Post on 20-May-2019
OPTIMASI KONSENTRASI HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA
(HPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC
WOUND HEALING DENGAN ZAT AKTIF PIROKSIKAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Gracia Elwy Nona Sanjivany
NIM : 138114064
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HALAMAN JUDUL
OPTIMASI KONSENTRASI HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA
(HPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC
WOUND HEALING DENGAN ZAT AKTIF PIROKSIKAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Gracia Elwy Nona Sanjivany
NIM : 138114064
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Action is the foundational key to all success”
- Pablo Picasso -
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus sumber kekuatan dan pengharapanku, serta Bunda Maria bunda
pendengar, penolong, dan penghantar permohonanku
Papa & mama yang senantiasa mendukungku, serta kakak & adikku yang selalu
menyayangiku
Teman-teman yang tiada henti menjadi penghibur, penyemangat, dan teman belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih yang telah memberikan
rahmat dan anugerah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Optimasi Konsentrasi Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) Sebagai Polimer
Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing Dengan Zat Aktif Piroksikam”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi. Diharapkan juga dapat menjadi
tambahan pengetahuan bagi para pembaca tentang formulasi hydrocolloid matrix
piroksikam sebagai sediaan penyembuh luka diabetik.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka
dengan penuh syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan ilmu, waktu, semangat dan masukan untuk penyelesaian
penelitian ini.
3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang
bersedia memberikan saran dan perbaikan yang membangun dalam
penelitian ini.
4. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang bersedia
memberikan saran dan perbaikan yang membangun dalam penelitian
ini.
5. Bapak Enade Istyastono, Ph.D., Apt. dan Bapak Florentinus Dika Octa
Riswanto, M.Sc. yang bersedia memberikan masukan dalam penelitian
ini.
6. Bapak Yohanes Ratijo yang telah banyak meluangkan waktu untuk
membantu penelitian ini.
7. PT. Erela dan PT. Dexa Medica selaku perusahaan industri farmasi
yang telah membantu pengadaan bahan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
8. DP2M Dikti yang telah memberikan Grant penelitian untuk mendukung
sebagian pendanaan penelitian berdasar kontrak Surat Perjanjian
Pelaksanaan Hibah No.010/HB/LIT/III/2016 tanggal 15 Maret 2016.
9. Keluarga penulis yang telah memberikan semangat, doa, dan kasih.
10. Dipta, Fidelia, dan Ryan yang menjadi rekan berjuang bersama; Tim
Scarless Wound Healing atas kerjasama dan dinamika selama
penelitian berlangsung, Yogi yang selalu memberi semangat dan
masukan; Rere, Ajeng, Tasha, Milla, Eta, Lia, Noni, Tama, Kevin,
Ellin, Fenny, Herna, Rency, Lala, Asti yang menjadi tempat saling
berbagi dan mendukung.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan di dalam skripsi ini.
Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati penulis menerima kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan selamat membaca.
Yogyakarta, 18 Januari 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
OPTIMASI KONSENTRASI HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA
(HPMC) SEBAGAI POLIMER HYDROCOLLOID MATRIX DIABETIC
WOUND HEALING DENGAN ZAT AKTIF PIROKSIKAM
Gracia Elwy Nona Sanjivany
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia.
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
gracia.elwy@gmail.com
ABSTRAK
Peningkatan enzim MMP-9 secara berlebihan pada penderita diabetes
mellitus menjadi penyebab utama terjadinya komplikasi ulkus kaki diabetik.
Piroksikam memiliki aktivitas penghambatan enzim MMP-9 diduga mampu
mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik. Hydrocolloid dressing
direkomendasikan untuk pengobatan ulkus kaki diabetik. HPMC digunakan
sebagai polimer untuk mengontrol pelepasan zat aktif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi HPMC yang optimal sebagai polimer hydrocolloid
diabetic wound healing matrix. Karakteristik fisikokimia dievaluasi. Formula
optimal diaplikasikan setiap 24 jam pada luka eksisi tikus jantan terinduksi dan
tidak terinduksi aloksan. Persen penutupan luka dihitung hingga 100% dan
dilanjutkan uji histopatologi. Hasil evaluasi sediaan dan penutupan luka dianalisis
menggunakan software R pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan analisis
statistik, F2 adalah formula optimal karena memiliki DE360 paling besar
(53,05±8,894%), kemampuan menyerap lembab yang besar (19,96±1,228% dan
4,5x10-4±6x10-5 g/jam), persen kandungan obat (81,568±15,867%), stabil pada suhu
37oC (84,258±4,093%), serta terdapat perbedaan antara lama waktu penyembuhan
antarluka pada kelompok tikus normal dan diabetes (p-value <0,05). Hasil uji
histopatologi menunjukkan hydrocolloid matrix dengan zat aktif piroksikam
memberikan kualitas penyembuhan luka diabetik yang baik.
Kata kunci: diabetic wound healing, HPMC, hydrocolloid matrix, piroksikam
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Excess elevation of MMP-9 enzyme in people with diabetes is the main
cause of diabetic foot ulcer complications. Piroxicam which has inhibitory activity
of the MMP-9 enzyme allegedly able to accelerate the healing of diabetic foot
ulcers. Hydrocolloid dressings are recommended for the treatment of diabetic foot
ulcers. HPMC is used as polymer to control the release of active substances. This
study aims to determine the optimal concentration of HPMC as polymer in
hydrocolloid matrix diabetic wound healing. Physicochemical characterizations
were evaluated. The optimal formula was applied every 24 hours in the wound
excision of male rats induced and not induced with alloxan. The wound closure
percentage was calculated up to 100% and continued with histopathology test. The
results of the evaluation and the wound closure was analyzed using R software with
a 95% confidence level. Based on statistical analysis, F2 was the optimal formula
because of its highest DE360 (53,05±8,894%), highest moisture absorption ability
(19,96±1,228% and 4,5x10-4±6x10-5 g/h), drug content (81,568±15,867%), stable in
37oC (84,258±4,093%), and difference between the length of wound healing in
normal and diabetic rats group (p-value <0,05). Histopathology test results showed
that piroxicam hydrocolloid matrix provide good quality for the diabetic wound
healing.
Keywords: diabetic wound healing, HPMC, hydrocolloid matrix, piroxicam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI .......................................................... vi
PRAKATA ......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
METODE PENELITIAN .................................................................................... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 6
KESIMPULAN ................................................................................................... 13
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14
LAMPIRAN ........................................................................................................ 16
BIOGAFI PENULIS ........................................................................................... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula hydrocolloid matrix .............................................................. 3
Tabel II. Hasil Evaluasi Sediaan dan Uji Stabilitas ........................................... 10
Tabel III. Hasil Uji Iritasi Kulit Dermal Akut pada Kelinci ............................... 11
Tabel IV. Interpretasi Hasil Uji Histopatologi dan Lama Waktu Penyembuhan
Luka Mencapai 100% ......................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil Uji Sterilitas.............................................................................. 6
Gambar 2. Kurva Hubungan %Pelepasan Obat Kumulatif dengan Waktu ......... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian ................................................................... 17
Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian.................................................... 36
Lampiran 3. Certificate of Analysis Bahan Penelitian .................................. 38
Lampiran 4. Pembuatan Sediaan .................................................................. 40
Lampiran 5. Karakteristik Sediaan ............................................................... 41
Lampiran 6. Verifikasi Metode Analisis ...................................................... 44
Lampiran 7. Stabilitas Fisikokimia Sediaan ................................................. 47
Lampiran 8. Data Profil Pelepasan Obat ...................................................... 63
Lampiran 9. Data Uji Iritasi Akut Dermal pada Kelinci .............................. 65
Lampiran 10. Data Uji Aktivitas Sediaan ....................................................... 67
Lampiran 11. Hasil Uji Histopatologi ............................................................ 68
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik ............................................................. 70
Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus merupakan kondisi hiperglikemia di mana tubuh tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif
(International Diabetes Federation, 2015). Apabila hal ini tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan berbagai komplikasi kronis yaitu salah satunya ulkus kaki diabetik yang rentan
terhadap infeksi dan amputasi kaki (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Komplikasi kejadian
ulkus kaki diabetik di Indonesia mencapai 15% dari seluruh penderita DM dengan angka
amputasi 23,5% (Utami et al., 2014).
Menurut Hamed et al. (2014), proses penyembuhan luka pada kulit orang normal
terjadi dalam 4 fase, yaitu koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan remodelling. Namun pada
penderita diabetes, proses penyembuhan luka mengalami gangguan akibat
ketidakseimbangan akumulasi komponen matriks ekstraseluler dengan MMPs (Lobmann et
al., 2002). Cairan luka pada penderita diabetes mengandung sejumlah besar MMP-9 yang
dapat mendegradasi dan merombak matriks ekstraseluler sehingga menghambat
penyembuhan luka (Zhang et al., 2015).
Dalam penelitian ini, ulkus kaki diabetik yang dimaksudkan adalah luka kronis
dengan sedikit hingga banyak eksudat sehingga hydrocolloid dressing dipilih sebagai bentuk
sediaan penutup luka sekaligus penghantar obat. Penelitian ini berkaitan dengan pembuatan
hydrocolloid matrix untuk pengobatan lokal ulkus kaki diabetik yang mengandung zat aktif
piroksikam. Piroksikam diduga mampu mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik
karena mekanismenya yang dapat menurunkan jumlah MMP-9 (Mazumder et al., 2014).
Piroksikam memiliki bobot molekul sebesar 331,35 g/mol dan titik leleh sebesar 198-200oC
(DrugBank, 2013), serta memiliki nilai pKa 5,3 dan pKb 1,86 (Abdulkarim et al., 2010).
Piroksikam termasuk dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) kelas II dengan
kelarutan dalam air sebesar 23 mg/L (Mirza et al., 2010, DrugBank, 2013).
Polimer hidrofilik menjadi faktor kritis formulasi hydrocolloid karena berfungsi
sebagai matriks pembawa obat yang mengatur pelepasan obat, menentukan sifat dan
stabilitas fisikokimia sediaan. Dalam penelitian ini, hidroksipropil metilselulosa (HPMC)
dipilih sebagai polimer karena bersifat tidak beracun dan kompatibel dengan berbagai
macam bahan obat ataupun eksipien (Rowe et al., 2009). Beberapa fungsi HPMC sebagai
bioadhesive material, agen pelepasan terkontrol dan agen penstabil, dapat mendukung
sistem penghantaran obat dalam hydrocolloid. Selain itu, HPMC merupakan pembentuk film
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang baik pada range 2-20% (Rowe et al., 2009). Fungsi HPMC ini didukung oleh penelitian
Liu et al. (2014) yang melaporkan bahwa HPMC sebagai sistem matriks wound dressing
mampu menghasilkan penghantaran obat yang larut maupun sukar larut air secara terkontrol.
Konsentrasi HPMC dioptimasi dalam 3 tingkat yang berbeda untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap karakteristik sediaan. Formula hydrocolloid matrix piroksikam
dengan karakteristik terbaik dipilih untuk uji aktivitas penyembuhannya terhadap luka eksisi
pada kulit tikus diabetes yang diinduksi aloksan maupun kulit tikus normal. Hipotesis
penelitian ini adalah meningkatnya konsentrasi HPMC mempengaruhi sifat fisikokimia
hydrocolloid matrix piroksikam; dan pada konsentrasi HPMC tertentu menghasilkan
formula hydrocolloid matrix piroksikam yang optimal sehingga dapat mempercepat
penyembuhan luka pada tikus putih galur Wistar yang menderita diabetes.
METODE PENELITIAN
Bahan dalam penelitian ini meliputi piroksikam (Nantong Jinghua),
HPMC/hypromellose 2910 (Shin-Etsu), propilen glikol, gliserol, aseton, metanol (Merck),
nutrient agar (Oxoid), dinatrium hidrogen fosfat, kalium dihidrogen fosfat, natrium klorida,
akuades, krim depilatori (Reckitt Bensckiser), etil asetat, aloksan monohidrat (Sigma), etanol
70%, ketamin 10%, formalin 10% (Aldrich), heparin, test kit Glucose GOD FS (Diasys,
Germany), akuabides steril, darah subjek uji, aluminium foil, dan plastic wrap.
Alat yang digunakan antara lain timbangan analitik (Ohaus), alat-alat gelas (Pyrex),
cawan porselen, termometer, batang pengaduk, stirrer, hotplate magnetic stirrer, jangka
sorong, spuit injeksi, skalpel, tube eppendorf, sentrifugator, MicroLab-200 (Merck),
mikropipet (Socorex), biopsy punch 5 mm, pH analyzer (Ohaus), autoklaf, oven, climatic
chamber, kabinet LAF, Franz diffusion cell, spektrofotometer UV (Shimadzu), vortex
(Wilten), dan mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 (Olympus Corp., Jepang).
Subjek uji penelitian yaitu 3 ekor kelinci albino jantan berusia 8-9 bulan dengan
berat badan 1,8-2,2 kg dari Peternakan Kelinci Seyegan, DIY dan 6 ekor tikus putih jantan
berusia 2 bulan dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dengan
berat badan 150-180 g. Seluruh prosedur pengujian dengan hewan uji telah disetujui oleh
Komisi Etik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pembuatan hydrocolloid matrix piroksikam
Formula yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel I. Variasi HPMC
(8,75%; 11% dan 13,25%) pada campuran B dilarutkan dalam akuades sambil diaduk dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
stirrer pada suhu 40°C hingga terbentuk gel. Kemudian campuran A disiapkan dan
ditambahkan ke dalam gel HPMC lalu diaduk dengan stirrer hingga homogen. Setelah itu
gliserol ditambahkan ke dalam campuran tersebut. Campuran akhir kemudian dituang ke
tabung reaksi bertutup sebanyak 12,5 gram, lalu disterilisasi menggunakan autoklaf pada
suhu 115oC selama 15 menit. Setelah itu campuran dipindahkan ke dalam cawan petri secara
aseptis di dalam kabinet LAF, dilanjutkan dengan pengeringan dalam oven pada suhu 45°C
selama 2 hari. Hydrocolloid matrix yang terbentuk kemudian dipotong dengan diameter 1
cm, disimpan dalam aluminium foil pada wadah plastik berisi silika gel, dan digunakan
dalam seluruh pengujian.
Uji sterilitas Sediaan ditempelkan ke media nutrient agar dalam cawan petri. Tiap petri
kemudian dibungkus plastic wrap dan diinkubasi terbalik dalam LAF selama 24 jam.
Evaluasi karakteristik sediaan
Uji organoleptis Pengamatan pada warna, kejernihan dan kehalusan dari sediaan yang telah
dibuat (Shirsand et al., 2012).
Uji keseragaman bobot Sebanyak 10 sediaan masing-masing formula satu persatu ditimbang
dan dihitung rata-rata bobot sediaan (British Pharmacopoeia, 1993).
Tabel I. Formula hydrocolloid matrix
Formula BF1 BF2 BF3 F1 F2 F3
Cam
pura
n A
Piroksikam - - - 0,175 g 0,175 g 0,175 g
Aseton 6,887 g 6,887 g 6,887 g 6,887 g 6,887 g 6,887 g
Propilen glikol 7,8 g 7,8 g 7,8 g 7,8 g 7,8 g 7,8 g
Cam
pura
n B
HPMC 4,375 g 5,5 g 6,625 g 4,375 g 5,5 g 6,625 g
Gliserol 3,78 g 3,78 g 3,78 g 3,78 g 3,78 g 3,78 g
Akuades ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g ad 50 g
Keterangan: BF1 (basis formula 1); BF2 (basis formula 2); BF3 (basis formula 3); F1 (formula 1); F2 (formula
2); F3 (formula 3)
Uji ketebalan Ketebalan sediaan dihitung pada 5 titik berbeda (keempat sudut dan bagian
tengah) dengan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya (El-gendy et al., 2009).
Uji folding endurance Setiap formula sediaan dilipat secara berulang pada posisi yang sama
hingga rusak. Jumlah pengulangan pelipatan tanpa merusak sediaan merupakan nilai dari
ketahanan pelipatan (Shirsand et al., 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Uji pH larutan sediaan Setiap formula sediaan direndam dalam 20 mL akuades pada suhu
37oC selama 24 jam, kemudian pH larutan tersebut diukur dengan pH meter (British
Pharmacopoeia, 1993).
Uji moisture content Sebanyak 5 sediaan masing-masing formula dikondisikan dalam
sebuah desikator berisi silika selama 24 jam. Setelah itu masing-masing sediaan ditimbang
sampai didapatkan bobot yang tetap (Toshkhani et al., 2013).
Uji moisture absorption Sebanyak 5 sediaan masing-masing formula ditimbang, kemudian
diletakkan dalam climatic chamber dengan RH 85% pada suhu 28oC selama 24 jam. Setelah
itu, sediaan diambil dan ditimbang kembali (Toshkhani et al., 2013).
Uji keseragaman kandungan obat Sebanyak 5 hydrocolloid matrix masing-masing formula
dilarutkan dalam 15 mL metanol dan 35 mL PBS pH 6,4. Kemudian absorbansi larutan
diukur pada panjang gelombang 354 nm menggunakan spektrofotometer UV (Shirsand et
al., 2012).
Uji pelepasan obat secara in vitro Uji pelepasan piroksikam dari sediaan dilakukan
menggunakan Franz Diffusion Cell pada suhu 36,5 ± 1oC. Sebanyak 15 mL campuran
metanol-PBS pH 6,4 dimasukkan pada sel difusi sebagai kompartemen aseptor. Membran
Millipore 0,45 mm sebelumnya direndam dalam larutan aseptor selama 1 jam, kemudian
hydrocolloid matrix dipasang pada sel difusi. Pada menit ke-
15,30,45,60,90,120,180,240,300, dan 360 kompartemen aseptor disampling dan diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 354 nm. Kadar obat
ditentukan dengan plot kurva baku piroksikam. Nilai dissolution efficiency dihitung sampai
menit ke-360 (Pudyastuti et al., 2014).
Uji stabilitas hydrocolloid matrix piroksikam Setiap formula sediaan yang mengandung
piroksikam disimpan dalam paparan suhu 37°C dan 45°C selama 4 minggu. Analisis fisik
dan kandungan obat pada sediaan dilakukan setiap akhir minggu (Amjad et al., 2011).
Uji iritasi akut dermal Punggung tiga ekor kelinci dicukur 24 jam sebelum pengujian. Dalam
satu punggung diaplikasikan 1 kontrol positif etil asetat, 1 kontrol negatif dan 3 basis
hydrocolloid matrix yang ditutup plester hypafix selama 4 jam. Pengamatan dilakukan pada
jam ke-1, 24, 48 dan 72 jam terhadap eritema dan udema yang terjadi pada kulit yang
terpapar sampel. Lalu dihitung indeks iritasi primer masing-masing (BPOM, 2014).
Pemilihan formula optimal Dipilih formula yang memiliki profil pelepasan obat tertinggi,
memiliki kemampuan penyerapan lembab yang tinggi, kandungan obat yang besar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
seragam, karakteristik sifat fisikokima yang baik, serta stabil dalam penyimpanan
berdasarkan nilai p-value.
Uji aktivitas hydrocolloid diabetic wound healing matrix
Perlakuan pada tikus Enam ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok perlakuan terdiri dari 3 ekor tikus diabetes dengan kadar gula darah > 250 mg/dL
dan kelompok kontrol terdiri dari 3 ekor tikus tidak diabetes. Tikus diabetes diperoleh
dengan menginjeksi aloksan monohidrat 5% secara intraperitoneal dengan dosis 150
mg/kgBB selama 3 hari. Setiap tikus dianestesi dengan injeksi ketamin 10% pada dosis 80
mg/kgBB secara intramuscular. Pada tiap tikus diberi 5 luka eksisi menggunakan biopsy
punch berdiameter 5 mm. Luka dibuat pada punggung tikus yang sudah dicukur 48 jam
sebelumnya. Kelima luka eksisi pada 1 ekor tikus diberi perlakuan berbeda, yaitu: kontrol
tanpa perlakuan, 2 basis dari formula optimal, dan 2 formula optimal. Penggantian sediaan
dilakukan setiap 24 jam sampai luka menutup 100%. Setelah luka sembuh, tikus dieuthanasia
dengan injeksi ketamin dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm
dan disimpan dalam pot berisi formalin 10%.
