Post on 15-Apr-2016
description
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
BAB ITINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan fisik kerja dalam Pendekatan dari Human factors (Ergonomi) merupakan aplikasi sistematis dari sejumlah informasi yang relevan dari kemampuan, keterbatasan, karakteristik, tingkah laku, dan motivasi manusia untuk merancang peralatan dan prosedur yang digunakan serta lingkungan kerja yang dipakai.
Dalam bekerja, seseorang akan berada dalam lingkungan fisik kerja tersebut dalam waktu tertentu. Sehingga diperlukan suatu kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang baik. Kondisi lingkungan fisik kerja yang tidak nyaman akan membuat seorang pekerja mengeluarkan tenaga lebih untuk beradaptasi, sehingga konsentrasinya akan terbelah antara pekerjaan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini akan lebih mempercepat terjadinya stress pada pekerja. Maka dari pada itu, merupakan suatu hal yang penting untuk mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan fisik kerja pada saat proses perancangan stasiun kerja.
(Sritomo,1995)
Beberapa faktor dalam lingkungan fisik kerja yang mempengaruhi hasil kerja seseorang secara signifikan. Faktor – faktor tersebut antara lain:
1.1 FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN FISIK1.1.1Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20% untuk kondisi dingin dan 35% untuk kondisi panas. Tubuh manusia bisa
Program Studi Teknik Industri 1Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.
Menurut penyelidikan, berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut ini : + 49 oC Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas
kemampuan fisik dan mental. + 30 oC Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik. + 24 oC Kondisi optimum. + 10 oC Kelakuan fisik yang ekstrem mulai muncul.
Temperatur yang sesuai sekitar 24-26 °C bagi orang Indonesia. Suhu dingin
mengurangi effisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas
terutama berakibat menurunnya prestasi kerja pikir. Penurunan sangat hebat setelah 32 oC.
Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan
keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak , mengganggu koordinasi syaraf perasa dan
motoris, serta memudahkan untuk dirangsang.
(Suma’mur , 1984)
Program Studi Teknik Industri 2Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Gambar 1.1 Perasaan terhadap cuaca
Ganggguan – gangguan kesehatan yang mungkin muncul akibat suhu lingkungan
yang panas adalah sebagai berikut :
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti kelelahan dan sering melakukan
istirahat curian dll.
b. Dehidrasi yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh
penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan.
c. Heat rash yaitu keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit
akibat kondisi kulit terus basah.
d. Heat cramps yaitu kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya
keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang
kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam
natrium.
e. Heat syncope atau fainting yaitu keadaan yang disebabkan karena aliran darah ke
otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa ke permukaan kulit
atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
f. Heat exhaustion yaitu keadaan yang terjadi karena tubuh kehilangan terlalu banyak
cairan dan atau kehilangan garam.
Untuk mengendalikan pengaruh tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu
dilakukan koreksi tempat kerja, sumber – sumber panas lingkungan dan aktifitas kerja yang
dilakukan yang antara lain dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi.
b. Mengurangi beban panas radian, yaitu dengan cara :
Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas.
Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.
Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkanpanas.
Program Studi Teknik Industri 3Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
c. Mengurangi temperatur dan kelembaban yang dapat dilakukan melaluiventilasi
pengenceran atau pendinginan secara mekanis.
d. Meningkatkan pergerakan udara.
e. Pembatasan terhadap waktupemaparan panas dengan cara :
Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari.
Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan.
Mengatur waktu kerja – istirahat secara tepat berdasarkan beban kerjadan nilai
ISBB ( Indeks Suhu Basah dan Bola ).
( Tarwaka, dkk, 2004: 35)
Keseimbangan panas dalam tubuh manusia dapat dirumuskan, sebagai berikut :
S = M – E ± R ± C – W.........................(1)
Dimana:
S = Kondisi kesetimbangan tubuh manusia, nilainya akan sama dengan jika tubuh dalam
keadaan setimbang
M = Metabolisme tubuh
E = Panas yang hilang akibat evaporasi
R = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses radiasi
C = Pertukaran panas sebagai akibat dari proses konveksi
W = Aktifitas kerja
Panas yang didapat dari proses radiasi atau konveksi, atau kombinasi dari keduanya
sehingga sumber utama panas yang hilang menjadi proses evaporasi saja. Sehingga rumus
diatas untuk menghitung panas yang hilang akibat proses evaporasi (E),
menjadi :
E = M ± R ± C – W .........................(2)
Dimana :
Program Studi Teknik Industri 4Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
M = Nilai yang diperoleh dari konsumsi O2, nilai ini dapat dilihat dari table
R = Temperatur medium yang berdekatan
C = Temperatur udara sekeliling dan aliran udara
E = Kelembaban relatif dan aliran udara
W= Beban kerja
Pengukuran Thernal Comfort, Pengukuran thermal ruangan dengan suatu indeks
tertentu, yaitu memakai WGBT (Wet Bulb Globe Temperature). Untuk suatu indoor work,
ada 2 macam pengukuran yang digunakan, yaitu:
Twb (natural wet bulb temperature), diukur dengan thermometer merkuri
sederhana dengan bulbnya dibungkus dalam suatu pembungkus transparan
basah, dipengaruhi oleh temperatur sekeliling, kelembaban, pergerakan udara.
Tg (globe temperature), diukur dengan menggunakan simple mercury
thermometer dengan bulbnya dibungkus dalam bola terbuat dari copper
berdiameter 150mm, dan berwarna hitam. Dipengaruhi oleh temperature
radiant. WGBT dirumuskan sebagai berikut :
WGBT = 0,7 x Twb + 0,3 Tg.........................(3)
Tabel 1.1 Nilai Maksimum WGBT yang direkomendsasikan oleh NIOSH
Program Studi Teknik Industri 5Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Tabel 1.2 Modification of Treshold WGBT
Tabel 1.1 menjelaskan mengenai suhu yang diperlukan untuk tiap jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh pria dengan pakaian wajar dan sehat agar didapatkan kondisi suhu ruangan
Program Studi Teknik Industri 6Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
yang nyaman. Sedangkan tabel 1.2 menjelaskan mengenai perubahan terhadap suhu ruang,
yang disebabkan karena beberapa faktor, seperti pada tabel.
1.1.2Pencahayaan (Lighting)Pencahayaan ditempat kerja berfungsi untuk memudahkan mata
membedakan benda-benda yang digunakan ditempat kerja. Pencahayaan yang baik adalah nyaman dan menyenangkan sehingga mampu memelihara kegairahan kerja. Penerangan yang mencukupi objek penglihatan akan membantu tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan mudah dan cepat.
(Budiono,1991)
Kemampuan mata untuk melihat objek secara jelas dipengaruhi oleh ukuran objek, derajat kekontrasan antara objek dengan sekelilingnya, luminansi (brightness), serta lamanya waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk menghindari silau (glare) karena peletakan sumber cahaya yang kurang tepat, sebaiknya sumber cahaya diletakkan sedemikian rupa sehingga cahaya mengenai objek yang akan dilihat terlebih dahulu yang kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata kita.
(Wignjosoebroto,1995,P.85)
Pencahayaan yang perlu dihindari, adalah sebagai berikut :
Kontras yang berlebihan
Glare/silau, yang meliputi :
Discomfort glare
Cahaya ini mengganggu, namun tidak seberapa. Dapat menyebabkan sakit
kepala.
Disability glare
Cahaya ini secara berkala dapat mengganggu penglihatan dengan adanya
penghamburan pada lensa mata. Biasanya tingkat luminance dibatasi
dalam daerah 450-900. Permukaan kerja yang mengkilap dan lantai yang
mengkilap juga perlu untuk menghindari adanya glare.
Program Studi Teknik Industri 7Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Kesilauan dapat ditimbulkan:
Kesilauan langsung
Kesilauan langsung yaitu kesilauan yang terjadi akibat mata menerima cahaya
secara langsung, tempat cahaya terjadi dari penempatan lampu yang tidak tepat.
Kesilauan tak langsung
Kesilauan tak langsung adalah kesilauan yang terjadi akibat cahaya yang
dipantulkan oleh bahan atau alat yang mengkilat permukaan.
Kesilauan kontras
Kesilauan kontras adalah kesilauan akibat intensitas yang dipantulkan pada
obyek terlalu besar dari intensitas latar belakang. Arah sinar sumber cahaya
yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara baik.
Sinar-sinar dari berbagai arah akan meniadakan gangguan bayangan.
Latar belakang yang mengganggu (Distracting background)Latar belakang dibuat
sesederhana mungkin.
Shadows ( bayang-bayang). Bayang- bayang tajam dari sumber cahaya yang kecil,
atau dari cahaya matahari langsung sehingga ratio terang yang berlebihan dalam
jangkauan detil-detil penting tidak begitu jelas. Shadows dipakai untuk menunjukan
cacat pada permukaan.
Refleksi plafon
Merupakan suatu masalah yang berhubungan kesilauan.
Tabel 1.3 Standar Tingkat Pencahayan Ruang Kerja
Program Studi Teknik Industri 8Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
KegiatanPenerangan Minimum
a. Penerangan darurat 5 luksb. Penerangan halaman 20 luks c. Pek. Membedakan barang kasar 50 luksd. Pek. Membedakan barang kecil sepintas 100 lukse. Pek. Membedakan agak teliti 200 luksf. Pek. Membedakan barang kecil dan halus 300 luksg. Pek. Membedakan barang halus dengan yang agak kontras 500-1000 luksh. Pek. Membedakan barang yang halus dan tidak kontras 1000 luks
Nilai -nilai untuk iluminasi yang disaankan untuk suatu jangkauan yang luas dari
tugastugas yang diberikan dalam Australian Standard AS 1680-1976, Interior Lighting and
The Visual Environment, dapat kita lihat dalam tabel 1.4.
