Post on 25-Jul-2015
Disusun oleh:Hamilton Lowis ( 406100 112 )Veny Margaretha ( 406100115 )
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAKRUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AUmur : 2 tahun 1 bulanJenis Kelamin : PerempuanAgama : IslamAlamat : Jln. Kp. Sidamukti RT 03/17 No. 30 Sukamaju SukmajayaTanggal masuk RS : 15 Desember 2010Pukul : 19:32 WIB
ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien
Tanggal Pemeriksaan : 15 Desember 2010
Keluhan Utama : Panas tinggi sejak 4 hari
SMRS
dan timbul bercak-
bercak kemerahan
Keluhan Tambahan : Batuk, pilek, mata
merah dan muntah
Riwayat Perjalanan Penyakit SekarangRiwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
4 hari SMRS4 hari SMRS
PanasPanas
Panas TinggiPanas Tinggi
Tdk beda siang Tdk beda siang dan malamdan malam
Terus- menerusTerus- menerus
Tdk menggigilTdk menggigil
Tidak kejangTidak kejang
PilekPilek
EncerEncer
BeningBening
1 hari SMRS1 hari SMRS 15-12-1015-12-10
Batuk
Kering, KerasKering, Keras
Dahak Sulit Dahak Sulit
dikeluarkandikeluarkan
Tidak terus menerusTidak terus menerus
Terkadang sakit dadaTerkadang sakit dada
Disertai MengiDisertai Mengi
Ruam Timbul Ruam Timbul (Muka(MukaPerut)Perut)
Panas TinggiPanas Tinggi
(39,9°C)(39,9°C)
Disertai nyeri Disertai nyeri perutperut
Mual dan Mual dan MuntahMuntah
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Imunisasi pasien lengkap dan tepat waktu kecuali campak karena sewaktu ingin di imunisasi, pasien sedang sakit panas. Sehingga imunisasi campak dilakukan lebih 10 hari dari jadwal KMS.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
•Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.•Pasien pada tanggal 01 Desember sampai 06 Desember 2010 dirawat di Rumah Sakit Sentra Medika dengan diagnosa DHF. •Sementara ini pasien mendapat terapi spesifik.
RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
• Pasien adalah anak tunggal yang tinggal bersama kedua orangtuanya.
• Ayah dan Ibu pasien sehat.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Ibu memeriksakan kehamilannya pada dokter dan kontrol teratur selama kehamilan.
Selama kehamilan ibu tidak pernah minum obat selain dari dokter, yaitu vitamin.
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan / jamu selain dari dokter selama hamil maupun saat bersalin tidak ada.
Riwayat sakit selama kehamilan tidak ada. Pasien lahir pada tanggal 27 November 2008.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
KELAHIRANKELAHIRAN Tempat kelahiran : Rumah Sakit Sentra Medika Penolong persalinan : dr.Rudy Irwansyah, Sp.OG Cara persalinan : SC Masa gestasi : NCB SMK
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
KEADAAN BAYI Berat badan lahir : 2950 gram Panjang badan lahir : 45 cm Lingkar kepala : tidak diketahui ibu Langsung menangis Tidak biru/kuning/kejang Kelainan bawaan : tidak ada
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 7 bulan
Psikomotor : Tengkurap : 2,5 bulan Berdiri : 1 tahun Berjalan : 1 tahun Berbicara : 1 tahun
Kesan: Pertumbuhan & Perkembangan Baik
RIWAYAT IMUNISASI Imunisasi anaknya lengkap dan tepat waktu
kecuali campak karena sewaktu ingin di imunisasi, pasien sedang sakit panas. Sehingga imunisasi campak dilakukan lebih 10 hari dari jadwal KMS.
