Post on 18-Jun-2015
B A B I
P E N D A H U L U A N
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar yang ada di dunia, Indonesia terdiri dari
17.508 pulau. Terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke, terletak di antara benua
Asia dan Australia, yang merupakan wilayah yang strategis, hal ini yang membuat
Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sektor ekonomi, budaya,
politik, dan sosial.
Luasnya Negara Indonesia membuat Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan suku-
suku. Kebudayaan yang dimiliki Indonesia tak jarang menjadi alasan utama para turis-turis
yang datang dari luar negeri, oleh karena itu kebudayaan yang ada di Indonesia harus di
lestarikan agar tidak hilang digantikan oleh budaya modern yang sedang melanda dunia.
Mengenai kebudayaan ini, saya ingin memaparkan kebudayaan dari salah satu kota di
Indonesia, yaitu pulau Ternate, dimana kebudayaan di pulau Ternate ini terdapat 7 unsur-
unsur kebudayaan di antaranya, bahasa, sistem pengetahuan, sistem religi, kesenian, sistem
peralatan hidup, dan lain-lain.
Ternate adalah salah satu pulau kecil di daerah Maluku Utara, yang terletak di pantai barat
dari sebuah pulau besar,yaitu Pulau Halmahera. Selain itu terdapat pula Pulau Tidore,
Pulau Makian, Pulau Morotai. Sekarang, Pulau ternate adalah ibu kota dari provinsi
Maluku Utara. Di Pulau Ternate terdapat istana para Sultan, dan banyak kastil-kastil
peninggalan dari jaman kolonial yang banyak sekali menyimpan sejarah dan budaya dari
masyarakat Ternate.
4
Mengenai masalah kebudayaan, Ternate termasuk wilayah yang kaya akan kebudayaan di
Indonesia. Memiliki wilayah yang sangat luas, setidaknya ada 29 etnis yang tersebar di
Pulau Ternate. Puluhan etnis tersebut memiliki keragaman bahasa yang bahkan mereka
sendiri tidak mengerti bahasa tersebut namun tetap mempunyai rasa saling hormat terhadap
etnis lain. Ternate juga memiliki suku-suku yang masih terpencil dan asing seperti Tobaru
dan Togutil. Disini untuk lebih spesifiknya, penulis akan membahas suku Togutil.
5
1.2 RUMUSAN MASALAH/PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini, yaitu :
1. Bagaimana sistem teknologi pada suku Togutil?
2. Bagaimana sistem religi pada suku Togutil?
3. Bagaimana sistem bahasa pada suku Togutil?
4. Bagaimana sistem mata pencaharian pada suku Togutil?
5. Bagaimana sistem pengetahuan pada suku Togutil?
6. Bagaimana sistem organisasi sosial pada suku Togutil?
7. Bagaimana sistem kesenian pada suku Togutil?
1.3 TUJUAN dan MANFAAT PENULISAN
1.3.1 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu :
Untuk mengetahui sistem teknologi pada suku Togutil.
Untuk mengetahui sistem religi pada suku Togutil.
Untuk mengetahui sistem bahasa pada suku Togutil.
Untuk mengetahui sistem mata pencaharian pada suku Togutil.
Untuk mengetahui sistem pengetahuan pada suku Togutil.
Untuk mengetahui sistem organisasi pada suku Togutil.
Untuk mengetahui sistem kesenian pada suku Togutil.
1.3.2 MANFAAT PENULISAN
Sedangkan manfaat dari penulisan ini, yaitu :
Dapat menambah pengetahuan mengenai suku yang terdapat di Pulau Ternate.
Dapat dijadikan sebagai referensi bagi yang ingin mempelajari lebih dalam lagi
Suku terpencil yang ada di Pulau Ternate, yaitu suku Togutil.
Dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi penulis-penulis lain yang ingin membuat
karya tulis mengenai suku terpencil yang ada di Pulau Ternate.
