Post on 09-Oct-2015
description
ETIKA PENGGUNAAN INTERNET DAN MEDIA JEJARING SOSIAL
DI KALANGAN CALON PEGAWAI MUDA BANK INDONESIA
Disusun oleh:
Agitha Suci Rachmawardani H-5411
Ahmad Sandy Adriansyah H-5413
Didiet Aditya Budi Prabowo H-5441
La Ode Muhamad Arief Akbar H-5486
Wahnan Ahmal Asysyakiry H-5544
PENDIDIKAN CALON PEGAWAI MUDA ANGKATAN 30
BANK INDONESIA
2012
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............
DAFTAR GAMBAR ..................
BAB I PENDAHULUAN .......
1.1 Latar Belakang .......
1.2 Rumusan Masalah ....................
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian .......
1.4 Ruang Lingkup Penelitian .......
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........
2.1 Etika .........................................................................
2.1.1 Kode Etik ..............
2.1.2 Kode Etik Bank Indonesia .................
2.2 Media Jejaring Sosial ............
2.3 Peraturan Internal Bank Indonesia ................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............
3.1 Desain Penelitian ..........................................................................
3.2 Teknik Pengumpulan Data .............
3.3 Populasi Penelitian ...........................................................................
3.4 Teknik Penarikan Sampel ...........
3.5 Sampel Penelitian ............
3.6 Teknik Analisis Data ...........
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................
4.1.1 Demografi Responden ...........
4.1.1.1 Jenis Kelamin ....................................
4.1.1.2 Usia ....................................................
4.1.1.3 Media Jejaring Sosial yang Digunakan .........
i
iii
1
1
5
6
6
7
7
7
7
8
10
11
11
11
12
13
14
14
15
15
15
15
16
16
ii
4.1.1.4 Media Jejaring Sosial yang Aktif Diakses .........
4.1.1.5 Media yang Digunakan .......................................
4.1.2 Penggunaan Media Jejaring Sosial ...............
4.1.2.1 Addicted dalam Penggunaan Media Jejaring Sosial .
4.1.2.2 Akses Media Jejaring Sosial Saat Jam Kerja .............
4.1.2.3 Mengeluh Pekerjaan di Media Jejaring Sosial .............
4.1.2.4 Aktivitas Jejaring Sosial berhubungan dengan Pekerjaan .
4.1.2.5 Pembahasan Rekan Kerja di Media Jejaring Sosial .
4.1.2.6 Pembahasan Atasan di Media Jejaring Sosial ......
4.1.2.7 Pertimbangan Pandangan Rekan Kerja ............
4.1.2.8 Pertimbangan Pandangan Atasan .....................
4.1.2.9 Media Jejaring Sosial dapat merusak Reputasi Institusi ..
4.1.2.10 Isu Risiko Reputasi dalam Agenda Rapat Pimpinan ....
4.1.2.11 Kebijakan mengenai Etika dalam Media Jejaring Sosial ..
4.1.2.12 Perubahan jika ada Peraturan Media Jejaring Sosial ....
4.1.2.13 Media Jejaring Sosial dan Work-Life Balance ....
4.2 Analisis ..........................................................................................
4.3 Risiko Reputasi .............................................................................
4.4 Aspek Hukum ..............................................................................
BAB V PENUTUP .............
5.1 Kesimpulan ...................................................................................
5.2 Saran Penelitian ............................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....
DAFTAR RUJUKAN .
17
17
18
18
19
19
20
21
21
22
22
23
24
24
25
26
26
27
28
31
31
32
33
34
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Media Jejaring Sosial dapat Merusak Reputasi Institusi .....
Gambar 1.2 Kebijakan Media Jejaring Sosial ..............................................................
Gambar 1.3 Pertimbangan Persepsi Atasan, Kolega, dan Rekan Kerja ..................
Gambar 1.4 Media Jejaring Sosial Digunakan Ketika Jam Kerja .............................
Gambar 1.5 Frekuensi Media Jejaring Sosial Diakses Ketika Jam Kerja
Gambar 3.1 Teknik Penarikan Sampel ........................................................................
Gambar 4.1 Jenis Kelamin Responden ........................................................................
Gambar 4.2 Usia Responden .........................................................................................
Gambar 4.3 Media Jejaring Sosial yang Digunakan ..................................................
Gambar 4.4 Media Jejaring Sosial yang Aktif Diakses ..............................................
Gambar 4.5 Media yang Digunakan ............................................................................
Gambar 4.6 Addicted dalam Penggunaan Media Jejaring Sosial ............................
Gambar 4.7 Akses Media Jejaring Sosial Saat Jam Kerja ...........................................
Gambar 4.8 Mengeluh Pekerjaan di Media Jejaring Sosial .......................................
Gambar 4.9 Aktivitas Media Jejaring Sosial berhubungan dengan Pekerjaan ..
Gambar 4.10 Pembahasan Rekan Kerja di Media Jejaring Sosial ...
Gambar 4.11 Pembahasan Atasan di Media Jejaring Sosial
Gambar 4.12 Pertimbangan Pandangan Rekan Kerja ......
Gambar 4.13 Pertimbangan Pandangan Atasan .......
Gambar 4.14 Risiko Reputasi Institusi .......
Gambar 4.15 Isu Risiko Reputasi dalam Agenda Rapat Pimpinan ...
Gambar 4.16 Penyusunan Kebijakan mengenai Etika Media Jejaring Sosial ..
Gambar 4.17 Perubahan Perilaku jika ada Peraturan Media Jejaring Sosial
Gambar 4.18 Media Jejaring Sosial dan Work-Life Balance ...
2
3
3
4
4
13
15
16
16
17
17
18
19
19
20
21
21
22
22
23
24
24
25
26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan internet dan media jejaring sosial dalam beberapa dekade
belakangan ini meningkat pesat seiring dengan kemunculan layanan dari
Facebook, Twitter, LinkedIn, Blog dan lain-lain. Perkembangan dari penyebaran
informasi sudah sangat berubah dibanding periode sebelumnya, sehingga
metode informasi membuat orang dapat berbagi informasi dengan segera tanpa
adanya penyaringan konten. Hal ini kemudian memunculkan banyak
pertanyaan, perdebatan, serta masalah bagi perusahaan maupun institusi untuk
dapat mengimbangi percepatan dan pergeseran yang menggerakkan dinamika
dunia komunikasi elektronik.
