Post on 29-Oct-2021
•
485
MENINGKATKAN PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM DALAM PEMBANGUNAN SEBAGAI
PENGAMALAN P ANCASILA MENJELANG TH. 2000 *)
L-·-------- Oleh : Bismar Siregar S.H.
PENDAHULUAN
Janganlah anda bercuriga disampaikan salam tersebut di atas, karena salam demikian adalah perwujudan doa seorang hamba, tanpa memilih temp at, waktu serta golongan kepada Allah Yang Maha Kuasa (istilah resmi, vide alinea ketiga Pembukaan UUD 1945).
Salam tersebut diucapk;ln sekarang, bukan lagi hanya oleh dan dikalangan umat Islam, tetapi telah menjadi salam nasional.
Perhatikan dalam Sidang DPR sete· lah salam bersalam bermohon doa, adalah sesuai akhlak yang ber-Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa Sila pertama Pancasila, dasar negara serta hukum dan keadilan di negara yang ada dan lestari hanya atas berkat dan rakhmatNya, dilanjutkan dengan tahmid - Alhamdulillah - serta Haleluya !
Dua istilah yang lazim diucapkan. Haleluya oleh insan beragama Nasrani, dan Alhamdulillah oleh umat Islam. Bila ada ucapan yang bermaksud sarna dalam ajaran agama Hin:dhu, Budha tidak salah dimasyara-
•
katkan karenanya bertujuan mening-katkan takwa kepada Allah Yang
*) Sirnposium PERSAHI dalam rangka Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke41.
Maha Kuasa (GBHN tentang Pola Pendidikan Nasional).
• • Mungkin ada yang sIms menang-gapi - jangan campur-adukkan iman an tar agama itu. Biarlah masingmasing beribadah sesuai imannya. Bila ada sinisme demikian, ada benarnya sepanjang perwujudan ibadah huburtgan vertikal manifestasi iman kepada Khalik Maha Pencipta. Tetapi tidak benar, bila menyangkut hubungan antar sesama, saling berdoa untuk kemaslahatan sesama pertanda syukur kepadaNya.
la, sungguh Maha di-Atas Segala. la, tidak buta bahasa. Kalaupun ada yang menjadi nilai perhatian adalah NIAT - yang berpangkal dalam hatL Innama imalu bin niati -garis hukum dalam Islam .
•
Marilah kita dari hati yang tulus serta ikhlas secara khusuk pula bertasyakur kepada Allah Yang Maha Kuasa atas kurnia dan rakhmat· , , nya - Kemerdekaan bangsa dan negara telah berusia 41 tahun.
Tasyakur disertai amal dan inilah yang dilakukan PERSAHI sekarang ini.
POKOK MASALAH :
Adalah merupakan kebahagiaan tersendiri, ikut mengemukakan pendapat dalam forum, kecuali sifatnya yang terbuka juga terhormat, dihadiri tokoh terpelajar, diadakan oleh organisasi
Oktaber 1986
•
•
486
yang menaruh perhatian bagaimana mengupayakan tegaknya hukum dan keadilan dalam pembangunan negara dan bangsa menyongsong satu . era berakhirnya abad ke-20. Menyinggung kurun waktu berakhirnya abad ke-20 bukan tidak bermakna apa-apa. Ada maksud dan tujuan paling tidak, tekan perhatian. Kebahagiaan itu akan lebih berganda maknanya, mengingat yang dibicarakan seperti tersebut di atas tekad dan keinginan mengupayakan peningkatan peranan dan tanggung jawab profesi hukum/ dalam pembangunan, diamalkan berdasarkan PancasHa. Ada tiga titik taut yang paut menjadi catatan: a. Tekad dan kesadaran meningkatkan
peran dan tanggung jawab profesi hukum.
•
b. Hukum yang menunjang pemba-ngunan sebagai pengamalan Pancasila.
c. Waktu yang dijangkau menjelang tahun 2000. Yang ingin saya utarakan ialah:
"Apa sebab peningkatan peran dan fungsi pengabdian hukum menjelang tahun 2000 ?"
Apakah peran dan tanggung jawab itu sekedar dan sebatas menjelang tahun 2000? Ataukah juga kurun waktu sebelumnya ? Juga yang ada sekarang ? Patut pula menjadi topik pembicaraan ?
Pertanyaan yang sebenarnya sudah tahu jawabannya, tetapi sekedar menggugah hati dan pikiran, agar lebih semarak pembicaraan, apa salahnya diulangi. Tanpa belajar dari sejarah, kita tidak mungkin mengarahkan sejarah. Mungkin ditinggalkan sejarah.
Sejarah dan belajar dari sejarah adalah prasyarat melihat keadaan. Menekuni apa yang berlalu, mempertanya-
Huhum dan Pembangunan
kan apa yang akan terjadi, kemudian menyimpulkan apa setepatnya sikap hari selanjutnya adalah tujuan simposium ini. Dan itulah tuntutan dan cara berpikir yang ilmiah, apalagi yang menyangkut ilmu tentang manusia bermasyarakat. Sekedar ungkapan hati mengapa diberi ancang-ancang batas waktu menjelang tahun 2000? Bukankah perhitungan tahun 2000 hasil pemikiran dibuat manusia? Tidak ada keinginan mengurangi nilai hitung
•
waktu demikian - Tidak ! Mungkin ada manfaatnya diu tarakan ketentuan Tuhan tentang waktu.
