Post on 21-Dec-2020
NETRALITAS APARATUR SIPIL NEGARA DALAM PELAKSANAAN
PEMILIHAN KEPALA DAERAH
(Studi Kasus Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten
Muaro Jambi Tahun 2017)
SKRIPSI
Oleh
AGUS PRASETIYO
NIM: SIP.151912
PEMBIMBING
Alhusni,S.Ag.,MHI
Yudi Armansyah,M.Hum
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
i
NETRALITAS APARATUR SIPIL NEGARA DALAM PELAKSANAAN
PEMILIHAN KEPALA DAERAH
(Studi Kasus Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten
Muaro Jambi Tahun 2017)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Dalam Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
Oleh
AGUS PRASETIYO
NIM: SIP.151912
PEMBIMBING
Alhusni,S.Ag.,MHI
Yudi Armansyah,M.Hum
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
ii
iii
iv
MOTTO
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Qs Al-Maidah: 8)
v
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah,segala puji Allah SWT dengan kemurahan dan ridho-Nya,
skripsi ini dapat ditulis dengan baik dan lancar hingga selesai. Dengan ini akan
kupersembahkan skripsi ini untuk :
Kedua orang tua ku tersayang Bapakku (PAERAN) dan Ibuku (SUKEMI)
yang selalu memberikan ku ketenangan, kenyamanan, motivasi, doa
Terbaik nya untuk ku dan menyisihkan finansial nya untukku, sehingga aku
bisa menyelesaikan studi ku.
Dan kedua kakak perempuan ku Fatin,S.Pd dan Upik Wahyuni,S,Sos
Kalian sangat berarti bagiku.
Guruku sekaligus orang tua kedua ku di kampus Bunda MustiahRH (Kajur)
dan (pembimbing tugas akhir) Bapak Alhusni dan Bapak Yudi Armansyah telah
sabar membimbing ku untuk
menyelesaikan tugas akhirku. Jasamu takkan pernah kulupakan.
Serta Calon Masa Depanku vitria soleha terima kasih sudah setia menemani dan
memberikan support dan waktu nya buatku untuk membantu berbagai hal
dan tak lupa sahabat terbaikku Diligent Squad (DS) hikmah, Ratna,
Muhammad
Dan sahabat seperjuangan dari awal sampai akhir sudirman dan deki ariantoni
Terima atas dukungan dan doa dari kalian semua
Semoga Allah Swt memberikan kemudahan bagi kalian dalam berbagai hal
Aamiin.
vi
ABSTRAK
Dengan judul “Netralitas Aparatur Sipil Negara Dalam Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah ” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
netralitas Aparatur Sipil Negara pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di
Kabupaten Muaro Jambi tahun 2017. Serta untuk mengetahui dan memahami
pelaksanaan mekanisme penjatuhan sanksi kepada Aparatur Sipil Negara yang
tidak netral dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Muaro Jambi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulutan data melalui obsevasi, wawancara, dokumentasi. pendekatan
dilakukan penelitian lapangan dengan melihat dan mengamati apa yang terjadi
dilapangan serta penerapan peraturan perundang-undangan dalam prakteknya
dalam masyarakat. hasil penelitian yang diperoleh dan kesimpulan sebagai
berikut: Netralitas Aparatur Sipil Negara Pada Pelaksanaan Pemilihan Kepala
Daerah di Kabupaten Muaro Jambi dan yang menjadi objek penelitian adalah
Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Muaro Jambi dan
Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah
(BKPSDMD) Kabupaten Muaro Jambi. Dalam penelitian ini penulis memperoleh
data melalui penelitian analisis dan lapangan (field research), kemudian dianalisis
secara kualitatif untuk menghasilkan data yang bersifat deskriptif. hasil penelitian
ini, pertama, Netralitas Aparatur Sipil Negara pada Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Muaro Jambi belum terlaksana dengan
baik. Karena masih banyak ditemukan ASN yang tidak netral. dimana sampai
memasuki tahapan kampanye jumlah ASN yang diduga tidak netral sebanyak
73(tujuh puluh tiga) orang ASN dan 2 orang bukan ASN setelah diselidiku dan
verifikasi data jadi yang diproses oelh KASN hanya 71 (tujuh puluh satu) ASN
dan 2 (dua) diantaranya masuk tahap kasasi sidang vonis kepada 2(dua) ASN
Pemerintahan Kabupaten Muaro Jambi. Kedua, pada pelaksanaan mekanisme
penjatuhan sanksi kepada Aparatur Sipil Negara yang tidak netral pada
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Muaro Jambi juga belum
sepenuhnya terealisasi. Hal ini terjadi karena pada tahap penjatuhan sanksi
Komisi Aparatur Sipil Negara sangat cepat merespon mengenai laporan dari
Panwaslu terhadap 73 (tujuh puluh tiga) oknum Pegawai ASN diduga melakukan
pelanggaran. Sampai saat ini, 71 (tujuh puluh satu) oknum Pegawai ASN yang
ditindak lanjuti serta yang diproses pidana atau vonis hanya 2 (dua) ASN karena
dkategorikan pelanggaran berat dan cepatnya respon dari KASN dan karena dari
hasil observasi dan wawancara di lapangan masih sumber daya manusia (SDM) di
KASN sehingga hanya sedkit dari sekian yang melanggar dan diantara nya juga
kurang bukti yang akurat dan hanya dugaan saja dan sampai memburtuhkan
waktu yang cukup lama bahkan sampai berbulan-bulan baru selesai.
Kata Kunci : Pengawasan,Sanksi,Netralitas,ASN,Pemilu/Pemilukada
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan begitu banyak
nikmat, petunjuk dan karunia-Nya yang tanpa batas kepada penulis. Shalawat
serta salam juga yang akan selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
dimana Beliau adalah manusia yang berakhlak mulia yang telah menyelamatkan
seluruh manusia ke alam zaman yang buruk menuju zaman yang lebih baik.
Beliau adalah sumber inspirasi, semangat dan tingkah lakunya menjadi pedoman
hidup bagi Penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan karunia yang berlimpah
kepada Beliau serta Keluarga, Sahabat dan Umatnya.
Alhamdulillah, atas kehendak Allah SWT. Penulis senantiasa diberikan
kemudahan, kesabaran dan keikhlasan dalam menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Netralitas Aparatur Sipil Negara Dalam Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah ( Study Kasus Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Muaro
Jambi Tahun 2017)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Ilmu Pemerintahan di Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang
menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini. Terwujudnya
skripsi ini selain merupakan upaya dari penulis, juga tidak terlepas dari arahan
viii
dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing akhirnya kesulitan-
kesulitan yang timbul dapat terasi. Oleh karena itu, penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu demi
selesainya skripsi ini, Baik berupa moril maupun materil secara langsung ataupun
tidak langsung untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Terhormat Bapak Prof.Dr.H.Suadi Asy‟ari, MA,.Ph.D selaku Rektor UIN
STS Jambi.
2. Terhormat Bapak Dr. A.A Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah
UIN STS Jambi.
3. Terhormat Bapak H. Hermanto Harun, Lc.,M.HI.,Ph.D, Ibu Rahmi Hidayati,
dan Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag.,M.HI, selaku pembantu Dekan I,II, dan III di
Lingkungan Fakultas Syari‟ah UIN STS Jambi.
4. Ucapan Beribu-beribu Terima Kasih Kepada Ibu Mustiah.S.Ag, M.Sy selaku
Ketua jurusan dan Ibu Tri Endah Karya Lestari,S.IP, M.IP selaku Sekretaris
Jurusan Ilmu Pemerintahan.
5. Ucapan terima kasih kepada Bapak Alhusni,S.Ag.,MHI sebagai Pembimbing
I dan Bapak Yudi Armansyah,M.Hum sebagai Pembimbing II yang
senantiasa memberikan pengarahandan motivasi kepada penulis yang telah
bersedia dan meluangkan waktu serta memberikan bimbingan kepada penulis,
sehingga selesainya penulisan skripsi ini.
6. Terima kasih kepada bapak dan ibu Dosen, Asisten, dan seluruh Karyawan/I
Fakultas Syari‟ah UIN STS Jambi.
ix
7. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu seluruh karyawan Pustaka Fakultas
Syari‟ah, Pustaka Jurusan dan Pustaka Institut UIN STS Jambi.
8. Ucapan terima kasih untuk teman-teman seperjuangan yang konsentrasinya di
Perencanaan pembangunan Ilmu Pemerintahan yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan dalam penyelesain skripsi ini dan semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga segala bantuan, bimbingan, arahan yang telah diberikan kepada
penulis menjadi amal soleh dan dibalas oleh Allah SWT dengan amal yang
berlipat ganda, akhirnya kehadirat Allah penulis mohon ampun atas segala
kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semoga Karya ilmiah ini
di ridhoi Allah SWT dan bermanfaat bagi ilmu pendidikan dan sebagai acuan
dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya, Terutama bagi diri penulis sendiri.
Suatu harapan yang ditunggu adalah kritikan dan saran untuk penulis, Demi
kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamua‟alaikum Wr Wb.
Jambi, 18 November 2019
Penulis
AGUSPRASETIYO
NIM. SIP 151912
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PENGESAHAN............................................................................................... iii
MOTTO........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN........................................................................................... v
ABSTRAK...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. ....................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. ................. 9
C. Batasan Masalah...................................................................................... 9
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian............................................................ 9
E. Kerangka Teori.............................. ......................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka.............................. ....................................................... 20
BAB II METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 23
B. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 23
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 24
xi
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 25
E. Instrumen Pengumpulan Data................................................................. 25
F. Analisis Data .......................................................................................... 27
G. Sistematikan Penulisan…………………………………….................... 27
H. Jadwal Penelitian…………………………………………..................... 28
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Muaro Jambi................................................................ 30
B. Profil Umum BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi............................... 31
C. Profil Umum Kantor Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi……................ 32
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Jumlah Aparatur Sipil Negara Kabupaten Muaro Jambi........................ 39
B. Netralitas ASN pada Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di
Kabupaten Muaro Jambi ....................................................................... 40
C. Pelaksanaan Mekanisme Penjatuhan Sanksi Kepada ASN
yang tidak Netral dalam Pemilihan kepala daerah
di Kabupaten Muaro Jambi..................................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 64
B. Saran ...................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Daftar Informan
Tabel 2.2 : Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 : Penggolongan ASN berdasarkan jenis Kelamin.........................
Tabel 4.2 : Penggolongan ASN Berdasarkan pangkat dan golongan...........
Tabel 4.3 : Penggolongan ASN Berdasarkan Pendidikan............................
Tabel 4.4 : Penggolongan ASN Berdasarkan Esselon..................................
Tabel 4.5 : Daftar ASN diduga tidak netral yang tersebar dilingkungan
: Pemkab Muaro Jambi sampai Tahapan Kampanye...................
Tabel 4.6 : Daftar ASN tidak netral yang tersebar di lingkungan Pemkab
: Muaro Jambi sampai tahapan kampanye..................................
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.1 : Struktur Organisasi Bawaslu Tahun 2017................................
GAMBAR 4.1 : Mekanisme Penjatuhan Sanksi Bagi ASN yang tidak netral.....
GAMBAR 4.2 : Tahap-Tahap Mekanisme Penjatuhan Sanksi...........................
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan Negara Hukum (rechtsstaat), bukan negara
kekuasaan (machtsstaat). 1 Paham Negara Hukum tidak dapat dipisahkan dari
paham kedaulatan rakyat (demokrasi).2 Oleh karena itu, perlu ditegaskan bahwa
“kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar” (contitutional democracy)”3 dengan diimbangi penegasan bahwa
Negara Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau
demokratis (demokracy rechtsstaat) dan sekaligus adalah Negara Demokrasi yang
berdasarkan atas hukum (constitutional democrasy).
Dengan demikian dalam konsep demokrasi, pemerintahan suatu negara
merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.4 Keterlibatan
rakyat dalam bentuk demokrasi tersebut dilihat pada pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah atau disingkat dengan Pilkada. Berdasarkan pasal 18 ayat (4)
Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, Pilkada adalah: “Gubernur,
Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokrasi”.
1 Jimly Asshiddiqie, 2011, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 57. 2 Ni‟Matul Huda, 2013, Hukum Tata Negara Indonesia, Rajawail Pers, Jakarta, Ed
Revisi, Cet.8, hlm. 267-268. 3 Lihat pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia
4 Jimly Asshiddiqie, hlm.120.
2
Selanjutnya di perjelas dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota dan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Pengertian Pilkada menurut
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 menyebutkan bahwa :4
“Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
serta Walikota dan Wakil Walikota yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah
pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi, kabupaten dan kota untuk
memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota secara langsung dan demokratis”.