Tabel 1.4 Rekomendasi Illuminansi Pelayanan untuk Berbagai Macam Pekerjaan
(Berdasarkan pada AS 1680-1976)
Program Studi Teknik Industri 9Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Kuantitas lainya yang penting adalah Luminansi. Luminasi adalah cahaya yang
dipantulkan dari suatu permukaan atau obyek. Alat ukur yang kita pakai adalah Lightmeter.
Biasanya Lightmeter membaca ukuran diatas dalam lux, pemberian nama lainya adalah
apostilb.
Luminansi = illuminansi x Reflectivitas
Program Studi Teknik Industri 10Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
= apostilb x lux.........................(4)
Satuan Internasional dari unit untuk ukuran ini adalah 2/ mcandela .
1 Candela = 14,3apolstilb
.........................(5)
Illuminansi dan luminansi dapat membaca mengikuti reflektivitas yang dapat dihitung.
Reflektivitas tinggi menyebabkan silau
(Sritomo, 1995: 85 & Nurmianto, 1996: 220)
Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing – masing tempat kerja ditentukan
dari jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Intensitas penerangan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Penerangan untuk halaman dan jalan – jalan di lingkungan perusahaan harus
mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 20 luks.
b. Penerangan untuk pekerjaan – pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar
dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 50 luks.
c. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang – barang kecil
secara sepintas lalu paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 100 luks.
d. Penerangan untuk pekerjaan yang membeda - bedakan barang kecil agak teliti
paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200 luks.
e. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan dengan teliti dari barang – barang
yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 300 luks.
f. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda –bedakan barang halus dengan
kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai intensitas
penerangan paling sedikit 500 – 1000 lux.
g. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda – bedakan barang yang sangat
halus dengan kontras yang kurang dan dalam waktu yang lama, harus mempunyai
intensitas penerangan paling sedikit 2000 lux.
(Tarwaka, dkk, 2004: 48 )
Program Studi Teknik Industri 11Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Banyak usaha – usaha yang diupayakan untuk mengatasi masalah penerangan di tempat
kerja, untuk itu Sanders & McCormick ( 1987 ) dan Grandjean ( 1993 ) memberikan
pedoman untuk desain sistem penerangan yang tepat di tempat kerja dengan cara sebagai
berikut :
Menghindari penempatan arah cahaya langsung dalam lapangan penglihatan tenaga
kerja.
Menghindari penggunaan cat yang mengkilat ( glossy paint ) pada mesin atau meja
dan tempat kerja.
Menggunakan cahaya difusi ( cahaya merata ) untuk menyediakan atmosfir
pekerjaan terbaik.
Menggunakan lebih banyak lampu dengan daya kecil, daripada menggunakan
lampu sedikit dengan daya besar.
Menghindari lokasi pencahayaan dalam 300 dari garis normal lihat.
Menghindari sumber cahaya berkedip ( flicker ) dll.
( Tarwaka, dkk, 2004: 47)Pencahayaan buatan umumnya menggunakan energi listrik yang disebut
juga penerangan listrik. Pencahayaan buatan harus memiliki syarat sebagai berikut :a. Penerangan listrik harus sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh
tenaga kerja dengan intensitas yang cukup.b. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan perubahan suhu udara yang
berlebihan pada tempat kerja.c. Sumber cahaya listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang
tepat, menyebar merata tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan yang mengganggu..
(Zulmiar, 1999)1.1.3 Kebisingan (noise)
Salah satu bentuk polusi adalah kebisingan (noise) yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Kebisingan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang dapat
Program Studi Teknik Industri 12Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
mengganggu ketenangan kerja. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang dapat menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
- Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama dapat menyebabkan ketulian (deafness)
- Intensitas –biasanya diukur dengan satuan decibel (dB), menunjukkan besarnya arus energi per satuan luar.
- Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai ke telinga kita per detiknya.
Bising memiliki karakteristik sebagai berikut :a. Bising yang kadangkala dan tak terduga akan lebih mengganggu dari pada
bising yang kontinu.b. Sumber nada tinggi lebih mengganggu dari pada nada rendah.c. Tugas yang menuntut konsentrasi mental terus-menerus akan lebih mudah
diganggu bising dari pada tugas lainnya.d. Kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih mudah terpengaruh bising dari
pada pekerjaan rutin.(Wignjosoebroto, 1995,P.85-86)
Tabel 1.5 Kondisi suara dan batas tingkat kebisingannya
Kondisi suaraDesibel
(dB)Batas Dengar Tertinggi
120 HalilintarMenulikan 110 Meriam
100 Mesin uapJalan Hiruk Pikuk
Program Studi Teknik Industri 13Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Sangat Hiruk Pikuk 90 Perusahaan sangat gaduh80 Pluit polisi
Kantor gaduhKuat 70 Jalan pada umumnya
Radio60 Perusahaan
Rumah gaduhSedang 50 Kantor pada umumnya
Percakapan kuat40 Radio perlahan
Rumah tenangTenang 30 Kantor pribadi
Auditorium20 Percakapan10 Suara dedaunan
Sangat Tenang Berbisik-bisikBatas Dengar Terendah
0
Tabel 1.6 Tingkat Kebisingan yang diizinkan
Program Studi Teknik Industri 14Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Tingkat kebisingan ruang kerja yang diperbolehkan menurut ketentuan yang
berlaku, yaitu Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/MEN/1978 tentang Nilai
Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk Kebisingan di Tempat
Kerja, ditetapkan :
“Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas
tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan kehilangan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja
terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Besarnya
intensitas kebisingan tersebut adalah 85 dB”
1.1.4 Bau-bauanAdanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat
mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
Program Studi Teknik Industri 15Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Kemajuan teknologi kebanyakan menghasilkan polutan, bau-bauan yang dikategorikan sebagai polusi udara dapat menggangu konsentrasi pekerja. Dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman adalah temperatur dan kelembaban. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
(Wignjosoebroto, 1995,P.86)
1.1.5 Getaran mekanisGetaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran yang ditimbulkan oleh
alat-alat mekanis, dan sebagian getaran tersebut sampai ke tubuh manusia sehingga dapat menimbulkan gangguan yang tidak diinginkan oleh tubuh manusia.
Kekuatan getaran mekanis ditentukan oleh intensitas getarannya (meter/detik), frekuensi getarannya (getaran/detik), dan lamanya getaran itu berlangsung.
(Sritomo.w Ergonomi Studi Gerak dan Waktu)
1.1.6 WarnaWarna yang dimaksud dalam hal ini adalah tembok ruangan dan interior
yang ada disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat obyek, juga memberikan pengaruh yang lain pula terhadap manusia, seperti :
- Warna merah bersifat merangsang.- Warna kuning memberikan kesan luas, terang, dan leluasa.- Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman, dan menyegarkan.- Warna gelap memberikan kesan sempit.- Warna terang memberikan kesan leluasa dan lain-lain.
Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat kerja perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya dan ukuran ruangan yang tersedia.
(Sritomo.w Ergonomi Studi Gerak dan Waktu)
Program Studi Teknik Industri 16Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
1.1.7 KelembabanKelembaban udara adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara
(dinyatakan dalam %). Kelembaban ini dipengaruhi oleh temperatur udaranya. Dimana dengan meningkatnya temperatur udara maka kelembaban semakin menurun. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran. Disamping itu akan menyebabkan semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaraan darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.
(Zulmiar, 1999)
1.2 UJI ANOVAUji anova merupakan analisis variansi atau keseragaman yang berfungsi
untuk mengendalikan satu atau lebih variabel independent, mengamati efek pada variable dependen, sebagai perencanaan eksperimen dengan menggunakan uji hipotesis dan juga merespon level pada variable independent. Ada tiga jenis uji anova yaitu anova satu arah, desain blok lengkap acak, dan desain dua factor dengan replikasi. Variable-variabel yang terdapat dalam uji anova yaitu - Count, yaitu jumlah pengamatan yang dilakukan- Sum, yaitu jumlah dari seluruh nilai yang ada- Average, yaitu rata-rata dari nilai yang ada- Variansi, yaitu variasi antar nilai-nilai yang ada.Untuk partisi variasi dalam uji anova adalah sbb:- SS (sum of squares), Terdapat dua macam yaitu SS between groups (variansi
diantara group/kelompok) dan SS within grops ( variansi di dalam group/kelompok).SS between groups merupakan penyebaran diantara mean sampel faktor.Rumusnya:
.........................(6)
Program Studi Teknik Industri 17Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Keterangan:SSB = Sum of squares betweenk = jumlah populasini = ukuran sampel dari populasi ixi = mean sampel dari populasi ix = mean keseluruhan (dari seluruh nilai data) SS witih groups merupakan penyebaran yang terdapat diantara nilai data dalam sebuah level faktor tertentu.Rumusnya :
.........................(3)
.........................(7)
Keterangan:SSW = Sum of squares withink = jumlah populasini = ukuran sampel dari populasi ixi = mean sampel dari populasi ixij = pengukuran ke-j dari populasi ke-i
- Df (Degrees of freedom/derajat kebebasan ) df1 = k – 1 (k = jumlah populasi) df2 = N – k (N = jumlah ukuran sampel seluruh populasi)
MS (mean square). Ada dua macam yaitu mean square between dan mean square within.Rumus mean square between yaitu :
.........................(8)
Program Studi Teknik Industri 18Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Keterangan:MSB = Mean Square BetweenSSB = Sum of Squares BetweenK = Jumlah populasi
Rumus Mean Square Within yaitu :
.........................(9)
Keterangan:MSW = Mean Square WithinSSW = Sum of Squares WitihnN = Ukuran sampelK = Jumlah populasi
Fhitung = MSWMSB
.........................(10)
- P-Value
- Ftabel
1.3 GAME VOSGame Vos merupakan suatu permainan yang melatih kemampuan kita dalam
bermusik. Permainan ini dapat melatih bakat orang dalam bermusik bagi orang yang sama
sekali tidak memiliki kemampuan dalam bermusik. Aturan main dalam game Vos adalah kita harus mengikuti irama yang ada di game dengan level tertentu kemudian kita menekan tombol – tombol tertentu yang sesuai dengan irama pada layar .
