulai pembahasan hasil penelitian mengenai
partisipasi masyarakat dalam penertipan penebangan liar di kawasan hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang, penulis akan
memaparkan mengenai monografi hutan lindung di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang terlebih dahulu.
1. Batas-batas Hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang.
Menurut monografi Dinas Kehutanan di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang memiliki batas-batas wilayah sesuai daftar tabel
yang di sajikan sebagai berikut:
Tabel 1: Batas-Batas Hutan Lindung Di Kec. Cendana Kab.
Enrekang
No Batas Desa/ kelurahan Kecamatan/ kabupaten
1 Utara Malalin Cendana
2 Timur Malino Maroangin
3 Barat Pinang Cendana
4 Selatan kassa Pinrang
Sumber: kantor Kehutanan kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
Januari 2015.
Seperti yang digambarkan pada tabel di atas bahwa di bagian utara
hutang lindung berbatasan dengan Desa Malalin Kecamatan Cendana, dan
bagian timur berbatasan dengan Desa Malino Kecamatan Maroangin,
44
sedangkan dibagian barat berbatasan dengan Desa Pinang Kecamatan
Cendana, serta dibagian selatan berbatasan dengan Desa Kassa Kab.
Pinrang
2. Luas kawasan Hutan Lindung di Kec. Cendana Kab. Enrekang
Menurut georgrafis Kantor kehutanan Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang memiliki luas wilayah hutan sebagai mana yang di sajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 2: Luas Hutan di Kec. Cendana Kab. Enrekang
No Hutan Luas Wilayah
1 Hutan Lindung 1. 595 Ha
2 Hutan produksi terbatas 1. 008 Ha
Jumlah 2. 603 Ha
Sumber: kantor Kehutanan kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
Januari 2015.
Seperti yang sajikan dalam tabel diatas, dapat dilihat bahwa luas
hutan di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang yaitu 2. 603 Ha yang
terdiri atas 2 (dua) jenis hutan yaitu hutan lindung memiliki luas 1. 595
Ha, dan hutan produksi terbatas memiliki luas 1, 008 Ha.
3. Visi dan Misi Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang
Visi
Terwujudnya Kelestarian Hutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Melalui Pengelolaan Yang Profesional
Misi
1. Mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan
2. Meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
hutan
45
3. Mewujudkan profesionalisme dalam penyelenggaraan kehutanan.
Dari apa yang dipaparkan diatas dapat dilihat bahwa visi
dari Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang adalah Terwujudnya
Kelestarian Hutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat Melalui
Pengelolaan Yang Profesional sedangkan misi dari Dinas
Kehutatan Kabupaten Enrekang ialah: Mewujudkan pengelolaan
hutan yang lestari dan berkelanjutan, Meningkatkan akses dan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan dan mewujudkan
profesionalisme dalam penyelenggaraan Kehutanan.
B. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Penertipan Penebangan Liar
Di Kawasan Hutan Lindung Di Kec. Cendana Kab. Enrekang
Selama ini peranserta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang
sempit, artinya manusia cukup di pandang sebagai tenaga kasar untuk
mengurangi biaya pembangunan. Denngan kondisi ini, partisipasi
masyarakat terbatas pada implementasi atau penerapan program.
Masyarakat tidak di kembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam
dirinya dan harus menerima keputusan yang suda di ambil pihan luar.
Akhinya partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki
kesadaran yang kritis.
1. Penanggulangan
Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari
masyarakat serta akan tewujud sebagai suatu kegiatan yang nyata.
Dalam penertipan penebangan liar di kawasan hutan lindung di Kec.
46
Cendana Kab. Enrekang masyarakat juga turut berpartisipasi, dimana
masyrakat ikut dalam melakukan penanggulangan.
Penanggulangan yang di maksud dalam penelitian ini adalah
upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah, menghadapi,
atau mengatasi pembalakan liar.
Agar lebih jelas mengetahui bagaimana bentuk penanggulangan
yang dilakukan oleh masyarakat untuk penertiban penebangan liar di
hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dapat di
simak dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat setempat, yakni
dengan masyarakat melakukan penanggulangan, ada pun bentuk
penanggulangan yang dilakukan oleh masyarakat yakni dengan
tidak membiarkan masyarakat ataupun pihak luar untuk keluar
masuk hutan sembarangan” (wawancara MS 16 Januari 2015).
Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa bentuk penanggulangan
yang dilakukan oleh masyarakat yakni dengan tidak membiarkan
masyarak atau pihak luar untuk keluar masuk hutan sembarangan.
Senada dengan pernyataan di atas, berikut hasil wawancara dengan
staf penanggung jawab hutan lindung di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang.
“kalau saya liat selama ini bentuk penanggulangan yang di lakukan
masyarakat yaitu masyarakat tidak membiarkan seseorang
melakukan penebangan pohon sembarangan karna akan merusak
hutan seperti tanah longsor dan pasti akan merugikan kita saya
sebagai pemerintah sangat mendukung apa yang di lakukan
masyarakat”. (wawancara IY 21 Januari 2015).
Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa
penanggulangan yang di lakukan masyarakat di dukung penuh oleh
47
pemerintah setempat karnah masyarakat sendiri yang akan merasakan
sendiri dampaknya.
Berikut hasil wawancara dengan Camat Cendana yang berhasil
penulis wawancarai:
“Untuk penaggulangan penebangan liar ada beberapa hal yang
dilakukan masyarakat sala satunya ialah masyarakat terjun lansung
ke lapangan untuk mencegah apabila ada yang melakukan
penebangan liar jika dibiarkan akan merusak hutan dan kami
selaku pemerintah sangat terbantu dengan adanya partisipasi
masyarakat dalam penaggulangan penebangan liar” (wawancara
YR 21 Januari 2015).
Dari wawancara dengan YR selaku camat di Kecamatan Cendana
dapat di uraikan bahwa dalam penaggulangan penebangan liar di
kawasan hutan lindung masyarakat terjun langsung ke lapangan untuk
ikut berpartisipasi membantu pemerintah membasmi pembalak liar
yang ada di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
Berikut hasil wawancara dengan masyarakat di Kecamatan
Cendana Kabupeten Enrekang.
“Saya sebagai warga Kecamatan cendana sangat senang
berpartisipasi bentuk partisipasi yang di lakukan yakni
penaggulangan bentuk penaggulangan yang kami lakukan selama
ini ialah kami tidak membiarkan satupun orang masuk di hutan
tanpa surat izin dari kehutanan”. (wawancara HS 24 Januari 2015).
Wawancara diatas dapat dilihat bahwa masyarakat telah ikut serta
untuk menjaga hutan sebab mereka paham betul tentang dampak yang
mereka rasakan apa bila hutan rusak.
Senada dengan pernyataan di atas, berikut hasil wawancara dengan
AD yang juga masyarakat di Kecamatan Cendanaa.
48
“Kami telah tau apabila hutan ini rusak maka akan terjadi longsong
dan kekeringan, namun selain dampak itu kami pun juga telah ikut
berpartisipasi dalam bentuk penaggulangan hal yang kami lakukan
ialah kami tidak membiarkan seseorang menebang pohon
sembarangan karna akan merusak hutan”.(wawancara AD 25
Januari 2015).
Pernyataan yang tak jauh berbeda di kemukakan oleh BN yang
juga merupakan masyarakat di Kecamatan Cendana.
“Bentuk penaggulangan yang kami lakukan kami mencegah
apabila ada orang melakukan penebangan liar secara sembarangan
karena akan berdampak pada hutan seperti tanah longsor dan kami
sendiri yang akan merasakan sendiri akibatnya ”.(wawancara BN
27 Januari 2015).
Pernyataan AD dan BN diatas dapat di simpulkan bahwa mereka
telah terdorong untuk turut serta melestarikan hutan, sebab dampak
negatif dari kerusakan hutan merekalah yang mersakannya.
Berikut hasil wawancara dari IG yang juga masyarakat di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“Selama ini yang kami lakukan dalam penaggulangan penebangan
liar yaitu kami tdak mengizinkan seseoran keluar masuk di
kawasan hutan lindung secara sembarangan ”.(Wawancara IG 1
Februari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan IN yang merupakan masyarakat di
sekitar hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“Untuk menanggulangi penebangan liar ada beberapa bentuk yang
kami lakukan sala satunya ialah kami mengusir apabila ada
seseoran yang melakukan penebangan pohon sembarangan tanpa
izin”.(Wawancara IN 7 februari 2015).
Senada dengan pernyataan di atas, berikut hasil wawancara dengan
AN yang juga masyarakat di Kecamatan Cendana.