Pilkada langsung ini mulai diselenggarakan pertama kali di Indonesia pada
Bulan Juni 2005 atau sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang perubahan atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. Perubahan tatanan sistem Pilkada dari tidak langsung
menjadi langsung diharapkan mampu menjaring calon-calon pemimpin kepala
daerah yang berkualitas sesuai dengan keinginan rakyat dan pemimpin yang
mementingkan kepentingan rakyat serta dapat terlaksana dengan demokratis.
Tetapi hak pilih Aparatur Sipil Negara atau disingkat dengan ASN dalam hal
tersebut tidak dinyatakan secara terbuka, sehingga cenderung menjadi bentuk
“kampanye” yang sifatnya mengarahkan dukungan kepada salah satu pasangan
calon. Apalagi kadang kala ASN mudah terbawa arus politik atau dengan kata
lain dalam keadaan terpaksa dan mereka tidak netral karena takut di mutasi atau
di turunkan jabatan akhirnya mereka memihak kepada salah satu pasangan calon
ketika salah satu kandidat merupakan calon pertahana (incumbent).
4 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi
UndangUndang.
3
1). Aparatur Sipil Negara Harus Netral
Pemerintah telah menetapkan 7 (tujuh) prioritas kebijakan manajemen
kepegawaian secara nasional, yakni :5
1. Rekrutmen PNS;
2. Netralitas PNS;
3. Profesionalisme dalam pengembangan karier PNS;
4. Disiplin PNS;
5. Pengembangan Manajemen Informasi Sistem berbasis informasi
teknologi;
6. Peningkatan pelayanan PNS;
7. Remunerasi dan kesejahteraan PNS
Dengan melihat 7 (tujuh) prioritas kebijakan manajemen kepegawaian
tersebut, maka masalah netralitas PNS merupakan salah satu kebijakan yang perlu
mendapat perhatian semua pihak, mulai Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
dan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta PNS itu sendiri.Kasus ketidaknetralan PNS
dalam pemilukada kenapa masih saja terjadi karena PNS ini tidak mengetahui
peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian,khususnya yang berkaitan
dengan masalah netralitas PNS, ataukah ada pemaksaan, intimidasi dari pihak lain
Sebenarnya masalah netralitas PNS ini tidak hanya dalam pelaksanaan
pemilukada, akan tetapi juga dalam pemilihan umum calon anggota legislative
(DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota), anggota DPD, dan calon
Presiden/Wakil Presiden. Bahwa PNS harus netral dari pengaruh partai politik,
5 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 159 Tahun 2000 dalam pasal 4, 5, 6 dan
7.
4
sebenarnya dari aspek peraturan perundang-undangan sudah jelas di atur mulai
dari Undang-Undang sampai dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian
Negara. Sederetan peraturan perundang-undangan dimaksud adalah:6
a) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian;
b) Undang-Undang Nomor Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR,
DPRD, dan DPD;
c) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan
Calon Wakil Presiden;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang larangan PNS
menjadi Anggota Partai Politik;
e) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 Jo Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
f) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS;
g) Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 10 Tahun 2005
tentang PNS yang menjadi calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala
Daerah.Hasil dari wawancara dengan salah satu pegawai BKPSDMD
Kabupaten Muaro Jambi dalam bidang disiplin pegawai dan kode etik
ASN yakni , Junaidi mengatakan :7
6 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 7 Wawancara bersama junaidi selaku bidang disiplin pegawai dan kode etik BKPSDMD
kabuapten Muaro Jambi pada tanggal 9 september 2019
5
“ASN adalah pelayan publik yang tidak boleh terintervensi oleh arus politik
praktis yang bisa saja membuat mereka tidak lagi profesional dalam bekerja dan
pelayan tidak optimal yang lebih parah nya bisa saja kepentingan masyrakat
terdistorsi dan cebderung dia hanya memikirkan urusan pribadi nya”
Namun yang terjadi setelah penulis melakukan observasi dilapangan masih
saja ada ASN yang tidak netral dalam hal politik praktis dan jumlah nya tidak
sedikit tetapi, puluhan yang melanggar nya dan setelah penulis melihat dan
menganalisis faktor yang menghambat ASN tidak netral cukup manusiawi akan
tetapi apapun itu ASN adalah pelayan publik dan tidak boleh ikut kegiatan poltik
apapun. dan menurut penulis masuk akal ASN dijanjikan naik jabatan ,masih ada
hubungan saudara, iming-iming jabatan dan ditempatkan di dinas yang mereka
inginkan dikarenakan penguasa puncak di daerah merasa memiliki kewenangan
penuh untuk memilih, menetapkan dan mengganti pejabat struktural yang akan
membantu dalam pemerintahan karena hal itu tertera pada UU ASN Pasal 53 yang
menjelaskan tentang kewenangan pembinaan manajemen ASN oleh kepala daerah
dan faktor yang paling sering terlihat yakni mind set ASN yang takut jika tidak
memenuhi tekanan politik itu karir dia akan terhambat atau bahkan berhenti.8
Ketidaknetralan ASN juga sangat terlihat ketika ada calon kepala daerah
berasal dari keluarganya sehingga nilai-nilai seharusnya dimiliki terbuang dan
ditinggalkan.
8
Observasi dilapangan mengenai Aparatur Sipil Negara yang tidak Netral dalam
Pilkada/Pemilukada tahun 2017
6
Tidak mengherankan jika banyak proses politik dalam Pilkada dicederai
karena adanya keterlibatan ASN secara langsung dalam mendukung salah satu
paslon kepala daerah. Dengan hal ini, netralitas ASN pada saat penyelenggaraan
pilkada sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar pelaksanaan pemerintahan dapat
berjalan secara efektif dalam melayani masyarakat secara adil dan merata.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara menyatakan salah satu asas penyelenggaraan kebijakan dan
manajemen ASN adalah “netralitas”.9 Asas netralitas ini berarti bahwa setiap
pengawai ASN tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak
memihak kepada kepentingan siapapun.10
Selain itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Pasal 4 angka 14. “dimana setiap PNS dilarang
memberikan dukungan disertai foto kopi KTP atau Surat Keterangan Tanda
Penduduk”. Dan Pasal 4 angka 15 :
“dengan memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah dengan cara ; (a) Terlibat dalam kegiatan kampanye, (b)
Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan, (c) Membuat Keputusan dan
atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu paslon selama
masa kampanye, (d) Mengadakan kegiatan atau tindakan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu, sebelum,
selama dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan,
seruan, pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota,
keluarga dan masyarakat”.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
yang menyatakan bahwa, “Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan
9 Lihat Pasal 2 huruf f Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara. 10
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara menyatakan
salah satu asas penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN adalah “netralitas”.
7
intervensi semua golongan dan partai politik“. Dalam konteks Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada), prinsip netralitas ASN ini selalu menjadi perbincangan hangat
diberbagai kalangan.11
Wajar saja, kekhawatiran akan keberpihakan ASN kepada
salah satu pasangan calon, menjadi alasan utamanya. Pada dasarnya setiap warga
negara memiliki hak pilih, termasuk ASN. Hal ini dijamin secara tegas didalam
konstitusi kita. Tetapi hendaknya hak pilih ASN tersebut tidak dinyatakan secara
terbuka, sehingga cenderung menjadi bentuk “Kampanye” yang sifatnya
mengarahkan dukungan kepada salah satu pasangan calon. Dengan demikian,
independensi ASN tetap terjaga tanpa menghilangkan hak pilihnya.
Ketentuan tentang dilarangnya atau tidak diperbolehkan Pegawai ASN
untuk ikut serta secara langsung pada pelaksanaan Pilkada juga diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
Kode Etik PNS, pasal 11 huruf c, yang berbunyi: “Dalam hal etika terhadap
dirisendiri PNS wajib menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok
ataupun golongan, maka PNS dilarang melakukan perbuatan yang mengarah pada
keberpihakan salah satu calon atau perbuatan yang mengindikasikan terlibat
dalam politik praktis atau berafilasi dengan partai politik, misalnya:12
a. Pendekatan kepada Parpol terkait rencana pengusulan.
b. Memasang spanduk atau baliho yang mempromosikan dirinya atau orang
lain.
c. Mendeklarasikan dirinya sebagai Balon.
11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara 12 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps
dan Kode Etik PNS, pasal 11 huruf c,
8
d. Menghadiri deklarasi.
e. Mengunggah, menanggapi (like, komentar, share dsb) atau menyebarluaskan
gambar atau foto balon atau paslon melalui media online atau medsos.
f. Berfoto bersama balon atau paslon dengan simbol keberpihakan.
g. Sebagai pembicara atau narasumber pada kegiatan Parpol.
Dengan berbagai peraturan telah dibuat oleh pemerintah untuk membatasi
hubungan ASN dengan kegiatan politik praktis, namun setiap berlangsungnya
pelaksanaan Pilkada selalu diwarnai oleh maraknya pemberitaan tentang
pelanggaran netralitas oleh oknum ASN secara sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan ikut langsung dalam proses Pilkada. Persoalan netralitas ASN
tersebut seperti tidak pernah terselesaikan. 13 Di Kabupaten Muaro Jambi
misalnya, sejak memasuki dalam tahapan-tahapan Pilkada 2017, Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Muaro Jambi, telah menemukan puluhan oknum
ASN setempat yang diduga melanggar netralitas ASN.
Berdasarkan pada uraian dan permasalahan di atas, maka penulis tertarik
untuk menganalisis dan melakukan penelitian yang berjudul “Netralitas
Aparatur Sipil Negara Dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Di
Kabupaten Muaro jambi Tahun 2017 ( Studi kasus di Bawaslu Kabupaten
Muaro Jambi)”.
13
Agus Mulya Karsona, 2016, Menyoal Makna Netralitas Pegawai Aparatur Sipil
Negara dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, Jurnal
Media Hukum, Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Vol. 23 No.1, hlm. 87.
9
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana netralitas Aparatur Sipil Negara dalam pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah di Kabupaten Muaro Jambi?
2. Bagaimana pelaksanaan mekanisme penjatuhan hukuman kepada
Aparatur Sipil Jambi?
C. Batasan Masalah
Adapun fokus penelitian ini dan tahun penelitian pada tahun 2017 namun
tetap penulis akan batasi untuk menghindari adanya perluasan masalah yang
memnyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah
yang telah penulis buat sebelumnya maka peneliti memberikan batasan masalah
dengan penelitian akan difokuskan pada pengawasan ASN di Kabupaten Muaro
Jambi dengan melakukan penelitian di Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)/panitia
pengawas pemilu (Panwaslu) Kabupaten Muaro Jambi yang memiliki domain
lebih terhadap pengawasan dan penegakan netralitas ASN dalam
pemilu/pemilukada Tahun 2017, di samping itu penelitian dilakukan di
BKPSDMD sebagai pendukung karena lebih kepada pengawasan dan penegakan
pada disiplin Pegawai ASN.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami netralitas Aparatur Sipil Negara pada
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Muaro Jambi.
10
2. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan mekanisme penjatuhan
sanksi kepada Aparatur Sipil Negara yang tidak netral dalam Pemilihan
Kepala Daerah di Kabupaten Muaro Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan dari penelitian ini adalah:
1) Secara akademis dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya
dan kepadaa pembaca pada umumnya, dalam hal ini berkenaan
dengan netralitas Aparatur Sipil Negara dalam pelaksanaan pemilihan
kepala daerah Kabupaten Muaro Jambi.
2) Bagi penulis , penelitian ini dapat melengkapi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana srata satu (S1) pada jurusan ilmu
pemerintahan fakultas Syariah UIN STS Jambi dan tulisan ini bisa
menambah pembendaharaan referensi keperpustakaan di fakultas
Syariah dan bagi mahasiswa yang mengkaji permasalahan tentang
Netralitas Aparatur Sipil Negara.
3) Bagi instansi terkait, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait topik
penelitian penulis.
E. Kerangka Teori
Teori ialah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk
menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Lebih lanjut lagi teori merupakan
salah satu hal yang paling fundamental yang harus dipahami seorang peneliti
11
ketika melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat
menemukan dan merumuskan masalah sosial yang diamatinya secara sistematis
untuk melanjutkannya dikembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis penelitian.
Kerangka teoritis didefinisikan sebagai suatu model konseptual tentang
bagaimana teoritis dari suatu hubungan antara masing-masing faktor yang telah
didefinisikan sebagai penting untuk masalah. Adapun kerangka teori yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Netralitas Aparatur Sipil Negara
Netralitas berasal dari kata “netral” yang artinya tidak berpihak (tidak ikut
atau membantu salah satu pihak). Pengertian netralitas menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia versi online adalah. “keadaan dan sikap netral (tidak memihak
atau bebas)”. 14 Sehingga seseorang dapat dinyatakan netral apabila ia tidak
memihak kepada dua atau lebih orang atau memihak kepada organisasi atau
lembaga dalam penentuan sesuatu misalnya organisasi partai politik. Selain itu
kata netral juga dapat diartikan sebagai:
a. Sikap tidak memihak dan tidak berpihak terhadap salah satu kelompok atau
golongan.
b. Tidak diskriminatif.
c. Steril dari kepentingan kelompok.
d. Tidak terpengaruh dari kepentingan partai politik.
