Post on 23-Nov-2015
description
JULI 201401
FUNCTIONAL ADVICE Bagaimana Kedokteran Fungsional Bisa Mengatasi Penyakit dari Akar Masalahnya? hal. 4NATURAL ADVANCEHerbal Adaptogenik untuk Meningkatkan Adaptasi Terhadap Stres hal. 7BIOMARKERPeradangan dan Biomarker pada Penyakit Kardiovaskuler hal. 11MODERN MEDICAL PROFESSIONALBerapa Skor Kalsium Koroner Anda? hal. 15NOW YOU KNOWAsupan Rendah Magnesium dan Serat Terkait dengan Risiko Terjadinya Peradangan hal. 16TIMELINEKomunitas Kedokteran Fungsional Pertama di Indonesia Terbentuk hal. 17
A NEWSLETTER FROM THE INDONESIAN
COMMUNITY OF FUNCTIONAL AND
ADVANCEMENT OF MEDICINE
01 | JULI 20142 3
ICFAM CAlendAr oF event - 2014WORKSHOP SERIES
Kata Sambutan Ketua ICFAM
HEART Saturday, 15th March 2014
Restoring Microvascular Dysfunction by Modulating NOS in
Revascularization Process
STROKE Saturday, 12th April 2014
Re-energize Mitochondrial Power to inhibit Excitatory Neurotransmitters
DIABETES MELLITUS Saturday, 10th May 2014
The Importance of miRNAs in Regulatory Controle of Glycogenolysis and
Gluconeogenesis
CHOLESTEROL Saturday, 14th June 2014
Enhancing Steroidogenesis Pathway to reactivate SREBP-2 Mechanism
URIC Saturday, 19th July 2014
Managing the Power of Xanthine Oxidoreductase into Revitalizing Le
Chateliers Principle
AUTOIMMUNE Saturday, 9th August 2014
From Surface Receptors to Non-self Antigenes achieving the Ab-Ag Complex Restoration
Approaches
BONE & JOINT Saturday, 13th September 2014
Revitalize Proteoglycans Protective Power to Balance Osteoblast and
Osteoclast Mechanisms
CANCER Saturday, 11th October 2014
Microarray-based Profiling Auto Apoptosis provide Bioengineer Substances in Tumor Suppressor
HEALTHY LIFESTYLE
Saturday, 8th November 2014
The Role of NfkB Inhibitor to Fight ROS for Decreasing A.G.E. and to
Increase AGE
AKREDITASI IDI
LIMITED SEATRegistration fee Rp. 1.000.000
ICFAM Member 50% Discount
Informasi dan Pendaftaran:Sekretariat ICFAM
Dr. Silvana. S. WW. MKK - Hp: 0821 1156 3013Librayanto - Hp: 0818 765 463
Salam jumpa dalam forum news letter ICFAM perdana ini.ICFAM sebagai komunitas medik Indonesia yang mengedepan-kan peningkatan atau kemajuan pola pikir dalam bidang kedokteran hadir disini untuk membantu para dokter Indonesia dalam tugas memajukan kesehatan bangsa Indonesia. Telah menjadi kenyataan bahwa penyakit kronik degeneratif di negara kita makin lama makin meningkat jumlahnya. Makin banyak orang berobat karena tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit paru kronik, penyakit ginjal, penyakit sendi, penyakit jantung, stroke atau kanker. Penyakit-penyakit ini ada yang fatal dalam waktu singkat, tetapi banyak yang berlangsung lama, berlarut-larut dan menyebabkan beban fisik,
mental dan finansial yang tidak ringan. Beban finansial bagi keluarga maupun
bagi pemerintah (bila ikut program BPJS misalnya).
Kita tahu bahwa penyakit kronik merupakan penyakit yang kompleks, mengenai banyak organ tubuh dan banyak penyebabnya, sehingga pengobatannya tidak sederhana. Pengobatan yang ditujukan untuk mengurangi atau meng-hilangkan gejala saja, kurang menunjukkan hasil yang memuaskan. Jelas dibutuhkan pendekatan baru untuk mengurai masalah dan kemudian menemukan solusinya.ICFAM merupakan institusi yang menawarkan edukasi kepada para dokter dan pihak-pihak yang berminat, untuk memahami dan menerapkan Ilmu Kedokteran Fungsional (Functional Medicine), sebagai paradigma baru dan maju (advanced) untuk meningkatkan kesehatan pasien, khususnya yang menderita penyakit kronik dan kompleks. Dengan penerapan Functional Medicine yang tepat, penyakit kronik degeneratif mungkin diobati, diringankan atau dicegah timbul kembali. ICFAM bertujuan untuk membantu dokter mengubah dirinya menjadi individu yang berubah yang mampu memberikan pelayanan yang terus menerus memperbaiki kesehatan rakyat dan bangsa Indonesia. Dengan demikian, dokter tersebut telah benar-benar menjadi agent of change, seperti yang dicanangkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Prof. Dr. Antonius Nikolas Kurniawan, SpPA(K)
Guru Besar Ilmu Patologi Anatomik
Oleh: dr. Rina Pramanik Dewi
FUNCTIONAL
ADVICE
Bagaimana Kedokteran Fungsional Bisa Mengatasi Penyakit dari Masalahnya?
HARApAN SEMBUH YANg BERLEBIHAN DARI pASIEN, KADANg MEMBUAT pASIEN
MERAgUKAN pERTOLONgAN DOKTER KETIKA TERJADI SESUA TU YANg DI LUAR
HARApAN MEREKA, MISALNYA BILA pENYAKITNYA KAMBUH KEMBALI DENgAN
CEpAT. Mengobati itu penting, namun yang lebih penting lagi adalah
bagaimana mencegah agar penyakit tersebut tidak muncul kembali
(relapse). Untuk menjawab tantangan itulah diperlukannya Kedokteran
Fungsional (Functional Medicine), suatu disiplin atau cara berpikir baru
tentang kesehatan dan penyakit yang memberikan harapan sembuh
total.