6
1.4 BATASAN KONSEP/TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Untuk mempermudah pembaca dalam membaca penulisan ini, maka berikut adalah
tinjuan kepustakaan dari bahasa-bahasa yang digunakan oleh suku Togutil :
Balahitongi : pajak
Jou Kolano : Yang Mulia
Jo Boki : permaisuri
Kaicili Putra : anak putra sultan
Boki Putri : anak putrid sultan
1.5 METODELOGI PENULISAN
1.5.1 STUDI KEPUSTAKAAN
Penulis melakukan pencarian data-data mengenai suku-suku yang terletak d
Ternate,yang dibutuhkan untuk mendukung penulisan makalah
1.5.2 STUDI DUNIA MAYA
Dalam metode ini, penulis mengumpulkan data-data yang di ambil dari
internet untuk melengkapi bahan-bahan penulisan makalah ini.
1.5.3 INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa alat untuk
mempermudah pencarian data, diantaranya adalah sebagai berikut :
Note Book, untuk membuat data.
Internet, untuk sambungan koneksi pencarian data di internet.
7
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan dibagi menjadi tiga bab yang akan menjabarkan tulisan-tulisan mengenai suku
aceh secara lengkap. Berikut adalah pembagian pembahasan setiap bab yang ditulis dalam
penelitian ini :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang uraian latar belakang masalah, tujuan dan
Manfaat penulisan, rumusan masalah, batasan konsep/tinjuan
kepustakaan, metodelogi penulisan, demografi dan sistematika
BAB II : PEMBAHASAN
Berisikan mengenai suku Togutil secara keseluruhan berdasarkan 7
unsur kebudayaan.
BAB III : PENUTUP
Berisikan tulisan mengenai hasil dari penelitian serta saran-saran
kesimpulan dari hasil penelitian.
1.7 DEMOGRAFI
1.7.1 LETAK PUSAT DAERAH KEBUDAYAAN
Letak pusat daerah kebudayaan suku Togutil di wilayah Maluku Utara, di
wilayah Indonesia bagian barat
1.7.2 BATAS-BATAS GEOGRAFIS
Ternate Gunung Gamalama
8
Ternate terletak pada 3LU-3LS dan 124 -129BT. Luas wilayah Pulau Ternate
140.255,32 Km. Dengan batas-batas wilayah : Samudera Pasifik di sebelah Utara,
Laut Seram di sebelah Selatan, Laut Halmahera di sebelah Timur, Laut Maluku di
sebelah Barat. Provinsi Maluku Utara mempunyai luas wilayah 145.818,1 km²,
terdiri dari 45.087,66 km² (30,92 %) wilayah daratan dan 100.731,44 km² (69,08 %)
wilayah perairan. Pulau Ternate didominasi oleh gunung vulkanik, seperti gunung
Gamalama. Dari lokasimya sangat pantas dijadikan pintu masuk menuju Halmahera
(1715m).
1.7.3 JUMLAH PENDUDUK
Masyarakat ternate menurut Jumlah Penduduk Kota Ternate menurut
kecamatan tahun 2008 adalah 172.387 jiwa. Ternate mengalami pertumbuhan
penduduk yang besar, karena pada tahun 2004, penduduk ternate hanya berjumlah
113.939 jiwa dan meningkat pesat hingga tahun 2008 kemarin.
1.7.4 KEADAAN ALAM
Wilayah Ternate dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim dan
keadaan iklimnya sangat dipengaruhi oleh lautan dan bervariasi di tiap wilayahnya
dengan rata-rata curah hujan 2000-3000 mm.
Pulau Ternate sebagian besar adalah gunung yang berbuki dan terdiri dari
pulau-pulau vulkanis dan pulau karang, sedangkan sebagian lainnya merupakan
daratan.
Komoditas unggulan di Ternate adalah pda sektor perkebunan, antara lain
kelapa, kakao, pala, cengkeh, kopi, dan jambu mete. Sedangkan pada sektor
pertanian, dan holtikultura, menghasilkan, padi, palawija, ubi-ubian, holtikultura,
pisang, kacang tanah, dan kacang hijau. Pada sektor pertanian ini, Ternate memiliki
prospek yang menarik pada pasar dalam maupun luar negeri.
