Post on 14-Jul-2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Penataan kurikulum SMA didasarkan pada kebijakan nasional yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010-2014
dan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional (Renstra Kemendiknas)
2010-2014. Mengacu pada kebijakan nasional tersebut, Pusat Kurikulum pada tahun
2010 ini melakukan detailing penataan ulang kurikulum sekolah yang diamanatkan
dalam kedua kebijakan tersebut. Detailing ini merupakan penugasan dari Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Pendidikan merupakan usaha mewujudkan masyarakat yang berkualitas.
Pemerintah senantiasa berusaha agar kualitas pendidikan dapat ditingkatkan. Salah
satu usaha yang dilakukan adalah melakukan pembaharuan kurikulum secara berkala.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sejak 2004 merupakan
kurikulum yang menuntut adanya inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran.
Dokumen KTSP yang dimiliki saat ini masih perlu disempurnakan. Lebih-
lebih setelah diberlakukannya Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa
melalui pembelajaran aktif telah dintegrasikan ke dalam RPP. Di sinilah letak
masalah utama, RPP yang memberi pedoman bagi guru dalam membelajarkan siswa
belum banyak dipahami guru.
1
2
Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS) Unesa telah menghasilkan
berbagai RPP yang dapat digunakan oleh guru. Sekurang-kurangnya melalui contoh
yang dibuat di PSMS dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk mengembangkan
dalam mata pelajaran biologi. Usaha ini merupakan inovasi dibidang pendidikan.
Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses kehidupan. Dasar Keterampilan
yang diperlukan untuk memahami fenomena dan proses kehidupan tersebut meliputi
keterampilan mengamati, mengumpulkan fakta, menganalisis dan menyimpulkan fakta
serta menggunakan hasil temuan itu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
Berdasarkan pengalaman mengajar beberapa guru SMA, banyak peserta didik
yang mempunyai nilai tugas, nilai ulangan harian dan nilai semester yang belum
optimal. Peserta didik dalam belajar biologi enggan membaca buku, dan kurang
bergairah belajar. Akibatnya hasil belajar biologi di sekolah masih relatif rendah.
Hasil belajar merupakan resultante interaksi guru dan siswa. Pemahaman dan
penguasaan guru terhadap materi ajar dan kurikulum akan sangat menentukan hasil
akhir proses pembelajaran. Masih banyak guru mengalami kesulitan untuk
memahami kompetensi dasar (KD) dan isi kurikulum yang berdampak pada kesulitan
siswa untuk mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) yang diharapkan.
Penyajian materi mengenai konsep “Jenis dan Daur Ulang Limbah” dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang mungkin dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar siswa tentang konsep jenis dan daur ulang
limbah adalah pendekatan problem solving. Problem solving sebagai salah satu
pendekatan pada umumnya digunakan di dalam pembelajaran matematika, fisika, dan
kimia. Akan tetapi pada hakikatnya pendekatan ini juga dapat digunakan dalam
3
pembelajaran biologi, meskipun hanya dalam batas-batas tertentu sesuai dengan
konteks pembelajaran.
Problem solving dalam pembelajaran Biologi masih belum banyak
dipublikasikan. Ajij (2008) melaporkan ada peningkatan prestasi belajar yaitu
berdasarkan nilai pretest yang diperoleh kelompok siswa yang telah memenuhi
standar ketentuan dari siklus I dan siklus II sebesar 27,3%, hasil nilai posttest
kelompok siswa yang memenuhi standar ketentuan dari siklus I ke siklus II sebesar
18,2%. Berdasarkan uraian di atas, maka dikemukakan pertanyaan penelitian
bagaimana implementasi pendekatan problem solving dalam pembelajaran konsep
jenis dan daur ulang limbah dan pengaruhnya terhadap hasil belajar kognitif dan
berpikir kritis siswa SMA Negeri 3 Banjarbaru?
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah berkaitan dengan penelitian penerapan perangkat
pembelajaran konsep jenis dan daur ulang limbah menggunakan pendekatan problem
solving terhadap hasil belajar dan keterampilan berpikir siswa sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran melalui pendekatan problem solving berpengaruh positif
terhadap hasil belajar kognitif produk?
2. Apakah pembelajaran melalui pendekatan problem solving berpengaruh terhadap
hasil belajar kognitif proses?
3. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran melalui
pendekatan problem solving?
4
C. BATASAN MASALAH
Batasan masalah berkaitan dengan penelitian pada konsep jenis dan daur
ulang limbah menggunakan pendekatan problem solving sebagai berikut:
1. Hasil belajar kognitif produk dan hasil belajar kognitif proses diuji secara
kuantitatif dengan membandingkan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
2. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas dimaksudkan untuk
memperoleh sumber belajar.
3. Keterampilan berpikir kritis siswa diukur dari keterlaksanaan sintak-sintak
pembelajaran.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. Mengukur pengaruh pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving
terhadap hasil belajar kognitif produk?
5. Mengukur pengaruh pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving
terhadap hasil belajar kognitif proses?
6. Menjelaskan kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan problem solving?
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti yang bersangkutan dapat memperoleh pengalaman yang berharga
untuk menerapkan ilmu pengetahuan tentang pembelajaran menggunakan
pendekatan problem solving.
5
2. Bagi guru, dapat memberikan wawasan pengetahuan dalam menggunakan metode
pembelajaran untuk pelaksanaan proses belajar mengajar terutama pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan problem solving.
3. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan belajar selama proses pembelajaran
khususnya pada materi jenis dan daur ulang limbah.
4. Bagi sekolah, dapat memperoleh kesempatan mengembangkan ragam penelitian
dan dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan dan mutu proses
pembelajaran, khususnya pada materi jenis dan daur ulang limbah.
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Berkaitan dengan tujuan penelitian maka dikemukakan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Ho = tidak ada pengaruh penggunaan pendekatan problem solving pada
pembelajaran konsep jenis dan daur ulang limbah terhadap hasil
belajar kognitif produk?
Ha = ada pengaruh pendekatan problem solving pada pembelajaran konsep jenis
dan daur ulang limbah terhadap hasil belajar kognitif produk?
Ho = tidak ada pengaruh penggunaan pendekatan problem solving pada
pembelajaran konsep jenis dan daur ulang limbah terhadap hasil
belajar kognitif proses?