Uji histopatologi – pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE) Pengecatan dengan Hematoxylin
Eosin dilakukan pada sampel jaringan kulit tikus, kemudian diamati histopatologinya secara
mikroskopis menggunakan mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 yang terhubung dengan
kamera Optilab v.2.1 (Micronos, Indonesia).
Tata cara analisis hasil
Analisis kuantitatif
Moisture content (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 100% (Toshkhani et al., 2013).
Moisture absorption (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% (Toshkhani et al., 2013).
DE360 (%) = 𝑦𝑑𝑡
𝑦100𝑡 𝑥 100% (Fudholi, 2013).
Wound Closure (%) = 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑙𝑢𝑘𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒0 − 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑙𝑢𝑘𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑛
𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑙𝑢𝑘𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒0 𝑥 100% (Thu et al., 2012).
Data keseragaman bobot, moisture content, moisture absorption, kandungan obat, pelepasan
obat, stabilitas sediaan, dan persen wound closure dianalisis secara statistik menggunakan
software R i.386 3.2.5 dengan taraf kepercayaan 95%.
Analisis kualitatif Pengamatan preparat histopatologi memberikan perbandingan
mikroskopis antara struktur kulit dari penyembuhan luka eksisi tikus normal dan diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi hydrocolloid diabetic wound healing matrix
Hydrocolloid matrix dibuat menggunakan teknik solvent casting. Hasil orientasi
pembuatan sediaan menjadi dasar penentuan 3 tingkat konsentrasi HPMC, yaitu 8,75% (F1),
11% (F2), dan 13,25% (F3). Sediaan matriks matriks tanpa obat yang dihasilkan berwarna
bening kekuningan, jernih dan halus, sedangkan matriks mengandung obat berwarna kuning,
jernih, dan halus, namun piroksikam tidak terdispersi merata dalam matriks, terlihat dari
terbentuknya kristal obat. Menurut Hansen and Qu (2015), piroksikam merupakan senyawa
kristal polimorfi dimana ada 2 faktor yang mempengaruhi pembentukannya, yaitu
konsentrasi awal piroksikam (solute consentration) dan suhu. Hal ini sesuai dengan kondisi
percobaan, yaitu konsentrasi larutan piroksikam-aseton sebesar 2% dimana sudah melewati
ambang kelarutan obat (jenuh) sehingga memicu terbentuknya kristal, serta suhu
pengeringan piroksikam sebesar 45oC mendukung pembentukan kristal.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1. Hasil Uji Steritilas
Keterangan: (O) lokasi sediaan; (a) F1, (b) F2, (c) F3), dan (d) BF1; BF2; BF3
Uji sterilitas dilakukan untuk mengetahui apakah formulasi yang dibuat dengan
metode sterilisasi akhir mampu menghasilkan hydrocolloid matrix yang steril. Sediaan
diabetic wound harus memenuhi persyaratan sterilitas supaya tidak menimbulkan infeksi
pada luka diabetes. Hasil uji sterilitas menunjukkan bahwa keenam sediaan ini steril dengan
tidak ditemukan adanya pertumbuhan mikroorganisme pada cawan petri (Gambar 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Uji keseragaman bobot
Persen CV keenam formula sediaan dihitung untuk mengetahui keseragaman bobot
masing-masing. Hasil perhitungan diperoleh CV BF1, BF2, BF3, F1, F2, dan F3 berturut-
turut sebesar 6,15%, 6,22%, 6,98%, 5,40%, 5,08%, dan 7,47% (Tabel II). Seluruh CV
sediaan memenuhi kriteria seragam, yaitu CV bobot sediaan tidak lebih dari 10% (British
Pharmacopoeia, 1993).
Uji ketebalan
Ketebalan keenam sediaan memiliki rentang antara 0,50±0,000 mm – 0,77±0,027
mm (Tabel II). Rentang ketebalan ini termasuk dalam kriteria ideal ketebalan matriks
menurut Thu et al. (2012). Adanya rentang ketebalan matriks yang dihasilkan berkaitan
dengan kandungan air di dalam matriks tersebut. Matriks yang lebih tebal memiliki
kandungan air yang lebih banyak dibandingkan matriks yang lebih tipis.
Uji folding endurance
Sediaan yang dihasilkan memiliki frekuensi ketahanan pelipatan pada rentang 60-86
untuk kelompok basis dan rentang 23-25 untuk kelompok formula (Tabel II). Ketahanan F1,
F2, dan F3 (matriks mengandung obat) lebih rendah dibandingkan BF1, BF2, dan BF3
(matriks tanpa obat). Hal ini disebabkan oleh matriks yang mengandung obat memiliki
tekstur seperti jelly sehingga lebih rapuh dibandingkan matriks tanpa obat.
Uji pH larutan sediaan
Hasil pengujian ini diperoleh nilai pH BF1, BF2, BF3, F1, F2, dan F3 berturut-turut
sebesar 6,8, 6,88, 6,94, 6,91, 6,97, dan 6,94 (Tabel II). Hasil ini menunjukkan sediaan yang
dilarutkan dalam air pada suhu yang sesuai dengan kondisi tubuh menghasilkan pH yang
dapat diterima kulit.
Uji moisture content
Nilai persen moisture content pada BF2 >BF1 >BF3 (untuk kelompok basis) dan F2
>F1>F3 (untuk kelompok formula) (Tabel II). Hasil ini tidak sesuai dengan teori dimana
seharusnya peningkatan persen moisture content matriks berhubungan dengan peningkatan
konsentrasi HPMC dalam formula. Semakin besar konsentrasi HPMC, molekul HPMC yang
terbentuk dalam matriks semakin besar sehingga memperlambat penguapan air dari dalam
matriks selama proses pengeringan, akibatnya kandungan air semakin banyak (Pudyastuti et
al., 2014). Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh kondisi penyimpanan dalam desikator
dimana kemampuan silika untuk menyerap lembab dari sediaan tidak dikendalikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Uji moisture absorption
Nilai persen moisture absorption pada BF1 >BF2 > BF3 (untuk kelompok basis) dan
F1> F2> F3 (untuk kelompok formula) (Tabel II). Hasil ini sesuai dengan teori dimana
peningkatan konsentrasi HPMC akan meningkatkan nilai persen moisture content. Oleh
karena semakin banyak lembab yang terkandung, kemampuan matriks untuk menyerap
lembab berkurang akibatnya nilai persen moisture absorption semakin kecil. Kemampuan
penyerapan lembab sediaan juga dapat diukur dari kecepatan penyerapan lembabnya. Nilai
ini menggambarkan seberapa cepat sediaan mampu menyerap lembab per waktu. Kecepatan
penyerapan lembab tertinggi terdapat pada BF2, yaitu 6,3x10-4±2x10-5 g/jam (untuk kelompok
basis) dan F1, yaitu 4,8x10-4±7x10-5 g/jam (untuk kelompok formula).
Uji keseragaman kandungan obat
Rerata jumlah piroksikam yang ditemukan dalam F1 dan F3 sebesar 0,566±0,079 mg
dan 0,513±0,110 mg dari total 0,669 mg, sedangkan dalam F2 sebesar 0,566±0,068 dari total
0,694 mg, serta %CV F1, F2 dan F3 secara berturutan sebesar 13,9, 19,4% dan 13,2%. Nilai
%CV yang besar menunjukkan bahwa kandungan obat dalam sediaan tidak seragam. Selain
itu, rentang persen kandungan obat dalam ketiga formula sebesar 76,739±10,149% -
84,585±11,780% (Tabel II). Persen kandungan obat ketiga formula tidak memenuhi
persyaratan kandungan obat menurut British Pharmacopoeia (2009), dimana kandungan
piroksikam pada sediaan topikal sebesar 95-105%. Hal ini disebabkan oleh distribusi
kandungan obat yang tidak homogen dalam matriks.
Uji pelepasan obat secara in vitro
Persen dissolution efficiency pada menit ke-360 tertinggi dihasilkan oleh F2
(53,05±8,894%) (Tabel II). Peningkatan konsentrasi HPMC menghambat pelepasan
piroksikam karena adanya peningkatan viskositas HPMC menyebabkan matriks semakin
rapat sehingga menghalangi masuknya pelarut ke dalam matriks (Pudyastuti et al., 2014).
F2 ditemukan memiliki profil pelepasan obat tertinggi karena pada konsentrasi HPMC11%
ukuran matriks yang terbentuk pada formula ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu rapat,
sehingga pelarut tidak terhalangi masuk dan dapat melarutkan piroksikam. Namun secara
keseluruhan, tidak maksimalnya jumlah piroksikam yang terlepas dari matriks F1, F2, dan
F3 disebabkan oleh adanya kristal obat yang tertinggal pada membran dan sukar larut dalam
medium. Akibatnya pelepasan yang dihasilkan pun tidak terlalu besar. Selain itu ukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
sediaan (diameter 1 cm) menjadi kelemahan metode ini, karena hasil disolusinya belum
mewakili keseluruhan jumlah obat yang dimasukkan dalam pembuatan sediaan.
Uji stabilitas hydrocolloid matrix piroksikam
Perubahan organoleptis, sifat fisik dan sifat kimia sediaan diamati selama 1 bulan.
Parameter kristis yang menjadi pertimbangan stabilitas adalah kandungan obat dalam
matriks. Berdasarkan analisis statistik, penyimpanan sediaan pada suhu 37oC dan 45oC
menghasilkan kandungan obat dalam F1 dan F2 yang stabil (p-value >0,05), namun tidak
stabil untuk kandungan obat dalam F3 (p-value <0,05). Organoleptis sediaan pada
penyimpanan suhu 37oC cenderung lebih baik bila dibandingkan pada penyimpanan suhu
45oC. Sediaan yang menjadi lebih keras pada suhu tinggi berpengaruh pada jumlah
kandungan air dalam sediaan menjadi lebih sedikit dan kemampuannya menyerap lembab
menjadi turun. Hal ini berhubungan dengan pengaruh suhu tinggi menyebabkan sediaan
mengalami pengeringan, sehingga air dalam sediaan menguap dan menyebabkan matriks
menjadi lebih rigid. Parameter stabilitas persen moisture content dan persen moisture
absorption dapat dijadikan pertimbangan pengemasan sediaan selama penyimpanan.
Uji iritasi akut dermal
Pengujian potensi iritasi kulit sediaan penyembuh luka merupakan uji yang sangat
penting untuk mengetahui apakah basis hydrocolloid matrix menimbulkan iritasi. BF1, BF2,
dan BF3 memiliki nilai indeks iritasi primer sebesar 0,0 sehingga ketiganya termasuk dalam
kategori tidak mengiritasi kulit (ISO 10993-10, 2002). Skor penilaian uji ini dapat dilihat
pada Tabel III. Uji iritasi mengacu pada penelitian Shirsand et al. (2012) yang hanya
menggunakan basis tanpa obat. Pengujian ini tidak dilakukan terhadap sediaan yang
mengandung obat karena piroksikam merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid sehingga
tidak menimbulkan iritasi kulit, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Udegbunam et al. (2012) bahwa injeksi intramuskuler piroksikam tidak menimbulkan iritasi.
Pemilihan Formula Optimal
Berdasarkan hasil evaluasi sediaan, hydrocolloid matrix piroksikam F2 dipilih
menjadi formula optimal karena memiliki nilai DE360 paling besar (53,05±8,894%),
kemampuan menyerap lembab yang besar (19,96±1,228% dan 4,5x10-4±6x10-5 g/jam),
kandungan obat sebesar 81,568±15,867%, serta stabil pada suhu 37oC (84,258±4,093%). Formula
ini kemudian diuji aktivitas penyembuhannya terhadap luka eksisi pada tikus jantan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Tab
el I
I. H
asil
Evalu
asi S
edia
an d
an U
ji S
tabil
itas
Ket
eran
gan:
*)
n=
10
; **)
n=
5;
***)
n=
3;
a=
dat
a st
abil
itas
min
ggu k
e-4 s
uhu 3
7oC
; b
= d
ata
stab
ilit
as m
inggu k
e-4 s
uhu 4
5oC
Fo
rmu
la
Bo
bot
sed
iaan
(%C
V)*
Ket
ebala
n
(mm
)**
Rer
ata±
SD
Fre
kuensi
peli
pat
an
pH
%M
ois
ture
Conte
nt
**
Rer
ata±
SD
Mois
ture
Abso
rpti
on
K
andu
ngan O
bat
%D
E360 *
**
Rer
ata±
SD
%
Rer
ata±
SD
Kec
epat
an
(g/j
am
)
Rer
ata±
SD
mg
Rer
ata±
SD
%
Rer
ata±
SD
BF
1
6,1
5
0,7
7±
0,0
27
60
6,9
8
7,3
0±
0,4
58
21,7
4±
1,0
77
5,3
x10
-4±
6x10
-5
- -
-
BF
2
6,2
2
0,7
2±
0,0
27
86
6,8
8
9,0
4±
5,6
53
19,9
4±
1,4
74
6,3
x10
-4±
2x10
-5
- -
-
BF
3
6,9
8
0,6
0±
0,0
00
70
6,9
4
6,4
6±
0,6
65
18,8
9±
0,5
75
5,2
x10
-4±
1x10
-4
- -
-
F1
5,4
0
0,5
0±
0,0
00
25
6,9
1
5,8
6±
1,1
60
20,4
4±
1,8
51
4,8
x10
-4±
7x10
-5
0,5
66±
0,0
79
84,5
85
±11,7
80
42,6
9±
3,1
93
15,8
6a
0,4
9±
0,0
27
a
20
a
7,1
a
6,7
2±
0,6
43
a
7,5
6±
1,5
96
a
0,4
31
±0,0
83
a
64,3
65
±12,3
82
a
10,7
0b
0,5
5±
0,0
00
b
102
b
6,9
b
10,8
4±
3,6
43
b
8,0
4±
0,8
99
b
0,5
17±
0,0
13
b
77,2
97
±1,8
88
b
F2
5,0
8
0,5
0±
0,0
00
25
6,9
7
6,1
8±
1,2
01
19,9
6±
1,2
28
4,5
x10
-4±
6x10
-5
0,5
66±
0,1
10
81,5
68
±15,8
67
53,0
5±
8,8
94
6,5
1a
0,5
8±
0,0
00
a
27
a
7,1
a
7,1
2±
0,3
95
a
10,0
6±
1,2
46
a
0,5
85
±0,0
28
a
84,2
58
±4,0
93
a
15,1
9b
0,4
0±
0,0
00
b
83
b
6,9
b
1,3
0±
0,8
20
b
4,0
5±
1,0
67
b
0,4
31±
0,0
61
b
62,0
76
±8,8
60
b
F3
7,4
7
0,5
0±
0,0
00
23
6,9
4
5,1
3±
0,3
95
17,5
2±
0,8
01
3,4
x10
-4±
1x10
-5
0,5
13±
0,0
68
76,7
39
±10,1
49
42,9
3±
5,1
56
7,0
9a
0,4
8±
0,0
27
a
28
a
7,1
a
4,7
1±
0,7
10
a
9,2
9±
1,7
15
a
0,4
05
±0,0
31
a
60,5
20
±4,5
73
a
4,6
2b
0,5
0±
0,0
00
b
100
b
6,9
b
1,6
6±
1,1
49
b
3,8
6±
1,0
84
b
0,4
12±
0,0
31
b
61,6
36
±4,5
66
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 2. Kurva Hubungan %Pelepasan Obat Kumulatif dengan Waktu
Tabel III. Hasil Uji Iritasi Kulit Dermal Akut pada Kelinci
Sediaan Kelinci ke- Total
Indeks Iritasi Primer Kesimpulan Eritema Udem
BF1
1 0 0
0,0 Tidak mengiritasi 2 0 0
3 0 0
BF2
1 0 0
0,0 Tidak mengiritasi 2 0 0
3 0 0
BF3
1 0 0
0,0 Tidak mengiritasi 2 0 0
3 0 0
Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Diabetik
Hasil analisis statistik uji ANAVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
signifikan rata-rata lama waktu penyembuhan luka mencapai 100% antara kontrol, BF2, dan
F2, baik dalam kelompok tikus diabetes dan kelompok tikus normal (p-value <0,05).
Berdasarkan analisis Post Hoc, F2 pada tikus diabetes berbeda signifikan dengan kontrol
diabetes dan F2 pada tikus normal berbeda signifikan dengan kontrol normal (p-value
<0,05).
Uji Histopatologi
Pengujian ini bertujuan untuk melihat kualitas penyembuhan luka yang diberi
hydrocolloid matrix piroksikam sekaligus untuk membandingkan struktur kulit baru antara
luka diabetik dengan luka normal. Hasil uji histopatologi ditunjukkan dalam Tabel V.
Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis, luka kontrol pada tikus normal maupun tikus
0
10
20
30
40
50
60
70
0 100 200 300 400
% P
elep
asan
Obat
Kum
ula
tif
Waktu (menit)
F1
F2
F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
diabetes menunjukkan bahwa keduanya masih dalam fase proliferasi. Sedangkan luka yang
diobati BF2 pada tikus normal ataupun tikus diabetes memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan luka kontrol masing-masing, hal ini ditandai dengan sudah tercapainya tahap
awal fase remodelling. Sementara penyembuhan luka tikus normal yang diobati dengan F2
telah mencapai fase remodeling, ditandai dengan serat kolagen yang lebih teratur dan rapat
dibandingkan pada luka tikus diabetes yang diobati dengan F2. Hal ini terjadi karena
ekspresi berlebih MMP-9 pada luka tikus diabetes menyebabkan proses penyembuhan luka
berjalan lebih lambat dibandingkan tikus normal. Akibatnya, fase penyembuhan luka F2
tikus diabetes masih berada pada tahap awal fase remodeling. Luka yang diobati dengan
hydrocolloid matrix piroksikam menunjukkan struktur jaringan yang lebih baik dan serat
kolagen yang jauh lebih rapat dibandingkan dengan luka kontrol dan luka yang diobati
dengan basis hydrocolloid matrix. Hasil histopatologi ini menunjukkan bahwa hydrocolloid
matrix piroksikam mampu menghasilkan penyembuhan luka dengan kualitas yang baik.
Tabel IV. Interpretasi Hasil Uji Histopatologi dan Lama Waktu Penyembuhan Luka Mencapai 100%
Tikus normal Tikus diabetes
Struktur kulit tikus lengkap (tanpa jaringan granulasi karena tidak mengalami proses luka)
Kontrol: serat kolagen mulai terbentuk, jaringan
granulasi masih luas, jaringan ikat mulai merapat,
terdapat pembuluh darah menunjukkan proses
penyembuhan luka mencapai fase proliferasi
Kontrol: serat kolagen mulai terbentuk, jaringan
granulasi masih luas, jaringan ikat masih renggang,
dan terdapat pembuluh darah menunjukkan proses
penyembuhan luka mencapai fase proliferasi
Lama Waktu Penyembuhan Luka Mencapai 100%
yaitu 15±1 hari Lama Waktu Penyembuhan Luka Mencapai 100%
yaitu 17±1 hari
3
2 1
5 4
1
2 4
5
5 4
3
1
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tikus normal Tikus diabetes
BF2: serat kolagen mulai terbentuk, jaringan
granulasi masih luas, jaringan ikat telah terbentuk
dan menyatu namun belum rapat dan lapisan
epidermis telah sempurna, menunjukkan proses
penyembuhan luka mencapai tahap awal fase
remodelling
BF2: serat kolagen mulai rapat, jaringan granulasi
tersisa sedikit, lapisan epidermis telah sempurna,
jaringan ikat mulai terbentuk, dan pemulihan
morfologi jaringan semakin mendekati kulit normal
menunjukkan proses penyembuhan luka mencapai
tahap awal fase remodelling
Lama Waktu Penyembuhan Luka Mencapai 100%
yaitu 14±0 hari Lama Waktu Penyembuhan Luka Mencapai 100%
yaitu 15±0 hari
F2: serat kolagen teratur dan rapat, jaringan granulasi
tersisa sedikit, jaringan ikat telah terbentuk dan
menyatu namun belum rapat, dan lapisan epidermis
terbentuk sempurna menunjukkan proses
penyembuhan luka mencapai fase remodelling
F2: serat kolagen cukup teratur tetapi kurang rapat,
jaringan granulasi tersisa sedikit, lapisan epidermis
telah sempurna, jaringan ikat mulai terbentuk, dan
terdapat pembuluh darah menunjukkan proses
penyembuhan luka mencapai tahap awal fase
remodelling
Lama Waktu Penyembuhan Luka Mencapai 100%
yaitu 13±0 hari Lama Waktu Penyembuhan Luka Mencapai 100%
yaitu 13±2 hari
Keterangan: 1=lapisan epidermis; 2=jaringan granulasi; 3=serat kolagen; 4=pembuluh darah; 5=jaringan ikat
KESIMPULAN
Hasil analisis statistika evaluasi sediaan menunjukkan ada perbedaan sifat dan
stabilitas fisikokimia yang bermakna antara konsentrasi HPMC 8,75%, 11%, dan 13,25%.