Pada menu utama dalam permainan ini terdapat pilihan kecepatan, volum, midi out port dan key matting. Pemain (operator) diperbolehkan memilih tingkat kecepatan
yang tersedia dalam menu. Biasanya pemain pemula menggunakan kecepatan dengan level
Program Studi Teknik Industri 19Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
rendah dan dengan memilih type lagu bertempo sederhana dan tidak terlalu cepat.
Permainan ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi ketika sedang memainkan permainan
game Vos ini karena diperlukan pendengaran dan pengelihatan yang seimbang. Dalam
permainan game Vos, terdapat informasi yang diberikan kepada pemain seperti Good,
fault, miss sesuai dengan ketepatan pemain dalam menekan touch yang seharusnya.
Kelebihan dari Game Vos:Game Vos ini cocok digunakan untuk pengetesan performansi kerja terhadap lingkungan fisik. Karena dalam Game Vos memerlukan ketajaman pendengaran dan ketelitian dalam melihat touch yang seharusnya ditekan. Pada kondisi lingkungan yang bising dan pencahayaan redup, operator/ pemain harus benar-benar berkonsentrasi agar menekan touch yang benar.
Kelemahan/ kekurangan:Pada kondisi lingkungan yang sangat bising, pemain kurang dapat mendengarkan secara jelas nada yang harus ditekan sehingga kesalahan yang dibuat banyak. Selain itu game ini cenderung membosankan karena hanya bersifat mengulang-ulang. Terutama bagi pemain yang tidak menyukai musik.
BAB IIPENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran pada variabel-variabel lingkungan fisik kerja, dengan berbagai kondisi lingkungan kerja yang meliputi kombinasi pada :
Temperatur : AC dihidupkan pada temperature 24°C (sejuk) dan dimatikan
sampai temperatur 28° C (panas).
Pemakaian Lampu : 0 Watt (kondisi redup), 200 Watt (kondisi normal) dan 600
Watt (kondisi silau)
Kebisingan (mesin amplas) : mesin dihidupkan / tidak
Program Studi Teknik Industri 20Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Data Perlakuan pada Lingkungan Fisik2.1Data pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari temperatur
Untuk mendapatkan lingkungan kerja yang seperti ini, maka:- Diperlukan pencahayaan sebesar 200 Watt - Sejuk : menghidupkan AC dengan suhu 23 - 25° C di dalam ruangan
Panas : mematikan AC dengan suhu 27-28° C di dalam ruangan
Berikut di bawah ini adalah tabel 2.1, yaitu data hasil pengamatan pada kondisi pencahayaan normal, tidak bising.
Tabel 2.1 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Temperatur
Kondisi: Pencahayaan normal, tidak bising
pengamatan
ke
kondisi : pencahayaan normal, tidak bisingSejuk Panas
Temperature
(oC) Score
Temperature
(oC) score
1 24 16 28 19
2 24 18 28 22
3 23 16 28 15
2.2 Data pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari kebisinganBerikut di bawah ini adalah tabel 2.2, yaitu data hasil pengamatan pada kondisi
pencahayaan normal, sejuk.
Program Studi Teknik Industri 21Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Tabel 2.2 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari KebisinganKondisi: Pencahayaan normal, sejuk
pengamatan
ke
kondisi : pencahayaan normal, sejukbising tidak bising
Kebisingan
(dB) score
Kebisingan
(dB) score
1 85.5 10 52 16
2 85 16 53.6 18
3 85 13 54 16
2.3 Data pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari pencahayaanBerikut di bawah ini adalah tabel 2.3, yaitu data hasil pengamatan pada kondisi
tidak bising, sejuk.
Tabel 2.3 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Pencahayaan
Kondisi: Tidak bising, sejuk
pengamatan
ke
kondisi : tidak bising, sejukpencahayaan
normal pencahayaan silau pencahayaan redup
Pencahayaan
(Lux) score
Pencahayaan
(Lux) score
pencahayaan
(Lux) score
1 204 16 564 11 19 13
2 205 18 564 10 18 19
3 203 16 565 9 19 11
2.4 Data pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari Lingkungan Fisik
Program Studi Teknik Industri 22Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Berikut di bawah ini adalah tabel 2.4, yaitu data hasil pengamatan pada kondisi pencahayaan normal, tidak bising, sejuk.
Tabel 2.4 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari lingkungan fisikKondisi: Pencahayaan normal/silau, panas/sejuk
Pengamatan Ke-
Kondisi : silau, panas, dan
bising
Kondisi : normal, Sejuk, tidak
bising
1 19 16
2 23 18
3 20 16
BAB IIIPENGOLAHAN DATA
3.1Pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari temperaturBerikut di bawah ini adalah tabel 3.1, yaitu data hasil pengamatan pada kondisi
pencahayaan normal, tidak bising.
Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari TemperaturKondisi: Pencahayaan normal, tidak bising
pengamatan
ke
kondisi : pencahayaan normal, tidak bisingSejuk Panas
Temperature
(oC) Score
Temperature
(oC) score
1 24 16 28 19
Program Studi Teknik Industri 23Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
2 24 18 28 22
3 23 16 28 15
Tabel 3.2 Anova Kondisi Fisik Dilihat dari Temperatur
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Sejuk 3 50 16.666667 1.333333333
Panas 3 56 18.666667 12.33333333
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Program Studi Teknik Industri 24Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Between
Groups 6 1 6 0.87804878 0.401788 7.708647
Within Groups 27.333333 4 6.8333333
Total 33.333333 5
Data Analisis Anova Sejuk – Panas
1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan temperatur adalah samaH1 = Rata-rata score pada perbedaan temperatur adalah tidak sama
210 H
211 H
2 . Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolak
Ho Ftabel > Fhitung
Ho 7,7086> 0,87805
Kesimpulan : Ho diterimaRata-rata score tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterima
Program Studi Teknik Industri 25Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Ho P-value > Ho 0,401788> 0.05Kesimpulan : Ho diterima
4. H0 diterima karena perbedaan score yang didapatkan pada temperatur sejuk dan panas tidak begitu berbeda.
3.2 Pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari kebisinganBerikut di bawah ini adalah tabel 2.2, yaitu data hasil pengamatan pada kondisi
pencahayaan normal, sejuk.
Tabel 3.3 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Kebisingan
Kondisi: Pencahayaan normal, sejuk
pengamatan
ke
kondisi : pencahayaan normal, sejukbising tidak bising
Kebisingan
(dB) score
Kebisingan
(dB) score
1 85.5 10 52 16
2 85 16 53.6 18
3 85 13 54 16
Tabel 3.4 Anova Kondisi Fisik Dilihat dari kebisingan
Anova: Single Factor
Program Studi Teknik Industri 26Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Bising 3 39 13 9
Tidak bising 3 50 16.66667 1.333333333
ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between Groups 20.16667 1 20.16667 3.903225806 0.119393 7.708647
Within Groups 20.66667 4 5.166667
Total 40.83333 5
1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan tingkat adalah sama H1 = Rata-rata score pada perbedaan temperatur adalah tidak sama
210 H
211 H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterima Jika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolak Ho Ftabel > Fhitung
Ho 7.708647 > 3.903225806 Kesimpulan : Ho diterima Rata-rata score tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value > Ho 0.119393> 0.05Kesimpulan : Ho diterima
Program Studi Teknik Industri 27Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
4. H0 diterima karena rata-rata score yang didapatkan pada kondisi bising dan tidak bising tidak terdapat perbedaan yang signifikan, walaupun nilai yang didapatkan pada saat kondisi tidak bising lebih baik daripada pada kondisi tidak bising.
3.3 Pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari pencahayaan (normal, silau, redup)Berikut di bawah ini adalah tabel 3.5, yaitu data hasil pengamatan pada kondisi
tidak bising, sejuk.
Tabel 3.5 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari PencahayaanKondisi: Tidak bising, sejuk
pengamatan
ke
kondisi : tidak bising, sejukpencahayaan
normal pencahayaan silau pencahayaan redup
Pencahayaan
(Lux) score
Pencahayaan
(Lux) score
pencahayaan
(Lux) Score
1 204 16 564 11 19 13
2 205 18 564 10 18 19
3 203 16 565 9 19 11
Tabel 3.6 Anova Kondisi Fisik Dilihat dari pencahayaan
Program Studi Teknik Industri 28Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Normal 3 50 16.6666667 1.333333
Silau 3 30 10 1
redup 3 43 14.3333333 17.33333
ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between
Groups 68.66666667 2 34.3333333 5.237288 0.048307103 5.143253
Within
Groups 39.33333333 6 6.55555556
Total 108 8
1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah samaH1 = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah tidak sama
3210 H
3211 H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolakHo Ftabel < Fhitung
Program Studi Teknik Industri 29Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Ho 5,143253 < 5,237288
Kesimpulan : Ho ditolakRata-rata score terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value < Ho 0.048307 < 0.05Kesimpulan : Ho ditolak
4. H0 ditolak karena terdapat perbedaan score yang signifikan dalam pencahayaan normal, silau maupun redup.. Namun, memang nilai yang didapatkan pada kondisi pencahayaan normal lebih baik daripada kondisi pencahayaan silau atau redup. Hal ini dimungkinkan selain karena faktor terbiasa dari operator, juga karena operator merasa lebih nyaman dan penglihatannya lebih jelas pada saat kondisi pencahayaan normal.
3.4 Pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari pencahayaan (normal dan redup)
Tabel 3.7 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Pencahayaan
Kondisi: Tidak bising, sejuk
pencahayaan normal pencahayaan redup
Pencahayaan
(Lux) score
Pencahayaan
(Lux) Score
204 16 19 13
205 18 18 19
203 16 19 11
Tabel 3.8 Anova Kondisi Fisik Dilihat dari pencahayaan normal dan redup
Anova: Single Factor
Program Studi Teknik Industri 30Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
normal 3 50 16.66667 1.333333
redup 3 43 14.33333 17.33333
ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between
Groups 8.16666667 1 8.166667 0.875 0.402532 7.708647
Within Groups 37.3333333 4 9.333333
Total 45.5 5
1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah samaH1 = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah tidak sama
210 H
211 H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolakHo Ftabel > Fhitung
Ho 7,708647 > 0,875
Kesimpulan : Ho ditolakRata-rata nilai terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolak
Program Studi Teknik Industri 31Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Jika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value < Ho 0,402532 < 0.05Kesimpulan : Ho ditolak
4. H0 ditolak karena terdapat perbedaan nilai yang signifikan dari pencahayaan normal maupun redup. Hal tersebut dikarenakan faktor pencahayaan yang bebeda pada saat tes. Score yang didapatkan pada kondisi pencahayaan redup lebih buruk daripada kondisi pencahayaan normal. Hal ini dimungkinkan karena operator merasa lebih nyaman dan penglihatannya lebih jelas pada saat kondisi pencahayaan normal sedangkan pada kondisi pencahayaan redup, operator dimungkinkan kurang jelas dalam melihat objek, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal.
3.5 Pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari pencahayaan (normal dan silau)
Tabel 3.9 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Pencahayaan
Kondisi: Tidak bising, sejuk
pencahayaan normal pencahayaan silau
Pencahayaan
(Lux) score
Pencahayaan
(Lux) score
204 16 564 11
205 18 564 10
203 16 565 9
Tabel 3.10 Anova Kondisi Fisik Dilihat dari pencahayaan
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Program Studi Teknik Industri 32Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Normal 3 50 16.66667 1.333333
Silau 3 30 10 1
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 66.66667 1 66.66667 57.14286 0.001641 7.708647
Within Groups 4.666667 4 1.166667
Total 71.33333 5
1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah samaH1 = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah tidak sama
210 H
211 H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolakHo Ftabel < Fhitung
Ho 7,708647 < 57,14286
Kesimpulan : Ho ditolakRata-rata score terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value <
Program Studi Teknik Industri 33Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Ho 0,001641 < 0.05Kesimpulan : Ho ditolak
4. H0 ditolak karena terdapat perbedaan score yang signifikan dari hasil tes dalam pencahayaan normal maupun silau. Hal tersebut dikarenakan faktor operator yang lebih nyaman dalam kondisi pencahayaan normal . Sehingga kondisi pencahayaan normal memiliki rata-rata score yang lebih baik daripada kondisi pencahayaan silau. Juga karena faktor kejenuhan dari operator pada saat mengerjakan tes pada kondisi silau, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal.
3.6 Pengamatan pada kondisi fisik dilihat dari lingkungan fisikBerikut di bawah ini adalah tabel 3.11, yaitu data hasil pengamatan pada
kondisi pencahayaan normal, tidak bising, sejuk.
Tabel 3.11 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari kebisingan
Kondisi: Pencahayaan normal/silau, panas/sejuk
Pengamatan Ke-
Kondisi : silau, panas, dan
bising
Kondisi : normal, Sejuk, tidak
bising
1 19 16
2 23 18
3 20 16
Tabel 3.12 Anova Kondisi Fisik Dilihat dari lingkungan fisik
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
silau,panas,bising 3 62 20.66667 4.333333
normal,sejuk,tdk bising 3 50 16.66667 1.333333
Program Studi Teknik Industri 34Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 24 1 24 8.470588 0.043659 7.708647
Within Groups 11.33333333 4 2.833333
Total 35.33333333 5
1. Ho = Rata-rata nilai pada perbedaan temperatur adalah samaH1 = Rata-rata nilai pada perbedaan temperatur adalah tidak sama
210 H
211 H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolakHo Ftabel < Fhitung
Ho 7,708647 < 8,470588
Kesimpulan : Ho ditolak Rata-rata nilai terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value < Ho 0.043659 < 0.05Kesimpulan : Ho ditolak
4. H0 ditolak karena terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai yang didapat pada kondisi silau, panas, dan bising dengan kondisi normal, sejuk, dan tidak bising. Kondisi silau, panas dan bising memang dirasa tidak menguntungkan bagi operato karena pada kondisi tersebut, operator cenderung lebih cepat lelah dan bosan, sehingga hasil yang didpatkan dari tes kurang maksimal.
Program Studi Teknik Industri 35Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
BAB IVANALISA
Untuk menganalisa lingkungan fisik kerja, dilakukan berdasarkan perbandingan-perbandingan dengan menggunakan Anova: Single Factor, yang kami buat diantaranya unsur–unsur yang mempengaruhi lingkungan fisik kerja antara lain : temperatur, kebisingan, pencahayaan serta intensitasnya.
4.1Kondisi Fisik Dilihat dari TemperaturTemperatur ruangan sangat berpengaruh terhadap kerja operator. Pada
dasarnya, tubuh manusia mengubah energi kimia menjadi energi mekanis dan panas. Tubuh menggunakan panas untuk menjaga temperatur inti/utama tubuh agar tetap konstan dan mengurangi keluarnya panas yang berlebihan pada sekeliling diluar tubuh. Maka ada pertukaran yang tetap dari panas tubuh dan sekelilingnya.
Bila temperatur ruangan kerja terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia. Kondisi panas yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan konsentrasi berkurang, hal ini dapat menyebabkan meningkatnya kesalahan kerja.
Sebaliknya, kondisi dingin yang berlebihan akan mengakibatkan operator menjadi kedinginan sehingga menimbulkan rasa malas. Dimana rasa malas itulah yang dapat mengurangi kewaspadaan dan konsentrasi. Akhirnya angka kesalahan kerja meningkat.
Lingkungan fisik berupa temperatur, di uji coba dengan 2 jenis temperatur yaitu sejuk atau panas.temperatur sejuk dikondisikan dengan menyalakan AC di dalam ruangan dengan suhu 24° C, untuk temperatur panas dikondisikan dengan mematikan
Program Studi Teknik Industri 36Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
AC dan suhu di dalam ruangan 28° C. Data yang dapat diperoleh untuk pengujian pada temperatur sejuk dan panas adalah sbb:
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Temperatur
Kondisi: Pencahayaan normal, tidak bising
pengamatan
ke
kondisi : pencahayaan normal, tidak bisingSejuk Panas
Temperature
(oC) Score
Temperature
(oC) score
1 24 16 28 19
2 24 18 28 22
3 23 16 28 15
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, operator memiliki rata-rata score tertinggi pada saat kondisi temperatur ruangan panas. Padahal seharusnya operator memperoleh score yang tinggi pada saat kondisi ruangan sejuk karena operator tentunya merasa lebih nyaman pada kondisi ruangan yang sejuk. Namun dari hasil pengamatan terlihat adanya penyimpangan. Penyimpangan ini terjadi karena percobaan ini dilakukan pada kondisi suhu yang tidak jauh berbeda antara kondisi sejuk dan kondisi panas selain itu hal tersebut juga di akibatkan karena pengamatan pada kondisi panas dilakukan setelah operator melakukan tes pada kondisi sejuk. Hal ini menyebabkan operator telah terbiasa memainkan game. Sehingga telah terlatih melakukan gerakan permainan yang berulang-ulang.
Program Studi Teknik Industri 37Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Tabel 4.2 Anova Kondisi Fisik Kerja Dilihat dari kebisingan
Count pada tabel annova di atas adalah perhitungan dari data hasil pengamatan, yakni masing-masing kondisi sebanyak 3 kali pengamatan.
Program Studi Teknik Industri 38Universitas Diponegoro
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Sejuk 3 50
16.66666
7 1.333333333
panas 3 56
18.66666
7 12.33333333
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 6 1 6 0.87804878 0.401788 7.708647
Within Groups 27.333333 4
6.833333
3
Total 33.333333 5
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Sum pada tabel annova di atas adalah penjumlahan seluruh nilai yang didapat dari tiga kali percobaan. Sum nilai pada kondisi sejuk adalah 50. Sedangkan sum pada kondisi panas adalah 56.Average atau rata-rata dalam tiga kali praktikum. Rata-rata nilai yang didapatkan pada kondisi sejuk adalah 16,667 sedangkan untuk kondisi panas rata-rata nilainya adalah 18,667.Variance temperatur yang didapat pada kondisi sejuk adalah 1,333 sedangkan pada kondisi panas memiliki variansi sebesar 12,333.Tabel AnovaKolom 1 adalah Source of Variation yaitu sumber variasi yang terdiri dari between dan
within groups serta total dari keduanya
Kolom kedua adalah Nilai SS (Sum Square) yang didapat between groups adalah 6, sedangkan nilai
SS within grops sebesar 27,33333. Dan total keduanya adalah 33,3333
Kolom ketiga adalah Nilai Df atau nilai derajat kebebasan yang didapat ,between groups adalah 1,
sedangkan nilai Df within grops sebesar 4 yang didapatkan dari rumus (n-1–2), maka totalnya
adalah 5.
Kolom keempat, Nilai MS yang didapat between groups adalah 6 , sedangkan nilai MS
within grops sebesar 6,833333. Atau atau dapat diperoleh dengan cara membagi JKperlakuan
dengan dfperlakuan untuk MS perlakuan, sedang MS galat adalah JKgalat dibagi dfgalat.
Kolom kelima adalah Fhitung sebesar 0,87804878 atau didapat dengan membagi MS
perlakuan dengan MS galat.
Kolom keenam, P-Value (Nilai Probabilitas) yang didapat sebesar 0,401788. P-value digunakan untuk menguji hipotesa dengan cara membandingkan nilai P-value dengan derajat keberartianKolom ketujuh, Ftabel sebesar 7,708647. Nilai dari Ftabel digunakan juga untuk menguji hipotesa yang dibuat diterima atau ditolak dengan cara membandingkan nilai Fhitung
dengan nilai Ftabel
Analisa Anova1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan temperatur adalah sama
Ho: 21
Program Studi Teknik Industri 39Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
H1 = Rata-rata score pada perbedaan temperatur adalah tidak samaH1: 21
2. .Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolakHo Ftabel > Fhitung
Ho 7,7086> 0,87805
Kesimpulan : Ho diterimaRata-rata score tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value > Ho 0,401788> 0.05Kesimpulan : Ho diterima
4. H0 diterima karena perbedaan score yang didapatkan pada temperatur sejuk dan panas tidak begitu berbeda. Perhitungan analisa temperatur antara Fhitung dan Ftabel tidak terjadi perbedaan yang
signifikan, hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai
0,87805 untuk Fhitung dan 7,7086 untuk Ftabel. Begitu pula dengan P-value dan ,
temperatur tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai untuk p-value
0,401788dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima
karena perbedaan score pada temperatur sejuk dan panas tidak begitu berbeda. Namun
rata-rata score pada kondisi temperatur ruangan panas lebih tinggi daripada temperatur
ruangan sejuk walaupun perbedaan rata-rata perolehan score tidak terlalu berbeda. Hal
ini disebabkan karena pengamatan pada kondisi panas dilakukan setelah operator
melakukan tes (memainkan game) pada kondisi dingin sehingga operator telah terbiasa
memainkan game tersebut secara berulang-ulang. Dapat disebabkan pula karena
perbedaan suhu antara sejuk dan panas tidak terlalu berbeda.
Program Studi Teknik Industri 40Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
4.2Kondisi Fisik Dilihat dari KebisinganPengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat
kebisingan terhadap perolehan score oleh operator dalam bermain game. Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan media bantu berupa Game Vos dengan memainkan game pada kondisi bising dan tidak bising yang dilakukan 3 kali untuk setiap kondisi.
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Kebisingan
Kondisi: Pencahayaan normal, sejuk
pengamatan
ke
Kondisi : pencahayaan normal, sejukBising Tidak bising
Kebisingan
(dB) score
Kebisingan
(dB) score
1 85.5 10 52 16
2 85 16 53.6 18
3 85 13 54 16
Dari hasil yang diperoleh didapatkan score pada kondisi tidak bising lebih tinggi
daripada score yang diperoleh pada kondisi bising. Hal ini disebabkan karena pada kondisi
tidak bising, operator dapat lebih berkonsentrasi melakukan permainan dibandingkan
dengan pada kondisi bising. Selain itu kondisi ruangan yang tidak bising lebih memberikan
kenyamanan pada operator dalam memainkan game Vos.
Tabel 4.4 Anova Kondisi Fisik Kerja Dilihat dari kebisingan
Program Studi Teknik Industri 41Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Bising 3 39 13 9
tidak bising 3 50 16.66667 1.333333333
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 20.16667 1 20.16667 3.903225806 0.119393 7.708647
Within Groups 20.66667 4 5.166667
Total 40.83333 5
Data Analisis Anova Bising – Tidak BisingCount pada tabel annova di atas adalah perhitungan dari data hasil pengamatan, yakni masing-masing kondisi sebanyak 3 kali pengamatan.Sum pada tabel annova di atas maksudnya adalah penjumlahan seluruh nilai yang didapat dari tiga kali percobaan. Sum pada kondisi bising adalah 39. Sum pada kondisi tidak bising adalah 50.Average atau rata-rata dalam tiga kali praktikum, pada kondisi bising adalah 13, sedangkan pada kondisi tidak bising rata-ratanya adalah 16.6667.Variance yang didapat pada kondisi bising adalah 9sedangkan pada kondisi tidak bising memiliki variansi sebesar 1,33333.Tabel AnovaNilai SS (Sum Square/ jumlah kuadrat) yang didapat between groups adalah 20,16667, sedangkan nilai SS within grops sebesar 20,6667. Dan total keduanya adalah 40,83333.
Program Studi Teknik Industri 42Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Nilai Df (derajat kebebasan) yang didapat between groups adalah 1, sedangkan nilai Df within grops sebesar 4 dapat diperoleh dengan cara (n-1-2), maka totalnya adalah 6.Nilai MS yang didapat between groups adalah 20,16667 , sedangkan nilai MS within
grops sebesar 5,166667. Atau dapat diperoleh dengan cara membagi JKperlakuan dengan
dfperlakuan untuk MS perlakuan, sedang MS galat adalah JKgalat dibagi dfgalat.
Fhitung sebesar 3,9032258 atau didapat dari pembagian MS perlakuan dengan MS
galat.Digunakan untuk pengujian hipotesa dengan cara membandingakan nilai Fhitung
dengan nilai Ftabel
P-Value (nilai probabilitas) yang didapat sebesar 0,119393. Digunakan dalam pengujian hipotesa dengan membandingkan nilai P-value dengan atau derajat keberartian yang digunakan.Ftabel sebesar 7,708647. Nilai dari Ftabel digunakan juga untuk menguji hipotesa yang dibuat diterima atau ditolak dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel
Analisa Anova1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan tingkat adalah sama 210 : H
H1 = Rata-rata score pada perbedaan temperatur adalah tidak sama 211 : H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterima Jika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolak Ho Ftabel > Fhitung
Ho 7.708647 > 3.903225806 Kesimpulan : Ho diterima Rata-rata score tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value > Ho 0.119393> 0.05Kesimpulan : Ho diterima
Program Studi Teknik Industri 43Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
4. H0 diterima karena rata-rata score yang didapatkan pada kondisi bising dan tidak bising tidak terdapat perbedaan yang signifikan, walaupun nilai yang didapatkan pada saat kondisi tidak bising lebih baik daripada pada kondisi tidak bising.
Perhitungan analisa kebisingan antara Fhitung dan Ftabel tidak terjadi perbedaan yang signifikan, hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai 3.903225806 untuk Fhitung dan 7.708647 untuk Ftabel. Begitu pula dengan P-value dan , kebisingannya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai 0.119393untuk p-value dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima karena perbedaan score yang didapat antara bising dan tidak bising tidak terlalu signifikan.
Kebisingan dapat mempengaruhi kecepatan kerja dari operator, tergantung dari psikologis operator. Dari hasil yang diperoleh didapatkan score pada kondisi tidak
bising lebih tinggi daripada score yang diperoleh pada kondisi bising. Pada kondisi bising nilai yang tertinggi adalah 16, sedangkan pada kondisi tidak bising, nilai yang tertinggi adalah 18, sehingga selisih yang didapat tidak berbeda jauh . Hal ini
disebabkan karena pada kondisi tidak bising, operator dapat lebih berkonsentrasi
melakukan permainan dibandingkan dengan pada kondisi bising. Selain itu kondisi
ruangan yang tidak bising lebih memberikan kenyamanan pada operator dalam
memainkan game Vos.
4.3 Kondisi Fisik Dilihat dari Pencahayaan ( normal, silau, redup)
Kemampuan mata untuk melihat obyek dengan jelas akan ditentukan oleh
percobaan diasumsikan sebagai suatu jenis permainan dengan tingkat ketelitian dan
kecepatan yang berbeda-beda tergantung. Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia
untuk melihat suatu obyek secara jelas dengan cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencahayaan terhadap
kemampuan bermain game oleh operator. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan tiga kondisi pencahayaan yaitu pencahayaan normal ,pencahayaan
Program Studi Teknik Industri 44Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
redup, dan pencahayaan silau. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisa dengan metode anova.
Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Pencahayaan
Kondisi: Tidak bising, sejuk
pengamatan
ke
kondisi : tidak bising, sejukpencahayaan
normal pencahayaan silau pencahayaan redup
Pencahayaan
(Lux) score
Pencahayaan
(Lux) score
pencahayaan
(Lux) score
1 204 16 564 11 19 13
2 205 18 564 10 18 19
3 203 16 565 9 19 11
Berdasarkan data hasil dari praktikum dapat disimpulkan bahwa cahaya
berpengaruh secara signifikan terhadap score yang diperoleh operator. Data yang didapat
dari hasil pengamatan diatas tingkat pencahayaan normal dapat memberikan hasil terbaik
bagi operator. Dengan perolehan score rata-rata operator yang tertinggi. Hal ini disebabkan
karena operator dapat lebih konsentrasi dalam melakukan permainan pada kondisi normal.
Selain itu kondisi pencahayaan normal dapat memberikan kenyamanan yang lebih bagi
operator terutama pada kerja mata operator. Sehingga tidak menyebabkan mata cepat lelah
akibat mata yang bekerja terlalu berat.
Tabel 4.6 Anova Kondisi Dilihat dari Pencahayaan
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Normal 3 50 16.6666667 1.333333
Silau 3 30 10 1
Program Studi Teknik Industri 45Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Redup 3 43 14.3333333 17.33333
ANOVA
Source of
Variation SS Df MS F P-value F crit
Between
Groups 68.66666667 2 34.3333333 5.237288 0.048307103 5.143253
Within
Groups 39.33333333 6 6.55555556
Total 108 8
Data Analisis Anova pencahayaan normal, silau, redupCount pada tabel annova di atas adalah perhitungan dari data hasil pengamatan, yakni masing-masing kondisi sebanyak 3 kali pengamatan.Sum pada tabel annova di atas maksudnya adalah penjumlahan seluruh nilai yang didapat dari tiga kali percobaan. Sum pada kondisi pencahayaan normal adalah 50. Sum pada kondisi pencahayaan silau adalah 30. Sum pada kondisi pencahayaan redup adalah 43.Average atau rata-rata dalam tiga kali praktikum, pada kondisi pencahayaan normal adalah 16,6667, sedangkan pada kondisi pencahayaan silau rata-ratanya adalah 10. Dan pada kondisi pencahayaan redup adalah 14.33333.Variance yang didapat pada kondisi pencahayaan normal adalah 1,3333sedangkan pada kondisi pencahayaan silau memiliki variansi sebesar 1. Dan pada kondisi pencahayaan redup adalah 17,3333.Tabel AnovaNilai SS (sum square) yang didapat between groups adalah 68,6667, sedangkan nilai SS within grops sebesar 39,3333. Dan total sebesar 108.
Program Studi Teknik Industri 46Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Nilai Df (derajat kebebasan) yang didapat between groups adalah 2, sedangkan nilai Df within grops sebesar 6 atau dapat dihitung dengan cara (n-1-2), maka totalnya adalah 8.Nilai MS yang didapat between groups adalah 34,333, sedangkan nilai MS within grops
sebesar 6,555556. Atau dengan cara membagi JKperlakuan dengan dfperlakuan untuk MS
perlakuan, sedang MS galat adalah JKgalat dibagi dfgalat.
Fhitung sebesar 5,237288. Dapat dihitung dengan membagi MS perlakuan dengan MS
galatP-Value (nilai probabilitas) yang didapat sebesar 0.048307. Digunakan dalam pengujian hipotesa dengan membandingkan nilai P-value dengan atau derajat keberartian yang digunakan.Ftabel sebesar 5,143252. . Nilai dari Ftabel digunakan juga untuk menguji hipotesa yang dibuat diterima atau ditolak dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel
Analisa Anova1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah sama
3210 : H
H1 = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah tidak sama
3211 : H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolakHo Ftabel < Fhitung
Ho 5,143253 < 5,237288
Kesimpulan : Ho ditolakRata-rata score terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value < Ho 0.048307 < 0.05Kesimpulan : Ho ditolak
4. H0 ditolak karena terdapat perbedaan score yang signifikan dalam pencahayaan normal, silau maupun redup. Namun, memang nilai yang didapatkan pada kondisi
Program Studi Teknik Industri 47Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
pencahayaan normal lebih baik daripada kondisi pencahayaan silau atau redup. Hal ini dimungkinkan selain karena faktor terbiasa dari operator, juga karena operator merasa lebih nyaman dan penglihatannya lebih jelas pada saat kondisi pencahayaan normal.
Perhitungan analisa pencahayaan antara Fhitung dan Ftabel terjadi perbedaan yang signifikan, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai 5.237288 untuk Fhitung dan 5.143253 untuk Ftabel. Begitu pula dengan P-value dan , pencahayaannya menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai 0.048307103 untuk p-value dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak karena perbedaan pencahayaan antara normal, silau, dan redup signifikan.
Menurut data hasil pengamatan, pada pencahayaan redup, intensitas pencahayaan
tertingginya adalah 19 lux dan terendahnya adalah 18 lux dengan score yang tertinggi
adalah 19, terendah adalah 11. Pada kondisi pencahayaan normal, intensitas
pencahayaan tertingginya adalah 205 lux dan terendahnya adalah 203 lux dengan score
yang tertinggi 18 dan terendah yaitu 16. Pada pencahayaan silau, intensitas
pencahayaan tertingginya adalah 565 lux dan terendahnya adalah 564 lux dengan score
yang tertinggi adalah 11 dan terendah yaitu 9. Dari tiga jenis pencahayaan, rata-rata
score terbaik didapatkan dengan pencahayaan normal. Hal ini disebabkan oleh faktor
operator yang merasa lebih nyaman bekerja dalam pencahayaan normal. Karena
pencahayaan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi manusia untuk melihat
suatu obyek secara jelas dengan cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Dengan
perolehan score rata-rata operator yang tertinggi pada pencahayaan normal disebabkan
karena operator dapat lebih konsentrasi dalam melakukan permainan pada kondisi
normal. Selain itu kondisi pencahayaan normal dapat memberikan kenyamanan yang
lebih bagi operator terutama pada kerja mata operator. Sehingga tidak menyebabkan
mata cepat lelah akibat kerja otot mata yang bekerja terlalu berat.
Program Studi Teknik Industri 48Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
4.4 Kondisi Fisik Dilihat dari Pencahayaan ( normal, redup)
Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Pencahayaan
Kondisi: Tidak bising, sejuk
pencahayaan normal pencahayaan redup
Pencahayaan
(Lux) Score
Pencahayaan
(Lux) Score
204 16 19 13
205 18 18 19
203 16 19 11
Data yang didapat dari hasil pengamatan diatas tingkat pencahayaan normal dapat
memberikan hasil terbaik bagi operator. Dengan perolehan score rata-rata operator yang
tertinggi. Hal ini disebabkan karena operator dapat lebih konsentrasi dalam melakukan
permainan pada kondisi normal. Selain itu kondisi pencahayaan normal dapat memberikan
kenyamanan yang lebih bagi operator terutama pada kerja mata operator. Sehingga tidak
menyebabkan mata cepat lelah akibat otot mata yang berkontraksi berat untuk
mendapatkan pengelihatan yang jelas dalam melakukan game.
Tabel 4.8 Anova Kondisi Fisik Dilihat dari pencahayaan
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Normal 3 50 16.66667 1.333333
Redup 3 43 14.33333 17.33333
Program Studi Teknik Industri 49Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 8.16666667 1 8.166667 0.875 0.402532 7.708647
Within Groups 37.3333333 4 9.333333
Total 45.5 5
Data Analisis Anova pencahayaan normal, redupCount pada tabel annova di atas adalah perhitungan dari data hasil pengamatan, yakni masing-masing kondisi sebanyak 3 kali pengamatan.Sum pada tabel annova di atas maksudnya adalah penjumlahan seluruh nilai yang didapat dari tiga kali percobaan. Sum pada kondisi pencahayaan normal adalah 50. Sum pada kondisi pencahayaan redup adalah 43.Average atau rata-rata dalam tiga kali praktikum, pada kondisi pencahayaan normal adalah 16.6667, dan pada kondisi pencahayaan redup adalah 14.33333.Variance yang didapat pada kondisi pencahayaan normal adalah 1.33333dan pada kondisi pencahayaan redup adalah 17,33333.Nilai SS (sum square)yang didapat between groups adalah 8,166667, sedangkan nilai SS within grops sebesar 5315,833. Dan total sebesar 37,33333.Nilai Df (derajat kebebasan) yang didapat between groups adalah 1, sedangkan nilai Df within grops sebesar 4, atau dapat dihitung dengan cara (n-1-2)maka totalnya adalah 5.Nilai MS yang didapat between groups adalah 8,166667 , sedangkan nilai MS within
grops sebesar 9,333333. Atau dengan cara membagi JKperlakuan dengan dfperlakuan untuk MS
perlakuan, sedang MS galat adalah JKgalat dibagi dfgalat.
Fhitung sebesar 0,875. Dapat dihitung dengan membagi MS perlakuan dengan MS galat
Program Studi Teknik Industri 50Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
P-Value (nilai probabilitas) yang didapat sebesar 0,402532. Digunakan dalam pengujian hipotesa dengan membandingkan nilai P-value dengan atau derajat keberartian yang digunakan.Ftabel sebesar 7,708647. Nilai dari Ftabel digunakan juga untuk menguji hipotesa yang dibuat diterima atau ditolak dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel
Analisa Anova1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah sama
210 : H
H1 = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah tidak sama
211 : H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolakHo Ftabel > Fhitung
Ho 7,708647 > 0,875
Kesimpulan : Ho ditolakRata-rata nilai terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value < Ho 0,402532 < 0.05Kesimpulan : Ho ditolak
4. H0 ditolak karena terdapat perbedaan nilai yang signifikan dari pencahayaan normal maupun redup. Hal tersebut dikarenakan faktor pencahayaan yang bebeda pada saat tes. Score yang didapatkan pada kondisi pencahayaan redup lebih buruk daripada kondisi pencahayaan normal. Hal ini dimungkinkan karena operator merasa lebih nyaman dan penglihatannya lebih jelas pada saat kondisi pencahayaan normal sedangkan pada kondisi pencahayaan redup, operator dimungkinkan kurang jelas dalam melihat objek, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal.
Program Studi Teknik Industri 51Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Perhitungan analisa pencahayaan antara Fhitung dan Ftabel terjadi perbedaan yang signifikan, hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai 0,875 untuk Fhitung dan 7,7086 untuk Ftabel.
Begitu pula dengan P-value dan , pencahayaannya menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai 0,402532 untuk p-value dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak karena perbedaan score pada pencahayaan antara redup dan normal cukup signifikan.
Menurut data hasil pengamatan, pada pencahayaan redup, intensitas pencahayaan tertingginya adalah 19 lux dan terendahnya adalah 19 lux dengan score yang tertinggi adalah 19, terendah adalah 11. Pada kondisi pencahayaan normal, intensitas pencahayaan tertingginya adalah 205 lux dan terendahnya adalah 203 lux dengan score yang tertinggi adalah 18, terendah adalah 16.
Dari jenis pencahayaan redup dan normal, rata-rata score terbaik didapatkan
dengan pencahayaan normal. Hal ini disebabkan oleh faktor operator yang merasa lebih
nyaman bekerja dalam pencahayaan normal. Karena tidak menyebabkan mata cepat
lelah akibat otot mata yang berkontraksi berat untuk mendapatkan pengelihatan yang
jelas dalam melakukan game. Kemudian juga dikarenakan faktor jenuh, dimana
percobaan dilakukan berulang kali, sehingga tingkat kejenuhanpun meningkat, dan
ketelitian berkurang ketika mengerjakan percobaan pada pencahayaan redup.
4.5Kondisi Fisik Dilihat dari Pencahayaan ( normal, silau)
Tabel 4.9 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari Pencahayaan
Kondisi: Tidak bising, sejuk
pencahayaan normal pencahayaan silau
Pencahayaan
(Lux) Score
Pencahayaan
(Lux) score
204 16 564 11
205 18 564 10
203 16 565 9
Program Studi Teknik Industri 52Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Data yang didapat dari hasil pengamatan antara score pada pencahayaan
normal dan silau, tingkat pencahayaan normal dapat memberikan score terbaik bagi
operator. Dengan perolehan score rata-rata operator yang tertinggi. Hal ini disebabkan
karena operator dapat lebih konsentrasi dalam melakukan permainan pada kondisi
normal. Selain itu kondisi pencahayaan normal dapat memberikan kenyamanan yang
lebih bagi operator terutama pada kerja mata operator. Sedangkan kondisi
pencahayaan yang silau menyebabkan otot mata berkontraksi terlalu keras untuk
menyesuaikan pengelihatan dan mengakibatkan mata cepat lelah. Selain itu karena
operator yang terbiasa bekerja dengan pencahayaan normal
Tabel 4.10 Anova Kondisi Fisik Dilihat dari pencahayaan
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
Normal 3 50 16.66667 1.333333
Silau 3 30 10 1
ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between 66.66667 1 66.66667 57.14286 0.001641 7.708647
Program Studi Teknik Industri 53Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Groups
Within Groups 4.666667 4 1.166667
Total 71.33333 5
Data Analisis Anova pencahayaan normal, silauCount pada tabel annova di atas adalah perhitungan dari data hasil pengamatan, yakni masing-masing kondisi sebanyak 3 kali pengamatan.Sum pada tabel annova di atas maksudnya adalah penjumlahan seluruh nilai yang didapat dari tiga kali percobaan. Sum pada kondisi pencahayaan normal adalah 50. Sum pada kondisi pencahayaan silau adalah 30.Average atau rata-rata dalam tiga kali praktikum, pada kondisi pencahayaan normal adalah 66.6667, dan pada kondisi pencahayaan silau adalah 10.Variance yang didapat pada kondisi pencahayaan normal adalah 1,333333dan pada kondisi pencahayaan silau adalah 1.Tabel AnovaNilai SS (sum square) yang didapat between groups adalah 66,66667, sedangkan nilai SS within grops sebesar 4,66667. Dan total sebesar 71,33333.Nilai Df (derajat kebebasan) yang didapat between groups adalah 1 sedangkan nilai Df within grops sebesar 4 atau dapat dihitung dengan cara (n-1-2), maka totalnya adalah 5.Nilai MS yang didapat between groups adalah 66,66667, sedangkan nilai MS within
grops sebesar 1,166667. Atau dengan cara membagi JKperlakuan dengan dfperlakuan untuk MS
perlakuan, sedang MS galat adalah JKgalat dibagi dfgalat.
Fhitung sebesar 57,14286. Dapat dihitung dengan membagi MS perlakuan dengan MS galatP-Value(nilai probabilitas) yang didapat sebesar 0,0016141. . Digunakan dalam pengujian hipotesa dengan membandingkan nilai P-value dengan atau derajat keberartian yang digunakan.Ftabel sebesar 7,708647. Nilai dari Ftabel digunakan juga untuk menguji hipotesa yang dibuat diterima atau ditolak dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel
Program Studi Teknik Industri 54Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Analisa Anova1. Ho = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah sama
210 : H
H1 = Rata-rata score pada perbedaan pencahayaan adalah tidak sama
211 : H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolakHo Ftabel < Fhitung
Ho 7,708647 < 57,14286
Kesimpulan : Ho ditolakRata-rata score terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value < Ho 0,001641 < 0.05Kesimpulan : Ho ditolak
4. H0 ditolak karena terdapat perbedaan score yang signifikan dari hasil tes dalam pencahayaan normal maupun silau. Hal tersebut dikarenakan faktor operator yang lebih nyaman dalam kondisi pencahayaan normal . Sehingga kondisi pencahayaan normal memiliki rata-rata score yang lebih baik daripada kondisi pencahayaan silau. Juga karena faktor kejenuhan dari operator pada saat mengerjakan tes pada kondisi silau, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal.
Perhitungan analisa pencahayaan antara Fhitung dan Ftabel terjadi perbedaan yang signifikan, hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai 57,14286 untuk Fhitung dan 7,708647 untuk Ftabel.
Begitu pula dengan P-value dan , pencahayaannya menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai 0,001641 untuk p-value dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak karena perbedaan score pencahayaan antara normal dan silau cukup signifikan.
Menurut data hasil pengamatan, pada kondisi pencahayaan normal, intensitas pencahayaan tertingginya adalah 205 lux dan terendahnya adalah 203 lux dengan
Program Studi Teknik Industri 55Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
score yang tertinggi adalah 18, terendah adalah 16. Pada pencahayaan silau, intensitas pencahayaan tertingginya adalah 565 lux dan terendahnya adalah 564 lux dengan score yang tertinggi 11 dan yang terendah sama yaitu 9.
Dari jenis pencahayaan normal dan silau, rata-rata score terbaik didapatkan dengan pencahayaan normal. Hal ini disebabkan operator merasa lebih nyaman dengan pencahayaan normal dibandingkan pencahayaan silau dan operator juga tidak merasakan gangguan pada organ tubuh pada kondisi pencahayaan normal seperti mata menjadi cepat lelah, pusing, atau tingkat ketelitian berkurang. Juga disebabkan karena faktor kejenuhan dari operator pada saat mengerjakan tes pada kondisi silau, sehingga hasil yang didapat kurang maksimal.
4.6Kondisi Fisik Dilihat dari Lingkungan FisikPencahayaan, Temperatur dan Kebisingan telah disebutkan di atas tadi,
merupakan kondisi fisik yang sangat mempengaruhi kerja bagi operator. Pada bagian ini, akan dibahas apabila ketiga kondisi fisik tadi dijadikan satu dalam percobaan. Yang akan kita bandingkan yaitu kondisi Silau, panas dan bising dan kondisi Normal, sejuk dan tidak bising.