Netralitas atau neutrality (kenetralan) berasal dari kata netral yang berarti
murni. Murni dalam hal ini disamakan dengan tidak memihak. Sedangkan asas
14
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus versi online, https://kbbi.web.id/netral
12
netralitas adalah bahwa setiap pegawai aparatur sipil negara tidak berpihak dari
segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak kepada kepentingan
siapapun. 15 Netralitas dalam hal ini adalah tidak terlibatnya ASN pada
penyelenggaraan Pilkada. Netralitas Pegawai ASN adalah kebijakan politik yang
melarang ASN untuk terlibat politik praktis atau harus netral dalam politik karena
keberadaannya sebagai pelayan masyarakat.16Makna dari netralitas ini menurut
Marbun yaitu agar bebasnya ASN dari pengaruh kepentingan partai politik atau
tidak berperan dalam proses politik, namun masih tetap mempunyai hak politik
untuk memilih, dan berhak untuk dipilih dalam pemilihan umum. Maksud
netralitas yang lain adalah jika seorang Pegawai ASN aktif menjadi pengurus
partai politik atau anggota legislatif, maka ia harus mengundurkan diri. Dengan
demikian birokrasi pemerintahan akan stabil dan dapat berperan mendukung serta
merealisasikan kebijakan atau kehendak politik manapun yang sedang berkuasa
dalam pemerintahan.17 Makna netralitas tersebut di atas adalah bebasnya Pegawai
ASN dari pengaruh kepentingan partai politik tertentu atau tidak memihak untuk
kepentingan partai tertentu dan atau tidak berperan dalam proses politik karena
dikhawatirkan pegawai tersebut menyalahgunakan penggunaan fasilitas negara
untuk kepentingan partai seperti yang telah terjadi pada masa Orde Baru.18 Setiap
peraturan-peraturan memiliki pembatasan terhadap keberlakuannya untuk dapat
15
Penjelasan Pasal 2 huruf f Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara 16
Ibid., Lihat Pasal 9 ayat (2). 17
S.F. Marbun, 1998, Reformasi Hukum Tata Negara, Netralitas Pegawai Negeri Dalam
Kehidupan Politik Di Indonesia, Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, hlm.
74. 18
Sri Hartini, Penegakan Hukum Netralitas Pegawai Negeri Sipil (PNS), Jurnal
Dinamika Hukum. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Vol. 9 Nomor 3,
September 2009.
13
menegaskan aspek kepastian, keadilan, dan kegunaan hukum. Artinya tidak ada
satupun peraturan yang keberlakuannya sepanjang zaman dan memenuhi
kebutuhan realitas sosial yang terus berubah, sehingga setiap perubahan pada
hakikatnya merupakan konsekuensi logis bagi setiap keinginan untuk memenuhi
tuntutan zaman. 19 Dalam hubungan hukum antara negara dengan pegawai
pemerintah, telah ditegaskan ketentuan tentang pembatasan perilaku pegawai
yang bekerja dalam instansi negeri. Hubungan ini disebut dengan hubungan dinas
publik. Inti dari hubungan dinas publik adalah kewajiban bagi pegawai yang
bersangkutan untuk tunduk pada pengangkatan dalam beberapa macam jabatan
tertentu yang mengakibatkan pegawai yang bersangkutan tidak menolak
(menerima tanpa syarat) pengangkatannya dalam satu jabatan yang telah
ditentukan oleh pemerintah.20 Dalam penerapannya, hubungan dinas publik ini
berkaitan dengan segi pengangkatan birokrasi pemerintah yang dikenal dengan
teori Contract Sui Generis. Teori yang dikemukakan oleh Buysini menyatakan
bahwa Contract Sui Generis mensyaratkan birokrat pemerintah harus setia dan
taat selama berstatus sebagai pegawai negeri, meskipun dia setiap saat dapat
mengundurkan diri. Dari pendapat Buysini, dapat disimpulkan bahwa selama
menjadi pegawai negeri, mereka tidak dapat melaksanakan hak-hak asasinya
secara penuh.21
19
Ellydar Chaidir, 2008, Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Pasca
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945, Yogyakarta, Total Media, hlm. 294. 20
S.F. Marbun dan Mahfud M. D, 1987, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara,
Yogyakarta, Liberty, hlm. 98-99. 21
Ibid.,
14
Apabila pegawai negeri akan melaksanakan hak-hak asasinya secara
penuh, maka pemerintah dapat menyatakan yang bersangkutan bukanlah orang
yang diperlukan bantuannya oleh pemerintah. Berkaitan dengan hal ini, Philipus
M. Hadjon menyatakan bahwa kajian hukum administrasi lebih memandang
hubungan hukum kepegawaian tersebut sebagai hubungan Openbare
Dienstbetrekking (hubungan dinas publik) terhadap Negara (pemerintah) dengan
hubungan dinas publik yang melekat pada hubungan kepegawaian itu lebih
merupakan hubungan sub-ordinatie antara bawahan dan atasan.22
1. Pengertian Aparatur Sipil Negara
Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 istilah Pegawai
Negeri Sipil diganti dengan Pegawai Aparatur Sipil Negara atau disingkat ASN.
Pegawai Aparatur Sipil Negara adalah pegawai negeri sipil dan pegawai tidak
tetap pemerintah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang secara kompetitif
berdasarkan asas merit, dan diserahi tugas untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan dan tugas pembangunan negara, professional, memiliki nilai-nilai
dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN) serta digaji berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.23 Pengertian Pegawai Negeri Sipil, didalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, “Pegawai” berarti orang yang bekerja pada pemerintah
(perusahaan dan sebagainya), sedangkan “Negeri” berarti negara atau pemerintah,
jadi Pegawai Negeri Sipil adalah orang yang bekerja pada Pemerintah atau
Negara.24
22
Philipus M.Hadjon, dkk, 2005, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press, hlm. 214. 23
Faisal Abdullah, 2012, Hukum Kepegawaian Indonesia, Rangkang Education
Yogyakarta & PuKAP-Indonesia, hlm. 3. 24
W,J,S Poerwadarminta, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
hlm 701.
15
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) istilah “pegawai negeri sipil” diganti
dengan istilah “Pegawai Aparatur Sipil Negara”. Pengertian pegawai negeri sipil
atau ASN dalam UU No. 5 Tahun 2014 Tentang ASN menyebutkan :25
“Pegawai
Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan”.
Selanjutnya Kranenburg memberikan pengertian dari Pegawai Negeri Sipil
yaitu : “pejabat yang ditunjuk atau dalam artian pejabat yang mewakili atas
dasar pemilihan seperti anggota legislatif, Hakim Agung, pimpinan Komisi,
Presiden dan sebagainya bukanlah pegawai negeri sipil”.
Logemann dengan menggunakan kriteria yang bersifat material menitik
beratkan pada hubungan antara negara dengan Pegawai Negeri dengan
memberikan pengertian Pegawai Negeri Sipil sebagai tiap pejabat yang
mempunyai hubungan dinas dengan negara.26
Selain pendapat dari Kranenburg
dan Logemann, pengertian Pegawai Negeri juga di kemukakan oleh H.
Nainggolan yang menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil adalah pelaksana
peraturan perundang-undangan, oleh sebab itu wajib berusaha agar setiap
peraturan perundang-undangan ditaati oleh masyarakat, berhubung dengan itu
Pegawai Negeri Sipil berkewajiban untuk memberikan contoh yang baik dalam
menaati dan melaksanakan segala peraturan perundangundangan yang berlaku.27
Berdasarkan pengertian Pegawai Negeri di dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang Pokokpokok Kepegawaian, dapat dilihat adanya
25
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
26
Faisal Abdullah.
27
Muhammad Alwan Alwi, 2013, “Netralitas Pegawai Negeri Sipil Dalam Pemilihan
Umum Kepala Daerah Kabupaten Takalar” Skripsi, Sarjana Hukum, Fakultas Universitas
Hasanuddin, Makassar, hlm. 37.
16
unsur-unsur yang harus dipenuhi dari seseorang untuk dapat diangkat sebagai
pegawai negeri. Berikut adalah unsur-unsur yang harus dipenuhi agara dapat
diangkat sebagai sebagai negeri, yaitu sebagai berikut :28
a) Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundangundangan;
b) Diangkat oleh pejabat yang berwenang;
c) Diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas lainnya;
d) Di gaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
1. Hak dan Kewajiban Aparatur Sipil Negara
Menurut UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang ASN pasal 21 menyebutkan
bahwa PNS berhak memperoleh:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil, diatur dengan jelas bahwa kewajiban yang harus ditaati dan
larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap pegawai negeri sipil.29
Adapun kewajiban PNS yaitu :30
a. Mengucapkan sumpah/janji PNS;
28
Faisal Abdullah. hlm.4. 29
Fasial Abdullah, hlm. 103. 30
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri.
17
b. Mengucapkan sumpah/janji jabatan;
c. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Pemerintah;
d. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung.
2. Larangan bagi Aparatur Sipil Negara
Untuk memahami terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan
tugas dalam usaha mencapai tujuan Nasional diperlukan adanya pegawai negeri
sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh
kesetian dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Negara dan Pemerintah serta yang bersatu padu, bermental
baik, berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bersih dari korupsi, kolusi dan
nepotisme, bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya untuk
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.31
Adapun larangan yang tidak boleh dilanggar oleh seorang pegawai negeri
sipil32
sebagai berikut :33
a. Menyalahgunakan wewenang;
b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain
dengan menggunakan kewenangan
31
Ibid., hlm. 102. 32
Faisal Abdullah,hlm. 105. 33
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.
18
orang lain;Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara
lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
c. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing;
d. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau
surat berharga milik negara secara tidak sah;
e. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan negara;
f. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik
secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat
dalam jabatan;
g. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
1) Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah;
2) Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye;
3) Membuat keputusan atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
19
4) Mengadakan kegiatan mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan
calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian
barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga,
dan masyarakat.
3. Sanksi
Pengawai negeri sipil yang melanggar aturan sesui dengan peraturan
perundang-undangan akan dijatuhi hukuman seperti sebagai berikut :34
a. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
1) Hukuman disiplin ringan;
2) Hukuman disiplin sedang; dan
3) Hukuman disiplin berat.
b. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terdiri dari
1) Teguran lisan;
2) Teguran tertulis; dan
3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
c. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri dari:
1) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
2) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
3) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
34
Pasal 4-7 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
20
d. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c terdiri dari:
1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
3) Pembebasan dari jabatan;
4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS; dan
5) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
F. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan peneliti akhirnya
menemukan beberapa karya tulis hasil penelitian yang memiliki bahasan yang
hampir sama dengan karya tulis yang akan di teliti. Penelitian-penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Sunirto Sudirman salah satu mahasiswa
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Hukum di Universitas
Hasanuddin Makasar dengan judul “Netralitas Aparatur Sipil Negara dalam
pemilihan kepala daerah kota pare-pare“ Skripsi ini berfokus pada netralitas ASN
dalam pilkada dan berapa banyak ASN yang tidak netral pada saat itu.35
35 Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Sunirto Sudirman salah satu mahasiswa
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Hukum di Universitas Hasanuddin
Makasar dengan judul “Netralitas Aparatur Sipil Negara dalam pemilihan kepala daerah
kota pare-pare“
21
Kedua, peneliti juga menemukan jurnal yang juga membahas tentang
Netraltas Aparatur Sipil Negara dalam Pilkada dan kepegawaian di indonesia,
jurnal ini di tulis oleh sri hartini dan tedi sudrajat mereka memaparkan bagaimana
peran dan sikap ASN dalam pilkada yang di tuntut harus netral.36
Ketiga, penulis juga menemukan skripsi yang ditulis oleh Widuri
Wulandari salah satu mahasiswi jurusan Ilmu pemerintahan Fakultas Ilmu sosial
dan politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “ Netralitas
Aparatur Sipil Negara Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Serentak
Kabupaten Bantul Tahun 2015 “Skripsi ini berfokus pada netralitas ASN dalam
pilkada dan berapa banyak ASN yang tidak netral pada saat itu.37
Keempat, penulis menemukan Karya Tulis skripsi yang ditulis oleh
Muhammad Halwan Yamin Mahasiswa Universitas Hasanuddin yang di
selesaikan pada tahun 2013 yang berjudul “ Netralitas Pegawai Sipil Negara
Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Takalar”. Adapun Metode
Penelitian adalah Lapangan (Kualitatif) , dari temuan penelitian ini yaitu
Ketidaknetralan Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Takalar masih marak terjadi,
hal ini disebabkan oleh masih lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Panitia
Pengawas Pemilu Kabupaten Takalar terhadap keterlibatan PNS.
