Post on 29-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejarah perkembangan kehidupan negara Indonesia mengalami suatu perubahan dan
perkembangan yang sangat besar terutama berkaitan dengan gerakan reformasi. Namun
demikian setelah kurang lebih Sembilan tahun bangsa Indonesia melakukan reformasi
disegala bidang, fakta menunjukan terjadinya carut-marut dalam pelaksanaan dan
penelenggaraan negara. Reformasi dibidang hukum dan politik telah banyak
dilakukan,namun kenyataannya tidak membawa perubahaan yang berarti dalam
kehidupan rakyat, terutama menyangkut kesejahteraan, baik lahir maupun batin.
Dalam menjalankan kehidupan bernegara perlu adanya suatu landasan atau pedoman
yang dimaksud yaitu pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat Negara republik Indonesia
yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II
No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Pancasila memiliki berbagai peran dalam fungsinya menjalankan hokum dan politik
di Negara Indonesia. Berdasarkan dengan pernyataan tersebut, maka dalam pembahasan
kali ini akan membahas lebih lanjut tentang pancasila sebagai etika politik.
B. Rumusan Masalah
Suatu Negara dalam menjalankan politik harus didasari oleh aturan atau pedoman
agar pelaksanaannya berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya. Dasar yang
dimaksud adalah pancasila, untuk itu perlu adanya suatu rumusan masalah bagaimana
peranan pancasila sebagai etika politik dalam Negara Indonesia.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Pancasila sebagai etika politik agar dalam penyelenggaraannya berjalan dengan baik sesuai fungsi yang ada.
2. Pancasila menjadi aturan main yang mengikat bagi pelaku politik dalam bertindak.3. Pancasila menjadi pedoman dalam etika politik agar tidak lepas dari nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar
Pancasila dalam asas pengertiannya yang tetap, sebagai dasar filsafat Negara dari RI.
Telepas dari susunan kata-kata yang tertentu dalam sebuah UUD, kata-kata mana
mungkin agak lain lagi dalam UUD Negara kita yang disusun oleh konstitud dikemudian
hari.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik, norma hokum, norma
moral maupun norma kenegaraan lainnya. Filsafat adalah suatu bidang ilmu yang
senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia.
Dalam suatu pemikiran filsaft tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang
merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nila-nilai
yang bersifat mendasar. Manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan
yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat, bangsa maupun
nergara maka nilai-nilai tersebut kemudia dijabarkan dalam suatu norma-norma yang
jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi :
1. Norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur
dari sudut baik maupun buruk.
2. Norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia. Jadi sila-sila pancasila pada hakikatnya buaknlah
merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun fraksis melainkan
merupakan suatu system nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma baik meliputi
norma moral maupun norma hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut
dalam norma-norma etika, moral maupun norma hokum dalam kehidupan kenegaraan
maupun kebangsaan.
B. Pengertian Etika
Filsafat dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok yaitu filsafat teoritis dan
filsafat praktis.
2
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu,atau bagaimana kita harus mengmbil sikap yang bertanggung jawab brhadapan
dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum mempertanyakan prinsip-
prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas
prinsip-prinsipyang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus
membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan
manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas
kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika social yang membahas tentang
kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan
suatu bagian terbesar dari etika khusus.
Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pokoknnya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak
susila”, “baik” dan “buruk”.
C. Pengertiaan Nilai, Norma dan Moral
1. Pengertian Nilai
Nilai atau “ value” (bhs. Inggris) termasuk bidang kajian filsafat. Persoaalan-
persolaan tentang nilai dibahas dan di pelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat
nilai (Axiology, Theory of Value). Filsafat sering juga di artikan sebagai ilmu nila-nilai .
Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences di kemukaan bahwa nilai
adalah kemampuan yang di percayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang meletakan pada
suatu objek, bukan objek itu sendiri.
Nilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan suatu
dengan suatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya di ambil keputusan. Keputusan itu
merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar
atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputuasan nilai yang di
lakukan oleh sobjek penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur yang ada pada
manusia, sebagai sobjek peniliai yaitu unsure-unsur jasmani,akal,rasa,karsa(kehendak)
dan kepercayaan. Sesuatu itu di katakan bernilai apa bila sesuatu itu berharga, berguna,
banar, indah, baik dan sebagiannya.
