Post on 22-Feb-2018
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
1/18
1
MENUJU TERCIPTANYA SISTEM TRANSPORTASI KOTA HEMAT
ENERGI DAN RAMAH LINGKUNGAN
Ofyar Z TAMIN1Dimas B.E. DHARMOWIJOYO
2
1Program Studi Tekni k Sipi l,
I nstitu t Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132
Email:ofyar@trans.si.itb.ac.id
2Program Studi Teknik Sipi l
I nstitu t Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung40132
Email:dimas@trans.si.itb.ac.id,dim_bay@yahoo.com
ABSTRAK
Dampak transportasi ternyata sudah mempengaruhi berbagai aspek. Apabila selama ini dampaktransportasi selalu dikuantifikasi dari aspek atau dampak ekonomi dan energi, ternyata sudahmerambah ke aspek lingkungan. Transportasi adalah konsumen energi ke 3 terbesar di Indonesia dan
BBM terbesar. Pertumbuhannya sulit untuk ditahan karena pertumbuhan transportasi yang mencapaidua digit di wilayah perkotaan di Indonesia.
Ternyata isu energi ini juga berhubungan erat dengan isu lingkungan. Isu lingkungan ini sebenarnyasudah lama, dan sangat berhubungan dengan isu kesehatan. Inefisiensi pembakaran BBM darikendaraan berdampak adanya emisi yang mengganggu kesehatan manusia. Terdapat empat emisi hasilinefisiensi pembakaran tersebut yaitu: CO, NOx, Sox, dan Partikel PM.
Tetapi ternyata isu lingkungan tidak berhenti disitu saja. Pada tahun 1995, IPCC (2006) telahmendengungkan isu perubahan iklim dengan memperhatikan peningkatan emisi CO2 sebesar 70,73%selama 34 tahun terakhir ini. Ternyata emisi CO2 telah mengakibatkan Efek Rumah Kaca (ERK)dimana dampaknya adalah perubahan iklim baik dalam skala lokal maupun global. Transportasiternyata termasuk dalam sektor yang berkontribusi terhadap peningkatan emisi CO2ini.
Berdasarkan Sustainable Society Kyoto (2009) terlihat bahwa transportasi menyumbang dampakemisi CO2kedua terbesar setelah industri di wilayah perkotaan. Pertumbuhan transportasi juga cukuptinggi. Dari data di ruas-ruas jalan arteri di DKI Jakarta pada tahun 2009 disampaikan bahwapertumbuhan lalu lintas dapat mencapai rata-rata 11,28%/tahun.
Diperlukan suatu strategi yang komprehensif dalam menanggulangi isu perubahan iklim ini terutama
di sektor transportasi. Beberapa best practices sudah membuktikan dampak pengurangan emisi ini.Untuk di Indonesia terutama di kota-kota besar sangat perlu untuk segera mengimplementasikanstrategi Environmental Sustainable Transportation tersebut agar dampak pengurangan CO2 dapatsegera diatasi.
Dampak pengurangan CO2 dapat berdampak ganda baik lokal maupun global. Di tingkat lokal,pengurangan CO2dapat mengurangi pengaruh polusi udara. Sedangkan di tingkat global, pengurangan
CO2di wilayah perkotaan akan mempengaruhi agregat nasional penurunan CO2yang telah menjadikesepakatan dan dibebankan kepada setiap negara pada Copenhagen Conference(2009).
Kata kunci: Transportasi,Environmental Sustainable Transportation, Emisi, Polusi, CO2
mailto:ofyar@trans.si.itb.ac.idmailto:ofyar@trans.si.itb.ac.idmailto:ofyar@trans.si.itb.ac.idmailto:dimas@trans.si.itb.ac.idmailto:dimas@trans.si.itb.ac.idmailto:dimas@trans.si.itb.ac.idmailto:dim_bay@yahoo.commailto:dim_bay@yahoo.commailto:dim_bay@yahoo.commailto:dim_bay@yahoo.commailto:dimas@trans.si.itb.ac.idmailto:ofyar@trans.si.itb.ac.id7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
2/18
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Hubungan Transportasi dengan Energi
Berdasarkan data Konsumsi Energi, 2009 dari Direktorat Jenderal Energi Terbarukan,
transportasi mengkonsumsi 34% atau konsumen terbesar kedia dari energi sedangkanpengguna tertinggi adalah industri sebesar 49,4%. Data ini agak berbeda apabila energi yang
diperhitungkan hanyalah BBM. Apabila hanya BBM maka transportasi menjadi pengguna
terbesar. Dalam asumsi perhitungan emisi GHG yang mencemari udara maka seluruh jenis
bahan bakar atau energi menghasilkan emisi-emisi GHG meskipun dengan tingkat yang
berbeda-beda. Pertumbuhan energi juga berkisar rata-rata sebesar 6.06%.