Ha = ada pengaruh pendekatan problem solving pada pembelajaran konsep jenis
dan daur ulang limbah terhadap hasil belajar kognitif proses?
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM). John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan yang
kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan (Sanjaya, 2006).
Menurut Gulo (2004) Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah adalah
bagian dari strategi belajar mengajar inkuri. Strategi belajar mengajar penyelesaian
6
7
masalah memberi tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Pentingnya strategi belajar mengajar ini pada prinsipnya adalah suatu proses interaksi
antara manusia dan lingkungannya. Proses ini dapat juga disebut sebagai proses
internalisasi oleh karena didalam interaksi tersebut manusia aktif memahami dan
mengahayati makna dari lingkungannya. mengemukakan enam langkah dalam proses
problem solving yaitu (1) penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa
lampau, (2) penyelesaian masalah secara intuitif, (3) penyelesaian masalah dengan
cara trial dan eror, (4) penyelesaian masalah secara otoritas, (5) penyelesaian masalah
metafisik, (6) penyelesaian masalah ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional
melalui proses deduksi dan induksi.
Strategi inkuiri sering juga disebut strategi penyelesaian masalah atau strategi
discovery. Inkuiri lebih memberi tekanan pada keyakinan atas diri sendiri terhadap
apa yang ditemukan, prolem solving pada terselesaikannya masalah itu sendiri, dan
discovery pada penemuan itu sendiri. Menurut Dewey problem solving dilakukan
enam tahap seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tahapan dalam Pendekatan Problem Solving
No Tahap-tahap Kemampuan yang diperlukan
1 Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.
2 Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3 Merumuskan hipotesis Berimajinasi menghayati ruang lingkup, sebab-akibat
dan alternatif penyelesaian.
4 Mengumpulkan dan
mengelompokkan data
sebagai bahan pembuktian
hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan
data dalam bentuk diagram, gambar dan tabel.
5 Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data. Kecakapan
menghubung-hubungkan dan menghitung.
Keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan.
6 Menentukan pilihan
penyelesaian
Kecakapan membuat alternatif penyelesaian.
Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan
akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
8
Problem solving menurut Johnson dan Johnson, yaitu dengan melakukan
secara berkelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok bahsan dalam pelajaran
diberikan kepada siswa untuk diselesaikan. Masalah yang dipilih mempunyai sifat
conflic issue atau kontroversial, masalahnya dianggap penting (important), urgen dan
dapat diselesaikan (solutionable). Bahan-bahan ini dapat diambil dari kliping atau
peristiwa-peristiwa disekitar siswa. Prosedur penyelesaiannya dilakukan secara : (1)
mendifinisikan masalah, (2) mendiagnosis masalah, (3) merumuskan alternatif
strategi, (4) menentukan dan menerapkan strategi, (5) mengevaluasi keberhasilan
strategi, dan (6) skenario kegiatan belajar mengajar.
Menurut Blosser (1988) problem solving memiliki banyak makna, termasuk
sikap atau kecenderungan terhadap inkuiri sebagai proses yang actual untuk
mendapatkan pengetahuan. Ketika para guru menggunakan pendekatan problem
solving di depan kelas, Dia mengharapkan agar siswa terlibat dalam berpikir analisis,
sintesis, dan evaluasi. Operasi-operasi ini tergolong kemampuan berpikir tinggi).
Penelitian melalui problem solving di dalam pembelajaran biologi SMA,
termasuk dalam pmbelajaran genetika. Menurut Stewart (1988) dalam Blosser (1988)
beragam cara menyelesaikan masalah yang mungkin akan menghasilkan
pembelajaran yang berbeda pula. Stewart membedakan 2 tipe utama dalam berpikir
menyelesaikan masalah-masalah genetika. Ada 2 jenis pemikiran yang terlibat dalam
memcahkan masalah genetika: 1) penalaran dari sebab-sebab efek, dan 2) penalaran
dari efek penyebab. Hal yang penting bagi siswa adalah memperoleh efe pemecahan
yang menyebabkan masalah mungkin merupakan hasil pemahaman sains sebagai
aktivitas intelektual.
9
Gowan (2008) mengemukakan enam langkah dalam proses problem solving
yaitu (1) mengidentifikasi masalah, (2) mencari informasi, (3) mengembangkan
kriteria, (4) memilih solusi yang mungkin, (5) menganalisis dan (6) memadukan
solusi yang mungkin, dan mengimplementasikan solusi. Polya (1983) menetapkan 4
langkah/tahap yaitu (1) memahami masalah, (2) membuat rencana pemecahan
masalah, (3) menjawab masalah, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Secara rinci keempat langkah ini dan merupakan langkah-langkah problem solving
dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) Memahami masalah, siswa dianggap memahami masalah bila dapat menentukan
apa syarat yang diketahui, apa yang tidak diketahui/ditanyakan dan bagaimana
syarat-syaratnya.
2) Membuat rencana pemecahan masalah, dalam membuat pertanyaan siswa perlu
menentukan terlebih dahulu apa yang diketahui dengan apa yang akan ditanyakan.
3) Menjawab masalah, menjawab masalah dari pertanyaan yang telah dibuat pada
tahap sebelumnya. Setiap langkah diperiksa apakah sudah benar atau belum.
Dengan cara ini siswa diharapkan dapat mencari penyelesaian sendiri.
4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh, hasil penyelesaian yang diperoleh pada
tahap sebelumnya dievaluasi kembali. Pada tahap ini diajukan pertanyaan-
pertanyaan apakah hasil yang lain ataukah dengan cara yang berbeda namun tetap
memperoleh hasil yang sama.
Menurut Brown dan Walter (1993) sebagai suatu pendekatan pembelajaran,
problem solving mempunyai beberapa kelebihan yakni dapat meningkatkan
kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan pengertian dan perspektif
yang lebih baik, serta membantu mengurangi rasa cemas dalam pembelajaran. Polya
10
(1983) mengutarakan bahwa siswa yang mengajukan rumusan soal mereka sendiri
lebih termotivasi untuk memecahkan soal tersebut dari pada jika mereka diberikan
soal dari buku teks yang disusun guru.