Kekhawatiran institusi atau organisasi dalam maraknya penggunaan dan
perkembangan media jejaring sosial adalah hubungannya dengan sikap pegawai
dan kerahasiaan informasi. Kemunculan beberapa kekhawatiran dari sisi
keamanan, etika, dan aspek hukum mengenai penggunaan media jejaring sosial
di tempat kerja, dapat menimbulkan banyak skenario tidak terduga yang belum
pernah ada sebelumnya, terutama dengan adanya angkatan kerja baru.
Angkatan kerja baru ini adalah orang-orang yang tumbuh dalam dunia yang
dikelilingi oleh konektivitas dan peralatan digital atau dapat pula disebut
dengan generasi digital.
Sebagian institusi atau organisasi mungkin lebih khawatir dengan persepsi
publik, sedangkan institusi dan organisasi lain mungkin lebih khawatir
mengenai kerahasiaan informasi seperti pada institusi keuangan, konsultan
hukum, dan pemerintahan untuk memastikan tidak tersebarnya informasi
2
rahasia. Pegawai juga diwajibkan untuk tidak menyebarkan informasi yang
dapat merusak citra institusi.
Kekhawatiran lain dari sisi manajemen adalah penggunaan media jejaring sosial
dapat berpengaruh terhadap produktivitas pegawai karena menggunakan waktu
kerja mereka untuk mengakses situs-situs tersebut. Penggunaan situs-situs
media jejaring sosial dalam jam kerja juga dapat membebani jaringan internet
sehingga bandwidth penggunaan internet seperti email dan akses website untuk
keperluan kerja menjadi terhambat.
Gambar 1.1 Media Jejaring Sosial dapat Merusak Reputasi Institusi
(Delloitte LLP Ethics & Workplace Survey Results, 2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Delloite (gambar 1.1) menyatakan bahwa 74%
pegawai setuju jika media jejaring sosial dapat dengan mudah merusak reputasi
institusi atau organisasi. Kemudian untuk kuesioner yang disebarkan kepada
pihak manajemen, 58% pimpinan setuju bahwa risiko reputasi dan media jejaring
sosial merupakan masalah stratejik dalam suatu institusi.
3
Gambar 1.2 Kebijakan Media Jejaring Sosial
(Delloitte LLP Ethics & Workplace Survey Results, 2009)
Berdasarkan gambar 1.2 dapat dilihat bahwa 24% responden tidak mengetahui
bahwa perusahaan memiliki kebijakan mengenai penggunaan media jejaring
sosial, 23% responden mengaku bahwa tidak terdapat kebijakan mengenai
penggunaan media jejaring sosial pada institusi tempatnya bekerja, dan 7%
responden yang berpendapat bahwa kebijakan yang ada hanya mengatur
unggahan komentar atau opini yang akan disampaikan di media jejaring sosial.
Dalam penelitian yang sama, 15% responden mengakui bahwa jika institusi
melakukan tindakan atau kebijakan yang salah, maka responden akan membuat
komentar mengenai hal tersebut di dunia maya.
Gambar 1.3 Pertimbangan Persepsi Atasan, Kolega, dan Rekan Kerja
(Delloitte LLP Ethics & Workplace Survey Results, 2009)
4
Dalam gambar 1.3 dapat dilihat bahwa lebih dari sepertiga responden
mempertimbangkan persepsi atasan, kolega, maupun klien mereka ketika
beraktivitas di media jejaring sosial.
Gambar 1.4 Jenis Media Jejaring Sosial yang Digunakan Ketika Jam Kerja
(Silkroad, Social Media & Workplace Collaboration, 2012)
Penelitian dari Silkroad mengungkapkan bahwa mayoritas pegawai institusi di
Amerika pada tahun 2012 (gambar 1.4), mengakses Twitter, Facebook dan
LinkedIn sewaktu bekerja.
Gambar 1.5 Frekuensi Media Jejaring Sosial Diakses Ketika Jam Kerja
(Silkroad, Social Media & Workplace Collaboration, 2012)
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Other (please specify)
Don't Know
Rypple
Jive
Yammer
Salesforce Chatter
None
Internally Built (e.g.company Intranet)
What social sites do you use at work, either for personal or professional use? Please check all that apply
0 10 20 30 40 50 60 70
Prefer not to answer
Don't have a personal mobile device
Never
Less than oncea month
Once a month
Once every two weeks
Once a week
A few times a week
Once a day
More than once a day
How often do you access your mobile device for personal social media useduring work hours?
5
Selain itu pada gambar 1.5 dapat dilihat bahwa hampir 60% dari responden
menyatakan bahwa mereka mengakses media jejaring sosial lebih dari sekali
dalam sehari melalui perangkat atau gadget pribadi, dan hanya sekitar 15%
responden yang membuka media jejaring sosial satu kali per hari. Penelitian dari
Silkroad juga menemukan bahwa responden kerap menggunakan smartphone
dan sejenisnya untuk mengakses situs media jejaring sosial dalam jam kerja.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa media jejaring sosial kini sudah erat
kaitannya dengan aktivitas sehari-hari para pegawai Bank Indonesia, terutama
untuk kalangan pegawai yang berusia muda. Namun keadaan ini tidak
ditunjang dengan adanya peraturan yang berisi panduan penggunaan media
jejaring sosial bagi pegawai karena media jejaring sosial dapat dengan mudah
merusak reputasi dan kredibilitas suatu institusi jika digunakan dengan tidak
bijak oleh pegawainya dan menyalahi norma etika yang berlaku.
1.2. Rumusan Masalah
Dari telaah latar belakang di atas maka perumusan masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah kondisi internal institusi Bank Indonesia yang masih belum
disesuaikan dengan perkembangan media jejaring sosial pada saat ini. Kebijakan
yang ada pada saat ini masih terbatas pada permasalahan produktivitas
pegawai. Selain itu, belum adanya mitigasi terhadap risiko reputasi Bank
Indonesia jika terjadi pelanggaran etika yang dilakukan pegawai dalam
menggunakan media jejaring sosial belum terakomodir dalam aturan internal
Bank Indonesia.