36Kedua, peneliti juga menemukan jurnal yang juga membahas tentang Netraltas
Aparatur Sipil Negara dalam Pilkada dan kepegawaian di indonesia, jurnal ini di tulis
oleh sri hartini dan tedi sudrajat mereka memaparkan bagaimana peran dan sikap ASN
dalam pilkada yang di tuntut harus netral. 37Ketiga, penulis juga menemukan skripsi yang ditulis oleh Widuri Wulandari
salah satu mahasiswi jurusan Ilmu pemerintahan Fakultas Ilmu sosial dan politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “ Netralitas Aparatur Sipil Negara
Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Serentak Kabupaten Bantul Tahun 2015 “
22
Berbeda halnya dengan skripsi di atas bahwa penelitian yang akan
dilakukan penulis pada Netralitas Aparatur Sipil Negara dalam Pelaksanaan
Pilkada Kabupaten Muaro Jambi di pemerintahan Kabupaten Muaro Jambi yang
melihat dan membandingkan beberapa pandangan dari lembaga-lembaga Negara
dan Aparatur Sipil Negara itu sendiri.38
Sedangkan pada penelitian ini penulis
lebih melihat sampai mana Aparatur Sipil Negara dikatakan Netral dan tidak ikut
dalam politik praktis dan menggalinya dengan beberapa lembaga dan badan
seperti Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi, Panwaslu Kabupaten Muaro Jambi, dan
BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi.
38Keempat, penulis menemukan Karya Tulis skripsi yang ditulis oleh Muhammad
Halwan Yamin Mahasiswa Universitas Hasanuddin yang di selesaikan pada tahun 2013
yang berjudul “ Netralitas Pegawai Sipil Negara Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
Di Kabupaten Takalar”.
23
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah suatu proses penelitian atau pemahaman yang
mendasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. 39 Selain itu juga penelitian merupakan suatu upaya untuk
menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan suatu kebenaran.
B. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
sosiologi empiris dengan teknik analisis deskriftif. Metode historis merupakan
sebuah metode yang mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data berupa
peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau..
Sementara metode empiris adalah sosiologi terhadap sebagai ilmu
pengetahuan didasarkan pada observasi terhadap kenyataan sehingga hasilnta
tidak spekulatif dengan pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak, atau sebagaimana adanya.40
39 Iskandar, Metode Penelitian Kualitatif, cet.pertama, (Jakarta : Gaung Persada, 2009),
hlm 11. 40 Amaruddin, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Parama Ilmu, 2016), hlm 98
24
C. Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data primer
dan data skunder :
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas. 41 Sumber data
yang diperolah dari lapangan dengan hasil wawancara langsung kepada:
a. Ketua atau anggota Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) Daerah di
kabupaten Muaro Jambi.
b. Ketua atau anggota Badan Kepegawaian Daerah Muaro Jambi serta
c. ASN yang ada di pemerintah kabupaten Muaro Jambi.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan lebih
lanjut mengenai bahan hukum primer Data skunder mencakup dokumen-
dokumen, buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, dan seterusnya 42 yang
memiliki relevansi dengan objek kajian.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.
Sumber data dapat diperoleh tindakan, pengamatan, ataupun data-data yang
41
Amiruddin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 30. 42
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
hlm.12.
25
didapat pada saat penelitian berlangsung. Sumber data penelitian ini diperoleh
dari:
a. Al-Qur‟an dan Hadist
b. Ketua BKPSDMD.
c. Ketua Bawaslu
d. ASN yang ada dilingkungan pemkab. Muaro jambi.
e. Artikel, buku, jurnal, dokumen dan sumber data yang berkaitan dengan
penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut soerjono soekanto Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data fakta penelitian.43
1. Pengamatan/Observasi
Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data
utama dalam Netralitas Aparatur Sipil Negara Dalam Pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah Di Kabupaten Muaro Jambi.
2. Interview/Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tnya jawab, sehingga dapat dikontribusikan maka dalam suatu topic
tertentu peneliti lansung turun ke lapangan , dengan cara menanyakan terhadap
43 Soerjono Soekanto, Pedoman Penulisan Skripsi ,(Edisi Revisi) jakarta Hlm 13
26
informan mengenai Netralitas ASN dan menjawab persoalan penelitian di atas,
informan adalah sebagai berikut :44
Tabel 2.1
Daftar Informan
NO INFORMAN JABATAN DAN LEMBAGA
1 HAMDI,S.Pd.I Ketua Bawaslu
2 YASRIL Anggota Div.penindakan pelanggaran
3 JUNAIDI Bidang disiplin pegawai (BKPSDMD)
3. Dokumentasi
Pengumpulan data melaui dokumentasi ini diperlukan alat instrument yang
memandu untuk mengambil data-data dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis
tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada masa lalu.45 Metode dokumentasi
merupakan sumber yang bermanfaat karena telah tersedia sehingga relative
mudah memperoleh , dan merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cerita
dari situasi dan kondisi yang sebenarnya dan dapat dianalisis secara berulang-
ulang tanpa melalui perubahan.
Untuk mencari data dari dokumen resmi dengan berpegangan pada
pedoman dokumen,foto maupun surat keterangan yang hanya memuat garis besar
atau kategori informasi yang akan dicari datanya seperti laporan hasil penelitian.
44 Daftar informan dai hasil wawancara dan observasi dilapangan 45 W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia,2007), hlm 123.
27
E. Analisis Data
Semua data yang dikumpulkan agar menjadi sebuah karya ilmiah (skripsi)
yang terpadu dan sistematis diolah dan dianalisis secara kualitatif untuk
menghasilkan data yang bersifat deskriptif (menjelaskan, menguraikan dan
menggambarkan permasalahan yang memiliki relevansi dengan penelitian
ini).
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, untuk mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai isi skripsi ini, maka penulis susun sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan : Merupakan bab pendahuluan, yang berisiskan tetang latar
belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Metode penelitian : Dalam bab ini dibahas tentang pengertian, tempat
dan waktu penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, ruang lingkup
penelitian, teknik pengumpulan data.
BAB III : Gambaran umum lokasi penelitian yang penulis lakukan yaitu :
netralitas aparatur sipil Negara dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah di
kabupaten muaro jambi.
BAB IV : Pembahasan : Dalam sub bab ini berisi mengenai prioritas, netralitas
aparatur sipil Negara dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah di kabupaten
muaro jambi.
28
BAB V : Penutup : Dalam sub bab ini berisi tentang kesimpulan, dan hasil
penelitian. Serta saran-saran terkait tentang “ NETRALITAS APARATUR
SIPIL NEGARA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH
DIKABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2017.”
G. Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan,
maka penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal
penelitian sebagai berikut:
Tabel 2.2
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2019
Juli Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajua
n Judul x
2
Pembuata
n
Proposal
x
3
Perbaikan
proposal
dan
Seminar
x
4 Surat Izin
Riset x
5 Pengump
ulan Data x
6 Pengolah
an Data x
29
7 Pembuata
n Laporan x
8
Bimbinga
n dan
Perbaikan
x x
9
Agenda
dan Ujian
Skripsi
x x
10
Perbaikan
dan
Penjilidan
x x x
30
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Muaro Jambi
Kabupaten Muaro Jambi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54
tahun 1999 sebagai pemekaran dari Kabupaten Batang hari dan secara defacto
kegiyatan pemerintahan efektif berjalan terhitung tanggal 12 Oktober 1999
bersamaan dengan pelantikan pejabat Bupati sementara menjelang ditetapkanya
pejabat bupati defenitif, dengan pusat pemerintahan berada di „Sengeti‟
kecamatan sakernan berjarak 38 KM dari Kota Jambi.
Wilayah Mabupaten Muaro Jambi meliputi wlayah administrasi pembantu
Bupati BatangHari Wilayah Timur, yang meliputi 6 kecamatan, dan sampai
sekarang berkembang menjadi 11 kecamatan 150 desa, 5 Keluraha dengan Jumlah
Penduduk kabupaten Muaro Jambi Mencapai 377.278 jiwa pada tahun 2013,
anggka ini terus meninggkat dan pada tahun 2014 men-jadi 388.323 jiwa. Akan
tetapi ,tinggkat pertumbuhan penduduk megalami sedikit penurunan. Selama
periode 2013-2014 tinggkat pertumbuhan penduduk mencapai 2,93 persen.dengan
luas wilayah sekitar 5,246 km2 setiap satu km2 ditempati penduduk sekitar 74
orang pada tahun 2014.46
46 Observasi Profil Kabupaten Muaro Jambi. Pada tanggal 24 Agustus 2019.
31
B. Lembaga Internal Pengawas Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat (1)
disebutkan bahwa Badan Kepegawaian Daerah yang di selanjutnya d singkat
BKD dan sekarang menjadi BKPSDMD ( Badan Kepegawaian Pemberdayaan
Dan Sumber Daya Manusia Daerah) adalah perangkat daerah yangmelaksanakan
manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam membantu tugas pokok pejabat
pembina Kepegawaian Daerah.
Badan Kepegawaian Pemberdayaan dan Sumber Daya Manusia Daearah di
bawah dan tanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
BKPSDMD mempunyai tugas pokok membantu pejabat pembina kepegawaian
daerah dalam melaksanakan manajemen pegawai negeri sipil selanjutnya dalam
pasal 4 keputusan presiden tersebut, disebutkan bahwa dalam melaksanakan
tugas pokoknya, BKPSDMD menyelenggarakan fungsi sebagai berikut47
:
a. Penyiapan penyususnan peraturan perundang daerah di bidang kepegawaian
sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan Pemerintah.
b. Perencanaan dan pengembangan kepegawaian daerah;
c. Penyiapan kebijakan teknis pengembangan kepegawaian daerah;
d. Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan,
dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma,
standar, dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
e. Pelayanan administrasi kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional sesuai
47
Keputusan Presiden Nomor 159 tahun 2000 dalam pasal 4, 5, 6 dan 7.
32
dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.
f. Penyiapan dan penetapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan
norma, standar dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan.48 Penyiapan penetapan gaji, tunjangan dan kesejahteraan Pegawai
Negru Sipi daerah sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang telah
ditetapkam dengan peraturan perundang-undangan.
g. Penyelenggaraan administrasi Pegawai Negeri Sipil Daerah;
h. Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah; dan
i. Penyampian informasi kepegawaian daerah kepada Badan Kepegawaian
Negara.
C. Lembaga Pengawas Eksternal Netralitas Aparatur Sipil Negara
Badan pengawas pemilu/panwaslu adalah lembaga penyelenggara Pemilu
yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bawaslu diatur dalam bab IV Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Jumlah anggota
Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang. Keanggotaan Bawaslu terdiri atas kalangan
professional yang mempunyai kemampuan dalam melakukan pengawasan dan
tidak menjadi anggota partai politik. Dalam melaksanakan tugasnya anggota
Bawaslu didukung oleh Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum.49
Dalam sejarah pelaksanaan pemilu di Indonesia, istilah pengawasan
pemilu sebenarnya baru muncul pada era 1980-an. Pada pelaksanaan Pemilu yang
48 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 159 Tahun 2000 dalam pasal 4,5,6 dan. 49
https.//id.wikipedia.org/wiki/Badan_pengawas_pemilihan_umum di akses pada 24
Agustus 2019. Pukul 01.24 WIB.
33
pertama kali dilaksanakan di Indonesia pada 1955 belum dikenal istilah
pengawasan Pemilu. Pada era tersebut terbangun trust di seluruh peserta dan
warga negara tentang penyelenggaraan Pemilu yang dimaksudkan untuk
membentuk lembaga parlemen yang saat itu disebut sebagai Konstituante.
Selanjutnya kelembagaan pengawas Pemilu dikuatkan melalui Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu dengan
dibentuknya sebuah lembaga tetap yang dinamakan Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu). Adapun aparatur Bawaslu dalam pelaksanaan pengawasan berada
sampai dengan tingkat kelurahan/desa dengan urutan Panitia Pengawas Pemilu
Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilu
Kecamatan, dan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) di tingkat kelurahan/desa.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007,Namun
selanjutnya berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap judicial
review yang dilakukan oleh Bawaslu terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2007, rekrutmen pengawas Pemilu sepenuhnya menjadi kewenangan dari
Bawaslu. Kewenangan utama dari Pengawas Pemilu menurut Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2007 adalah untuk mengawasi pelaksanaan tahapan pemilu,
menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi,
pelanggaran pidana pemilu, serta kode etik.
Dinamika kelembagaan pengawas Pemilu ternyata masih berjalan dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu.