Konsentrasi optimal HPMC yang memberikan karakteristik fisikokimia terbaik adalah 11%.
Berdasarkan analisis statistik kecepatan penyembuhan luka diabetik, terdapat perbedaan
signifikan rata-rata kecepatan penyembuhan luka antara pengobatan F2 dengan kontrol tikus
normal maupun kontrol tikus diabetes. Uji histopatologi membuktikan hydrocolloid matrix
piroksikam menghasilkan kualitas jaringan kulit baru yang baik.
1 2
3
5
1
3
4
5
4
1 2
3
5
1
2
3
5
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Saran untuk penelitian selanjutnya, dilakukan optimasi konsentrasi larutan obat
piroksikam, dikembangkan hydrocolloid matrix piroksikam dengan diameter yang lebih
besar, penambahan plasticizer (dibutil ftalat), penurunan suhu pengeringan dalam suhu
kamar selama 24 jam dilanjutkan pada suhu 45oC, pengujian moisture content dilakukan
dalam climatic chamber serta pengemasan dalam aluminium foil yang rapat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih ditujukan kepada Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. dan
Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. yang bersedia memberikan masukan, PT.
Dexa Medica yang membantu pengadaan bahan penelitian, serta DP2M Dikti yang telah
memberikan Grant Penelitian untuk mendukung pendanaan sebagian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim, M., Abdullah, G., Chitneni, M., Salman, I., Ameer, O., Yam, M., Mahdi, E.,
Sattar, M., Basri, M., and Noor, A., 2010. Topical Piroxicam In Vitro Release and In
Vivo Anti-inflammatory and Analgesic Effects from Palm Oil Esters-Based
Nanocream. International Journal of Nanomedicine, 5, 915–924.
Amjad, M., Ehtheshamuddin, M., Chand, S., Hanifa, Sabreesh, M., Asia, R., and Kumar,
G.S., 2011. Formulation and Evaluation of Transdermal Patches of Atenolol. ARPB, 1
(2), 109–110.
BPOM RI, 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 17 (Juni), 65-72.
British Pharmacopoeia, 2009. British Pharmacopoeia. London: The Stationery Office.
British Pharmacopoeia, 1993. British Pharmacopoeia Addendum. London: Her Majesty’s Stationery Office.
DrugBank, 2013. Piroxicam [online], http://www.drugbank.ca/drugs/DB00554/ diakses 25
Juni 2016.
El-gendy, N.A., Abdelbary, G.A., El-komy, M.H., and Saafan, A.E., 2009. Design and
Evaluation of a Bioadhesive Patch for Topical Delivery of Gentamicin Sulphate.
Current Drug Delivery, 6 (1), 50–57.
Fudholi, A., 2013. Disolusi dan Pelepasan Obat in vitro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hamed, S., Bennett, C.L., Demiot, C., Ullmann, Y., Teot, L., and Desmoulière, A., 2014.
Erythropoietin, a novel repurposed drug: An innovative treatment for wound healing in
patients with diabetes mellitus. Wound Repair and Regeneration, 22 (1), 23–33.
Hansen, T.B., and Qu, H., 2015. Formation of Piroxicam Polymorphism in Solution
Crystallization: Effect and Interplay of Operation Parameter. Crystal Growth & Design,
15, 4694-4700.
International Diabetes Federation, 2015. IDF Diabetes Atlas, Seventh Edition. Belgium:
International Diabetes Federation.
International Standard ISO 10993-10, 2002. Biological Evaluation of Medical Devices, Part
10 – Test for Irritation and delayed-type hypersensitivity, Second Edition.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta Selatan: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Liu, H., Chaw, J., Shih, Y., and Huang, C., 2014. Designed Hydrocolloid Interpenetrating
Polymeric Networks for Clinical Applications of Novel Drug-Carrying Matrix Systems
Using Tris ( 6-isocyanatohexyl ) Isocyanurate and Hydroxypropylmethylcellulose. Bio-
Medical Materials and Engineering, 24 (2014), 2065–2072.
Lobmann, R., Ambrosch, A., Schultz, G., Waldmann, K., Schiweck, S., and Lehnert, H.,
2002. Expression of matrix-metalloproteinases and their inhibitors in the wounds of
diabetic and non-diabetic patients. Diabetologia, 45 (7), 1011–1016.
Mazumder, M.K., Bhattacharya, P., and Borah, A., 2014. Inhibition of matrix
metalloproteinase-2 and 9 by Piroxicam confer neuroprotection in cerebral ischemia:
An in silico evaluation of the hypothesis. Medical Hypotheses, 83 (6), 697–701.
Mirza, S., Miroshnyk, I., Habib, M.J., and Brausch, J.F., 2010. Enhanced Dissolution and
Oral Bioavailability of Piroxicam Formulations : Modulating Effect of Phospholipids.
Pharmaceutics, 2, 339–350.
Pudyastuti, B., Nugroho, A. K., and Martono, S., 2014. Formulasi Matriks Transdermal
Pentagamavunon-0 dengan Kombinasi Polimer PVP K30 dan Hidroksipropil
Metilselulosa. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 11 (2), 44-49.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients,
Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press.
Shirsand, S.B., Ladhane, G.M., Prathap, S., and Prakash, P.., 2012. Design and Evaluation
of Matrix Type of Transdermal Patches of Methotrexate. RGUHS J Pharm Sci, 2 (4),
58–65.
Thu, H.E., Zulfakar, M.H., and Ng, S.F., 2012. Alginate Based Bilayer Hydrocolloid Films
as Potential Slow-Release Modern Wound Dressing. International Journal of
Pharmaceutics, 434 (1-2), 375–383.
Toshkhani, S., Shilakari, G., and Asthana, A., 2013. Advancements in Wound Healing
Biodegradable Dermal Patch Formulation Designing. Inventi Rapid: Pharm Tech, 2013
(3), 1–11.
Udegbunam, R.I., Agu, N.N., and Udegbunam, S.O., 2012. Efficacy of Piroxicam on Acute
Pain Induced by Full Thickness Excision Wounds in Rats, 6 (23), 1668–1674.
Utami, D.T., Karim, D., and Agrina, 2014. Fakftor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Melitus dengn Ulkus Diabetikum. Jom Psik, 1 (2), 1–7.
Zhang, Y., George, J., Li, Y., Olufade, R., and Zhao, X., 2015. Matrix Metalloproteinase-9
Expression Is Enhanced in Renal Parietal Epithelial Cells of Zucker Diabetic Fatty Rats
and Is Induced by Albumin in In Vitro Primary Parietal Cell Culture. Plos One, 10 (4),
1–20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lampiran 1. Proposal Penelitian
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kondisi di mana tubuh tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara
efektif. Hal ini menyebabkan hiperglikemia, apabila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan berbagai komplikasi kronis yang dapat
mengakibatkan kematian (International Diabetes Federation 2015). Salah satu
komplikasi tersebut adalah ulkus kaki diabetik yang rentan terhadap infeksi
dan amputasi kaki (Kementrian Kesehatan RI 2014). Risiko amputasi
penderita DM 15-40 kali lebih besar dibandingkan bukan penderita (Decroli
et al. 2008).
Indonesia menduduki peringkat keempat dari sepuluh negara dengan
jumlah penderita DM terbesar di dunia (Mihardja et al. 2014). Laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 memaparkan bahwa 6,9%
masyarakat Indonesia usia 15 tahun ke atas menderita DM (Kementrian
Kesehatan RI 2014). Adapun komplikasi kejadian ulkus kaki diabetik di
Indonesia mencapai 15% dari seluruh penderita DM dengan angka amputasi
23,5% dan angka mortalitas 32,5% (Utami et al. 2014).
Matrixmetalloproteinase-9 (MMP-9) bertanggung jawab terhadap
perombakan matriks ekstraseluler dalam reorganisasi jaringan. Meningkatnya
jumlah MMP-9 hingga 14 kali lipat pada penderita DM mengakibatkan proses
penyembuhan luka berjalan lebih lambat dibandingkan bukan penderita. Oleh
karena itu, penghambatan MMP-9 diharapkan mampu mempercepat proses
penyembuhan luka pada penderita DM (Lobmann et al. 2002).
Piroksikam merupakan obat golongan Non-steroidal Anti
Inflammatory Drugs (NSAIDs) yang diindikasikan untuk rheumatoid
arthritis dan osteoarthritis. Dalam penelitian Udegbunam et al. (2012),
piroksikam dikembangkan sebagai salah satu obat yang menekan rasa sakit
dan mempercepat penyembuhan luka eksisi full thickness pada tikus. Divadi
(2015) juga melaporkan bahwa piroksikam memiliki aktivitas anti-inflamasi
dan penyembuhan luka pada tikus. Selain sebagai agen anti-inflamasi,
Mazumder et al. (2014) melaporkan bahwa piroksikam mampu menghambat
dan menurunkan regulasi MMP-9. Dengan demikian, mekanisme piroksikam
tersebut berpotensi dikembangkan sebagai obat yang menekan rasa sakit dan
mempercepat penyembuhan luka ulkus kaki diabetik pasien DM.
Dalam tata layanan ulkus kaki diabetik, penutupan luka menggunakan
wound dressing sangat dibutuhkan. Beberapa pilihan yang dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
adalah gauze, foams, hidrogel, silver dressing, dan hydrocolloid. Masing-
masing wound dressing memberikan cara kerja yang berbeda-beda sehingga
penggunaannya pun disesuaikan dengan tipe dan kondisi ulkus yang terjadi
(Shai and Maibach 2005). Dalam penelitian ini, ulkus diabetik yang
dimaksudkan adalah luka kronis yang mengeluarkan sedikit hingga banyak
eksudat, sehingga dibutuhkan wound dressing yang mampu melembabkan
lingkungan luka dan menyerap eksudat luka.
Hydrocolloid dressing merupakan sediaan penutup luka berupa
partikel koloid dalam lapisan pembentuk gel hidrofilik yang dilekatkan pada
semipermeable film atau foam backing. Hydrocolloid banyak dipilih karena
kemampuannya dalam menyeimbangkan kelembaban lingkungan luka,
menyerap eksudat, memfasilitasi autolisis debridement, melindungi dari
invasi bakteri, dan mengurangi rasa sakit. Bahkan, sediaan ini
direkomendasikan sebagai penutup luka primer ulkus tahap I, II dan III.
Keuntungan dari sediaan ini yaitu dapat memudahkan penggunaan oleh
pasien dan menghemat biaya perawatan luka karena penggantiannya setiap 3-
7 hari (Fletcher et al. 2011). Maka, penelitian ini berkaitan dengan pembuatan
hydrocolloid untuk pengobatan lokal ulkus kaki diabetik yang mengandung
zat aktif piroksikam sebagai penekan rasa sakit dan penyembuh luka diabetik
(Fletcher et al. 2011, Hamed et al. 2014).
Pembentuk gel (polimer) hidrofilik merupakan faktor kritis dalam
formulasi hydrocolloid karena mempengaruhi karakteristik sediaan yang
dihasilkan. Bahan tersebut berfungsi sebagai matriks pembawa obat yang
mengatur pelepasan obat, menentukan sifat dan stabilitas fisikokimia sediaan.
Dalam penelitian ini, hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dipilih sebagai
polimer karena fungsinya sebagai pembentuk film yang baik pada range 2-
20% (Rowe et al. 2009). Adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil pada
HPMC dengan gugus karbonil pada piroksikam juga meningkatkan disolusi
piroksikam (Jug et al. 2004). Fungsi HPMC ini didukung oleh penelitian Liu
et al. (2014) yang melaporkan bahwa HPMC sebagai sistem matriks wound
dressing mampu menghasilkan penghantaran obat yang larut maupun sukar
larut air secara terkontrol. Selain itu, HPMC juga berfungsi sebagai agen
penstabil (Rowe et al. 2009).
Konsentrasi HPMC dioptimasi dalam 3 tingkat yang berbeda untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik fisikokima, profil disolusi
piroksikam, dan stabilitas fisikokima sediaan. Formula hydrocolloid matrix
piroksikam dengan karakteristik terbaik dipilih untuk uji aktivitas
penyembuhannya terhadap luka eksisi pada kelompok tikus diabetes yang
diinduksi aloksan maupun kelompok tikus yang tidak diinduksi aloksan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat
dan stabilitas fisikokimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam?
1.2.2. Berapa konsentrasi HPMC yang optimal sebagai polimer hydrocolloid
matrix diabetic wound healing piroksikam?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat
dan stabilitas fisikokimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam.
1.3.2. Mengetahui konsentrasi HPMC yang optimal sebagai polimer
hydrocolloid matrix diabetic wound healing piroksikam.
1.4. Urgensi Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan sediaan hydrocolloid
piroksikam yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada
penderita DM sehingga mengurangi angka kejadian amputasi akibat ulkus
kaki diabetik.
1.5. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ilmu
kefarmasian di Indonesia, terutama berkaitan dengan pengembangan potensi
sediaan hydrocolloid piroksikam sebagai diabetic wound healing.
1.6. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu mengetahui
konsentrasi HPMC yang optimal serta pengaruhnya terhadap sifat dan
stabilitas fisikokimia hydrocolloid matrix diabetic wound healing piroksikam.
1.7. Manfaat Penelitian
1.7.1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui konsentrasi
HPMC yang optimal dalam pembuatan hydrocolloid matrix diabetic
wound healing piroksikam dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian
berikutnya.
1.7.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah
daya penyembuhan luka diabetik oleh piroksikam dalam formulasi
hydrocolloid matrix diabetic wound healing yang optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyembuhan Luka Normal
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomi normal. Luka
dikategorikan sebagai luka akut dan luka kronis berdasarkan lamanya waktu
penyembuhan. Luka akut adalah luka dengan proses penyembuhan sesuai
jalur penyembuhan luka normal dan berlangsung dalam 8-12 minggu,
sedangkan luka kronis adalah luka dengan proses penyembuhan yang tidak
sesuai jalur penyembuhan luka normal dan berlangsung lebih dari 12 minggu
(Boateng et al. 2008).
Proses penyembuhan luka pada orang normal terjadi dalam empat
fase, yaitu koagulasi; inflamasi; proliferasi; dan remodelling. Fase koagulasi
dimulai segera setelah terjadi luka yaitu ketika platelet mengagregasi luka
untuk memfasilitasi pembentukan benang fibrin yang diubah menjadi matriks
sementara dengan bergabungnya fibronectin. Agregat platelet akan
mensekresi mediator khusus untuk memanggil makrofag dan fibroblast ke
lokasi luka. Fase inflamasi ditandai dengan keluarnya neutrofil dan makrofag
dari pembuluh darah menuju lokasi luka untuk fagositosis jaringan yang rusak
dan mikroorganisme oportunistik. Sitokin proinflamasi akan merekrut sel
inflamasi ke lokasi luka dan menginduksi migrasi sel untuk fase selanjutnya
(Hamed et al. 2014).
Fase proliferasi meliputi epitelisasi, fibroplasia, angiogenesis, dan
kontraksi. Fase ini diawali saat fase inflamasi berlangsung dan berakhir ketika
jaringan granulasi terbentuk pada luka. Growth factor yang disekresikan oleh
makrofag di lokasi luka, merangsang angiogenesis dengan menginduksi
pertumbuhan dan proliferasi sel endotelium. Pembentukan jaringan granulasi
memungkinkan terjadinya epitelisasi dan penutupan luka terbuka. Fase
remodelling meliputi pengakhiran proses inflamasi dan scarforming,
pemulihan morfologi jaringan normal, dan reorganisasi matriks kolagen
sepanjang garis ketegangan kulit. Pada saat yang sama, sel-sel yang tidak lagi
diperlukan untuk penyembuhan luka dihilangkan dengan apoptosis (Hamed
et al. 2014).
2.2. Penyembuhan Luka Diabetik
Salah satu penyebab tertundanya proses penyembuhan luka pada
penderita diabetes adalah ketidakseimbangan akumulasi komponen matriks
ekstraseluler dengan MMPs dan TIMPs (Lobmann et al. 2002). MMP-9
adalah kelompok enzim zinc-dependent proteinase dengan aktivitas
proteolitik terhadap matriks ekstraselular. MMP-9 dikenal sebagai anti-
fibrosis karena kemampuannya untuk mendegradasi dan merombak matriks
ekstraseluler (Zhang et al. 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
MMP-9 yang jumlahnya berlebih pada penderita DM disebabkan oleh
meningkatnya produksi radikal bebas dengan mekanisme reaksi redoks akibat
keadaan hiperglikemia. Disfungsi endothelial NO synthase bersama dengan
aktivasi NADPH-dependent oxidase bertanggung jawab dalam peningkatan
produksi superoksida di jaringan pembuluh darah. Mekanisme stres oksidatif
yang diinduksi glukosa menaikkan regulasi transkripsi dan aktivitas MMP-9
di sel endotel yang dapat mempengaruhi perkembangan lesi aterosklerotik
(Uemura et al. 2001).
Penundaan penyembuhan luka diabetes juga disebabkan oleh
meningkatnya apoptosis, berkurangnya angiogenesis, dan menurunnya re-
organisasi jaringan oleh serat kolagen (Asai et al. 2012). Kolagen merupakan
salah satu komponen matriks ekstraseluler yang berfungsi untuk memberikan
kekuatan dan integritas pada jaringan (Enoch and Leaper 2007). Jumlah
MMP-9 yang berlebih mengakibatkan berkurangnya jumlah kolagen sehingga
memperlambat proses penyembuhan luka (Lobmann et al. 2002).
2.3. Ulkus Kaki Diabetik
Ulkus kaki diabetik terjadi karena adanya faktor kelainan metabolik
pada penderita DM, seperti penyakit arteri perifer dan aterosklerosis
(makroangiopati), neuropati, mikroangiopati, dan berkurangnya pertahanan
terhadap infeksi (Shai and Maibach 2005). Ulkus kaki diabetik
dideskripsikan berdasarkan ukuran, kedalaman, kenampakan dan letaknya.
Terdapat 2 macam sistem klasifikasi ulkus kaki diabetik yang sering
digunakan, yaitu Wagner Ulcer Classification System (tabel 1) dan University
of Texas Wound Classification System (tabel 2).
Tabel 1. Wagner Ulcer Classification System
Grade Lesion
1 Superficial diabetic ulcer
2 Ulcer extension involving ligament, tendon, joint capsule, or
fascia with no abscess or osteomyelitis
3 Deep ulcer with abscess or osteomyelitis
4 Gangrene to portion of forefoot
5 Extensive gangrene of foot
Tabel 2. University of Texas Wound Classification System
Stages Description
A No infection or ischemia
B Infection present
C Ischemia present
D Infection and ischemia present
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Grading Description
0 Epithelialized wound
1 Superficial wound
2 Wound penetrates to tendon or capsule
3 Wound penetrates to bone or joint
(Clayton and Elasy 2009).