Pembelajaran yang disesuaikan dengan konteks pembelajaran di mana siswa
dapat menggunakan waktu secara efektif. Kegiatan-kegiatan seperti mengumpulkan
sampah, memilah, menimbang, dan melaporkannya dapat mengefektifkan
pembelajaran . Para siswa juga dapat menemukan jawaban tentang jenis-jenis limbah
dan daur ulang limbah. Dengan menggunakan pendekatan problem solving, semua
kegiatan ini dapat dilakukan siswa di lingkungan sekitar sekolah.
B. TEORI-TEORI BELAJAR YANG MENDUKUNG PENDEKATAN
PROBLEM SOLVING
Pendekatan problem solving, pendekatan kooperatif, maupun pendekatan
lingkungan dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme. Hein (1996) istilah
konstruktivisme mengacu pada gagasan bahwa siswa membangun pengetahuan bagi
diri mereka sendiri.
Teori belajar konstruktivisme didefinisikan sebagai membangun pengetahuan
baru berdasarkan pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh siswa (Koohang, 2009).
Tuncer (2006) mengemukakan prinsip-prinsip yang menggambarkan bagaimana
konstruksi pengetahuan dapat difasilitasi melalui:
1) menyediakan beberapa representasi realitas
2) merupakan kompleksitas alami dari dunia nyata
3) fokus pada konstruksi pengetahuan
4) terdapat tugas otentik (mengkontekstualisasikan bukan instruksi abstrak)
11
5) menyediakan keadaan sebenarnya, lingkungan belajar berbasis kasus daripada
urutan instruksional yang telah ditetapkan
6) praktik reflektif
7) mengaktifkan konstruksi pengetahuan konteks dan konten
8) mendukung kostruksi pengetahuan kolaboratif melalui negosiasi sosial
Teori Piaget mengemukakan bahwa minat sebagai "bahan bakar" dari
proses konstruktif, merupakan pusat tindakan mental di mana siswa membangun
pengetahuan dan intelegensi. Bilamana tidak terjadi ketertarikan pada siswa, maka
upaya konstruktif untuk masuk ke dalam pengalaman terdahulu. Begitu juga tanpa
pengalaman baru, maka tidak bisa kemampuan bernalar (De Fries, 2006). Kondisi
seperti ini siswa mengharuskan guru untuk menyediakan suatu pengalaman baru yang
dapat membantu untuk mengkonstruksi pengetahuan yang telah ada di dalam benak
siswa. Didalam pembelajaran lingkungan perumahan di dekat sekolah dan cara
mereka mengelola sampah dapat membantu siswa untuk membangun pengetahuan
yang telah mereka miliki tentang materi jenis dan daur ulang limbah.
C. PENDEKATAN LINGKUNGAN
Agar tujuan utama tercapai, ini merupakan tugas berat yang harus dipikul
oleh para pendidik formal sehingga mereka perlu dicarikan strategi yang tepat.
Perubahan mental ini akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah dan
membentuk nilai masyarakat yang berwawasan lingkungan.
Pendidikan lingkungan akan mampu memberikan informasi yang akurat
sehingga program kepedulian lingkungan akan lebih efektif. Dengan pendidikan
lingkungan juga diharapkan agar manusia atau masyarakat dapat mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan motivasi yang mengarah kepada
12
pemerolehan sikap, nilai-nilai, dan mentalitas yang sangat diperlukan secara efektif
dalam memecahkan berbagai isu dan masalah lingkungan. Salah satu cara yang
mungkin dapat dicapai agar pendidikan lingkungan tertanam dalam diri setiap siswa
adalah menggunakan pendekatan lingkungan.
Pendekatan lingkungan yang telah dikenalkan sejak tahun tujuh puluhan
digunakan sebagai media untuk memperkenalkan lingkungan. Saat ini tidak sekedar
media, akan tetapi digunakan dengan tujuan supaya orang mau terlibat, mau
menangani dan mau memelihara lingkungan. Pembelajaran biologi yang berorientasi
pada lingkungan siswa akan memberi kesempatan siswa memahami proses biologi
yang berkaitan dengan lingkungannya menumbuhkan kesadaran keberadaannya
dalam ekosistemnya.
Lingkungan hidup sebagai sarana pendidikan akan memberikan keuntungan
1) pengamatan langsung akan memberi dorongan untuk memiliki pengetahuan lebih
jauh tentang masalah yang dihadapi, 2) alat tidak perlu dibeli dengan biaya mahal,
dan 3) dapat digunakan setiap waktu dan terdapat di mana-mana. Pendekatan
lingkungan dalam pembelajaran akan melahirkan beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Istilah lingkungan mencakup semua benda dan keadaan yang mempengaruhi
siswa.
2. Isi pelajaran disesuaikan dengan keadaan lingkungan siswa dalam menerapkan
prinsip-prinsip biologi
3. Penyusunan bahan bacaan berkisar pada suatu tema atau topik.
4. Pengamatan di dalam laboratorium alam yang akan memberikan kesan dan
pengertian yang lebih dalam dibanding secara verbal.
13
5. Melalui pengamatan siswa berkesempatan melakukan pekerjaan ilmiah
(membuat hipotesis, mengumpulkan data, menguji kebenaran hipotesis yang
dibuat).
D. PENELITIAN YANG RELEVAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM
SOLVING
Ajij (2008) menyampaikan hasil secara lisan dan menjawab pertanyaan
mengalami peningkatan pada kriteria baik (100%). Yulinda (2011) melaporkan 1)
rata-rata hasil belajar kognitif produk mengalami peningkatan dari 54 pada kelas
kontrol menjadi 67 pada kelas perlakuan. Peningkatan ini berbeda secara signifikan
(Fo = 13,33 > Pr 0,0001). Pembelajaran menggunakan proses-proses problem solving
berpengaruh terhadap hasil belajar produk. 2) Rata-rata hasil belajar kognitif proses
juga mengalami peningkatan dari 58 pada kelas kontrol menjadi 73 pada kelas
perlakuan. Peningkatan ini berbeda secara signifikan (Fo = 15,79 > Pr 0,0001).
Pembelajaran menggunakan proses-proses problem solving berpengaruh terhadap
hasil belajar proses. Hasil LKS berupa pengetahuan (produk) tergolong sedang,
sedangkan proses tergolong baik. 3) Hasil kinerja siswa selama kegiatan
pembelajaran meliputi terdiri atas 20 parameter, hanya 6 parameter yang mengalami
peningkatan. Jadi, kinerja siswa dalam pembelajaran belum menunjukkan
peningkatan. 4) Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, semua mengalami
peningkatan.