3
2. Hierarkhi Nilai
Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai hal ini sangat tergantung pada
titik tolak dan suut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian
serta hierarkhi nilai misalnya kalangan matrealis memandang bahwa nilai yang tertinggi
adalah nilai material. Kalangan hedunis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah
nilai kenikmatan.
Menurut Max Sceler tinggi rendahnya nilai-nilai dapat dikelompokan menjadi :
1) Nilai-nilai kenikmatan
2) Nilai-nilai kehidupan
3) Nilai-nilai kejiwaan
4) Nilai-nilai kerohanian
Walter G. Everet menggolong-golongkan Nilai-nilai manusiawi kedalam delapan
kelompok yaitu :
1) Nilai-nilai ekonomis
2) Nilai-nilai kejasmanian
3) Nilai-nilai hiburan
4) Nilai-nilai sosial
5) Nilai-nilai watak
6) Nilai-nilai estetis
7) Nilai-nilai intelektual
8) Nilai-nilai keagamaan
Notonagaro membagi nilai menjadi tiga macam, yaitu :
1) Nilai material
2) Nilai vital
3) Nilai kerohaniaan, yang dibedakan menjadi nilai kebenaran, nilai keindahan,
nilai kebaikan, dan nilai religious.
Dalam kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya maka nilai-nilai dapat
dikelompokan menjadi tiga macam yaitu nilai dasar, nilai instrumenta dan nilai praksis.
a. Nilai dasar
b. Nilai instrumental
c. Nilai praksis
4
3. Hubungan Nilai, Norma dan Moral
Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku
manusia, maka perlu lebih dikongritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara
kongkrit. Maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu
norma.
Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah
moral mengandung integritasdan martabat pribadi manusia. Drajat kepribadian seseorang
amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam
kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Moral yaitu
merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan
peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak agar menjadi manusia yang baik. Adapun di pihak lain etika adalah suatu
cabang filsfat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar tentanng ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral tersebut ( krammer, 1988 dalam darmodihardjo, 1996. )
D. Etika Politik
Pengelompokan etika sebagaimana dibahas dimuka, dibedakan atas etika umum dan
etika khusus. Etika khusus dibedakan menjadi pertama : etika individual, yang
membahas tentang kewajiban manusia sebagai manusia sebagai individu terhadap
dirinya sendiri, serta melalui suara hati terhadap Tuhannya, dan kedua : etika membahas
kewajiban serta norma-norma moral yang seharusnya dipatuhi dalam hubungan dengan
sesame manusia, masyarakat, bangsa dan Negara. Etika sosial memuat banya etika yang
khusus menganai wilayah-wilayah kehidupan manusia, misal etika keluarga, etika
profesi, etika lingkungan, etika pendidikan, etika seksual dan termasuk juga etika politik
yang menyangkut dimensi politis manusia.
Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek
sebagai perilaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat dengan
bidang pembahasan moral. Dalam suatu masyarakat Negara yang demikian ini maka
seseorang yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut
Negara serta masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan haturan yang
buruk dalam suatu masyarakat Negara. Oleh kerna itu aktualisasi etika politik harus
senantiasa mendasar pada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia (lihat
Suseno, 1987:15).
5
E. Pengertian Politik
Terciptanya suasana kehidupan politik yang sehat dan dinamis sebagai hasil
pembaharuan dan pembangunan politik yang mendasar sangat kita perlukan guna
menciptakan stabilitas nasiolan dalam segala bidang kehidupan.
Kita semua juga menyadari, bahwa adanya stabilitas merupakan syarat mutlak bagi
keberhasilan pembangunan nasional. Dan sebaliknya keberhasulan pembangunan
nasional akan memberikan akibat bagi terciptanya stabilitas nasional.
Kebijaksanaan pembangunan di bidang kehidupan politik ini akan memberikan
dampak positif bagi seluruh rakyat Indonesia dalam ikur berpartisipasisecara aktif dalam
kehidupan bernegara melalui mekanisme Demokrasi Pancasila.