Neuropati perifer menjadi faktor risiko utama yang mempengaruhi
ulserasi kaki melalui dampaknya terhadap gangguan saraf sensorik, motorik
dan otonom (Leung 2007, Chadwick et al. 2013). Gangguan sensorik disadari
saat pasien mengeluhkan kaki kehilangan sensasi atau merasa kebas. Rasa
kebas menyebabkan trauma yang terjadi pada pasien DM seringkali tidak
diketahui. Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot, deformitas kaki,
perubahan biomekanika kaki dan distribusi tekanan kaki terganggu sehingga
meningkatkan kejadian ulkus kaki. Gangguan otonom menyebabkan kaki
mengalami penurunan ekskresi keringat sehingga kulit kaki menjadi kering
dan mudah terbentuk fissura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang
mudah retak meningkatkan risiko ulkus kaki diabetik (Chadwick et al. 2013).
Ulkus kaki diabetik karena penyakit arteri perifer muncul di
ekstremitas bawah, biasanya pada sisi lateral atau pretibial kaki, punggung
kaki, atau area malleolar. Mikroangiopati diabetes ditandai dengan penebalan
membran basal dan peningkatan permeabilitas kapiler. Perubahan iskemik
(bersama-sama dengan mikroangiopati) menyebabkan kerusakan tambahan
pada kulit, sehingga meningkatkan kemungkinan ulserasi (Shai and Maibach
2005). Selain itu, penurunan respon sistem kekebalan tubuh penderita DM
terutama penurunan kemampuan kemotaksis perekrutan sel inflamasi ke
dalam jaringan luka dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri (Leung 2007).
2.4. Piroksikam
Gambar 1. Struktur Molekul Piroksikam
(Pal et al. 2009).
Piroksikam (Gambar 1) adalah obat anti-inflamasi non steroid yang
digunakan dalam pengobatan rheumatoid arthritis, osteoarthritis dan
gangguan inflamasi lainnya (Pal et al. 2009). Siklooksigenase (COX)
merupakan suatu enzim kunci proinflamasi yang mengonversi asam
arakidonat menjadi prostaglandin. Prostaglandin berkontribusi terhadap rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sakit dan berbagai penyakit inflamasi (Chiong et al. 2013). Selain itu,
prostaglandin juga dapat meningkatkan regulasi dari MMP-9 dengan
menginduksi ekspresi dan sekresi dari MMP-9 (Yen et al. 2008).
Penelitian oleh Campione et al. (2015) membuktikan bahwa
piroksikam mampu menghambat aktivitas enzim COX-1 dan COX-2 melalui
pembentukan ikatan hidrogen residu Serin530 dan Tirosin355 (pada COX-1)
dan ikatan hidrogen dengan residu Tirosin355 dan residu Arginin120 (pada
COX-2) (Gambar 2). Terhambatnya aktivitas siklooksigenase mengurangi
pembentukan prostaglandin sehingga dapat mengurangi level MMP-9 (Yen
et al. 2008, Campione et al. 2015). Penurunan jumlah MMP-9 ini didukung
oleh penelitian Mazumder et al. (2014) yang melaporkan bahwa piroksikam
secara in sillico mampu menekan regulasi MMP-9 dengan interaksi ikatan
hidrogen dengan residu Prolin421 (Gambar 3).
Gambar 2. Interaksi Piroksikam dengan COX-1 (A) dan COX-2 (B)
(Campione et al. 2015).
Gambar 3. Interaksi Piroksikam dengan MMP-9
(Mazumder et al. 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Piroksikam memiliki bobot molekul sebesar 331,35 g/mol dan titik
leleh sebesar 198-200oC (DrugBank 2013), serta memiliki nilai pKa 5,3 dan
pKb 1,86 sehingga memungkinkan piroksikam bertindak sebagai obat
zwitterionic pada nilai pH tertentu (Abdulkarim et al. 2010) Kelarutan
piroksikam dalam etanol sebesar 5 mg/mL (Santa Cruz Biotechnology 2016).
Sebagai asam lemah, piroksikam dapat terionisasi pada pH 7,4. Piroksikam
memiliki nilai logP sebesar 3,06 (DrugBank 2013). Berdasarkan sifat-sifat
kimia tersebut, piroksikam termasuk dalam Biopharmaceutics Classification
System (BCS) kelas II dimana absorpsi obat dibatasi oleh kecepatan disolusi
karena kelarutannya dalam air rendah, yaitu 23 mg/L (Mirza et al. 2010,
DrugBank 2013). Piroksikam memiliki nilai LD50 dermal dan oral berturut-
turut pada tikus sebesar >5000 mg/kg dan 216 mg/kg (United State
Pharmacopeial 2013), sedangkan nilai ED50 topikal piroksikam pada manusia
sebesar 5 mg (Juel-Friis et al. 2014).
2.5. Sediaan Penyembuh Luka
Wound dressing adalah penggunaan beragam bahan untuk melindungi
luka (Food and Drug Association 2009). Tujuan dari wound dressing adalah
untuk mempromosikan penyembuhan luka dalam waktu sesingkat mungkin,
dengan rasa sakit minimal, dan harus terjadi dalam lingkungan fisiologis yang
kondusif untuk perbaikan jaringan dan regenerasi (Esimone et al. 2008). Pada
luka kronis seperti ulkus diabetik, fase inflamasi berkepanjangan seringkali
menghambat fase proliferasi. Oleh karena itu, kunci untuk penyembuhan luka
kronis bukan hanya menyeimbangkan tingkat kelembaban di area luka, tetapi
juga eksekusi senyawa-senyawa di eksudat luka kronis yang menghambat
penyembuhan luka (Okan et al. 2007).
Sediaan penyembuh luka dikatakan ideal dalam penggunaannya
apabila sediaan tersebut dapat melindungi luka dari invasi bakteri, mencegah
dehidrasi, menyerap eksudat luka dan mempercepat penyembuhan luka (Sun
et al. 2011). Selain itu, sediaan penyembuh luka yang ideal harus mampu
memelihara lingkungan luka secara seimbang, memungkinkan terjadinya
pertukaran udara dan uap air, serta mengurangi rasa sakit. Sediaan
penyembuh luka untuk ulkus kaki diabetik harus memperhatikan beberapa
hal, antara lain kenyamanan, kesesuaian, fleksibilitas apabila digunakan di
area kaki; kemudahan untuk dihilangkan sehingga tidak menimbulkan trauma
baru; kemudahan penggunaan oleh pasien; efektivitas, dan biaya relatif murah
(Chadwick et al. 2013).
2.6. Hydrocolloid
Hydrocolloid dressing terbuat dari lapisan bahan pembentuk gel yang
melekat pada semipermeable film atau foam (Fletcher et al. 2011). Ketika
hydrocolloid dressing diaplikasikan pada permukaan ulkus, terjadi interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
antara substansi hydrocolloid dan cairan ulkus menghasilkan massa agar-agar
berwarna kuning. Substansi hydrocolloid mengabsorpsi bahan nekrotik dan
cairan ulkus, sedangkan massa agar-agar ini berkontribusi pada pembentukan
lingkungan yang lembab, memfasilitasi autolisis debridement, pembentukan
jaringan granulasi, dan epitelisasi. Adanya massa agar-agar melindungi
jaringan granulasi dan epitel baru ketika hydrocolloid dressing dilepas atau
diganti (Shai and Maibach 2005).
Hydrocolloid dressing diganti setiap 3-7 hari. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kerusakan kulit sekitar ketika melepas perekat (Fletcher et al.
2011). Dalam kasus tertentu, frekuensi penggantian dressing bergantung pada
penampakan ulkus. Apabila ulkus tidak bersih, perlu dilakukan pengawasan
dan penggantian dressing setiap 48 jam bahkan 24 jam (Shai and Maibach
2005).
Hydrocolloid dressing mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
a. Menciptakan lingkungan luka yang lembab untuk
mempromosikan angiogenesis, meningkatkan jumlah fibroblas,
menstimulasi produksi jaringan granulasi, dan meningkatkan
jumlah sintesis kolagen;
b. Melembutkan dan merehidrasi jaringan nekrosis supaya terjadi
autolisis debridement;
c. Sifat adhesif dan anti-air hydrocolloid berfungsi sebagai barrier
terhadap bakteri, virus, dan kontaminasi senyawa asing;
d. Sifat licin dari backing mengurangi koefisien friksi sehingga
melindungi kulit regenerasi;
e. Pembentukan gel selama penyembuhan luka memudahkan
penggantian sediaan tanpa meninggalkan trauma dan melindungi
ujung saraf nyeri sehingga mengurangi rasa sakit pada luka
(Fletcher et al. 2011).
2.7. Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC)
Gambar 4. Struktur Molekul HPMC
(Rowe et al. 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
HPMC (Gambar 4) banyak digunakan sebagai polimer dalam
formulasi sediaan topikal karena sifatnya yang tidak beracun, tidak
mengiritasi, dan kompatibel dengan berbagai macam bahan obat ataupun
eksipien. Beberapa fungsi HPMC sebagai bioadhesive material, agen
pelepasan terkontrol dan agen penstabil, dapat mendukung sistem
penghantaran obat dalam hydrocolloid. Selain itu, HPMC juga berfungsi
sebagai dissolution enhancer sehingga dapat meningkatkan disolusi obat-
obatan dengan kelarutan dalam air yang buruk, seperti piroksikam. HPMC
dengan konsentrasi 2-20% mempunyai fungsi sebagai pembentuk film (Rowe
et al. 2009).
2.8. Landasan Teori
Luka kronis pada penderita DM mengakibatkan banyaknya jumlah
prostaglandin yang disintesis. Prostaglandin merupakan salah satu mediator
inflamasi yang menginduksi MMP-9. Piroksikam sebagai inhibitor non-
selektif terhadap siklooksigenase mampu menghambat sintesis prostaglandin.
Selain itu, secara in silico piroksikam juga mampu menghambat secara
langsung aktivitas enzim MMP-9.
Hydrocolloid dressing merupakan sediaan pembalut luka yang
direkomendasikan untuk penyembuhan ulkus karena kemampuannya dalam
menyeimbangkan kelembaban lingkungan luka, menyerap eksudat,
memfasilitasi autolisis debridement, melindungi dari invasi bakteri, dan
mengurangi rasa sakit. Hydrocolloid memudahkan pasien dalam
penggunaannya dan menghemat biaya perawatan luka. Piroksikam yang
diformulasikan ke dalam hydrocolloid dapat mempercepat penyembuhan luka
pada penderita DM.
HPMC berfungsi sebagai bahan pembentuk gel hidrofilik yang
mengontrol pelepasan zat aktif. Selain itu, fungsinya sebagai bahan bioadhesif
dan agen penstabil dapat meningkatkan kualitas sediaan. Oleh karena itu,
penggunaan HPMC sebagai pembentuk matriks hydrocolloid piroksikam
dapat memberikan karakteristik sediaan yang dikehendaki, sehingga akan
diperoleh formula optimal sebagai diabetic wound healing.
2.9. Hipotesis
2.9.1. Meningkatnya konsentrasi HPMC mempengaruhi sifat fisikokomia
hydrocolloid matrix diabetic wound healing piroksikam.
2.9.2. Pada konsentrasi HPMC tertentu menghasilkan formula hydrocolloid
matrix diabetic wound healing piroksikam yang optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Optimasi Konsentrasi Hidroksipropil
Metilselulosa (HPMC) sebagai Polimer Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound
Healing dengan Zat Aktif Piroksikam” ini termasuk penelitian eksperimental
murni.
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas: variasi konsentrasi HPMC sebagai polimer
hydrocolloid matrix diabetic wound healing piroksikam.
b. Variabel tergantung: sifat dan stabilitas fisikokimia hydrocolloid
matrix diabetic wound healing.
c. Variabel pengacau:
1) Variabel pengacau terkendali: produsen obat dan bahan
kimia untuk formula hydrocolloid matrix, prosedur
pembuatan dan pengujian sediaan, kondisi penyimpanan
sediaan, serta wadah penyimpanan sediaan.
2) Variabel pengacau tak terkendali: suhu dan kelembaban
udara ruangan selama pembuatan dan pengujian sediaan.
3.2.2. Definisi Operasional
a. Hydrocolloid matrix piroksikam: sediaan yang mengandung
HPMC, aseton, propilen glikol, gliserol, dan akuades sebagai basis
yang ditambahkan zat aktif piroksikam lalu dibentuk hydrocolloid
matrix.
b. HPMC: polimer yang ditambahkan ke dalam hydrocolloid matrix
piroksikam dengan 3 konsentrasi berbeda yaitu 8,75%%, 11% dan
13,25%.
c. Sifat fisikokimia hydrocolloid matrix piroksikam: parameter
kualitas fisik sediaan yang meliputi organoleptis, keseragaman
bobot sediaan, ketebalan sediaan, pH, persen moisture content,
persen moisture absorption, folding endurance, keseragaman
kandungan obat dalam sediaan, pelepasan obat dari sediaan, dan
iritabilitas sediaan.
d. Stabilitas fisikokimia sediaan: parameter kestabilan hydrocolloid
matrix piroksikam meliputi perubahan fisik dan kandungan obat
setelah diberi perlakuan suhu yang berbeda selama penyimpanan.
e. Sterilitas hydrocolloid matrix piroksikam: uji mikrobiologi yang
menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat steril.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
f. Organoleptis: uji penampakan fisik hydrocolloid matrix piroksikam
yang memiliki warna seragam, jernih, dan halus.
g. Keseragaman bobot sediaan: uji terkait variasi bobot hydrocolloid
matrix piroksikam yang menunjukkan hasil homogen dengan nilai
CV <10%.
h. Ketebalan sediaan: uji terkait variasi ketebalan hydrocolloid matrix
piroksikam yang menunjukkan hasil homogen dengan target
ketebalan 0,5 mm.
i. pH larutan sediaan: uji terkait pH larutan hydrocolloid matrix
piroksikam yang berada pada range pH 4-7 atau kurang dari 7,6.
j. Persen moisture content: uji terkait penyerapan kelembaban oleh
hydrocolloid matrix piroksikam sampai mencapai titik jenuh.
Formula dengan nilai persen moisture content terendah
dipertimbangkan sebagai formula optimal.
k. Persen moisture absorption: uji terkait kandungan lembab yang
terdapat dalam sediaan hydrocolloid matrix piroksikam. Formula
dengan nilai persen moisture absorption tertinggi dipertimbangkan
sebagai formula optimal.
l. Folding endurance sediaan: uji untuk mengetahui fleksibilitas
hydrocolloid matrix piroksikam ditunjukkan oleh formula dengan
nilai ketahanan pelipatan sampai 300 kali.
m. Keseragaman kandungan obat: uji untuk mengetahui keseragaman
dan dispersi obat dalam sediaan, ditunjukkan dengan nilai
%recovery yang seragam.
n. Pelepasan obat dari hydrocolloid matrix piroksikam: uji untuk
mengetahui pelepasan obat dari sediaan, ditunjukkan oleh formula
optimal dengan nilai dissolution efficieny tertinggi.
o. Iritabilitas sediaan: uji untuk mengetahui bahwa sediaan tidak
mengiritasi kulit yang ditunjukkan dengan nilai indeks iritasi
primer <0,5.
p. Formula optimal sediaan: hydrocolloid matrix piroksikam yang
memenuhi kriteria semua sifat dan stabilitas fisikokimia.
q. Tikus putih galur Wistar jantan terinduksi aloksan: merupakan tikus
putih galur Wistar jantan yang menderita diabetes dengan kadar
glukosa darah >250 mg/dL akibat diinduksi aloksan sebanyak 150
mg/kgBB.
r. Uji aktivitas hydrocolloid matrix piroksikam: uji yang
menunjukkan bahwa sediaan memiliki aktivitas diabetic wound
healing, dilihat dari penyembuhan luka dengan nilai wound closure
100% dan kecepatan waktu penyembuhan pada luka eksisi tikus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
diabetes setelah diaplikasikan sediaan hydrocolloid matrix
piroksikam dibandingkan dengan tikus yang tidak diinduksi
aloksan dan diberi perlakuan yang sama dengan tikus diabetes.
s. Uji histopatologi: pengamatan morfologi kulit bekas luka dan kulit
tikus kontrol secara mikroskopik menggunakan mikroskop cahaya
dengan bantuan zat pewarna.
3.3. Subjek dan Bahan Penelitian
3.3.1. Subjek Penelitian
a. Populasi: tikus putih galur Wistar jantan yang terinduksi aloksan,
dan yang tidak terinduksi aloksan, serta kelinci albino jantan.
b. Sampel: masing-masing 3 ekor tikus putih galur Wistar jantan yang
terinduksi aloksan dan yang tidak terinduksi aloksan dengan berat
badan 150-180 g, serta 3 ekor kelinci albino jantan dengan berat
badan 1,8-2,2 kg.
3.3.2. Bahan Penelitian
Piroksikam, aseton, HPMC, propilen glikol, gliserol, akuades,
metanol, larutan PBS pH 6,4, aloksan monohidrat, WFI, test kit
Glucose GOD FS, krim depilatori, etil asetat, kapas, etanol 70%,
ketamin, NaCl saline, kassa steril, hypavix, Nutrient Agar, formalin
10%, larutan Harris Hematoxylin, larutan acid alkohol, larutan
ammonium, larutan stok Eosin alkohol 1%, dan larutan working Eosin.
3.4. Alat Penelitian
Timbangan analitik (Ohaus), alat-alat gelas (Pyrex), cawan porselen,
termometer, batang pengaduk, hotplate magnetic stirrer, stirrer, jangka
sorong, pipet tetes, spuit injeksi, skalpel, tube eppendorf, sentrifugator,
MicroLab-200 (Merck), mikropipet (Socorex), tabung reaksi, aluminium foil,
plastic wrap, autoklaf, oven, climatic chamber, kabinet LAF, cawan petri,
Franz diffusion cell, spektrofotometer UV, pinset, gunting, biopsy punch 5 mm,
kaca objek dan kaca penutup, plastic wrap, kaca bundar, vortex (Wilten), dan
mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2 (Olympus Corp., Jepang).
3.5. Skema Kerja Penelitian
Sterilisasi ruangan, alat dan bahan
Pembuatan hydrocolloid matrix
diabetic wound healing piroksikam
Uji sterilitas
Uji sifat dan stabilitas
fisikokimia
Uji aktivitas formula optimal
Analisis hasil dan penulisan laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
3.6. Tata Cara Penelitian
3.6.1. Sterilisasi Ruang, Alat, dan Bahan
Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%
kemudian lampu UV dinyalakan selama 24 jam. Proses ini dilakukan
sebelum proses pembuatan hydrocolloid matrix piroksikam. Kemudian
dilanjutkan proses sterilisasi cawan petri dan tabung reaksi bertutup
dengan cara sterilisasi panas kering menggunakan oven pada suhu
180oC selama 1 jam. Setelah itu oven yang digunakan untuk
pengeringan campuran gel disterilisasi menggunakan etanol 70%.