49
“Kami selaku warga Kecamatan Cendana sangat antusias menjaga
dan melindungi hutan hal yang kami lakukan dalam
penanggulangan penebangan liar di kawasan hutan lindung ialah
terjun langsung ke lapangan untuk mencegah penebangan
liar”.(Wawancara AN 6 februari 2015).
Hasil wawancara dengan IG, IN dan AN dapat di simpulkan bahwa
masyarakat sangat antusias dalam penanggulangan penebangan liar
dan turut serta berperan menjaga hutan serta melindungi hutan dari
tangan-tangan yang ingin merusak hutan dan masyarakat tidak segan
terjun langsung kelapangan untuk menghentikan penebangan liar.
Dari hasil wawancara dan kesimpulan-kesimpulan wawancara
tentang penanggulangan penebangan liar di kawasan hutan lindung
masyarakan ikut serta berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan
hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang maka dapat
di analisa sebagai merikut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan MS, IY dan YR dapat
diuraikan bahwa pemerintah dalam penanggulangan penebangan liar
di Kawasan Hutan lindung di Kacamatan Cendana Kabupaten
Enrekang yakni mereka sangat mendukung bentuk penanggulangan
yang di lakukan oleh masyarakat dan pemerintah sangat berterimah
kasih kepada masyarakat atas keteribatannya dalam penanggulangan
penebangan liar di kawasan hutan lindung. Kepada masyarakat tentang
bagaimana dampak yang negatif yang di timbulkan oleh kerusakan
hutan, sehingga masyarakat di kecamatan Cendana mau ikut serta
membantu pemerintah untuk menertipkan penebangan liar yang dan
50
pelanggaran-pelanggalan lainnya yang terjadi di kawasan hutan
lindung.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan HS, AD, BN, IG, AN dan
IN dapat di lihat bahwa masyarakat di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang telah paham tentang dampak negatif yang ditimbulkan oleh
kerusakan hutan, namun berkat penanggulangan yang di lakukan
masyarakat maka pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan
Kabupaten Enrekang membuat masyarakat lebih termotivati untuk
senantiasa menjaga dan melestarikan hutan lindung di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang.
2. Pemeliharaan
Keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi merupakan langkah
yang bagus dilakukan masyarakat untuk membantu pemerintah
khususnya Dinas Kehutan an Kabupaten Enrekang untuk menjaga dan
melindung hutan, bentuk partisipasi yang di lakukan masyarakat yaitu
pemeliharaan
Pemeliharaan yang di maksud ialah masyarakat ikut memelihara
dan melestarikan hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang.
Agar lebih jelas untuk mengetahui bagaimana cara pemeliharaan
yang dilakukan oleh masyarakat untuk penertiban penebangan liar di
hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dapat di
simak dari hasil wawancara sebagai berikut:
51
“Selain melakukan penanggulangan masyarakat di sekitar hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang Juga
melakukan pemeliharaan sebagai salah satu bentuk partisipasi
dalam penertipan penebangan liar, adapun cara yang dilakukan
masyarakat dalam pemeliharaan yakni dengan rutin melakukan
penanaman pohon dan Penebangan kayu di hutan dilaksanakan
dengan terencana dengan sistem tebang pilih. Artinya, pohon yang
ditebang adalah pohon yang sudah tua dengan ukuran tertentu yang
telah ditentukan, dengan cara penebangan sedemikian rupa
sehingga tidak merusak pohon-pohon muda di sekitarnya”.
(wawancara MS 16 Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di uraikan bahwa
pemeliharaan yang dilakukan oleh masyarakat yakni dengan rutin
menanam pohon dan Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan
terencana dengan sistem tebang pilih.
Senada dengan pernyataan di atas berikut hasil wawancara dengan
staff penanggung jawab hutan lindung di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang.
“Adapun cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam pemeliharaan
untuk mencegah pembalakan liar yakni dengan tidak sembarangan
menebang pohon, hanya pohon yang sudah tua dengan ukuran
tertentu yang boleh di tebang dan rutin menenam pohon”.
(wawancara IY 21 Januari 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa dalam
pemeliharaan untuk mencegah pembalakan liar masyarakat tidak
menebang pohon sembarangan, hanya pohon yang sudah tua dengan
ukuran tertentu yang boleh di tebang dan rutin menenam pohon.
Hal serupa juga di kemukakan oleh Camat Cendana berikut hasil
wawancara dengan beliau.
“Untuk pemeliharaan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar
yakni dengan tidak menebang pohon sembarangan hanya pohon
52
yang sudah tua dan besar yang bisa di tebang dan setelah di tebang
masyarakat menanan kembali pohon untuk menggantikan pohon
yang sudah di tebang”. (wawancara YR 21 Januari 2015).
Hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa cara
pemeliharaan yang dilakukan oleh masyarakat yakni dengan tidak
menebang pohon sembarangan dan menenam pohon setelah menebang
pohon.
Hasil wawancara dengan masyarakat di Kecamaran Cendana
Kabupaten Enrekang.
“pemeliharaan yang kami lakukan selama ini ada beberapa cara
sala satunya ialah penanaman kembali pohon pohon yang baru dan
menebang pohon yang sudah tua agar hutan bisa lebat
kembali”.(wawancara HS 24 januari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan AD yang merupakan masyarakat
di Kecamatan Cendana.
“kami selaku masyarakat Kecamatan Cendana sangat antusias
dalam pemeliharaan hutan karnah kami sendiri yang akan
merasakan hasil dari pemeliharaan cara kami memelihara hutan
adalah sistem tebang pilih”.(wawancara AD 25 Januari 2015).
Senada dengan hasil wawancara diatas, berikut hasil wawancara
dengan BN yang juga masyarakat di Kecamatan Cendana.
“pada saat itu kami diberi tau pemerintah untuk ikut serta menjaga
hutan, Dan kami juga waktu itu sama-sama dengan Dinas Kehutan
menanam pohon untuk melestarikan pohon itulah yang kami
lakukan untuk memelihara hutan”.(wawancara BN 27 januari
2015).
Berikut hasil wawancara dengan IG yang juga merupakan warga di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“pernah mi memang itu hari, pemerintah adakan penyuluhan dan
pelatihan tentang bagaimana supaya hutan kita ini tetap baik, sama
53
kita juga di suruh untuk ikut serta memelihara huta dan kita juga
sama-sama pergi tanam pohon di Sekitar Hutan”.(wawancara IG 1
Februari 2015).
Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar Hutan Lindung di
Kecamaran Cendana Kabupaten Enrekang.
“saya selaku masyaraka Kecamatan cendana sangat mendukung
program yang pemerintah usulkan kepada kami yaitu pemeliharaan
hutan dengan cara penanaman bibit kayu yang baru atau pohon
pohon yang baru dan mengganti pohon pohon yang susah tua kami
selaku masyarakat sudah ,melaksanakannya”.(wawancara AN 6
Februari 2015).
Wawancara diatas dapat dilihat bahwa masyarakat sangat antusias
dalam pemeliharaan hutan melalui penanaman pohon pohon baru dan
mengganti pohon pohon yang di anggap sudah tua dan masyarakat
sudah sadar bahwa pentingnya memelihara hutan.
Hal senada juga dikemukakan oleh IN yang juga warga di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“itu hari waktu ada penyuluhan yang na bikin pemerintah di suruh
ki untuk ikut sama-sama menanam pohon pohon yang baru agar
hutan menjadi melestarikan, saya setuju itu karena kalau hutan ini
rusak kita ji juga yang susah”(wawancara IN 7 Februari 2015).
Dari beberapa hasil wawancara dengan masyarakat di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang dapat dilihat bahwa mayarakat sngat
antusia dalam pemeliharaan hutan dengan cara penanama pohon pohon
yang baru dan menebang pohon yang sudah tua dengan kata lain
sistem tebang pilih itulah yang masyarakat lakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan MS, IY dan YR dapat
diuraikan bahwa pemerintah menghimbau kepada masyarakat agar rutin
54
melakukan penanaman pohon pohon dan Penebangan kayu di hutan
dilaksanakan dengan terencana dengan sistem tebang pilih. Dalam
pemeliharaan untuk mencegah pembalakan liar masyarakat tidak
menebang pohon sembarangan, hanya pohon yang sudah tua dengan
ukuran tertentu yang boleh di tebang dan rutin menanam pohon.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan HS, AD, BN, IG, AN dan
IN dapat di uraikan bahwa partisipasi masyarakat dalam bentuk
pemeliharan sangat antusias mereka melakukan pemeliharaan hutan
lindung dengan cara penanaman pohon yang baru dan mengganti pohon
yang sudah tua dan di dukung penuh oleh pemerintah karnah yang akan
merasakan sendiri manfaatnya ialah masyarakat sendiri. Hutan harus di
pelihara karnah merupakan karunia yang diberikan oleh Tuhan yang
Maha Esa kepada kita.