Hanifah (2010) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan
bahwa pembelajaran materi “Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup”
dengan penerapan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan mengoptimalkan hasil belajar siswa SMP Negeri 40 Semarang.
14
E. PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER
Pendekatan kooperatif tipe Learning Together adalah pembelajaran yang
melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok beranggotakan 4-5 orang
heterogen dari aspek kemampuan, jenis kelamin, etnis, dan agama dalam tiap
kelompoknya. Kelompok-kelompok tersebut akan menyelesaikan tugas-tugas tertentu
dan kemudian menyerahkan hasil kerja dari kelompoknya. Pendekatan ini
menekankan pada kegiatan-kegiatan pembinaan kerjasama dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran Learning Together menurut Slavin (1997)
adalah sebagai berikut:
1) menyampaikan tujuan pembelajaran diiringi dengan memotivasi siswa.
2) menyajikan informasi kepada siswa tentang materi pelajaran.
3) membagi kelompok-kelompok belajar secara heterogen, di mana tiap kelompok
beranggotakan tidak lebih dari 4-5 orang.
4) membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.
5) mengevaluasi hasil kerja siswa tentang materi yang dipelajari atau
mempresentasikan hasil kerja dan memberikan penghargaan pada siswa baik
individu atau kelompok.
6) guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan.
F. KONSEP JENIS DAN DAUR ULANG LIMBAH DALAM KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
Pada KTSP konsep “Jenis dan Daur Ulang Limbah” ini merupakan materi
IPA Biologi untuk SMA/MA kelas X (BNSP: 2006). Standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta indikator sebagai berikut:
15
Standar Kompetensi : 4. Mmenganalisis hubungan antara komponen
ekosistem, perubahan materi, dan energy serta
peranan manusia dalam keseimbangn ekosistem.
Kompetensi Dasar : 4.3. Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas maka
dikembangkan indikator-indikator sebagai panduan untuk mencapai tujuan
pembelajaran sebagai berikut:
Indikator:
Kognitif:
a. Produk
1. Menjelaskan pengertian limbah.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis limbah.
3. Menjelaskan pemanfaatan Limbah Organik dan Anorganik.
4. Menjelaskan pengetahuan dasar tentang jenis dan daur ulang limbah
b. Proses
1. Menyelidiki jenis-jenis limbah yang dihasilkan kegiatan rumah tangga.
2. Menganalisis jenis-jenis limbah.
3. Menilai jenis-jenis limbah rumah tangga.
c. Psikomotor
1 Melakukan pengamatan ekosistem di lingkungan sekitarnya dan
mengidentifikasi jenis dan daur ulang limbah.
16
Afektif:
a. Karakter
Menunjukan perilaku berkarakter, meliputi: Bekerja sama dan Menghargai
Pendapat teman.
b. Keterampilan Sosial
Menunjukkan kemampuan keterampilan sosial, meliputi: meliputi: Bertanya dan
dan menyumbang ide atau pendapat.
Konsep : Jenis dan Daur Ulang Limbah
Alokasi waktu : 4 x 45 menit (2 kali pertemuan)
Materi :
1. Pengertian limbah
2. Jenis-jenis limbah
3. Manfaat limbah organik dan anorganik.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian penggunaan pendekatan problem solving dalam pembelajaran
Konsep Jenis dan Daur Ulang Limbah terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 3
Banjarbaru dilaksanakan dengan menggunakan rancangan kuasi eksperimen (quasi
experiment) yang melibatkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk rancangan
kuasi eksperimen yang dipilih adalah nonequivalent control group design. Bentuk
desain dari eksperimen ini terdapat dua kelompok yang telah dipilih diberi pretest
untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol (Sugiyono, 2010).
Kelas A O1 X O2
------------------------ n
Kelas B O1 O2
Keterangan:
A : Kelas eksperimen
B : Kelas kontrol
O1 : Tes (Pre-test)
O2 : Tes (Post-test)
X : Pembelajaran dengan pendekatan Problem Solving
n : Banyaknya pertemuan
Gambar 1. Model Rancangan Penelitian The Nonequivalent Control Group Design
17
18
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan
pendekatan Problem Solving. Variabel terikat adalah hasil belajar kognitif produk
dan hasil belajar kognitif proses.
C. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian ini meliputi RPP, LKS, dan bahan ajar. Langkah-langkah
penyusunan instrumen penelitian dirincikan sebagai berikut:
(1) Membuat silabus perencanaan pembelajaran.
(2) Menyusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, LKS, bahan ajar.
(3) Melaksanakan pembelajaran.
D. VALIDITAS INSTRUMEN
Menurut Arikunto (1998) instrumen penelitian memenuhi syarat sebagai alat
pengumpul data apabila instrumen tersebut valid dan reliabel. Uji validitas instrumen
penelitian dengan tujuan dan isi materi pembelajaran. Soal-soal tes yang diuji
validitasnya dengan memberikan kepada para siswa SMA di luar populasi penelitian.
Uji validitas isi RPP dan LKS dilakukan oleh guru Mata Pelajaran Biologi dan
peneliti sendiri. Uji soal menggunakan table Fan.
E. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 3 Banjarbaru.
Tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian adalah siswa kelas X. Untuk
menentukan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobality sampling
yaitu pengambilan sampel yang dipilih dengan non random dengan teknik
19
pengambilan sampel sistematis (Systematic Sampling) di mana sampel yang diambil
berdasarkan urutan kelas yang sudah ditentukan yaitu kelas dengan satu lompatan
kelas paralel.
F. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian lapangan dilakukan selama 2 bulan (Oktober-Nopember 2013) di
SMA Negeri 3 Banjarbaru.
G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA
Teknik pengumpulan dan analisis data dibedakan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian berupa data kuantitatif (hasil belajar kognitif produk dan hasil
belajar kognitif proses) yang diperoleh dari nilai pretes dan postes di kelas kontrol
dan eksperimen dianalisis menggunakan teknik analisis kovarian (ANACOVA).
2. Data kuantitatif proses pembelajaran yang diperoleh dari LKS untuk mengukur
keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan kategori yakni baik (76-100%),
sedang (56-75%), kurang (40-55%), dan buruk (< 40%) (Arikunto, 1998).