3.6.2. Pembuatan hydrocolloid matrix diabetic wound healing piroksikam
Dasar dari pemilihan formula dalam penelitian ini adalah
formula hydrocolloid film oleh Thu et al. (2012) sebagai berikut:
Tabel 3. Formula Hydrocolloid Film
Formula Hydrocolloid Film
Ibuprofen 5 g
Sodium alginate 6 g
Propylene glycol 15 mL
Etanol 5 mL
Gliserol 6 mL
Akuades 74 mL
Modifikasi formula yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Formula Hydrocolloid Modifikasi
Formula BF1 BF2 BF3 F1 F2 F3
Campuran
A
Piroksikam - - - 0,175 0,175 0,175
Aseton 6,887 6,887 6,887 6,887 6,887 6,887
PG 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8 7,8
Campuran
B
HPMC 4,375 5,5 6,625 4,375 5,5 6,625
Gliserol 3,78 3,78 3,78 3,78 3,78 3,78
Akuades ad 50 ad 50 ad 50 ad 50 ad 50 ad 50
HPMC pada campuran B dilarutkan dalam akuades sambil
diaduk dengan stirrer pada suhu 40°C hingga terbentuk gel. Kemudian
campuran A disiapkan dan ditambahkan ke dalam gel HPMC lalu
diaduk dengan stirrer hingga homogen. Setelah itu gliserol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ditambahkan ke dalam campuran tersebut. Campuran akhir kemudian
dituang ke tabung reaksi bertutup sebanyak 12,5 gram, lalu disterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 115oC selama 15 menit. Setelah itu
campuran dipindahkan ke dalam caawan petri secara aseptis,
dilanjutkan dengan pengeringan dalam oven pada suhu 45°C selama 2
hari. Hydrocolloid matrix yang terbentuk kemudian dibuat dalam
diameter 1 cm dan digunakan dalam seluruh pengujian (Thu et al.
2012).
3.6.2. Uji Sterilitas
Kabinet LAF dibersihkan dengan menggunakan etanol 70%
kemudian lampu UV dinyalakan selama 24 jam. Proses ini dilakukan
sebelum pengujian sterilitas hydrocolloid matrix piroksikam. Peralatan
yang akan digunakan juga disterilkan sebelumnya menggunakan
autoklaf pada 121oC selama 15 menit. Nutrient Agar (Oxoid) sebanyak
21 gram ditambah 750 mL akuades diaduk homogen dengan batang
pengaduk. Media dipanaskan dengan hotplate magnetic stirrer sampai
tercampur homogen. Media dituangkan ke dalam tabung reaksi
masing-masing sebanyak 15 mL, kemudian seluruh media dalam
tabung reaksi disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit dengan
tekanan 1 kgf/cm2 dan suhu 121oC. Media yang telah steril kemudian
dituang ke cawan petri dan dibiarkan memadat. Hydrocolloid matrix
piroksikam disiapkan, kemasannya dibersihkan dengan menggunakan
alkohol 70%. Hydrocolloid matrix piroksikam diambil dari wadah
penyimpanannya secara aseptis dekat nyala bunsen, kemudian
ditempelkan pada permukaan media agar. Tiap petri diberi label dan
dibungkus plastic wrap, lalu diinkubasi terbalik dalam LAF selama 24
jam.
3.6.3. Uji Organoleptis
Dilakukan dengan mengamati dan meneliti warna, kejernihan
dan kehalusan dari hydrocolloid matrix piroksikam yang telah dibuat
(Shirsand et al. 2012).
3.6.4. Uji Keseragaman Bobot
Sebanyak 10 hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm
dari masing-masing formula satu persatu ditimbang dan dihitung rata-
rata bobot sediaan (British Pharmacopoeia 1993).
3.6.5. Uji Ketebalan
Ketebalan hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm
dihitung pada 5 titik berbeda (keempat sudut dan bagian tengah)
dengan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya (El-gendy et al.
2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3.6.6. Uji pH Larutan Sediaan
Setiap formula hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1
cm direndam dalam 20 mL akuades pada suhu 36,5oC- 37,5oC selama
24 jam, kemudian pH larutan tersebut diukur dengan pH meter (British
Pharmacopoeia 1993).
3.6.7. Uji Persentase Moisture Content
Setiap hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm
dikondisikan dalam sebuah desikator berisi silika selama 24 jam.
Setelah itu masing-masing hydrocolloid matrix ditimbang sampai
didapatkan bobot yang tetap dan konstan (Toshkhani et al. 2013).
3.6.8. Uji Persentase Moisture Absorption
Setiap hydrocolloid matrix piroksikam berukuran 1x1 cm yang
sudah diuji moisture content-nya diletakkan dalam climatic chamber
dengan RH 85% pada suhu 28oC. Sediaan kemudian diambil dan
ditimbang kembali (Toshkhani et al. 2013).
3.6.9. Uji Ketahanan Pelipatan (Folding Endurance)
Hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm dilipat
secara berulang pada posisi yang sama hingga rusak. Jumlah
pengulangan pelipatan tanpa merusak sediaan merupakan nilai dari
ketahanan pelipatan (Shirsand et al. 2012).
3.6.10. Pembuatan Kurva Baku Piroksikam
Sebanyak 20 mg piroksikam ditimbang seksama, dimasukkan
ke dalam labu takar 100 mL dan dilarutkan dalam 15 mL metanol.
Kemudian ditambah dengan PBS pH 6,4 untuk memperoleh
konsentrasi 200 µg/mL. Dari larutan stok tersebut diambil 10 mL dan
dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu dilarutkan dengan
pelarut yang sama untuk memperoleh konsentrasi 20 µg/mL. Dari
larutan intermediet tersebut, diambil 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; 8,0;
dan 9,0 mL, dipindahkan ke dalam labu takar 10 mL dan dilarutkan
dengan pelarut yang sama untuk memperoleh konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10,
12, 14, 16, 18 µg/mL. Panjang gelombang maksimal ditentukan dari
larutan intermediet (konsentrasi 20 µg/mL) yang dibaca menggunakan
spektrofotometer UV pada rentang 200-400 nm. Kemudian seluruh
larutan seri dianalisis pada panjang gelombang maksimal (Garg et al.
2014).
3.6.11. Uji Keseragaman Kandungan Obat dalam Patch
Sebanyak 5 hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm
dari masing-masing formula dilarutkan dalam 15 mL metanol dan 35
mL PBS pH 6,4. Kemudian absorbansi larutan diukur pada panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
gelombang 354 nm menggunakan spektrofotometer UV. Blanko yang
digunakan sebagai pembanding adalah metanol (Shirsand et al. 2012).
3.6.12. Uji Pelepasan Obat secara In Vitro
Uji pelepasan piroksikam dari sediaan dilakukan menggunakan
Franz Diffusion Cell pada suhu 36.5 ± 1oC. Sebanyak 15 mL campuran
metanol-PBS pH 6,4 dimasukkan pada sel difusi sebagai kompartemen
aseptor. Membran Millipore 0,45 mm sebelumnya direndam dalam
larutan aseptor selama 1 jam, kemudian hydrocolloid matrix dipasang
pada sel difusi. Pada menit ke-15,30,45,60,90,120,180,240,300, dan
360 kompartemen aseptor disampling dan diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 354 nm. Kadar obat
ditentukan dengan plot kurva baku piroksikam. Nilai dissolution
efficiency dihitung sampai menit ke-360. (Pudyastuti dkk., 2014).
3.6.13. Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Setiap formula hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1
cm disimpan dalam paparan suhu 37°C dan 45°C selama 4 minggu.
Analisis fisik dan analisis kandungan obat pada hydrocolloid matrix
dilakukan setiap akhir minggu (Amjad et al. 2011).
3.6.14. Uji Iritasi Kulit
Punggung tiga ekor kelinci dicukur 24 jam sebelum pengujian.
Dalam satu punggung diaplikasikan 1 kontrol positif etil asetat, 1
kontrol kassa steril dan 3 basis hydrocolloid matrix yang ditutup plester
hypavix selama 4 jam. Pengamatan dilakukan pada jam ke-1, 24, 48
dan 72 jam terhadap eritema dan udema yang terjadi pada kulit yang
terpapar sampel. (Shirsand et al. 2012).
3.6.15. Uji Aktivitas Hydrocolloid Matrix Piroksikam
Enam ekor tikus putih jantan umur 2-3 bulan dengan berat 150-
180 gram dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan terdiri
dari 3 ekor tikus diabetes dengan kadar gula darah > 250 mg/dL dan
kelompok kontrol terdiri dari 3 ekor tikus tidak diabetes. Tikus diabetes
diperoleh dengan menginjeksi aloksan monohidrat 5% secara
intraperitoneal dengan dosis 150 mg/kgBB. Setiap tikus dianestesi
dengan injeksi ketamin 10% pada dosis 80 mg/kgBB secara
intramuscular. Pada tiap tikus diberikan 5 luka eksisi menggunakan
biopsy punch berdiameter 5 mm. Luka dibuat pada punggung tikus
yang sudah dicukur 48 jam sebelumnya. Kelima luka eksisi pada 1 ekor
tikus diberi perlakuan berbeda, yaitu: kontrol tanpa perlakuan, basis
hydrocolloid matrix (HPMC), basis hydrocolloid matrix (PVP),
hydrocolloid matrix (HPMC) piroksikam, dan hydrocolloid matrix
(PVP) piroksikam. Penggantian sediaan dilakukan setiap 24 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sampai luka menutup. Setelah luka sembuh, tikus dieuthanasia dengan
injeksi ketamin dengan dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung diambil
dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin 10%.
Gambar 5. Pola Perlakuan Luka pada Punggung 2 Kelompok Tikus
Tabel 5. Keterangan Pola Luka pada Punggung 2 Kelompok Tikus
Keterangan Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
a Kontrol HM (PVP)
Pxm
HM (HPMC)
Pxm
b Basis HM
(HPMC) Kontrol
HM (PVP)
Pxm
c Basis HM
(PVP)
Basis HM
(HPMC) Kontrol
d HM (HPMC)
Pxm
Basis HM
(PVP)
Basis HM
(HPMC)
e HM (PVP)
Pxm
HM (HPMC)
Pxm
Basis HM
(PVP)
3.6.16. Uji Histopatologi – Pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
a. Trimming. Pemotongan tipis jaringan dengan skalpel.
b. Dehidrasi. Dilakukan untuk mengeluarkan air yang terkandung
dalam jaringan dengan menggunakan reagen pembersih, lalu
dilakukan impregnasi (penetrasi parafin ke dalam jaringan).
c. Embedding dan cutting. Jaringan yang sudah didehidrasi diletakkan
di atas sebuah balok kayu (embedding) sebagai alas pemotongan
jaringan dengan pisau mikrotom (cutting).
d. Staining. Rangkaian pewarnaannya adalah sebagai berikut: xylol I
(5 menit); xylol II (5 menit); xylol III (5 menit); alkohol absolut I
(5 menit); alkohol absolut II (5 menit); akuades (1 menit); Harris
Hematoxylin (20 menit); akuades (1 menit); acid alkohol (2-3
celupan); akuades (1 menit); akuades (15 menit); eosin (2 menit);
alkohol 96% I (3 menit); alkohol 96% II (3 menit); alkohol absolut
III (3 menit); alkohol absolut IV (3 menit); xylol IV (5 menit); dan
xylol V (5 menit).
c
b a e
d
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
e. Mounting. Menutup kaca objek dengan kaca penutup
f. Pembacaan slide dengan mikroskop. Pengamatan histopatologi
dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya (Olympus tipe
BH-2, Olympus Corp., Jepang).
3.6.17. Tata Cara Analisis Hasil
Persentase moisture content:
Moisture content (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑥 100%
Persentase moisture absorption:
Moisture absorption (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%
Dissolution Efficiency:
𝐷𝐸(%) =𝑦𝑑𝑡
𝑦100. 𝑡𝑥 100
Kecepatan penyembuhan luka pada tikus:
Wound closure (%) = area luka pada hari ke − 0 − area luka pada hari ke − n
area luka pada hari ke − 0 x100%
Data sifat fisik dan stabilitas sediaan yang diperoleh, dihitung
rata-rata dan standar deviasinya. Kemudian data hasil tiap uji
pengukuran diuji statistik menggunakan software R i.386 3.2.5 dengan
taraf kepercayaan 95%. Nilai p-value < 0,05 menunjukkan adanya
perbedaan signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 2. Ethical Clearence Penelitian
Ethical Clearance Penggunaan Hewan Coba Tikus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Ethical Clearance Penggunaan Hewan Coba Kelinci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 3. Certificate of Analysis Bahan Penelitian
Certificate of Analysis Working Standard Piroksikam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Certificate of Analysis HPMC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 4. Pembuatan Sediaan
Hasil orientasi: diperoleh bobot kering sediaan 3,5 gram.
Piroksikam yang dibutuhkan = 5% x bobot kering sediaan
= 5% x 3,5 g
= 0,175 g
Konsentrasi larutan piroksikam = 2%
Volume aseton yang dibutuhkan = 0.175 𝑔
2 𝑔𝑥 100 𝑚𝑙
= 8,75 ml
Dosis Piroksikam dalam Sediaan
Formula 1
Diameter petri 9,5 cm (2 buah) dan 9,0 cm (1 buah)
Luas lingkaran petri (cm2) 68,488
Luas lingkaran sediaan (cm2) 0,786
Jumlah piroksikam yang dimasukkan (mg) 175
Dosis (mg) 0,669
Formula 2
Diameter petri 9,5 cm (1 buah) dan 9,0 cm (2 buah)
Luas lingkaran petri (cm2) 66,065
Luas lingkaran sediaan cm2) 0,786
Jumlah piroksikam yang dimasukkan (mg) 175
Dosis (mg) 0,694
Formula 3
Diameter petri 9,5 cm (2 buah) dan 9,0 cm (1 buah)
Luas lingkaran petri (cm2) 68,488
Luas lingkaran sediaan cm2) 0,786
Jumlah piroksikam yang dimasukkan (mg) 175
Dosis (mg) 0,669
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 5. Karakteristik Sediaan
Organoleptis, sterilitas, pH, elastisitas
Formula Warna Kejernihan Kehalusan Sterilitas pH Frekuensi
pelipatan
B F1 Bening
kekuningan Jernih Halus Steril 6,98 60
B F2 Bening
kekuningan Jernih Halus Steril 6,88 86
B F3 Bening
kekuningan Jernih Halus Steril 6,94 70
F1 Kuning Jernih,
terdispersi Halus Steril 6,91 25
F2 Kuning Jernih,
terdispersi Halus Steril 6,97 25
F3 Kuning Jernih,
terdispersi Halus Steril 6,94 23
Ketebalan sediaan
Formu-
la
Titik
ke-1
(mm)
Titik
ke-2
(mm)
Titik
ke-3
(mm)
Titik
ke-4
(mm)
Titik
ke-5
(mm)
Rerata
(mm) SD
CV
(%)
BF1 0,80 0,75 0,75 0,75 0,80 0,77 0,274 3,557
BF2 0,75 0,70 0,70 0,70 0,75 0,72 0,274 3,804
BF3 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,000 0,000
F1 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,000 0,000
F2 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,000 0,000
F3 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,000 0,000
Keseragaman Bobot
BF1 (g) BF2 (g) BF3 (g) F1 (g) F2 (g) F3 (g)
R1 0,0671 0,0611 0,0511 0,0535 0,0543 0,0422
R2 0,0655 0,0552 0,0509 0,0523 0,0541 0,0416
R3 0,0669 0,0598 0,0508 0,0493 0,0498 0,0434
R4 0,0698 0,0631 0,0521 0,0526 0,0544 0,0485
R5 0,0638 0,0596 0,0575 0,0521 0,0540 0,0531
R6 0,0598 0,0579 0,0586 0,0539 0,0548 0,0440
R7 0,0661 0,0526 0,0593 0,0530 0,0485 0,0467
R8 0,0595 0,0558 0,0575 0,0485 0,0567 0,0465
R9 0,0599 0,0633 0,0599 0,0505 0,0500 0,0480
R10 0,0589 0,0628 0,0587 0,0587 0,0549 0,0470
Rerata 0,0637 0,0591 0,0556 0,0524 0,0532 0,0461
SD 0,0039 0,0037 0,0039 0,0028 0,0027 0,0034
CV (%) 6,15 6,22 6,98 5,40 5,08 7,47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Persen moisture content
BF1 (g) BF2 (g) BF3 (g) F1 (g) F2 (g) F3 (g)
R1 7,14 6,33 5,76 6,43 7,17 5,04
R2 7,79 7,10 6,05 6,77 7,09 4,96
R3 7,79 5,81 7,10 3,85 5,04 4,67
R4 6,91 6,82 7,23 6,04 6,9 5,27
R5 6,87 19,11 6,14 6,25 4,71 5,73
Rerata 7,30 9,04 6,46 5,86 6,18 5,13
SD 0,458 5,653 0,665 1,16 1,201 0,395
CV (%) 6,27 62,571 10,303 19,775 19,426 7,693
Persen moisture absorption
BF1 (g) BF2 (g) BF3 (g) F1 (g) F2 (g) F3 (g)
R1 22,56 21,38 19,42 19,28 20,72 18,2
R2 22,34 18,39 18,16 21,62 19,16 17,67
R3 21,46 21,66 19,47 20,28 20,70 18,26
R4 22,37 19,05 18,49 22,84 18,20 17,09
R5 19,97 19,24 18,92 18,16 21,04 16,36
Rerata 21,74 19,94 18,89 20,43 19,96 17,52
SD 1,077 1,474 0,575 1,851 1,228 0,801
CV (%) 4,955 7,392 3,042 9,056 6,15 4,573
Kecepatan moisture absorption
BF1
(g/jam)
BF2
(g/jam)
BF3
(g/jam)
F1
(g/jam)
F2
(g/jam)
F3
(g/jam)
R1 5,0x10-4 6,3x10-4 4,5x10-4 4,9x10-4 4,3x10-4 3,5x10-4
R2 4,5x10-4 6,6x10-4 6,0 x10-4 4,8x10-4 4,2x10-4 3,4x10-4
R3 5,6x10-4 6,2x10-4 4,0 x10-4 4,8x10-4 5,0x10-4 3,6x10-4
R4 6,2x10-4 6,2x10-4 4,8 x10-4 5,8x10-4 3,6x10-4 3,4x10-4
R5 5,1x10-4 6,1x10-4 6,5 x10-4 3,9x10-4 5,2x10-4 3,3x10-4
Rerata 5,3x10-4 6,3x10-4 5,2 x10-4 4,8x10-4 4,5x10-4 3,4x10-4
SD 6,4x10-5 1,8x10-5 1,1x10-4 6,9x10-5 6,3x10-5 9,6x10-6
CV (%) 12,11 2,94 20,60 14,32 14,22 2,79
Keseragaman Kandungan Obat
Formula Q (mg) Rerata
(mg) SD
Recovery
(%)
Rerata
(%) SD CV (%)
F1.1 0,467
0,566 0,079
69,792
84,585 11,780 13,9 F1.2 0,507 75,839
F1.3 0,602 89,950
F1.4 0,665 99,408
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
F1.5 0,588 87,934
F2.1 0,460
0,566 0,110
66,232
81,568 15,867 19,4