Hepatitis B : 09 Desember 2008Polio : 09 Desember 2008BCG : 03 Januari 2009DPT Combo I : 27 Januari 2009DPT Combo II : 27 Februari 2009DPT Combo III : 27 Maret 2009Campak : 08 September 2009
RIWAYAT MAKAN DAN MINUM
Sejak lahir sampai usia 3,5 bulan pasien diberi ASI sekehendak pasien, lama pemberian kurang lebih 10 - 15 menit, posisi ibu duduk, disusui pada kedua payudara ibu secara bergantian. Dikarenakan ibu pasien kerja maka diselingi susu formula.
Susu formula 100 cc tiap kali pemberian, sebanyak 4-5 kali pemberian jika pasien sehat. Sedangkan saat pasien sakit hanya 3 kali pemberian.
RIWAYAT MAKAN DAN MINUMPasien sudah mengganti susu formula sebanyak 3 kali sampai sekarang, yaitu:1.Bebelac saat bayi2.Lactogen sampai usia 1 tahun3.Dancow sampai sekarang
Dalam sehari pasien makan 3x sehari atas keinginan pasien sendiri. Pasien menyukai
sayur wortel, kentang,telor, ikan, ayam, buah pear, dan apel.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis Keadaan Umum : Tampak lemah Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital :
Heart rate : 140x/menit, reguler, isi cukup, kuat teraba
Suhu tubuh : 38,80 C
Frekuensi nafas : 40x / menit
PEMERIKSAAN FISIK
Data Antropometri Berat badan: 10,2 kg Interprestasi : BB/U menurut standar NCHS =
12 kg 85 % Menurut Depkes ( 1975 ) termasuk normal Menurut Gomez ( 1956 ) termasuk KEP Ringan
( derajat 1 ) Panjang badan : 86 cm Interprestasi : TB/BB menurut standar NCHS = 77,8cm 110,5% Lingkar kepala : 46 cm Lingkar dada : 48 cm Lingkar lengan atas : 14 cm
Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Normocephal, tidak dijumpai adanya benjolan, rambut hitam, tidak
mudah dicabut, tidak mudah patah
Mata : Bentuk normal, kedudukan kedua bola mata simetris, palpebra superior et
inferior tidak udem, konjungtiva merah, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor
Ø 3 mm, reflek cahaya positif
Hidung : Bentuk normal, sekret bening dan encer
Mulut : Bentuk normal, bibir kering, tidak sianosis, lidah kotor, tonsil T1-T1 tenang
dan faring hiperemis. Tampak bercak koplik pada mukosa mulut bagian depan gigi molar
Telinga : Bentuk normal, simetris, tidak ada serumen
Leher : Bentuk normal, KGB cervical teraba tidak membesar
Pemeriksaan Sistematis
Thorax :
Paru
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris dalam diam dan pergerakan
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: suara napas vesikuler, ronkhi basah halus nyaring,
dijumpai adanya wheezing saat pagi hari
Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi :BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Sistematis
ABDOMEN
Inspeksi : membuncit
Palpasi : supel, hepar tidak teraba, tidak nyeri tekan, lien tidak teraba
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus (+)
Genitalia eksterna : Tidak ada kelainan, vagina (+)
Ekstremitas : Akral hangat, bentuk normal, akrosianosis (-)
Kulit : Ruam makulopapular eritematosa pada wajah dan abdomen.
Pemeriksaan Laboratorium 15 Desember 2010
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hb 12,5 g/dl 11,7 – 15,5
Leukosit 3600 /ul 3.600 – 11.000
Ht 37 vol% 35 – 47
Trombosit 273.000 /ul 150.000 -440.000
Pemeriksaan Laboratorium 15 Desember 2010
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hitung jenis Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit
0 % 1 % 0 % 60 % 31 % 8 %
0 – 12 – 43 – 550 – 7025 – 402 – 8
Foto Thoraks AP 09 Desember 2010
Cor normal, mediastinum tidak melebar
Suprahiler infiltrat dan Paracardial infiltrat kanan dan kiri
Sinus dan diafragma baik, tidak tampak pleural effusion
Kesan : Bronchopneumonia Duplex
RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 2 tahun 1 bulan, dengan berat badan 10,2 kilogram dengan keluhan panas tinggi sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Panas tinggi terus- menerus, menurun jika diberikan obat penurun panas namun tidak pernah mencapai suhu normal. Panas tidak disertai menggigil dan tidak ada kejang.