3. Pengawasan
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian ini pengawasan yang di maksud adalah
masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengawasi hutan dari para
penebang liar.
Agar lebih jelas untuk mengetahui bagaimana bentuk pengawasan
yang dilakukan oleh masyarakat untuk penertiban penebangan liar di
55
hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dapat di
simak dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Untuk bentuk Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
mencegah penebangan liar di hutan lindung di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang yakni dengan senantiasa turut serta berpatroli
dengan staff penanggung jawab hutan lindung di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang dan apa bila mendapati pembalakan
liar mereka akan segera melaporkannya”.( wawancara MS 16
Januari 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat diuraikan bahwa bentuk
pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat yakni dengan ikut serta
melakukan patroli dan melaporkan apa bila mendapati pelanggaran di
hutan.
Berikut hasil wawancara dengan staff penanggung jawab hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“adapun bentuk pengawasan yang dilakukan oleh masyrakat yakni
dengan ikut terjun langsung bersama kami melakukan partoli di
dalam hutan dan apa bila mereka mendapati pelanggaran di hutan
mereka segara melaporkan kepada kami untuk kami tindaki lebih
lanjut”.(wawancara IY 21 Januari 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat di uraikan bahwa bentu
pangawasan yang dilakukan oleh masyarakat yakni dengan turun
langsung melakukan pengawasan bersama staff penanggung jawab
hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
Senada dengan pernyataan diatas berikut hasil wawancara dengan
Camat Cendana, berikut hasil wawancara dengan beliau.
“untuk pengawasan yang dilakukan oleh masyrakat di sekitar
Kecamatan Cendana yakni dengan melakukan patroli langsung
bersama staff penanggung jawab hutan lindung di Kecamatan
56
Cendana Kabupaten Enrekang dan melaporkan apa bila mendapati
pelanggaran”. (wawancara YR 21 Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di uraikan bahwa bentuk
pengawasan yang dilakukan masyarakat yakni dengan terjun langsung
patroli dan melaporkan apabila mendapati pelanggaran di hutan.
Berikut hasil wawancara dengan masyarakat di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang.
“untuk bentuk pengawasan yang kami lakukan ialah kami sering di
ajak oleh staf penanggung jawab di Kecamatan Cendana untuk
melihat apakah ada yang melakukan penebangan pohon
sembrangan jika ternyata ada yang melakukan maka kami segara
melaporkan kepada Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang agar di
tindak lanjuti”. (wawancara HS 24 Januari 2015).
Hal senada juga di kemukakan oleh AD yang juga warga di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“kami sebagai warga Kecamatan Cendana sangat senang apabila
kami di ajak terjun langsung untuk mengawasi hutan lindung dari
orang orang yang akan melakukan penebangan secara liar dan
melaporkan jika ada yang melakukan penebangan liar kepada pihak
yang berwajip yaitu Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang”.
(wawancara AD 25 Januari 2015).
Dari hasil wawancara dengan HS dan AD dapat di simpulkan
bahwa masyarakat di ikut sertakan dalam partroli yang di lakukan oleh
staf penanggung jawap hutan lindung di Kecamatan Cendana
masyarakat sangat antusias karena dilibatkan dalam kegiatan
pengawasan yang di lakukan pihak pengelolah hutan lindung.
Untuk memperjelas wawancara diatas dapat di simak hasil
wawancara dengan masyarakat di Kecamatan Cendana sebagai berikut:
57
“Bentuk pengawasan yang kami lakukan selama ini ialah ikut
berpatroli dengan staf penanggujawap hutan lindung di Kecamatan
Cendana jika kami mendapati seseorang yang melakukan
penebangan liar tan memiliki surat izin maka langsung kami
laporkan”.(wawancara BN 27 Januari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan IG yang juga merupakan warga di
sekitar Hutan Lindung Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
“yang sering kami lakukan dalam pengawasan hutan lindung yaitu
lansung ji melaporkan apabila kami mendengar ada yang
melakukan penenebangan liar di kawasan hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang biar Dinas kehutanan
yang proses ki”. (wawancara IG 1 Februari 2015).
Hal senada juga dikemukakan oleh IN yang juga warga di sekitar
hutan lindung Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“langsung ji ki melapor sama polisi hutan kalau kami dapatkan
seseorang yang melakukan penebangan liar di kawasan hutan
lindung di Kecamatan cendana Kabupaten Enrekang ini bentuk
pangawasan yang kami lakukan selama ini” (wawancara IN 7
Februari 2015).
Pernyataan yang tak jauh berbeda di kemukakan oleh AN yang
juga merupakan masyarakat di Kecamatan Cendana.
“kami memang lansung melaporkan kepada pihak yang berwajip
apabila kami mendapati seseorang yang melakukan penebangan
liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan cendana Kabupaten
Enrekang biar Dinas Kehutanan yang proses ki lebih
lanjut”.(wawancara AN 6 Februari 2015).
Dari wawancara dengan beberapa masyarakat di Kecamatan
Cendana dapat di simpulkan bahwa masyarakat sering melakukan
patroli dengan staf penanggun jawap hutan lindung di Kecamatan
cendana dalam mengawasi hutan lindung dan lansung melaporkan
kepada Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang. Masyarakat sangat
58
senang kerena mereka di libatkan secara langsung dalam mengawasi
hutan inilah bukti bahwa masyarakat perduli betapa pentingnya
menjaga hutan karena apabilah hutan rusak maka masyarakat sendiri
yang akan merasakan dampaknya.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
penertiban penebangan liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang.
Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari
masyarakat serta akan tewujud sebagai suatu kegiatan yang nyata. Bentuk
kegiatan yang nyata dilakukan oleh masyarakat di kawasan hutan lindung
di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dalam penertipan
penebangan liar yakni turut berpartisipasi, tentu partisipasi masyarakat
dalam penertipan penebangan liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang terdapat faktor yang mempengaruhi, baik
faktor yang sifatnya mendukung maupun faktor yang menghambat, yang
kemudian penulis paparkan sebagai berikut.
1. Faktor Pendukung.
Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari
masyarakat serta akan tewujud sebagai suatu kegiatan yang nyata
apabilah terpenuhi oleh tiga paktor pendukung, yaitu : adanya
kemauan, adnya kemampuan dan adanya kesempatan untuk
berpartisipasi.
59
a. Adanya Kemauan
Adanya kemauan dari masyarakat untuk ikut dalam penertipan
penebangan liar di kawasan hutan di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang berupakan wujud nyata partisipasi yang masyarakat lakukan.
Kemauan masyarakat untuk ikut berpatisipasi dalam penertipan
penebangan liar bukan tanpa alasan, namun mereka sadar betul akan
pentingnya menjaga hutan dari pembalakan liar, sebab mereka tau
dampak yang akan terjadi apa bila hutan rusak.
Agar lebih jelas mengetahui kemauan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam penertipan penebangan liar di hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dapat di simak dari hasil
wawancara sebagai berikut:
“kami sangat bersyukur karena masyarakat di Kecamatan Cendana
memiliki kemauan untuk ikut berpartisipasi menjaga hutan di
karenakan meraka telah paham betul akan dampak yang di
timbulkan oleh kerusakan hutan”(wawancara MS 16 Januari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan staff penanggung jawab hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“kemauan dari masyarakat untuk berpartisipasi kami sangat
mendukung karnah saya selaku pengelolah hutan lindung di
Kecamatan Cendana sangat merasa terbantu dengan
berpartisipasinya masyarakat”( wawancara IY 21 Januari 2015).
Senada dengan pernyataan diatas berikut hasil wawancara dengan
Camat Cendana, berikut hasil wawancara dengan beliau.
“dengan adanya kemauan dari masyarakat untuk berpartisipasi
sangat membantu Dinas Kehutan untuk menjaga dan melindungi hutan
dari tangan tangan yang tidak bertanggung jawap yang ingin merusak
hutan” (wawancara YR 21 Januari 2015).
60
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa adanya
kemauan masyarakat untuk berpartisipasi di sebabkan karena
masyarakat sadar betul akan dampak yang terjadi apa bila hutan rusak.
“Kami telah tau betul, apabila hutan ini rusak maka akan terjadi
longsong dan kekeringan, itulah yang ingin kami hindari jadi kami
ikut serta dalam menjaga hutan kami ini”. (wawancara HS 24
Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di uraikan bahwa
kesadaran masyarakat akan dampak yang ditimbukan oleh kurusakan
hutan membuat masyrakat mau ikut berpartisipasi menjaga hutan
linding di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“kami dari masyarakat sangat senang berpartisipasi dalam menjaga
hutan dan tidak ada paksaan dari pemerintah ini semua atas
kemauan kami sendiri karna saya sangat sadar betul pentingnya
menjaga hutan” (wawancara AD 25 Januari 2015).