Tabel 4.11 Data Hasil Pengamatan Pada Kondisi Fisik Dilihat Dari kebisingan
Kondisi: Pencahayaan normal/silau, panas/sejuk
Pengamatan Ke-
Kondisi : silau, panas, dan
bising
Kondisi : normal, Sejuk, tidak
bising
1 19 16
2 23 18
3 20 16
Dari hasil pengamatan diperoleh score pada kondisi silau, panas dan bising
memiliki rata-rata yang lebih tinggi daripada score yang diperoleh pada kondisi normal,
sejuk, tidak bising. Hal ini menyimpang, karena seharusnya operator yang bekerja pada
lingkungan yang kondusif seperti sejuk, pencahayaan normal dan tidak bising memiliki
score yang lebih tinggi karena kondisi lingkungan yang lebih nyaman. Namun perolehan
Program Studi Teknik Industri 56Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
score dari hasil percobaan lebih dipengaruhi oleh faktor terbiasanya operator dalam
melakukan permainan. Karena percobaan pada saat silau,panas dan bising dilakukan
setelah percobaab normal, sejuk,todak bising sehingga operator telah terbiasa melakukan
gerakan repetitif yang menyebabkan operator lebih terampil dalam bermain game Vos
Tabel 4.12 Anova Kondisi Fisik Dilihat dari Lingkungan Fisik
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
silau,panas,bising 3 62 20.66667 4.333333
normal,sejuk,tdk bising 3 50 16.66667 1.333333
ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 24 1 24 8.470588 0.043659 7.708647
Within Groups 11.33333333 4 2.833333
Total 35.33333333 5
Data Analisis Anova silau, panas, dan bising / normal sejuk dan tidak bisingCount pada tabel annova di atas adalah perhitungan dari data hasil pengamatan, yakni masing-masing kondisi sebanyak 3 kali pengamatan.Sum pada tabel annova di atas maksudnya adalah penjumlahan seluruh nilai yang didapat dari tiga kali percobaan. Sum pada kondisi pencahayaan silau, panas dan
Program Studi Teknik Industri 57Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
bising adalah 62. Sum pada kondisi pencahayaan normal, sejuk, dan tidak bising adalah 50.Average atau rata-rata dalam tiga kali praktikum, pada kondisi pencahayaan silau, panas dan bising adalah 20,66667, dan pada kondisi pencahayaan normal, sejuk dan tidak bising adalah 16,66667.Variance yang didapat pada kondisi pencahayaan silau, panas dan bising adalah 4,33333 sedangkan untuk kondisi normal, sejuk dan tidak bising adalah 1,33333.
Tabel Anova
Nilai SS (sum square) yang didapat between groups adalah 24, sedangkan nilai SS within grops sebesar 11,33333. Dan total sebesar 35,333333.Nilai Df (derajat kebebasan)yang didapat between groups adalah 1 sedangkan nilai Df within grops sebesar 4 atau dapat dihitung dengan cara (n-1-2), maka totalnya adalah 5.Nilai MS yang didapat between groups adalah 24, sedangkan nilai MS within grops
sebesar 2,833333. Atau dengan cara membagi JKperlakuan dengan dfperlakuan untuk MS
perlakuan, sedang MS galat adalah JKgalat dibagi dfgalat.
Fhitung sebesar 8,470588. Dapat dihitung dengan membagi MS perlakuan dengan MS galat.P-Value(nilai probabilitas) yang didapat sebesar 0.043659. Digunakan dalam pengujian hipotesa dengan membandingkan nilai P-value dengan atau derajat keberartian yang digunakan.Ftabel sebesar 7,708647. Nilai dari Ftabel digunakan juga untuk menguji hipotesa yang dibuat diterima atau ditolak dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel
Analisa Anova1. Ho = Rata-rata nilai pada perbedaan temperatur adalah sama
210 H
H1 = Rata-rata nilai pada perbedaan temperatur adalah tidak sama
211 H
2. Jika Ftabel > Fhitung, maka H0 diterimaJika Ftabel < Fhitung, maka H0 ditolakHo Ftabel < Fhitung
Ho 7,708647 < 8,470588
Program Studi Teknik Industri 58Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Kesimpulan : Ho ditolak Rata-rata nilai terdapat perbedaan yang signifikan.
3. Jika probabilitas (p-value) < , maka Ho ditolakJika probabilitas (p-value) > , maka Ho diterimaHo P-value > Ho 0.043659 < 0.05Kesimpulan : Ho ditolak
4. H0 ditolak karena terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai yang didapat pada kondisi silau, panas, dan bising dengan kondisi normal, sejuk, dan tidak bising. Kondisi silau, panas dan bising memang dirasa tidak menguntungkan bagi operato karena pada kondisi tersebut, operator cenderung lebih cepat lelah dan bosan, sehingga hasil yang didpatkan dari tes kurang maksimal.
Perhitungan analisa kondisi lingkungan fisik antara Fhitung dan Ftabel terjadi perbedaan
yang signifikan, hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan
nilai 8,470588 untuk Fhitung dan 7,708647 untuk Ftabel. Begitu pula dengan P-value dan , temperaturnya menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai 0.043659
untuk p-value dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak
karena perbedaan kondisi lingkungan fisik terlalu signifikan
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi lingkungan fisik, terjadi perbedaan yang
signifikan antara kondisi silau, panas, bising, dengan kondisi normal, sejuk, tidak
bising. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan fisik seperti pencahayaan yang silau,
temperatur ruangan yang panas, disertai suara bising yang terdapat dalam ruangan
operator dirasa sangat mengganggu dan menyebabkan menurunnya konsentrasi dan
ketelitian operator dalam mengerjakan tes. Dari hasil pengamatan diperoleh score pada
kondisi silau, panas dan bising memiliki rata-rata yang lebih tinggi daripada score yang
diperoleh pada kondisi normal, sejuk, tidak bising. Hal ini menyimpang, karena
seharusnya operator yang bekerja pada lingkungan yang kondusif seperti sejuk,
pencahayaan normal dan tidak bising memiliki score yang lebih tinggi karena kondisi
lingkungan yang lebih nyaman. Namun perolehan score dari hasil percobaan lebih
Program Studi Teknik Industri 59Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
dipengaruhi oleh faktor terbiasanya operator dalam melakukan permainan. Karena
percobaan pada saat silau,panas dan bising dilakukan setelah percobaab normal,
sejuk,todak bising sehingga operator telah terbiasa melakukan gerakan repetitif yang
menyebabkan operator lebih terampil dalam bermain game Vos
Program Studi Teknik Industri 60Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanKemampuan kerja operator dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri (intern), seperti : faktor intelegensi, faktor psikologis, dan faktor fisiologisKemudian pengaruh dari luar (ekstern) antara lain adalah : Temperatur
Perhitungan analisa temperatur antara Fhitung dan Ftabel tidak terjadi perbedaan yang signifikan, hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai 0,87805 untuk Fhitung dan 7,7086 untuk Ftabel. Begitu pula dengan P-value dan , temperatur tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai 0,401788 untuk p-value dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima karena perbedaan score pada temperatur sejuk dan panas tidak begitu berbeda.
KebisinganPerhitungan analisa kebisingan antara Fhitung dan Ftabel tidak terjadi
perbedaan yang signifikan, hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai 3.903225806untuk Fhitung dan 7.708647 untuk Ftabel. Begitu pula dengan P-value dan , kebisingannya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai 0.119393untuk p-value dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima karena perbedaan score antara bising dan tidak bising tidak terlalu signifikan.
Pencahayaan Silau, Normal, RedupPerhitungan analisa pencahayaan antara Fhitung dan Ftabel terjadi perbedaan
yang cukup signifikan(Ftabel < Fhitung), hal ini dapat Ditinjau dari hasil
perhitungan anova yang menunjukkan nilai 5,237288untuk Fhitung dan 5,143253
untuk Ftabel.
Program Studi Teknik Industri 61Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
Begitu pula dengan P-value dan , pencahayaannya menunjukkan
perbedaan yang signifikan ( P-value < )dengan nilai 0.048307 untuk p-value
dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak
karena perbedaan score pada pencahayaan antara normal, silau, dan redup
cukup signifikan. Pencahayaan Redup, dan Normal
Perhitungan analisa pencahayaan antara Fhitung dan Ftabel terjadi perbedaan yang signifikan(Ftabel < Fhitung)), hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai 0,875 untuk Fhitung dan 7,708647
untuk Ftabel. Begitu pula dengan P-value dan , pencahayaannya menunjukkan
perbedaan yang signifikan ( P-value < )dengan nilai 0,402532 untuk p-value dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak karena perbedaan pencahayaan antara redup dan normal signifikan.
Pencahayaan Normal dan SilauPerhitungan analisa pencahayaan antara Fhitung dan Ftabel terjadi perbedaan yang
signifikan, hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai 57,14286 untuk Fhitung dan 7,708647 untuk Ftabel (Ftabel < Fhitung).
Begitu pula dengan P-value dan , pencahayaannya menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan nilai 0,001641 untuk p-value dan 0.05 untuk ( P-value < ). Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak karena perbedaan score pada pencahayaan antara normal dan silau signifikan. Lingkungan Fisik
Perhitungan analisa kondisi lingkungan fisik antara Fhitung dan Ftabel terjadi perbedaan yang signifikan, hal ini dapat Ditinjau dari hasil perhitungan anova yang menunjukkan nilai 8,470588 untuk Fhitung dan 7,708647 untuk Ftabel (Ftabel < Fhitung)
Begitu pula dengan P-value dan , temperaturnya menunjukkan perbedaan yang signifikan (P-value < )dengan nilai 0.043659 untuk p-value dan 0.05 untuk . Kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak karena perbedaan kondisi lingkungan fisik yang signifikan.
Program Studi Teknik Industri 62Universitas Diponegoro
Laporan Praktikum Lingkungan Fisik
Modul 2b Kelompok 9 reguler
5.2 Saran1. Sebaiknya alat-alat pengukuran diperiksa terlebih dahulu sebelum praktikum,
agar pengukuran lebih akurat.2. Untuk mendapatkan kondisi panas, sebaiknya setelah mematikan AC, operator
menunggu dulu sampai temperature ruangan naik, agar mendapatkan nilai temperature yang berbeda dengan kondisi sejuk.
3. Operator sebaiknya diberikan waktu sejenak untuk beristirahat dengan tujuan untuk menghilangkan kejenuhan dan kelelahan.
Program Studi Teknik Industri 63Universitas Diponegoro