Pada pasien terdapat batuk kering dan keras, serta dahak susah untuk dikeluarkan. Batuk tidak terus menerus. Pilek berwarna bening dan encer timbul bersamaan dengan batuk kering.
RESUME
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, tampak bercak-bercak kemerahan pada pasien dimulai dari muka dan menyebar ke perut, yang disertai dengan panas tinggi (39,9°C).
Di lingkungan perumahan pasien, ada tetangga yang baru sembuh dari penyakit campak.
RESUME
Imunisasi pasien lengkap dan tepat waktu kecuali campak karena sewaktu ingin di imunisasi, pasien sedang sakit panas. Sehingga imunisasi campak dilakukan lebih 10 hari dari jadwal KMS.
RESUME
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : Keadaan umum : tampak lemah Kesadaran : compos mentis Tanda-tanda vital :
HR : 140x/menitSuhu : 38,8 0 C
RR : 40 x / menit
RESUME
Pemeriksaan Paru
Auskultasi : terdengar ronkhi basah halus nyaring
Pemeriksaan Abdomen
Palpasi : supel, hepar tidak teraba, konsistensi kenyal, rata, tidak nyeri
tekan, lien tidak teraba.
RESUME
Kulit : Ruam makulo papular eritematosa pada muka dan abdomen
Pemeriksaan Lab tanggal 15 Desember 2010
Normal
Pemeriksaan Thoraks tanggal 09 Desember 2010 : Bronchopneumonia Duplex
FOLLOW UP
15-12-
2010
16 -12-2010 17 -12-2010 18-12-2010 19-12-2010 20-12-2010
Suhu (°c) 38,8 37,9 37,5 36,5 36,1 36
Nadi
(x/menit)
130 120 110 100 98 98
RR
x/menit)
40 42 42 38 36 36
TD (mmHg) 110/80 110/70 100/60 100/60 100/60 100/60
FOLLOW UP
15-12-
2010
16 -12-2010 17 -12-2010 18-12-2010 19-12-2010 20-12-2010
Batuk +++ +++ +++ << << <<
Pilek +++ +++ +++ << << <<
Mata merah + + - - - -
Gatal + + - - - -
Mimisan + - - - - -
FOLLOW UP
15-12-2010 16 -12-2010 17 -12-2010 18-12-2010 19-12-2010 20-12-2010
Bercak Koplik + hilang
Ruam
Makulo
papular
Ruam pada muka
& badan
Ruam pada paha Ruam mencapai
pergelangan kaki
Ruam mencapai
telapak kaki
Hiper
Pigmentasi
- - - Pada muka Pada badan Pada paha
Ronkhi + + + + + +
DIAGNOSIS KERJA
MorbiliBronchopneumon
ia
DIAGNOSIS BANDING
RubellaExantema subitum
PENATALAKSANAAN
Isolasi penderita untuk mencegah penularan Vitamin A 200.000 IU / oral / dosis tunggal
Rekomendasi WHO/UNICEF untuk negara dimana kejadian defisiensi vitamin A banyak dan angka kematian campak ≥ 1 %,
maka:
• Anak umur <12 bulan vitamin A 100.000 IU oral
• Anak umur ≥ 12 bulan vitamin A 200.000 IU oral
Anak-anak yang ada gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A harus diberi tambahan dosis pada keesokan harinya dan 4 minggu kemudian.
Pada pasien ini tidak diberikan dikarenakan sudah mendapatkan vitamin A di posyandu pada bulan agustus.