6
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penyusunan penelitian ini adalah mengkaji penggunaan media
jejaring sosial dalam lingkungan Pendidikan Calon Pegawai Muda angkatan 30
Bank Indonesia dan kebijakan yang harus diambil oleh Bank Indonesia dalam
mengantisipasi perkembangannya. Selain itu, belum adanya kajian penggunaan
media jejaring sosial di kalangan pegawai lembaga bank sentral negara lain, juga
mendasari penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menyusun kebijakan dan aturan baru
atau mengembangkan kebijakan serta peraturan yang sudah ada dalam suatu
Surat Edaran Intern Bank Indonesia yang secara normatif dapat mengatur
perilaku pegawai Bank Indonesia dalam menggunakan media jejaring sosial.
1.4. Batasan Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah siswa-siswi Pendidikan Calon Pegawai
Muda angkatan 30 Bank Indonesia yang sedang melakukan proses klasikal di
LPPI Kemang. Penelitian dibatasi pada kajian etika dan kedisiplinan pegawai
yang berhubungan dengan sikap dan perilaku dalam penggunaan media jejaring
sosial. Hal ini dimaksudkan karena siswa-siswi Pendidikan Calon Pegawai
Muda angkatan 30 merupakan calon pegawai generasi termuda Bank Indonesia
saat ini, yang dapat dijadikan acuan bagi institusi dalam mengantisipasi
penggunaan media jejaring sosial bagi generasi berikutnya yang akan bekerja di
lingkungan Bank Indonesia.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Etika
Etika secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani adalah Ethos, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu Mos
dan dalam bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
2.1.1 Kode Etik
Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Tujuan kode etik adalah agar
pegawai profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemangku
kepentingan. Selain itu, kode etik merupakan suatu tatanan etika yang telah
disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya
termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi
yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
2.1.2. Kode Etik Bank Indonesia
Kode Etik Bank Indonesia merupakan pedoman standar perilaku yang
mencerminkan integritas pegawai Bank Indonesia. Setiap pegawai Bank
Indonesia bertanggung jawab, tidak hanya untuk mengetahui kode etik ini,
melainkan juga menerapkannya dalam tindakan sehari-hari.
8
1. Pegawai dilarang menyalahgunakan jabatan, wewenang, dan atau fasilitas
yang diberikan oleh Bank Indonesia.
2. Pejabat Bank Indonesia wajib untuk melaporkan harta kekayaannya kepada
Bank Indonesia dan atau Komisi Pemberantasan Korupsi.
3. Pegawai dilarang meminta/menerima, memberi persetujuan untuk menerima,
mengizinkan atau membiarkan keluarga untuk meminta/menerima fasilitas
dan hal-hal lain yang dapat dinilai dengan uang dari perorangan atau badan
yang diketahui atau patut diduga bahwa hal tersebut mempunyai hubungan,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan jabatan atau pekerjaan
pegawai yang bersangkutan.
4. Pegawai wajib menjaga rahasia Bank Indonesia untuk hal yang dikategorikan
rahasia.
5. Pegawai dilarang menjadi anggota, pengurus partai politik, dan atau
melakukan kegiatan untuk kepentingan partai politik.
6. Pegawai yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap kode etik ini akan
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.2. Media Jejaring Sosial
Sebagian besar orang mungkin mengenal media jejaring sosial sejak
mewabahnya demam Friendster, Facebook, dan Twitter di awal tahun 2000-an.
Namun sesungguhnya cikal bakal media jejaring sosial sudah ada tahun 1970
akhir-1980 awal, yaitu dengan ditemukannya Bulletin Board System (BBS) sebagai
tempat untuk menginformasikan dan tempat berbagi secara online. Dalam
artikel Horizons Bisnis tahun 2010, Kaplan dan Haenlein menciptakan skema
klasifikasi untuk berbagai jenis media jejaring sosial, antara lain:
9
1. Proyek Kolaborasi
Merupakan jenis media jejaring sosial yang mengizinkan penggunanya untuk
dapat mengubah, menambah, ataupun menghapus konten-konten yang ada
di website. Contoh: Wikipedia.
2. Blog
Pengguna lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di website ini seperti
mengutarakan pemikiran pribadi, mengkritik kebijakan pemerintah, dan lain-
lain. Contoh: Twitter, Blogspot, Tumblr, Plurk.
3. Konten
Para pengguna dari website ini dapat saling membagi konten media seperti
video, e-book, gambar, dan lain-lain. Contoh: Youtube, Vimeo, Kaskus.
4. Situs Jejaring Sosial
Aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk dapat terhubung dengan cara
membuat informasi pribadi seperti foto, video, maupun tulisan sehingga
dapat terhubung dengan orang lain. Contoh: Facebook, Google+
5. Virtual Game World
Merupakan dunia virtual berbentuk lingkungan 3D, dimana pengguna bisa
muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi
dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. Contoh: Game online.
Berikut 3 situs media jejaring sosial yang paling populer digunakan oleh
masyarakat Indonesia:
1. Facebook
Media jejaring sosial paling populer saat ini adalah Facebook yang saat ini
memiliki pengguna aktif sebanyak 969,607,760 di seluruh dunia dan di
Indonesia sendiri terdapat 50,261,100 pengguna atau kurang lebih sebanyak
5.18% dari keseluruhan total pengguna Facebook di dunia. Indonesia
menempati urutan ke-4 dalam jumlah pengguna Facebook di dunia.
10
2. Twitter
Media jejaring sosial yang diluncurkan pada tahun 2006 ini memiliki
pengguna aktif di dunia sebanyak kurang lebih 500,000,000 pengguna. Saat
ini Indonesia adalah negara pengguna Twitter terbanyak nomor 6 di dunia.
3. LinkedIn
LinkedIn sendiri memiliki sebanyak 154,368,166 pengguna di seluruh dunia
dan untuk Indonesia sendiri sebanyak 1,373,878 pengguna atau kurang lebih
adalah 0.57% dari total pengguna di seluruh dunia sehingga hal ini membuat
Indonesia sebagai negara peringkat 12 untuk pengguna LinkedIn di dunia.