9
1.7.5 SEJARAH KEBARADAAN MASYARAKAT
Suku togutil, suku terasing yang ada di Ternate, hidup secara nomaden di
pedalaman pulau Ternate. Istilah kata Togutil sendiri identik dengan makna
primitive, keterbelakangan, kebodahan, ketertinggalan, serta masih banyak lagi arti-
arti dengan makna yang sama.
Dalam keseharian kehidupan masyarakat di Maluku Utara yang hingga sekarang ini
juga telah memasuki era digital sebagaimana orang-orang di pulau Jawa, namun
ternyata masih ada saudara-saudaranya yang ada di pedalaman pulau Ternate yang
hidupnya masih primitif dan terbelakang serta jauh dari sentuhan modernisasi. Suku
Togutil ini adalah suku terasing yang hidup di negerinya sendiri, kita tidak
mengenal siapa mereka, dan mereka juga tidak mengenal siapa mereka. Namun
kehidupan mereka tidak merusak dan merubah alam.
Di pedalaman pulau Halmahera, komunitas suku pengembara ini ditemui di
beberapa kawasan. Di utara masih terdapat di pedalaman Tobelo, di tengah seperti
terdapat di Dodaga, di pedalaman Kao, di pedalaman Wasilei dan agak ke selatan
juga terdapat beberapa komunitas mereka di pedalaman Maba dan Buli. Setiap
komunitas suku primitif ini berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bahkan
mereka berperang antara satu dengan yang lainnya.
Konflik-konflik di Ternate
Wilayah Maluku utara sering terjadi konflik-konflik. Pada awalnya, pihak-pihak
yang berseteru hanya penduduk dari pulau Makian, yang terletak di Maluku Utara
juga, dikarenakan bencana alam yang mengharuskan mereka untuk mengungsi di
kawasan Kao. Perseteruan tersebut diawali oleh putusan pemerintah Ternate untuk
memekarkan kecamatan Kao menjadi 2 kecamatan yakni kecamatan Kao yang
berisikan penduduk asli Kao dan kecamatan Makian-Malifut yang berisikan
penduduk Makian yang merupakan kaum pendatang di Halmahera. Pemekaran
kecamatan ini diikuti oleh perubahan status administratif wilayah kelima desa Kao
10
ini kemudian menjadi masalah. Kelima desa ini menolak untuk bergabung dengan
orang-orang Makian karena mereka terikat kesatuan adat dengan sejumlah desa Kao
atas dasar sumpah leluhur. Warga Makian pun melakukan penyerangan terhadap
dua desa Kao ( desa Sosol dan Wangeorak). Diantara masyarakat Makian dan Kao
terdapat pula perbedaan keyakinan. Masyarakat Makian menganut agama Islam,
sedangkan masyarakat Kao menganut agama Kristen.
Penyerangan oleh masyarakat Makian ini kemudian dibalas oleh bantuan warga
masyarakat dari Kao Barat dan Kao Timur yang beragama Islam dan Kristen sekitar
1000 orang. Akibatnya terjadi konflik selama 4 hari, dan mengubah hubungan
antara kedua suku ini menjadi hubungan konflik. Motif konflik etnis ini kemudian
direkayasa untuk berubah menjadi konflik agama pada peristiwa di Tidore.
Rekayasa ini terlihat dari surat palsu dari ketua Sinode GPM yang berbau provokasi
konflik agama dengan sasaran awal adalah etnis Makian. Dengan sengaja surat ini
diedarkan kepada masyarakat Tidore yang beragama muslim dan para pengungsi
dari Makian di Tidore dan selanjutnya melebar dan meluas ke pulau Ternate dan
berbagai kawasan di pulau Halmahera.
Puncak konflik kedua kesultanan ini terjadi dalam bentuk konflik kekerasan yang
terjadi di mana-mana. Dengan mengerahkan masa pendukungnya dari Makian dan
para pendukung Jihad, aksi penguasaan ini menjalar ke tempat-tempat lain sampai
pada akhirnya mereka mendapat perlawanan keras dari masyarakat asli Halmahera
di Tobelo dan Galela yang kebetulan mayoritas Kristen. Perlawanan masyarakat
Halmahera ini kemudian direspon oleh sebuah kelompok masa lain yang patut
diperhitungkan kekuatan tempur magisnya yaitu suku Togutil, sebuah suku asli
yang terasing di Ternate. Suku Togutil tidak menganut agama Islam atau Kristen,
mereka masi menganut agama adat yang berbau animisme dan dinamisme.