Untuk memperjelas wawancara diatas dapat di simak hasil
wawancara dengan masyarakat di Kecamatan Cendana sebagai berikut:
“kemauan kami dalam berpartisipasi di dukung penuh oleh
pemerintah karnah Dinas Kehutanan merasa terbantu dengan kami
ikut berpartisipasi dalam menjaga hutan lindung di Kecamatan
Cendana” (wawancara BN 27 Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di uraikan bahwa
masyarakat berpartisipasi atas kemauan mereka sendiri tanpa paksaan
dari pihak pemerintah karnah masyarakat sadar betul bahwa menjaga
hutan itu sangat penting agar hutan menjadi lestari.
Berikut hasil wawancara dengan IG yang juga merupakan warga di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
61
“kami dari masyarakat Cendana sangat mau berpartisipasi untuk
menjaga hutan agar tidak dirusak oleh pihak-pihak yang ingin merusak
hutan jika hutan rusak kami sendiri yang merasakan dampaknya”
(wawancara IG 1 Februari 2015).
Hal senada juga dikemukakan oleh IN yang juga warga di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“untuk menjaga hutan kami ikut berpatisipasi karna saya sebagai
warga Kecamatan Cendana paham betul jika hutan itu rusak akan
mengakibatkan tanah longsor itulah yang kami hindari selama ini”
(wawancara IN 7 Februari 2015).
Pernyataan yang tak jauh berbeda di kemukakan oleh AN yang
juga merupakan masyarakat di Kecamatan Cendana.
“Dalam melindungi hutan kami sangat mau ikut berpartisipasi
untuk menjaga hutan lindung di Kecamatan Cendana agar hutan
lindun yang ada di Kecamatan Cendana tidak rusak”.(wawancara
AN 6 Februari 2015).
Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa kemauan
masyarakat dalam berpartisipasi sangat tinggi karna mereka tidak mau
jika hutan lindung di Kecamatan Cendana di rusak jika di biarkan akan
mengakibatkan tanah longsor dan itu sangat berdampak pada
masyarakat yang ada di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
b. Adanya Kemampuan
Salah satu faktor yang mendukung terselenggaranya partisipasi
masyarakat dalam penertipan pembalakan liar di kawasan hutan linding
di Kecamatan Cendana Kabupaten Enerekang yakni adanya
kemampuan dari masyarakat di Kecamatan Cendana untuk ikut
berpartisipasi.
62
Kemampuan yang di miliki masyarakat untuk ikut berpartisipasi
dalam penertipan penebangan liar di kawasan hutan lindung di bekali
oleh pemerintah melalui penyuluhan dan pelatihan.
Untuk lebih jelas mengetahui bagaimana kemampuan masyarakat
dalam penertipan penebangan liar di kawasan hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dapat dilihat dari hasil
wawancara berikut:
“Kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat di kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang untuk ikut berpartisipasi dalam
penertipan penebangan liar sudah cukup memadai karena kami
telah memberikan penyuluhan dan pelatihan”(wawancara MS 16
Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di uraikan bahwa
adanya kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam peneritipan pembalakan liar di hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang berkat penyuluhan dan
pelatihan.
Senada dengan pernyataan di atas, berikut hasil wawancara dengan
staf penanggung jawab hutan lindung di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang.
“kalau saya liat selama ini kemampuan masyarakat dalam
berpartisipasi itu sangat bagus karena mereka sudah mampu
mengelola hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang secara efektif”. (wawancara IY 21 Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat di uraikan bahwa
kemampuan masyarakat dalam berpartisipasi sangat bagus karena
masyarakat mampu mengelolah hutan lindung di Kecamatan Cendana
63
Kabupaten Enrekang secara efektif dan mereka juga tidak ingin
membiarkan hutan menjadi rusak.
Berikut hasil wawancara dengan Camat Cendana yang berhasil
penulis wawancarai:
“Dalam hal kemampuan masyarakat Kecamatan Cendana untuk
berpartisipasi tidak bisa di ragukan lagi karena mereka sudah di
berikan penyuluhan dan pelatihan oleh pemerintah dan masyarakat
mampu dan siap untuk menjalankannya” (wawancara YR 21
Januari 2015).
Hasil wawancara diatas dapat di uraikan bahwa setelah di berikan
penyuluhan dan pelatihan masyarakat sudah tau bagaimana
berpartisipasi dengan baik meraka mampu melakukannya demi
menjaga hutan lindung yang mereka kelolah selama ini.
Berikut hasil wawancara dengan masyarakat di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang.
“Saya sebagai masyarakat di Kecamatan Cendana sangat mampu
dan siap untuk ikut berpartisipasi menjaga hutan dan dengan
adanya penyuluhan dan pelatihan dari pemerintah kami sudah tau
apa yang harus kami lakukan”. (wawancara HS 24 Januari 2015).
Senada dengan pernyataan di atas, berikut hasil wawancara dengan
AD yang juga masyarakat di Kecamatan Cendana.
“pada saat di adakan penyuluhan dan pelatihan kami di tanya oleh
pemerintah pakah masyarakat mampu untuk berpartisipasi kami
dari masyarakat menjawab kami siap dan kapanpun kami di
perlukan masyarakat siap membantu demi menjaga hutan lindung
yang ada di Kecamatan Cendana”.(wawancara AD 25 Januari
2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan HS dan AD dapat di
simpulkan bahwa kemampuan masyarakat dalam berpartisipasi sangat
64
antusias karena melalui partisipasilah masyarakat bisa terlibat
langsung untuk menjaga hutan lindung dari tangan-tangan yang ingin
merusak hutan masyarakat juga bersyukur dengan adanya penyuluhan
dan pelatihan yang di lakukan oleh pihak pemerintah.
Pernyataan yang tak jauh berbeda di kemukakan oleh BN yang
juga merupakan masyarakat di Kecamatan Cendana.
“kemampuan yang kami miliki dalam berpartisipasi sangat di
butuhkan oleh pemerintah karena mereka sangat terbantu dalam
menjalankan tugasnya yaitu melindungi hutan dari orang-oarang
yang akan merusak hutan”.(wawancara BN 27 Januari 2015).
Berikut hasil wawancara dari IG yang juga masyarakat di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“saya dari masyarakat dalam hal berpartisipasi kemampuan yang
kami miliki akan di pergunakan dengan sebaik mungkin untuk
menjaga hutan lindung di Kecamatan Cendana agar tidak di rusak
oleh orang yang tidak bertanggung jawab”.(Wawancara IG 1
Februari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan IN yang merupakan masyarakat di
sekitar hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“memang dengan adanya penyuluhan dan pelatihan dari
pemerintah bisa menambah kemampuan kami dalam berpartisipasi
dalam menjaga dan melindungi hutan lindung dari kerusakan
akibat penebangan liar”.(Wawancara IN 7 februari 2015).
Senada dengan pernyataan di atas, berikut hasil wawancara dengan
AN yang juga masyarakat di Kecamatan Cendana.
“sebenarnya kemampuan yang kami miliki tidak lepas dari campur
tangan dari pemerintah yang selalu memberikan kami motipasi
untuk lebih meningkatkan partisipasi kami dalam melindungi
hutan”.(Wawancara AN 6 februari 2015).
65
Hasil wawancara dengan BN, IG , IN dan AN dapat di uraikan
bahwa kemampuan yang di miliki masyarakat tidak lepas dari campur
tangan pemerintah melalui penyuluhan dan pelatihan yanga selalu
memberikan pengetahuaan kepada masyarakat bahwa pentingnya
berpartisipasi dalam menjaga hutan dan kemapuan yang masyarakat
miliki akan di pergunakan sebaik mungkin untuk menjaga hutan
lindung yang ada di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dari
manusia-manusia yang tidak bertanggung jawap.
c. Adanya Kesempatan
Adanya kesempatan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam penertipan pembalakan liar
merupakan faktor yang mendukung masyarakat untuk ikut serta
berpartisipasi dalam penertipan pembalakan liar di kawasan hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang. Untuk lebih jelas
dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:
“kami senantiasa memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk turut serta berpartisipasi dalam penertipan pembalakan liar
sebab tanpa adanya dukungan dari masyarakat sekitar maka
pembalakan liar tidak akan bisa di tangani dan di hentikan”.