F2.2 0,433 62,345
F2.3 0,648 93,436
F2.4 0,635 91,493
F2.5 0,655 94,333
F3.1 0,502
0,513 0,068
75,064
76,739 10,149 13,2
F3.2 0,447 66,846
F3.3 0,450 67,311
F3.4 0,577 86,228
F3.5 0,590 88,244
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Lampiran 6. Verifikasi Metode Analisis
Kurva Kalibrasi Piroksikam dalam PBS pH 6,4
No.seri Konsentrasi (µg/mL) Rerata absorbansi ± SD (Abs) n=3 CV (%)
1 0,2 0,009 ± 0,001 11,1
2 0,4 0,018 ± 0,003 13,7
3 0,6 0,034 ± 0,001 2,9
4 0,8 0,039 ± 0,001 1,5
5 1,0 0,045 ± 0,001 1,3
6 1,2 0,058 ± 0,001 1,0
7 1,4 0,067 ± 0,001 0,9
8 1,6 0,076 ± 0,001 0,8
9 1,8 0,084 ± 0,001 0,7
10 2 0,100 ± 0,001 1,2
11 4 0,194 ± 0,006 2,8
12 6 0,294 ± 0,004 1,3
13 8 0,388 ± 0,003 0,8
14 10 0,485 ± 0,009 1,8
15 12 0,587 ± 0,004 0,7
16 14 0,680 ± 0,007 1,0
17 16 0,779 ± 0,005 0,6
18 18 0,865 ± 0,004 0,5
19 20 0,957 ± 0,011 1,1
Kurva Kalibrasi Piroksikam dalam PBS pH 6,4
y = 0.0482x + 0.0009R² = 0.9998
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0
Ab
sorb
ansi
(A
bs)
Konsentrasi (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Linearitas dan Sensitivitas
Parameter Nilai
λ max (nm) 354
Rentang linearitas (µg/ml) 0,2 – 20
Slope 0,0009
Intercept 0,0482
Correlation coefficient (R2) 0,9998
LOD (µg/ml) 0,0897
LOQ (µg/ml) 0,2719
Penetapan Kadar
Formula
Rerata Kadar
Terukur (µg/mL)
n=6
Rerata Kadar
Teoritis (µg/mL) Akurasi (%) SD
F1 12,198 13,38 91,164 1,857
F2 12,219 13,88 88,030 1,754
F3 11,434 13,38 85,453 0,700
Presisi Metode
Interd
ay
Replikasi ke- Rerata kadar
terukur (µg/ml)
Rerata
Recovery (%) SD
CV
(%)
Tanpa
adisi
1
3,757 98,30 0,315 0,32 2
3
Adisi
2
µg/ml
1
5,735 96,36 1,198 1,24 2
3
Adisi
4
µg/ml
1
7,588 94,51 1,667 1,76 2
3
Adisi
6
µg/ml
1
9,476 94,47 1,706 1,81 2
3
Interd
ay
Hari ke- Rerata kadar
terukur (µg/ml)
Rerata
Recovery (%) SD
CV
(%)
Tanpa
adisi
1
3,757 98,30 0,315 0,32 2
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Adisi
2
µg/ml
1
5,735 96,36 1,198 1,24 2
3
Adisi
4
µg/ml
1
7,588 94,51 1,667 1,76 2
3
Adisi
6
µg/ml
1
9,476 94,47 1,706 1,81 2
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Lampiran 7. Stabilitas Fisikokimia Sediaan
Formula 1 pada suhu 37oC
a. Organoleptis, pH, elastisitas, dan ketebalan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Organoleptis
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
pH 7,0 6,9 7,2 7,1
Folding
endurance 16 25 10 20
Ketebalan
(mm) 0,40±0,00 0,50±0,00 0,50±0,00 0,49±0,02
b. Keseragaman bobot
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
R1 0,0279 0,0287 0,0378 0,0411
R2 0,0385 0,0291 0,0367 0,0439
R3 0,0459 0,0369 0,0431 0,0347
R4 0,0382 0,0357 0,0437 0,0298
R5 0,0401 0,0275 0,0405 0,0258
R6 0,0314 0,0368 0,0411 0,0351
R7 0,0467 0,0385 0,0337 0,0346
R8 0,0439 0,0286 0,0464 0,0365
R9 0,0285 0,0335 0,0451 0,0313
R10 0,0335 0,0328 0,0476 0,0298
Rerata 0,0375 0,0328 0,0416 0,0343
SD 0,0069 0,0041 0,0045 0,0054
CV (%) 18,47 12,46 10,77 15,86
c. Persen moisture content dan moisture absorption
Minggu
ke- %MC Rerata SD
CV
(%) %MA Rerata SD
CV
(%)
1
2,45
3,22 0,009 0,269
14,69
17,28 1,74 10,08
4,94 17,53
3,97 18,83
2,80 16,54
1,96 18,83
2 10,53 10,50 1,083 10,319 14,29 14,43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
11,11 14,73
1,92 13,33 10,05 16,36
8,97 15,49
11,83 11,29
3
6,67
5,59 1,66 29,686
18,77
18,82 1,76 9,337
6,62 19,34
6,68 17,51
5,08 21,48
2,88 17,00
4
6,29
6,72 0,64 9,57
5,66
7,56 1,60 21,11
7,53 6,09
7,24 8,85
6,57 8,06
5,99 9,15
d. Kecepatan moisture absorption
Minggu
ke-
Replikasi
ke-
Kecepatan
MA (g/jam) Rerata SD
CV
(%)
1
R1 1,8x10-4
2,9x10-4 7,4x10-5 25,66
R2 3,0x10-4
R3 3,8x10-4
R4 2,7x10-4
R5 3,2x10-4
2
R1 2,4x10-4
2,4x10-4 4,2x10-5 17,62
R2 2,5x10-4
R3 2,9x10-4
R4 2,4x10-4
R5 1,8x10-4
3
R1 3,2x10-4
3,2x10-4 5,0x10-5 15,82
R2 3,2x10-4
R3 3,2x10-4
R4 3,9x10-4
R5 2,5x10-4
4
R1 7,5x10-5
1,0x10-4 2,9x10-5 28,28
R2 7,1x10-5
R3 1,4x10-4
R4 1,1x10-4
R5 1,2x10-4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
e. Kandungan obat
Minggu
ke-
Q
(mg)
Rerata
(mg) SD
Recovery
(%)
Rerata
(%) SD
CV
(%)
1
R1 0,613
0,532 0,091
91,655
79,468 13,53 17.0
R2 0,522 78,010
R3 0,613 91,655
R4 0,393 58,783
R5 0,517 77,235
2
R1 0,669
0,518 0,142
100,029
77,359 21,26 27.5
R2 0,387 57,852
R3 0,395 59,093
R4 0,670 100,184
R5 0,466 69,637
3
R1 0,543
0,512 0,070
81,111
76,584 10,44 13.6
R2 0,397 59,403
R3 0,554 82,817
R4 0,571 85,298
R5 0,497 74,289
4
R1 0,530
0,431 0,083
79,251
64,365 12,38 19.2
R2 0,506 75,684
R3 0,404 60,333
R4 0,351 52,425
R5 0,362 54,131
Formula 2 pada suhu 37oC
a. Organoleptis, pH, elastisitas, dan ketebalan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Organoleptis
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
pH 7,1 6,9 7,2 7,1
Folding
endurance 23
28 13 27
Ketebalan
(mm) 0,60±0,00 0,50±0,00 0,58±0,03 0,58±0,03
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
b. Keseragaman bobot
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
R1 0,0343 0,0377 0,0529 0,0502
R2 0,0332 0,0423 0,0453 0,0587
R3 0,0300 0,0420 0,0519 0,0575
R4 0,0519 0,0397 0,0488 0,0581
R5 0,0309 0,0303 0,0568 0,0563
R6 0,0489 0,0469 0,0525 0,0501
R7 0,0519 0,0472 0,0502 0,0497
R8 0,0465 0,0377 0,0573 0,0526
R9 0,0415 0,0469 0,0540 0,0542
R10 0,0387 0,0503 0,0547 0,0519
Rerata 0,0408 0,0421 0,0524 0,0539
SD 0,0086 0,0060 0,0037 0,0035
CV (%) 21,064 14,232 6,961 6,510
c. Persen moisture content dan moisture absorption
Minggu
ke- %MC Rerata SD
CV
(%) %MA Rerata SD
CV
(%)
1
2,56
2,01 0,013 0,647
13,64
15,28 1,74 11,39
1,48 16,32
0,99 14,19
3,71 17,81
1,31 14,43
2
10,66
7,78 2,064 26,526
12,80
14,29 1,81 12,646
7,03 15,69
5,02 11,91
8,50 15,29
7,71 15,78
3
2,79
3,93 1,09 27,644
20,60
19,03 2,08 10,933
5,29 19,71
2,98 19,68
3,85 19,78
4,74 15,37
4
7,55
7,12 0,39 5,55
8,29
10,06 1,25 12,38
7,39 10,54
6,75 10,32
7,23 11,64
6,65 9,53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
d. Kecepatan moisture absorption
Minggu
ke-
Replikasi
ke-
Kecepatan
MA (g/jam) Rerata SD CV (%)
1
R1 2,0x10-4
2,4x10-4 9,2x10-5 38,81
R2 2,3x10-4
R3 1,8x10-4
R4 4,0x10-4
R5 1,8x10-4
2
R1 2,3x10-4
2,6x10-4 7,3x10-5 28,60
R2 2,8x10-4
R3 1,6x10-4
R4 2,6x10-4
R5 3,6x10-4
3
R1 4,0x10-4
4,1x10-4 4,6x10-5 11,28
R2 4,5x10-4
R3 4,1x10-4
R4 4,5x10-4
R5 3,4x10-4
4
R1 1,9x10-4
2,3x10-4 3,2x10-5 13,70
R2 2,4x10-4
R3 2,3x10-4
R4 2,8x10-4
R5 2,2x10-4
e. Kandungan obat
Minggu
ke-
Q
(mg)
Rerata
(mg) SD
Recovery
(%)
Rerata
(%) SD
CV
(%)
1
R1 0,502
0,536 0,075
72,360
77,293 10,75 13,9
R2 0,439 63,242
R3 0,569 81,926
R4 0,533 76,844
R5 0,639 92,090
2
R1 0,515
0,552 0,040
74,154
79,595 5,75 7,2
R2 0,534 76,994
R3 0,523 75,349
R4 0,603 86,859
R5 0,587 84,617
3 R1 0,590
0,585 0,042 85,065
84,318 6,09 7,2 R2 0,633 91,194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
R3 0,519 74,752
R4 0,579 83,421
R5 0,605 87,158
4
R1 0,536
0,585 0,028
77,293
84,258 4,09 4,9
R2 0,607 87,457
R3 0,590 85,065
R4 0,586 84,467
R5 0,604 87,008
Formula 3 pada suhu 37oC
a. Organoleptis, pH, elastisitas, dan ketebalan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Organoleptis
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus
pH 7,2 6,9 7,2 7,1
Folding
endurance 28 34 15 28
Ketebalan
(mm) 0,50±0,00 0,45±0,00 0,47±0,03 0,48±0,03
b. Keseragaman bobot
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
R1 0,0426 0,0343 0,0325 0,0411
R2 0,0350 0,0405 0,0431 0,0480
R3 0,0348 0,0425 0,0324 0,0483
R4 0,0347 0,0386 0,0403 0,0421
R5 0,0415 0,0363 0,0377 0,0409
R6 0,0419 0,0440 0,0375 0,0438
R7 0,0415 0,0433 0,0347 0,0434
R8 0,0365 0,0462 0,0397 0,0412
R9 0,0347 0,0349 0,0415 0,0458
R10 0,0420 0,0377 0,0399 0,0394
Rerata 0,0385 0,0398 0,0379 0,0434
SD 0,0036 0,0041 0,0037 0,0031
CV (%) 9,3776 10,2832 9,7402 7,0877
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
c. Persen moisture content dan moisture absorption
Minggu
ke- %MC Rerata SD
CV
(%) %MA Rerata SD
CV
(%)
1
0,70
1,50 0,006 0,424
17,02
14,50 1,80 12,38
1,41 15,49
2,25 12,36
0,57 14,04
2,58 13,62
2
6,79
7,28 0,600 8,248
15,22
15,79 0,67 4,252
6,99 16,39
7,40 15,05
6,93 15,73
8,27 16,55
3
0,31
0,55 0,35 64,140
20,25
17,13 2,00 11,65
5
0,31 17,54
1,05 16,01
0,79 16,93
0,29 14,94
4
5,08
4,71 0,71 15,09
7,39
9,29 1,71 18,46
5,10 8,58
5,24 9,83
3,51 11,94
4,60 8,72
d. Kecepatan moisture absorption
Minggu
ke-
Replikasi
ke-
Kecepatan
MA (g/jam) Rerata SD
CV
(%)
1
R1 3,0x10-4
2,3x10-4 4,6x10-5 19,83
R2 2,3x10-4
R3 1,8x10-4
R4 2,0x10-4
R5 2,4x10-4
2
R1 2,3x10-4
2,6x10-4 2,3x10-5 9,05
R2 2,8x10-4
R3 2,5x10-4
R4 2,5x10-4
R5 2,8x10-4
3 R1 2,8x10-4
2,5x10-4 2,3x10-5 9,35 R2 2,4x10-4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
R3 2,5x10-4
R4 2,7x10-4
R5 2,2x10-4
4
R1 1,3x10-4
1,7x10-4 3,2x10-5 19,06
R2 1,5x10-4
R3 1,9x10-4
R4 2,1x10-4
R5 1,5x10-4
e. Kandungan obat
Minggu
ke-
Q
(mg)
Rerata
(mg) SD
Recovery
(%)
Rerata
(%) SD
CV
(%)
1
R1 0,595
0,523 0,088
88,864
78,196 13,18 16,8
R2 0,591 88,399
R3 0,575 85,918
R4 0,414 61,884
R5 0,441 65,916
2
R1 0,445
0,457 0,023
66,536
68,334 3,46 5,1
R2 0,435 64,985
R3 0,487 72,738
R4 0,477 71,343
R5 0,442 66,071
3
R1 0,398
0,444 0,087
59,558
66,412 13,00 19,6
R2 0,415 62,039
R3 0,438 65,450
R4 0,376 56,147
R5 0,595 88,864
4
R1 0,381
0,405 0,031
56,922
60,520 4,57 7,6
R2 0,407 60,799
R3 0,381 56,922
R4 0,401 59,868
R5 0,455 68,086
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Formula 1 pada suhu 45oC
a. Organoleptis, pH, elastisitas, dan ketebalan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Organoleptis
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, kering
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, kering
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, keras
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, keras
pH 6,9 7,0 7,0 6,9
Folding
endurance 16 44 115 102
Ketebalan
(mm) 0,50±0,00 0,50±0,00 0,54±0,05 0,55±0,00
b. Keseragaman bobot
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
R1 0,0445 0,0379 0,0348 0,0327
R2 0,0421 0,0295 0,0361 0,0323
R3 0,0447 0,0334 0,0352 0,0363
R4 0,0384 0,027 0,0374 0,0379
R5 0,0417 0,0262 0,0283 0,0349
R6 0,0369 0,0338 0,0395 0,0305
R7 0,0323 0,0347 0,0315 0,0263
R8 0,0397 0,0328 0,0330 0,0311
R9 0,0383 0,0332 0,0374 0,0355
R10 0,0342 0,0376 0,0382 0,0372
Rerata 0,03928 0,03261 0,0351 0,0335
SD 0,0041168 0,0039709 0,0034 0,0036
CV (%) 10,48 12,18 9,69 10,70
c. Persen moisture content dan moisture absorption
Minggu
ke- %MC Rerata SD
CV
(%) %MA Rerata SD
CV
(%)
1
7,29
7,76 1,088 14,026
10,00
11,39 1,437 12,620
8,28 10,02
8,96 13,44
8,13 11,72
6,13 11,76
2 22,86
14,44 8,265 57,251 16,40
15,56 0,561 3,604 1,50 15,02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
14,52 15,84
13,10 15,17
20,19 15,38
3
11,95
11,58 0,976 8,431
10,98
10,37 0,669 6,446
12,41 10,77
11,63 9,62
12,00 10,82
9,91 9,67
4
10,41
10,84 3,643 33,598
9,32
8,04 0,899 11,182
10,28 8,33
5,28 7,45
14,33 8,14
13,92 6,96
d. Kecepatan moisture absorption
Minggu
ke-
Replikasi
ke-
Kecepatan
MA (g/jam) Rerata SD
CV
(%)
1
R1 2,0x10-4
2,1x10-4 3,4x10-5 16,02
R2 1,9x10-4
R3 2,8x10-4
R4 2,0x10-4
R5 2,0x10-4
2
R1 3,0x10-4
2,3x10-4 4,8x10-5 20,80
R2 2,1x10-4
R3 2,0x10-4
R4 1,8x10-4
R5 2,7x10-4
3
R1 1,9x10-4
1,8x10-4 9,0x10-6 4,90
R2 1,9x10-4
R3 1,8x10-4
R4 1,9x10-4
R5 1,7x10-4
4
R1 1,4x10-4
1,1x10-4 2,4x10-5 21,86
R2 1,3x10-4
R3 1,0x10-4
R4 1,0x10-4
R5 7,9x10-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
e. Kandungan obat
Minggu
ke-
Q
(mg)
Rerata
(mg) SD
Recovery
(%)
Rerata
(%) SD
CV
(%)
1
R1 0,437
0,373 0,048
65,295
55,775 7,15 12,8
R2 0,350 52,270
R3 0,346 51,650
R4 0,410 61,264
R5 0,324 48,394
2
R1 0,412
0,389 0,022
61,574
58,194 3,35 5,7
R2 0,405 60,488
R3 0,398 59,558
R4 0,371 55,527
R5 0,360 53,821
3
R1 0,468
0,445 0,067
69,947
66,505 10,09 15,17
R2 0,528 78,941
R3 0,342 51,185
R4 0,432 64,520
R5 0,454 67,931
4
R1 0,516
0,517 0,013
77,080
77,297 1,89 2,4
R2 0,515 76,925
R3 0,500 74,754
R4 0,535 80,026
R5 0,520 77,700
Formula 2 pada suhu 45oC
a. Organoleptis, pH, elastisitas, dan ketebalan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Organoleptis
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, kering
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, kering
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, keras
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, keras
pH 6,9 7,0 7,0 6,9
Folding
endurance 17 40 47 83
Ketebalan
(mm) 0,50±0,00 0,50±0,00 0,50±0,00 0,50±0,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
b. Keseragaman bobot
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
R1 0,0616 0,0494 0,0276 0,0273
R2 0,0533 0,0432 0,0264 0,0305
R3 0,0599 0,0478 0,0308 0,0290
R4 0,0591 0,0475 0,0256 0,0360
R5 0,0545 0,0529 0,0269 0,0292
R6 0,0554 0,0436 0,0311 0,0259
R7 0,0544 0,0489 0,0365 0,0290
R8 0,0606 0,0525 0,0398 0,0249
R9 0,0564 0,0532 0,0347 0,0268
R10 0,0509 0,0438 0,0314 0,0249
Rerata 0,05661 0,04828 0,0311 0,0292
SD 0,0035316 0,0038531 0,0047 0,0044
CV (%) 6,24 7,98 15,18 15,19
c. Persen moisture content dan moisture absorption
Minggu
ke- %MC Rerata SD
CV
(%) %MA Rerata SD
CV
(%)
1
21,27
14,77 4,795 32,473
11,82
12,46 1,224 9,827
17,67 11,03
9,18 12,13
11,69 13,15
14,02 14,18
2
22,16
21,17 5,783 27,310
13,33
14,84 1,134 7,642
18,71 14,29
12,52 16,39
25,72 14,99
26,76 15,22
3
9,06
8,67 0,692 7,977
8,48
8,38 0,815 9,728
8,98 6,98
9,13 8,90
7,47 8,53
8,72 9,01
4
2,50
1,30 0,820 63,163
5,71
4,05 1,067 26,360
0,39 3,49
1,22 3,25
0,75 4,51
1,63 3,27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
d. Kecepatan moisture absorption
Minggu
ke-
Replikasi
ke-
Kecepatan
MA (g/jam) Rerata SD
CV
(%)
1
R1 3,3x10-4
3,3x10-4 3,3x10-5 9,95
R2 3,0x10-4
R3 3,1x10-4
R4 3,4x10-4
R5 3,9x10-4
2
R1 3,1x10-4
3,6x10-4 2,8x10-5 7,93
R2 3,5x10-4
R3 3,7x10-4
R4 3,7x10-4
R5 3,8x10-4
3
R1 1,2x10-4
1,3x10-4 1,8x10-5 13,60
R2 1,2x10-4
R3 1,6x10-4
R4 1,3x10-4
R5 1,3x10-4
4
R1 6,7x10-5
4,4x10-5 1,4x10-5 32,41
R2 3,8x10-5
R3 3,3x10-5
R4 5,0x10-5
R5 3,3x10-5
e. Kandungan obat
Minggu
ke-
Q
(mg)
Rerata
(mg) SD
Recovery
(%)
Rerata
(%) SD
CV
(%)
1
R1 0,674
0,645 0,033
97,173
92,957 4,69 5,0
R2 0,672 96,874
R3 0,624 89,848
R4 0,600 86,410
R5 0,656 94,482
2
R1 0,477
0,521 0,035
68,773
75,110 5,10 6,8
R2 0,564 81,328
R3 0,550 79,236
R4 0,509 73,406
R5 0,505 72,808
3 R1 0,377
0,431 0,122 54,274
62,076 17,53 28,2 R2 0,648 93,436
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
R3 0,378 54,423
R4 0,377 54,274
R5 0,375 53,975
4
R1 0,471
0,431 0,061
67,876
62,076 8,86 14,3
R2 0,385 55,470
R3 0,520 74,901
R4 0,388 55,918
R5 0,390 56,217
Formula 3 pada suhu 45oC
a. Organoleptis, pH, elastisitas, dan ketebalan
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Organoleptis
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, kering
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, kering
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, keras
Kuning,
jernih,
terdispersi,
halus, keras
pH 6,9 7,0 7,0 6,9
Folding
endurance 33 35 138 100
Ketebalan
(mm) 0,50±0,00 0,50±0,00 0,50±0,00 0,50±0,00
b. Keseragaman bobot
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
R1 0,0402 0,0351 0,0338 0,0391
R2 0,0393 0,0379 0,0338 0,0344
R3 0,0373 0,041 0,0355 0,0337
R4 0,0371 0,0399 0,0356 0,0340
R5 0,0408 0,0399 0,0334 0,0361
R6 0,0363 0,0373 0,0353 0,0357
R7 0,0408 0,0348 0,0319 0,0347
R8 0,0405 0,033 0,0343 0,0357
R9 0,0349 0,04 0,0313 0,0366
R10 0,039 0,0456 0,0318 0,0340
Rerata 0,03862 0,03845 0,0337 0,0354
SD 0,0020927 0,0036531 0,0016 0,0016
CV (%) 5,42 9,50 4,69 4,62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
c. Persen moisture content dan moisture absorption
Minggu
ke- %MC Rerata SD
CV
(%) %MA Rerata SD
CV
(%)
1
9,45
6,90 2,294 33,248
11,29
12,39 1,066 8,606