Pengertian ‘Politik’ berasal dari kosa kata ‘Politics’, yang memiliki makna
bermacam-macam kegiatan dalam suatu system politik atau ‘Negara’,yang menyangkut
proses penentuan tujuan-tujuan dari system itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-
tujuan itu. Dalam hubungan dengan etika politik pengertian politik tersebut harus
dipahami dalam pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsure yang
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat Negara.
Dalamkehidupan bernegara, istilah politik memiliki makna bermacam-macam, dan
kesemuanya itu dikelompokan menjadi dua macam yaitu :
1. Politik sebagai sarana atau usaha untuk memperoleh kekuasaan dan dukungan dari
masyarakat dalam melakukan kehidupan bersama.
2. Politik dipergunakan untuk menunjukan kepada suatu rangkaian kegiatan atau cara-
carayang dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan yang dianggap baik.
Politik dalam arti kebijakan (policy) merupakan suatu proses alokasi system nilai
dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara, yang diyakini baik dan benar, dilakukan
oleh suatu institusi yang berwenang, agar menjadi pedoman pelaksanaan dalam
mewujudkan cita-citanya. Namun harus selalu diingat, bahwa didalam proses penetuan
kebijakan maupun pelaksanaan kebijakan itu terdapatrambu-rambu yang tidak boleh
dilanggar, yaitu kepentingan nasional, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan berdasarkan filsafat pancasila.
Kehidupan politik dapat dibagi dalam 2 sektor, yaitu:
1. Sektor pemerintahan,
2. Sektor kehidupan politik masyarakat.
6
Politik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Politik dalam negeri
Politik dalam negeri adalah kehidupan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong pertisipasi masyarakat dalam
suatu system. Unsure-unsurnya terdiri atas struktur politk, proses politk, budaya politik,
komunikasi politik, dan partisipasi politik.
2. Politik luar negeri
Politk luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan nasional dalam
pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri Indonesia yang berlandaskan pada Pembukaan
UUD 1945, yaitu melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, serta anti penjajahan bangsa satu terhadap bangsa
lainnya karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
F. Dimensi Politis Manusia
1. Manusia sebagai makhluk individu-sosial
Paham individualisme yang merupakan cikal bakal paham liberalism, memandang
manusia sebagai makhluk individu yang bebas. Konsekuensinya dalam setiap kehidupan
masyarakat, bangsa maupun Negara dasar ontologism ini meruakan dasar moral politik
Negara. Sehingga hak an kewajiban dalam kehidupan bersama senantiasa diukur
berdasarkan kepentingan dan tujuan berdasarkan paradigm sifat kodrat manusia sebagai
individu.
Manusia tidak mengkin memenuhu segala kebutuhannya, jikalau berdasarkan
padasuatu anggapan bahwa sifat kodratmanusia hanya bersifat individu atau social saja.
Untuk menjamin kebebasannya ia senantiasa memerlukan orang lain atau masyarakat.
Oleh karena itu manusia tidak mungkin bersifat bebasjikalau ia hanya bersifat totalities
individu atau social saja.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, kebebasan sebagai individu dan segala
aktivitas dan kreatifitas dalam hidupnya senantiasa tergantung kepada orang lain, hal ini
dikarenakan manusia sebagai warga masyarekat atau sebagai makhluk social.
Kesosialannya tidak hanya merupakan tambahan dari luar terhadap individualitasnya,
melainkan secara kodrati manusia ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa
terkandung kepada orang lain. Hal inilah menentukan segala sifat serta kepribadiannya
sehingga individualitas dan sosialitasnya senantiasa bersifat korelatif.
7
G. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan,
melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan
legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan
penyelenggaran Negara. Sila pertama dan kedua adalah merupakan sumber nilai-nilai
moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan, juga merupakan nilai-nilai moralitas
dalam kehidupan Negara.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negaradijalankan sesuai dengan :
1. Asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang
berlaku,
2. Disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis) dan,
3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengannya
(legitimasimoral) (lihat Suseno, 1987 : 115)
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, segala kebijakan, kekuasaan,
kewenangan serta pembagian senantiasa hatus berdasarkan atas hukum yang berlaku.
Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan menimbulkan
ketidak keseimbangan dalam kehidupan Negara.