(wawancara MS 16 Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa
pemerintah selalu memberikan kesempatan kepada masyrakat untuk
turut berpartisipasi dalam penertipan pembalakan liar di kawasan hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
66
Hal senada juga di kemukakan oleh camat Cendana, berikut hasil
wawancaranya:
“Saya selaku Camat di Kecamatan Cendana selalu memberi
kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
menertibkan penebangan liar di kawasan hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dan saya selalu
mendukung masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
melindungi hutan”. (wawancara YR 21 Januari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan staf penanggung jawab hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang:
“kami juga selaku staf penanggung jawap hutan lindung di
Kecamatan Cendana tidak perna membatasi masyarakat dalam
berpartisipasi dan kami selalu memberikan kesempatan kepada
masyarakat ikut berpartisipasi dalam menertibkan penebangan liar
di kawasan hutan lindung di Kecamatan Cendana ”(wawancara IY
21 Januari 2015).
Berdasarkan wawancara dengan YR dan IY dapat disimpulkan
bahwa pemerintah selalu mendukung masyarakat yang igin
berpartisipasi dalam penertiban penebangan liar di kawasan hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dan selalau
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat langsung
menjaga hutan pemerintah pun tidak perna membatasi masyarakat
untuk berpartisipasi dari pihak pemerintah pun merasa terbantu
dengan ikut sertanya masyarakat.
Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar Hutan Lindung di
Kecamaran Cendana Kabupaten Enrekang.
“saya sangat senang karena kami sering di berih kesempatan oleh
pemerintah untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga hutan dan
pemerintah sangat mendukung apapun yang kami lakukan dalam
menertibkan penebangan liar di kawasan hutan lindung di
67
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang”.(wawancara HS 24
januari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan AD yang merupakan masyarakat
di Kecamatan Cendana.
“kesempatan yang diberikan pemerintah kepada kami dalam
berpartisipasi kami manfaatkan sebaik mungkin karena kesempatan
itu tidak akan datang ke dua kalinya jadi harus di lakukan dengan
sebaik mungkin agar pemerintah bisa senang dan tidak sia-sia
merikan kesempatan ”.(wawancara AD 25 Januari 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan HS dan AD dapat di
simpulkan sebagai brikut bahwa masyarakat sangat senang ketika di
kesempatan oleh pemerintah untuk ikut berpartisipasi dalam
penertiban penebangan liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang dan masyarakat akan memanfaatkan
sebaik mungkin kesempatan yang di berikan pemerintah dalam hal
partisipasi.
Senada dengan hasil wawancara diatas, berikut hasil wawancara
dengan BN yang juga masyarakat di Kecamatan Cendana.
“pada saat itu kami diberikan kesempatan oleh pemerintah untuk
ikut serta menjaga hutan, Dan kami juga waktu itu sama-sama
dengan Dinas Kehutan menanam pohon untuk melestarikan pohon
itulah yang kami lakukan untuk memelihara hutan”.(wawancara
BN 27 januari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan IG yang juga merupakan warga di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“kesempatan yang pemerintah brikan kepada kami merupakan
amanah yang harus kami jalankan sebaik mungkin dan tidak akan
mengecewakan pihak pemerintah kesempatan untuk berpartisipasi
dalam menjaga hutan lindung sangatlah bagus”.(wawancara IG 1
Februari 2015).
68
Hasil wawancara dengan BN dan IG dapat uraikan bahwa
masyarakat harus menjalankan partisipasi dengan baik karena telah di
berikan kesempatan oleh pemerintah untuk melindungi hutan melalui
pertisipasi dan pemerintah sangat mendukung apa yang di lakukan
masyarakat dalam hal positif dan tidak pernah sekali pun pemerintah
membatasi masyarakat untuk berpartisipasi.
Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar Hutan Lindung di
Kecamaran Cendana Kabupaten Enrekang.
“saya sangat senang karena pemerintah memberikan kesempatan
kepada kami untuk ikut berpartisipasi maka dari itu kami harus
mengeluarkan semua kemampuan yang kami miliki dalam
berpartisipasi inilah betuk dukungan kami untuk menjaga hutan
lindung yang ada di Kecamaran Cendana Kabupaten
Enrekang”.(wawancara AN 6 Februari 2015).
Hal senada juga dikemukakan oleh IN yang juga warga di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“pemerintah senantiasa memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam penertibkan penebangan liar
di kawasan hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang karena pemerintah berfikir kalau bukan masyarakat
sekitar yang membantu siapa lgi yang di harapkan”(wawancara IN
7 Februari 2015).
Sedangkan dari hasil wawancara dengan AN dan IN dapat di
uraikan bahwa masyarakat sangat senang karena di beri kesempatan
untuk berpartisipasi dan masyarakat akan mengeluarkan semua
kemampuan yang mereka miliki merupakan bentuk dukungan dalam
partisipasi penertiban penebangan liar di kawasan hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang pemerintah berfikir kalau
69
bukan masyarakat sekitar yang membantu siapa lagi yang bisa di
harapkan menghentikan penebangan liar.
2. Faktor Penghambat
Selain faktor yang mendukung partisipasi masyarakat dalam
penertipan pembalakan liar, terdapat juga faktor yang menghambat
partisipasi masyarakat dalam penertipan pembalakan liar di kawasan
hutan lindung di Kecamatan Cendan Kabupaten Enrekang.
Adapun faktor yang menghambat partisipasi masyarakat dalam
penertipan pembalakan liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan
Cendan Kabupaten Enrekang yakni kurangnya sarana dan prasarana
yang tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat disimak dari hasil wawancara
berikut:
Untuk lebih jelas mengetahui persediaan sarana dan prasarana yang
disediakan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan Kabupaten
Enrekang dapat disimak dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Untuk persediaan sarana dan prasarana berupa alat teknologi
memang belum ada, namun kami memiliki staf penanggungjawab
yang berkantor di Kecamatan Cendana untuk memudahkan
masyarakat berkordinasi dengan Dinas Kehutanan apabila mereka
mendapati adanya pembalakan liar dan sebagainya yang berakibat
kerusakan hutan lindung”. (wawancara MS 16 Januari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan staf penanggungjawab hutan
lindung di Kecamatan Cendana:
“Penyediaan alat komunikasi untuk memudahkan masyarakat
melakukan kordinasi dengan kami memanng belum ada namun
masyarakat bisa langsung datang ke kantor untuk melaporkan
apabila mereka menemukan pelanggaran dikawasan hutan lindung
70
misalnya pembalakan liar dan lain-lain”. (wawancara IY 21 Januari
2015).
Hal senada juga di kemukakan oleh camat Cendana, berikut hasil
wawancaranya
“sarana dan prasarana memang menjadi kendala kami selaku
pemerintah tetapi kani dari pihak pemerintah akan berusaha untuk
menyediakan alat teknologi agar bisa memudahkan masyarakat yang
igin melapor ketika ada yang melakukan penebangan liar di kawasan
hutan lindung” (wawancara YR 21 Januari 2015).
Wawancara mengenai penyediaan sarana dan prasarana dengan
MS, YR dan IY dapat di simpulkan bahwa penyediaan sarana dan
prasarana berupa alat teknologi untuk memudahkan masyrakat dan
pemerintah berkoordinasi belum ada.
Berikut hasil wawancara dengan masyarak di sekitar Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang.
“untuk penyediaan alat komunikasi warga dengan penjaga hutan
itu sangat perlu agar kami mudah berkomunikasi apa bila kami
mendapati ada penebang liar di dalam hutan, tapi sampai sekarang
memang belum ada”. (wawancara HS 24 Januari 2015).
Hal senada juga di kemukakan oleh AD yang juga warga di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“alat teknologi untuk memudahkan kami berkomunikasih dengan
penjaga hutan memang belum tersedi, jadi apa bila kami mendapat
pelanggaran di hutan maka kami melaporkan langsung di kantor
atau di rumahnya”. (wawancara AD 25 Januari 2015).
Untuk memperjelas wawancara diatas dapat di simak hasil
wawancara dengan masyarakat di Kecamatan Cendana sebagai berikut:
“penyediaan sarana dan prasarana berupa alat teknologi untuk
memudahkan kami berkomunikasi dengan penjaga hutan apa bila
71
kami mendapati penebang liar di hutan memang belum
ada”.(wawancara BN 27 Januari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan IG yang juga merupakan warga di
sekitar Hutan Lindung Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
“kalau ada warga yang mau lapor ke penjaga hutan, langsung ji
kekantor atau kerumahnya karena belum ada alat yang di sedikan
sama pemerintah”. (wawancara IG 1 Februari 2015).
Berikut hasil wawancara dengan AN yang juga merupakan warga
di sekitar Hutan Lindung Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
“yang menjadi kendala kami sekarang ialah sarana dan prasarana
ketika kami ingi melapaor sangat susah karena tidak adanya alat
komunikasi yang bisa kami hubungi ketika kami ingi melapor”.
(wawancara AN 6 Februari 2015)
Hal senada juga dikemukakan oleh IN yang juga warga di sekitar
hutan lindung Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.
