Pancasila Sebagai Etika Politik

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah perkembangan kehidupan negara Indonesia mengalami suatu perubahan dan perkembangan yang sangat besar terutama berkaitan dengan gerakan reformasi. Namun demikian setelah kurang lebih Sembilan tahun bangsa Indonesia melakukan reformasi disegala bidang, fakta menunjukan terjadinya carut-marut dalam pelaksanaan dan penelenggaraan negara. Reformasi dibidang hukum dan politik telah banyak dilakukan,namun kenyataannya tidak membawa perubahaan yang berarti dalam kehidupan rakyat, terutama menyangkut kesejahteraan, baik lahir maupun batin. Dalam menjalankan kehidupan bernegara perlu adanya suatu landasan atau pedoman yang dimaksud yaitu pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat Negara republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Pancasila memiliki berbagai peran dalam fungsinya menjalankan hokum dan politik di Negara Indonesia. Berdasarkan dengan pernyataan tersebut, maka dalam pembahasan kali ini akan membahas lebih lanjut tentang pancasila sebagai etika politik. B. Rumusan Masalah 1

description

Dalam menjalankan kehidupan bernegara perlu adanya suatu landasan atau pedoman yang dimaksud yaitu pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat Negara republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.

Transcript of Pancasila Sebagai Etika Politik

Page 1: Pancasila Sebagai Etika Politik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejarah perkembangan kehidupan negara Indonesia mengalami suatu perubahan dan

perkembangan yang sangat besar terutama berkaitan dengan gerakan reformasi. Namun

demikian setelah kurang lebih Sembilan tahun bangsa Indonesia melakukan reformasi

disegala bidang, fakta menunjukan terjadinya carut-marut dalam pelaksanaan dan

penelenggaraan negara. Reformasi dibidang hukum dan politik telah banyak

dilakukan,namun kenyataannya tidak membawa perubahaan yang berarti dalam

kehidupan rakyat, terutama menyangkut kesejahteraan, baik lahir maupun batin.

Dalam menjalankan kehidupan bernegara perlu adanya suatu landasan atau pedoman

yang dimaksud yaitu pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat Negara republik Indonesia

yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum

dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II

No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.

Pancasila memiliki berbagai peran dalam fungsinya menjalankan hokum dan politik

di Negara Indonesia. Berdasarkan dengan pernyataan tersebut, maka dalam pembahasan

kali ini akan membahas lebih lanjut tentang pancasila sebagai etika politik.

B. Rumusan Masalah

Suatu Negara dalam menjalankan politik harus didasari oleh aturan atau pedoman

agar pelaksanaannya berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya. Dasar yang

dimaksud adalah pancasila, untuk itu perlu adanya suatu rumusan masalah bagaimana

peranan pancasila sebagai etika politik dalam Negara Indonesia.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Pancasila sebagai etika politik agar dalam penyelenggaraannya berjalan dengan baik sesuai fungsi yang ada.

2. Pancasila menjadi aturan main yang mengikat bagi pelaku politik dalam bertindak.3. Pancasila menjadi pedoman dalam etika politik agar tidak lepas dari nilai-nilai dan

norma-norma yang berlaku.

1

Page 2: Pancasila Sebagai Etika Politik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar

Pancasila dalam asas pengertiannya yang tetap, sebagai dasar filsafat Negara dari RI.

Telepas dari susunan kata-kata yang tertentu dalam sebuah UUD, kata-kata mana

mungkin agak lain lagi dalam UUD Negara kita yang disusun oleh konstitud dikemudian

hari.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai

sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik, norma hokum, norma

moral maupun norma kenegaraan lainnya. Filsafat adalah suatu bidang ilmu yang

senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia.

Dalam suatu pemikiran filsaft tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang

merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nila-nilai

yang bersifat mendasar. Manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan

yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat, bangsa maupun

nergara maka nilai-nilai tersebut kemudia dijabarkan dalam suatu norma-norma yang

jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi :

1. Norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur

dari sudut baik maupun buruk.

2. Norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia.

Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala

sumber hukum di Indonesia. Jadi sila-sila pancasila pada hakikatnya buaknlah

merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun fraksis melainkan

merupakan suatu system nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma baik meliputi

norma moral maupun norma hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut

dalam norma-norma etika, moral maupun norma hokum dalam kehidupan kenegaraan

maupun kebangsaan.

B. Pengertian Etika

Filsafat dibagi menjadi dua kelompok bahasan pokok yaitu filsafat teoritis dan

filsafat praktis.

2

Page 3: Pancasila Sebagai Etika Politik

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu

etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar

tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang

membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral

tertentu,atau bagaimana kita harus mengmbil sikap yang bertanggung jawab brhadapan

dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum mempertanyakan prinsip-

prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas

prinsip-prinsipyang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus

membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan

manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas

kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika social yang membahas tentang

kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan

suatu bagian terbesar dari etika khusus.

Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pokoknnya

membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak

susila”, “baik” dan “buruk”.

C. Pengertiaan Nilai, Norma dan Moral

1. Pengertian Nilai

Nilai atau “ value” (bhs. Inggris) termasuk bidang kajian filsafat. Persoaalan-

persolaan tentang nilai dibahas dan di pelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat

nilai (Axiology, Theory of Value). Filsafat sering juga di artikan sebagai ilmu nila-nilai .

Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences di kemukaan bahwa nilai

adalah kemampuan yang di percayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan

manusia jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang meletakan pada

suatu objek, bukan objek itu sendiri.

Nilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan suatu

dengan suatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya di ambil keputusan. Keputusan itu

merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar

atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputuasan nilai yang di

lakukan oleh sobjek penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur yang ada pada

manusia, sebagai sobjek peniliai yaitu unsure-unsur jasmani,akal,rasa,karsa(kehendak)

dan kepercayaan. Sesuatu itu di katakan bernilai apa bila sesuatu itu berharga, berguna,

banar, indah, baik dan sebagiannya.

3

Page 4: Pancasila Sebagai Etika Politik

2. Hierarkhi Nilai

Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai hal ini sangat tergantung pada

titik tolak dan suut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian

serta hierarkhi nilai misalnya kalangan matrealis memandang bahwa nilai yang tertinggi

adalah nilai material. Kalangan hedunis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah

nilai kenikmatan.

Menurut Max Sceler tinggi rendahnya nilai-nilai dapat dikelompokan menjadi :

1) Nilai-nilai kenikmatan

2) Nilai-nilai kehidupan

3) Nilai-nilai kejiwaan

4) Nilai-nilai kerohanian

Walter G. Everet menggolong-golongkan Nilai-nilai manusiawi kedalam delapan

kelompok yaitu :

1) Nilai-nilai ekonomis

2) Nilai-nilai kejasmanian

3) Nilai-nilai hiburan

4) Nilai-nilai sosial

5) Nilai-nilai watak

6) Nilai-nilai estetis

7) Nilai-nilai intelektual

8) Nilai-nilai keagamaan

Notonagaro membagi nilai menjadi tiga macam, yaitu :

1) Nilai material

2) Nilai vital

3) Nilai kerohaniaan, yang dibedakan menjadi nilai kebenaran, nilai keindahan,

nilai kebaikan, dan nilai religious.

Dalam kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya maka nilai-nilai dapat

dikelompokan menjadi tiga macam yaitu nilai dasar, nilai instrumenta dan nilai praksis.

a. Nilai dasar

b. Nilai instrumental

c. Nilai praksis

4

Page 5: Pancasila Sebagai Etika Politik

3. Hubungan Nilai, Norma dan Moral

Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku

manusia, maka perlu lebih dikongritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif

sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara

kongkrit. Maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu

norma.

Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah

moral mengandung integritasdan martabat pribadi manusia. Drajat kepribadian seseorang

amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam

kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Moral yaitu

merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan

peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan

bertindak agar menjadi manusia yang baik. Adapun di pihak lain etika adalah suatu

cabang filsfat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar tentanng ajaran-ajaran dan

pandangan-pandangan moral tersebut ( krammer, 1988 dalam darmodihardjo, 1996. )

D. Etika Politik

Pengelompokan etika sebagaimana dibahas dimuka, dibedakan atas etika umum dan

etika khusus. Etika khusus dibedakan menjadi pertama : etika individual, yang

membahas tentang kewajiban manusia sebagai manusia sebagai individu terhadap

dirinya sendiri, serta melalui suara hati terhadap Tuhannya, dan kedua : etika membahas

kewajiban serta norma-norma moral yang seharusnya dipatuhi dalam hubungan dengan

sesame manusia, masyarakat, bangsa dan Negara. Etika sosial memuat banya etika yang

khusus menganai wilayah-wilayah kehidupan manusia, misal etika keluarga, etika

profesi, etika lingkungan, etika pendidikan, etika seksual dan termasuk juga etika politik

yang menyangkut dimensi politis manusia.

Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek

sebagai perilaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat dengan

bidang pembahasan moral. Dalam suatu masyarakat Negara yang demikian ini maka

seseorang yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut

Negara serta masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan haturan yang

buruk dalam suatu masyarakat Negara. Oleh kerna itu aktualisasi etika politik harus

senantiasa mendasar pada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai manusia (lihat

Suseno, 1987:15).

5

Page 6: Pancasila Sebagai Etika Politik

E. Pengertian Politik

Terciptanya suasana kehidupan politik yang sehat dan dinamis sebagai hasil

pembaharuan dan pembangunan politik yang mendasar sangat kita perlukan guna

menciptakan stabilitas nasiolan dalam segala bidang kehidupan.

Kita semua juga menyadari, bahwa adanya stabilitas merupakan syarat mutlak bagi

keberhasilan pembangunan nasional. Dan sebaliknya keberhasulan pembangunan

nasional akan memberikan akibat bagi terciptanya stabilitas nasional.

Kebijaksanaan pembangunan di bidang kehidupan politik ini akan memberikan

dampak positif bagi seluruh rakyat Indonesia dalam ikur berpartisipasisecara aktif dalam

kehidupan bernegara melalui mekanisme Demokrasi Pancasila.

Pengertian ‘Politik’ berasal dari kosa kata ‘Politics’, yang memiliki makna

bermacam-macam kegiatan dalam suatu system politik atau ‘Negara’,yang menyangkut

proses penentuan tujuan-tujuan dari system itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-

tujuan itu. Dalam hubungan dengan etika politik pengertian politik tersebut harus

dipahami dalam pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsure yang

membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat Negara.

Dalamkehidupan bernegara, istilah politik memiliki makna bermacam-macam, dan

kesemuanya itu dikelompokan menjadi dua macam yaitu :

1. Politik sebagai sarana atau usaha untuk memperoleh kekuasaan dan dukungan dari

masyarakat dalam melakukan kehidupan bersama.

2. Politik dipergunakan untuk menunjukan kepada suatu rangkaian kegiatan atau cara-

carayang dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan yang dianggap baik.

Politik dalam arti kebijakan (policy) merupakan suatu proses alokasi system nilai

dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara, yang diyakini baik dan benar, dilakukan

oleh suatu institusi yang berwenang, agar menjadi pedoman pelaksanaan dalam

mewujudkan cita-citanya. Namun harus selalu diingat, bahwa didalam proses penetuan

kebijakan maupun pelaksanaan kebijakan itu terdapatrambu-rambu yang tidak boleh

dilanggar, yaitu kepentingan nasional, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tetap

tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan berdasarkan filsafat pancasila.