AKAR
Berbeda dengan kedokteran konvensional, kedokteran fungsional melihat penyakit sebagai gangguan dari keseimbangan fungsi tubuh, yang bekerja sebagai suatu simfoni dari berbagai sistem yang saling berhubungan erat secara harmonis. Seorang pasien secara individual tampak sebagai suatu permainan kompleks (complex interplay) di dalam sistem psiko-neuro-endokrin-lingkungan-imun di dalam dirinya. Bagi praktisi kedokteran
fungsional penyakit tampak sebagai suatu peristiwa
tahap akhir dari suatu serial gangguan fungsional dari sebuah simfoni yang sudah berlangsung lama. Penyakit-penyakit seperti diabetes, penyakit
jantung, kondisi autoimun, dan kanker umumnya tumbuh 10 sampai 20 tahun setelah dimulainya gangguan fungsional dalam berbagai sistem tubuh.
Mencari penyebab dasar gejala penyakitKedokteran fungsional adalah metode ilmiah yang mencari tendensi pra-penyakit dan melihat dari dekat lingkungannya atau interaksi genetik yang
bertujuan (to reverse) untuk menahan progres penyakit, dan mengembalikan harmonisasi dan keseimbangan simfoni kompleks pada setiap
individu. Selain itu, kedokteran fungsional adalah pengobatan personalisasi yang berurusan dengan pencegahan dini, dan penyebab dasar dari berbagai gejala penyakit kronis yang serius.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa kedokteran
fungsional adalah suatu lapangan perawatan
kesehatan berbasis ilmiah, yang didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
Individualitas biokimia menggambarkan pentingnya variasi individual dalam fungsi metabolik yang berasal dari perbedaan genetik dan lingkungan di antara individu.
Pengobatan yang berpusat pada pasien menitik beratkan pada penanganan pasien daripada penanganan penyakit, sesuai dengan pendapat sir Wiliam Oslers bahwa adalah lebih penting untuk mengetahui pasien mana yang memiliki penyakit apa daripada mengetahui penyakit apa yang dimiliki pasien tersebut.
Keseimbangan dinamis faktor internal dan external.
Keterhubungan seperti jaring laba-laba, dari faktor-faktor fisiologikal sejumlah penelitian saat ini mendukung pandangan bahwa berbagai fungsi tubuh manusia sebagai suatu jaringan simfoni dari sistem-sistem yang saling terhubungkan, dibandingkan sistem individual yang berfungsi secara otonom dan tanpa efek terhadap satu sama lain. Sebagai contoh, sekarang kita tahu bahwa disfungsi imunologis dapat mempromosikan penyakit kardiovaskular, bahwa ketidakseimbangan diet dapat menimbulkan gangguan hormonal, dan bahwa paparan lingkungan dapat mempresipitasi gejala-gejala neurologik semisal penyakit Parkinsons.
Kesehatan sebagai suatu vitalitas positif tidak hanya ketiadaan penyakit.
Mendukung pemeliharaan organ yang bertujuan memperpanjang masa hidup.
Kedokteran fungsional diperkuat dengan suatu pemeriksaan ketidakseimbangan klinikal inti yang
mendasari kondisi berbagai penyakit. Ketidak-
seimbangan tersebut datang sebagai input lingkungan misal diet, nutrien (termasuk udara dan air), latihan, dan trauma yang diproses oleh tubuh
pikiran dan spirit seseorang, melalui suatu set unik predisposisi genetik, perilaku, dan nilai-nilai.
Proses fisiologikal fundamental mencakup
komunikasi, baik di luar atau pun di dalam sel, bioenergetik, atau transformasi makanan
menjadi energi. Replikasi pemulihan (repair) dan pemeliharaan integritas struktural, dari seluler ke seluruh level tubuh, pembuangan zat sisa, perlindungan dan pertahanan, dan transport dan sirkulasi, ketidakseimbangan klinikal inti yang
datang dari malfungsi di dalam sistim kompleks ini,
termasuk:
Ketidakseimbangan hormonal dan neurotransmitter.
01 | JULI 20144 5
Ketidakseimbangan oksidasi-reduksi dan mitokondropati.
Ketidakseimbangan detoksifikasi dan biotransformasional.
Ketidakseimbangan kekebalan tubuh/imunitas.
Ketidakseimbangan inflamatori/peradangan.
Ketidakseimbangan digestif, absorpsi, dan mikrobiologikal.
Ketidakseimbangan struktural dari fungsi membran seluler terhadap sistem muskuloskeletal.
Lebih dari sekedar mengobati gejalaKetidakseimbangan itu adalah prekursor atau pencetus dari
munculnya tanda dan gejala yang mana mendeteksi dan melabel (diagnosis) penyakit sistem organ. Meningkatkan keseimbangan adalah mengembalikan kesehatan, dan melibatkan upaya lebih dari sekedar mengobati gejala.
Kedokteran fungsional didedikasikan untuk meningkatkan penanganan yang kompleks, penyakit kronis, dengan intervensi pada berbagai level yang ditujukan kepada ketidakseimbangan
klinikal inti dan untuk mengembalikan kesehatan dan fungsionalitas
tiap-tiap pasien. Kedokteran fungsional itu unik, memisahkan
tubuh pengetahuan dan didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah serta informasi luas yang tersedia dalam dunia kedokteran sekarang ini. Mengombinasikan penelitian berbagai disiplin ke dalam detail
sangat tinggi, juga model relevan klinikal dari pathogenesis penyakit
dan manajemen klinikal efektif.
Kedokteran fungsional mementingkan suatu proses yang dapat
dijelaskan dan diajarkan dari berbagai pengetahuan yang terintegrasi berdasarkan matriks intelektual pragmatis, fokus pada
fungsioanalitas pada banyak level daripada satu macam pengobatan untuk satu macam diagnosis. Dalam hal ini, cerita pasien adalah kunci untuk diagnosis terintegrasi, sedangkan tanda dan gejala serta bukti ketidakseimbangan klinis menjadi pendekatan komprehensif
yang menyeluruh, serta dilengkapi lagi oleh input lingkungan pasien dan fungsi fisiologisnya. Demikianlah disiplin klinikal bagi
kebutuhan transformasi praktek perawatan primer.
dr. Rina Pramanik Dewi
Kedokteran fungsional
adalah metode ilmiah
yang mencari tendensi
pra-penyakit dan melihat
dari dekat pada lingkungan
atau interaksi genetik yang
bertujuan untuk menahan
perkembangan penyakit,
dan mengembalikan
harmonisasi dan
keseimbangan simfoni
kompleks di dalam setiap
diri kita.