“langsung ji ki melapor sama penjaga hutandi kantor atau kalau
tidak adai di kantor di rumahnya ki melapor, karena tidak ada alat
yang di sediakan sama pemerintah” (wawancara IN 7 Februari
2015).
Dari wawancara dengan beberapa masyarakat di Kecamatan
Cendan dapat di simpulkan bahwa penyediaan sarana dan prasarana
berupa alat teknologi oleh pemerintah memang belum ada.
Berdasarkan hasil wawancara dengan MS, IY, AD, BD, IG dan IN
dapat diuraikan bahwa pemerintah dalam penyedian sarana dan
prasarana belum maksimal dimana pemerintah belum dapat
menyediakan teknologi berupa alat komunikasi untuk memudahkan
masyarakat dalam berkordinasi dengan Dinas Kehutanan sehingga
masyrakat apabila ingin melaporkan terjadinya pelanggaran maka
72
mereka harus melaporkan secara langsung baik di kantor atau di
kediaman sang penjaga hutan di Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang.
73
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah di paparkan pada
bab sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan sesuai dengan
permasalahan yang diteliti yaitu partisipasi masyarakat dalam penertiban
penebangan liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang sebagai berikut:
1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam penertiban penebangan liar di
kawasan hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
yakni dengan turut serta melakukan penanggulangan, pemeliharaan
dan melakukan pengawasan terhadap pembalak liar masih harus di
tingkatkan dan harus di berikan sangsi yang seberat beratnya apabila
ada yang melakukan penebangan liar.
2. Faktor yang mendukung partisipasi masyarakat yakni : adanya
kemaun, adanya kemampuan serta adanya kesempatan, sedangkan
faktor yang menghambat partisipasi masyarakat yaitu kurangnya
sarana dan prasarana yang memadai.
B. SARAN
Berdasarkan dari kesimpulan yang penulis uraikan diatas maka
dapat direkomendasikan saran-saran sebagai berikur:
1. Diharapkan kepada pemerintah daerah Kabupaten Enrekang dalam hal
ini Dinas Kehutanan untuk tegas melakukan penindakan dan
74
pengawasan hukum agar para pembalak liar jera dan tidak mengulangi
lagi perbuatannya.
2. Diharapkan Dinas Kehutanan Kabupaten Enrekang untuk
menyediakan Sumber daya, Sarana dan Prasarana yang menunjang
dalam penegakan dan pengawasan hukum, agar kinerja kerjanya bisa
berjalan dengan maksimal.
3. Diharapkan kepada masyarakat Enrekang umumnya dan Masyarakat
Di Kecamatan Cendana Khususnya untuk senantiasa menjaga,
mengawasi dan melindungi hutan lindung agar hutan tetap lestari demi
kelangsungan hidup yang baik.
75
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996. Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian
Alam, Taman Buru dan Hutan Lindung. Jakarta
Arnstein. 1971. Jurnal Internasional
Cohen, Uphoff. 1977. Jenis partisipasi
Direktorat Jenderal Kehutanan. 1972. Surat Keputusan Direktur Jenderal
Kehutanan No. 35/Kpts/DD/1972. tentang Tebang Pilih Indonesia, Tebang Habis
dengan Permudaan Alam, Tebang Habis dengan Permudaan Buatan dan Pedoman
Pengawasannya, Direktorat Jenderal
Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 2000. Buku pintar Penyuluha Kehutanan
dan Perkebunan. Edisi kedua kumpulan informasi kehutanan.
Emili Salim. 1993. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Pustaka
LP3s Indonesia
Keraf, A Sonny. 2006. Etika lingkungan. Jakarta
Manik, S. 2003. Pengelolaan lingkungan hidup. Jakarta
Sastro Poetro, R. 1988. Partisipasi komunikasi persuasi dan disiplin dalam
pembangunan nasional. Jakarta
Schimdt, L. 20002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis Dan
Subtropis 2000. Jakarta: PT Gramedia
Simon, Hasanu. 2007. Statistik Untuk Kehutanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Simon, Hasanu. 2008. Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
76
Soetrisno. 1981. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta
Suwanto. 1983. Pengertian partisipasi
Widyastuti, SM, dkk. 2005. Patologi Hutan. Yogyakarta: Gadja Mada University
Winarno. 2012. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Wonosobo No. 22 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Berbasis Masyarakat (PSDHBM).
Yusuf, Abdul Muis. Makarao, Mohammad Taufik. 2011. Hukum Kehutanan Di
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah daerah
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 Tentang pembagian urusan pemerintah
Antara pemerintah, Pemerintah Provensi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
77
Lampiran 1
Daftar Informan
NO NAMA INISIAL PEKERJAAN
1 Mursalim, MP MS Kepala dinas kehutanan
Kab. Enrekang
2 Iswahyudi IY Staf penangung jawap hutan
lindung di Kec. Cendana
3 Yunus rajuddin, M.Si YR Camat Kec. Cendana
4 Ardi AD Masyarakat
5 Burhan BN Masyarakat
6 Irfin IN Masyarakat
7 Iming IG Masyarakat
8 Hasan HS Masyarakat
9 Acin AN Masyarakat
79
Lampiran 3
TRANSKRIP WAWANCARA
1. Nama : Mursalim, MP
Umur : 47 tahun
Pekerjaan : pegawai
Tugas : Dinas kehutanan
Tanggal Wawancara : 16 Januari 2015
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Menurut bapak selaku
Kepala Dinas kehutanan
Bagaimana bentuk
penanggulangan yang di
lakukan masyarakat
selama ini dalam
penertiban penebangan
liar di kawasan hutan
lindung di Kecamatan
Cendana Kababupaten
Enrekang
Kalau bapak lihat selama ini Partisipasi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat, yakni
dengan masyarakat melakukan
penanggulangan, ada pun bentuk
penanggulangan yang dilakukan oleh
masyarakat yakni dengan tidak membiarkan
masyarakat ataupun pihak luar untuk keluar
masuk hutan sembarangan
2 Menurut bapak
Bagaimana cara
pemeliharaan yang di
lakukan masyrakat
selama ini untuk
mencegah terjadinya
penebangan liar di
kawasan hutan lindung
di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang
Yang bapak selama ini adapun cara yang
dilakukan masyarakat dalam pemeliharaan
yakni dengan rutin melakukan penanaman
pohon dan Penebangan kayu di hutan
dilaksanakan dengan terencana dengan sistem
tebang pilih. Artinya, pohon yang ditebang
adalah pohon yang sudah tua dengan ukuran
tertentu yang telah ditentukan, dengan cara
penebangan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak pohon-pohon muda di sekitarnya
3 Menurut Bapak
Bagaimana bentuk
pengawsan yang
masyarakat lakukan
untuk penertiban
penebangan liar di
kawasan hutan lindung
Begini nak Untuk bentuk Pengawasan yang
dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah
penebangan liar di hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
yakni dengan senantiasa turut serta berpatroli
dengan staff penanggung jawab hutan
lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten
80
di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang
Enrekang dan apa bila mendapati pembalakan
liar mereka akan segera melaporkannya
2. Nama : Iswahyudi
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : pegawai
Tugas : Staf penanggung jawap hutan lindung
Tanggal Wawancara : 21 Januari 2015
No PERTANYAAN JAWABAN
1 Bapak kan selaku Staf
penanggujawap hutan lindung
di Kecamatan cendana
bagaimana bentuk
penaggulangan yang di
lakukan masyarakat selama ini
untuk penetiban penebangan
liar di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang
kalau saya liat selama ini bentuk
penanggulangan yang di lakukan
masyarakat yaitu masyarakat tidak
membiarkan seseorang melakukan
penebangan pohon sembarangan karna
akan merusak hutan seperti tanah longsor
dan pasti akan merugikan kita saya
sebagai pemerintah sangat mendukung
apa yang di lakukan masyarakat
2 Yang bapak lihat selama ini
bagaimana cara pemeliharaan
yang di lakukan masyarakat
untuk mencegah terjadinya
penebangan liar di kawasan
hutan lindung di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang
Adapun cara yang dilakukan oleh
masyarakat dalam pemeliharaan untuk
mencegah pembalakan liar yakni dengan
tidak sembarangan menebang pohon,
hanya pohon yang sudah tua dengan
ukuran tertentu yang boleh di tebang dan
rutin menenam pohon
3 Bagaimana bentuk pengawasan
yang masyarakat lakukan
untuk penertiban penebangan
liar di kawasan hutan lindung
di Kecamatan Cendana
Kabupaten Enrekang
adapun bentuk pengawasan yang
dilakukan oleh masyrakat yakni dengan
ikut terjun langsung bersama kami
melakukan partoli di dalam hutan dan
apa bila mereka mendapati pelanggaran
di hutan mereka segara melaporkan
kepada kami untuk kami tindaki lebih
lanjut
81
3. Nama : Yunus rajuddin, M.Si
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : pegawai
Tugas : Camat Cendana
Tanggal Wawancara : 21 Januari 2015
No PERTANYAAN JAWABAN
1 Bapak selaku Camat di
kecamatan cendana Bagaimana
bentuk penaggulangan yang di
lakukan masyarakat selama ini
dalam Penertipan Penebangan
Liar Di Kawasan Hutan
Lindung Di Kec. Cendana Kab.