Bromhexin syrup 3 x 1 Cth
Ibuprofen sryup 3 x 1/2 Cth
PROGNOSA ad vitam : ad bonam
ad fungsionam : ad bonam
ad sanationam : ad bonam
ANALISA KASUS Pada pasien ini didapatkan
Batuk / Cough Pilek / Coryza Conjunctivitis Demam Stadium Prodromal ( Setelah masa
inkubasi 10- 12 hari) Panas tinggi 39,9°C Ruam makulopapular
eritematosa ( Muka Perut) Stadium Erupsi
4 hari SMRS
1 hari SMRS
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Bercak koplik Akhir dari Stadium prodromal dan awal
stadium erupsi Panas menurun saat ruam
sudah mencapai telapak kaki Memudarnya ruam dari muka
disertai kulit yang sedikit
hiperpigmentasi
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik
Didiagnosa Morbili
stadium konvalesensi
Komplikasi yang dapat terjadi pada morbili : Laringitis akut Bronkopneumonia Kejang demam Ensefalitis SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis) Otitis media Enteritis Konjungivitis Sistem kardiovaskuler Hemoragik measles (black measles).
Pada pasien ini komplikasi yang terjadi bronchopneumonia
Pemeriksaan fisik ronchi basah di seluruh lapang paru kanan dan kiri.
Pemeriksaan laboratorium darah tidak adanya peningkatan jumlah leukosit (leukositosis).
Pada pemeriksaan foto toraks suprahiler infiltrat dan paracardial infiltrat kanan dan kiri.
Keberhasilan vaksinasi campak ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain adalah : Sistem imun penjamu Virulensi Kualitas dan kuantitas vaksin. Namun pada pasien ini meskipun
sudah mendapat vaksinasi campak, tetap bisa terkena morbili tetapi komplikasi yang
terjadi tidak fatal dan tidak menimbulkan kematian.
DEFINISI Penyakit infeksi virus akut, sangat
menular ditandai dengan stadium:1. Stadium inkubasi
2. Stadium prodromal
3. Stadium erupsi
4. Stadium kovalesensi
Etiologi- Genus : Morbillivirus
- Famili : Paramyxovirus)- Golongan : virus
Ribonucleated Acid (RNA)
Masa inkubasi10 – 12 hari
Epidemiologi
Di Indonesia, campak pada urutan ke-5 dari 10 besar penyakit utama pada bayi (0,7%) dan anak usia 1-4 tahun (0,77%) - Penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang
Kejadian luar biasa lebih sering terjadi di daerah pedesaan, terutama daerah
yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan (program imunisasi)
Daerah urban yang padat dan kumuh merupakan daerah rawan penyakit
yg sangat menular Angka kejadian campak di Indonesia
3000 – 4000 / thn (1990-2002). Umur terbanyak <12 bulan,
diikuti umur 1-4 dan 5-14 tahun
CARA PENULARAN
Penyebaran virus melalui droplet ( lewat udara) selama masa prodromal(kataral).
Masa menular 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah ruam timbul.
PATOGENESIS
Tempat awal infeksi penggandaan virus sangat minimal.
Virus masuk pembuluh limfe, berhubungan dengan sel mononuklear, masuk ke kelenjar limfe regional dan memperbanyak diri dengan sangat lambat.
Terjadi penyebaran ke sel jaringan limfo-retikuler (limpa)
Sel mononuklear yang terinfkesi terbentuk sel raksasa berinti banyak ( sel warthin) dan limfosit T yang rentan terhadap infeksi turut membelah.
Hari ke 5-6 setelah infeksi terbentuk fokus infeksi ( virus bersirkulasi)
Virus masuk ke dalam pembuluh darah menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus.
Hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel salura nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis.
Saat ini virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah timbul manfestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang merah.
Respon imun proses peradangan epithel pada sistem saluran nafas dan demam tinggi, tampak sakit berat.
Tampak suatu ulsera kecil di mukosa pipi (bercak koplik)
Hari ke 14 setelah infeksi muncul ruam makulopapular dan antibodi humoral dapat dideteksi dan daya tahan tubuh menurun.
Ruam timbul sebagai akibat adanya respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus tidak tampak pada penderita dengan defisit limfosit T.