untuk Meningkatkan Adaptasi Terhadap Stres
DEwASA INI, MASALAH STRES MENgEMUKA SEBAgAI BAgIAN DARI gAYA HIDUp
YANg pENUH TEKANAN. Penelitian melaporkan , herbal adaptogenik dapat
mencegah, mengobati, dan memungkinkan kesembuhan dari efek
stres kronis atau akut. Senyawa di dalam herbal adaptogenik itu dapat
menormalkan fungsi endokrin, memodulasi respon stres, meningkatkan
produksi energi, kualitas tidur dan meningkatkan fungsi kekebalan
tubuh. Adaptogen adalah kategori herbal yang dapat meningkatkan
kemampuan organisme untuk beradaptasi di lingkungannya.
herbal adaptogenik
Oleh: dr. D. Ratna Handayani
Adaptogen menormalkan fungsi endokrinAdaptogen adalah herbal yang mampu mengembalikan irama normal dan fungsi sumbu (axis) HPA (hipotalamus-hipofisis-adrenal) dan SAS (sympatho-adrenal system), dan ke seluruh tubuh.
Adaptogen dianggap senyawa aman yang menormalkan fungsi endokrin melalui berbagai
tindakan yang luas dan tidak spesifik, dan meningkatkan daya tahan terhadap stres secara
keseluruhan. Karena penjelasan agak kabur ini, istilah adaptogen belum diadopsi secara luas
di dunia kedokteran Barat. Namun demikian, herbal adaptogenik memiliki beberapa tindakan
yang unik pada sistem adrenal yang cenderung meningkatkan resistensi terhadap efek negatif
dari stres pada tubuh.
NATURALADVANCE
01 | JULI 20146 7
Catatan: Alamat email dr.Rina belum ada
Kelenjar adrenal mendasari banyak reaksi tubuh terhadap stres eksternal dan internal. Demikian juga, stres merupakan penyumbang utama untuk disfungsi sumbu adrenal/HPA. Herbal adaptogenik
dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres serta mencegah beberapa gejala yang lebih umum dari stres (misalnya, kurang konsentrasi, gangguan tidur,
kelelahan, penurunan respon imun, dan penurunan daya tahan terhadap infeksi). Herbal adaptogenik mempengaruhi reaksi stres, mencegah penurunan fungsi kerja kelenjar adrenal, meningkatkan produksi energi dan kualitas tidur, dan meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh.
Sumbu (axis) HPA meliputi sinergisme dan umpan
balik antara hormon adrenal, dan hormon yang dilepaskan oleh hipotalamus dan kelenjar hipofisis.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisis yang sangat
dipengaruhi oleh stres, dan keadaan emosional individu. Efek dari sumbu HPA pada keadaan emosional pertama kali dijelaskan pada bidang psikologi, di mana adaptasi biokimia dicatat dari stres jangka panjang dan kerja paksa menyebabkan gangguan tidur, lekas
marah, dan kelelahan. Salah satu bagian dari sumbu HPA diaktifkan
oleh stres dikenal sebagai SAS.
Tantangan psikologis dan fisik
menyebabkan respon stres akut yang melibatkan neurotransmitter
otak yang pada gilirannya mempengaruhi pelepasan kortikotropin dan hormon lainnya dari kelenjar
pituitari dan hipotalamus. Hormon-hormon hipofisis
dan hipotalamus kemudian bertindak pada kelenjar
adrenal. Stimulasi jangka panjang pada kelenjar
adrenal menyebabkan disfungsi kelenjar adrenal. Kelenjar menjadi hipertrofi, kurang responsif, atau
tidak teratur responsif yang dibuktikan dengan
ketidaknormalan pelepasan kortisol, respon ACTH,
dan peruubahan DHEA untuk rasio kortisol (serta
gangguan regulasi hormon lain). Stres kronis dan peningkatan resultan kortisol dikenal untuk
menekan aktivitas sel darah putih yang normal,
yang kemudian dikaitkan dengan sitokin diubah
dan insiden lebih besar dari respon inflamasi dan
alergi. Penurunan dan gangguan pada sumbu HPA juga berhubungan dengan disfungsi reproduksi dan metabolisme, serta presentasi psikologis diubah (misalnya, kecemasan dan depresi).
Herbal adaptogenik bertindak pada sumbu
HPA, dan dapat meningkatkan regulasi hormon reproduksi dan mengerahkan anti-alergi dan efek
kekebalan mendukung; herbal tersebut juga dapat meningkatkan mood dan stamina mental. Herbal adaptogen mungkin cocok untuk digunakan oleh orang tua dan lainnya individu dengan kelelahan dan respon stres yang buruk, serta untuk digunakan oleh orang yang sehat, yang ingin meningkatkan energi, stamina, dan konsentrasi. Tumbuhan ini menawarkan mekanisme dukungan adrenal yang
meningkatkan pelepasan ACTH dari hipofisis, CRH
dari hipotalamus, dan mengoptimalkan respon
kelenjar adrenal. Tumbuhan ini juga meningkatkan respon adrenal terhadap stres dan tantangan fisik,
dan menormalkan beberapa neurotransmitter yang
terlibat dalam sumbu HPA.
Hsp (heat shock protein) 70, molekul pendamping yang kadang-kadang disebut sebagai sensor stres, membantu tubuh untuk memperbaiki protein yang rusak akibat dari stres kronis dan peradangan. Hsp70 menghambat
ekspresi NO (nitrat oksida) dalam sintesa II gen, dan berinteraksi dengan reseptor glukokortikoid
secara langsung dan melalui enzim kinase, sehingga memengaruhi tingkat sirkulasi kortisol dan NO.
Pencegahan peningkatan penyebab stres pada NO (dan penurunan terkait dalam produksi ATP) menghasilkan peningkatan kinerja dan daya tahan, dalam hal ini Eleutherococcus, Schisandra, dan Rhodiola membantu tubuh menguraikan protein spesifik HSP. Selain itu, herbal adaptogen juga
menunjukkan efek antioksidan yang signifikan pada
manusia. Mengurangi stres oksidatif dalam tubuh
dengan herbal adaptogen dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan baik.