Ia tidak menentukan sejam, sehari , sebulan , setahun - TIDAK ! Tuhan sangat m~mperhatikan ten tang waktu, sampai bersumpah : 1. "Demi masa . 2. Sungguh, manusia dalam kerugian. 3. Kecuali mereka yang beriman dan
melakukan amal kebaikan, saling mengajari kebenaran dan safing mengajari kesabaran. (Surat AI'Ashr 103: 1- 3). .
"Sungguh! Dalam penciptaan langit dan bumi. Dan dalam pergantian malam dan siang. Ada tanda-tanda bagi orang yang menggunakan pikiran. (Surat Ali Imran 3 : 190).
Memahami makna sumpah juga peringatan Tuhan tersebut, Ia tidak berkata - demi besok, demi lusa, tidak! Tetapi demi masa malam dan siang. Sumpah dan peringatan ditujukan kepada HambaNya. Masa tidak dapat memisahkan dari diri seseorang. Oleh sebab itu sekali lagi tanpa ingin mengurangi makna tema - tentang Peningkatan peran dan tanggung jawab profesi hukum menjelang tahun 2000, apa salahnya ditekankan tuntutan pengalaman itu sejak saat ini. Agar ti-
T4nggung J4W4b Protes; Hukum
dak tergolong yang merugi dengan memperhatikan, apa yang terjadi dalam pergantian an tara siang dan malam itu. Mungkin ada pula yang berkata: "Jangan! Jangan bawa firman Tuhan dalam simposium ini ! Yang dibicarakan di sini, bukan agarna, apa pun nama agama itu, tetapi hukum".
Sekali lagi, sungguh saya bermohon maaf, bila kehadiran saya membawakan makalah ini, tidak atau kurang mencapai sasaran. Adalah wajar, bila ada yang berkesimpulan demikian. Saya tidak menyesali , bila kita belum sarna pendapat. Sikap saya sangat sederhana. Bilapun kita berbeda pendapat, dan itu pertanda kita manusia, biarlah saya yang keliru pendapat. Justru dalam kekeliruan itu dipetik hikmah, kemanusiaan. Hanya manusia yang terbuka, berbeda terutama beda pendapat. Karena perbedaan itulah baik secara lahir-bathiniyah manusia meningkat dan berkembang membentuk sejarah, Sejarah kamanusiaan yang terus beralih dan berubah, sangat bergantung dari nilai kemanusiaan itu sendiri.
Perbedaan - tidak selalu dalam jalur yang konstruktif. Moral di samping akal yang ada dalam diri si manusia berperan menentukan. Ada kalanya kadar nilai moral kurang memberi
•
warna bagi kemanusiaan itu, bukan mustahil si manusia itu tidak disebut manusia. la merosot menjadi binatang, bahkan lebih kejam dari binatang ironis. Bukan sekali bukan dua kali. Sejarah mencatat, kehancuran umat manusia sebutlah umat nabi Luth, karena nilai moral telah dilanggar. Tuhan meluluh-hancurkan, akibat perbuatan sendiri.
-.
•
487
Contoh sekarang di antara negara adi kuasa - sarna berkata ingin menciptakan kehidupan bangsa yang damai di dunia: Tetapi apa nyatanya? Justru berlomba menciptakan senjata mutakhir - dalam bentuk yang tidak terperikan daya penghancurannya. Tentang adanya kenyataan seperti ini, tidak perlu gelisah, tidak perlu resah kembalikan kepada Pencipta Tuhan dalam surat Ali lmran tersebut di atas. Dan yang perlu ialah, mari membenahi diri - agar ikut diperhitungkan oleh siapa pun juga. Dan bukan bersombong diri, bukan bertakabur, karena sifat itu tidak diridhoi Tuhan kita memiliki landasan sikap dan berpikir - PANCASILA. Sebutlah ampuh.
Biarlah ada yang meragukan, keampuhan Pancasila membenahi kehidupa:n antar umat, demikian pula antar bangsa - Kita tidak perlu meminta simpati, karena kita yakin - Pancasila mempunyai nilai yang mendapat berkat dan ridho Allah Yang Maha Kuasa. Pengamalan sila 1.
MORAL P ANCASILA:
Disebut moral Pancasila, bukan hu-•
kum Pancasila. Pancasila bukan seke-dar hukum, ia lebih dari itu. Disebut sumber dari segal a sumber hukum. Tetapi sekedar bersebut tanpa diiringi penalaran, penjabaran dan penerapan, namanya baru sekedar berucap belum beramal. Untuk sampai beramal tidak cukup sekedar tahu dan mengetahui, tetapi harus lebih dahulu dihayati.
Pancasila itu sendiri tidak memberi rumusan terperinci tentang hukum. Pancasila hanya terdiri dari lima rumusan sila, terdiri dari nilai iman -tauhid, sila pertama Ke-Tuhanan Yang
Oktaher 1986
488
Maha Esa. Justru sila pertama inilah yang memberi ciri khas tentang negara dan bangsa dibandingkan dengan negara-negara lain. .
Kita tidak menyatakan diri sebagai negara agama, karena di negara ini ada beberapa agama yang diakui sarna kewajiban dan kedudukannya dalam kehidupan negara dan bangsa. Juga negara tidak menyampingkan faktor agama - yang berindentitas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Bahkan unsur Ke-Tuhanan Yang Maha Esa itu secara sadar dan sengaja ditempatkan se bagai sila pertama. Pengertiannya, kalaupun ada empat sila lainnya -yang dianut oleh negara dan bangsa lain pada umumnya, tetapi penjabaran, penalaran, penerapan keempat sila itu harus bersesuaikan dengan sila pertama Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Kita tidak per/u berkiblat ke benua lain itu, walaupun bukan berarti serta merta menolaknya.
PANCASILA FILSAFAT BANGSA
DapatJah dipahami makna Pancasila sebagai kesatuan filsafat bagi kehidupan bangsa. Tidak seorangpun di an tara kita yang meragukan, walaupun Pancasila sebagai kesatuan yang bulat, namun dalam penalaran, penjabaran dan terutama penerapannya sila pertama yang paling menentukan.
Tentang inipun bukan tidak beralasan , kecuali ditetapkan sebagai sila pertama, juga pengakuan - ada serta lahirnya - negara dan bangsa yang merdeka - hanya ata,s berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa, karenanya tepat yang dijCj.dikan dasar negara adalah Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Dan yang paling mengesankan setelah segalanya itu - dan tentu sampai
Hukum dan Pembangunan
pada ke Undang-Undang yang me-•
nentukan peradilan dilaksanakan: "DE-MI KEADILAN BERDASAR KETUHANAN YANG MAHA ESA", bukan sekedar berkebetulan bukan pula sekedar memenuhi secara formal - aspirasi bangsa yang ber-Tuhan, bukan.
Kesemuanya itu untuk dilaksanakan oleh setiap yang mengakui berbangsa Indonesia umumnya dan oleh mereka yang bergerak dalam profesi hukum khususnya - dan oleh para Hakim terutamanya. Karena sungguh tepat bila Pancasila yang diakui sebagai filsafat bangsa - juga dise but filsa-
, fat hukum, bahkan sumber dari segala sumber hukum.
Bilam;ma ada pihak yang berkeberatan atas keyakinan demikian dengan alasan bagaimana mungkin menjadikan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, sedangkan Pancasila itu sendiri hanya terdiri dari lima sila - yang rumusannya sudah terbatas. Pandangan semen tara Sarjana Hukum, bila ada yang seperti itu, karena ia mungkin mempergunakan pola pikir dan pola pandangan berdasar kacamat a Barat. Tidak bermaksud menyatakan cara pandangan demikian salah . tidak ! Hanya mungkin patut diperhatikan untuk memahami filsafat dalam hal ini filsafat Pancasila - yang sila pertamanya Ke-Tuhanan Yang Maha Esa - harus mempergunakan cara pandangan yang berdasar oleh semangat dan jiwa Ke-Tuhanan Yang Maha Esa itu.
Dan untik menemukan semangat dan jiwa itu agamalah sumbernya. Singkatnya memahami Pancasila - sebagai sumber hukum, tidak boleh tidak kit a harus memahami ajaran Tuhan yang tercantum daIam kitabkitab agamanya.
Tanggung Jawab Profesi Hukum
Bahwa yang saya yakin dan pereaya tentang hukumnya antar sesama makhluk tidak akan ada pertentangan, karena semuanya berpijak atas einta dan kasih - yang dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan ada perbedaan tentang ear a melaksanakan ajaran agama itu, tidak menjadi halangan, memelihara dan menimbulkan persatuan. Tentang ini Islam menetapkan garis: "Bagimu agamamu, Bagiku agamaku". (Surat Al Kafiruun: 6).
P ANCASILA SEBAGAI SUMBER HUKUM
Sumber, bukan sembarang sumber, terbatas dan dibatasi ruang lingkup berlakunya, tidak ! Berkata seperti itu - tanpa konsekwen menerima serta ~eterbukaan penjabaran, penalaran sampai penerapannya menjadi hukum yang hidup, berarti membiarkan Paneasila mandul, tidak bermakna apaapa. Kita tidak in gin mengkhianati amanah para pendiri kemerdekaan yang sudah tiada yang telah meletakkan sendi keeuali bernegara juga berumat. Menghadapi kenyataan, betapa bedanya antara harapan dan kenyataan tentang Paneasila ini membuat saya sering berpikir sembari bermenung. Mengapa, kalau dalam setiap saat dan ketika di tempat resmi at au tidak, secara umum atau terbatas, Paneasila selalu dijadikan alas dan tujuan pembicaraan, tetapi baru sekedar itu?
Tidak habis-habisnya hati bertanya, mengapa kalau sudah sampai dalam kenyataan, khusus di bidang hukum, belum mampu bahkan belum mau seeara konsekuen menerapkan jiwa dan semangat Paneasila itu ?
Dalam renungan itu, adakalanya hampir sampai berputus asa, seakan-
•
489
akan mustahil bermodal akan menalarkan, menjabarkan dan menerapkan jiwa dan semanaat hukum konsekwen berdasar Paneasila. Ada yang menuding : "Anda jangan berbuat yang bukan-bukan. Anda jangan jadi pe
'juang sendirian". Tudingan seperti itu membuat diri menjadi ragu hampir sampai bersikap, buat apa harus menimbulkan gejolak, apalagi mengundang sikap antipati dari sesama !
Terkenang pada saat menjabarkan gagasan tentang penegakan hukum yang selama ini titik beratnya bertujuan demi kepastian hukum, pada saat diketengahkan pendapat, kalau karena demi kepastian hukum keadilan dikorbankan, pilihan ialah, korbankan kepastian hukum. Kepastian hukum hanya sarana, tujuan adalah terwujudnya keadilan.
. Terkenang kembali pada sa at melemparkan pemikiran, apa yang disebut "Pemidanaan", jangan andalkan tindak balasan. Prakira kalau sudah dipidana dengan segala bentuk "derita", si-terpidana akan jera membatalkan akibat-akibatnya.
. Tetapi akankah kita juga masih ,
meneruskan pola pandang yang demi-kian dalam hukum pidana nasional, diwaktu yang akan datang?
PENJABARAN HUKUM P ANCASILA
Disebut penjabaran hukum Pane asila dan bukan penjabaran hukum yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, adalah untuk memantapkan terlebih dahulu makna dan hakikat hukum Paneasila itu. Paneasila telah disepakati, keeuali sebagai filsafat bahkan sumber dari segala sumber hukum, mari kit a konsekuen menghayatinya. Betapa pekanya masyarakat ten tang pengertian Panea-
Oktaher 1986
•
•
490
sila, mau tidak mau patut diterima sebagai kenyataan dan berupaya men-
•
cari apa pangkal penyebab yang demi-kian. Untuk maksud itu, tidak salah dikemukakan percakapan di antara dua hamba Tuhan sebagai berikut: A. "Anda berkata, Pancasila adalah
sumber bahkan sumber dari segala hukum. Juga anda sampai berkata, pengamalan Pancasila adalah perwujudan iman anda. Ajakan say a ! Istighfar sekali lagi istighfar kepada Tuhan, jangan sesat di jalan!"
B. "Mengapa anda demikian berkepentingan mengajak say a beristighfar?"
A. "Demikianlah, dalam iman saya dan jugaiman anda antar sesama Muslim ada kewajiban, bila mengetahui di antara sesama saudaramu itu ada yang dalam kekeliruan, ajak ia kembali ke jalan yang benar".
B. "Saya dapat menghargai hati tulusmu. Alhamdulillah ! U khuwah Islamiyah kita tegakkan. Mungkin saudaraku kita berbeda pendapat menempatkan diri. Oleh Tuhan sendiri menakdirkan, kecuali ia sebagai yang beriman, juga yang berbangsa. Mungkin sebagai umat satu bangsa, mungkin pula tidak. Dalam hal perwujudan diri saya sebagai seorang muslim, universil sifatnya umat Muhammad, anda benar. Saya patut beristighfar, sumber hukum kitab suci al Qur'anul karim dan sunnah nabi Muhammad SAW. Tetapi Tuhan sekali lagi menakdirkan hambaNya, kecuali berumat juga berbangsa dan ten tang bangsa-
•
berbangsa ini adalah rakhmat dan kurniaNya. Tidakkah and a perhatikan makna surat AI-Hujarat l3 ? Oleh sebab itu dalam hal sayaber-
. bicara sebagai warga yang ber-bangsa Indonesia itu, Pancasila ada-
•
Huhum dan Pembangunan
lah sumber dari segala sumber
hukum. Selanjutnya adalah konsekuensi iman itu pula, tidak satupun di an tara sila Pancasila itu yang bertentangan dengan syari'ah Islam. Justru melalui semangat dan jiwa itulah kehidupan umat yang berbagai itu dapat bersatu dalam wadah Pancasila. Dan bukankah Islam juga menebarkan toleransi beragama - sebagaimana di firmankanNya dalam surat al-Haj 40. Sehingga dalam setiap pengamalan Pancasila bila didasari oleh dan dari niat sila pertama ke-Tuhanan Yang Maha Esa , ikrar setiap umat Mu hammad termasuk ana dan saya setiap . shalat lima waktu sehari semalam, Insya Allah tidak ada lagi curiga antara anda dengan saya dan yakinlah mengamaikan Pancasila didasari sila pertama termasuk ibadah,"pelaksanaan iman!" Sangka buruk termasuk dosa (Surat AIHujarat 12). Itulah percakapan di antara dua
hamba seiman sekaligus sebangsa. Kesimpulan, bahwa orang yang menjalankan syari'ah agama dengan baik memberi jaminan ia seorang Pancasilais. Sebaliknya seorang ' Pancasilais belum tentu seorang agamais. Dan yang demikian tidak bertentangan dengan iman yang menegaskan - Tiada Paksaan dalam agama.
Menyimak hasil pembicaraan di atas, sampailah pada kesimpulan , bila akan menjabarkan Pancasila sebagai hukum, mau tidak mau dijabarkan dengan hukum yang ber-roh ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Menjadi pertanyaan selanjutnya: "Apa yang dimaksud dengan ber-roh ke-Tuhanan Yang Maha Esa? Bukankah banyak pemahaman tentang Tu-
TtJnggung Jawab Protesl Hukum
han di negara ini? Masing-masing tentu akan menuntut bahwa pengertian Tuhan Yang Maha Esa yang dianutnyalah yang paling besar dan diterapkan?
Pertanyaan itu wajar dan layak. Benar, di negara ini diakui ada beberapa agama yang hak hidupnya dijamin. Bankan bukan hanya yang beragama saja yang dijamin, yang menye--but dirinya percaya kepada Tuhan Yng Maha Esa pun diakui kebebasan menjalankan kepercayaannya. (pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945) yang tidak dibenarkan ialah, yang tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, apalagi yang menentang keTuhanan Yang Maha Esa.
Pertanyaan yang mungkin timbul selanjutnya. Ada yang mengaku syari'ah, agamanya meliputi seluruh kehidupan manusia. Baik an tar ia dengan Tuhannya, demikian pula antar sesarna. Dalam iman agama Islam terkandung surat an-am 162/163'. Untuk sementara agama demikian disebut dua agama Kristen dan Islam.