Keterlibatan mereka berperang dikarenakan ingin membalas dendam atas
terbunuhnya keluarga mereka yang menikah dengan orang Kristen Halmahera dank
arena ingin membela eksistensi diri dan wilayah Halmahera dari ekspansi
penghancuran oleh kaaaum pendatang.
11
Ikut sertanya suku Togutil ini menyebabkan persoalan konflik di Maluku utara
semakin rumit karena kemampuan magis dan sikap agresif kekerasan dari suku
Togutil ini telah dibenarkan dan didukung oleh adat mereka, karena selama mereka
berperang bukan untuk menunjukkan aksi solider, melainkan panggilan ritual adat
yang serius. Dengan adanya dukungan magis ini, warga suku Togutil bisa terbang,
berjalan di atas air, hingga anti peluru. Keikutsertaan suku Togutil ini menyebabkan
banyaknya korban jiwa yang berjatuhan di pihak pendatang. Bila agresi suku
Togutil ini tidak segera dihentikan, maka agresi pasukan Jihad yang mereka anggap
sebagai kaum pendatang juga tidak bisa menghentikan agresi mereka, dan hal ini
akan menyebabkan bertambahnya korban jiwa.
12
B A B I IP E M B A H A S A N
2.1 Sistem Teknologi
2.1.1 Barang – Benda (Material Culture)
Rumah Adat : Baileo
Seni / Ragam Hias : Tarian Legu
13
Pakaian Adat
Senjata
14
Ini adalah senjata yang digunakan oleh masyarakat suku Togutil dalam
berperang, tetapi mereka lebih banyak menggunakan hal-hal magis dalam
berperang menghadapi lawan.
2.1.2 Jasa – Tindakan (Non Material Culture)
Orang-orang suku Togutil sampai saat ini belum mengenal sistem bertani,
apabila mereka belum kehabisan cadangan makanan, mereka tidak akan mencari
makanan. Mereka akan kembali melakukan pengumpulan makanan dan berburu
apabila cadangan makanan hampir habis. Orang suku Togutil biasanya mendapatkan
makanan langsung dari pohonnya, seperti; buah-buahan dan umbi-umbian.
2.2 Sistem Religi
Suku Togutil tidak menganut agama Islam ataupun Kristen, mereka menganit
agama yang berbau animisme dan dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap roh-roh
ataupun benda-benda gaib. Dalam berperang mereka juga melakukan ritual-ritual
gaib untuk melawan musuhnya.
2.2.1 Simbol yang Digunakan
Simbol yang digunakan oleh masyarat Ternate, yakni burung garuda. Lambang
burung garuda berkepala dua berarti kerajaan Moloku Kie Raha terbentuk pada
1322. Sementara simbol burung hati terbalik mengandung makna, Sultan Ternate
harus selalu mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya.
2.2.2 Mitos
Pola hidup mereka berpindah-pindah tempat. Praktek semacam ini juga dilakukan
oleh beberapa keluarga yang tinggal di Tobelo, Halmahera Utara. Mereka sering
15
menanam satu buah pohon sebagai simbol kehadiran seorang bayi ditengah-tengah
keluarga.
Masyarakat Togutil menganggap bahwa kaitan antara anak yang dilahirkan dengan
pohon yang ditanam adalah kehidupan mereka sebenarnya, seperti pohon itu, yang
akan tumbuh besar dan menghasilkan sesuatu yang bisa berguna bagi semua orang.
2.2.3 Ritual
Inilah ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat suku togutil yang
menganut animisme-dinamisme.
2.2.4 Gerakan dari kepercayaan tersebut
Gerakan yang dilakukan oleh masyaraka suku Togutil sebagai refleksi dari sisi
religinya adalah melakukan ritual sembayang atau menyembah kepada roh-roh halus
ataupun benda-benda yang diyakini memiliki nilai spritiualnya. Biasanya ritual sembayang
yang dilakukan adalah memberikan sesajen, seperti bunga-bunga, kembang tujuh rupa,
kemenyan, semacam cerutu, buah-buahan dan kopi.