FAKTOR RESIKO Anak dengan imonodefisiensi
HIV/AIDS Leukemia Terapi kortikosteroid
Perjalanan atau kunjungan ke daerah enemi campak
Kontak dengan pendatang dari daerah endemi
Bayi yang kehilangan antibodi pasif dan tidak diimunisasi
Keadaan yang dapat memperberat penyakit campak komplikasi yang serius : Malnutrisi Imunodefisiensi Defisiensi vitamin A
GAMBARAN KLINIS
Terdiri dari : Stadium inkubasi Stadium prodromal (kataral) Stadium erupsi Stadium kovalesensi
Stadium InkubasiMasa inkubasi sekitar 10-12 hari.Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari hari infeksi dan kemudian menurun selama 24 jam atau disekitarnya.
Stadium Prodromal ( 3-5 hari) Demam ringan – sedang, kadang tinggi. Batuk kering Gejala pilek / koryza Konjungtivitis (mata meradang, lakrimasi,
fotofobia)
Bercak Koplik ( Tanda patognomonis campak) Berhadapan dengan gigi molar bawah
1-2hari sebelum ruam timbul Jarang ditemukan di palatum atau bibir
bawah tengah Warna putih kelabu Sebesar ujung jarum Dikelilingi daerah eritema Muncul dan mebhilang dengan cepat,
biasanya dalam 12-18jam.
Enantem atau bintik-bintik merah biasanya ada pada palatum durum dan molle.
Radang konjungtiva dan fotofobia dapat mengesankan campak sebelum muncul bercak koplik.
Biasanya koryza, demam, dan batuk semakin bertambah berat sampai waktu ruam telah merata di seluruh tubuh.
Variasi morbili Black measles Tipe hemorragik Morbili disertai dengan perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan saluran cerna.
Stadium Erupsi Ruam (makulo-papular-eritematosa)
diawali dari belakang telinga dan garis rambut menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki (3 hari) dan berkonfluen. 24 jam pertama ruam menyebar dengan cepat pada
muka, leher, lengan atas, dan dada bagian atas. 24 jam berikut ruam menyebar ke seluruh punggung,
abdomen, seluruh lengan, dan paha. Berikutnya mencapai kaki pada hari ke 2-3, diikuti
hilangnya ruam di muka.
Disertai rasa gatal, muka sembab Suhu naik mendadak ketika ruam
muncul dan sering mencapai 40-45° C. Umumnya suhu tubuh turun kembali,
bila ruam mencapai kaki. Keparahan penyakit secara langsung
dihubungkan dengan luas dan menyatunya ruam. Sangat ringan ruam hanya sedikit Ringan ruam tidak menyatu Berat ruam menyatu, kulit tertutup
sempurna, termasuk telapak tangan dan kaki, muka membengkak dan menjadi jelek.
Stadium Kovalesensi Ruam mengalami hiperpigmentasi dan
mengelupas. Hilangnnya ruam menuju kebawah pada
urutan yang sama dengan ketika ruam muncul.
Suhu tubuh normal kembali.
LABORATORIUM
Lekopenia Limfositosis relatif Serologis : IgM spesifik campak 3
hari setelah timbul ruam PCR dari spesimen sekret orofaring
atau urin terdeteksi 5 hari sebelum gejala klinik rimbul.
DIAGNOSIS
Biasanya dibuat berdasarkan gambaran klinik yang khas.
Pemeriksaan penunjang hanya sekedar alat bantu.
DIAGNOSIS BANDING
Rubella ( campak jerman) Bercak koplik (-) Limfadenopati di suboksipital, servikal
bagian posterior, belakang telinga Exanthema subitum
Ruam/ Rash timbul saat suhu tubuh normal.