4,85 14,03
8,62 12,32
4,22 12,66
7,36 11,64
2
21,30
13,05 9,604 73,568
11,88
13,85 1,797 12,980
0,53 13,00
12,08 13,20
7,64 14,58
23,72 16,56
3
6,58
7,39 0,979 13,254
5,26
5,52 0,674 12,196
8,72 6,41
7,99 5,51
6,37 5,84
7,30 4,59
4
3,10
1,66 1,149 69,369
4,23
3,86 1,084 28,105
1,17 4,99
2,58 4,58
1,14 3,13
0,29 2,36
d. Kecepatan moisture absorption
Minggu
ke-
Replikasi
ke-
Kecepatan
MA (g/jam) Rerata SD
CV
(%)
1
R1 2,0x10-4
2,1x10-4 1,2x10-5 5,53
R2 2,3x10-4
R3 2,1x10-4
R4 2,0x10-4
R5 2,0x10-4
2
R1 2,2x10-4
2,4x10-4 5,8x10-5 23,82
R2 2,0x10-4
R3 2,0x10-4
R4 2,6x10-4
R5 3,4x10-4
3 R1 8,3x10-5
8,7x10-5 1,2x10-5 14,18 R2 1,0x10-4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
R3 8,3x10-5
R4 9,2x10-5
R5 7,1x10-5
4
R1 6,2x10-5
5,6x10-5 1,6x10-5 28,22
R2 7,1x10-5
R3 6,7x10-5
R4 4,6x10-5
R5 3,3x10-5
e. Kandungan obat
Minggu
ke-
Q
(mg)
Rerata
(mg) SD
Recovery
(%)
Rerata
(%) SD
CV
(%)
1
R1 0,377
0,386 0,020
56,302
57,759 3,03 5,2
R2 0,412 61,574
R3 0,391 58,473
R4 0,358 53,511
R5 0,394 58,938
2
R1 0,424
0,415 0,013
63,435
62,070 1,96 3,2
R2 0,393 58,783
R3 0,422 63,124
R4 0,423 63,280
R5 0,413 61,729
3
R1 0,352
0,375 0,014
52,580
56,116 2,10 3,7
R2 0,381 56,922
R3 0,375 55,992
R4 0,382 57,077
R5 0,388 58,008
4
R1 0,455
0,412 0,031
68,086
61,636 4,57 7,4
R2 0,381 56,922
R3 0,401 59,868
R4 0,393 58,783
R5 0,432 64,530
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 8. Data Profil Pelepasan Obat
Persen Pelepasan Obat
Form
ula
1
Menit
ke-
Drug Release (%) Rata-rata
DR (%) SD
R1 R2 R3
15 5,540 7,401 5,819 6,254 1,003
30 11,115 17,008 9,627 12,583 3,903
45 14,117 22,753 13,256 16,709 5,253
60 22,777 27,483 17,110 22,457 5,194
90 33,446 36,664 26,515 32,208 5,186
120 45,340 49,596 38,339 44,425 5,684
180 52,078 55,722 48,737 52,179 3,494
240 54,312 56,227 51,885 54,141 2,176
300 56,933 56,538 52,932 55,468 2,204
360 56,197 58,539 55,600 56,779 1,553
Form
ula
2
15 8,610 6,098 8,517 7,742 1,424
30 18,233 13,488 27,707 19,809 7,239
45 34,476 21,567 32,832 29,625 7,027
60 51,331 27,483 39,896 39,570 11,927
90 65,602 46,293 44,921 52,272 11,565
120 70,845 38,572 51,635 53,684 16,234
180 73,214 63,157 52,877 63,083 10,169
240 74,324 63,344 55,079 64,249 9,654
300 74,852 63,934 53,119 63,968 10,867
360 75,232 64,493 55,065 64,930 10,091
Form
ula
3
15 14,053 14,053 8,843 12,316 3,008
30 31,002 23,233 19,109 24,448 6,039
45 27,545 34,204 25,583 29,111 4,519
60 36,810 40,842 31,158 36,270 4,864
90 50,216 45,564 38,331 44,703 5,989
120 52,473 47,813 40,425 46,904 6,075
180 53,334 50,024 42,224 48,527 5,704
240 54,110 50,172 42,442 48,908 5,936
300 53,374 51,142 42,877 49,131 5,530
360 54,003 51,693 43,893 49,863 5,297
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Persen Dissolution Efficiency
Formula %DE360
Rerata SD R1 R2 R3
F1 42,949 45,743 39,372 42,688 3,193
F2 63,241 49,098 46,826 53,055 8,894
F3 47,080 44,543 37,156 42,926 5,156
Kurva Hubungan %Pelepasan Obat Kumulatif dengan Waktu
Penentuan Kinetika Obat
Formula Konstanta Difusi (D) Orde 0 Orde 1
Higuchi
Model
Rerata±SD r r r
F1 0,3421±0,0479 0,9083 0,9322 0,9626
F2 0,5914±0,1496 0,8349 0,8811 0,9165
F3 0,4141±0,0231 0,7769 0,8053 0,8715
0
10
20
30
40
50
60
70
0 100 200 300 400
% P
elep
asan
Obat
Kum
ula
tif
Waktu (menit)
F1
F2
F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 9. Hasil Uji Iritasi Akut Dermal pada Kelinci
Jam ke- Kelinci
ke-
Skor Eritema
Etil asetat Kassa+hypafix BF1 BF2 BF3
1
1 2 0 0 0 0
2 3 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
24
1 2 0 0 0 0
2 3 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
48
1 2 0 0 0 0
2 3 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
72
1 2 0 0 0 0
2 3 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
Jam ke- Kelinci
ke-
Skor Udem
Etil asetat Kassa+hypafix BF1 BF2 BF3
1
1 2 0 0 0 0
2 3 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
24
1 2 0 0 0 0
2 3 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
48
1 2 0 0 0 0
2 3 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
72
1 2 0 0 0 0
2 3 0 0 0 0
3 2 0 0 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Hasil Uji Iritasi Akut Dermal Kelinci 1
Hasil Uji Iritasi Akut Dermal Kelinci 2
Hasil Uji Iritasi Akut Dermal Kelinci 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 10. Hasil Uji Aktivitas Sediaan
Persen wound closure pada tikus diabetes
Persen wound closure pada tikus normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 11. Hasil Uji Histopatologi
Struktur Kulit Tikus Normal
Struktur Kulit Baru Luka Kontrol Tikus Diabetes
Struktur Kulit Baru Luka Tikus Diabetes Diobati BF2
Struktur Kulit Baru Luka Tikus Diabetes Diobati F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Struktur Kulit Baru Luka Kontrol Tikus Normal
Struktur Kulit Baru Luka Tikus Normal Diobati BF2
Struktur Kulit Baru Luka Tikus Normal Diobati F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 12. Hasil Analisis Statistik
1. Keseragaman Bobot Basis
a. Data
b. Uji normalitas
Pearson chi-square normality test
data: KB_basis$Basis.F1..g.
P = 10.4. p-value = 0.01545
data: KB_basis$Basis.F2..g.
P = 2. p-value = 0.5724
data: KB_basis$Basis.F3..g.
P = 11.6. p-value = 0.008887
c. Uji homogenitas data Levene Test
> leveneTest(values~ind,KB_basis2,center=mean)
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = mean)
Df F value Pr(>F)
group 2 0.2978 0.7449
27
d. Uji ANAVA
> summary(aov(values~ind,KB_basis2,center=mean))
Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
Ind 2 0.0003294 1.647e-04 1 1.23 0.000282 ***
Residuals 27 0.0003958 1.466e-05
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
p value <0.05. H1 diterima. Kesimpulannya. pada taraf kepercayaan 95%.
keseragaman bobot BF1 berbeda dengan keseragaman bobot BF2 dan BF3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
e. Post hoc
> TukeyHSD(aov(values~ind,data=KB_basis2))
Tukey multiple comparisons of means
95% family-wise confidence level
Fit: aov(formula = values ~ ind, data = KB_basis2)
$ind
diff lwr upr p adj
Basis.F2..g.-Basis.F1..g. -0.00461 -0.008855533 -0.0003644669 0.0312925
Basis.F3..g.-Basis.F1..g. -0.00809 -0.012335533 -0.0038444669 0.0001835
Basis.F3..g.-Basis.F2..g. -0.00348 -0.007725533 0.0007655331 0.1237506
2. Keseragaman Bobot Formula
a. Data
b. Uji normalitas
Pearson chi-square normality test
data: KB_formula$F1..g.
P = 2. p-value = 0.5724
data: KB_formula$F2..g.
P = 6.8. p-value = 0.07855
data: KB_formula$F3..g.
P = 3.2. p-value = 0.3618
c. Uji homogenitas
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = mean)
Df F value Pr(>F)
group 2 0.4166 0.6634
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
27
d. Uji ANAVA
> summary(aov(values~ind,KB_formula2,center=mean))
Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
ind 2 0.0003013 1.507e-04 16.63 1.96e-05 ***
Residuals 27 0.0002446 9.060e-06
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
p value <0.05. H1 diterima. Kesimpulannya, pada taraf kepercayaan 95%
keseragaman bobot F3 berbeda dengan keseragaman bobot F2 dan F3.
e. Post hoc
> TukeyHSD(aov(values~ind,data=KB_formula2))
Tukey multiple comparisons of means
95% family-wise confidence level
Fit: aov(formula = values ~ ind, data = KB_formula2)
$ind
diff lwr upr p adj
F2..g.-F1..g. 0.00071 -0.002627346 0.004047346 0.8586102
F3..g.-F1..g. -0.00634 -0.009677346 -0.003002654 0.0001907
F3..g.-F2..g. -0.00705 -0.010387346 -0.003712654 0.0000466
3. Moisture Content Basis
a. Data
b. Uji normalitas
Pearson chi-square normality test
data: MC_basis$BF1
P = 2.2. p-value = 0.138
data: MC_basis$BF2
P = 8.6. p-value = 0.003362
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
data: MC_basis$BF3
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji homogenitas
> leveneTest(values~ind,MC_basis2,center=mean)
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = mean)
Df F value Pr(>F)
group 2 5.3885 0.02138 *
12
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
d. Uji Kruskal Wallis
> kruskal.test(values~ind,MC_basis2)
Kruskal-Wallis rank sum test
data: values by ind
Kruskal-Wallis chi-squared = 2.8652. df = 2. p-value = 0.2387
p value >0.05. H1 ditolak. Kesimpulannya, pada taraf kepercayaan 95%
moisture content BF1 = moisture content BF2 = moisture content BF3.
4. Moisture Content Formula
a. Data
b. Uji normalitas
Pearson chi-square normality test
data: MC_formula$F1
P = 3.8. p-value = 0.05125
data: MC_formula$F2
P = 2.2. p-value = 0.138
data: MC_formula$F3
P = 0.6. p-value = 0.4386
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
c. Uji homogenitas
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = mean)
Df F value Pr(>F)
group 2 3.3648 0.06917 .
12
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
d. Uji ANAVA
> summary(aov(values~ind,data=MC_formula2))
Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
ind 2 2.893 1.4464 1.472 0.268
Residuals 12 11.792 0.9827
p value >0.05. H1 ditolak. Kesimpulannya, pada taraf kepercayaan 95%
moisture content F1 = moisture content F2 = moisture content F3.
5. Moisture Absorption Basis
a. Data
b. Uji normalitas
Pearson chi-square normality test
data: MA_basis$BF1
P = 0.6. p-value = 0.4386
data: MA_basis$BF2
P = 2.2. p-value = 0.138
data: MA_basis$BF3
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji homogenitas
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = mean)
Df F value Pr(>F)
group 2 .2077 0.04124 *
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1x ‘ ’ 1
d. Uji Kruskal Wallis
Kruskal-Wallis rank sum test
data: values by ind
Kruskal-Wallis chi-squared = 7.98. df = 2. p-value = 0.0185
p-value <0.05. H1 diterima. Kesimpulannya, pada taraf kepercayaan 95%
moisture absorption BF1 ≠ moisture absorption BF3.
e. Post hoc
> var.test(MA_basis$BF1,MA_basis$BF2)
F test to compare two variances
data: MA_basis$BF1 and MA_basis$BF2
F = 0.53239. num df = 4. denom df = 4. p-value = 0.5565
> t.test(MA_basis$BF1,MA_basis$BF2,var.equal=T)
Two Sample t-test
data: MA_basis$BF1 and MA_basis$BF2
t = 2.1977. df = 8. p-value = 0.05921
> var.test(MA_basis$BF1,MA_basis$BF3)
F test to compare two variances
data: MA_basis$BF1 and MA_basis$BF3
F = 3.5395. num df = 4. denom df = 4. p-value = 0.2484
> t.test(MA_basis$BF1,MA_basis$BF3,var.equal=T)
Two Sample t-test
data: MA_basis$BF1 and MA_basis$BF3
t = 5.2208. df = 8. p-value = 0.0008018
> var.test(MA_basis$BF2,MA_basis$BF3)
F test to compare two variances
data: MA_basis$BF2 and MA_basis$BF3
F = 6.6484. num df = 4. denom df = 4. p-value = 0.09363
> t.test(MA_basis$BF2,MA_basis$BF3,var.equal=T)
Two Sample t-test
data: MA_basis$BF2 and MA_basis$BF3
t = 1.4857. df = 8. p-value = 0.1757
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
6. Moisture Absorption Formula
a. Data
b. Uji normalitas
Pearson chi-square normality test
data: MA_formula$F1
P = 0.6. p-value = 0.4386
data: MA_formula$F2
P = 0.6. p-value = 0.4386
data: MA_formula$F3
P = 0.6. p-value = 0.4386
c. Uji homogenitas
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = mean)
Df F value Pr(>F)
group 2 2.0389 0.1729
12
d. Uji ANAVA
Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
ind 2 24.57 12.285 6.607 0.0116 *
Residuals 12 22.31 1.859
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
p-value <0.05. H1 diterima. Kesimpulannya, pada taraf kepercayaan 95%
moisture absorption BF3 ≠ dengan moisture absorption BF1 dan moisture
absorption BF2.
e. Post hoc
Tukey multiple comparisons of means
95% family-wise confidence level
Fit: aov(formula = values ~ ind, data = MA_formula2)
$ind
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
diff lwr upr p adj
F2-F1 -0.472 -2.772866 1.828866 0.8497709
F3-F1 -2.920 -5.220866 -0.619134 0.0138699
F3-F2 -2.448 -4.748866 -0.147134 0.0369792
7. Drug Content
a. Data
b. Uji normalitas
Pearson chi-square normality test
data: DC$F1
P = 2.2. p-value = 0.138
data: DC$F2
P = 2.2. p-value = 0.138
data: DC$F3
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji homogenitas
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = mean)
Df F value Pr(>F)
group 2 2.6444 0.1118
12
d. Uji ANAVA
>summary(aov(values~ind,data=DC2))
Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
ind 2 0.00929 0.004647 0.608 0.56
Residuals 12 0.09166 0.007639
p-value >0.05 H1 ditolak. Kesimpulannya, pada taraf kepercayaan 95%
kandungan obat F1 = kandungan obat F2 = kandungan obat F3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
8. Uji % Pelepasan Obat
1. Data
2. Uji normalitas
Pearson chi-square normality test
> pearson.test(DE360$F1)
Pearson chi-square normality test
data: DE360$F1
P = 1. p-value = 0.3173
> pearson.test(DE360$F2)
Pearson chi-square normality test
data: DE360$F2
P = 1. p-value = 0.3173
> pearson.test(DE360$F3)
Pearson chi-square normality test
data: DE360$F3
P = 1. p-value = 0.3173
3. Uji homogenitas
> leveneTest(values~ind,DE3602,center=mean)
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = mean)
Df F value Pr(>F)
group 2 2.8204 0.1369
6
4. Uji ANAVA
> summary(aov(values~ind,DE3602,center=mean))
Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
ind 2 210.1 105.06 2.72 0.144
Residuals 6 231.8 38.63
p-value >0.05. H1 ditolak. Kesimpulannya, pada taraf kepercayaan 95%
persen DE360 F1 = persen DE360 F2 = persen DE360 F3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
9. Uji Stabilitas
Suhu 37oC Suhu 45oC
Keseragaman Bobot F1
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=KB37F1$M4-
KB37F1$M0
> selisih
[1] -0.0124 -0.0084 -0.0146 -
0.0228 -0.0263 -0.0188 -0.0184 -
0.0120 -0.0192
[10] -0.0289
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 4.4. p-value = 0.2214
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -8.8044. df = 9. p-value =
1.022e-05
p value <0.05. H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
keseragaman bobot F1 pada suhu
37oC minggu ke-4 ≠ dengan
Keseragaman Bobot F1
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=KB45F1$M4-
KB45F1$M0
> selisih
[1] -0.0208 -0.0200 -0.0130 -
0.0147 -0.0172 -0.0234 -0.0267 -
0.0174 -0.0150
[10] -0.0215
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 0.8. p-value = 0.8495
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -13.992. df = 9. p-value =
2.06e-07
p value <0.05. H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
keseragaman bobot F1 pada suhu
45oC minggu ke-4 ≠ dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
keseragaman bobot F1 pada
minggu ke-0.
keseragaman bobot F1 pada
minggu ke-0.
Keseragaman Bobot F2
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=KB37F2$M4-
KB37F2$M0
> selisih
[1] -0.0132 -0.0102 -0.0151 -
0.0246 -0.0282 -0.0197 -0.0139 -
0.0202 -0.0187
[10] -0.0251
d. Uji normalitas
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 3.2. p-value = 0.3618
e. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -10.221. df = 9. p-value =
2.982e-06
p value <0.05. H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
keseragaman bobot F2 pada suhu
37oC minggu ke-4 ≠ dengan
Keseragaman Bobot F3
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=KB45F2$M4-
KB45F2$M0
> selisih
[1] -0.0270 -0.0236 -0.0208 -
0.0184 -0.0248 -0.0289 -0.0195 -
0.0318 -0.0232
[10] -0.0300
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 3.2. p-value = 0.3618
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -17.217. df = 9. p-value =
3.389e-08
p value <0.05. H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
keseragaman bobot F2 pada suhu
45oC minggu ke-4 ≠ dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
keseragaman bobot F2 pada
minggu ke-0.
keseragaman bobot F2 pada
minggu ke-0.