16
2.3 Sistem Bahasa
2.3.1 Penyebaran Bahasa
Pada umumnya di Ternate mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Ternate. Para
ahli berpendapat bahwa bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Halmahera
Utara, yang merupakan kelompok bahasa non-Austronesia. Namun di Ternate
terdapat beberapa wilayah seperti Tidore, Ibu, Waiyoli, Tobaru, Madole, Tobelo,
Loloda, Galela, Tololiku, Isam yang memiliki perbedaan pelafalan, dan penulisan
bahasa Ternate.
2.3.2 Tata Cara Penggunaan Bahasa
Berikut ini adalah contoh penggunaan bahasa Ternate dalam kosakata umum :
2.4 Sistem Mata Pencaharian
2.4.1 Setiap orang untuk hidup harus makan
Dalam memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari, mereka akan melakukan
pemburuan, masuk ke dalam hutan-hutan untuk mengumpulkan hasil hutan dan berburu
untuk jangka waktu tertentu, kemudian hasil yang didapatkan akan dibagi dan dimakan
secara bersama-sama. Apabila bahan makanan yang mereka dapatkan dari hasil berburu
di hutan itu belum habis, mereka tidak akan melakukan kegiatan mencari makan atau
pemburuan sampai sisa persediaan makanan yang ada hampir habis. Jadi apabila
persediaan makanan sudah hampir habis, mereka akan kembali melakukan pencarian
17
makanan dan berburu. Orang suku Togutil biasanya mendapatkan makanan langsung dari
pohonnya, seperti buah-buahan dan umbi-umbian.
2.4.2 Kehidupan apa yang dipilih oleh masyarakat tersebut untuk mendapatkan
makanan
Kehidupan yang dipilih oleh masyarakat suku Togutil dalam mengumpulkan
makanan adalah berburu. Berburu dilakukan oleh semua orang laki-laki dari anggota
keluarga luas, dengan menggunakan anjing. Alat-alat berburu yang digunakan adalah
tombak, parang, dan panah disertai dengan tuba ( racun). Dalam usaha menangkap
buruan, mereka juga sudah mengenal penggunaan jerat. Masyarakat dari suku Togutil
mahir membuat jerat dari seutas rotan dan tanaman muda yang lentur melengkung untuk
menjerat. Jenis binatang yang diburu adalah babi, rusa, ayam hutan, burung, kuskus, ular,
biawak, dan kelelawar. Hasil yang mereka tangkap akan mereka masak bersama-sama .
2.4.3 Penyebarannya
Dalam usaha mengumpulkan makanan, masyarakat suku Togutil melakukan secara
berkelompok, misalnya meramu sagu, atau sendiri-sendiri seperti mengumpulkan umbi-
umbian dan buah-buahan. Kadang dalam pencarian makanan pokok mereka, mereka
pergi ke aliran sungai yang dekat dengan rumah mereka untuk menangkap ikan
menggunakan bambu runcing. Terkadang seruas bamboo dibuat menjadi panic penanak
nasi atau ramuan obat, dan selembar manggar, daun lontar muda dirangkai menjadi takir,
atau cangkir alami. Getah dammar dari hibum, kenari yang memiliki ukuran sebesar bola
tenis, di potong bagian kulitnya, dibakar, dan nyala apinya digunakan sebagai penerang
apabila ingin melakukan perburuan pada waktu malam hari.
18
2.4.4 Bagaimana mereka memenuhi kebutuhannya yang beragam
Bagi orang-orang suku Togutil, anjing merupakan harta yang paling tinggi.
Seorang Togutil tanpa anjing akan lumpuh dalam pekerjaan dan tidak bergairah. Hal ini
mungkin karena peranan anjing begitu besar dalam kehidupan seorang Togutil di hutan,
baik dalam berburu maupun mencari nafkah. Kemanapun orang suku Togutil pergi, ia
akan disertai anjingnya. Karena itulah tidak heran bila seekor anjing dapat menimbulkan
permasalahan persengketaan antar perorangan maupun antar kelompok yang berujung
pada perang kecil. Masalah bunuh-membunuh, keretakan hubungan antar kerabat dan
antar kelompok bisa saja dapat timbul akibat seekor anjing.