PENYULIT/KOMPLIKASI
1. Laringitis akut2. Bronkopneumonia3. Kejang demam4. Ensefalitis5. Otitis media
6. Enteritis
7. Konjungtivitis
8. Aktivasi tuberkulosis
9. Ibu hamil, dapat terjadi- abortus
- partus prematuritas- kelainan kongenital
10. Gangguan gizi
Tatalaksana * Penderita campak tanpa penyulit dapat rawat jalan- Simptomatik • antipiretik • antikonvulsif (bila diperlukan) • antusif / ekspektoran
* Penderita campak dengan penyulit → rawat inap- di isolasi- perbaiki keadaan umum
- Cairan, kalori dan protein sesuai dgn kebutuhan- Vitamin A : 100,000-200,000 U (epitelisasi dan percepat penyembuhan)
- Bila ada penyulit : • Bronkopneumonia
▫ Antibiotika Ampisilin 100 mg/kg bb/hari/4 x / iv ditambah Kloramfenikol 75 mg / kg bb/hari /4 x / iv sampai sesak berkurang
oral
• Enteritis → dehidrasi ▫ beri cairan per-infus sesuai
kebutuhan• Otitis media → antibiotika• Ensefalitis ▫ cairan infus hanya diberikan ¾
kebutuhan, untuk mengurangi edema otak
▫ kortikosteroid ▫ koreksi gangguan analisa gas
darah dan elektrolit
Pencegahan* imunisasi aktif pada usia 9 bulan
dengan pemberian vaksin campak
Vaksin campak (1963)- Vaksin yang berasal dari virus hi-
dup yang dilemahkan (tipe Edmon-stone B)
- Vaksin yang berasal dari virus mati (virus campak yang berada
dalam larutan formalin + garam alumi- nium)
Tahun 1967 vaksin yang berisi virus mati tidak digunakan lagi → efek proteksi bersifat sementara dan dapat terjadi campak atipikal yang hebat
Vaksin virus hidup dari strain Edmonstone di-kembangkan menjadi strain Schwarz (1965) dan menjadi strain Moraten (1968) dengan mengembang biakan pada embrio ayam
Kegagalan vaksinasi
* Kegagalan primer Tidak terjadi serokonversi setelah di imunisasi- Adanya antibodi yang dibawa sejak lahir → menetralisir virus vaksin cam- pak yang masuk (Terlalu cepat memberikan vaksinasi, dalam waktu kurang dari 9 bulan)- Vaksin rusak / kadaluarsa- Akibat pemberian imunoglobulin yang diberikan bersama sama
* Kegagalan sekunder Tidak ada proteksi setelah terjadi sero-
konversi - Potensi vaksin kurang kuat, sehingga respon imun tidak adekuat dan tidak cukup berikan daya lindung terhadap serangan virus campak
BRONKOPNEUMONIA Pneumonia didefinisikan sebagai
peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencangkup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
Bronkopneumonia merupakan suatu proses inflamasi yang melibatkan multiple lobus dari paru.
Klasifikasi Atas dasar letak anatomi dari pneumonia:
Pneumonia lobaris (Pneumonia), Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) dan Pneumonia interstitialis (Bronchiolitis).
Atas dasar etiologi :
Pneumonia virus, pneumonia bakteri, pneumonia jamur dan aspirasi pneumonia
Atas dasar gejala klinis :
Pneumonia tipikal dan pneumonia atipikal Atas dasar cara mendapatkannya:
Pneumonia yang didapat di masyarakat (Community Acquired Pneumonia / CAP) dan pneumonia yang didapat di rumah sakit (Hospital Aquired Pneumonia / HAP )
ETIOLOGI Penyebab paling umum dari pneumonia
merupakan kombinasi dari Streptococcus pneumoniae dengan Respiratory syncytial virus (RSV) atau Mycoplasma pneumoniae.
Non infeksius, seperti teraspirasi makanan atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon; atau karena reaksi hipersensitivitas.
Pada infant dan anak kurang dari 5 tahun, penyebab infeksi traktus respiratorius bawah yang dominan adalah virus. Puncak rata-rata pneumonia virus menyerang anak umur 2-3 tahun, berbeda pada bronchiolitis puncak rata-rata menyerang anak umur 1 tahun.