Bawaslu berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 juga memiliki
34
kewenangan untuk menangani sengketa Pemilu berikut tugas ,wewenang dan
kewajiban dari bawaslu:
1. Tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2011 adalah:
Bawaslu menyusun standar tata laksana kerja pengawasan tahapan
penyelenggaraan Pemilu sebagai pedoman kerja bagi pengawas Pemilu di setiap
tingkatan.50
a. Bawaslu bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu dalam rangka
pencegahan dan penindakan pelanggaran untuk terwujudnya Pemilu
yang demokratis yang meliputi:
Mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri atas:
a) Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu;
b) Perencanaan pengadaan logistik oleh KPU;
c) Pelaksanaan penetapan daerah pemilihan dan jumlah kursi padasetiap daerah;
d) pemilihan untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi;
e) dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota oleh KPU
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f) Sosialisasi penyelenggaraan Pemilu; dan
Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri atas:
1. Pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih sementara serta
daftar pemilih tetap;
50 Tugas, wewenang, kewajiban, Bawaslu Berdasarkan UU Nomor 15 tahun 2011.
35
a) Penetapan peserta Pemilu;
b) Proses pencalonan sampai dengan penetapan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.51
1. pasangan calon presiden dan wakil presiden, dan calon gubernur, bupati,
dan
2. wali kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Pelaksanaan kampanye;
4. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
5. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu di
TPS;
6. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat
hasil;
7. penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;
8. Pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke
KPU Kabupaten/Kota;
9. Proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPS, PPK,
KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU;
10. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu lanjutan,
dan Pemilu susulan;
11. Pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan Pemilu;
12. Pelaksanaan putusan DKPP; dan
13. Proses penetapan hasil Pemilu.
51 Tugas, wewenang, kewajiban, Bawaslu Berdasarkan UU Nomor 15 tahun 2011.
36
Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan
penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh Bawaslu dan
ANRI;
a. Memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan pelanggaran pidana
Pemilu oleh instansi yang berwenang; e. mengawasi atas pelaksanaan putusan
pelanggaran Pemilu;
b. Evaluasi pengawasan Pemilu;
c. Menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pemilu; dan
d. Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.52
b. Dalam melaksanakan tugas, Bawaslu berwenang:
1) Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu;
2) Menerima laporan adanya dugaan pelanggaran administrasi Pemilu dan
mengkaji laporan dan temuan, serta merekomendasikannya kepada yang
berwenang;
3) Menyelesaikan sengketa Pemilu;
4) Membentuk Bawaslu Provinsi;
5) Mengangkat dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi; dan
6) Melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
52
Tugas, wewenang, kewajiban, Bawaslu Berdasarkan UU Nomor 15 tahun 2011.
37
c. Bawaslu berkewajiban:
1. Bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya;
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
Pengawas Pemilu pada semua tingkatan;
3. Menerima dan menindak lanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan
adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan
mengenai Pemilu;
4. Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, dan KPU sesuai dengan tahapan Pemilu secara
periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan. Dan berikut adalah struktur
yang ada di Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi:53
53
Data Observasi Kantor Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi. Pada Tanggal 22 September
2019.
38
Gambar 3.1
Struktur Bawaslu
STRUKTUR ORGANISASI BAWASLU KABUPATEN MUARO JAMBI54
Periode Tahun 2017 s/d 2018
54
Dokumentasi Struktur Organisasi Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi Periode 2018-
2023.
Hamdi,S.Pd.I
Kordiv
hukum,penanganan dan
pengggaran
YASRIL,MA.Pol
Kordiv pencegahan dan
hubungan antar lembaga
AGUS SULAIMAN,S.Pd.I
Kordiv SDM,organisasi
Divisi penegakan
dan koordinasi antar
lembaga
1.febriardi,SH
2.Dediwahyudi,SE
3.Pipit wahyuni,S.Pd
Divisi
SDM,Organisasi,
Data, dan
Informasi
1.Ahmad sodikin,S,Pd
2.RICKY ARESTA
KEPALA SEKRETARIAT
A.REZI. SE
Keuangan
1.A,Muhardi,S.Pd
2.Nurainah, SE
Staf Pendukung
1.M.Suhadah, S.Pd
2.Erniati,S.Pd.I
3.Adlin Yulianto
Divisi penindakan
pelanggaran dan
sengketa
1.Ramadhani,SH
2.Siti Azimaturahmi,M.Pd
3.Gustina Aryani,M.SH
BENI
WAHYUDI. SE
Bendahara
Staf
pendukung
1.M.Suhadah,
S.Pd
2.Erniati,
S.Pd.I
3.Adlin
Yulianto
39
BAB IV
PEMBAHASAN & HASIL PENELITIAN
D. Jumlah Aparatur Sipil Negara Kabupaten Muaro Jambi
Aparatur Sipil Negara (ASN) Kabupaten Muaro Jambi Menurut Badan
Kepegawaian dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Daerah (BKPSDMD)
Kabupaten Muaro Jambi Berjumlah 5671 ( lima ribu enam ratus tujuh puluh satu)
Pegawai ASN adapun Penggolongan ASN tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.1
Penggolongan Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Jenis Kelamin55
NO. Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-Laki 2.439
2. Perempuan 3.232
JUMLAH ASN 5.671
Berdasarkan Data SIMPEG BKPSDMD Kab, Muaro Jambi
Tabel 3.2
Penggolongan Berdasarkan Pangkat dan Golongan56
NO. GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN II GOLONGAN
IV
a 1 135 836 1256
b 11 230 944 81
55 Observasi Data Kantor Dinas BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi. Pada Tanggal 24
Agustus 2019. 56 Observasi Data Kantor Dinas BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi. Pada Tanggal 25
Agustus 2019.
40
c 9 539 685 22
d 13 231 676 2
Berdasarkan data SIMPEG BKPSDMD Kab, Muaro Jambi
Tabel 3.3
Penggolongan Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Pendidikan57
SD SMP SMA D.1 D.2 D.3 S.1 S.2 DOKTOR
`23 33 924 85 362 727 3353 163 1
Berdasarkan data SIMPEG BKPSDMD Kab, Muaro Jambi
Tabel 3.4
Penggolongan Aparatur Sipil Negara Berdasarkan Esselon58
Golongan Esselon II Esselon III Esselon IV
B 32 97 75
A 0 56 406
Berdasarkan data SIMPEG BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi
E. Netralitas Aparatur Sipil Negara Dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
Di Kabupaten Muaro Jambi
Netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang ASN pasal 2 huruf f,
menyebutkan “Asas penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN adalah
Netralitas” Asas netralitas ini berarti bahwa setiap pengawai ASN tidak berpihak
dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak kepada kepentingan
58
Observasi Data Kantor Dinas BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi. Pada Tanggal 24
Agustus 2019.
41
siapapun. Dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah serentak Tahun 2018,
diharapkan setiap Pegawai ASN dapat bersikap netral. Hal tersebut dikarenakan
netralitas ASN merupakan pilar penting dalam kelangsungan terselenggaranya
tata pemerintahan yang baik (good governance). Oleh karena itu, pegawai ASN
sebagai unsur aparatur negara yang dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata.59
Peran Pegawai ASN sebagaimana yang dimaksud untuk menwujudkan
ASN yang bersih dalam upaya menciptapkan good governance. Makna good
dalam good governance mengandung 2 (dua) pengertian. Pertama, nilai yang
menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan nasional, kemandirian,
pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dan
pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai
tujuan tersebut. Sedangkan untuk makna Governance, World bank mendefinisikan
sebagai penyelenggaraaan manajemen pembangunan yang bertanggung jawab,
sejalan dengan demokrasi serta pasar yang efisien dan penghindaran salah alokasi
dana investasi langkah pencegahan korupsi, baik secara politik maupun
administratif serta menjalankan disiplin dengan anggaran serta penciptaan llegal
dan political framework.60
Namun selama ini ASN tidak bisa bersikap netral, karena mudah terbawa
arus politik dan perlu melakukan lobi untuk mendapatkan promosi jabatan.
Perbuatan oknum ASN dalam mendukung pasangan calon Kepala Daerah dan
59 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang ASN pasal 2 huruf f 60
Nuryadi dan Tolib, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/ Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan-. Edisi Revisi Jakarta: tahun 2017
42
Wakil Kepala Daerah menjadi berita sering sekali muncul dalam pemberitaan
seputar Pilkada.61
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa ASN sering terlibat dalam ranah
perpolitikan. Hal itulah terjadi di kabupaten muaro jambi, yang menjadi salah satu
daerah yang merayakan pesta demokrasi pada pilkada Tahun 2017, Yaitu dalam
pemilihan bupati dan wakil bupati. Penyelenggara pemilukada di kabupaten
muaro jambi yang melibatkan empat pasangan calon, dimana pasangan calon
nomor urut 1 (satu) yakni Abun Yani, SH dan Suhariyanto, SH dan pasangan
nomor 2 (dua) yakni Agustian Mahir, SH dan Suswiyanto dan pasangan nomor
urut 3 (tiga) yakni Masnah Busro dan Bambang bayu suseno dan pasangan nomor
urut 4 (empat) yakni H. Ivan Wirata ST.,MM.,MT dan H. Dodi Sularso, SH.
Berikut wawancara dengan yasril selaku ketua Bawaslu divisi penegakan
hukum dan pelanggaran, dia mengatakan:
“suatu hal yang harus dipahami seorang ASN mereka harus mampu
menempatkan diri sebagai abdi Negara dalam pelayan publik yang
profesional dan berkualitas, bukan melayani kepentingan pribadi,
kelompok atau calon tertentu. ASN yang bekerja di birokrasi seharusnya
lebih ditempatkan sebagai penjaga aturan pemain yang disepakati lewat
proses demokrasi. Oleh karena itu, birokrasi seharusnya bersifat netral,
bersih, dan profesional.”.62
Berdasarkan wawancara diatas dapat dicermati bahwa pelanggaran-
pelanggaran terhadap netralitas ASN dalam tahapan Pilkada di Indonesia sudah
lama terjadi, apalagi dalam Pilkada serentak, pemberitaan tentang perlibatan ASN
misalnya dalam proses sebelum dan sesudah masa kampanye. Di sisi lain, mereka
61
Observasi Peneliti tentang ketidaknetralan ASN dalam Pilkada Kabupaten Muaro
Jambi. 62
Wawancara dengan Yasril, selaku Ketua Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi. Pada
Tanggal 22 September 2019.
43
paham bahwa ada peraturan tegas yang mengharuskan ASN netral dan tidak boleh
berpihak pada salah satu pasangan calon Pilkada. Karena apabila mereka (ASN)
melanggar peraturan-peraturan tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan jenis
pelanggaran yang mereka (ASN) lakukan.
Dimana dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang
Pembinaan Korps dan Kode Etik PNS pasal 11 huruf c, yang berbunyi:63
Dalam
hal etika terhadap diri sendiri PNS wajib menghindari konflik kepentingan
pribadi, kelompok ataupun golongan, maka PNS dilarang melakukan perbuatan
yang mengarah pada keberpihakan salah satu calon atau perbuatan yang
mengindikasikan terlibat dalam politik praktis atau berafilasi dengan partai
politik, misalnya:64
a) Pendekatan kepada Parpol terkait rencana pengusulan.
b) Memasang spanduk atau baliho yang mempromosikan dirinya atau orang lain
c) Mendeklarasikan dirinya sebagai Balon‟
d) Menghadiri deklarasi.
e) Mengunggah, menanggapi (like, komentar, share dsb) atau menyebarluaskan
gambar atau foto balon atau paslon melalui media online atau medsos.
Berfoto bersama calon balon atau calon paslon dengan simbol
keberpihakan dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2004 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil:65
63
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Korps dan Kode Etik
PNS pasal 11 huruf c 64 Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Korps dan Kode Etik PNS
pasal 11 huruf c, 65 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2004 pasal 4 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil
44
6) Pasal 4 angka 14 dimana setiap PNS dilarang memberikan dukungan disertai
foto kopi KTP atau Surat Keterangan Tanda Penduduk.
7) Pasal 4 angka 15 dengan memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah dengan cara :
a. Terlibat dalam kegiatan kampanye
b. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan
c. Membuat Keputusan dan tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu paslon selama masa kampanye.
d. Mengadakan kegiatan atau tindakan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu, sebelum, selama dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota,
keluarga dan masyarakat.
Selain banyaknya peraturan-peraturan yang mengharuskan ASN netral
pada tahapan-tahapan pelaksanaan Pilkada sebelum, selama dan sesudah
kampanye. Adapun juga bentuk pencegahan pelanggaran terkait Netralitas ASN
yang dilakukan oleh bawaslu Muaro Jambi dan Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BKPSDMD) Muaro Jambi sampai
tahapan memasuki masa kampanye pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di
Kabupaten Muaro Jambi adalah sebagai berikut : Menyebarkan atas instruksi
Bupati kabupaten muaro jambi Nomor : 800-918-BKPSDMD, pada tanggal 4
45
Desember 2016 tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil Lingkup Pemerintah
Kabupaten Muaro Jambi :66
1) Mengadakan pertemuan dengan unsur pemerintah yang terkait dengan
pemerintahan dan kepegawaian membahas persiapan langkah pemantauan
dan evaluasi terhadap pelanggaran pelanggaran netralitas ASN Lingkup
Pemerintah kabupaten Muaro Jambi tanggal 23 Januari 2017 bertempat di
Ruang Rapat Sekretaris Daerah Kabupaten Muaro Jambi.