2.5 Sistem Pengetahuan
2.5.1 Kemampuan yang berkembang pada suatu masyarakat untuk mempermudah hidup
Masyarakat Togutil merupakan suku terpencil, jauh dari peradaban modern,
meskipun begitu mereka bisa melakukan hal-hal yang bisa untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Misalnya seperti dalam berburu, mereka sudah membuat
senjata-senjata yang bisa digunakan untuk membunuh binatang-binatang yang bisa
dijadikan untuk bahan makanan. Masyarakat suku Togutil juga bisa membuat penerangan
di malam hari dengan menggunakan biji kenari yang telah diolah lebih dahulu.
2.5.2 Pengetahuan meliputi :
Waktu
Arah
Kehidupan berburu
Kehidupan bercocok tanam
19
2.6 Sistem Organisasi Sosial
2.6.1 Sistem politik dan pemerintahan
Sistem politik dan pemerintahan Ternate masih bersifat tradisional dan cenderung
ke arah monarkis. Hal ini menyebabkan masyarakat Ternate menjadi terbagi-bagi
ke dalam strata sosial yang membedakan masyarakat Ternate yang satu dengan
yang lainnya.
2.6.2 Struktur pemerintahan yang dianut
Struktur pemerintahan yang dianut oleh masyarakat Ternate adalah struktur sosial
feodal, namun terdapat penggolongan yang bertolak atas dasar keturunan. Dengan
demikian pembagian masyarakat tradisional di Ternate tidak bersifat fungsional.
Adapun stratifikasi sosial masyarakat adat di Ternate terbagi atas :
Golongan Jou
Yaitu golongan istana yang terdiri dari sultan dan keluarganya, sampai tiga
turunan dalam satu garis lurus langsung. Sebutan terhadap kedua golongan
ini misalnya : Jou Kolano, Jo Boki, Kaicili Putra, dan Boki Putri
Penutup kepala berwarna putih hanya dipakai oleh golongan Jou
20
Golongan Dano
Yaitu golongan keluarga cucu sultan dan anak-anak yang dilahirkan dari
putri sultan dengan orang dari luar lingkungan istana atau masyarakat biasa,
juga termasuk keturunan dari kakak maupun adik kandung sang Sultan.
Golongan Bala
Golongan ini sering disebut dengan Bala Kusu se-Kano-Kano, yaitu mereka
yang berada di luar kedua golongan di atas termasuk dalam golongan rakyat
biasa.
Penutup kepala pejabat kesultanan
Dengan adanya Golongan Jou dan Dano, bukanlah berarti bahwa jabatan-
jabatan tinggi dalam Struktur Dewan Adat baik dalam bidang urusan
duniawi atau sosial (Bobato Dunia) maupun urusan keagamaan (Bobato
Akhirat) tertutup bagi golongan rakyat. Sebagai contoh; kepala adat dan
rumah-tangga istana biasanya dijabat oleh golongan rakyat.
21
Namun seiring dengan perkembangan jaman hingga saat ini, perkembangan
eksistensi dari penggolongan stratifikasi sosial dalam masyarakat Ternate
kian memudar dari waktu ke waktu. Fenomena ini terjadi karena tuntutan
jaman yang mau tidak mau menggiring pandangan masyarakat Ternate
modern ke arah persamaan hak dan derajat. Seperti halnya daerah lain di
Nusantara yang nota bene bekas suatu kerajaan atau kesultanan, masyarakat
Ternate modern juga berpandangan bahwa status sosial seseorang bukan
lagi ditentukan oleh faktor Genealogis, malainkan dari aspek SDM-nya.