Keseragaman Bobot F3
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=KB37F3$M4-
KB37F3$M0
> selisih
[1] -0.0011 0.0064 0.0049 -
0.0064 -0.0122 -0.0002 -0.0033 -
0.0053 -0.0022
[10] -0.0076
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 2. p-value = 0.5724
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -1.5181. df = 9. p-value =
0.1633
p value >0.05. H1 ditolak.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
keseragaman bobot F3 pada suhu
Keseragaman Bobot F3
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=KB45F3$M4-
KB45F3$M0
> selisih
[1] -0.0031 -0.0072 -0.0097 -
0.0145 -0.0170 -0.0083 -0.0120 -
0.0108 -0.0114
[10] -0.0130
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 2. p-value = 0.5724
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -8.6292. df = 9. p-value =
1.203e-05
p value <0.05. H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
keseragaman bobot F3 pada suhu
45oC minggu ke-4 ≠ dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
37oC minggu ke-4 = keseragaman
bobot F3 minggu ke-0.
keseragaman bobot F3 pada
minggu ke-0.
MOISTURE CONTENT F1
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=MC371$MC4-
MC371$MC0
> selisih
[1] -0.14 0.76 3.39 0.53 -0.26
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 3.8. p-value = 0.05125
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = 1.2924. df = 4. p-value = 0.2658
p value >0.05. H1 ditolak.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MC
F1 pada suhu 37oC minggu ke-4 =
MC F1 minggu ke-0.
MOISTURE CONTENT F1
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih4=MC451$MC4-
C451$MC0
> selisih4
[1] 3.98 3.51 1.43 8.29 7.67
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = 3.8189. df = 4. p-value =
0.0188
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MC
F1 pada suhu 45oC minggu ke-4 ≠
dengan MC F1 minggu ke-0.
MOISTURE CONTENT F2
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
MOISTURE CONTENT F2
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
>selisih=MC372$MC4-
MC372$MC0
> selisih
[1] 0.38 0.30 1.71 0.33 1.94
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = 2.5423. df = 4. p-value =
0.06383
p value >0.05. H1 ditolak.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MC
F2 pada suhu 37oC minggu ke-4 =
MC F2 minggu ke-0.
>selisih4=MC452$MC4-
C452$MC0
> selisih4
[1] -4.67 -6.70 -3.82 -6.15 -3.08
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = -7.1496. df = 4. p-value =
0.002025
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MC
F2 pada suhu 45oC minggu ke-4 ≠
dengan MC F2 minggu ke-0.
MOISTURE CONTENT F3
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=MC373$MC4-
MC373$MC0
MOISTURE CONTENT F3
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih4=MC453$MC4-
C453$MC0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
> selisih
[1] 0.04 0.14 0.57 -1.76 -1.13
b. Uji normalitas
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -0.9813. df = 4. p-value = 0.382
p value >0.05. H1 ditolak.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MC
F3 pada suhu 37oC minggu ke-4 =
MC F3 minggu ke-0.
> selisih4
[1] -1.94 -3.79 -2.09 -4.13 -5.44
b. uji normalitas
> pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 2.2. p-value = 0.138
c. uji t berpasangan
> t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = -5.2843. df = 4. p-value =
0.006152
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MC
F3 pada suhu 45oC minggu ke-4 ≠
dengan MC F3 minggu ke-0.
MOISTURE ABSORPTION F1
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih4=MA371$MA4-
A371$MA0
> selisih4
[1] -13.62 -15.53 -11.43 -14.78 -
9.01
b. Uji normalitas
>pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 0.6. p-value = 0.4386
MOISTURE ABSORPTION F1
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih4=MA451$MA4-
A451$MA0
> selisih4
[1] -9.96 -13.29 -12.83 -14.70 -
11.20
b. Uji normalitas
>pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 0.6. p-value = 0.4386
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
c. Uji t berpasangan
>t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = -10.83. df = 4. p-value =
0.0004124
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MA
F1 pada suhu 37oC minggu ke-4 ≠
dengan MA F1 minggu ke-0.
c. Uji t berpasangan
>t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = -14.999. df = 4. p-value =
0.0001151
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MA
F1 pada suhu 45oC minggu ke-4 ≠
dengan MA F1 minggu ke-0.
MOISTURE ABSORPTION F2
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih4=MA372$MA4-
A372$MA0
> selisih4
[1] -12.43 -8.62 -10.38 -6.56 -
11.51
b. Uji normalitas
pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 0.6. p-value = 0.4386
c. t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = -9.4355. df = 4. p-value =
0.0007035
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
MOISTURE ABSORPTION F2
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=MA452$MA4-
MA452$MA0
> selisih
[1] -15.01 -15.67 -17.45 -13.69 -
17.77
b. Uji normalitas
pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 2.2. p-value = 0.138
c. t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -20.877. df = 4. p-value =
3.111e-05
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kepercayaan 95%, stabilitas MA
F2 pada suhu 37oC minggu ke-4 ≠
dengan MA F2 minggu ke-0.
kepercayaan 95%, stabilitas MA
F2 pada suhu 45oC minggu ke-4 ≠
dengan MA F2 minggu ke-0.
MOISTURE ABSORPTION F3
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih4=MA373$MA4-
A373$MA0
> selisih4
[1] -10.81 -9.09 -8.43 -5.15 -7.64
b. Uji normalitas
>pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 0.6. p-value = 0.4386
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = -8.8501. df = 4. p-value =
0.0009001
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MA
F3 pada suhu 37oC minggu ke-4 ≠
dengan MA F3 minggu ke-0.
MOISTURE ABSORPTION F3
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=MA453$MA4-
MA453$MA0
> selisih
[1] -13.97 -12.68 -13.68 -13.96 -
14.00
b. Uji normalitas
>pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 8.6. p-value = 0.003362
c. Uji Wilcoxon
> wilcox.test(selisih)
Wilcoxon signed rank test
data: selisih
V = 0. p-value = 0.0625
p value >0.05 H1 ditolak.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas MA
F3 pada suhu 45oC minggu ke-4 =
MA F3 minggu ke-0.
DRUG CONTENT F1
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
DRUG CONTENT F1
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
>selisih4=DC371$DC4-
DC371$DC0
> selisih4
[1] 0.063 -0.001 -0.198 -0.314 -
0.226
b. Uji normalitas
>pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji t berpasangan
>t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = -1.8983. df = 4. p-value =
0.1305
p value >0.05 H1 ditolak.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
kandungan obat F1 pada suhu
37oC minggu ke-4 = kandungan
obat F1 minggu ke-0.
>selisih=DC451$DC4-
DC451$DC0
> selisih
[1] 0.049 0.008 -0.102 -0.130 -
0.068
b. Uji normalitas
>pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji t berpasangan
>t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -1.4463. df = 4. p-value =
0.2216
p value >0.05 H1 ditolak.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
kandungan obat F1 pada suhu
45oC minggu ke-4 = kandungan
obat F1 minggu ke-0.
DRUG CONTENT F2
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
DRUG CONTENT F2
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
>selisih4=DC372$DC4-
DC372$DC0
> selisih4
[1] 0.076 0.174 -0.058 -0.049 -
0.051
b. Uji normalitas
>pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 0.6. p-value = 0.4386
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = 0.3981. df = 4. p-value = 0.7109
p value >0.05 H1 ditolak.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
kandungan obat F2 pada suhu
37oC minggu ke-4 = kandungan
obat F2 minggu ke-0.
>selisih=DC452$DC4-
DC452$DC0
> selisih
[1] 0.011 -0.048 -0.128 -0.247 -
0.265
b. Uji normalitas
>pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -2.5062. df = 4. p-value =
0.06633
p value >0.05 H1 ditolak.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
kandungan obat F2 pada suhu
45oC minggu ke-4 = kandungan
obat F2 minggu ke-0.
DRUG CONTENT F3
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih4=DC373$DC4-
DC373$DC0
> selisih4
[1] -0.121 -0.040 -0.069 -0.176 -
0.135
b. Uji normalitas
DRUG CONTENT F3
Minggu 0 Minggu 4
a. Data
>selisih=DC453$DC4-
DC453$DC0
> selisih
[1] -0.047 -0.066 -0.049 -0.184 -
0.158
b. Uji normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
> pearson.test(selisih4)
Pearson chi-square normality test
data: selisih4
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih4)
One Sample t-test
data: selisih4
t = -4.4799. df = 4. p-value =
0.01099
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
kandungan obat F3 pada suhu
37oC minggu ke-4 ≠ dengan
kandungan obat F3 minggu ke-0.
> pearson.test(selisih)
Pearson chi-square normality test
data: selisih
P = 2.2. p-value = 0.138
c. Uji t berpasangan
> t.test(selisih)
One Sample t-test
data: selisih
t = -3.4592. df = 4. p-value =
0.02584
p value <0.05 H1 diterima.
Kesimpulannya: pada taraf
kepercayaan 95%, stabilitas
kandungan obat F3 pada suhu
37oC minggu ke-4 ≠ dengan
kandungan obat F3 minggu ke-0.
10. Uji aktivitas
10.1. Tikus Diabetes
a. Data
b. Uji normalitas
> pearson.test(tikusdiabetes$kontrol)
data: tikusdiabetes$kontrol
P = 3.6667. p-value = 0.05551
> pearson.test(tikusdiabetes$BF2)
data: tikusdiabetes$BF2
P = 3. p-value = 0.08326
> pearson.test(tikusdiabetes$F2)
data: tikusdiabetes$F2
P = 3.6667. p-value = 0.05551
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
c. Uji homogenitas
d. Uji Kruskal Wallis
p value <0.05. H1 diterima. Kesimpulannya: pada taraf kepercayaan
95% terdapat perbedaan rata-rata kecepatan penyembuhan luka
diabetik oleh F2, BF2, dan kontrol.
e. Pos hoc
> var.test(tikusdiabetes$kontrol,tikusdiabetes$BF2)
F test to compare two variances
data: tikusdiabetes$kontrol and tikusdiabetes$BF2
F = Inf. num df = 2. denom df = 2. p-value < 2.2e-16
> t.test(tikusdiabetes$kontrol,tikusdiabetes$BF2)
Welch Two Sample t-test
data: tikusdiabetes$kontrol and tikusdiabetes$BF2
t = 5. df = 2. p-value = 0.03775
> var.test(tikusdiabetes$kontrol,tikusdiabetes$F2)
F test to compare two variances
data: tikusdiabetes$kontrol and tikusdiabetes$F2
F = 0.11111. num df = 2. denom df = 2. p-value = 0.2
> t.test(tikusdiabetes$kontrol,tikusdiabetes$F2,var.equal=T)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Two Sample t-test
data: tikusdiabetes$kontrol and tikusdiabetes$F2
t = 3.4785. df = 4. p-value = 0.02539
> var.test(tikusdiabetes$BF2,tikusdiabetes$F2)
F test to compare two variances
data: tikusdiabetes$BF2 and tikusdiabetes$F2
F = 0. num df = 2. denom df = 2. p-value < 2.2e-16
> t.test(tikusdiabetes$BF2,tikusdiabetes$F2)
Welch Two Sample t-test
data: tikusdiabetes$BF2 and tikusdiabetes$F2
t = 2. df = 2. p-value = 0.1835
Analisis statistik Nilai p-value Kesimpulan
Kelompok 1 Kelompok 2
Kontrol diabet BF2 diabet 0,03775 Berbeda signifikan
Kontrol diabet F2 diabet 0,02539 Berbeda signifikan
BF2 diabet F2 diabet 0,1835 Tidak berbeda
signifikan
10.2. Tikus Non-diabetes
a. Data
b. Uji normalitas
> pearson.test(tikusnormal$kontrol)
Pearson chi-square normality test
data: tikusnormal$kontrol
P = 3.6667. p-value = 0.05551
> pearson.test(tikusnormal$BF2)
Pearson chi-square normality test
data: tikusnormal$BF2
P = 3. p-value = 0.08326
> pearson.test(tikusnormal$F2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Pearson chi-square normality test
data: tikusnormal$F2
P = 3. p-value = 0.08326
c. Uji homogenitas
d. Uji Kruskal Wallis
p value <0.05. H1 diterima. Kesimpulannya: pada taraf kepercayaan
95% ada perbedaan rata-rata kecepatan penyembuhan luka normal
oleh F2, BF2, dan kontrol.
e. Post hoc
> var.test(tikusnormal$kontrol,tikusnormal$BF2)
F test to compare two variances
data: tikusnormal$kontrol and tikusnormal$BF2
F = Inf. num df = 2. denom df = 2. p-value < 2.2e-16
> t.test(tikusnormal$kontrol,tikusnormal$BF2)
Welch Two Sample t-test
data: tikusnormal$kontrol and tikusnormal$BF2
t = 2. df = 2. p-value = 0.1835
> var.test(tikusnormal$kontrol,tikusnormal$F2)
F test to compare two variances
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
data: tikusnormal$kontrol and tikusnormal$F2
F = Inf. num df = 2. denom df = 2. p-value < 2.2e-16
> t.test(tikusnormal$kontrol,tikusnormal$F2)
Welch Two Sample t-test
data: tikusnormal$kontrol and tikusnormal$F2
t = 5. df = 2. p-value = 0.03775
> var.test(tikusnormal$BF2,tikusnormal$F2)
F test to compare two variances
data: tikusnormal$BF2 and tikusnormal$F2
F = NaN. num df = 2. denom df = 2. p-value = NA
> t.test(tikusnormal$BF2,tikusnormal$F2)
Error in t.test.default (tikusnormal$BF2. tikusnormal$F2): data are
essentially constant
Analisis statistik Nilai p-value Kesimpulan
Kelompok 1 Kelompok 2
Kontrol normal BF2 normal 0,1835 Tidak berbeda
signifikan
Kontrol normal F2 normal 0,03775 Berbeda signifikan
BF2 normal F2 normal NA -
10.3. Keseluruhan data tikus diabetes dan tikus normal
a. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
b. Uji homogenitas
c. Uji Kruskal Wallis
p value <0.05. H1 diterima. Kesimpulannya: pada taraf kepercayaan
95% ada perbedaan rata-rata kecepatan penyembuhan luka tikus
diabetes dengan kecepatan penyembuhan luka tikus normal.
d. Post hoc
> var.test(WH$kontroldiabet,WH$kontrolnormal)
F test to compare two variances
F = 1. num df = 2. denom df = 2. p-value = 1
> t.test(WH$kontroldiabet,WH$kontrolnormal,var.equal=T)
Two Sample t-test
t = 4.2426. df = 4. p-value = 0.01324
> var.test(WH$kontroldiabet,WH$BF2normal)
F test to compare two variances
F = Inf. num df = 2. denom df = 2. p-value < 2.2e-16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
> t.test(WH$kontroldiabet,WH$BF2normal)
Welch Two Sample t-test
t = 8. df = 2. p-value = 0.01527
> var.test(WH$kontroldiabet,WH$F2normal)
F test to compare two variances
F = Inf. num df = 2. denom df = 2. p-value < 2.2e-16
> t.test(WH$kontroldiabet,WH$F2normal)
Welch Two Sample t-test
t = 11. df = 2. p-value = 0.008163
> var.test(WH$BF2diabet,WH$kontrolnormal)
F test to compare two variances
F = 0. num df = 2. denom df = 2. p-value < 2.2e-16
> t.test(WH$BF2diabet,WH$kontrolnormal)
Welch Two Sample t-test
t = 1. df = 2. p-value = 0.4226
> var.test(WH$F2diabet,WH$kontrolnormal)
F test to compare two variances
F = 9. num df = 2. denom df = 2. p-value = 0.2
> t.test(WH$F2diabet,WH$kontrolnormal,var.equal=T)
Two Sample t-test
t = -1.5811. df = 4. p-value = 0.189
> var.test(WH$BF2diabet,WH$BF2normal)
F test to compare two variances
F = NaN. num df = 2. denom df = 2. p-value = NA
> t.test(WH$BF2diabet,WH$BF2normal)
Error in t.test.default(WH$BF2diabet. WH$BF2normal) : data are
essentially constant
> var.test(WH$BF2diabet,WH$F2normal)
F test to compare two variances
F = NaN. num df = 2. denom df = 2. p-value = NA
> t.test(WH$BF2diabet,WH$F2normal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Error in t.test.default(WH$BF2diabet. WH$F2normal) : data are
essentially constant
> var.test(WH$F2diabet,WH$BF2normal)
F test to compare two variances
F = Inf. num df = 2. denom df = 2. p-value < 2.2e-16
> t.test(WH$F2diabet,WH$BF2normal)
Welch Two Sample t-test
t = -1. df = 2. p-value = 0.4226
> var.test(WH$F2diabet,WH$F2normal)
F test to compare two variances
F = Inf. num df = 2. denom df = 2. p-value < 2.2e-16
> t.test(WH$F2diabet,WH$F2normal)
Welch Two Sample t-test
t = 0. df = 2. p-value = 1
Analisis statistik Nilai p-value Kesimpulan
Kelompok 1 Kelompok 2
Kontrol diabet BF2 diabet 0,03775 Berbeda signifikan
Kontrol diabet F2 diabet 0,02539 Berbeda signifikan
BF2 diabet F2 diabet 0,1835 Tidak berbeda
signifikan
Kontrol normal BF2 normal 0,1835 Tidak berbeda
signifikan
Kontrol normal F2 normal 0,03775 Berbeda signifikan
BF2 normal F2 normal NA -
Kontrol diabet Kontrol normal 0,01324 Berbeda signifikan
Kontrol diabet BF2 normal 0,01527 Berbeda signifikan
Kontrol diabet F2 normal 0,008163 Berbeda signifikan
BF2 diabet Kontrol normal 0,4226 Tidak berbeda
signifikan
F2 diabet Kontrol normal 0,189 Tidak berbeda
signifikan
BF2 diabet BF2 normal NA -
BF2 diabet F2 normal NA -
F2 diabet BF2 normal 0,4226 Tidak berbeda
signifikan
F2 diabet F2 normal 1 Tidak berbeda
signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian
a b c
d e f
Hydrocolloid matrix: (a) F1, (b) F2, (c) F3, (d) BF1, (e) BF2, dan (f) BF3
Uji pH larutan sediaan Uji iritasi sediaan pada kelinci 1
Uji iritasi sediaan pada kelinci 2 Uji iritasi sediaan pada kelinci 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
BIOGRAFI PENULIS
Gracia Elwy Nona Sanjivany dilahirkan di
Surakarta, 3 September 1995 oleh pasangan suami-istri
bernama Mikael Eko Prihardono dan Anastasia Tiwik Dwi
Irianti. Penulis skripsi berjudul “Optimasi Konsentrasi
Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) sebagai Polimer
Hydrocolloid Matrix Diabetic Wound Healing dengan Zat
Aktif Piroksikam” ini merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD
Pangudi Luhur 3 Surakarta pada tahun 2007. Kemudian, penulis melanjutkan
pendidikan menengah pertama di SMP Pangudi Luhur Bintang Laut Surakarta pada
tahun 2007 hingga 2010. Setelah itu penulis menempuh pendidikan menengah atas
di sekolah berasrama SMA Van Lith Muntilan dan mengambil jurusan IPA selama
3 tahun. Lalu pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan mengambil minat Farmasi
Sains dan Teknologi.
Penulis cukup aktif dalam kegiatan di dalam dan di luar Kampus, baik
kepanitiaan maupun organisasi. Pada tahun 2015, penulis menjadi delegasi Jaringan
Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) Komisariat Universitas Sanata Dharma
dalam Pra Kongres Mahasiswa Kesehatan Indonesia (Pra-KMKI) IX di Jember.
Selain itu penulis juga merupakan Beswan Djarum angkatan 31 yang menjadi
penerima Djarum Beasiswa Plus periode 2015/2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI