Transcript of MOTIVASI BELAJAR YANG TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN …
AL-QUR’AN SURAH AL-MUJADALAH AYAT 11
SKRIPSI
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
JAKARTA
2019
MOTIVASIBELAJAR YANG TERKANDUNG DALAM AL QUR'AN
SURAH ALIUJADALA AYAT ll
SKRIPSI
DiaitllCall kcpada Fakultas 1lmu Taibiy dall Kcgurualll untlk
Memcnlhi
Persyaratal Mcncapai Gclar Sttana Pendidikan
01ch:
FAKULTAS ILIU TARBIYA DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAPI NEGERISYARIF IDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEIBAR PENGESAHAN PE IBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul "MOTIVASI BELAJAR YANG TERKANDUNG
DALAM AL-QUR'AN SURAH AL-MUJADALAH AYAT 11" disusun oleh
Mohamad Rusdiansyah NIM. 1112011000093, Jurusan Pendidikan
Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai
ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Skripsi yang berjudul Motivasi Belajar Yang Terkandung Dalam
AI-Qur'an Surah Al-Mujadalah Ayat 11 disusun oleh Mohamad
Rusdiansyah NIM 1112011000093, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal29 April2019 di
hadapan
Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta,2g Apnl20l9
Dr. Abdul Maiid Khon" M.Ae NrP. 19580707 198703 I 005
Sekretaris (Sekretaris Jurusan)
Marhamah Saleh. Lc. MA NrP. 19720313 2008012 010
Penguji I Drs. Abdul Haris. M.As NIP. 19660901 199503 1 001
Penguji II Dr. Zaimudin. M.Ae NIP. 19590105 t99t03 t 002
τ
|
No. Revisi: : 01
Mohamad Rusdiansyah
1 1 1201 1000093
Al-Mujadalah Ayat 11
Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Rif at Syauqi Nawawi, M.A
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang sa,va buat benar-benar
hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya
tulis.
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian
Munaqasah.
Jakarta, 07 Apnl2Al9 Mahasiswa Ybs.
Mohamad Rusdiansyah NrM.1112011000093
N arn a
dalam al-Qur;an Surah Al-Mujadalah ayat 11”, Jurusan Pendidikan
Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, April 2019.
Dalam Al-Qur`ân banyak kita temui ayat tentang motivasi. Hal
ini
mengindikasikan bahwasanya motivasi belajar merupakan salah satu
metode
pembelajaran. Sebagaimana yang terkandung dalam Surah Al-Mujadalah
ayat 11,
Namun pada pelaksanaannya masih sedikit yang mengatahui bagaimana
ayat
tersebut dapat memotivasi belajar siswa dalam pembelajaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kualitatif
dengan teknik analisis konten, dengan cara mengumpulkan data atau
bahan-bahan
yang berkaitan dengan pembahasan dan permasalahanya, yang diambil
dari
sumber-sumber kepustakaan, kemudian dianalisis untuk menyimpulkan
data-data
yang diperoleh dari beberapa sumber.
Bedasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya dalam Surah
Al-
Mujadalah ayat 11 memiliki motivasi belajar yang menyentuh aspek
motivasi
ektrinsik siswa yaitu pertama, seseorang akan mendapatkan derajat
dengan cara
beriman kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya, kedua, adalah mereka yang diberi
Ilmu
pengetahuan, artinya derajat yang tinggi disisi Allah SWT bisa
didapatkan dengan
menjadi orang yang berilmu, ketiga, yaitu menjadi keduanya (beriman
dan
berilmu) Ilmu dan Imannya selalu beriringan.
Kata kunci: Motivasi, Belajar
kepada Allah Swt yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
Karena
ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan seluruh kewajiban dan
perjuangan
dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai sebagai mahasiswa S1 pada
jurusan
Pendidikan Agama Islam, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta, yaitu skripsi yang berjudul “Motivasi Belajar
yang
terkandung dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujadalah ayat 11.”
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarga dan para sahabatnya serta seluruh muslimin dan
muslimah.
Karena beliaulah yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman
yang terang benderang.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh
gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, tidak dapat dipungkiri,
bahwa
sebagai makhluk sosial penulis tidak dapat hidup sendiri. Penulis
membutuhkan
bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu sebagai ungkapan
rasa hormat,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku Rektor
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Sururin, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Marhamah Saleh, Lc., M.A., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta..
5. Bapak Dr. Muhammad Dahlan, M. Hum, selaku dosen pembimbing
akademik
yang selalu memberikan nasehat, arahan dan semangat akademik
kepada
penulis selama tujuh tahun sejak semester satu sampai semester
empat belas.
6. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A selaku dosen pembimbing
skripsi
penulis yang dengan sabar memberikan arahan dan support sampai
selesainya
skripsi ini
Hidayatullah Jakarta.
8. Kepada orang tua Ibunda tercinta Sunarni dan adik penulis
M.Rofik Hidayat
dan keluarga besar penulis.
9. Kepada kawan-kawan dari ponpes Babus Salam dari angkatan FF 14
yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan
support baik
berupa moril maupun materil.
10. Kawan-kawan PAI 2012, KANCA C, Amir, Sayyidina, As’ad, Yazid,
Abib,
Fikri, Anto, Aenk yang selalu mensuport penulis.
11. Teruntuk Khairrunnisa, terimakasih atas segala motivasi, canda
dan tawanya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
12. Dan berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga
dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis masih menyadari masih terdapat banyak kekurangan
dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca. Penulis mengharapkan agar
skripsi ini
bermanfaat bagi penulis, pembaca, atau peminat lain pada umumnya.
Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
B. Identifikasi masalah
.....................................................................
11
3. Strategi menumbuhkan Motivasi Belajar
............................... 32
4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu
Penelitian.........................................................
37
B. Jenis penelitian
.............................................................................
37
1. Data Primer
............................................................................
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
.............................................................
40
1. Teks dan Terjemahan Q. S. Al- Mujadalah/58: 11 ................
40
2. Munasabat Q. S. Al- Mujadalah/58: 11
................................. 40
3. Mufradat (Penjelasan Kata) Yang Terkandung
Dalam Q.S. aLMujadalah/58: 11
....................................... 41
4. Asbabun Nuzul Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11
........................... 42
5. Tafsir Isi Kandungan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11
Menurut Beberapa Ahli Tafsir (Mufassir)
............................. 42
B. Interpretasi Data
ayat 11
....................................................................................
52
Q.S. Al- Mujadalah/ 58: 11
................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
..................................................................................
57
B. Saran
.............................................................................................
57
C. Penutup
.........................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA
...............................................................................................
59
pedoman hidup bagi setiap muslim, al-Quran bukan sekedar
memuat
petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi
juga
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran islam
secara sempurna (kaffah), maka langkah pertama yang harus
dilakukan
adalah memahami kandungan isi al-Quran dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.
1
Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi setiap
muslim dalam menghadapi berbagai macam masalah yang timbul
dari
zaman ke zaman, didalam Al-Quran banyak ayat yang bisa kita
petik
untuk menghadapi kesulitan kehidupan manusia karna didalamnya
memuat begitu banyak nilai serta kandungannya yang luas,
seperti
halnya ketika al-Quran menerangkan tentang masalah sosiologi,
astronomi, biologi, sejarah, dan psikologi. Hal tersebeut
hanya
sebagian kecil diantara ilmu-ilmu yang disinggung dalam
al-Quran,
sehingga, kehadiran al-Quran telah memberi pengaruh yang luar
biasa
bagi lahirnya berbagai konsep yang diperlukan manusia dalam
berbagai bidang kehidupan. akan sangat amat berguna dalam
setiap
segi kehidupan secara menyeluruh, berbagai persoalan yang
timbul
adapun itu bersifat duniawi maupun ukhrowi jika kita mempelajari
dan
memahami isi kandungan al-Quran pasti akan menemukan solusi
untuk menyelesaikannya. 2
1 D. Abdul Yasir, Nilai-Nilai Motivasi Belajar yang Terkandung
dalam Kisah Nabi Musa
dan Khidir, (Jakarta: 2012), hal. 1 2 Taufik Adnan Amal.
Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, (Jakarta; Pustaka Alvabet,
2005),
Cet. 1, hal. 2
Rasulullah saw dan para sahabat. Lebih-lebih ketika Aisyah
ra.
Menegaskan bahwa akhlak beliau adalah Al-Quran. Kehidupan
Rasulullah, baik dalam kondisi damai maupun perang, ketika
dirumah
maupun di luar rumah, atau berada ditengah kaumnya bahwa
akhlak
Rasulullah adalah al-Quran. 3
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa sumber
pendidikan Islam itu terdapat pada Al-Quran dan Sunnah, karna
al-
Quran memuat berbagai macam ilmu, begitu juga Sunnah yang
jika
penulis menemukan masalah yang belum ada solusinya didalam
Al-
Quran maka penulis bisa merujuk kepada Sunnah, mengingat yang
ditegaskan oleh Aisyah ra bahwa Sunnah atau akhlak Rasulullah
itu
adalah Al-Quran, oleh dari itu Al-Quran dan Sunnah akan
saling
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.
Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar
tujuan. Maksudnya tidak lain bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan
dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Ibaratnya kalau yang ingin
dituju
itu titik C, titik C inilah yang memberikan arah/ rambu-rambu serta
tali
pengikat suatu kegiatan, dalam hal ini kegiatan pendidikan
dan
pengajaran. Juga dengan sendirinya proses belajar- mengajar itu
belum
selesai apabila yang dicapai itu baru titik A dan B. 4
Dalam kegiatan belajar-mengajar, dikenal adanya tujuan
pengajaran, atau yang sudah umum dikenal dengan tujuan
instruksional. Bahkan ada juga yang menyebut tujuan
pembelajaran.
Tujuan pengajaran inilah yang merupakan hasil belajar bagi
siswa
setelah melakukan proses belajar di bawah bimbingan guru
dalam
3 Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat,
(Jakarta; Gema Insani Press, 1995), h.29. 4 Sardiman A.M, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta; Rajawali Pers, 2012),
hal. 57
akhir dan tujuan intermedier. Hal ini dijadikan dasar motivasi.
Tujuan
akhir bersifat filosofis dan politis, karena tujuan itu ditetapkan
sebagai
undang-undang atau peraturan. Tujuan intermedier relatif
bersifat
operasional, karena akan menunjuk langkah-langkah yang dapat
dikerjakan melalui suatu proses. 6
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
pendidikan itu terdapat proses pembelajaran, dan proses itu lah
yang
menentukan berhasil atau tidaknya tujuan dari pembelajaran
yaitu
kepada hasil belajar peserta didik. Artinya inti dari pendidikan
itu
sendiri terdapat pada proses pembelajaran.
Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah
tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang
mempengaruhinya. Diantaranya adalah faktor motivasi yang
berfungsi
sebagai usaha dalam pencapaian prestasi. Biasanya seseorang
melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi
yang
baik dalam proses belajar akan mendapatkan hasil yang baik
pula.
Dengan kata lain, jika ada usaha yang tekun serta dilandasi
motivasi
yang kuat, maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan
prestasi yang baik. Artinya Intensitas motivasi siswa akan
sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasinya dalam belajar.
Penilaian
secara kontinu akan mendorong murid-murid untuk belajar,
karena
setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil
yang
baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapat tantangan
dan
masalah yang harus di hadapi dan di pecahkan, sehingga
mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama. 7
5 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta;
Rajawali Pers, 2012),
hal. 68 6 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar,(Jakarta; Rajawali Pers, 2012),
hal. 71 7 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2001), h.167-168
4
diciptakan untuk kepentingan siswa. Agar siswa senang dalam
belajar,
guru berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif
dengan
memanfaatkan keadaan kelas. Keinginan ini selalu ada pada setiap
diri
guru di mana pun dan kapan pun, tidak semua keinginan guru
itu
terkabul semuanya karena berbagai faktor penyebabnya. Masalah
motivasi adalah salah satu penyebab dari beberapa faktor. 8
Pada zaman sekarang ini khususnya pada motivasi belajar
siswa sangat mempengaruhi hasil belajar siswa artinya sebelum
siswa
memulai untuk belajar ada nilai plus tersendiri pada motivasi
belajar
siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik, karena motivasi
belajar
merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa
yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar
itu
demi mencapai satu tujuan. motivasi belajar merupakan sesuatu
yang
sangat penting bagi kehidupan yang sangat erat kaitannya
dengan
keberhasilan siswa dalam belajar. 9
Sukses bertumpu pada dua hal yaitu kemampuan dan kemauan.
Sukses belajar misalnya sangat tergantung pada keterampilan
belajar
yang dimiliki dan seberapa kuat ia mau menggunakannya.
Motivasi
memang berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Siswa yang
memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar. Semakin besar kebutuhan makin
besar
pula dorongan dalam diri seseorang untuk mau melakukan
sesuatu.
Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat
penting. 10
seorang ahli psiko-terapi mengemukakan suatu cara mendidik
yang
8 Syaiful Bahri, Aswan Zein, Strategi Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hal.147-
148 9 Ali Imran, Belajar & Pembelajaran,( Jakarta : PT Dunia
Pustaka Jaya, 1996), cet.1, h.
88 10
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rajawali Press,
2000), h. 75
dirinya untuk menjadi manusia yang berani memilih sendiri apa
yang
dilakukannya dengan penuh tanggung jawab. 11
Dimyati dan Mudjiono, mengungkapkan motivasi belajar siswa
dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi
belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi
belajar
akan rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa
perlu
diperkuat terus-menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar
yang
kuat, pada tempatnya di ciptakan suasana belajar yang
menggembirakan. 12
dapat mempengaruhi terhadap prestasi belajar, salah satu faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor motivasi
belajar.
Adapun yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah
keseluruhan
daya pengaruh di dalam diri siswa, yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang
dikehendaki siswa dapat tercapai 13
Dari penjelasan di atas, menunjukkan bahwa motivasi belajar
adalah suatu daya (kekuatan) yang sangat penting dan harus ada
pada
diri siswa untuk mengaktifkan kegiatan belajar, demi
kelangsungan
kegiatan belajar, untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
(prestasi
belajar).
dalam belajar di Indonesia saat ini dalam taraf yang
mengkhawatirkan.
11
Nasution S, Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan
mengajar,(Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), Cet. 12, h. 80 12
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009),
h.239 13
6
Hal ini bisa sama-sama dilihat melalui media elektronik dan
media
masa. Seperti TV, radio, internet dan koran. Sebagaimana data
yang
penulis sajikan di bawah ini:
Selama 4 hari menggelar operasi pelajar bolos sekolah yakni
mulai Senin (17/9/2018) sampai Kamis (20/9/2018), Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Depok tercatat berhasil
menjaring sebanyak 82 pelajar tingkat SMU yang
bolos sekolah.
atau mal, warung kopi (warkop) serta taman di Depok.
Sebanyak 31 pelajar tingkat SMU yang bolos sekolah atau
berkeliaran di jam sekolah, kembali terciduk Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) Depok dalam operasi pelajar bolos
sekolah dari empat lokasi berbeda di Depok, Kamis
(20/9/2018). Para pelajar yang bolos sekolah itu kedapatan
sedang nongkrong di warung kopi (warkop) dan taman. Pada
Kamis (20/9/2018), sebanyak 31 pelajar tingkat SMU yang
bolos sekolah atau berkeliaran di jam sekolah, terciduk
Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Depok dari empat lokasi
berbeda di Depok, Kamis (20/9/2018). 14
Menurut penulis kegiatan bolos sekolah dapat dijadikan
indikator bahwa motivasi belajar siswa rendah, bila siswa
memiliki
motivasi belajar yang tinggi, maka siswa tidak akan melakukan
kegiatan bolos sekolah, karena siswa akan memikirkan dampak
yang
akan terjadi bila siswa bolos sekolah. Kurangnya perhatian
dan
rendahnya motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa pada
kegiatan
pembelajaran akan berdampak buruk bagi siswa itu sendiri.
Motivasi
belajar sangat penting dimiliki siswa dalam kegiatan
pembelajaran,
karena akan menjadikan siswa itu sendiri menjadi siswa yang
selalu
mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Motivasi juga
mendorong siswa untuk mencapai cita-cita yang ingin dicapai.
Tentunya hal demikian terjadi karena beberapa faktor dari
peserta didik yang menyebabkan kurangnya motivasi belajar
antara
14
saja. Peristiwa jenuh ini jika dialami seorang siswa maka
membuat
siswa sia-sia dalam belajar. 15
Seorang siswa yang sedang dalam kejenuhan sistem akalnya
tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam proses
item-
item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan
belajarnya
seakan-akan “jalan di tempat”. Bila kemajuan belajar yang jalan
di
tempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang tampak
adalah
garis mendatar yang lazim disebut platea. 16
Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang
kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat
kemampuan
tertentu sebelum sampai pada tingkat kemampuan berikutnya.
Yang
kedua yaitu kesulitan belajar, dapat diartikan sebagai kesukaran
siswa
dalam menerima atau menyerap pelajar atau informasi yang
diberikan.
Kesulitan belajar ini dapat diketahui melalui gejala-gejala
baik
dari perilaku yang menyimpang atau dari hasil belajar yang
menurun.
Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan
munculnya
kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan
berteriak-
teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak
masuk
sekolah, dan sering minggat atau bolos dari sekolah. 17
Dua faktor diatas adalah yang sering terjadi pada siswa yang
menyebabkan peserta didik mengalami kurangnya atau lemahnya
motivasi belajar. Motivasi yang lemah dan tidak konstan akan
menyebabkan kurangnya usaha belajar, yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Dalam Al-Quran maupun Hadits, dapat dijumpai berbagai
15
Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, hal. 162. 16
Ibid h. 170 17
dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Anjuran menuntut ilmu
tersebut disertai dengan urgennya faktor-faktor pendukung guna
makin
meningkatkan semangat belajar bagi setiap orang. Salah satu
faktor
yang utama adalah motivasi, baik itu motivasi yang datang dari
dalam
diri sendiri, maupun motivasi yang ditumbuhkan dari peranan
lingkungan sosialnya.
Artinya : “Allah akan meninggikan orang- yang beriman dari
kamu sekalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”
18
Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan
meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa
mereka memiliki derajat-derajat, yakni yang lebih tinggi
daripada
yang sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu
sebagai
isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang
berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya,
bukan
akibat dari faktor di luar itu.
Tentu saja, yang dimaksud dengan ( ) adalah mereka yang
beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini
berarti
ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar,
yang
pertama sekadar beriman dan beramal saleh dan yang kedua
beriman
dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat
kelompok
kedua ini mejadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu
yang
disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak
lain,
baik secara lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan.
19
Akhir dari ayat tersebut menerangkan bahwa Allah akan
mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh
kepada-Nya,
18
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid x, (Jakarta,
Percetakan Ikrar
Mandiri abadi, 2010), hal.25 19
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Tangerang, Lentera Hati,
2009), cet. 13, hal.
491
9
masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang
menggunakan
ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini
dipahami
bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di
sisi
Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu
diamalkan
sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. 20
Ilmu yang dimaksud dengan ayat di atas bukan saja ilmu
agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Ini menunjukkan
bahwa
ilmu dalam pandangan Al-Quran bukan hanya ilmu agama. Di sisi
lain, itu menunjukkan bahwa itu juga menunjukkan bahwwa ilmu
haruslah menghasilkan khasyyah, yakni rasa takut dan kagum
kepada
Allah, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk
mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan
makhluk. 21
Firman Allah di atas merupakan salah satu kabar gembira yang
datang dari Allah SWT, mengenai ditinggikan derajat
orang-orang
yang beriman dan berilmu serta mengerjakan amal shaleh. 22
Telah jelas dalam firman Allah SWT bahwa derajat antara
orang yang berilmu dan tidak berilmu itu berbeda.
Dari penjelasan tafsir di atas dapat diketahui bahwa
seseorang
bisa mendapatkan derajat di sisi Allah dengan cara beriman
kepada-
Nya dan menjadi orang yang berilmu atau berpengetahuan, hal ini
bisa
menjadi alasan seseorang untuk terdorong menjadi manusia yang
beriman kepada Allah ataupun manusia yang berpengetahuan,
tentu
dalam hal ini ada korelasi dalam keduanya.
Kedua hal itu bisa menjadi landasan untuk memotivasi
seseorang untuk mendapatkan derajat di sisi Allah dengan dua
cara
20
Kementrian Agama, Op.Cit., h. 25 21
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Tangerang, Lentera Hati,
2009), cet. 13, hal.
491 22
(Syarah „Ulumuddin), (Beirut; Daar Al-Kutub
Al-„Ilmiyah),hal.100-101
10
orang yang beriman, dan apabila keduanya sudah tercapai maka
seseorang akan mendapatkan derajat di sisi Allah SWT.
Motivasi belajar (menuntut ilmu) bagi setiap penuntut ilmu
memang dibutuhkan, bahkan begitu banyak ayat-ayat Al-quran
dan
Hadits yang memberikan pemahaman tentang manfaat menuntut
ilmu
dan perintah yang menganjurkan untuk belajar. Semua ungkapan
dalam Al-quran dan Hadits tersebut merupakan dalil-dalil yang
dapat
menjadi pedoman sebagai alat untuk memotivasi setiap umat
Islam
untuk terus menuntut ilmu.
Harusnya diperlukan penerapan dan menanamkan nilai-nilai
motivasi
dalam dunia pendidikan sekarang ini agar bisa terlepas dari
arus
globalisasi ala Barat yang merusak kepribadian motivasi
siswa.
Al-Quran dan Hadits merupakan sumber hukum utama dalam
pendidikan islam karena di dalam keduanya terdapat sebuah
pembelajaran, anjuran serta larangan bagi setiap hamba yang
ingin
mendalaminya. Dalam Al-Quran terdapat surah Al-Mujadalah ayat
11
terkandung nilai motivasi dalam belajar sehingga bisa dijadikan
dalil
dalam pembelajaran serta menambah motivasi siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.
yang berjudul “MOTIVASI BELAJAR YANG TERKANDUNG
DALAM AL-QUR’AN SURAH AL-MUJADALAH AYAT 11.”
11
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kejenuhan belajar menyebabkan kurangnya motivasi belajar
siswa
dalam proses pembelajaran.
3. Kurangnya pengetahuan dalam memahami kandungan dari
Al-Quran surah Al-Mujadalah ayat 11
C. Pembatasan Masalah
penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan batasan
penelitian
diantaranya :
motivasi belajar.
dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11.
D. Perumusan Masalah
pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
perumusan masalah yang ingin diajukan adalah sebagai berikut:
1. Apakah di dalam Al-Quran surah Al-Mujadalah ayat 11
terkandung motivasi belajar?
Quran surah Al-Mujadalah ayat 11?
E. Tujuan Penelitian
penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi belajar yang
terkandung dalam surat Al-Mujadalah ayat 11
12
1. Menambah khazanah keilmuan pada bidang tafsir pendidikan,
serta
membuka kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut dan
peninjauan
kembali dari hasil penelitian ini.
2. Memberi sumbangsih pemikiran terkait konsep dan teori
tentang
pendidikan dalam al-Qur`ân, serta menambah khazanah
kepustakaan
dalam meneliti dan memahami al-Qur`ân sebagai petunjuk.
3. Bisa dijadikan acuan dan bahan pertimbangan bagi seorang
pendidik
dalam memilih metode pembelajaran baik pada pendidikan formal
maupun pendidikan non formal
jawab yang terkandung dalam al-Qur`ân
13
mereka yang belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu
dikemukakan
ialah: Bagaimanakah memotivasi seseorang agar mempelajari apa
yang
harus dipelajarinya? Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai orang
dengan
penuh antusias dan ketekunan melaksanakan berbagai kehiatan
belajar,
sedang dipihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas
malasan.
Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu
diketahui
lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar. 1
Proses belajar mengajar adalah suatu proses dengan sengaja
diciptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik
senang
bergairah belajar. Guru berusaha menyediakan lingkungan belajar
yang
kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada.
Keinginan
ini selalu ada pada setiap diri guru dimana pun dan kapan pun,
tidak semua
keinginan guru itu terkabul semuanya karena berbagai faktor
penyebabnya. Masalah motivasi adalah salah satu deretan dari
sederetan
faktor yang menyebabkan itu. 2
Dalam membahas tentang motivasi, sering kita temukan beberapa
istilah yang mengandung relevansi dengan makna motivasi.
Diantara
istilah yang penulis maksudkan adalah motif. Dalam psikologi
istilah
motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Silverstone
menganggap
motif ini merupakan tahap awal dari proses motivasi, karena itu
W.S
Winkell menanamkan motif ini baru merupakan suatu kondisi intern
atau
1 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara,
2008), h. 139 2 Syaiful Bahri, Aswan Zein, Strategi Belajar
Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hal. 147-148
disposisi (kesiapsiagaan) saja. 3 Sebab motif-motif itu tidak
selamanya
aktif. Motif-motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu
apabila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.
Kata
“motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak
dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Bahwa motif dapat diartikan sebagai
suatu
kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu,
maka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif. 4
Motivasi belajar, berasal dari dua kata, yaitu "motivasi" dan
"belajar".Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai
daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek
untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi mencapai suatu
tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan).
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan
atau mendesak.James Whittaker memberikan pengertian secara
umum
mengenai penggunaan istilah "motivasi" di bidang psikologi.Ia
mengatakan bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan
yang
mengaktifkan atau memberi semangat atau dorongan kepada
makhluk
untuk bertingkah laku, mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh
motivasi
tersebut. 5
Dari penjelasan di atas ada dua point yang bisa di ambil,
yaitu
pertama motivasi memiliki peran penting bagi seseorang karena
termasuk
salah satu faktor penghambat untuk seseorang mencapai tujuan.
Kedua
3 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan,
(Jakarta, Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), h. 129 4 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 73 5 Wosty Soemanto, Psikologi Pendidikan
Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta 1998), hal 205
15
yaitu makna lain dari motivasi yaitu “motif” walaupun berbeda
dengan
motivasi akan tetapi selalu ada korelasi pada keduanya.
Menurut MC Donald: "motivation is an energy change within the
person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reaction".
(motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). 6
Yakni
sebuah perubahan energi pada diri seseorang yang berbentuk nyata
berupa
kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu
dari
aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat
untuk
mencapainya. Dan motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah
keadaan
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan
aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. 7
Menurut M. Ustman Najati, “Motivasi adalah kekuatan penggerak
yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan
menimbulkan
tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu”. 8
Sedangkan
menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik yang dikutip dalam bukunya
yang
berjudul “Proses Belajar Mengajar, bahwa motivasi adalah
perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. 9
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, motivasi diartikan
sebagai
usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok
orang
tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu, karena ingin mencapai
tujuan
yang ingin dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya. 10
Pendidikan, menjelaskan bahwa motivasi adalah segala sesuatu
yang
6 Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1989),hal 100. 7 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 101
8 Abdul Rahman Shaleh, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam,
(Jakarta: Kencana, 2009), h. 183 9 Oemar Hamalik, Proses Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h. 158
10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), cet. 3, hal. 756
16
Tidak jauh
berbeda dengan apa yang dikatakan M. Alisuf Sabri, bahwa
motivasi
adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu
tingkah
laku. 12
organism baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk
berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya
(energizer)
untuk bertingkah laku secara terarah. 13
Dari pemaparan definisi-definisi Motivasi oleh para ahli,
dapat
dipahami bahwa Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong
tingkah
laku, daya gerak, aktivitas seseorang yang menuntut atau
mendorong
seseorang untuk mencapai tujuannya. Seseorang yang mempunyai
tujuan
dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi untuk
mencapainya. Dan semakin kuat motivasi seseorang maka semakin
besar
peluang untuk mencapai tujuan.
Beberapa pendapat para ahli psikologi diantaranya adalah sebagai
berikut.
Menutut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
Physiological Drive dan Social Motives. Physiological drive
ialah
dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks,
dan
sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan social motives
ialah
dorongan-dorongan yang berhubungan dengan ornag lain, seperti
estetis,
dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall,
memasukkan
kebutuhan berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan,
kebutuhan
akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives. 14
11
1985), cet. 2, h. 64 12
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
2007), cet. 3, h. 85 13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), h. 137
14
Abdul Rahman Shaleh, Abdul, Psiologi Pengantar dalam Perspektif
Islam, (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 192
kelompok yaitu intrinsik dan ekstrinsik :
a. Motivasi Ekstrinsik
karena ada perangsang dari luar. 15
Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luat. Contohnya
seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan
harapan
akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah.
Jadi
kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya tidak
secara
langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. 16
Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi orang kenapa adanya
perangsangan dari luar, seperti: seorang mahasiswa rajin belajar
karena
akan ujian. 17
adalah:
yang bisamenimbulkan motivasi ekstrinsik. Ganjaran dapat
menjadi pendorong bagi anakuntuk belajar lebih baik.
2) Hukuman-hukuman, biarpun merupakan alat pendidikan yang
tidak menyenangkan. Alat pendidikan yang bersifat negatif,
namun dapat juga dijadikan motivasi, alat pendorong untuk
mempergiat belajarnya murid. Murid yang pernah
mendapatkan hukuman, oleh karena kelalaian tidak
mengerjakan tugas, maka ia akan berusaha untuk tidak
memperoleh hukuman lagi. Hal ini berarti, bahwa ia didorong
untuk selalu belajar.
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Raja Grafinfo,
2011), hal. 85 16
Ibid, hal. 89-91 17
18
berdasarkan kepada dorongan untuk kedudukan dan
penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan penghargaan
adalah merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, kompetisi
dapat menjadi tenaga pendorong yang sangat besar. Kompetisi
dapat terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat pula diadakan
secara sengaja oleh guru. 18
b. Motivasi Instrinsik
atau berfunsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Contohnya seseorang yang senang membaca tidak usah disuruh
atau
mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk dibacanya.
19
Menurut Abdul Rahman Motivasi Intrinsik ialah motivasi yang
berasal dari seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar,
misalnya:
Orang yang gemar membaca, tidak perlu ada yang mendorong, ia
akan
mencari sendiri buku-bukunya untuk dibaca. 20
Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya dorongan dari luar, karena
dalam
diri setiap individu, sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya,
murid
mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada
pelajaran
yang diujikan itu.
penting adalah:
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Raja Grafinfo,
2011),h. 85 20
19
hal ini menjadi pendorong bagi anak untuk berbuat dan
berusaha. Misalnya saja, anak ingin mengetahui isi cerita
dari
buku-buku komik. Keinginan untuk mengetahui isi cerita-
cerita ini, dapat menjadi pendorong yang kuat bagi anak untuk
belajar membaca. Karena, apabila ia telah dapat membaca,
maka dapat berarti bahwa kebutuhannya ingin mengetahui isi
cerita dari buku-buku komik itu telah bisa dipenuhi.
2) Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri. Dengan
anak mengetahui hasil-hasil atau prestasinya sendiri, dengan
mengetahui apakah ia ada kemajuan atau sebaliknya, ada
kemunduran, maka hal ini dapat menjadi pendorong bagi anak
untuk belajar lebih giat lagi.
3) Adanya aspirasi atau cita-cita. Cita-cita yang menjadi
tujuan
dari hidupnya,merupakan pendorong bagi seluruh kegiatan
anak, pendorong bagi belajarnya. Disamping itu, cita-cita
dari
seorang anak sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuannya.
Anak yang mempunyai tingkat kemampuan yang
baik,umumnya mempunyai cita-cita yang lebih realistis, jika
dibandingkan dengan anak yang mempunyai tingkat
kemampuan yang kurang atau rendah. 21
Dari keterangan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa
motivasi merupakan motor penggerak seseorang dalam
melakukan suatu tindakan. Dalam proses belajar, motivasi
harus ditumbuhkan dari dalam diri seseorang maupun dari luar
seseorang, jika motivasi sudah tumbuh maka keinginan
seseorang menjadi daya gerak seseorang melakukan sesuatu,
dan motivasi yang tinggi akan berdampak pada tingginya
semangat seseorang dalam belajar sehingga akan mencapai
tujuan dari motivasi itu sendiri.
21
20
Belajar merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengiat, akan tetapi lebih luas
daripada
itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
latihan,
melainkan perubahan kelakuan. Ada juga yang mengatakan bahwa
belajar
adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan
pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,
sikap,
dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau
proses
memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional,
kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman
(experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali
melahirkan
pengetahuan, (knowledge), atau a body of knowledge. Definisi
ini
merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara
konvensional,
dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam,
tinggal
bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan
menemukan
kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan. 22
Istilah belajar merupakan istilah yang sudah umum dan telah
banyak didefenesikan oleh para ahli. Walaupun terdapat perbedaan,
pada
dasarnya definisi-definisi tersebut mengandung prinsip yang
sama.
Djamarah dan Zain menyatakan:”1) Belajar adalah proses
perubahan
perilaku berkat pengalaman dan latihan; 2) Belajar adalah perubahan
yang
terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan
aktivitas
belajar.” 23
Suryono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012) hal.9 23
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 10
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap
aspek
organisme atau pribadi. 24
kelakuan melalui pengalaman. 25
defenisi tersebut yaitu belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 26
Daryanto menjelaskan bahwa
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. 27
yang dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku
ke
arah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam
interaksi dengan lingkungan. 28
lalu Ramayulis menjelaskan, perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melalui usaha
mendengar,
membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,
menghayati
meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau
latihan.
Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut
relatif tetap
dan bukan hanya perubahan yang bersifat sementara. Tingkah
laku
mengalami perubahan menyangkut semua aspek kepribadian, baik
24
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan kompetensi Guru,
(Surabaya: Usaha
Nasional, 1994) hal. 25
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009), h. 27 26
Daryanto, Belajar dan Mengajar (Bandung: Yrama Widya, 2010), h. 2
27
Ibid 28
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h.
334
22
aspek perilaku lainnya. 29
bimbingan guru sehingga perilakunya berubah. 30
Jihad dan Haris menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan jesin dan jenjang pendidikan, hal ini berarti
keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan
proses
belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. 31
Sedangkan Arikunto dalam Sagala mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk
melakukan
perubahan terhadap dirinya baik berupa pengetahuan,
keterampilan,
ataupun sikap. 32
perubahan yang diperoleh setelah seseorang melakukan aktivitas
belajar
pada dasarnya adalah perubahan pada tiga aspek, yaitu aspek
pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
beda, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas
yang
dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya
untuk
memperoleh pengalaman sehingga terjadi perubahan-perubahan,
baik
dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku yang relatif menetap di
dalam diri
individu yang bersangkutan.
dirinya sendiri, karena tiap ia melakukan aktivitas dan
memperoleh
pengalaman, lambat laun ia akan mengetahi apa dari tujuan yang
ia
dapatkan, jika seseorang sudah mengetahui apa tujuan dari belajar,
maka
29
Ibid 30
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasai Media Group,
2007), h. 99 31
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta:
Multi Presindo,
2008), h. 1 32
Alfabeta, 2011), h. 166
seseorang akan mencari sesuatu yang akan membuat ia semangat
untuk
mencapai tujuannya tersebut.
berusaha meraih dari apa yang ia pelajari.
2. Ciri-ciri Belajar
a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada
individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku)
baik
aktual maupun potensial.
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha.
Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukkan bahwa
seseorang melakukan kegiatan belajar dapat ditandai dengan
adanya :
belajar yang nyata, sedangkan perubahan potensial yaitu
perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil yang tidak
dapat dilihat perubahannya secara nyata.
2) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar diatas bagi
individu merupakan kemampuan baru dalam bidang
kognitif, afektif, atau psikomotorik.
orang yang belajar dengan pengalaman.
33
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (CV. Pedoman Ilmu Jaya :
Jakarta, 1995), hal. 56
24
proses belajar. Kegiatan ini memiliki corak yang berbeda
antara
satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan
metodenya
maupun aspek tujuan dan pembaharuan tingkah laku yang
diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam
dunia
pendidikan sejalan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
bermacam-macam. Belajar bida dibedakan menjadi 8 jenis,
yaitu;
a. Belajar abstrak
menggunakan cara-cara berfikir abstrak, yang bertujuan untuk
memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah
yang tidak nyata. Untuk mempelajari hal-hal yang abstrak ini
diperlukan prinsip, konsep, dan generalisasi. Yang termasuk
dalam jenis ini misalnya : belajar matematika, kimia, tauhid,
dan sebagainya.
menguasai keterampilan jasmani tertentu. Untuk memperoleh
hasil yang maksimal, maka belajar keterampilan membutuhkan
latihan-latihan yang intensif dan teratur.
c. Belajar sosial
memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk
memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai
pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-
25
kemasyarakatan.
menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara
sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah
untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk
memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.
e. Belajar rasional
kemampuan berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan
akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam
kecakapan menggunakan prinsi-prinsip dan konsep.
f. Belajar pembiasaan
yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan
perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga
menggunakan hukuman dan ganjaran.
adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan
ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan
menghargai secara tepat terhadap nilai objrk tertentu
misalnya
apresiasi sastra, apresiasi musik dan sebagainya.
26
pengetahuan tertentu.
kita harus lebih dahulu mengetahui jenis-jenis belajar dalam
belajar. Karena dengan kita mengetahui jenis-jenis belajar
kita
sebagai guru bisa memahami dengan baik apa saja yang
dibutuhkan peserta didik agar bisa menumbuhkan motivasi
belajar pada peserta didik tersebut.
4. Tujuan Belajar
belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang
kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan
belajar
tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan
tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta
dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam
proses belajar mengajar disekolah. 34
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
kondisi tertentu yang mendasari aktivitas tersebut. Kondisi ini
menjadi
daya penggerak yang mendorong seseorang melakukan suatu
aktivitas
yang disebut dengan motivasi. Istilah motivasi, menurut Hasibuan
berasal
dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakan.
35
Sardiman mengemukakan, motivasi berawal dari kata motif yang
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan
34
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (CV. Pedoman Ilmu Jaya :
Jakarta, 1995), hal. 58 35
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara,
2007), H. 141
27
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam
dan di
dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai
suatu tujuan. 36
motivasi adalah daya yang dimiliki seseorang yang mampu
menggerakkannya melakukan suatu kegiatan. Jika dikaitkan
dengan
kegiatan belajar, maka dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar
seorang
siswa ditentukan oleh besarnya daya dorong yang dimiliki siswa
tersebut
untuk belajar yang disebut dengan motivasi belajar.
Seorang siswa belajar didasari oleh adanya suatu dorongan
untuk
memenuhi suatu kebutuhan. Sehubungan dengan hal tersebut, Uno
menyatakana bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat
dalam
diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku
yang
lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. 37
Royani menjelaskan pengertian motivasi adalah usaha yang
disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri
peserta
didik/ pelajar yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan
belajar. 38
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa belajar dapat
didorong
oleh kebutuhan seseorang antara lain kebutuhan kebutuhan akan
informasi, kebutuhan untuk memenuhi rasa ingintahu, kebutuhan
untuk
meningkatkan pengetahuan dan lain-lain. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut
menimbulkan motivasi yang diwujudkan dalam bentuk perubahan
tingkah
laku yaitu melakukan kegiatan belajar.
Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk
mau
belajar secara efektif dan efisien untuk menghasilkan prestasi yang
cukup
bisa dibanggakan.Pada diri siswa, terdapat kekuatan mental yang
menjadi
penggerak belajar.Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan
mentalnya.Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, atau
cita-
36
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rajawali Pers,
2010), h. 73 37
Hamzah B, Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT. Bumi
Aksara,
2014), h. 3 38
Profesional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), cet. 1, hal.
12
28
mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar.
39
Sedangkan menurut Amir Daien Indrakusuma, yang dimaksud
dengan motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau
tenaga-tenaga
yang dapat memberikan dorongankepada kegiatan belajar murid.
40
Sardiman menegaskan bahwa motivasi dan belajar adalah
keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa, yang dapat
menimbulkan
kegiatan belajar, yang dapat menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang
dikehendak oleh subjek belajar itu dapat tercapai. 41
Fathurrohman dan Sutikno mengemukakan, “dalam kegiatan
belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
di
dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang
ada
dapat tercapai. 42
dalam diri siswa, yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, yang
dapat
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek
belajar itu dapat tercapai. Dan dari pendapat-pendapat tersebut
semakin
menegaskan betapa pentingnya motivasi dalam kegiatan belajar.
Motivasi
belajar ini menjadikan seorang sisiwa bersedia melakukan kegiatan
belajar
dan berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan yang ditemui untuk
mencapai
tujuannya.
39
Dimyati, et.al, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990), hal 80 40
Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis,
(Malang: IKIP,
1997) 41
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Grafindo, 1994_ hal
75) 42
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar,
(Bandung, PT.
Refika Aditama, 2007), h. 19
29
siswa, misalnya tidak bisa berbuat sesuatu yang seharusnya
dikerjakan,
maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu
bermacam-
macam, mungkin ia tidaksenang, mungkin ngantuk, ada problem
pribadi dan lain-lain. Dalam hal ini berarti bahwa pada diri anak,
tidak
terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk
melakukan
sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau
kebutuhanbelajar.Oleh
karena itu, pemberian motivasi di sini sangat penting untuk
mendorong
siswa melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni
belajar.Pemberian motivasi merupakan hal yang sangat penting
dalam
belajar, yaitu:
di mana seseorangberkeinginan untuk melakukannya.
b. Motivasi memberi semangat terhadap seorang peserta didik
dalam kegiatanbelajarnya.
seorang guru.
pada siswa, bermanfaat bagi guru. Manfaat tersebut, sebagai
berikut:
siswa untuk belajar sampai berhasil, membangkitkan bila
siswa tak bersemangat, meningkatkan bila semangat
belajarnya menurun, memelihara bila semangatnya telah kuat
untuk mencapai tujuan belajar.
bermacam-macam ragamnya, ada yang acuh tak acuh, ada
yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping
43
30
belajar, ada yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil.
Dengan bermacam-macamnya motivasi belajar tersebut, maka
guru dapat menggunakan berbagai strategi belajar-mengajar.
3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu
diantara bermacam-macam peran, seperti sebagai penasehat,
fasilitator, temandiskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau
pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai
dengan perilaku siswa.
Tentang profesionalnya justru terletak pada "mengubah" siswa
tak berminat, menjadi bersemangat belajar. "mengubah" siswa
cerdas yang acuh tak acuh, menjadi bersemangat belajar. 44
Fungsi motivasi belajar menurut Oemar Hamalik adalah:
a) Mendorong timbulnya kelakuan atas suatu perbuatan.
Tanpa motivasi, tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
b) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada
pencapaian tujuan yang diinginkan.
Besar kecilnya motivasi, akan menentukan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan. 45
berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca
buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk
memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang
motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus
asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka
44
Oemar Hamalik, Op. Cit., hal 175
31
Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara
kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat
mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu
kegiatan belajr. Menurut Sardiman fungsi motivasi adalah :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan meyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan
harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar,
dan tidak akan menghabiskan waktunya bermain play
station atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan
tujuan yang akan dicapainya. Disamping itu, ada juga
fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang
melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil
yang baik. Dengan kata lain, bahwa dengan adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat
46
Abu Ahmafi, Widodo, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), cet. 3, h. 83
32
belajarnya. 47
sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena
motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan
kegiatan belajar mengajar. Tanpa motivasi dalam diri
pelajar maka akan sulit mencapai tujuan. Maka dalam
proses belajar mengajar tersebut diperlukan suatu upaya
yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa
yang bersangkutan dapat mencapai hasil yang optimal
3. Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar
Ada beberapa strategi menumbuhkan motivasi belajar siswa,
yaitu:
a. Tujuan belajar harus dijelaskan terlebih dahulu kepada
peserta
didik.
guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai kepada siswa, makin
jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam
melaksanakan
kegiatan belajar.
b. Hadiah
atau siswa yang bisa menjawab pertanyaan disaat akhir
pembelajaran. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
belajar lebih giat lagi.
33
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d. Pujian
membangun.
saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan
harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha
mamacu motivasi belajarnya.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal
pada peserta didik. 48
Menurut De Dece dan Grawford ada empat fungsi guru sebagai
pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan
peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus
dapat
menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis,
memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke
arah
yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran, 49
48
Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, loc.cit. h. 20-21
49
Syaiful Bahri Djamarah, psikologi belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), h. 169
34
sebagaimana dikatakan Dimyati dan Mudjiono antara lain
sebagai
berikut:
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar
yaitu diantaranya: siswa memahami tujuan belajar, siswa
mampu memecahkan atau menyelesaikan sebuah masalah,
guru mampu memusatkan segala kemampuan mental atau
kepribadian siswa dalam setiap program kegiatan, dan guru
perlu mengetahui dan mengatur kebutuhan-kebutuhan seorang
siswa sesuai dengan perkembangan jiwa siswa.
b). Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Guru harus dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur
dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan
siswa. Upaya optimalisasi tersebut di antaranya : memberi
kesempatan siswa untuk mengetahui hambatan belajar yang
dialaminya, memelihara dan meningkatkan minat, kemauan,
dan semangat belajar siswa, meminta kesempatan pada orang
tua siswa atau wali murid agar memberi kesempatan kepada
siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar, memanfaatkan
unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar,
menggunakan waktu secara tertib.
Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa dapat
dilakukan sebagai berikut: sebelum memulai pembelajaran
siswa ditugaskan membaca bahan belajar terlebih dahulu, dan
meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang sukar, untuk
kemudian diserahkan kepada guru catatan-catatan yang belum
35
mencari cara memecahkan materi yang belum dipahami oleh
siswa, guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidikan
keberanian mengatasi kesukaran, dan guru mengajak serta
siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
d). Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Upaya mendidik dan mengembangkan cita-cita belajar
dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: menciptakan
suasana belajar yang menarik perhatian siswa mengikut
sertakan semua untuk memelihara fasilitas belajar mengajak
serta siswa untuk membuat perlombaan untuk belajar
mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas
belajar. 50
berikut:
rohani, jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini
akan
menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan
kepuasan.
hendaknya didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah
dimiliki.
diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan
murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau
tidak
50
Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), h.
101-106.
36
merasa putus asa.
Dari berbagai macam cara untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa dari yang sudah dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa segala upaya untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik harus ada sinkronisasi antara guru dan
peserta
didik, yang dimana guru harus mengetahui dan memahami betul
dengan apa setiap siswa disini agar termotivasi, karena setiap
orang
berbeda-beda motif dalam mencapai sebuah tujuan.
51
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara,
2008), h. 143
Objek dalam penelitian ini adalah Motivasi belajar yang
terkandung
dalam al-Qur’an Surat al-Mujadalah ayat 11. Adapun waktu
penelitian,
dimulai bulan Desember 2018 sampai Maret 2019.
B. Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan
suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang
pendidikan. 1 Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis
konten.
Penelitian kualitatif ialah penelitian yang dilakukan pada kondisi
objek
yang alami, peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data
dilakukan secara gabungan, data yang dihasilkan bersifat deskriftif
dan
analisis data dilakukan secara induktif dan penelitian ini lebih
menekankan
makna daripada generalisasi. 2 Sementara itu, penelitian deskriptif
adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau
hal lain
yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. 3
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Data Primer
langsung objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu berupa
Tafsir al-
Maraghi, al-Misbah, Ibnu Katsir, al-Azhar, Departemen Agama
RI
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 6.
2 Sedarmayanti, Metode Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju,
2011), h.33
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
Edisi Revisi,
(Jakarta: RinekaCipta, 2010), h. 3.
38
pada penelitian ini. Dokumen merupakan catatan atau karya
seseorang
tentang sesuatu yang sudah berlalu, dokumen dapat berbentuk
teks
tertulis (sejarah kehidupan, bografi, karya tulis, dan cerita),
artefacts,
gambar, maupun foto. 4 yang mengulas tentang motivasi belajar
sebagai
penunjang yang berkaitan dengan judul skripsi.
C. Prosedur Penelitian
di anataranya:
sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber
data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan
sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. 5 Adapun pengumpulan data pada penelitian
ini
dilakukan dengan menelusuri literatur, baik primer maupun
sekunder
yang membahas tentang motivasi belajar. Data-data dikumpulkan
kemudian membuat ringkasan untuk menentukan batasan yang
lebih
khusus tentang objek kajian dari buku-buku, terutama yang
berhubungan
dengan tema pokok yang dibahas.