Disamping pembagian struktur kehidupan sosial tersebut di atas, masih ada
lagi pembagian kelompok kekerabatan besar yang membagi seluruh
masyarakat Ternate atas 41 kelompok kekerabatan berdasarkan wilayah,
yaitu :
1. SOA SIO
Yaitu komunitas atau kelompok kekerabatan besar yang terbagi lagi
dalam beberapa Soa/Marga. Soa Sio terdiri dari 9 kelompok
Soa/Marga yang berada di di wilayah pusat Kesultanan).
2. SANGAJI
Yaitu komunitas atau kelompok kekerabatan pada beberapa distrik di
negeri seberang/di luar pulau Ternate.
3. HEKU
Yaitu komunitas atau kelompok kekerabatan masyarakat Ternate yang
wilayahnya mulai dari Ake Santosa (sekarang Kelurahan Salero) ke
arah utara hingga ke pulau Hiri termasuk Halmahera muka).
22
4. CIM
Yaitu kelompok kekerabatan atau komunitas masyarakat Ternate yang
wilayahnya dari Ake Santosa ke salatan hingga mencapai batas desa
Kalumata.
Meskipun sekarang struktur sosial sudah tidak terlalu ditentukan oleh faktor
genealogis, tetapi stratifikasi sosial tradisional Ternate masih tetap eksis di kalangan
tertentu, terutama di dalam masyarakat adat yang hingga saat ini masih tetap setia dengan
kebesaran dan kejayaan kesultanan Ternate pada masa lampau.
Pembagian kelompok kekerabatan murni yang terdiri dari 41 kelompok
kekerabatan seperti yang diuraikan di atas hingga saat ini masuh dipertahankan oleh
sebagian kalangan dan dalam bentuk kesatuan masyarakat. Saat ini masih banyak yang
menggunakan embel-embel nama marga di belakang nama orang tersebut.
23
2.7 Sistem Kesenian
2.7.1 Ragam kesenian yang dilakukan
Alat-alat musik
Di Ternate, pohon bambu, selain digunakan sebagai bahan baku untuk
peratalan pekerjaan, bisa digunakan juga sebagai alat musik, yang dikenal
dengan ” Musik Bambu Hitada” atau sering juga disebut dengan ”Hitadi”.
Alat musik utama pada musik Bambu Hitada adalah batangan bambu itu
sendiri, yang biasanya hanya terdiri dari 2 ruas saja dan panjangnya tidak lebih
dari 1,75 m. Biasanya batang bambu ini sudah sudah dilobangi sesuai nada
tone, dan dicat warna-warni untuk membuat tampilan bambu menjadi lebih
indah.
Hitadi
Selain Hitadi ada juga ”Musik Yanger” yaitu musik yang tidak menggunakan
bambu.
Musik Yanger
Musik Bambu Hitada dan Yanger ini biasanya hanya dimainkan pada acara-
acara tertentu saja, seperti perkawinan, pesta syukuran, pesta rakyat, dll.
Permainan musik ini biasanya dimainkan oleh group yang beranggotakan 5-14
orang.
24
Selain itu ada juga alat musik “Cikir” yang terbuat dari batok buah kelapa
yang masih utuh dan diisi dengan beberapa butir kerikil bulat atau biji kacang
hijau kering. Setiap musik yang dimainkan biasanya mengiringi dua orang
vokalis atau lebih yang menyanyikan sebuah lagu tradisional. Seperti biasanya
orang menyanyi, pada musik tradisional orang Ternate ini, durasinya antara 5
hingga 10 menit per lagu. Satu hal yang perlu diketahui bahwa, semua personil
group musik ini, biasanya adalah kaum laki-laki. Jarang terlihat kaum wanita
bergabung dalam group musik tradisional ini, kalaupun ada mereka hanya
berperan sebagai vokalis saja.
Cikir
2.7.2 Peranan kesenian dalam masyarakat
Kesenian memiliki sangat melekat dalam diri masyarakat Ternate. Mereka biasanya
bersama-sama dalam membuat musik, yang biasanya akan dipentaskan ke dalam
upacara adat, pesta perkawinan, dan syukuran. Jadi kesenian tradisional Ternate
jarang akan dipentaskan apabila ada acara-acara tertentu saja.