2) Mengadakan pertemuan dengan unsur kepegawaian dan pengawasan dalam
rangka penyatuhan persepsi tentang pengawasan netralitas ASN tanggal 9
Februari 2017 bertempat di Ruang Rapat Sekretaris Daerah.
3) Mengagendakan pertemuan rutin dan duduk bersama Bupati Muaro Jambi
dengan unsur pengawasan Pilkada.
4) Mengajak dan mengimbau setiap ASN pada setiap Upacara, apel dan
pertemuan ASN untuk selalu menjaga netralitas baik sebelum, selama
maupun setelah Pilkada.
5) Mensosialisasikan betapa pentingnya Aparatur Sipil Negara harus Netral
dalam pilkada dan tidak terintervensi oleh arus politik praktis.
Dengan berbagai bentuk pencegahan pelanggaran netralitas ASN tersebut,
tetapi tetap saja puluhan Oknum ASN yang berada Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Muaro Jambi yang ditemukan Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi
maupun laporan dari masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
66 Menyebarkan surat Edaran atas instruksi Bupati Kabupaten Muaro Jambi Nomor : 800-
918-BKPSDMD, pada tanggal 4 Desember 2016 tentang Netralitas Pegawai Negeri Sipil Lingkup
Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi.
46
dengan Suryadin yang merupakan Kepala Dinas BKPSDMD Kabuapten Muaro
Jambi yang mengatakan:
“Bentuk pengawasan terhadap netralitas ASN masih bersifat pasif di
karenakan personil dan tugas dan banyaknya fungsi dan kami pun
berkolaborasi dengan panwaslu terkait ASN yang tidak netral atau
terbukti terlibat dalam politik praktis, karena kami hanya menerima
laporan dari lembaga terkait yang menangani pengawasan tentang
netralitas”.67
Berikut adalah daftar ASN yang diduga tidak netral sampai memasuki
tahapan kampanye dalam pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Muaro Jambi, antara
lain:68
Tabel 4.1
Daftar ASN Diduga tidak Netral yang tersebar di Lingkungan Pemkab
Muaro Jambi sampai Tahapan Kampanye
67 Wawancara dengan Junaidi, selaku Anggota Pembinaan Disiplin Pegawai dan
Kesejahteraan Pegawai BKPSDMD, Kabupaten Muaro Jambi. Padsa Tanggal 22 September 2019. 68
Dokumentasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah
(BKPSDMD) Kabupaten Muaro Jambi. Pada Tanggal 22 September 2019.
NO. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI JUMLAH
1. DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA 1 ORANG
2. DINAS PERTANIAN,KELAUTAN,PERIKNAN 3 ORANG
3. KEC. Bukit Baling 5 ORANG
4. SATPOL PP 1 ORANG
5. DINAS PEMUDA DAN OLAH RAGA 1 ORANG
6. DINAS PENDAPATAN DAERAH 1 ORANG
7.. DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 6 ORANG
8. KEC. KUMPEH ULU 4 ORANG
9. KOMINFO 2 ORANG
47
Sumber: Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BKPSDMD) Kabupaten Muaro Jambi Tahun 201.69
Berdasarkan tabel 4.1 dari 73 (Tujuh puluh tiga) oknum ASN yang telah
diperiksa oleh pihak Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi ternyata 2 (dua) oknum
ASN bukan merupakan Pegawai ASN di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
69
Dokumen, Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDMD)
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017
10. BAPPEDA 3 ORANG
11. DINAS PERHUBUNGAN 1 ORANG
12 DINAS TENAGA KERJA 2 ORANG
13 DINAS PERDAGANGAN 1 ORANG
14 DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PR 2 ORANG
15 DINAS KEUANGAN DAERAH 4 ORANG
16 BADAN KESBANGPOL 4 ORANG
17 KEC. MUARO SEBO 4 ORANG
18 KEC. MESTONG 4 ORANG
19 KEC. SUNGAI GELAM 6 ORANG
20 KEC. SUNGAI BAHAR 4 ORANG
21 DINAS KESEHATAN 4 ORANG
22 DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PA 2 ORANG
23 DINAS LINGKUNGAN HIDUP 1 ORANG
24 DINAS PERUMAHAN DAN KPP 5 ORANG
25 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN
SIPIL
3 ORANG
JUMLAH 73 ORANG
48
Muaro Jambi. Sehingga hanya 71 (tujuh puluh satu) oknum ASN yang diteruskan
ke KASN untuk ditindaklanjuti. Namun hanya 69 (enam puluh sembilan) yang
terbukti hanya melakukan pelanggaran administrasi yaitu datang kerumah
pasangan calon tanpa adanya surat izin dari atasan dan mengunggah foto pasangan
calon di media sosial (medsos) dan setelah didalamin pelanggaran yang ada
tersebut hanya ada 2 (dua) ASN yang terbukti melakukan pelanggaran sanksi
berat yaitu dari Dinas PMD dan DISPENDA yang bernama AHMAD GHANI dan
ROBI INDRAWAN yang melakukan tindak pidana pemilu dalam mengikuti
kegiatan kampanye akbar paslon bupati dan wakil bupati No. Urut 4 ivan wirata
dan dodi dan yang satu nya mengikuti kegiatan pelantikan tim paslon No. Urut 2
Agustian mahir dan suswiyanto. Dan oknum ASN tersebut dijatuhi sanksi dan
merekomendasikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal ini Bupati
Muaro Jambi untuk memberikan sanksi kepada 2 (dua) orang ASN di proses
secara hukum dan sudah berlanjut ke pengadilan serta sudah di vonis 3 bulan
percobaan penjara dan denda 3 juta untuk masing-masing ASN tersebut.
Sedangkan 69 (tiga puluh satu) orang ASN lainnya tidak dilanjutkan karena tidak
ada bukti yang kuat untuk ditindaklanjuti dan hanya mendapat sanksi moral serta
disiplin pegawai.
F. Pelaksanaan Mekanisme Penjatuhan Sanksi Kepada Aparatur Sipil
Negara yang tidak Netral dalam Pemilihan kepala daerah di Kabupaten
Muaro Jambi
Keterlibatan oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi dengan melanggar aturan yang ada, dimana
49
setiap ASN tidak boleh terlibat dalam tahapan-tahapan pelaksanaan Pemilhan
kepala daerah (Pilkada) baik sebelum, selama dan sesudah kampanye.
Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota dibagian penindakan pelanggaran
Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi, Yasril Mengatakan sebagai berikut:
“bahwa terdapat 73 (tujuh puluh tiga) oknum ASN Pemerintah Kabupaten
Muaro Jambi yang ditemukan oleh pihak kami Badan Pengawas
Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Muaro Jambi, Panitia pengawas
kecematan (Panwascam) Kabupaten Muaro Jambi maupun laporan dari
masyarakat atas dugaan pelanggaran netralitas ASN, selanjutnya perlu
diketahui mengenai bagaimana pelaksanaan mekanisme atau prosedur
penjatuhan sanksinya.” 70
Pada dasarnya penanganan pelanggaran oleh oknum ASN Pemkab Muaro
Jambi terkait netralitas ASN dilakukan Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi yang
menjadi lembaga yang berhak menerima laporan dan mempunyai kewenangan
untuk melakukan kajian terhadap laporan atau temuan dugaan pelanggaran
netralitas ASN untuk memastikan apakah hal tersebut benar mengandung
pelanggaran. Dan selanjutnya hasil pemeriksaan oleh Bawaslu Kabupaten Muaro
Jambi diteruskan kepada instansi yang berwenang untuk menjatuhkan sanksi.71
Pernyataan tersebut sesuai dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang,
70 Wawancara, Kepada Yasril selaku anggota bidang penindakan pelanggaran
Bawaslu,kabupaten muaro jambi 9 september 2019 71
Observasi Peneliti tentang pelanggaran yang dilakukan oleh ASN dalam Pilkada
Kabupaten Muaro Jambi.
50
Pasal 30 huruf (e) yang berbunyi:72
“meneruskan temuan dan laporan yang bukan
menjadi kewenangannya kepada instansi yang berwenang”.
Berikut wawancara dengan Kepala dinas BKPSDMD yaitu:
“temuan atau laporan dugaan pelanggaran netralitas ASN oleh Bawaslu
Kabupaten Muaro Jambi diteruskan ke instansi yang berwenang dalam
hal ini adalah Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). KASN mempunyai
wewenang untuk menjatuhan sanksi kepada ASN tidak netral yang tetap
menkoordinasikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dalam
hal ini Bupati Muaro Jambi untuk langkah tindaklanjut dan dalam
mekanisme penjatuhan sanksi ASN yang tidak netral dalam Pilkada di
Kabupaten Muaro Jambi terdapat perbedaan pelaksanaan mekanisme
penjatuhan sanksinya sebelum adanya penetapan pasangan calon (paslon)
Bupati dan Wakil Bupati atau sebelum tanggal 15 Februari 2017 dengan
setelah ditetapkan paslon Bupati dan Wakil Bupat”.i73
Dan dari temuan kasus ASN yang tidak netral cukup banyak dan dapat
diartikan bahwa hasil dari temuan tersebut akan diteruskan kepada bagian bidang
kepegawaian dan kode etik ASN yang ada dalam hal ini KASN dan pejabat
pembina untuk ditindak lanjuti hasil temuan Bawaslu Kabupaten di lingkungan
Pemkab Muaro Jambi dan masih banyak ASN yang tidak netral dan mealkukan
pelanggaran dan kode etik ASN. Berikut adalah mekanisme penjatuhan sanksi
terkait ASN tidak netral pada pelaksanaan Pilkada serentak 2017 khususnya
Kabupaten Muaro Jambi, sebagai berikut:
72
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang, Pasal 30 huruf (e). 73
Wawancara, dengan Suryadi selaku kepala dinas BKPSDMD,Kabupaten Muaro Jambi,
24 Agustus 2019.
51
Gambar 4.1
Mekanisme Penjatuhan Sanksi
Sumber: BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi
Temuan atau Laporan Dugaan Pelanggaran Netraltas ASN
Bawaslu Kab,Muaro Jambi Untuk pelanggaran kode etik dikenakan
1. sanksi moral
2. sanksi administratif
- Sedangkan pelanggaran disiplin PNS dikenakan
1. Sanksi Ringan
2. Sanksi Sedang
3. Sanksi Berat
Hasil Pemeriksaan
Komisi Aparatur Sipil
Negara (KASN)
Pejabat Pembina
Kepegawaian (PPK) dalam
hal ini Bupati Muaro jambi
Melaporkan
KASN dan Kemenpan RB
Hasil Pemeriksaan
Komisi Aparatur Sipil Negara
(KASN)
1. Unsur Pengawas (Inspektorak Daerah)
2. Unsur Kepegawaian (BKPSDMD)
3. Unsur Atasan Langsung (SKPD)
4. Pejabat yang lain di tunjuk
Pejabat Pembina
Kepegawaian (PPK)
dalam hal ini Bupati
WaliParepare
Hasil Pemeriksaan
Untuk pelanggaran kode etik dikenakan
3. sanksi moral
4. sanksi administratif
- Sedangkan pelanggaran disiplin PNS dikenakan
4. Sanksi Ringan
5. Sanksi Sedang
6. Sanksi Berat
Komisi Aparatur Sipil
Negara (KASN)
Merekomendasikan
52
Berikut adalah penjelasan Gambar 1 diatas, yakni:
1. Pemanggilan
Tahap pertama dalam proses pemeriksaan terhadap 73 (tujuh puluh tiga)
oknum ASN Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi diduga tidak netral tersebut
dilakukan oleh pihak Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi dengan cara melakukan
pemanggilan dilakukan 7 (tujuh) hari jam kerja sebelum tanggal pemeriksaan.
Dalam pemanggilan ini, 73 (tujuh puluh tiga) oknum ASN Pemerintah Kabupaten
Muaro Jambi yang diduga tidak netral tersebut semuanya memenuhi syarat pada
tahap pemanggilan. Tahapan yang dilakukan ini telah sesuai dengan Pasal 23 ayat
(1) dan (2) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.74
2. Pemeriksaan
Pada tahap pemeriksaan ini setelah adanya pemanggilan yang dilakukan
oleh Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi, 73 (tujuh puluh tiga) oknum ASN
Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi diduga tidak netral tersebut dipemeriksa oleh
pihak Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi yakni pemeriksaan dilakukan dengan
tanya jawab untuk pembuktian jika mereka melakukan pelanggaran.