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Hasil belajar kognitif produk dan hasil belajar kognitif proses kelas perlakuan
disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Belajar Kognitif Produk dan Kognitif Proses Kelas Perlakuan
No.
Nama
Soal Produk Soal Proses
Pretest Post tes Pretest Post tes
skor nilai skor nilai skor nilai skor nilai
1 A. Baini 6 40 11 73 4 40 8 80
2 Ahmad Madani 3 20 10 67 3 30 6 60
3 Aminah 5 33 11 73 5 50 8 80
4 Amrullah 5 33 10 67 6 60 9 90
5 Andy Ariyadi 2 13 9 60 3 30 6 60
6 Arifin 6 40 11 73 4 40 8 80
7 Elly Farahesti 3 20 9 60 3 30 7 70
8 Faisal Akbar 9 60 9 60 7 70 7 70
9 Hapsari 4 27 9 60 6 60 9 90
10 Husni Fadillah 2 13 10 67 3 30 8 80
11 Jahrah Panupus 5 33 12 80 5 50 8 80
12 Kaspariman 4 27 10 67 4 40 8 80
13 M. Akmal Firdaus 5 33 8 53 6 60 6 60
14 M. Ananda Pratama Putra 8 53 12 80 5 50 6 60
15 M. Fiqrian Maulana 6 40 9 60 2 20 6 60
16 M. Noor 6 40 9 60 4 40 7 70
17 M. Saukani 3 20 9 60 1 10 5 50
18 M. Zaki 3 20 12 80 4 40 9 90
19 Munawarah 4 27 10 67 3 30 9 90
20 Ria Khairi Juraida 5 33 14 93 3 30 9 90
21 Rusdi 6 40 6 40 5 50 5 50
22 Siti Aisyah 3 20 10 67 5 50 7 70
23 Syahdani 3 20 9 60 3 30 7 70
20
21
24 Syamsuri 5 33 9 60 5 50 6 60
25 Zainuddin 6 40 12 80 4 40 8 80
skor rata-rata
31
67 41
73
Hasil belajar kognitif produk dan hasil belajar kognitif proses kelas kontrol
disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Belajar Kognitif Produk dan Kognitif Proses Kelas Kontrol
Soal Produk Soal Proses
No.
Nama
Pre test Post test Pre test Post test
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
1 Mentari Ruthma 9 60 11 73 7 70 7 70
2 Yuniati Hidayah 5 33 7 47 4 40 5 50
3 Rizka Silviana 5 33 8 53 6 60 7 70
4 Haposan h 7 47 9 60 8 80 6 60
5 Mahendra Sh 9 60 12 80 7 70 5 50
6 Oneal 7 47 8 53 6 60 6 60
7 Nurahmat s 8 53 8 53 6 60 4 40
8 Fahmi r 7 47 7 47 7 70 5 50
9 M agvi 9 60 11 73 4 40 5 50
10 Rizki Wulandari 4 27 8 53 5 50 5 50
11 Yunita sh 4 27 6 40 2 20 5 50
12 Catur Bayu n 5 33 9 60 2 20 6 60
13 Yana Listiana 8 53 11 73 6 60 6 60
14 Dwi Kariana Putri 3 20 5 33 6 60 7 70
15 Intania Hidayati 3 20 5 33 4 40 7 70
16 Jamaludin Arif 9 60 8 53 7 70 6 60
17 Firman N 6 40 8 53 7 70 7 70
18 Fauzah F 5 33 7 47 5 50 7 70
19 Chintia Ds 4 27 4 27 3 30 5 50
20 Fitriani 8 53 9 60 5 50 5 50
21 Dewi Permata Sari 7 47 8 53 9 90 6 60
22 Pembyun 4 27 6 40 5 50 6 60
23 Eni Maulida 4 27 7 47 4 40 5 50
24 Dewi Sulistaw 8 53 13 87 6 60 6 60
25 Anggia Sd 4 27 10 67 4 40 5 50
26 Gusti Aprianti s 5 33 6 40 7 70 6 60
27 Rusliana 7 47 8 53 7 70 7 70
28 Shellawati 8 53 8 53 5 50 6 60
29 Siti Rahmah R 9 60 8 53 6 60 6 60
30 St. Munawarah 6 40 7 47 7 70 6 60
22
31 Susi 8 53 8 53 5 50 7 70
32 Wahyudi 7 47 10 67 5 50 5 50
skor rata-rata
42
54 55 58
Ringkasan hasil belajar kognitif produk dan kognitif proses kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif Produk dan Kognitif Proses
Variabel Terikat
Kelas Kontrol (N = 32) Kelas Perlakuan (N = 25)
pretest Post tes pretest Post tes
Kognitif Produk 42 54 31 67
Kognitif Proses 55 58 41 73
Tabel 4.3 memperlihatkan ada peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif
produk dari 54 pada kelas kontrol menjadi 67 pada kelas perlakuan. Begitu juga rata-
rata hasil belajar kognitif proses dari 58 pada kelas kontrol menjadi 73 pada kelas
perlakuan. Perolehan hasil belajar kognitif produk lebih rendah dibandingkan hasil
belajar kognitif proses hal ini dapat dijelaskan bahwa produk diperoleh melalui
proses. Hal ini berdasarkan kaidah bahwa dalam pembelajaran biologi, ada dua
standar yakni standar yang berhubungan dengan kerja ilmiah (working Scientificcally)
dan standar yang berhubungan dengan konten (content standard).
Keterampilan berpikir kritis siswa diperoleh melalui kemampuan
menyelesaikan LKS. Dalam penelitian ini menggunakan 2 buah percobaan.
Pertemuan pertama membuktikan fotosintesis menghasilkan oksigen. Data hasil
pengamatan disajikan pada Tabel 4.4.