2.3. Peraturan Internal Bank Indonesia
Bank Indonesia telah menyusun peraturan internal yang mengatur para pegawai
terkait dengan etika dan kedisiplinan pegawai, antara lain :
PDG BI Nomor 3/9/PDG/2001 sebagaimana diubah dengan PDG BI Nomor
11/5/PDG/2009 tanggal 27 Maret 2009 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Bank Indonesia.
PDG BI Nomor 8/17/PDG/2006 tanggal 18 Oktober 2006 tentang Kewajiban
Menjaga Informasi Rahasia.
Surat Edaran No.3/37/INTERN tanggal 28 September 2001 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan Surat Edaran
No. 4/49/INTERN tanggal 3 Desember 2012 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Bank Indonesia.
Surat Edaran No.11/74/INTERN tanggal 2 Desember 2009 tentang Peraturan
Displin Pegawai Bank Indonesia.
Surat Edaran No. 13/32/INTERN tanggal 16 Desember 2011 tentang
Organisasi Direktorat Pengelolaan Sistem Informasi.
Surat Edaran No.8/84/INTERN tanggal 27 Desember 2009 tentang
Pengamanan Teknologi Informasi Bank Indonesia.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai desain dan metodologi penelitian yang
digunakan untuk mengetahui sikap serta perilaku siswa-siswi Pendidikan Calon
Pegawai Muda angkatan 30 dalam penggunaan media jejaring sosial. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian terapan, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan
suatu tujuan praktis yang diharapkan segera dapat dipakai untuk keperluan
praktis. Dilihat dari segi tujuannya, penelitian terapan berkepentingan dengan
penemuan-penemuan yang berkenaan dengan aplikasi dan sesuatu konsep-
konsep teoritis tertentu.
Selain itu, penelitian ini menggunakan teknik penelitian deskriptif, yaitu teknik
penelitian yang digunakan untuk menjawab dan mengkaji permasalahan
penelitian dengan lebih mendalam dan memberikan penjelasan berupa data dan
karakter mengenai populasi serta gambaran rinci atas fenomena yang terjadi.
Dalam penggunaan penelitian deskriptif, tipe data yang dikumpulkan berupa
data kuantitatif kemudian akan disajikan dalam bentuk gambar dan grafik.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung dari hasil
kuesioner yang disebarkan kepada sampel penelitian secara online, sedangkan
12
data sekunder didapat dari hasil telaah terhadap literatur berupa kode etik,
peraturan dan surat edaran yang berlaku di Bank Indonesia.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun melalui aplikasi form
Google Drive dan disebarkan secara online melalui milis PCPM 30 Bank
Indonesia. Bentuk pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner bersifat closed
ended questions, yaitu seluruh pertanyaan sudah disediakan pilihan jawabannya.
Jenis pertanyaan yang diajukan terdiri dari multiple choices (responden boleh
memilih lebih dari satu jawaban), likert scale (contoh pilihan jawaban: sangat
tidak setuju, tidak setuju, tidak tahu, setuju, sangat setuju), dan dichotomous
question (hanya tersedia dua jawaban, ya atau tidak).
3.3. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau
benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi
target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sukardi, 2010). Pada
penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh siswa-siswi Pendidikan
Calon Pegawai Muda (PCPM) angkatan 30 Bank Indonesia. Latar belakang dan
alasan penggunaan populasi adalah sebagai berikut:
Topik penelitian ini adalah Etika dan Kedisiplinan Pegawai, yang berkaitan
langsung dengan etika dan kedisiplinan pegawai Bank Indonesia.
Populasi penelitian merupakan generasi termuda di Bank Indonesia yang
dalam kesehariannya lebih lekat dengan media jejaring sosial dibandingkan
dengan angkatan PCPM Bank Indonesia sebelumnya.
Populasi penelitian pada saat ini dirasa cukup untuk merepresentasikan
bagaimana perilaku pegawai Bank Indonesia untuk beberapa tahun ke depan,
yang hidup di era teknologi media jejaring sosial yang semakin berkembang
secara mutakhir.
13
Populasi penelitian cukup merepresentasikan budaya kerja yang berbeda
dibandingkan angkatan PCPM sebelumnya, karena generasi ini sudah sangat
akrab dengan berbagai macam gadget, mulai dari beragam smartphone (iPhone,
Blackberry, Android), tablet (iPad, Galaxy Tab, Kindlefire), dan lain
sebagainya. Dari keseharian yang tidak bisa lepas dari gadget inilah, populasi
penelitian selalu terhubung dengan media jejaring sosial, di manapun dan
kapanpun mereka berada.
3.4. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel adalah suatu cara untuk menentukan banyaknya
sampel dan pemilihan calon anggota sampel, sehingga setiap sampel yang
terpilih dalam penelitian dapat mewakili populasinya (representatif) baik dari
aspek jumlah maupun dari aspek karakteristik yang dimiliki populasi.
Gambar 3.1 Teknik Penarikan Sampel
(Malhotra, 2007)
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah judgmental
sampling atau purposive sampling yaitu cara penarikan sampel dimana unit-unit
populasi yang dianggap kunci diambil sebagai sampel penelitian (Bungin,
2001). Penarikan sampel yang dilakukan dengan memilih subjek yaitu siswa-
siswi Pendidikan Calon Pegawai Muda angkatan 30 Bank Indonesia berdasarkan
kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya.
14
3.5. Sampel Penelitian
Untuk menghitung jumlah sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya
digunakan Slovins Formula yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = level of significance
Sesuai dengan ukuran populasi PCPM 30 Bank Indonesia yang berjumlah 150
orang dengan level of significance 0.05, maka sampel yang dibutuhkan
berdasarkan Slovins Formula adalah 109.090909091 109 sampel.
Sedangkan menurut tabel Kretjie, untuk populasi PCPM 30 Bank Indonesia yang
berjumlah 150 orang dengan level of significance 0.05, maka diperlukan minimal
108 sampel.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis.