Saat ini kebutuhan Bahan Bakar Minyak atau BBM masih mendominasi konsumsi dan
produksi energi di Indonesia. BBM masih menyumbang 43,9% total produksi dan konsumsi
energi pada 2010. Batubara diproduksi dan dikonsumsi hingga 30,7% untuk pasokan industri
maupun pembangkit listrik. Gas masih menempati posisi ketiga atau diproduksi hanya 21%
dari kebutuhan energi nasional. Kebutuhan BBM untuk Transportasi dan Rumah Tanggamencapai 70% pada tahun 2007 dimana untuk konsumsi transportasi saja membutuhkan 56%
dari keseluruhan konsumsi energi.
Elastisitas kebutuhan BBM untuk kedua sektor ini sangat tinggi dan selalu melampaui target.
Oleh karena itu perlu adanya penekanan penggunaan BBM untuk transportasi dan rumah
tangga. Beberapa program penekanan elastisitas kebutuhan BBM ini dilakukan dengan cara
(Blue Print Hemat Energi):
Energy Mix
Menekan penggunaan kendaraan yang baik dan benar Pengalihan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum
Pengalihan BBM ke Biofuel dan BBG (Angmum diharapkan menggunakan BBG,Premiun Bioetanol, Solar ke Biosolar dan BBG)
Gambar 1 Konsumsi Energi per Sektor
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
3/18
3
Gambar 2 Konsumsi Energi per Jenis Energi
Gambar 3 Konsumsi BBM dari Masing-masing Sektor
1.2 Hubungan Transportasi dan Lingkungan
Kemacetan transportasi ternyata mengakibatkan berbagai macam permasalahan. Selain
pemborosan Nilai Waktu dan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) juga terdapat pencemaranudara. Soedomo (1992)menyatakan bahwa sekitar 87% pencemaran udara disebabkan oleh
sektor transportasi dimana kontribusi utamanya adalah emisi-emisi pencemar udara yaitu CO,
NOx, SOx, Hidrokarbon, dan PM. Holmen dan Niemer (2003)menyatakan bahwa emisi
pencemar udara ini terjadi akibat inefisiensi dari pembakaran energi oleh mesin.
Permasalahan pencemaran udara ini juga menyebabkan penurunan tingkat kesehatan. Pada
tahun 2003 tercatat kematian bayi prematur meningkat hingga di atas 4000 jiwa di wilayah
perkotaan. Penyakit asma meningkat hingga 1,5 juta penderita per tahun. Indonesia menjadi
negara penderita penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) tertinggi di dunia. Pada
tahun 2004 dinyatakan bahwa sekitar 42% dari populasi di wilayah perkotaan menderita
penyakit ISPA. Sekitar 90% dari balita yang tinggal di pinggir jalan mempunyai kadar Pb>1
Rumah Tangga
14%
Lainnya
9%
Komersial
3% Industri
18%
Transportasi
56%
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
4/18
4
ug/m3. Pada siswa-siswa SD di Kota Bandung ditemukan bahwa sekitar 66% siswa
mempunyai kadar Pb>1 ug/m3.
Lead Info Centre dan UI (2005)menyatakan bahwa penurunan kadar Pb ini mengakibatkan
penurunan IQ. Biaya untuk mengatasi penurunan IQ ini juga meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1996 diperhitungkan biaya untuk mengatasi penurunan IQ ini mencapai Rp 176milyar sedangkan pada tahun 2005 diperhitungkan mencapai Rp 254,4 milyar.
Litman dan Burwell (2006)menyatakan bahwa dalam konteks perencanaan pembangunan
maka pengembangan jaringan transportasi harus dipandang dalam kerangka holistik.
Konsekuensi dari pilihan sistem berdasarkan perspektif tersebut harus dipertimbangkan secara
komprehensif dengan menyertakan semua aspek terkait, sehingga rencana yang disusun
mampu mengikuti dan mendorong dinamika ekonomi masyarakat yang pada gilirannya
memberikan manfaat yang optimal bagi pembangunan yang berkelanjutan di wilayah yang
bersangkutan. Untuk menghadapi beberapa tantangan global yang terus bertambah dimana
faktor produksi akan selalu berhadapan dengan kepentingan sosial dan lingkungan. Oleh
karena itu untuk mempertahankan keberlanjutan sistem produksi itu agar lebih tahan lamadengam memperhatikan lingkungan strategis yang lain seperti masalah keuangan dan
sebagainya maka digunakan sebuah konsep yang dinamakan Sustainable Transportation.