Enrekang
Untuk penaggulangan penebangan liar
ada beberapa hal yang dilakukan
masyarakat sala satunya ialah
masyarakat terjun lansung ke
lapangan untuk mencegah apabila ada
yang melakukan penebangan liar jika
dibiarkan akan merusak hutan dan
kami selaku pemerintah sangat
terbantu dengan adanya partisipasi
masyarakat dalam penaggulangan
penebangan liar
2 Bagaimana cara pemeliharaan
yang di lakukan masyarakat
selama ini untuk mencegah
terjadinya Penebangan Liar Di
Kawasan Hutan Lindung Di
Kec. Cendana Kab. Enrekang
Untuk pemeliharaan yang dilakukan
oleh masyarakat sekitar yakni dengan
tidak menebang pohon sembarangan
hanya pohon yang sudah tua dan besar
yang bisa di tebang dan setelah di
tebang masyarakat menanan kembali
pohon untuk menggantikan pohon
yang sudah di tebang
3 Bagaimana bentuk pengawasan
yang masyarakat lakukan
untuk penertiban penebangan
liar di Kawasan Hutan Lindung
Di Kec. Cendana Kab.
Enrekang
untuk pengawasan yang dilakukan
oleh masyarakat di sekitar Kecamatan
Cendana yakni dengan melakukan
patroli langsung bersama staff
penanggung jawab hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten
Enrekang dan melaporkan apa bila
mendapati pelanggaran
82
4. Nama : Ardi
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : petani
Tanggal Wawancara : 25 Januari 2015
No PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana bentuk
penanaggulangan yang saudara
lakukan untuk Penertipan
Penebangan Liar Di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
Kami telah tau apabila hutan ini rusak
maka akan terjadi longsong dan
kekeringan, namun selain dampak itu kami
pun juga telah ikut berpartisipasi dalam
bentuk penaggulangan hal yang kami
lakukan ialah kami tidak membiarkan
seseorang menebang pohon sembarangan
karena akan merusak hutan
2 Bagaimana cara pemeliharaan
yang saudara lakukan untuk
mencegah terjadinya
Penebangan Liar Di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
kami selaku masyarakat Kecamatan
Cendana sangat antusias dalam
pemeliharaan hutan karnah kami sendiri
yang akan merasakan hasil dari
pemeliharaan cara kami memelihara hutan
adalah sistem tebang pilih
3 Bagaimana bentuk pengawasan
yang saudara lakukan untuk
penertiban pembalak liar di
Kawasan Hutan Lindung Di
Kec. Cendana Kab. Enrekang
kami sebagai warga Kecamatan Cendana
sangat senang apabila kami di ajak terjun
langsung untuk mengawasi hutan lindung
dari orang orang yang akan melakukan
penebangan secara liar dan melaporkan
jika ada yang melakukan penebangan liar
kepada pihak yang berwajip yaitu Dinas
Kehutanan Kabupaten Enrekang
5. Nama : Burhan
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : petani
Tanggal Wawancara : 27 Januari 2015
83
No PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana bentuk
penanaggulangan yang saudara
lakukan untuk Penertipan
Penebangan Liar Di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
Bentuk penaggulangan yang kami lakukan
kami mencegah apabila ada orang
melakukan penebangan liar secara
sembarangan karena akan berdampak pada
hutan seperti tanah longsor dan kami
sendiri yang akan merasakan sendiri
akibatnya
2 Bagaimana cara pemeliharaan
yang saudara lakukan untuk
mencegah terjadinya
Penebangan Liar Di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
pada saat itu kami diberi tau pemerintah
untuk ikut serta menjaga hutan, Dan kami
juga waktu itu sama-sama dengan Dinas
Kehutan menanam pohon untuk
melestarikan hutan itulah yang kami
lakukan untuk memelihara hutan
3 Bagaimana bentuk pengawasan
yang saudara lakukan untuk
penertiban pembalak liar di
Kawasan Hutan Lindung Di
Kec. Cendana Kab. Enrekang
Bentuk pengawasan yang kami lakukan
selama ini ialah ikut berpatroli dengan staf
penanggujawap hutan lindung di
Kecamatan Cendana jika kami mendapati
seseorang yang melakukan penebangan
liar tan memiliki surat izin maka langsung
kami laporkan
6. Nama : Irfin
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : petani
Tanggal Wawancara : 7 Februari 2015
No PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana bentuk
penanaggulangan yang saudara
lakukan untuk Penertipan
Penebangan Liar Di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
Untuk menanggulangi penebangan liar ada
beberapa bentuk yang kami lakukan sala
satunya ialah kami mengusir apabila ada
seseoran yang melakukan penebangan
pohon sembarangan tanpa izin
84
2 Bagaimana cara pemeliharaan
yang saudara lakukan untuk
mencegah terjadinya
Penebangan Liar Di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
itu hari waktu ada penyuluhan yang na
bikin pemerintah di suruh ki untuk ikut
sama-sama menanam pohon pohon yang
baru agar hutan menjadi melestarikan,
saya setuju itu karena kalau hutan ini rusak
kita ji juga yang susah
3 Bagaimana bentuk pengawasan
yang saudara lakukan untuk
penertiban pembalak liar di
Kawasan Hutan Lindung Di
Kec. Cendana Kab. Enrekang
langsung ji ki melapor sama polisi hutan
kalau kami dapatkan seseorang yang
melakukan penebangan liar di kawasan
hutan lindung di Kecamatan cendana
Kabupaten Enrekang ini bentuk
pangawasan yang kami lakukan selama ini
7. Nama : Iming
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : petani
Tanggal Wawancara : 1 Februari 2015
No PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana bentuk
penanaggulangan yang
saudara lakukan untuk
Penertipan Penebangan Liar
Di Kawasan Hutan Lindung
Di Kec. Cendana Kab.
Enrekang
Selama ini yang kami lakukan dalam
penaggulangan penebangan liar yaitu
kami tdak mengizinkan seseoran keluar
masuk di kawasan hutan lindung secara
sembarangan
2 Bagaimana cara
pemeliharaan yang saudara
lakukan untuk mencegah
terjadinya Penebangan Liar
Di Kawasan Hutan Lindung
Di Kec. Cendana Kab.
Enrekang
pernah mi memang itu hari, pemerintah
adakan penyuluhan dan pelatihan
tentang bagaimana supaya hutan kita ini
tetap baik, sama kita juga di suruh untuk
ikut serta memelihara huta dan kita juga
sama-sama pergi tanam pohon di Sekitar
Hutan
85
3 Bagaimana bentuk
pengawasan yang saudara
lakukan untuk penertiban
pembalak liar di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
yang sering kami lakukan dalam
pengawasan hutan lindung yaitu lansung
ji melaporkan apabila kami mendengar
ada yang melakukan penenebangan liar
di kawasan hutan lindung di Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang biar
Dinas kehutanan yang proses ki
8. Nama : Hasan
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : petani
Tanggal Wawancara : 24 Februari 2015
No PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana bentuk
penanaggulangan yang
saudara lakukan untuk
Penertipan Penebangan Liar
Di Kawasan Hutan Lindung
Di Kec. Cendana Kab.
Enrekang
Saya sebagai warga Kecamatan cendana
sangat senang berpartisipasi bentuk
partisipasi yang di lakukan yakni
penaggulangan bentuk penaggulangan
yang kami lakukan selama ini ialah kami
tidak membiarkan satupun orang masuk
di hutan tanpa surat izin dari kehutanan
2 Bagaimana cara
pemeliharaan yang saudara
lakukan untuk mencegah
terjadinya Penebangan Liar
Di Kawasan Hutan Lindung
Di Kec. Cendana Kab.
Enrekang
pemeliharaan yang kami lakukan selama
ini ada beberapa cara sala satunya ialah
penanaman kembali pohon pohon yang
baru dan menebang pohon yang sudah
tua agar hutan bisa lebat kembali
3 Bagaimana bentuk
pengawasan yang saudara
lakukan untuk penertiban
pembalak liar di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
untuk bentuk pengawasan yang kami
lakukan ialah kami sering di ajak oleh
staf penanggung jawab di Kecamatan
Cendana untuk melihat apakah ada yang
melakukan penebangan pohon
sembrangan jika ternyata ada yang
melakukan maka kami segara
melaporkan kepada Dinas Kehutanan
Kabupaten Enrekang agar di tindak
lanjuti
86
9. Nama : Acin
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : petani
Tanggal Wawancara : 6 Februari 2015
No PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana bentuk
penanaggulangan yang
saudara lakukan untuk
Penertipan Penebangan Liar
Di Kawasan Hutan Lindung
Di Kec. Cendana Kab.