Langkah awal analisis adalah melakukan perhitungan secara statistik yaitu
dengan menghitung distribusi frekuensi data tiap pilihan jawaban yang
diberikan oleh setiap responden. Selanjutnya, hasil jawaban responden secara
keseluruhan akan diolah dan dianalisis berdasarkan peraturan serta kebijakan
yang berlaku di Bank Indonesia.
21 Ne
Nn
15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden secara online,
diperoleh respon dari 113 orang sampel yang berasal dari populasi yang
berjumlah 150 orang. Jumlah responden tersebut sudah mencukupi syarat
mininal yang tertera pada tabel Kretjie yaitu 108 sampel dan Slovins Formula
yaitu 109 sampel, dengan level of significance yang sama yaitu 0.05.
4.1.1. Demografi Responden
4.1.1.1. Jenis Kelamin Responden
Gambar 4.1 Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa responden survey terdiri dari 64
orang laki-laki dan 49 orang perempuan. Semua responden merupakan siswa-
siswi Pendidikan Calon Pegawai Muda angkatan 30 Bank Indonesia tahun 2012.
56%
44%
Laki-laki
Perempuan
16
4.1.1.2. Usia Responden
Gambar 4.2 Usia Responden
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa usia responden yang dijadikan
sampel pada penelitian ini bervariasi dengan rentang usia antara 20-23 tahun, 24-
27 tahun dan lebih dari 28 tahun. Mayoritas responden berusia di kisaran 24-27
tahun dengan jumlah 65% dari total responden.
4.1.1.3. Media Jejaring Sosial yang Digunakan
Gambar 4.3 Media Jejaring Sosial yang Digunakan
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa media jejaring sosial yang paling
banyak digunakan oleh responden adalah Facebook dengan persentase sebesar
31%
65%
4%
20-23
24-27
>28
97%90%
21% 19%
27%
9%
52%
38%
8%
Facebook Twitter Path Tumblr Blogspot Wordpress Linkedin YouTube Other
17
97%. Media jejaring sosial yang sering digunakan selanjutnya adalah Twitter,
LinkedIn, dan YouTube.
4.1.1.4. Media Jejaring Sosial yang Aktif Diakses
Gambar 4.4 Media Jejaring Sosial yang Aktif Diakses
Pada gambar 4.4, Twitter dan Facebook menjadi 2 media jejaring sosial yang
paling aktif diakses oleh para responden. Hal ini beralasan dikarenakan dua
media tersebut sudah cukup populer dan familiar di kalangan pengguna.
4.1.1.5. Media yang Digunakan
Gambar 4.5 Media yang Digunakan
81%83%
18%12% 12%
6%
22% 20%
5%
Facebook Twitter Path Tumblr Blogspot Wordpress Linkedin YouTube Other
26%
4%
14%
56%
Laptop
PC
Tablet
Smartphone
18
Berdasarkan gambar 4.5, dapat dilihat bahwa perangkat smartphone seperti
iPhone, Blackberry dan Android, merupakan media yang paling banyak
digunakan untuk mengakses media jejaring sosial dengan persentase 56% dan
hanya 26% responden yang menggunakan laptop.
4.1.2. Penggunaan Media Jejaring Sosial
4.1.2.1. Addicted dalam Penggunaan Media Jejaring Sosial
Gambar 4.6 Addicted dalam Penggunaan Media Jejaring Sosial
Berdasarkan gambar 4.6, dapat dilihat bahwa 50% responden mengaku merasa
addicted terhadap penggunaan media jejaring sosial. Hal ini mengindikasikan
bahwa media jejaring sosial sudah menjadi bagian hidup bagi sebagian orang,
yang akan terus berkembang hingga beberapa tahun ke depan sejalan dengan
perkembangan media jejaring sosial itu sendiri.
50%
50%
Ya
Tidak
19
4.1.2.2. Akses Media Jejaring Sosial Saat Jam Kerja
Gambar 4.7 Akses Media Jejaring Sosial Saat Jam Kerja
Gambar 4.7 menjelaskan bahwa mayoritas responden sering mengakses media
jejaring sosial di saat jam kerja. Sebanyak 42% mengaku mengakses media
jejaring sosial 2-4 kali, 22% mengaku mengakses media jejaring sosial 5-7 kali,
dan 14% mengaku sama sekali tidak pernah mengakses media jejaring sosial saat
jam kerja.
4.1.2.3. Mengeluh Pekerjaan di Media Jejaring Sosial
Gambar 4.8 Mengeluh Pekerjaan di Media Jejaring Sosial
10%
22%
42%
12% 14%
> 7 Kali
5-7 Kali
2-4 Kali
1 Kali
Tidak Pernah
0%
1%
13%
38%
48%Sangat Sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
20
Dari gambar 4.8, dapat dilihat bahwa sejumlah 13% responden kadang-kadang
mengeluhkan pekerjaan mereka di media jejaring sosial, sedangkan 43%
mengaku jarang mengeluh, dan hanya 1% dari total responden yang mengaku
sering mengeluh. Hal ini menunjukkan bahwa media jejaring sosial juga dapat
menjadi tempat curahan hati responden dari dunia kerja.
4.1.2.4. Aktivitas Media Jejaring Sosial yang berhubungan dengan Pekerjaan
Gambar 4.9 Aktivitas Media Jejaring Sosial berhubungan dengan Pekerjaan
Gambar 4.9 menjelaskan persentase responden yang membicarakan aktivitas
kerja di media jejaring sosial. Sebanyak 28% responden mengaku kadang-kadang
membicarakan pekerjaan ataupun institusi tempat bekerja melalui media jejaring
sosial, sedangkan 35% responden mengaku jarang, dan hanya 10% responden
yang mengaku sering melakukan hal tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar responden setidaknya pernah membicarakan aktivitas yang
berhubungan dengan pendidikan klasikal di media jejaring sosial. Contoh
sederhana adalah meng-update status pada Blackberry Messenger, Table manner
@ Millennium Hotel atau mengirim kicauan melalui Twitter Sedang belajar
financial policy program.
0%
10%
28%35%
27%
Sangat Sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
21
4.1.2.5. Pembahasan Rekan Kerja di Media Jejaring Sosial
Gambar 4.10 Pembahasan Rekan Kerja di Media Jejaring Sosial
Berdasarkan gambar 4.10 dapat dilihat bahwa mayoritas responden sebanyak
63% mengaku tidak pernah membahas rekan kerja di media jejaring sosial dan
31% responden mengaku jarang melakukan hal tersebut.