Prinsip-prinsip dasar etika politik itu dalam realisasi praksis dalam kehidupan
kenegaraan senantiasa dilaksanakan secara korelatif diantara ketiganya. Kebijakan serta
keputusan yang diambil dalam pelaksanaan kenegaraan baik yang menyangkut politik
dalam negeri maupun luar negeri, ekonomi baik nasional maupun global, yang
menyangkut rakyat, dan yang lainnya selain berdasarkan hukum yang berlaku (legitimasi
hukum), harus mendapat legitimasi rakyat (legitimasi demokratis) dan juga harus
berdasarkan prinsip-prinsip moralitas (legitimasi moral).
Etika politik itu juga harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat
secara kongkrit dalam pelaksanaan pemerintahan Negara. Para pejabat eksekutif, anggota
legislatif, maupun yudikatif, para pejabat Negara, anggota DPR maupun MPR aparat
pelaksana dan penegak hukum, harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan
legitimasi demokratis juga harus berdasarkan pada legitimasi moral.
8
BAB III
ANALISIS
Setelah mengenai pancasila sebagai etika politik maka didapat analisis yang
diperoleh dari gabungan buku-buku yang berdasarkan etika politik dan pancasila.
Pancasila adalah dasar filsafat Negara RI dan juga sebagai dasar landasan hukum
Negara RI dan juga sebagai dasar landasan hokum Negara R.I. Pancasila merupakan
pendoman Negara R.I yang didalamnya memiliki norma dan nilai sehingga pancasila menjadi
dasar Negara R.I.
Etika adalah suatu ilmu yang mempelajari moral, sikap, bertindak berperilaku
kepada diri sendiri dan orang lain.
Politik adalah suatu interaksi institusi yang memperoleh wewenang yang sah dari
rakyat untuk menentukan alokasi system nilai serta strategi dasar yang dipakai sebagai arahan
sekaligus pedoman dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menjelaskan permasalahan-permasalahan Bab I, Bab II dan Bab III
maka pada Bab ini penulis menarik beberapa kesimpulan lain sebagai berikut :
a. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral.
b. ‘Politik’ berasal dari kosa kata ‘Politics’, yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu system politik atau ‘Negara’,yang menyangkut proses penentuan
tujuan-tujuan dari system itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.
c. Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan,
melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan
legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan
penyelenggaran Negara.
B. Saran
a. Dalam menjalankan dan melaksanakan politik diharapakan dapat menerapkan
Pancasila sebagai etika politik.
b. Sebaiknya kita menjadikan pancasila sebagai pedoman bukan hanya diucapkan tapi
harus kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
10
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Seperti yang diketahui pancasila merupakan dasar pedoman Negara Republik
Indonesia. Dalam menjalankan suatu politik perlu adanya etika dalam pelaksanaannya. Oleh
karena itu, makalah ini membahas tentang fungsi pancasila sebagai etika politik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh masih dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran dari berbagai pihak maupun
yang bersifat membangun.
11
i
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, paradigma, Yogyakarta.
Kaelan, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan, paradigm, Yogyakarta.
Alhaj Pangeran & Patria Usmani Surya, 2002, Pendidikan Pancasila, Universitas
Terbuka, Jakarta.
Kaelan, 2002, Pendidikan Pancasila, paradigma, Yogyakarta.
Notonagoro, 1983, Pancasila Dasar Falsafah Negara, Bina Aksara, Jakarta.
Suhadi, 2000, Pendidikan Pancasila, Diktat Kuliah, Yogyakarta.
12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar......................................................................................................2
B. Pengertian Etika...........................................................................................2
C. Pengertian nilai, norma dan moral.............................................................3
D. Etika politik...................................................................................................5
E. Pengertian politik.........................................................................................6
F. Dimensi politis manusia...............................................................................7
G. Nilai-nilai pancasila sebagai sumber etika politik.....................................8
BAB III ANALISIS..................................................................................................9
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
13
ii
MAKALAH BAHASA INDONESIAMATERI PEMBAHASAN
“PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK”
Dosen :Mariatul Kiptiah. S.Pd, M.Pd.
Nama Kelompok 3 :
Nila Jumiharni C1B111027Ummi Ratna Sari Dewi C1B111029Laily Maulia Diana C1B111031M. Nor C1B111071Nor Hidayatullah C1B111127Rina Agustina C1B111229
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS EKONOMI
S1 MANAJEMEN
14
2011
15