Transportasi yang berkelanjutan (sustainable transportation) merupakan salah satu aspek
dari keberlanjutan menyeluruh (global sustainabil ity) yang memiliki tiga komponen yang
saling berhubungan, yakni: lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Dalam interaksi tersebut,
transportasi memegang peran penting di mana perencanaan dan penyediaan sistem
transportasi harus memperhatikan segi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
1.3 Hubungan Transportasi dan Perubahan Iklim
Holmen dan Niemer (2003) sebelumnya menyatakan bahwa emisi pencemar udara yang
selama ini diperhitungkan berkontribusi dalam pencemaran udara dihasilkan dari inefisiensi
pembakaran energi atau mesin kendaraan. Oleh karena itu, selama ini untuk mengurangi emisi
ini produsen kendaraan berlomba-lomba meningkatkan efisiensi pembakaran mesin
kendaraan. Selain itu terdapat beberapa alat yang berusaha mengalihkan emisi pencemar
udara ini ke emisi yang ada di atmosfer. Alat tersebut bernama katalitik konverter yang
berfungsi mengalihkan emisi pencemar udara ini menjadi CO2. Apabila 100% efisiensitercapai maka hasil buangan kendaraan bermotor ini adalah CO2.
Perubahan iklim ini diakibatkan oleh peningkatan emisi CO2 di atmosfer. IPCC (2006)menyatakan bahwa terjadi peningkatan emisi GRK sebesar 70% dari tahun 1970-2004. CO2
merupakan gas terpenting dari elemen GRK tersebut. Terjadi peningkatan emisi gas atau
emisi CO2sebesar 80% dari 1970-2004 sebesar 21 hingga 38 Gigaton (Gt). Kandungan emisi
CO2 tersebut adalah sekitar 77% dari total GRK. Peningkatan GRK antara 1995-2004 juga
ternyata meningkat dibandingkan rentang 1970-1994. Pada rentang 1995-2004 pertumbuhan
GRK mencapai 0.92 Gt per tahun sedangkan 1970-1994 hanya 0.43 Gt per tahun.
IPCC (2006) juga menyatakan bahwa peningkatan GRK ini disebabkan oleh tiga sektor
utama yaitu energi, transportasi, dan industri. Terdapat 3 sektor lain yang mempengaruhi
tetapi dengan tingkat pertumbuhan rendah yaitu: bangunan permukiman dan komersial,
kehutanan termasuk pembakaran hutan, serta pertanian. IPCC (2006) menyatakan bahwasektor energi berpengaruh 25,9%, industri (19,4%), transportasi (13,1%), kehutanan (17,4%),
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
5/18
5
pertanian (13,5%), bangunan permukiman dan komersial (7,9%), serta sampah-air buangan
sebesar 2.8%.
Dari fakta-fakta yang disebutkan di atas, disampaikan bahwa terdapat peran transportasi
terhadap perubahan iklim. Khare dan Sharma (2003)menyatakan bahwa 77%-98% dari gas
buangan kendaraan bermotor menghasilkan CO2. Apabila efisiensi pembakaran terjadi maka100% gas buangan tersebut akan menghasilkan CO2.
Potter (2003) menyatakan bahwa proporsi sektor transportasi dari penggunaan atau
pembakaran energi pada 40 tahun yang lalu baru mencapai 15-20%. Saat ini proporsi peran
transportasi mencapai 35% dari total pembakaran energi. Data dari UK of Trade and
Industry (1999) menyatakan bahwa 76% pengguna energi dari sektor transportasi berasal
dari kendaraan pribadi moda jalan, 18% dari moda udara, 4% dari bus dan kereta api,
sedangkan 2% dari moda air. Sebagian besar dari 76% konsumsi energi oleh pengguna
kendaraan pribadi ini terjadi di wilayah perkotaan.
2. KONDISI ALAMIAH
2.1 KONDISI ALAMIAH HUBUNGAN TRANSPORTASI, KONSUMSI ENERGI EMISI
PENCEMAR UDARA DAN CO2
Emisi pencemar udara/lokal dan CO2 berasal dari gas buang kendaraan. Gas buang kendaraan
dihasilkan dari pembakaran mesin atau energi atau bahan bakar baik itu minyak, gas dan
sebagainya. Pengurangan gas buang kendaraan akan berdampak pada pengurangan emisi
pencemar udara/lokal, CO2 dan sekaligus energi.