Tetapi dari kalangan umat Hindu temyata ada kesadaran untuk memperlakukan juga hukum agama Hindu hukum yang hidup , hukum nasional dicetuskan oleh Gde Puja, MA.S.H. HUKUM WARISAN HINDU YANG DIRESIPIR ICE DALAM HUKUM ADAT DI BALI DAN LOMBOK. Ajakan saya mari kit a syukuri ada hasrat demikian agar semakin berse- -maraklah hukum nasional kita dijiwai oleh roh dan semangat Tuhan Yang Maha Esa. Dan kepada para pengabdi hukum adakah anda kolega pendidik ataupun praktisi, mari kit a dengan hati serta niat yang jujur - dengan ucap Bismillah - mengisi hukum nasional dengan hukum yang bersumber
491
pada Pancasila, tetapi dijiwai roh keTuhanan Yang Maha Esa.
PENJABARAN HUKUM YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA
Mengamati hukum yang berlaku sekarang ini, siapa pun tidak akan menyangkal, bahwa apa yang disebut hukum yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, masih jauh dari harapan. Akibat adanya kenyataan demikian sampai Presiden dalam pertemuan dengan Pemuncak Penegak Hukum tanggal 15 Juni 1984 di Bina Graha an tara lain berkata sebagai berikut: 1. "Salah satu penghambat dalam pe
negakan hukum menuju keadilan, adalah karena para pengabdi-pengabdi hukum masih. mempunyai pandangan yang belum SATU. Hal ini sebenarnya juga karena akibat dan pengaruh dari pendidikan yang mereka peroleh, yakni mereka yang termasuk senior-senior, pendidikannya dari Barat dan mereka kemudian juga memberikan pelajaran di mana-mana".
2. "Para pengabdi hukum harus dapat "menempatkan diri sebagai potensi yang turut serta dalam perjuangan mencapai cita-cita terse but. Para pengabdi hukum dan penegak hukum sesungguhnya merupakan salah satu unsur dalam kehidupan negara dan masyarakat yang sedang berjuang untuk mencapai cita-cita itu". '
3. "Untuk itu perlu ada perubahan mental dan tidak hanya mental saja, tetapi juga melewati pendi
dikannya, karena pendidikannya memang demikian. Walaupun buku-buku yang dipergunakan adalah terjemahan dari bu-
Oktober 1986
492
ku-buku Belanda, tetapi yang penting adalah jiwanya dan semangat
b " yang mem aca . Hal ini yang terus-menerus mempengaruhi cara berpikirnya, mental- · attitudenya yang belum atau tidak mau beru bah, belum menyadari, bahwa mereka hidup di bumi Indonesia yang berdasarkan asas ketatanegaraan adalah Negara Kesatuan Indonesia yang b"erdasarkan Pancasila ".
4. "Oleh karena dari kolega-kolega yang bergerak dalam profesi hukum bersama-sama dengan Universitas harus mengadakan perubahan-peru bahan dalam pendidikan hukum". Itulah pengamatan Presiden. Sangat
sederhana. Walaupun beliau bukan sarjana hukum f.lamun TEPAT dan BENAR pengamatan itu. Belumkah patut menjadi perhatian dalam diskusi ini?
Sekedar menggarisbawahi, pengamatan Presiden: 'Mentaal-attitudenya yang belum atau tidak mau berubah". Di ulangi BELUM dan TIDAK berubah. Cukup tajam konstatasi itu, tepat dan perlu mendapatkan perhatian! Juga ajakan, agar kolega-kolega yang bergerak dalam profesi hukum BERSAMA -SAMA DENGAN UNIVERSITAS HARUS BISA MENGADAKAN PERUBAHAN-PERUBAH AN DALAM PENJ)IDIKAN HUKUM". Pengamatan yang luar biasa dan sepanjang yang dialmi sungguh benar. Terlampau lama kiblat kita tetap ke benua asing, bukan kepada semangat hukum kita:
Berdasarkan pengamatan itu dalam pembahasan ini titik berat peranan dan tanggung jawab yang berprofessi hukum dibebankan kepada bidang pendidikan hukum dan penerapan hukum (HAKIM).
•
Huhum dan Pembangunan
PARA PENDIDIKAN HUKVM
Nyata sekali apa yang diutarakan Presiden ten tang pengaruh pendidikan hukum yang diperoleh di perguruan hukum. Pendidikan itu sangat berperan menentukan sejauh mana terjadi peru bahan sikap ten tang hukum.
Alhamdulillah ! Dalam pola pendidikan dilukiskan ada POHON PENDIDIKAN HUKUM terdiri dari batang, cabang dan ranting. Di antara cabang ilmu itu ada ilmu filsafat ke-Tuhanan, yakni : 1. Ketuhanan mengenai hukum ber-
•
dasar Thomas Aquino; 2. Ketuhanan mengenai hukum dan
filsafat Timur; 3. Ketuhanan mengenai hukum menu
rut filsafat hidup bangsa Indonesia; Tidak ditemukan Ketuhanan Yang
Maha Esa yang didasarkan pada Pancasila. Sedangkan dalarn Undang-Un-
. dang Dasar Negara (pasal 29 ayat 1. Bab XI. Tentang Agama juga dalam Undang-undang No. 15 tahun 1970) tegas disebut peran dan faktor Tuhan Yang Maha Esa dalam pemahaman hukum dan keadilan.
Tidakkah percuma dan mubazir . mempelajari fIlsafat Ketuhanan disebut di atas ? Juga tentang hasrat dan keinginan mempelajari arti dan makna Tuhan yang itu sendiri - karena menyangkut iman dan tauhid tidak mungkin.