Dalam tahap pemeriksaan ini dilakukan secara tertutup, ASN tersebut
mengakui bahwa ia melakukan keberpihakan terhadap salah satu bakal calon dan
74
Peraturan Pemerintah Nomor. 53 Tahun 2010 , Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 23 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
53
calon Kepala Daerah Kabupaten Muaro Jambi dan tidak ada pembelaan dari
masing-masing ASN tersebut.75
Selanjutnya dari hasil pemeriksaan dilakukan oleh pihak Bawaslu
Kabupaten Muaro Jambi bahwa adanya kajian terhadap pelanggaran kode etik dan
pelanggaran peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS.
Dimana dari 73 (tujuh puluh tiga) hanya 2 (dua) orang ASN diduga tidak netral
dan penggalaran nya sangat berat berada dalam lingkungan Pemerintah Kabupaten
Muaro Jambi telah diteruskan ke KASN dalam hal ini lembaga yang wewenang
untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan sudah sampai pada tahap akhir namun tetap mengkoordinasikan
dengan Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dalam hal ini Bupati.76
Pada tahap ini terdapat peberdaan mengenai prosedur penjatuhan sanksi
ASN yang tidak netral sebelum adanya penetapan calon Bupati dan Wakil Bupati
dengan setelah ditetapkan calon Bupati dan Wakil Bupati Dimana untuk
pelanggaran yang dilakukan ASN sebelum adanya penetepan pasangan calon
Bupati dan Wakil Bupati atau sebelum tanggal 15 Februari 2017. Hasil
pemeriksaan 69 (enam puluh sembilan) ASN yang tidak netral dan oleh Bawaslu
diteruskan ke Komisi Aparatur Sipil Negara untuk dijatuhi sanksi tetap
menkoordinasikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal ini Bupati
dalam langkah tindak lanjut. Setelah itu, PPK atau Bupati menindaklanjuti
rekomendasi KASN tersebut yang tetap diawasi langsung oleh KASN dan
75
Peraturan Pemerintah Nomor. 53 Tahun 2010 , Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 23 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil. 76
Dokumentasi Bawaslu terhadap ASN yang tidak netral dalam Pilkada pada tahun 2017
54
Kemenpan RB. Sedangkan apabila pelanggaran dilakukan ASN setelah penetapan
pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, yakni:77
a) Hasil Pemerikasaan dari Panwaslu diteruskan ke KASN
b) Sebelum KASN menjatuhi sanksi, dikembalikan lagi ke Pejabat Pembina
Kepegawaian untuk memeriksa kembali dengan membentuk tim pemeriksa,
diantaranya:
1) Unsur pengawas atau Inspektorat Daerah
2) Unsur Kepegawaian atau BKPSDMD
3) Unsur atasan langsung atau SKPD PNS
4) Pejabat yang lain yang ditunjuk
c) Hasil pemeriksaan PPK terseut, diteruskan Ke KASN untuk menjatuhkan
sanksi paling lama 14 (empat belas) hari.
d) Setelah itu, PPK atau walikota menindaklanjuti rekomendasi KASN yang
diawasi langsung oleh KASN dan Kemenpan Reformasi Birokasi.
Dari tahapan pemeriksaan tersebut telah sesuai dengan Pasal 24 ayat (2)
dan 25 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil dan Perka Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010
Tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.78
3. Penjatuhan sanksi
Berdasarkan aturan hukum yang berlaku, penjatuhan sanksi dilakukan oleh
pejabat atau instansi yang berwenang. Adapun yang berwenang menjatuhkan
77
Observasi penulis pada data BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi. 78
Pasal 24 ayat (2) dan 25 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil dan Perka Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
55
sanksi yaitu Komisi Aparatur Sipil Negara yang tetap menkoordinasikan kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian dalam hal ini Bupati Kabupaten Muaro Jambi
dalam langkah tindaklanjut. Adapun sanksi yang diberikan kepada ASN tidak
netral sesuai dengan tingkat pelanggaran ASN tersebut. Dimana jika ASN
melakukan pelanggaran kode etik maka dikenakan sanksi moral maupun sanksi
adminitratisi. Sedangkan ASN melakukan pelanggaran terkait disiplin Pegawai
Negeri Sipil (PNS) maka dijatuhkan hukuman disiplin PNS, yakni :79
1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a) hukuman disiplin ringan;
b) hukuman disiplin sedang; dan
2. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri dari:
e. teguran lisan;
f. teguran tertulis; dan
3. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
4. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
79
Pasal 24 ayat (2) dan 25 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil dan Perka Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
56
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Berikut daftar ASN yang tidak netral sampai memasuki tahapan kampanye
dan telah dijatuhkan sanksi oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), yakni
sebagai berikut:80
Tabel 4.2
Daftar ASN tidak Netral yang tersebar di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Muaro Jambi sampai memasuki kampanye
80
Dokumentasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BKPSDMD) Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017
NO PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI JUMLAH
1 Dinas sosial 1 ORANG
2 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 3 ORANG
3 Dinas Lingkungan Hidup 1 ORANG
4 Dinas Kesehatan 4 ORANG
5 Dinas Perumahan KPP 5 ORANG
6 Kabupaten Muaro Jambi 3 ORANG
7 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan PA 2 ORANG
8 Badan Keuangan Daerah 4 ORANG
9 Badan Kesbangpol 4 ORANG
10 Bappaeda 3 ORANG
11 Dinas Pendidikan 6 ORANG
57
Sumber : Bkpsdmd dan Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi81
Berdasarkan Tabel 4.2 daftar jumlah ASN yang tidak netral di
Lingkungan Pemkab Muaro Jambi dan di Rekomendasi yang ditindaklanjuti dari
KASN. Dari rekomendasi KASN untuk diberikan sanksi berupa moral dan kode
etik disiplin pegawai kepada 69 (enam puluh sembilan) oknum ASN tersebut,
telah dilaksanakan oleh Bupati Muaro Jambi. Dan pada tahap penjatuhan sanksi
sudah sepenuhnya terealisasi. Hal tersebut, dikarenakan KASN merespon
mengenai laporan dari Bawaslu terhadap 73 (tujuh puluh tiga) ASN yang diduga
tidak netral pada saat itu, 69 ASN yang ditindak lanjuti dan 2 telah masuk tahap
81
Dokumentasi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BKPSDMD) Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017
12 PDAM 1 ORANG
13 Dinas Perdagangan 1 ORANG
14 Dinas Ketenaga Kerjaan 2 ORANG
15 Dinas Permberdayaan Desa 1 ORANG
16 Dinas Kominfo 2 ORANG
17 Dinas Pertanian,Kelautan,Perikanan 3 ORANG
18 KEC. MESTONG 4 ORANG
19 KEC. SUNGAI GELAM 6 ORANG
20 KEC. SUNGAI BAHAR 4 ORANG
21 KEC. MUARO SEBO 4 ORANG
22 KEC. KUMPEH ULU 4 ORANG
23 Dinas PU I ROANG
JUMLAH 69 ORANG
58
sidang berlanjut dan sudah divonis 3 bulan masa percobaan penjara serta denda 3
juta.82
Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama Hamdi, selaku Ketua
Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017 yang menyatakan bahwa:
“Yang dimaksud dengan netralitas itu baik netralitas TNI, POLRI, dan
terutama ASN dalam pemilu atau pemilu kada wajib menjaga
netralitasnya. Apapun yang digaji memakai negara baik itu pegawai
honorer atau PPPK apalagi pegawai negeri sipil termasuk lingkup yang
diawasi. Laporan yang masuk cukup banyak tentang pelanggaran yang
terkait netralitas ASN. Kami sudah menerapkan sanksi terhadap ASN yang
melanggar aturan namun belum semuanya dikenakanm sanksi karena
kekurangan sumber daya manusia di komisi aparatur sipil negara (KASN)
dan banyaknya pelanggaran ASN pada pilkada 2017.”83
Berdasarkan wawancara diatas dapat dicermati bahwa Bawaslu kabupaten
Muaro Jambi telah menerapkan sanksi terhadap ASN yang tidak netral dalam
Pilkada pada tahun 2017. Namun tidak semuanya dikenakan sanksi karena
kurangnya sumber daya manusia di komisi aparatur sipil negara (KASN). Selain
itu peneliti juga melihat bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh ASN ini harus
ditinjau dan ditindak lanjuti secara mendalam dan sebagian dari ASN yang
diproses dan ada juga ASN yang tidak ditindak lanjuti dikarenakan kurang nya
bukti dan hanya melakukan pelanggaran administrasi dan kode etik sehingga
hanya diberikan sanksi yang sudah di atur dalam peraturan disiplin pegawai
negeri sipil dan tentu oleh Komisi Aparatur Sipil Negara yang direkomendasi
kepada pejabat pembina pegawai yang dalam hal ini Bupati Muaro Jambi untuk
sanksi bagi ASN yang tidak netral dalam pilkada Kabupaten Muaro Jambi.
82
Observasi Peneliti tentang penjatuhan sanksi terhadap ASN yang tidak netral dalam
Pilkada Muaro Jambi tahun 2017 83
Wawancara,oleh Yasril selaku ketua Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi tanggal 9 september
2019
59
Menurut Junaidi Anggota Bidang Pembinaan Disiplin dan Kesejahteraan
Pegawai BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi Mengatakan bahwa :
“Sanksi ASN terlibat tidak netral dala pemilu/pilkada terdapat dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin pegawai
negeri sipil dan bagi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK)
dapat dilihat dari surat Keputusan (SK) yang dikeluarkan84
.
Dalam Peraturan Pmerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin
pegawai negeri sipil Pasal 4 angka 12,13,14 dan angka 15 sudah di atur larangan
terlibat dalam kegiatan politik dan apa bila melanggar dari pasal tersebut akan
dapat dijatuhi sanksi sesuai pelanggaran yang dilakukan adapun sanksi menurut
PP 53 tahun 2010 pasal 7 tentang tingkat dan jenis hukuman disiplin adalah
sebagai berikut :85
1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a. Hukuman disiplin ringan
b. Hukuman disiplin sedang; dan
c. Hukuman disiplin berat.
2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri dari:
a. Tegurab lisan
b. Teguran tertulis; dan
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
3) Jenis hukuman disiplin Berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri dari:
a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama (3) tahun;
b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
remdah;
84
Wawancara dengan Junaidi Anggota Bidang Pembinaan Disiplin dan Kesejahteraan
Pegawai BKPSDMD Kabupaten Muaro Jambi 85
Peraturan Pmerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil Pasal
4 angka 12,13,14 dan angka 15
60
c. Pembebasabdari jabatan;
d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai ASN
Berdasarkan peraturan pemerintah diatas dapat dilihat bahwa setiap
pelanggaran yang dilakukan oleh ASN kategori PNS sudah diatur pemberian
sanksi sesuai pelanggaran yang dilakukan, rekomendasi yang dberikan oleh
Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi ke KASN atau Instansi POL PP Kabupaten
Muaro Jambi di dasarkan pada peraturan yang dilanggarnya, artinya instansi yang
terkait yang di berikan rekomendasi untuk memberikan sanksi tidak memerlukan
kajian yang panjang.
Sehingga untuk memberikan sanksi dapat secepatya dikeluarkan akan bisa
memberikan efek jera kepada ASN yang ingin melibatkan dirinya untuk ikut serta
secara langsung ataupun tidak langsung dalam politik praktis yang dilakukan oleh
oknum ASN yang telah terbukti dan mendapatkan sanksi dan hukuman. penulis
beranggapan bahwa lambatnya proses bagi ASN yang melanggar dikarenakan
kurangnya bukti dan kurang nya sumber daya manusia (SDM) yang ada di KASN
sehingga hanya sebagian yang diproses dan juga dikarenakan pelanggaran yang
lumayan banyak sehingga bukti yang valid jika dikaji akan memakan waktu
cukup lama.