4.1.2.6. Pembahasan Atasan di Media Jejaring Sosial
Gambar 4.11 Pembahasan Atasan di Media Jejaring Sosial
Berdasarkan gambar 4.11 dapat dilihat bahwa mayoritas responden sebanyak
79% mengaku tidak pernah menyindir atau membahas rekan kerja di media
jejaring sosial dan 19% responden jarang melakukan hal tersebut.
6%
31%
63% Sangat Sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
3%
18%
79%
Sangat Sering
Sering
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
22
4.1.2.7. Pertimbangan Pandangan Rekan Kerja
Gambar 4.12 Pertimbangan Pandangan Rekan Kerja
Berdasarkan gambar 4.12 dapat dilihat bahwa bahwa sejumlah 51% responden
mengaku selalu mempertimbangkan pandangan rekan kerja ketika beraktivitas
di media jejaring sosial, sedangkan 21% responden mengaku kadang-kadang
mempertimbangkan pandangan rekan kerja, dan sebanyak 13% responden tidak
pernah mempertimbangkan pandangan rekan kerja.
4.1.2.8. Pertimbangan Pandangan Atasan
Gambar 4.13 Pertimbangan Pandangan Atasan
51%
21%
10%13% 5%
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
63%
11%
4%16% 6%
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
23
Berdasarkan gambar 4.13 dapat dilihat bahwa sejumlah 63% responden mengaku
selalu mempertimbangkan pandangan atasan ketika beraktivitas di media
jejaring sosial, sedangkan responden yang sama sekali tidak pernah
mempertimbangkan pandangan atasan sebanyak 16%.
4.1.2.9. Persepsi bahwa Media Jejaring Sosial dapat merusak Reputasi Institusi
Gambar 4.14 Risiko Reputasi Institusi
Berdasarkan gambar 4.14 dapat dilihat bahwa sebanyak 90% responden setuju
bahwa media jejaring sosial merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi risiko suatu institusi dan hanya 10% dari responden yang
berpendapat tidak setuju. Hal ini mengindikasikan bahwa media jejaring sosial
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi risiko reputasi sebuah
institusi karena citra negatif yang muncul akibat penyalahgunaan media jejaring
sosial oleh pegawai memiliki dampak paling signifikan dan dapat
mempengaruhi keberlangsungan usaha bank. Sumber risiko internal seperti
media jejaring sosial dan langkah mitigasi yang dilakukan oleh institusi
merupakan area yang wajib dikelola melalui penerapan manajemen risiko
reputasi.
49%
41%
10%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Tahu
24
4.1.2.10. Isu Risiko Reputasi dalam Agenda Rapat Pimpinan
Gambar 4.15 Isu Risiko Reputasi dalam Agenda Rapat Pimpinan
Berdasarkan gambar 4.15, dapat dilihat bahwa terdapat 76% responden yang
berpendapat isu risiko reputasi yang ditimbulkan oleh media jejaring sosial perlu
dibahas dalam rapat pimpinan Bank Indonesia.
4.1.2.11. Penyusunan Kebijakan mengenai Etika dalam Media Jejaring Sosial
Gambar 4.16 Penyusunan Kebijakan mengenai Etika Media Jejaring Sosial
Berdasarkan gambar 4.16, dapat dilihat bahwa ternyata 60% responden bereaksi
negatif dengan berpendapat tidak setuju jika terdapat kebijakan dan peraturan
mengenai penggunaan media jejaring sosial sedangkan 40% responden sisanya
76%
24%
Ya
Tidak
40%60%
Ya
Tidak
25
menyatakan setuju jika kebijakan atau peraturan tersebut ditetapkan. Hal ini
merupakan suatu hasil yang wajar karena dikhawatirkan Bank Indonesia
melakukan intervensi terhadap kebebasan berekspresi para pegawainya di ranah
media jejaring sosial. Di sisi lain, para pegawai sebaiknya dapat menjaga etika
dan dengan bijak dalam menggunakan media jejaring sosial dalam berekspresi
maupun berkomunikasi.
Regulasi yang jelas tentang batas-batas kebebasan berpendapat dirasa perlu
untuk diberlakukan karena adanya regulasi tersebut dapat menjadi upaya
mitigasi ketika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai terkait dengan
penggunaan media jejaring sosial melalui pemberian sanksi yang jelas.
4.1.2.12. Perubahan Perilaku jika ada Peraturan Media Jejaring Sosial
Gambar 4.17 Perubahan Perilaku jika ada Peraturan Media Jejaring Sosial
Berdasarkan gambar 4.17, dapat dilihat bahwa sejumlah 72% responden,
mengaku akan mengubah perilaku mereka jika Bank Indonesia menetapkan
kebijakan mengenai etika di media jejaring sosial. Sejumlah 28% responden
berpendapat bahwa kebijakan yang ditetapkan tidak akan mengubah perilaku
mereka di media jejaring sosial. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan etika
dapat menekan perilaku pengguna media jejaring sosial untuk tidak bertindak
72%
28%
Ya
Tidak
26
sesuka hati dan tetap terikat kebijakan serta peraturan yang berlaku di Bank
Indonesia.
4.1.2.13. Media Jejaring Sosial dan Work-Life Balance
Gambar 4.18 Media Jejaring Sosial dan Work-Life Balance
Berdasarkan gambar 4.18 dapat dilihat bahwa 84% responden bereaksi positif
mengenai korelasi work-life balance dengan media jejaring sosial. Hal ini
disebabkan oleh adanya perasaan senang yang didapat jika dapat berkomunikasi
dengan rekan dan kerabat atau sekedar menghilangkan kepenatan dengan
beraktivitas melalui media jejaring sosial setelah lelah bekerja.
4.2. Analisis
Media jejaring sosial sudah menjadi bagian hidup dari sebagian besar responden
dan penggunaaan media ini akan semakin berkembang di masa mendatang. Hal
ini juga diperkuat dengan 50% responden yang merasa addicted terhadap media
jejaring sosial, dan sebagian besar cukup sering mengakses media jejaring sosial
pada saat jam kerja.