Penyebab umum Pneumonia berdasarkan umur :
PATOGENESIS
Interaksi antara mikroorganisme penyebab yang masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien.
Mikroorganisme mencapai paru melalui Jalan napas Aliran darah Aspirasi benda asing Transplasental selama persalinan pada
neonatus
Di saluran nafas bagian bawah, kuman menghadapi daya tahan tubuh berupa : Sistem pertahanan mukosilier Makrofag alveolar Limfosit bronkial Neutrofil Ig A dan Ig G dari sekresi bronkial
Terjadinya pneumonia tergantung pada : Virulensi mikroorganisme Luasnya daerah paru yang terkena Penurunan daya tahan tubuh
Pembedaan pneumonia virus dan bakteri secara klinis sulit
Infeksi virus pada traktus respiratorius dapat berpredisposisi menjadi infeksi bakterial sekunder dengan merusak mekanisme pertahanan tubuh yang normal, mengubah sekresi dan memodifikasi flora bakteri.
Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada bayi dan anak kecil
Faktor predisposisi pneumonia adalah Aspirasi Gangguan imun Septisemia Malnutrisi Campak Pertusis Penyakit jantung bawaan Kontaminasi perinatal Gangguan klirens mukus Benda asing Disfungsi silier
Bakteri penyebab terhirup ke paru-paru melalui saluran nafas
Reaksi jaringan Edema Proliferasi dan penyebaran kuman ke
jaringan sekitar Terjadi Konsolidasi sebukan sel
PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, kuman di alveoli (stadium hepatisasi merah)
Selanjutnya deposisi fibrin ke permukaan pleura, terdapat fibrin dan lekosit PMN di alveoli, terjadilah proses fagositosis yang cepat (stadium hepatisasi kelabu)
Akhirnya, jumlah sel makrofag meningkat di alveoli, sel akan degenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. (stadium resolusi)
MANIFESTASI KLINIS
Gejala peradangan saluran nafas atas: Batuk Pilek Kenaikan suhu tiba-tiba Batuk kering produktif Gelisah Dispneu Nafas cepat dan dangkal Pernafasan cuping hidung
Sianosis sekitar mulut dan hidung
Retraksi intercostal, subcostal, suprasternal, penggunaan otot pernafasan aksesorius
Nafas cepat dan dangkalPernafasan cuping hidung Kemungkinan PneumoniaSianosis mulut dan hidung
Pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah yang terkena.
Perkusi sering tidak ditemukan kelainan
Auskulktasi ronkhi basah nyaring halus/sedang
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) perkusi Redup, Suara nafas saat auskultasi keras
Stadium resolusi ronkhi terdengar lagi
Tanpa pengobatan sembuh 2-3 minggu
Pneumonia virus demam, batuk, wheezing, stridor
Pneumonia bakterial demam tinggi, batuk, dyspnea, auskultasi ada konsolidasi.
DIAGNOSIS Pneumonia virus
Leukosit dapat normal / meningkat (<20.000/mm3)
Predominan Limfosit Pneumonia bakterial
Leukosit 15.000-40.000/mm3 Predominan granulosit
Foto Rontgen Infiltrat alveolar Luasnya kelainan sebanding dengan
derajat klinis penyakit
PENATALAKSANAAN Indikasi dirawat meliputi :
Moderate sampai severe respiratory distress
Gagal pada pengobatan antibiotik oral Tidak sanggup menelan antibiotik oral Konsolidasi lobaris lebih dari satu lobus Imunosupresi Empyema Abses atau pneumotocele Penyakit underlying kardiopulmoner
(hipertensi pulmoner)
KOMPLIKASI Adanya antibiotik komplikasi
pneumonia bakterial jarang ditemukan Komplikasi yang mungkin terjadi :
Empiema Pneumothoraks
Staphylococcus Abses paru Pleura efusi H.influenzae Meningitis Perikarditis Osteomielitis Peritonitis
PROGNOSIS
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%
Malnutrisi energi protein mortalitas tinggi