Selain itu penurunan sanksi dan proses yang hanya diberikan kebeberapa
ASN yang melanggar oleh KASN dikarenakan banyak nya daerah yang mengikuti
pilkada serentak tahun 2017, dengan di ikuti 101 Pemilihan Kepala Daerah yang
terdiri dari Pemilihan Kepala Daerah Tingkat I (provinsi) dan 94 Pemilihan
Kepala Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota). Dimana dalam setiap Pemilihan
61
Kepala Daerah memiliki pelanggaranya masing-masing, begitu juga
pealnggaranya keterlibatan ASN dalam politik. Sehingga penulis juga
beranggapan bahwa hal ini juga menjadi kendala terbesar KASN dalam
memberikan sanksi terhadap ASN yang telah direkomendasikan oleh
Bawasli/Panwaslu di masing-masing daerah.86
Apabila hampir disetiap daerah memiliki pelanggaran keterlibatan ASN
dalam pemilu/pemilukada hal ini yang menjadikan KASN sangan sulit untuk
cepat memberikan sanksi terhadap ASN dalam kegiatan pilitik praktis. Dan dapat
dianalisis bahwa masih kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) memungkinkan
KASN begitu lamban dalam memproses ASN yang terbukti tidak netral sehingga
terlhat sekali hanya 69 ASN yang pada saat pilkada di Kabupaten Muaro jambi
yang hanya di proses dan 2 (dua) di antara ASN yang diproses sudah masuk
dalam kasasi vonis pidana dengan 3 bulan percobaan, yang dipidana tersebut
dikarenakan ada nya bukti yang sangat kuat dan dalam kategori sanksi berat serta
pelanggaran dilapangan sehingga KASN memberikan sanksi kepada ASN tersebut
sesuai dengan peratuuran perundang-undangan dan peraturan pemerintah
mengenai disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik. Memang cukup banyak
laporan tentang pelanggatran yang dterima oleh Bawaslu Kabupaten Muaro Jambi
terkait netralitas ASN, namun setelah dtelusuri dan klasifikasi dari jumlah 73
(tujuh puluh tiga) ASN yang dlaporkan kepada Bawaslu jumlah 69 ASN tidak
86
Obsevasi peneliti tentang penjatuhan sanksi terhadap ASN yang tidak netral dalam
Pilkada Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017.
62
terbukti dan hanya melakukan pelanggaran adminitrasi dalam pilkada Kabupaten
Muaro Jambi tahun 2017.87
Sehingga penulis menyarankan bahwa rekomendasi yang diberikan oleh
lembaga yang terakait haris memiliki kajian yang mendalam, sehingga
rekomendasi uyang diberikan sudah jelas pelanggaran agar tidak menduga-duga
dan dilakukan dengan tepat, baik pelanggaran ringan,sedang dan berat. Dalam hal
ini lembaga yang memberikan sanksi tidak lagi melakukan kajian mendalan dan
bisa langsung memberikan sanksi ASN yang terlibat dalam politik praktis,
kemudian lembaga yang memberikan rekomendasi harus berperan aktif untuk
mengawal dari penjatuhan sanksi yang sudah direkomendasikan dan
memberikanwaktu untuk lembaga penjatuhan sanksi ASN yang terlibat.88
Dan dapat penulis uraikan serta di klasifikasi ASN di Kabupaten Muaro Jambi
yang melakukan tindak pelanggaran pemilu dari administrasi hingga pidana
sebagai berikut:
Pertama Dari Dinas Sosial ASN yang tidak netral ada 1 orang jenis
pelanggaranya berfoto dengan paslon dalam kegiatan non kampanye. Kedua dari
Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil ada juga ASN yang tidak netral jenis
pelanggarannya pun hampir sama mengenai foto namun dia mengunggah foto di
media sosial dan hanya mendapat sanksi peringatan saja dan tidak
ditindaklanjuti.89
87 Peraturan Pmerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil Pasal
4 angka 12,13,14 dan angka 15 88 Obsevasi peneliti tentang penjatuhan sanksi terhadap ASN yang tidak netral dalam
Pilkada Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2017. 89
Analisis dan uraian data tentang ASN yang tidak netral dalam pilkada 2017 di Kabupaten Muaro
Jambi
63
Ketiga dari Dinas Lingkungan Hidup ASN nya tidak netral ada 1 orang
saja jenis pelanggaranya mengundang dalam acara syukuran keluarga namun tidak
ditindak lanjuti karena tidak pidana pemilu yang keempat dari dinas kesehatan
yang dimana ASN kedapatan tidak netral ada 4 orang cukup lumayan jenis
pelanggarannya pun foto alat sosialisasi paslon, kumpul sanak keluarga begitu
pun dari Dinas perumahan KKP, Kabupaten Muaro Jambi, Dinas permberdayaan
perempuan dan PA pun masing kedapatan ASN yang tidak netral jenis
pelanggaranya hampir sama yaitu mengunggah foto dimedsos, foto dalam satu
acara kegiatan non kampanye, berfoto dibelakang nya ada spanduk gambar
paslon. Dari Dinas Kesbangpol,Bappeda,Dinas Pendidikan dan PDAM pun
kedapatan ASN yang tidak netral jumlah dari ketiga lembaga itu ada 13 orang
cukup banyak jenis pelanggaranya juga hampir sama yakni kumpul-kumpul dalam
satu paguyuban dan ada salah satu paslon, foto dalam acara yasinan bapak-bapak
komplek. Kemudian ada dari Dinas pemuda dan olah raga hanya ada 1 ASN yang
tidak netral namun pelanggaranya termasuk dalam tindak pidana pemilu yakni
ikut kampanye akbar paslon No urut 2 dan tertera dalam pasal 71 ayat (1) UU
no.1 tahun 2015. Selanjutnya dari Dinas Ketenaga kerjaan, Dinas Pemberdayaan
Desa, Dinas kominfo dan Dinas pertanian,kelautan,perikanan jumalah ASN yang
tidak netral pun cukup banyak dari masing-masing lembaga tersebut jenis
pelanggaranya sama berfoto,mengunggah di medsos dan mengundang dalam
acara syukuran dari salah satu paslon. Ada dari Kec,Mestong, Sungai gelam,
Bahar ASN yang tidak netral lumayan banyak jika gabungkan ada 14 ASN yang
terjaring tidak netral jenis pelanggaranya pun sama ada yang berfoto dengan
64
paslon dalam acara jalan santai,mengunggah dimedsos, kumpul sanak keluarga
dan diundang dalam acara syukuran namun tidak termasuk dalam tindak pidana
pemilu.
Kemudian ada dari Kec. Muaro sebo dan Kec. Kumpeh Ulu jumlah ASN
yang tidakn netral banyak juga ada 8 ASN jenis pelanggaranya pun sama tidak
beda jauh ada yang mengunggah di medsos,berfoto dalam satu kegiatan non
kampanye,bertamu kerumah salah satu paslon akan tetapi tidak termasuk tindak
pidana pemilu dan hanya melanggar kode etik ASN dan disiplin saja terakhir dari
Dinas pendapatn Daerah walau hanya 1 ASN namun jenis pelanggaranya sangat
berat ASN ini ikut dalam kampanye akbar dan menjadi tim kampanye dan masuk
dalam tindak pidana pemilu seperti yang tertera dalam pasal 71 ayat (1) no.88 UU
no.1 tahun 2015.
Dapat penulis analisis Dari data uraian di atas dapat dikatakan bahwa
yang melakukan pelanggaran administrasi lumayan banyak dan dari 71 ASN yang
tidak Netral hanya ada 69 yang melakukan pelanggaran kode etik dan disiplin
pegawai di Kabupaten Muaro Jambi dan tidak dilanjutkan karena tidak melanggar
pasal 71 ayat (1) no.188 UU no.1 tahun 2015.90 tentang tindak pidana dalam
pemilu namun ada yang 2 ASN dari dinas Dispenda dan Dinas pemuda dan olah
raga yang melakukan pelanggaran berat dan masuk dalam pasal tentang tindak
pidana pemilu dalam hal ini Bawaslu selaku pengawas dalam pemilu tahun 2017
memberikan rekomendasi ke KASN tentang 2 ASN tersebut untuk ditindak
lanjutin secara hukum dan dari hasil ini 2 ASN tersebut mendapatkan penjatuhan
90
Hasil analisis dan observasi serta uraian tentang ASN yang tidak Netral pada pilkada Tahun
2017
65
sanksi yakni, 3 bulan masa percobaan penjara dan denda nya sekitar 3 juta rupiah
namun jabatan ASN tidak dicopot hanya saja dalam riwayat nya 2 ASN ini sudah
terbilang sudah pernah tersandung hukum dan susah dalam mengembangkan karir
nya kedepan.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana dikemukakan penulis , dapat
disimpulkan:
1. Netralitas Aparatur Sipil Negara pada Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah
di Kabupaten Muaro Jambi belum terlaksana dengan baik. Karena masih
banyak ditemukan ASN yang tidak netral. Hal tersebut disebabkan karena
adanya Iming-iming jabatan yang tinggi jika yang dukung oleh ASN yang
terlibat itu bisa menang atau duduk bisa kita lihat Dimana sampai memasuki
tahapan kampanye jumlah ASN yang diduga tidak netral sebanyak 73 (tujuh
puluh tiga) orang dan 2 diantaranya bukan sebagai ASN dan tidak diproses
jadi hanya 71 ASN melakukan pelanggran administrasi dan sudah dievaluasi
oleh bawaslu ada 2 ASN yang terbukti melakukan tindak pidana pemilu
dalam kategori berat,
2. Dalam pelaksanaan mekanisme penjatuhan sanksi kepada Aparatur Sipil
Negara yang tidak netral pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah di
Kabupten Muaro Jambi belum sepenuhnya terealisasi. Hal ini terjadi karena
pada tahap penjatuhan sanksi Komisi Aparatur Sipil Negara cepat merespon
mengenai laporan dari Panwaslu terhadap 71 (tujuh puluh satu) oknum
Pegawai ASN diduga melakukan pelanggaran serta bahwa yang melakukan
pelanggaran administrasi lumayan banyak dan dari 71 ASN yang tidak Netral hanya
ada 69 yang melakukan pelanggaran kode etik dan disiplin pegawai di Kabupaten
67
Muaro Jambi dan tidak dilanjutkan karena tidak melanggar pasal 71 ayat (1)
no.188 UU no.1 tahun 2015. tentang tindak pidana dalam pemilu namun ada
yang 2 ASN dari dinas Dispenda dan Dinas pemuda dan olah raga yang
melakukan pelanggaran berat dan masuk dalam pasal tentang tindak pidana
pemilu dalam hal ini Bawaslu selaku pengawas dalam pemilu tahun 2017
memberikan rekomendasi ke KASN tentang 2 ASN tersebut untuk ditindak
lanjutin secara hukum dan dari hasil ini 2 ASN tersebut mendapatkan
penjatuhan sanksi yakni, 3 bulan masa percobaan penjara dan denda nya
sekitar 3 juta rupiah namun jabatan ASN tidak dicopot hanya saja dalam
riwayat nya 2 ASN ini sudah terbilang sudah pernah tersandung hukum dan
susah dalam mengembangkan karir nya kedepan.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka Penulis menyarankan :
1. Untuk mengurangi atau meminimalisir keterlibatan Pegawai Aparatur Sipil
Negara pada tahap-tahap pelaksanaan Pilkada, perlu adanya upaya untuk
membentuk birokrasi yang netral dengan aturan baru berupa penghapusan hak
suara ASN pada Pemilihan Kepala Daerah. Karena ASN yang masih diberi
kesempatan memiliki hak suara untuk memilih, maka selama itu ASN rentan
terpolitisasi dan akan terus bersikap tidak netral pada pelaksanaan pilkada.
2. Perlunya Komisi Aparatur Sipil Negara segera menindak tegas dan secara
cepat ditindak lanjuti laporan dari hasil pemeriksaan Bawaslu terkait oknum
ASN Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi yang diduga tidak netral dan agar
68
memberikan sanksi yang sesuai bagi ASN agar ada efek jera bagi mereka
selalu birokrat pemerintahan di Kabupaten Muaro Jambi. Dan yang lain tidak
ikut lagi terjun dalam dunia politik walaupun ingin terjun tinggalkan terlebih
dahulu jabatan mereka sebagai ASN.
69
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur / Buku
Amiruddin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Ellydar Chaidir. 2008. Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Pasca
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Total Media. Yogyakarta.
Faisal Abdullah. 2012. Hukum Kepegawaian Indonesia. Rangkang Education
Yogyakarta & PuKAP-Indonesia.
Jimly Asshiddiqie. 2011. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Sinar
Grafika. Jakarta.
Miriam Budiardjo. 2014. Dasar-dasar Ilmu Politik. Prima Grafika. Jakarta.
Ni‟Matul Huda. 2013. Hukum Tata Negara Indonesia. Rajawail Pers. Ed. Revisi.
Cet.ke 8. Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta.
Philipus M.Hadjon. et.al. 2005. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ramlan Surbakt. 2008. Sistem Pemilu dan Tatanan Politik Demokrasi. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Septi Nur Wijayanti dan Iwan Satriawan. 2009. Hukum Tata Negara. Yogyakarta.
B. Peraturan Perundang-undang
Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia
Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
70
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Surat Edaran KASN, Pengawasan Netralitas Pegawai ASN pada Pelaksanaan
Pilkada Tahun 2017, Nomor B-200/KASN/11/2017.
LAIN-LAIN
http://m.hukumonline.com/berita/baca/diakses: 27 agustus 2019 pukul 15:37 wib
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_pengawas_pemilihan_umum, di akses pada 28
agustus 2019, pukul 01:30 wib.