Perangkat yang paling banyak digunakan oleh responden untuk mengakses
media jejaring sosial adalah smartphone seperti iPhone, Blackbery, dan Android,
32%
52%
7%
0%
9%
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Tidak Tahu
27
serta sebagian besar responden setidaknya pernah membicarakan aktivitas yang
berhubungan dengan institusi tempat bekerja pada media jejaring sosial.
Responden pernah mengeluhkan pekerjaaan ataupun membicarakan
rekan/atasan di media jejaring sosial pernah dilakukan oleh responden.
Pandangan rekan kerja ataupun atasan menjadi pertimbangan sebagian besar
responden sebelum menuliskan sesuatu di media jejaring sosial. Responden
bersikap hati-hati ketika mengakses media jejaring sosial ketika berhungan
dengan institusi tempat bekerja. Hal ini disebabkan adanya persepsi bahwa
media jejaring sosial dapat merusak reputasi institusi.
4.3. Risiko Reputasi
Hasil penelitian di atas menjelaskan bahwa penggunaan media jejaring sosial
oleh pegawai mempunyai pengaruh terhadap reputasi Bank Indonesia. Analisis
terkait dengan risiko reputasi yang berpotensi muncul adalah sebagai berikut:
Lingkungan kerja yang tidak kondusif dan diskriminasi
Media jejaring sosial menyediakan sarana tambahan bagi pegawai untuk
terlibat dalam hal-hal yang kurang pantas. Pegawai dapat menyalurkan
frustrasi mereka dalam tempat kerja dengan mengunggah pernyataan
diskriminatif yang diarahkan kepada sesama rekan kerja, atasan, manajemen,
maupun pemangku kepentingan lain yang mungkin tersinggung atas hal
tersebut.
Berita yang tidak benar
Bank Indonesia bisa menghadapi tuntutan hukum atas fitnah yang
didasarkan atas komunikasi elektronik oleh pegawai. Segala hal yang
diunggah pegawai dalam media jejaring sosial dapat menimbulkan keresahan
di tempat kerja dengan komentar, rumor dan pernyataan menyesatkan
28
mengenai sesama rekan kerja, atasan maupun kebijakan yang akan diambil
oleh Bank Indonesia.
Pengungkapan informasi rahasia
Pegawai dapat secara sengaja maupun tidak sengaja dapat mengungkapkan
sebagian atau kesuluruhan informasi rahasia Bank Indonesia dalam media
jejaring sosial. Para pihak yang memiliki kepentingan atas informasi tersebut
mungkin akan menggunakannya untuk hal-hal yang merugikan sehingga
pada akhirnya kebijakan yang diambil Bank Indonesia menjadi tidak efektif.
Contoh lain adalah tuntutan hukum yang muncul sebagai akibat pihak yang
terungkap dalam informasi tersebut menjadi dirugikan.
Selain dari risiko tuntutan hukum, pegawai dapat pula dengan sengaja
maupun tidak sengaja merusak reputasi Bank Indonesia melalui media
jejaring sosial. Pegawai dapat merusak reputasi organisasi dengan menulis
komentar, mengunggah gambar-video dan hal-hal lain yang tidak pantas
dilihat masyarakat umum sehingga merusak citra institusi Bank Indonesia.
4.4. Aspek Hukum
Kondisi internal Bank Indonesia masih belum menyesuaikan dengan
perkembangan media jejaring sosial saat ini. Kebijakan yang ada pada saat ini
masih terbatas pada permasalahan produktivitas pegawai dan pemblokiran
akses media jejaring sosial ternyata tidak berjalan secara efektif. Di lain pihak,
bentuk mitigasi terhadap risiko reputasi Bank Indonesia jika terjadi pelanggaran
etika yang dilakukan pegawai dalam menggunakan media jejaring sosial masih
belum terakomodir dalam aturan internal Bank Indonesia.
Upaya revisi terhadap aturan internal yang menyangkut etika dan kedisiplinan
pegawai perlu segera dilakukan, sekaligus mengakomodir permasalahan etika
29
dan kedisiplinan penggunaan situs media jejaring sosial oleh pegawai Bank
Indonesia. Berikut daftar aturan internal yang dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan revisi:
a. Surat Edaran No. 3/37/INTERN tentang Peraturan Disiplin Pegawai Bank
Indonesia tanggal 28 September 2001
Bab IV Tata Cara Penetapan Pengenaan Sanksi pada poin 1.1 (Ketentuan yang
dilanggar) sub poin Prinsip Peraturan Tata Tertib dan Norma Sopan Santun.
Menulis dalam media massa yang dapat merusak citra Bank Indonesia
Analisis:
Saat ini, kegiatan menulis tidak hanya melalui media massa saja, namun dapat
dilakukan melalui media jejaring sosial. Untuk menyikapi perkembangan
tersebut maka diperlukan langkah preventif dari BI melalui tambahan aturan
untuk mengatur kegiatan menulis di media jejaring sosial.
b. Surat Edaran No. 11/74/INTERN tentang Peraturan Disiplin Pegawai Bank
Indonesia tanggal 2 Desember 2009
Bab II Sanksi pada poin 1 (Ruang Lingkup dan Obyek Pengenaan Saksi)
Ucapan adalah setiap perkataan yang diucapkan di hadapan atau didengar
oleh orang lain, seperti dalam rapat, ceramah, diskusi baik secara langsung
maupun melalui telepon, radio, televisi, rekaman atau alat komunikasi
lainnya.
Tulisan adalah ungkapan pernyataan pikiran dan atau perasaan dalam
bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan, dan lain-
lain yang serupa dengan itu.
30
Analisis:
Belum terdapat aturan atau sanksi yang jelas untuk objek yang diunggah di
media jejaring sosial dalam bentuk audio dan visual atau animasi grafis. Oleh
karena itu, ruang lingkup dari pasal tersebut perlu direvisi dan ditambahkan
penjelasan mengenai hal tersebut.
c. Surat Edaran No. 8/84/INTERN tentang Pengamanan Teknologi Infomasi
Bank Indonesia tanggal 27 Desember 2006
Bab V Manajemen Operasional dan Komunikasi pada poin 5.6 (Pengamanan
Jaringan) sub poin Pengamanan Layanan Internet Rincian Kebijakan
Tidak boleh menggunakan hak akses ke internet untuk melakukan
perbuatan melanggar hukum, berindikasi SARA, provokasi, kepentingan
pribadi, pornografi, pencemaran nama baik, dan atau pelecehan seksual.