HERBAL ADAPTOGENIK mempengaruhi reaksi stres, mencegah penurunan fungsi kelenjar adrenal, meningkatkan produksi energi dan kualitas tidur, dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
Tiga herbal adaptogenikEleutherococcus senticosus Eleutherococcus senticosus (Gingseng Siberia, atau Siberian ginseng), anggota dari famili Araliaceae, adalah adaptogen yang umum digunakan. Berasal dari Siberia dan wilayah utara Rusia, semenanjung
Korea, dan wilayah timur laut China. Ramuan ini
tidak hanya umum digunakan di Rusia, di mana studi
pertama dilakukan pada tahun 1950, tetapi juga di Amerika Utara dan di seluruh dunia. Eleutherococcus memiliki efek seperti Panax ginseng. Menariknya,
dalam bahasa Yunani, kata eleutheros berarti bebas, dan kokkos kata berarti biji. Sementara itu, Eleutherococcus di China dikenal sebagai Acanthopanax senticosus, dan beberapa studi penelitian dan literatur masih menggunakan
nomenklatur tua untuk ramuan ini .
Literatur ilmiah awal melaporkan Eleutherococcus
sebagai tonik adrenal untuk mengatasi masalah peningkatan toleransi stres dan energi, dan meningkatkan daya tahan terhadap infeksi. Eleutherococcus telah menunjukkan efek menghilangkan stres pada sumbu HPA, mengurangi pelepasan kortikotropin yang berlebihan dan
mengoptimalkan response adrenal. Eleutherococcus
dapat bertindak langsung pada hipotalamus untuk
mengatur hormon, termasuk mineralokortikoid,
glukokortikoid, dan hormon reproduksi. Syringen,
lignan, dan sesamin ditemukan dalam tanaman ini telah ditunjukkan untuk mengerahkan efek meningkatkan kekebalan.
Eleutherococcus mengandung kumarin (coumarin), glikosida steroid, dan sekelompok polisakarida, eleuterosida A, B, C, D, dan E, yang memiliki kemampuan merangsang kekebalan. Diantara signifikasi kondisi tertentu, Eleutherococcus telah
menunjukkan kemungkinan efek dalam mengobati
penurunan kekebalan tubuh, seperti: pilek, sakit
kepala, influenza, bronkitis, alergi pernafasan,
aterosklerosis, lesi katup rematik, aritmia, arthritis,
efek samping kemoterapi , dan penyakit ketinggian,
serta untuk kelemahan umum, kelelahan, intoleransi stres, dan debilitas saraf. Beberapa respon anti-
alergi dan anti-inflamasi mungkin berhubungan
dengan penghambatan nitrat oksida sintase dan siklooksigenase selama aktivasi makrofag.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan kemampuan
Eleutherococcus untuk meningkatkan stamina fisik pada atlet, dan juga penduduk dataran tinggi
yang memerlukan oksigen lebih banyak. Rempah itu dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan pemanfaatannya, serta meningkatkan kinerja secara keseluruhan, meskipun efek ini tidak terlihat pada
semua penelitian. Mekanismenya diidentifikasi,
termasuk peningkatan stamina fisik melalui respon
adrenal, sebagaimana peningkatkan penyerapan/
metabolisme glukosa dalam sel otot, dan pencegahan deplesi nitrogen. Efek positif pada fibrinogen dan
pembekuan darah telah dibuktikan, dan diusulkan
sebagai mekanisme lain dari peningkatkan kemampuan latihan fisik.
Ocimum sanctum
Ocimum sanctum (Holy Basil atau Tulsi) adalah spesies tanaman dari India dari famili Lamiaceae (mint), yang telah digunakan secara tradisional dalam pengobatan diabetes, stres, maag dan peradangan. Agrawal dan koleganya menunjukkan kemampuan
Ocimum sanctum mengurangi puasa dan tingkat kadar glukosa darah postprandial pada manusia. Ocimum sanctum juga memiliki sifat anti-inflamasi. Ocimum telah ditemukan untuk mempromosikan glutathione transferase, reduktase, enzim peroksidase dan serta mempromosikan superoksida dismutase. Ocimum mengandung flavonoid anti-
inflamasi yang umum dikenal. seperti apigenin,
luteolin, dan satu lagi yang unik pada Ocimum yang disebut ocimarin. Konstituen lainnya termasuk
oksimumosida (ocimumosides) dan dan serebrosida (cerebrosides). Minyak yang diekstrak dari bijinya dapat mengurangi peradangan oleh hambatan lipoksigenase (lipoxygenase) dan antagonis histamin, dan dapat membantu penyembuhkan tukak (ulcers). Selain sifat antioksidan, penelitian modern telah
menunjukkan Ocimum menjadi radioprotektif,
antikarsinogenik, dan kardioprotektif. Zat aktif
osimumosida dari Ocimum memiliki efek anti-stres
01 | JULI 20148 9
yang membantu untuk menormalkan hiperglikemia, kortikosterone, dan hipertrofi adrenal dari stress
kronis. Ocimum telah terbukti mengurangi serum
kortisol dan glukosa.
Paparan konstan polusi suara, menjengkelkan kebisingan dapat menyebabkan peningkatan dopamin dan serotonin di otak, dengan penurunan simultan dalam asetilkolin dan peningkatan
asetilkolinesterase, mungkin sebagai respon stres
terhadap iritasi kebisingan. Respon terhadap rangsangan suara dapat digunakan sebagai alat penelitian untuk mengevaluasi efek stres
mengurangi penggunaan herbal dan obat-obatan. Ocimum telah terbukti untuk mencegah perubahan
atas neurotransmiter otak menunjukkan efek anti-stres langsung dalam sistem saraf pusat.
Penelitian pada hewan telah menunjukkan aktivitas
dopaminergik yang dipromosikan menenangkan dan menstabilkan aktivitas suasana hati. Satu studi
menemukan peningkatan neurotransmisi GABA diaktifkan oleh Ocimum untuk mengerahkan efek
normalisasi pada modulation kekebalan.
Seperti adaptogen lainnya, Ocimum telah
terbukti untuk mencegah kedua respon humoral
dan selyang berhubungan dengan stres, dan
peneliti menunjukkan mekanisme menenangkan
sebagai kontributor yang mendasarinya. Efek menenangkan juga dapat diperluas ke pembuluh darah sebagaimana Ocimum telah terbukti untuk
sekaligus menjadi vasodilatasi dan hypotensive.
Hal itu menunjukkan efek positif pada kemampuan
kognitif, dan memiliki aplikasi yang mungkin untuk
dementia.