Gambar 4 Kondisi Alamiah Hubungan Transportasi, Emisi Pencemar Udara/Lokal, CO2,
Konsumsi Energi
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
6/18
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
7/18
7
Sumber: IEA ETP, 2008
Gambar 5 Strategi Pengurangan Emisi
3. TRANSPORTASI BERKELANJUTAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
(ENVIRONMENTAL SUSTAINABLE TRANSPORTATION)
3.1 Sustainable Development(Pembangunan Berkelanjutan)
Litman dan Burwell (2006)menyatakan bahwa transportasi yang berkelanjutan (sustainable
transport) merupakan salah satu aspek dari keberlanjutan menyeluruh (global sustainabil ity)
yang memiliki tiga komponen yang saling berhubungan, yakni: lingkungan, masyarakat, danekonomi. Dalam interaksi tersebut, transportasi memegang peran penting di mana
perencanaan dan penyediaan sistem transportasi harus memperhatikan segi ekonomi,
lingkungan, dan masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Sustainable Transportation adalah satu usaha untuk meningkatkan keberlanjutan dari suatusistem produksi. Sustainable Transportationmerupakan bagian darisustainable development
yang mengintegrasikan berbagai aktivitas manusia. Aktivitas ekonomi manusia mempunyai
dampak baik langsung maupun tidak langsung serta baik dan buruk terhadap lingkungan dan
sosial. Sustainable developmentberusaha untuk mengkoordinasikan perencanaan antar sektor,
yurisdiksi dan kelompok sosial sehingga tercapai suatu pembangunan atau pengembangan
yang diterima oleh seluruh sektor, yurisdiksi, dan kelompok masyarakat.
Berdasarkan definisi tidak ada suatu pemahaman yang universal tentang terminologi ini.
Setiap peneliti mempunyai pemahaman tersendiri meskipun merujuk pada suatu maksud yaitu
penggunaan sumber daya yang bijak agar ramah terhadap ekonomi, lingkungan dan kondisi
sosial. Beberapa definisi yang diacu dalamsustainable developmentadalah:
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
8/18
8
Sustainable development meets the needs ofthe present without compromising the ability offuture generations to meet their own needs.(Brundtland Commission,1987)
Sustainable development is the achievement ofcontinued economic development withoutdetriment to the environmental and naturalresources. (Themes Sustainable Development,
2004)The goal of sustainable transportation is toensure that environment, social and economicconsiderations are factored into decisionsaffecting transportation activity. (MOST, 1999)
Sustainability is the capacity for continuanceinto the long term future. Anything that can goon being done on an indefinite basis issustainable. Anything that cannot go on beingdone indefinitely is unsustainable (Center for
Sustainabil i ty, 2004)
sustainability is not about threat analysis;sustainability is about systems analysis.Specifically, it is about how environmental,economic, and social systems interact to theirmutual advantage or disadvantage at variousspace-based scales of operation.
(Transportation Research Board, 1997)
Sumber: Litman and Burwell, 2006
Gambar 6 Interaksi antar Elemen dalam Sistem yang Berkelanjutan
Terdapat beberapa isu yang melatarbelakangi sustainable development ini. Pada Gambar 6
disampaikan interaksi antar elemen. Beberapa elemen akan saling berkaitan, seperti polusi
merupakan isu lingkungan tetapi juga mempengaruhi kesehatan manusia. Oleh karena itu,
polusi juga merupakan isu di sektor sosial.
Untuk mengukur keberlanjutan sistem sustainable transportationmaka diperlukan indikator
kinerja baru yang tidak hanya memperhatikan sektor transportasi saja tetapi juga sektor
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
9/18
9
lingkungan, dan sosial. Indikator kinerja transportasi konvensional seperti: tingkat pelayanan,
kecepatan operasi, kenyamanan parkir dan tarifnya, jumlah kecelakaan rata-rata dalam satuan
panjang jalan dan sebagainya sudah tidak bisa lagi dipakai sebagai indikator transportasi yang
berkelanjutan.
Beberapa indikator baru harus dikembangkan untuk menjawab bahwa aktivitas manusiaseperti transportasi ini harus mempunyai dampak yang baik terhadap ekonomi, lingkungan,
dan sosial. Dampak buruk dari perkembangan transportasi harus ditekan sedemikian rupa
sehingga pembangunan atau pengembangan yang berkelanjutan dapat tercapai.
3.2 Environmental Sustainable Tr ansportation(EST)
EST diperkenalkan pada awalnya pada Regional EST Forum di Nagoya pada bulan Agustus
2005. Pada forum ini dihasilkan Aichi Statement. Forum kedua diadakan di Yogyakarta pada
Desember 2006 dan ketiga di Singapura pada Maret 2008. Forum ini bertujuan untuk
menyamakan langkah ke depan dalam mempromosikan EST di kota-kota besar di Asia.