Kesimpulan, bila akan mempelajari hukum yang berkeTuhanan Yang Maha Esa; tidak ada pilihan kecuali mempelajari Undang-undang di mana Tuhan Yang Maha Esa dicantumkan antara lain : Dalam PENJELASAN UMUM Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan (V.V. No. 14 tahun 1970) demikian
Tanggung Jawab Protes; Huhum
pula Penjelasan Pasal 4 ayat 1, serta Pasal 14 ayat 1 juga Pasal 27 ayat 1. Kesemua penjelasan itu mengajak para pengabdi hukum, a~~ah yang disebu.t guru ataukah praktlsl: tergolong polItisi, lebih memahaml semangat dan jiwa Undang-undang yang menuntut hukum dan keadilan berdasar keTuhanan Yang Maha Esa segera ter
wujud. Untuk mampu berbuat seperti itu
dituntut pembaharuan berpikir, bemalar, berjabar dan yang paling penting menerapkannya.
Tentang cita atau sikap pembaharuan hukum Pancasila, Satjipto Rahardjo berkata :
"Kalau kita memang bersungguhsungguh . dengan hukum Pancasila ini, tentunya kita sudah harus oerani melakukan peru bahan-peru bahan, sekalipun negara lain mungkin akan mengatakan, tidak lazim atau aneh". (Kompas 26-7-1985).
Sangat terkesan akan gagasan dari seorang pendidik hukum. Tidakkah layak dan wajar menjadi perhatian kita? Mengapa harus berdua hati, kalau ada yang berpendapat, itu tidak lazim dan aneh? Bagi yang tidak beriman kepada Tuhan tentang dasar putusan at as nama Tuhan Yang Maha Esa dianggap aneh. Hakim wajib menggali nilai-nilai hukum yang hidup dikalangan rakyat , tidak masuk akal Hakim harus pasif, Sikap Hakim bijaksana? Apa jaminan tidak melanggar kepastian hukum. Masih banyak lagi yang lain-lain. Dan tentang era pembaharuan ini, saya teringat sabda Nabi Muhammad:
"Setiap ummatku yang ingin menghidupkan sunnahku, harus seorang pem baharu!"
•
493
PEMBAHARUAN DIAWALI DARI PEMAHAMAN SUMBER HUKUM TIDAK TERTULIS
Sumber hukum tidak tertulis. Adanya ketegasan dalam Un dang-Un dang menyebut hukum tidak tertulis disebut Hukum Adat, mengandung makna dan tujuan tertenti.l. Hukum tidak tertulis yang hidup dikalangan rakyat, mungkin hukum itu hukum adat, karena tidak didasarkan atas sumber hukum agama. Ataupun bila bersumber hukum agama, hukum itu tidak berupa iman bagi yang bersangkutan, bolehlah diberlakukan sebagai Hu-
.
kum Adat. Ataupun paling tidak, sebelum
menjadi hukum nasional sebagai katakat a Inutiara. Memadailah, jangan dipaksakan. Tetapi kalau sudah diterima sebagai asas hukum, hukum nasional, tidak perlu lagi disebut hukum agama ini dan itu.
Azas hukum termuat dalam kitab suci Injil dan Al Qur'an, an tara lain:
A. AZAS MAAF-MEMAAFKAN.
Hukum pidana yang sampai sekarang dianut, asas . ialah tiada maaf bagimu. Dengan lain perkataan, setiap perbuatan melanggar hukum harus diselesaikan di Pengadilan secara hukum. Apakah asas demikian sesuai dengan asas hukum berdasar Pancasila?
Untuk menjawab yang demikian dikutip Firman Tuhan:
•
I. INJIL: Matius 5. 1. a. "Kamu sudah mendengar per
kataan demikian . Mata diganti dengan mata dan gigi diganti dengan gigi?" (ayat 38).
b. "Tetapi Aku berkata kepadamu. Jangan melawan orang
Oktober 1986
•
•
. 494
yang jahat. Melainkan barang siapa yang menampar pipimu yang kanan, berikan pipimu yang kiri". (ayat 39).
2. a. "Kamu sudah mendengar perkataan demikian. Hendaklah engkau mengasihi temanmu, dan membenci seterumu". (ayat 43).
b. "Tetapi Aku ini berkata kepadamu. Kasihilah akan seterumu, dan doakanlah orang ya~g menganiayamu. Sebab itu hendaklah kamu ini sempuma sarna seperti Bapakmu yang di sorga sempurna adanya". (ayat 44).
II. AL QURAN. 1. "Ganjaran kejahatan itu adalah
kej ahatan seperti itu pula. Tetapi siapa-siapa memberi maaf terhadap si pelanggar dan dapat berdamai dengan lawannya serta melupakan bencana yang ditimpakan atas dirinya, maka Allah akan membalas dengan ganjaran yang setimpal". (surat As Syura: 42:40). .
2. "Jika kamu memberi hukuman, maka berilah mereka hukuman yang setimpal dengan hukuman yang ditimpakan kepada kamu. Tetapi jika kamu bersabar, niscaya ini lebih baik bagi orang yang bersabar". (surat An Nahl , 16: 126/127) . .
B. TENTANG KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB:
Kitab suci Injil: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". (Lucas 10 ayat 27).
• "Kasihilah sesamamu manusla se-
Hukum dan Pembangunan
•
perti dirimu sendiri. Tidak ada hu-kum lain lebih kuat daripada kedua hukum itu". (Matius 12:31).
Hadits Nabi Muhammad SAW: "Belum sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya sendiri".
Dari dua asas hukum di atas dapat disimpulkan ajaran Kristen dan Islam bermuat mengutamakan saling maaf
memaafkan dari menuntut balas. Walaupun dalam hal tertentu ada yang tidak dapat memaafkan karena menyangkut kehormatan diri seseorang. Dalam Islam dikenal antara lain perzinahan.
Juga dal'am contoh kedua nilai dan kodrat iman ditentukan sejauh mana ia mampu, mencintai sesama seperti dirinya sendiri. Singkatnya bukan balas dendam, bukan aku adalah aku - tetapi kita yang saling bersaudara.
Salahkah bila penerapan h\lkum yang sekarang berlaku (KUHP) tidak memahami asas dan filsafat hukum berdasar KeTuhanan Yang Maha Esa
•
di atas? Salahkah bila hukum Yahudi - tia
da maaf bagimu ? Ingat peristiwa Kurt Waldheim, Presiden Austria sekarang yang telah berjasa sebagai pemimpin dunia (Sekjen PBB) dituntut sebagai penjahat perang ? Inilah Yahudi!
Salahkah bila Pasal 48 KUHP (Daya Paksa) sese orang dibenarkan membunuh sesama demi menyelamatkan jiwanya ?
Bukankah berdasar asas hukum tersebut di atas, kalau ia mau selamat juga sesamanya - idem ? (Homo Homoni Lupus)
Asas dan filsafat hukum seperti inilah yang menghambat penerapan
T4nggung.J4w4b Profesi Hukum
rukun iman - kelima - kodha dan kadar Tuhan dalam kehidupan seharihari.
Inilah sekedar di an tara secuil contoh dalam perkara pidana yang sampai sekarang, kalau tidak salah belum dimasyarakatkan dalam pendidikan hukum di perguruan hukum.
PENJABARAN HUKUM BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA OLEH HAKIM
Sengaja say a lengkapi (lamp au i) para pengabdi hukum - politisi atau praktisi hukum lainnya dan langsung kepada yang disebut Hakim. Karena Hakim inilah yang paling menentukan setelah pendidik hukum yang mempersiapkan calon Sarjana Hukum.
Undang-Undang sendiri secara terperinci telah memberi gll.ris pedoman tentang peran dan tanggung jawab Hakim.
Tidak salah diulang-ulangi tnenyebut pasal yang wajib diindahkan oleh Hakim, ialah : Pasal 4 ayat 1 dan Penjelasannya, Pasal 197 ayat la dan 2 KUHAP.
a. Penjelasan Umu~ 1 : 6. b. Penjelasan Pasal14 ayat 1 :
"Hakim secara organ Pengadilan dianggapmemahami hukum. Pencari keadilan datang kepadanya untuk mohon keadilan. Andaikata ia tidak menemukan hukum tertulis, ia wajib menggali hukum tidak tertulis untuk memutus berdasarkan hukum sebagai seorang yang bijksana dan bertanggung jawab penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara" .
c. Penjelasan Pasal 27 ayat 1 : "Dalam masyarakat yang masih me-
495
ngenal hukum tidak tertulis, serta berada dalam masa pergolakan dan peralihan, Hakim merupakan perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup di kalangan rakyat. Untuk itu ia harus terjun ke tengahtengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyilrakat. Dengan demikian Hakim dapat memberikan putusan yang sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat".
Itulah ketentuan yang membuka pe-•
luang kepada para Hakim untuk ber-buat banyak bagi perkembangan hukum nasional yang berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa.
Peluang yang demikian juga sangat diharapkan dari para pendidik hukum untuk ikut menggali hukum yang tidak tertulis itu - yang akan memungkinkan Sarjana Hukum - alumnus Fakultas Hukum bila menjadi Hakim kelak lebih mudah, lebih terampil merumuskan hukum hasH galian nilai-nHai hukum yang hidup di kalangan rakyat. Tetapi, atau para pendidik hukum masih alpa atau kurang bergairah mengembangkan makna Pasal 4 ayat 1, Pasal 14 ayat 1 daQ, Pasal 27 ayat 1 Undang·Undang No .. 14 tahun 1970. Seorang Hakim tidak dapat berdiam dan berserah diri - hanya sebatas Hmu yang ia peroleh dari almamater. Katakata: a. Dianggap memahami hukum mem
bawa konsekuensi membekali diri 'dengan ilmu yang lebih banyak baik berdasar kepustakaan yang dari Barat, Timur atau dari manapun terbuka. IImu itu adalah netral sifatnya.
Oktober 1986
496
Juga menarik hikmah dari pengaalaman.
b. Perintah - wajib sangat mendukung yang disebut dalam ad. a di atas.
c. Mengenal, merasakan dan mampu
menyelami PERASAAN HUKUM DAN RASA KEADILAN yang hidup dalam masyarakat, merupakan tuntutan batiniah yang tidak ada pada aparat penegak hukum lainnya - secara formal. Karena Hakim-lah .yang akan memutuskan - maka dari dirinya dituntut sikap seperti itu. Namun bukan berarti tidak ada ke
wajiban para pengabdi hukum lain untuk bersatu bahasa, satu perasaan, karena tujuan adalah satu. Tegaknya hukum dan keadilan yang mendapat berkat dan ridho Allah Yang Maha Kuasa.
Kesimpulan tentang Hakim sebagai penjabar hukum yang berdasar KeTuhanan Yang Maha Esa, mampukah ia atau tidak terpulang kembali kepada keinginan disertai kesadaran, bahwa ia adalah Wakil Tuhan di negara ini yang memberi keadilan tanpa pilih bulu terhadap siapa pun juga.
Mampukah Hakim untuk menerima jabatan Hakim itu yang bila ia lakukan dengan penuh tanggung jawab ia termasuk di antara umat yang tidak dihisab diperadilan Hakim Yang Maha Adil dan tempatnya di sorga yang tertinggi?