Kehidupan politik dapat dibagi dalam 2 sektor, yaitu:

1. Sektor pemerintahan,

2. Sektor kehidupan politik masyarakat.

6

Page 7: Pancasila Sebagai Etika Politik

Politik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Politik dalam negeri

Politik dalam negeri adalah kehidupan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD

1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong pertisipasi masyarakat dalam

suatu system. Unsure-unsurnya terdiri atas struktur politk, proses politk, budaya politik,

komunikasi politik, dan partisipasi politik.

2. Politik luar negeri

Politk luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan nasional dalam

pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri Indonesia yang berlandaskan pada Pembukaan

UUD 1945, yaitu melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, serta anti penjajahan bangsa satu terhadap bangsa

lainnya karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

F. Dimensi Politis Manusia

1. Manusia sebagai makhluk individu-sosial

Paham individualisme yang merupakan cikal bakal paham liberalism, memandang

manusia sebagai makhluk individu yang bebas. Konsekuensinya dalam setiap kehidupan

masyarakat, bangsa maupun Negara dasar ontologism ini meruakan dasar moral politik

Negara. Sehingga hak an kewajiban dalam kehidupan bersama senantiasa diukur

berdasarkan kepentingan dan tujuan berdasarkan paradigm sifat kodrat manusia sebagai

individu.

Manusia tidak mengkin memenuhu segala kebutuhannya, jikalau berdasarkan

padasuatu anggapan bahwa sifat kodratmanusia hanya bersifat individu atau social saja.

Untuk menjamin kebebasannya ia senantiasa memerlukan orang lain atau masyarakat.

Oleh karena itu manusia tidak mungkin bersifat bebasjikalau ia hanya bersifat totalities

individu atau social saja.

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, kebebasan sebagai individu dan segala

aktivitas dan kreatifitas dalam hidupnya senantiasa tergantung kepada orang lain, hal ini

dikarenakan manusia sebagai warga masyarekat atau sebagai makhluk social.

Kesosialannya tidak hanya merupakan tambahan dari luar terhadap individualitasnya,

melainkan secara kodrati manusia ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa

terkandung kepada orang lain. Hal inilah menentukan segala sifat serta kepribadiannya

sehingga individualitas dan sosialitasnya senantiasa bersifat korelatif.

7

Page 8: Pancasila Sebagai Etika Politik

G. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik

Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan,

melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan

legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan

penyelenggaran Negara. Sila pertama dan kedua adalah merupakan sumber nilai-nilai

moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan, juga merupakan nilai-nilai moralitas

dalam kehidupan Negara.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar

kekuasaan dalam negaradijalankan sesuai dengan :

1. Asas legalitas (legitimasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang

berlaku,

2. Disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis) dan,

3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengannya

(legitimasimoral) (lihat Suseno, 1987 : 115)

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, segala kebijakan, kekuasaan,

kewenangan serta pembagian senantiasa hatus berdasarkan atas hukum yang berlaku.

Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan menimbulkan

ketidak keseimbangan dalam kehidupan Negara.

Prinsip-prinsip dasar etika politik itu dalam realisasi praksis dalam kehidupan

kenegaraan senantiasa dilaksanakan secara korelatif diantara ketiganya. Kebijakan serta

keputusan yang diambil dalam pelaksanaan kenegaraan baik yang menyangkut politik

dalam negeri maupun luar negeri, ekonomi baik nasional maupun global, yang

menyangkut rakyat, dan yang lainnya selain berdasarkan hukum yang berlaku (legitimasi

hukum), harus mendapat legitimasi rakyat (legitimasi demokratis) dan juga harus

berdasarkan prinsip-prinsip moralitas (legitimasi moral).

Etika politik itu juga harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat

secara kongkrit dalam pelaksanaan pemerintahan Negara. Para pejabat eksekutif, anggota

legislatif, maupun yudikatif, para pejabat Negara, anggota DPR maupun MPR aparat

pelaksana dan penegak hukum, harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan

legitimasi demokratis juga harus berdasarkan pada legitimasi moral.