Enrekang
Kami selaku warga Kecamatan
Cendana sangat antusias menjaga dan
melindungi hutan hal yang kami
lakukan dalam penanggulangan
penebangan liar di kawasan hutan
lindung ialah terjun langsung ke
lapangan untuk mencegah penebangan
liar
2 Bagaimana cara pemeliharaan
yang saudara lakukan untuk
mencegah terjadinya
Penebangan Liar Di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
saya selaku masyaraka Kecamatan
cendana sangat mendukung program
yang pemerintah usulkan kepada kami
yaitu pemeliharaan hutan dengan cara
penanaman bibit kayu yang baru atau
pohon pohon yang baru dan mengganti
pohon pohon yang susah tua kami
selaku masyarakat sudah
,melaksanakannya
3 Bagaimana bentuk
pengawasan yang saudara
lakukan untuk penertiban
pembalak liar di Kawasan
Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang
kami memang lansung melaporkan
kepada pihak yang berwajip apabila
kami mendapati seseorang yang
melakukan penebangan liar di kawasan
hutan lindung di Kecamatan cendana
Kabupaten Enrekang biar Dinas
Kehutanan yang proses ki lebih lanjut
87
Lampiran 4
MATRIKS WAWANCARA
NO INFORMAN KESIMPULAN
1. MS Partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat setempat,
yakni dengan masyarakat melakukan penanggulangan, ada
pun bentuk penanggulangan yang dilakukan oleh
masyarakat yakni dengan tidak membiarkan masyarakat
ataupun pihak luar untuk keluar masuk hutan sembarangan
dan dalam bentuk pemeliharaan yakni dengan rutin
melakukan penanaman pohon dan Penebangan kayu di
hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem tebang
pilih sedankan dalam bentuk pengawasan dengan
senantiasa turut serta berpatroli dengan staff penanggung
jawab hutan lindung di Kecamatan Cendana Kabupaten
2. IY Bentuk partisipasi bentuk penanggulangan yang di lakukan
masyarakat yaitu masyarakat tidak membiarkan seseorang
melakukan penebangan pohon sembarangan karna akan
merusak hutan seperti tanah longsor dalam pemeliharaan
untuk mencegah pembalakan liar yakni dengan tidak
sembarangan menebang pohon, hanya pohon yang sudah
tua dengan ukuran tertentu sedangkan untuk pengawasan
adapun bentuk pengawasan yang dilakukan oleh masyrakat
yakni dengan ikut terjun langsung bersama kami
melakukan partoli di dalam hutan
3. YR Dengan adnya partisipasi masyarakat dalam bentuk
penaggulangan penebangan liar ada beberapa hal yang
dilakukan masyarakat sala satunya ialah masyarakat terjun
lansung ke lapangan untuk mencegah apabila ada yang
melakukan penebangan liar, pemeliharaan yang di lakukan
masyarakat dengan cara tidak menebang pohon
sembarangan hanya pohon yang sudah tua dan besar yang
bisa di tebang dan setelah di tebang masyarakat menanan
kembali pohon untuk menggantikan pohon yang sudah di
tebang dan dalam pengawasan hal yang di lakukan
masyarakat yakni dengan melakukan patroli langsung
88
4. AD Dalam partisipasi masyarakat ada beberapa bentuk yang
dilakukan yaitu bentuk penaggulangan hal yang kami
lakukan ialah kami tidak membiarkan seseorang menebang
pohon sembarangan karena akan merusak hutan adadalam
bentuk pemeliharaan masyarakat sangat antusias dalam
pemeliharaan hutan karnah kami sendiri yang akan
merasakan hasil dari pemeliharaan cara kami memelihara
hutan adalah sistem tebang pilih sedangkan dalam bentuk
pengawasan yang kami lakukan terjun langsung untuk
mengawasi hutan lindung dari orang orang yang akan
melakukan penebangan secara liar dan melaporkan jika ada
yang melakukan penebangan liar
5. BN Partisipasi masyarakat dalam Bentuk penaggulangan yang
kami lakukan kami mencegah apabila ada orang
melakukan penebangan liar secara sembarangan untuk
pemeliharaan yang kami lakukan kami juga waktu itu
sama-sama dengan Dinas Kehutan menanam pohon untuk
melestarikan hutan itulah yang kami lakukan untuk
memelihara hutan sedangkan dalam bentuk pengawasan
ialah ikut berpatroli dengan staf penanggujawap hutan
lindung di Kecamatan Cendana jika kami mendapati
seseorang yang melakukan penebangan liar tan memiliki
surat izin maka langsung kami laporkan
6. IN Untuk menanggulangi penebangan liar ada beberapa
bentuk yang kami lakukan sala satunya ialah kami
mengusir apabila ada seseoran yang melakukan
penebangan pohon sembarangan tanpa izin dalam hal
pemeliharaan yang kami lakukan sama-sama menanam
pohon pohon yang baru agar hutan menjadi melestarikan
sedangkan dalam pengawasan yang kami lakukan langsung
ji ki melapor sama polisi hutan kalau kami dapatkan
seseorang yang melakukan penebangan liar di kawasan
hutan lindung di Kecamatan cendana
7. IG Selama ini yang kami lakukan dalam penaggulangan
penebangan liar yaitu kami tdak mengizinkan seseoran
keluar masuk di kawasan hutan lindung secara
sembarangan dalam pemeliharaan yang kami lakukan kita
di suruhuntuk bersama-sama pergi tanam pohon di Sekitar
Hutan agar tidak terrjadi tanah longsor sedangkan
89
partisipasi dalam bentuk pengawasan hutan lindung yaitu
lansung ji melaporkan apabila kami mendengar ada yang
melakukan penenebangan liar di kawasan hutan lindung di
Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang biar Dinas
kehutanan yang proses ki
8 HS partisipasi yang di lakukan yakni penaggulangan bentuk
penaggulangan yang kami lakukan selama ini ialah kami
tidak membiarkan satupun orang masuk di hutan tanpa
surat izin dari kehutanan dan bentuk pemeliharaan yang
kami lakukan pemeliharaan yang kami lakukan selama ini
ada beberapa cara sala satunya ialah penanaman kembali
pohon pohon yang baru dan menebang pohon yang sudah
tua agar hutan bisa lebat kembali sedangkan dalam bentuk
pengawasan jika masyarakat melihat ada seseoran yang
melakukan penebangan liar maka masyarakat akan melapor
kepada pihak yang berwenag
9 AN Kami sangat antusias menjaga dan melindungi hutan hal
yang kami lakukan dalam penanggulangan penebangan liar
di kawasan hutan lindung ialah terjun langsung ke
lapangan untuk mencegah penebangan liar dalam
pemeliharaan yang selama ini di lakukan pemeliharaan
hutan dengan cara penanaman bibit kayu yang baru atau
pohon pohon yang baru dan mengganti pohon pohon yang
susah tua sedangkan dalam bentuk pengawasan yang di
lakukan melaporkan kepada pihak yang berwajip apabila
kami mendapati seseorang yang melakukan penebangan
liar di kawasan hutan lindung di Kecamatan cendana
Kabupaten Enrekang biar Dinas Kehutanan yang proses ki
lebih lanjut
78
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
1. Wawancara dengan pemerintah
a. Bagaimana bentuk penaggulangan yang di lakukan masyarakat
selama ini dalam Penertipan Penebangan Liar Di Kawasan Hutan
Lindung Di Kec. Cendana Kab. Enrekang..?
b. Bagaimana cara pemeliharaan yang di lakukan masyarakat selama
ini untuk mencegah terjadinya Penebangan Liar Di Kawasan Hutan
Lindung Di Kec. Cendana Kab. Enrekang..?
c. Bagaimana bentuk pengawasan yang masyarakat lakukan untuk
penertiban penebangan liar di Kawasan Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang..?
2. Wawancara dengan Masyarakat
a. Bagaimana bentuk penanaggulangan yang saudara lakukan untuk
Penertipan Penebangan Liar Di Kawasan Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang..?
b. Bagaimana cara pemeliharaan yang saudara lakukan untuk
mencegah terjadinya Penebangan Liar Di Kawasan Hutan Lindung
Di Kec. Cendana Kab. Enrekang..?
c. Bagaimana bentuk pengawasan yang saudara lakukan untuk
penertiban pembalak liar di Kawasan Hutan Lindung Di Kec.
Cendana Kab. Enrekang..?