Hal ini ditandai dengan kebutuhan untuk mengembangkan dan mengadopsi kebijakan terkait
dengan strategi dan program yang merupakan elemen kunci dari EST. EST ini dikedepankan
sebagai usaha untuk memperbaiki kualitas udara di kota-kota besar di dunia. Tujuannya untuk
menurunkan tingkat pencemaran di perkotaan sebagai penyumbang utama pencemaran udara
dan Gas Rumah Kaca (GRK).
Salah satu aplikasi dari EST ini adalah lahirnya Deklarasi Kyoto pada tanggal 23-24 April di
Kyoto, Jepang dan ditandatangani oleh para Walikota dari 22 kota di Asia dimana Indonesia
diwakili oleh Walikota Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang. Hal penting dari deklarasi ini
adalah:
a. Resolusi bersama mempromosikan transportasi berwawasan lingkungan (Environmental
Sustainable Transport/EST) dan menyamakan visi di antara kota-kota di Asia.
b. Komitmen untuk melaksanakan elemen kunci EST tersebut baik secara kebijakan,
strategi, dan program secara terpadu.
c. Dedikasi untuk secara spesifik mengurangi dampak bertambahnya populasi kendaraan di
kota-kota Asia.
Sebelumnya, isu lingkungan hanya difokuskan pada emisi pencemar udara karena
mengakibatkan penurunan kualitas udara dan mengganggu kesehatan manusia. Holmen dan
Niemer (2003) menyatakan bahwa emisi pencemar udara ini timbul karena inefisiensi daripembakaran energi. Apabila terjadi efisiensi 100% pembakaran energi maka hasil
pembuangan energi tersebut akan beralih ke CO2dan ini berdampak negatif.
4. USULAN STRATEGI ENVI RONMENTAL SUSTAI NABLE TRANSPORT
Pada Tabel 3 disampaikan rangkuman dari berbagai best practice yang dirangkum dari
berbagai studi. Terlihat bahwa sebagian besar studi menggunakan metode kualitatif dan
pendapat para ahli. Hanya terdapat 3 studi yang mengkuantifikasi pengurangan CO2 dari
berbagai strategi.
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
10/18
10
Dari beberapa penelitian tersebut, yang menyertakan simulasi atau metode kuantifikasi adalah
Asian Institute of Technology (2004) untuk kasus di Bangkok, Thailand, Beijing dan
Taiuyuan di RRC, Prayudantyo (2009) untuk kasus di DKI Jakarta, Indonesia. Penelitian
Asian Institute of Technology (2004) telah mengkuantifikasi dampak dari CO2 di dalam
pencemaran udara. Terlihat bahwa pencemaran udara di wilayah perkotaan memang
didominasi oleh emisi ini. Emisi CO2, pada IPCC (2006)merupakan faktor utama penyebabEfek Rumah Kaca.
Berdasarkan studi-studi yang dikaji pada Tabel 3 disimpulkan bahwa terdapat strategi
optimum dalam mengurangi dampak CO2 di sektor transportasi . Strategi-strategi tersebut
yang diusulkan pada studi-studi sebelumnya (Tabel 3) merupakan bagian dari 12 elemen
strategi Environmental Sustainable Transport (EST). Kedua belas elemen EST tersebut
sebenarnya dapat dibagi-bagi menjadi 5 elemen mitigasi atau pengurangan dampak perubahan
iklim (Climate Change) dan pencemaran udara. Kelima elemen tersebut adalah:
1.
Pengaturan tata ruang untuk mengakomodasi pengurangan pergerakan, pengurangan
pergerakan kendaraan bermotor dan mengakomodasi Non Motorised Transport
(NMT)2. Pengembangan Transportasi Massal dan strategi pendukungnya
3. Bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil
4. Pengembangan Teknologi kendaraan yang lebih ramah lingkungan
5. Pemeriksaan dan Perawatan Kendaraan sebagai tahap pengendalian emisi kendaraan
bermotor
Kelima elemen tersebut merupakan elemen yang bertujuan untuk mengurangi Gas Rumah
Kaca (GRK) dan emisi pencemar udara. Pengurangan keduanya akan mengurangi dampak
perubahan iklim terutama di wilayah perkotaan dan mempengaruhi agregat penurunan CO2
nasional serta bperbaikan kualitas udara perkotaan. Seperti telah disampaikan bahwa
buruknya kualitas udara akan mempengaruhi kesehatan sedangkan GRK akan mempengaruhi
perubahan iklim baik lokal di perkotaan maupun global.
Kelima elemen penting yang dirangkum dari 12 elemen EST adalah mitigasi utama dari
pengurangan dampak GHG dan emisi pencemar udara. Tiap elemen tersebut secara bersama-
sama dapat dibagi-bagi menjadi rencana jangka pendek (taktis), menengah (taktis) dan
panjang (strategis). Tetapi dalam tiap elemen tersebut terdapat rencana jangka pendek,
menengah dan panjang.