23
Tabel 4.4 Ringkasan Kinerja Proses Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis
Keterangan RTK:
1. Merumuskan hipotesis
2. Mengidentifikasi variabel control
3. Mengidentifikasi variabel manipulasi
4. Mengidentifikasi variabel respon
5. Mendefinisikan secara operasional
variabel manipulasi
6. Mendefinisikan secara operasional
variabel respon
7. Menentukan prosedur penelitian
8. Melaksanakan penelitian
9. Mencatat seluruh hasil pengamatan
dalam tabel data
10. Menarik kesimpulan
Pertemuan kedua melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
peristiwa fotosintesis. Data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Ringkasan Kinerja Proses fotosintesis menghasilkan amilum
Keterangan RTK:
RTK
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Andy Ariyadi 8 8 8 9 8,5 7 7,5 8 8,5 9
Arifin 8,5 8 8 9,25 8 7,75 7,5 8,5 8 9,25
Elly Farahesti 8 9,5 9,5 9,5 8 8 8 8,5 9 9
Faisal Akbar 7,75 9 9 9,5 7,75 7,5 7 8 9,25 9
Rata-rata
RTK
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Andy Ariyadi 8 8 8 9 8,5 8 7,5 8 8,5 9
Arifin 8,5 8 8,5 9,5 8 7,5 7,5 8,5 8 9,25
Elly Farahesti 9,5 8 8 8 8 8 8 8,5 9 9,5
Faisal Akbar 9,5 7,5 7,75 7,5 8 7,75 8 8 8 8,5
Rata-rata
1. Merumuskan hipotesis
2. Mengidentifikasi variabel control
3. Mengidentifikasi variabel manipulasi
4. Mengidentifikasi variabel respon
5. Mendefinisikan secara operasional variabel
manipulasi
6. Mendefinisikan secara operasional
variabel respon
7. Menentukan prosedur penelitian
8. Melaksanakan penelitian
9. Mencatat seluruh hasil pengamatan
dalam tabel data
10. Menarik kesimpulan
1. Hasil Belajar Kognitif Produk
Ada peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif produk dari 54 pada kelas
kontrol menjadi 67 pada kelas perlakuan. Perbedaan hasil rata-rata selanjutnya
dianalisis menggunakan anacova. Ringkasan hasil analisis statistik seperti Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Signifikansi Hasil Belajar Kognitif Produk
Sumber DB/DF JK/SS RK/MS F-rasio Pr > F Keterangan
Regresi 2 0.24 0.119 13,33 0,0001 Signifikan
Residual 54 0,48 0.008
Total 56 0,72
Keterangan: R-kuadrat = 0,33, c.v. = 5,35, n = 57, F =13,33; P = 0,0001.
Tabel 4.6 menunjukkan ada perbedaan secara signifikan hasil belajar kognitif produk
(F = 13,33; P = 0,0001). Berdasarkan temuan ini hipotesis penelitian yang berbunyi
ada pengaruh pendekatan problem solving pada pembelajaran konsep jenis dan daur
ulang limbah terhadap hasil belajar kognitif produk dapat diterima. Jadi
pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving berpengaruh terhadap hasil
belajar kognitif produk.
2. Hasil Belajar Kognitif Proses
Ada peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif proses dari 58 pada kelas
kontrol menjadi 73 pada kelas perlakuan. Ringkasan hasil analisis statistik terhadap
hasil belajar kognitif proses disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Signifikansi Hasil Belajar Kognitif Proses
Sumber DB/DF JK/SS RK/MS F-rasio P r > F Keterangan
Regresi 2 0.14 0.070 15,79 0,0001 Signifikan
Residual 54 0,24 0.004
Total 56 0,38
Keterangan: R-kuadrat = 0,37, c.v. = 3,68, n = 57, F =15,79; P = 0,0001.
Pada Tabel 4.7 ada perbedaan secara signifikan hasil belajar kognitif proses (F =
15,79; P = 0,0001). Berdasarkan temuan ini, hipotesis penelitian yang berbunyi ada
pengaruh pendekatan problem solving pada pembelajaran konsep jenis dan daur
ulang limbah terhadap hasil belajar kognitif proses dapat diterima. Jadi dikatakan
pula pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving berpengaruh terhadap
hasil belajar kognitif proses.
3. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Hasil kinerja siswa sebagai pencerminan keterampilan berpikir kritis
diperoleh dari hasil mengerjakan LKS seperti pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Ringkasan Kinerja Proses Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis
Keterangan:
76-100% = Baik; 56-75% = Cukup baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto. 1998)
Keterangan RTK:
Pertemuan kedua melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
peristiwa fotosintesis. Data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4.9.
RTK
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Andy Ariyadi 8 8 8 9 8,5 7 7,5 8 8,5 9 81,5
Arifin 8,5 8 8 9,25 8 7,75 7,5 8,5 8 9,25 82,75
Elly Farahesti 8 9,5 9,5 9,5 8 8 8 8,5 9 9 77,5
Faisal Akbar 7,75 9 9 9,5 7,75 7,5 7 8 9,25 9 83,75
Rata-rata 81,375
1. Merumuskan hipotesis
2. Mengidentifikasi variabel control
3. Mengidentifikasi variabel manipulasi
4. Mengidentifikasi variabel respon
5. Mendefinisikan secara operasional
variabel manipulasi
6. Mendefinisikan secara operasional
variabel respon
7. Menentukan prosedur penelitian
8. Melaksanakan penelitian
9. Mencatat seluruh hasil pengamatan
dalam tabel data
10. Menarik kesimpulan
Tabel 4.9 Ringkasan Kinerja Proses fotosintesis menghasilkan amilum
Keterangan:
76-100% = Baik; 56-75% = Cukup baik; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto. 1998)
Keterangan RTK:
Berdasarkan Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 keterampilan berpikir kritis sudah
tergolong baik, hal ini sejalan dengan hasil penilaian selama proses yang juga
tergolong baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses selama pembelajaran pada
siklus 2 ini sudah tergolong kategori baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan rumusan tujuan
penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rata-rata hasil belajar produk mengalami peningkatan dari 54 pada kelas kontrol
menjadi 67 pada kelas perlakuan. Peningkatan ini berbeda terlihat secara
signifikan (Fo = 13,33 > Pr 0,0001). Dikatakan pula pembelajaran menggunakan
pendekatan problem solving berpengaruh terhadap hasil belajar produk.