Rhodiola rosea
Rhodiola rosea (Rose Root atau Golden Root), dari famili Crassulaceae, adalah adaptogen dan anti-stres yang banyak digunakan sebagai ramuan
untuk gangguan mood, kelelahan, dan kelemahan adrenal. Tanaman ini asli Rusia, dimana sebagian besar penelitian ilmiah dan klinis awal dilakukan.
Rhodiola mengandug zat aktif rosavin, rosarin,
damar, tirosol dan salidroside, yang sering
digunakan sebagai penanda untuk standarisasi ekstrak Rhodiola. Penggunaan utama herbal adalah sebagai adaptogen untuk gangguan mood, kesulitan tidur, mudah marah, kelelahan, kurang konsentrasi,
sakit kepala, stres pembuluh darah, dan kekurangan umum states. Rhodiola mengangkat tingkat
serotonin dalam sistem saraf pusat pada hewan
model depresi dan penindasan hippocampal. Rhodiola diyakini mengerahkan antidepresan, anti-
kecemasan dan efek adaptogenik.
Keluhan jantung yang timbul dari stres (seperti
hipertensi dan aritmia) dapat menanggapi Rhodiola therapy. Seperti herbal adaptogenik lainnya, perlindungan kardio adalah dengan meminimalkan cerdera iskemik. Efek antiaritmia adalah karena
kemampuannya untuk memblokir stimulasi
berlebihan dari perangsang epinefrin, dan aktivasi
jalur opiat pada sistem saraf pusat.
dr. D. Ratna Handayani - dwirahan@gmail.com
Peradangan dan Biomarker padaPenyakit
INFLAMASI KRONIK DIKETAHUI SEBAgAI pENYEBAB UTAMA TERJADINYA pENYAKIT
KARDIOvASKULAR, SEpERTI pENYAKIT ARTERI KORONER, ATAU gAgAL JANTUNg.
Sebenarnya, inflamasi tersebut adalah respon pertahanan tubuh universal
sebagai akibat adanya cedera, atau jejas, dan merupakan satu bentuk
mekanisme adaptif dan protektif namun sering mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan dan organ. Proses inflamasi tidak hanya meliputi
mediator imunitas innate, namun juga aktivasi sitokin stres dalam keadaan
tidak adanya aktivasi sistem imun. Aktivitas inflamasi kronik tingkat rendah
terlibat pada progresivitas aterosklerosis koroner dan gangguan struktur
jantung, sebagai respon adanya kondisi overload atau cedera sistemik.
KARDIOVASKULER
Oleh: dr. Silvana Sartika
Dewasa ini telah diketahui adanya hubungan yang kompleks pada komponen selular dan
humoral dari miokard yang berlebihan dan faktor oksidatif inflamasi yang menentukan
perjalanan penyakit kardiovaskular. Beberapa faktor ini secara langsung berhubungan dengan kerusakan, atau stres pada pembuluh darah dan miokard. Namun, beberapa dari kasus itu mencerminkan adanya kaitan dengan jalur sistemik dan interaksi dengan sistem
BIOMARKER
01 | JULI 201410 11
organ yang lain. Karena itulah biomarker inflamasi
menyediakan informasi yang unik bagi dokter baik untuk stratifikasi resiko atau untuk mengidentifikasi
kerentanan plak di penyakit jantung iskemik atau beban volume pada pasien gagal jantung. Lebih jauh lagi, karena inflamasi memegang peranan penting
pada penyakit jantung, maka biomarker inflamasi
juga dapat digunakan sebagai target terapi, mencegah inisiasi atau perkembangan penyakit melalui inhibisi jalur inflamasi.
Walaupun kemajuan di ranah manajemen klinis multidisiplin mengarah pada perbaikan keseluruhan
penanganan dan outcome dari pasien dengan penyakit jantung, kebutuhan untuk memperbaiki diagnosis dan membuat stratifikasi, sebagaimana
juga memonitor terapi, memunculkan pencarian biomarker-biomarker sebagai alat yang dapat digunakan sehari-hari. Di luar dari berbagai biomarker yang ada, tetap dibutuhkan penelitian mendalam
dan pengecekan rutin dari hasil
biomarker secara individual dan validasinya. Baru-baru ini, Biomarkers in Medicine menuliskan adanya berbagai biomarker yang potensial untuk penyakit arteri koroner dan gagal jantung, dan memberikan insight pada integrasi marker yang tersedia secara klinis menjadi seni dalam penanganan gagal jantung.
Menyadari pentingnya mekanisme
inflamasi dalam berbagai
penyakit jantung yang progresif, Biomarkers in Medicine edisi terbaru memasukkan berbagai pandangan atas peranan beberapa biomarker inflamasi. C reactive
protein diproduksi pertama kali setelah terjadinya injuri yang dikenal sebagai reaktan fase akut. Ia dianggap penanda inflamasi universal, salah satu yang paling
banyak dipelajari pada penyakit kardiovaskular.
Rietzschel dan De Buyzere mengupas secara detil peranannya sebagai penanda diagnostik
dan prognostik. Mereka juga mengutarakan
pandangannya mengenai penggunaannya sebagai alat monitoring respon terapi dan faktor modifikasi
dalam menilai risiko secara menyeluruh. Inflamasi
kronis pada sindrom metabolik dicetuskan oleh jaringan adipose, yang berfungsi sebagai sistem jaringan endokrin untuk memproduksi berbagai sitokin dengan efek inflamasi. Sebagaimana Roos.
dkk menjabarkan, derajat inflamasi berbanding
lurus dengan tingkat obesitas, yang menyebabkan
terjadinya perubahan metabolik dan biologik seperti
peningkatan resistensi insulin, stres oksidatif,
turunnya kadar sitokin antiinflamasi dan turunnya
cadangan nitric oxide, semua mempengaruhi fungsi endotel pembuluh darah dan berkontribusi pada perkembangan dan perjalanan terjadinya
aterosklerosis. Penulis menggaris bawahi penanda inflamasi individu
baik pada sindrom metabolik atau penyakit arteri koroner. Beberapa penanda, seperti IL-6
atau lipoprotein yang berhubungan dengan phospholipase A2, menunjukkan adanya nilai tambah dalam penilaian kardiovaskular. Dipihak lain, walaupun beberapa
penanda inflamasi, termasuk
adiponectin, TNF- dan kemokin,
merupakan mediator penting dalam
sindrom metabolik kardiovaskular, namun mereka belum terbukti
potensial sebagai biomarker.