Berdasarkan studi-studi yang dikumpulkan tersebut dapat disimpulkan suatu tingkat usulan.
Pengembangan teknologi kendaraan dari usulan Asian I nstitute of Technology, The Energy
Research I nstitu te of China and The UNEP Collaborating Centre on Energy andEnvironment (UCCEE), 2004dan Isnaeni, 2001menunjukan pengurangan emisi CO2 yang
paling signifikan. Isnaeni, 2001 juga memperlihatkan bahwa strategi transportasi dengan
menerapkan angkutan umum massal akan mempengaruhi pengurangan emisi CO2
dibandingkan dengan pembangunan jalan tol dan manajemen lalu lintas. Prayundatyo, 2009
meskipun tidak mengukur dampak pengurangan emisi GRK atau CO2 tetapi telah
memberikan kesimpulan bahwa penerapan strategi kombinasi TDM berupa angkutan umum
dan manajemen lalu lintas berdampak lebih baik dibandingkan dengan strategi tunggal dalam
implementasi TDM.
Hasil dari Tabel 3 ini kemudian dicoba untuk diskoring. Skoring ini berdasarkan jumlah studi
yang mengusulkan suatu strategi tersebut. Terlihat bahwa TDM mempunyai skor yangtertinggi karena diusulkan oleh seluruh studi dalam mengurangi emisi pencemar udara dan
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
11/18
11
CO2. Berbarengan dengan TDM adalah mengakomosi Non Motorized Transportation
(NMT). TDM dan NMT merupakan suatu kesatuan dalam implementasi karena pra dan pasca
moda diharapkan dapat difasilitas menggunakan NMT. Selanjutnya terdapat 13 dari 16 studi
yang mengusulkan alternatif bahan bakar. Biomassa dan gas menjadi solusi yang paling
banyak diusulkan pada strategi bahan bakar alternatif. AIT et al dan Isnanei, 2001
mengusulkan penggunaan teknologi alternatif dalam mengurangi emisi pencemar udara danCO2. Terlihat terdapat 11 studi yang mengusulkan strategi ini. Hanya 3 alternatif atau
scenario yang memilih pengaturan tata ruang dan hanya 1 yang mengusulkan inspeksi dan
pemeliharaan kendaraan.
Dari Tabel 5 disampaikan skoring dari masing-masing strategi. Skoring ini dilakukan
berdasarkan kemungkinan implementasinya di Indonesia dan kemudahannya. Terlihat bahwa
TDM merupakan usulan yang memberikan dampak paling besar. Dari berbagai studi
disampaikan bahwa TDM memberikan dampak pengurangan energi dan pada akhirnya
mempengaruhi pengurangan emisi. Implementasi NMT merupakan alternatif solusi yang
berkaitan dengan TDM, pra dan pasca moda diharapkan dapat difasilitasi oleh NMT.
Sebagian besar pra dan pasca moda menggunakan moda jalan kaki. Oleh karena itu fasilitasjalan kaki perlu disiapkan lebih baik dan nyaman. Untuk jarak yang lebih tinggi maka
diperlukan moda yang lain seperti sepeda dan angkutan lingkungan.
Penggunaan teknologi kendaraan merupakan strategi yang paling diusulkan kedua pada studi-
studi di atas. Tetapi kesulitan implementasi dan investasi yang besar tentunya berpengaruh
terhadap solusi ini. Indonesia harus mengimport teknologi kendaraan sehingga membutuhkan
biaya yang cukup mahal. Oleh karena itu solusi ini dinilai mempunyai skor yang tidak terlalu
tinggi dan berada di bawah skenario implementasi TDM dan NMT. Penggunaan bahan bakar
alternatif juga menjadi strategi yang paling banyak diusulkan. Tetapi kesulitan penerapan dan
terbatasnya jenis bahan bakar mengakibatkan strategi ini perlu disesuaikan untuk kondisi
Indonesia. Oleh karena itu skor untuk alternatif ini tidak terlalu tinggi dan berada di bawah
implementasi TDM dan NMT.
Table 6 mencoba untuk me-rangking keenam alternatif berasal dari pembobotan tiap
alternatif atau skenario dan pembobotan masing-masing alternatif atau skenario. Dari kedua
skor dan bobot yang disampaikan pada Tabel 4 dan 5, maka dihasilkan ranking dari 1-5.
Terlihat TDM+NMT menjadi alternatif utama disusul dengan penggunaan alternatif bahan
bakar, penggunaan teknologi kendaraan. Pengaturan tata ruang dan inspeksi/pemeliharaankendaraan menjadi alternatif terakhir.