2. Rata-rata hasil belajar proses juga mengalami peningkatan dari 58 pada kelas
kontrol menjadi 73 pada kelas perlakuan. Peningkatan ini berbeda secara
RTK
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Andy Ariyadi 8 8 8 9 8,5 8 7,5 8 8,5 9 82,5
Arifin 8,5 8 8,5 9,5 8 7,5 7,5 8,5 8 9,25 83,25
Elly Farahesti 9,5 8 8 8 8 8 8 8,5 9 9,5 84,5
Faisal Akbar 9,5 7,5 7,75 7,5 8 7,75 8 8 8 8,5 80,5
Rata-rata 82,69
1. Merumuskan hipotesis
2. Mengidentifikasi variabel control
3. Mengidentifikasi variabel manipulasi
4. Mengidentifikasi variabel respon
5. Mendefinisikan secara operasional variabel
manipulasi
6. Mendefinisikan secara operasional
variabel respon
7. Menentukan prosedur penelitian
8. Melaksanakan penelitian
9. Mencatat seluruh hasil pengamatan
dalam tabel data
10. Menarik kesimpulan
signifikan (Fo = 15,79 > Pr 0,0001). Dikatakan pula pembelajaran menggunakan
pendekatan problem solving berpengaruh terhadap hasil belajar proses.
3. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui pembelajaran
menggunakan pendekatan problem solving tergolong baik
B. PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh dari pembelajaran konsep
jenis dan daur ulang limbah melalui pendekatan problem solving selanjutnya
digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.
1. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Solving terhadap Hasil Belajar
Kognitif Produk
Hasil belajar kognitif produk merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang
pertama yaitu menguji signifikansi hasil belajar siswa. Hasil penelitian pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan problem solving dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif produk dan peningkatan ini berpengaruh secara signifikan. Temuan ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilaporkan sebelumnya bahwa pembelajaran
problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Nur, 2008; Lanjar, 2009;
Alkusaer, 2009; Novianti, 2011; Kirschner, 2011). Akan tetapi berbeda dengan
penelitian menggunakan pembelajaran kooperatif saja (Wibowo, 2007) menemukan
tidak terdapat pengaruh strategi pembelajaran terhadap keterampilan metakognitif
siswa.
Setiap materi yang disajikan memiliki makna dengan kualitas yang beragam.
Makna yang berkualitas adalah dengan menghubungkan materi ajar dengan
lingkungan personal dan sosial (Johnson, 2009). Materi jenis limbah dan daur ulang
limbah yang diajarkan melalui pendekatan problem solving berarti mendekatkan
materi limbah (dalam hal ini sampah) dengan lingkungan personal mereka sehingga
siswa bukan hanya belajar mengenai pengertian sampah melainkan juga belajar
mengenai lingkungan di sekitar mereka. Dengan kata lain lingkungan fisik dan psikis
siswa juga di fasilitasi untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan problem solving di
kombinasikan dengan pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama. Pembelajaran
dengan setting kooperatif dimaksudkan agar siswa dapat saling membantu sesama
anggota kelompoknya apabila mengalami kesulitan, sehingga pemecahan masalah
lebih mudah diselesaikan. Hasil pembelajaran pendekatan problem solving pernah
dilaporkan dengan mengkombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif (Nur,
2008). Perpaduan ini dapat juga dilakukan dengan setting lingkungan (Saudah,
2007). Kombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
memenuhi 3 unsur yakni 1) sintak pembelajaran, 2) tujuan pembelajaran, dan 3)
sarana belajar.
Pendekatan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran kooperatif pada
hakikatnya memberikan penekanan sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok.
Penekanan sosial dan kelompok sejawat untuk memodelkan cara berpikir yang sesuai
dan saling mengemukakan dan meluruskan pengertian atau miskonsepsi-miskonsepsi
diantara mereka sendiri (Nur dan Wikandari, 2000). Penggunaan pembelajaran
kooperatif yang dipadukan dengan pendekatan problem solving dapat memudahkan
siswa di dalam memahami materi pelajaran dan berdampak pada signifikansi hasil
belajar.
Pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving dikondisikan akrab
dengan lingkungan belajar siswa, yakni memanfaatkan lingkungan sebagai sarana
belajar. Pembelajaran dilaksanakan dengan setting lingkungan, artinya pembelajaran
dikondisikan terjadi interaksi langsung para siswa dengan lingkungan alami.
Pengajaran konsep Jenis dan Daur ulang limbah melalui pendekatan problem solving
dirancang untuk mendekatkan siswa dengan lingkungan mereka sendiri. Kegiatan
pengumpulan sampah, memilah, dan menimbang sampah merupakan kegiatan yang
mendekatkan siswa dengan lingkungan. Hasil positif dari penelitian ini adalah hasil
pembelajaran kognitif produk kelas perlakuan signifikan terhadap hasil belajar
kognitif produk pada kelas kontrol. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan bahwa
pembelajaran berbasis lapangan menunjukkan pemahaman kognitif yang lebih besar
dari kelas berbasis peserta (Carrier, 2010). Hal ini beralasan kegiatan lapangan
mendorong timbulnya sikap positif yang berbeda dibandingkan kegiatan dikelas.
Bierle dan Singletary (2008) mengimplikasikan pembelajaran di lingkungan
alami. Mereka mengemukakan tujuan pendidikan lingkungan hendaknya berangkat
dari isi kurikulum. Ini dapat difasilitasi dengan pembelajaran outdoor, berpetualang,
maupun eksperimental. Selain itu, hasil analisis KTSP sains, matematika SD dan
buku yang memuat nuansa lingkungan cukup besar (Zaini dkk., 2008b).
2. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Solving terhadap Hasil Belajar
Kognitif Proses
Pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving dapat meningkatkan
hasil belajar kognitif proses dan peningkatan ini berpengaruh secara signifikan.
Seperti hasil belajar produk, pengaruh model pembelajaran juga dikuatkan dengan
setting kooperatif dan pemanfaatan lingkungan sebagai sarana belajar. Pembelajaran
menggunakan model yang tergolong konstruktivis ini dapat meningkatkan hasil
belajar proses. Ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang pernah dilaporkan
melalui perpaduan pendekatan problem solving dengan pendekatan kooperatif yang
berbeda (Sulistiana, 2008). Peneliti ini menemukan pendekatan problem solving yang
dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD semata.
Penelitian lain memadukan pembelajaran problem solving dengan pendekatan
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan proses belajar (Nur, 2008). Problem
solving dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Kirschner, 2011).