Penggunaan obat pengencer darah setelah pemasangan stent menurunkan risiko restenosis setelah intervensi. Namun, pada berbagai macam bentuk klinis atau dalam grup pasien risiko tinggi,
angka kejadian restenosis tidak
sedikit. Tampaknya mereka berkaitan dengan faktor prosedur tindakan atau kerentanan individu yang
berhubungan dengan adanya aterosklerosis koroner
C REACTIVE PROTEIN yang diproduksi pertama kali setelah terjadinya injuri yang dikenal sebagai reaktan fase akut, dianggap penanda inflamasi universal, salah satu yang paling banyak dipelajari pada penyakit kardiovaskular.
yang mendasarinya dan profil klinis. Dalam ulasannya,
Karper . dkk, menitikberatkan pada biormarker seperti
C-reactive protein, marker apoptosis, kerusakan yang
berhubungan dengan pola molekul, dan berbagai sitokin dan kemokin yang terlibat sebagai respon adanya injuri vaskular dan restenosis. Mereka menyimpulkan adanya kesulitan validasi dan adopsi protein kandidat ini sebagai biomarker yang bersirkulasi terbatas dalam pendeteksian proses yang berhubungan dengan jaringan di dalam sirkulasi sistemik.
Pemetaan fenotip lokal dan juga pengambilan sampel
sistemik, berbarengan dengan assay dalam skala besar, dapat memberikan jalur untuk menemukan biomarker baru yang relevan tidak hanya untuk restenosis,
namun juga untuk progresi penyakit arteri koroner dan konsekuensinya. Van Hoof mengingatkan kita, nilai dari penanda mencerminkan kerusakan miokardium dan kuesioner yang berhubungan dengan jenis pemeriksaan yang sangat sensitif. Penelitian di masa
mendatang dapat melengkapi penilaian diagnostik dan
pronostik mereka selain sindrom koroner akut atau
injuri miokard. Masuk akal untuk berspekulasi bahwa
kombinasi dengan biomarker lain yang bersirkulasi, termasuk biomarker inflamasi, pada penilaian
multipanel dapat melahirkan algoritma diagnostik
baru dalam penyakit arteri koroner kronis atau pasien dengan resiko kardiovaskular yang tinggi.
Terakhir, rnlv mengajukan cathepsins sebagai biomarker inflmasi yang menjanjikan. Protease
ini tidak hanya menargetkan berbagai protein
struktural, namun juga terlibat dalam berbagai penyakit inflamasi dan sindrom metabolik. Mereka
juga tampaknya berhubungan dengan prediksi mortalitas yang berhubungan dengan kardiovaskular atau kanker. Sebagai tambahan, strategi terapi yang
baru yang sedang dikembangkan adalah untuk menghambat cathepsins. Namun, penerjemahan klinis lebih jauh harus melihatnya sebagai nilai prediktif yang independen sebagai faktor risiko
kardivaskular atau marker prognostik pada
penyakit kardiovaskuler yang sudah ada.
Kesimpulannya, dibutuhkan
usaha yang terus menerus untuk
memperbaiki perawatan dan
manajemen pasien secara individual
mengarahkan kita pada peningkatan
penggunaan biomarker yang
bersirkulasi dalam pengobatan
kardiovaskuler.
Molekul inflamasi merupakan kandidat biomarker
yang menarik karena terlibatannya pada berbagai tahap penyakit kardiovaskular. Namun nilai mereka secara klinis tetap harus dibuat. Jalur translasi klinis mereka harus mengikuti
jalur biomarker lain yang sudah dikenal seperti
B-type natriuretic peptide. Sampai saat itu tiba,
walaupun sangat menjanjikan, penggunaannya
hanya terbatas pada penelitian saja. Terakhir,
penelitian di masa yang akan datang seyogyanya
mencari apakah biomarker ini dapat digunakan sebagai agen terapeuik, menghambat inisiasi, progresi dan perkembangan dari komplikasi patologis kardia yang spesifik.
dr. Silvana Sartika - silvana_sww@yahoo.com
01 | JULI 201412 13
BerapaKalsium Koroner Anda?
KEBANYAKAN ORANg TAHU, BERApA NILAI KOLESTEROL DARAHNYA, ATAU pARAMETER
KESEHATAN KONvENSIONAL LAINNYA. TETApI BELUM BANYAK YANg TAHU SKOR KALSIUM
KORONER (Coronary CalCium SCore), pADAHAL INI ADALAH SALAH SATU NILAI SKOR
YANg SANgAT pENTINg. Seperti diketahui, kalsium adalah salah satu unsur
pembentuk plak di dinding pembuluh darah arteri jantung bersama
dengan kolesterol dan zat lainnya.
SKOROleh: dr. Sammy Fattah Hidayat
MODERNMEDICALPROFESSIONAL
Skor Kalsium Koroner diketahui melalui pemeriksaan pelacakan kalsium koroner (Coronary Calcium Scan) yang menggunakan perangkat sinar x-ray khusus, yaitu tomografi terkomputasi
(Computed Tomography/CT) untuk menilai berapa banyak terjadinya penimbunan kalsium pada plak (plaque) di dinding-dinding pembuluh darah arteri koroner yang memasok darah ke jantung. Kalsifikasi pada arteri koroner adalah tanda awal
kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner (PJK).
Plak pada arteri koroner yang terjadi sebagai penimbunan substansi seperti lilin itu, seiring waktu
dapat mengeras yang membuat penyempitan, atau lepas (ruptur) menyumbat arteri koroner, sehingga menurunkan kemampuan aliran darah yang membawa oksigen ke jantung. Hal ini dapat
menyebabkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan di
dada yang disebut sebagai nyeri angina. Jika plak itu lepas, maka bekuan darah dapat terbentuk di permukaannya, sehingga gumpalan yang semakin besar tersebut dapat menyumbat aliran darah melalui arteri koroner. Ini adalah penyebab yang paling umum terjadinya serangan jantung. Seiring berjalannya waktu, plak yang lepas itu juga akan
mengeras dan menyempitkan pembuluh darah arteri koroner.
Normalnya arteri koroner tidak mengandung
kalsium, maka jika ada kalsium di arteri koroner Anda, itu adalah tanda adanya penyakit jantung koroner (PJK).