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
12/18
12
Tabel 3:Best practice yang telah disampaikan oleh berbagai studi
Pengaturan tata
ruangImplementasi NMT Implementasi TDM
Penggunaan
Bahan Bakar
Alternatif
pengganti BBM
Pengembangan
Teknologi
Kendaraan
Pemeriksaan dan
Perawatan
Kendaraan
Wang, B (1(994)
- Jalur sepeda dan
peningkatan jalurpedestrian
Buslane Oriented Policy,
Car Free Day
Electricity Car,
Methane, Fuel Cell
Teknologi Hybrid,
Teknologi Fuel Celldan Mobil Listrik
-
Way Y, K. He (1999)
- Jalur sepeda dan
peningkatan jalurpedestrian
Buslane Oriented Policy,
Car Free Day
Electricity Car,
Methane, Fuel Cell
Teknologi Hybrid,
Teknologi Fuel Celldan Mobil Listrik
-
UNEP (2001)- Jalur sepeda dan
peningkatan jalur
pedestrian
Buslane Oriented Policy,Car Free Day
Electricity Car,Methane, Fuel Cell
Teknologi Hybrid,Teknologi Fuel Cell
dan Mobil Listrik
-
Cities on The Move,
(2002)
- Jalur sepeda danpeningkatan jalur
pedestrian
Buslane Oriented Policy,Car Free Day
Electricity Car,Methane, Fuel Cell
Teknologi Hybrid,Teknologi Fuel Cell
dan Mobil Listrik
-
Tanatvit, S,
Limmeechokchai, B,
Chungpaibulpatana,
(2003)
- Jalur sepeda dan
peningkatan jalur
pedestrian
Buslane Oriented Policy,
Car Free Day
Electricity Car,
Methane, Fuel Cell
Teknologi Hybrid,
Teknologi Fuel Cell
dan Mobil Listrik
-
Kumar, S and R.
Shrestha (2004)
- Jalur sepeda dan
peningkatan jalurpedestrian
Buslane Oriented Policy,
Car Free Day
Electricity Car,
Methane, Fuel Cell
Teknologi Hybrid,
Teknologi Fuel Celldan Mobil Listrik
-
Asian Institute of
Technology (2004)
- Jalur sepeda dan
peningkatan jalurpedestrian
Buslane Oriented Policy,
Car Free Day
Electricity Car,
Methane, Fuel Cell
Teknologi Hybrid,
Teknologi Fuel Celldan Mobil Listrik
-
Sustainable America
(2007)
Koordinasi antaraKebijakan Tata
Ruang dan
Transportasi
Jalur sepeda danpeningkatan jalur
pedestrian
Carpool, DoubleRidership of Transit,
- - -
Evaluasi Kualitas
Udara-Program Langit
Biru, Kementrian
Negara Lingkungan
Hidup (2007)
- - Restrukturisasi Angmum,
Pembatasan kendaraan
pribadi dengan Car FreeDay dan ERP, PerbaikanEfektifitas Kinerja
- - -
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
13/18
13
Pengaturan tata
ruangImplementasi NMT Implementasi TDM
Penggunaan
Bahan Bakar
Alternatif
pengganti BBM
Pengembangan
Teknologi
Kendaraan
Pemeriksaan dan
Perawatan
Kendaraan
Jaringan Jalan,
Peningkatan KapasitasJalan setelah efektifitas
dilaksanakan,Pengembangan Jalur KA
sebagai backbone
Kajian Implementasi
BB Angkutan Umumdi DKI Jakarta (2007)
Penerapan BBG
Angkutan Umum
Pricewaterhouse
Coopers AG (2007)
Penggunaanalternatif Bahan
Bakar seperti gasalam, biofuel
Pengembanganteknologi kendaraan
melalui downsizing,charging, direct
injection, hibridisasi
dan pengembangan sel
bahan bakar (fuel cell)
TRS, 2008
Penerapan
Compact City danSmarth Growth
- Implementasi 4 strategi
utama TDM sepertipergantian pergerakan
menggunakan modaangmum, perpindahan
lokasi, pemilihan rute dan
perubahan waktupergerakan dan didukungoleh skema manajemen
transportasi seperti ERP,Parking Charges, Parking
Regulations, LowEmission Zones dsb
Penerapan ITS untukoptimalisasi rute
Perbaikan teknologi
pembakaran bahanbakar
Teknologi kendaraan
elektrik, fuel cell danteknologi hidrogen,
pengurangan massakendaraan,
penggunaan
elektrifikasi untuk KA
-
Indonesias
Techonology Needs
Assessment on Climate
- Penerapan NMT
seperti Becak,Bendi/Dokar, Sepeda
Perbaikan Angmum,
Penerapan ITS,
Penggunaan
Cellulosic Ethanol,Biodiesel, Ethanol
Perbaikan teknologi
pembakarankendaraan,
-