Atau kalau ia tidak mampu akan tergolongkan dia sebagai bagian dari 2/3 Hakim yang menjadi calon penghuni neraka.
PARA PENGABDI HUKUM DALAM PROFESI LAIN NY A
Bilamana para pendidik yang meng-
Hukum dan Pem bangunan
godok ramuan hukum yang benar-benar berdasarkan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa - mampu menjiwai makna dan hakikat hukum yang ber-roh KeTuhanan.
Insya Allah, kalau sampai pada hari ini kit a belum sampai ke arah yang demikian, di waktu yang akan datang tidak ada lagi pengabdi hukum - khusus dalam penyelesaian hukum yang bersikap, menegakkan benang basah.
Artinya sudah tahu kalau salah satu tidak benar masih dengan gigih membela sebagai tidak salah dan atau benar.
Tidakkah tergugah hati anda, konsekuensi warga yang beriman dan
, . bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa - masih memutar-balikan hukum dan keadilan ? Walaupun anda berhasil, tidakkah ada secercah takutnya anda untuk dihadapkan di Pengadilan diadili oleh Hakim Yang Maha Adil?
Peranan dan tanggung jawab anda dalam pembangunan hukum berdasarkan Pancasila tiada lain, ikut mengatakan:
"Ya itu di atas ya, dan tidak di atas, tidak, kecuali itu jahat". (Matius 5: 37).
Dan harapan yang tidak kurang pentingnya antar sesama Pengabdi hukum ialah: maukah kit a menempatkan diri di tengah kehidupan umat dan bangsa - diperumpamakan dalam kitab
•
Injil : "Bahwa kamu inilah garam dunia. Jikalau garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan lagi? Tiadalah ia ·berguna lagi, hanyalah akan dibuang dan diinjak-injak orang". (Matius 5: 13).
Ajaran itu sarna pula dengan ajaran agama Islam:
•
TIJnllllunll JIJwIJb Profesi Hukum
"Jadilah kalian pembawa rakhmat di dunia !"
Kalau itulah kutipan dari kitab suci perkimankan pulalah saya menyampaikan petuah nenek leluhur:
"Met-met bulung ni jihor, met metan bulung ni bane-bane, uli hata na tigor, ulian hata na dame !"
terjemahan : "Kecil-kecil daun pohon johar, lebih kecil daun bane-bane, indah kata-kata yang adil, lebih indah kata-kata yang damai!"
KESIMPULAN :
Kalaupun ada kesimpulan ialah: 1. Sampai saat ini belum terbukti hu
kum dan keadilan yang ber-roh KeTuhanan Yang Maha Esa menjadi hukum yang berlaku.
2. Adanya kenyataan demikian, ada- , lah karena faktor pendidikan, walaupun telah disebut berdasarkan Pancasila serta bertujuan meningkatkan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kit a masih mengabaikan pola dan tujuan pendidikan demikian - juga yang menyangkut bidang hukum yang dasarnya KeTuhanan Yang Maha Esa.
3. Telah 41 tahun kit a merdeka, telah 22 tahun Undang-Undang yang memerintahkan Peradilan dilaksanakan: " DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA". Marilah kita secara tulus dan ikhlas, kalau hari kemarin kita lalai, hari ini kit a sadar - dan untuk hari selanjutnya ki.ta bulatkan tekad, tidak akan terulang kelalaian itu.
4. Kalaupun ada yang demikian itu belum merupakan kesepakatan kita,
497
karena masih ada silang pendapat, janganlah karena bersilang pendapat kita menu ding - yang itu yang tidak benar, dan yang ini yang benar. Kebenaran dalam hidup manusia adalah nisbi. Dan justru dengan adanya silang pendapat, kit a secara jujur akan mengaji diri - apa pendapat say a yang tidak benar. Itulah sebabnya bila ada berbeda pendapat, bukan aib dan bukan dosa bahkan rakhmat dan kurnia Illahi. (Hadits Nabi).
5. Dan kalau benarlah ada yang salah pendapat, biarlah kesalahan itu ada pada diri saya. Dan saya akan mendapat hikmah - belajar dari kearifan ilmu anda. Namun salahkah pendapat itu, saya patu t bersyukur kehadirat Illahi. Anda PERSAHI - mengajak saya berbicara dan memenuhi ajakan itu sendiri sudah berpahala. Apalagi ikut berbicara luar biasa pula imbalannya. Dan kalaupun salah -asal itikad baik disertai lillahi robbal'allamin - janji Tuhan pahala satu. Kalau dan ini harapansaya terutama, Insya Allah bermanfaat, sungguh tidak ternilai bahagia - karena dapat berbuat kebajikan kepada negara, bangsa ' dan umat yang genap 41 tahun mensyukuri berkat dan rakhmat Allah Yang Maha Kuasa, kemerdekaan Republik Indonesia berasas Pancasila dan berdasar Ke-Tuhanan Yang Maha Esa -Negara serta hukum dan keadilannya. Kepadanya kita berserah dan beren
dah diri dan kepada anda semua saya dengan segala rendah hati - maatKanlah saya dan segala kekurangan dan marilah kit a galakkan jiwa dan semangat maaf karena Tuhan Yang Maha
Oktober 1986
498
Esa telah mengharapkan riskan diriNya. Maha Pemaaf - Maha Pengam- ' pun dan Maha Pengasih - Maha Penyayang.
,
•
•
•
,
•
•
Hukum dan Pembangunan
,
•
•
•
•
•
,