Walaupun demikian, ada juga orang yang skornya mencapai lebih dari 1.000 dengan 4 pembuluh darahnya mengalami kalsifikasi yang berat, tapi
tidak menunjukkan gejala apapun. Maka dari itu
selalu ada pengecualian, dan hal ini menunjukkan bahwa tidak ada faktor determinan tunggal yang
menentukan akan terjadinya serangan jantung. Seperti halnya dengan penyakit lainnya biasanya
terdapat faktor penyebab yang beragam.
dr. Sammy Fattah Hidayat
400Jika skor Anda di atas 400, maka
resiko serangan jantung menjadi
50% pada tahun berikutnya.
Anda perlu lebih serius menyusun
rencana untuk mengatasinya
dari sekarang juga.
01 | JULI 201414 15
Asupan Rendah Magnesium dan Serat Terkait dengan Risiko Terjadinya
Komunitas Kedokteran Pertama di Indonesia Terbentuk
PERADANGAN
fungsional
NOW YOUKNOW
T I M EL I N E
MENURUT LApORAN TERBARU*, ASUpAN TINggI MAgNESIUM DAN SERAT DIKAITKAN
DENgAN RENDAHNYA NILAI HIgH SENSITIvE C REACTIvE pROTEIN (HS - CRp). Salah
satu penanda penting peradangan, hs-CRP terkait dengan meningkatnya
risiko penyakit kardiovaskular.
Dengan menggunakan kuesioner frekuensi pola makan, peneliti menentukan jumlah asupan
serat dan magnesium pada 1.653 peserta penelitian. Tinggi badan, berat badan, tekanan darah,
dan lingkar pinggang diukur, dan sampel darah dianalisis untuk mengetahui kadar glukosa, insulin, kolesterol total, high density lipoprotein (HDL), trigliserida, dan hs-CRP dalam darah masing-masing peserta.
Peserta dengan nilai asupan magnesium dan serat terendah ketiga dari total seluruh peserta
penelitian memiliki tiga sampai empat kali risiko lebih besar terkena diabetes, sindrom metabolik,
atau tingginya nilai hs-CRP (3 mg/L atau lebih tinggi). Asupan magnesium yang rendah secara
independen berkorelasi dengan peningkatan nilai hs-CRP, tapi tidak terkait dengan risiko
gangguan sindrom metabolik atau penyakit diabetes, sementara asupan rendah serat secara independen terkait dengan risiko yang lebih besar terkena diabetes, sindrom metabolik, dan tingginya nilai hsCRP.
DAYNA DYE
*Bo S, Durazzo M, Guidi S, et al. Dietary magnesium and fiber intakes and inflammatory and metabolic indicators in middle aged subject from a population based cohort. Am I Clin Nutr. 2006 Nov ;84 (5) ; 1062 9
Menyadari perlunya pendekatan baru dalam pelayanan kesehatan untuk
mewujudkan harapan pENYEMBUHAN YANg LEBIH TUNTAS, sekelompok
dokter spesialis bersepakat untuk berhimpun dalam wadah Indonesian
Community of Functional and Advancement of Medicine (ICFAM), wadah
komunitas pengembang Kedokteran Naturopati Fungsional & Restoratif,
disingkat dengan KNFR. Sedangkan sebutan akrabnya adalah fuctional
medicine.
Seperti diketahui, pelayanan dokter konvensional yang berorientasi pada gejala, banyak kasus
sakit yang tidak dapat disembuh dengan tuntas. Banyak kasus gejalanya sudah hilang, tetapi
penyakit masih ada dan menunggu serangan balik yang mematikan. Karena itu, agar penyakit
tersebut tidak kambuh lagi, perlu dicari cara baru mengobati dengan menyelesaikan sampai ke
sumber masalah, penyebab mengapa keluhan atau gejala tersebut muncul.
Selain biaya pengobatan yang semakin mahal, penyakit kambuhan yang berulang sangat menguras isi kantong pasien. Untuk itulah aplikasi KFNR, diharapkan dapat membantu pasien untuk hidup sehat lebih sejahtera. Diharapkan ICFAM dapat menginspirasi dan ikut mengembangkan dunia kedokteran Indonesia yang mampu bersaing secara global.
01 | JULI 201416 17
Acara seminar tgl 30 nopember 2013, di Royal Kuningan Hotel, tema: Functional Medicine-New frontiers in Medicine.
Acara seminar tgl 19 Januari 2014, di Fave Hotel, tema: Fundamental Matrix.
01 | JULI 201418 19
30 November 2013 19 Januari 2014
Prof.Dr.AN.Kurniawan, SpPK (K), Pembukaan dari ketua ICFAM.
Dr. Sjafruddin, SpTHT (KL), Sambutan dari Ketua IDI Cabang Jakarta Selatan.
Para peserta One day seminar Functional Medicine di Royal Kuningan Hotel Jakarta.
Para pembicara seminar, dari kiri ke kanan: M.Dani.P, Dr.Amarullah, Dr.Lucas, Rachael, Prof.Dr.AN.Kurniawan, dan Dr.Rachmi.
Prof.Dr.AN.Kurniawan (Ketua ICFAM) bersama dengan Dr.Abidinsyah Siregar (Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Tradisionil, Alternative & Komplementer KEMENKES).
Dr.Toni S.Natakarman (Ketua IDI Wilayah DKI Jakarta) dengan Prof.Dr.AN.Kurniawan (Ketua ICFAM).
Dr. Slamet Budiarto SH,MH.Kes, membawakan seminar Aspek Etiko Medico Legal Functional Medicine, bersama moderator Dr. Nurhidayati Indah Puspita.
Irma T. Kurniawan (Post Doctoral Researcher, Duke-NUS Graduate Medical School-Singapura), membawakan seminar The Neuroscience Of Feeding.
01 | JULI 201420 21
9 Februari 2014 15 Maret 2014
Acara seminar tgl 8-9 Februari 2014, di Fave Hotel, tema: Bio Molecular Naturoceutical.
Depan kiri ke kanan: dr.T onita dan dr. Daniel Kwok. Baris kedua kiri ke kanan: dr.Rachmi dan dr.Nurhidayati. Baris belakang: dr. Sylvia N. Sinaga.
Acara Workshop tanggal 15 Maret 2014, di Fave Hotel, tema: Jantung.