Bab V Manajemen Operasional dan Komunikasi pada poin 5.8 (Pertukaran
Informasi) sub poin Penggunaan Informasi antar Sistem Aplikasi Rincian
Kebijakan.
Menjaga kerahasiaan kegiatan harian dan Personil yang menangani Sistem
Aplikasi yang menghasilkan Informasi Rahasia.
Analisis:
Surat Edaran No. 8/84/INTERN tentang Pengamanan Teknologi Infomasi
Bank Indonesia tanggal 27 Desember 2006 hanya mengatur hak akses melalui
jaringan internet Bank Indonesia, namun tidak mengatur jika pelanggaran
dilakukan melalui perangkat pribadi. Hal ini memang tidak lagi masuk ke
dalam ranah tanggung jawab etika dalam penggunaan hak akses internet
sehingga perlu diatur dalam aturan Disiplin Kepegawaian.
31
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil telaah, survey, dan analisis yang telah dilakukan, telah didapat
beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Kehidupan sehari-hari para pegawai tidak dapat dipisahkan dari situs media
jejaring sosial. Media jejaring sosial cukup sering diakses pada jam kerja dan
seringkali digunakan sebagai sarana untuk membicarakan aktivitas kerja
dan sebagian besar pegawai menggunakan perangkat atau alat komunikasi
pribadi dalam mengakses situs media jejaring sosial ini.
2. Situs media jejaring sosial dapat berperan sebagai sebuah sarana pegawai
untuk mendapatkan work-life balance, namun di sisi lain para pegawai juga
berpendapat bahwa situs media jejaring sosial dapat menjadi sumber risiko
reputasi dari Bank Indonesia.
3. Kebijakan untuk melakukan pemblokiran akses media jejaring sosial melalui
jaringan internet Bank Indonesia saat jam kerja tidak efektif. Hal ini
disebabkan media jejaring sosial tetap dapat diakses oleh para pegawai pada
saat jam kerja dengan menggunakan perangkat milik pribadi, seperti
smartphone, tablet, dan perangkat lainnya. Tetapi pemblokiran akses ini tetap
berguna untuk menimimalisir penggunaan bandwidth internet berlebih
untuk kegiatan yang tidak berhubungan dengan produktivitas kerja.
32
5.2. Saran Penelitian
Berikut saran yang dapat diajukan terkait dengan hasil analisis yang sebelumnya
telah dilakukan:
1. Perlu adanya kajian lebih lanjut yang menganalisa korelasi antara
penggunaan situs media jejaring sosial pegawai terhadap risiko reputasi
Bank Indonesia.
2. Perlu adanya penyusunan kebijakan etika dalam menggunakan situs media
jejaring sosial bagi para pegawai Bank Indonesia yang mengikat dan
memiliki batasan atau aturan.
3. Revisi aturan internal yang sudah ada menyangkut etika dan kedisiplinan
pegawai sekaligus meng-capture permasalahan penggunaan situs media
jejaring sosial oleh pegawai Bank Indonesia. Pembaruan ini dilakukan agar
aturan internal yang ada di Bank Indonesia bisa menyesuaikan dengan
kondisi saat ini sekaligus mendukung implementasi dari usulan kebijakan
pada poin ke-2 di atas.
4. Setiap pegawai Bank Indonesia harus memiliki kesadaran pribadi, bahwa di
manapun dan kapanpun juga, akan memiliki citra sebagai pegawai Bank
Indonesia yang harus menjaga nama baik Bank Indonesia. Pegawai sudah
sepatutnya dapat menjaga perkataan, perilaku, dan tata krama diri pribadi
baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
33
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Douglas. 2009. Social Networking and Its Effects on Companies and Their
Employees.
Broughton et. al., Andrea. 2009. Workplaces and Social Networking: The
Implications for Employment Relations.
Deloitte. 2009. Social Networking and Reputational Risk in the Workplace.
Kwasniewski, Barry W. 2011. Social Media: an Emerging Issue in the Workplace.
Lewis, Jackson. 2010. Social Media and the Workplace: Managing the Risks.
Malhotra, N. 2007. Marketing research: An applied approach. New Jersey:
Pearson. Education, Inc.
Oxenford, Emily. 2011. Social Media, Employees & Workplace Concerns.
Silkroad. 2012. Social Media & Workplace Collaboration.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Kode+Etik+Pegawai/
http://www.sosialmedia.biz/2012/11/klasifikasi-sosial-media.html.
http://en.wikipedia.org/wiki/Questionnaire_construction
http://www.questionpro.com/a/showArticle.do?articleID=survey-questions
http://www.outsource2india.com/kpo/articles/questionnaire-types-of-questions.asp
https://www.quirks.com/imgs/ewebeditor/20061209-1.gif
34
DAFTAR RUJUKAN
PDG BI Nomor 3/9/PDG/2001 sebagaimana diubah dengan PDG BI Nomor
11/5/PDG/2009 tanggal 27 Maret 2009 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Bank Indonesia.
PDG BI Nomor 8/17/PDG/2006 tanggal 18 Oktober 2006 tentang Kewajiban
Menjaga Informasi Rahasia.
Surat Edaran No.3/37/INTERN tanggal 28 September 2001 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan Surat Edaran
No. 4/49/INTERN tanggal 3 Desember 2012 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Bank Indonesia.
Surat Edaran No.11/74/INTERN tanggal 2 Desember 2009 tentang Peraturan
Displin Pegawai Bank Indonesia.
Surat Edaran No. 13/32/INTERN tanggal 16 Desember 2011 tentang Organisasi
Direktorat Pengelolaan Sistem Informasi.
Surat Edaran No.8/84/INTERN tanggal 27 Desember 2009 tentang Pengamanan
Teknologi Informasi Bank Indonesia.