2. Teknik Pengolahan Data
literature-literatur baik primer maupun sekunder dikelola
secara
sistematis dalam bentuk dokumentasi yang setidaknya dapat
memberikan
informasi penting tentang motivasi belajar yang terkandung dalam
Al-
Qur’an Surah Al-Mujadalah ayat 11.
Setelah data-data itu diperoleh, peneliti mengolah data-data
tersebut dengan cara dibaca dan dianalisis kemudian
disimpulkan.
4 Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2015), Cet. II,
h. 391.
5 Sugiyono, op.cit., h. 308.
39
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara melakukan sintesa, memilih mana
yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 6 Analisis
data
merupakan cara bagi peneliti untuk menyimpulkan data-data
yang
diperoleh dari beberapa sumber, yang mana teknik analisis data
yang
digunakan adalah konten analisis.
diperoleh dari Al-Qur’an Surah Al-Mujadalah ayat 11 sebagai
data
primer, maka data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian
ini
selanjutnya dianalisis supaya bisa diambil kesimpulan.
4. Pendekatan Penelitian Pendidikan
Surah Al-Mujadalah ayat 11. Maksud dari pendekatan Tafsir
adalah
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek
yang
terkandung dalam ayat-ayat yang ditafsirkan serta menerangkan
makna-
makna yang tercakup sesuai dengan keahlian dan kecenderungan
mufasir
dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut. 7
D. Pedoman Penulisan Skripsi
Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)”.
6 Ibid, h. 335.
1998), Cet. 1, h. 31
57
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Motivasi belajar yang terkandung dalam surah al-mujadalah ayat
11 yaitu
jenis belajar pembiasaan yang dapat dilakukan melaui pendekatan
kognitif
dan stimulus-respon. Dengan hal tersebut motivasi belajar dalam
diri
siswa akan tumbuh.
menyentuh aspek ekstrinsik siswa yaitu pertama,, seseorang
akan
mendapatkan derajat dengan cara beriman kepada Allah SWT
yaitu
dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-
Nya, kedua, adalah mereka yang diberi Ilmu pengetahuan, artinya
derajat
yang tinggi disisi Allah SWT bisa didapatkan dengan menjadi orang
yang
berilmu, ketiga, yaitu menjadi keduanya (beriman dan berilmu) Ilmu
dan
Imannya selalu beriringan.
B. Saran
1. Al-Qur‘an selain sebagai petunjuk bagi umat manusia juga sebagai
sumber
ilmu pengetahuan. Mempelajari dan menghayati isi kandungannya
merupakan kewajiban khusus bagi umat muslim. Salah satunya
dengan
cara membaca. Mengkaji dan mempelajari penafsiran-penafrsiran
para
ulama mengenai isi kandungan al-Qur‘an.
2. Motivasi belajar yang terkandung dalam surat Al-Mujadalah ayat
11 ini
merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan jika
kita
pelajari dan memahami lebih dalam lagi tentang makna yang
terkadung
58
dalam ayat ini maka penulis yakin apa yang menjadi tujuan dari
seorang
pendidik akan segera tercapai.
ayat 11 dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi
yang
terjadi dalam proses pembelajaran tersebut. Untuk bisa menerapkan
nilai-
nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah
ayat 11
sebaiknya seorang pendidik melihat dari semua aspek yang
berkaitan
dengan pendidikan terutama peserta didik sebab semua peserta
didik
memiliki karakter yang berbeda-beda.
sampaikan. Apabila ada kesalahan penulisan, penggunaan bahasa,
maupun
penyampaiannya, saya mohon ma‘af. Semoga karya tulis ini
bermanfaat
bagi semuanya. Wa allahu a‘lam.
59
Abdul Yasir, D, Nilai-Nilai Motivasi Belajar yang Terkandung dalam
Kisah
Nabi Musa dan Khidir, Jakarta: 2012.
Alisuf Sabri, M, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan,
Jakarta,
Pedoman Ilmu Jaya, 1993.
Ahmafi, Abu, dan Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,
cet. 3,
2013.
Amal , Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, Jakarta;
Pustaka Alvabet,
Cet, 2005.
Pers, 2012.
B, Hamzah, Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Jakarta: PT. Bumi
Aksara,
2014.
Pelajar, Cet. 1, 1998.
Bahri , Syaiful, dan Zein, Aswan, Strategi Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta,
2010.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka
Cipta,
2009
Aksara, 2008.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan, Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Depok,
http://wartakota.tribunnews.com/2018/09/20/selama-4-hari-razia-satpol-
Balai Pustaka, cet. 3, 2007.
60
Harapan, 2006.
Bandung, PT. Refika Aditama, 2007.
Fakhruddin, Im Ar-Razi, Tafsir al-Fakhr al-Razi, Beirut Libanon:
Dar al-Fikr, tt
Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.
Bumi
Aksara, 2007.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2001.
Hidayati, Heny Narendrany, Bahan Ajar Metodologi Penelitian
Pendidikan,
Power Point, slide VII
Hardiyanto, WS. Winkle, 1987.
IKIP, 1997.
Imran , Ali, Belajar & Pembelajaran, Jakarta : PT Dunia Pustaka
Jaya, cet.1,
1996.
Presindo, 2008.
Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadi bi Syarah Jami’ al-Tirmidzi
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid x, Jakarta,
Percetakan Ikrar
Mandiriabadi, 2010)
Al Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, Semarang:
Thoha
1999.
VII, Edisi ke-3, 1996.
Agama Islam di Sekolah, Bandung; Remaja Rosda Karya, 2001.
Muhammad, Sayyid Bin Muhammad Al-Husaini Al-Zabidi, Ithafus
Saadaatil
Muttaqin (Syarah ‘Ulumuddin), Beirut; Daar Al-Kutub
Al-‘Ilmiyah
61
cet. 2, 1985.
Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,
2009.
Masyarakat, Jakarta; Gema Insani Press, 1995.
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Rusyan, Tabrani, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1989
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012.
Ar-Rifai, M. Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema
Insani, 2000.
Royani , Ahmad , Pengelolaan Pengajran, Sebuah Pengantar Menuju
Guru
Profesional, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010.
Quraish Shihab, M, Tafsir Al-Misbah, Tangerang, Lentera Hati, cet.
13, 2009.
S, Nasution, Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar,
Jakarta:
PT Bumi Aksara, Cet. 12, 2009.
Soemanto, Wosty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan,
Jakarta: Rineka Cipta 1998.
Remaja Rosdakarya, 2010.
Islam, Jakarta: Kencana, 2009.
Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan,
Bandung: Alfabeta, 2011.
Cet. V , 2002.
Al-Shabuni, M. Ali, Shafwah at-Tafasir Juz 111, Beirut Libanon: Dar
al-Qur’an
Al-Karim 1981/1401 H
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999.
Soenarjo, A, dkk, Al-Quran dan Terjemahnya , Semarang: Thoha Putra,
1971.
Shaleh, Qomarudin, dkk, Asbabun Nuzul, Bandung: Diponegoro,
1986.
Slamet, Belajar dan faktor yang mempengaruhinya, Bandung :Rineka
Cipta,
2010.
Ulum, Samsul, Menangkap Cahaya Al-Qur’an, Malang, UIN Malang
Press,
2007.