Baris depan dari kiri ke kanan: dr. Fifi, dr.Mustika, dr. Darumas, dan dr. Anna. Baris kedua dari kiri ke kanan: dr. Surya, dr. Jefni, dr. Rina, dr. Satriawati, dan dr. Salilul. Baris ketiga dari kiri ke kanan: dr. Yanne, dr. Lenny, dr. Lanti, dr. Elias, dr. Fida, dan dr. Lucky.
Baris depan kiri ke kanan: dr. Phillip, dr. Lidwina, dan dr.Simerdip. Baris ke dua dari kiri ke kanan: dr.Rini, dr.Mustika, dr.Lenny, dan dr. Lanti.
Baris depan kiri ke kanan: dr.Fifi dan dr. Simerdip. Baris kedua dari kiri ke kanan: dr.Anna, dr.Ratna, dr.Yuliarni, dan dr.Zaenal. Baris ketiga dari kiri ke kanan: dr. Surya Fredi, dr. Satriawati, dr. Salilul, dr.Sammy, dan dr. Fida.
Baris depan dari kiri ke kanan dr. Lucky, dr. Jefni, dan dr. Rina. Baris kedua dari kiri ke kanan: dr. Silvana, dr. Sofia, dan dr. Lisa.
Baris depan dari kiri ke kanan: dr. Yanne, dr. Lenny, dan dr. Lanti. Baris kedua dari kiri ke kanan: dr. Tri Puji, dr. Rini, dan dr. Elias. Baris ketiga dari kiri ke kanan: dr .Agus, dr. Hargiyanto, dr. Suarsyaf, dan dr. Erna. Baris belakang dari kiri ke kanan: dr. M. Nasir dan dr. Philip.
Baris depan dari kiri ke kanan: dr. Marfuah, dr. Darlina, dan dr. Nurhayati. Baris kedua dari kiri ke kanan: dr. Rachmi dan dr. Fida.
Baris depan dari kiri ke kanan: dr. Anna, dr. Agnes, dan dr. Hadi. Baris belakang dari kiri ke kanan: dr. Satriawati dan dr. Salilul.
01 | JULI 201422 23
12 April 2014 10 Mei 2014
Acara workshop tgl 12 April 2014, di Fave Hotel, tema: Stroke.
Baris depan dari kiri ke kanan: dr. Fifi, dr. Ratna, dr. Rina, dan Rodes. Baris kedua dari kiri ke kanan: dr. Sylvia, dr. Mustika, dr. Nurhidayati, dr. Febrika, dan dr. Satriawati.Baris ketiga dari kiri ke kanan: dr. Jefni, dr. Tri Puji, dr. Surya, dr. Denny, dan dr. Sammy. Baris ke empat dari kiri ke kanan: dr. Agus, dr. Prama, dr. Rini, dan dr. Yovi. Baris belakang dari kiri ke kanan: dr. Andhra dan dr. Harry.
Acara Workshop tgl 10 Mei 2014 ( Bukan 1 Jan10 ), di Fave Hotel, tema: Diabetes Mellitus.
Baris depan dari kiri ke kanan: dr. Ratna, dr. Nizmawardini, dr. Vivi, dr. Sri Rejeki Endang, dan dr. Ipak Ridmah. Baris kedua dari kiri ke kanan: dr. Darumas, dr. Mustika, dr. Lenny, dr. Rini, dan dr. Evi Maryam.Baris kedua dari kiri ke kanan: dr. Satriawati, dr. Salilul, dr. Anna, dr. Agnes, dr. Merriana, dan dr. Denny.
Bpk. M. Dani Pratomo, direktur utama PT.Fortis Global Pharma.
Baris depan kiri ke kanan: dr. Prama, dr. Rini, dan dr. Yovi. Baris kedua dari kiri ke kanan: dr. Philip, dr. Lucky, dan dr. Elias. Baris belakang dari kiri ke kanan: dr. Andhra dan dr.Harry.
Baris depan dari kiri ke kanan: dr. Febrika, dr. Satriawati, dan dr. Evi Maryam. Baris kedua dari kiri ke kanan: dr. Jefni, dr. Tri Puji, dr. Surya, dr. Denny, dan dr. Sammy. Baris belakang dari kiri ke kanan: dr. Agus, dr. Prama, dr. Rini, dan dr. Yovi.
Baris depan kiri ke kanan: dr. Megawati, dr. Winarniwati, dan dr. Suhadi. Baris belakang dari kiri ke kanan: dr. Yuliani, dr. Jefni, dan dr. Tryando.
Baris depan dari kiri ke kanan: dr. Sri Rejeki Endang dan dr. Ipak Ridmah. Baris belakang:dr. Evi Maryam.
Baris depan kiri ke kanan: dr. Nizmawardini dan dr. Vivi Tjahyadi. Baris belakang: dr. Mustika dan dr. Lenny.
MISIMenyebarluaskan pemahaman akan Functional Medicine melalui Seminar/Simposium/Kursus/Pelatihan dan kegiatan Publikasi
melalui Media Massa dan Media Sosial
Menjadikan Functional Medicine sebagai jalur karir baru bagi para Dokter
Dalam waktu selambatnya 2 tahun menghasilkan
Praktisi Functional Medicine yang kompeten dan bersertifikat di
kota-kota besar seluruh Indonesia
VISIFunctional Medicine menjadi bagian dari Pendidikan Kedokteran di Indonesia, dan menjadi bagian penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat melalui pendekatan kedokteran yang terbaru (advanced medicine)
Dokter Praktik di Indonesia menggunakan pendekatan Functional
Medicine dalam menangani masalah Kesehatan atau Penyakit yang kronik dan degeneratif
TATA NILAIDalam semua kegiatannya yang meliputi penyebarluasan
pemahaman, pendidikan dan praktiknya, para Anggota ICFAM
akan:
Menjunjung tinggi Kode Etik Kedokteran Indonesia
Berpegang pada prinsip science-based medicine
Bersikap inklusif, seiring-sejalan dengan sejawat dari
Conventional Medicine dan Praktisi Pengobatan Lain yang
berdasarkan evidence based dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien
Indonesian Community of Functional and Advancement of Medicine (ICFAM)
Sekretariat ICFAM
Jl. Harsono RM No. 73, RagunanJakarta Selatan 12550 - Indonesia
Tel : +62 21 782 7829, +62 21 788 37728Fax : +62 21 788 3776