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
14/18
14
Pengaturan tata
ruangImplementasi NMT Implementasi TDM
Penggunaan
Bahan Bakar
Alternatif
pengganti BBM
Pengembangan
Teknologi
Kendaraan
Pemeriksaan dan
Perawatan
Kendaraan
Change Mitigation
(2009)
dari Tanaman
penghasil gula,CNG, LPG
pengurangan massa,
perbaikanaerodynamics,
Elektrifikasi,Kendaraan Hybrid
Masterplan
Transportasi Ramah
Lingkungan, Dephub,
Direktorat BSTP
(2009)
Penerapan TOD
untuk mengurangi
pergerakan
NMT untuk
mendukung TOD
dan TDM
Penerapan sistem
angmum yang terintegrasi
dan dukung dari RoadPricing serta Parking
Policy
Penggunaan
Biomass dan
CNG/LPG padajangka pendek
menengah danteknologi ultimate
(solar, ocean dan
thermal energy)untuk jangkapanjang
Penggunaan teknologi
kendaraan yang sesuai
dengan bahan bakarBiomass dan
CNG/LPG padajangka pendek-
menengah dan
pengembangankendaraan listrik,hybrid dan fuelcell
untuk jangka panjang
Implementasi
Pemeriksaan dan
PerawatanKendaraan sebagai
tahap pengendalianemisi kendaraan
bermotor
Prayudantyo (2009)Kombinasi Angmum,ERP dan Parking Policy
Reksowerdoyo dan
Soerawidjaja (2009)
Penggunaan
Biofuel
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
15/18
15
Tabel 4 Pembobotan tiap Strategi
No Strategi-strategi DeskripsiPembobotan Masing-
masing Strategi
1.
TDM (Angkutan Umum+ManajemenLalu Lintas)
Dipilih oleh 13 dari 16 BestPractice
9
2. Pengembangan Teknologi Kendaraan Dipilih oleh 11 dari 16 Best
Practice
7
3. Bahan Bakar Alternatif untuk
Mengganti Minyak Bumi atau Bahan
Bakar Fosil
Dipilih oleh 13 dari 16 Best
Practice
9
4. Perencanaan Tata Ruang Hanya dipilih 3 dari 16 Best
Practice
3
5. Mengakomodasi NMT Dipilih oleh 10 dari 16 Best
Practice
5
6.
Inspeksi dan Pemeliharaan Kendaraan
Hanya dipilih oleh 1 dari 16
Best Practice dan hanya
diaplikasikan untuk
monitoring emisi pencemarudara
1
Tabel 5 Skoring tiap Strategi Berdasarkan Kemudahan dan Kemungkinan Implementasi
No
Strategi-strategi
Deskripsi
Skoring dari Masing-
masing Strategi
1.
TDM (Angkutan
Umum+Manajemen
Lalu Lintas)
Is the main strategy the reduction of private
vehiclesreduction in vehicle emissions,
Prayundantyo states TDM strategy has
improved in terms of transport, emissions,fuel and financial best
9
2.
Pengembangan
Teknologi
Kendaraan
AIT et al, 2004 and Isnaeni, 2001 states that
this strategy is the best strategy in the
reduction of CO2 emissions. But it is difficult
to be implemented in Indonesia because
Indonesia must import the technology.
5
3.
Bahan Bakar
Alternatif untuk
Mengganti Minyak
Bumi atau BahanBakar Fosil
Some fuels have a lower CO2 impact.
Biomass and gas became the main alternative
in reducing the impact of CO2. Shifting to
alternatives fuel is still becoming big problemin Indonesia. The infrastructure and vehicle
technology must be solved first.
5
4.
Perencanaan Tata
Ruang
Restructuring difficult spatial implemented in
Indonesia which has a system of Property
Rights in land and property
3
5.
Mengakomodasi
NMTThis is a strategy that must be implemented
together with TDM. Pre and post operation
modes must be served by the NMT
7
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
16/18
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
17/18
7/24/2019 Ofyar z Tamin-dialog Energi
18/18
18
Wang, B. (1994) Environment and Urban Transportation Strategy in Beijing,Energy
Research Institute
Wang, Y. and K. He (1999)Suggestion on Adopting Alternative Fuel Vehicles in Beijing,
Environmental Protection
Yang, H. (1998) Urban Transportation and Environment, in Proceeding Workshop on
Beijing Energy and Environment