Hasil belajar kognitif proses pada pembelajaran konsep Jenis dan Daur Ulang
Limbah melalui pendekatan problem solving yang dipadukan dengan pembelajaran
kelompok tipe belajar bersama signifikan terhadap hasil belajar kognitif proses kelas
kontrol. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran kelompok terdapat tugas yang harus
diselesaikan bersama sehingga perlu dilakukan pembagian kerja. Komunikasi yang
efektif akan memudahkan kerjasama dalam kelompok (Hasibuan, 2002). Sehingga,
kesempatan untuk memahami materi pembelajaran akan lebih baik.
Pembelajaran menggunakan pendekatan problem solving berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar kognitif proses. Temuan ini berbeda dengan hasil
penelitian yang menggunakan pendekatan problem solving dan problem posing yakni
kualitas proses kognitif siswa tergolong cukup (Novianti, 2011). Begitu juga dengan
hasil penelitian yang menggunakan keterampilan metakognitif sebagai variabel
terikat yang mengarah pada keterampilan berpikir lebih tinggi dibanding hasil belajar
kognitif proses (Wibowo, 2007; Sugiharto, 2007; Purwandari, 2007). Dalam konteks
pembelajaran di lingkungan alami, hasil penelitian ini sejalan dengan temuan bahwa
hasil belajar siswa pada 3 daerah penelitian (Kota Banjarbaru, Kota Banjarmasin, dan
Kabupaten Tanah Laut) yang dianalisis dengan anacova menunjukkan signifikansi
yakni penggunaan pendekatan PBM dan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Zaini dkk., 2008a).
3. Kemampuan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran
Menggunakan Pendekatan Problem Solving
Hasil Lembar Kerja Siswa berupa pengetahuan (produk) tergolong sedang,
sedangkan proses tergolong baik. Hasil ini sejalan dengan temuan yang pernah
dilaporkan bahwa proses belajar yang diukur melalui LKS dan dianalisis secara
deskriptif tergolong baik (Zaini dkk., 2008b; Saudah, 2007; Nur, 2008; Dwindiasih,
2011). Lembar Kerja Siswa memberikan kesempatan kepada siswa dan kelompok
untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperolah perubahan tingkah laku yang baru
secarakeseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi dengan
lingkungan (Slameto, 2003).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang menyatakan bahwa ada
korelasi antara kemampuan kognitif dengan sikap pada pembelajaran bioetika
(Minarno, 2009). Pendekatan problem solving ini dalam pembelajaran melibatkan
siswa dalam suatu tugas yang jawabannya belum diketahui, jadi, dalam rangka
mencari jawaban permasalahan siswa harus memanfaatkan pengetahuan mereka, dan
melalui proses ini para siswa akan mengembangkan pemahaman baru (Polya, 1983).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan beberapa
disimpulkan:
1. Ada perbedaan secara signifikan hasil belajar kognitif produk (F = 13,33; P =
0,0001). Ini menunjukkan pembelajaran menggunakan pendekatan problem
solving berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif produk.
2. Ada perbedaan secara signifikan hasil belajar kognitif proses (F = 15,79; P =
0,0001). Dikatakan pula pembelajaran menggunakan pendekatan problem
solving berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif proses.
3. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh melalui pembelajaran
menggunakan pendekatan problem solving tergolong baik
B. SARAN-SARAN
Berkaitan dengan kesimpulan, maka dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Kinerja siswa sebagai pencerminan keterampilan berpikir kritis merupakan hasil
rata-rata kelompok, oleh karena itu diperlukan penelitian yang memerinci
masing-masing keterampilan berpikir kritis siswa dan diukur dari semua siswa.
2. Populasi penelitian pada kelas kontrol kurang dari 30 siswa, hal ini
mengakibatkan keragaman data, oleh karena itu sebaiknya menggunakan jumlah
siswa yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta, Jakarta.
Ajij, Abdul. 2008. Peningkatan Kemandirian Belajar Biologi Dengan Pendekatan
Problem Solving Terhadap Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas X Ma Wahid
Hasyim Sleman Yogyakarta. http://digilib.uin-
suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--abdulajijn-
813, diakses 22 Februari 2012.
Blosser, Patricia E. 1988. Teaching Problem Solving--Secondary School Science.
ERIC/SMEAC Science Education Digest No. 2, 1988.
Borich, Gary. D. 2005. Observation Skills for Effective Teaching. Merrill Publishing
Company : New York.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi. Depdiknas:Jakarta.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses. Depdiknas:Jakarta.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha
Nasional;Surabaya.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. PT Gresindo. Jakarta.
Hein, George E. 1996. Constructivist Learning Theory. The Museum and the Needs
of People. Jerusalem, Israel;CECA (International Committee of Museum
Educators) Conference 15-22 October 1991. 1996 Exploratorium, 3601 Lyon
St., San Francisco, CA94123 http://www.exploratorium.edu/IFI/
resources/constructivistlearning .html diakses 22 Februari 2012.
Huitt, W. 2003. Constructivism. Education Psychology Interactive. Valdosa, GA.
Valdosa State.
Koohang, Alex. Liz Riley, and Terry Smith. 2009. E-Learning and
Constructivism:From Theory to Application. Interdisciplinary Journal of E-
Learning and Learning Objects Volume 5, 2009. Editor; Janice Whatley.
Macon State College;Macon, Georgia, USA.
Polya, George. 2001. Teaching Problem Solving Strategies in the 5 – 12 Curriculum .
Reardon Problem Solving Gifts, Inc.
Sanjaya, Wira. 2006. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan.
Kencana. Jakarta.
Sanjaya, Wira. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Perdana Media Group.
Jakarta.
Slavin, R. 1997. Educational Psychology Theory and Practice. Boston: Allyn.
Slavin, R. 2010. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Nusa
Media:Bandung.
Sulistiana, Devita. 2008. Keefektifan Model Pembelajaran Paduan Problem Solving
dan Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Kelas XI IPA. Tesis. Program Studi
Pendidikan Kimia UM; Malang.
Yager, Robert, E.(ed).1996. The Science/Technology/Society as Reform in Science
Education. State University of New York Press. New York
Yulinda, Ratna. 2011. Hasil Belajar, Kinerja, Dan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa SMA Pada Pembelajaran Konsep Jenis Dan Daur Ulang
Limbah Melalui Proses-Proses Problem Solving. Tesis (tidak dipublkasikan)