8

Page 9: Pancasila Sebagai Etika Politik

BAB III

ANALISIS

Setelah mengenai pancasila sebagai etika politik maka didapat analisis yang

diperoleh dari gabungan buku-buku yang berdasarkan etika politik dan pancasila.

Pancasila adalah dasar filsafat Negara RI dan juga sebagai dasar landasan hukum

Negara RI dan juga sebagai dasar landasan hokum Negara R.I. Pancasila merupakan

pendoman Negara R.I yang didalamnya memiliki norma dan nilai sehingga pancasila menjadi

dasar Negara R.I.

Etika adalah suatu ilmu yang mempelajari moral, sikap, bertindak berperilaku

kepada diri sendiri dan orang lain.

Politik adalah suatu interaksi institusi yang memperoleh wewenang yang sah dari

rakyat untuk menentukan alokasi system nilai serta strategi dasar yang dipakai sebagai arahan

sekaligus pedoman dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan.

9

Page 10: Pancasila Sebagai Etika Politik

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menjelaskan permasalahan-permasalahan Bab I, Bab II dan Bab III

maka pada Bab ini penulis menarik beberapa kesimpulan lain sebagai berikut :

a. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan

pandangan-pandangan moral.

b. ‘Politik’ berasal dari kosa kata ‘Politics’, yang memiliki makna bermacam-macam

kegiatan dalam suatu system politik atau ‘Negara’,yang menyangkut proses penentuan

tujuan-tujuan dari system itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.

c. Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan,

melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan

legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan

penyelenggaran Negara.

B. Saran

a. Dalam menjalankan dan melaksanakan politik diharapakan dapat menerapkan

Pancasila sebagai etika politik.

b. Sebaiknya kita menjadikan pancasila sebagai pedoman bukan hanya diucapkan tapi

harus kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

10

Page 11: Pancasila Sebagai Etika Politik

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat

waktu.

Seperti yang diketahui pancasila merupakan dasar pedoman Negara Republik

Indonesia. Dalam menjalankan suatu politik perlu adanya etika dalam pelaksanaannya. Oleh

karena itu, makalah ini membahas tentang fungsi pancasila sebagai etika politik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh masih dari kata

sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik serta saran dari berbagai pihak maupun

yang bersifat membangun.

11

i

Page 12: Pancasila Sebagai Etika Politik

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, paradigma, Yogyakarta.

Kaelan, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan, paradigm, Yogyakarta.

Alhaj Pangeran & Patria Usmani Surya, 2002, Pendidikan Pancasila, Universitas

Terbuka, Jakarta.

Kaelan, 2002, Pendidikan Pancasila, paradigma, Yogyakarta.

Notonagoro, 1983, Pancasila Dasar Falsafah Negara, Bina Aksara, Jakarta.

Suhadi, 2000, Pendidikan Pancasila, Diktat Kuliah, Yogyakarta.

12

Page 13: Pancasila Sebagai Etika Politik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

C. Tujuan dan Manfaat....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengantar......................................................................................................2

B. Pengertian Etika...........................................................................................2

C. Pengertian nilai, norma dan moral.............................................................3

D. Etika politik...................................................................................................5

E. Pengertian politik.........................................................................................6

F. Dimensi politis manusia...............................................................................7

G. Nilai-nilai pancasila sebagai sumber etika politik.....................................8

BAB III ANALISIS..................................................................................................9

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................10

B. Saran..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

13

ii

Page 14: Pancasila Sebagai Etika Politik

MAKALAH BAHASA INDONESIAMATERI PEMBAHASAN

“PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK”

Dosen :Mariatul Kiptiah. S.Pd, M.Pd.

Nama Kelompok 3 :

Nila Jumiharni C1B111027Ummi Ratna Sari Dewi C1B111029Laily Maulia Diana C1B111031M. Nor C1B111071Nor Hidayatullah C1B111127Rina Agustina C1B111229

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS EKONOMI

S1 MANAJEMEN

14

Page 15: Pancasila Sebagai Etika Politik

2011

15