2.7.3 Contoh keseniannya :
Seni lukis
Seni pahat
Seni tari
Seni musik
25
B A B I I I
P E N U T U P
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil penulisan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah
1. Masih adanya nilai-nilai adat yang sangat melekat dalam darah orang Ternate
2. Kehidupan suku Togutil yang jauh dari peradaban dunia modern, hidup menggembara
di pedalaman untuk bertahan hidup
3. Masih adanya kehidupan yang membedakan satu orang dengan yang lainnya
berdasarkan stratifikasi sosial
3.1 SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka diberikan saran-saran yang sekiranya
dapat membantu para pembaca untuk masa mendatang, yaitu
1. Para pembaca harus lebih concern terhadap kehidupan asing di suku-suku lain di
Indonesia
2. Pemerintah harus menjaga suku-suku asing yang ada di Indonesia agar mereka tidak
punah
26
BIOGRAFI PENULIS
Wendy Kosasih, lahir di Jakarta, 25 Agustus 1989. Ia sekarang sedang menyelesaikan masa
kuliah di London School of Public Relations Jakarta semester 4. Hobinya adalah bermain basket,
nonton film-film terbaru di bioskop, membaca majalah, dan travelling. Keinginan untuk
travellingnya saat ini adalah ingin mengunjungi Los Angeles.
“what doesn’t kill you makes you stronger”
27
D A F T A R P U S T A K A
Mus J. Huliselan, Masalah Pemukiman Kembali Suku Bangsa Togutil di Kecamatan Wasilei Halmahera Tengah Sebuah Laporan Pejajagan, Universitas Patimura, Ambon, 1980. Majalah Ilmu-Ilmu Sastra - Indonesian Journal of Cultural Studies, Jilid VIII No.2, Edisi Nopember 1979, Penerbit Bharatara.
Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, (LP3ES, 1996).
Diejen-Roemen J. M. v., Uit het land waar St. Franciscus leefde. Over bewoners van Tobelo Boeeng. (Togutil, Lino, Biri-biri). Sejarah Masuknya Agama Kristen di Tobelo-Maluku Utara, 1956.
Martodirdjo H. S, Orang Togutil di Halmahera Tengah, 1984.
Organisasi Sosial Orang Togutil di Halmahera Tengah, 1985, p.35.
Anthon Ngarbingan, Pohon Sebagai Simbol Kelahiran : Mempertimbangkan Pemahaman Lokal tentang Pohon dalam Upaya Pemulihan Kerusakan Hutan, Lomba YPHL, 2008.
John Sharpe & Andrew A. Snelling, Evangelization of the Togutil, March 1994.
B. Soelarto, Sekelumit Monografi Daerah Ternate, Depdikbud, Jakarta.
Sumber :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?
option=com_content&task=view&id=112&Itemid=1722 \
http://en.wikipedia.org/wiki/Ternate
http://busranto.blogspot.com/2009/03/mengenal-orang-togutil-suku-terasing-di.html
http://www.geocities.com/alifuru67/y2000/sagu2801y2kb.htm
http://www.halmaherautara.com/artikel.php?id=38
http://ternate.popsick.com/pariwisata.html
http://reyhan07.wordpress.com/category/ternate/
www.busranto.blogspot.com
www.ternate.wordpress.com
28
http://ternate.wordpress.com/2008/01/17/stratifikasi-sosial-masyarakat-adat-di-
ternate/
http://ternate.wordpress.com/2008/01/17/stratifikasi-sosial-masyarakat-adat-di-
ternate/
www.halmaherautara.com
http://ternate.wordpress.com/2009/03/20/%E2%80%9Cthe-hidden-history-of-
jailolo%E2%80%9D-menelusuri-jejak-jejak-sejarah-kesultanan-jailolo/#more-172
gambar :
http://busranto.blogspot.com/2009/03/mengenal-orang-togutil-suku-terasing-di.html
http://ternate.popsick.com/pariwisata.html
http://ternate.wordpress.com/
http://ternate.wordpress.com/2009/03/20/%E2%80%9Cthe-hidden-history-of-
jailolo%E2%80%9D-menelusuri-jejak-jejak-sejarah-kesultanan-jailolo/#more-172
29